• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN MIGRASI DAN PENGHIDUPAN TENAGA KERJA ASAL INDONESIA DI KAMPUNG PANDAN DALAM AMPANG JAYA MALAYSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN MIGRASI DAN PENGHIDUPAN TENAGA KERJA ASAL INDONESIA DI KAMPUNG PANDAN DALAM AMPANG JAYA MALAYSIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

KAJIAN MIGRASI DAN PENGHIDUPAN TENAGA KERJA ASAL INDONESIA DI KAMPUNG PANDAN DALAM AMPANG JAYA MALAYSIA

Oleh:

Nur Angga Ardiyanto ardiyan_mail@yahoo.com

R. Rijanta rijanta@ugm.ac.id

Abstract

The problem arised is that the international migration flows of worker are dominated by the low-educated and unskilled workers. This study aims to explore the push and pull factors that affect the motivation of Indonesian workers to work in Malaysia as well as assessing the factors that affect the legality, the role of legal status to the success of the migration as measured by indicators such as the number of monthly wage received. The results of this study showed several pull factors of migration, namely the Malaysian government's support towards the opening of the industrial area that employs many workers that triggers the workers movement. The push factors are the lack of education and skills, low assets in the area of origin making them difficult to diversify. In addition to the fact, legal status plays an important role in the success of the migration. While the legal status is affected by of the asset ownership of workers in the area of origin and also by the processes that occur during migration.

Keywords: migration, asset ownership, legality, wages

Abstrak

Masalah yang timbul dari migrasi ketenagakerjaan ini adalah arus migrasi yang didominasi oleh para tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan tidak berkeahlian. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor penarik dan pendorong yang mempengaruhi motivasi tenaga kerja asal Indonesia untuk bekerja di Malaysia serta mengkaji faktor yang mempengaruhi legalitas, peranan status legalitas terhadap keberhasilan migrasi yang diukur melalui indikator besaran upah yang diterima setiap bulannya. Hasil penelitian ini adalah didapatkan beberapa faktor penarik migrasi yaitu dukungan pemerintah Malaysia terhadap pembukaan kawasan industri yang mempekerjakan banyak pekerja sehingga memicu perpindahan tenaga kerja. Faktor pendorong migrasi yang didapatkan adalah rendahnya pendidikan dan keahlian serta minimnya aset di daerah asal sehingga sulit untuk berdiversifikasi. Selain itu pada aspek legalitas didapatkan fakta bahwa status legalitas sangat memegang peranan dalam keberhasilan migrasi. Sedangkan status legalitas dipengaruhi oleh kepemilikan aset di daerah asal tenaga kerja dan juga proses yang terjadi selama migrasi.

(2)

2 PENDAHULUAN

Malaysia mencerminkan kompleksitas migrasi internasional,

menjadi penerima tenaga kerja dan pengirim tenaga kerja. Sementara pekerja asing memenuhi kekurangan tenaga kerja di dalam negeri, tenaga kerja upah rendah yang dapat membantu pertumbuhan nasional Malaysia, namun akses yang tidak terkontrol ke tenaga kerja asing tidak berkeahlian yang bersedia dibayar murah juga dapat menghambat peningkatan ekonomi dan menimbulkan masalah politik, keamanan serta sosial (Pillai 1995).

Migrasi pada dasarnya merupakan suatu bentuk proses diversifikasi dari suatu konteks kerentanan (Ellis 2000). Minimnya potensi diversifikasi pada masyarakat perdesaan yang diakibatkan oleh minimnya aset yang dimiliki menghasilkan pilihan rasional untuk bermigrasi dan mencari penghidupan yang lebih baik.

Konteks kerentanan dapat tercipta di dalam proses yang terjadi selama migrasi. Para tenaga kerja dengan pendidikan rendah yang kurang pengetahuan di bidang administrasi kenegaraan dan finansial harus dihadapkan dengan berbagai birokrasi. Namun hal ini dapat disiasati dengan melakukan pendaftaran di Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia melalui jaminan majikan ataupun syarikat dengan melakukan pemotongan upah untuk mencicil biaya permit, setelah mereka telah diterima kerja. Faktor kerentanan yang bersifat

“seasonality” yang kemudian menjadi

faktor risiko, fluktuatif kebutuhan ketenagakerjaan, dan faktor keterampilan yang mendasari persaingan antar tenaga kerja asal Indonesia dalam mencari majikan dan syarikat yang mau mempekerjakan merupakan suatu bentuk kompetisi yang menciptakan suatu bentuk kerentanan dan peluang tersendiri.

