• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi perencanaan pengembangan ekowisata di Arboretum PT. Arara Abadi Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi perencanaan pengembangan ekowisata di Arboretum PT. Arara Abadi Provinsi Riau"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN EKOWISATA

DI ARBORETUM PT. ARARA ABADI PROVINSI RIAU

RIZQIAH MA’MUR

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

RIZQIAH MA’MUR

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(3)

RINGKASAN

RIZQIAH MA’MUR. Studi Perencanaan Pengembangan Ekowisata di Arboretum PT. Arara Abadi Provinsi Riau. Dibimbing oleh RICKY AVENZORA dan TUTUT SUNARMINTO.

Arboretum PT. Arara Abadi merupakan salah satu kawasan konservasi PT. Arara Abadi. Pengelolaan kawasan dilakukan sejak 1998 dan bertujuan untuk melindungi dan menyangga sumberdaya hutan dan air daerah sekitarnya, serta dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi, edukasi dan penelitian. Kawasan tersebut merupakan hutan alam yang memiliki sumberdaya alam hayati dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek ekowisata. Oleh karena itu, diperlukan penelitian perencanaan pengembangan ekowisata di kawasan tersebut yang bertujuan untuk mengidentifikasi aspek supply dan demand kawasan tersebut serta untuk menyusun konsep perencanaan pengembangan ekowisata melalui pendekatan supply, demand dan kebijakan.

Penelitian ini dilakukan di Arboretum PT. Arara Abadi, Kabupaten Siak, Provinsi Riau pada bulan Oktober hingga November 2009. Data yang diambil pada penelitian ini meliputi data sumberdaya wisata, sarana dan prasarana, aksesibilitas, manajemen pengelolaan, pengunjung dan masyarakat sekitar. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner, pengamatan lapang dan studi pustaka. Data kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif, analisis skoring dan analisis SWOT sehingga menghasilkan strategi dan konsep perencanaan pengembangan ekowisata.

Aspek supply Arboretum PT. Arara Abadi terdiri dari sumberdaya wisata, sarana dan prasarana, aksesibilitas serta masyarakat sekitar. Sumberdaya wisata terdiri dari keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwaliar, bentang alam dan atraksi gajah. Kawasan tersebut juga telah dilengkapi sarana dan prasarana penunjang wisata. Aksesibilitas menuju kawasan masih kurang baik. Masyarakat sekitar juga akan berpartisipasi secara aktif dan pasif dalam rencana pengembangan ekowisata.

Pengunjung Arboretum PT. Arara Abadi berasal dari berbagai kalangan. Tujuan utama kedatangan pengunjung adalah melihat keindahan alam. Menurut pengunjung, sumberdaya wisata masuk kategori biasa-baik dengan nilai sebesar 3,8 (skala 5), sarana dan prasarana juga masuk kategori biasa-baik dengan nilai 3,3 (skala 5) dan aksesibilitas menuju kawasan masuk kategori buruk-biasa dengan nilai sebesar 2,8 (skala 5). Kondisi aksesibilitas menuju kawasan tersebut merupakan hambatan terbesar bagi pengunjung.

Strategi-strategi pengembangan ekowisata yang dapat dilakukan di Arboretum PT. Arara Abadi adalah pemberdayaan masyarakat sekitar, menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait, mempromosikan kawasan, peningkatan pengamanan kawasan, peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana serta perbaikan aksesibilitas menuju kawasan. Strategi-strategi ini dapat diterapkan pada konsep perencanaan pengembangan ekowisata yang akan ditawarkan.

Terdapat empat konsep perencanaan pengembangan ekowisata yang ditawarkan. Berdasarkan pendekatan supply, dibuat konsep Jungle Exploration yang dapat ditawarkan kepada pengunjung usia anak-anak hingga dewasa. Berdasarkan pendekatan demand, terdapat konsep wisata terpimpin dan konsep wisata tidak terpimpin. Pada konsep wisata terpimpin perlu dilakukan penguatan kapasitas masyarakat sebagai pemandu kawasan dan pada konsep wisata tidak terpimpin perlu dilakukan pengadaan papan interpretasi dan pusat informasi bagi pengunjung. Berdasarkan pendekatan kebijakan, dibuat konsep EnvironmentalLearning Center bagi siswa-siswa yang ingin belajar mengenai hutan dan lingkungan. Konsep ini merupakan konsep yang paling mungkin diterapkan karena menekankan nilai pelestarian kawasan dan memberikan manfaat bagi pengunjung.

(4)

PT. Arara Abadi Riau Province. Supervised by RICKY AVENZORA and TUTUT SUNARMINTO.

Arboretum of PT. Arara Abadi is one of the conservation area that owned by PT. Arara Abadi. Management of this area has conducted since 1998 to protect sustainability of forest resources and water in surrounding area. Beside that, its can be used for recreation, education and research. This area consist of natural forests that have natural resources and potential for development as ecotourism object. Therefore, study is needed for ecotourism development planning in this area which aims to identify both of supply and demand of this area and to arrange the concept for ecotourism development planning through supply, demand and policy approach.

This study was conducted at Arboretum of PT. Arara Abadi, Riau Province from October to November 2009. Data collected in this study consist of tourism resources, facilities, accessibility, management, visitors and local communities. Data collected through questionnaires, observation and literature study. The data were analyzed with descriptive analysis, scoring analysis and SWOT analysis so that arranged strategy and the concept for ecotourism development planning.

Supply aspect of this area consist of tourism resources, facilities, accessibility dan local community. Tourism resources includes species diversity of plants and wildlife, scenery and elephant attraction. This area also been equipped with various facilities. The accessibility to area is currently still quite bad. Local community will participate for ecotourism development planning, either actively or passively.

Visitors come from various background. The main purpose of visitor is for sightseeing. Visitors asses that tourism resources are categorized as regular-good with the a value of 3.8 (scale 5), facilities are categorized as regular-good with the value of 3.3 (scale 5) and accessibility to this area are categorized as worst-regular with the value of 2.8 (scale 5). The condition of accessibility is the biggest obstacle for visitors.

Ecotourism development strategies that could be done at Arboretum of PT. Arara Abadi includes by empowerment of local communities, establish cooperation with relevant parties, promotion, increasing security of this area, improving the management of facilities and accessibility improvements. These strategies can be applied to the concept of ecotourism development planning.

There are four concepts that offer ecotourism development planning. Based on tourism supply approach, there is Jungle Exploration concept that made for all visitors from children to adult. Based on tourism demand approach, there are coach tour concept and self-guiding tour concept. For Coach Tour concept, the tour guide are needed to interpretate tourism resources on this area. On the other hand, Self-Guiding Tour concept offer interpretation board and information center for tourist. Based on policy approach, there is Environmental Learning Center concept for student who wants to learn about forest and environment. The last concept is the best concept that could be applied in Arboretum of PT. Arara Abadi because of emphasizing the value of conservation areas and provide benefits to visitors.

(5)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Studi Perencanaan Pengembangan Ekowisata di Arboretum PT. Arara Abadi Provinsi Riau adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga skripsi dengan judul Studi Perencanaan Pengembangan Ekowisata di Arboretum PT Arara Abadi Provinsi Riau berhasil diselesaikan. Penyusunan skripsi ini berdasarkan hasil penelitian lapang yang dilakukan selama dua bulan yaitu Oktober dan Nopember 2009. Skripsi ini adalah sebagai salah satu persyaratan kelulusan di Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini penting dilakukan mengingat salah satu fungsi hutan secara tidak langsung (intangible) yaitu sebagai kawasan ekowisata. Arboretum PT. Arara Abadi merupakan salah satu kawasan lindung berupa hutan yang dikelola oleh PT. Arara Abadi. Kawasan tersebut memiliki sumberdaya hutan yang berpotensi dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Perencanaan pengembangan ekowisata pada kawasan tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, khususnya bagi perusahaan dan masyarakat sekitar. Selain itu, perencanaan tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu upaya pelestarian sumberdaya Arboretum PT. Arara Abadi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan dan pengembangan penelitian selanjutnya. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amin.

