113
GAMBAR
Gambar 2. Peta: Lokasi Student Centre HMI, sejak 1973, di Jalan Adinegoro No. 15, Medan.
▸ Baca selengkapnya: formateur hmi
(2)114 Gambar 3. Student Centre HMI
Sumber: Dokumentasi milik pengurus HMI Cabang Medan, diambil pada tanggal 21 April 2016
Gambar 4. Kantor khusus KOHATI Cabang Medan
115
Gambar 4. Dies Natalis KOHATI ke-5, pada masa kepemimpinan Nilamsari
Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari
Gambar 5. Peserta Kongres ke X di Palembang
116 Gambar 6. Kegiatan lomba merangkai bunga
Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari
Gambar 7. Peserta Up Grading Nasional COHATI ke II
117 Gambar 8. Diskusi KOHATI
Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari
Gambar 9. Perkumpulan massa Komando Aksi di Lapangan Olahraga
118 Gambar 10. Demonstrasi Penumpasan G 30 S/PKI
Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari
Gambar 11. Tewasnya Ibrahim Umar di kantor Konsulat RRT
119
Gambar 12. Foto bersama narasumber Djanius Djamin
Sumber: Dokumentasi milik pribadi, diambil pada tanggal 11 April 2016 Gambar 13. Foto bersama narasumber Radhiah Muchtar
120
Gambar 14. Foto bersama narasumber Usman Pelly
Sumber: Dokumentasi milik pribadi 6 April 2016 Gambar 15. Foto dengan narasumber Nilamsari
121
Gambar 16. Foto dengan narasumber Sri Minda Murni
Sumber: Dokumentasi milik pribadi, diambil pada tanggal 23 Februari 2016
Gambar 17. Foto dengan narasumber Muniarti Munir
122
Gambar 18. Foto dengan narasumber Nelly Armayanti
Sumber: Dokumentasi milik pribadi, diambil pada tanggal 24 Februari 2016
Gambar 19. Foto bersama dengan narasumber Hasriani Daulay
123 LAMPIRAN
PERATURAN DASAR CORPS HMI-WATI (COHATI)
MUKADDIMAH Bismillahir rahmanir rahim
(AN-NISAAU ‘IMADULBILAD IN SOLUHAT FASHOLUHAT WA IN FASADAT FFASADAT)
“Wanita adalah tiang Negara, manakala baik wanitanya, maka baiklah Negara. Manakala rusak wanita rusaklah Negara”.
Bahwa sesungguhnya, perdjuangan untuk mewujudkan tjita-tjita HMI dalam tertjiptanya masjarakat adil makmur penuh keridhaan Allah SWT. hanja dapat tertjacapai dengan mengikut sertakan seluruh potensi HMI setjara epektief dimana HMI Wati secara objektief merupakan bagian jang tak terpisahkan dari pada HMI.
Maka dengan rahmat Allah SWT. kami segenap HMI-Wati menghimpun diri dalam suatu wadah jang merupakak bagian dari HMI dengan berpedoman pada A.D/A.R.T HMI dan mempunjai peraturan dasar sebagai berikut:
BAB I
Nama, Tempat Kedudukan dan Waktu
124
Pasal 2. Tempat Kedudukan : Cohati ini berkedudukan di PB HMI.
Pasal 3. Waktu : Cohati ini didirikan pada tanggal 17 September 1966 bertepatan dengan tanggal 2 Djumadil Achir 1386 untuk waktu yang tidak ditentukan.
BAB II
Dasar, Tudjuan dan Usaha Pasal 4. Dasar : Cohati ini berdasarkan Islam.
Pasal 5. Tudjuan : Meningkatkan kwalitas dan peranan HMI-Wati dalam perdjuangan untuk mentjapai tudjuan HMI pada umumnja dan bidang kewanitaan chususnja. Pasal 6. Usaha : Segala usaha jang tidak menjalahi dasar dan
berguna untuk mentjapai tudjuan.
BAB III
Status dan Struktur Kepengurusan Pasal 7. Status : Semi Autonomi dalam HMI.
125 BAB IV Keanggotaan Pasal 9. Anggota Corps disesuaikan dengan AD ART HMI.
BAB V
Pimpinan dan Kekuasaan Pasal 10. : Pimpinan Cohati terdiri dari:
a. Cohati PB, Cohati Tjabang, Cohati Komisariat Rajon.
b. Ditempat-tempat jang dianggap perlu dapat ditentukan Badko Cohati jang langsung mendjadi anggota Pleno Cohati PB HMI.
Pasal 11. Kekuasaan : a. Kekuasaan dipegang oleh Munascorps, Konperensi Tjabang, corps dan Rapat Anggota Komsiariat/Rajon.
b. Kekuasaan tertinggi terletak pada Kongres HMI.
BAB VI Perbendaharaan Pasal 12. Perbendaharaan Corps diperoleh dari:
126
b. Usaha, bantuan, dan sumbangan jang sjah, halal dan tidak mengikat.
BAB VII
Perubahan Peraturan Dasar dan Pembubaran Pasal 13. a. Perubahan Peraturan Dasar dilakukan oleh
Musjawarah Corps dan disjahkan oleh kongres HMI.
b. Pembubaran Corps dilakukan oleh Kongres HMI atau Musjawarah Nasional Corps jang chusus diadakan untuk itu.
BAB VIII
Pasal 14. Aturan Tambahan : Hal jang belum disebut dalam Peraturan Dasar dan Pendjelasan lainnja dimuat dalam keterangan chusus. Pasal 15. Pengesahan : Pengesahan ditetapkan dalam Kongres HMI ke VIII di
127
Keterangan Chusus Corps HMI-Wati BAB III, Struktur Kepengurusan.
a. Ketua Umum Cohati PB adalah Ketua Ex-Officio PB HMI.
b. Ketua Umum Cohati Tjabang adalah Ketua Ex-Officio Tjabang HMI.
c. Ketua Umum Cohati Komisariat/Rajon Cohati adalah Ketua Ex-Officio Ketua Komisariat/Rayon HMI.
BAB IV, Keanggotaan
Disesuaikan dengan AD ART HMI
BAB V, Pimpinan dan Kekuasaan A. Pimpinan:
1. Pimpinan Cohati PB ditentukan dalam Munas Corps dengan prosedur jang sesuai dengan ART HMI.
2. Masa djabatan disesuaikan dengan masa djabatan PB HMI. 3. Cohati PB HMI bertanggung djawab kepada PB HMI. 4. Formasi Cohati PB HMI, sekurang-kurangnja terdiri dari:
- Ketua Umum dan Wakil - Sekretaris Umum dan Wakil - Bendahara Umum dan Wakil
128 B. Kepengurusan:
1. Pengurus Cohati Tjabang ditetapkan oleh Musjawarah Tjabang Cohati. 2. Masa djabatan disesuaikan dengan masa djabatan Kepengurusan Tjabang
HMI.
3. Cohati Tjabang bertanggung djawab langsung pada Cohati PB HMI dan kepada Pengurus Tjabang HMI.
4. Formasi Tjabang Cohati sedapat mungkin disesuaikan dengan pengurus Cohati PB HMI.
5. Pengesahan dilakukan oleh Cohati PB. 6. Mendirikan Cohati Komisariat/Rayon. C. Pengurus Komisariat/Rajon Cohati
1. Pengurus Cohati Komisariat/Rajon ditentukan oleh Rapat Anggota.
2. Masa djabatan disesuaikan dengan masa djabatan Pengurus Komisariat/Rajon HMI.
3. Pengurus Cohati Komisariat/Rajon bertanggung djawab langsung kepada Pengurus Tjabang Cohati Tjabang dan langsung pula kepada Pengurus Komisariat/Rajon.
4. Formasi Pengurus Cohati Komisariat/Rajon sedapat mungkin disesuaikan dengan formasi Pengurus Tjabang Cohati.
129 Kekuasaan
a. 1. Musjawarah Cohati merupakan Musjawarah Cohati Tjabang-tjabang. 2. Memilih dan mengangkat Pengurus PB Cohati.
3. Musjawarah Nasional Cohati diadakan bertepatan dengan Kongres HMI.
b. 1. Musjawarah Cohati Tjabang merupakan Musjawarah Cohati Komisariat/Rajon.
2. Memilih dan mengangkat Pengurus Cohati Tjabang.
3. Musjawarah Cohati Tjabang diadakan bertepatan dengan Konperensi Tjabang HMI.
c. 1. Rapat Anggota Cohati Komisariat/Rajon adalah merupakan Rapat Anggota.
2. Memilih dan mengangkat Pengurus Cohati Komisaiart/Rajon.
3. Masa djabatan Cohati Komisariat/Rajon disesuaikan dengan masa djabatan Pengurus HMI Komisariat/Rajon.
BAB VI, Perbendaharaan
130 BAB VII, Aturan tambahan dan pengesahan
1. Atribut Cohati ditetapkan oleh Munas Corps dan disjahkan oleh Kongres HMI jaitu stempel dan badge.
2. Cohati mempunjai administrasi, inventarisasi, dan program kerdja tersendiri. Penutup
Hal-hal jang belum diatur dan tertjantum dalam Peraturan Dasar Corps HMI-Wati dan keterangan chusus ini disesuaikan dengan AD/ART HMI dan diatur lebih lanjut oleh Cohati PB.