Penelitian ini mengkaji terkait proses-proses yang terjadi tersebut, dan

juga terkait kepemilikan aset yang mereka miliki di daerah asal migrasi dan bagaimana aset tersebut mempengaruhi status legalitas yang kemudian digolongkan menjadi tiga golongan untuk memudahkan pembahasan yaitu status legal yang ditandai dengan kepemilikan permit, I.C. Merah, dan terdapat juga

tenaga kerja yang berubah

kewarganegaraan menjadi warga negara Malaysia dengan I.C. Biru, selanjutnya terdapat juga terdapat juga tenaga kerja semi-ilegal yaitu tenaga kerja yang bermigrasi secara sirkuler dalam kurun waktu kurang dari tiga puluh hari dengan memanfaatkan waktu kunjungan paspor, dan juga tenaga kerja ilegal yang tidak memiliki waktu kunjungan maupun izin kerja. Selanjutnya dalam kajian penelitian ini adalah mengkaji faktor apa sajakah yang bekerja dalam mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang dikumpulkan setiap bulannya sebagai indikasi keberhasilan migrasi secara riil.

METODE PENELITIAN

Pemilihan lokasi di Kampung Pandan Dalam ini karena pada perkampungan yang mayoritas dihuni oleh para imigran ini merupakan konsentrasi pemukiman murah yang di dalamnya terdapat aglomerasi pemukiman tenaga kerja asal Indonesia yang terkonsentrasi di kawasan ini pada distrik Perbandaran Ampang Jaya. Adanya aglomerasi pemukiman Tenaga Kerja Asal Indonesia di Kampung Pandan Dalam ini karena terdapat banyak hunian murah dan mudahnya aksesbilitas menuju tempat mereka memperoleh pekerjaan yang berbasis pada sektor perkotaan. Pembangunan yang pesat dan kebutuhan tenaga kerja yang tinggi pada pekerjaan kasar yang kurang diminati penduduk Malaysia sendiri memicu masuknya migran dari negara lain seperti Indonesia, adanya migrasi ini dapat dipicu juga oleh adanya permintaan tenaga kerja dari pemerintah Malaysia sendiri maupun investor yang membutuhkan tenaga buruh

(3)

3

kasar ini sehingga pada kawasan ini dimungkinkan adanya tipologi ketenagakerjaan yang dimaksud dalam penelitian ini.

Gambar 1: Lokasi Kampung Pandan Dalam

1. Faktor Penarik dan Pendorong Migrasi

Metode yang digunakan dalam mengkaji faktor penarik dan pendorong migrasi tenaga kerja asal Indonesia ini adalah menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dari data hasil wawancara.

2. Hubungan antara kepemilikan aset yang dimiliki di daerah asal migrasi tenaga kerja dengan status legalitas, dan mengkaji peranan status

legalitas terhadap keberhasilan

migrasi.

Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode penyajian data melalui crosstab dengan dibantu melalui perhitungan chi kuadrat untuk mengetahui karakteristik kepemilikan aset tiap tipologi tenaga kerja.

Untuk jumlah sampel, kendala dalam penelitian ini adalah tidak diketahuinya jumlah pasti dari populasi tenaga kerja asal Indonesia karena dinamisnya perubahan karena pekerja ini bermobilisasi secara dinamis. Untuk

menjaga validitas data, pengambilan sampling menggunakan metode porposive

sampling. Sampel dipilih dengan mengambil satu anggota dari keluarga tenaga kerja yang bekerja di Kampung Pandan Dalam yang dirasa memiliki pengetahuan terkait masalah yang dikaji. Pertimbangan pengambilan sampel ini adalah agar tidak terjadi perulangan data terkait faktor penarik dan pendorong dan kepemilikan aset di daerah asal.

Dari pengambilan sampel ini didapat 40 tenaga kerja yang representatif untuk dikaji. Menurut Leedy (1980) dalam Yunus 2010 distribusi sampel mendekati normal untuk N>30 untuk populasi yang dimungkinkan akan tidak berdistribusi normal. Acuan sampel minimal 30 informan diberlakukan agar validitas data kuantitatif dapat terjaga.

Untuk menjaga validitas, jumlah sampel menjadi penting dalam analisis tabel silang seperti yang digunakan dalam penelitian ini. Singarimbun (1987) menuliskan bahwa jumlah sel isi sel tidak memiliki ketentuan pasti, namun semakin besar isi akan semakin reliabel. Penelitian ini menggunakan tabel silang ukuran 6 hingga 8 sel, jika setiap sel akan diisi 5 kasus maka jumlah sampel minimal adalah 40 sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Asia Tenggara merupakan pusat pertumbuhan yang berkembang pesat. Kelompok aglomerasi yang saling tergantung, yaitu Singapura sebagai pusat inti pertumbuhan yang menyediakan teknologi dan modal. Malaysia sebagai pusat pertumbuhan bangkitan, serta Indonesia sebagai pusat tenaga kerja yang besar menjadi pemicu terjadi suatu bentuk hubungan saling menguntungkan. Hal tersebut menjelaskan hubungan daya tarik migrasi tenaga kerja asal Indonesia (Sparke, Matthew et.al 2004).

