SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPERCAYAAN PADA ELECTRONIC TICKETING (E-Ticketing) DENGAN MENGGUNAKAN
TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)
OLEH:
DESI YASNITA 080503118
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2013
Lembar Pernyataan
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi
saya yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Pada Electronic
Ticketing (E-Ticketing) Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)” adalah
benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya
kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas
sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Februari 2013 Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPERCAYAAN PADA ELECTRONIC TICKETING
(E-TICKETING) DENGAN MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE
MODEL (TAM)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan pada electronic ticketing dengan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah variabel persepsi kemudahan penggunaan, persepsi manfaat, dan minat perilaku penggunaan tidak berpengaruh positif terhadap variable kepercayaan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa yang memenuhi karakteristik responden yaitu sebanyak 147 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sample yaitu judgement sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan pendekatan kuantitatif yang terdiri dari uji asumsi klasik, uji regresi linier berganda, dan uji hipotesis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan tidak secara serentak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepercayaan. Setiap variabel persepsi kemudahan penggunaan, persepsi manfaat dan minat perilaku penggunaan secara terpisah berpengaruh positif terhadap kepercayaan.
Kata Kunci: Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Manfaat, Minat Perilaku Penggunaan, dan Kepercayaan.
ABSTRACT
FACTOR-FACTOR AFFECTING THE LEVEL OF TRUST IN ELECTRONIC TICKETING (E-TICKETING) USING
TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)
This study aims to identify and analyze the factors that affect the level of trust in electronic ticketing by using a Technology Acceptance Model (TAM). The hypothesis tested in this study is the variable perceived ease of use, perceived usefulness, and the behavioral intention to use haven’t positive effect toward trust variables. Primary data collection through questionnaires distributed to student who meet the characteristics of respondents who had been assigned as many as 147 respondents. Sampling using the nonprobability sampling technique that is judgement sampling. Data analysis methods used is descriptive analysis and a quantitative approach which consists of the classic assumptions test, multiple linear regression test, and test hypotheses.
The results of this study indicate that all the factors that affect consumer confidence levels simultaneously hasn’t a positive and significant impact on trust. each variable separately perceived ease of use, perceived usefulness and behaviour intention to use is positive effect on trust.
Keywords: Perceived Ease of Use, Perceived Usefulness, Behavioral Intention to Use and Trust.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar dan lagi Maha Melihat dan
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya tulis yang berbentuk skripsi ini
sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kepercayaan Pada Electronic Ticketing (E-Ticket) Dengan Menggunakan
Technology Acceptance Model (TAM)”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi,
Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses penelitian ini, telah banyak menerima bimbingan, motivasi dan doa dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan,
yaitu kepada:
1. Bapak Drs. H. Arifin Lubis MM, Ak. selaku Plt Dekan Fakultas Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen MAFIS, Ak. selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far MM, selaku sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail M.Si., Ak.
selaku sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan arahan
4. Bapak Sambas Ade Kesuma S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini dan Bapak
Iskandar Muda S.E., M.Si., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Orang tua yang saya cintai dan sayangi, Ayahanda Jasmadi dan Ibunda Bahtera Pelis.
Kakak dan abang Murniati S.Pd, Muhsin S.Pd, Syafriadi Hasyim Amd. dan Fitri
Hasanah S.Pd. yang telah banyak memberikan doa dan motivasi untuk adek selama
perkuliahan.
6. Teman – teman Jurusan Akuntansi S-1 stambuk 2008 yang telah banyak memberikan
motivasi, khususnya buat Devi Agustia Ardani, David Chanjaya M, Rudi Manasye
Sembiring, Ranap Octo Yanto Nainggolan, Ema Nathalia Saragih, Heni Sipayung dan
Maria Renata Sormin. Dan Keluarga Belat 112, Hidayati, Samdani, Seri Jaya dan Siti
Hajar yang telah banyak memberikan semangat untuk cepat menyelesaikan skripsi
ini.
Penulisan skripsi ini sepenuhnya masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan tenaga,
pikiran dan waktu. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhir kata hanya doa yang bisa penulis panjatkan kepada Allah SWT agar kiranya
kita semua diberi kelimpahan berkat dan rahmat-Nya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Medan, Februari 2013
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 7
2.1.1. Technology Acceptance Model (TAM) ... 7
2.1.2. Electronic Commerce (e-commerce) ... 13
2.1.3. Electronic Ticketing (e-ticketing) ... 18
2.1.4. Kepercayaan ... 21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 33
3.2Tempat dan Waktu penelitian ... 33
3.3Batasan Operasional ... 34
3.4Definisi Operasional & Pengukuran Variabel ... 35
3.5Populasi dan Sampel Penelitian ... 35
3.10 Uji Hipotesis ... 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian ... 43
4.2Analisis Hasil Penelitian ... 44
4.2.1 Analisis Deskriptif Responden ... 44
4.2.2 Uji Kualitas Data ... 54
4.2.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 73
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 77
5.2Keterbatasan Penelitian ... 78
5.3Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Negara Pengguna Internet dan Penetrasinya di Asia
Tahun 2011 ... 2
Tabel 2.1 Keunggulan dan Kerugian E-Commerce Bagi Pembeli ... 15
Tabel 2.2 Keunggulan dan Kerugian E-Commerce Bagi Penjual ... 16
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ... 26
Tabel 3.1 Tempat & Waktu Penelitian ... 33
Tabel 3.2 Operasional & Pengukuran Variabel ... 35
Tabel 4.1 Jenis Kelamin ... 44
Tabel 4.2 Frekuensi bertransaksi melalui Internet ... 44
Tabel 4.3 Usia ... 45
Tabel 4.11 Fasilitas Yang Paling Sering Digunakan ... 51
Tabel 4.12 Manfaat Internet ... 52
Tabel 4.13 Produk Yang Sering Dibeli ... 53
Tabel 4.14 Alasan Bertransaksi melalui E-commerce ... 53
Tabel 4.15 Item Total Statistic ... 54
Tabel 4.16 Reliability Statistic ... 55
Tabel 4.17 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Persepsi Kemudahan Penggunaan (X1) ... 56
Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Persepsi Manfaat (X2) ... 57
Tabel 4.19 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Minat Perilaku Pengguna (X3) ... 58
Tabel 4.20 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepercayaa Online (Y) ... 59
Tabel 4.21 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 63
Tabel 4.22 Uji Multikolinearitas ... 66
Tabel 4.23 Coefficientsa ... 66
Tabel 4.24 Model Summary ... 68
Tabel 4.25 ANOVAb ... 69
Tabel 4.26 Coefficientsa ... 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Konstruk Awal TAM ... 7
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 31
Gambar 4.1 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 61
Gambar 4.2 Scatter Plot Uji Normalitas ... 62
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 84
Lampiran 2 Daftar Distribusi Jawaban Validitas ... 90
Lampiran 3 Daftar Distribusi Jawaban Responden ... 94
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPERCAYAAN PADA ELECTRONIC TICKETING
(E-TICKETING) DENGAN MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE
MODEL (TAM)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan pada electronic ticketing dengan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah variabel persepsi kemudahan penggunaan, persepsi manfaat, dan minat perilaku penggunaan tidak berpengaruh positif terhadap variable kepercayaan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa yang memenuhi karakteristik responden yaitu sebanyak 147 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sample yaitu judgement sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan pendekatan kuantitatif yang terdiri dari uji asumsi klasik, uji regresi linier berganda, dan uji hipotesis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan tidak secara serentak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepercayaan. Setiap variabel persepsi kemudahan penggunaan, persepsi manfaat dan minat perilaku penggunaan secara terpisah berpengaruh positif terhadap kepercayaan.
