• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Aplikasi Data Teks Dan Citra Digital Dengan Menggunakan Algoritma Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS) Pada Jaringan Client-Server

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembangunan Aplikasi Data Teks Dan Citra Digital Dengan Menggunakan Algoritma Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS) Pada Jaringan Client-Server"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

SYMANSKI (LZSS) PADA JARINGAN CLIENT-SERVER

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana

Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

Universitas Komputer Indonesia

RAHMAD SYAH

10107313

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

i

PEMBANGUNAN APLIKASI KOMPRESI DATA TEKS DAN CITRA

DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA LEMPLE ZIV STORER

SYMANSKI (LZSS) PADA JARINGAN CLIENT-SERVER

Oleh :

RAHMAD SYAH

10107313

Kegiatan pengolahan data

kontemporer

sering menghasilkan, memanipulasi,

atau mengkonsumsi sejumlah data yang besar. Kegiatan tersebut memerlukan sebuah

metode kompresi untuk mengurangi pemakaian

bandwidth

dan mempercepat dalam

proses pengiriman data melalui jaringan

client-server

komputer.

Teknologi kompresi data yang digunakan merupakan kompresi data yang

melakukan proses kompresi pada saat pengiriman file terjadi, yang bertujuan untuk

menghemat tempat penyimpanan data, memperkecil ukuran data dan mengurangi

pemakaian

bandwidth

untuk pengiriman data.

Metode pemampatan

file

yang

digunakan adalah Algoritma LZSS (

Lemple Ziv Storer Symanski

) serta dibandingkan

dengan metode

Rice Coding

yang bersifat

lossless

.

Parameter-parameter yang akan dibandingkan yaitu : pemampatan rasio,

persentase

, dan waktu kompresi yang dihasilkan.

Inputan

sistem berupa

file

yang

berekstensi :

.docx, doc, pdf, rtf

.

,

.

bmp, .jpg,

yang ukurannya berbeda

. Output

sistem

berupa

file

yang terkompresi, rasio dan

persentase

berkisar antara 15% - 100%,

sedangkan waktu kompresi berkisar antara 00:00 – 03:00 perdetik tergantung jenis

dan ukuran

file

yang akan dikirimkan.

(3)

ii

PEMBANGUNAN APLIKASI KOMPRESI DATA TEKS DAN CITRA

DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA LEMPLE ZIV STORER

SYMANSKI (LZSS) PADA JARINGAN CLIENT-SERVER

By :

RAHMAD SYAH

10107313

Contemporary data processing activity often produce, manipulate, or

consume large of data. That activity need a compression method to reduce bandwidth

and increase speed in data transmission on client-server computer network.

Technology of data compression that use is compressing the data that while

transmission, that aim to save data log, reduce size of data, and reduce bandwidth

that used to transmissing data. Compression file method that use in this research is

LZSS (Lemple Ziv Storer Semansky) algorithm and compared with Rice Coding

algorithm losslessly.

Parameters that will be compared is compression ratio, presentage, and time

of compression. System input by file that have extension: .docx, .doc, .pdf, .rtf, .bmp,

and .jpg, that have different size. System output is file that compressed, ratio, and

percentage between 15%-100%, meanwhile time of compression is between 00:00 –

03:00 per-seconds based on type and size of file that will be transmissing.

Keywords : data compression, LZSS, Rice Coding, algorithms, lossless,

(4)

iii

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan hikmat dan segala karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan Judul :“

PEMBANGUNAN APLIKASI KOMPRESI DATA

TEKS DAN

CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA

LEMPLE ZIV STORER SYMANSKI

(LZSS) PADA JARINGAN

CLIENT-SERVER

”.

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Tugas

Akhir pada Program Strata 1 Jurusan Teknik Informatika. Keterbatasan pengetahuan,

pengalaman dan kemampuan serta kendala – kendala yang mengiringi membuat

penulisan laporan tugas akhir ini jauh dari sempurna, namun berkat bimbingan,

dukungan serta doa dari berbagai pihak menjadikan penulisan laporan ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –

besarnya kepada pihak – pihak yang telah membantu penyusunan laporan Tugas

Akhir ini, diantaranya adalah :

1.

Kepada kedua Orang Tua dan adik tercinta di rumah yang selalu mendoakan

dan memberikan motivasi yang tinggi pada saya agar dapat menyelesaikan

(5)

2.

Bapak Irawan Afrianto,S.T, M.T selaku Dosen Wali Kelas IF – 7.

3.

Bapak Ir. Johni Pasaribu, M.T selaku Pembimbing yang juga senantiasa

membimbing dan terima kasih atas saran – sarannya dari awal pembuatan

sampai selesainya laporan tugas akhir ini.

4.

Kepada Yayan Taryani sebagai saudara saya yang telah membantu saya dalam

hal pemrograman.

5.

Kepada Aloysius R. P. sebagai teman yang telah membantu saya dalam hal

perkuliahan.

6.

Kepada rekan – rekan mahasiswa khususnya IF – 7 angkatan 2007 yang

memberikan dukungan dan bantuan baik secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu-persatu.

Banyak sekali pelajaran berharga mengenai keinformatikaan yang baru saya

pahami pada saat saya mengerjakan tughas akhir ini. Tidak ada kata terlambat untuk

belajar. Semoga buku TA ini dapat dimanfaatkan sebagai ladang ilmu. Semoga kita

tidak akan pernah berhenti untuk menuntut ilmu sepanjang hidup kita. Amin.

Bandung, Agustus 2011

(6)

1 1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi dan media digital telah membawa

perubahan besar bagi ragam jenis buku-buku elektronik (ebook) dan pencitraan

(gambar). Kegiatan pengolahan data Kontemporer sering menghasilkan,

memanipulasi, atau mengkonsumsi sejumlah data yang besar. Hal ini

menyebabkan ukuran data dan gambar menjadi lebih bervariasi sesuai dengan

kualitas data dan gambar yang dihasilkan, bahkan menghasilkan ukuran yang

sangat besar sehingga mempersulit penyimpanan dan pengiriman.

Menyimpan dan mentransfer data saat streaming ini bisa menjadi usaha

yang sangat tidak efektif jika kapasitas ukuran besar. Salah satu pendekatan yang

sering produktif adalah untuk mengkompres suatu ukuran data dan citra digital

yang mengkonsumsi sedikit ruang. Karena keterbatasan media penyimpanan data

menjadi pertimbangan utama, namun secara tidak langsung diperlukan juga suatu

metode kompresi.

Besarnya kapasitas ukuran data yang mengakibatkan pada saat pengiriman

data teks dan citra digital melalui jaringan menjadi kendala dalam menyimpan dan

mentransfer data. Kompresi pada data dan citra digital banyak berbagai macam

teknik pengkompresian yang berbeda, yang merupakan suatu upaya untuk

melakukan transformasi terhadap data atau simbol penyusun. Ada teknik

(7)

teknik ini disebut lossy. Teknik lossy ini dapat menimbulkan perubahan yang

signifikan atas data dan citra digital. Sehingga penyimpanan dalam memori, dapat

menyebabkan redudansi dan perfomansi rendah.

Untuk memecahkan masalah tersebut diatas diperlukan sebuah Metode

kompresi untuk meningkatkan rasio kompresi (mengurangi ukuran data

terkompresi) mengurangi pemakaian bandwidth dan mensimulasikannya pada saat

pengiriman data. Salah satunya menggunakan algoritma Lemple Ziv Storer

Symanski (LZSS). Algoritma ini menggunakan teknik lossless yaitu tidak

menghilangkan informasi sedikitpun, hanya mewakilkan beberapa informasi yang

sama. Algoritma Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS) adalah algoritma

kompresi data lossless yang dimodifikasi dari LZ77, dinamai penciptanya James

Storer dan Thomas Szymanski (yang dibangun di atas karya Abraham Lempel dan

Jacob Ziv). Algoritma Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS) adalah salah satu

kompresi urutan simbol data yang terdiri dari sebuah literal byte atau pasangan

(offset, match length), dengan mengidentifikasi urutan simbol yang berulang

dalam masukan yang dikopikan secara langsung ke output, sehingga

menggantikan urutan-urutan simbol yang lebih kecil.

Algoritma Rice Coding adalah algoritma yang diciptakan oleh Robert F.

