• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sistem Rujukan KIA di Puskesmas Perumnas Bt.VI Pematang Siantar tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sistem Rujukan KIA di Puskesmas Perumnas Bt.VI Pematang Siantar tahun 2015"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

ANALISIS SISTEM RUJUKAN KIA DI PUSKESMAS PERUMNAS BT.VI PEMATANG SIANTAR

TAHUN 2015

I. Dokter puskesmas

1. Karakteristik Informan

Nama : dr. Ernawaty Tarigan

Umur : 38 Tahun

1) Apakah dokter ikut berperan dalam pemberian surat rujukan pasien KIA?

kalau rujukan persetujuannya memang harus dari saya

2) Bagaimana menurut anda kesiapan petugas KIA dalam menerima pasien KIA?

Siap ga siaplah. Bidan koordinatornya disini kebetulan cuma 1, yang lainnya masih bidan muda. Jadi kalau ada masalah atau komplikasi hamil dan bersalin suka keteteran. Apalagi kalau pasien datang malam, bidan ga ada ditempat, mau gak mau kami rujuk.

3) Bagaimana menurut anda perkembangan jumlah rujukan KIA setiap tahunnya khususnya dalam era JKN?

Sering sekali banyak yang datang tau-tau langsung mintak surat rujukan. apalagi semenjak diberlakukannya BPJS..wihhh, melonjak sekali

4) Adakah tantangan puskesmas dalam mengurangi jumlah rujukan KIA?

banyak.belumlah pasien ngotot-ngotot mau dirujuk, fasilitas kadang

gak mendukung, macamlah…termasuk lah itu pasien KIA. Bidan

(2)

suka keteteran. Apalagi kalau pasien datang malam, bidan ga ada ditempat, mau gak mau kami rujuk.

5) Apakah puskesmas sudah menjalankan sistem rujukan KIA sesuai dengan anjuran BPJS kesehatan dalam hal 155 diagnosis penyakit?

Kadang kita ga bisa maksa untuk bilang sama pasien yah itu masih dalam 155 penyakit yang bisa kami tanganin. Karena yang ngasih rujukan itu kan dokter spesialis kandungan, ya saya rasa beliau ga akan sembarangan kasih diagnosa. Saya juga kurang hafal sih sebenarnya masalah di KIA itu yang termasuk dalam 155 diagnosis penyakit apa aja. Pokoknya berdasarkan kemampuan kami aja kalau untuk pasien KIA nya, kalau memang ga sanggup, ya kami rujuk, daripada membahayakan pasiennya.

6) Apa saja indikasi pasien KIA yang menyebabkan pasien tersebut harus dirujuk?

Banyak ya macam indikasinya yang menyebabkan harus kami rujuk..tuk ibu hamil yang sering. Katanya karena anak pertama mau USG, kalau ga bilang baru jatuh harus USG, ya kami kasih surat rujukan. yang paling banyak nya lagi, datang-datang kepuskesmas pasiennya udah bawa surat rekomendasi rujukan dari dokter spesialis, diagnosanya beragam. Ada yang Post SC anak pertama, ketuban pecah dini, Eklampsia, pre-eklampsia

7) Bagaimana proses atau alur rujukan pasien mulai datang hingga pasien siap dirujuk/mendapatkan surat rujukan?

Pasien datang ke puskesmas, ada yang ke poli umum, ada yang ke KIA. Yang ke poli umum saya yang periksa. Kalau untuk pasien KIA bidan penanggung jawabnya yang melayani. Tapi kalau rujukan persetujuannya memang harus dari saya.

(3)

2. Pertanyaan

1) Apakah anda berperan dalam memberikan rujukan kepada pasien KIA?

Pokoknya begitu dia mendaftar ke kartu mau dirujuk atau berobat harus ke KIA dulu. Biasanya saya baca dulu surat rekomendasinya, kalau memang perlu dirujuk ya saya panggil dokter, nanti dokter yang memutuskan dan tanda tangan surat rujukannya.

2) Apakah anda sudah pernah mengikuti pelatihan khusus penanganan persalianan (APN) atau yang lainnya?

Pelatihan pernah, mulai ada BPJS itu lah, tapi paling sekali 3 bulan. Kalo APN memang blum pernah saya ikuti.

3) Apakah pernah ada kasus gawat darurat maternal yang harus segera dirujuk oleh puskesmas?

Merujuk pasien gawat darurat pernah, waktu itu ketuban pecah dini. Padahal belum ada tanda-tanda persalinan, saya langsung panggil dokter untuk periksa. Menurut dokter dirujuk saja, karena biar ditangani sama yang lebih ahli kandungan.

4) Bagaimana perbandingan jumlah pasien KIA yang dirujuk dengan yang mampu ditangani?

Banyakan yang dirujuk saya rasa jadinya dari pada yang kami tangani, apalagi untuk persalinannya.

5) Bagaimana menurut anda kesiapan puskesmas khususnya petugas KIA dalam menghadapi peraturan baru dalam era JKN mengani 155 diagnosis yang harus mampu ditangani?

Peraturan BPJS yang 155 diagnosis itu? Ada sih beberapa yang saya tau, tapi banyakan yang lupa..hehehe..banyak kali. Ga berpatokan sama itu lah dek..harus disesuaikan juga sama kemampuan puskesmasnya lah. Kalau saya pribadi ya pasien yang masih bisa saya bantu, saya bantu. Kayak ANC biasakan..mmm.. trus persalinan normal juga kami layani.

6) Bagaimana menurut anda pemanfaatan KIA oleh ibu hamil di wilayah kerja puskesmas perumnas Bt. VI?

Ibu hamil yang mau ANC banyak pasien kami, tapi y itu paling pemeriksaan pertama sampai ketiga paling lama disini, abis itu udah ga muncul-muncul lagi orangnya.

7) Pasien KIA dengan indikasi apa saja yang pernah dirujuk oleh puskesmas?

Indikasinya macam-macam, ketuban pecah dini pernah, primigravida, multigravida atau anak udah keempat entah kelima gitu

(4)

Sebagian karna ga punya USG itu disini dek, jadi kadang susah mau ga banyak rujuk.

9) Bagaimana proses diagnosis hingga pasien memperoleh rujukan tersebut?

Kalau pasien KIA pertamanya ya pasti ke saya dulu yah..kita di KIA. Pokoknya begitu dia mendaftar ke kartu mau dirujuk atau berobat harus ke KIA dulu. Kadang suka pusing juga ya liat pasien ini datang-datang udah tinggal bawa surat rujukan aja dari dokter, kalau ga dikasih ya udah pasti ngotot. Biasanya saya baca dulu surat rekomendasinya, kalau memang perlu dirujuk ya saya panggil dokter, nanti dokter yang memutuskan dan tanda tangan surat rujukannya.

10) Apakah setiap pasien khususnya ibu hamil yang dirujuk selalu melalui petugas KIA terlebih dahulu?

Kalau pasien KIA pertamanya ya pasti ke saya dulu yah..kita di KIA. Pokoknya begitu dia mendaftar ke kartu mau dirujuk atau berobat harus ke KIA dulu. Kadang suka pusing juga ya liat pasien ini datang-datang udah tinggal bawa surat rujukan aja dari dokter, kalau ga dikasih ya udah pasti ngotot.

11) Adakah kerjasama puskesmas khususnya petugas KIA dengan bidan desa?

Kerja sama dengan bidan desa ya ada, tapi gitu-gitu aja lah dek, namanya aja kerja sama tapi kalau ada pasien sama dia, ya dialah yang tangani

12) Pernahkah bidan desa merujuk pasien KIA ke puskesmas?

blum pernah ada pasiennya yang dirujuk kemari.

III. Petugas Rujukan

(5)

Saya tinggal mencatat pasien yang meminta rujukan yang sudah dari dokter duluan

2) Bagaimana aturan BPJS kesehatan terhadap sistem rujukan di puskesmas?

Seharusnya kan puskesmas yang menentukan diagnosanya yah, baru diputuskan dirujuk apa ga diliat dari 155 diagnosa penyakit itu. tapi memang iya banyak sekali yang datang tinggal minta rujukan aja, karena ada surat rekomendasi rujukan dari dokter.

