• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak kebijakan migrasi terhadap pasar kerja dan perekonomian Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak kebijakan migrasi terhadap pasar kerja dan perekonomian Indonesia"

Copied!
395
0
0

Teks penuh

(1)

PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA

DISERTASI

SAFRIDA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul:

DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI TERHADAP PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA

merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan bimbingan Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi lain. Seluruh sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2008

SAFRIDA

(3)

SAFRIDA. The Impact of Migration Policy on Labor Market and Indonesian Economy (BONAR M. SINAGA as Chairman, HERMANTO SIREGAR and HARIANTO as Members of the Advisory Committee)

The problem of internal and international migration is still faced by Indonesian government until the recent year. The internal migration problem is related to the concentration of migration in Java as a destination region, even though this region has high population and unemployment. The problem of international migration is caused by the high demand of professional migrant of the destination country. Some of internal and international migration policies have been regulated by the government to handle the problem.

The main purpose of internal and international migration policies in Indonesia is to solve population distribution and labor market problem and improve economic condition in Indonesia. The objectives of this research are: (1) to describe the pattern of internal and international migration, labor market and Indonesian economy, (2) to analyze the factors that influence internal and international migration in Indonesia, and (3) to forecast the ex-ante (2009-2012) impact of some alternatives internal and international migration policies on labor market and Indonesian economy.

To reach these objectives, a simultaneous equations model containing 58 structural equations and 30 identities equations are constructed. The analysis use time series 1985-2006 data. Model was estimated by 2SLS method and the SYSLIN procedure. Forecasting simulation used the Newton method and the SIMNLIN procedure.

The results of the research indicate that the pattern of internal migration is still concentrated in Java, and the pattern of international migration in every island in Indonesian is concentrated in Malaysia, excluding Java, is in Arab Saudi.

Factors influence the internal migration from other islands to Java is the amount of migrant from the previous period, on the contrary from Java to the other islands is influenced by the wages in Java and the demand for labor in destination regions. The factors influence international migration are the wages and the demand for labor in destination country.

Generally, the impacts of internal migration policies on population distribution can decrease the amount of inmigration to Java. The policies, except minimum wage policy, can solve labor market problem through decreasing unemployment in each island, then the policies are also able to increase investment and consumption in each island, so that GRDP in each island is also increasing. The impacts of combination internal and international migration policies on labor market and Indonesian economy in each island are better than the impacts of single internal migration policy. The combination of depretiation, decreasing interest rate, and increasing infrastructure government expenditure can solve population distribution problem, labor market problem and those can increase Indonesian economy (2009-2012).

(4)

SAFRIDA. Dampak Kebijakan Migrasi Terhadap Pasar Kerja dan Perekonomian Indonesia (BONAR M. SINAGA sebagai Ketua, HERMANTO SIREGAR dan HARIANTO sebagai Anggota Komisi Pembimbing)

Masalah migrasi internal dan internasional hingga saat ini terus dihadapi pemerintah Indonesia. Masalah migrasi internal adalah terkonsentrasinya arus tujuan migrasi ke Pulau Jawa, meskipun jumlah penduduk dan pengangguran di pulau tersebut cukup tinggi. Todaro menyatakan keputusan tersebut merupakan keputusan yang rasional. Para migran tetap migrasi ke daerah tujuan, meskipun pengangguran cukup tinggi di daerah tersebut. Tindakan ini dilakukan karena alasan yang kuat yaitu adanya perbedaan upah dan pendapatan antara daerah asal dan daerah tujuan. Para migran selalu membandingkan dan mempertimbangkan pasar tenaga kerja yang tersedia bagi mereka di daerah asal dan daerah tujuan. Kemudian akan memilih salah satunya jika dapat memaksimumkan keuntungan (Todaro, 1998). Sedangkan masalah migrasi internasional adalah belum berhasilnya pemerintah memenuhi tingginya permintaan tenaga kerja profesional oleh negara tujuan migran internasional Indonesia. Hingga saat ini tenaga kerja migran internasional Indonesia yang bersedia bekerja di luar negeri adalah tenaga kerja yang berpendidikan rendah.

Berbagai kebijakan ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan utama kebijakan migrasi internal yang ditetapkan pemerintah adalah mengatasi masalah distribusi penduduk dan pasar kerja, serta meningkatkan kondisi makroekonomi di Indonesia. Sedangkan tujuan utama kebijakan migrasi internasional adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja migran internasional untuk mengurangi jumlah pengangguran dan menambah devisa negara. Hingga saat ini masih sulit bagi pemerintah untuk mencapai terlaksananya kebijakan tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi internal dan internasional, dan bagaimana dampak kebijakan migrasi internal dan internasional terhadap pasar kerja dan perekonomian Indonesia pada periode 2009-2012. Tujuan penelitian adalah: (1) mendeskripsikan perkembangan migrasi internal dan internasional, pasar kerja dan perekonomian Indonesia, (2) menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi migrasi internal dan internasional di Indonesia, dan (3) meramalkan dampak kebijakan migrasi internal dan internasional terhadap pasar kerja dan perekonomian Indonesia tahun 2009-2012.

Tujuan tersebut dicapai dengan merumuskan model persamaan simultan yang terdiri dari 58 persamaan struktural dan 30 persamaan identitas. Analisis ini menggunakan data time series tahun 1985-2006. Model diestimasi dengan metode 2SLS dan prosedur SYSLIN. Simulasi historis dan peramalan menggunakan metode Newton dan prosedur SIMNLIN.

Hasil penelitian menunjukkan arus migrasi internal di Indonesia masih tertuju ke Pulau Jawa dan arus migrasi internasional setiap pulau di Indonesia tertuju ke Malaysia, kecuali Pulau Jawa yang arus migrasi internasionalnya tertuju ke Arab Saudi.

(5)

tujuan. Faktor yang mempengaruhi migrasi internasional adalah upah dan permintaan tenaga kerja di negara tujuan.

Umumnya kebijakan migrasi internal melalui peningkatan pengeluaran infrastuktur dan kebijakan migrasi internasional melalui depresiasi nilai tukar dapat mengatasi masalah distribusi penduduk melalui penurunan jumlah migran masuk ke Jawa dan peningkatan jumlah migran keluar Jawa, mengatasi masalah pasar kerja melalui penurunan jumlah pengangguran pada setiap pulau, dan meningkatkan kondisi perekonomian Indonesia yang terlihat dari peningkatan investasi, konsumsi rumah tangga dan GRDP masing-masing pulau. Sedangkan kebijakan migrasi internal melalui peningkatan upah minimum hanya dapat mengatasi masalah distribusi penduduk, tetapi tidak dapat mengatasi masalah pasar kerja dan masalah perekonomian Indonesia yang terlihat dari meningkatnya jumlah pengangguran dan menurunnya GRDP masing-masing pulau.

Kombinasi kebijakan migrasi internal dan internasional melalui penurunan suku bunga, depresiasi nilai tukar dan peningkatan pengeluaran infrastruktur dapat mengatasi masalah distribusi penduduk yang terlihat dari penurunan jumlah migran masuk ke Jawa, peningkatan jumlah migran keluar Jawa dan peningkatan jumlah migran internasional. Kebijakan tersebut juga dapat mengatasi masalah pasar kerja melalui peningkatan permintaan tenaga kerja, penurunan pengangguran dan dapat memenuhi tuntutan pekerja dalam hal peningkatan upah. Selanjutnya kebijakan tersebut juga dapat meningkatkan kondisi perekonomian Indonesia melalui peningkatan investasi dan konsumsi rumah tangga pada periode 2009-2012.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA

SAFRIDA

DISERTASI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA

Nama : SAFRIDA

NRP : A161030031

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Bidang Konsentrasi : Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A. Ketua

Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec Dr. Ir. Harianto, MS

Anggota Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir Bonar M. Sinaga, M.A. Prof. Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro, M.S.

(9)

Puji Syukur Kehadirat ALLAH SWT yang telah memberi rahmat dan karunianya kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini yang berjudul DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI TERHADAP PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. Penelitian dan disertasi ini dapat terlaksana berkat arahan, bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA sebagai Ketua Komisi Pembimbing, atas segala perhatian, bimbingan, saran, kritik dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis sejak masa perkuliahan di Institut Pertanian Bogor, penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengolahan data, hingga penyusunan disertasi.

2. Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec dan Dr. Ir. Harianto, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing, atas segala perhatian, bimbingan, motivasi, arahan, saran dan kritik kepada penulis sejak masa penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan disertasi.

3. Prof. Dr. Bomer Pasaribu, SH, SE, MS., dan Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira, sebagai penguji luar komisi dan Dr. Sri Hartoyo sebagai pimpinan ujian terbuka yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan disertasi ini.

(10)

Pertanian Universitas Syiah Kuala yang telah memberikan izin pada penulis untuk mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

6. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan bantuan beasiswa BPPS Program Doktor di Sekolah Pascasajana IPB pada penulis.