Bogor, Februari 2011

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Februari 1987 sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Muhammad Soleh dan Djamilah. Penulis memulai pendidikan di TK Islam Nurussoleh Jakarta Timur (1991-1993). Pada Tahun 1993 penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Islam Alfathiyah Jakarta Timur dan lulus pada Tahun 1999. Pada Tahun 1999 hingga Tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 35 Jakarta Timur dan dilanjutkan di SMP Negeri 12 Bogor (2000-2002). Penulis menempuh pendidikan di SMU Negeri 2 Bogor dan lulus pada Tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis memilih program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Konservasi (HIMAKOVA) sebagai anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE) anggota kelompok Fotografi Konservasi (FOKA) dan anggota Biro Kewirausahaan. Penulis melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Leuweung Sancang-Kamojang pada Tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis juga mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan. Pada Tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek Umum Konservasi Eksitu (PUKES) di Kebun Raya bogor dan Taman Mini Indonesia Indah. Penulis pernah menjadi Ketua Panitia Pelatihan Kultur jaringan yang diselenggarakan oleh HIMAKOVA. Penulis juga menjadi Finalis Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) yang diselenggarakan oleh DIKTI di Unissula Semarang. Pada Tahun 2009 penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang dan Profesi (PKLP) di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau.

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan curahan rahmat-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis juga menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak lepas dari kerjasama, doa, nasehat dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.Sc.F selaku dosen pembimbing pertama dan Ir.

Tutut Sunarminto, M.Si selaku dosen pembimbing kedua yang senantiasa memberikan ilmu, arahan, motivasi, nasehat, serta waktu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dra. Sri Rahaju, M.Si, Dr. Ir. Sucahyo Sadiyo, MS dan Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas, M. Sc. F. Trop selaku dosen penguji komprehensif yang telah memberikan masukan dan nasehat kepada penulis.

3. Orangtuaku tercinta, Bapak Muhammad Soleh dan Ibu Djamilah atas doa, kasih sayang, dukungan, nasehat dan arahan hidup yang diberikan kepada penulis. Ketiga adikku tersayang, Itsnaini Khaerani, Nur Syamsiah dan Andini Hamidah yang selalu memberikan doa, tawa dan semangat kepada penulis.

4. Seluruh dosen dan Staf KPAP atas bimbingan dan pelayanan selama penulis menimba ilmu di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

5. PT. Arara Abadi untuk berbagai fasilitas yang telah diberikan selama penelitian.

6. Bapak Alias Abdul Jalil, Bapak Johannes Koto dan Bapak Robin Sihite selaku pembina di lapangan dari PT Arara Abadi, sekretaris dan seluruh staf yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran penelitian.

7. Para alumni KDH’39, Bambang Maghribi, Deny Widjaya, Agi Arga Atmaja dan Amir Hamzah yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian.

(9)

9. Serasi Marito Siregar yang telah bersedia berbagi suka dan duka selama penelitian.

10. Sahabat-sahabatku, Betriaroza, Mardiana Wachyuni, Stefani, Maretha Widoarny Pratama, Jadda Muthiah, Meutia Esti Handini, Muharmansyah, Risto Laksono dan Panji Ahmad Fauzan yang telah memberikan dukungannya selama ini.

11. Seluruh keluarga Tarsius 42 tersayang, khususnya Tim PKLP Tesso Nilo dan Kelompok ESL Menteng Asri. Terima kasih atas kebersamaan, canda, tawa, suka dan duka yang telah mewarnai masa-masa perkuliahan kita. Terima kasih pula atas semua dukungan yang telah diberikan.

12. Keluarga besar Candy-Candy yang selalu menolong saat dibutuhkan. Terima kasih atas kebersamaannya.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan berbagai bantuan hingga skripsi ini selesai.

Semoga amal baik Anda semua mendapatkan balasan yang lebih dari Allah SWT. Amin.

Bogor, Februari 2011

(10)

DAFTAR ISI

E. Perencanaan Pengembangan Ekowisata ... 10

F. Arboretum ... 12

E. Perencanaan Pengembangan Ekowisata ... 20

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Penetapan Kawasan ... 21

(11)

ii

G. Strategi Pengembangan Ekowisata di Arboretum PT. Arara Abadi . 57 1. Pemberdayaan masyarakat sekitar ... 59

2. Menjalin kerjasama dengan instansi terkait ... 61

3. Promosikan Arboretum PT. Arara Abadi ... 61

4. Peningkatan pengamanan Arboretum PT. Arara Abadi ... 62

5. Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana ... 63

6. Perbaikan aksesibilitas menuju kawasan ... 64

H. Konsep Perencanaan Pengembangan Ekowisata ... 64

1. Konsep perencanaan pengembangan ekowisata pendekatan supply ... 64

2. Konsep perencanaan pengembangan ekowisata pendekatan demand ... 71

3. Konsep perencanaan pengembangan ekowisata pendekatan kebijakan ... 75

I. Pemilihan Pendekatan Perencanaan Pengembangan Ekowisata ... 78

VI. KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(12)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jenis data dan metode pengumpulannya ... 15

2. Kategori penilaian ... 18

3. Matriks SWOT ... 19

4. Jenis mata pencaharian penduduk Desa Pinang Sebatang Barat ... 24

5. Daftar gajah binaan Arboretum PT. Arara Abadi ... 32

6. Jenis sarana dan prasarana yang tersedia di Arboretum PT. Arara Abadi .. 33

7. Jalur interpretasi di Arboretum PT. Arara Abadi ... 37

8. Jenis pekerjaan/jabatan pengelola Arboretum PT. Arara Abadi ... 44

9. Karakteristik pengunjung Arboretum PT. Arara Abadi ... 47

10. Penilaian pengunjung terhadap kondisi sumberdaya wisata ... 49

11. Penilaian pengunjung terhadap kondisi sarana dan prasarana ... 50

12. Penilaian pengunjung terhadap kondisi aksesibilitas menuju kawasan .... 51

13. Karakteristik masyarakat Desa Pinang Sebatang Barat ... 55

14. Matriks SWOT Arboretum PT. Arara Abadi ... 58

(13)

iv

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 4 2. Bagan rencana dasar pengembangan wisata... 12 3. Peta lokasi penelitian ... 14 4. Tumbuhan Arboretum PT. Arara Abadi (a) Vegetasi penyusun kawasan

(b) Pasak bumi (Eurycoma longifolia) (c) Buah kulim

(Scorodocarpus borneensis) (d) Pohon yang dipasangi papan pengenal pohon. ... 27 5. Satwaliar Arboretum PT. Arara Abadi (a) Beruang madu (Helarctos

malayanus) (b) Monyet ekor panjang (Maccaca fasicularis) (c) Owa ungko (Hylobates agilis) (d) Rangkong badak (Buceros rhinoceros) (e) Bajing tiga warna (Callosaciurrus prevostii) ... 29 6. Bentang alam Arboretum PT. Arara Abadi ... 31 7. Gajah binaan (a) Pengembalaan gajah oleh pawang (b) Salah satu lokasi

pengikatan gajah (c) Pelatihan gajah oleh pawang (d) Atraksi gajah

di lapangan bola ... 32 8. Denah jalur interpretasi ... 36 9. Sarana dan Prasarana di Arboretum PT. Arara Abadi (a) Gapura II

(b) Jalan utama (c) Aula dan shelter penunggangan gajah (d) Nursery

(e) Pondok (f) Gazebo (g) Mess (h) Toilet ... 42 10. Denah aksesibilitas menuju Arboretum PT. Arara Abadi ... 43 11. Motivasi pengunjung Arboretum PT. Arara Abadi (a) Faktor pendorong

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner untuk pengunjung. ... 86

2. Kuesioner untuk pengelola ... 93

3. Kuesioner untuk masyarakat ... 98

4. Tallysheet pengamatan tumbuhan ... 101

5. Tallysheet pengamatan satwaliar (mamalia dan burung) ... 102

6. Daftar jenis pohon Arboretum PT. Arara Abadi. ... 103

7. Daftar jenis satwaliar Arboretum PT. Arara Abadi ... 106

(15)

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu lingkungan yang terjadi saat ini diduga ikut mempengaruhi trend industri pariwisata di Indonesia. Kerusakan lingkungan dan kerusakan hutan yang semakin parah akibat aktivitas manusia mendorong pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata yang lebih ramah lingkungan, yaitu dengan mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan wisata yang dilakukan. Minat pengunjung semakin meningkat untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang masih alami. Selain berwisata, pengunjung ingin ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan. Trend wisata ini kemudian memunculkan istilah lain dalam dunia pariwisata, yaitu ekowisata.

Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang dilakukan pada kawasan yang masih alami dengan mengurangi kerusakan yang diakibatkan dari kegiatan wisata tersebut. Salah satu kawasan yang dapat dijadikan sebagai lokasi kegiatan ekowisata adalah hutan. Selain memiliki manfaat langsung (tangible) sebagai penghasil berbagai jenis kayu maupun hasil hutan nonkayu, hutan juga memiliki manfaat tidak langsung (intangible), yaitu terbentuknya iklim mikro dan suasana yang cocok untuk dijadikan kawasan ekowisata.

