• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN MINAT SISWA MENGIKUTI KONSELING INDIVIDU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 BATANG TAHUN PELAJARAN 2012 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN MINAT SISWA MENGIKUTI KONSELING INDIVIDU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 BATANG TAHUN PELAJARAN 2012 2013"

Copied!
286
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN MINAT SISWA MENGIKUTI

KONSELING INDIVIDU MELALUI LAYANAN

BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII A

SMP NEGERI 4 BATANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian Studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh Tri Oktavianto

1301408025

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

“Upaya Meningkatkan Minat Siswa Mengikuti Konseling Individu Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 4 Batang Tahun Pelajaran 2012/2013” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, April 2013

(3)

iii

Individu Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 4 Batang Tahun Pelajaran 2012/2013” ini telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi FIP UNNES pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 24 April 2013

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Budiyono, M.S Dr. Awalya, M.Pd., Kons

NIP.19631209 198703 1 002 NIP. 19601101 198710 2 001

Penguji Utama

Dra. Sinta Saraswati, M.Pd., Kons NIP. 19600605 199903 2 001

Penguji/Pembimbing I Penguji/ Pembimbing II

Prof. Dr. Sugiyo, M.Si Drs. Eko Nusantoro, M.Pd

(4)

iv

 Selamanya kita tidak akan pernah tau siapa diri kita, sampai kita bisa

melihat hasil karya kita.

 Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu

kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku, bapak dan ibu tercinta, terima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan lantunan doanya.

2. Kakakku Ika Yuliarti dan Hery Praseptyo, kalian adalah sumber semangatku.

3. Putri Purwatiningsih, terima kasih untuk dukungan, semangat dan bantuannya. 4. Teman seperjuangan Bimbingan dan

(5)

v

Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Minat Siswa Mengikuti Konseling Individu Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 4 Batang Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat siswa mengikuti konseling individu sesudah mengikuti layanan bimbingan kelompok. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan dalam 8 kali pertemuan dengan memberikan pre-test sebelum dilaksanakan bimbingan kelompok dan post-test setelah pertemuan terakhir dalam bimbingan kelompok. Melalui pemberian layanan bimbingan kelompok diharapkan dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti konseling individu. Dalam pelaksanaan penelitian ini ada berbagai hambatan yang dialami oleh penulis. Hambatan tersebut salah satunya adalah mengenai keterbatasan waktu dan tempat pelaksanaan bimbingan kelompok. Namun hambatan tersebut bisa diatasi sehingga penelitian bisa terlaksana dengan baik sampai selesai.

(6)

vi

2. Drs. Hardjono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling. 4. Prof. Dr. Sugiyo, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar

membimbing dan memberikan motivasi sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan memberikan motivasi sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

6. Bapak, Ibu dosen BK yang telah ikut membantu dengan memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak Nadiyono,S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 4 Batang yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Puji Hastuti, S .Pd. selaku guru pembimbing di SMP Negeri 4 Batang yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian.

9. Siswa kelas VII G dan kelas VII A yang telah bersedia membantu pelaksanaan penelitian.

10.10 siswa kelas VII A khususnya yang telah bersedia mengikuti layanan bimbingan kelompok.

(7)

vii

Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, April 2013

(8)

viii

Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Prof. Dr. Sugiyo, M.Si dan Pembimbing II. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd.

Kata kunci: Minat mengikuti konseling individu, layanan bimbingan kelompok.

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fenomena yang ada di SMP Negeri 4 Batang yang menunjukkan bahwa terdapat siswa kelas VII A yang mempunyai minat yang rendah mengikuti konseling individu di sekolah. Melalui pemberian layanan bimbingan kelompok diharapkan bisa meningkatkan minat siswa dalam mengikuti konseling individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat siswa dalam mengikuti konseling individu pada siswa sesudah mengikuti layanan bimbingan kelompok.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah sepuluh siswa kelas VII A di SMP Negeri 4 Batang yang mempunyai minat dalam mengikuti konseling individu termasuk dalam kriteria tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala psikologi, observasi, dan dokumentasi. Untuk menganalisis data digunakan teknik analisis data kuantitatif dan analisis deskriptif persentase.

Hasil uji wilcoxon diperoleh Thitung = 55 dan Ttabel = 8 berarti Ha diterima

dan Ho ditolak. Hasil tersebut menunjukkan tingkat minat siswa dalam mengikuti konseling individu meningkat setelah memperoleh bimbingan kelompok. Dari hasil penelitian menunjukkan minat siswa dalam mengikuti konseling individu sebelum memperoleh bimbingan kelompok 51,89% dengan kategori rendah dan setelah memperoleh bimbingan kelompok 76,65% dengan kategori tinggi. Perbedaan tingkat minat siswa dalam mengikuti konseling individu sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok sebesar 24,76%. Selain itu, siswa mengalami perkembangan yang lebih baik dilihat dari meningkatnya indikator perhatian terhadap konseling individu, ketertarikan mengikuti konseling individu, keinginan mengikuti konseling individu, keyakinan mengikuti konseling individu, dan tindakan mengikuti konseling individu.

(9)

ix individu.

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.4.1 Manfaat Teoritis... 11

1.4.2 Manfaat Praktis ... 11

1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi ... 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 14

2.2 Minat Mengikuti Konseling Individu ... 18

2.2.1 Minat ... 18

2.2.1.1 Pengertian Minat ... 18

2.2.1.2 Ciri-Ciri Minat ... 20

2.2.1.3 Macam-Macam Minat ... 22

2.2.1.4 Aspek-Aspek Minat ... 22

2.2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat ... 27

2.2.2 Konseling Individu ... 29

2.2.2.1 Pengertian Konseling Individu ... 29

2.2.2.2 Tujuan Konseling Individu ... 31

2.2.2.3 Fungsi Konseling Individu ... 32

(10)

x

2.3.5 Teknik-Teknik dalam Bimbingan Kelompok ... 53

2.3.6 Peranan Pemimpin dan Anggota Kelompok ... 55

2.4 Meningkatkan Minat Siswa Mengikuti Konseling Individu Melalui Layanan Bimbingan Kelompok ... 58

2.5 Hipotesis ... 61

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 62

3.2 Desain Penelitian ... 63

3.3 Variabel Penelitian ... 66

3.3.1 Identifikasi Variabel... ... 66

3.3.2 Definisi Operasional Variabel... ... 67

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 68

3.4.1 Populasi ... 68

3.4.2 Sampel dan Teknik Sampling ... 69

3.5 Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 71

3.5.1 Metode Pengumpulan Data ... 71

3.5.2 Alat Pengumpulan Data ... 72

3.6 Prosedur Penyusunan Instrumen ... 76

3.7 Uji Instrumen Penelitian ... 78

3.7.1 Validitas Instrumen ... 79

3.7.2 Reliabilitas Instrumen ... 80

3.8 Metode Analisis Data ... 82

3.8.1 Analisis Deskripsi Persentase.... ... 82

3.8.2 Uji Wilcoxon ... 83

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Penelitian ... 85

4.2 Hasil Penelitian ... 85

4.2.1 Gambaran Tingkat Minat Siswa dalam Mengikuti Konseling Individu Sebelum Mendapatkan Layanan Bimbingan Kelompok ... 86

4.2.2 Gambaran Tingkat Minat Siswa dalam Mengikuti Konseling Individu Setelah Mendapatkan Layanan Bimbingan Kelompok ... 89