1.1 Faktor Penarik Migrasi

Arus migrasi ketenagakerjaan Letak geografis yang berdekatan dengan

(4)

4

karakteristik kependudukan masing-masing membentuk suatu hubungan yang unik. Hal ini juga didukung oleh adanya keterjangkauan jarak antar ketiga negara ini yang hanya dihubungkan oleh selat. Beberapa rangkuman dari hasil interview mengerucutkan kepada beberapa hal yang menjadi faktor penarik migrasi.

Pertama, beberapa hal terkait faktor penarik migrasi tenaga kerja asal Indonesia ini dipicu oleh keberhasilan pertumbuhan perekonomian Malaysia dengan ditandai oleh terserapnya sebagian besar penduduk usia produktif dalam berbagai lapangan kerja yaitu sebesar 11.129.400 jiwa dengan jumlah pengangguran hanya sebesar 387.900 jiwa, sedangkan angka jumlah penduduk berpendidikan baik meliputi jenjang formal primer, sekunder, dan tersier serta pendidikan informal memiliki jumlah sama dengan serapan tenaga kerja yaitu 11.129.400 jiwa (Labour force

statistics, Malaysia, 2010).

Kedua, dukungan pemerintah Malaysia ini direalisasikan dengan adanya kebijakan dan pembangunan infrastruktur. Kebijakan yang ada di antaranya adalah program 6P.

Ketiga, aliran tenaga kerja secara dominan adalah akibat dari aliran informasi oleh kerabat maupun saudara. Kebutuhan akan tenaga kerja merupakan faktor penarik migrasi yang paling utama, hal ini turut didukung oleh arus informasi yang didapatkan dari kerabat atau keluarga yang telah terlebih dahulu bekerja di Malaysia.

Selain itu, tren penurunan pertumbuhan jumlah penduduk nasional Malaysia yaitu dari rata-rata tetap pada angka 2,6% dari tahun 1980-2000 menjadi hanya 2,0% pertahun pada dasawarsa 2000-2010 (Data Banci dan Perumahan

Malaysia tahun 2010).

Keempat, harapan akan mendapat upah yang tinggi atas selisih nilai tukar mata uang. Perekonomian Malaysia yang terus berkembang membuka banyak lapangan pekerjaan terutama di sektor

domestik dan pegawai rendah dengan jam kerja yang tinggi dan upah yang rendah.

Kelima, rekomendasi dari pekerja yang loyal merupakan faktor pertimbangan utama untuk menerima tenaga kerja asal luar negeri karena jika lewat agen penyalur akan banyak ditemui ketidaksesuaian dan berisiko pada kasus penipuan.

Keenam, adanya saudara dan kerabat yang sudah bekerja dan tinggal di Malaysia. Adanya konsentrasi pemukiman pekerja-pekerja asal Indonesia yang tumbuh subur sejak dua dasawarsa terakhir merupakan faktor penarik polarisasi tenaga kerja untuk masuk dan bekerja di Malaysia terutama pekerja-pekerja asal Indonesia.

1.2 Faktor Pendorong Migrasi

Migrasi dapat dikatakan sebagai suatu alternatif dalam meningkatkan penghidupan suatu keluarga.

Faktor pendorong migrasi umumnya adalah harapan akan upah yang lebih tinggi (Todaro 1976). Migrasi merupakan solusi yang banyak dipilih dalam mengatasi keterpurukan ekonomi akibat minimnya aset yang dimiliki.

Faktor pendorong migrasi yang dapat dikaji dari informan meliputi beberapa hal, di antaranya adalah , 1) Jenis pekerjaan awal dan penghasilan yang tidak mencukupi, 2) Tidak memiliki aset untuk melakukan diversifikasi ataupun lahan pertanian yang tidak lagi dapat menghidupi, 3) Sempitnya lapangan pekerjaan, 4) Pendidikan yang rendah sehingga tidak mampu bersaing di dalam negeri, 5) Status rumahtangga, jumlah anak, dan posisi dalam keluarga serta kondisi keluarga, 6) Memiliki akses pinjaman, 7) Informasi yang didapat dari sumber terpercaya di lingkungan atau keluarga buruh migran, 8) Akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di pekerjaan awal di Indonesia.