Surakarta,
1. Faiza Hasjin (ketua)
2 Djumadilachir 1386 H
17 September 1966 M
Pimpinan Sidang
2. Nurhajati (ketua)
3. Nurhadjidah Lubis (ketua) Panitia perumus:
- Nurhajati (Biro Keputrian BADKO Djateng) - Nurhadjidah Lubis (Cohati Medan)
- H. Ismaniah Saleh (Cohati Padang) - A. Datja Patoppoi (Cohati Makassar)
- Etty Suhada (Cohati Djaya)
- Masiarah Hasan (Cohati Jogja)
131
PROGRAM KERJA
Bismaillahirrahmanirrahim
Kongres ke VIII di Solo jang berlangsung dari tanggal 10 s/d 17 September 1966 dan bersamaan pula dengan musjawarah COHATI pertama seluruh Indonesia.
Dengan dasar pemikiran:
1. Laporan kerdja Departemen Keputrian periode 1963/1966.
2. Prasarana Departemen Keputrian PB HMI tentang Corps HMI-Wati. 3. Kertas kerdja Keputrian Badko se-Indonesia.
Maka dengan ini kami telah menjusun Program Kerdja sebagai berikut: I. Program Umum
II. Program Chusus : a. Bidang Organisasi : - Intern
- Ekstern
III. Ketentuan Umum IV. Ketentuan Tambahan
1. Program Umum
1. Mengkonkritkan peranan dan sumbangan HMI Wati kepada Agama, Nusa, dan Bangsa.
132
3. Meningkatkan dan memenangkan perdjuangan membela agama Allah dan perdjuangan AMPERA.
4. Merealisir tjita-tjita sebagai pelopor umat Islam.
5. Pembinaan dan pengokohan Uchuwah Islamijah dalam menanggapi masalah perdjuangan bangsa.
6. Aktif membendung kebudajaan-kebudajaan /kegiatan-kegiatan/etica jang tidak sesuai dengan adjaran Islam.
II. Program Chusus a. Bidang Organisasi
- Intern:
1. Konsolidasi organisasi dan keseragaman organisasi.
2. Untuk mempererat hubungan Cohati PB dan Tjabang-tjabang perlu diadakan kontak-kontak jang kontinue paling sedikit melalui Cohati Badko.
3. Meminta laporan-laporan Cohati Tjabang setjara periodik.
4. Meningkatkan kaderisasi dan menjalurkan hasilnja setjara se-intensif-intensifnja.
133
6. Pembinaan kreasi jang sesuai dengan kemampuan dan sifat-sifat chas wanita.
7. Cohati PB harus mempunjai sumber keuangan jang tetap. 8. Menerbitkan media-media chusus Cohati.
9. Menginstruksikan kepada seluruh Tjabang-tjabang untuk segera membentuk pasukan inti (PATI COHATI).
Ekstern:
1. Mempererat hubungan dan kerdja sama dengan tokoh-tokoh wanita organisasi wanita chususnja organisasi Islam.
2. Aktif bersama organisasi lainnja menanggapi perkembangan situasi dalam persoalan sosial ekonomi politik.
3. Merealisir darma bhakti Cohati dalam masjarakat misalnja dalam bidang sosial mengenai pendidikan dan lain-lain.
4. Berusaha untuk meningkatkan kesedjahteraan Cohati misalnja mendirikan asrama Cohati.
Demikianlah penjusunan program kerdja ini akan dijadikan landasan jang mendjurus pada tujuan Cohati jang tertjantum dlam peraturan dasar/peraturan rumah tangga
134
Solo, Djumadilachir 1386 H
16 September 1966 M
KONGRES NASIONAL KE VIII HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Pimpinan Sidang Presidium
Ttd Ttd Ttd
Ida Ismail Nurbaiti Musa
1. Nurbaiti Musa
N. Fauzi Anwar Ketua Ketua Ketua
Panitia Perumus:
113
GAMBAR
Gambar 2. Peta: Lokasi Student Centre HMI, sejak 1973, di Jalan Adinegoro No. 15, Medan.
114 Gambar 3. Student Centre HMI
Sumber: Dokumentasi milik pengurus HMI Cabang Medan, diambil pada tanggal 21 April 2016
Gambar 4. Kantor khusus KOHATI Cabang Medan
115
Gambar 4. Dies Natalis KOHATI ke-5, pada masa kepemimpinan Nilamsari
Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari
Gambar 5. Peserta Kongres ke X di Palembang
116 Gambar 6. Kegiatan lomba merangkai bunga
Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari
Gambar 7. Peserta Up Grading Nasional COHATI ke II
117 Gambar 8. Diskusi KOHATI
Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari
Gambar 9. Perkumpulan massa Komando Aksi di Lapangan Olahraga
118 Gambar 10. Demonstrasi Penumpasan G 30 S/PKI
Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari
Gambar 11. Tewasnya Ibrahim Umar di kantor Konsulat RRT
119
Gambar 12. Foto bersama narasumber Djanius Djamin
Sumber: Dokumentasi milik pribadi, diambil pada tanggal 11 April 2016 Gambar 13. Foto bersama narasumber Radhiah Muchtar
120
Gambar 14. Foto bersama narasumber Usman Pelly
Sumber: Dokumentasi milik pribadi 6 April 2016 Gambar 15. Foto dengan narasumber Nilamsari
121
Gambar 16. Foto dengan narasumber Sri Minda Murni
Sumber: Dokumentasi milik pribadi, diambil pada tanggal 23 Februari 2016
Gambar 17. Foto dengan narasumber Muniarti Munir
122
Gambar 18. Foto dengan narasumber Nelly Armayanti
Sumber: Dokumentasi milik pribadi, diambil pada tanggal 24 Februari 2016
Gambar 19. Foto bersama dengan narasumber Hasriani Daulay
123 LAMPIRAN
PERATURAN DASAR CORPS HMI-WATI (COHATI)
MUKADDIMAH Bismillahir rahmanir rahim
(AN-NISAAU ‘IMADULBILAD IN SOLUHAT FASHOLUHAT WA IN FASADAT FFASADAT)
“Wanita adalah tiang Negara, manakala baik wanitanya, maka baiklah Negara. Manakala rusak wanita rusaklah Negara”.
Bahwa sesungguhnya, perdjuangan untuk mewujudkan tjita-tjita HMI dalam tertjiptanya masjarakat adil makmur penuh keridhaan Allah SWT. hanja dapat tertjacapai dengan mengikut sertakan seluruh potensi HMI setjara epektief dimana HMI Wati secara objektief merupakan bagian jang tak terpisahkan dari pada HMI.
Maka dengan rahmat Allah SWT. kami segenap HMI-Wati menghimpun diri dalam suatu wadah jang merupakak bagian dari HMI dengan berpedoman pada A.D/A.R.T HMI dan mempunjai peraturan dasar sebagai berikut:
BAB I
Nama, Tempat Kedudukan dan Waktu
124
Pasal 2. Tempat Kedudukan : Cohati ini berkedudukan di PB HMI.
Pasal 3. Waktu : Cohati ini didirikan pada tanggal 17 September 1966 bertepatan dengan tanggal 2 Djumadil Achir 1386 untuk waktu yang tidak ditentukan.
BAB II
Dasar, Tudjuan dan Usaha Pasal 4. Dasar : Cohati ini berdasarkan Islam.
Pasal 5. Tudjuan : Meningkatkan kwalitas dan peranan HMI-Wati dalam perdjuangan untuk mentjapai tudjuan HMI pada umumnja dan bidang kewanitaan chususnja. Pasal 6. Usaha : Segala usaha jang tidak menjalahi dasar dan
berguna untuk mentjapai tudjuan.
BAB III
Status dan Struktur Kepengurusan Pasal 7. Status : Semi Autonomi dalam HMI.
125 BAB IV Keanggotaan Pasal 9. Anggota Corps disesuaikan dengan AD ART HMI.
BAB V
Pimpinan dan Kekuasaan Pasal 10. : Pimpinan Cohati terdiri dari:
a. Cohati PB, Cohati Tjabang, Cohati Komisariat Rajon.
b. Ditempat-tempat jang dianggap perlu dapat ditentukan Badko Cohati jang langsung mendjadi anggota Pleno Cohati PB HMI.
Pasal 11. Kekuasaan : a. Kekuasaan dipegang oleh Munascorps, Konperensi Tjabang, corps dan Rapat Anggota Komsiariat/Rajon.
b. Kekuasaan tertinggi terletak pada Kongres HMI.
BAB VI Perbendaharaan Pasal 12. Perbendaharaan Corps diperoleh dari:
126
b. Usaha, bantuan, dan sumbangan jang sjah, halal dan tidak mengikat.
BAB VII
Perubahan Peraturan Dasar dan Pembubaran Pasal 13. a. Perubahan Peraturan Dasar dilakukan oleh
Musjawarah Corps dan disjahkan oleh kongres HMI.
b. Pembubaran Corps dilakukan oleh Kongres HMI atau Musjawarah Nasional Corps jang chusus diadakan untuk itu.
BAB VIII
Pasal 14. Aturan Tambahan : Hal jang belum disebut dalam Peraturan Dasar dan Pendjelasan lainnja dimuat dalam keterangan chusus. Pasal 15. Pengesahan : Pengesahan ditetapkan dalam Kongres HMI ke VIII di
127
Keterangan Chusus Corps HMI-Wati BAB III, Struktur Kepengurusan.
a. Ketua Umum Cohati PB adalah Ketua Ex-Officio PB HMI.
b. Ketua Umum Cohati Tjabang adalah Ketua Ex-Officio Tjabang HMI.
c. Ketua Umum Cohati Komisariat/Rajon Cohati adalah Ketua Ex-Officio Ketua Komisariat/Rayon HMI.