3) Bagaimana menurut anda pelaksanaan sistem rujukan di puskesmas Perumnas Bt. VI?

Masih banyak kekurangan memang rujukan KIA kami disini, banyak yang ga sesuai prosedur, sampai sering ditegur BPJS kami.

4) Apakah ada tantangan puskesmas dalam menjalankan rujukan kesehatan?

bisa jadi karena memang kurang lengkap juga alat-alat disini..udah gitu karna kami ga punya dokter spesialis dan didukung sama kurang lengkapnya alat tadi, jadi kayaknya surat rujukan rekomendasi dari dokter itu kuat pengaruhnya

5) Adakah kebijakan tertentu yang dilakukan puskesmas dalam mengurangi rujukan?

Kami sih masih berusaha mengurangi jumlah rujukan..ya tapi..masih proseslah.

6) Sudahkah puskesmas menjalankan rujukan sesuai dengan anjuran BPJS mengenai 155 penyakit yang harus dapat ditangani puskesmas?

(6)

1) Apa alasan anda sehingga anda ingin meminta surat rujukan?

Rencananya mau operasi sekalian tutup. Kalau ke puskesmas kan repot minta surat rujukannya, pasti mereka gak mau kasih karena kan ga ada masalah sama kehamilan saya, nanti disuruhnya langsung kerumah sakit, jadi lebih enak kan periksa dulu ke dokter spesialis, sekalian saya kontrol bulanannya sama dokter itu.

2) Apakah anda datang ke puskesmas hanya untuk meminta surat rujukan? atau sudah adakah pemeriksaan sebelumnya di KIA?

Iya saya kesini mau minta rujukan. udah bawa surat rekomendasi dari dokter kandungan. Saya kan pakai kartu BPJS makanya minta rujukannya harus kesini dulu, biar nanti melahirkannya bisa di rumah sakit.

3) Bagaimana menurut anda dengan pelayanan petugas bidang KIA?

Kalau saya rasa masih kurang ya..Dulu kira-kira berapa tahun yang lalu yah..ehh.sekitar 2 tahun lah saya periksa hamilnya disini. Dulu kan blum punya kartu BPJS, masih umum. Kan lebih murah yah kalau disini. Tapi waktu bersalin nya itu yang gak enak..namanya orang bersalin kan malam hari biasanya, eh puskesmasnya tutup.

4) Apakah anda sering melakukan pemeriksaan selama kehamilan ke puskesmas?

Semenjak BPJS ini saya pernah 2 atau 3 kali lah kesini, ini ketiga kalinya, saya mau minta surat rujukan ke rumah sakit, mau bersalin disana ajah. Kemarin kesini bawa suami berobat ke poli gigi, lama kali dilayanin, dokternya malah dibilang lagi beli makan. Saya lihat pegawainya kebanyakan, jadi seringan gossip, kadang suka ngerasa gak dilayanin betul-betul.

5) Bagaimana minat anda mendapatkan pelayanan kesehatan semenjak di berlakukannya JKN?

6) Pentingkah menurut anda pemeriksaan kehamilan di puskesmas?

Tergantung kenyamanan aja sih. Pokoknya periksa, mau kemana periksanya yang penting kitanya enak, gak ada keraguan.

(7)

No. Handphone :

Alamat :

Tanggal/Waktu Wawancara :

2. Pertanyaan

1) Apakah anda menjalin kerjasama yang baik oleh puskesmas Perumnas Bt.VI ?

Memang harus kerja samalah dek, saya kan juga bagian dari puskesmas ini

2) Kemana biasanya anda merujuk pasien ibu hamil dan bersalin?

saya sarankan aja langsung kerumah sakit bagi yang pasien umum

kalau yang BPJS saya sarankan ke dokter spesialis dulu minta surat rekomendasi rujukan, karena kan kalau ke puskesmas langsung minta rujukan tapi keadaan kita dilihat masih baik-baik aja mereka gak mau ngasih surat rujukan.

3) Pernahkah anda merujuk pasien ibu hamil maupun bersalin ke puskesmas? Jika” tidak”,mengapa? jika “ya”dengan indikasi apa?

Kalau merujuk ke puskesmas belum pernah. Seperti ada kasus pre

eklampsi, saya sarankan rujuk, langsung pasiennya memang yang

gam mau dirujuknya ke puskesmas. Cemana yah..hehehe.. peralatan

disitu dengan punya saya juga sama aja kan nya?kalau ada pasien

yang kira-kira bermasalah nantinya, saya sarankan aja langsung

kerumah sakit bagi yang pasien kalau yang BPJS saya sarankan ke

dokter spesialis dulu minta surat rekomendasi rujukan, karena kan

kalau ke puskesmas langsung minta rujukan tapi keadaan kita dilihat

masih baik-baik aja mereka gak mau ngasih surat rujukan.

4) Manakah menurut anda yang lebih baik merujuk pasien ke puskesmas terlebih dahulu atau langsung merujuk ker rumah sakit?

saya sarankan rujuk, langsung pasiennya memang yang gam mau dirujuknya ke puskesmas. Cemana yah..hehehe.. peralatan disitu dengan punya saya juga sama aja kan nya?

5) Bagaimana menurut anda pelayanan KIA di puskesmas perumnas Bt.VI?

(8)

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

ANALISIS SISTEM RUJUKAN KIA DI PUSKESMAS PERUMNAS BT.VI PEMATANG SIANTAR

1) Apakah dokter ikut berperan dalam pemberian surat rujukan pasien KIA?

2) Bagaimana menurut anda kesiapan petugas KIA dalam menerima pasien KIA?

3) Bagaimana menurut anda perkembangan jumlah rujukan KIA setiap tahunnya khususnya dalam era JKN?

4) Adakah tantangan puskesmas dalam mengurangi jumlah rujukan KIA? 5) Apakah puskesmas sudah menjalankan sistem rujukan KIA sesuai

dengan anjuran BPJS kesehatan dalam hal 155 diagnosis penyakit?

6)Apa saja indikasi pasien KIA yang menyebabkan pasien tersebut harus dirujuk?

(9)

II. Bidan KIA

1) Apakah anda berperan dalam memberikan rujukan kepada pasien KIA? 2) Apakah anda sudah pernah mengikuti pelatihan khusus penanganan

persalianan (APN) atau yang lainnya?

3) Apakah pernah ada kasus gawat darurat maternal yang harus segera dirujuk oleh puskesmas?

4) Bagaimana perbandingan jumlah pasien KIA yang dirujuk dengan yang mampu ditangani?

5) Bagaimana menurut anda kesiapan puskesmas khususnya petugas KIA dalam menghadapi peraturan baru dalam era JKN mengani 155 diagnosis yang harus mampu ditangani?

6) Bagaimana menurut anda pemanfaatan KIA oleh ibu hamil di wilayah kerja puskesmas perumnas Bt. VI?

7) Pasien KIA dengan indikasi apa saja yang pernah dirujuk oleh puskesmas?

8) Mengapa pasien tersebut harus dirujuk?

9) Bagaimana proses diagnosis hingga pasien memperoleh rujukan tersebut?

10) Apakah setiap pasien khususnya ibu hamil yang dirujuk selalu melalui petugas KIA terlebih dahulu?

11) Adakah kerjasama puskesmas khususnya petugas KIA dengan bidan desa?

(10)

III. Petugas Rujukan

1. Karakteristik Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Jabatan :

No. Handphone :

Alamat :

Tanggal/Waktu Wawancara :

2. Pertanyaan

1) Bagaimana proses pasien datang hingga anda memberikan surat rujukan? 2) Bagaimana aturan BPJS kesehatan terhadap sistem rujukan di puskesmas? 3) Bagaimana menurut anda pelaksanaan sistem rujukan di puskesmas

Perumnas Bt. VI?

4) Apakah ada tantangan puskesmas dalam menjalankan rujukan kesehatan? 5) Adakah kebijakan tertentu yang dilakukan puskesmas dalam mengurangi

rujukan?

(11)

IV. Pasien KIA yang dirujuk

1. Karakteristik Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Jabatan :

No. Handphone :

Alamat :

Tanggal/Waktu Wawancara :

2. Pertanyaan

1) Apa alasan anda sehingga anda ingin meminta surat rujukan?