4.2.3 Peningkatan Minat Siswa Dalam Mengikuti Konseling Individu Setelah Memperoleh Layanan Bimbingan Kelompok ... 91

4.2.4 Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok... 95

4.3 Pembahasan ... 115

(11)

xi

(12)

xii

3.1 Rancangan pemberian materi layanan bimbingan kelompok ... 65

3.2 Jumlah siswa kelas VII A ... 68

3.3 Sampel penelitian... 71

3.4 Penskoran item... 74

3.5 Kategori tingkatan skala minat siswa ... 75

3.6 Kisi-kisi skala instrumen minat ... 77

3.7 Klasifikasi reliabilitas ... 81

3.8 Tabel penolong untuk uji wilcoxon... 83

4.1 Hasil perhitungan Pre-test skala minat ... 87

4.2 Tingkat minat siswa dalam mengikuti konseling individu sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok (pre-test)... 89

4.3 Tingkat minat siswa dalam mengikuti konseling individu setelah melaksanakan layanan bimbingan kelompok (post-test) ... 90

4.4 Tabel penolong untuk uji wilcoxon... 91

4.5 Perbedaan tingkat minat siswa mengikuti konseling individu sebelum dan setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok... 92

(13)

xiii

3.1 Desain penelitian one group pretest-posttest design ... 64 3.2 Langkah-langkah dalam penelitian ... 76 4.1 Grafik perbandingan hasil pre-test dan post-test ... 93 4.2 Grafik Persentase skor tiap indikator minat siswa mengikuti

konseling individu sebelum dan sesudah mendapatkan layanan

(14)

xiv

1. Jurnal Pelaksanaan Penelitian ... 127

2. Daftar Responden Try Out ... 129

3. Kisi-kisi Instrumen Skala minat Siswa(Try Out) ... 130

4. Instrumen Skala Minat Siswa (Try Out) ... 132

5. Tabel Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Uji Skala Minat Siswa ... 140

6. Interpretasi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 150

7. Daftar Responden Pre Tes ... 157

8. Kisi-kisi Instrumen Skala Minat Siswa (pre test) ... 158

9. Instrumen Skala Minat Siswa (pre test) ... 160

10. Program Harian Bimbingan dan Konseling ... 165

11. Daftar Nama Siswa Yang Mengikuti Layanan Bimbingan Kelompok ... 176

12. Jadwal Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok ... 177

13. Operasionalisasi Layanan Bimbingan Kelompok ... 178

14. Satuan Layanan ... 184

15. Materi Bimbingan Kelompok ... 208

16. Daftar Hadir ... 227

17. Laiseg ... 235

18. Laporan Pelaksanaan Program Bimbingan Kelompok ... 236

19. Hasil analisis uji wilcoxon ... 243

20. Hasil Pre-test dan Post-test ... 245

21. Deskripsi Minat Siswa Mengikuti Konseling Individu ... 253

22. Hasil Evaluasi Bimbingan Kelompok ... 260

23. Foto-foto Penelitian ... 268

24. Surat Ijin Penelitian ... 271

(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan garis besar sistematika penulisan skripsi.

1.1

LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap individu pada umumnya selalu menemui masalah baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar individu. Pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri merupakan usaha membantu siswa dalam mengembangkan kehidupan pribadi, sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karier. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan diri siswa, baik secara individual maupun kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan serta peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga bertujuan membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi siswa. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan dengan pola 17, yang terdiri dari empat (4) macam bidang bimbingan, yaitu : bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier; tujuh (7) macam layanan, yaitu : layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling individual, bimbingan kelompok dan konseling kelompok; serta lima (5) kegiatan pendukung, yaitu : aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus.

(16)

layanan yang satu ini boleh dikatakan merupakan ciri khas dari layanan bimbingan dan konseling, serta pelayanan konseling individu di sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat, masalah pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir difasilitasi atau dilaksanakan oleh konselor.

Permasalahan yang dialami oleh siswa tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik dari tenaga pengajar dan permasalahan yang dialami oleh siswa tidak hanya bersumber dari dalam sekolah saja namun juga dari luar sekolah. Pelayanan BK di sekolah mengacu pada empat dimensi kemanusiaan dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya. Dalam panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah bimbingan dan konseling di sekolah berisikan pengembangan diri, yaitu kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat setiap peserta didik.

(17)

bermasalah dan masalah itu tidak boleh dibiarkan begitu saja tetapi memerlukan bantuan untuk memecahkan masalah tersebut.

Konseling individu merupakan layanan yang memungkinkan peserta didik (siswa) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. Konseling merupakan proses belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat mengenal dirinya sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya. Suatu hubungan yang unik dalam konseling dapat membantu individu membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperan lebih baik di lingkungannnya. Dalam konseling diharapkan siswa dapat mengembangkan kesehatan mental, mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannnya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitar. Selain itu, juga untuk membantu individu untuk memecahkan masalah-masalah pribadi, baik sosial maupun emosional, yang dialami saat sekarang dan yang akan datang (Nurihsan, 2010:11).

(18)

orang merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang.

Mengingat pentingnya konseling individu bagi siswa, idealnya layanan konseling individu diberikan oleh konselor kepada siswa dengan tujuan berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri, dan dapat menyesuaikan diri secara positif. (Willis, 2004:35). Namun, konselor kerap kali kesulitan mengadakan layanan konseling individu sehingga dampak yang timbul adalah siswa sering kebingungan dan kurang terarah dalam melakukan tindakan, selain itu siswa menjadi kurang terdidik dengan baik, dan menjadikan siswa tidak berkembang secara optimal. Salah satu kriteria keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah semakin banyak siswa yang mencari dan mendatangi guru pembimbing untuk meminta layanan konseling individu. (Sukardi, 2003:47)

(19)

sembrono kepada siapapun. Selain menjaga rahasia konselor juga harus jeli dalam menangani masalah klien misalnya konselor akan membocorkan informasi kepada pihak lain hanya untuk kebaikan klien dan dibocorkan hanya dalam situasi yang ekstrim seperti membahayakan orang lain. www. KERAHASIAAN DALAM KONSELING DI ERA GLOBAL (Isu Etik Antara Hak dan Kewajiban) 1) Oleh Helma 2) _ Camp Counseling.htm. Diakses pada 25 November 2012.

Fenomena yang ditemukan oleh peneliti di SMP Negeri 4 Batang yaitu siswa kurang berminat mengikuti layanan konseling individu. Hasil yang diperoleh dari wawancara dengan guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 4 Batang diperoleh informasi bahwa dari semua siswa yang ada, di siswa kelas VII mempunyai minat yang rendah dalam mengikuti konseling individu. Dari jumlah total sebanyak 223 siswa, hanya ada sekitar 15 siswa yang bersedia dengan sukarela dan kemauan sendiri mengikuti konseling individu dengan konselor di sekolah, dari 15 siswa yang mengikuti konseling individu tidak ada satupun siswa dari kelasVII A yang mengikutinya, ada 3 siswa dari kelas VII B, 1 siswa dari kelas VII C, 1 siswa dari kelas VII D, 5 siswa dari kelas VII E, 3 siswa dari kelas VII F, dan 2 siswa dari kelas VII G. Jadi, di kelas VII A inilah minat siswa mengikuti konseling individu yang paling rendah diantara kelas lainnya.