BAB IV, Keanggotaan
Disesuaikan dengan AD ART HMI
BAB V, Pimpinan dan Kekuasaan A. Pimpinan:
1. Pimpinan Cohati PB ditentukan dalam Munas Corps dengan prosedur jang sesuai dengan ART HMI.
2. Masa djabatan disesuaikan dengan masa djabatan PB HMI. 3. Cohati PB HMI bertanggung djawab kepada PB HMI. 4. Formasi Cohati PB HMI, sekurang-kurangnja terdiri dari:
- Ketua Umum dan Wakil - Sekretaris Umum dan Wakil - Bendahara Umum dan Wakil
128 B. Kepengurusan:
1. Pengurus Cohati Tjabang ditetapkan oleh Musjawarah Tjabang Cohati. 2. Masa djabatan disesuaikan dengan masa djabatan Kepengurusan Tjabang
HMI.
3. Cohati Tjabang bertanggung djawab langsung pada Cohati PB HMI dan kepada Pengurus Tjabang HMI.
4. Formasi Tjabang Cohati sedapat mungkin disesuaikan dengan pengurus Cohati PB HMI.
5. Pengesahan dilakukan oleh Cohati PB. 6. Mendirikan Cohati Komisariat/Rayon. C. Pengurus Komisariat/Rajon Cohati
1. Pengurus Cohati Komisariat/Rajon ditentukan oleh Rapat Anggota.
2. Masa djabatan disesuaikan dengan masa djabatan Pengurus Komisariat/Rajon HMI.
3. Pengurus Cohati Komisariat/Rajon bertanggung djawab langsung kepada Pengurus Tjabang Cohati Tjabang dan langsung pula kepada Pengurus Komisariat/Rajon.
4. Formasi Pengurus Cohati Komisariat/Rajon sedapat mungkin disesuaikan dengan formasi Pengurus Tjabang Cohati.
129 Kekuasaan
a. 1. Musjawarah Cohati merupakan Musjawarah Cohati Tjabang-tjabang. 2. Memilih dan mengangkat Pengurus PB Cohati.
3. Musjawarah Nasional Cohati diadakan bertepatan dengan Kongres HMI.
b. 1. Musjawarah Cohati Tjabang merupakan Musjawarah Cohati Komisariat/Rajon.
2. Memilih dan mengangkat Pengurus Cohati Tjabang.
3. Musjawarah Cohati Tjabang diadakan bertepatan dengan Konperensi Tjabang HMI.
c. 1. Rapat Anggota Cohati Komisariat/Rajon adalah merupakan Rapat Anggota.
2. Memilih dan mengangkat Pengurus Cohati Komisaiart/Rajon.
3. Masa djabatan Cohati Komisariat/Rajon disesuaikan dengan masa djabatan Pengurus HMI Komisariat/Rajon.
BAB VI, Perbendaharaan
130 BAB VII, Aturan tambahan dan pengesahan
1. Atribut Cohati ditetapkan oleh Munas Corps dan disjahkan oleh Kongres HMI jaitu stempel dan badge.
2. Cohati mempunjai administrasi, inventarisasi, dan program kerdja tersendiri. Penutup
Hal-hal jang belum diatur dan tertjantum dalam Peraturan Dasar Corps HMI-Wati dan keterangan chusus ini disesuaikan dengan AD/ART HMI dan diatur lebih lanjut oleh Cohati PB.
Surakarta,
1. Faiza Hasjin (ketua)
2 Djumadilachir 1386 H
17 September 1966 M
Pimpinan Sidang
2. Nurhajati (ketua)
3. Nurhadjidah Lubis (ketua) Panitia perumus:
- Nurhajati (Biro Keputrian BADKO Djateng) - Nurhadjidah Lubis (Cohati Medan)
- H. Ismaniah Saleh (Cohati Padang) - A. Datja Patoppoi (Cohati Makassar)
- Etty Suhada (Cohati Djaya)
- Masiarah Hasan (Cohati Jogja)
131
PROGRAM KERJA
Bismaillahirrahmanirrahim
Kongres ke VIII di Solo jang berlangsung dari tanggal 10 s/d 17 September 1966 dan bersamaan pula dengan musjawarah COHATI pertama seluruh Indonesia.
Dengan dasar pemikiran:
1. Laporan kerdja Departemen Keputrian periode 1963/1966.
2. Prasarana Departemen Keputrian PB HMI tentang Corps HMI-Wati. 3. Kertas kerdja Keputrian Badko se-Indonesia.
Maka dengan ini kami telah menjusun Program Kerdja sebagai berikut: I. Program Umum
II. Program Chusus : a. Bidang Organisasi : - Intern
- Ekstern
III. Ketentuan Umum IV. Ketentuan Tambahan
1. Program Umum
1. Mengkonkritkan peranan dan sumbangan HMI Wati kepada Agama, Nusa, dan Bangsa.
132
3. Meningkatkan dan memenangkan perdjuangan membela agama Allah dan perdjuangan AMPERA.
4. Merealisir tjita-tjita sebagai pelopor umat Islam.
5. Pembinaan dan pengokohan Uchuwah Islamijah dalam menanggapi masalah perdjuangan bangsa.
6. Aktif membendung kebudajaan-kebudajaan /kegiatan-kegiatan/etica jang tidak sesuai dengan adjaran Islam.
II. Program Chusus a. Bidang Organisasi
- Intern:
1. Konsolidasi organisasi dan keseragaman organisasi.
2. Untuk mempererat hubungan Cohati PB dan Tjabang-tjabang perlu diadakan kontak-kontak jang kontinue paling sedikit melalui Cohati Badko.
3. Meminta laporan-laporan Cohati Tjabang setjara periodik.
4. Meningkatkan kaderisasi dan menjalurkan hasilnja setjara se-intensif-intensifnja.
133
6. Pembinaan kreasi jang sesuai dengan kemampuan dan sifat-sifat chas wanita.
7. Cohati PB harus mempunjai sumber keuangan jang tetap. 8. Menerbitkan media-media chusus Cohati.
9. Menginstruksikan kepada seluruh Tjabang-tjabang untuk segera membentuk pasukan inti (PATI COHATI).
Ekstern:
1. Mempererat hubungan dan kerdja sama dengan tokoh-tokoh wanita organisasi wanita chususnja organisasi Islam.
2. Aktif bersama organisasi lainnja menanggapi perkembangan situasi dalam persoalan sosial ekonomi politik.
3. Merealisir darma bhakti Cohati dalam masjarakat misalnja dalam bidang sosial mengenai pendidikan dan lain-lain.
4. Berusaha untuk meningkatkan kesedjahteraan Cohati misalnja mendirikan asrama Cohati.
Demikianlah penjusunan program kerdja ini akan dijadikan landasan jang mendjurus pada tujuan Cohati jang tertjantum dlam peraturan dasar/peraturan rumah tangga
134
Solo, Djumadilachir 1386 H
16 September 1966 M
KONGRES NASIONAL KE VIII HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Pimpinan Sidang Presidium
Ttd Ttd Ttd
Ida Ismail Nurbaiti Musa
1. Nurbaiti Musa
N. Fauzi Anwar Ketua Ketua Ketua
Panitia Perumus:
Daftar Pustaka
Alfian, M. Alfan. 2013. Himpunan Mahasiswa Islam 1963 – 1966: Menegakkan Pancasila di tengah Prahara. Jakarta: Kompas.
Draft Musyawarah Nasional Korp HMI-Wati Ke XIII. Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa, MUNAS KOHATI Makassar 20 s.d 25 Februari 2006. (belum diterbitkan).
Gottschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press.
HMI Komisariat Fakultas Ilmu Budaya USU. 2014. Buku Panduan Masa Perkenalan Calon Anggota (MAPERCA), Medan: tanpa penerbit.
HMI Pengurus Besar. Hasil-hasil Kongres HMI XXVIII. 2013. Jakarta Timur, Depok, Jakarta Selatan: tanpa penerbit.
Irawadi, Daru . 2010. “Terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Medan (1952-1985)”, dalam Skripsi S1, belum diterbitkan. Medan: Fakultas Sastra, Jurusan Ilmu Sejarah, Universitas Sumatera Utara.
Kartodirjo, Sartono. 2014. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak.
KOHATI PB HMI, 2013. Pedoman Dasar KOHATI. Jakarta Pusat: tanpa penerbit Murniati, A. Nunuk P. 2004. Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam Perspektif
Agama, Budaya dan Keluarga. Magelang: Yayasan Indonesia Tera Anggota IKAPI.
Nasution, Ida Ismail. KOHATI: Mengakar ke dalam untuk Meraih Asa. Jakarta: PB HMI Publishing.
Nurhabsyah. 2009. Pengantar Ilmu Sejarah, Medan: tanpa penerbit.
xv
Sitompul, Agussalim. 2008. Korps HMI-WATI dalam Sejarah 1966-1994. Jakarta: Misaka Galiza.
Soesman, Monique. 2007. Kongres Perempuan Pertama Tinjauan Ulang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan KITLV.
Ulfah, Maria. 2011. Peran KOHATI Cabang Ciputat Periode 1970-1980 dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Intelektual Mahasiswa IAIN Jakarta, dalam Skripsi S1, belum diterbitkan, Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah.
Soesman, Monique. 2007. Kongres Perempuan Pertama Tinjauan Ulang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan KITLV.
