Bab VI
CITA NEGARA DAN FAHAM INTEGRALISTIK
PANCASILA
adalah dasar negara Indonesia dan tujuan Negara diuraikan pada tempat buah alinea yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)1945.Pandangan “integralistik”mennurut rumusanSoepomo menyatakan bahwa:”teori yang dapat dinamakan teori integralistik”pada dasarnnya masih terbuka dan bukan harga mati.
HAKEKAT NEGARA INEGRALISTIK
Secara historis pandangan negara integralistik merupakan protes keras terhadap kejahatan penjajahan,dan tehadap individualisme yang dituduh
menjadi ideologi yang mendasarinya.Hal itu nampak dalam penjelasan Soekarno dan Soepomo pada tanggal 14 dan 15 juli 1945 pada waktu memberikan kata pengantar dan menjelaskan mengenai rancangan UUD
1945.
CITA NEGARA INTEGRALISTIK
UUD 1945 menganut cita negara integralistik yang sebutan resminya seperti yang tertera dalam pennjelasan UUD 1945 adalah “aliran pengertian Negara Persatuan”(Penjelasan UUD 1945,angka II,butir I)-Seperti kita ketahui ,Pembukaan UUD 1945 mengandung empat buah
pokok Pikiran(Penjelasan UUD 1945,angka II). MORAL NEGARA INTEGRALISTIK
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara,merupakan ideologi Negara dan juga moral Negara yang pola pelaksanannya dipancarkan keempat pokook pikiran,yakni:sebagai fundamen moral Negara yanng dipancarkan dari sila
pertama dann sila kedua,dan sebagai fundaamen politik negara yang dipancarkan dari sila ketiga,sila keempat dan sila kelima,selanjutnya pokok pikiran tersebut di jelmakan dalam pasal-pasalnya yang terdapat
dalam undang-undang dasar 1945 sebagai strategi pelaksanaannya. KEHIDUPAN AGAMA DAN NEGARA
Antara agama dan Negara tidak bisa bersatu,Krena antara agama dan negara mempunyai pernanan sendiri-sendiri untuk manusia sebagai
1. Ketahanan Dasar Filsafat Negara
Penjelasan secara tingkat istilah “Ketuhanan “yanng berarti suatu keyakinan manusi yang beriman dan mengakuan yang diwujudkan dalam
bentuk perbuatan perilaku manusia terhadap adanya suatu Dzat yang Maha Kuasa sebagai sang pencipta,yang dihubungkan dengan
pelaksanaan Pancasila,terutama pada sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yang diamalkan.
2. Hubungan Agama dan Ketuhanan
Manusi dalam kehidupan sebagai masyarakat dalam
bermasyarakatm,tidak lepas dari dua bentuk dan keindahan,dengan gaya dan caranya sendiri-sendiri sehingga antara agama dan negara secara
prinsipal berbda sama sekali.
Dari uraian diatas maka jelaslah bahwa Negara tidak boleh secara langsung memerintahkan agama ,melainkan harus memelihara pertumbuhan dan melindungi keamanan agama,serta melarang
pembuktian yg palsu sejauh merugikan umum.
Adapun bentuk-bentuk Negara atas dasar diakui dan tidaknya agama dalam suatu Negara itu,dapat dibedakann antara empat macam (Noor
Mr.Bahry ,1994:145-146)dengan beberapa uraian 1)Negara Atheis Ekstrim (misal negara komunis ) 2) Negara Atheis Sekularitis (misal negara liberal ) 3) Negara Theis Demokratis (misal negara Pancasila )
4) Negara Theis Theokratis (Negara Agama )
Perbedaan itu ditinjau dari segi pelaksanaan dan perkembangan agama dalam negara ketuhanan dan yang terpokok atas dasar enam hal :
A) Pelaksanaan Syari’at Agama B) Perundang-undangan Agama
D) Kebebasan memeluk Agama E) Pelaksanaan Pendidikan Agama