7. Pemda Nangroe Aceh Darussalam, dan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh yang telah memberikan dana penelitian pada saat bantuan beasiswa BPPS berakhir.

8. Yayasan Damandiri yang juga telah memberi bantuan dana penelitian pada saat bantuan dana beasiswa BPPS berakhir.

9. Pimpinan dan Staf Depnakertrans, BPS, dan PSE yang telah membantu dalam penyediaan data yang dibutuhkan penulis.

10.Sekretariat Program Studi EPN (Ruby, Yani, Aam, bu Kokom, dan Pak Husen) yang telah banyak membantu meringankan segala pengurusan akademik sejak masa perkuliahan hingga penulisan draft disertasi. Sahabat setia (Femi Hadidjah Elly, Sitti Wajizah, Nurliana dan Evi Lisna dan keluarga), dan teman-teman ikatan mahasiswa Pascasarjana Aceh atas kebersamaan yang terjalin selama ini.

11.Ayahanda H. Syammaun dan Ibunda Hj. Faridah tercinta, atas segala doa restu, dorongan semangat, perhatian, dan bantuan moril dan materil sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan draft disertasi ini.

(11)

Abubakar, M.Si, Ir. Marliza, M.T., Laiya Haviza, Amd., Laila Zahara, Spd., dan Keluarga Safiran Nizar, SE), atas segala doa, dorongan semangat dan perhatian bagi penulis hingga penulis mampu menyelesaikan penulisan draft disertasi ini.

14.Seluruh keluarga besar Alm. Mahyiddin Amin atas segala doa dan perhatian yang diberikan bagi penulis selama ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Terima kasih.

(12)

Penulis dilahirkan di Banda Aceh tanggal 28 Mei 1968 sebagai anak keempat dari Ayahanda H. Syammaun Asyek dan Ibunda Hj. Faridah Hasyim. Pada tahun 1987 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 Banda Aceh. Pendidikan Sarjana diselesaikan tahun 1993 pada jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Pada semester akhir kuliah, penulis lulus seleksi sebagai mahasiswa penerima tunjangan ikatan dinas dosen dan tahun 1993 diangkat sebagai staf pengajar pada jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Nanggroe Aceh Darussalam. Tahun 1996 penulis mendapat kesempatan tugas belajar pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun 2003 penulis menempuh Program Doktor di program studi yang sama di Institut Pertanian Bogor.

(13)

Halaman

DAFTAR TABEL . . . vi

DAFTAR GAMBAR . . . x

DAFTAR LAMPIRAN . . . xi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang . . . 1

1.2. Perumusan Masalah . . . 8

1.3. Tujuan Penelitian . . . 13

1.4. Kegunaan Penelitian . . . 13

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian . . . 14

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Migrasi di Indonesia . . . 2.1.1. Migrasi Internal . . . 2.1.2. Migrasi Internasional . . . 16 16 19 2.2. Kebijakan Migrasi . . . 2.2.1. Migrasi Internal . . . 2.2.1.1. Kebijakan Migrasi Internal . . . .. . . 2.2.1.2. Intrumen Kebijakan Migrasi Internal . . . 2.2.2. Migrasi Internasional . . . 2.2.2.1. Kebijakan Migrasi Internasional . . . 2.2.2.2. Instrumen Kebijakan Migrasi Internasional . . . 24 24 24 28 29 29 32 2.3. Tinjauan Studi Terdahulu . . . 2.3.1. Migrasi . . . . . . 2.3.2. Pasar Kerja . . . 2.3.3. Makroekonomi . . . .. . . 33 33 38 42 III. KERANGKA TEORI 3.1. Migrasi Penduduk . . . 46

3.1.1. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Migrasi . . . . . 47

3.1.2. Transisi Migrasi . . . 50

(14)

3.1.4. Migrasi sebagai Investasi Human Capital . . . 53

3.1.5. Beberapa Model Migrasi . . . 55

3.1.5.1. Model Migrasi Todaro . . . . . . 55

3.1.5.2. Model Migrasi Skedul . . . . 57

3.1.5.3. Model Migrasi Dreher dan Poutvaara . . . 58

3.2. Pasar Kerja . . . .. . . 60

3.2.1. Angkatan Kerja . . . 60

3.2.2. Kesempatan Kerja . . . 62

3.2.3. Upah . . . . 65

3.2.4. Pengangguran . . . 69

3.3. Variabel Makroekonomi . . . 72

3.3.1. Pendapatan Nasional . . . . . . 72

3.3.2. Konsumsi . . . 73

3.3.3. Investasi . . . .. . . 74

3.3.4. Pengeluaran Pemerintah . . . 75

3.3.5. Ekspor Bersih . . . 77

3.4. Hubungan Migrasi, Pasar Kerja dan Variabel Makroekonomi . . 78

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Ekonomi Migrasi Indonesia . . . .. . . 85

4.1.1. Blok Migrasi Internal dan Internasional . . . 85

4.1.1.1. Migrasi Internal . . . . 85

4.1.1.2. Migrasi Internasional . . .. . . 89

4.1.2. Blok Pasar Kerja . . . 97

4.1.2.1. Permintaan Tenaga Kerja . . . 97

4.1.2.2. Penawaran Tenaga Kerja . . . 98

4.1.2.3. Pengangguran . . . 100

4.1.2.4. Upah . . . 100

4.1.3. Blok Makroekonomi . . . 102

4.1.3.1. Pendapatan Nasional . . . .. . . 102

4.1.3.2. Pendapatan Disposibel . .. . . 103

4.1.3.3. Konsumsi Rumah Tangga . . . 105

(15)

4.1.3.5. Devisa . . .. . . 108

4.2. Identifikasi dan Metode Pendugaan Model . . . 108

4.3. Validasi Model . . . 110

4.4. Simulasi Kebijakan . . . 112

4.5. Defenisi dan Pengukuran Variabel . . . 117

4.6. Jenis dan Sumber Data . . . .. . . 130

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Migrasi Internal . . . 131

5.1.1. Arus Migrasi Masuk . . . 131

5.1.2. Arus Migrasi Keluar . . . 134

5.2. Migrasi Internasional . . . 135

5.3. Perkembangan Migrasi Internal dan Internasional dan Angkatan Kerja Indonesia . . . 143

5.4. Perkembangan Pendapatan Migran Internal, Devisa Migran Internasional dan Perekonomian Indonesia . . . . . . 147

VI. HASIL ESTIMASI MODEL EKONOMI MIGRASI INDONESIA 6.1. Blok Migrasi Internal dan Internasional . . . 153

6.1.1. Migrasi Internal . . . . . . 155

6.1.1.1. Migran Masuk dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain ke Jawa . . . 155

6.1.1.2. Total Migran Masuk . . . 162

6.1.1.3. Migrasi Keluar dari Jawa ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . 163

6.1.1.4. Total Migran Keluar . . . 170

6.1.2. Migrasi Internasional . . . 171

6.1.2.1. Migran dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain ke Malaysia . . . 174

6.1.2.2. Migran dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain ke Arab Saudi . . . 185

6.1.2.3. Migran dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain ke Singapura . . . 192

(16)

Sulawesi dan Pulau Lain ke Hongkong. . . . 199 6.1.2.5. Total Migrasi Internasional . . . 205 6.2. Blok Pasar Kerja . . . 206

6.2.1. Permintaan Tenaga Kerja di Jawa, Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . 207 6.2.2. Penawaran Tenaga Kerja di Jawa, Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . 214 6.2.3. Pengangguran di Jawa, Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi dan Pulau Lain . . . 222 6.2.4. Upah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan

Pulau Lain . . . .. . 223 6.3. Blok Makroekonomi . . . 232

6.3.1. Produk Domestik Regional Bruto di Jawa, Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . 232 6.3.2. Pendapatan Disposibel di Jawa, Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi dan Pulau Lain . . . .. . 232 6.3.3. Konsumsi Rumah Tangga di Jawa, Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . 233 6.3.4. Investasi di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan

Pulau Lain . . . 241 6.3.5. Devisa dari Tenaga Kerja Migran Internasional asal

Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . 247 VII. DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI TERHADAP PASAR

KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA

7.1. Hasil Validasi Model . . . 254 7.2. Hasil Simulasi Kebijakan Periode Peramalan 2009- 2012 . . . 255 7.2.1. Simulasi Peningkatan Upah Minimum Regional di Jawa

10 Persen dan Upah Minimum Regional di Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain 15 Persen . . . 261 7.2.2. Simulasi Depresiasi Nilai Tukar Rupiah 5 Persen . . . 266 7.2.3. Simulasi Penurunan Suku Bunga 2 Persen dan

Depresiasi Nilai Tukar 5 Persen . . . 270 7.2.4. Simulasi Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur di Jawa 10 Persen dan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi

dan Pulau Lain 20 Persen . . . 274

(17)

Suku Bunga 2 Persen dan Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur di Jawa 10 Persen dan di Luar Jawa