2) Apakah anda datang ke puskesmas hanya untuk meminta surat rujukan? atau sudah adakah pemeriksaan sebelumnya di KIA?

3) Bagaimana menurut anda dengan pelayanan petugas bidang KIA? 4) Apakah anda sering melakukan pemeriksaan selama kehamilan ke

puskesmas?

5) Bagaimana minat anda mendapatkan pelayanan kesehatan semenjak di berlakukannya JKN?

(12)

V. Bidan desa

1. Karakteristik Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Jabatan :

No. Handphone :

Alamat :

Tanggal/Waktu Wawancara :

2. Pertanyaan

1) Apakah anda menjalin kerjasama yang baik oleh puskesmas Perumnas Bt.VI ?

2) Kemana biasanya anda merujuk pasien ibu hamil dan bersalin?

Pernahkah anda merujuk pasien ibu hamil maupun bersalin ke puskesmas?

Jika” tidak”,mengapa? jika “ya”dengan indikasi apa?

3) Manakah menurut anda yang lebih baik merujuk pasien ke puskesmas terlebih dahulu atau langsung merujuk ker rumah sakit?

(13)
(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 2007.Rujukan Maternal dan Neonatal : Jakarta. Departemen kesehatan Republik Indonesia.

---, 2008.Upaya penurunan angka kematian ibu: Jakarta. Departemen kesehatan Republik Indonesia.

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pengembangan Pelayanan Obstetri Neonatal emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas. Depkes RI. Jakarta.

Hulton A Louise, 2000. A framework for the evaluation of quality of care in maternity services: Southampton.

Kemenkes RI2013, Buku Saku FAQ (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

---, 2014 : Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional Dalam sistem Jaminan Sosial nasional, Jilid 1: Kementerian Kesehatan RI.

Moleong.Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosda Karya Offset.

Mubarak, Wahit Iqbal. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Konsep dan Aplikasi dalam Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta.

Meliala, 2012.Penyusun Kerangka Manual Rujukan Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta.2012.Manual Rujukan Kehamilan, Persalinan, dan Bayi baru lahir.www.kebijakankesehatanindonesia.net. Diakses pada Juli 2015.

Permenkes nomor 741 Tahun 2008, tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota: Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan.

---, nomor 1464 Tahun 2010, tentang Izin dan penyelenggaraan praktik bidan: Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan.

---, nomor 001 Tahun 2012, tentang Pelaksanaan sistem rujukan berjenjang: Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan.

---, nomor 71 Tahun 2013, tentang Pelayanan kesehatan pada jaminan kesehatan nasional: Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan.

(16)

---, nomor 75 Tahun 2014, tentang Pusat Kesehatan Masyarakat: Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 72 Tahun 2012, tentang Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Peraturan Republik Indonesia.

Pembe et al. BMC Health Services Research 2010,Effectiveness of maternal referral system in a rural setting: a case study from Rufiji district, Tanzania.http://www.biomedcentral.com. Diakses pada November 2015.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, Tentang Kesehatan. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011, Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan

metode penelitian kualitatif.

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Perumnas Bt.VI Pematang

Siantar.Pada bulan Oktober 2015. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah

belum pernah ada dilakukan penelitian sebelumnya dilokasi dan dengan judul

yang sama, dan adanya peningkatan jumlah ibu hamil dan bersalin yang sangat

signifikan hingga tahun 2015.

3.3. Informan Penelitian

Pemilihan informan pada penelitian kualitatif berdasarkan pada prinsip

penelitian kualitatif, yaitu prinsip kesesuaian (appropriateness), dan kecukupan

(adequacy).Prinsip kesesuaian dimana informan dalam penelitian ini dipilih

berdasarkan kesesuaian dalam topik penelitian ini dimana informan tersebut yang

bertanggung jawab dalam pelayanan kesehatan. Prinsip kedua yaitu kecukupan

dimana informan yang dipilih mampu menggambarkan dan menjelaskan

informasi yang cukup untuk penelitian ini.

Berdasarkan hal tersebut maka informan dalam penelitian ini adalah sebanyak

5 orang. 1 orang bidan petugas KIA, 1 orang petugas rujukan, 1 orang dokter

puskesmas tempat penelitian, 1 orang bidan desa, dan 1 orang pasien yang

(18)

3.4. Metode pengumpulan data

1. Data primer

Data primer diperoleh dari hasil survei (wawancara) mendalam

terhadap narasumber/ informan penelitian.Selain itu juga dilakukan

observasi langsung oleh peneliti.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan telaah

dokumen.Dalam studi kepustakaan peneliti mempelajari dan

mengumpulkan keterangan maupun bahan yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas.Sedangkan telaah dokumen dilakukan untu

membandingkan hasil wawancara dengan data-data rujukan, dan

dokumen yang terkait dengan masalah penelitian.

3.5. Definisi Operasional

1. Jumlah Rujukan KIA adalah jumlah ibu hamil dan bersalin yang dirujuk

oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas).

2. Alur rujukan KIA adalah mulai dari mana dan oleh siapa dilakukan

rujukan (puskesmas ke-rumah sakit).

3. Sumber daya manusia yaitu petugas kesehatan dilihat dari ketersediaan

dan kualitas kerja berdasarkan standar yang sudah ditetapkan.

4. Fasilitas dan sarana kesehatan adalah segala perlengkapan yang diperlukan

puskesmas untuk mendukung pelayanan kerja bidang KIA di puskesmas.

(19)

Data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara kemudian dicatat, dan di

analisis secara manual. Data kualitatif yang berasal dari wawancara tersebut

kemudian di analilis menggunakan metode content analisis.

Adapun tahap- tahap pengolahan data tersebut antara lain :

1. Mengumpulkan smua data dari hasil wawancara maupun observasi

2. Mencatat smua hasil atau transkip data yang sudah diperoleh

3. Melakukan kategorisasi dan tanda data berdasarkan karakteristik dan pola

jawaban, dan disajikan dalam bentuk matriks.

4. Menganalisis variable-variabel serta menghubungkan dengan teori yang

ada dan hasil penelitian sebelumnya.

5. Menyajikan data dalam bentuk matriks dan kualitatif

3.7. Validasi data

Dalam penelitian kualitatif keabsahan data merupakan konsep penting, Oleh

karena itu, pada penelitian ini untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh,

peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang dilakukan oleh peneliti

dalam penelitian yaitu triangulasi sumber.

Triangulasi sumber dilakukan dengan membadingkan informasi yang

diperoleh dari informan yang berbeda untuk melakukan cross check terhadap

kondisi yang sebenarnya, dan memilih informan yang dapat memberikan jawaban

(20)

Tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari data yang didapat dilapangan.

Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian

rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.Reduksi tidak perlu diartikan

sebagai kuantifikasi data.

Cara reduksi data :

1. Seleksi ketat data

2. Ringkasan atau uraian singkat

3. Menggolongkan dalam pola yang lebih luas

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi di susun,

sehingga kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

(21)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Perumnas Bt.VI

Puskesmas Perumnas Bt. VI merupakan puskesmas rawat inap yang

berdiri pada tahun 1980. Puskesmas Perumnas Bt. VI salah satu UPT yang ada

dibawah Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, dan terletak di Kecamatan

Siantar desa Lestari indah yang letak geografisnya adalah :

- Sebelah Barat dengan : Kota Pematang Siantar

- Sebelah Timur dengan : Kecamatan Gunung Malela

- Sebelah Utara dengan : Kecamatan Gunung Maligas

- Sebelah Selatan dengan : Kecamatan Tanah Jawa

4.1.2. Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Bt. VI

Wilayah kerja puskesmas bisa berdasarkan kecamatan, faktor kepadatan

penduduk, luas daerah, keadaan demografi, dan keadaan infrastruktur lainnya

yang merupakan bahan perimbangan dalam menentukan wilayah kerja

puskesmas. Bentuk bangunan Puskesmas bertingkat dua dengan jenis bangunan

permanent, lokasi Puskesmas berada di tepi jalan raya. Sejak tahun 2009

Puskesmas Perumnas Bt. VI membuka Pelayanan selama 24 jam, serta memiliki

fasilitas rawat inap. Adapun desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas

(22)

2. Siantar estate

3. Rambung merah

4. Karang bangun

5. Pem.simalungun

6. Dolok marlawan

7. Pantoan maju

8. Dolok hantaran

9. Sitalasari

10.Laras dua

11.Nusa harapan

12.Lestari

Wilayah kerja Puskesmas Perumnas Bt. VI memiliki jumlah penduduk

sebanyak 50.101jiwa dengan jumlah penduduk laki laki sebanyak 25.197 jiwa dan

jumlah penduduk perempuan sebanyak 24.904 jiwa.