1.3 Proses Migrasi

Secara garis besar, dengan meminjam teori determinan migrasi menurut Norris (1972) dalam Mantra (2003), dapat digolongkan menjadi tiga

(5)

5

garis besar ciri khas dari proses migrasi tenaga kerja ini, yaitu: 1) Migrasi secara sukarela yang merupakan bentuk determinasi dominan baik pada kelompok migrasi tenaga kerja semi-ilegal maupun tenaga kerja legal. Pada kasus migrasi tenaga kerja semi-ilegal yang umumnya mereka berasal dari wilayah Kepulauan Riau, kedekatan jarak mempermudah mereka untuk melakukan migrasi sirkuler yang dijelaskan dalam Mantra (1973) dalam Mantra (2003) sebagai kaidah “distance decay”. 2) Migrasi terpaksa, yang terjadi pada beberapa tenaga kerja legal yang terpaksa harus bekerja di Malaysia karena status pernikahan cerai atau suami yang telah meninggal dan menjadi satu-satunya pencari nafkah. 3) Serta terdapat juga kombinasi keduanya, yang memiliki tiga karakteristik. Pertama, proses migrasi umumnya diawali karena kebutuhan ekonomi dan pekerjaan yang menghasilkan upah yang lebih besar dari yang didapat di Indonesia namun hanya dengan paspor pelancong. Kedua, karena keterbatasan biaya untuk pulang kembali karena belum mendapatkan pekerjaan sedangkan izin kunjungan mereka terbatas hanya 30 hari yang akhirnya mereka terpaksa menjadi tenaga kerja ilegal untuk membiayai kelangsungan hidup mereka.

Ketiga, setelah dilakukan proses pemutihan, para tenaga kerja yang belum mendapat majikan ini kemudian mengalami deportasi ke daerah asal mereka dan karena desakan ekonomi dan faktor pengalaman lama bekerja di Malaysia mereka memberanikan diri kembali ke Malaysia untuk bekerja lagi.

2. Deskripsi Kondisi Penghidupan

Tenaga Kerja Asal Indonesia

Pembahasan terkait status legalitas di sini tersaji menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok status legal dan semi-ilegal sebagaimana yang ditemui di Kampung Pandan Dalam. Jumlah pekerja yang diwawancara sebagai informan sebanyak 40 orang pekerja. Pekerja legal terdiri atas pekerja dengan permit, pekerja

yang memiliki I.C. Merah atau penduduk sementara bukan warganegara, serta pekerja asal Indonesia yang telah disetujui menjadi warganegara Malaysia. Sedangkan pekerja semi-ilegal merupakan pekerja tanpa permit yang memanfaatkan waktu kunjungan selama 30 hari untuk bekerja.

2.1 Human Capital

Jenis kelamin merupakan suatu bentuk modal dasar karena pria umumnya lebih kuat jika harus bekerja berat baik dengan jam kerja yang tinggi maupun harus mengerjakan pekerjaan kasar.

Tabel:2.1 Hubungan antara jenis kelamin dengan status legalitas tenaga kerja asal Indonesia di Kampung Pandan Dalam tahun

2012

Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal

Jenis kelamin Pria 54,1 66,7

Wanita 45,9 33,3

Total % 100 100

n 37 3

Signifikansi p:0,673

Jika memandang migrasi sebagai suatu bentuk diversifikasi, para tenaga kerja pria ini merupakan pencari kerja yang tidak mendapat pekerjaan di daerah asalnya atau kepala keluarga yang mencari pekerjaan dengan upah yang lebih baik. Para pekerja wanita umumnya janda dengan status cerai atau suami yang telah meninggal, namun terdapat juga pekerja wanita yang tidak mendapat pekerjaan yang bagus di daerah asalnya.

Tabel:2.2 Hubungan antara status rumahtangga dengan status legalitas tenaga kerja asal Indonesia di Kampung Pandan Dalam

tahun 2012 Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal Status rumah tangga Cerai/meninggal/ divabel 13,5 0 Sudah menikah 64,9 66,7 Belum menikah 21,6 33,3 Total % 100 100 n 37 3 Signifikansi 0,75

Pekerja dengan status legal mayoritas adalah pekerja dengan status keluarga utuh, ini mengindikasikan adanya satu unsur diversifikasi penghidupan baik migrasi merupakan suatu jawaban atas rendahnya upah maupun daya saing penghidupan di daerah asal sehingga

(6)

6

mereka memutuskan untuk meningkatkan penghidupan dengan bekerja di luar negeri. Kemudian disusul oleh rumahtangga dengan suami yang telah meninggal, cacat atau cerai yang merupakan suatu bentuk kerentanan dan pekerja yang belum menikah. Pekerja dengan status semi-ilegal mayoritas adalah pekerja dengan status rumahtangga yang lengkap dan belum menikah.

Tabel:2.3 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan status legalitas tenaga kerja asal Indonesia di Kampung Pandan Dalam

tahun 2012 Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal Tingkat Pendidikan SD 16,2 33,3 Sekolah Menengah/Lebih 64,9 66,7 Tidak Sekolah 18,9 0 Total % 100 100 n 37 3 Signifikansi 0,596

Dapat diamati pola hubungannya yaitu pada pekerja legal memiliki kecenderungan pendidikan yang beragam, namun pekerja berpendidikan Sekolah Menengah dan lebih tinggi memiliki jumlah terbesar. Sedangkan pada pekerja semi-ilegal memiliki kecenderungan memiliki pendidikan Sekolah dasar dan Sekolah Menegah. Hal yang menarik di sini adalah dari pekerja semi-ilegal yang rata-rata pernah mengenyam pendidikan formal meskipun hanya SD, sedangkan pekerja legal terdapat beberapa persen yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal.

