• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Harga Wajar Saham dengan Relative Valuation Techniques PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penilaian Harga Wajar Saham dengan Relative Valuation Techniques PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM DENGAN

RELATIVE

VALUATION TECHNIQUES

PT. BANK MANDIRI, Tbk DAN

PT. BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk

Oleh :

RIZKY ANANDA KHAIRI

100503015

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

P E R N Y A T A A N

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM DENGAN RELATIVE VALUATION TECHNIQUES PT. BANK MANDIRI, TBK DAN PT. BANK RAKYAT INDONESIA, TBK” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2014 Yang membuat pernyataan,

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Penilaian Harga Wajar Saham dengan Relative Valuation Techniques PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk” dengan menggunakan data periode 2009-2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai harga wajar saham (overvalued atau undervalued) dengan Relative Valuation Techniques serta pengujian signifikansi perbedaan antara harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio dan Price Book Value Ratio

dengan harga saham perusahaan.

Target populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan perbankan terbuka milik negara dan yang memenuhi kriteria pemilihan target populasi, sehingga diperoleh 2 (dua) perusahaan, yaitu PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji normalitas kolmogorov smirnov dan uji beda t-test dengan mengolah data sekunder, yaitu laporan keuangan periode 2009-2012, laporan aktivitas perdagangan saham periode 2009-2012, laporan tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan tingkat inflasi periode 2009-2012.

Hasil penelitian adalah pada PT Bank Mandiri, Tbk, harga saham dari tahun 2009 sampai dengan 2012 lebih besar dari harga wajar yang dinilai dengan

Price Earning Ratio maupun Price Book Value Ratio. Pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, harga saham tahun 2009 sampai dengan 2012 lebih besar dari harga wajar yang dinilai dengan Price Earning Ratio maupun Price Book Value

Ratio. Hasil pengujian pada signifikansi perbedaan menunjukkan bahwa

perbedaan yang signifikan antara harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio dan Price Book Value Ratio terhadap harga saham terdapat pada PT Bank Mandiri, Tbk. Dan pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk juga terjadi perbedaan yang signifikan antara harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio maupun Price Book Value Ratio terhadap harga saham.

(4)

ABSTRACT

This reseach is titled "Valuation of Fair Stock Price by Relative Valuation Techniques in PT Bank Mandiri, Tbk and PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk" include from 2009 until 2012. The goal of this research is to assess the fair price of stock (overvalued or undervalued) by Relative Valuation Techniques and to test the significant difference between fair stock price valued by Price Earning Ratio and Price Book Value Ratio with company's stock price.

Target population in this research are all state-owned banks that suit to target population’s criteria. There are 2 (two) companies, namely PT Bank Mandiri, Tbk and PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Methods of data analysis using descriptive analysis, kolmogorov smirnov normality test and different t test with the secondary data, namely financial statements period of 2009-2012, stock trading activity statement period of 2009-2012, Certificates of Bank Indonesia rate (SBI) and inflation rate period of 2009-2012.

The results of this research show that the stock price of PT Bank Mandiri, Tbk period of 2009-2012 is greater than its fair stock price. The stock price of PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk period of 2009-2012 is greater than its fair stock price too. The result of significant difference test between fair stock price by Price Earning Ratio and Price Book Value Ratio to its stock price is in PT Bank Mandiri, Tbk. And also in PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk there significant differences between fair stock price by Price Earning Ratio and Price Book Value Ratio to its stock price.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur tidak hentinya penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan petunjuk serta kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penilaian Harga Wajar Saham dengan Relative Valuation Techniques PT Bank Mandiri, Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk” untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terlaksana tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Orang tua penulis yang tercinta dan tersayang, Zulkhairi, S.E. dan Demna Sari br. Ginting selaku sumber kehidupan, pembimbing utama dan pendidik penulis yang memiliki peran yang sangat penting dan tak terhingga dalam kehidupan penulis sehingga rasanya ucapan terima kasih ini tidaklah cukup untuk menggambarkan wujud penghargaan penulis dan juga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, Mafis selaku Ketua Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(6)

4. Bapak Drs. Sucipto, M.M. Ak selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu luang, pikiran, dan tenaga dalam membantu penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Zainal Abidin Tarigan S, S.E. Ak selaku dosen penguji / pembanding yang telah memberikan petunjuk dan saran bagi penulis demi kemajuan skripsi ini.

6. Keluarga besar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah membantu penulis selama kuliah. Dan juga teman-teman penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan, hingga selesainya skripsi ini.

Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi setitik sumbangan pemikiran dalam analisis investasi untuk mencapai keberhasilan di masa depan serta dapat memberikan sedikit arti dan tambahan informasi bagi yang membutuhkan..

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan kata-kata.

Medan, April 2014 Hormat Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 35

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN 4.1. Profil Perusahaan ... 42

(8)

4.3. Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ... 62

4.4. Uji Beda t-test ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 70

5.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(9)

DAFTAR TABEL Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk dengan Price Earning Ratio Periode 2009-2012 ... 59

4.12 Penilaian kewajaran harga saham PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk dengan Price Book Value Ratio periode 2009-2012 ... 61

(10)

4.14 Hasil uji normalitas Kolmogorov Smirnov harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio dan Price Book Value Ratio PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk periode 2009-2012 ... 64 4.15 Hasil uji harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning

Ratio terhadap harga saham PT Bank Mandiri, Tbk periode 2009-2012 ... 66 4.16 Hasil uji harga wajar saham saham yang dinilai denga Price

Book Value Ratio PT. Bank Mandiri, Tbk periode 2009-2012 ... 67 4.17 Hasil uji harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Volatilitas Return Pasar dan Volatilitas Return Saham

PT. Bank Mandiri, Tbk Periode 2009-2012 ... 76

2. Volatilitas Return Pasar dan Volatilitas Return Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2009-2012 ... 77

3. Beta (β) PT. Bank Mandiri, Tbk Periode 2009 ... 78

4. Beta (β) PT. Bank Mandiri, Tbk Periode 2010 ... 78

5. Beta (β) PT. Bank Mandiri, Tbk Periode 2011 ... 79

6. Beta (β) PT. Bank Mandiri, Tbk Periode 2012 ... 79

7. Beta (β) PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2009 ... 80

8. Beta (β) PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2010 ... 80

9. Beta (β) PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2011 ... 81

10. Beta (β) PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2012 ... 81

11. Nilai E(Rm) Tahun 2009-2012 ... 82

12. Perhitungan Earning per Share Tahun 2009-2012 ... 82

13. Perhitungan Dividend per Share Tahun 2009-2012 ... 83

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Penilaian Harga Wajar Saham dengan Relative Valuation Techniques PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk” dengan menggunakan data periode 2009-2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai harga wajar saham (overvalued atau undervalued) dengan Relative Valuation Techniques serta pengujian signifikansi perbedaan antara harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio dan Price Book Value Ratio

dengan harga saham perusahaan.