Rice, yang menunjukan penggunaan sebuah subset dari turunan Golomb Coding

untuk menghasilkan sebuah kode sederhana yang memungkinkan suboptimal dari

kode awalan itu sendiri. Algoritma Rice Coding ini digunakan dalam skema

pengkodean adaptif, yang dapat mengacu hanya menggunakan sebuah subset dari

(8)

Akhir yaitu :“Pembangunan Aplikasi Kompresi Data Teks Dan Citra Digital Dengan Menggunakan Algoritma Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS) Pada Jaringan Client-Server”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Bagaimana Membangunan Aplikasi Kompresi Data Teks Dan

Citra Digital Dengan Menggunakan AlgoritmaLemple Ziv

Storer Symanski (LZSS) Pada Jaringan Client-Server ?

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah membuat sebuah aplikasi

kompresi data teks dan citra digital pada saat pengiriman data, yaitu dengan

mengimplementasikan algoritma Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS) untuk

mengkompresi data dan citra digital. Sedangkan tujuannya yaitu:

a. Menganalisis kompresi data untuk menghemat penggunaan

bandwidth dan mensimulasikan pada saat data akan

mentransmisikan File.

b. Menganalisis ukuran File antara sebelum dan sesudah dilakukan

proses kompresi.

c. Menganalisis rasio yang diperlukan dalam melakukan proses

kompresi dengan algoritma LZSS serta membandingkannya

(9)

d. Membandingkan ukuran File kompresi yang dihasilkan algoritma

LZSS dengan algoritma Rice Coding.

1.4 Batasan Masalah / Ruang Lingkup Kajian

Agar pada pembuatan program aplikasi ini lebih fokus pada topik yang

diambil, maka dalam Tugas Akhir ini, penulis memberikan batasa masalah

sebagai berikut:

a. Menguji aplikasi yang telah di buat.

b. File teks : jenis File .doc, .docx, jenis File.rtf danjenis File .pdf c. File Gambar : jenis File.jpg, dan jenis File.bmp

d. Aplikasi yang dibangun melakukan kompresi pada saat pengiriman

melalui jaringan client-server.

e. Algoritma yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini adalah

Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS) dan Algoritma Rice Coding

sebagai pembanding.

f. Bahasa pemrograman menggunakan Borland Delphi7

g. Aplikasi ini berbasis desktop.

h. Penelitian ini lebih difokuskan kepada cara kerja metode LZSS

dalam mengkompresi data teks dan citra digital.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Tahapan Pengumpulan Data

(10)

Mencari referensi yang berkaitan dengan permasalahan mulai dari

mencari dari buku-buku, jurnal maupun arikel-artikel yang terdapat di

internet.

b. Tahapan Pembangunan Aplikasi

Model yang digunakan untuk proses pembangunan aplikasi

adalah model waterfall. Berikut adalah gambar model waterfall:

Gambar 1.1 Model Waterfall

Tahapan-tahapan dari model waterfall ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Permasalahan

Pada tahap ini, akan dilakukan analisis terhadap masalah jenis File

(11)

2. Desain

Pada tahap desain akan dilakukan perancangan antarmuka program.

3. Pembuatan Coding

Tahap menterjemahkan perancangan kedalam bentuk bahasa yang

dapat dimengerti oleh komputer.

4. Pengujian

Proses untuk memastikan bahwa semua pernyataan sudah diuji

yang selanjutnya akan mengarahkan penguji untuk menemukan

kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dan juga memastikan

bahwa hasil yang diharapkan telah tercapai.

5. Pemeliharaan

Pada tahap pemeliharaan akan dilakukan penyesuaian apabila

perangkat lunak mengalami perubahan seperti perubahan yang

diakibatkan kemampuannya kurang maksimal untuk tipe File tertentu.

Misalnya perangkat keras yang digunakan berubah ataupun sistem

operasi yang berubah.

Khusus untuk tahap pemeliharaan, tidak dilakukan karena

tahap pembangunan perangkat lunak hanya akan sampai tahap

pengujian.

1.6

Sistematika Penulisan

Sistematika dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

(12)

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, maksud dan

tujuan, identifikasi masalah, batasan masalah, metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bagian ini menjelaskan mengenai konsep dasar dan teori-teori

dari tugas akhir yang digunakan.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini akan menjelaskan analisis sistem dan rancangan umum dari

aplikasi yang akan dibuat serta algoritma-algoritma yang akan diterapkan

pada masalah kompresi data teks dan citra digital.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Bab ini menyajikan penerapan algoritma-algoritma yang digunakan

untuk membuat program aplikasi kompresi data teks dan citra digital.

Serta pengujian program aplikasinya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari saran yang telah disampaikan dari

(13)

7

Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk

menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi

sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan yang diajukan

serta membantu dalam penyusunan instrument penelitian.

2.1

Kompresi Data

Kompresi berarti memampatkan/mengecilkan ukuran. Kompresi data

adalah proses mengkodekan informasi menggunakan bit atau information-bearing

unit yang lain yang lebih rendah daripada representasi data yang tidak terkodekan

dengan suatu sistem encoding tertentu. Contoh kompresi sederhana yang biasa

kita lakukan misalnya adalah menyingkat kata-kata yang sering digunakan tapi

sudah memiliki konvensi umum. Misalnya: kata “yang” dikompres menjadi kata

“yg”.

Kompresi data teks dan citra digital adalah proses untuk meminimalisasi

jumlah bit yang merepresentasikan suatu data baik berupa teks maupun

citra/gambar sehingga ukuran data menjadi lebih kecil. Pengiriman data hasil

kompresi dapat dilakukan jika pihak pengirim atau pihak penerima memiliki

aturan yang sama dalam hal kompresi data. Pihak pengirim harus menggunakan

algoritma kompresi data yang sudah baku dan pihak penerima juga menggunakan

(14)

dapat dibaca dan di-decode kembali dengan benar. Kompresi data menjadi sangat

penting karena memperkecil kebutuhan penyimpanan data, mempercepat

pengiriman data, memperkecil kebutuhan bandwidth.

Dalam teknik kompresi data, besarnya kapasitas data pada saat

pengiriman, dan media penyimpanan yang terbatas menjadi masalah utama.

Kompresi data ditujukan untuk mereduksi penyimpanan data yang redundan atau

dalam istilah lain kompresi data teks dan citra digital dilakukan untuk dengan cara

meminimalkan jumlah bit yang diperlukan untuk merepresentasikan suatu data,

namun seringkali kualitas data teks dan citra yang dihasilkan jauh lebih buruk dari

aslinya karena keinginan kita untuk memperoleh rasio kompresi yang tinggi.

Secara mendasar standar-standar teknik kompresi data memiliki 2 teknik

kompresi yaitu teknik kompresi secara lossy dan lossless. Untuk teknik kompresi

secara lossy ada sebagian dari informasi yang hilang dalam data tersebut, sehingga

jika dilakukan proses edit akan susah dilakukan. Sedangkan teknik kompresi

secara lossless tidak menghilang informasi sedikitpun.

2.2

Faktor Penting Kompresi Data

Dalam kompresi data, terdapat 4 (empat) faktor penting yang perlu

diperhatikan, yaitu :

a. Time Process (waktu yang dibutuhkan dalam menjalankan proses),

b. Completeness (kelengkapan data setelah File-File tersebut

dikompres),

(15)

d. Optimaly (perbandingan apakah ukuran File sebelum dikompres

sama atau tidak sama dengan File yang telah dikompres). Tidak

ada metode kompresi yang paling efektif untuk semua jenis File.

2.2.1 Metode Kompresi Data

Berdasarkan tipe peta kode kompres data yang digunakan untuk

mengubah pesan awal (isi File input) menjadi sekumpulan code word,

metode kompresi terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Metode statik : menggunakan peta kode yang selalu sama. Metode ini

membutuhkan dua fase (two-pass): fase pertama untuk menghitung

probabilitas kemunculan tiap simbol/karakter dan menentukan peta

kodenya dan fase kedua untuk mengubah pesan menjadi kumpulan

kode yang akan ditransmisikan. Contoh : algoritma Huffman Static.

b. Metode dinamik (adaptif) : menggunakan peta kode yang dapat

berubah dari waktu ke waktu. Metode ini disebut adaptif karena peta

kode mampu beradaptasi terhadap karakteristik isi File selama proses

kompresi berlangsung. Metode ini bersifat onepass, karena isi File

selama dikompres hanya diperlukan satu kali pembacaan terhadap isi

File. Contoh algoritma Lemple Ziv Welch (LZW) dan Dinamic Markov

Compression (DMC).