20 Persen . . . . . . 279

7.3. Rangkuman dan Sintesis Dampak Simulasi Kebijakan Migrasi Internal dan Internasional terhadap Pasar Kerja dan Perekonomian Indonesia . . . .. . . 282

7.3.1. Rangkuman Dampak Simulasi Kebijakan Migrasi Internal dan Internasional terhadap Pasar Kerja dan Perekonomian Indonesia . . . 282

7.3.2. Sintesis Kebijakan Ketenagakerjaan dan Migrasi di Indonesia . . . 287

7.3.3. Sintesis Dampak Simulasi Kebijakan Migrasi Internal dan Internasional terhadap Pasar Kerja dan Perekonomian Indonesia . . . . . . 295

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Simpulan . . . 300

8.2. Implikasi Kebijakan . . . 302

8.3. Saran Penelitian Lanjutan . . . .. . . . 303

DAFTAR PUSTAKA . . . 305

LAMPIRAN . . . 312

(18)

Nomor Halaman 1. Jumlah Industri dan Pekerja yang Tersebar pada Pusat-pusat Industri

di Indonesia Tahun 2006 . . . 4 2. Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Menurut Kawasan Tahun

2001-2006. . . . .. . . .. . . 6 3. Penerimaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran Indonesia Menurut

Kawasan Tahun 2002-2005 . . . .. . . 7 4. Jumlah Penduduk dan Pengangguran di Indonesia Berdasarkan Pulau

Tahun 2001-2005 . . . 8 5. Rata-rata Upah/Gaji Bersih Pekerja Selama Sebulan Menurut Pulau

di Indonesia Tahun 2002-2006 . . . 9 6. Studi Terdahulu Mengenai Migrasi, Pasar Kerja dan Perekonomian . . 45 7. Perkembangan Jumlah Penduduk, Penduduk Usia Kerja, Angkatan

Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Tahun 2000-2005 . . . 61 8. Jumlah dan Rata-rata Pertumbuhan Migrasi Masuk Seumur Hidup

Menurut Pulau di Indonesia Tahun 1985-2005 . . . 132 9. Jumlah dan Rata-rata Pertumbuhan Migrasi Keluar Seumur Hidup

Menurut Pulau di Indonesia Tahun 1985-2005. . . . . 135 10. Jumlah Tenaga Kerja Migran Internasional Menurut Pulau dan

Negara Tujuan Tahun 1985-2005 . . . 137 11. Jumlah Tenaga Kerja Migran Internasional dan Penerimaan Devisa

(Remittances) Menurut Pulau Tahun 1985-2005 . . . 140 12. Jumlah Migran Internal dan Internasional, Angkatan Kerja Menurut

Pulau di Indonesia Tahun 1985-2005 . . . .

144 13. Pendapatan Migran Internal, Devisa Migran Internasional, Konsumsi

Rumah Tangga dan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pulau

di Indonesia Tahun 1985-2005 . . . .. . . . 149 14. Hasil Estimasi Persamaan Migran Masuk dari Sumatera ke Jawa . . . 156 15. Hasil Estimasi Persamaan Migran Masuk dari Kalimantan ke Jawa . 159 16. Hasil Estimasi Persamaan Migran Masuk dari Sulawesi ke Jawa . . . . 160

(19)

18. Hasil Estimasi Persamaan Migran Keluar dari Jawa ke Sumatera . . . . 164

19. Hasil Estimasi Persamaan Migran Keluar dari Jawa ke Kalimantan . 167 20. Hasil Estimasi Persamaan Migran Keluar dari Jawa ke Sulawesi . . . . 168

21. Hasil Estimasi Persamaan Migran Keluar dari Jawa ke Pulau Lain . . 169

22. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Jawa ke Malaysia . . . 176

23. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sumatera ke Malaysia . . . 178

24. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Kalimantan ke Malaysia . . . . 181

25. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sulawesi ke Malaysia . . . 183

26. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Pulau Lain ke Malaysia . . . 184

27. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Jawa ke Arab Saudi . . . 186

28. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sumatera ke Arab Saudi . . . 188

29. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Kalimantan ke Arab Saudi . . . 188

30. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sulawesi ke Arab Saudi . . . . 189

31. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Pulau Lain ke Arab Saudi . . . 190

32. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Jawa ke Singapura . . . 192

33. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sumatera ke Singapura . . . 193

34. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Kalimantan ke Singapura . . . . 195

35. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sulawesi ke Singapura . . . 196

36. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Pulau Lain ke Singapura . . . . 198

37. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Jawa ke Hongkong . . . 200

38. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sumatera ke Hongkong . . . 202

39. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Kalimantan ke Hongkong . . . 203

40. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sulawesi ke Hongkong . . . 204

(20)

43. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Sumatera . . . . 210

44. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Kalimantan . . 211

45. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Sulawesi . . . . 212

46. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Pulau Lain. . . 213

47. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Jawa . . . 216

48. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Sumatera . . . . 217

49. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Kalimantan . . 219

50. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Sulawesi . . . . 221

51. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Pulau Lain . . 222

52. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Jawa . . . . . . 225

53. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Sumatera . . . 227

54. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Kalimantan. . . . . . 228

55. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Sulawesi . . . . . . 230

56. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Pulau Lain . . . 231

57. Hasil Estimasi Persamaan Konsumsi Rumah Tangga di Jawa . . . 235

58. Hasil Estimasi Persamaan Konsumsi Rumah Tangga di Sumatera. . . . 237

59. Hasil Estimasi Persamaan Konsumsi Rumah Tangga di Kalimantan . 238 60. Hasil Estimasi Persamaan Konsumsi Rumah Tangga di Sulawesi. . . . 239

61. Hasil Estimasi Persamaan Konsumsi Rumah Tangga di Pulau Lain . . 240

62. Hasil Estimasi Persamaan Total Investasi di Jawa . . . 243

63. Hasil Estimasi Persamaan Total Investasi di Sumatera . . . 244

64. Hasil Estimasi Persamaan Total Investasi di Kalimantan . . . 245

65. Hasil Estimasi Persamaan Total Investasi di Sulawesi . . . 246

(21)

Internasional asal Jawa . . . . . . . . . 249 68. Hasil Estimasi Persamaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran

Internasional asal Sumatera. . . . . . . . . 250 69. Hasil Estimasi Persamaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran

Internasional asal Kalimantan .. . . . . . . . . 251 70. Hasil Estimasi Persamaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran

Internasional asal Sulawesi . . . . . . . . . 252 71. Hasil Estimasi Persamaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran

Internasional asal Pulau Lain . . . . . . . . . 253 72. Hasil Peramalan Variabel Endogen Tanpa Alternatif Kebijakan (Nilai

Dasar) Tahun 2009-2012 . . . .. . . 258 73. Hasil Simulasi Peningkatan Upah Minimum Regional di Jawa 10

Persen dan Upah Minimum Regional di Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi dan Pulau Lain 15 Persen (Simulasi 1) . . . 263 74. Hasil Simulasi Depresiasi Nilai Tukar 5 Persen (Simulasi 2) . . . . . . 268 75. Hasil Simulasi Penurunan Suku Bunga 2 Persen dan Depresiasi Nilai

Tukar 5 Persen (Simulasi 3) . . . . . . 272 76. Hasil Simulasi Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur di Jawa 10

Persen dan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain 20

Persen (Simulasi 4) . . . .. . . 276 77. Hasil Simulasi Depresiasi Nilai Tukar 5 Persen, Penurunan Suku

Bunga 2 Persen dan Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur di Jawa

10 Persen dan di Luar Jawa 20 Persen (Simulasi 5) . . . 280 78. Rangkuman Dampak Simulasi Kebijakan Peramalan Tahun

2009-2012 . . . .. . . . . . . 284

(22)

Nomor Halaman 1.

2.

3. 4. 5. 6.

Jumlah Remittances TKI untuk Indonesia Tahun 1983-2005 ………. Faktor-faktor yang Terdapat di Daerah Asal dan Daerah Tujuan serta Rintangan Antara……….. Pilihan Kesempatan Kerja yang Optimal untuk Upah Riil Tertentu…. Hubungan Migrasi dan Pasar Kerja . . . . .. . . . Keterkaitan antara Remittances dan Pembangunan Ekonomi ………. Hubungan antara Migrasi, Pasar Kerja, dan Variabel

Makroekonomi……….. 7

47 64 79 82

83

(23)

Nomor Halaman 1. Perkembangan Migrasi Masuk, Migrasi Keluar dan Migrasi Besih

Tahun 1980, 1990, 1995 dan 2000 . . . . . . .. . 313 2. Sumber Data . . .

