• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV URGENSI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB IV URGENSI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

URGENSI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

I. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam

Manajemen Pendidikan Islam secara bahasa merupakan bangunan dari tiga kata, yaitu: manajemen, pendidikan dan Islam. Namun secara konseptual tidak ditemukan perbedaan yang ekstrim konsep manajemen umum dan manajemen Islam, sedang pendidikan Islam sudah menemukan terminologi tersendiri bahkan telah menjadi “bangunan ilmu” tersendiri.

Manajemen sangat bergantung pada orang yang mengartikannya. Perbedaan ini biasanya karena terdapat perbedaan latar belakang pendidikan, objek kajian, dan latar sosial para ahli secara sederhana.

Manajemen merupakan usaha atau tindakan ke arah pencapaian tujuan, sistem kerja sama, dan melibatkan secara optimal kontribusi orang-orang, dana, fisik dan sumber- sumber lainnya. Dalam pendidikan manajemen adalah aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pendidikan menurut Islam mengembangkan, melatih, mengfungsionalkan serta mengoptimalkan fungsi-fungsi macam-macam alat manusia yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt, secara integral sebagai manisfestasi dari rasa syukur kepada-Nya.

Manajemen Pendidikan Islam adalah aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan,1 serta suatu proses kerja sama yang sistematik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan pendidikan Nasional.2 Dalam

1

Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), Cet. 1, hlm. 4.

2

(2)

konteks pendidikan Islam, sumber pendidikan Islam dan tujuan pendidikan Islam.

Tujuan pendidikan Islam yaitu menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis supaya dapat menguasai potensi tertentu, agar ia dapat mencapai rezeki dalam hidup di samping memelihara segi keruhanian, serta keseimbangan pertumbuhan dari pribadi muslim secara menyeluruh. Melalui akal pikiran, kecerdasan, dan panca indera, sehingga memiliki kepribadian yang terintegrasi, mulia dan utama sehingga terbentuklah insan kamil bermental sehat yang dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt serta dapat merasakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Produktivitas dan kepuasan, seperti peningkatan mutu pendidikan /kelulusan, pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan daerah/ nasional, tanggung jawab sosial. Dengan ketaqwaan, akhlak al-karimah yang tercermin dalam sikap tingkah laku sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, adalah sebagai tujuan manajemen pendidikan Islam.

Manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan kelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan .

(3)

Dalam pendidikan bersekala mikro (tingkat sekolah), proses pendidikan adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian pemaduan input madrasah (guru, siswa, uang, kurikulum, peralatan, dll.) dilakukan secara harmonis, sehingga menciptakan situasi pembelajaran yang mampu mendorong motivasi minat belajar dan memperdayakan peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan saja. Pengetahuan tersebut juga menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, serta lebih penting lagi mampu mengembangkan diri.

Output (keluaran) pendidikan adalah merupakan kinerja madrasah. Kinerja ini dapat diukur dengan kualitasnya, efektivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moralnya. Output dapat dikatakan bermutu jika prestasi siswa tersebut menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam 1) prestasi akademik; nilai ulangan umum, UAN, karya ilmiah, lomba-lomba akademik; 2) prestasi non akademik, seperti iman taqwa, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesenian, dan kegiatan ekstrakurikuler yang lain.

Outcame (hasil) pendidikan adalah dampak output setelah

dikeluarkan. Dampak tersebut merupakan ukuran dari hasil pendidikan dalam dunia kerja sesuai dengan kosentrasi pendidikan yang diperoleh, seperti lulusan Fak. Tarbiyah menjadi guru, SPK menjadi perawat, dll.

(4)

B. Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan Islam

Fungsi manajemen pendidikan Islam tidak berbeda dengan fungsi manajemen pada umumnya. Kalaupun ada, perbedaan itu terletak pada substansinya. Fungsi manajemen pendidikan Islam antara lain: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.

1. Perencanaan

Perencanaan selalu terkait dengan masa depan, dan masa depan selalu tidak pasti. Banyak faktor yang berubah dengan cepat. Tanpa perencanaan lembaga pendidikan Islam akan kehilangan kesempatan dan tidak dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang ingin dicapai, dan bagaimana mencapainya. Karena sering kali dilakukan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan tanpa adanya perencanaan. Kesulitan tersebut dapat berupa penyimpangan arah dari tujuan, pemborosan dana yang mengakibatkan gagalnya semua kegiatan dalam mencapai suatau tujuan.

Perencanaan adalah penentuan secara matang dan cerdas tentang apa yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan.