Berdasarkan teknik pengkodean/ pengubahan simbol yang

(16)

a. Metode simbolwise : metode yang menghitung peluang

kemunculan karakter dalam data teks, kemudian karakter tersebut

dikodekan dimana karakter yang sering muncul diberi kode lebih

pendek dibandingkan karakter yang jarang muncul contoh : algoritma

Huffman.

b. Metode Dictionary : menggantikan karakter/fragmen dalam File

input dangan indeks lokasi dari karakter/fragmen tersebut dalam

sebuah kamus (dictionary), contoh : algoritma LZSS.

c. Metode Predictive : menggunakan model finite-context atau

finite-state untuk memprediksi distribusi probabilitas dari simbol-simbol

selanjutnya, contoh : algoritma DMC.

2.3

Sifat Kompresi berdasarkan hasil

Algoritma kompresi diklasifikasikan menjadi dua buah yaitu:

2.3.1 Lossy Compression

Keuntungan dari algoritma ini adalah bahwa rasio kompresi

(perbandingan antara ukuran data yang telah dikompresi dengan data

sebelum dikompresi) cukup tinggi. Namun algoritma ini dapat

menyebabkan data pada suatu berkas yang dikompresi hilang ketika

didekompresi. Hal ini dikarenakan cara kerja lossy adalah dengan

mengeliminasikan beberapa data dari suatu File. Namun data yang

dieliminasikan biasanya adalah data yang kurang diperhatikan atau di

(17)

kemungkinan besar tidak akan mempengaruhi manusia yang

berinteraksi dengan File tersebut. Contohnya pada pengkompresian

File teks, kompresi lossy akan mengeliminasi data dari File teks yang

memiliki frekuensi sangat tinggi/rendah sehingga banyak

menghilangkan informasi dalam data yang dianggap penting. Beberapa

jenis data yang biasanya masih dapat mentoleransi algoritma lossy

adalah citra, audio dan video.

2.3.2 Lossless Compression

Berbeda dengan algoritma kompresi lossy, pada algoritma

kompresi lossless, tidak terdapat perubahan data ketika

mendekompresi File yang telah dikompresi dengan kompresi lossless

ini. Algoritma ini biasanya diimplementasikan pada kompresi Filetext,

seperti program komputer (File zip, rar, gzip, dan lain-lain).

2.4

File Teks

File teks adalah arsip yang disimpan dalam suatu media corage berupa

data yang terdiri dari karakter yang menyatukan kata-kata / symbol. File text

terpakai sebagai penyimpanan yang memiliki sifat dan tidak memiliki organisasi

data yang jelas melakukan proses yang kompleks untuk melakukan

(18)

2.4.1 Konsep Dasar Teknik Kompresi Data Teks

Teknik kompresi data berupa teks adalah kumpulan dari

karakter-karakter atau string yang menjadi satu kesatuan. Teks yang memuat

banyak karakter didalamnya selalu menimbulkan masalah pada edia

penyimpanan dan kecepatan waktu pada saat transmisi data. Media

penyimpanan yang terbatas dan waktu yang lama dalam melakukan

transfer data teks, membuat orang mencoba berpikir untuk menemukan

cara yang dapat digunakan untuk mengkompres data teks.

Ide dasar dari kompresi data teks adalah mengkodekan kembali

setiap karakter didalam dokumen atau pesan dengan kode yang lebih

pendek sehingga dapat memperkecil ukuran dokumen. Dokumen atau File

teks yang dibuat di dalam komputer atau media elektronik lain seperti

.doc,docx .pdf, .rtf merupakan kumpulan kode yang mewakili setiap

karakter dalam dokumen atau pesan. Kode yang biasa dan banyak

digunakan adalah kode ASCII (American Standard Code for Information

Interchange).

a. Misalnya pada teknik kompresi RunLength Encoding (RLE)

Contoh :

a. Data: ABCCCCCCCCDEFGGGG = 17 karakter

b. RLE tipe 1 (min. 4 huruf sama) : ABC!8DEFG!4 = 11 karakter

c. RLE ada yang menggunakan suatu karakter yang tidak digunakan

(19)

d. RLE ada yang menggunakan flag bilangan negatif untuk menandai

batas sebanyak jumlah karakter tersebut.

e. Berguna untuk data yang banyak memiliki kesamaan, misal teks

ataupun grafik seperti icon atau gambar garis-garis yang banyak

memiliki kesamaan pola.

f. Best case: untuk RLE tipe 2 adalah ketika terdapat 127 karakter

yang sama sehingga akan dikompres menjadi 2 byte saja.

g. Worst case: untuk RLE tipe 2 adalah ketika terdapat 127 karakter

yang berbeda semua, maka akan terdapat 1 byte tambahan sebagai

tanda jumlah karakter yang tidak sama tersebut.

b. Teknik Kompresi Data

Teknik kompresi data terdapat 4 cara dalam melakukan kompresi

yaitu sebagai berikut :

a. Kompresi berbasis Statistik (Lossless) yaitu Merepresentasikan

citra dengan frekuensi kemunculan nilai intensitas tertentu.

b. Kompresi berbasis Kuantisasi (Lossy) yaitu Mengurangi jumlah

intensitas warna.

c. Kompresi berbasis Transformasi (Lossless/Lossy) yaitu

Mengoptimalkan kinerja kompresi berbasis statistik dan kuantisasi

dengan cara melakukan transformasi terlebih dahulu sebelum

menerapkan salah satu teknik tersebut. Sehingga kompresi bersifat

lossy atau lossles tergantung teknik mana yang digunakan setelah

(20)

d. Kompresi berbasis Fraktal (Lossy) yaitu merupakan bentuk

rekursif yang merepresentasikan komponen dasar objek. Dalam

konsep kompresi, data direpresentasikan sebagai pasangan antar

elemen fraktal, pola umum konfigurasi yang membentuk objek

secara keseluruhan, dan koefisien transformasi spasial (affine)

untuk masing-masing fraktal sesuai dengan posisinya dalam

konfigurasi pembentuk objek.

2.5

Konsep Dasar Teknik kompresi citra digital

Teknik kompresi citra mengacu pada dua konsep dasar, yaitu :

1. Mengeksploitasi redundansi informasi yang terdapat pada pola

sinyal citra digital. Metode ini digunakan pada teknik kompresi citra

lossless coding.

Redundansi tersebut dapat berupa:

a. Redundansi Spasial akibat korelasi antara piksel-piksel yang

bertetangga yang memiliki intensitas yang sama

b. Redundansi Spektral akibat korelasi antara bidang-bidang warna

yang berbeda

c. Redundansi Temporal akibat korelasi frame-frame yang berbeda

pada citra dinamis.

d. Redundansi Statistik akibat redundansi ruang dan redundansi

(21)

e. Redundansi Psikovisual akibat danya kenyataan bahwa mata

manusia tidak sensitif terhadap adanya frekuensi beberapa ruang

dalam citra.

2. Menggunakan deviasi dalam batas yang dapat ditoleransi dengan

cara mengurangi detail citra yang tidak dapat ditangkap oleh

penglihatan manusia. Resolusi spasial, waktu dan amplitudo

disesuaikan dengan aplikasi yang digunakan. Metode ini digunakan

pada teknik kompresi citra lossy coding dengan mengeksploitasi

redundansi statistik dan psikovisual .

2.5.1 Kriteria penilaian kualitas citra digital

Pada bagian ini dibahas mengenai criteria-kriteria penilaian kualitas baik

buruknya suatu citra dan kriteria penilaian dibagi menjadi dua yaitu kriteria

penilaian objektif dan kriteria penilaian subjektif.