314 3a. Program Estimasi Parameter Model Ekonomi Migrasi Indonesia

Menggunakan Prosedur SYSLIN Metode 2SLS dengan Program

SAS/ETS Versi 9*) . . . . . . 316 3b. Program Estimasi Parameter Model Ekonomi Migrasi Indonesia

Menggunakan Prosedur SYSLIN Metode 2SLS dengan Program

SAS/ETS Versi 9 . . . .. . . 319 4. Hasil Estimasi Parameter Model Ekonomi Migrasi Indonesia

Menggunakan Prosedur SYSLIN Metode 2SLS dengan Program

SAS/ETS Versi 9 . . . . . . 322 5. Program Validasi Model Ekonomi Migrasi Indonesia Tahun

2001-2006 Menggunakan Prosedur SIMNLIN Metode Newton dengan

Program SAS/ETS Versi 9. . . 328 6. Hasil Validasi Model Ekonomi Migrasi Indonesia Tahun

2001-2006 Menggunakan Prosedur SIMNLIN Metode Newton dengan

Program SAS/ETS Versi 9. . . . . . 333 7. Program Peramalan Variabel Eksogen Model Ekonomi Migrasi

Indonesia Tahun 2009-2012 Menggunakan Prosedur Forecast Metode Trend-Linier Stepwise Autoregressive dengan Program

SAS/ETS Versi 9. . . . . . 340 8. Hasil Peramalan Variabel Eksogen Model Ekonomi Migrasi

Indonesia Tahun 2009-2012 Menggunakan Prosedur FORECAST Metode Trend-Linier Stepwise Autoregressive dengan Program

SAS/ETS Versi 9 . . . .. . . 342 9. Program Peramalan Nilai Konstanta Variabel Endogen Model

Ekonomi Migrasi Indonesia Tahun 2009-2012 Menggunakan Prosedur FORECAST Metode Trend-Linier Stepwise

Autoregressive dengan Program SAS/ETS Versi 9 . . . 362 10. Program Peramalan Variabel Endogen Model Ekonomi Migrasi

Indonesia Tahun 2009-2012 Menggunakan Prosedur SIMNLIN

Metode Newton dengan Program SAS/ETS Versi 9 . . . . 363

(24)

Indonesia Tahun 2009-2012 Menggunakan Prosedur SIMNLIN

Metode Newton dengan Program SAS/ETS Versi 9 . . . 368

(25)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan.

Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

dengan kedua daerah tersebut. Tujuan utama migrasi adalah meningkatkan taraf

hidup migran dan keluarganya, sehingga umumnya mereka mencari pekerjaan

yang dapat memberikan pendapatan dan status sosial yang lebih tinggi di daerah

tujuan (Tjiptoherijanto, 2000).

Sejalan dengan definisi tersebut, Martin (2003) menyatakan migrasi adalah

perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain, yang terjadi karena adanya

perbedaan kondisi kedua daerah tersebut. Perbedaan terbesar yang mendorong

terjadinya migrasi adalah kondisi ekonomi dan non ekonomi. Berdasarkan

pengelompokannya, maka faktor yang mendorong migran untuk migrasi

dibedakan dalam tiga kategori, yaitu faktor demand pull, supply push dan

network. Faktor demand pull terjadi jika ada permintaan tenaga kerja dari daerah tujuan, seperti tenaga kerja Meksiko yang direkrut untuk bekerja pada sektor

pertanian di Amerika. Faktor supply push terjadi jika tenaga kerja sudah tidak

mungkin lagi memperoleh pekerjaan di daerahnya sendiri, sehingga mendorong

mereka untuk migrasi ke daerah lain. Network factor merupakan faktor yang

dapat memberi informasi bagi migran dalam mengambil keputusan untuk migrasi.

Menurut Osaki (2003) migrasi penduduk terjadi karena adanya keperluan

tenaga kerja yang bersifat hakiki (intrinsic labor demand) pada masyarakat

industri modern. Pernyataan ini merupakan salah satu aliran yang menganalisis

keinginan seseorang melakukan migrasi yang disebut dengan dual labor market

(26)

tertentu pada daerah atau negara yang telah maju. Oleh karena itu migrasi bukan

hanya terjadi karena push factors yang ada pada daerah asal tetapi juga adanya

pull factors pada daerah tujuan.

Aliran new economics of migration, beranggapan migrasi penduduk tidak

hanya berkaitan dengan pasar kerja saja, tetapi berkaitan juga dengan keputusan

lingkungan terdekat migran, terutama keluarganya. Berbeda dengan keputusan

individu, keputusan keluarga lebih mampu menangani resiko dalam rumah tangga

pada saat migrasi dilakukan, yaitu melalui diversifikasi alokasi sumber daya yang

mereka miliki, seperti alokasi tenaga kerja keluarga. Beberapa anggota keluarga

tetap berada di daerah asal, sementara yang lain bekerja di daerah atau negara

lain. Alokasi tersebut merupakan upaya untuk meminimalkan resiko kegagalan

yang dapat terjadi akibat migrasi. Selain itu, jika pasar kerja lokal tidak

memungkinkan anggota keluarga yang berada di daerah asal memperoleh

penghasilan yang memadai, maka pengiriman uang (remittances) yang dikirim

oleh anggota keluarga yang bekerja di luar daerah atau luar negara dapat

membantu ekonomi rumah tangga (Stark, 1991).

Menurut Todaro (1998) migrasi internal sebagai proses alamiah yang

menyalurkan surplus tenaga kerja di daerah pedesaan ke sektor industri modern di

kota yang daya serap tenaga kerjanya lebih tinggi. Proses ini dipandang positif

secara sosial, karena memungkinkan berlangsungnya suatu pergeseran

sumberdaya manusia dari lokasi yang produk marjinal sosialnya nol ke lokasi

yang produk marjinal sosialnya bukan hanya positif tetapi juga akan terus

meningkat sehubungan dengan adanya akumulasi modal dan kemajuan teknologi.

Berdasarkan teori-teori tersebut terlihat bahwa tujuan utama migrasi

(27)

migrasi masih dipandang sebagai suatu hal yang positif dalam pembangunan

ekonomi. Fakta yang terjadi di negara berkembang berbeda dengan pandangan

tersebut, dimana arus migrasi tenaga kerja dari pedesaan yang umumnya bekerja

pada sektor pertanian jauh melampaui tingkat penciptaan atau penambahan

lapangan pekerjaan khususnya sektor industri atau jasa-jasa layanan sosial di

perkotaan.

Pesatnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga merupakan penyebab

meningkatnya jumlah penduduk migran. Sektor industri yang merupakan salah

satu faktor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi, menjadi faktor penarik bagi

migran yang berharap mendapat kesempatan kerja yang lebih baik. Kondisi ini

juga terjadi di Indonesia, dimana Jawa yang merupakan daerah paling

berkembang sektor industrinya dibanding daerah lain di Indonesia menjadi daerah

tujuan utama migran luar Jawa untuk migrasi ke daerah tersebut.

Tabel 1 memperlihatkan jumlah industri dan pekerja yang tersebar pada

pusat-pusat industri di Indonesia. Tabel tersebut memperlihatkan sekitar 90

persen jumlah industri pada pusat-pusat industri di Indonesia terdapat di pulau

Jawa dan 42.7 persen diantaranya terdapat di Jawa Barat. Perkembangan industri

ini mempengaruhi tumbuhnya kawasan bisnis dan jasa pendukung lainnya.

Kondisi infrastruktur, transportasi, layanan publik, bisnis dan jasa di daerah

tersebut terus membaik, sehingga keinginan migran dari luar Jawa untuk migrasi

ke Jawa terus meningkat. Akibatnya jumlah migran yang datang ke pulau tersebut

melebihi jumlah kesempatan kerja yang tersedia.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka migrasi tenaga kerja tidak dapat lagi

(28)

Sebaliknya, migrasi dapat menyebabkan surplus tenaga kerja dan memperburuk

masalah pengangguran di daerah tersebut.

Tabel 1. Jumlah Industri dan Pekerja yang Tersebar pada Pusat-pusat Industri di Indonesia Tahun 2006

Jumlah Industri Jumlah Pekerja

Wilayah

Unit Persen Orang Persen

Sumatera DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Sulawesi

900 1890 4524 567 2539 176

8.49 17.84 42.70 5.35 23.96 1.66

225469 363901 1269600 171880 502209 20080

8.83 14.25 49.73 6.73 19.67 0.79

Total 10596 100.00 2553139 100.00

Sumber : Litbang Kompas, 2006 (diolah).

Lampiran 1 menunjukkan perkembangan migrasi internal yang terjadi di

Indonesia yang terdiri dari migrasi masuk, migrasi keluar dan total migrasi selama

periode 1980-2000. Lampiran tersebut memperlihatkan selama periode 1980

migrasi masuk terbanyak terdapat di DKI Jakarta dan Lampung, tetapi pada

periode selanjutnya terdapat di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sedangkan migrasi

keluar terbanyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tetapi jika ditinjau dari

migrasi bersih, maka jumlah migrasi terbesar terdapat di DKI Jakarta.

Sebagai suatu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan tingkat

pengangguran yang tinggi, maka migrasi tenaga kerja ke luar negeri (migrasi

internasional) merupakan salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Migrasi internasional merupakan proses perpindahan penduduk suatu negara ke

negara lain. Umumnya orang melakukan migrasi ke luar negeri untuk

memperoleh kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya.