Tabel 4.1 Jumlah penduduk berdasarkan Desa

No Desa Laki laki Perempuan Jumlah

1 Marihat baris 1881 1722 3603

2 Siantar estate 1894 1951 3845

3 Rambung merah 2658 2640 5298

4 Karang bangun 2451 2456 4907

5 Pem.simalungun 4838 4888 9726

6 Dolok marlawan 1487 1548 3035

(23)

8 Dolok hantaran 1846 2083 3929

9 Sitalasari 1965 2078 4043

10 Laras dua 1279 1325 2604

11 Nusa harapan 1563 1740 3303

12 Lestari indah 2046 1743 3789

Total 25197 24904 50101

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun Tahun 2011

Jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Perumnas Bt. VI sebanyak 35

orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Perumnas Bt. VI

No Tenaga kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum 3 orang

2 Dokter Gigi 2 orang

3 Tenaga Ahli Kes. Masyarakat 5 orang

4 Bidan 14 orang

5 Perawat 6 orang

6 Sanitarian 3 orang

7 Farmasi 1 orang

8 Perawat gigi 1 orang

Sumber : Profil Puskesmas Perumnas Bt. VI Tahun 2013

4.2. Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang yang terdiri dari dokter

puskesmas, petugas KIA, petugas rujukan, bidan desa, dan 1 orang pasien KIA

peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Perumnas Bt. VI.Karakteristik Informan

dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

(24)

Infor

Hasil penelitian menunjukan dari 5 informan yang diwawancarai,

mengatakan bahwa alur rujukan tidak sesuai dengan standart sistem rujukan yang

seharusnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Pendapat informan tentang Alurrujukan KIA

No. Informan Pernyataan

Informan I Pasien datang ke puskesmas, ada yang ke poli umum, ada

yang ke KIA. Yang ke poli umum saya yang periksa. Kalau

untuk pasien KIA bidan penanggung jawabnya yang

melayani. Tapi kalau rujukan persetujuannya memang harus

dari saya. Banyak ya macam indikasinya yang menyebabkan

harus kami rujuk..tuk ibu hamil yang sering. Katanya karena

anak pertama mau USG, kalau ga bilang baru jatuh harus

USG, ya kami kasih surat rujukan. yang paling banyak nya

lagi, datang-datang kepuskesmas pasiennya udah bawa surat

rekomendasi rujukan dari dokter spesialis, diagnosanya

beragam. Ada yang Post SC anak pertama, ketuban pecah

dini, Eklampsia, pre-eklampsia, banyaklah. Kadang kita ga

bisa maksa untuk bilang sama pasien yah itu masih dalam

(25)

rujukan itu kan dokter spesialis kandungan, ya saya rasa

beliau ga akan sembarangan kasih diagnosa. Cuma kalau

mereka datang tetap diperiksa bidan dulu memastikan, selagi

masih bisa di check tanpa USG.

Informan II Kalau pasien KIA pertamanya ya pasti ke saya dulu yah..kita

di KIA. Pokoknya begitu dia mendaftar ke kartu mau dirujuk

atau berobat harus ke KIA dulu. Ibu hamil yang mau ANC

banyak pasien kami, tapi y itu paling pemeriksaan pertama

sampai ketiga paling lama disini, abis itu udah ga

muncul-muncul lagi orangnya. Nanti kira- kira udah bulan nya mau

partus datang udah bawa surat rujukan. yang lebih parah

kadang ada yang ga pernah periksa udah main datang aja

bawa surat rujukan dari dokter. Kadang suka pusing juga ya

liat pasien ini datang-datang udah tinggal bawa surat rujukan

aja dari dokter, kalau ga dikasih ya udah pasti ngotot.

Biasanya saya baca dulu surat rekomendasinya, kalau

memang perlu dirujuk ya saya panggil dokter, nanti dokter

yang memutuskan dan tanda tangan surat rujukannya.

Indikasinya macam-macam, ketuban pecah dini pernah,

primigravida, multigravida atau anak udah keempat entah

kelima gitu, Sebagian karna ga punya USG itu disini dek,

jadi kadang susah mau ga banyak rujuk.Banyakan yang

dirujuk saya rasa jadinya dari pada yang kami tangani,

apalagi untuk persalinannya.

Informan III Seharusnya kan puskesmas yang menentukan diagnosanya

yah, baru diputuskan dirujuk apa ga diliat dari 155 diagnosa

penyakit itu. tapi memang iya banyak sekali yang datang

tinggal minta rujukan aja, karena ada surat rekomendasi

rujukan dari dokter. Kenapa? bisa jadi karena memang

(26)

punya dokter spesialis dan didukung sama kurang

lengkapnya alat tadi, jadi kayaknya surat rujukan

rekomendasi dari dokter itu kuat pengaruhnya. Masih

banyak kekurangan memang rujukan KIA kami disini,

banyak yang ga sesuai prosedur, sampai sering ditegur BPJS

kami.

Informan IV Memang harus kerja samalah dek, saya kan juga bagian dari

puskesmas ini. Kalau merujuk ke puskesmas belum pernah.

Seperti ada kasus pre eklampsi, saya sarankan rujuk,

langsung pasiennya memang yang gam au dirujuknya ke

puskesmas. Cemana yah..hehehe.. peralatan disitu dengan

punya saya juga sama aja kan nya?kalau ada pasien yang

kira-kira bermasalah nantinya, saya sarankan aja langsung

kerumah sakit bagi yang pasien umum..kalau yang BPJS

saya sarankan ke dokter spesialis dulu minta surat

rekomendasi rujukan, karena kan kalau ke puskesmas

langsung minta rujukan tapi keadaan kita dilihat masih

baik-baik aja mereka gak mau ngasih surat rujukan. Udah

lumayan bagus menurut saya. Tapi kadang ya itu tadi,

alatnya banyak yang kurang lengkap, jadi kurang maksimal.

Jadi apa-apa urusannya udah langsung kami kasih aja ke

operasi sekalian tutup. Kalau ke puskesmas kan repot minta

surat rujukannya, pasti mereka gak mau kasih karena kan ga

ada masalah sama kehamilan saya, nanti disuruhnya

(27)

dokter spesialis, sekalian saya kontrol bulanannya sama

dokter itu. Karena udah kenal dan biar nanti operasinya sama

dokter itu juga di rumah sakit, ya dikasihlah itu surat

pengantar rujukan. saya ga ngerti itu diagnosanya dibuatin

apa sama dokter, yang jelas kalau kita minta rujukan dokter

nya bilang iya..iya bisa..gampang itu. Baik kali dokternya,

ramah, pintar lagi.

Berdasarkan informasi dari beberapa informan tersebut mengenai alur

rujukan KIA maka diperoleh hasil bahwa alur rujukan tidak sesuai dengan

standar. Pasien KIA datang ke ruang KIAsudah membawa surat pengantar dari

dokter spesialis tempat memeriksakan kandungan sebelumnya, kemudian bidan

melaporkan kepada dokter puskesmas, dokter langsung memberikan surat

rujukan, karena pemeriksaan lanjutan sulit dilakukan akibat ketersediaan alat dan

kurangnya kemampuan atau kualitas SDM puskesmas.