1. Kriteria penilaian objektif

Kriteria penilaian Objektif ini didasarkan pada batas error yang

diperbolehkan untuk citra yang akan diolah. Untuk citra f(x,y) dan citra hasil

proses g(x,y), maka beberapa parameter yang dijadikan sebagai kriteria

penilaian objektif adalah sebagai berikut :

a) Peak Signal to Noise Ratio (PSNR), kita dapat membuat ukuran kualitas

hasil pemampatan citra menjadi ukuran kuantitatif dengan menggunakan

PSNR. PSNR dihitung untuk mengukur perbedaan antara citra semula

dengan citra hasil pemampatan dengan citra semula, dengan rumus:

2 ) / 255 log( 10 MSE

(22)

b) Mean Square Error (MSE) :

 

    

M X

X Y N Y y x asli citra y x hasil citra MN MSE 0 0 2 )) , ( _ ) , ( _ ( 1 ... (2.2)

c) Mean Absoluted Error (MAE) :

 

 

M X

X Y N Y y x asli citra y x hasil citra MN MAE 0 0 ) , ( _ ) , ( _ 1

... (2.3)

d) Number of Region (NR) :

Yaitu jumlah region atau segmen hasil segmentasi.

e) Time (t) :

Yaitu lama proses yang dibutuhkan dalam proses segmentasi.

2. Kriteria penilaian subjektif

Kriteria ini ditentukan berdasarkan hasil pengamatan oleh mata manusia.

Dengan menggunakan kriteria ini, baik buruknya citra hasil pengolahan

ditentukan oleh pengamat sendiri. Sebagai contoh, dua buah citra yang

memiliki salah satu yang sama pada kriteria penilaian kualitas citra secara

objektif dapat mempunyai kualitas subjektif yang berbeda, tergantung dari

persepsi visual pengamat. Beberapa kriteria hasil penilaian subjektif yang

banyak digunakan adalah sebagai berikut:

Excellent (skor 9 atau 10)

Citra hasil segmentasi yang diamati mempunyai kualitas sangat baik,

menggambarkan region citra dengan tepat atau mendekati tepat.

(23)

Citra hasil segmentasi yang diamati masih mempunyai kualitas tinggi,

menggambarkan region citra dengan sedikit gangguan-gangguan atau

kesalahan.

Passable (skor 5 atau 6)

Citra hasil segmentasi yang diamati mempunyai kualitas agak baik,

menggambarkan region citra dengan gangguan-gangguan atau kesalahan

atau kesalahan yang sedikit berarti.

Marginal (skor 3 atau 4)

Citra hasil segmentasi yang diamati mempunyai kualitas buruk,

menggambarkan region citra dengan gangguan yang cukup besar.

Inferior (skor 1 dan 2)

Citra hasil segmentasi yang diamati mempunyai kualitas yang sangat

buruk, tetapi region citra masih dapat diamati secara kasar dengan

gangguan-gangguan yang sama jelas atau sangat besar.

Unusable (skor 0)

Citra hasil segmentasi yang diamati sangat buruk sudah tidak dapat

diamati lagi.

2.6

Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS)

Algoritma Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS) adalah algoritma

kompresi data lossless yang dimodifikasi dari LZ77, dinamai penciptanya James

Storer dan Thomas Szymanski (yang dibangun di atas karya Abraham Lempel dan

Jacob Ziv). Algoritma Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS) salah satu kompresi

(24)

yang berulang dalam masukan, dan menggantikan urutan-urutan simbol yang

lebih kecil. Implementasi Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS) dapat

menyesuaikan jumlah bit yang dialokasikan dengan mengganti panjang ukuran

byte (antara parameter lain) untuk mendapatkan kinerja kompresi yang cukup

baik.

2.6.1 Algoritma Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS)

Algoritma untuk Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS) adalah sebagai

berikut :

1. Tempatkan posisi koding pada permulaan inputstream.

2. Cari longest match pada window untuk lookahead buffer;

a. P = pointer untuk mencocokan;

b. L = panjang input yang cocok;

3. Apakah L > = MIN_LENGTH?

a. Jika YA : outputnya P dan bergerak ke posisi L karakter;

b. Jika TIDAK : outputnya karakter pertama pada lookhead

buffer dan bergerak satu posisi karakter ke depan;

4. Jika karakter input stream banyak, ulangi langkah 2.

2.6.2 Window dan Match Length

Ada beberapa aturan agar sistem dapat bekerja yaitu:

a. Untuk flag mengidentifikasi sebuah literal atau match.

b. Seberapa jauh data sebelumnya dapat dicocokan.

(25)

Untuk aturan yang pertama hanya membutuhkan dua flag yaitu

literal atau match, jadi hanya menggunakan bit tunggal. Jika

menggunakan bit tunggal maka seluruh bytes tidak selalu ditulis

tapi hanya sebagian saja. Sebelum proses pemampatan dilakukan,

dibutuhkan suatu fungsi kode untuk membaca dan menulis jumlah

variable bit dari atau ke data stream.

Sebagai contoh : batas offset menggunakan 4 bits, jadi range-nya

antara 0-31. Sedangkan untuk len menggunakan 3 bits jadi

range-nya antara 0-7. Outputrange-nya akan ditulis menjadi (4,3) dalam byte

menjadi “1 0100 011”. 1 bit pertama menunjukan flag, diikuti 4

bits berikutnya yang menunjukan offset, kemudian 3 bits

berikutnya menunjukan len.

Contoh penggunaannya :

Input “1231231” dalam biner ASCII ditulis menjadi 56 bits:

00000001 00000010 00000011 00000001

00000010 00000011 00000001

Dikodekan menjadi :

1. Input Data = “1231231”

Mulai dengan byte “1”. Apakah pernah ada sebelumnya?

“TIDAK”, maka akan dienkodekan sebagai literal. Output Data =

0 0000001

(26)

Byte berikutnya “2”. Apakah pernah ada sebelumnya? “TIDAK”,

maka dienkodekan sebagai literal.

Output Data = 0 0000001 0 00000010

3. Input Data = “1231231”

Byte berikutnya “3”. Apakah pernah ada sebelumnya? “TIDAK”,

maka dienkodekan sebagai literal.

Output Data = 0 0000001 0 00000010 0 00000011

4. Input Data = “1231231”

Byte berikutnya “1”. Apakah pernah ada sebelumnya? “YA”, 3

bytes sebelumnya. Berapa bytes yang sama ? 3 bytes “123”, maka

outputnya untuk flag “1” (1 bit) diikuti offset “3” (4 bits), dan

untuk len “3” (3 bits). Output Data = 0 0000001 0 00000010 0

00000011 1 0011 011.

5. Input Data = “1231231”

Byte berikutnya “1”. Apakah pernah ada sebelumnya? “YA”, 3

bytes sebelumnya. Berapa bytes yang sama ? 1 bytes “1”, maka

outputnya untuk flag “1” (1 bit) diikuti offset “3” (4 bits), dan

untuk len “1” (3 bits). Output Data = 0 0000001 0 00000010 0

00000011 1 0011 011 1 0011 001. Input data yang tadinya 56 bits,

output datanya menjadi 43 bits.

2.6.3 Cyclic Redudancy Checking (CRC)

Cyclic Redudancy Checking (CRC) merupakan kaidah untuk

(27)

mengaplikasikan polynomial 16 atau 32 bit pada blok data yang akan

dikirim dan menambahkan hasil polynomial yang sama pada data dan

mebandingkan hasilnya dengan yang diterimanya. Jika keduanya sama

maka data telah berhasil dikirim. Jika tidak, pengirim harus mengirimkan

kembali data semula yang diralat.

Consultative Committee of the Internasional telephone and

Telegraph (CCITI) mempunyai kemampuan polynomial 16 bit yang

digunakan protocol CRC. IBM SDLC menggunakan protocol CRC-16,

CRC akan menghasilkan ralat 1 atau 2 bit dan keberhasilannya adalah

99,998% (HooiYu-Mun, 2000)

2.7

Rice Coding

Algoritma Rice Coding adalah algoritma yang diciptakan oleh Robert F.

Rice, yang menunjukan penggunaan sebuah subset dari turunan Golomb

Coding untuk menghasilkan sebuah kode sederhana yang mungkinkan

suboptimal dari kode awalan itu sendiri. Algoritma Rice Coding ini

digunakan dalam skema pengkodean adaptif, yang akan ditunjukan pada

gambar 2.1 yang dapat mengacu hanya menggunakan sebuah subset dari

turunan Golomb Coding.