(29)

karir yang kurang menjanjikan untuk orang-orang yang berpendidikan tinggi dan

resiko untuk melakukan investasi di dalam negeri merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi seseorang melakukan migrasi ke luar negeri (Solimano, 2001).

Saat ini Indonesia dihadapkan pada masalah tenaga kerja, yaitu tingginya

jumlah pengangguran. Kondisi ini terjadi karena jumlah penduduk usia kerja dan

kasus Pemutusan Hubungan Kerja yang terus meningkat akibat krisis ekonomi.

Sekitar Februari 2005 dan 2006 penduduk usia kerja tumbuh dari 155.6 juta orang

menjadi 159.3 juta orang atau bertambah 3.7 juta orang. Angkatan kerja

meningkat dari 105.8 juta orang menjadi 106.3 juta orang atau bertambah 479 ribu

orang. Jumlah pekerja meningkat dari 94.9 juta orang menjadi 95.2 juta orang

atau meningkat sebanyak 229 ribu orang. Sementara jumlah penganggur

meningkat dari 10.8 juta orang menjadi 11.1 juta orang atau bertambah 250 ribu

orang (BPS, 2006). Melihat kondisi ini, pemerintah melalui menteri tenaga kerja

berusaha untuk mengurangi jumlah pengangguran dengan mengirim tenaga kerja

Indonesia ke luar negeri.

Migrasi internasional merupakan fenomena menarik dalam mengatasi

masalah tenaga kerja di Indonesia. Pada situasi tingkat pengangguran yang terus

meningkat, Indonesia mendapatkan keuntungan dari mengirimkan tenaga kerja ke

luar negeri. Selain dapat mengatasi masalah pengangguran, pengiriman tenaga

kerja migran juga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan menambah

devisa negara.

Negara-negara tujuan utama migran adalah Malaysia, Timur Tengah,

Singapura dan Hongkong, dan sejak tahun 2005 terjadi penambahan permintaan

tenaga kerja migran Indonesia ke Taiwan dalam jumlah yang cukup besar.

(30)

Tabel 2 memperlihatkan penempatan tenaga kerja migran Indonesia menurut

kawasan tahun 2001-2006.

Tabel 2. Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Menurut Kawasan Tahun 2001-2006

(Orang)

Negara

Tujuan 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Saudi Arabia

Total 339200 481696 293694 380690 474310 680000

Sumber: Depnakertrans, 2006.

Tabel 2 memperlihatkan adanya peningkatan pengiriman tenaga kerja

migran dari tahun ke tahun. Peningkatan ini disebabkan oleh selain disebabkan

oleh faktor pendorong, juga disebabkan oleh adanya faktor penarik. Faktor

penarik dapat dilihat dari tingginya permintaan tenaga kerja migran Indonesia

untuk bekerja di luar negeri, khususnya tenaga kerja profesional. Tenaga kerja

migran profesional yang dibutuhkan oleh negara tujuan adalah perawat dan

pekerja pada restoran, tetapi hingga saat ini tenaga kerja migran internasional

yang bersedia bekerja di luar negeri adalah tenaga kerja dengan tingkat

pendidikan rendah.

Pengiriman tenaga kerja migran dalam jumlah besar akan memberikan

sumbangan devisa yang besar bagi negara. Devisa ini diperoleh dari kiriman uang

(remittances) tenaga kerja migran kepada anggota keluarganya yang meningkat cepat dalam beberapa tahun terakhir. Gambar 1 memperlihatkan tahun 2005

(31)

Gambar 1. Jumlah Remittances Tenaga Kerja Migran untuk Indonesia Tahun 1983-2005

Depnakertrans menargetkan tahun 2006 perolehan devisa dari kiriman

uang tenaga kerja migran kepada keluarganya sebesar lima hingga tujuh milyar

dolar Amerika. Jumlah ini lebih tinggi dibanding devisa selama tahun 2005 yaitu

sekitar 3 milyar dollar Amerika yang berasal dari tenaga kerja migran yang

dikirim ke 15 negara tujuan seperti Jepang, Taiwan dan Qatar. Tabel 3

memperlihatkan jumlah devisa yang diperoleh negara dengan pengiriman tenaga

kerja migran selama tahun 2002-2005.

Tabel 3. Penerimaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran Indonesia Menurut Kawasan Tahun 2002-2005

2002 2003 2004 2005

Total 480393 2198019.8 293865 1128972.3 380690 1573789.9 474310 2909534.2 Sumber: Depnakertrans, Ditjen PPTKLN

(32)

1.2. Perumusan Masalah

Ketimpangan pasar kerja merupakan masalah utama dalam proses

pembangunan di Indonesia. Ketimpangan ini terjadi karena jumlah angkatan kerja

di Indonesia jauh lebih besar dibanding kemampuan penyerapan tenaga kerja,

sehingga jumlah penggangguran semakin meningkat.

Migrasi dianggap sebagai suatu proses alamiah yang menyalurkan surplus

tenaga kerja pada suatu daerah ke daerah yang tingkat daya serap tenaga kerjanya

tinggi, khususnya daerah-daerah yang mempunyai sektor industri modern. Jawa

yang merupakan salah satu daerah yang paling berkembang sektor industrinya di

Indonesia menjadi daerah tujuan migran yang paling diminati oleh migran dari

luar Jawa.

Ditinjau dari jumlah penduduk dan pengangguran, Jawa merupakan

kawasan yang paling besar jumlah penduduk dan penganggurannya yaitu 60

persen dari total penduduk dan pengangguran di Indonesia terdapat di pulau

tersebut. Namun kondisi ini tidak menurunkan keinginan penduduk di luar Jawa

untuk migrasi ke Jawa. Tabel 4 memperlihatkan jumlah penduduk dan

pengangguran di Indonesia berdasarkan pulau tahun 2001-2005.

Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Pengangguran di Indonesia Berdasarkan Pulau Tahun 2001-2005

Penduduk (000 orang)

Pengangguran (000 orang) Pulau

2001 2005

Pertumbuhan (%)

2001 2005

Pertumbuhan (%)

Sumatera

Jawa

Kalimantan

Sulawesi

Pulau Lain

39139

121621

11117

14600

15154

46294

127793

12583

15998

16536

3.4

1.0

2.5

1.8

1.8

1461

5227

299

619

398

2147

6884

428

856

561

8.0

5.7

7.4

6.7

7.1

(33)

Kondisi yang diperlihatkan pada Tabel 4 memperkuat asumsi Todaro yang

menyatakan migrasi merupakan fenomena ekonomi, dimana keputusan untuk

migrasi merupakan keputusan yang rasional. Para migran tetap migrasi ke daerah

tujuan, meskipun pengangguran cukup tinggi di daerah tersebut. Tindakan ini

dilakukan mereka karena alasan yang kuat yaitu adanya perbedaan upah dan

pendapatan antara daerah asal dan daerah tujuan. Para migran selalu

membandingkan dan mempertimbangkan pasar tenaga kerja yang tersedia bagi

mereka di daerah asal dan daerah tujuan. Kemudian akan memilih salah satunya

jika dapat memaksimumkan keuntungan (Todaro, 1998).

Ditinjau dari sisi upah yang berlaku pada masing-masing pulau di

Indonesia, asumsi tersebut belum sesuai dengan kondisi yang terjadi di Indonesia.

Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 5 yang menunjukkan rata-rata upah/gaji

bersih pekerja selama sebulan menurut pulau di Indonesia.

Tabel 5. Rata-rata Upah/Gaji Bersih Pekerja Selama Sebulan Menurut Pulau di Indonesia Tahun 2002-2006

Upah/Gaji (Rp/Bulan) Pulau

2002 2003 2004 2005 2006

Pertumbuhan (persen)

Sumatera

Jawa

Kalimantan

Sulawesi

Pulau Lain

711585

753265

908281

623080

678670

754925.3

751181.6

927990.5

742939.2

797556.7

798265

749100

947700

862800

916440

784945

755550

975145

739025

903890

870985

802885

1021670

803015

949305

4.1

1.3

2.4

5.2

6.9

Sumber : Badan Pusat Statistik 2002-2006

Tabel 5 memperlihatkan rata-rata upah tertinggi terdapat di Kalimantan.

Sedangkan rata-rata upah di Jawa lebih rendah dibandingkan dengan upah yang

berlaku di luar Jawa, tetapi Jawa tetap menjadi daerah tujuan utama para migran

(34)

yang mempengaruhi penduduk dari pulau-pulau lain di luar Jawa migrasi ke Pulau

Jawa.