Perencanaan merupakan suatu proses berpikir sebelum kita melakukan sesuatu . Ini berarti bahwa semua pekerjaan harus diawali dengan perencanaan.3

(5)

kebetulan, sebagai hasil pemikiran yang matang dan cerdas yang bersumber dari hasil eksplorasi sebelumnya; (3) perencanaan memerlukan tindakan, baik oleh individu maupun organisasi yang melaksanakannya; dan (4) perencanaan harus bermakna, maksudnya dengan perencanaan usaha-usaha yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya menjadi lebih efektif

dan efesien.

Dari hal demikian, perencanaan pendidikan adalah suatu kegiatan melihat masa depan dalam menentukan kebijakan, prioritas, dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial dan politik untuk mengembangkan sistem negara dan anak didik dalam hal tersebut. Secara lebih spesifik perencanaan pendidikan adalah penggunaan analisis yang bersifat rasional dan sistematik terhadap proses pengembangan pendidikan yang bertujuan untuk menjadikan pendidikan menjadi lebih efektif dan efesien dalam menghadapi kebutuhan tujuan.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. 4 (QS. Al Hasyr: 18)

Perencanaan pendidikan lembaga pendidikan Islam pada umumnya meliputi kegiatan perumusan tujuan, pemilihan program untuk mencapai tujuan, dan identifikasi dan pengarahan sumber yang

4

Mahmud Noor, Al Qur’an al Karim dan Terjemahnya Departemen Agama RI,

(6)

jumlahnya selalu terbatas. Secara praktis perencanaan biasanya dilakukan guna penerimaan murid baru, kurikulum, fasilitas pendidikan dan dana.

Kondisi perencanaan pendidikan Islam sementara ini belum mengembirakan. Secara umum belum banyak lembaga pendidikan Islam yang mampu menerapkan fungsi perencanaan dengan baik. Perencanaan pendidikan Islam sementara ini masih sekedar responsi dan reaksi

terhadap peristiwa atau kondisi tertentu, sehingga sekedar merupakan kebetulan dan belum disadari. Di samping itu kebanyakan perencanaan tersebut tidak tertulis, sehingga biasanya berhenti bersama wafatnya pemimpin. Lebih dari itu perencanaan terkesan miskin data, sehingga terkesan dangkalatau sulit dilakukan.

Berdasarkan urain di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Bahwa keberhasilan pelaksanaan suatu kegitan sangat ditentukan oleh baik buruknya perencanaan.

b. Perencanaan harus memandang atau meramalkan kejadian dimasa yang akan mendatang, berdasarkan kenyatan objektif yang ada pada masa sekarang dan masa lalu;

c. Perencanaan harus diarahkan pada tercapaianya suatu tujuan, sehingga bila terjadi kegagalan dalam pelaksanaan, maka kemu kinan besar penyebabnya adalah kurang sempurnanya perencanaan; d. Perencanaan harus memikirkan anggaran, kebijakan, prosedur,

metode, dan kreteria-kreteria untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pengorganisasian

(7)

perencanaan yang telah tersusun secara matang dan ditetapkan berdasarkan perhitungan tertentu, tentunya tidak dengan sendirinya mendekatkan pada tujuan yang hendak dicapai. Untuk merealisasikan suatu rencana ke arah tujuan, memerlukan pengaturan-pengaturan yang tidak saja menyangkut wadah dimana kegiatan-kegiatan itu dilaksanakan namun juga aturan main yang harus ditaati oleh setiap orang dalam organisasi dalam kerjasama mencapai tujuan.

Dalam lembaga pendidikan Islam, pengorganisasian sementara ini cenderung terpusat pada beberapa personal yang biasanya direpresentasikan pada keluarga yayasan (kyai). Organisasi dibentuk bukan berdasakan komitmen kerja; tidak ada discription yang jelas, sehingga sering tumpang tindih; struktur terkadang dimunculkan bukan karena fungsi dan kebutuhan kerja tetapi sekedar menampung orang; dan lain-lain. Karena itu dalam lembaga pendidikan Islam sulit sekali ditemukan team work yang kuat, kalaupun ada biasanya terbatas pada generasi tertentu.

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dicipkan team work yang kuat dengan pembagian wewenang antar unit kerja serta struktur yang berdasrkan fungsi dan kebutuhan kerja. Struktur organisasi hendaknya merupakan cerminan semua pekerjaan terbagi habis dan dikerjakan sesuai keahlian masing-masing.

Firman Allah SWT ;

( ) * + , -.

Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. ( QS. Al An’am: 132) 5

5

(8)

Namun Islam tidak diawali hanya sekedar iman yang dokmatis tapi keberadaan akal yang eksis. Bahkan lebih jauh lagi taqlik buta kepada satu pendapat tidak diperkenankan, dialog dan musyawarah yang demokratis sangat utama.