(28)

Pada gambar diatas Ricecoding dapat dianggap sebagai kode yang

menunjukkan pada posisi (q), dan offset dalam (r). Sehingga posisi q, dan

roffset untuk pengkodean integer N pada Rice Coding yang menggunakan

parameter M.

Secara formal, dua bagian yang diberikan oleh ekspresi berikut, di mana x

adalah nomor yang disandikan :

Dan r = xq M – 1 Hasil akhir terlihat seperti : (2.4)

Perhatikan bahwa r dapat dari berbagai jumlah bit, dan secara khusus bit b

hanya untuk Rice Coding, dan menghubungkan antara b-1 dan b bit untuk

kode Golomb (M yaitu bukan kelipatan dari 2):

(2.5)

Jika gunakan -1 b bit untuk mengkodekan r.

(2.6)

Jika , gunakan bit untuk mengkodekan r b.

(2.7)

, b = log 2 ( M ) Jika M adalah hasil kedua dan dapat dikodekan semua

(29)

2.7.1 Algoritma Rice Coding

Algoritma untuk Rice Coding adalah pengkodean biner secara

sederhana. Dari penjelasan diatas jika parameter M adalah sebagai berikut

:

1. Tetapkan nilai M sebagai integer.

2. Lakukan perulangan dari N, sampai jumlah yang akan di encode

cari:

1. q = integer [N/M]

2. r = N mod M

3. Tampilkan (generate) codeword

1. Format kode ; ( q) (r), dimana

2. Code q

a. Tulis sebanyak panjang string q 1 bit

b. Tulis sebuah 0 bit

3. Code r

1. Jika M adalah kelipatan dari 2, code r adalah format

biner. Jadi diperlukan sebanyak log 2 ( M ) bit.

2. Jika M adalah bukan kelipatan dari 2,

a. Jika r <2 bM code r adalah biner akan

(30)

b. Jika jumlah codenya r + 2bM

ditulis dalam biner yang direpresentasikan

sebanyak b bit.

2.8

Jaringan Komputer

Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan komputer dan

peralatan lainnya yang terhubung. Informasi dan data bergerak melalui

kabel-kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat

saling bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer yang sama dan

bersama-sama menggunakan hardware/software yang terhubung dengan

jaringan. Tiap komputer, printer atau periferal yang terhubung dengan

jaringan disebut node. Sebuah jaringan komputer dapat memiliki dua,

puluhan, ribuan atau bahkan jutaan node. Sebuah jaringan biasanya terdiri

dari dua atau lebih komputer yang saling berhubungan diantara satu

dengan yang lain, dan saling berbagi sumber daya misalnya CDROM,

Printer, pertukaran File, atau memungkinkan untuk saling berkomunikasi

secara elektronik. Komputer yang terhubung tersebut, dimungkinkan

berhubungan dengan media kabel, saluran telepon, gelombang radio,

satelit, atau sinar infra merah.

2.8.1 Jenis - Jenis Jaringan Komputer

(31)

Sebuah LAN adalah jaringan yang dibatasi oleh area yang relatif

kecil, umumnya dibatasi oleh area lingkungan seperti sebuah perkantoran

di sebuah gedung, atau sebuah sekolah, dan biasanya tidak jauh dari

sekitar 1 km persegi. Beberapa model konfigurasi LAN, satu komputer

biasanya menjadi sebuah File server, digunakan untuk menyimpan

perangkat lunak (software) yang mengatur aktifitas jaringan, ataupun

sebagai perangkat lunak yang dapat digunakan oleh komputer - komputer

yang terhubung ke dalam network. Komputer - komputer yang terhubung

ke dalam jaringan itu biasanya disebut dengan workstation. Biasanya

kemampuan workstation lebih di bawah dari File server dan mempunyai

aplikasi lain di dalam harddisknya selain aplikasi untuk jaringan.

Kebanyakan LAN menggunakan media kabel untuk menghubungkan

antara satu komputer dengan komputer lainnya.

b. Metropolitan Area Network (MAN) / Jaringan Area

Metropolitan

Sebuah MAN, biasanya meliputi area yang lebih besar dari LAN,

misalnya antar wilayah dalam satu propinsi. Dalam hal ini jaringan

menghubungkan beberapa buah jaringan-jaringan kecil ke dalam

lingkungan area yang lebih besar, sebagai contoh yaitu : jaringan Bank

dimana beberapa kantor cabang sebuah Bank di dalam sebuah kota besar

dihubungkan antara satu dengan lainnya.

(32)

Wide Area Networks (WAN) adalah jaringan komputer yang

mencakup area yang besar sebagai contoh yaitu jaringan komputer antar

wilayah, kota atau bahkan negara, atau dapat didefinisikan juga sebagai

jaringan komputer yang membutuhkan router dan saluran komunikasi

publik. Biasanya WAN agak rumit dan sangat kompleks, menggunakan

banyak sarana untuk menghubungkan antara LAN dan WAN ke dalam

komunikasi global seperti Internet. Tapi bagaimanapun juga antara LAN,

MAN dan WAN tidak banyak berbeda dalam beberapa hal, hanya lingkup

areanya saja yang berbeda satu di antara yang lainnya.

2.8.2 Topologi

Topologi adalah suatu cara menghubungkan komputer yang satu

dengan komputer lainnya sehingga membentuk jaringan. Cara yang saat

ini banyak digunakan adalah bus, token-ring, star, dan tree.

Masing-masing topologi ini mempunyai ciri khas, dengan kelebihan dan

kekurangannya sendiri.

1. Topologi BUS

Pada topologi Bus digunakan sebuah kabel tunggal atau kabel

pusat di mana seluruh workstation dan server dihubungkan. Dengan

menggunakan T-Connector (dengan terminator 50 ohm pada ujung

network), maka komputer atau perangkat jaringan lainnya bisa dengan

(33)

Gambar 2.2Topologi Bus

Spesifikasi :

Backbone

Coaxial thin / thick

 Tbase 2 / Tbase 5

 RG-58 / RG- 45

 T-Connection / MAU

 Terminator 50 ohm

 Jarak antar Workstation tidak lebih 2,5 m

 Tiap Workstation harus diinstalkan NIC (Network

Interface Card)

Kelebihan:

Mudah dalam instalasi ( Pemasangan )

Sedikit dalam pengunaan kabel

Biaya relatif murah

Peripheral Sederhana / sudah banyak

(34)

 Apabila backbone rusak maka jaringan akan lumpuh total

 Apabila ada Workstation yang rusak maka jaringan akan

lumpuh total

 Sulit mendeteksi kerusakan

 Disarankan untuk tidak dipasang pada area luas

 Bisa mengakibatkan tabrakan data pada backbone /

collision

1.Topologi Star

Pada topologi Star, masing-masing workstation dihubungkan

secara langsung ke server atau hub.

Gambar 2.3Topologi Star

Spesifikasi :

 Konsentrator HUB atau Switch

(35)

 Jarak antar tiap segmen node maksimal 100 m

 NIC IEEE 802.3

 Konektor RJ-45

Kelebihan :

 Paling fleksibel

 Mudah dalam instalasi / pemasangan

 Mudah dalam mendeteksi kerusakan

 Tidak mengalami gangguan apabila memindahkan atau menambahkan

Workstation

Kekurangan :

 Biaya relatif mahal akibat adanya concentrator

 Jaringan lumpuh apabila concentrator rusak

 Penggunaan kabel relatif banyak

2. Topologi Ring

Topologi ini memanfaatkan kurva tertutup, artinya informasi dan data

serta traffic disalurkan sedemikian rupa ke masing-masing node. Umumnya

fasilitas ini memanfaatkan fiber optic sebagai sarananya (walaupun ada juga yang

menggunakan twisted pair). Di dalam topologi Ring semua workstation dan

server dihubungkan sehingga terbentuk suatu pola lingkaran atau cincin. Tiap

workstation ataupun server akan menerima dan melewatkan informasi dari satu

komputer ke komputer lain, bila alamat - alamat yang dimaksud sesuai maka

(36)

Gambar 2.4Topologi Ring

Spesifikasi :

 Kabel fiber optik tipe 4

Backbone membentuk cincin

 HUB 10 Base F

 NIC 10 Base F

 2 jalur kabel data ( transmit dan receive )

 Satu arah pergerakan data

Kelebihan :

 Tidak adanya tabrakan dalam pengiriman data

 Hemat pemakaian kabel

Kekurangan :

 Transmit relatif lama

(37)

 Apabila salah satu workstation mati maka jaringan lumpuh

3. Topologi Tree

Merupakan penggabungan antara dua atau tiga topologi dengan

[image:37.612.251.420.215.363.2]

menggunakan suatu alat yang dinamakan Bridge.

