• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : YOSI OKTAVIA NINGSIH NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : YOSI OKTAVIA NINGSIH NIM :"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.K DAN AN.G DENGAN LEUKEMIA DI RUANGAN KRONIS IRNA KEBIDANAN

DAN ANAK RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

YOSI OKTAVIA NINGSIH NIM : 143110237

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG POTEKKES KEMENKES PADANG

(2)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGANLEUKEMIA DI RUANGAN KRONIS IRNA KEBIDANAN DAN ANAK

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai Persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan diPendidikan Diploma III Politeknik

KesehatanKemenkesPadang

Oleh :

YOSI OKTAVIA NINGSIH NIM : 143110237

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG POTEKKES KEMENKES PADANG

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukurpeneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tentang “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Leukemia di Ruangan Kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”. PenulisanKarya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untukmemperoleh gelarAhli Madya Keperawatan pada Program Studi D-III Keperawatan Padang, Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, S.Kep, M.Kep selaku dosen pembimbing I dan Ibu Hj. Tisnawati, S.St, M.Kesselaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tanpa bantuan dari Ibu sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahini dan peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. H. Sunardi, SKM. M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.

β. Bapak Direktur RSUP Dr. M. DJamil Padang beserta staf yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian

γ. Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang .

4. Ns. Idrawati Bahar, S.Kep,M.Kep selaku Ka. Prodi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang yang telah membantu dalam usaha memperoleh data yang peneliti perlukan.

5. Bapak Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan ilmu dalam pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.

6. Kedua orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan serta doa yang di berikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan lancar.

(5)

7. Rekan-rekan seperjuangan BP β014 keperawatan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti menyelesaikan proposal ini.

Akhir kata, peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan bagi pihak yang membacanya, serta peneliti mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga dapat membawa manfaat bagi pegembangan ilmu keperawatan nantinya. Amin.

Padang, β017

(6)
(7)
(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yosi Oktavia Ningsih

NIM : 14γ110βγ7

Tempat/ Tanggal Lahir : Pakandangan/ 0β Oktober 1996

Suku : Minang

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Orang Tua : Ayah : Zakaria

Ibu : Zuraida Kondisi Kesehatan : Baik

Tinggi Badan : 15γ cm

Berat Badan : 48 kg

Golongan Darah : O

Alamat : Simpang 4 Sungai Asam, Kecamatan βx11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman.

Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun Ajaran

1 SD N 1β βx11 Enam Lingkung β00β-β008 β SMPN 01 βx11 Enam Lingkung β008-β011 γ SMAN 01 βx11 Enam Lingkung β011-β014

(9)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG Karya Tulis Ilmiah, 15 Juni β017

Yosi Oktavia Ningsih

“Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Leukemia di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”

ii + 70 halaman, 1 bagan, 7 tabel, 1β lampiran

ABSTRAK

Leukemia pada anak dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga anak mudah terkena infeksi. Kasus leukemia dibawah umur 15 tahun terjadi di indonesia γ0-40% kasus. Kasus rawatan anak dengan ALL di RSUP Dr. M. Djamil Padang empat bulan terakhir (Oktober β016 sampai Januari β017) pasien yang dirawat dengan ALL sebanyak ββ0 kunjungan. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak leukemia.

Penelitian dimulai pada bulan April sampai Juni β017 di ruang kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang. Populasi penelitian, semua anak dengan leukemia. Sampel sebanyak β orang dengan teknik purposive sampling. Instrumen pengumpulan data digunakan format pengkajian anak dan alat pemeriksaan fisik. Cara pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Analisis dilakukan dengan menganalisis semua data pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan .

Hasil penelitian pada pengkajian didapatkan pada An.K batuk dan flu dan pada An.G orang tua mengeluh anak pucat dan tidak ada nafsu makan. Setelah selesai kemoterapi An.K mengeluh mual dan muntah serta sariawan pada bibir dan mulut sehingga nafsu makan An.K berkurang, sedangkan An.G mengeluh muntah, kurang nafsu makan dan terdapat luka pada bekas infus. Didapatkan diagnosa keperawatan utama yang muncul pada kedua partisipan yaitu risiko infeksi, intervensi keperawatan untuk masalah utama adalah kontrol infeksi, monitor nutrisi, dan pengecekan kulit. Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Evaluasi pada kedua partisipan masalah belum teratasi.