Kata Kunci: Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Manfaat, Minat Perilaku Penggunaan, dan Kepercayaan.
ABSTRACT
FACTOR-FACTOR AFFECTING THE LEVEL OF TRUST IN ELECTRONIC TICKETING (E-TICKETING) USING
TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)
This study aims to identify and analyze the factors that affect the level of trust in electronic ticketing by using a Technology Acceptance Model (TAM). The hypothesis tested in this study is the variable perceived ease of use, perceived usefulness, and the behavioral intention to use haven’t positive effect toward trust variables. Primary data collection through questionnaires distributed to student who meet the characteristics of respondents who had been assigned as many as 147 respondents. Sampling using the nonprobability sampling technique that is judgement sampling. Data analysis methods used is descriptive analysis and a quantitative approach which consists of the classic assumptions test, multiple linear regression test, and test hypotheses.
The results of this study indicate that all the factors that affect consumer confidence levels simultaneously hasn’t a positive and significant impact on trust. each variable separately perceived ease of use, perceived usefulness and behaviour intention to use is positive effect on trust.
Keywords: Perceived Ease of Use, Perceived Usefulness, Behavioral Intention to Use and Trust.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awalnya internet di temukan pada tahun 1969, ketika Departemen Pertahanan
Amerika Serikat mendukung sebuah pengembangan proyek yaitu ARPANet (Advanced
Research Project Agency Network) Di tahun 1970 – 1973 Amerika Serikat berhasil
menghubungkan lebih dari 10 komputer yang membentuk sebuah jaringan. Di mana jaringan
tersebut ditujukan sebagai jaringan komunikasi terintegrasi yang saling menghubungkan antara
komunitas sains dan kepentingan militer. Pada tahun 1990-an, internet telah tumbuh secara
pesat dan penggunaan internet mulai dibuka luas bagi publik. Perkembangan pengguna internet
mendorong adanya suatu potensi besar agar terciptanya masyarakat yang lebih modern.
Perkembangan telekomunikasi dan komputer sekarang ini telah menyebabkan terjadinya
perubahan dalam budaya sehari – hari . Pada era yang disebut “information age” ini, media
elektronik menjadi salah satu media andalan dalam melakukan komunikasi dan bisnis. Electronic
commerce atau biasa disingkat dengan e-commerce merupakan salah satu cara berbelanja atau
berdagang secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas internet yang di
dalamnya terdapat website yang dapat menyediakan layanan “get and deliver”. Karena pesatnya
perkembangan teknologi dan tuntutan bisnis dalam penggunaan media elektronik menyebabkan
para pelaku bisnis mau tidak mau harus menggunakan media elektronik ini (Hakim, 2008).
Dengan e-commerce konsumen dapat mengetahui barang yang akan dimilikinya dan dapat
melakukan order dengan cepat hanya dengan hitungan beberapa menit. Namun kendala ada pada
Rischel (2001), “internet hanya menyelesaikan 10% dari proses transaksi, sementara 90%
lainnya adalah biaya untuk persiapan infrastrukstur back-end, termasuk logistic”. Reintiventing
dunia bisnis bukan berarti menggantikan sistem yang ada, tapi justru komplemen dan eksistensi
dari sistem infrastruktur perdagangan dan produksi yang ada sebelumnya (Hakim, 2008).
Menurut data dari internet world statistic, setiap tahunnya terjadi peningkatan signifikan
pengguna internet di berbagai negara. Berikut data resmi dari internet world statistic terhadap
jumlah pengguna internet di Asia pada tahun 2011.
Tabel 1.1
Daftar Negara Pengguna Internet dan Penetrasinya di Asia
Negara Populasi
Korea Selatan 48.754.657 119.040.000 39.440.000 80.9% 4.2%
Brunei Darussalam 401.890 30.000 318.900 79.4% 0.0%
Philipina 101.833.938 2.000.000 29.700.000 29.2% 3.2%
Maldives 394.999 6.000 107.460 27.2% 0.0%
Indonesia 245.613.043 2.000.000 39.600.000 16.1% 4.2%
Mongolia 3.133.318 30.000 350.000 11.2% 0.0%
Pakistan 187.342.721 133.900 20.431.000 10.9% 2.2%
India 1.189.172.906 5.000.000 100.000.000 8.4% 10.7%
Sumbe
Model pemanfaatan dan penerimaan teknologi informasi telah banyak dikembangkan
oleh para peneliti salah satunya adalah Theory Acceptance Model (TAM). Theory Acceptance
Model (TAM) merupakan salah satu model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer yang
diperkenalkan pertama kali oleh Fred D. Davis (1989). TAM merupakan hasil pengembangan
dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang lebih dulu dikembangkan oleh Ajzen dan Fishbein
(1980). Menurut Malhotra (2002), Theory Reasoned Action (TRA) merupakan model penelitian
yang secara luas berasal dari psikologi sosial yang berhubungan dengan determinan tujuan
pelaku yang dilakukan secara sadar.
Menurut Davis Bagozzi dan Warshaw (1989), TAM menganggap bahwa pengadopsian
teknologi oleh pengguna ditentukan oleh dua persepsi, yaitu persepsi manfaat dan persepsi
kemudahan penggunaan. Persepsi manfaat mempunyai dampak langsung terhadap tujuan
pengadopsian suatu teknologi, sedangkan persepsi kemudahan penggunaan mempunyai dampak
langsung maupun tidak langsung terhadap tujuan pengadopsian melalui persepsi manfaat.
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model TAM oleh Nelvia (2009)
menemukan bahwa kemudahan penggunaan (PEOU) mempunyai pengaruh terhadap penggunaan
(ITU) berpengaruh terhadap penggunaan senyatanya kemudahan penggunaan (PEOU) tidak
mempunyai pengaruh terhadap keinginan untuk menggunakan (ITU).
Penemuan model TAM dalam penelitian Nelvia (2009) mendorong penelitian untuk
meneliti terhadap kepercayaan dalam pemanfaatan dan penggunaan electronic ticketing.
Penelitian yang dilakukan oleh Nelvia (2009), akan diteliti kembali di dalam penelitian ini
dengan perbedaan pada sampel penelitian. Nelvia (2009) menggunakan objek dari penggunaan
layanan jaringan komunikasi data dan suara di BPKP. Sedangkan penelitian ini menggunakan
objek penelitian terhadap pemanfaatan dan penggunaan sistem online dalam hal reservasi tiket
perjalanan (e-ticket) pada jasa penerbangan
E-Ticket adalah salah satu bentuk pelayanan jasa penerbangan dalam melayani calon
penumpang untuk menggunakan pesawat dalam bepergian dengan cara yang lebih cepat dan
lebih akurat. Bentuk e-ticket sangat sederhana, e-ticket dapat digunakan untuk penerbangan,
hotel, bioskop, dan juga suatu pertunjukan.