Arboretum PT. Arara Abadi merupakan hutan alam yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi dari unit areal Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Arara Abadi. Kawasan tersebut mulai dikelola sejak Tahun 1998 dibawah naungan Departemen Lingkungan dan Hutan PT. Arara Abadi. Pengelolaan kawasan tersebut bertujuan untuk meningkatkan peran kawasan tersebut sebagai pelindung penyangga sumberdaya hutan dan air daerah sekitarnya. Selain itu, kawasan tersebut juga dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi, pendidikan dan penelitian.

(16)

Berbagai sumberdaya alam Arboretum PT. Arara Abadi berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek kegiatan ekowisata. Oleh karena itu, untuk mengembangkan kawasan tersebut menjadi obyek kegiatan ekowisata maka memerlukan perencanaan yang matang. Perencanaan pengembangan ekowisata yang sesuai diharapkan tidak bertentangan dengan fungsi utama kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi PT. Arara Abadi. Selain itu, perencanaan tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak negatif yang akan timbul akibat kegiatan wisata serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Terkait dengan rencana tersebut maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui berbagai aspek supply dan demand yang dimiliki Arboretum PT. Arara Abadi serta prospek pengembangannya sehingga dapat dibuat perencanaan pengembangan ekowisata di Arboretum PT. Arara Abadi dengan mempertimbangkan keinginan pengunjung dan masyarakat sekitar serta kemampuan pengelola.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi aspek supply dan demand Arboretum PT. Arara Abadi. 2. Membuat rencana pengembangan ekowisata di Arboretum PT. Arara Abadi

melalui pendekatan supply, demand, dan kebijakan.

C. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan/informasi bagi pengelola dalam membuat perencanaan pengembangan ekowisata yang sesuai di Arboretum PT. Arara Abadi.

D. Kerangka Pemikiran

(17)

3

Aspek supply terdiri dari sumberdaya wisata, sarana dan prasarana, aksesibilitas dan masyarakat sekitar yang akan dilibatkan dalam kegiatan ekowisata. Aspek demand terdiri dari karakteristik pengunjung, motivasi, aktivitas, persepsi dan harapan pengunjung terhadap pengembangan ekowisata di kawasan tersebut. Aspek kebijakan yang dikaji adalah kebijakan PT Arara Abadi selaku pengelola dan peraturan-peraturan terkait pengelolaan kawasan.

(18)

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.

Pendekatan Demand

Pendekatan terpilih Analisis

Pendekatan Supply Pendekatan kebijakan

Strategi pengembangan Arboretum PT. Arara Abadi

Identifikasi Supply

Sumberdaya wisata

Saranadan prasarana

Aksesibilitas

Masyarakat sekitar

Kebijakan

Pengelola

Peraturan terkait

IdentifikasiDemand

Aktivitas Motivasi Karakteristik

Persepsi

Harapan

Penyebaran kuesioner Pengamatan lapang

Studi pustaka

Analisis

Sintesis

Konsep Perencanaan Pengembangan Ekowisata

(19)

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pariwisata

Istilah pariwisata telah dikenal masyarakat sejak lama. Istilah tersebut berasal dari Bahasa Sansekerta, komponen-komponennya terdiri dari pari (penuh, lengkap, berkeliling), wis (man) (rumah, properti, kampung, komunitas) dan ata (pergi terus menerus, mengembara). Rangkaian komponen-komponen tersebut melahirkan istilah pariwisata yang berarti pergi secara lengkap meninggalkan rumah (Pendit 2006).

Pariwisata dapat dilihat sebagai suatu kegiatan. Sudirman (1999) menyatakan bahwa pariwisata adalah bentuk kegiatan manusia yang berpangkal pada perjalanan. Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa pariwisata adalah fenomena pergerakkan manusia, barang dan jasa yang sangat kompleks. Kegiatan tersebut berkaitan erat dengan oraganisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan dan sebagainya. Menurut UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kegiatan wisata yang dimaksud adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

(20)

B.

Supply dan Demand Pariwisata

Kotler dan Armstrong (2008) mengemukakan definisi penawaran (supply) dan permintaan (demand) secara umum. Supply diartikan sebagai sejumlah barang, produk atau komoditas yang tersedia dalam pasar untuk dijual kepada orang yang membutuhkannya. Demand (permintaan) diartikan sebagai keinginan seseorang terhadap produk atau barang tertentu. Menurut Yoeti (2006) penawaran meliputi semua produk yang dihasilkan oleh kelompok perusahaan termasuk kelompok industri pariwisata yang akan ditawarkan kepada pengunjung, sedangkan demand lebih menunjukkan kepada permintaan atas barang atau produk yang ingin dibeli dengan harga tertentu yang diikuti dengan kekuatan untuk membeli (purcashing power).

Dalam industri pariwisata, pada umumnya penawaran pariwisata mencakup segala sesuatu yang ditawarkan oleh tempat wisata kepada pengunjung aktual maupun pengunjung potensial. Penawaran dalam pariwisata menunjukkan khasanah atraksi wisata alami dan buatan manusia, jasa-jasa maupun barang-barang yang kira-kira akan menarik orang-orang untuk mengunjungi suatu negara tertentu (Wahab 1992). Avenzora (2003) menyatakan bahwa berbicara tentang recreation supply adalah berbicara tentang (1) apa dan berapa banyak dapat diberikan, (2) kapan dapat diberikan dan (3) kepada siapa dapat diberikan.

(21)

7

Avenzora (2003) menyatakan bahwa berbicara tentang recreation demand adalah berbicara tentang: (1) siapa yang meminta, (2) apa dan berapa banyak yang diminta dan (3) kapan diminta. Menurut WTO (1994) faktor permintaan pariwisata adalah pasar wisatawan domestik maupun internasional dan masyarakat lokal yang melihat atraksi-atraksi wisata, menggunakan fasilitas-fasilitas dan menikmati pelayanan wisata. Morley (1990) diacu dalam Ross (1998) menyatakan bahwa permintaan pariwisata tergantung pada karakteristik pengunjung, kondisi tempat wisata dan kondisi masyarakat sekitar tempat wisata. Selain itu, permintaan pariwisata sangat erat kaitannya dengan masalah iklim dan kondisi lingkungan hidup tempat tinggal seseorang (Damanik dan Weber 2006).

Sifat dan karakterisitik permintaan wisata berbeda dengan permintaan produk yang dihasilkan oleh perusahaan manufaktur (tangible goods). Sifat dan karakteristik dari demand pariwisata meliputi: (1) elastis terhadap besarnya pendapatan dan biaya perjalanan (elasticity), (2) sangat peka dan sensitif terhadap keadaan sosial, politik dan keamanan tempat yang dikunjungi (sensitivity), (3) bersifat ekspansi dengan adanya peningkatan yang terjadi terus menerus setiap tahun (expansion) dan (4) tergantung terhadap musim (seasonality) (Yoeti 2006).

C.

Dampak Pariwisata

Seperti industri lainnya, keberadaan pariwisata dapat menimbulkan dampak, baik bagi daerah sekitar tempat wisata maupun bagi dunia global. Dampak yang ditimbulkan berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak tersebut dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Dampak dari keberadaan pariwisata dapat dilihat pada aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya.

(22)

dampak dari pariwisata akan kurang lengkap tanpa berbagai pertimbangan dari konsekuensi lingkungan dari penyediaan berbagai fasilitas tersebut.

Dari sisi ekonomi, pariwisata dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya (Pendit 2006). Sudirman (1999) menyatakan bahwa kegiatan pariwisata akan menimbulkan berbagai kebutuhan fisik seperti kebutuhan akan sarana transportasi, akomodasi, makanan/minuman, hiburan dan lain-lain. Sehubungan dengan itu ditinjau dari sisi wisatawan, maka pariwisata sebenarnya merupakan suatu kegiatan yang bersifat konsumtif, sedangkan dari sisi penyediaan sarana dan fasilitas yang dibutuhkan wisatawan dapat bersifat produktif. Oleh sebab itu, pariwisata merupakan suatu kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis atau komersil, sehingga dapat dijadikan sumber devisa, penyediaan lapangan kerja, mendorong timbulnya bidang-bidang usaha baru.

(23)

9

istiadatnya sangat kuat. Kebiasaan yang bersifat tradisional yang sama sekali berbeda di negara wisatawan tersebut.

D.