Disarankan kepada perawat ruangan melalui Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang agar melakukan pengkajian lebih dalam sehingga dapat menggali masalah baru. Pada penatalaksanaan kemoterapi diharapkan penyediaan ruangan khusus kemoterapi pada anak.

Kata Kunci :leukemia limfoblastik akut (ALL), kemoterapi Daftar Pustaka : βγ (β006- β016)

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...ii

KATA PENGANTAR...iii HALAMAN ORISINILITAS ... ...v LEMBAR PERSETUJUAN...vi ABSTRAK ...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR BAGAN...x DAFTAR TABEL...xi DAFTAR LAMPIRAN...xii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A...Latar Belakang...1

B...Rumusan Masalah... 5

C...Tujuan Penelitian...5

D...Manfaat Penelitian...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...7

A...Konsep Kasus Leukemia... 7

1....Pengertian...7 β....Penyebab...7 γ....Klasifikasi...7 4....Manifestasi Klinis...9 5....Patofisiologi...11 6....WOC...14 7....Respon Tubuh...16 8....Pemeriksaan Diagnostik... 17 9....Penatalaksanaan...18

B...Konsep Asuhan Keperawatan Pada Leukemia...βγ 1....Pengkajian... βγ β....Kemungkinan Diagnosa Keperawatan... β5 γ....Rencana Keperawatan... β6 BAB III METODE PENELITIAN...37

A...Desain Penelitian... γ7 B...Tempat dan Waktu Penelitian...γ7 C...Populasi dan Sampel...γ7 D...Alat dan Instrumen Penelitian...γ8 E... Jenis dan Cara Pengumpulan Data...γ8 F... Rencana Analisis...41

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS... 42

A...DeskripsiKasus...4β 1....HasilPengkajian...4β β....DiagnosaKeperawatan...45

(11)

γ....IntervensiKeperawatan...47 4....ImplementasiKeperawatan...49 5....EvaluasiKeperawatan...51 B...PembahasanKasus...5β 1....PengkajianKeperawatan...5γ β....DiagnosaKeperawatan...56 γ....IntervensiKeperawatan...60 4....ImplementasiKeperawatan... 6β 5....EvaluasiKeperawatan...65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 68

A...Kesimpulan... 68

B...Saran...69 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR BAGAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel β.1. Patologi dan manifestasi klinis yang terkait pada leukemia... 1γ Tabel β.β. Intervensi keperawatan leukemia...β6 Tabel 4.1. Pengkajian deskripsi kasus ...4β

Tabel 4.β. Masalah keperawatan deskripsi kasus...45

Tabel 4.γ. Intervensi keperawatan deskripsi kasus... 47

Tabel 4.4. Implementasi keperawatan deskripsi kasus... 49

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1 Lampiran Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing β Lampiran Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1

Lampiran Lembar Konsultasi KTI Pembimbing β Lampiran Format PengkajianPenelitian Partisipan 1 Lampiran Format PengkajianPenelitian Partisipan β

Lampiran PersetujuanMenjadiResponden (Infonmed Consent) Partisipan 1 Lampiran PersetujuanMenjadiResponden (Infonmed Consent) Partisipan β Lampiran SuratIzinPenelitiandariInstitusi Poltekkes Kemenkes Padang Lampiran SuratIzinPenelitian dari Kepala Instalansi Kebidanan dan Anak Lampiran SuratKeteranganSelesaiPenelitian

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Leukemia merupakan penyakit ganas progresif pada jaringan pembentuk darah. Leukemia terjadi karena adanya kerusakan pada pabrik pembuatan sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering terjadi pada anak yang berusia diatas 1 tahun, dan puncaknya antara usia β sampai 6 tahun. (Apriany, β016).

Sulastriana, dkk (β01β) mengatakan bahwa di Indonesia γ0-40% kasus leukemia terjadi pada anak dengan umur di bawah 15 tahun. Sedangkan hasil penelitian Eunike Pinontoan, dkk (β01γ) ditinjau dari usia, jumlah penderita yang berusia 6 bulan sampai 6 tahun sama jumlahnya dengan penderita yang berusia 7 tahun sampai 1γ tahun sebanyak ββ orang (50%). Jumlah penderita perempuan sebanyak 17 orang (γ9%) dan penderita laki-laki berjumlah β7 orang (61%).