4.4 Pelayanan sistem rujukan KIA ( Ibu hamil dan bersalin) Puskesmas

Perumnas Bt. VI

4.4.1 Ketersediaan SDM

Hasil penelitian menunjukan dari 5 informan yang diwawancarai,

mengatakan bahwa jumlah pegawai yang sudah ada mencukupi standar. Hal ini

(28)

Tabel 4.5 Pendapat informan tentang ketersediaan sumber daya manusia puskesmas

No. Informan

Pernyataan

Informan I Oh kalo kami banyak disini, sekitar 20 lebih. Karena ada honor

daerah gitu, untuk puskesmas ini honor saja ada 11 orang, 2

orang lagi di puskesmas pembantu. Kalau untuk bagian KIA

sendiri ada 1 bidan penanggung jawabnya. Dokter spesialis

kandungan tidak ada, tapi kalo dokter gigi ada 2, dokter umum

kami ada bertiga termasuk kepala puskesmas. namun 1 orang

dokter blum pernah masuk semenjak bertugas disini karena

sakit. Untuk petugas rujukan sudah dipegang sama 2 orang

pegawai honor daerah. lumayan jarang kewalahan lah dalam

bertugas kalau soal jumlah pegawai. Kadang saya yang agak

repot, karena sudah lama ini kan masih saya sendiri saja yang

stay ditempat.

Informan II Yang tetap sebagai penanggung jawabnya atau koodinator sih saya…tapi kadang ya smua bisa merangkap kesini,kan bidan banyak, Cuma sebagian pekerjaanya struktural,ada yang

kerujukan, ada yang ke bagian kartu. karna honor itu.

Puskesmas ini sendiri kan 24 jam, jadi system kerjanya kami

shift-shift an, ya…bagi-bagi tugas ajalah, lagian pasien

banyaknya kan seringan pagi. Saya masuk setiap pagi aja, tapi

kalau ada pasien bersalin saya selalu dipanggil kesini. Kerja

sama dengan bidan desa ya ada, tapi gitu-gitu aja lah dek,

namanya aja kerja sama tapi kalau ada pasien sama dia, ya dial

ah yang tangani, blum pernah ada pasiennya yang dirujuk

kemari.

Informan V Berapa orang persisnya saya sih gak terlalu tau

yah..tapi..mmm..setau saya banyak, sering saya lihat. Karena

(29)

pertama kan periksanya kesini. Biasanya periksa di ruangan

KIA itu..tapi berapa kali datang pegawainya sering rame

didalam, jadi gak tau persis yang didalam itu pegawai yang

bertanggung jawab siapa..berapa orang.

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas maka diperoleh bahwa

ketersediaan sumber daya manusia puskesmas sudah mencukupi jumlah tenaga

kesehatan di puskesmas. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Perumnas Bt.VI

yaitu lebih dari 20 orang.Dari semua jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki

puskesmas bidan merupakan tenaga kesehatan terbanyak, namun 11 orang

diantaranya masih merupakan tenaga kesehatan honorer yang terdiri dari tenaga

kesehatan muda.

4.4.2 Kualitas SDM

Hasil penelitian menunjukan dari 5 informan yang diwawancarai,

mengatakan bahwa berdasarkan kualitas SDM yang sudah ada masih kurang baik.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6 Pendapat informan tentang kualitas sumber daya manusia puskesmas

No. Informan Pernyataan

Informan I Kalau pasien datang kita layani, biasalah..pemeriksaan awal

dulu. Sering sekali banyak yang datang tau-tau langsung

mintak surat rujukan. apalagi semenjak diberlakukannya

BPJS..wihhh, melonjak sekali. tapi y tugas kami menjelaskan

kalau harus tetap kami periksa dulu. Kalau ternyata dari hasil

pemeriksaan memang layaknya dirujuk baru kami rujuk dan

sudah seharusnya peserta BPJS kan tau itu. Ada itu peraturan

(30)

memang kadang-kadang peraturannya kalau saya rasa terlalu

memaksa..cemana kami mau pertahankan ga merujuk dalam

ruang lingkup 155 penyakit itu kalo kendala kami pun

banyak.belumlah pasien ngotot-ngotot mau dirujuk, fasilitas kadang gak mendukung, macamlah…termasuk lah itu pasien KIA. Bidan koordinatornya disini kebetulan cuma 1, yang

lainnya masih bidan muda. Jadi kalau ada masalah atau

komplikasi hamil dan bersalin suka keteteran. Apalagi kalau

pasien datang malam, bidan ga ada ditempat, mau gak mau

kami rujuk. Saya juga kurang hafal sih sebenarnya masalah di

KIA itu yang termasuk dalam 155 diagnosis penyakit apa aja.

Pokoknya berdasarkan kemampuan kami aja kalau untuk

pasien KIA nya, kalau memang ga sanggup, ya kami rujuk,

daripada membahayakan pasiennya. Tapi kalau masih yang

normal-normal aja pasti kami yang atasi.

Informan II Sebelum dan sesudah BPJS berbedalah..kalau ditanya apa

bedanya, dari segi jumlah pasien jelas-jelas meningkat sekali.

Jumlah pegawai juga tambah banyak, tapi pegawai honor

daerah, rata-rata masih muda-muda. Ke KIA ini sendiri juga

gak kalah banyak dengan pasien poli umum. Peraturan BPJS

yang 155 diagnosis itu? Ada sih beberapa yang saya tau, tapi

banyakan yang lupa..hehehe..banyak kali. Ga berpatokan

sama itu lah dek..harus disesuaikan juga sama kemampuan

puskesmasnya lah. Kalau saya pribadi ya pasien yang masih

bisa saya bantu, saya bantu. Kayak ANC biasakan..mmm..

trus persalinan normal juga kami layani. Tapi lebih banyak

pasien non BPJS yang bersalin disini. Kalau yang BPJS,

apalagi yang udah golongan tinggi-tinggi itu mana mau lagi

kesini. Ya awak maklum ajalah dek, sedangkan saya pribadi

aja kalau bisa ke fasilitas yang lebih bagus, ngapain kesini,

(31)

waktu itu ketuban pecah dini. Padahal belum ada tanda-tanda

persalinan, saya langsung panggil dokter untuk periksa.

Menurut dokter dirujuk saja, karena biar ditangani sama yang

lebih ahli kandungan. Pelatihan pernah, mulai ada BPJS itu

lah, tapi paling sekali 3 bulan, Kalo APN memang blum

pernah saya ikuti. Semenjak BPJS ini perbandingan yang

dirujuk dengan yang dilayani hampir samalah.

Informan III Saya tinggal mencatat pasien yang meminta rujukan yang

sudah dari dokter duluan. Ada sih beberapa yang saya tau dari

155 diagnosis penyakit peraturan BPJS itu yang kami langgar

tetap rujuk, bahkan sudah berapa kali juga dapat teguran dari

pihak BPJS nya, tapi mau bagaimana. Kami sih masih

berusaha mengurangi jumlah rujukan..ya tapi..masih

proseslah.

Informan V Kalau saya rasa masih kurang ya..Dulu kira-kira berapa

tahun yang lalu yah..ehh.sekitar 2 tahun lah saya periksa

hamilnya disini. Dulu kan blum punya kartu BPJS, masih

umum. Kan lebih murah yah kalau disini. Tapi waktu

bersalin nya itu yang gak enak..namanya orang bersalin kan

malam hari biasanya, eh puskesmasnya tutup.

Waduhh..kebingungan lah suami saya. Saya udah kesakitan

setengah mati..untung saja rumah sakit ga begitu jauh dari

puskesmas nya, langsung dibawa suami saya kerumah sakit.

Ternyata posisi bayi saya waktu itu sungsang. Terkejut

donk saya, padahal selama pemeriksaan sampai hamil tua

gak ada dikasih tau gitu sama bidannya. Semenjak BPJS ini

saya pernah 2 atau 3 kali lah kesini, ini ketiga kalinya, saya

mau minta surat rujukan ke rumah sakit, mau bersalin

disana ajah. Kemarin kesini bawa suami berobat ke poli

(32)

gossip, kadang suka ngerasa gak dilayanin

betul-betul.Tergantung kenyamanan aja sih. Pokoknya periksa,

mau kemana periksanya yang penting kitanya enak, gak ada

keraguan.