Penelitian ini berfokus pada e-ticket terhadap jasa penerbangan, dimana sekarang ini,
proses penggunaan terhadap e-ticket sangat mudah dilakukan serta akses untuk pembelian
e-ticket secara online juga sudah terjamin keabsahannya. Sehingga pelanggan tidak perlu merasa
khawatir dalam melakukan pembelian e-ticket secara online.
Di Sumatera, dari sekian banyak biro perjalanan dan travel agency, hanya terdapat sekitar
35 biro perjalanan atau travel agency yang resmi terdaftar di ASITA (Association of The
Indonesia Tour & Travel Agencies) (asitasumatera.blogspot.com) selebihnya masih belum
terdaftar. Dengan banyaknya jumlah biro perjalanan dan travel agency, maka sudah seharusnya
pemilik biro perjalanan beserta staff karyawannya untuk selalu melakukan peningkatan kualitas
melakukan evaluasi terhadap pemanfatan dan penggunaan teknologi informasi yang ada
sekarang ini sehingga terjadi peningkatan kinerja biro perjalanan dan travel agency terhadap
customernya (Jati, 2012).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dilakukan penelitian mengenai “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Pada Electronic Ticketing (E-Ticketing) Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini ialah Apakah Terdapat Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Pada Electronic
Ticketing (E-ticketing)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi
Kepercayaan pada Electronic Ticketing (E-ticketing) dengan menggunakan Technology
Acceptance Model (TAM).
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: a. Peneliti
Dalam menambah pengetahuan dan wawasan tentang transaksi terkait e-ticket yang
terjadi serta dapat mengembangkan konsep yang telah ada. serta dapat menyikapi
informasi yang ada sebagai bahan masukan ketika ingin melakukan transaksi pemesanan
b. Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi yang dapat dipertimbangkan oleh
perusahaan terutama yang bergerak dalam bidang pemasaran online. Dan diharapkan
dapat menjadi masukan, referensi, dan bahan perbandingan bagi peneliti lain yang ingin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Landasan Teori
2.1.1 Technology Acceptance Model
TAM diadaptasi dari Theory of Reasoned Action yang diperkenalkan oleh Ajzen dan
Fishbein (1980) dan diusulkan oleh Davis (1989). TAM mengasumsikan bahwa penerimaan
seseorang atas teknologi informasi dipengaruhi oleh dua variabel utama yaitu Perceived
Usefulness (Persepsi Kebermanfaatan) dan Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan
Penggunaan) Hakim (2008).
Berikut adalah gambar konstruk awal TAM yang diperkenalkan oleh Davis (1989):
Gambar 2.1 Technology Acceptance Model (TAM) Davis Bagozzi dan Warshaw (1989)
Perceived Usefulness (Persepsi Kebermanfaatan) dan Perceived Ease of Use (Persepsi
Kemudahan Penggunaan) mempengaruhi Attitude Toward Using individu terhadap penggunaan
dari Perceived Usefulness karena sebuah sistem yang mudah digunakan tidak membutuhkan
waktu lama untuk dipelajari sehingga individu memiliki kesempatan untuk mengerjakan sesuatu
yang lain sehingga berkaitan dengan efektifitas kinerja (Davis, Bagozzi dan Warshaw, 1989:
987). Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan
sistem yangberbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan
suatu teknologi dalam pekerjaannya. Behavioral Intention to Use adalah kecenderunganperilaku
untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi dapat dilihat
dari sikap pengguna terhadap teknologi tersebut seperti motivasiuntuk tetap menggunakan serta
keinginan untuk memotivasi pengguna lain. Actual System Usage adalah kondisi nyata
penggunaan sistem yang dikonsepkan dalam bentuk pengukuran terhadap frekuensi dan durasi
waktu penggunaan teknologi (Arief Wibowo,2006).
Bila dilihat secara rinci, gambar konstruk awal TAM yang diperkenalkan oleh Davis
(1989) tidak jauh beda dengan model yang digunakan dalam penelitian ini. Tetapi dalam
penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel independen saja, dimana variabel independen
tersebut adalah: Persepsi Kemudahan Penggunan, Persepsi Manfaat dan Minat Perilaku
Penggunaan.
Berikut adalah gambar konstruk awal TAM yang digunakan dalam penelitian ini:
Variabel independen
Persepsi Kemudahaan
Penggunaan
Minat Perilaku Penggunaan Persepsi
Persepsi Kemudahaan Penggunaan dan Persepsi Manfaat mempengaruhi Minat perilaku
Penggunaan terhadap penggunaan teknologi. Dimana Persepsi Kemudahan Penggunaan
merupakan tingkatan dimana seseorang percaya bahwa teknologi mudah untuk dipahami, Davis
(1989). Persepsi Kemudahaan Penggunaan juga mempengaruhi Persepsi Manfaat yang
merupakan suatu sistem yang berkaitan dengan produktifitas dan efektifitas sistem dari kegunaan
dalam tugas secara menyeluruh untuk meningkatkan kinerja orang yang menggunakan sistem
tersebut Adamson dan Shine (2003). Minat Perilaku Penggunaan merupakan bentuk keyakinan
seseorang dalam penggunaan teknologi informasi akan meningkatkan minat seseorang yang pada
akhirnya akan menggunakan teknologi informasi dalam melakukan pekerjaan Venkatesh, et al
(2003).
Menurut Gefen dan Straub (2004) menyatakan bahwa peranan persepsi kemudahan
penggunaan sebenarnya lebih kompleks karena persepsi kemudahan penggunaan mengukur
penilaian kemudahan penggunaan (perceived ease of use) dan easy of learning dari pengguna
teknologi informasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan
mempengaruhi persepsi manfaat.
Wijaya (2005) menyatakan bahwa TAM mendeskripsikan terdapat dua faktor yang secara
dominan mempengaruhi integrasi teknologi. Faktor pertama adalah persepsi pengguna terhadap
manfaat teknologi. Sedangkan faktor kedua adalah persepsi pengguna terhadap kemudahan
penggunaan teknologi. Kedua faktor tersebut mempengaruhi kemauan untuk memanfaatkan
teknologi. Selanjutnya kemauan untuk memanfaatkan teknologi akan mempengaruhi
penggunanan teknologi yang sesungguhnya. Pada umumnya penguna teknologi akan memiliki
dampak dari penggunaan teknologi tersebut. Artinya persepsi negative berkembang setelah
pengguna pernah mencoba teknologi tersebut atau pengguna berpengalaman buruk terhadap
penggunaan teknologi tersebut. Sehingga model TAM dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan upaya-upaya yang diperlukan untuk mendorong kemauan menggunakan teknologi.
Tujuan utama TAM adalah untuk memberikan dasar penelusaran dari pengaruh faktor
eksternal terhadap kepercayaan, sikap dan tujuan pengguna. TAM menyediakan suatu basis
teoritis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap suatu
teknologi dalam suatu organisasi. TAM menjelaskan hubungan sebab akibat antara keyakinan
(akan manfaat suatu sistem informasi dan kemudahan penggunaannya) dan perilaku,
tujuan/keperluan, dan penggunaan aktual dari pengguna/user suatu sistem informasi
(Nugroho, 2008).
Model TAM sebenarnya diadopsi dari model TRA (Theory of Reasoned Action) yaitu
teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap
sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna
Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi
tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap
kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam
konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan
penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam
penerimaan sebuah teknologi (Ajzen dan Fishbein, 1980).
Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis, menjelaskan perilaku pengguna
komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention),
menjelaskan faktor‐faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna
teknologi. Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan TI dengan dimensi‐dimensi
tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna (user).
Model ini menempatkan pengunaan (usage) sebagai dependent variabel, serta perceived
usefulness (U) dan perceived ease of use (EOU) sebagai independen variabel. Kedua variabel
independen ini dianggap dapat menjelaskan perilaku penggunaan (usage).
Berbagai penelitian empiris pun telah banyak diajukan, seperti yang telah dinyatakan oleh
Hermana (2005) bahwa sejumlah meta analisis pada TAM telah menunjukkan bahwa TAM
adalah model yang valid, kuat dan sangat berkuasa.
Model TAM ini sendiri dijumpai dalam penggunaan komputer serta internet. Agar
pengguna dapat menggunakan aplikasi internet dengan baik dibutuhkan pelatihan dan
pembelajaran (Compeau and Higgins, 1995). Dengan pembelajaran dan pelatihan mengenai
aplikasi internet, pengguna dapat mengerti tentang apa yang diharapkan nantinya. Pembelajaran
tersebut antara lain seperti bagaimana agar dapat berhubungan dengan internet, pencarian
informasi dalam internet, pertukaran informasi melalui internet, dan sebagainya. Pengetahuan
teknologi internet sangat berpengaruh terhadap hasil yang diharapkan pengguna dalam
bertransaksi melalui website.
Penelitian Shivraj dan Vikas (2004), mempelajari niat untuk membeli menggunakan
website. Responden yang dituju adalah siswa yang lulus program MBA pada universitas di
Washington DC, USA. Responden secara acak diminta untuk mengunjungi website Amazon
Pada penelitian shivarj dan Vikas (2004), yang dipengaruhi oleh variabel yaitu, perceived
risk, perceived usefulness dan perceived ease of use dapat mempengaruhi intention to purchase
secara langsung. Selain itu perceived risk merupakan mediator hubungan antara gender dan
product category dengan intention to purchase. Perceived ease of use juga mempengaruhi
perceived usefulness.
2.1.2 E-commerce
Perkembangan teknologi dan informasi sudah semakin meningkat dalam abad ini.
e-commerce merupakan perkembangan dalam sistem perdagangan. Menurut Baum (1999) dalam
Purbo (2000 : 2), e-commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis
yang menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik
dan perdagangan barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektronik.
Menurut Turban, et al. (2001 : 4) e-commerce merupakan suatu bentuk konsep baru yang
menggambarkan proses transaksi pembelian dan penjualan ataupun pertukaran produk, jasa dan
informasi melalui jaringan internet termasuk Internet. Selain itu juga, Kalakota dan Whinston
dalam buku Suyanto (2003 : 11) mendefinisikan e-commerce dari beberapa perspektif sebagai
berikut:
1. Perspektif Komunikasi : e-commerce penyampaian informasi dari suatu produk atau
jasa, atau pembayaran melalui sambungan telepon, jaringan komputer atau hal lain
yang terkait dengan elektronik.
2. Perspektif Proses Bisnis : e-commerce merupakan penerapan teknologi dalam hal
otomatisasi dari transaksi bisnis ke aliran kerja.
3. Perspektif Jasa : e-commerce merupakan suatu perangkat yang ditujukan bagi
jasa atau layanan dan meningkatkan kualitas produk serta meningkatkan kecepatan
proses pengiriman jasa layanan.
4. Perspektif Online : e-commerce berkaitan dengan kapasitas jual beli produk dan
informasi di internet dan jasa online lainnya.
Menurut Turban, et al. (2003 : 11) e-commerce pada umumnya dapat diklasifikasikan
berdasarkan transaksi. Jenis-jenis e-commerce dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Business to business (B2B). Tipe ini sudah meliputi transaksi IOS (aliran informasi
antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya) serta transaksi antar organisasi yang
dilakukan di pasar elektronik.
2. Business to customer (B2C). Merupakan transaksi eceran yang dilakukan oleh pembeli
perorangan.
3. Customer to customer (C2C). Dalam kategori ini, pelanggan melakukan penjualan
secara langsung ke konsumen lainnya melalui internet atau iklan elektronik.
4. Customer to business (C2B). Termasuk dalam kategori ini adalah individu – individu
yang melakukan proses organisasi nirlaba.
5. Non business E-commerce. Dewasa ini makin banyak lembaga non-bisnis dan lembaga
pemerintahan yang menggunakan berbagai tipe e-commerce untuk mengurangi biaya
atau untuk meningkatkan operasi dan layanan publik.
6. Intrabusiness (Organizational). Pada jenis ini organisasi menggunakan e-commerce
untuk meningkatkan kegiatan operasi organisasinya. Hal ini juga dikenal dengan
sebutan business-to-employee (B2E).
Berikut ini, keunggulan dan kerugian e-commerce bagi pembeli yang disajikan pada tabel
Tabel 2.1 Keunggulan dan Kerugian E-commerce Bagi Pembeli
No Keunggulan No Kerugian
1. lebih cepat / nyaman dalam pembelian 1. Masalah keamanan 2. Pilihan produk /layanan terus
ditingkatkan
2. Tidak semuanya pembeli mengggunakan teknologi yang sama
3. Memiliki akses yang lebih banyak terhadap informasi
3. Masalah hukum/aspek legal
4. Dapat memperbaiki harga (pasar yang lebih kompetitif)
4. Bukan pengalaman belanja di dunia nyata
5. Dapat melakukan umpan balik terhadap supplier, vendor, dan biro iklan
5. Tidak semua orang memiliki akses terhadap internet
6. Metode pembelian yang lebih mudah dan cepat
6. Kemungkinan informasi yang melimpah
7. Meningkatkan ketersediaan dalam pelayanan konsumen
7. Konsumen takut kepada penjual yang belum diketahui/dikenal 8. Meningkatkan kepercayaan konsumen 8. Akses bukan hal yang mudah
bagi pemula Sumber : Gaertner dan Smith (2001)
Berdasarkan tabel di atas, pada sisi keuntungan diketahui bahwa dengan menggunakan
e-commerce pembeli dapat melakukan transaksi pembelian secara lebih leluasa, terutama dalam
memilih dan membandingkan barang atau jasa yang hendak dibeli di antara beberapa vendor.
Dengan demikian, pembeli akan memperoleh barang atau jasa yang tepat, baik harga maupun
fiturnya. Sedangkan pada sisi kerugian banyak menyangkut pada aspek keamanan, pengetahuan
pembeli, dan ketersediaan infrastruktur internet. Oleh karena itu, seiring dengan semakin
berkembangnya teknologi keamanan e-commerce, banyaknya informasi dan komunitas bagi
pengguna e-commerce, serta semakin banyaknya infrastruktur internet yang tersedia, maka
kerugian yang dihadapi oleh pembeli semakin dapat diperkecil.