Ekowisata

Bruun (1995) diacu dalam Rosmalia (2008) menyatakan bahwa ekowisata atau wisata alternatif merupakan usaha untuk menjembatani perbedaan antara industri wisata komersil yang dilakukan pengusaha dengan perlindungan lingkungan dipihak lainnya. Wearing and Neil (1999) menyatakan bahwa ekowisata mendorong sebuah pengertian mengenai dampak pada alam, budaya dan lingkungan manusia. Ekowisata merupakan wisata lingkungan berkelanjutan yang menunjukkan nilai penting dari sumberdaya alam dan budaya bagi ekonomi dan sosial masyarakat sehingga masyarakat dapat ikut serta dalam memeliharanya. Ekowisata menggabungkan perencanaan dan zonasi yang menjamin pengembangan secara tepat bagi daya dukung ekosistem. Merg (2007) mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan yang bertanggung jawab di kawasan alami dengan tujuan melestarikan lingkungan dan menyejahterakan masyarakat lokal. Suatu perjalanan di hutan tropis belum dapat dikatakan sebagai ekowisata, kecuali perjalanan tersebut memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat lokal di sekitar kawasan tersebut (Merg 2007).

Fennell (2002) menyatakan bahwa pada hakikatnya partisipatif dan pembelajaran berdasarkan pengalaman merupakan unsur yang difokuskan pada ekowisata, terutama pada sejarah alam suatu daerah dan ciri yang terkait lainnya dari tanah perhubungan manusia. Tujuannya adalah untuk mengembangkan konservasi dan kesejahteraan manusia secara berkelanjutan melalui perilaku yang beretika, program dan model pengembangan pariwisata yang tidak disengaja, baik ketegangan pada elemen yang hidup dan non-hidup yang terjadi di lingkungan.

(24)

dan tempat penginapan lainnya, restoran, sistem transportasi, kerajinan tangan dan pemandu. Ekowisata membangkitkan pertukaran wisatawan asing di suatu negara dan memberikan masukan modal dan uang baru pada perekonomian lokal. Ekowisata merangsang peningkatan transportasi lokal, komunikasi dan infrastruktur masyarakat lainnya.

Dalam kehidupan bermasyarakat, Wearing and Neil (1999) mengungkapkan bahwa ekowisata dapat menentukan pembuatan keputusan diantara berbagai segmen dalam masyarakat, termasuk masyarakat lokal sehingga wisata dan penggunaan sumberdaya lain dapat lestari. Ekowisata menciptakan pembangunan fasilitas rekreasi yang dapat digunakan oleh masyarakat lokal, pengunjung domestik, dan pengunjung mancanegara. Selain itu, ekowisata dapat mendorong dan membantu membiayai pemeliharaan benda-benda purbakala, situs purbakala, gedung bersejarah dan daerah.

E.

Perencanaan Pengembangan Ekowisata

Perencanaan terdiri dari pembuatan keputusan dan kebijakan. Perencanaan berhubungan dengan kesatuan keputusan yang dihubungkan secara sistematis dan saling mempengaruhi dibandingkan dengan keputusan individu, sehingga perencanaan hanyalah salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan-keputusan-tindakan (Hall 2000). Fennell (2002) menyatakan bahwa perencanaan terdiri dari penyusunan, pembuatan, mendesain, penyiapan, dan penempatan. Seluruhnya dilihat dalam satu sudut pandangan untuk masa depan.

Sebuah konsep dasar dalam perencanaan pariwisata menyatakan bahwa pariwisata harusnya terlihat sebagai suatu hubungan antar sistem dari faktor demand (permintaan) dan supply (penawaran). Dalam konteks perencanaan, pengetahuan tentang rekreasi dapat disimplifikasikan melalui pengertian yang baik tentang recreation demand dan recreation supply (Avenzora 2003).

(25)

11

wisatawan. Daerah yang mengizinkan pariwisata untuk berkembang tanpa adanya manfaat dari perencanaan sering mengalami masalah lingkungan dan sosial (World Tourism Organization 1994).

Avenzora (2008) mengemukakan bahwa dalam keseharian, dijelaskan perencanaan pariwisata kiranya dapat dibedakan menjadi Wissenschesplannung (scientific-planning) dan Leidsbildplannung (apriory-planning). Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa pola Wissenschesplannung setelah tahap initial planning phase dipenuhi, akan selalu memunculkan dan memilih pendekatan yang akan dipakai dalam proses perencanaan selanjutnya. Jika demand approach yang dipakai (misalnya), maka berbagai potensi dan karakteristik demand akan menjadi tumpuan berpikir untuk mendapatkan sumberdaya wisata yang dapat dipasokkan pada permintaan tersebut. Jika resources approach yang akan dipakai maka berbagai potensi dan karakteristik resources akan dipetakan untuk diciptakan kelompok pemakainya. Jika behaviour approach yang akan dipakai maka sekumpulan data perilaku visitor pada berbagai supply yang ada akan menjadi sumber inspirasi kelompok perencana dalam menemukan dan mengembangkan suatu produk atau atraksi wisata baru.

Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa pengembangan ekowisata dapat optimal tergantung tiga faktor kunci, yaitu faktor internal, eksternal, dan struktural. Faktor internal antara lain meliputi potensi daerah, pengetahuan operator wisata tentang keadaan daerah baik budaya maupun alamnya serta pengetahuan tentang pelestarian lingkungan dan partisipasi penduduk lokal terhadap pengelolaan ekowisata. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar yang meliputi kesadaran wisatawan akan kelestarian lingkungan, kegiatan penelitian dan pendidikan di lokasi ekowisata yang memberi kontribusi terhadap kelestarian lingkungan dan penduduk lokal. Adapun faktor struktural adalah faktor yang berkaitan dengan kelembagaan, kebijakan, perundangan dan peraturan tentang pengelolaan ekowisata baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional.

(26)

dan rugi) dan tanpa memperhatikan nilai sosial dan biaya manfaat bagi kawasan. Oleh karena itu, perlu disusun suatu bagan mengenai rencana dasar pengembangan wisata seperti disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Bagan rencana dasar pengembangan wisata (Cooper et al. 1998).

Cooper et al. 1998 juga menjelaskan bahwa jika wisata digabungkan ke dalam rencana pengembangan negara maka harus terorganisasi dan dikembangkan menurut suatu strategi yang dibangun pada dasar yang sama. Dasar tersebut perlu menghitung koordinasi dari sektor hubungan wisata, serta supply dan demand terhadap produk wisata. Proses perencanaan pengembangan ini melibatkan sebagian peserta yang mungkin membawa berbagai tujuan yang saling bertentangan. Selain itu, stakeholder yang berbeda mungkin akan menimbulkan ketidaksamaan persepsi mengenai industri wisata maupun proses pengembangannya.

F.

Arboretum

Harris (2002) menyatakan bahwa arboretum pertama kali dibuat di Derby, Inggris oleh Joseph Struut dan JC. London dengan nama Derby Arboretum, yang diresmikan pada Tanggal 16 September 1840. Tujuan pembuatan arboretum ini adalah untuk menampung kegiatan rekreasi masyarakat di alam terbuka dengan menyajikan koleksi pepohonan, semak dan vegetasi berkayu yang disusun dan dideskripsikan sebagai petunjuk bagi para pengunjung untuk mencapai tujuan penelitian dan pendidikan. Kamus Kehutanan (1989) diacu dalam Hastari (2005)

Survey of resources and existing facilities

Analysis of global market shared and trends

Programme of additional facilities

Land-use plan with location of existing facilities

(27)

13

mendefinisikan arboretum sebagai kebun pepohonan yang merupakan bentuk konservasi plasma nutfah buatan manusia.

(28)

III.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Arboretum PT. Arara Abadi yang terletak di Desa Mandi Angin, Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Penelitian dilakukan selama dua bulan, yaitu bulan Oktober dan November 2009. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

B. Obyek dan Alat Penelitian

Obyek penelitian adalah pengunjung, masyarakat sekitar, pengelola serta sumberdaya alam Arboretum PT. Arara Abadi. Alat yang digunakan adalah kamera, binokuler, buku panduan pengenalan jenis tumbuhan dan satwa (mamalia dan burung), alat tulis dan kuesioner.

C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data utama dan data penunjang. Data utama dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner dan pengamatan lapang. Data penunjang dikumpulkan melalui studi pustaka. Data-data yang dikumpulkan disajikan pada Tabel 1.