Selain itu, teknologi internet merupakan modal yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan.

Tabel:2.4 Hubungan antara penguasaan internet dengan status legalitas tenaga kerja asal Indonesia di Kampung Pandan Dalam

tahun 2012 Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal Penguas aan internet Tidak dapat menggunakan 54,1 100 Dapat menggunakan 45,9 0 Total % 100 100 n 37 3 Signifikansi p:0,122

Pola ini dapat dimaknai bahwa arus informasi tentu sangat dipengaruhi oleh jarak. Para pekerja semi-ilegal ini merupakan penduduk kepulauan Karimun

Riau yang cukup dekat dengan Malaysia sehingga meskipun tidak memiliki ponsel masih dimungkinkan adanya arus informasi dari migrasi sirkulasi dari penduduk lainnya.

Tabel:2.5 Hubungan antara usia disaat kedatangan dengan status legalitas tenaga kerja asal Indonesia di Kampung Pandan Dalam

tahun 2012 Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal Usia saat kedatangan >25 Tahun 59,5 66,7 ≤25 Tahun 40,5 33,3 Total % 100 100 n 37 3 Signifikansi 0,806

Hubungan yang dapat dikaji di sini adalah adanya suatu linearitas yaitu usia muda mendorong mereka untuk bermigrasi dan bekerja di Malaysia. Pekerja dengan usia muda cenderung merupakan pekerja yang siap karena telah memutuskan bermigrasi sejak usia muda, sedangkan pekerja dengan usia lebih dari 25 tahun umumnya didasari oleh motivasi ekonomi akibat terpuruknya perekonomian rumah tangga.

Tabel:2.6 Hubungan jumlah tanggungan anak dengan status legalitas tenaga kerja asal Indonesia di Kampung Pandan Dalam

tahun 2012

Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal

Jumlah anak ≥3 anak 35,1 33,3

≤2 Tahun 64,9 66,7

Total % 100 100

n 37 3

Signifikansi 0,950

Pekerja yang tidak memiliki anak atau hanya memiliki anak yang sedikit memungkinkan luasnya kesempatan untuk berdiversifikasi hingga bermigrasi untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Keterpaksaan justru muncul pada pekerja dengan jumlah anak lebih dari dua, yaitu kemungkinan mereka adalah pekerja wanita yang telah cerai atau memiliki suami yang divabel atau telah meninggal dunia.

2.2 Natural Capital

Modal natural ini dikaji melalui kepemilikan lahan di daerah asal dan bagaimana mereka melakukan pengelolaan dan apakah lahan di kampung halaman tersebut cukup menghasilkan. Banyak dari

(7)

7

mereka mengatakan mereka tidak mampu membiayai kebutuhan hidup mereka karena mereka tidak memiliki cukup aset untuk berdiversifikasi.

Tabel:2.7 Hubungan antara pemanfaatan lahan dominan di daerah asal dengan status legalitas tenaga kerja asal Indonesia di

Kampung Pandan Dalam tahun 2012 Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal Pemanfa atan Lahan Pemukiman 67,6 0 Pertanian 32,4 0 Perkebunan 0 100 Total % 100 100 n 37 3 Signifikansi p:0,00

Pola ini dapat mengindikasikan corak perekonomian daerah asal migran, sebagian besar pekerja asal Indonesia ini merupakan penduduk perdesaan yang awalnya menggantungkan penghidupan dari lahan pertanian.

Sedangkan pada pemanfaatan lahan sebagai perkebunan umumnya dimiliki oleh pekerja asal luar Pulau Jawa. Jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak memungkinkan penduduk memiliki lahan yang besar.

Tabel:2.8 Perbandingan rata-rata kepemilikan ternak perindividu di daerah asal dengan status legalitas pekerja asal Indonesia

di Kampung Pandan Dalam tahun 2012 Status Legalitas Legal Semi-ilegal Jenis Hewan Ternak Sapi 1,6 3,0

Kambing 1,7 4,3

Ayam 7,7 9,3

Total hewan ternak 406 57

N total 37 3

Signifikansi P: 0,58

Pekerja semi-ilegal yang datang dari wilayah kepualauan rata-rata memiliki luas tanah yang besar. Hal ini diketahui melalui kepemilikan lahan dominan yang digunakan sebagai perkebunan, sehingga mereka memiliki cukup lahan dan biaya untuk berinvestasi memelihara sapi. Sedangkan pada pekerja legal yang mayoritas merupakan penduduk Pulau Jawa memiliki corak dominan memelihara ayam. Ayam merupakan ternak yang bernilai rendah namun mudah untuk dipelihara dan mudah untuk dijual atau diolah.