Stuers, Cora Vreede-De. 2008. Sejarah Perempuan Indonesia: Gerakan dan Pencapaian, Jakarta: Komunitas Bambu
Blackburn, Susan. 2007. Kongres Perempuan Pertama: Tinjauan Ulang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sumber Internet:
56 BAB III
PERKEMBANGAN KOHATI CABANG MEDAN (1966-1998)
3.1Periodesasi Kepemimpinan
Sejak tahun awal dibentuknya KOHATI Cabang Medan sampai tahun 1998, KOHATI dipimpin oleh beberapa kader HMI-Wati dari pengurus HMI ataupun KOHATI sekawasan Cabang Medan. Ketua KOHATI dipilih secara langsung pada Musyawarah KOHATI (MUSKOH) Cabang Medan melalui pemilihan suara dari setiap komisariat yang memiliki KOHATI. Adapun daftar nama Ketua Umum KOHATI Cabang Medan beserta asal komisariatnya dan yang menjadi Ketua Umum HMI dalam tahun 1966 sampai 1998 ialah:
57
8. 1974-1977 Syamsidah Juita FP USU Chaidir Siregar 9. 1977-1978 Normalia Lubis IKIP Emir Syarif Siregar
10. 1978-1979 Sukria IKIP Harmon Mawardi
11. 1979-1980 Muniarti Munir ITM Ludhi Awaluddin Thayel
12. 1980-1981 Lenni Brida IKIP Gazali Husni Situmorang 13. 1981-1982 Ratna Balqis FE USU Bidinsyah Siregar
14. 1982-1984 Emy IKIP Zahrin Piliang
15. 1984-1985 Sri Minda Murni IKIP Syuaibun Manurung 16. 1985-1987 Pujiati Chalid FS USU Annur Parlindungan
/Azwirman Lius 17. 1987-1988 Mardiana Lubis IKIP Irgan Chairul Mahhf 18. 1988-1989 Hasriani Daulay FMIPA USU Wahid Khusairi 19. 1989-1990 Sri Ratna Lubis IKIP Sugih Permono 20. 1990-1992 Ide Suprihaken IKIP Isfan Dahrian
Nasution 21. 1992-1994 Erni Suryani ITM Ucok Roufdi 22. 1994-1995 Endang Sriwati/Evi
Mahalli
IKIP/Nomme
nsen Riswal Hanafi Siregar 23. 1995-1997 Elvi Mahalli Nommensen Ahmad Sani
24. 1997-1999 Nina Sufanah
Hasanah Tri Karya Wahyu Triono
58
3.1.1 Periode Kepemimpinan KOHATI Cabang Medan Awal Berdiri Hingga Tahun 1970
Pada awal tahun pembentukan hingga tahun 1970, orientasi KOHATI secara umum lebih kepada melakukan pergerakan massa bersama HMI. Mengingat keadaan pada permulaan Orde Baru dengan kebutuhan mobilisasi massa masih sangat dominan sebab digunakan sebagai simbol kekuatan organisasi. KOHATI dibentuk dalam rangka untuk menampung aktivis-aktivis wanita yang membutuhkan wadah untuk mengaktualisasikan diri, jadi bukan hanya sekedar bertujuan untuk memobilisasi massa.66
Pada periode awal dipimpin oleh Djanius yang terpilih ketua umum pertama berdasarkan kesepakatan di dalam forum rapat HMI Cabang Medan Sebagai tahap awal kepemimpinannya, hal tersulit yakni mengubah suatu kebudayaan atau steorotype
Steorotype adalah pelabelan negatif terhadap perempuan
59
kegiatan organisatoris bersama bersama HMI Cabang Medan. Dalam kepengurusan KOHATI Cabang Medan mencapai kurang lebih 15 orang.68
Pada periode selanjutnya, tongkat estafet kepemimpinan KOHATI diraih oleh Radhiah Muchtar
69
68
Wawancara dengan Djanius Djamin.
69
Pada saat menjadi ketua umum, Radhiah Mucktar sering mengikuti kegiatan pengkaderan hingga sampai ke Aceh, Lampung dan Jakarta untuk mengembangkan pengetahuan sebagai pemimpin di KOHATI dan pengurus HMI.
60
ketua DPRD selama dua periode berturut-turut dan menjadi ketua DPRD perempuan termuda di Indonesia. Dalam perjuangan KOHATI Cabang Medan untuk memenangkan Djanius Djamin dalam DPRD tergambar dalam cerita Radhiah Muchtar saat diwawancarai:
“LKW, khusus membahas perempuan namun sudah terjurus ke arah politik (pembahasan), sudah masuk ke arena politik, sehingga kita bisa menampilkan Kak Yus Jamin sebagai ketua DPR pertama di indonesia termuda dan perempuan. Waktu itu calon-calonnya orang tua, senior, ahli politik, tetapi para wanita kami dulu berjuang untuk Kak Yus Jamin, tidak tidur sampai pagi untuk melakukan rapat dan menyusun strategi supaya Kak Yus menjadi anggota DPR dan termuda di Indonesia. Bahkan kami masak roti jala satu karung 20 kg supaya nggak ngantuk dan kami melakukan dengan ikhlas dan tidak bisa dibeli. Kami melakukan bersama HMI Zakaria Siregar, Zainuddin Tanjung, dan lainnya”.
Penjelasan yang diutarakan oleh Radhiah Muchtar mengenai LKW sampai menjurus ke arena politik, dimaksudkan pengembangan peran perempuan yakni di dalam masyarakat, dan menjadi wacana bagi perempuan untuk duduk mengisi bangku anggota legislatif. Sebagai landasannya, di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama, dan membedakan hanyalah ketakwaan.
61
keduanya menjadi timbul rasa percaya terhadap Djanius Djamin oleh Panglima Leo Loperisa saat itu, merupakan hal yang sangat mendukung dikarenakan posisi Ketua DPRD ditunjuk secara langsung dari kalangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).70
Menurut Usman Pelly dalam wawancaranya, strategi yang dilakukan dalam pengusungan Djanius Djamin menjadi Ketua DPRD Kota Medan ialah dengan menggunakan teori kejutan budaya. Dimana hal yang baru, perempuan dinaikkan menjadi Ketua DPRD, padahal anggota DPRD seluruhnya berasal dari senior-senior organisasi yang merupakan ahli politik dan lebih banyak pengalaman dibanding dengan Djanius Djamin. Termasuk dari HMI ialah Panani Lubis mantan Ketua Umum HMI Cabang Medan. Agar tidak terjadi keributan apabila laki-laki terpilih karena merasa lebih ahli dan berpengalaman, maka diusungkanlah nama Djanius Djanim dan seluruh anggota DPRD menerima keputusan tersebut.71
Pada periode Radhiah Muchtar juga mengadakan berbagai kegiatan seperti lomba, diskusi, dan membentuk lembaga kesenian bernama Ansambel. Lembaga Ansambel merupakan wadah kesenian yang anggota terdiri dari kader HMI-Wati untuk bernyanyi lagu Islami serta lagu nasional bahkan sering mengisi acara baik di kegiatan internal HMI dan di eksternal yaitu masyarakat. Sehingga pada masa
70
Wawancara dengan Djanius Djamin.
71
62
Rhadiah Muchtar sangat khas dengan Lembaga Kesenian Ansambel juga sering mengikuti lomba menyanyi dalam berbentuk kelompok.72
Perjalanan KOHATI selanjutnya dipimpin oleh Hartilanum berasal dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) tahun 1969 sampai 1970. Pemimpin asal kampus UISU ini juga menyelenggarakan lomba-lomba, diskusi dan lainnya. Untuk pengkaderan, selain mengikuti jenjang training di HMI, diselenggarakan kegiatan Up Grading khusus untuk HMI-Wati. Dalam keikutsertaan aksi bersama HMI, Hartilanum bersama Nilamsari serta kader HMI-Wati lainnya naik becak turut membasmi perjudian di Club Malam Sambelero.73
3.1.2 Periode Kepemimpinan KOHATI Cabang Medan dari Tahun 1971 sampai 1987
Pada masa kepemimpinan mulai tahun 1971, KOHATI Cabang Medan terjadi peningkatan aktivitas dengan melebarkan sayapnya untuk bekerjasama dengan Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW)74
72
Wawancara dengan Radhiah Muchtar.
73
Wawancara dengan Nilamsari merupakan aktivis perempuan dan pensiunan dari PNS. dilakukan pada tanggal 19 Januari 2016, pukul 16.00 WIB bertempat di kediaman beliau. Mengenai penjelasan waktu dan tempat beliau tidak ingat, akan tetapi peristiwa terjadi pada masa kepemimpinan.
74
BKOW sebelumnya bernama BKSOW, didirikan pada tahun 1970.