Gambar 2.5 Topologi Tree

Jaringan dibedakan menjadi dua berdasarkan tipe jaringannya, yaitu tipe

client-server dan tipe jaringan peer to peer.

1. Jaringan Client-server

Server adalah komputer yang menyediakan fasilitas bagi

komputer-komputer lain di dalam jaringan dan client adalah komputer-komputer yang

menerima atau menggunakan fasilitas yang disediakan oleh server. Server pada

jaringan tipe client-server disebut dengan Dedicated Server karena murni

berperan sebagai server yang menyediakan fasilitas kepada workstation dan

server tersebut tidak dapat berperan sebagai workstation.

(38)

1. Kecepatan akses lebih tinggi karena penyediaan fasilitas jaringan dan

pengelolaannya dilakukan secara khusus oleh satu komputer (server)

yang tidak dibebani dengan tugas lain sebagai workstation.

2. Sistem keamanan dan administrasi jaringan lebih baik, karena terdapat

seorang pemakai yang bertugas sebagai administrator jaringan, yang

mengelola administrasi dan sistem keamanan jaringan.

3. Sistem backup data lebih baik, karena pada jaringan client-server

backup dilakukan terpusat di server, yang akan membackup seluruh

data yang digunakan di dalam jaringan

b. Kelemahan

1. Biaya operasional relatif lebih mahal.

2. Diperlukan adanya satu komputer khusus yang berkemampuan lebih

untuk ditugaskan sebagai server.

3. Kelangsungan jaringan sangat tergantung pada server. Bila server

mengalami gangguan maka secara keseluruhan jaringan akan

(39)

Gambar 2.6Jaringan Client-server

2. Jaringan Peer to peer

Bila ditinjau dari peran server di kedua tipe jaringan tersebut, maka server

di jaringan tipe peer to peer diistilahkan non-dedicated server, karena server tidak

berperan sebagai server murni melainkan sekaligus dapat berperan sebagai

workstation.

a. Keunggulan

1. Antar komputer dalam jaringan dapat saling berbagi-pakai fasilitas yang

dimilikinya seperti: harddisk, drive, fax / modem, printer.

2. Biaya operasional relatif lebih murah dibandingkan dengan tipe jaringan

client-server, salah satunya karena tidak memerlukan adanya server yang

memiliki kemampuan khusus untuk mengorganisasikan dan menyediakan

(40)

3. Kelangsungan kerja jaringan tidak tergantung pada satu server. Sehingga

bila salah satu komputer/peer mati atau rusak, jaringan secara keseluruhan

tidak akan mengalami gangguan.

b. Kelemahan

1. Troubleshooting jaringan relatif lebih sulit, karena pada jaringan tipe peer

to peer setiap komputer dimungkinkan untuk terlibat dalam komunikasi

yang ada. Di jaringan client-server, komunikasi adalah antara server

dengan workstation.

2. Unjuk kerja lebih rendah dibandingkan dengan jaringan client-server,

karena setiap komputer/peer disamping harus mengelola pemakaian

fasilitas jaringan juga harus mengelola pekerjaan atau aplikasi sendiri.

3. Sistem keamanan jaringan ditentukan oleh masing-masing user dengan

mengatur keamanan masing-masing fasilitas yang dimiliki.

4. Karena data jaringan tersebar di masing-masing komputer dalam jaringan,

maka backup harus dilakukan oleh masing-masing komputer tersebut.

Gambar 2.7Jaringan peer to peer

2.8.3 Perangkat Jaringan Komputer

Perangkat yang umum digunakan dalam membangun sebuah jaringan, adalah

(41)

1. FileServers

Sebuah File server merupakan jantungnya jaringan, merupakan komputer

yang sangat cepat, mempunyai memori yang besar, harddisk yang memiliki

kapasitas besar, dengan kartu jaringan yang cepat. Sistem operasi jaringan

tersimpan disini, juga termasuk didalamnya beberapa aplikasi dan data yang

dibutuhkan untuk jaringan. Sebuah File server bertugas mengontrol komunikasi

dan informasi diantara node/komponen dalam suatu jaringan. Sebagai contoh

mengelola pengiriman File database atau pengolah kata dari workstation atau

salah satu node, ke node yang lain, atau menerima e-mail pada saat yang

bersamaan dengan tugas yang lain terlihat bahwa tugas File server sangat

kompleks, File server juga harus menyimpan informasi dan membaginya secara

cepat

2. Workstations

Keseluruhan komputer yang terhubung ke File server dalam jaringan

disebut sebagai workstation. Sebuah workstation minimal mempunyai kartu

jaringan, aplikasi jaringan (software jaringan), kabel untuk menghubungkan ke

jaringan, biasanya sebuah workstation tidak begitu membutuhkan Floppy Disk

karena data yang ingin di simpan dapat diletakkan di File server. Hampir semua

jenis komputer dapat digunakan sebagai komputer workstation.

(42)

Kartu jaringan Ethernet biasanya dibeli terpisah dengan komputer, kecuali

untuk beberapa Motherboard yang sudah terintegrasi Ethernet card dengan

konektor RJ-45. Kartu Jaringan ethernet umumnya telah menyediakan port

koneksi untuk kabel Koaksial ataupun kabel twisted pair, jika didesain untuk

kabel koaksial konektornya adalah BNC, dan apabila didesain untuk kabel twisted

pair maka konektornya RJ-45.

Gambar 2.8 Kartu Jaringan Ethernet

4. Pengkabelan

Terdapat beberapa tipe pengkabelan yang biasa digunakan dan dapat

digunakan untuk mengaplikasikan jaringan, yaitu:

a. Thin Ethernet (Thinnet)

Thin Ethernet atau Thinnet memiliki keunggulan dalam hal biaya yang

relatif lebih murah dibandingkan dengan tipe pengkabelan lain, serta pemasangan

komponennya lebih mudah. Panjang kabel thin coaxial / RG-58 antara 0.5 – 185

m dan maksimum 30 komputer terhubung.

b. Thick Ethernet (Thicknet)

(43)

Dengan thick Ethernet atau thicknet, jumlah komputer yang dapat

dihubungkan dalam jaringan akan lebih banyak dan jarak antara komputer dapat

diperbesar, tetapi biaya pengadaan pengkabelan ini lebih mahal serta

pemasangannya relatif lebih sulit dibandingkan dengan Thinnet. Pada Thicknet

digunakan transceiver untuk menghubungkan setiap komputer dengan sistem

jaringan dan konektor yang digunakan adalah konektor tipe DIX. Panjang kabel

transceiver maksimum 50 m, panjang kabel Thick Ethernet maksimum 500 m

dengan maksimum 100 transceiver terhubung.

Gambar 2.9Kabel Thicknet dan Thinnet

c. Twisted pair

Kabel Twisted pair ini terbagi menjadi dua jenis yaitu STP (Shielded

Twisted pair) dan UTP (Unshielded.Twisted pair). Shielded adalah jenis kabel

yang memiliki selubung pembungkus sedangkan unshielded tidak mempunyai

selubung pembungkus. Untuk koneksinya kabel jenis ini menggunakan konektor

RJ-11 atau RJ-45. Pada twisted pair (10 BaseT) network, komputer disusun

membentuk suatu pola star. Setiap PC memiliki satu kabel twisted pair yang

tersentral pada HUB. Twisted pair umumnya lebih handal (reliable) dibandingkan

(44)

meningkatkan kecepatan transmisi. Saat ini ada beberapa grade, atau kategori dari

kabel twisted pair. Kategori 5 adalah yang paling reliable dan memiliki

kompabilitas yang tinggi, dan yang paling disarankan. Berjalan baik pada 10Mbps

dan Fast Ethernet (100Mbps). Kabel kategori 5 dapat dibuat straight-through atau

crossed. Kabel straight through digunakan untuk menghubungkan komputer ke

HUB. Kabel crossed digunakan untuk menghubungkan HUB ke HUB. Panjang

[image:44.612.143.455.321.621.2]

kabel maksimum kabel Twisted-Pair adalah 100 m.

