• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL AGROPOLITAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KTM LABANGKA KABUPATEN SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL AGROPOLITAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KTM LABANGKA KABUPATEN SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan wilayah secara nasional harus mewujudkan keseimbangan antar wilayah baik antara pusat dan daerah maupun antara wilayah perkotaan dengan wilayah pedesaan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pembangunan wilayah melalui pembangunan kawasan transmigrasi pada wilayah-wilayah di luar Pulau Jawa. Pembangunan transmigrasi pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan pembangunan daerah, sebagai upaya untuk mempercepat pembangunan terutama di kawasan yang masih tertinggal karena terisolasi yang sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan para transmigran dan masyarakat sekitar. Hal ini seperti tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2009 tentang Ketransmigrasian dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi, yang menyebutkan bahwa tujuan pembangunan transmigrasi adalah : meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya; peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.Selain itu, di dalam kedua peraturan perundangan tersebut juga menyatakan bahwa, ”Peningkatan dan Pemerataan Pembangunan Daerah dapat dilakukan melalui Pembangunan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru” di kawasan transmigrasi dan sekitarnya. Pembangunan transmigrasi dilaksanakan berbasis kawasan yang memiliki keterkaitan dengan kawasan sekitarnya membentuk suatu kesatuan sistem pengembangan ekonomi wilayah.

Mengacu kepada Undang-Undang tersebut di atas, sejak tahun 2006 telah dicanangkan pembangunan kawasan transmigrasi dengan model Kota Terpadu Mandiri (KTM) yang merupakan revitalisasi pengembangan permukiman transmigrasi yang sudah ada, sebagai upaya mempercepat terwujudnya pusat pertumbuhan baru atau mendukung pusat pertumbuhan yang telah ada atau yang sedang berkembang. Salah satu KTM yang terus didorong untuk menjadi pusat pertumbuhan baru, berada di Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah KTM Labangka.

Sebagai kawasan transmigrasi KTM Labangka memiliki fungsi sebagai pusat pengembangan permukiman dan pusat pengembangan ekonomi wilayah. Pengembangan ekonomi wilayah di KTM Labangka diwujudkan dalam bentuk pembangunan infrasruktur ekonomi dan penggalian potensi ekonomi yang berbasis pertanian. Potensi sumberdaya wilayah yang berbasis pertanian dengan komoditi unggulan jagung di KTM Labangka belum

(2)

dikembangkan secara komprehensif. Dukungan infrastruktur yang sudah cukup memadai belum diimbangi dengan model pengembangan wilayah yang tepat sehingga potensi yang dimiliki KTM Labangka yang diharapkan akan menjadi pusat pertumbuhan wilayah baru belum optimal. Kondisi tersebut mengakibatkan KTM Labangka sampai saat ini belum berkembang dan infrastruktur yang sudah terbangun menjadi terbengkalai dan cenderung rusak, sehingga dibutuhkan penanganan yang serius agar tujuan pembangunan kawasan transmigrasi untuk mensejahterakan masyarakat dapat terwujud.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penerapan model agropolitan di KTM Labangka menjadi sangat penting untuk dapat memecahkan permasalahan pengembangan wilayah yang terjadi. Konsep agropolitan merupakan siasat untuk pengembangan perdesaan yang antara lain dengan melakukan redistribusi tanah, kesesuaian lahan, land reform, mendesain tata guna lahan dan pembangunan infrastruktur. Pada dasarnya agropolitan merupakan strategi pembangunan pedesaan yang dipercepat dengan basis pada kegiatan pertanian. Menurut Badan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian salah satu syarat pengembangan agropolitan yaitu wilayah memiliki komoditi unggulan yang dapat dijadikan sebagai leading sector.

Penerapan model agropolitan di KTM Labangka akan menjawab permasalahan pengembangan wilayah di Kabupaten Sumbawa umumnya dan khususnya di KTM sendiri. Dengan demikian tujuan pembangunan KTM Labangka sebagai pusat pertumbuhan baru dapat tercapai dan sesuai dengan tujuan pembangunan nasional yaitu mensejahterakan kehidupan masyarakat.