Target populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan perbankan terbuka milik negara dan yang memenuhi kriteria pemilihan target populasi, sehingga diperoleh 2 (dua) perusahaan, yaitu PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji normalitas kolmogorov smirnov dan uji beda t-test dengan mengolah data sekunder, yaitu laporan keuangan periode 2009-2012, laporan aktivitas perdagangan saham periode 2009-2012, laporan tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan tingkat inflasi periode 2009-2012.

Hasil penelitian adalah pada PT Bank Mandiri, Tbk, harga saham dari tahun 2009 sampai dengan 2012 lebih besar dari harga wajar yang dinilai dengan

Price Earning Ratio maupun Price Book Value Ratio. Pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, harga saham tahun 2009 sampai dengan 2012 lebih besar dari harga wajar yang dinilai dengan Price Earning Ratio maupun Price Book Value

Ratio. Hasil pengujian pada signifikansi perbedaan menunjukkan bahwa

perbedaan yang signifikan antara harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio dan Price Book Value Ratio terhadap harga saham terdapat pada PT Bank Mandiri, Tbk. Dan pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk juga terjadi perbedaan yang signifikan antara harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio maupun Price Book Value Ratio terhadap harga saham.

(14)

ABSTRACT

This reseach is titled "Valuation of Fair Stock Price by Relative Valuation Techniques in PT Bank Mandiri, Tbk and PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk" include from 2009 until 2012. The goal of this research is to assess the fair price of stock (overvalued or undervalued) by Relative Valuation Techniques and to test the significant difference between fair stock price valued by Price Earning Ratio and Price Book Value Ratio with company's stock price.

Target population in this research are all state-owned banks that suit to target population’s criteria. There are 2 (two) companies, namely PT Bank Mandiri, Tbk and PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Methods of data analysis using descriptive analysis, kolmogorov smirnov normality test and different t test with the secondary data, namely financial statements period of 2009-2012, stock trading activity statement period of 2009-2012, Certificates of Bank Indonesia rate (SBI) and inflation rate period of 2009-2012.

The results of this research show that the stock price of PT Bank Mandiri, Tbk period of 2009-2012 is greater than its fair stock price. The stock price of PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk period of 2009-2012 is greater than its fair stock price too. The result of significant difference test between fair stock price by Price Earning Ratio and Price Book Value Ratio to its stock price is in PT Bank Mandiri, Tbk. And also in PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk there significant differences between fair stock price by Price Earning Ratio and Price Book Value Ratio to its stock price.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut (Gumanti, 2011:9) “Investasi adalah penggunaan modal keuangan sebagai suatu upaya untuk menciptakan uang lebih banyak (the use of financial capital in an effort to create more money)”. Jadi, investasi adalah upaya investor dalam menanmkan modalnya hari ini untuk mengharapkan keuntungan yang lebih baik (tinggi) di masa mendatang.

Menurut (Fahmi, 2012:4) dalam aktivitasnya, secara umum investasi dikenal ada dua bentuk, yaitu “investasi nyata (real investment) dan investasi keuangan (financial investment). Investasi nyata secara umum melibatkan asset berwujud, sepeti tanah, mesin-mesin, atau pabrik. Sedangkah invetasi keuangan melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa dan obligasi”.

(16)

panjang. Investor membeli pada pagi hari dan segera menjual pada saat harga naik, yang kenaikannya melebihi biaya transaksi jual beli pada hari yang sama atau dalam beberapa hari berikutnya. Investor semacam ini lebih tepat disebut sebagai spekulator atau day trader. Investor yang sebenarnya adalah yang membeli saham untuk jangka panjang, yaitu disimpan dan dijual setelah beberapa bulan.

Menurut (Halim, 2005:20) terdapat tiga jenis nilai dalam penilaian saham yaitu: nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik.

Nilai buku saham mencerminkan nilai perusahaan, dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Nilai buku saham bersifat dinamis tergantung pada perubahan nilai kekayaan bersih ekonomis pada suatu saat. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban. Sedangkan harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Sementara itu nilai intrinsik adalah nilai saham yang seharusnya terjadi.

Nilai pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang murah (undervalued), karena investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang seharusnya dia bayar. Bila nilai intrinsik saham sama dengan harga pasaran maka harga saham tersebut adalah wajar/tepat nilai (correctly valued). Sedangkan jika nilai intrinsik lebih kecil dibandingkan dengan harga pasaran maka harga ditetapkan overvalued.

(17)

nilai bukunya sudah pasti murah dan jika lebih besar maka saham tersebut termasuk mahal. Nilai buku (book value) dianggap sebagai nilai akuntansi saham sebuah perusahaan yaitu nilai asset perusahaan yang secara teoritis akan diterima oleh pemegang saham jika perusahaan tersebut dijual/dilikuidasi. Dengan kata lain, nilai buku (book value) merupakan nilai dari sebuah perusahaan jika hanya mengambil aset serta laba ditahan sebagai perhitungan.

Valuasi yang tepat terhadap nilai perusahaan yang akan dibeli sahamnya adalah hal utama yang harus dilakukan sehingga investor dapat melakukan prediksi dan perhitungan terhadap harga saham perusahaan tersebut. Investor dalam memutuskan membeli maupun menjual saham akan dipengaruhi oleh penilaiannya terhadap harga saham tersebut. Penilaian investor terhadap saham adalah untuk mengetahui apakah jumlah yang akan datang lebih besar dibandingkan biaya untuk memperolehnya.

Pendekatan Relative Valuation Techniques merupakan salah satu cara dalam melakukan valuasi harga wajar saham dengan menghitung nilai intrinsik saham melalui nilai laba perusahaan (earnings). Melalui pendekatan ini, penulis memakai metode Price Earnings Ratio dan Price Book Value Ratio.

Price Earning Ratio (PER) menggambarkan appresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali, berarti pasar menghargai 10 kali atas kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Bagi investor, semakin kecil PER suatu saham, semakin bagus, karena saham tersebut termasuk dalam kategori murah (Darmadji, 2006 : 198).

(18)

saham yang undervalued sehingga layak dibeli. Sebaliknya, jika harga saham lebih tinggi dari nilai intrinsik, maka saham tersebut termasuk kategori saham yang overvalued sehingga layak dijual.

Price book value ratio menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka pasar semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut” (Darmadji, 2006 : 199).

Selanjutnya, penulis memilih industri perbankan adalah karena industri ini merupakan salah satu industri yang ikut berperan serta dalam pasar modal, disamping industri lainnya seperti industri manufaktur, pertanian, pertambangan, properti dan lain- lain. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak- pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

(19)

pembiayaan bagi bank adalah dengan menerbitkan surat-surat berharga di pasar modal, seperti saham.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa saham memiliki resiko investasi yang cukup tinggi, namun juga menjanjikan return yang besar pula. Untuk mengurangi resiko saham dibutuhkan informasi yang aktual, akurat dan transparan. Keputusan investasi dalam suatu saham harus didahului oleh suatu proses analisis terhadap variabel yang diperkirakan akan mempengaruhi harga suatu saham akibat oleh sifat saham yang sangat peka terhadap perubahan- perubahan yang terjadi, baik akibat faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam perusahaan, yakni berupa kinerja perusahaan (kinerja keuangan maupun kinerja manajemen), kondisi perusahaan, dan prospek perusahaan. Sedangkan faktor eksternal, meliputi berbagai informasi di luar perusahaan, seperti kondisi pasar uang, kondisi pasar modal (supply dan demand), politik, dan isu- isu yang beredar saat ini dapat berperan dalam jatuhnya harga suatu saham.