Berdasarkan hasil wawancara kepada informan, kualitas sumber daya

manusia Puskesmas Perumnas Bt.VI masih kurang.Dalam hal informasi 155

diagnosa penyakit masih ada yang belum mengetahui.Hasil wawancara informan

juga mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman informan ketika memerlukan

pelayanan ke puskesmas petugas tidak ada ditempat saat dalam jam bekerja. untuk

Kabupaten Simalungun ada dilakukan pelatihan untuk tenaga kesehatan termasuk

dokter, bidan dan perawat, namun pelatihan yang dilakukan belum memberikan

dampak apapun karena sejauh ini pelatihan yang dilakukan di dinas kesehatan

tersebut hanya berupa pemberian teori-teori mengenai kesehatan.

4.4.3 Ketersediaan Fasilitas dan Sarana Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan menyatakan bila

sarana prasarana di Puskesmas Perumnas Bt.VIkhusus untuk KIA masih kurang

lengkap. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7 Pendapat informan tentang ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan

No. Informan Pernyataan

Informan I Jujur memang saya akui puskesmas kami ini kalau dari segi

ketersedian fasilitas masih kurang lah memang. Lab kami

ga lengkap,paling ada untuk test TB yang lengkap.

ambulance ada, tapi ga pernah dipakai juga, karena disini

(33)

KIA memang kurang sih.. USG blum ada.mmm..itu juga..

kami blum ada itu alat-alat penting untuk

kegawatdaruratan..peralatan utama aja.ya kayak partus set,

oksigen ada, tapi cuma satu, itupun isinya gak ada kalau ga

salah, belum di isi-isi udah lama.

Informan II Masih kurang sih kalau menurut saya..apalagi kalau harus

mengikuti yang 155 penyakit itu. USG aja kami gak

ada.oksigen ada tapi isinya kosong. Kayak vakum, kami

juga gak ada itu, pensteril alat kami masih pakai yang

system rebus, belum yang listrik itu. apalagi yah..hmmm…itulah dek, kalau peralatan untuk yang normal-normal aja ada kami..

Informan V Yang lain-lain apa aja alatnya saya kurang ngerti y..tapi

yang saya tau kalau mau USG ga bisa..ga ada alatnya disitu.

Dari hasil wawancara informan dapat diketahui bahwa fasilitas yang

seharusnya ada dan sangat penting dalam memberikan pelayanan namun tidak ada

seperti : oksigen, USG, vakum, sterilisator, check HB, serta lainnya yang dapat

menunjang pemeriksaan pada penegakan diagnosa dan pemberian tindakan.

Mereka juga mengakui bahwa jumlah sarana dan prasarana memang belum

memadai atau belum sesuai dengan standar yang berlaku sehingga peningkatan

(34)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Alur Rujukan terhadap Jumlah rujukan KIA Puskesmas Perumnas

Bt. VI Pematang Siantar

Dalam Buku Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang Badan

penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan tahun 2014 Sistem rujukan pelayanan

kesehatan adalah Penyelenggaraan Pelayanan kesehatan yang mengatur

pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik

baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan

kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan seluruh fasilitas kesehatan.

Menurut Kemenkes RI Tahun 2013 dalam pedoman penyelenggaraan

puskesmas PONED kebutuhan merujuk pasien tidak hanya dalam kondisi

kegawatdaruratan saja, akan tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani

oleh fasilitas pelayanan rawat inap. Rujukan merupakan komponen penting dan

sering menjadi alternative dalam pelayanan kesehatan ibu dan BBL, terutama

dalam kasus darurat obstetri dan BBL dimana para pencari pelayananan kesehatan

harus mencapai tingkat tinggi perawatan yang dibutuhkan baik dalam kasus kecil

dan kasus fatal waktu.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 50 % dari jumlah rujukan

yang dirujuk oleh puskesmas menunjukkan bahwa proses alur rujukan sudah

sesuai dengan proses rujukan yang seharusnya yaitu melalui pemeriksan ke

puskesmas terlebih dahulu dan dirujuk oleh pihak puskesmas. kasus yang pernah

(35)

abortus. Adapun proses alur rujukan yang sesuai dengan program BPJS kesehatan

yaitu:

---KLAIM---

Sementara 50 % diantaranya tidak melalui proses alur yang sesuai dimana

pasien yang membutuhkan rujukan terlebih dahulu datang ke dokter spesialis,

diperiksa di pelayanan tersebut, kemudian diberikan surat pengantar rujukan yang

ditujukan kepada puskesmas, dan kemudian puskesmas memberikan surat

rujukan. Gambaran alur rujukan KIA di Puskesmas Perumnas Bt. VI yaitu :

---KLAIM---

(36)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan yang menyatakan bahwa banyak

pasien yang datang ke puskesmas sudah membawa surat rekomendasi rujukan dari

dokter spesialis dengan diagnosa yang beragam.

Menurut Meliala (2012), peneliti Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, penting untuk segera menata

sistem rujukan pelayanan kesehatan. Setiap orang sakit seharusnya berobat lebih

dahulu di fasilitas kesehatan primer, dan hanya yang benar-benar membutuhkan

layanan dokter spesialis atau sub spesialis yang dirujuk ke rumah sakit. Idealnya,

dari 1.000 pasien, hanya 21 orang yang dirujuk ke rumah sakit sekunder, dan 1

orang ke rumah sakit tertier

Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai

kebutuhan medis, yaitu:

e. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan

tingkat pertama

f. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat

dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua

g. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat

diberikan atas rujukan dari faskes primer

h. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan

atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer

Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes

tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya,

(37)

5.1.1 Ketersediaan Sumber Daya Manusia terhadap Alur rujukan KIA

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pembe Andrea di Kabupaten Rufiji,

Tanzania mengatakan bahwa dalam sistem rujukan perlu dukungan peningkatan

antenatal, sumber daya manusia dan transportasi, serta jasa postnatal di

puskesmas. dari 1538 wanita disebut 70 % dirujuk untuk resiko demografis, 12 %

untuk riwayat kebidanan, 12 % komplikasi kehamilan dan 5, 5 % untuk

komplikasi post natal. Dalam hasil juga dinyatakan bahwa rujukan ibu menjadi

kurang efektif akibat ketidakpatuhan rujukan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ketersediaan sumber daya

manusia puskesmas sudah mencukupi jumlah tenaga kesehatan di puskesmas.

terlihat dari jumlah tenaga kesehatan di puskesmas perumnas Bt.VI yaitu

sebanyak 35 orang. Namun masih kurang lengkap dengan tidak adanya apoteker,

tenaga promosi kesehatan, dan tenaga pendukung lainnya. Dari semua jumlah

tenaga kesehatan yang dimiliki puskesmas bidan merupakan tenaga kesehatan

terbanyak yaitu 14 orang, namun 10 orang diantaranya masih merupakan tenaga

kesehatan honorer yang terdiri dari tenaga kesehatan muda.

Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tenaga

kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memilki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan

upaya kesehatan.

Sesuai dengan Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya

(38)

manusia di pelayanan tingkat pertama seperti puskesmas yaitu berjumlah 30 orang

dengan 14 jenis tenaga kesehatan antara lain dokter umum dan gigi, apoteker,

perawat, perawat Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Ahli Gizi, TenagaTeknisan

Kefarmasian, Analis Kesehatan, Sanitarian, TenagaKesehatan Masyarakat,

Epidemilog, Tenaga Promosi Kesehatan, Tenaga Pendukung.

Dalam hal ini puskesmas perumnas Bt. VI memiliki jumlah tenaga

kesehatan lebih yaitu berjumlah 35 orang, namun belum memenuhi 14 jenis

tenaga kesehatan yang berdasarkan standart adalah berjumlah 14 jenis jumlah

tenaga kesehatan. Ini dapat mempengaruhi jumlah rujukan KIA karena tidak

didukung oleh ketersediaan jenis tenaga kesehatan.

5.1.2 Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap Alur rujukan KIA

Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012

tentang Sistem Kesehatan Nasional pada Bab V tentang Cara Penyelenggaraan

SKN pada bagian D yaitu Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan dikatakan

pada pasal 274 bahwa Sumber daya pengembangan dan pemberdayaan sumber

daya manusia kesehatan adalah sumber daya pendidikan tenaga kesehatan dan

pelatihan sumber daya manusia kesehatan, yang meliputi berbagai standar

kompetensi, modul dan kurikulum serta metode pendidikan dan latihan, sumber

daya manusia pendidikan dan pelatihan, serta institusi/fasilitas pendidikan dan

pelatihan yang menyediakan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan.