Kenyataan ini memperlihatkan migrasi internal khususnya migrasi masuk

ke Jawa dapat menyebabkan surplus tenaga kerja dan meningkatkan masalah

pengangguran di pulau tersebut. Oleh karena itu beberapa kebijakan telah

ditetapkan pemerintah untuk mengatasi masalah terkonsentrasinya penduduk di

Pulau Jawa, terutama pasca kemerdekaan. Kebijakan tersebut adalah

undang-undang yang mengatur penyelenggaraan transmigrasi (Undang-Undang Nomor

29/1960 tentang pokok-pokok penyelenggaraan transmigrasi, yang kemudian

disempurnakan dengan undang-undang nomor 3/1972 tentang

ketentuan-ketentuan pokok transmigrasi dan Undang-Undang Nomor 15/1997 tentang

ketransmigrasian). Pada Undang-Undang Nomor 29/1960 lebih menitik beratkan

pada jenis penempatan transmigrasi spontan secara teratur dalam jumlah yang

besar. Undang-Undang Nomor 3/1972 menitikberatkan pada penempatan

penduduk di wilayah-wilayah strategis, dan adanya berbagai sanksi atas

pelanggaran perundang-undangan sebagai pelanggaran hukum. Undang-Undang

Nomor 15/1997 berorientasi pada pengaturan pemukiman dan lahan, serta

memperbaiki sarana jalan dan transportasi di daerah tujuan (Warsono, 2004).

Kebijakan migrasi yang berjalan hingga saat ini merupakan kebijakan

bersifat direct policy yang mengatur perpindahan penduduk berdasarkan tingkat

kepadatan penduduk. Tetapi hingga saat ini kebijakan tersebut belum mampu

mengatasi masalah distribusi penduduk tersebut, yang terlihat dari tingginya

jumlah migran masuk ke Jawa dibanding jumlah migran keluar dari pulau

(35)

Satu hal yang memungkinkan dalam mengatasi masalah pengangguran

yang semakin tinggi adalah meningkatkan migrasi internasional. Seperti halnya

migrasi internal, motif utama migrasi internasional juga ekonomi. Rendahnya

tingkat upah dan kesempatan kerja di dalam negeri merupakan pendorong migrasi

tenaga kerja ke luar negeri khususnya ke negara kaya dan negara industri yang

mempunyai kesempatan kerja dan upah yang lebih tinggi.

Syahriani (2007) menyatakan banyak faktor yang memotivasi para pekerja

Indonesia memilih bekerja di luar negeri diantaranya peluang kerja yang terbatas,

upah yang rendah, dan kemiskinan mendorong seseorang meninggalkan

negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain. Para migran

ini pergi ke negara tujuan yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih

tinggi dibanding negara asalnya.

Berbeda dengan migrasi internal, dalam migrasi internasional, para migran

tidak dapat memutuskan dengan bebas dalam mencari pekerjaan di negara tujuan.

Tetapi negara tujuan yang memutuskan menerima migran tersebut sesuai

kebutuhannya. Negara tujuan dapat memilih tenaga-tenaga ahli dan terampil yang

sedang dibutuhkan. Hal ini merupakan keuntungan ekonomi bagi negara tujuan.

Keuntungan ekonomi bagi negara asal adalah berkurangnya tekanan terhadap

pasar kerja di dalam negeri, dan sumber penerimaan devisa melalui kiriman uang

mereka kepada keluarganya (Solimano, 2001).

Dampak positif dari migrasi tenaga kerja ke luar negeri adalah

berkurangnya tekanan terhadap pasar kerja di dalam negeri. Dampak tersebut

semakin dirasakan karena tenaga kerja tersebut adalah penganggur atau mereka

(36)

dapat digantikan oleh penganggur atau setengah menganggur yang ada pada pasar

kerja dalam negeri.

Salah satu masalah dalam migrasi internasional yang dihadapi oleh

pemerintah Indonesia adalah belum mampunya pemerintah memenuhi permintaan

luar negeri terhadap tenaga kerja profesional, karena hingga saat ini sebagian

besar tenaga kerja migran yang bersedia bekerja ke luar negeri didominasi oleh

tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah. Umumnya mereka bekerja pada

sektor informal sebagai pembantu rumah tangga, buruh di perkebunan atau sopir.

Sedangkan tenaga kerja dengan pendidikan tinggi lebih banyak memilih untuk

bekerja di dalam negeri.

Beberapa kebijakan juga telah ditetapkan pemerintah untuk mengatasi

berbagai permasalahan dalam migrasi internasional. Mulai dari undang-undang

penempatan dan perlindungan tenaga kerja migran (Undang-Undang RI Nomor

39/2004, Keputusan Presiden RI Nomor 29/1999, dan Keputusan Menakertrans

RI Nomor: Kep-104 A/Men/2002), pembekalan keterampilan hingga pengenalan

budaya dan bahasa negara tujuan migran (Peraturan Menakertrans RI Nomor:

Per.04/Men/II/2005, Keputusan Menakertrans RI nomor: kep-80/Men/V/2004).

Secara umum tujuan kebijakan tersebut adalah meningkatkan kualitas dan

kuantitas tenaga kerja migran internasional. Secara khusus tujuannya untuk

mengurangi pengangguran di dalam negeri, dan meningkatkan devisa negara

melalui remittances mereka kepada keluarganya.

Salah satu tahapan sederhana dalam memahami pentingnya fenomena

migrasi adalah memaklumi bahwa setiap kebijakan ekonomi yang mempengaruhi

pendapatan riil penduduk baik secara langsung atau tidak langsung akan

(37)

pola-pola kegiatan ekonomi, dan mengubah pola-pola distribusi pendapatan penduduk.

Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Stark (1982); Stark dan Bloom (1985),

yaitu migrasi memberi jalan yang lebih baik bagi kehidupan rumah tangga

migran, yang terlihat dari pengiriman uang untuk anggota keluarganya. Hal ini

tidak dapat diabaikan dalam perkembangan ekonomi, karena pengiriman uang

tersebut menjadi sumber pendapatan rumah tangga. Kondisi ini dapat

meningkat-kan tabungan rumah tangga, memfasilitasi perdagangan barang dan mengubah

distribusi pendapatan lokal (Osaki, 2003). Namun demikian diperlukan suatu

analisis untuk mengetahui apakah kondisi ini juga terjadi di Indonesia.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka peneliti berkeinginan untuk

mengkaji lebih dalam tentang :

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi migrasi internal dan internasional di

Indonesia ?

2. Bagaimana dampak penerapan kebijakan migrasi internal dan internasional

terhadap pasar kerja dan perekonomian Indonesia pada tahun 2009-2012 ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini

bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan perkembangan migrasi internal dan internasional, pasar kerja

dan perekonomian Indonesia.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya migrasi internal

dan internasional di Indonesia.

3. Meramalkan dampak penerapan kebijakan migrasi internal dan internasional

(38)

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna:

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan kebijakan tentang migrasi

dalam rangka mengatasi masalah distribusi penduduk dan ketenagakerjaan

yang bertujuan memperbaiki perekonomian Indonesia.

2. Sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mengkaji migrasi secara makro yang didisagregasi

berdasarkan pulau-pulau besar di Indonesia, yaitu: Sumatera, Jawa, Kalimantan,

Sulawesi dan Pulau Lain. Oleh karena itu ruang lingkup dan keterbatasan

penelitian ini adalah:

1. Ruang lingkup penelitian difokuskan pada migrasi internal, migrasi

internasional, pasar kerja dan variabel-variabel permintaan agregat.

2. Migrasi internal merupakan migrasi keluar dan masuk dari satu pulau ke

pulau lainnya di Indonesia. Migrasi internal dalam penelitian ini dibatasi

pada migrasi masuk dari pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau

Lain ke Jawa; dan migrasi yang keluar dari Jawa ke Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi dan Pulau Lain.

3. Tiga jenis migran internal yaitu migran semasa hidup, migran risen, dan

migran total. Jenis migran internal dalam penelitian ini dibatasi pada migran

semasa hidup (life time migrant).

4. Negara tujuan migrasi internasional Indonesia adalah kawasan Asia Pasifik,

Timur Tengah, Amerika dan Eropa. Dalam penelitian ini, migrasi

(39)

Malaysia, Singapura, dan Hongkong. Dasar pemilihan negara tujuan

tersebut karena negara-negara tersebut yang paling banyak menggunakan

jasa tenaga kerja Indonesia.

5. Perkembangan ekonomi dapat ditinjau dari sisi permintaan dan penawaran

agregat. Perkembangan ekonomi dalam penelitian ini dibatasi pada

variabel-variabel makroekonomi yang ditinjau dari sisi permintaan agregat,

yaitu produk domestik regional bruto, total konsumsi rumah tangga, total

investasi swasta, pengeluaran pemerintah, dan ekspor bersih pada setiap

pulau.