(20)

siswa yang mengikuti konseling individu hampir seluruhnya merupakan paksaan dari konselor di sekolah, itu artinya hanya siswa yang bermasalah saja yang mengikuti konseling individu dengan guru BK di sekolah dan di kelas VII A inilah paling banyak siswa yang bermasalah dengan 10 siswa.

Konselor menambahkan kalau layanan konseling individu sudah disosialisasikan dan dilaksanakan namun siswa kurang antusias. Sebenarnya banyak siswa yang memiliki masalah sayangnya mereka tidak datang dengan kemauan sendiri untuk memanfaatkan layanan konseling individu dengan konselor. Siswa sering kali melakukan layanan konseling individu hanya karena dipanggil oleh konselor, hal ini bertolak dengan pemahaman bahwa konseling individu itu merupakan hal yang penting bagi siswa. Banyak penyebab sehingga siswa kurang berminat mengikuti layanan konseling individu. Berdasarkan keterangan dari beberapa siswa kelas VII A, salah satu siswa HR mengatakan bahwa konseling individu hanya untuk siswa yang bermasalah saja. Dan HR juga mempunyai pandangan yang negatif terhadap siswa yang datang ke ruang BK, karena biasanya siswa-siswa yang nakal dan bermasalah saja yang datang ke ruang BK.

(21)

Persoalan tersebut menyebabkan kurangnya minat siswa terhadap layanan konseling individu. Sedangkan menurut pengamatan peneliti, kurangnya minat siswa kelas VII terhadap layanan konseling individu diasumsikan karena adanya rasa takut dan malu dari siswa untuk bercerita dengan guru BK, hal ini disebabkan kepercayaan diri dari siswa yang kurang sehingga menimbulkan siswa enggan mengikuti konseling individu di sekolah. Adanya perasaan takut dikatakan siswa bermasalah karena berurusan dengan BK, lalu siswa juga takut kerahasiaannya akan terbongkar menjadi persoalan tambahan lain yang menyebabkan siswa lebih memilih menceritakan masalah dengan orang tua atau temannya.

(22)

Dari pengalaman penulis, kegiatan layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan BK yang paling digemari oleh siswa-siswa disekolah, dikarenakan didalam kegiatan bimbingan kelompok memiliki sifat yang lebih santai dan menarik karena kegiatan ini sering dilakukan di luar kelas, sehingga siswa tertarik untuk mengikuti layanan bimbingan kelompok walaupun sering diselenggarakan setelah kegiatan belajar mengajar siswa. Keunggulan dari bimbingan kelompok dengan layanan BK yang lain berada pada prosesnya, karena di dalam layanan bimbingan kelompok semua anggota kelompok diharapkan dapat mengembangkan perasaannya, pikiran, persepsi, wawasannya mengenai tema yang dibahas sehingga akan terpecahkan masalah yang dihadapinya.

Brigita Branendra Wardhani (Jurnal Elektronika/Jurnal Gesti) berdasarkan data dari penelitiannya diperoleh bahwa semakin tinggi minat yang dimiliki siswa semakin tinggi pula hasil belajarnya karena minat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajarnya (usahanya). Dengan demikian minat mempengaruhi usaha pencapaian suatu hasil. (Jurnal penelitian ini diunggah oleh Tri Gesti Anggarini 25 Mei 2008 No.Reg : 5212057011, mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Elektronika).

Jurnal Bimbingan dan konseling, Hery Bagus Anggoro Wicaksono (Prodi Bimbingan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia) dalam

(23)

kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi berwirausaha menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Dari skor rerata yang diperoleh masing-masing kelompok tersebut ternyata skor rerata perubahan motivasi berwirausaha, sesudah mendapat perlakuan layanan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi berwirausaha hasilnya lebih meningkat. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa layanan bimbingan kelompok juga dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti konseling individu.

Dari paparan fenomena yang terjadi di lapangan bahwa kebanyakan siswa tidak mempunyai minat dalam mengikuti konseling individu padahal konseling individu sangat dibutuhkan oleh siswa, tetapi siswa belum berminat mengikuti konseling individu, diharapkan dengan layanan bimbingan kelompok maka dapat mengatasi permasalahan tersebut. Maka dari itu, penulis ingin mengangkat fenomena tersebut sebagai bahan penulisan skripsi dengan judul ”Upaya Meningkatkan Minat Siswa Mengikuti Konseling Individu Melalui Layanan Bimbingan Kelompok

Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 4 Batang Tahun Pelajaran 2012/2013”.

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana minat siswa kelas VII A di SMP Negeri 4 Batang mengikuti konseling individu sebelum pemberian layanan bimbingan kelompok?

(24)

1.2.3 Apakah layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan minat siswa kelas VII A mengikuti konseling individu di SMP Negeri 4 Batang?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui minat siswa kelas VII A di SMP Negeri 4 Batang dalam mengikuti konseling individu sebelum pemberian layanan bimbingan kelompok.

1.3.2 Mengetahui minat siswa kelas VII A di SMP Negeri 4 Batang dalam mengikuti konseling individu setelah pemberian layanan bimbingan kelompok.

1.3.3 Membuktikan adanya kecenderungan peningkatan minat siswa dalam mengikuti konseling individu pada siswa sesudah mengikuti layanan bimbingan kelompok.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta membantu perkembangan keilmuan dalam bidang bimbingan dan konseling, terutama masalah yang berkaitan dengan minat siswa dalam mengikuti konseling individu yang dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Sekolah

(25)

bimbingan dan konseling yang terbaik bagi siswanya, sehingga siswa dapat berkembang secara optimal.

1.4.2.2 Bagi Konselor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, acuan, atau pertimbangan dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok apabila penelitian ini terbukti bahwa layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti konseling individu.

1.4.2.3 Bagi Siswa

Bagi siswa yang telah mengikuti layanan bimbingan kelompok dapat memiliki wawasan dan pemahaman baru, serta khususnya dapat meningkatkan minat dalam mengikuti konseling individu.

1.5 GARIS BESAR SISTEMATIKA SKRIPSI

1. Bagian Awal

Bagian ini berisi halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran serta abstrak.

2. Bagian Isi

(26)

Bab II : Tinjauan pustaka yang membahas tentang teori-teori yang melandasi penelitian, yang meliputi : Minat mengikuti konseling individu dan layanan bimbingan kelompok.

Bab III : Metode penelitian yang menguraikan tentang jenis penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling penelitian, metode dan alat pengumpul data, prosedur penyusunan instrument, uji coba instrument penelitian dan metode analisis data.

Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasannya. Pada bab ini disajikan hasil penelitian yang berisi data masukan selama penelitian. Bab V : Kesimpulan dari pembahasan penelitian dan saran dari

peneliti. 3. Bagian Akhir

(27)

13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan tentang penelitian terdahulu yang mendukung penelitian serta teori-teori yang melandasi teori ini. Teori-teori tersebut adalah minat, konseling individu, dan bimbingan kelompok.