(20)

para investor maupun calon investor. Setelah melakukan pengamatan, dipilih dua perusahaan yang merupakan perusahaan perbankan yang memiliki asset terbesar. Kedua perusahaan/emiten tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan total asset terhitung tahun 2013 sebesar Rp. 556.458.879.000.000 dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan total asset sebesar Rp. 672.173.138.000.000.

Berikut ini adalah aktifitas perdagangan saham 2 (dua) perusahaan yaitu PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Mandiri, Tbk periode 2009-2012.

Tabel 1.1

Aktivitas Perdagangan Saham PT Bank Mandiri, Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2009-2012

Keterangan Tahun

Sumber : www.idx.co.id dan www.yahoofinance.com (Januari 2014, Data Diolah)

(21)

khususnya tahun 2010, yaitu Rp. 9.260 ataupun kenaikan sekitar 48,30% dari harga saham sebelumnya. Sedangkan untuk PT. Bank Mandiri, Tbk terlihat memiliki aktivitas perdagangan yang cukup agresif, dilihat dengan peningkatan yang cukup konsisten dari tahun ke tahun khusunya periode 2009-2012. Kenaikan tertinggi harga saham PT. Bank Mandiri, Tbk tercatat pada tahun 2012, yaitu Rp. 7.533 ataupun kenaikan sekitar 11,05% dari harga saham sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang kuat dan dapat mempertahankan kepercayaan investor pada bank.

Selain itu, penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Manurung (2008) dan Erawan (2002) juga menggambarkan tentang penilaian harga saham yang juga dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengerjaan penelitian ini. Penelitian tersebut di antarannya : Manurung (2008) dengan judul ”Valuasi Harga Wajar Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk”. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan analisis fundamental Dividend Discount Model dengan jangka waktu investasi selama 5 tahun untuk tiap perhitungan nilai wajar sahamnya. Penelitiannya menggunakan metode analisis deskriptif dan uji beda dengan mengolah data sekunder.

Selain itu, penelitian yang sama juga ditulis oleh Erawan (2002) dengan judul penelitian “Penilaian Harga Saham Pada Sektor Industri Rokok Yang Go

Public Selama Tahun 1995-1999 Dengan Menggunakan Analisa Fundamental

Price Earning Ratio (PER)” menemukan bahwa:

(22)

Januari hingga April 2000 lebih tinggi (overvalued) dibandingkan dengan nilai intrinsik dari saham tersebut. Sedangkan untuk periode Mei hingga Juli 2000, saham BAT Indonesia jika dilihat memiliki harga pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya (undervalued). Pada bulan Agustus 2000 harga pasar saham BAT Indonesia mengalami kesamaan nilai (correctly valued) dengan nilai intrinsik saham tersebut.

2. Penilaian Harga Saham PT Gudang Garam dan PT HM Sampoerna dapat disimpulkan bahwa saham-saham perusahaan tersebut selama periode Januari hingga Agustus 2000 memiliki nilai pasar yang lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai intrinsik saham PT.Gudang Garam dan PT.HM Sampoerna.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Penilaian Harga Wajar Saham dengan Relative Valuation Techniques PT Bank Mandiri, Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :

(23)

b. Apakah harga wajar saham PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk yang dinilai dengan metode Price Book Value Ratio memiliki beda yang signifikan terhadap harga sahamnya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dan membedakan harga wajar saham PT Bank Mandiri, Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk yang dinilai dengan Price Earning Ratio terhadap harga sahamnya.

b. Untuk mengetahui dan membedakan harga wajar saham PT Bank Mandiri, Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk yang dinilai dengan Price Book Value Ratio terhadap harga sahamnya.

1.4. Manfaat penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini, adalah :

1. Sebagai tambahan referensi bagi investor dan calon investor dalam menentukan nilai wajar saham yang tepat, sehingga dapat mendapatkan

capital gain yang maksimal.

2. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam memahami pasar modal, terutama mengenai valuasi harga wajar saham.

3. Sebagai pelengkap, penambah, dan pembanding hasil-hasil penelitian yang telah ada, sehingga menambah referensi sebagai rekomendasi bagi penelitian selanjutnya mengenai topik yang sama.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

“Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas” (Darmadji, 2006:6). Saham suatu perusahaan didaftarkan dibursa efek dengan berbagi alasan diantaranya adalah untuk ekspansi usaha, membayar utang atau membiayai kegiatan operasional perusahaan yang tidak dapat tertutupi dari pendapatan perusahaan.

Saham yang didaftarkan tersebut kemudian dibeli oleh investor untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diberikan oleh saham adalah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan dan capital gain yang diperoleh investor ketika menjual kembali saham tersebut.

Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Investor yang berhak menerima dividen adalah investor yang memegang saham hingga bats waktu yang ditentukan oleh perusahaan pada saat pengumuman dividen (Darmadji, 2006:11-12).

(25)

Umumnya dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang, misalnya investor institusi, dana pensiun, dan lain-lain. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash dividend), yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham (stock dividend), yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen dalam bentuk saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut (Darmadji, 2006:12).

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umunya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan dari kepemilikan melalui capital gain. Investor seperti ini bisa saja membeli saham pada pagi hari, lalu menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami kenaikan.

Disamping keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapatkan saham bonus. “Saham bonus merupakan saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih harga jual terhadap harga nominal saham pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana” (Fahmi, 2012:12-13).

(26)

Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, seorang investor mengalami

capital loss. Dalam jual beli saham, terkadang untuk mengahindari potensi kerugian yang semakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual saham dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan istilah penghentian kerugian (cut loss) (Darmadji, 2006:14).

Di samping risiko di atas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi risiko lainnya, yaitu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi. Jika perusahaan tersebut bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung terhadap saham perusahaan tersebut. “Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika sebuah perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist” (Darmadji, 2006:14).

“Saham yang di-delist dari bursa umumnya dikarenakan kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa Efek Indonesia” (Darmadji, 2006:15).

(27)

Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika: suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan Otoritas Bursa menghentikan perdagangan saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang bersangkutan memberikan konfimasi atau kejelasan informasi lainnya, hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh Bursa atau saham tersebut dapat diperdagangkan kembali seperti semula (Darmadji, 2006:15).

2.1.1. Jenis Saham

Menurut (Darmadji, 2006:7-9) saham yang dikenal sehari-hari merupakan saham biasa (common stock). Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham, yaitu:

2.1.1.1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:

a. Saham Biasa (common stock), adalah surat saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:

1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. 

2. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (satu saham satu suara atau one share one vote). 

3. Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. 

4. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya. 

5. Hak untuk memiliki saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan terlebih dahulu (preemptive right). 

b. Saham Preferen (prefered stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.