63
64
mengatakan bahwa “KOHATI asal dicampakkan pasti akan tumbuh dikarenakan training-training yang dilakukan oleh HMI dan KOHATI”. Untuk kegiatan eksternal mulai bekerjasama dengan BKOW untuk menyelenggarakan kegiatan terkait dengan perempuan, dan KOHATI sebagai perwakilan organisasi perempuan dari HMI.75
Kepemimpinan dilanjutkan oleh Badarusni Saragih (1971-1972) berasal IKIP, Zubaidah Wae (1972-1974) berasal dari Fakultas Hukum USU, Syamsidah Juita (1974-1977) berasal dari Fakultas Pertanian USU, Normalia Lubis (1977-1978) dan Sukria (1978-1979) keduanya berasal dari IKIP, kegiatan-kegiatan KOHATI terus dilakukan dengan baik secara internal dan eksternal. Pada masa Zubaidah Wae diamanahkan memimpin selama dua periode. Hal ini dikarenakan atas kepercayaan kembali dari pengurus komisariat sekawasan Cabang Medan serta ketersediaan untuk memimpin kembali oleh Zubaida Wae. Kegiatan yang dilakukan salah satunya ialah program bayi sehat, dimana yang menjadi targetan peserta berasal dari anak bayi dari para alumni dan masyarakat sekitar. Kegiatan ini lantas dilaksanakan bertempat di Wisma Kartini. Pada periodesasi ini terjadi pengadaan sekretariat HMI Cabang Medan berkat Djanius Djamin selaku ketua DPRD Kota Medan. Ketika itu banyaknya kuburan Cina yang berada di pusat Kota Medan, termasuk diantaranya Jalan Adinegoro, Petisah keliling sampai ke Jalan Gajah Mada dan batasnya sampai dekat kuburan Kristen di Gatot Subroto. Kemudian dari jalan di samping Medan Fair
75
65
sekarang sampai ke Meranti dan sebagaian dari IKIP dipadati dengan kuburan Cina. Semua kuburan Cina tersebut dipindahkan ke Tanjung Morawa dan Lubukpakam.76 Setelah berhasil di relokasi, Djanius Djamin meminta sebidang tanah tepat di Jalan Adinegoro untuk dijadikan Sekretariat HMI Cabang Medan. Dalam proses pembangunan, sekretariat yang berada di Jalan Selamat berupa dua ruko dikembalikan kepada pemiliknya orang Cina dengan meminta uang tebusan. Hasil uang tebusan tersebut, digunakan untuk untuk membangun sekretariat secara permanen. Sebagai biaya tambahan, HMI Cabang Medan menjual hasil pemberian tanah dari alumni HMI Cabang Medan seluas 20 hektar yang berada di Tanjung Morawa (foto peta lokasi terdapat pada gambar 2 di hlm. 113).77
Berdasarkan keterangan yang dilansir dari Ida Ismail Nasution, kehadiran KOHATI pernah mengalami kesalahpahaman. Kecenderungan KOHATI hanya aktif dan terfokus dalam menangani masalah kewanitaan, HMI-Wan terkesan HMI-Wati bersifat ekslusivisme dan sentrifugalisme. Sehingga seolah-olah HMI-Wan menganggap KOHATI ingin melepaskan dirinya dari HMI. Begitu juga sebaliknya, KOHATI merasa dilepaskan oleh HMI karena sedikitnya bimbingan dari HMI. Setelah dikaji persoalan tersebut, yang menjadi permasalahan ialah munculnya pandangan negatif diantara keduanya, maka untuk mengantisipasinya harus memahami fungsi dan tujuan dari keberadaan KOHATI. Oleh karena itu dilakukan
76
Wawancara dengan Nilamsari.
77
66
upaya pertemuan antara KOHATI dengan pengurus HMI untuk membahaa keberadaan lembaga KOHATI sebagai sub-organisasi dari HMI.
Pada periode tahun 1979 sampai 1980, KOHATI Cabang Medan dipimpin oleh kader asal Institut Teknologi Medan (ITM) yaitu Muniarti Murni. Seorang pemimpin yang terkenal dengan ketegasan serta kejujurannya ini, membuat proyek kerja hampir sama seperti yang dilakukan pada kepengurusan KOHATI sebelumnya. Seperti mengadakan seminar, lomba-lomba, pengkaderan, berkunjung ke komisariat dan bekerjasama dengan organisasi BKOW. KOHATI menjadi organisasi perempuan mewakili HMI untuk menjadi bagian BKOW. Meskipun pengkaderan terlaksana, Muniarti Munir selaku ketua umum merasa tidak secara maksimal dalam melakukan pembinaan terhadap anggotanya. Hal ini dikarenakan tidak ada perubahan secara signifikan pada kader-kader HMI-Wati dianggap hanya pelaksanaan kegiatan pada sektor domestik saja. Sebagai pemimpin Muniarti Munir yang dibantu oleh Sekretaris Umum bernama Khairani, menginginkan agar memberikan suatu garis merah KOHATI terhadap pendidikan karakter bangsa dan belajar agar dapat menjadi pengusaha sukses ke depannya. Namun hal itu masih belum mencapai targetan.78
Kepemimpinan KOHATI Cabang Medan selanjutnya oleh Lenni Brida (1980-1981) berasal dari IKIP, Ratna Balqis (1981-1982) berasal dari Fakultas Ekonomi
78
67
USU, Emi (1982-1984) berasal dari IKIP. Dalam pelaksanaan proyek kerja sama seperti periode sebelumnya dimana mengadakan seminar keperempuan, lomba-lomba, pengkaderan LKK serta bekerjasama dengan BKOW. Pada tahun-tahun ini, perbincangan peran ganda perempuan mulai menjadi isu hangat yang muncul diperbincangkan. KOHATI Cabang Medan dalam keterlibatannya memunculkan wacana peran ganda perempuan dipertegas pada masa kepemimpinan selanjutnya.
68
mengisi ceramah dalam pengajian. Permintaan terus membanjiri bahkan sampai dipercaya sebagai dewan juri dalam perlombaan-perlombaan yang digelar oleh BKOW dan perkumpulan masyarakat lainnya. Dalam kegiatan internal, Sri Minda Murni terus melakukan kegiatan terhadap pembinaan anggota dengan melakukan LKK terhadap anggota HMI-Wati sekawasan Cabang Medan dan pengurus juga mengikuti training yang diselenggarakan oleh HMI. Tidak hanya itu saja, untuk kegiatan rutinitas KOHATI diadakan keterampilan yang berkaitan dengan perempuan. Dalam upaya pemberdayaan perempuan, dilakukan keterampilan perempuan secara mandiri dengan nama pemberdayaan perempuan di sektor informal dalam bentuk diskusi dengan ikuti pengembangan program keterampilan kepada perempuan sehingga diharapkan dapat melakukan kegiatan ekonomi yang nantinya membantu perekonomian keluarga. Bahkan hasilnya diperlombakan seperti merangkai bunga. Lomba lainnya juga diadakan, seperti lomba berbusana muslim dalam memperingati hari R.A Kartini dan Hari Ibu. Untuk mengikat keaktifan pengurus, pertemuan yang dilakukan dalam berbagai kegiatan juga dibicarakan mengenai proyek kerja selanjutnya sehingga secara cepat tersosialisasi kepada KOHATI komisariat sekawasan Cabang Medan.79
79
69
70
Medan, organisasi mahasiswa, beserta senior dan alumni. Kegiatan dies natalis diadakan bertempat di Bina Budaya, disertai dengan membuka bazaar untuk dapat dikunjungi oleh peserta kegiatan. Lomba lainnya juga tidak luput seperti menghias puding buah, memasak nasi goreng, dan membuat karya tulis ilmiah. Pada kerjasama ekternal terjalin dengan BKOW dan BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan aneka ragam kegiatan diantaranya pelatihan tentang manajemen keuangan, keluarga dan rumah tangga, bagaimana pola asuh anak yang efektif, dan bahkan bagaimana memelihara ternak unggas serta apotik hidup. Tidak jarang pula menghadiri undangan dari organisasi perempuan atau organisasi mahasiswa. Pada tahun 1985, presiden Soeharto mengintruksikan agar seluruh organisasi berazaskan Pancasila. HMI dan bagian integralnya KOHATI merupakan organisasi berazaskan Islam juga harus mengganti azas Islam ke Pancasila, hingga terjadi perdebatan-perdebatan panjang. Meskipun demikian, tidak terlalu berdampak pada aktivitas pengkaderan KOHATI Cabang Medan.80
Kepimpinan KOHATI Cabang Medan selanjutnya diamanahkan kepada Mardiana Irawati sejak 1987 sampai 1988. Kader asal IKIP ini tetap melanjutkan tugasnya sebagai pimpinan KOHATI dengan melaksanakan kegiatan seperti sebelumnya yakni memperingati dies natalis dan pengkaderan di HMI dan KOHATI
80
71
sendiri. Kerjasama dengan BKOW terus tetap dilaksanakan sebagai bentuk kegiatan eksternal KOHATI. Namun pada periode ini, semangat kader HMI-Wati Sekawasan Cabang Medan khususnya KOHATI menurun. Hal ini dikarenakan atas ketidakpercayaan beberapa pengurus KOHATI Komisariat sekawasan Cabang Medan terhadap pengurus Cabang Medan, yang mengambil tindakan tidak acuh terhadap kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh KOHATI Cabang Medan. Selain itu terjadi konflik internal di tubuh pengurus KOHATI Cabang Medan karena terjadi kesalahpahaman dan kesibukan pengurus dengan kegiatan luarnya.
3.1.3 Periode Kepemimpinan KOHATI Cabang Medan dari Tahun 1988 sampai 1998
Pada masa kepemimpinan periode tahun 1988, pembinaan terhadap KOHATI dibangkitkan kembali dengan dilakukan beragam aktivitas yang melibatkan seluruh KOHATI Komisariat Sekawasan Cabang Medan. Kemudian sampai tahun 1998, dimana sebelumnya terjadi masalah konflik internal dan terjadi aksi demonstrasi dimana KOHATI Cabang Medan juga turut terlibat bersama HMI Cabang Medan, meskipun tidak terlalu aktif dalam aksi yang ekstrim.
72
73
74
memantau program kerja. Pada kegiatan eksternal, melakukan kegiatan pesantren kilat di sekolah, dan bekerjasama dengan BKOW.81
Pada periode 1994 sampai 1995 dipimpin oleh Endang Sriwati dari Komisariat IKIP, dalam perjalanan setengah periode terjadi pengalihan tugas pimpinan (Penanggung Jawab) yang diserahkan kepada Elvi Mahalli. Hal tersebut terjadi dikarenakan Endang Sriwati yang tidak mampu meneruskan kepemimpinannya terkait persoalan pribadi yang menimpanya. Kegiatan pengkaderan tetap dilaksanakan kepada pengurus Komisariat hingga pada Cabang baik yang diselenggarakan oleh HMI maupun KOHATI.