2.1

Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang telah dipublikasikan terkait dengan upaya meningkatkan minat mengikuti konseling individu melalui layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:

(28)
(29)

Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Jihan Rina Purwaningtias (2009) Universitas Negeri Semarang yang berjudul “Meningkatkan Minat Siswa

Mengikuti Layanan Informasi Dengan Menggunakan Media Bimbingan pada Siswa Kelas X SMA N 1 Kedungwuni Tahun Pelajaran 2008/2009”. yang

menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan minat siswa kelas X SMA N 1 Kedungwuni mengikuti layanan informasi setelah diberikan layanan informasi dengan menggunakan media bimbingan. Ini terlihat dari perubahan atau perkembangan klien sebelum dan sesudah pemberian treatment. Sebelum diberikan layanan diperoleh skor cukup tinggi dan setelah diberi layanan diperoleh skor sangat tinggi, ini berarti terjadi peningkatan minat siswa dalam mengikuti layanan informasi.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Lailatul Mufidah dan Mochamad Nursalim (Alumni Prodi BK FIP UNESA dan Staf Pengajar Prodi BK FIP UNESA). Dengan penelitian berjudul “ Penggunaan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Diskusi Kelompok Untuk Meningkatkan Minat belajar Siswa”. Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas XI IPS 2 SMA Negeri 4 Sidoarjo. Hal tersebut dapat diketahui dengan adanya peningkatan skor minat belajar siswa di kelas sebelum dan sesudah penggunaan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok. Simpulan tersebut didasarkan pada hasil analisis data dengan uji jenjang-bertanda Wilcoxon. Dari hasil perhitungan,

(30)

jenjang-bertanda Wilcoxon dengan taraf signifikan 5% dan N = 10 diperoleh T

tabel =8, maka Thitung lebih kecil Ttabel (0<8) Sehingga hipotesis alternatif yang berbunyi “Ada peningkatan skor minat belajar siswa di kelas XI IPS 2 SMA

Negeri 4 Sidoarjo sebelum dan sesudah penggunaan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok” dapat diterima. Dengan demikian, penggunaan

bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas XI IPS 2 SMA Negeri 4 Sidoarjo. Penggunaan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok juga dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa seperti mengerjakan tugas tepat waktu, tidak menyia-nyiakan waktu luang, sering mengikuti pelajaran di sekolah, dan mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui. Selain itu dapat merubah dan memperbaiki permasalahan-permasalahan lain yang tentunya dapat diubah atau diperbaiki.

[image:30.595.118.528.332.495.2]
(31)

2.2

Minat Mengikuti Konseling Individu

Berkaitan dengan minat mengikuti konseling individu, berikut ini akan dijelaskan mengenai minat dan konseling individu.

2.2.1

Minat

Kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia dipengaruhi oleh minat yang ada didalam dirinya. Berikuti ini penjelasan mengenai minat dimulai dari pengertian minat, ciri-ciri minat, macam-macam minat, aspek-aspek minat, dan faktor yang mempengaruhi minat.

2.2.1.1Pengertian Minat

Minat merupakan salah satu dari beberapa segi tingkah laku. Orang yang berminat pada sesuatu, memberikan perhatian kepadanya, mencarinya, mengarahkan dirinya kepadanya, atau berusaha mencapai atau memperoleh sesuatu yang bernilai baginya. Menurut Mappiare (1998:64) bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Jadi dalam masa remaja, minat harus berkembang dan hal ini bersifat pemilihan dan berarah tujuan.

(32)

senang. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Sementara itu Hurlock (2004:114) menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila orang melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, orang merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri sendiri. Gunarsa (2003:68) mendefinisikan minat adalah suatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang melakukan suatu kegiatan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Seseorang yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat juga tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.

(33)

2.2.1.2Ciri-Ciri Minat

Selain pengertian tentang minat diatas, minat juga mempunyai ciri-ciri yang menurut Slameto (2010:180) menjelaskan bahwa ciri-ciri minat yang ada pada diri masing-masing individu adalah sebagai berikut :

1. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk dan dipelajari kemudian. Bebeda dengan bakat seseorang yang merupakan bawaan sejak lahir, minat seseorang tidak mengenenal demikian melainkan diperoleh setelah seseorang senang dengan objek tertentu. Artinya minat seseorang dapat diarahkan dan dipengaruhi oleh siapapun. Baik pengaruh dari lingkungan sekolah, keluarga ataupun masyarakat.

2. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Misalkan saja siswa berminat untuk mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan tidak menyukai ekstrakurikuler bulu tangkis. Siswa tersebut selalu bercerita kepada temannya tentang sepak bola dan tidak menceritakan tentang bulu tangkis. Selain itu siswa tersebut juga paham dan mengerti jika ditanya tentang sepak bola.

(34)

4. Minat mempunyai segi motivasi dan perasaan. Yang dimaksud disini yaitu minat tidak membutuhkan paksaan melainkan keikhlasan. Berarti siswa dapat berminat terhadap suatu objek asalkan ada pengaruh, dukungan dan rangsangan, baik dari dalam diri sendiri ataupun dari luar diri.

5. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu objek akan cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap obyek tersebut. Dalam hal ini individu benar-benar terpusat pada perhatiannya, Individu mengamati obyek yang menarik baginya, obyek yang dimaksud bermacam-macam misalnya bisa berupa benda seperti buku, bola dan sebagainya, bisa berupa kegiatan seperti berolahraga, membaca buku dan tidak terkecuali juga kegiatan mengikuti layanan konseling individu. Tentunya jika siswa berminat mengikuti konseling individu maka siswa tersebut akan mengikuti kegiatan layanan konseling individu dengan sendirinya tanpa ada paksaan dari orang lain.

(35)

2.2.1.3Macam-Macam Minat

Menurut Saleh dan Wahab (2005:266) mengatakan bahwa berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi :

1. Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktifitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar dan minat asli. Contohnya seorang belajar karena memang senang pada ilmu pengetahuan atau membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau peghargaan.

2. Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Contohnya seorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian.

Dapat disimpulkan bahwa macam minat dibagi menjadi 2 yaitu minat intrinsik dan minat ekstrinsik, artinya minat itu terjadi pada seseorang yang berminat pada suatu objek dan minat ini asli tanpa paksaan dari pihak lain, selain itu juga ada minat yang hanya dilakukan karena ada suatu tujuan yang ingin dicapai dan sewaktu-waktu minatnya ini bisa berkurang dan bahkan hilang.

2.2.1.4Aspek-Aspek Minat

Minat mempunyai beberapa aspek, diantaranya adalah perhatian, ketertarikan, keinginan, keyakinan, keputusan dan tindakan yang akan dijelaskan sebagai berikut (Jefkins,1994:242)

a) Perhatian (attention)

(36)

berupa kesadaran yang turut serta pada aktivitas tersebut yang ditujukan pada suatu objek. dalam hal ini individu benar-benar terpusat pada perhatiannya, Individu mengamati obyek yang menarik baginya, obyek yang dimaksud bermacam-macam misalnya bisa berupa benda seperti buku, bola dan sebagainya, bisa berupa kegiatan seperti berolahraga, membaca buku dan tidak terkecuali juga kegiatan mengikuti layanan konseling individu. Dalam konseling individu hal yang diperhatikan meliputi perhatian terhadap keberadaan ruang pelaksanaan layanan konseling individu, perhatian terhadap seluruh pelaksanaan layanan konseling individu.