2.3 Physical Capital

Modal fisik yang dibahas di sini menitikberatkan pada modal yang dimiliki di kampung halaman.

Tabel:2.9 Perbandingan antara kepemilikan usaha dengan status legalitas pekerja asal Indonesia di Kampung Pandan Dalam

tahun 2012 Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal Kepemilik an usaha Tidak Memiliki 75,7 100 Warung 24,3 0 Total % 100 100 n 37 3 Signifikansi P;0,332

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pekerja legal sebelumnya memiliki usaha wiraswasta sebagai bentuk usaha diversifikasi penghidupan. Sedangkan pada pekerja semi-ilegal, mereka tidak memiliki usaha dalam bentuk fisik. Mereka sepenuhnya menggantungkan hidup pada perkebunan mereka. Migrasi adalah satu-satunya bentuk diversifikasi yang dapat dilakukan.

Tabel:3.0 Hubungan antara kepemilikan kendaraan di daerah asal dengan status legalitas

Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal Kepemilikan Kendaraan Sepeda 16,2 33,3 Sepeda motor 83,8 66,7 Total % 100 100 n 37 3 Signifikansi p:0,453

Dari kecenderungan tersebut dapat diketahui bahwa kecenderungan untuk bermigrasi dipicu oleh kesempatan kerja. Mobilitas yang tinggi dengan didukung oleh kepemilikan kendaraan bermotor tidak cukup untuk meningkatkan penghidupan.

Selain itu, informasi merupakan salah satu faktor penarik yang menarik migrasi. Tabel berikut akan membahas terkait kepemilikan ponsel sebagai alat komunikasi.

Tabel:3.1 Hubungan antara kepemilikan ponsel di daerah asal dengan status legalitas

Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal Kepemilikan Ponsel Memiliki 48,6 0 Tidak Memiliki 51,4 100 Total % 100 100 n 37 3 Signifikansi p:0,103

Para pekerja semi-ilegal kesemuanya tidak memiliki ponsel dan hanya bergantung pada informasi yang

(8)

8

mereka dengar dari teman maupun saudara karena daerah asal mereka cukup dekat yaitu hanya di Karimun, Kepulauan Riau. Sedangkan pada pekerja legal sebagian besar memiliki ponsel diawal kedatangan mereka.

2.4 Financial Capital

Di dalam modal finansial ini termuat seluruh aspek terkait pembiayaan dari mata pencaharian hingga pinjaman.

Tabel:3.2 Hubungan antara sumber penghidupan awal dengan legalitas tenaga kerja asal Indonesia di Kampung Pandan Dalam

tahun 2012 Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal Pekerjaan di daerah asal Petani 29,7 100 Buruh 16,2 0 Wiraswasta dan jasa 35,1 0 Pelajar 18,9 0 Total % 100 100 n 37 3 Signifikansi p:0,110

Sebagaimana telah diuraikan di awal, para pekerja asal Indonesia ini merupakan pekerja yang berasal dari perdesaan yang bermigrasi sebagai bentuk diversifikasi penghidupan. Nampak secara nyata sektor pertanian merupakan hal yang dominan di antara pekerja legal dan semi-ilegal, dan disusul oleh sektor wiraswasta dan jasa yang merupakan bentuk diversifikasi dari sektor pertanian, selanjutnya adalah sektor buruh dan juga terdapat pekerja yang merupakan lulusan baru dari sekolah.

Tabel:3.3 Hubungan antara besaran uang pinjaman di daerah asal dengan status legalitas

Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal Besar pinjaman <Rp.3.000.000,00 43,2 100 >Rp.3.000.000,00 56,8 0 Total % 100 100 n 37 3 Signifikansi p:0,058

Dapat diketahui di sini bahwa nilai besaran pinjaman dari daerah asal turut mempengaruhi status legalitas di samping motivasi dari pekerja sendiri yaitu apakah ingin bekerja secara kontrak legal maupun hanya semi-ilegal, namun kontribusi modal pinjaman ini sendiri dapat dikaji bahwa semakin besar nilai pinjaman yang dikumpulkan tentu dapat membuat pekerja dapat lebih bertahan dan dapat mencari

majikan ataupun pekerjaan yang dapat mempekerjakan mereka secara legal diawal kedatangan mereka.

2.5 Social Capital

Modal sosial ini merupakan modal yang sangat penting selain modal finansial dalam migrasi internasional. Fungsi modal sosial ini adalah sebagai modal awal sekaligus dapat mempengaruhi motivasi untuk melakukan migrasi.