Pada periode 1989 sampai 1990 dipimpin oleh Sri Ratna Lubis dari Komisariat IKIP, dilanjutkan oleh Ide Suprihaken yang juga dari Komisariat IKIP pada tahun 1990 sampai 1992, kemudian terpilih Erni Suryani dari Komisariat ITM memimpin sejak 1992 sampai 1994. Pada periodesasi tersebut tetap dilanjutkan baik secara internal dan eksternal. meskipun konflik-konflik internal juga menyelimuti pengurus KOHATI Cabang Medan.
82
Saat Musyawarah KOHATI (MUSKOH) terjadi, Elvi Mahalli dipercayakan kembali menjadi ketua umum yang menjabat dari tahun 1995 sampai awal 1997.
81
Wawancara dengan Hasriani Daulay merupakan staff pegawai di PT. ASW Foods, dilakukan pada tanggal 29 Maret 2016, pukul 11.00 WIB di kantor ASW Foods (belakang terminal amplas).
82
75
Kader asal Nommensen ini, melakukan reshuffle kepengurusan dikarenakan beberapa pengurus yang tidak aktif dan menaikkan jabatan beberapa pengurus yang aktif seperti Elvi Hadriani yang semula menjadi departemen kemudian dipercaya menjadi Bendahara Umum. Pada eksternal, kegiatan dilakukan ialah pesantren kilat di sekolah dan masih bekerjasama dengan BKOW.83
Pada periode 1997 sampai 1999, dipimpin oleh Nina Sufanah Hasanah dari Komisariat Perbana (sekarang Tri Karya). Konflik yang mewarnai di kepengurusan KOHATI Cabang Medan pada periode sebelumnya atas ketidakpercayaan HMI Sekawasan Cabang Medan terhadap Pengurus KOHATI Cabang Medan, membuat Nina Sufanah Hasanah lebih memfokuskan pada konsolidasi terhadap komisariat sekawasan Cabang Medan. Langkah tepat yang diambil dengan menjadikan perwakilan setiap komisariat dalam kepengurusan KOHATI Cabang Medan. Sehingga akan memudahkan pimpinan dalam mengontrol KOHATI di tingkat komisariat, terkait aktif, tidak aktif atau bahkan mengalami stagnisasi. Konsolidasi dilakukan dengan memotivasi pengurus komisariat untuk segera mengikuti jenjang training LK I dan LKK. Dalam pengkaderan KOHATI, diadakan training LKK dengan ketua panitia Nurhalijah dari Komisariat ITM. Pada perjalanan setengah periode, dilakukan reshuffle karena beberapa pengurus yang tidak aktif seperti ketua
83
76
77
situasi Kota Medan sedang kisruh pada tahun 1998. Terjadi aksi secara massal dari mahasiswa untuk menurunkan rezim kekuasaan Soeharto yang terkesan otoriter. Dalam keikutsertaan KOHATI dalam HMI yang tergabung dalam aksi, KOHATI lebih memilih untuk menarik diri ke arah barisan belakang HMI. Saat itu pimpinan HMI Cabang Medan ialah Wahyu Triono, dengan bantuan Tengku Faisal dan Zainal Abidin untuk mengerahkan massa HMI dari sekretariat menuju ke Lapangan Benteng berkumpul bersama organisasi mahasiswa lainnya untuk melakukan orasi. Situasi dan kondisi yang sangat mencekam, Wahyu Triono mengambil sikap dengan menyuruh Nina Sufanah Hasanah untuk mengerahkan massa HMI-Wati agar berada pada barisan belakang HMI. Lantas Nina Sufanah Hasanah melihat keadaan yang semakin berbahaya berinisiatif untuk tidak terlalu ikut pada aksi yang terlalu ekstrim dikarenakan padatnya massa. Nina Sufanah Hasanah melihat banyak korban yang terinjak khususnya dari IAIN. Sehingga inisiatif muncul dengan kembalinya massa HMI-Wati ke sekretariat untuk menyediakan konsumsi bagi HMI-Wan yang ikut melakukan aksi Lapangan Benteng pada Mei 1998.84
3.2Pola Rekruitmen KOHATI
Salah satu faktor terbesar agar organisasi tetap eksistensi ialah anggota. Maka untuk menarik mahasiswa menjadi anggota HMI terlebih dahulu dilakukan dengan
84
78
pendekatan rekruitmen dimaksudkan untuk membangun persepsi yang benar dan utuh di kalangan mahasiswa terhadap keberdaan HMI dan KOHATI sebagai bagian integralnya sebagai mitra Perguruan Tinggi dalam mencetak kader-kader bangsa. Strategi pendekatan emosional harus mampu menjawab kebutuhan nalar mahasiswa, minat mahasiswa, dan kesejahteraan mahasiswa. Pendekatan tersebut dapat dilakukan lewat aktivitas dan pendekatan perorangan, dengan aksentuasi pendekatan fungsionalis masing-masing aparat HMI yang berhubungan langsung dengan basis calon kader HMI. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara kegiatan yang berbentuk forum formal seperti Masa Perkenalan Anggota (MAPERCA) dan pelatihan kekaryaan.
79
Pada tingkat Komisariat, pola rekruitmen KOHATI merupakan hal yang tersulit. Hal ini dikarenakan mencari mahasiswi Islam baru untuk direkruit menjadi kader HMI-Wati di HMI. Awalnya melakukan sosialisasi pengenalan terhadap organisasi HMI yang secara integral memiliki KOHATI. Untuk menjadi pengurus KOHATI komisariat, syaratnya sudah lulus mengikuti jenjang formal pengkaderan LK I di HMI. Keputusan menjadi pengurus KOHATI satu periode ke depan sesuai dengan kesepakatan antara kader atau calon kader, pengurus HMI, dan ketua KOHATI yang terpilih. Untuk menstimulasi pengurus HMI-Wati, anggota muda dan calon anggota ingin menjadi pengurus KOHATI, maka setiap kegiatan KOHATI akan diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan KOHATI bahkan diberikan tanggung jawab baik dari lingkup kecil hingga besar. Upaya strategi lainnya ialah sering mengadakan diskusi terkait pentingnya perempuan dalam pergerakan dan pembangunan bangsa, peran perempuan, dan isu-isu keperempuan yang sedang berkembang. Sedangkan secara formal, diadakan pelatihan kader seperti Latihan Khusus KOHATI, Latihan Kader Sensitif Gender (LKSG), Advokasi Perempuan dan lainnya.
80
dinyatakan lulus LK I dan LKK. Ketika sudah menjadi pengurus KOHATI Cabang, anggota dituntut untuk melaksanakan LK II (Intermediate Training) bagi pengurus yang belum mengikuti.
Pada KOHATI BADKO, pola rekruitmen berdasarkan rekomendasi dari KOHATI Cabang yang berada di bawah KOHATI BADKO yang telah dinyatakan lulus LK II dan LKK. KOHATI BADKO membantu KOHATI PB dalam melaksanakan tugasnya untuk mengkoordinir pada suatu wilayah yang telah ditentukan. Pada KOHATI PB, pola rekruitmen dilakukan atas usulan dari KOHATI Cabang dan BADKO dengan syarat anggota sudah lulus LK III dan LKK. Tugas KOHATI PB untuk mengkoordinir KOHATI Cabang yang ada di seluruh Indonesia, dengan dibantu oleh KOHATI BADKO wilayah tertentu.
81
tidak satu pemahaman. Sehingga segala aktivitas KOHATI dikembalikan kepada Bidang Pemberdayaan Perempuan. Hal ini terjadi seperti pada HMI Komisariat Nommensen dikarenakan menurunnya jumlah kader HMI dan HMI Komisariat Sastra USU dikarenakan terjadi konflik internal.
Berdasarkan Pedoman Dasar KOHATI, keanggotaan KOHATI ialah mahasiswi yang sudah lulus mengikuti jenjang training LK 1. Namun berdasarkan realita, mengenai anggota sangat jarang dikatakan sebagai anggota KOHATI melainkan sebagai anggota HMI dikarenakan KOHATI melakukan beragam aktivitas membawa organisasi HMI, khususnya di bidang keperempuanan. Berdasarkan konstitusi HMI, mengenai keanggotaan terbagi atas Anggota Muda, Anggota Biasa dan Anggota Kehormatan.85
85
Anggota Muda ialah mahasiswa Islam yang sudah lulus mengikuti jenjang training non formal HMI yakni Masa Orientasi Pengenalan (MOP) atau sekarang bernama Masa Perkenalan Anggota (MAPERCA) sebagai tahap awal pengenalan terhadap organisasi HMI. Anggota Biasa ialah mahasiswa Islam yang sudah lulus mengikuti jenjang training LK 1. Dan Anggota Kehormatan ialah mahasiswa yang bersedia membantu dalam aktivitas yang dilakukan oleh HMI, tetapi tidak berstatus sebagai Anggota Muda dan Anggota Biasa.
82
disebut dengan kata “Abangnda” sedangkan untuk perempuan disebut sebagai “Kakanda”.
3.3Pembinaan KOHATI
83
Oleh sebab itu kita perlu mengambil langkah-langkah konkrit untuk membebaskan kita dari belenggu sistem serta kesenjangan di atas, tanggung jawab untuk merumuskan kebebasan bagi masyarakat sesuai dengan nuansa berfikirnya, pengalaman serta kondisi objektif yang mengitarinya, dengan tetap berpijak kepada UUD 1945 dan Pancasila, juga memberikan penyadaran yang bersifat essensif bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan, dengan mempercayai bahwa perempuan mempunyai potensi yang sangat besar serta mempunyai andil optimal untuk menciptakan persepsi baru dalam merealisasikan eksistensi lajunya perkembangan pembangunan bangsa Indonesia, sesuai dengan cita-cita keadilan tesebut, yang dilandasi tanggung jawab untuk menghadapi kemajuan era industri, teknologi dan budaya. Maka bila hal itu tercapai, perempuan Indonesia bukan hanya menjadi ujung tombak yang ofensif dalam mengantisipasi serta memajukan bangsa Indonesia.