Riau

(29)

15

Tabel 1 Jenis data dan metode pengumpulannya

Jenis data Kegunaan Data Metode

Pengumpulan Data utama :

a. Sumberdaya wisata 1. Jenis sumberdaya wisata 2. Kondisi sumberdaya wisata

a. Mengetahui potensi dan kondisi

sumberdaya wisata Arboretum PT. Arara Abadi

b. Menentukan sumberdaya wisata yang dapat dikembangkan

1. Jenis sarana dan prasarana 2. Kondisi sarana dan

prasarana

Mengetahui sarana dan prasarana yang perlu diperbaiki atau ditambah guna menunjang kegiatan wisata

Mengetahui permasalahan aksesibilitas dan upaya penyelesaiannya

Pengamatan

lapang dan

penyebaran kuesioner

d. Pengelola Arboretum PT. Arara Abadi

1. Kondisi SDM

2. Strategi pengelolaan

Mengetahui kegiatan pengelolaan yang

sudah dilakukan dan rencana

pengelolaan di masa yang akan datang

Penyebaran

Mengetahui bentuk kegiatan ekowisata yang diinginkan pengunjung

Menentukan bentuk keterlibatan

masyarakat dalam perencanaan

pengembangan ekowisata di Arboretum PT. Arara Abadi pengelolaan Arboretum PT. Arara Abadi

Penyebaran kuesioner

Data penunjang :

a. Hasil inventarisasi jenis flora dan fauna yang telah ada

Mengetahui potensi flora dan fauna di

Mengetahui skema kerja pengelolaan Arboretum PT. Arara Abadi

Mengetahui kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan perencanaan

pengembangan ekowisata yang akan dibuat

Studi pustaka

d. Karakteristik pengunjung yang telah datang

Mengetahui karakteristik pengunjung

sebagai salah satu acuan dalam

perencanaan pengembangan ekowisata

Studi pustaka

f. Sosial ekonomi dan budaya masyarakat

Mengetahui sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar Arboretum PT. Arara Abadi

Studi pustaka

g. Kondisi umum Arboretum PT. Arara Abadi

Mengetahui kondisi umum Arboretum PT. Arara Abadi

Studi pustaka

2

(30)

1. Penyebaran kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan kepada pengunjung, pengelola dan masyarakat sekitar Arboretum PT. Arara Abadi.

a. Pengunjung

Penyebaran kuesioner kepada pengunjung bertujuan untuk mengetahui karakteristik umum pengunjung meliputi umur, jenis kelamin, asal, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan per bulan dan jumlah tanggungan keluarga. Selain itu, untuk mengetahui motivasi, aktivitas, persepsi, serta harapan pengunjung terhadap pengembangan ekowisata di Arboretum PT. Arara Abadi. Daftar pertanyaan pengunjung dapat dilihat pada Lampiran 1.

Responden ditentukan dengan metode random sampling, yaitu setiap pengunjung memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden. Jumlah responden yang dijadikan sampel sebanyak 38 responden dengan kriteria responden adalah pengunjung remaja dan dewasa yang pernah mengunjungi Arboretum PT. Arara Abadi sehingga diharapkan mampu memberikan informasi yang diperlukan untuk rencana pengembangan ekowisata pada kawasan tersebut.

b. Pengelola Arboretum PT. Arara Abadi

Pengisian kuesioner oleh pengelola bertujuan untuk mengetahui upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia pengelola, strategi pemasaran, upaya pemeliharaan fasilitas, pelayanan terhadap pengunjung, program yang telah berjalan, hambatan pengelolaan dan rencana pengelolaan ke depan. Kuesioner diisi oleh salah seorang staf pengelola kawasan. Daftar pertanyaan pengelola kawasan dapat dilihat pada Lampiran 2.

c. Masyarakat sekitar

(31)

17

2. Pengamatan lapang

Pengamatan lapang dilakukan untuk mencocokkan data yang diperoleh dari studi pustaka dan informasi dari kegiatan penyebaran kuesioner dengan fakta yang ada di lapangan. Pengamatan lapang yang dilakukan yaitu pengamatan tumbuhan, pengamatan satwaliar (mamalia dan burung), pengamatan sarana dan prasarana serta pengamatan aksesibilitas.

a. Pengamatan tumbuhan

Pengamatan tumbuhan dilakukan dengan mencatat jenis tumbuhan yang ditemui di sepanjang jalur utama dan jalur interpertasi. Jenis tumbuhan yang memiliki keunikan juga dicatat dan difoto sebagai data pendukung. Tallysheet pengamatan tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 4.

b. Pengamatan satwaliar (mamalia dan burung)

Pengamatan satwaliar dilakukan sebatas untuk mengetahui jenis-jenis satwaliar yang ada di kawasan dan untuk melengkapi daftar jenis satwaliar yang telah ada. Lokasi pengamatan adalah di sepanjang jalur utama dan jalur interpretasi. Pengamatan dilakukan pada pagi hari (07.00-09.00 WIB) dan sore hari (15.00-17.00). Pengamatan burung juga dilakukan di lapangan bola. Pemilihan waktu dan lokasi pengamatan satwaliar ini disesuaikan dengan kemungkinan waktu kunjungan dan lokasi-lokasi yang disukai pengunjung. Pengamatan dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah. Data yang dicatat adalah nama jenis mamalia dan burung yang dijumpai, jumlah individu, lokasi perjumpaan, aktivitas dan waktu perjumpaan. Tallysheet pengamatan satwaliar dapat dilihat pada Lampiran 5.

c. Pengamatan sarana dan prasarana

Pengamatan sarana dan prasarana yang dilakukan adalah dengan mengamati berbagai sarana dan prasarana yang ada. Data yang dicatat meliputi jenis, jumlah dan kondisi setiap sarana dan prasarana.

d. Pengamatan aksesibilitas

(32)

digunakan, rambu-rambu jalan dan jarak tempuh menuju kawasan. Data aksesibilitas di dalam kawasan yang dicatat meliputi kondisi jalan utama dan jalur interpretasi.

3. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data penunjang yang sesuai dengan topik penelitian. Data penunjang tersebut berasal dari berbagai sumber, yaitu buku, jurnal, laporan kegiatan, dokumen pengelolaan Arboretum PT. Arara Abadi dan sumber lainnya.

D. Analisis Data

Data-data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi analisis skoring, analisis deskriptif dan analisis SWOT.

1. Analisis skoring

Analisis skoring dilakukan pada kuesioner pengunjung. Skoring diberikan untuk jawaban yang bersifat penilaian terhadap sumberdaya wisata meliputi tumbuhan dan satwaliar (keanekaragaman jenis, ketersediaan dan keunikan) serta suasana kawasan (kesejukan udara dan kebersihan kawasan), kondisi sarana dan prasarana wisata serta kondisi aksesibilitas menuju kawasan.

Skala skoring yang dipakai adalah berdasarkan skala Likert yang telah dimodifikasi. Skala yang dibuat adalah skala butir lima dengan kategori jawaban sebagai berikut: (1) sangat buruk, (2) buruk, (3) biasa, (4) baik dan (5) sangat baik. Nilai untuk masing-masing kategori jawaban disesuaikan dengan nomor urut kategori, seperti sangat buruk = 1, buruk = 2, biasa = 3, baik = 4 dan sangat baik = 5 (Chadwick et al. 1991). Kemudian hasil penilaian pengunjung terhadap setiap aspek dirata-ratakan sehingga mendapatkan nilai akhir dari setiap aspek tersebut. Nilai akhir tersebut dapat dimasukkan ke dalam lima kategori penilaian yang telah dibuat. Lima kategori penilaian tersebut disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kategori penilaian

No. Kategori Skor/Nilai

1 Sangat buruk 1

2 Buruk 2

3 Biasa 3

4 Baik 4

(33)

19

2. Analisis deskriptif

Metode deskriptif merupakan metode yang mendeskripsikan semua data yang diperoleh dengan penelaahan data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data yang dianalisis meliputi data aspek sediaan wisata, data pengelola, data pengunjung dan data masyarakat.

3. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti 2001). Analisis ini digunakan untuk memperoleh hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi Kekuatan dan Kelemahan. Faktor eksternal meliputi Peluang dan Ancaman. Hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal digambarkan dalam bentuk matriks SWOT seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Matriks SWOT

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

WO

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman

WT

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan dan menghindarkan ancaman

Matriks SWOT tersebut menggambarkan Peluang dan Ancaman yang dihadapi dipadukan dengan kelemahan dan kekuatan guna menghasilkan empat strategi pengembangan ekowisata yang akan diterapkan, yaitu:

1. S-O (Strength-Opportunity) yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada.

2. S-T (Strength-Threat) yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi.

3. W-O (Weakness-Opportunity) yaitu berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan.

(34)

E. Perencanaan Pengembangan Ekowisata

(35)

21

IV.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Penetapan Kawasan

PT. Arara Abadi adalah sebuah perusahaan yang mengelola Hutan Tanaman Industri (HTI) dan merupakan Group Sinar Mas Forestry (SMF) di Riau. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 70/Kpts-II/95 setiap perusahaan HTI berkewajiban untuk memiliki areal konservasi seluas ± 10% dari luas wilayah kerjanya. Hal ini juga dipertegas melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 31/Kpts-II/2001 yang menyatakan bahwa setiap wilayah HTI terdiri dari blok budidaya dan blok perlindungan. Oleh karena itu, PT. Arara Abadi menetapkan arboretum sebagai salah satu bagian dari blok perlindungan PT. Arara Abadi.