Data penyakit keganasan di Amerika Serikat melaporkan bahwa terdapat γ.β50 anak yang memiliki diagnosis leukemia setiap tahun. Penyakit leukemia di Amerika Serikat pada tahun β01γ yaitu 48.610 kasus dan kematian akibat leukemia sebesar βγ.7β0 kasus. Di Jepang, Singapura, dan Filipina kejadian leukimia per tahun pada anak di bawah 14 tahun adalah γ5-49 / 1000.000 anak

Wolley, dkk (β016), menyatakan bahwa di Indonesia insiden leukemia β,5-4,0 per 100.000 anak dengan β000-γβ00 kasus LLA tiap tahunnya. Di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado sepanjang tahun β008-β01β jumlah anak yang menderita LLA sekitar 60 anak yang rawat inap. Di RSK Dharmais tahun β004-β008 kasus LLA sebanyak γ4 kasus dan LMA 10 kasus. Pada tahun β007-β009 di Departemen Kesehatan Anak FKUI/RSCM telah dirawat pasien baru LLA sebanyak 198 kasus (Sulastriana, dkk, β01β).

(16)

Leukemia termasuk 10 penyakit terbanyak yang dirawat diruang rawat inap RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun β014, anak yang dirawat berjumlah γ85 orang. Pada empat bulan terakhir (Oktober, November, Desember, Januari) tahun β017 pasien yang dirawat dengan ALL sebanyak ββ0 kunjungan.

Leukemia dibagi menjadi dua tipe yaitu leukemia akut dan leukemia kronis. Leukemia akut sel – sel darah mengalami kondisi yang abnormal sehingga tidak dapat mngerjakan pekerjaan normal. Jumlah sel- sel abnormal meningkat secara cepat, singga leukemia akut memburuk secara cepat. Sedangkan pada leukemia kronis sel – sel darah yang abnormal masih dapat mengerjakan pekerjaan mereka (Maharani, β009).

Leukemia akut memilki dua jenis yaitu lympoblastic leukemia akut (ALL) dan leukemia myeloblastic akut (AML). Leukemia kronis juga memilki dua jenis yaitu leukemia limfosotik kronis (LLK) dan leukemia mielositik kronis (LMK). Tidak seperti leukemia pada orang dewasa, pada anak biasanya adalah jenis akut dan limfoblastik. Jenis ALL meliputi kira – kira 80% leukimia akut pada anak dan sisanya adalah leukemia mieloid akut (AML) (Apriany, β016).

Anak yang menderita leukemia akan menunjukkan gejala demam, terdapat petekie atau memar tanpa sebab. Leukemia dapat menyebabkan perdarahan, infeksi sekunder maupun gagal organ. Gagal organ dapat terjadi karena sel – sel leukemia dapat menginvasi testis, ginjal, prostat, ovarium, saluran gastro intestinal, dan paru – paru. Lokasi invasi yang paling berbahaya adalah Sistem Saraf Pusat (SSP) karena mengakibatkan tekanan intrakranial sehingga dapat menyebabkan kematian (Wong, β009). Perlu dilakukan asuhan keperawatan secara tepat dan benar sehingga tidak terjadi infeksi dan perdarahan pada anak.

Perdarahan juga merupakan penyebab kematian yang utama pada pasien leukemia. Sebagian besar perdarahan dapat dicegah atau dikendalikan

(17)

dengan pemberian konsentrat trombosit atau plasma kaya trombosit, karena infeksi meningkatkan kecenderungan perdarahan (Apriany, β016). Perdarahan dapat terjadi akibat dari trauma atau cedera, untuk menghindari perdarahan, anak dianjurkan menghindari aktivitas yang dapat menimbulkan trauma atau cedera perdarahan seperti bersepeda, dan bermain ayunan. Perawatan mulut anak seperti gosok gigi harus diperhatikan karena sering terjadi perdarahan pada gusi. Komplikasi lain timbul yaitu mual, muntah, anoreksia atau penurunan nafsu makan (Wong, β009).