84
Oleh karena itu KOHATI dituntut untuk mengadakan pembinaan bagi kader-kader HMI khususnya HMI-Wati. Pembinaan dimaksudkan untuk menciptakan forum atau lingkaran yang mendorong kepada peningkatan dan pengembangan kualitas kader HMI dan secara khusus membantu kader HMI dalam mencapai tujuannya. KOHATI sebagai bagian integral dari HMI merupakan kelompok muda cendikia yang mempunyai tanggung jawab kekaderan dan menjadi pewaris yang sah untuk memanifestasikan. Hal tersebut tentu harus dijawab dalam bentuk kesiapan. Namun KOHATI sesuai dengan fungsinya dalam HMI, yaitu membina, mengembangkan serta menghasilkan potensi HMI-Wati sehingga terbentuk kader meningkatkan pembentukan kader HMI dibidang keperempuanan.
Dalam rangka kualitas anggotanya maka perlu dilakukan pembinaan yang terarah terpadu dan berkesinambungan, oleh karena itu dibutuhkan pedoman pelatihan sebagai rujukan atau acuan dalam rangka pembinaan yang dimaksud diatas. Secara legal Latihan Khusus KOHATI merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan HMI, khususnya dalam peningkatan peranan perempuan, sehingga mempunyai pemahaman serta kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai seorang muslimah yang berkualitas insan cita.86
86
85 3.3.1 Arah Pembinaan Kohati
Dalam melakukan sebuah pembinaan, butuh suatu arah agar semua hasil pembinaan yang dilakukan tetap pada satu tujuan. Arah dimaksudkan sebagai guidance/petunjuk hendak kemana pembinaan KOHATI ditujukan. Pada dasarnya seluruh proses perkaderan yang dilaksanakan HMI sebagaimana termaktub dalam pasal 4 AD HMI beserta tafsir penjelasannya.
Arah juga dimaksudkan sebagai patokan untuk melakukan usaha sistematis dalam pencapaian tujuan. Sebagai badan khusus HMI sesuai dengan fungsinya, maka KOHATI secara spesifik mempunyai tugas pembinaan terhadap anggota HMI-Wati.
86 3.3.2 Pola Dasar Pembinaan Kohati
Sebagai bagian integral HMI, KOHATI dalam menjalankan fungsinya harus senantiasa selaras dan serasi dengan perkaderan HMI. Pola dasar perkaderan HMI secara khusus telah membahas rekruitmen kader, pembentukan kader dan pengabdian kader. Dalam pola dasar tersebut KOHATI ditempatkan sebagai salah satu wadah pembentukan kader. Namun demikian untuk lebih memberikan arah yang jelas bagi KOHATI sebagai badan khusus dalam totalitas perkaderan HMI, diperlukan pula kesamaan pembinaan KOHATI secara Nasional. Pola pembinaan ini memuat spesifikasi yang harus dimiliki HMI-Wati, dasar-dasar pembentukan serta pengabdian KOHATI.
3.3.2.1 Kualifikasi Kader HMI-Wati
Sebagai kader HMI, anggota KOHATI harus memiliki kualifikasi Insan Cita HMI dengan seluruh turunannya. Namun secara khusus, anggota KOHATI harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :
87
mampu diatasi oleh setiap manusia, namun sebagai insan akademis, tinjauan ilmiah terhadap persoalan-persoalan keperempuanan sangat dibutuhkan terutama jika dikaitkan dengan aspek fisiologis dan psikis perempuan.
2. Kemampuan Intelektual, sebagai HMI-Wati harus memiliki pengetahuan (knowledge) kecerdasan (intelectuality) dan kebijaksanaan (wisdom).
3. Kemampuan profesional yaitu mampu menerjemahkan ide-ide dan pemikirannya dalam praktik kehidupan sehari-hari dalam rangka aktualisasi diri. Hal ini ditunjukkan lebih jauh dalam kemampuan keterampilan baik teknis maupun non-teknis, terutama kemampuan kepemimpinan.
4. Kemandirian, salah satu penyebab tersosialisasikannya kondisi sosial budaya yang merendahkan wanita adalah ketergantungan perempuan yang sangat tinggi. Perempuan seringkali tidak percaya akan kemampuannya dalam melakukan sesuatu. Untuk satu pekerjaan yang sama, seringkali jika dikerjakan bersamaan dengan laki-laki, perempuan sudah mengalah terlebih dulu, daya bersaingnya lemah. Oleh karena itu HMI-Wati harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi tentunya dengan diimbangi kemampuan intelektual serta ketahanan mental. Rasa percaya diri bukan berarti meniadakan sama sekali kerjasama dengan yang lain.87
87
88 3.3.2.2 Dasar-dasar Pembentukan
Dasar-dasar pembentukan merupakan sekumpulan aktivitas pembinaan yang terintegrasi dalam upaya mencapai tujuan HMI umumnya dan tujuan KOHATI khususnya. Sebagai kader HMI, HMIWati harus mengikuti seluruh rangkaian perkaderan, baik yang bersifat formal yaitu LK I, LK II dan LK III, maupun yang bersifat pengembangan. Salah satu aktifitas pengembangan HMI yaitu pembinaan melalui wadah KOHATI. Melalui wadah ini HMI-Wati khususnya melaksanakan pengembangan individual maupun pengembangan kelompok. Pengembangan individual dilakukan dengan berpartisipasi pada berbagai aktivitas eksternal, tentunya dengan senantiasa membawa misi HMI. Di samping itu pengembangan individual dapat dikembangkan pada aneka macam aktivitas internal organisasi. Adapun pengembangan secara kelompok dilaksanakan dengan satu upaya yang terencana, teratur, sistematis dan berkesinambungan. Pengembangan ini menekankan terbentuknya kemampuan kepemimpinan kader HMI-Wati.
89
memberikan kelebihan kepada HMI-Wati dalam masalah manajemen. Keterlibatan HMI-Wati dalam struktur kepengurusan akan memperkokoh sikap mental, menumbuhkan rasa percaya diri serta kemampuan memperluas jaringan informasi.88
Pengabdian KOHATI merupakan penjabaran dari peran KOHATI sebagai pencetak muslimah sejati dalam menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, sebagai mana terurai dalam tafsir peran KOHATI pada Pedoman Dasar KOHATI. Adapun jalur pengabdian KOHATI harus searah dengan pengabdian HMI. Namun secara individual dapat disalurkan melaui jalur-jalur pengabdian di seluruh aspek kehidupan, terutama dalam keluarga.
3.3.2.3 Pengabdian KOHATI
89
3.3.2 Bentuk-Bentuk Pembinaan Kohati
Korps-HMI-Wati (KOHATI) sebagai wadah perkaderan, membina kader HMI-Wati untuk memiliki kualifikasi kader seperti dikemukakan di atas melalui proses pembinaan. Pada awal pembentukan KOHATI dilakukan training dengan nama Up Grading (sekarang bernama LKK). Adapun yang menjadi kurikulum training dilaksanakan dengan dasar kaderisasi HMI tingkat Intermediate Training ditambah dengan materi kewanitaan. Adapun materi training tersebut ialah:
88
Ibid.
89
90 a. Tokoh Perempuan
b. Islam dan Pancasila
c. Leadership (kepemimpinan) d. Metode Diskusi
e. Nilai Dasar Perjuangan f. Komunikasi dan Administrasi g. Kemahasiswaan
h. Tuntunan Dasar Organisasi i. Psikologi Wanita
Munakahat ialah aturan menikah menurut syariat Islam.
91
Human Relation adalah hubungan antara manusia terkait interaksi sosial dan pengupayaannya dalam manajemen.
92
Ummahatul Mukminin adalah kehidupan para istri Nabi SAW.
93
91
Seiring dengan berjalannya waktu terjadi perubahan terhadap training-training. Ada penambahan kursus-kursus dan beberapa materi training yang diubah sesuai dengan kondisi zaman. Adapun model pelatihan yang dapat dilakukan oleh KOHATI adalah:
Model Non-Formal : Latihan Khusus KOHATI Model Non-formal (Non LKK) :
a. Latihan Kader Sensitif Gender (LKSG). b. Publik Relation.
c. Studi Islam Intensif. d. Advokasi Perempuan. e. Pelatihan Kewirausahaan. f. Up Grading Kepengurusan.
Secara legal Latihan Khusus KOHATI merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan HMI, khususnya dalam peningkatan peranan perempuan, yang memiliki kualifikasi seorang perempuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan menerapkannya sebagai pola pikir, sikap dan perilakunya sehari-hari, intelektual, profesional dan mandiri. Latihan Khusus KOHATI (LKK) ini dimaksudkan sebagai langkah awal membangun kesadaran maupun membuka wawasan kader HMI-Wati untuk keluar dari jebakan persepsi masyarakat tentang adanya realitas ketidakadilan gender, serta menemukan pemahaman akan jati diri kemanusiaannya dalam konteks idealisasi yang ingin dibangun oleh HMI. Sedangkan training Non-formal dilakukan oleh KOHATI dapat diikuti oleh seluruh kader HMI, baik Wan maupun HMI-Wati untuk mendapatkan pengayaan wawasan tentang berbagai persoalan perempuan serta upaya teknis yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya.94
94
92 3.4 Struktur Kepengurusan KOHATI
Di dalam sebuah organisasi/wadah/perkumpulan membutuhkan sebuah struktur kepengurusan. Struktur organisasi adalah bagan atau kerangka antar hubungan dari satuan-satuan organisasi atau bidang-bidang kerja yang di dalamnya terdapat pimpinan, tugas dan wewenang serta peran masing-masing personalia dalam totalitas organisasi. Dalam hal ini sangat berguna dalam pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidangnya, sehingga akan totalitas dalam bekerja. Secara sistematis tugas, pokok dan fungsi akan dilakukan tanpa ada saling melempar, sehingga segala sesuatunya dapat dipertanggung jawabkan pada orang atau bidang yang tepat.