Dari pendapat ahli ahli diatas dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah pemusatan dari aktivitas yang dilakukan oleh individu kepada suatu objek tertentu dan mengabaikan objek lainnya. Maksud disini adalah individu (siswa) lebih memusatkan perhatiannya kepada layanan konseling individu dan tidak mempedulikan hal-hal yang lain.

b) Ketertarikan (interest)

(37)

Dapat disimpulkan bahwa ketertarikan mempunyai pengertian bahwa awal tertariknya individu terhadap suatu objek sehingga ada upaya yang dilakukan individu untuk lebih mengenal objek tersebut. Individu tertarik mengikuti layanan konseling individu maka secara otomatis individu tersebut akan mengenal terlebih dahulu tentang apa yang berhubungan dengan konseling individu.

c) Keinginan (desire)

Yaitu dorongan untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang objek tersebut. Individu berusaha mencari tahu tentang hal yang diminatinya. Seperti pengajuan pertanyaan, hal ini menunjukkan adanya suatu ketegangan yang dapat mengarahkan siswa untuk melibatkan dirinya ke dalam masalah tersebut serta untuk mencari jalan keluarnya. Suatu ketegangan menuju pertimbangan akhir yang dilakukan oleh seorang demi mencapai kepuasan. Untuk mencapai kepuasan tentunya siswa telah mempunyai keinginan yang diharapkannya, dalam hubungannya dengan konseling individu, siswa harus mempunyai keinginan yang didorong oleh kepercayaan bahwa konseling individu dapat menyelesaikan masalah,serta keinginan memanfaatkan layanan konseling individu karena kepribadian/karakteristik konselor yang baik.

(38)

tentang konseling individu dan ada juga keinginan individu untuk mempraktekkannya.

d) Keyakinan (conviction)

Yaitu seseorang yang merasa yakin dengan kegiatan yang dilakukan dan akan memberikan kepuasan sebagaimana yang diinginkan. Keyakinan muncul setelah individu mempunyai informasi atau data yang cukup terhadap suatu obyek sehingga merasa yakin bahwa hal yang berhubungan dengan obyek tersebut. Siswa juga akan merasa tertarik dengan layanan konseling individu karena diberikan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok sebagai perantara menumbuhkan minat siswa. Siswa merasa memperoleh banyak informasi dan pengalaman yang ia butuhkan. Siswa harus mempunyai keyakinan bahwa konseling individual bermanfaat. Selain itu siswa harus yakin bahwa layanan konseling individu tidak hanya untuk siswa yang bermasalah saja melainkan untuk seluruh siswa.

Dapat disimpulkan bahwa keyakinan disini adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh individu karena ia merasa cukup tahu tentang kegiatannya dan merasa benar dengan apa yang dilakukannya. Setelah siswa menginginkan konseling individu maka siswa tersebut pasti sudah tahu tentang kegiatan konseling individu dan merasa yakin bahwa konseling individu memberikan dampak yang baik bagi dirinya.

e) Tindakan (action)

(39)

tersebut untuk direalisasikan. Setelah ada keputusan kemudian berupaya untuk mewujudkan perilaku yang diharapkan. Individu melaksanakan dalam bentuk perbuatan setelah mendapatkan wawasan. Tindakan adalah hal yang akan dilakukan individu jika sudah memiliki perhatian, ketertarikan, keinginan, keyakinan dan keputusan. Setelah menentukan semuanya, individu melakukan tindakan yaitu untuk melaksanakan dan memanfaatkan layanan konseling individu tanpa adanya paksaan dari pihak lain melainkan dari dirinya sendiri yang diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahannya

Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa tindakan merupakan suatu langkah atau gerak kegiatan yang sengaja dilakukan oleh individu untuk mencapai tujuan tertentu. Yang dimaksudkan yaitu untuk tindakan siswa yang datang langsung kepada konselor untuk melaksanakan layanan konseling individu, yang diharapkan dapat membantu segala permasalahan siswa yang dihadapi.

(40)

ketertarikan dari dalam diri individu terhadap objek yang diminatinya, rasa ketertarikan itu tumbuh dengan sendirinya didalam diri individu. Dengan munculnya rasa tertarik terhadap suatu objek tersebut. Individu akan berusaha untuk memberikan pengamatan terhadap objek tersebut dan individu akan berusaha mencari tahu tentang objek yang diminatinya serta berusaha mengetahui secara dalam tentang objek yang diminatinya, hingga ia merasa memiliki keyakinan tentang objek tersebut bahwa objek tersebut cocok untuknya dan ia merasa membutuhkannya. Pada akhirnya apa yang telah diperolehnya akan diwujudkan dalam suatu tindakan.

2.2.1.5Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Minat

Apabila individu mempunyai minat terhadap suatu obyek atau aktivitas maka ia akan berhubungan secara aktif dengan obyek atau aktivitas yang menarik perhatiannya itu tanpa ada yang menyuruh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya minat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1. Minat yang bersumber dari dalam diri individu yang bersangkutan (misalnya: bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman, perasaan mampu, kepribadian). 2. Minat yang berasal dari luar mencakup lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah dan lingkungan masyarakat.(Shaleh dan Wahab,2005:263)

Crow dan Crow berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu :

(41)

membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian dan lain sebagainya. Dorongan seks akan membangkitkan minat untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. 2. Motif sosial, dapat menjadi factor yang membangkitkan minat untuk

melakukan suatu aktifitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain. Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat.

3. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapat kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut. (Shaleh dan Wahab,2005:264)

Selanjutnya menurut Mappiare (1998:64) menulis “faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah adanya perbedaan latar belakang, tingkat ekonomi, status sosial”.

(42)

2.2.2

Konseling Individu

Konseling individu merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk

“guidance services” (layanan bimbingan). Layanan ini bahkan disebut-sebut sebagai

layanan yang paling utama dari semua bentuk layanan bimbingan yang ada. Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas, dibawah ini akan dibahas tentang pengertian konseling individu, tujuan konseling individu, fungsi konseling individu dan langkah-langkah konseling individu, sebagai berikut:

2.2.2.1Pengertian Konseling Individu

Menurut Nurihsan (2010:10) mengemukakan bahwa konseling individu adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa). Siswa mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang professional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Konseling individu ditujukan kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Oleh karena itu, konseling hanya ditujukkan pada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.

(43)

pengambilan keputusan. Jadi dalam kegiatan konseling individu ini, bantuan yang diberikan berpusat kepada klien artinya klien harus percaya kepada konselor dan konselor juga harus mempunyai kepercayaan diri yang tinggi.

Sedangkan Sukardi (2008:62) konseling individu yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan pelayanan tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing (konselor) dalam rangka pembahasan dan pengentasan masalah pribadi yang dideritanya. Dalam konseling individu terjadi pembicaraan empat mata antara konselor dan klien yang berjuan untuk memecahkan masalah yang sedang dialami oleh klien. Ditambah lagi menurut Willis (2004:159) mendefinisakan bahwa konseling individu mempunyai makna spesifik dalam arti pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapinya.

Dari beberapa rumusan tentang pengertian konseling diatas dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

2.2.2.2Tujuan Konseling Individu

(44)

klien dan konselor. Dalam hubungan itu masala klien dicermati dan diupayakan pengentasannya, sedapat-dapatnya dengan kekuatan klien itu sendiri. Kemudian ditambahkan lagi menurut Willis (2004:35) mengatakan bahwa layanan konseling individu diberikan oleh konselor kepada siswa dengan tujuan berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri, dan dapat menyesuaikan diri secara positif.