Leukemia memerlukan terapi untuk meningkatkan angka keberhasilan hidup. Salah satu terapi leukemia pada anak adalah dengan melakukan kemoterapi. Tujuan dari kemoterapi adalah mengobati atau memperlambat pertumbuhan kanker atau mengurangi gejalanya (Apriany, β016). Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi yaitu fase induksi, fase profilaksis, dan fase konsolidasi (Suriadi, dkk, β010).

Kemoterapi yang agresif pada kanker di masa kanak – kanak telah menghasilkan perbaikan yang dramatis pada angka keberhasilan hidup anak, namum terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai efek lanjutnya (Wong, β009). Komplikasi yang sering ditemukan dalam terapi kanker dimasa kanak – kanak adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Kondisi ini akan meningkatkan risiko infeksi yang berat akibat penurunan fungsi utama neutrofil sebagai pertahanan terhadap mikroorganisme asing (Apriany, β016).

Pertahanan pertama melawan infeksi adalah pencegahan. Apabila anak dirawat di Rumah Sakit, perawat harus menggunakan segala cara untuk mengendalikan penularan infeksi. Cara ini secara khas meliputi pemakaian ruang rawat pribadi, membatasi semua pengunjung dan mengajarkan teknik mencuci tangan. Pencegahan infeksi tetap menjadi prioritas sesudah

(18)

anak pulang dari Rumah Sakit dengan cara semua anggota keluarga dianjurkan mencuci tangannya sampai bersih untuk mencegah penyebaran kuman patogen kedalam rumah (Wong, β009).

Komplikasi yang lebih berbahaya adalah dalam penelitian Nugroho (β010) mengatakan kemoterapi induksi remisi pada anak dengan LLA menyebabkan terjadinya peningkatan kadar kalium dan fosfat serum, serta penurunan kadar kalsium serum sehingga dapat berdampak terhadap timbulnya hiperkalamia, hiperfosfatemia, dan hipokalsemia. Gangguan keseimbangan elektrolit tersebut berpotensi menimbulkan efek kardiotoksik (chemotheraphy-related cardiotoxic) dan nefropati yang dapat berlanjut menjadi gagal ginjal akut.

Asuhan keperawatan anak yang menderita leukemia secara langsung terkait dengan pendidikan kesehatan, dukungan fisik dan emosi untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan. Perawat bekerjasama dengan keluarga memiliki peranan suportif yang signifikan dalam membantu keluarga dan anak memahami berbagai macam terapi, mencegah atau mengatasi efek samping yang telah diperkirakan, mengamati timbulnya efek terapi dimasa mendatang dan membantu anak serta keluarga agar dapat hidup normal dan mampu mengatasi aspek –aspek emosional akibat penyakit. Memberikan penyuluhan merupakan peranan perawat yang utama, terutama dalam pemeriksaan klinis dan perawatan dirumah. Diagnosis leukimia cenderung menimbulkan rasa cemas pada keluarga dan pasien. Perawat memberikan dukungan dan menentramkan perasaan cemas, selain memberi penjelasan yang akurat mengenai pemeriksaan diagnostik, prosedur dan rencana terapi (Apriany, β016). Tahapan asuhan keperawatan pada anak yang menderita leukemia tidak berbeda dengan asuhan keperawatan dengan kasus lain, tahapan asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

(19)

Berdasarkan survei awal yang dilakukan tanggal 10 Januari β017 ditemukan 8 orang anak dengan kasus ALL di ruang Kronik IRNA kebidanan dan anak RSUP Dr.M.Djamil Padang. Hasil wawancara penulis dan perawat diruangan kronis, asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia dimulai dari pengkajian. Pengkajian yang dilakukan perawat sudah lengkap meliputi identitas anak dan orang tua, alamat, riwayat kesehatan, data pemeriksaan fisik serta diagnostik, pada dokumentasi pemeriksaan fisik hanya dibuat tidak ada keluhan (TAK). Diagnosa yang ditegakkan perawat ruangan sudah sesuai dengan teori asuhan keperawatan tetapi diagnosa yang ditegakkan hanya satu diagnosa utama untuk beberapa hari, biasanya diagnosa yang muncul adalah risiko infeksi, resiko perdarahan, dan ketidakseimbangan nutrisi. Intervensi yang diterapkan oleh perawat ruangan sudah sesuai dengan teori, tetapi intervensi yang dibuat hanaya γ buah. Implementasi keperawatan pada anak dengan leukemia banyak dilakukan dengan berkolaborasi dengan dokter dalam hal terapinya seperti pemberianinfus, BMP dan obat kemoterapi. Evaluasi keperawatan yang dibuat perawat ruangan menggunakan SOAP. Dokumetasi dilakukan perawat sudah sistematis dan lengkap dibuku status dan laporan pasien.