93 Ketua Umum
Ketua Umum adalah penanggung jawab dan koordinator umum dalam menjalankan tugastugas intern dan ekstern organisasi yang bersifat umum pada tingkat nasional maupun internasional.
Ketua Bidang Intern
Ketua Bidang Intern adalah penganggung jawab dan koordinator seluruh pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas intern.
Ketua Bidang Ekstern
Ketua Bidang Ekstern adalah penganggung jawab dan koordinator seluruh pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas ekstern. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dibantu oleh Sekretaris Umum, Bendahara Umum, Ketua Bidang dan pengurus lainnya.
Sekretaris Umum
94 Wakil Sekretaris Umum Intern
Wakil Sekretais Umum Intern yaitu bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan bidang intern dan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional. Bertanggung jawab untuk mengelola dan menyimpan data sementara kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bidang intern (meliputi kegiatan-kegiatan-kegiatan-kegiatan di dalam organisasi terkait KOHATI), kemudian akan diserahkan kepada Sekretaris Umum setelah dipertanggung jawabkan untuk dilakukan pengarsipan data dan pustaka, sehingga menjadi arsip KOHATI.
Wakil Sekretaris Umum Ekstern
Wakil Sekretaris Umum Ekstern bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan bidang ekstern dan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional. Bertanggung jawab untuk mengelola dan menyimpan data sementara kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bidang ekstern (meliputi kegiatan-kegiatan-kegiatan-kegiatan di luar organisasi terkait keperempuanan), kemudian akan diserahkan kepada Sekretaris Umum setelah dipertanggung jawabkan untuk dilakukan pengarsipan data dan pustaka, sehingga menjadi arsip KOHATI.
Bendahara Umum
95
menjalankan tugasnya sehari-hari akan dibantu oleh seorang Wakil Bendahara Umum sesuai dengan kesepakatan tugas yang sudah rencanakan.
Wakil Bendahara Umum
Wakil Bendahara Umum adalah bertugas atas nama Bendahara Umum dalam pengadaan peralatan administrasi, keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat nasional. Dalam menjalanakan aktivitas sehari-hari, membantu Bendahara Umum dalam melakukan tugas, sesuai dengan apa yang diperintahkan.
Departemen Pendidikan dan Latihan
Departemen Pendidikan dan Latihan bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang pendidikan dan pelatihan. Biasanya, departemen ini menyelenggarakan pembinaan serta pengkaderan KOHATI, seperti kegiatan latihan training KOHATI yaitu Latihan Kepemimpinan KOHATI (LKK), Up Grading di komisariat dan lainnya.
Departemen Pengembangan Sumber Daya Perempuan
Departemen Pengembangan Sumber Daya Perempuan yaitu bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang pengembangan sumber daya perempuan.
Departemen Informasi dan Komunikasi
96
Biasanya, departemen ini melakukan tugasnya dengan mencari informasi terkait isu keperempuanan, ke-HMIan, Ke-Islaman, dan ke-indonesiaan, bahkan isu-isu yang sedang berkembang. Kemudian juga membangun dan menjalin komunikasi dari pihak dalam maupun luar.
Departemen Hubungan Antar Lembaga
Departemen Hubungan Antar Lembaga yaitu bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang hubungan antar lembaga. Biasanya departemen ini, mencari, membangun serta menjalin komunikasi dengan lembaga-lembaga lain untuk menciptakan sebuah hubungan baik sehingga dapat menyelenggarakan kegiatan bersama.
Departemen Administrasi dan Kesekretariatan
Departemen Administrasi dan Kesekretariatan yaitu bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang administrasi dan kesekretariatan. Biasanya departemen ini, melakukan tugas di bidang administrasi dan kesekretariatan, seperti membuat masing sebagai papan informasi.
Departemen Logistik
97
Wakil Bendahara Umum dalam melakukan tugas, sesuai dengan apa yang diperintahkan.
99
100 Keterangan:
: Merupakan garis intruksi - - - - - : Merupakan garis koordinasi Kabid : Ketua Bidang
Wasekum : Wakil Sekretaris Umum PA : Pembinaan Anggota
PAO : Pembinaan Aparatur Organisasi
PTKP : Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pengembangan Profesi KPP : Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
PPD : Partisipasi Pembangunan Daerah PU : Pemberdayaan Umat
HAM & LH : Hak Asasi Manusia dan Lingkungan Hidup PP : Pemberdayaan Perempuan
101 BAB IV
KONTRIBUSI KOHATI CABANG MEDAN (1966-1998)
4.1Aspek Internal
Berbicara mengenai kontribusi KOHATI Cabang Medan terhadap organisasi HMI dan kader HMI-Wati, maka tidak terlepas dari apa yang dilakukan selama perjalanan panjang KOHATI yang ditulis. Hal tersebut melingkup dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh bidang internal, dan pengurus KOHATI baik secara formal maupun informal. Karena kontribusi inilah yang telah membawa dampak perubahan pada bagian internal HMI, baik secara langsung maupun masih proses dan jangka panjang.
4.1.1 Organisasi HMI
102
internal, KOHATI yang menyelenggarakan training-training non formal seperti LKK dan non LKK, telah membantu HMI dalam proses pengkaderan terhadap kader-kader HMI-Wati dengan tujuan meningkatkan kualitas dan peranan HMI-Wati. Karena peserta yang menjadi targetan tidak harus berasal dari KOHATI ataupun Bidang Pemberdayaan Perempuan, melainkan terkhusus kepada seluruh HMI-Wati. Secara tidak langsung mempermudah HMI untuk mengontrol kader HMI-Wati dikarenakan sudah ada KOHATI sebagai wadah khusus HMI-Wati dalam melakukan pembinaan, mengembangkan potensi yang dimiliki dan mudah dalam mengerahkan massa HMI-Wati. Selain itu, eksistensi KOHATI yang seolah-olah organisasi perempuan, membawa nama baik HMI pada sektor publik yang dapat bekerjasama dengan organisasi perempuan lainnya seperti yang tergabung dalam BKOW, bahkan instansi yang terkait seperti BKKBN.
103
yang dibutuhkan, seperti menyediakan konsumsi, mengkonsep acara, dan mengontrol acara bersama HMI-Wan.
Sekretariat merupakan bagian terpenting suatu organisasi untuk proses kegiatan organisasi termasuk konsolidasi. Djanius Djamin merupakan mantan ketua KOHATI pertama, saat menjadi ketua DPRD Kota Medan mengupayakan seluas bidang tanah yang akan dibangun sekretariat HMI secara permanen. Meskipun Djanius Djamin sudah berstatus sebagai alumni, akan tetapi rasa persaudaraan yang timbul dengan HMI memicu keinginannya ketika memiliki kesempatan baik. Sehingga Sekretariat HMI Cabang Medan dibangun dengan permanen hingga sekarang yang berada di Jalan Adinegoro No. 15 (disingkat dengan alimbas). Untuk biaya pembangunnya, menggunakan uang hasil pengembalian sekretariat sebelumnya di Jalan Selamat kepada pemiliknya.
4.1.2 Kader HMI-Wati
104
KOHATI sebagai bagian organisasi yang berazaskan Islam berusaha membentuk karakter muslimah dimana banyak kader HMI-Wati yang semula tidak menggunakan khimar, dan melalui proses bertahap menggunakan khimar. Pada awalnya penggunaan khimar masih berupa tudung, kemudian bertahap menjadi kain yang silempangkan dan perlahan-lahan mulai menutup secara benar. Hal ini dikarenakan, materi pada LKK yang diberikan salah satunya ialah membahas “Perempuan dalam Perspektif Islam” yang isinya terkait ayat Al-Qur’an yang menyeru penggunaan khimar, jilbab dan hijab yang benar, kemudian ayat Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai menstruasi, harta warisan, saksi, kepemimpinan, hukum poligami dan lainnya.
Selain itu, kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dengan melibatkan HMI-Wati dari komisariat dan pengurus Cabang Medan secara sadar atau tidak sadar akan menempah mental dan karakter HMI-Wati. Aktivitas kuliah yang padat dan ikut serta dengan kegiatan KOHATI, akan mengajarkan pada unsur yang terlibat mengenai manajemen terhadap diri sendiri, agar keduanya tetap terlaksanakan.
105
melibatkan seluruh KOHATI ataupun Bidang Pemberdayaan Perempuan di komisariat dengan cara lelang sesuai dengan potensi dan bakat yang dimiliki oleh komisariat tertentu. Komisariat dengan jurusan tata busana, akan menangani lomba busana muslim, dimana akan melatih untuk mengkonsep acara hingga pada proses penilaian. Begitu juga dengan komisariat yang memiliki jurusan tata boga yang menangani lomba memasak, juga akan melatih bakatnya dalam bidang memasak hingga pada proses penilain.
Dampak dari pengkaderan dari HMI serta tambahan training khusus kewanitaan yang dilakukan oleh KOHATI Cabang Medan telah melahirkan perempuan-perempuan dengan karakter kuat dan berani tampil pada sektor publik dengan pembekalan yang didapatkan ketika dalam proses pengkaderan. Merupakan salah satu hasil pembinaan terhadap HMI-Wati pada perannya di dalam anggota masyarakat dengan tidak menanggalkan perannya sebagai putri, istri dan ibu.
4.2Aspek Eksternal