(28)

1. Memiliki hak lebih dahulu memperoleh dividen. 

2. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditor, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan). 

3. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan di samping penghasilan yang diterima secara tetap. 

4. Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan di atas pemegang saham biasa setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. 

Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu (i) mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; (ii) membayar dividen. Persamaan antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal: (i) ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya; (ii) dividennya tetap selama masa berlaku (hidup) dari saham; dan (iii) memiliki hak tebus serta dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar (Darmadji, 2006:7).

2.1.1.2. Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas:

a. Saham Atas Unjuk (bearer stocks), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

b. Saham Atas Nama (registered stocks), merupakan saham dengan nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

2.1.1.3. Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dibedakan atas:

a. Saham Unggulan (Blue Chip Stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri sejenis, memilki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

(29)

c. Saham Pertumbuhan (Growth Stock - well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yamg tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu, terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak berperan sebagai leader dalam industry, namun memiliki ciri growth stock.

d. Saham Spekulatif (Speculative Stock) yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang.

e. Saham Silikal (Cyclical Stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat, seperti rokok dan barang-barang kebutuhan sehari-hari (consumer goods).

2.1.2. Harga Saham

Harga saham ditentukan oleh perkembangan perusahaan penerbitnya (Emitennya). Jika perusahaan emiten mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi dan mampu menyisihkan sebagian dari keuntungannya itu sebagai dividen dengan jumlah yang tinggi. Hal tersebut akan menarik investor (masyarakat) untuk membeli saham perusahaan tersebut. Akibatnya, permintaan atas saham tersebut akan meningkat dan akan menaikkan harga saham perusahaan tersebut di Bursa. Sehingga memungkinkan bagi pemegang saham perusahaan tersebut untuk memperoleh capital gain. Capital gain juga mendorong naiknya harga saham di Bursa. Dengan demikian keuntungan perusahaan merupakan faktor penting sebuah saham.

(30)

memperkecil bahkan menghindari kerugian, setiap investor yang berinvestasi dalam saham dari waktu ke waktu harus rajin memantau perkembangan terakhir dari perusahaan emiten untuk dapat diketahui apakah perusahaan emiten mempunyai prospek yang bagus atau tidak .

Menurut (Fahmi, 2012:89) berikut adalah beberapa kondisi dan situasi yang menentukan suatu saham itu akan mengalami fluktuasi.

1. Kondisi mikro dan makro ekonomi. 

2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang (branch office) dan kantor cabang pembantu (sub-branch office), baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri. 

3. Pergantian direksi secara tiba-tiba. 

4. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tidak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan. 

5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya. 

6. Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat. 

7. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham. 

2.2. Indeks Harga Saham

Menurut (Gumanti, 2011: 72-75) “Indeks Harga Saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham”. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki lima macam indeks harga saham, yaitu :

2.2.1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Composite Stock Price Index

(31)

2.2.2. Indeks Sektoral

Indeks Sektoral BEJ adalah Sub indeks dari IHSG. Semua saham yang tercatat di BEJ diklasifikasikan ke dalam Sembilan sektor menurut klasifikasi industry yang telah ditetapkan BEJ, dengan nama JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Ada tiga sektor utama di Bursa Efek Indonesia, sedangkan pembagian sektor mencakup sembilan sektor dan masing-masing sektor masih dipecah lagi menjadi sub-sektor yang jumlah sub-sektor pada masing-masing sektor tidak sama.

a. Sektor-sektor primer (ekslaratif) 1. Pertanian

2. Pertambangan

b. Sektor-sektor sekunder (industri manufaktur) 3. Industri dasar dan kimia

4. Aneka Industri

5. Industri barang konsumen c. Sektor-sektor tertier (jasa)

6. Properti dan real estate 7. Transportasi dan infrastruktur 8. Keuangan

9. Perdagangan, jasa dan investasi 2.2.3. Indeks LQ45

Indeks LQ45 terdiri atas 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. LQ45 dibaca Likuid 45. Saham-saham perusahaan yang masuk ke dalam kelompok ini dikenal dengan sebutan saham blue chip. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Untuk dapat masuk dalam pemilihan, suatu saham harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, yang dalam hal ini ada empat kriteria-kriteria. Berikut ini adalah kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh calon perusahaan yang akan masuk ILQ45:

1. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular (rata–rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

2. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata – rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

3. Telah tercatat di BEJ selama paling sedikit 3 bulan.

4. Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi, dan jumlah hari transaksi di pasar reguler tertinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain.

(32)

seleksi awal digunakan data pasar dari bulan Juli 1993 sampai dengan bulan Juni 1994, hingga terpilih 45 emiten sesuai dengan empat kriteria di atas. Perusahaan-perusahaan yang masuk ke dalam ILQ45 secara agregat memiliki kapitalisasi sebesar 72% dari total kapitalisasi pasar dan memiliki nilai transaksi sebesar 72,5% dari total nilai transaksi di pasar reguler. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan yang masuk ke dalam ILQ45 mencerminkan kisaran 70% dari keseluruhan perusahaan yang ada di pasar modal. Artinya, kontribusi perusahaan-perusahaan ILQ45 hampir tiga perempat dari kekuatan bursa. Kondisi ini dapat mencerminkan bahwa pengamatan terhadap 34 perusahaan yang masuk dalam LQ45 cukup menggambarkan kinerja pasar secara keseluruhan.

2.2.4. Indeks Jakarta Islamic (JII)

Jakarta Islamic Index yang terdiri atas 30 saham perusahaan yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan Syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. Jakarta Islamic Index dimaksudkan dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Dengan adanya indeks Islam ini, diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuitas secara syariah (tidak melanggar prinsip dan hukum Islam). Untuk dapat terpilih dan masuk dalam perhitungan indeks Islam, setiap saham yang akan dijadikan calon harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).

2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun dan yang memiliki rasio kewajiban terhadap aset maksimal 90%. 3. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan

rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.

4. Memilih 30 saham dengan ururtan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.

2.2.5. Indeks Individual

(33)

2.3. Valuasi Harga Wajar Saham

2.3.1. Valuasi Saham Preferen

Menurut (Fatma, 2008:189) “Aliran kas yang diharapkan dari saham preferen terdiri atas pembayaran dividen tetap. Dengan anggapan bahwa modal saham itu akan tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas”. Maka nilai saham preferen adalah :

P

0 = Dp/kp P

0 = Nilai intrinsik (nilai wajar) saham preferen

Dp = Dividen saham preferen

kp = required rate of return atau discount rate

2.3.2 Valuasi Saham Biasa

Menurut (Fatma, 2008: 211) “Penilaian saham biasa didasarkan atas prinsip yang sama dengan penilaian obligasi maupun saham preferen, nilai saham biasa juga merupakan kapitalisasi return yang diharapkan di masa datang. Model penilaian n periode, investor akan menerima pembayaran dividen selama n periode dan menjual saham pada akhri tahun ke n”. Dapat disederhakan menjadi :

P 1 kD 1 kP

Model penilaian periode, nilai saham pada akhir holding period (Pn)

tergantung atas nilai dividen setelah periode n. Nilai saham pada tahun ke nol (P0)

(34)

Dalam melakukan analisis dan memilih saham, terdapat dua aspek atau pendekatan yang sering digunakan, yakni aspek fundamental dan aspek teknikal.