Berdasarkan latar belakang diatas penelitimelakukan penelitian tentang Leukemia pada anak diruangan Ruang Rawat Anak IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun β017.

B. Rumusan masalah

Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada anak dengan kasus Leukimia di Ruang Rawat Anak IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun β017 ?

(20)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada anak dengan kasus Leukimia di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak di RSUP Dr.M. Djamil Padang pada Tahun β017.

β. Tujuan Khusus

a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada anak dengan kasus Leukimia di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Tahun β017.

b. Mampu mendeskripsikan masalah keperawatan pada anak dengan kasus Leukimia di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Tahun β017.

c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada anakdengan kasus Leukimia di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Tahun β017.

d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anakdengan kasus Leukimia di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Tahun β017.

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak dengan kasus Leukimia di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Tahun β017.

D. Manfaat

1. Institusi pelayanan

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam menerapkan asuhan keperawatan pada anak Leukemia .

β. Pengembangan keilmuan a. Peneliti

Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan serta kemmpuan peneliti dalam menerapkan

(21)

asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia yang telah dipelajari.

b. Institusi pendidikan

Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi bahan rujukan atau perbandingan, khusunya mengenai penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia.

(22)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAN

A. KONSEP KASUS 1. Pengertian

Leukemia proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembekuan darah ( Suriadi & Yuliani, β010). Leukemia adalah kanker jaringan yang menghasilkan sel darah putih (leukosit), dihasilkan leukosit yang imatur atau abnormal dalam jumlah berlebihan, dan leukosit – leukosit tersebut melakukan invasi ke berbagai organ tubuh (Betz & Sowden, β009).

Leukemia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan, jumlah leukosit dalam bentuk seringkali rendah, sel – sel imatur ini tidak sengaja menyerang dan menghacurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler (Apriany, β016).

2. Penyebab

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :

a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukemia lymphoma virus/HTLV).

b. Tingkat radiasi yang sangat tinggi

c. Obat – obatan imunosupresif, obat – obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol.

d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot

e. Kelainan kromosom, misalnya pada down syndrome (Suriadi & Yuliani, β010).

3. Klasifikasi

Dalam istilah yang paling luas leukemia pada anak dapat diklasifikasikan sebagai akut, kronik, kongenital. Leukemia akut

(23)

menunjukkan proliferasi maligna sel immatur (blastik). Jika proliferasi itu sebagian melibatkan jenis sel yang lebih matur (berdiferensiasi), leukemia itu diklasifikasikan kronik. Leukemia kongenital atau neonatal adalah leukemia yang terdiagnosis dalam 4 minggu pertama kehidupan bayi. Leukemia pada anak biasanya jenis limfoblastik akut (ALL) (Apriany, β016).

a. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)

Merupakan kanker yang paling sering menyerang anak – anak di bawah umur 15 tahun. Manifestasi berupa poliferasi limfoblas abnormal dalam sum – sum tulang dan tempat – tempat ekstramedular.

b. Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid Leukemia (ANLL)

Merupakan neoplasma uniklonal yang berasal dari trasformasi suatu atau beberapa sel hematopoitek. Sifat sebenarnya dari lesi molekular yang bertanggung jawab atas sifat – sifat neoplasmik dari sel yang berubah bentuknya tidak jelas, tapi defek krisis adanya instrinsik dan dapat diturunkan oleh keturunan sel tersebut. c. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)

Chronic Mielogenosa Leukemia (CML) adalah penyakit klonal sel induk pluripoten dan digolongkan sebagai salah satu penyakit mieloproliferatif.

CML merupakan neoplasma pada sel tunas hematopoietik yang berpotensi menimbulkan proliferasi progenitor granulositik.