Selain keunggulan dan kerugian e-commerce bagi pembeli, dapat diindentifikasi pula
keunggulan dan kerugian e-commerce bagi penjual. Hasil identifikasi tersebut sebagaimana
Tabel 2.2 Keunggulan dan Kerugian e-commerce Bagi Penjual
No Keunggulan No Kerugian
1. Manajemen
informasi/komunikasi yang lebih baik
1. Organisasi/ manajer butuh untuk meningkatkan pengetahuan mengenai teknologi informasi 2. Peningkatan level layanan dapat
tersedia
2. Permasalahan dengan pengembangan web yang jelek
3. Kemampuan untuk menyediakan layanan konsumen yang lebih baik
3. Masalah hukum/aspek legal
4. Meningkatkan daya saing 4. Informasi yang dikirim oleh supplier dapat diganggu oleh hacker
5. Mengurangi biaya/meningkatkan pendapatan
5. Merek dagang/kepercayaan menjadi hal yang paling utama
6. Mengurangi siklus waktu 6. Kompetisi yang ketat bagi supplier dan vendor 7. Sedikit hambatan dalam
penerapan metode penjualan
7. Biaya
implementasi/advertensi menjadi lebih tinggi 8. Semua perusahaan dapat
berkompetisi pada level yang sama
8. Tidak cukup metode untuk pembayaran
9. Memperbaiki dukungan distributor
9. Harus memiliki konsumen yang loyal
10. Kemampuan untuk membangun investasi infrastruktur informasi
10. Pengguna dikenai biaya transaksi
11. Dapat memperbaiki manajemen logistik
11. Bahasa, zona waktu, dan perbedaan mata uang 12. Dapat memperbaiki image
perusahaan
12. Permasalahan perlindungan hak cipta
13. Cara yang lebih mudah untuk mencari partner bisnis
13. Gangguan pada rantai pasokan
14. Lebih banyak tersedia bagi informasi elektronik
14. Kemudahan pembeli untuk berganti supplier atau vendor 15. Dapat memperbaiki akses
informasi mengenai transaksi yang sedang terjadi
15. Populasi web mungkin tidak mewakili populasi target
16. Cara langsung lebih banyak untuk pembelian
16. Tidak ada standar internet bagi perusahaan web hosting
17. Kemampuan untuk melewati hambatan global dalam marketing
18. Memperoleh pengetahuan melalui diskusi internet
18. Sulit untuk mengatasi keputusan pembelian yang licik
19. Biaya stock dan produksi dapat dipotong melalui penawaran yang kompetitif
19. Kesulitan untuk mengetahui pembeli yang sedang mencari
20. Kemampuan untuk
mengidentifikasi passar produk baru
20. Keharusan untuk merubah organisasi
21. Mendukung hubungan melalui berbagi informasi secara real – time
21. Penjualan melalui internet terbatas bagi orangketika mulai menggunakan internet untuk pembelian
22. Akselerasi terhadap proses bisnis
22. Hambatan oleh jangkauan jaringan komputer
23. Mudah dalam memperbarui katalog online
23.
24. Meningkatkan efisiensi transaksi Sumber : Gaertner dan Smith (2001)
Berdasarkan tabel di atas, pada sisi keuntungan terlihat bahwa penjual yang
menggunakan e-commerce di antaranya dapat melakukan transaksi lebih efisien dan dapat
mendekatkan diri kepada konsumen sehingga upaya untuk meningkatkan kepuasan konsumen
bisa dilakukan secara lebih mudah. Sedangkan pada sisi kerugian, penjual harus dapat
mengadopsi teknologi e-commerce secara tepat sehingga kerugian yang dihadapi dalam
penggunaan e-commerce bisa diminimalisir.
2.1.3 Electronic Ticketing
E-Ticketing yang berarti sebuah tiket dalam bentuk digital
(id.wikipedia.org/tiket_elektronik), telah dapat digunakan sejak 1 Juni 2009, ketika Asosiasi
Transportasi Udara Internasional/IATA (International Air Transport Association) memberikan
mandat/kekuasaan kepada semua anggotanya untuk menggunakan e-ticket dalam segala bentuk
aktivitas perjalanan pelanggan tanpa harus mengeluarkan bukti – bukti atau dokumen berharga
baik secara fisik ataupun paper ticket (Jati, 2012).
Semua informasi mengenai e-ticket disimpan secara digital dalam sistem komputer milik
airline. Sebagai bukti pengeluaran e-ticket, pelanggan akan diberikan Intinenary Receipt yang
hanya berlaku sebagai alat bukti untuk masuk ke dalam bandara di Indonesia yang
mengharuskan kepada penumpang untuk membawa tanda bukti perjalanan. e-ticket adalah suatu
peluang untuk meminimalkan biaya serta mengoptimalkan kenyamanan bagi penumpang.
e-tiket dapat mengurangi biaya dalam proses pembuatan tiket, menghilangkan formulir kertas
dan meningkatkan fleksibilitas penumpang serta membantu agen perjalanan dalam membuat
perubahan - perubahan dalam jadwal perjalanan
perkembangan teknologi informasi, kini Internet muncul sebagai alternatif sistem distribusi
informasi travel.
Internet merupakan medium yang sempurna untuk menjual paket perjalanan, karena
internet mampu membawa jaringan supplier yang luas dan basis customer yang besar ke sebuah
market place terpusat e-travel merupakan proses pemesanan
kebutuhan travel yang dapat dilakukan secara online yang terhubung melalui situs web (website)
perusahaan atau maskapai yang sudah menerapkan sistem e-travel. Tidak hanya dapat
melakukan pemesanan, akan tetapi beberapa perusahaan juga telah menyediakan proses payment
atau sistem pembayaran melalui website yang telah tersedia sehingga proses e-commerce
tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya. e-travel sangat banyak memberikan kemudahan
bagi para pelanggan dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam melakukan proses
travel seperti memperoleh informasi mengenai jadwal penerbangan, pembelian tiket pesawat,
Menurut Bill (2003), perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang travel semakin
terus berkembang dengan hadirnya teknologi yang maju di dunia bisnis seperti internet. Menurut
Jenn (2007 : 774), selain internet, networking (jaringan) juga merupakan aspek penting bagi
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Jadi dengan adanya internet dan di dukung oleh
networking (jaringan) yang luas, semua aktivitas perusahaan dapat dipermudah dan memberikan
banyak keuntungan baik untuk pihak perusahaan maupun para pelanggannya.
Pada sisi lain bagi perusahaan atau maskapai penerbangan juga memperoleh keuntungan
dari diterapkannya sistem e-travel pada salah satu proses bisnis mereka. Di antara keuntungan
tersebut adalah promosi online, pengurangan pegawai dalam penjualan tiket, dan juga membantu
dalam mengurangi biaya cetak tiket konvensional (Jati, 2012).
Menurut Jati (2012) beberapa keuntungan yang bisa didapatkan dalam penggunaan
aplikasi e-ticket adalah:
a. Proses reservasi/booking dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.
b. Data transparan dan langsung dari airline.
c. Proses reservasi/booking langsung dilakukan dari sistem airline.
d. Dapat mencetak tiket sendiri dan dapat langsung digunakan.
e. Pembayaran melalui transfer antar bank, sehingga lebih mudah, cepat, dan akurat.
f. Tiket dapat dijual kembali dengan orang lain sesuai dengan harga pasar.
Menurut Jati (2012) Namun dibalik keuntungan dari e-ticket juga terdapat beberapa
kelemahan dari e-ticket diantaranya adalah:
a. Belum semua orang bisa mengerti internet, artinya belum tahu cara mengoperasikan
internet itu sendiri.
c. Belum semua orang mengetahui bagaimana cara memesan tiket secara online, agar
terhindar dari penipuan.