Arboretum PT. Arara Abadi mulai dikelola pada Tahun 1998 di bawah naungan Departemen Lingkungan dan Hutan (Forest and Environment Departement) PT. Arara Abadi. Kawasan tersebut berperan sebagai pelindung sistem penyangga sumber daya hutan dan air daerah sekitarnya, sarana rekreasi, pendidikan dan penelitian dalam pelestarian sumberdayanya. Masyarakat sekitar lebih mengenal kawasan tersebut dengan sebutan Kandang Gajah (Elephants Park) karena kawasan tersebut merupakan lokasi pengelolaan gajah-gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) hasil binaan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Riau. Pengelolaan satwa tersebut merupakan wujud keikutsertaan perusahaan dalam kegiatan perlindungan gajah sumatera di Riau. Saat ini sebanyak delapan gajah sumatera dikelola di kawasan tersebut.

B. Kondisi Fisik Kawasan 1. Letak dan luas

(36)

2. Topografi dan tanah

Keadaan topografi Arboretum PT. Arara Abadi sebagian besar datar (0-8%) sampai berombak (8-15%). Di kawasan ini terdapat variasi ketinggian dari muka laut yaitu berkisar antara 8–80 m dpl. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Rengat dan Pekanbaru, Skala 1 : 250.000 (1991) yang diacu dalam Laporan Tahunan PT. Arara Abadi (2008), tanah Arboretum PT. Arara Abadi termasuk ke dalam formasi (i) Alluvium muda (Qh), dengan bahan induk endapan sisa-sisa tanaman dan lumpur dan (ii) Formasi Minas (Qpmi), dengan bahan induk batu lumpur lunak, batu lanau, pasir dan kerikil. Macam tanah yang dijumpai: Podsolik Gleiik, Podsolik Haplik, Podsolik Arenik, Gleisol Humik, dan Organosol Fibrist. Secara sistemis sebaran uraian macam tanah pada Unit II Distrik Rasau Kuning yaitu Organosol Fibrist (PT. Arara Abadi 2008).

Wilayah HPHTI Unit II PT. Arara Abadi terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS Mandau). Bentuk topografi DAS Mandau adalah datar atau tergolong kelas lereng A daerah hilir dan kelas lereng B daerah hulu (PT. Arara Abadi 2008).

3. Iklim

Klasifikasi iklim pada wilayah tersebut menurut Schmidt dan Ferguson adalah tipe Iklim A, sedangkan suhu udara di wilayah ini berkisar antara 26,3 – 27,8 °C. Suhu udara rata-rata bulanan terendah tercatat pada bulan Januari, sedangkan suhu udara rata-rata tertinggi pada bulan Maret. Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.182 mm, dengan hari hujan 109 hari (PT. Arara Abadi 2008).

4. Aksesibilitas

(37)

23

C. Kondisi Biotik 1. Tumbuhan

Arboretum PT. Arara Abadi merupakan hutan dataran rendah yang didominasi oleh jenis-jenis pohon dari suku Dipterocarpaceae. Yushan dan Sunaryono (2005) menyatakan bahwa pada kawasan tersebut ditemukan 135 jenis pohon dari 48 suku. Jenis-jenis pohon yang terdapat di kawasan tersebut diantaranya kulim (Scorodocarpus borneensis), kemenyan (Styrax benzoin), durian hutan (Durio carinatus), balam (Palaquium burckii), gaharu (Aqualaria mallaccensis), ramin (Gonystyllus macrophyllus), kempas (Koompassia malaccensis) dan kayu batu (Irvingia malayana). Beberapa jenis pohon tersebut merupakan sarang bagi lebah madu. Lebah tersebut menghasilkan madu yang dikenal sebagai Madu Sialang. Sebagian masyarakat sekitar memanfaatkan madu tersebut sebagai sumber penghasilan tambahan. Pada kawasan tersebut juga ditemukan sebanyak 16 jenis tumbuhan lain, seperti pasak bumi (Eurycoma longifolia) rotan (Korthalsia sp.), salak (Salaca edulis) dan liana (Panera semibifida). Jenis tumbuhan Arboretum PT. Arara Abadi dapat dilihat pada Lampiran 6.

2. Satwa

(38)

D. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Sekitar 1. Kependudukan

Desa Pinang Sebatang Barat merupakan desa yang terletak di jalur aksesibilitas menuju Arboretum PT. Arara Abadi. Desa tersebut merupakan salah satu desa yang memiliki hubungan baik dengan perusahaan yaitu melalui keikutsertaannya dalam kegiatan-kegiatan CR (Community Relation) perusahaan. Berdasarkan Profil Desa Pinang Sebatang Barat Tahun 2008, luas Desa Pinang Sebatang Barat adalah 1442 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 4471 jiwa (1380 KK), terdiri dari 2422 penduduk laki-laki dan 2049 penduduk perempuan.

2. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk Desa Pinang Sebatang Barat cukup beragam. Sebagian besar penduduk telah mengenyam pendidikan hingga jenjang SMA (50%). Penduduk yang mengenyam pendidikan hingga jenjang SMP sebanyak 10%. Terdapat pula penduduk yang telah mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi (15%). Namun, masih ada penduduk yang mengenyam pendidikan hanya sampai tingkat sekolah dasar sebanyak 20% dan sebanyak 5% penduduk yang sama sekali tidak merasakan pendidikan formal selama hidupnya (Desa Pinang Sebatang Barat 2008).

3. Mata pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Desa Pinang Sebatang Barat adalah sebagai petani (45%). Mata pencaharian terbesar kedua adalah sebagai karyawan swasta (37%), yaitu sebagai pegawai PT. Arara Abadi. Selain itu, terdapat pula mata pencaharian lain meliputi PNS, peternak, montir, TNI dan pengusaha kecil (Desa Pinang Sebatang Barat 2008). Perbandingan masyarakat berdasarkan jenis mata pencaharian disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis mata pencaharian penduduk Desa Pinang Sebatang Barat

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (jiwa)

1 Petani 1540

2 PNS 45

3 Peternak 15

4 Montir 8

5 TNI 1

6 Pengusaha kecil 580

7 Karyawan swasta 1268

(39)

25

4. Budaya

(40)

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sumberdaya Wisata

Arboretum PT. Arara Abadi memiliki sumberdaya wisata yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek kegiatan ekowisata. Sumberdaya wisata tersebut dapat dikelompokkan menjadi sumberdaya wisata alam dan sumberdaya wisata buatan. Sumberdaya wisata alam meliputi keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwaliar serta bentang alam yang menyusun kawasan tersebut. Arboretum PT. Arara Abadi merupakan ekosistem hutan alam yang tersusun dari berbagai jenis tumbuhan lokal dari berbagai tingkatan dan merupakan habitat berbagai jenis satwaliar. Bentang alam kawasan terdiri dari hutan, rawa gambut dan sungai. Kawasan tersebut juga memiliki sumberdaya wisata buatan, yaitu atraksi gajah binaan.

1. Tumbuhan

(41)

27

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4 Tumbuhan Arboretum PT. Arara Abadi (a) Vegetasi penyusun kawasan (b) Pasak bumi (Eurycoma longifolia) (c) Buah kulim (Scorodocarpus borneensis) (d) Pohon yang dipasangi papan pengenal pohon.

(42)

Saat ini sebagian kawasan juga telah dikukuhkan sebagai areal sumber benih bagi jenis meranti (Shorea sp.) dan sindur (Sindora walichi). Benih-benih tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan rehabilitasi berbagai kawasan lindung perusahaan. Luas kawasan yang dijadikan areal sumber benih adalah seluas 100 ha yang berlokasi di sepanjang jalur-jalur interpretasi. Pengukuhan ini merupakan kerja sama antara PT. Arara Abadi dengan Balai Benih Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi Riau.