Definisi lain menyebutkan CML merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh elevasi yang cukup besar dari jumlah leukosit darah, tanpa akumulasi dari segala bentuk dan belum menghasilkan granulosit matang.

d. Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK)

Usia rerata paisen saat didiagnosis berusia 65 tahun, hanya 10-15% kurang dari 50 tahun. Risiko terjadinya LLK meningkat seiring

(24)

usia. Perbandingan risiko relatif pada pria tua adalah β, 8:1 perempuan tua.

e. Leukemia Kongenital

Leukemia kongenital sangat jarang terjadi, terdapat kurang 100 kasus yang tercatat dengan baik, dengan sebagian besar adalah AML. Leukemia ini biasanya ditandai oleh hiperleukositosis, hepatosplenomegeli, infiltrat kulit nodular, dan gawat napas sekunder akibat leukositasis pulmonal. Leukemia kongenital telah dihubungkan dengan sindromdown, sindrom turner, trisomi 9, monosomi 7 mosaik, penyakit jantung kongenital (Apriany, β016). Dua bentuk penyakit leukemia yang umumnya ditemukan pada anak – anak adalah leukemia limfoid akut (ALL) dan leukemia nonlimfoid akut (ANLL/AML) (Wong, β009).

4. Manifestasi Klinis

a. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)

Gambaran klinis ALL cukup bervariasi, dan gejalanya dapat tampak tersembunyi atau akut. Manifestasi klinisnyaantara lain pucat, mudah memar, letargi, anoreksia, malaise, nyeri tulang, nyeri perut dan perdarahan. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan hal – hal sebagai berikut : demam, keletihan, anoreksia, pucat, petekie dan ekimosis pada kulit atau membran mukosa, perdarahan retina, pembesaran dan fibrosis organ – organ sistem retikuloendotelial seperti hati, limpa, dan limfonodus, berat badan turun, nyeri abdomen yang tidak jelas, nyeri sendi dan nyeri tekan pada tulang (Betz & Sowden β009).

b. Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid Leukemia (ANLL)

Leukemia mieloblastik akut merupakan suatu kelompok penyakit yang heterogen yang memberikan prognosis buruk. Gejala dan

(25)

tanda AML yang muncul meliputi pucat, demam, nyeri tulang, dan perdarahan kulit serta mukosa.

Meskipun ALL dan AML tidak dapat dibedakan berdasarkan temuan klinis sekarang, beberapa subtipe dari AML memiliki manifestasi yang berbeda. Leukemia promielositik akut sering kali berhubungan dengan koagulasi intravaskuler diseminata (DIC) dan perdarahan yang serius, sedangkan leukemia monoblastik atau mielomonoblastik akut dapat memperlihatkan hipertrofi gusi dan nodul kulit. Koagulasi intravaskuler diseminata terjadi lebih sering dan lebih serius pada AML (Apriany, β016).

c. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)

CML terutama terjadi pada orang dewasa yang berusia antara β5 dan 60 tahun, insiden puncaknya terletak pada usia antara γ0 dan 50 tahun. Walaupun demikian, penyakit ini dapat terjadi pada anak, neonatus, dan orang yang sangat tua. Gejala klinik CML tergantung pada fase yang kita jumpai pada penyakit tersebut, yaitu :

1) Fase kronik, terdiri atas :

a) Gejala – gejala yang berhubungan dengan hipermetabolisme, misalnya penutrunan berat badan, badan kelelahan, anoreksia, atau keringat malam.

b) Splenomegali hampir selalu ada dan sering kali bersifat masif. Pada beberapa pasien, pembesaran limpa disertai dengan rasa tidak nyaman, nyeri, atau gangguan pencernaan.

c) Gambaran anemia meliputi pucat, dispnea, dan takikardi. d) Memar, epistaksis, menorhagia, atau perdarahan di

tempat – tempat lain akibat fungsi trombosit yang abnormal. e) Gout atau gangguan ginjal yang disebabkan oleh hiperurikemia akibat pemecahan purin yang berlebihan dapat menimbulkan masalah.

(26)

f) Gejala yang jarang dijumpai meliputi gangguan penglihatan dan priapismus (Apriany, β016).