Oleh karena itu, maka pada zaman sekarang sudah semakin banyak biro perjalanan atau
travel agency yang melengkapi layanan dengan memberikan dukungan berupa sistem online
untuk pemesanan tiket perjalanan bagi para calaon penumpang.
2.1.4 Kepercayaan
Kepercayaan merupakan hal yang sangat penting dalam membantu mengatur
kompleksitas, membantu mengembangkan kapasitas aksi, meningkatkan kolaborasi dan
meningkatkan kemampuan pembelajaran organisasi. Kunci penting dalam membangun
kepercayaan yang tinggi dalam organisasi adalah pencapaian hasil, bertindak secara integritas,
dan pendemonstrasian perhatian. Peningkatan tingkat kepercayaan membutuhkan keseimbangan
dari hal-hal penting yang telah disebutkan di atas, meskipun ada konflik di antara para pihak di
dalam organisasi. Tindakan penyeimbangan membutuhkan desain organisasi yang dapat
mendukung kepercayaan, baik struktur organisasi maupun budaya tidak formal (Shaw,1997).
Banyak ahli yang telah mendefinsikan kepercayaan. Dalam konteks e-commerce,
Anderson dan Narus,1990 (dalam Rusdin, 2007) mendefinisikan kepercayaan merupakan
keyakinan suatu perusahaan terhadap perusahaan lainnya bahwa perusahaan lain tersebut akan
memberikan outcome yang positif bagi perusahaan.
Mayer (1995) memberikan definisi kepercayaan dalam definisi yang lain dinyatakan
sebagai keinginan suatu pihak untuk menjadi pasrah atau menerima tindakan dari pihak lain
berdasarkan pengharapan bahwa pihak lain tersebut akan melakukan sesuatu tindakan yang
penting bagi pihak yang memberikan kepercayaan, terhadap kemampuan memonitor atau
kepercayaan sebagai sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku kooperif yang
berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang sama.
Sementara itu, Moorman et al ,1999 (dalam Rusdin, 2007) mengemukakan definisi
tentang kepercayaan yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas serta menjelaskan adanya
pernyataan antara kedua belah pihak yang terlibat dalam suatu hubungan. Salah satu pihak
dianggap berperan sebagai controlling assets (memiliki sumber-sumber, pengetahuan) sementara
pihak lainnya menilai bahwa berbagi penggunaan sumber-sumber tersebut dalam suatu ikatan
akan memberikan manfaat. Keyakinan pihak yang satu terhadap pihak yang lain akan
menimbulkan perilaku interaktif yang akan memperkuat hubungan dan membantu
mempertahankan hubungan tersebut. Perilaku tersebut akan meningkatkan lamanya hubungan
dengan memperkuat komitmen di dalam hubungan. Pada akhirnya, kepercayaan akan menjadi
komponen yang bernilai untuk menciptakan hubungan yang sukses. Kepercayaan tersebut juga
mengurangi risiko dalam bermitra dan membangun hubungan jangka panjang serta
meningkatkan komitmen dalam berhubungan.
2.1.5 Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use)
Persepsi kemudahan penggunaan merupakan tingkatan di mana seseorang percaya bahwa
teknologi tersebut mudah untuk dipahami (Davis, 1989). Menurut Adam, et al. (1992), intensitas
penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga dapat menunjukkan
kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem
tersebut lebih dikenal, serta lebih mudah untuk dioperasikan oleh penggunanya.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemudahan penggunaan akan
mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) seseorang dalam mempelajari sistem. Perbandingan
akan bekerja lebih mudah bila dibandingkan dengan orang yang bekerja tanpa menggunakan
sistem yang lama. Pengguna percaya bahwa teknologi informasi yang lebih fleksibel, mudah
dipahami, dan mudah dalam pengoperasiannya (comportible) merupakan karakteristik
kemudahan penggunaan.
Davis (1989) memberikan indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi antara
lain:
1. Sistem sangat mudah untuk dipelajari.
2. Sistem dapat mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna.
3. Keterampilan pengguna akan bertambah dengan menggunakan sistem tersebut.
4. Sistem sangat mudah untuk dioperasikan.
2.1.6 Persepsi Manfaat (Perceived Usefulness)
Persepsi Manfaat didefinisikan sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa
dengan menggunakan suatu teknologi akan mampu meningkatkan kinerja dalam bekerja (Davis,
1989). Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa manfaat dari penggunaan e-ticket
dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan, dan memberikan kepuasan bagi orang yang
menggunakannya. Menurut Thompson, et al. (1994) kemanfaatan teknologi informasi
merupakan manfaat yang diharapkan bagi pengguna teknologi informasi dalam melaksanakan
tugasnya. Pengukuran manfaat tersebut berdasarkan frekuensi penggunaan dan
diversitas/keragaman aplikasi yang dijalankan.
Menurut Wijaya (2005) persepsi pengguna terhadap manfaat teknologi dapat diukur dari
beberapa faktor sebagai berikut:
1. Penggunaan teknologi dapat meningkatkan produktivitas pengguna.
3. Penggunaan teknologi dapat meningkatkan efisiensi proses yang dilakukan pengguna.
Sedangkan Chin dan Todd (1995) membagi menjadi dua kategori yaitu: kemanfaatan dan
efektivitas, dengan dimensi masing-masing yang dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kemanfaatan meliputi dimensi: (1) Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job
easier), (2) Bermanfaat (usefulness), (3) Menambah produktivitas (increase
productivity).
2. Efektivitas meliputi dimensi: (1) Mempertinggi efektivitas (enchance my
effectiveness), (2) Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve my job performance).
2.1.7 Minat Perilaku Pengguna (Behavioral Intention to Use)
Minat perilaku pengguna merupakan betuk sikap atau perilaku yang cenderung untuk
tetap menggunakan suatu teknologi (Davis, 1989). Tingkat pengguna sebuah teknologi komputer
pada seseorang dapat diprediksi dari sikap dan perhatian pengguna terhadap teknologi tersebut,
misalnya keinginan dalam menambah peripheral pendukung, motivasi untuk tetap terus
menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lai. Menurut Hermawan (dalam
Suseno, 2009) mendefinisikan minat perilaku pengguna teknologi (behavioral intention to use)
sebagai minat (keinginan) seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amoroso dan Gardner (2009) menggunakan 9
(sembilan) variabel penelitian yaitu: Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahaan Penggunaan,
Sikap Terhadap Penggunaan, Minat Perilaku, Jenis Kelamin, Pengalaman, Kerumitan,
Kesukarelaan dan Penggunaan Sesungguhnya. Hasil yang diperoleh penelitian ini adalah
variabel yang mempengaruhi Persepsi Kegunaan terhadap internet, Kesukarelaan dan
Pengalaman mempunyai pengaruh terhadap Minat Perilaku terhadap penggunaan internet,
Kerumitan menggunakan internet mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Persepsi
Kegunaan dan Jenis Kelamin mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan (Persepsi Kegunaan
dan Persepsi Kemudahan).