2. Satwaliar

Arboretum PT. Arara Abadi merupakan habitat bagi berbagai jenis satwaliar. Yushan dan Sunaryono (2005) menemukan sebanyak 26 jenis satwaliar yang hidup pada kawasan tersebut. Berdasarkan pengamatan dan data dari pengelola, jenis satwaliar yang hidup di Arboretum PT. Arara Abadi antara lain: beruang madu (Helarctos malayanus), siamang (Hylobates syndactylus), owa ungko (Hylobates agilis), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), babi hutan (Sus grofa), bajing tiga warna (Callosciurus prevostii), rangkong badak (Buceros rhinoceros), kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus), tiung emas (Gracula religiosa), elang ular bido (Accipiter trivirgatus), srigunting batu (Dicururus sumatranus), ular hijau ekor merah (Morelia viridis), ular piton (Python reticulatus), labi-labi (Citra indica), lebah madu liar (Apis dorsata) dan lebah madu dalam batang pohon (Triguna sp.).

Keberadaan satwaliar di Arboretum PT. Arara Abadi dapat diketahui secara langsung (perjumpaan) maupun secara tidak langsung (jejak dan suara). Satwaliar yang dapat dijumpai antara lain berbagai jenis burung dan beberapa jenis primata, sedangkan satwaliar yang sulit dijumpai adalah beberapa jenis mamalia, seperti beruang madu (H. malayanus) dan babi hutan (Sus grofa).

(43)

WIB) dan sore hari (15 ranting-ranting pohon ata tersebut antara lain: ran elang ular bido (Accipit semakin terlihat jelas s utama penyusun jalan m

(15.00-17.00 WIB). Burung-burung tersebut ber ataupun terbang melintasi lapangan bola. Jenis-jen

angkong badak (B. rhinoceros), tiung emas (G. piter trivirgatus), betet (Psittacula alexandri), pe

dan gagak hutan (Corvus enca). tiga warna (Callosciurus prevostii).

waliar di Arboretum PT. Arara Abadi juga dapat inggalkan. Jejak yang mudah dikenali adalah tapa batang. Berdasarkan pengamatan, tapak kaki ya ak kaki babi hutan (Sus grofa). Tapak kaki terse hari di sepanjang jalan utama. Tapak kaki ters

setelah hujan karena tanah yang merupakan menjadi semakin lunak. Cakaran satwaliar yang

(44)

adalah cakaran beruang madu (H. malayanus). Cakaran tersebut dapat terlihat di beberapa batang pohon yang berada di jalur-jalur interpretasi.

Suara-suara yang ditimbulkan oleh satwaliar juga merupakan indikator lain dari keberadaan satwaliar, baik suara yang berasal dari satwaliar itu sendiri maupun suara yang ditimbulkan akibat aktivitas satwaliar. Kicauan dari berbagai jenis burung, suara dari owa ungko (H. agilis), suara kepakan sayap rangkong badak (B. rhinoceros), suara ranting patah maupun suara desiran daun akibat pergerakan beberapa jenis primata. Suara-suara tersebut semakin memberikan suasana kehidupan rimba yang sesungguhnya bagi pengunjung.

Pengelola telah membuat papan interpretasi mengenai 6 jenis satwaliar, yaitu beruang madu (H. malayanus), rangkong badak (B. rhinoceros), kangkareng hitam (A. malayanus), monyet ekor panjang (M. fascicularis), siamang (H. syndactylus) dan owa ungko (H. agilis). Informasi yang terdapat pada Papan interpretasi satwaliar meliputi nama lokal, nama ilmiah, suku, deskripsi tubuh, habitat, ekologi dan status konservasi. Papan interpretasi tersebut dipasang di Setiap pondok.

3. Bentang alam

Bentang alam Arboretum PT. Arara Abadi terdiri dari hutan, rawa gambut dan sungai. Ketiga kondisi fisik tersebut dan didukung suara-suara satwa yang hidup di dalamnya membentuk perpaduan alam yang asri. Jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya yaitu kawasan hutan tanaman industri yang ditanami jenis akasia (Acacia mangium dan Acacia crassicarpa) dan ekaliptus (Eucalyptus pellita), maka suasana yang ditimbulkan dari perpaduan ketiga elemen tersebut jauh berbeda. Ketiga elemen tersebut dapat memberikan nuansa kesejukan dan ketenangan sehingga berpotensi menjadi daya tarik wisata bagi pengunjung.

(45)

31

Gambar 6 Bentang alam Arboretum PT. Arara Abadi

Areal rawa gambut hampir tersebar diseluruh kawasan. Rawa gambut juga terletak beberapa jalur interpretasi, yaitu di sisi kanan jalur Bintangur dan di ujung jalur Kulim dan Ludai. Pada areal gambut tersebut ditumbuhi sianik (Sorgum halepense). Tumbuhan tersebut merupakan salah satu jenis pakan yang sangat disukai gajah. Keberadaan rawa gambut merupakan alternatif bagi lokasi pengikatan gajah-gajah betina sehingga satwa tersebut memperoleh pakan yang berlimpah tanpa merusak hutan.

Terdapat dua sungai kecil yang mengalir di Arboretum PT. Arara Abadi dengan lebar sungai ± 2 meter dan kedalaman hingga 3 meter. Nama sungai tersebut diberikan oleh pengelola, yaitu sungai nursery dan sungai Camp Gajah. Sungai Nursery merupakan sungai yang melintas di sisi kanan nursery, sedangkan sungai Camp Gajah merupakan sungai yang dijadikan sebagai lokasi pemandian gajah-gajah binaan.

4. Atraksi gajah

(46)

Tabel 5 Daftar gajah binaan Arboretum PT. Arara Abadi Sumber: Papan Interpretasi Arboretum PT. Arara Abadi

Keberadaan gajah binaan di Arboretum PT. Arara Abadi merupakan daya tarik bagi pengunjung. Satwa tersebut dapat menampilkan berbagai atraksi wisata yaitu memberi rangkaian bunga, memberi hormat, bermain bola, berjalan di batu-batu pijakan dan berdiri pada satu batu-batu pijakan. Atraksi satwa tersebut biasanya berlokasi di lapangan bola. Satwa tersebut juga boleh ditunggangi oleh pengunjung dengan didampingi oleh pawang-pawang gajah tersebut.

Sumber: Booklet Arboretum PT. Arara Abadi 2008

(a) (b)

Gambar 7 Gajah binaan Arboretum PT. Arara Abadi (a) Pelatihan gajah oleh pawang (b) Atraksi gajah di lapangan bola.

(47)

33

B. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor pendukung dalam kegiatan wisata. Keberadaan sarana dan prasarana pada suatu kawasan wisata akan memberikan kenyamanan bagi pengunjung dalam berwisata. Jenis sarana dan prasarana wisata biasanya disesuaikan dengan kegiatan wisata yang ada. Pembangunan sarana dan prasarana juga dapat dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengunjung.

Arboretum PT. Arara Abadi telah dilengkapi berbagai jenis sarana dan prasarana wisata guna menunjang kegiatan pengunjung. Pembangunan sarana dan prasarana tersebut dilakukan sejak awal pengelolaan kawasan pada Tahun 1998. Jenis sarana dan prasarana yang tersedia disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Jenis sarana dan prasarana yang tersedia di Arboretum PT. Arara Abadi

No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit) Kondisi

1 Gapura 2 Dapat berfungsi

2 Jalur interpretasi 9 Dapat berfungsi

3 Jalan utama 1 Dapat berfungsi

10 Shelter penunggangan gajah 1 Dapat berfungsi

11 Mess 12 Dapat berfungsi

12 Kandang gajah 1 Tidak difungsikan lagi

13 Papan interpretasi 3 Dapat berfungsi

14 Listrik 1 Dapat berfungsi

15 Air 1 Dapat berfungsi

16 Toilet 1 Dapat berfungsi

Sumber: Pengelola Arboretum PT. Arara Abadi

(48)

1. Gapura

Arboretum PT. Arara Abadi memiliki dua gapura yang difungsikan sebagai pintu masuk bagi pengunjung. Gapura I terletak di kawasan HTI jalur 116 dan berdekatan dengan mess pawang gajah, sedangkan gapura II terletak di kawasan HTI jalur 121. Jarak antara Gapura I dengan Gapura II adalah ± 2,5 km. Kedua gapura dapat diakses melalui jalur yang sama yaitu melewati Desa Pinang Sebatang Barat.

Kedua Gapura tersebut memiliki ukuran tinggi ± 3,5 meter dan lebar ± 10 meter. Gapura terbuat dari kayu yang dicat warna hijau. Di atas gapura terdapat ucapan “Selamat Datang Di Arboretum PT. Arara Abadi”. Pada sisi kanan dan kiri Gapura I terdapat dua papan informasi mengenai profil kawasan, yaitu potensi tumbuhan dan satwaliar serta denah kawasan. Pada Gapura II hanya terdapat satu papan informasi yang sama.