Dalam sumber daya ini juga termasuk sumber daya manusia, dana, cara atau

(39)

pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan mutu sumber daya manusia

kesehatan.

Kenyataan yang didapat dilapangan, kualitas sumber daya manusia

puskesmas Perumnas Bt.VI masih kurang sehingga menyebabkan peningkatan

rujukan pasien KIA. Ini terlihat dari kualitas sumber daya manusia yang masih

belum sesuai dengan standar, dan didukung hasil wawancaran informan yang

mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman informan ketika memerlukan

pelayanan ke puskesmas petugas tidak ada ditempat saat dalam jam bekerja.

Menurut Jahn Albrecht dalam penelitiannya mengenai konsep dan strategi

rujukan kehamilan dan persalinan di Tanzania mengatakan rujukan dapat

dilakukan dengan banyak cara berdasarkan alur, waktu dan kegawatdaruratan.

Dengan demikian dapat dikategorikan arahan pada kehamilan dan melahirkan.

Rujukan ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu, pertama: rujukan pribadi, tergantung

pada keterlibatan fasilitas pertama yang diperoleh ibu, kedua: rujukan antenatal,

mengenai transportasi dan proses kelahiran, ketiga: darurat rujukan. 75 %

diantaranya merupakan modus rujukan yang paling umum adalah rujukan pribadi

dengan tanpa alasan medis tertentu. Dari hasil tersebut Jahn menyatakan bahwa

rujukan akan sering bergantung pada keseimbangan antara usaha dan sumber daya

yang diperlukan untuk transportasi dan pengobatan selanjutnya yang manfaatnya

dapat dirasakan di rumah sakit, sehinga puskesmas jarang dimanfaatkan.

Berdasarkan hasil wawancara kepada informan, untuk Kabupaten

Simalungun ada dilakukan pelatihan untuk tenaga kesehatan termasuk dokter,

(40)

apapun karena sejauh ini pelatihan yang dilakukan di dinas kesehatan tersebut

hanya berupa pemberian teori-teori mengenai kesehatan. Sehingga belum dapat

dijadikan pendorong dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia

puskesmas.

Kualitas sumber daya manusia puskesmas dapat mempengaruhi alur

rujukan yang dapat berpengaruh langsung terhadap jumlah rujukan KIA. Semakin

kurang kualitas SDM nya maka akan semakin berkurang minat pasien untuk

menerima pelayanan di tingkat primer, sehingga memungkinkan untuk mereka

langsung mencari pelayanan kesehatan kepelayanan kesehatan yang lebih

berkualitas seperti pelayanan kesehatan tingkat 2 atau dokter spesialis, atau

bahkan ke rumah sakit dengan alternative meminta surat rujukan terlebih dahulu

dari puskesmas.

Dalam hal ini perlu adanya peningkatan SDM baik itu dari segi

pengetahuan maupun keterampilan agar mekanisme yang dilakukan sesuai dengan

standar pelayanan tingkat pertama, dan juga sosialasi kepada masyarakat tentang

pemahaman dan prosedur pelayanan puskesmas pada program BPJS agar

kebiasaan masyarakat sebelumnya dapat teratasi.

Berdasarkan penelitian di Universitas Southampton tahun 2000

menyatakan bahwa kualitas pelayanan dikatakan baik adalah sejauh mana

perawatan sebenarnya sudah sesuai dengan kriteria yang ada untuk perawatan

yang baik.Dalam hal ini ketersediaan SDM dan fasilitas dan sarana kesehatan

sangat mempengaruhi kualitas pelayanan yang dapat mempengaruhi rujukan

(41)

Sumber Daya Manusia merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya suatu pelayanan yang bermutu. Sumber Daya Manusia yang secara

kuantitas dan kualitas sesuai dengan standar diperlukan sebagai dukungan dalam

menciptakan layanan yang menjadi saringan dalam mengurangi pelanyanan

rujukan yang tidak sesuai dengan syaratnya.

Menurut Nargis topan dalam penelitiannya mengatkan bahwa dalam

mengurangi jumlah rujukan perlu adanya hubungan yang baik antara petugas

kesehatan dengan masyarakat. Nargis membagi menjadi 3 jenis dukungan yang

diperlukan dalam memperlancar proses alur rujukan yaitu dukungan informasi

kriteria tempat rujukan terkait dengan pemanfaatan sektor kesehatan publik,

dukungan biaya transportasi, dan yang terakhir dukungan sistem kesehatan

masyarakat yaitu terkait dengan bagaimana petugas kesehatan menjalin hubungan

dengan masyarakat seperti berupa kepercayaan untuk seperti apa sebaiknya kasus

kesehatannya di tindak lanjuti, apakah dipelukan rujukan atau tidak.

5.1.3 Ketersediaan Fasilitas dan Sarana Kesehatan terhadap Alur rujukan

Sarana adalah seluruh bahan serta fasilitas alat kesehatan yang merupakan

pendukung, pendamping dan pemberi hasil dari sistem pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat. Berdasar Kompedium Alat Kesehatan, alat kesehatan di

fasilitas kesehatan tingkat pertama terdiri dari 3 bagian dan 115 item yaitu alat

kesehatan elektromedik, Alat kesehatan non Elektromedik dan Produk Diagnostik.

Menurut Hakobyan berdasarkan penelitiannya di Armenia, sampai saat ini

puskesmas di Armenia tidak melayani tujuannya sebagai pusat kesehatan

(42)

dibutuhkan.Puskesmas hanya untuk penduduk pedesaan, sedangkan penduduk

perkotaan mencari pelayanan kesehatan ke poliklinik.Alur rujukan KIA bahkan

tidak melalui puskesmas.ibu ANC yang memeriksakan kehamilannya ke dokter

keluarga, bidan desa, dan dokter obgyn dapat langsung merujuk ke rumah sakit

kabupaten maupun langsung ke rumah sakit umum untuk kasus komplikasi

diakibatkan karena ketersediaan fasilitas yang tidak memenuhi dalam tujuan

penanganan kasus.

Zulhadi dalam penelitiannya di Kabupaten Karimun Provinsi Kepri juga

menemukan masih ada keterbatasan sumberdaya di pelayanan dasarseperti sarana

dan peralatan, dan belum disiapkannya RSUDsebagai rumah sakit mampu

PONEK, walaupun aktifaspelayanan 24 jam sudah berjalan. Kurangnya kerjasama

timantar level rujukan yang melibatkan Dinas KesehatanKabupaten, RSUD dan

puskesmas, belum lengkapnya SOP,lemahnya sistem informasi dan alur rujukan

yang by pass masih ditemukan. Diperlukan beberapa kebijakan meliputi

percepatan RSUDsebagai rumah sakit mampu PONEK, penguatan kerjasama

timantar level rujukan, dan pembuatan SOP kasus-kasus maternaldisertai

mekanisme rujukannya yang merupakan langkah awaldalam mengatasi problem

dan tantangan ini.

Dari hasil obeservasi dapat dilihat bahwa fasilitas yang seharusnya ada dan

sangat penting dalam memberikan pelayanan namun tidak ada seperti : oksigen,

USG, vakum, sterilisator, check HB, serta lainnya yang dapat menunjang

(43)

Sehubungan dengan itu berdasarkan jawaban dari seluruh informan, maka

dapat dilihat mereka juga mengakui bahwa jumlah sarana dan prasarana memang

belum memadai atau belum sesuai dengan standar yang berlaku sehingga

peningkatan rujukan di Puskesmas belum dapat diatasi puskesmas diperhatikan

dan dilengkapi sesuai dengan standar puskesmas.

Hal ini didukung dengan pernyataan informan yang menyatakan bahwa

fasilitas puskesmas masih kurang.Didukung dengan USG yang tidak ada, oksigen

yang kosong dan beberapa fasilitas pendukung untuk pelayanan KIA yang masih

belum ada.