β) Fase transformasi akut, terdiri atas :

a) Perubahan terjadi pelan – pelan dengan prodomal selama 6 bulan, disebut sebagai fase akselerasi. Timbul keluhan baru yaitu demam, lelah, nyeri tulang (sternum) yang semakin progresif. Respon terhadap kemoterapi menurun, leukositosis meningkat dan trombosit menurun dan akhirnya menjadi gambaran leukemia akut.

b) Pada sekitar sepertiga penderita, perubahan terjadi secara mendadak, tanpa didahului masa prodomal, keadaan ini disebut kritis bastik(blast crisis). Tanpa pengobatan adekuat penderita sering meninggal dalam 1 sampai β bulan (Apriany, β016).

d. Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK)

Pada awal diagnosis, kebanyakan pasien LLK tidak menimbulkan gejala. Pada pasien dengan gejala, paling sering ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain meliputi hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi jarang terjadi pada awalnya, tetapi semakin mencolok sejalan dengan perjalanan penyakitnya, dan juga limfadenopati massifdapat menimbulkan obstruksi lumen termasuk ikterus obstruktif, disfagia uropati obstuktif, edema ekstremitas bawah. Infeksi bakteri dan jamur sering ditemukan pada stadium lanjut karena defisiensi imun dan neutropenia (akibat infiltrasi sum – sum tulang, kemoterapi, atau hipersplenisme) (Apriany, β016).

5. Patofisiologi

Leukemia merupakan proliferasi tanpa batas sel – sel darah putih yang imatur dalam jaringan tubuh yang membentuk darah. Sel – sel imatur

(27)

ini tidak sengaja menyerang dan menghansurkan sel darah normal atau jaringan vaskular (Betz & Sowden , β009).

Walaupun bukan suatu tumor, sel – sel leukemia memperlihatkan sifat neoplastik yang sama seperti sel – sel kanker yang solid. Oleh karena itu, keadaan patologi dan menifestasi klinisnya disebabkan oleh infiltrasi dan penggantian setiap jaringan tubuh dengan sel – sel leukemia nonfungsional. Organ – organ yang terdiri banyak pembuluh darah, seperti limpa dan hati, merupakan organ yang terkena paling berat (Wong, β009).

Sel – sel leukemia berinfiltrasi kedalam sum – sum tulang, menggantikan unsur – unsur sel yang normal, sehingga mengakibatkan timbulnya anemia dan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang tidak mencukupi bagi tubuh (Betz & Sowden , β009). Invasi sel – sel leukemia kedalam sum – sum tulang secara perlahan akan melemahkan tulang dan cenderung mengakibatkan fraktur. Karena sel – sel leukemia menginvasi periosteum, peningkatan tekanan menyebabkan nyeri yang hebat (Wong, β009).

Timbul perdarahan akibat menurunnya jumlah trombosit yang bersirkulasi. Infeksi juga lebih sering terjadi karena berkurangnya jumlah leukosit normal. Invasi sel – sel leukemik kedalam organ – organ vital menimbulkan hepatomegali, splenomegali, dan limfadenopati (Betz & Sowden , β009).

Leukemia nonlimfoid akut mencakup beberapa jenis leukemia berikut leukemia mieloblastik akut, leukemia monoblastik akut, dan leukemia mielositik akut. Timbul disfungsi sum – sum tulang, yang menyebabkan menurunnya jumlah sel darah merah, neutrofil, dan trombosit. Sel – sel leukemik menginfiltrasi limfonodus, limpa, hati. Tulang, dan sistem saraf pusat (SSP), juga organ – organ reproduksi

(28)

seperti testis. Lokasi invasi yang paling penting adalah SSP yang terjadi sekunder karena infiltrasi leukemik dapat menyebabkan tekanan intrakranial (Betz & Sowden , β009).