6. Kebijakan migrasi yang berjalan hingga saat ini merupakan kebijakan

bersifat direct policy yang mengatur perpindahan penduduk berdasarkan

tingkat kepadatan penduduk, sedangkan dalam penelitian ini kebijakan

migrasi yang digunakan mengutamakan indirect policy yang tidak mengatur

jumlah perpindahan penduduk, tetapi lebih pada meningkatkan daya tarik

daerah tujuan dengan upaya menciptakan kesempatan kerja dan

meningkatkan kondisi perekonomian di daerah tujuan. Oleh karena itu

kebijakan migrasi difokuskan pada instrumen kebijakan makroekonomi

yang mendorong terlaksananya kebijakan migrasi baik internal maupun

(40)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Migrasi di Indonesia

2.1.1. Migrasi Internal

Migrasi internal merupakan mobilitas penduduk dari satu wilayah ke

wilayah lain dalam satu negara. Migrasi internal yang terjadi di Indonesia terdiri

dari transmigrasi dan urbanisasi. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk

dari satu pulau ke pulau lainnya di Indonesia. Dalam analisis ini transmigrasi

merupakan perpindahan penduduk dari pulau Jawa ke pulau-pulau lainnya di

Indonesia. Sebaliknya urbanisasi yang merupakan perpindahan penduduk dari

desa ke kota, umumnya terjadi pada penduduk pulau lain yang ingin memperoleh

pekerjaan yang lebih baik di pulau Jawa.

Migrasi penduduk antar propinsi dan migrasi desa-kota memperlihatkan

pola yang sangat sentris ke Pulau Jawa. Pola ini mencerminkan suatu disparitas

wilayah, yang merupakan perwujudan kebijakan pembangunan dengan orientasi

pada pertumbuhan ekonomi, khususnya industri dan jasa yang umumnya berlokasi

di kota-kota besar dan di Pulau Jawa. Dengan kondisi seperti itu aliran penduduk

ke kota-kota besar tidak akan dapat dihambat, meskipun dengan tindakan

menahan pendatang untuk masuk ke daerah tersebut.

Perubahan pola mobilitas pada masa yang akan datang sangat tergantung

pada perkembangan wilayah di luar Jawa. Jika wilayah-wilayah tersebut dapat

mengembangkan kewenangan (otonomi) yang lebih luas bagi pembangunannya

sendiri, maka diharapkan pada masa yang akan datang dapat menjadi penarik bagi

mobilitas penduduk. Wilayah yang kaya akan sumberdaya alam, seperti Riau,

Kalimantan Timur dan Papua diharapkan dapat menyeimbangkan mobilitas

(41)

Tapi kondisi ini tidak dapat terjadi secara otomatis, namun tergantung pada

keberhasilan pengembangan wilayah dan kota (permukiman). Dengan demikian

untuk pencapaian mobilitas penduduk yang lebih seimbang, agendanya akan

sangat melekat pada program pengembangan wilayah dan perkotaan, khususnya

di luar Jawa.

Transmigrasi merupakan salah satu unsur utama rencana pembangunan

Indonesia. Tujuan sosial transmigrasi adalah menolong rakyat Indonesia yang

termiskin, yaitu petani tanpa lahan, penganggur di kota dan gelandangan.

Transmigrasi bertujuan pula untuk membangun daerah luar Jawa, dengan

memanfaatkan lahan-lahan luas yang belum diolah, mengubah tanah yang belum

digarap menjadi tanah yang lebih produktif (Levang, 2003).

Program transmigrasi telah dimulai sejak Indonesia masih dibawah

pemerintahan kolonial Belanda yaitu pada Fase Percobaan (1905-1931). Pada

masa ini dalam setiap proyek, pemerintah Belanda membangun kelompok inti

yang terdiri atas 500 kepala keluarga. Keluarga-keluarga tersebut mendapat

jaminan selama satu tahun pertama. Setiap keluarga juga diberi subsidi yang

mendorong mereka mendatangkan sanak keluarganya, sehingga memicu migrasi

spontan (Levang, 2003).

Fase Transmigrasi Kedua (1931-1941). Tahun 1931 terjadi krisis pada

sektor perkebunan besar yang mengakibatkan ribuan buruh Jawa diberhentikan

dari pekerjaannya. Tahun 1905-1941, pemerintah Belanda secara keseluruhan

memindahkan sekitar 200 ribu jiwa dari Jawa ke luar Jawa.

Fase Pemecahan Masalah Pascaperang. Pada fase ini pemimpin Republik

Indonesia tetap menerapkan cara dan pola yang sama seperti yang dilakukan oleh

(42)

transmigrasi dibawah Departemen Tenaga Kerja dan Sosial. Tahun 1948 urusan

transmigrasi dipindahkan dibawah Depertemen Dalam Negeri. Kondisi ini terus

berlangsung, dan tahun 1983 transmigrasi sepenuhnya dibawah Departemen

Transmigrasi.

Pelita III dan IV merupakan masa target. Pada Pelita III (1979-1984),

pemerintah memutuskan untuk membagi tugas kepada departemen-departemen

terkait. Departemen pekerjaan umum bertugas mempersiapkan lokasi, departemen

transmigrasi bertugas merekrut, memindahkan, dan membina para transmigran.

Departemen pertanian mengurus masalah pertanian, departemen agama mengurus

masalah tempat ibadah dan departemen kesehatan mengurus masalah puskesmas.

Untuk memecahkan masalah koordinasi antar dinas dari departemen-departemen

tersebut, maka pemerintah menciptakan instansi baru yang dinamakan Badan

Koordinasi Transmigrasi (Bakortrans). Pada Pelita IV (1984-1989), pemerintah

memindahkan 750 ribu kepala keluarga. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan,

karena lama kelamaan penduduk asli menjadi minoritas di daerahnya sendiri

(Levang, 2003).

Pada Pelita V kebijaksanaan penyelenggaraan transmigrasi ditangani oleh

satu departemen yaitu departemen transmigrasi. Pola usaha pertanian tetap

dilanjutkan, tetapi lebih ditingkatkan pada pola-pola perkebunan, perikanan, dan

perindustrian. Pada Pelita VI, kebijaksanaan pembangunan transmigrasi

diarahkan pada kawasan Indonesia Timur, mendukung pembangunan wilayah,

penanggulangan kemiskinan dan menggalakkan Transmigrasi Swakarsa Mandiri.

Tahun 2001 pada periode Kabinet Gotong Royong, penyelenggara

transmigrasi dilaksanakan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(43)

sesuai kondisi politik saat itu. Pada era otonomi daerah pemerintah pusat

berperan sebagai regulator, fasilitator dan mediator. Transmigrasi diposisikan

pada program masyarakat bersama antara dua pemerintahan setempat, dan bukan

pemerintahan pusat. Transmigrasi dilaksanakan melalui mekanisme kerjasama

antar daerah otonom (Pusdatintrans, 2004).

2.1.2. Migrasi Internasional

Migrasi merupakan fenomena yang telah berlangsung mengikuti

perjalanan peradaban manusia. Perpindahan penduduk dari negara asal ke luar

batas negaranya makin sering terjadi di hampir seluruh belahan dunia, dengan

jumlah yang terus meningkat dan alasan yang beragam. Alasan yang mendasari

migrasi tersebut adalah alasan ekonomi, situasi politik di dalam negeri yang tidak

menentu sampai terjadinya bencana alam. Migrasi tenaga kerja merupakan bagian

dari proses migrasi internasional. Pada awalnya, migrasi tenaga kerja ini terjadi

untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja jangka pendek (short-terms labor

shortages), seperti yang terjadi di Amerika Serikat tahun 1950-an, dengan mendatangkan pekerja-pekerja asal Meksiko. Pertumbuhan penduduk yang

lambat dikombinasikan dengan kondisi perekonomian yang cukup baik di

kawasan Eropa Utara dan Eropa Barat pada tahun 1960 sampai pertengahan tahun

1970 juga membuka peluang bagi masuknya pekerja asing (Weeks, 1974).

Hingga akhir dekade 80-an, masalah-masalah migrasi tenaga kerja masih

dipandang dalam perspektif ekonomi-politik. Perspektif ini memandang

terjadinya migrasi internasional difokuskan pada ketidaksamaan tingkat upah

yang terjadi secara global, hubungan ekonomi dengan negara penerimanya,

(44)

perusahaan multinasional, serta perubahan struktural dalam pasar kerja yang

berkaitan dengan perubahan dalam pembagian kerja di tingkat internasional

(international division of labour). Perpindahan penduduk dari negara pengirim (sending country) ke negara penerima tenaga kerja migran (receiving country)

akan membuat negara pengirim mendapat keuntungan remittance, sedangkan

negara penerima akan mendapat keuntungan pasokan tenaga kerja murah

(Mulyadi, 2003).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka pengangguran yang

cukup tinggi. Kondisi ini disebabkan oleh jumlah angkatan kerja yang terus

meningkat, sebaliknya kesempatan kerja semakin menurun, sehingga mendorong

masyarakat untuk migrasi ke tempat bahkan ke negara lain untuk memperoleh

pendapatan yang lebih tinggi. Pengiriman tenaga kerja migran Indonesia (TKI) ke

luar negeri secara resmi telah diprogramkan oleh pemerintah sejak 1975. Program

ini merupakan salah satu kebijakan yang dikembangkan oleh pemerintah

Indonesia untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan tersebut.