2. Jalur interpretasi

Arboretum PT. Arara Abadi memiliki sembilan jalur interpretasi yang terletak di sisi kanan dan sisi kiri jalan utama. Jalur yang terletak pada sisi kanan jalan utama adalah jalur Bintangur, jalur Meranti, jalur Balam dan jalur Euphorbia, sedangkan jalur yang terletak pada sisi kiri jalan utama adalah jalur Ludai, jalur Kulim jalur Keruing, jalur Durian dan jalur Kemenyan. Penamaan jalur-jalur tersebut berdasarkan pada jenis-jenis pohon yang terdapat di kawasan tersebut.

(49)

35

sepenuhnya terpenuhi karena tidak semua jalur diarahkan pada obyek yang spektakuler. Lokasi setiap jalur yang dibuat hanya berdasarkan pertimbangan jarak antar jalur, namun belum mempertimbangkan keberadaan tumbuhan dan komunitas habitat satwa yang mudah terganggu.

Batu pijakan yang terdapat pada jalur merupakan batu buatan (paving block) yang berbentuk segi delapan dengan panjang setiap sisi berukuran 10 cm. Peletakan batu mengikuti arah setiap jalur. Jumlah batu pijakan pada setiap jalur interpretasi juga disesuaikan dengan panjang setiap jalur. Tujuan peletakkan batu pijakan tersebut agar pengunjung mudah melalui jalur interpretasi.

(50)
(51)

37

Tabel 7 Jalur interpretasi di Arboretum PT. Arara Abadi

Nama Jalur Deskripsi Gambar

Bintangur Jalur Bintangur adalah jalur pertama yang akan dijumpai apabila pengunjung masuk melalui Gapura I. Jalur tersebut terletak di sisi kanan jalan utama. Nama

jalur diambil dari nama pohon

bintangur (Calophyllum pulcherimum) yang tumbuh di dalam jalur. Jalur ini dapat dikenali melalui adanya pohon geronggang (C. arborescens) yang tumbuh di belakang papan nama jalur.

Ludai Jalur Ludai merupakan jalur kedua

setelah jalur Bintangur. Jalur tersebut terletak di sisi kiri jalan utama. Ujung jalur merupakan areal rawa gambut. Jalur tersebut berhubungan dengan jalur Kulim.

Kulim Jalur Kulim terletak di sisi kiri jalur utama. Jalur tersebut berhubungan dengan jalur Ludai. Ciri utama dari jalur tersebut adalah adanya pohon petatal (Ochanostachys amentacea) yang tumbuh di depan jalur dengan diameter batang yang cukup besar (63

cm). Nama jalur diambil dari

banyaknya pohon kulim (S. borneensis) yang hidup di dalam jalur tersebut.

Meranti Jalur Meranti terletak di sisi kanan jalur utama. Ciri jalur ini adalah pohon meranti (Shorea sp.) yang tumbuh di depan jalur. Daya tarik dari jalur tersebut adalah banyaknya pohon-pohon meranti yang tumbuh di dalam

utama. Jalur tersebut berhadapan

dengan jalur Balam. Nama jalur diambil dari pohon keruing (Dipterocarpus costulatus) yang tumbuh di depan jalur tersebut. Apabila pengunjung berjalan

hingga ujung jalur maka akan

menjumpai aliran sungai kecil yang merupakan perpanjangan dari Sungai

Nursery. Jalur Keruing berhubungan

dengan jalur Durian dan jalur

(52)

Nama Jalur Deskripsi Gambar Balam Jalur Balam terletak di sisi kanan jalur

utama. Letaknya berseberangan dengan

jalur Keruing. Berdasarkan

pengamatan, jalur tersebut terlihat tidak terawat. batu pijakan tertutup oleh serasah daun dan akar-akar rotan sehingga arah jalur sudah tidak jelas.

Euphorbia Jalur Euphorbia terletak di sisi kanan jalur utama dan berhadapan dengan Jalur Durian dan gazebo. Ciri khas dari

jalur tersebut adalah banyaknya

tumbuhan resam (Gleichenia

microphylla). Tumbuhan tersebut menginvasi jalur sehingga menutupi batu pijakan.

Durian Jalur Durian terletak di sisi kiri jalur

utama. Jalur tersebut terletak

berseberangan dengan jalur Euphorbia. Jalur Durian juga merupakan jalur yang tidak terawat. Jalur tersebut tidak dapat dimasuki karena dari pintu masuk jalur sudah terhalangi oleh timbunan ranting. Papan nama jalur tersebut pun sulit terlihat. Nama jalur diambil dari banyaknya pohon durian hutan (Durio carinatus) yang tumbuh di ujung jalur.

Kemenyan Jalur Kemenyan merupakan jalur

terakhir yang akan dijumpai oleh

pengunjung yang masuk melalui

Gapura I. Jalur tersebut berada di sisi kiri jalur utama. Jalur tersebut dinamai sesuai dengan jenis pohon yang terdapat di dalam jalur yaitu pohon kemenyan (Styrax benzoin). Pada jalur tersebut juga terdapat pohon langka yaitu kayu batu (Irvingia malayana) dan gaharu (Aquilaria malaccensis).

(53)

39

3. Jalan utama

Jalan utama merupakan jalan yang menghubungkan Gapura I dengan Gapura II. Pada jalan tersebut terdapat pintu masuk menuju jalur-jalur interpretasi. Jalur tersebut merupakan jalan alami dengan materi penyusun berupa tanah dan batu kerikil. Lebar jalan ± 10 meter sehingga dapat dilalui mobil, truk pengangkut bibit dan truk pengangkut pakan gajah.

4. Lapangan bola

Sarana ini merupakan tempat berlangsungnya atraksi gajah binaan. Lapangan tersebut dilengkapi dengan gawang, shelter untuk penunggangan gajah dan batu pijakan buatan untuk atraksi gajah. Di sisi belakang salah satu gawang terdapat bangunan kandang gajah yang sudah tidak berfungsi.

5. Aula

Aula merupakan bangunan terbuka yang berfungsi sebagai tempat berkumpul pengunjung dan tempat menyaksikan atraksi gajah. Sarana ini berada berhadapan dengan sarana lapangan bola. Sarana ini dilengkapi dengan enam kursi panjang dan dua meja. Selain itu terdapat pula papan informasi mengenai profil kawasan dan daftar nama gajah-gajah binaan.

6. Pondok

Pondok merupakan tempat persinggahan bagi pengunjung. Terdapat tiga pondok yang telah dibangun. Masing-masing pondok berukuran 2,5 x 3 m2. Pondok I dan pondok II terletak di jalan utama dan pondok III terletak di dalam jalur Bintangur. Setiap pondok dilengkapi bangku dan meja sebagai tempat beristirahat bagi pengunjung dan dua papan interpretasi mengenai jenis-jenis satwaliar.

7. Gazebo

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.
Gambar 2  Bagan rencana dasar pengembangan wisata (Cooper et al. 1998).
Gambar 3  Peta lokasi penelitian.
Tabel 1  Jenis data dan metode pengumpulannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan ekowisata di kawasan Trianggulasi dapat dilakukan dengan membuat produk ekowisata yang sesuai dengan permintaan pengunjung, mendorong pihak WWAH agar

- Mengoperasionalkan pengembangan ekowisata di subak sembung dengan melakukan program aksi sesuai kesepakatan dengan masyarakat. - Meningkatkan ketrampilan dan wawasan

Kegiatan pengembangan ekowisata mangrove di Pantai Bilik dan Sejile dapat dilakukan dengan menyusun konsep detail terkait pengembangan ekowisata mangrove sesuai dengan

Pengembangan objek wisata yang ada di Tual untuk kegiatan ekowisata mendapat respons yang tinggi dari masyarakat sekitar lokasi yaitu sebesar 75,7% mereka setuju, dengan

Judul Skripsi Ekowisata Leuser (Studi Etnografi Tentang Pengembangan Usaha Ekowisata di Kawasan Ekosistem Leuser Pada Masyarakat di Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh

Judul Skripsi Ekowisata Leuser (Studi Etnografi Tentang Pengembangan Usaha Ekowisata di Kawasan Ekosistem Leuser Pada Masyarakat di Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh

Strategi komunikasi yang dilakukan Balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam mengembangkan ekowisata adalah menyusun pelaksanaan komunikasi yang terdiri dari penggunaan

Susunan strategi secara berurutan yang tepat dalam pengembangan wisata ekowisata berbasis masyarakat Rammang Rammang adalah yang pertama alternatif situs sejarah dengan