Penelitian yang dilakukan oleh Bandyopadhyay dan Fraccastoro (2007) dengan judul The
Effect of Culture on User Acceptance of Information Technology, dan penelitian ini
menggunakan 4 (empat) variabel penelitian yaitu: performance expectancy, effort expectancy,
scial influence dan behavioral intention. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
performance expectancy, effort expectancy dan social influence berpengaruh positif terhadap
behavioral intention.
Penelitian yang dilakukan oleh Donald L Amoroso (2007) dengan judul Analisis Faktor –
faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Online, dan penelitian ini menggunakan 5 (lima) variabel
penelitian yaitu: Pembelian Online, Privasi, Kepercayaan, Persepsi Resiko dan kepuasan. Hasil
yang diperoleh dari penelitian ini adalah: terdapat pengaruh yang positif antara privasi,
kepercayaan, persepsi resiko dan kepuasan terhadap pembelian online.
Penelitian yang dilakukan oleh Dasgupta (2007) dengan judul User Acceptance of case
tools in system Analysis and Design : An Empirical Study dan penelitian ini menggunakan 6
(enam) variabel penelitian yaitu: performance expectancy, effort expectancy, social influence dan
faciliting conditions dan behavioral intention, use behavior. Hasil yang diperoleh dari penelitian
ini adalah: Effort expectancy tidak berpengaruh signifikan terhadap behavioral intention,
Penelitian yang dilakukan oleh Indrakusuma dan Ellitan (2008) dengan judul Analisis Multi
Atribut Yang Mempengaruhi Preferensi Belanja Online Produk Tiket Pesawat di Kalangan
Mahasiswa UKMWS, dan penelitian ini menggunakan 5 (lima) variabel penelitian yaitu:
Preferensi Belanja Online, Preferensi Konsumen, Online Tiket, Analisis Atribut dan Multi
Atribut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Hanya variabel waktu yang berpengaruh
signifikan terhadap prefernsi belanja, hasil tersebut dapat berubah apabila sampel yang
digunakan berbeda. Hal ini disebabkan keterbatasan sampel yang digunakan hanya dari kalangan
Mahasiswa UKMWS.
Penelitian yang dilakukan oleh Suseno (2009) dengan judul Evaluasi Perilaku
Penerimaan Karyawan Terhadap Penggunaan Sistem E-Tiket di PT.KAI dan penelitian ini
menggunakan 4 (empat) variabel penelitian yaitu: Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahaan
Penggunaan, Sikap Terhadap Penggunaan dan Pengalaman. Hasil yang diperoleh dari penelitian
ini adalah: Pengalaman (experience) tidak berpengaruh signifikan terhadap konstruk persepsi
kegunaan (usefulness), Pengalaman (experience) berpengaruh signifikan dengan persepsi
kemudahan penggunaan (ease of use), Kerumitan (complexity) berpengaruh signifikan terhadap
konstruk persepsi kerumitan, penggunaan sesungguhnya kemudahan penggunaan (ease of use),
Kerumitan (complexity) tidak berpengaruh signifikan terhadap konstruk persepsi kegunaan
(usefulness).
Penelitian yang dilakukan oleh Nelvia dan Harahap (2009), menggunakan 4 (empat)
variabel penelitian yaitu: Perceived Ease Of Use (PEOU), Perceived Usefulness (PU), Intention
to Use (ITU), Actual Use Behavior (AUB). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
Kemudahan penggunaan (PEOU) mempunyai pengaruh terhadap penggunaan (PU), Penggunaan
berpengaruh terhadap penggunaan senyatanya, Kemudahan penggunaan (PEOU) tidak
mempunyai pengaruh terhadap keinginan untuk menggunakan (ITU).
Judul penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat dilihat lebih jelas
pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Amoroso dan
Donald L Amoroso case tools in system Analysis and Design:
penggunaan sesungguhnya kemudahan
penggunaan (ease of use)
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut:
H1
H2
H3
H3
H4
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual pada gambar 2.2 ditentukan bahwa dengan menerapkan
persepsi kemudahaan penggunaan suatu teknologi rasa kepercayaan akan lebih tinggi daripada
yang tidak, dengan persepsi manfaat yang besar juga dapat membantu meningkatkan rasa
kepercayaan yang tinggi, dan sebagai tambahan penelitian ini juga meneliti hubungan minat
perilaku penggunaan dari suatu teknologi juga mempengaruhi tingkat rasa kepercayaan.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual di atas dapat dirumuskan hipotesis
penelitiannya yaitu:
H1 : Persepsi Kemudahan Penggunaan berpengaruh positif secara signifikan positif Persepsi Kemudahan
Penggunaan
Persepsi Manfaat
Minat Perilaku Penggunan
H2 : Persepsi Manfaat berpengaruh positif secara signifikan terhadap Kepercayaan
H3 : Minat Perilaku Penggunaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap
Kepercayaan
H4 : Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Manfaat, Minat Perilaku Penggunaan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang menghubungkan dua
variabel atau lebih untuk melihat pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya (Ginting dan
Situmorang, 2008:57). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif karena arah dan fokus ini ialah uji teoritik, yang tiap tahap mengutamakan rumus,
penggunaan instrumen kuesioner dan data statistik (Ginting dan Situmorang, 2008:89-90).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penelitian
dimulai pada minggu keempat bulan Februari 2012 dan direncanakan akan berakhir pada akhir
Analisis
Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas
dan menganalisis permasalahan yang ada di dalam penelitian. Batasan operasional dalam
penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini hanya menggunaakan 3 variabel bebas, yaitu : Persepsi Kemudahan
Penggunaan, Persepsi Manfaat dan Minat Perilaku Penggunaan. Dikarenakan variabel
bebas yang digunakan merupakan faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam
pembelian e-ticket secara online.
2. Objek penelitian ini hanya dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara. Dikarenakan sampel penelitian hanya dilakukan pada Mahasiswa FE – USU.
3.4 Definisi Operasional & Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel perlu memperhatikan definisi teoritiknya dan kebutuhan
kondisi teknik di lapangan. Jadi, perlu memperhatikan keterkaitan dengan standarisasi
pengukuran misalnya : pengertiannya, bagaimana cara mengukur, apa alat ukurnya, dan kriteria
hasil pengukuran.
Persepsi Manfaat atas apa yang diterima dan dikorbankan
Sumber : Johanes Indrakusuma dan Lena Ellitan (2008), Donald L. Amoroso (2007)
3.5Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. populasi juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu (Sugiyono, 2001: 55). Populasi dalam
penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3.5.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2009:103).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sample
ini menggunakan teknik non probability sample karena jumlah populasi dari pelanggan
elektronik tiket yang pernah membeli tiket secara online untuk dijadikan sebagai sampel belum
diketahui. Dalam penelitian ini, teknik non probability sample yang dipakai adalah judgement
sampling. Judgement sampling adalah sampel dipilih berdasarkan penilaian ini bahwa dia adalah
pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Judgement sampling umumnya
memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “rich information”. Misalnya dalam menduga Persepsi Kemudahan Penggunaan Persepsi Manfaat dan Minat
Perilaku Penggunaan yang digunakan untuk memprediksi tingkat kepercayaan, berdasarkan
pertimbangan dan tujuan tertentu dalam pemilihan pemanfaatan dan penggunaan teknologi.
3.6 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
1. Data primer : data yang diperoleh secara langsung dari responden sebagai jawaban atas
kuesioner yang telah disebarkan.