Tabel 2.1Kategori Kabel twisted pair

Type Use

1 Voice only( Phone wire )

2 Data to 4 MBps ( local talk )

3 Data to 10 MBps ( LAN ethernet )

4 Data to 16 – 20 MBps ( LAN topologi Ring )

5 Data to 100 MBps ( Fast ethernet )

(45)

d. Fibre Optic

Jaringan yang menggunakan Fibre Optic (FO) biasanya perusahaan besar,

dikarenakan harga dan proses pemasangannya lebih sulit. Namun demikian,

jaringan yang menggunakan Fibre Optic dilihat dari segi kehandalan dan

kecepatan tidak diragukan. Kecepatan pengiriman data dengan media Fibre Optic

lebih dari 100Mbps dan bebas pengaruh lingkungan.

Gambar 2.11Kabel Fiber Optik

5. Hub / Konsentrator

Sebuah Konsentrator/Hub adalah sebuah perangkat yang menyatukan

kabel-kabel jaringan dari tiap - tiap workstation, server atau perangkat lain. Dalam

topologi Star, kabel twisted pair berasal dari sebuah workstation terhubung ke

Hub. Hub mempunyai banyak slot concentrator yang dapat dipasang menurut

nomor port dari card yang dituju.

(46)

a. Terdiri dari 8, 12, atau 24 port RJ-45

b. Digunakan pada topologi Bintang / Star

c. Di jual dengan aplikasi khusus yaitu aplikasi yang mengatur manajemen

port tersebut.

d. Biasanya disebut hub

e. Di pasang pada rak khusus, yang didalamnya ada Bridges, router

Gambar 2.12Hub atau Konsentrator

6. Repeater

Repeater adalah alat untuk memperkuat sinyal dalam jaringan. Contoh

pemakaiannya yang paling mudah adalah pada sebuah LAN menggunakan

topologi Star dengan menggunakan kabel UTP. Dimana diketahui panjang

maksimal untuk sebuah kabel UTP adalah 100 meter, maka untuk menguatkan

(47)

Gambar 2.13Repeater

7. Bridges

Bridge adalah sebuah perangkat yang membagi satu buah jaringan ke

dalam dua buah jaringan, ini digunakan untuk mendapatkan jaringan yang efisien,

dimana kadang pertumbuhan network sangat cepat oleh karena itu diperlukan

jembatan untuk menghubungkan beberapa network. Kebanyakan Bridges dapat

mengetahui masing-masing alamat dari tiap-tiap segmen komputer pada jaringan

sebelahnya dan juga pada jaringan yang lain di sebelahnya pula. Diibaratkan

bahwa Bridges ini seperti polisi lalu lintas yang mengatur di persimpangan jalan

pada saat jam-jam sibuk. Bridge mengatur agar informasi di antara kedua sisi

network tetap berfungsi dengan baik dan teratur. Bridges juga dapat di gunakan

untuk mengkoneksi di antara network yang menggunakan tipe kabel yang berbeda

ataupun topologi yang berbeda pula.

8. Routers

Sebuah Router menerjemahkan informasi dari satu jaringan ke jaringan

(48)

akan mencari jalur yang terbaik untuk mengirimkan sebuah pesan yang

berdasarkan atas alamat tujuan dan alamat asal. Sementara Bridges dapat

mengetahui alamat masing-masing komputer di masing -masing sisi jaringan,

router mengetahui alamat komputer, bridges dan router lainnya. Router dapat

mengetahui keseluruhan jaringan, mengontrol sisi mana yang paling sibuk dan

bisa menarik data dari sisi yang sibuk tersebut sampai sisi tersebut bersih. Sebuah

router dapat menerjemahkan informasi antara LAN dan Internet, artinya router

mencarikan alternatif jalur yang terbaik untuk mengirimkan data melewati

internet.

Fungsi Router :

a. Mengatur jalur sinyal secara effisien

b. Mengatur pesan di antara dua buah protocol

c. Mengatur pesan di antara topologi jaringan linear Bus dan Bintang / Star

d. Mengatur pesan antara kabel Fibre optic, kabel koaksial atau kabel twisted

pair.

9. Protokol TCP / IP

Protokol TCP/IP merupakan teknologi “Packet Switching“ yang berasal

dari proyek DARPA (Development of Defense Advanced Research Project

Agency) di tahun 1970-an yang dikenal dengan nama ARPANET.

TCP/IPadalah protokol yang tersedia pada NT 4.0 dengan layanan

aplikasi berorientasi intranet dan internet. TCP/IP sendiri sebenarnya

merupakan tempat dari gabungan beberapa protokol. Di dalamnya terdapat

(49)

TCP(Transmission Control Protocol) melakukan transmisi data per

segmen, artinya paket data dipecah dalam jumlah yang sesuai dengan

besaran paket, kemudian dikirim satu persatu hingga selesai. Agar

pengiriman data sampai dengan baik, maka pada setiap paket pengiriman,

TCP akan menyertakan nomor seri (sequence number). Komputer mitra

yang menerima paket tersebut harus mengirim balik sebuah sinyal

ACKnowledge dalam satu periode yang ditentukan. Bila pada waktunya

sang mitra belum juga memberikan ACK, maka terjadi “time out“ yang

menandakan pegiriman paket gagal dan harus diulang kembali. Model

protocol TCP disebut sebagai connection oriented protocol.

Karena penting peranannya pada sistem operasi Windows dan juga karena

protokol TCP/IP merupakan protokol pilihan (default) dari Windows.

Protokol TCP berada pada lapisan Transport model OSI (Open Sistem

Interconnection), sedangkan IP (Internet Protocol) berada pada lapisan

Network mode OSI.

2.8.4 IP Address

IP address adalah alamat yang diberikan pada jaringan komputer dan

peralatan jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP. IP address terdiri atas 32

bit angka biner yang dapat dituliskan sebagai empat kelompok angka desimal

(50)

Tabel 2.2Contoh IP address

Network ID Host ID

192 168 0 1

IP address terdiri atas dua bagian yaitu network ID dan host ID, dimana

network ID menentukan alamat jaringan komputer, sedangkan host ID

menentukan alamat host (komputer, router, switch). Oleh sebab itu IP address

memberikan alamat lengkap suatu host beserta alamat jaringan di mana host itu

berada.

Untuk mempermudah pemakaian, bergantung pada kebutuhan pemakai, IP

address dibagi dalam tiga kelas seperti diperlihatkan pada tabel 2.3.

Tabel 2.3Kelas IP Address

Kelas Network ID Host ID

Default Subnet Mask

A xxx.0.0.1 xxx.255.255.254 255.0.0.0

B xxx.xxx.0.1 xxx.xxx.255.254 255.255.0.0

C xxx.xxx.xxx.1 xxx.xxx.xxx.254 255.255.255.0

IP address kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang

sangat besar. Range IP 1.xxx.xxx.xxx. – 126.xxx.xxx.xxx, terdapat 16.777.214

(16 juta) IP address pada tiap kelas A. IP address kelas A diberikan untuk

(51)

ID ialah 8 bit pertama, sedangkan host ID ialah 24 bit berikutnya. Dengan

demikian, cara membaca IP address kelas A, misalnya 113.46.5.6 ialah: Network

ID = 113, Host ID = 46.5.6 Sehingga IP address diatas berarti host nomor 46.5.6

pada network nomor 113. IP address kelas B biasanya dialokasikan untuk jaringan

berukuran sedang dan besar. Pada IP address kelas B, network ID ialah 16 bit

pertama, sedangkan host ID ialah 16 bit berikutnya. Dengan demikian, cara

membaca IP address kelas B, misalnya 132.92.121.1 Network ID = 132.92 Host

ID = 121.1 Sehingga IP address di atas berarti host nomor 121.1 pada network

nomor 132.92. dengan panjang host ID 16 bit, network dengan IP address kelas B

dapat menampung sekitar 65000 host. Range IP 128.0.xxx.xxx – 191.155.xxx.xxx

IP address kelas C awalnya digunakan untuk jaringan berukuran kecil (LAN).