Layanan konseling individu sangat membantu siswa dalam menyelesaikan masalahnya. Sukardi (2003:44) mengemukakan tujuan dari konseling individu yaitu layanan konseling individu memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.

Dalam konseling diharapkan siswa dapat mengembangkan kesehatan mental, mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannnya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitar. Selain itu, Nurihsan (2010:11) mengatakan konseling bertujuan untuk membantu individu untuk memecahkan masalah-masalah pribadi, baik sosial maupun emosional, yang dialami saat sekarang dan yang akan datang.

(45)

2.2.2.3Fungsi Konseling Individu

Selain mempunyai tujuan dalam membantu menyelesaikan masalah pribadi siswa, konseling individu juga mempunyai fungsi. Yang disampaikan menurut Sukardi (2003:44) bahwa fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling individu adalah fungsi pengentasan. Artinya dengan melakukan konseling individu klien diharapkan akan terentaskan masalahnya. Tentu saja ini tidak terlepas dari fungsi yang lain seperti fungsi pemahaman, fungsi pengembangan dan fungsi pemeliharaan.

Sementara itu menurut Prayitno dan Amti (1995:97) ”fungsi bimbingan dan konseling dikelompokkan menjadi 4 fungsi yaitu fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, dan fungsi pemeliharaan dan pengembangan”. Dalam layanan konseling individu, fungsi utamanya adalah fungsi pengentasan. Melalui layanan konseling individu, permasalahan yang dialami klien diharapkan akan terselesaikan sehingga tidak menimbulkan maslah baru.

(46)

2.2.2.4Langkah-Langkah Konseling Individu

Setiap tahapan proses konseling membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus. Namun keterampilan-keterampilan itu bukanlah yang utama jika hubungan konseling tidak mencapai rapport. Dinamika hubungan konseling ditentukan oleh penggunaan keterampilan konseling yang bervariasi. Dengan demikian proses konseling tidak dirasakan oleh konselor dan klien sebagai hal yang menjemukan. Dan proses konseling dari awal hingga akhir bias dirasakan sangat bermakna dan berguna. Willis (2004:50) secara umum menjelaskan proses konseling individu atas tiga tahapan :

1. Tahap Awal Koseling

Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan proses konseling sampai konselor dan klien menemukan definisi masalah klien atas dasar isu, kepedulian, atau masalah klien. Kunci keberhasilan proses konseling ditentukan oleh keterbukaan konselor dan keterbukaan klien.

2. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)

Pada tahap pertengahan ini kegiatan yang adalah memfokuskan pada penjelajahan masalah klien dan bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang masalah klien.

3. Tahap Akhir Konseling (Tahap Tindakan)

(47)

Selain langkah-langkah diatas, Nurihsan (2010:12-15) menyebutkan secara umum proses konseling individu dibagi atas tiga tahapan yaitu awal konseling, tahap pertengahan (tahap kerja), dan tahap akhir konseling.

1. Tahap awal konseling

Tahap awal ini sejak klien bertemu konselor hingga berjalan proses konseling dan menemukan definisi masalah klien. Yang dilakukan oleh konselor pada tahap ini adalah

a. Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah.

Pada tahap ini konselor berusaha untuk membangun hubungan dengan cara melibatkan klien dan berdikusi dengan klien. Kunci keberhasilan tahap ini diantaranya ditentukan oleh keterbukaan konselor dan klien. b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah.

Jika hubungan konseling telah terjalin denga baik dan klien sudah melibatkan diri, berarti kerja sama antara konselor dengan klien bisa dilanjutkan dengan mengangkat isu, kepedulian, dan masalah yang dialami klien. Konselor bertugas membantu mengembangkan potensi klien sehingga klien dengan kemampuannya dapat mengatasi masalahnya dan konselor membantu menjelaskan masalah yang dialami kliennya itu. c. Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah.

(48)

d. Menegosiasikan kontrak.

Kontrak konselor dengan klien mengenai waktu, tempat tugas, dan tanggung jawab konselor, tugas dan tanggung jawab klien, tujuan konseling dan kerja sama lainnya dengan pihak-pihak yang akan membantuperlu dilakukan pada tahap ini.

2. Tahap pertengahan (tahap kerja)

Berdasarkan kejelasan masalah klien yang disepakati pada tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada: penjelajahan masalah yang dialami klien dan bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang masalah klien.

Menilai kembali masalah klien akan membantu klien memperoleh pemahaman baru, alternatif baru, yang mungkin berbeda dengan sebelumnya. Dengan adanya pemahaman baru berarti ada dinamika pada diri klien untuk melakukan perubahan dalam mengatasi masalahnya.

Adapaun tujuan dari tahap pertengahan ini adalah sebagai berikut :

a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian klien dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut.

b. Mnejaga agar hubungan konseling selalu terpelihara. c. Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. 3. Tahap akhir konseling

Pada tahap ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut ini :

(49)

b. Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamik.

c. Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas pula.

d. Terjadinya perubahan sikap yang positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.

Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak bermasalah. Klien dapat melakukan keputusan tersebut karena klien sejak awal berkomunikasi dengan konselor dalam memutuskan perubahan sikap tersebut.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam proses konseling individu dibagi menjadi 3 tahapan yaitu : Tahap awal konseling, tahap pertengahan konseling dan tahap akhir konseling.

2.3

Layanan Bimbingan Kelompok

(50)

2.3.1 Pengertian Bimbingan Kelompok

Kegiatan bimbingan kelompok akan terlihat hidup jika di dalamnya terdapat dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan media efektif bagi anggota kelompok dalam mengembangkan aspek-aspek positif ketika mengadakan komunikasi antarpribadi dengan orang lain.

Kelompok menjadi semakin populer sebagai cara untuk menyediakan bantuan terorganisasi dan terencana untuk individu-individu di berbagai jangkauan kebutuhan. Robert L Gibson (2011:52) mengatakan istilah bimbingan kelompok berfokus pada penyediaan informasi atau pengalaman lewat aktifitas kelompok yang terencana dan terorganisasi. Selain itu bimbingan kelompok juga mencegah berkembangnya problem. Jadi dalam bimbingan kelompok dapat membantu siswa membuat perencanaan hidup dan pengambilan keputusan yang lebih tepat. Isi kegiatan terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Bimbingan kelompok ini biasanya diadakan di luar jam pelajaran, misalnya sepulang sekolah atau kesepakatan antara pemimpin kelompok dengan anggota kelompoknya.

(51)

perhatian semua pihak berkenaan dengan layanan bimbingan kelompok ini. Apalagi pada zaman yang memerlukan efisiensi, perlunya perluasan pelayanan jasa yang mampu menjangkau lebih banyak konsumen secara tepat dan cepat, layanan bimbingan kelompok semakin menarik.

Sedangkan menurut Sukardi (2003:48) Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.

Wibowo (2005:17) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.

(52)

2.3.2 Tujuan Bimbingan Kelompok

Ada beberapa tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh beberapa ahli, adalah sebagai berikut:

Setiap kegiatan yang disusun secara sistematis dan terencana memiliki tujuan dan harapan tidak terkecuali layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok diorganisasikan untuk mencegah berkembangnya problem (Gibson dan Mitchell , 2011: 52). Dalam hal ini berati bimbingan kelompok digunakan dalam fungsi pencegahan.

Tujuan bimbingan kelompok dikemukakan oleh (Prayitno, 1995:178) adalah: (1) Mampu berbicara di depan orang banyak

(2) Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak.