Menurut (Halim, 2005:21) analisis fundamental menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik (nilai yang seharusnya) tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Nilai intrinsik suatu saham ditentukan oleh factor-faktor fundamental yang memengaruhinya. Ide dasar pendekatan ini adalah, bahwa harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan, misalnya tingkat penjualan, pertumbuhan penjualan, kebijakan dividen, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), manajemen, kinerja, laba usaha, dan lain-lain. Kinerja perusahaan itu sendiri dipengaruhi oleh kondisi indutri dan perekonomian secara makro.

Menurut (Halim, 2005:29) “analisis teknikal dimulai dengan cara memerhatikan perubahan harga saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis ini beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut”. Sehingga asumsi dasar yang berlaku dalam analisis ini adalah :

1. Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi antara penawaran dan permintaan.

2. Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irrasional.

3. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti arah (trend)

tertentu.

4. Tren tersebut dapat berubah karena bergesernya penawaran dan permintaan.

5. Pergeseran penawaran dan permintaan dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari perilaku pasar.

6. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang.

(35)

sekarang dari seluruh aliran kas yang akan diterima selama periode pemegangan saham (holding period). Sementara itu, penghitungan harga teoritis saham dengan pendekatan P/E Ratio dilakukan dengan menentukan harga dari setiap Rupiah pendapatan yang akan diterima.

Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan metode kapitalisasi laba (capitalization income method), karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depam yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari prospek perusahaan tersebut di masa mendatang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas di masa depan, maka nilai perusahaan tersebut dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang.

(36)

Penilaian harga wajar saham dengan menggunakan pendekatan dividen ini dapat dibedakan menjadi :

2.3.2.1. Model Tanpa Petumbuhan (zero growth model)

(Fahmi, 2012:102) “Zero growth model atau yang lebih banyak investor menyebutnya model tidak bertumbuh. Kondisi Zero growth model merupakan kondisi yang harus hati-hati untuk dipahami oleh pihak investor karena bagi investor, naik turun, dan konstannya saham di pasar akan memberikan sinyal positif dan negative”. Model ini berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan tidak akan mengalami pertumbuhan. Dengan kata lain, jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sama dari waktu ke waktu. Jika perusahaan membayar dividen secara konstan yang nilainya sama dari waktu ke waktu, yaitu sebesar D, maka nilai intrinsik harga saham menjadi :

∗ 1 1 ⋯ 1

dan dapat disederhanakan menjadi :

D = Dividen yang akan diterima dalam jumlah konstan selama periode pembayaran dividen dimasa datang.

(37)

2.3.2.2. Model Pertumbuhan Konstan (Constan Growth Model)

(Fahmi, 2012:103) “Model ini dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas. Jika dividen periode awal adalah D0, maka dividen periode

kesatu adalah D0(1+g) dan periode kedua adalah D0 (1+g) (1+g) atau D0(1+g)2 dan

seterusnya”. Untuk kasus pembayaran dividen yang bertumbuh secara konstan ini, rumus nilai intrinsik saham menjadi :

∗ 1

1

1

1 …

1 1

Rumus ini disederhanakan menjadi :

∗ 1

Po = nilai intrinsik atau nilai teoritis saham

D = dividen yang diharapkan pada tahun n

K = required rate of return yang dihasilkan melalui CAPM g = pertumbuhan dividen

2.3.2.3. Model Pertumbuhan Berganda atau Supernormal (multiple growth model)

(38)

yang akan dibayarkan perusahaan mungkin akan menjadi lebih rendah dibanding masa sebelumnya dan selanjutnya akan bertumbuh secara tetap.

Menurut (Fatma, 2008:193) “Hal yang penting dalam model ini adalah proyeksi pertumbuhan supernormal selama periode tertentu. Dalam model penilaian surat berharga telah dijelaskan bagaimana model pertumbuhan tersebut”.

11 1 1 1

dimana :

Po = harga intrinsik saham

D0 = dividen saat ini

gt = pertumbuhan dividen di atas normal

gc = pertumbuhan dividen normal

k = required rate of return

n = periode pertumbuhan dividen di atas normal dn = dividen pertumbuhan normal

2.4. Relative Valuation Techniques

(39)

2.4.1. Price Earnings Ratio

Menurut (Darmadji, 2006:198) “price earning ratio (P/E Ratio) menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali”. Misalnya, jika suatu saham memiliki PER sebesar 10 kali, berarti pasar menghargai 10 kali atas kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Bagi investor, semakin kecil PER suatu saham, semakin bagus, karena saham tersebut termasuk dalam kategori murah.

Selain itu, price earning ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Bagi investor semakin tinggi rasio harga terhadap laba (price earning ratio) maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan demikian, rasio harga terhadap laba adalah perbandingan antara harga pasar per lembar saham (market price per share) dengan earning per share (laba per lembar saham). Misalnya nilai P/E Ratio adalah lima, maka ini menunjukkan bahwa harga saham perusahaan merupakan kelipatan dari lima kali earnings perusahaan tersebut. Misalnya earnings yang digunakan adalah earnings tahunan dan semua earnings

dibagikan dalam bentuk dividen, maka nilai P/E Ratio sebesar lima juga menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali selama lima tahun. Rumus P/E Ratio dapat djelaskan sebagai berikut :

(40)

D1/E1 = rasio pembayaran dividen terhadap earnings (disebut dividend payout ratio)

k = tingkat keuntungan yang diharapkan g = tingkat pertumbuhan dividen normal

Rumus di atas menunjukkan faktor-faktor yang menentukan besarnya P/E Ratio , yaitu:

1. P/E Ratio berhubungan positif dengan rasio pembayaran dividen terhadap

earnings (dividend payout ratio).

2. P/E Ratio berhubungan negatif dengan tingkat pengembalian atau

keuntungan yang diharapkan.

3. P/E Ratio berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan dividen.

2.4.2. Price Book Value Ratio

Menurut (Darmadji, 2006:199) “Price book value ratio menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka pasar semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut”. Semakin rendah PBV Ratio suatu saham, maka semakin besar kemungkinan saham tersebut masuk dalam kategori saham yang undervalued, yang disebabkan oleh turunnya harga saham yang berakibat pada nilai buku lebih lebih tinggi dari harga sahamnya.

(41)

membayar hutang terlebih dahulu, baru sisa aset (kalau ada) dibagikan kepada para pemegang saham. Ada kelemahan rasio keuangan ini, dimana nilai ekuitas dipengaruhi langsung oleh saldo laba perusahaan yang diakumulasi dari laba/rugi pada income statement.

Jadi konsep utama price book value ratio adalah kapitalisasi pasar dibagi oleh nilai buku. Nilai buku dengan basis seluruh perusahaan atau persahamnya saja. Rasio ini membandingkan nilai pasar terhadap nilai perusahaan berdasarkan laporan keuangan (financial statements). Maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi nilai price book value ratio suatu saham mengindikasikan persepsi pasar yang berlebihan terhadap nilai perusahaan dan sebaliknya jika price book value ratio rendah maka diartikan sebagai sinyal good investment opportunity dalam jangka panjang.