Tabel:3.4 Hubungan antara motivasi migrasi dengan status legalitas Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal Motivasi migrasi Memiliki saudara di tempat tujuan 29,7 33,3 Informasi dari teman 62,2 66,7 PJTKI 8,1 0 Total % 100 100 n 37 3 Signifikansi p:0,876

Dapat dikaji di sini bahwa dari pekerja legal maupun semi-ilegal memiliki kecenderungan yang sama yaitu mereka sebagian besar menggantungkan migrasi atas dasar informasi yang mereka dapat dari kawan yang terlebih dahulu bermigrasi.

Tabel:3.5 Hubungan antara tahun kedatangan dengan status legalitas

Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal Usia saat kedatangan < Tahun 2000 35,1 33,3

> Tahun 2000 64,9 66,7

Total % 100 100

n 37 3

Signifikansi p:0,950

Pekerja yang memiliki saudara di tempat tujuan dapat dikatakan lebih mudah dalam mencari pekerjaan karena mendapat kepastian jaminan dari adanya saudara sehingga umumnya mereka lebih berhasil daripada hanya mengandalkan informasi dari teman.

3. Keterkaitan Kepemilikan Aset di

Daerah Asal dengan Status Legalitas Tenaga Kerja

Kepemilikan aset di daerah asal tentu turut mempengaruhi status legalitas tenaga kerja. Sebagaimana telah dijelaskan melalui tabel-tabel sebelumnya, pada sub bab ini akan dijelaskan keterkaitan aset yang dimiliki di daerah asal terhadap

(9)

9

legalitas tenaga kerja berdasarkan pada setiap tipologinya dengan menggunakan metode rekapitulasi dengan berdasarkan pada data yang diperoleh dari hasil survey lapangan.

Gambar 2: Perbandingan pentagon aset pekerja legal dan semi-ilegal

Di sini dapat ditarik benang merah di antara kedua tipologi tenaga kerja tersebut, natural capital ternyata menjadi dasar mereka bermigrasi untuk bekerja di luar negeri. Para pekerja legal yang secara dominan merupakan pekerja di sektor pertanian lahan basah yang berupa padi di Pulau Jawa memiliki kecenderungan memiliki lahan yang sempit dan kurang menghasilkan dan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Sedangkan pada kelompok tenaga kerja semi-ilegal rata-rata memiliki kekuatan dominan berupa natural capital yang diindikasikan pada kepemilikan lahan yang besar dan dapat digunakan sebagai lahan perkebunan karet namun karena mereka berada di wilayah kepulauan sehingga mereka memiliki kelemahan pada

physical capital dan financial capital. Hal

yang perlu digaris bawahi di sini yang mendasari keterkaitan kepemilikan aset terhadap legalitas adalah kepemilikan aset

natural capital ini sendiri, yaitu mereka

lebih memilih bekerja secara serabutan di Kuala Lumpur dan bermigrasi secara sirkulasi selama kurang dari sebulan dan kembali untuk membawa uang remittan

serta memanen hasil kebun yang berupa karet setiap akhir bulan.

4.4 Keterkaitan Legalitas Terhadap

Keberhasilan Migrasi

Dalam sub bab ini akan dikaji terkait keberhasilan proses migrasi yaitu dengan asumsi keberhasilan migrasi pada besarnya penghasilan yang didapat dan bagaimana pengelolaan pendapatan apakah dapat juga melakukan pengiriman uang

remittan.

Tabel:3.6 Hubungan antara besar pendapatan dan status legalitas Status Legalitas Legal Semi-Ilegal Besar pendapatan < MYR.4000 86,5 100

> MYR.4000 13,5 0

Total % 100 100

n 37 3

Signifikansi p:0,496

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa status legalitas memegang peranan dalam jumlah pendapatan atau dengan kata lain, semakin kuat status legalitas semakin tinggi pula pendapatan yang didapat. Dalam hal ini berdasarkan penuturan informan bahwa status legalitas dengan

I.C. Merah sangat potensial untuk melakukan diversifikasi usaha dan tidak membutuhkan biaya tahunan seperti permit. Sedangkan untuk I.C. Biru adalah kemudahan dalam melakukan diversifikasi usaha dan sekaligus mendapat jaminan asuransi kesehatan dan kemudahan mengakses pinjaman dari pemerintah untuk usaha yang dirintis.

Tabel: 3.7 Hubungan antara status legalitas dengan besar uang remittan Status Legalitas (%) Legal Semi-Ilegal Besar uang remittan <Rp.1.250.000,00 67,6 0 >Rp.1.250.000,00 32,4 100 Total % 100 100 n 37 3 Signifikansi p:0,020

Hubungan ini dapat terjadi karena banyak faktor, tetapi dari angka-angka di atas tersirat bahwa status legalitas tidak mempengaruhi besaran uang remittan. Dari kasus tersebut sesuai dengan yang dipelajari melalui interview dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendapatan dan semakin kuat status 0.0 1.0 2.0 3.0 Human Capital Natural Capital Physical Capital Financial Capital Social Capital

Perbandingan Pentagon Aset Pekerja Legal dan Semi-Ilegal

Pekerja Legal Pekerja Semi-Ilegal

(10)

10

legalitasnya maka mereka memiliki kecenderungan untuk membawa keluarga mereka di daerah tujuan migran.