(3) Belajar menghargai pendapat orang lain,

(4) Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya.

(5) Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif).

(6) Dapat bertenggang rasa

(7) Menjadi akrab satu sama lainnya,

(8) Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama.

Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. (Sukardi, 2003:48).

(53)

Dari beberapa pendapat ahli diatas mengenai tujuan dari layanan bimbingan kelompok dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok mempunyai tujuan agar anggota kelompok dapat berlatih mengemukakan perasaan, ide, pendapat, dan menambah kepercayaan diri anggota kelompok. Selain itu antar anggota kelompok juga bisa bertukar pendapat dan bisa menambah pengalaman serta menambah pengetahuan bagi anggota kelompok.

Berdasarkan fungsinya layanan bimbingan kelompok dapat dikelompokkan memiliki dua tujuan. Pertama, layanan bimbingan kelompok sebagai upaya pencegahan (preventif) terhadap problematika yang sering dijumpai oleh siswa. Kedua, layanan bimbingan kelompok sebagai upaya untuk menjaring atau menyeleksi anggota kelompok tertentu untuk memperoleh layanan yang lebih optimal melalui layanan konseling kelompok atupun layanan konseling individu.

2.3.3 Jenis Kelompok Dalam Bimbingan Kelompok

Dalam penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok dikenal dua jenis kelompok, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas. Prayitno (1995: 24-25) menjelasan mengenai kelompok bebas dan kelompok tugas tersebut diuraikan sebagai berikut:

2.3.3.1Kelompok Bebas

(54)

Kelompok bebas memberikan kesempatan kepada seluruh anggota untuk menentukan arah dan isi kehidupan kelompok bebas.

2.3.3.2 Kelompok Tugas

Dalam kelompok tugas arah dan isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih dahulu. Hal ini berarti pula bahwa tema atau materi yang akan dibahas dalam kegiatan bimbingan kelompok ditentukan oleh pemimpin kelompok. Kegiatan kelompok melalui topik tugas dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan telah direncanakan sebelumnya dalam kegiatan bimbingan kelompok. Walaupun kelompok tugas dimaksudkan untuk mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan tertentu, namun hal tersebut tidak boleh lepas dari tujuan umum layanan bimbingan kelompok itu sendiri, yaitu mengembangkan sikap dan kemampuan bersosialisasi siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Prayitno (1995: 25) bahwa:

“meskipun dalam kelompok tugas itu masing-masing anggota terikat pada penyelesaian tugas, namun pengembangan kedirian yang bertenggang rasa setiap anggota kelompok tidak boleh diabaikan. Tujuan penyelesaian tugas tidak boleh mengurangi pentingnya tujuan umum pendekatan kelompok itu sendiri, yaitu pengembangan sikap, keterampilan, dan keberanian sosial yang bertenggang rasa.”

(55)

dilakukan dalam penelitian kali ini, maka akan digunakan layanan bimbingan kelompok dengan kelompok tugas dimana permasalahan yang dibahas dalam kelompok nanti ditentukan oleh pemimpin kelompok.

2.3.4 Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok

Terdapat empat tahap yang harus dilaksanakan dalam penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok. Tahap-tahap tersebut antara lain meliputi (1) tahap pembentukan, (2) tahap peralihan, (3) tahap kegiatan dan (4) tahap pengakhiran. Adapun penjelasan mengenai tahapan dalam bimbingan kelompok tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

2.3.4.1. Tahap Pembentukan

Tahap awal atau tahap permulaan sebagai tahap persiapan dalam rangka pembentukan kelompok. Dapat dikatakan pula bahwa tahap awal merupakan pondasi untuk menyelenggarakan tahap kegiatan yang selanjutnya dalam bimbingan kelompok. Apabila tahap pembentukan dapat berjalan dengan baik, maka hal tersebut akan membantu mewujudkan keberhasilan kelompok dalam menempuh tahap-tahap selanjutnya. Adapun tujuan dari dilakukannya tahap pembentukan dijabarkan oleh Prayitno (1995: 44) sebagai berikut:

1) Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok 2) Tumbuhnya suasana kelompok.

3) Tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok.

4) Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu di antara para anggota.

5) Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka.

(56)

Menurut Prayitno (1995:44) peranan pemimpin kelompok pada tahap pembentukan di antaranya adalah:

1) Menampilkan diri secara utuh dan terbuka.

2) Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati.

3) Bertindak sebagai contoh.

Dengan adanya keterbukaan yang ditampilkan oleh pemimpin kelompok, maka hal tersebut diharapkan dapat mendorong munculnya keterbukaan dan rasa saling menerima pula di antara anggota kelompok. Pemimpin kelompok harus siap menjadi contoh dan panutan yang baik bagi anggota kelompok. Adanya pengormatan kepada orang lain, sikap hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati yang ditunjukkan oleh pemimpin kelompok diharapkan dapat diterapkan pula oleh anggota kelompok. Apabila pemimpin kelompok dapat mewujudkan perannya dengan baik dalam tahap pembentukan ini, maka suasana dan dinamika kelompok juga akan berhasil diwujudkan.

Sedangkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap pembentukan akan diuraikan oleh Prayitno (1995: 44) sebagai berikut:

1) Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan bimbingan kelompok. 2) Menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok. 3) Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri.

4) Permainan pengahangatan atau pengakraban.

(57)

tersebut dimaksudkan untuk membina suasana dan dinamika kelompok yang aktif, hidup, serta produktif agar tahap demi tahap dalam bimbingan kelompok dapat dilalui dengan baik. Hal tersebut perlu diwujudkan dalam tahap pembentukan demi keberhasilan dan tercapainya tujuan dari kegiatan layanan bimbingan kelompok. 2.3.4.2. Tahap Peralihan

Tahap peralihan menurut Prayitno (1995: 47) dijelaskan sebagai tahap peralihan yang menjembatani antara tahap pertama (tahap pembentukan) dan tahap ketiga (tehap kegiatan). Pada tahap peralihan ini akan dapat diketahui kesiapan dari para anggota kelompok untuk masuk ke tahap selanjutnya. Beberapa hal yang perlu dimantapkan kembali dalam tahap ini antara lain adalah hal-hal yang menjadi bahasan dalam tahap pembentukan seperti tujuan kegiatan kelompok, asas-asas kegiatan bimbingan kelompok, kesiapan anggota, dan lain sebagainya. Dalam tahap ini pula pemimpin kelompok dapat menegaskan jenis kegiatan bimbingan yang dilakukan termasuk ke dalam kelompok tugas atau bebas.

Menurut Prayitno (1995: 47) tujuan dari adanya tahap peralihan adalah sebagai berikut:

1) Terbebaskannya anggota kelompok dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.

2) Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan.

3) Makin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok.

(58)

dipertahankan dan bahkan lebih ditingkatkan lagi, sehingga suasana dan dinamika kelompok yang muncul adalah dinamika kelompok yang aktif, kuat, dan mantap. Dengan terciptanya suasana dan dinamika kelompok yang positif tersebut, maka tahap pembentukan dalam bimbingan kelompok dapat dikatakan berhasil dan kegiatan kelompok dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Prayitno (1995: 47) menjelaskan pula peranan pemimpin kelompok pada tahap peralihan yaitu :

1) Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.

2) Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kuasanya.