Ketersediaan fasilitas dan sarana merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya suatu pelayanan yang bermutu. Fasilitas dan sarana yang

secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan standar diperlukan sebagai salah satu

cara mengurangi jumlah rujukan. apabila fasilitas dan sarana kesehatan di

puskesmas tidak mendukung pelayanan maka dapat mempengaruhi alur rujukan

(44)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pelaksanaan rujukan KIA di Puskesmas Perumnas Bt. VI masih kurang baik,

terbukti dengan belum sesuainya proses alur rujukan KIA sehingga

meningkatkan jumlah rujukan KIA.

2. Alur rujukan KIA di Puskesmas Perumnas Bt.VI sudah sesuai namun

prosesnya masih tidak sesuai dengan proses rujukan yang seharusnya yaitu

puskesmas dilakukan pemeriksaan dan dilakukan rujukan apabila

diperlukan.

3. Sumber daya manusia yang sudah ada di puskesmas masih belum sesuai

dengan standar puskesmas, dari segi kuantitas cukup namun masih kurang

dalam hal kualitas. baik itu dari keterampilannya dan pengetahuannya.

4. Ketersediaan Fasilitas dan Sarana kesehatan di Puskesmas Perumnas Bt. VI

khususnya dalam menunjang pelayanan KIA masihkurang lengkap seperti

USG yang tidak ada, peralatan check laboratorium, tabung oksigen dan

belum sesuai dengan standar Sk Menkes no 75.

6.2. Saran

1. Kepada Dinas Kesehatan agar meninjau kembali kebutuhan puskesmas, baik

fasilitas dan sarana serta SDM tenaga kesehatan.

2. Kepada BPJS Kesehatan agar memberikan sosialisasi dan petunjuk teknis

(45)

Kesehatan mengenai standar 155 diagnosis penyakit yang tidak boleh

dirujuk oleh puskesmas.

3. Kepada kepala puskesmas agar memperhatikan kualitas dan meningkatkan SDM tenaga kesehatan puskesmas Perumnas BT.VI agar dapat

memaksimalkan pelayanan dan mengurangi rujukan. serta mempersiapkan

(46)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Rujukan

Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan

pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab

pelayanan kesehatan secara timbal baik baik secara vertical maupun horizontal

(Permenkes No 001 Tahun 2012).

2.2 Rujukan Maternal dan Neonatal

Rujukan maternal dan neonatal adalah sistem rujukan yang dikelola secara

strategis, proaktif, pragmatis dan koordinatif untuk menjamin pemerataan

pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi

masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun

mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai

peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan

ketrerjangkauan pelayanan kesehatan internal dan neonatal di wilayah mereka

berada (Depkes, 2006).

Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan Neonatal

mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif

dan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan.Setiap kasus

(47)

PONED harus langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap sesuai dengan buku

acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.

Setelah dilakukan stabilisasi kondisi pasien, kemudian ditentukan apakah

pasien akan dikelola di tingkat puskesmas mampu PONED atau dilakukan rujukan

ke RS pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) untuk

mendapatkan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat

kegawatdaruratannya (Depkes RI, 2007) dengan alur sebagai berikut:

1. Masyarakat dapat langsung memanfaatkan semua fasilitas pelayanan

kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal.

2. Bidan desa dan polindes dapat memberikan pelayanan langsung terhadap ibu

hamil, ibu bersalin, ibu nifas baik yang datang sendiri atau atas rujukan

kader/masyarakat. Selain menyelenggarakan pelayanan pertolongan persalinan

normal, bidan di desa dapat melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi

tertentu sesuai dengan tingkat kewenangan dan kemampuannya atau

melakukan rujukan pada puskesmas, puskesmas mampu PONED dan RS

PONEK sesuai dengan tingkat pelayanan yang sesuai.

3. Puskesmas non-PONED sekurang-kurangnya harus mampu melakukan

stabilisasi pasien dengan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang datang

sendiri maupun yang dirujuk oleh kader/dukun/bidan di desa sebelum

melakukan rujukan ke puskesmas mampu PONED dan RS PONEK.

4. Puskesmas mampu PONED memiliki kemampuan untuk memberikan

pelayanan langsung kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru

(48)

desa dan puskesmas. Puskesmas mampu PONED dapat melakukan

pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat

kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada RS PONEK.

5. RS PONEK 24 jam memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan

PONEK langsung terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir

baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa dan

puskesmas, puskesmas mampu PONED.

a. Pemerintah provinsi/kabupaten melalui kebijakan sesuai dengan tingkat

kewenangannya memberikan dukungan secara manajemen, administratif

maupun kebijakan anggaran terhadap kelancaran PPGDON (Pertolongan

Pertama Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatus)

6. Ketentuan tentang persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dapat

dituangkan dalam bentuk peraturan daerah sehingga deteksi dini kelainan

pada persalinan dapat dilakukan lebih awal dalam upaya pencegahan

komplikasi kehamilan dan persalinan.

7. Pokja/ satgas GSI merupakan bentuk nyata kerjasama liuntas sektoral ditingkat

propinsi dan kabupaten untuk menyampaikan pesan peningkatan kewaspadaan

masyarakat terhadap komplikasi kehamilan dan persalinan serta

kegawatdaruratan yang mungkin timbul oleh karenanya. Dengan penyampaian

pesan melalui berbagai instansi/institusi lintas sektoral, maka dapat diharapkan

adanya dukungan nyata masyarakat terhadap sistem rujukan PONEK 24 jam.

8. RS swasta, rumah bersalin, dan dokter/bidam praktek swasta dalam sistem

(49)

pelayanan rujukan. Institusi ini diharapkan dapat dikoordinasikan dalam

kegiatan pelayanan rujukan PONEK 24 jam sebagai kelengkapan pembinaan

pra RS.

2.3Sistem Rujukan Berjenjang

2.3.1 Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan

Dalam Buku Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang Badan

penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan tahun 2014 Sistem rujukan pelayanan

kesehatan adalah Penyelenggaraan Pelayanan kesehatan yang mengatur

pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik

baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan

kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan seluruh fasilitas kesehatan.

Alur Pelayanan Kesehatan

---KLAIM---

Gambar 1. Alur Pelayanan kesehatan PESERTA

FASITAS

KESEHATAAN

PRIMER

BPJS KESEHATAN

EMERGENCY

RUMAH

(50)

2.3.2 Ketentuan Umum

1. Pelayanan Kesehatan perorangan terdiri dari 3 tingkatan yaitu:

a. Pelayanan kesehatan tingakat pertama

b. Pelayanan kesehatan tingakat kedua, dan

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga

2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan dasar

yang diberi oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama

3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan

spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis

yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.

4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan sub

spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub

spesialis yang menggunakan teknologi kesehatan sub spesialistik.

5. Dalam menjalankan pelayanan kesehatan fasilitas kesehatan tingakat pertama

dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan mengacu pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Peserta yang igin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem

rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak sesuai

dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS kesehatan.

7. Fasilitas kesehatan yang tidak menerapakan sistem rujukan makan BPJS

kesehatan akan melakukan recredentialing terhadap kinerja fasilitas kesehatan

tersebut dan dapat berdampak pada lanjutan tingkat pertama.

(51)

9. Rujukan horizontal merupakan rujukan yang dilakukan antar pelayanan

kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberi

pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan

fasilitas, peralatan dan/individu ketenagaan yang sifatnya sementara atau

menetap.

10. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan

yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih

rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.

11. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan

pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:

a. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik;

b. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan

kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/ atau

ketenagaan.

12. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan

pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila :

a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan

kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan

kewenangannya;

b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih

(52)

c membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan

pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan,

efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau

d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan

kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan

dan/atau ketenagaan.

SISTEM RUJUKAN BERJENJANG

Gambar 2. Sistem Rujukan Berjenjang

1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai

kebutuhan medis, yaitu:

a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas

kesehatan tingkat pertama

b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat

Gambar

Tabel 4.1  Jumlah penduduk berdasarkan Desa
Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Perumnas Bt. VI
Tabel 4.4 Pendapat informan tentang Alurrujukan KIA
Gambar 4. Alur Rujukan KIA di Puskesmas Perumnas Bt. VI
+4

Referensi

Dokumen terkait