2. Data Sekunder : data yang dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder ini diperoleh
melalui studi pustaka, internet,dan literatur yang mendukung penelitian.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat digunakan alat pengumpul data yang tepat. Dalam
penelitian ini, digunakan dua metode pengumpulan data, yaitu:
Daftar Pertanyaan (Kuesioner) Merupakan pertanyaan tertulis dalam lembar formulir yang
dibagikan secara langsung untuk memperoleh jawaban dan informasi atas masalah yang diteliti.
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terstruktur, dimana jawaban pertanyaan yang
diajukan kepada responden sudah disediakan. Responden yaitu konsumen yang pernah
3.8 Uji Kualitas Data
Sebelum instrumen penelitian digunakan maka terlebih dahulu diadakan uji validitas dan
reliabilitas:
3.8.1 Uji Validitas Data
Validitas merupakan ukuran yang benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Semakin
tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut semakin mengenai sasarannya, atau semakin
menunjukan apa yang seharusnya diukur. Jadi, validitas menunjukan ketepatan dan kecermatan
tes dalam menjalankan fungsi pengukurannya. (Rochaety, 2007 : 57). Instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Untuk menguji
validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antar bagian-bagian dari alat ukur secara
keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang
merupakan jumlah tiap skor butir.
Kriteria dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut:
a. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid.
b. Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid. 3.8.2 Uji Realibilitas Data
Instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2007:110). Uji
reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel
atau konstruk, suatu kuesioner dapat dapat dikatakan reliabel/handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten/stabil dari waktu ke waktu. Suatu konstruk/variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha (α) > 0.60 dan dikatakan tidak reliabel
Pertanyaan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas, maka akan ditentukan
reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika r alpha positif atau > dari r tabel maka pertanyaan reliabel.
b. Jika r alpha negatif atau < dari r tabel maka pertanyaan tidak reliabel.
3.9 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi, agar dapat perkiraan yang tidak bias dan efisiensi
maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:
3.9.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Uji statistik non-parametrik Kolmogrov-smirnov (K-S)
dapat digunakan untuk menguji normalitas residual. Data berdistribusi normal jika probabilitas
signifikannya diatas 0,05 (ghazali,2005).
3.9.2 Uji Heteroskedastisitas
Adanya varians variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai tertentu variabel
independen (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan pendekatan grafik maupun statistik dengan tujuan
pengambilan keputusan adanya varians yang sama. Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat
kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas
(Situmorang, et al 2008:76).
3.9.3 Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai tolerance kurang dari 0,10 atau sama dengan nilai VIF lebih besar
dari 10.
3.10 Uji Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh E-ticketing (variabel independen) terhadap Kepercayaan
(variabel dependen)maka dilakukan pengujian dengan menggunakan:
3.10.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika Koefisien Determinasi (R2) semakin besar
(mendekati satu) menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y dimana 0 < R2 < 1.
Sebaliknya, jika R2 semakin kecil (mendekati nol), maka akan dapat dikatakan bahwa pengaruh
variabel bebas adalah kecil terhadap variabel terikat. Hal ini berarti model yang digunakan tidak
kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat (Hakim,
2008).
3.10.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji model penelitian dan tidak digunakan untuk menguji
hipotesis, namun digunakan mengetahui apakah modelnya fit atau tidak. Dasar pengembalian
keputusan berdasarkan probabilitas signifikan uji F adalah sebagai berikut: Jika probabilitas
signifikan uji F < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut fit atau sesuai. Jika
probabilitas signifikan uji F ≥ 0,05 maka dapat disimpulakan bahwa model tersebut tidak fit atau
3.10.3 Uji Signifikan Parsial (Uji T)
Uji T digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap
masing-masing variabel terikat, yaitu sebagai berikut:
1. H0 : B1 = B2 = B3 = 0, (perceived ease of use, perceived usefulness, behaviour
intention to use tidak berpengaruh positif terhadap trust atau kepercayaan untuk para
pengguna Internet di sistem e-commerce).
2. H1 : B1 = B2 = B3 = 0, (perceived ease of use, perceived usefulness, behaviour
intention to use berpengaruh positif terhadap trust untuk para pengguna Internet di
sistem e-commerce).
3. Kriteria pengambilan keputusan adalah:
H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α= 5%
H0 ditolak jika t hitung > t tabel pada α= 5% (Hakim, 2008).
3.10.4 Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam analisis regresi berganda, menurut Djarwanto (1996;176) beberapa variabel
penjelas (variabel Independen) digunakan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen,
sehingga analisis regresi linier berganda yang digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 +β3X3 + є
Keterangan:
Y : Kepercayaan
α : konstanta
β : koefisien regresi
X1 : Perceived ease of use
X3 : Behaviour intention to use
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa yang pernah melakukan transaksi secara
online. Di mana karakteristik responden diindentifikasi berdasarkan jenis kelamin, frekuensi
responden bertransaksi melalui e-commerce, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan/status, tingkat
penghasilan, frekuensi responden bertransaksi, tempat responden bertransaksi, waktu responden
bertransaksi, cara responden bertransaksi melalui internet, fasilitas responden bertransaksi
melalui internet, manfaat responden bertransaksi melalui internet, produk yang sering dibeli
responden melalui internet, dan alasan responden bertransaksi melalui internet.
Data yang diperoleh yaitu hasil dari penyebaran kuesioner dan hasil pengumpulan data ini
selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian. Untuk meningkatkan ketelitian
dari hasil penelitian, maka sampel yang digunakan sebanyak 147 responden.
Kuesioner Jumlah
Kuesioner yang disebar
Kuesioner yang tidak dikembalikan
150 (3) Total kuesioner yang dapat diolah 147
4.2 Analisis Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Deskriptif Responden
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Tabel 4.1 dapat diketahui proporsi responden berdasarkan jenis kelamin adalah
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Responden Persentase
Laki – laki 40 27,2 %
Perempuan 107 72,8 %
Jumlah 147
Berdasarkan Tabel 4.1. mayoritas responden yang diteliti adalah perempuan sebanyak
107 responden atau 72,8% sedangkan laki - laki sebanyak 40 responden atau 27,2%.
Berdasarkan keseluruhan tersebut terdapat kesenjangan dalam proporsi berdasarkan jenis
kelamin.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Bertransaksi Melalui Internet
Pada Tabel 4.2 dapat diketahui proporsi responden berdasarkan frekuensi bertransaksi
melalui internet sebagai berikut:
Tabel 4.2
Frekuensi Bertransaksi Melalui Internet Frekuensi Bertransaksi Responden Persentase
< 1 minggu 16 10,9 %
1 – 3 minggu 14 9,5 %
1 – 3 bulan 62 42,2 %
4 – 6 bulan 10 6,8 %
Tidak tentu 45 30,6 %
Jumlah 147 100 %
Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa komposisi responden berdasarkan frekuensi
bertransaksi adalah 16 responden atau 10,9% melakukan transaksi < 1 minggu, 14 responden
atau 9,5% melakukan transaksi antara 1-3 minggu, 62 responden atau 42,2% melakukan
transaksi antara 1-3 bulan, 10 responden atau 6,8% melakukan transaksi antara4-6 bulan, dan 45