1.2 Tujuan Penelitian

Dari uraian latar belakang di atas maka penelitian ini memiliki tujuan :

1. Memetakan potensi ekonomi wilayah yang ada di KTM Labangka untuk menunjang komoditi unggulan yang dimiliki;

2. Menentukan sentra-sentra industri pertanian yang akan dijadikan sebagai pusat pertumbuhan agribisnis

3. Menentukan wilayah pemasaran hasil komoditi pertanian di luar wilayah KTM Labangka

4. Membuat blueprint Model Agropolitan di KTM Labangka untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

5. Membuat Bussiness Plan dalam rangka mewujudkan penerapan model agropolitan di KTM Labangka

(3)

6. Menentukan kebijakan pembangunan yang tepat melalui penguatan kelembagaan di KTM Labangka.

1.3 Luaran Penelitian

Dari penelitian ini, luaran yang dihasilkan berupa :

1. Blueprint penerapan model agropolitan di KTM Labangka 2. Blueprint Bussiness Plan di KTM Labangka

3. Membuat publikasi ilmiah hasil penelitian baik dalam jurnal ilmiah maupun seminar di tingkat lokal maupun nasional.

1.4 Urgensi Penelitian

Penelitian ini memiliki keutamaan sebagai bahan kajian yang sangat menarik, karena akan menghasilkan sebuah model untuk pengembangan wilayah di kawasan transmigrasi, mengingat cukup banyaknya kawasan transmigrasi di Indonesia. Penelitian ini akan menjadi best practice untuk pengeambangan model agropolitan di kawanan transmigrasi di Indonesia.

1.5 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan proposal penelitian hibah bersaing ini terdiri dari 4 bab sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian, luaran yang dihasilkan, urgensi penelitian dan sistematika pembahasan;

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Membahas tentang pengertian dan konsep wilayah, teori pengembangan wilayah, konsep pengembangan ekonomi wilayah, keterkaitan desa-kota (rural urban lingkages) dan konsep pengembangan wilayah agropolitan;

Bab 3 Metode Penelitian

Berisi tentang pendekatan penelitian berupa bagan alir penelitian (fishbone diagram), lokasi penelitian, dan indikator capaian;

Bab 4 Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian penerapan model agropolitan untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan meliputi pendekatan penelitian, lokasi penelitian dan indikator capaian.

(4)

Bab 5 Hasil Pembahasan

Bab 5 berisi hasil pembahasan penelitian yang terdiri dari tinjauan regional kawasan, profil dan gambaran kondisi wilayah, potensi ekonomi wilayah, potensi sentra-sentra produksi, potensi wilayah pemasaran, kinsep pengembangan wilayah dan blueprint model agropolitan di KTM Labangka.

Bab 6 Rencana Tahapan berikutnya

Berisi tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan baik setelah penelitian yahun pertama ini selesai maupun rencana kegiatan yang akan dilakukan pada tahun ke-2 penelitian

Bab 7 Kesimpulan dan Saran

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran bagi penyempurnaan penelitian maupun keberhasilan implementasi dari penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa modul ajar media visual (filem pendek dan animasi ) pengujian bahan untuk pengembangan materi kuliah Pengetahuan Bahan

Kedatangan dan keberangkatan peti kemas direpresentasikan oleh variabel dan , untuk , dimana masing-masing, secara khusus antara lain: , , , dan adalah laju

(6) 4 (empat) buah sampul sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dimaksudkan untuk arsip Menteri, Penyelenggara Pos Milik Negara, museum pos, dan Pemohon atau instansi

1 dalyje nustatyta tvarka, kai prašymą atnaujinti procesą pateikia prokuroras, esantis šalimi (LR CPK 49 str., 365 str. Antruoju atveju įstatymų leidėjas įtvirtina nuostatą,

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di

Variabel faktor pribadi (X2) memiliki thitung sebesar 3,877 > ttabel 1,98. Dari uji ini dapat disimpulkan bahwa variabel faktor pribadi secara parsial berpengaruh terhadap

Dalam teknik ini perawat melakukan peran dan fungsinya untuk mendengarkan masalah yang dialami pasien baik pikirannya, perasaannya atau idenya, semua yang