3. Penggerakan

Penggerakan merupakan fungsi manajemen yang kompleks dan ruang lingkupnya cukup luas serta berhubungan erat dengan sumber daya manusia. Penggerakkan dalam lembaga pendidikan Islam terkait langsung dengan perilaku manusia, motivasi, kepemimpinan, dan komunikasi. Dalam membina kerjasama, mengarahkan dan mendorong kegairahan kerja, pemimpin perlu memahami perilaku personal yang diberi tugas. Fungsi lembaga pendidikan Islam sementara ini tergolong baik, pergerakan khususnya dalam pesantren karena dilandasi oleh nilai-nilai ibadah, keteladanan dan kharisma dari kyai, pemimpin dan guru-guru pesantren.

Oleh karena itu, sering ditemui fungsi penggerakan di lembaga pendidikan Islam melampaui pridiksi ilmiah. Seluruh potensi lembaga pendidikan Islam menjalankan aktivitas berdasarkan komitmen ibadah

lillahi ta’ala dan dalam rangka mencari ridha kyai (pemimpin), yang

populer disebut “barakah”.

(9)

4. Pengawasan.

Fungsi pengawasan merupakan aktivitas untuk melihat segala kegiatan yang dilaksanakan, apakah telah sesuai dengan rencana yang digariskan. Fungsi ini juga merupakan hal yang penting untuk menentukan rencana yang akan datang. Tanpa pengawasan tidak akan diketahui adanya penyimpangan-penyimpangan dari rencana yang telah digariskan dan juga tidak akan dapat menyusun rencana kerja yang lebih baik sebagi hasil dari pengalaman yang lalu.

Pengawasan merupakan aktivitas pengamatan untuk mengetahui sampai dimana pelaksanaan rencana kerja yang telah dirumuskan sebelumnya. Jika ditemukan kekurangan atau hambatan dapat dilakukan perbaikan-perbaikan. Pengawasan juga merupakan kerja membimbing dan mengarahkan personal-personal agar dapat bekerja secara baik, mencegah adanya penyimpangan, sehingga mempermudah tercapainya tujuan.

Pengawasan secara praktis adalah seperangakat kerja pelaporan tentang aktivitas kerja yang dilakukan dalam pencapaian tujuan. Dalam pelaporan dikemukakan faktor-faktor pendukung dan hambatan kerja, sehingga memudahkan usaha perbaikan. Untuk mencapai fungsi pengawasan yang baik, diperlukan mekanisme pelaporan yang jelas dan kemampuan komunikasi yang baik dari pimpinan.

Fungsi pengawasan di lembaga pendidikan Islam tergolong lemah. Mekanisme pengawasan biasanya didasarkan kepercayaan. Sistem pelaporan kerja sekedar lisan. Standar yang digunakan tidak kongkrit, sehingga pencapaian tujuan menjadi kurang optimal.

Firman Allah SWT;

/ 0 ( 0 1

2 0

3 ,

4

-05 6 / 0 (

#

7+ $

&

(10)

Dan orang-orang yang mengambil perlindungan-perlindungan selain Allah, Allah mengawasi ( perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka.6 (QS. Asy Syuura: 6)

Dalam Al Qur’an pengawasan bersifat trasendental, jadi dengan begitu akan muncul tertib diri dari dalam. Itulah sebabnya di zaman generasi Islam pertama, motivasi kerja mereka hanyalah Allah kendatipun dalam hal-hal keduniawian yang saat ini dinilai cendeung sekuler sekalipun.

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikan harga beras yang mendadak di pasaran dunia pada tahun 2008 dilihat bukan berpunca akibat tekanan faktor endogen permintaan mahupun penawaran semata-mata, namun

Efektivitas fungsi pengawas sebagai internal auditor dalam pengawasan operasional LPD yang ada di Kecamatan Pupuan adalah enam LPD (35,29%) termasuk dalam

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh atau mengumpulkan data yang berhubungan dengan pengaruh audit operasional dan pengendalian persediaan terhadap efektivitas

Berdasar hasil uji nilai rata-rata yang disajikan pada lampiran 5 menujukan bahwa dari ke 5 data warna Saturation terdapat 2 data jenis daging sapi yang nilainya

Dengan demikian nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender dalam aspek ekonomi kaum ibu (bundo kandung) di Minangkabau mempunyai kedudukan yang istimewa tentang

Untuk mencerminkan upaya pelayanan publik yang baik sebagai bentuk reformasi birokrasi dalam pengelolan data dan informasi di bidang kesehatan, selanjutnya

Menurut Busse et al, 10 remaja yang berkomunikasi dengan teman tentang seks cenderung meningkatkan ke- jadian inisiasi seks pranikah di antara remaja berusia 14 – 16 tahun

Dalam rangka upaya peningkatan kinerja Inspektorat Utama yang berorientasi pada hasil (outcome) perlu ditetapkan rumusan Arah Kebijakan Pengawasan Tahun 2015-2019 sebagai pedoman