Rumus price book value ratio dapat dijelaskan sebagai berikut :

2.5. Strategi Berinvestasi di Bursa Efek

Menurut (Fahmi, 2012:107-108), ada beberapa cara yang dapat membantu investor untuk lebih tenang membaca situasi, yaitu sebagai berikut:

1. Amati dulu reaksinya terhadap pergerakan bursa kejadian. Jika bursa tidak mengalami penurunan yang sangat tajam, ada kemungkinan bursa akan pulih dalam waktu yang tidak terlalu lama. 

(42)

mereka kembali masuk atau tidak. Jika mereka kembali masuk, investor dapat terus mempertahankan sahamnya (blue chip). 

3. Perhatikan kondisi bursa keesokan harinya. Jika bursa positif atau hanya minus sedikit hal ini menunjukkan bahwa bursa cukup kuat terhadap kejadian tersebut, investor masih bisa tetap mempertahankan sahamnya (blue chip). 

4. Jika investor kecil memiliki saham selain blue chip sebaiknya segera menjual saham tersebut pada guyuran pertama, dan menukarkannya pada saham blue chip yang paling banyak terkoreksi. Atau, jika mau lebih aman, beli saham blue chip yang kembali dikumpulkan oleh investor asing mendekati penutupan bursa sesi kedua. 

5. Jika pasar saat investor memiliki dana tunai (tidak sedang memiliki saham), investor dapat membeli saham-saham blue chip yang terkoreksi dalam yang memiliki kapitalisasi pasar besar. 

Ada berbagai sebab mengapa investor yang bermain di pasar bursa saham sering mengalamai kegugupan atau kegelisahan yang tinggi ketika sahamnya mengalami kejatuhan dan pasar berada dalam kondisi sangat fluktuatif. Salah satu penyebabnya adalah pemahaman investor tersebut sangat sederhana dalam memahamai pasar saham. Ia bahkan cenderung melihat dan mempelajari semua itu hanya dari segi teknis semata, padahal faktor fundamental memiliki pengaruh besar untuk dipahami. Termasuk salah satunya kondisi pergerakan politik, sosial, budaya, hukum, teknologi, konflik militer, dan tentunya perekonomian. Termasuk pula dengan mempelajari kondisi pergerakan indeks regional dan dunia serta khususnya Amerika Serikat.

(43)

2.6. Penelitian Terdahulu

Manurung (2008) melakukan penelitian dengan judul ”Valuasi Harga Wajar Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk”. Penelitian ini bertujuan mengetahui kewajaran harga saham PT. Telkom yang dinilai dari dividen dan laba per saham yang dibayar emiten pada periode 2002-2006 kepada pemegang saham dengan menggunakan analisis fundamental yaitu Dividend Discount Model

Pertumbuhan Supernormal dengan time horizon (jangka waktu berinvestasi) selama 5 tahun untuk tiap perhitungan nilai wajar saham dan Price Earning Ratio

serta pengujian signifikan perbedaan dengan uji beda sampel independen (uji t

sampel independen). Penelitiannya menggunakan metode analisis deskriptif dan uji beda dengan mengolah data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga pasar saham perusahaan yang berlaku di lantai bursa dinilai wajar (undervalued) pada tahun 2002-2003 dan pada tahun 2004-2006 dinilai tidak wajar (overvalued) bila dibandingkan dengan dengan harga wajarnya yang dihitung dengan Dividend Discount Model

(44)

Erawan (2002) melakukan penelitian dengan judul “Penilaian Harga Saham Pada Sektor Industri Rokok Yang Go Public Selama Tahun 1995-1999 Dengan Menggunakan Analisa Fundamental Price Eaning Ratio (PER)” menemukan bahwa:

3. Berdasarkan harga wajar saham PT.BAT Indonesia,Tbk maka dapat disimpulkan bahwa nilai pasar untuk saham BAT Indonesia selama bulan Januari hingga April 2000 lebih tinggi (overvalued) dibandingkan dengan nilai intrinsik dari saham tersebut. Sedangkan untuk periode Mei hingga Juli 2000, saham BAT Indonesia jika dilihat memiliki harga pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya (undervalued). Pada bulan Agustus 2000 harga pasar saham BAT Indonesia mengalami kesamaan nilai (correctly valued) dengan nilai intrinsik saham tersebut.

4. Penilaian Harga Saham PT Gudang Garam dan PT HM Sampoerna dapat disimpulkan bahwa saham-saham perusahaan tersebut selama periode Januari hingga Agustus 2000 memiliki nilai pasar yang lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai intrinsik saham PT.Gudang Garam dan PT.HM Sampoerna.

(45)

BANK

Bank Mandiri

Harga Saham

Price Earning

Ratio

Price Book

Value Ratio

Bank Rakyat

Indonesia

Harga Saham

Price Earning

Ratio

Price Book

Value Ratio

2.7. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka model kerangka konseptual dapat digambarkan pada Gambar 2.1 berikut ini:

Kerangka Konseptual Gambar 2.1

Dari kerangka konseptual di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dilakukan untuk melihat perbedaan antara penilaian harga saham yang dinilai dengan price earnings ratio dan price book value ratio dengan harga wajar sahamnya, yang pada penelitian ini objek penelitannya adalah pada sektor perbankan, khususnya PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Dari masing-masing bank tersebut penulis akan mengumpulkan terlebih dahulu harga saham yang sudah terjadi di pasar. Baik itu harga saham PT. Bank

(46)

Mandiri, Tbk (BMRI) dan juga pada harga saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BBRI). Setelah mendapatkan harga sahamnya, penulis akan menghitung nilai kewajaran saham perusahaan tersebut, untuk menilai apakah harga saham kedua perusahaan tersebut dijual overvalued, undervalued, atau relative atas harga wajarnya. Dengan itu, penulis menggunakan dua metode penilaian yakni Price Earning Ratio dan Price Book Value Ratio. Pendekatan Price Earning Ratio atau disebut juga dengan pendekatan earning multiplier merupakan salah satu pendekatan yang lebih populer digunakan dalam analisis fundamental di kalangan analis saham dan para praktisi. Pendekatan ini menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham.

Price Earning Ratio adalah cerminan dari sikap optimis pasar tentang prospek pertumbuhan perusahaan. Menggunakan model diskonto dividen pertumbuhan yang konstan pada Price Earning Ratio untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas. Dividen merupakan arus kas yang diperoleh investor sepanjang saham tersebut dipegang investor. Oleh karena itu, dividen sebagai arus kas kepada investor dapat dipergunakan dalam penilaian saham.

(47)

undervalued sehingga layak dibeli. Sedangkan, harga saham yang lebih besar dari nilai intrinsik menunjukkan bahwa saham tersebut overvalued sehingga layak dijual.