3) Mendorong dibahasnya suasana perasaan.

4) Membuka diri, sebagai contoh, dan penuh empati.

Dengan demikian peranan pemimpin kelompok dalam tahap ini secara garis besar adalah mengamati dinamika kelompok yang terjadi dalam kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kelompok telah siap mengikuti kegiatan selanjutnya. Untuk itu diperlukan kepekaan dari pemimpin kelompok terhadap sikap-sikap dan perasaan-perasaan yang diungkapkan oleh anggota kelompoknya melalui ucapan dan tingkah laku selama mengikuti proses kegiatan. Tahap peralihan ini sangat penting untuk mempertahankan dan memantapkan kembali dinamika kelompok yang telah tercipta selama tahap pembentukan.

Sedangkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini oleh Prayitno (1995: 47) dijabarkan sebagai berikut:

1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya. 2) Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap

menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga). 3) Membahas suasana yang terjadi.

(59)

5) Kalau perlu kembali kebeberapa aspek tahap pertama(tahap pembentukan).

Dengan melihat uraian tersebut di atas, maka pemimpin kelompok haruslah aktif untuk membantu anggota kelompok dalam meningkatkan kualitas dinamika kelompok yang ada. Hal-hal yang telah dibahas dalam tahap pembentukan juga perlu dimantapkan kembali dalam diri anggota kelompok agar benar-benar siap mengikuti dan memasuki tahap kegiatan selanjutnya. Apabila anggota kelompok belum siap mengikuti kegiatan selanjutnya, maka pemimpin kelompok tidak boleh memaksakan anggota kelompok untuk melanjutkan tahap berikutnya. Dalam hal ini pemimpin kelompok perlu kembali memantapkan apa yang telah dipelajari dan dibahas pada tahap sebelumnya yaitu tahap pembentukan. Setelah anggota kelompok benar-benar siap, maka barulah proses kegiatan bimbingan kelompok dilanjutkan pada tahap kegiatan.

2.3.4.3. Tahap Kegiatan

(60)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa terkait dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan kali ini, maka model kelompok yang akan digunakan dalam penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok adalah kelompok tugas. Dalam hal ini Prayitno (1995: 57) menjelaskan tujuaan yang ingin dicapai pada tahap kegiatan dalam kelompok tugas. Tujuan tersebut antara lain adalah:

1) Terbahasnya suatu masalah atau topik yang relevan dengan kehidupan anggota secara mendalam dan tuntas.

2) Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran, maupun perasaan.

Dengan demikian yang menjadi inti dari tahap kegiatan dalam layanan bimbingan kelompok ini adalah terpecahkannya permasalahan dan topik-topik yang dibahas dalam kegiatan secara tuntas dan mendalam. Untuk itu dituntut adanya partisipasi aktif dari anggota kelompok selama berlangsungnya proses kegiatan. Partisipasi tersebut dapat ditunjukkan anggota kelompok melalui pengungkapan tingkah laku, pikiran, dan perasaan yang mendukung seperti mengungkapkan pendapat, gagasan atau ide, menunjukkan empati, penerimaan, dan penghargaan terhadap anggota kelompok lainnya, serta membantu tercapainya tujuan bimbingan kelompok itu sendiri yaitu berkembangnya wawasan, persepsi, keterampilan, dan sikap bagi pengembangan tingkah laku efektif yang nantinya mampu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini dijelaskan oleh Prayitno (1995: 57) sebagai berikut:

1) Pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik. 2) Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal

(61)

3) Anggota membahas masalah atau topik yang mendalam tersebut secara tuntas.

4) Kegiatan selingan.

Dengan demikian bahwa tema yang akan dibahas secara tuntas melalui kegiatan bimbingan kelompok dengan kelompok tugas bukan berasal dari anggota kelompok, melainkan ditentukan oleh pemimpin kelompok. Hal ini dimaksudkan agar tercapainya tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Pembahasan tema dan permasalahan tersebut diikuti secara aktif oleh anggota kelompok sampai pada pembahasan mendalam dan bahkan sampai masalah dan tema tersebut tergarap secara tuntas. Pemimpin kelompok perlu menguasai secara mendalam tema dan permasalahan yang ditetapkan dalam kegiatan kelompok agar informasi yang disampaikan oleh anggota kelompok nantinya benar-benar dapat terserap dan dipahami seutuhnya oleh anggota kelompok.

Untuk menghindari adanya ketegangan dan ketidaknyamanan selama mengikuti proses kegiatan, maka dapat dilakukan kegiatan selingan untuk meregangkan dan mencairkan suasana dalam tahap kegiatan. Kegiatan selingan dapat berupa permainan ataupun hiburan yang disepakati dan dilakukan bersama-sama oleh anggota dan pemimpin kelompok. Kegiatan selingan tersebut dimaksudkan untuk memelihara dinamika kelompok agar tetap kuat dan mantap. Setelah suasana kelompok dapat dicairkan dan anggota kelompok telah kembali siap, maka kegiatan pembahasan dapat dilakukan kembali hingga sampai pada pembahasan tema dan topik permasalahan secara tuntas.

(62)

aktif tetapi tidak terlalu banyak bicara”. Hal ini menjelaskan bahwa pemimpin kelompok hanya membantu anggota kelompok dalam menunjukkan arah dan mengatur jalannya kegiatan bimbingan kelompok. Hal ini dilakukan agar anggota kelompok dapat aktif sepenuhnya selama proses kegiatan namun tidak menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai. Selain itu peran pemimpin kelompok ini dimaksudkan pula untuk menjaga agar kelompok tetap memiliki dinamika kelompok yang utuh dan kuat sehingga tidak terjadi perpecahan antar anggota kelompok apabila terjadi perbedaan pendapat, ide, maupun gagasan. Dengan terwujudnya peran pemimpin kelompok tersebut, maka diharapkan kegiatan bimbingan kelompok

Gambar

Tabel penolong untuk uji wilcoxon......................................................
Grafik perbandingan hasil pre-test dan post-test ..................................   93
tabel =8, maka Thitung lebih kecil Ttabel (0<8) Sehingga hipotesis alternatif
   Gambar 3.1 (Pre Test)  Perlakuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian jelas bahwa konformitas dapat terbentuk dari adanya interaksi sosial antara individu dengan orang lain (teman sebaya). Diharapkan dengan adanya interaksi yang

Dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok menolong individu untuk dapat memahami bahwa orang-orang lain ternyata mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah

Siswa yang memiliki self-efficacy yang baik ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani secara efektif peristiwa dan situasi yang mereka

Siswa dipandang mempunyai penyesuaian diri yang baik dimana individu telah belajar bereaksi terhadap dirinya dan lingkungannya dengan cara-cara yang matang,

Bakat adalah kemampuan yang dibawa oleh seseorang sejak lahir dan bersifat menurun (genetik). Pentingnya individu memahami bakat ini adalah agar individu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa layanan konseling individu efektif untuk mengatasi anak pembangkang pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 5

Dengan didukung semangat belajar dan motivasi yang tinggi maka siswa akan lebih mandiri dan mempunyai keyakinan yang tinggi dalam memecahkan masalah dalam belajar

Keyakinan akan kemampuan dan kesanggupan seseorang untuk dapat menjalankan protokol kesehatan dapat ditumbuhkan dengan cara melihat pencapaian kesehatan yang ia lakukan pada masa lalu,