Host ID ialah 8 bit terakhir. Dengan konfigurasi ini, bisa dibentuk sekitar 2 juta

network dengan masing-masing network memiliki 256 IP address. Range IP

192.0.0.xxx – 223.255.255.x. Pengalokasian IP address pada dasarnya ialah

proses memilih network ID dan host ID yang tepat untuk suatu jaringan. Tepat

atau tidaknya konfigurasi ini tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu

mengalokasikan IP address seefisien mungkin.

2.9

Data Flow Diagram (DFD)

DFD adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk

menggambarkan dari mana asal data dan kemana tujuan data yang keluar dari

sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut dan

interkasi antara data yang tersimpan dan proses yang dikenakan pada data

(52)

DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada

atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa

mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir atau dimana

data tersebut akan disimpan.

DFD merupakan alat yang digunakan pada metodologi pengembangan

sistem yang terstruktur. Kelebihan utama pendekatan alir data, yaitu :

1. Kejelasan dari menjalankan implementasi teknis sistem.

2. Pemahaman lebih jauh mengenai keterkaitan satu sama lain dalam

sistem dan subsistem.

3. Mengkomunikasikan pengetahuan sistem yang ada dengan pengguna

melalui diagram alir data.

4. Menganalisis sistem yang diajukan untuk menentukan apakah

data-data dan proses yang diperlukan sudah ditetapkan.

DFD terdiri dari context diagram dan diagram rinci (DFD leveled), context

diagram berfungsi memetakan model lingkungan (menggambarkan hubungan

antara entitas luar, masukan dan keluaran sistem), yang direpresentasikan dengan

lingkaran tunggal yang mewakili keseluruhan sistem. DFD leveled

menggambarkan sistem jaringan kerja antara fungsi yang berhubungan satu sama

lain dengan aliran data penyimpanan data, model ini hanya memodelkan sistem

dari sudut pandang fungsi.

2.10

Delphi 7.0

Bahasa pemrograman Delphi merupakan pemrograman visual (berbasis

(53)

pemrograman Delphi merupakan bahasa pemrograman yang dikembangkan dari

bahasa pemrograman Pascal. Fungsi dari aplikasi ini sama dengan fungsi aplikasi

visual lainnya.

Delphi 7.0 dapat menangani pembuatan aplikasi sederhana hingga aplikasi

berbasis jaringan. Delphi 7.0 dapat dimanfaatkan untuk membuat aplikasi berbasis

teks, grafis, angka, database maupun web.

Bahasa pemrograman visual memiliki dua hal yaitu object dan kode

program. Objek berbentuk komponen yang dapat dilihat (visual), sedangkan kode

program merupakan sekumpulan teks yang digunakan sebagai perintah yang telah

(54)

48

3.1

Analisis Sistem

Analisis adalah tahap aktifitas kreatif dimana analis berusaha memahami

permasalahan secara mendalam terhadap metode yang diterapkan. Ini adalah

proses interative yang terus berjalan hingga permasalahan dapat dipahami dengan

benar. Analisis bertujuan untuk mendapatkan pemahaman metode yang diangkat

secara keseluruhan tentang sistem yang akan dibuat berdasarkan masukan dari

pihak-pihak dan juga pengalaman analis yang berkepentingan dengan sistem

tersebut.

3.2

Analisis Permasalahan

Permasalahan yang dibuat dalam tugas akhir ini adalah membuat simulasi

algoritma Lemple Ziv Storer Symanski (LZSS) dan algortima Rice Coding sebagai

pembanding untuk mengompresi data, kemudian mengimplementasikannya pada

proses pengiriman data. Hasil simulasi algoritma LZSS dan Rice Coding yang

telah dibuat ini kemudian dilakukan uji coba, sehingga kita bisa melihat hasil

kompresi dan simulasi yang telah dibuat. Data dari hasil penelitian dengan

(55)

3.3

Analisis Tehadap Sebuah File Teks

Analisis dilakukan dengan menggunakan File teks dengan isi

‘AAAAAAAAAAABCABCAAAAA’. Proses kompresi mula-mula dilakukan

dengan metode LZSS dimana pada metode ini isi File debaca sebagai sebuah

string yang ditampung dalam variabel baru yaitu Siliding Windows (SW) dan

Read Ahead (RA). SW merupakan array yang dapat menampung 10 byte dan RA

dapat menampung 11 byte. SW kemudian diisi dengan 10 karakter pertama dari

frase dan RA diisi dengan 11 karakter dimulai dari index terakhir SW ditambah 1.

Karena SW dan RA merupakan array dengan tipe data byte, maka dibutuhkan

function ‘ord’ untuk mengkonversikan nilai char ke bentuk byte. Terdapat sebuah

variabel ‘hasil’ yang akan menyimpan hasil dari kompresi yang telah dilakukan.

Pertama-tama, variabel hasil diisi dengan SW.

Frase ‘AAAAAAAAAAABCABCAAAAA’

Hasil ‘AAAAAAAAAA’

Setelah literasi awal dilakukan, kemudian dibandingkan apakah isi dari

RA sama atau merupakan bagian dari SW, jika tidak maka index akhir sari RA

akan dikurangi 1. Proses ini terus dilakukan jika isi dari RA sama dengan 2. Jika

RA sama dengan 2 maka variabel hasil akan ditambahkan dengan isi dari RA dan

index awal SW akan bergeser sebanyak 2 ke kanan.

Frase ‘AAAAAAAAAAABCABCAAAAA’

(56)

Jika isi dari RA sama atau terdapat pada SW maka pada variabel hasil

akan dicatat 2 buah kode yang terdiri dari offset dan length. Setelah itu index awal

SW akan bergeser sebanyak isi dari RA.

Frase ‘AAAAAAAAAAABCABCAAAAA’

Hasil ‘AAAAAAAAAAABCA22’

Pada proses kompresi akan berhenti apabila index akhir dari SW sudah

sama dengna panjang dari frase. Proses kemudian dilanjutkan dengan menambah

flag pada setiap 8 byte pada variabel hasil. Hasil akhir dari proses kompresi

dengan metode LZSS ini ditampung dalam variabel ‘hasil2’.

Frase ‘AAAAAAAAAAABCABCAAAAA’

Hasil ‘AAAAAAAAAAABCA2293’

Hasil2 ‘AAAAAAAA’#3’AAABCA22A93’

Isi dari variabel hasil2 tersebut kemudian dikompresi lagi dengan metode

Huffman. Langkah pertama dari proses kompresi dengna metode Huffman adalah

38 dengan membentuk sebuah tree yang berasal dari kumpulan node-node. Setiap

node memiliki variabel data dan value dan juga memiliki 1 anak yaitu left dan

right. Nilai dari variabel hasil2 akan dikonversikan menjadi bilangan ASCII(0-

225).

Gambar

Gambar 2.5 Topologi Tree
Tabel 2.1 Kategori Kabel twisted pair
Gambar 3.1 Pohon Huffman Proses Pertama
Gambar 3.2 Algoritma Lemple Ziv Storer Symanski
+7

Referensi

Dokumen terkait

sedangkan rasio rata-rata kompresi menggunakan algoritma Arithmetic Coding pada file citra tif adalah 0.15% dengan waktu rata-rata kompresi adalah

Pada pengerjaan skripsi dengan judul Perbandingan Algoritma Fibonacci Code Dan Inverted Elias Gamma Code dalam Kompresi File Teks, penulis menyadari bahwa banyak pihak

Algoritma Run-Length Encoding dan algoritma Elias Delta Code merupakan metode yang dapat digunakan dalam proses kompresi citra digital. Algoritma Run-Length Encoding adalah

Algoritma Run-Length Encoding dan algoritma Elias Delta Code merupakan metode yang dapat digunakan dalam proses kompresi citra

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kematangan buah mentimun berbasis citra digital menggunakan algoritma jaringan syaraf tiruan backpropagation berdasarkan tekstur

Hasil dari penelitian ini yaitu kompresi menggunakan algoritma Arithmetic Coding dapat menghasilkan citra dengan ukuran file yang lebih kecil, namun apabila citra

Aplikasi algoritma band reject filter untuk mengurangi noise pada citra

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan informasi berupa teks dengan mengaplikasikan steganografi pada citra digital dan kriptografi algoritma polyalphabetic untuk meningkatkan keamanan