Selain itu, price book value ratio juga merupakan sebuah indikator penting dalam investasi walaupun sebagian menganggap sudah kurang relevan lagi karena berbagai alasan. Namun price book value ratio ini merupakan rasio yang secara luas dipakai diberbagai analisis sekuritas dunia. price book value ratio ini didefinisikan sebagai perbandingan nilai pasar suatu saham (stock’s market value)

terhadap nilai bukunya sendiri (persaham). Perhitungannya dilakukan dengan membagi harga saham (closing price) pada kuartal tertentu dengan nilai buku kuartal persahamnya. Beberapa pihak menyebutnya dengan “price-equity ratio”.

Semakin rendah nilai P/BV suatu saham maka saham tsb dikategorikan undervalued yang mana sangat baik untuk investasi jangka panjang. Nilai rendah rasio ini harus disebabkan oleh rendahnya harga saham, sehingga harga saham berada dibawah nilai bukunya atau nilai sebenarnya. Namun rendahnya nilai P/BV ini juga dapat mengindikasikan menurunnya kualitas dan kinerja fundamental emiten yang bersangkutan (fundamentally wrong). Oleh karena itu, nilai P/BV harus kita bandingkan juga dengan P/BV sektor yang bersangkutan. Apabila terlalu jauh perbedaannya dengan P/BV industrinya maka sebaiknya perlu dianalisis lebih dalam lagi.

2.8. Hipotesis

(48)

H1 : Terdapat perbedaan antara Harga wajar saham PT Bank Mandiri, Tbk, dan

PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk periode 2009-2012 yang dinilai dengan

price earning ratio terhadap harga saham.

H2 : Terdapat perbedaan antara harga wajar saham PT Bank Mandiri, Tbk, dan

PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk periode 2009-2012 yang dinilai dengan

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif di mana penelitian deskriptif kuantitatif meliputi pengumpulan data untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan subjek yang diteliti (Indriantoro dan Supomo, 2002:27).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti tidak datang ke perusahaan, melainkan dengan memanfaatkan situs-situs internet yang menyajikan data yang dibutuhkan, sedangkan waktu penelitian adalah mulai bulan Agustus 2013 – Februari 2014.

3.3. Batasan Penelitian

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah analisis harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio dan Price Book Value Ratio

menggunakan data-data keuangan PT Bank Mandiri, Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, kemudian dibandingkan dengan harga saham yang berlaku di Bursa Efek Indonesia.

3.4. Jenis dan Sumber Data

(50)

Efek Indonesia (BEI) melalui internet. Selain itu, data juga diperoleh dari jurnal dan beberapa referensi buku yang berkaitan dengan topik bahasan dalam dengan dua perusahaan yang diteliti, yaitu PT. Bank Mandiri, Tbk (BMRI) dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BBRI) dengan kurun waktu penelitian periode 2009 – 2012.

Data-data tersebut, antara lain :

1. Harga penutupan saham di pasar sekunder, harga saham bulanan, jumlah dividen yang dibayarkan ke investor, serta nilai buku yang diperoleh dari http://idx.com

2. Data laporan keuangan perusahaan sektor perbankan yang terdaftar dalam LQ-45 di BEI dari tahun 2009-2012 dan dipilih PT. Bank Mandiri, Tbk (BMRI) dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BBRI) yang diperoleh dari http://www.idx.co.id dan http://www.google.com

3. Sejarah singkat perusahaan serta laporan lainnya, seperti laporan SBI periode yang diperoleh dari http://www.google.com dan http://www.bi.go.id

3.5. Populasi dan Target Populasi

(51)

a. Perusahaan sektor perbankan yang terdaftar dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia pada periode agustus 2013 sampai januari 2014.

b. Perusahaan sektor perbankan yang merupakan BUMN yang sebagian besar sahamnya dikuasai oleh pemerintah.

c. Perusahaan sektor perbankan yang merupakan BUMN yang memiliki total asset terbesar pertama dan kedua dalam daftar perusahaan perbankan BUMN yang terdaftar di LQ-45.

Tabel 3.1

Proses pemilihan Target Populasi

Keterangan Jumlah Sampel

1. Sektor perbankan yang perbankan yang terdaftar dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 – 2012

6 2. Perusahaan sektor perbankan yang bukan

merupakan BUMN (2)

3. Perusahaan sector perbankan yang bersifat BUMN yang memiliki total asset dibawah Rp. 500 triliun

(2) Populasi Sasaran

2

Sumber : www.idx.co.id dan www.E-bursa.com (Januari 2014, diolah)

3.6. Model Analisis Data

(52)

windows. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

3.6.1. Metode Deskriptif Kuantitatif

Metode Deksriptif Kuantitatif adalah menggunakan data-data yang berasal dari Bursa Efek Indonesia dan mengolahnya untuk mengetahui kewajaran harga saham dengan pendekatan relative valuation techniques, yaitu :

3.6.1.1 Price Earning Ratio

P/E Ratio menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Misalnya nilai P/E Ratio adalah lima, maka ini menunjukkan bahwa harga saham perusahaan merupakan kelipatan dari lima kali

earnings perusahaan tersebut. Misalnya earnings yang digunakan adalah earnings

tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen, maka nilai P/E

Ratio sebesar lima juga menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali selama lima tahun. Rumus P/E Ratio dapat djelaskan sebagai berikut :

dimana :

D1/E1 = rasio pembayaran dividen terhadap earnings (disebut dividend payout ratio)

(53)

g = tingkat pertumbuhan dividen normal

3.6.1.2. Price Book Value Ratio

Price book value ratio adalah kapitalisasi pasar dibagi oleh nilai buku. Nilai buku dengan basis seluruh perusahaan atau persahamnya saja. Rasio ini membandingkan nilai pasar terhadap nilai perusahaan berdasarkan laporan keuangan (financial statements). Maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi nilai

price book value ratio suatu saham mengindikasikan persepsi pasar yang berlebihan terhadap nilai perusahaan dan sebaliknya jika price book value ratio

rendah maka diartikan sebagai sinyal good investment opportunity dalam jangka panjang.

Rumus price book value ratio dapat dijelaskan sebagai berikut :

3.6.2. Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov

(54)

terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku.

3.6.3. Uji Beda t-Test

Pengujian hipótesis dilakukan dengan uji beda t-test yaitu independent samples t-test yang digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan satu sama lain memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Adapun tujuan uji beda t-test dalam penelitian ini adalah membandingkan rata-rata harga wajar yang dinilai dengan Price Earning Ratio dan Price Book Value Ratio dengan rata-rata harga saham, apakah terdapat beda signifikan atau tidak pada nilai rata-rata-rata-rata dua kelompok tersebut.

Hipotesis yang dapat diambil adalah :

Ho : Harga wajar saham dengan Price Earning Ratio dan Price Book Value Ratio tidak memiliki beda yang signifikan terhadap harga saham.

H1 : Harga wajar saham dengan Price Earning Ratio dan Price Book Value Ratio memiliki beda yang signifikan terhadap harga saham.

Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika

> sig pada

= 5% H1 diterima jika

< sig pada

= 5%

3.7. Definisi Operasional

(55)

1. Penilaian (valuation) adalah proses penentuan berapa harga yang wajar untuk suatu saham dengan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental keuangan suatu perusahaan sehingga diketahui sekuritas tersebut apakah undervalued, overvalued, atau pun wajar.

2. Valuasi harga wajar saham dengan Price Earning Ratio adalah model untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menunjukkan rasio dari harga saham terhadap nilai laba (earnings) perusahaan (dalam satuan Rupiah). 3. Valuasi harga wajar saham dengan Price Book Value Ratio adalah model

(56)

BAB IV

ANALISA PEMBAHASAN 4.1. Profil Perusahaan

4.1.1. PT Bank Mandiri, Tbk

Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, 4 (empat) bank milik Pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung menjadi Bank Mandiri.

Setelah selesainya proses merger, Bank Mandiri kemudian memulai proses konsolidasi. Di antaranya menutup 194 (seratus sembilan puluh empat) kantor cabang yang saling tumpang tindih dan mengurangi jumlah pegawai dari 26.000 (dua puluh enam ribu) orang menjadi 17.620 (tujuh belas ribu enam ratus dua puluh) orang. Selanjutnya diikuti dengan peluncuran single brand di seluruh jaringan melalui iklan dan promosi. Salah satu pencapaian penting adalah penggantian secara menyeluruh platform teknologi yang pada saat ini, Bank Mandiri dengan infrastruktur teknologi informasi sudah mampu memfasilitasi

(57)

Pada tanggal 2 Juni 2003, Bank Mandiri telah menyampaikan pernyataan pendaftaran sehubungan dengan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering yang selanjutnya disebut “IPO”) kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (“Bapepam-LK”) dan telah dinyatakan efektif berdasarkan Surat Ketua Bapepam-LK No. S-1551/PM/2003 tanggal 27 Juni 2003.

Nama perusahaan berubah dari semula PT Bank Mandiri (Persero) menjadi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. berdasarkan perubahan anggaran dasar yang dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2003 dan telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C-12783.HT.01.04.TH.2003 tanggal 6 Juni 2003 dan telah diumumkan pada Berita Negara Republik Indonesia No. 63 tanggal 8 Agustus 2003.

(58)

Sejak berdirinya, Bank Mandiri terus bekerja keras untuk menciptakan tim manajemen yang kuat dan professional yang bekerja berlandaskan pada prinsip-prinsip good corporate governance yang telah diakui secara internasional. Bank Mandiri disupervisi oleh Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh Menteri Negara BUMN yang dipilih berdasarkan anggota komunitas keuangan yang terpandang. Manajemen ekskutif tertinggi adalah Dewan Direksi yang dipimpin oleh Direktur Utama. Dewan Direksi terdiri dari banker dari

legacy banks dan juga dari luar yang independen dan sangat kompeten. Bank Mandiri juga mempunyai fungsi offices of compliance, audit dan corporate secretary, dan juga menjadi obyek pemeriksaan rutin dari auditor eksternal yang dilakukan oleh Bank Indonesia, BPKP dan BPK serta auditor internasional. Saat ini, Bank Mandiri telah memiliki 12 (dua belas) kantor wilayah dalam negeri, 66 (enam puluh enam) kantor area, 115 (seratus lima belas) kantor community, 799 (tujuh ratus sembilan puluh sembilan) kantor cabang, 200 (dua ratus) kantor Mandiri mitra usaha, 190 (seratus sembilan puluh) cash outlet, 4 (empat) cabang luar negeri yang berlokasi di Cayman Islands, Singapura, Hong Kong dan Timor Leste dan kantor perwakilan 1 (satu) di Shanghai, Republik Rakyat Cina. Untuk pendirian cabang kantor perwakilan di Shanghai, Bank Mandiri telah memperoleh ijin dari China Banking Regulatory Commission pada tanggal 3 November 2010 dan saat ini masih dalam proses. AsiaMoney magazine

(59)

for Corporate Governance in Indonesia dan Best for Disclosure and transparency.

Dalam menyediakan solusi keuangan yang menyeluruh bagi perusahaan swasta maupun milik negara, komersial, usaha kecil dan mikro serta nasabah

consumer, Bank Mandiri didukung oleh anak perusahaan yang bergerak di bidang investment banking, sekuritas, pembiayaan konsumen, pengelolaan properti, perbankan syariah serta bancassurance sebagai berikut :

Tabel 4.1

Anak Perusahaan PT Bank Mandiri, Tbk

Nama Anak Perusahaan Jenis Usaha Kedudukan

Persentase PT Bank Syariah Mandiri (BSM) Perbankan Syariah Jakarta 99,99 % PT Mandiri Investasi Manajer Investasi Jakarta 99,9 %

PT Mandiri Sekuritas Sekuritas Jakarta 95,69 %

PT Mandiri AXA General Insurance Asuransi Umum Jakarta 60 % PT Bank Sinar Harapan Bali (BSHB) Perbankan Denpasar 81,46 % PT Mandiri Tunas Finance (MTF) Pembiayaan

otomotif

Jakarta

51 % PT AXA Mandiri Financial Services Asuransi Jiwa Jakarta 51 %

Sumber : www.bankmandiri.co.id

4.1.2. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk

(60)

Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran Bank Rakyat Indonesia.

Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa Bank Rakyat Indonesia adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Karena adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan Bank Rakyat Indonesia sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari Bank Rakyat Indonesia, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Gambar

Tabel 1.1 Aktivitas Perdagangan Saham PT Bank Mandiri, Tbk dan PT Bank Rakyat
Gambar 2.1
Tabel 3.1 Proses pemilihan Target Populasi
Tabel 4.1 Anak Perusahaan PT Bank Mandiri, Tbk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data merupakan suatu proses pencarian dan penyusunan yang sistematis terhadap hasil-hasil wawancara, catatan lapangan, dan lain-lain yang dikumpulkan agar

Heru prasetia, Pakaian, Gaya, dan Identitas Perempuan Islam , (Desantara Foundation:Depok, 2010), 35.. besar meluangkan waktu kosong mereka dengan kegiatan yang berhubungan

Justeru kerana itu, kajian ini lebih berfokus kepada keperluan remaja khususnya mereka yang terlibat dengan salah laku ponteng dalam mengenal pasti tekanan hidup,

Dari ketiga grafik tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar jumlah hidrogen yang digunakan PEM fuel cell maka semakin besar kapasitas arus maksimum yang dihasilkan

Sebagai Universitas Islam terkemuka dalam membangun generasi khaira ummah, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi atas dasar nilai – nilai Islam dan membangun peradaban

Jamur yang mengkontaminasi baik pada beras dan jagung di pasar Kereneng, Agung, Badung dan Ketapaian adalah. Aspergillus flavus, Aspergillus niger dan

Peraturan Daerah Kota Sukabumi tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dibentuk selain untuk melaksanakan ketentuan Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang

Secara umum tingkat kepuasan pengguna terhadap penggunaan sistem masih jauh dari batas toleransi, terlihat lebih dari 80% responden memberikan penilaian yang lebih baik pada sistem