Sedangkan pada pekerja semi-ilegal, umumnya mereka merupakan pekerja yang bermigrasi sirkulasi. Sehingga merupakan keharusan untuk membawa semua uang yang dikumpulkan pulang ke daerah asal.

KESIMPULAN

1. Faktor penarik migrasi yang dapat dirangkum adalah kebijakan pemerintah Malaysia yang sangat mendukung pembukaan

kawasan-kawasan industri yang mempekerjakan banyak pekerja, hal

ini memicu pergerakan pekerja dari luar negeri yang salah satunya dari Indonesia yang bekerja dengan harapan mendapat upah yang lebih tinggi, selain itu faktor informasi juga menjadi faktor penarik migrasi yang berasal dari tenaga kerja yang sudah bekerja di Malaysia terlebih dahulu. Sedangkan faktor pendorong dalam proses migrasi tenaga kerja meliputi keterbatasan aset yang dimiliki karena faktor kemiskinan berdampak pada minimnya peluang untuk berdiversifikasi sehingga mereka memilih untuk bermigrasi.

2. Kepemilikan aset di daerah asal migran berkontribusi dalam mempengaruhi status legalitas, dan status legalitas mempengaruhi keberhasilan migrasi. Faktor kedekatan jarak antara daerah asal dan tujuan (distace decay) dan natural

capital memegang peranan yang

dominan dalam mempengaruhi status legalitas. Kelompok pekerja semi-ilegal merupakan kelompok pekerja dengan aset natural yang kuat dengan ditandai dengan kepemilikan perkebunan di daerah asalnya dan menggunakan keleluasaan sebagai pekerja berstatus semi-ilegal untuk dapat pulang dan memanen hasil

kebun setiap akhir bulan, tidak seperti pekerja legal yang tidak memiliki aset natural yang cukup sehingga memilih menetap di Malaysia.

DAFTAR PUSTAKA

IOM Indonesia. 2010. Migrasi Tenaga Kerja dari Indonesia. IOM Indonesia: Jakarta. Department of Statistics Malaysia. 2011. Labour

force statistics. Departement of Statistics Malaysia: Kuala Lumpur.

_____________________________. 2011. Population Distribution and Basic Demographic Charactersitics. Departement of Statistics Malaysia: Kuala Lumpur.

Ellis, Frank. 2000. Rural Livelihood and Diversity in Developing Countries. Oxford University Press: Great Britain. __________. 2003. A Livelihoods Approach to

Migration and Poverty Reduction. Department for International Development: London.

Pillai, Patrick. 1995. ASEAN Economic Bulletin: Malaysia Vol. 12, No. 2, LABOUR MIGRATION IN ASIA

(NOVEMBER1995), pp. 221-236 Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum.

Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Singarimbun. M. 2011. Metode Penelitian Survai. LP3ES: Jakarta.

Sparke, Matthew, James D Sidaway, Tim Bunnell, Carl Grundy-Warr. 2004. Transactions of Institute of British Geographers. Triangulating the Borderless World: Geographies power in the Indonesia-Malaysia-Singapore. New Series, Vol. 29, No. 4 (December 2004), pp. 485-489. Todaro, Michael P. 1976. Internal Migration in

Developing Countries. International Labour Organisation: Geneva, Switzerland.

Yunus, Hadi Sabari. 2000. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1: Lokasi Kampung Pandan Dalam
Gambar 2: Perbandingan pentagon aset pekerja  legal dan semi-ilegal

Referensi

Dokumen terkait

&#34;angan merasa senang dengan penghormatan! sanjungan! dan kecintaan &#34;angan merasa senang dengan penghormatan! sanjungan! dan kecintaan yang mereka berikan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan respon yang terjadi pada material pelat kapal berbahan sandwich dengan mengidentifikasi kerusakan

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa 214 Guru SMAN Kota Makassar sangat sering melihat berita kekerasan yang dialami Guru dalam satu bulan sekali mereka pasti

Hasil yang penelitian diatas diperoleh bahwa upaya yang dilakukan oleh MTs Al kautsar Ranggo dalam membangun Citra untuk membangun mutu adalah meningkatkan Sumber Daya

**) Kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, yang ditentukan oleh satuan pendidikan (madrasah) ***)Bukan mata

70/M- DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, bahwa pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan

2) Jika T hitung &gt; T tabel, maka H0 ditolak terdapat perbedaan rata- rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman untuk perubahan dividen

7. mempersiapkan lingkungan yang aman pada saat anak makan seperti menghilangkan bau- bau yang dapat menghilangkan nafsu makan anak 8. Memantau anak mual muntah