Umumnya migrasi internasional sangat berhubungan dengan pertumbuhan

ekonomi dan transisi demografi dalam suatu negara. Ketika suatu negara

mengalami kemunduran ekonomi yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi

yang rendah dan pertumbuhan populasinya masih tinggi, sangat tidak mungkin

aktivitas perekonomian negara tersebut dapat menyerap kelebihan tenaga kerja.

Untuk alasan ini, pengiriman tenaga kerja merupakan suatu pemecahan masalah

ketenagakerjaan. Dalam teori ekonomi kependudukan dan ketenagakerjaan, hal

ini sering dinyatakan sebagai “the first stage of labor migration transition

(45)

Jumlah tenaga kerja migran internasional Indonesia hingga saat ini terus

meningkat. Sekitar 70 persen dari jumlah tenaga kerja tersebut adalah perempuan

yang rentan terhadap masalah. Migrasi internasional dapat membawa dampak

positif bagi negara tujuan, negara asal dan para migran beserta keluarganya. Bagi

negara tujuan, kehadiran migran ini dapat mengisi segmen-segmen lapangan kerja

yang sudah ditinggalkan oleh penduduk setempat karena tingkat kemakmuran

negara tersebut semakin meningkat. Lapangan kerja tersebut seperti sektor

perkebunan dan bangunan atau konstruksi di Malaysia yang banyak digantikan

oleh pekerja-pekerja dari Indonesia, atau menambah kebutuhan tenaga-tenaga

terampil yang jumlahnya kurang, seperti kebutuhan tenaga kerja teknisi dan jasa

di negara-negara Timur Tengah. Bagi negara asal merupakan sumber penerimaan

devisa dari remittancess hasil kerja migran di luar negeri, sementara untuk para

migran, kesempatan ini merupakan pengalaman internasional dan kesempatan

meningkatkan keahlian dan mengenal disiplin kerja di lingkungan yang berbeda.

Bagi keluarga migran hal tersebut merupakan sumber penghasilan yang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya (Syahriani, 2007).

Suatu hal yang diharapkan saat ini adalah menjadikan Indonesia sebagai

negara pengirim tenaga kerja yang terampil dan ahli, serta berdaya saing. Tingkat

pendidikan sangat berpengaruh terhadap penguasaan bahasa, akses informasi

teknologi dan budaya dimana mereka bekerja, terutama bagi tenaga kerja migran

internasional yang bekerja pada lembaga-lembaga atau institusi seperti rumah

sakit, restoran, pertokoan maupun lembaga lain yang menjadikan bahasa sebagai

alat komunikasi adalah persoalan yang sangat penting. Kondisi ini berarti

(46)

ke luar negeri, dan ini menjadi fokus utama pemerintah untuk membekali

pendidikan ketrampilan kepada tenaga kerja tersebut.

Menjadi tenaga kerja migran tidak hanya mempertimbangkan skill atau

teknis keahlian saja, tetapi pemahaman dan wawasan terutama budaya masyarakat

tempat dimana mereka akan bekerja juga merupakan hal yang tidak dapat

diabaikan. Karena kualitas tenaga kerja dan tingkat pendidikan selalu memiliki

keterkaitan. Tenaga kerja migran yang memiliki tingkat pendidikan tinggi,

umumnya bekerja pada lembaga jasa seperti rumah sakit, pertokoan, dan restoran

yang memang memerlukan keahlian khusus dari pekerjanya. Pola rekrutmennya

dilakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki jaringan

kerja sama dengan penempatan tenaga kerja dengan luar negeri. Kondisi tenaga

kerja migran ini umumnya lebih baik, dan sangat berbeda dengan tenaga kerja

migran yang berangkat hanya berbekal pendidikan dan keahlian yang tidak

memadai. Tenaga kerja migran yang mempunyai latar pendidikan rendah lebih

banyak ditempatkan pada sektor informal seperti pembantu rumah tangga, sopir,

pekerja perkebunan dan sebagainya.

Menindaklanjuti kondisi tersebut, maka diperlukan suatu manajemen

terpadu antara program pemantauan kebutuhan tenaga kerja asing di luar negeri

oleh diplomasi perwakilan Republik Indondesia di luar negeri, program

perlindungan buruh migran, dan program-program peningkatan keterampilan di

dalam negeri yang sesuai dengan kebutuhan pasar internasional.

Informasi mengenai kondisi serta kebutuhan tenaga kerja di mancanegara

diharapkan dapat tersedia bagi para calon tenaga kerja migran, sehingga mereka

mengetahui dengan jelas kondisi dan resiko kesempatan tersebut. Umumnya

(47)

mantan tenaga kerja migran, tetapi pemerintah sebaiknya dapat membantu

menyediakan informasi yang benar.

Peran jasa pengerah tenaga kerja Indonesia tetap sangat penting, karena

pemerintah tidak akan berhasil melaksanakannya sendiri, tetapi ketertiban dan

pemantauan merupakan tujuan pemerintah untuk melindungi calon tenaga kerja.

Salah satu hal yang perlu diketahui oleh calon tenaga kerja migran Indonesia

adalah menyiapkan diri untuk memenuhi kualifikasi yang diharapkan oleh

pengguna jasa tenaga kerja tersebut.

Oleh karena itu tanggal 18 Oktober 2004, pemerintah mengeluarkan

Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan

tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Dalam undang-undang ini selain mengatur

tentang landasan hukum bagi perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri,

juga mengatur tentang kompetensi calon tenaga kerja. Dalam hal ini dinyatakan

bahwa calon tenaga kerja wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja sesuai

dengan prasyarat jabatan. Jika belum memiliki, wajib mengikuti pendidikan dan

latihan yang diselenggarakan oleh pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia.

Pendidikan dan latihan dimaksudkan untuk (Sembiring, 2006):

1. Membekali, menempatkan dan mengembangkan kompetensi kerja calon

tenaga kerja Indonesia.

2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat

istiadat, budaya, agama, dan resiko kerja diluar negeri.

3. Membekali kemampuan berkomunikasi dalam bahasa negara tujuan dan

4. Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban calon

(48)

Oleh karena itu dalam sudut pandang normatif, dengan dikeluarkannya

undang-undang ini, maka perlindungan hukum bagi tenaga kerja Indonesia yang bekerja

di luar negeri semakin kuat.

2.2. Kebijakan Migrasi

Kebijakan migrasi yang dibahas dalam sub bab ini adalah kebijakan

migrasi internal dan kebijakan migrasi internasional. Kebijakan migrasi internal

dan internasional ini ditinjau dari sisi kebijakan migrasi formal yaitu kebijakan

migrasi yang ditetapkan oleh pemerintah baik dalam bentuk undang-undang,

keputusan presiden, maupun peraturan menteri. Kemudian dibahas pula

instrumen-instrumen kebijakan yang mendorong terlaksananya kebijakan migrasi

yang telah ditetapkan pemerintah.

2.2.1. Migrasi Internal

2.2.1.1. Kebijakan Migrasi Internal

Beberapa kebijakan (formal) yang mengatur tentang migrasi internal

khususnya periode pasca kemerdekaan tentang ketransmigrasian telah ditetapkan

pemerintah untuk mengatasi masalah distribusi penduduk yang tidak merata dan

membantu pembangunan daerah yang ditinggalkan dan daerah tujuan migrasi.

Beberapa kebijakan tersebut yaitu: Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1960,

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1972, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997,

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

1999, dan Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1983.

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1960 yang mengatur tentang

Gambar

Tabel 3.  Penerimaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran Indonesia Menurut Kawasan Tahun  2002-2005
Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Pengangguran di Indonesia Berdasarkan
Tabel 6.
Tabel 6.  Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah/The Union of Islamic Education) is another Islamic organisation in the country whose branch can be found in the island of

Penelitian komparatif juga perlu dilakukan untuk membandingkan efektivitas pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar modul berbasis PhET ini dan modul konvensional

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas air mata air di wilayah kerja Puskesmas Rakit 1 berdasarkan kandungan Total Coliform sebanyak 25 (83,33%) tidak

 ,umerator Jumlah !ersalinan dengan seksio 9esaria dalam 1 0ulan Denominator Jumlah seluruh !ersalinan dalam 1 0ulan. $um0er data ekam medis $tandar 2

Guru hanya mencantumkan di bagian materi ajar “pengertian drama, unsur teks drama, sistematika naskah drama dan kaidah teks drama” hal ini tidak sesuai dengan

Uji stabilitas sabun wajah dilakukan dengan mendiamkan sediaan selama 3 bulan pada suhu ruang dengan melakukan pengamatan fisik tiap bulannya yang meliputi organoleptis,

Berdasarkan kepada Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, bahwa setiap perguruan tinggi wajib memenuhi Standar

Kondisi fisik, kimia, dan biologis perairan di Kawasan Wisata Lovina relatif masih mendukung pertumbuhan dan perkembangan planula karang untuk dapat menjadi