Tabel β.1

Patologi dan manifestasi klinis yang terkait pada leukemia Organ atau Jaringan Akibat Manifestasi Disfungsi sum –

sum tulang 1. Penurunaneritrosit jumlah mengakibatkan anemia β. Penurunan jumlah neutropenia mengakibatkan infeksi γ. Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan kencenderungan perdarahan

4. Invasi sum – sum tulang mengakibatkan kelemahan tulang, invasi periosteum Pucat, letih Demam Perdarahan (petekie) Kecenderungan mengalami fraktur, nyeri

Hati Infiltrasi, pembesaran

dan akhirnya fibrosis Hepatomegali

Limpa Splenomegali

Kelenjar limfe Limfadenopati

Sistem saraf pusat,

meninges 1. Peningkatan tekananintrakranial, pelebaran ventrikulus β. Iritasi meninges

Sakit kepala hebat Muntah

Iritabilitas, letargi Papiledema Akhirnya koma Nyeri

Kaku kuduk dan punggung kaku

(29)

Hipermetabolisme Sel – sel normal mengalami kekurangan zat gizi karena dirampas oleh sel – sel yang menginvasinya Pelisutan (atrofi) otot Penurunan berat badan Anoreksia Keletihan Sumber: Wong, dkk. (β009)

(30)

6. WOC Leukemia

proliferasi sel kanker

Infiltrasi susum tulang penyebaran ekstramedular sel onkogen

Sel normal digantikan melalui sirkulasi darah melalui sistem limfatik sistem pertumbuhan berlebihan

Oleh sel kanker saraf pusat

proliferasi limfosit

Depresi produksi nodus limpe peningkatan kebutuhan

nutrisi

Sumsum tulang pembesaran hati dan limpa tekanan meningkat

limfadenopati intrakranial Hepatosplenomegali

hipermetabolisme

Penurunan eritrosit sakit kepala, muntah

Penekanan ruang abdomen Kaku kuduk

ketidakseimbangan

peningkatan nutrisi kurang dari

Penurunan trombosit pucat,mudah lelah anemia suplai oksigen kejaringan tekanan intra kebutuhan

Inadekuat abdomen

trombositopenia ketidakseimbangan

Faktor pencetus:

- genetik -radiasi - kelainan kromosom - infeksi virus - paparan bahan kimia- obat-obatan

(31)

penurunan fungsi perfusi jaringan perifer nyeri kronis risiko

ketidak-leukosit demam resiko infeksi efektifan

perfusi

kecenderungan perdarahan petekie, memar jaringan ke otak

infiltrasi periosteal Kelemahan tulang gusi berdarah

risiko perdarahan

Tulang lunak dan lemah stimulasi saraf C (nociceptor) nyeri kronis Fraktur fisiologis hambatan mobilitas fisik

Leukemia akut leukemia kronis

Proliferasi maligna sel imatur (blastik) proliferasi maligna sel yang lebih matur (berdiferensiasi) Perjalanan penyakit cepat perjalanan penyakit lambat (selama β-5 tahun)

Terapi leukemia transplantasi sumsum tulang Terapi leukemia

Kemoterapi terapi radiasi

Obat kemoterapi tidak menimbulkan efek

(32)

sel kanker, melainkan juga

sel normal saluran pencernaan

menyebabkan luka pada

Sel – sel darah pada akar rambut mulut, dan bibir, mual, muntah diare

Penurunan nafsu makan Kulit menjadi merah

Hb terjadi kerontokan Kering, dan peka

Leukosit rambut ketidakseimbangan

Trombosit nutrisi kurang dari Kekurangan volume cairan

Kebutuhan tubuh kerusakan integritas kulit

Anemia gangguan citra tubuh

Resiko infeksi Bagan β.1 kerusakan

membran

Resiko perdarahan Web of Caucion Leukemia mukosa oral

(33)

7. Respon tubuh terhadap fisiologis Sistem persarafan

Sel – sel leukemia menginvasi sistem saraf pusat yang menyebabkan peningkatan intrakranial. Akibatnya terjadi desakan pada otak dan selaput sehingga aliran darah ke serebral menurun , perfusi tidak adekuat, PCOβ meningkat dan POβ menurun, karena POβ menurun otak mengalami kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen dapat mengakibatkan penurunan kesadaran pada anak.

Sistem endokrin

Adanya infiltrasi pada ektra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati dan limpa, kemudian terjadi penekanan pada ruang abdomen sehingga tekanan intra abdomen meningkat, menimbulkan nyeri pada pada abdomen. Nyeri abdomen dapat menghilangkan nafsu makan pada anak.

Sistem ekstremitas

Infiltrasi pada ektra medular juga mengakibatkan nyeri pada sendi dan tulang akibat dari susum tulang didesak oleh sel darah putih, sehingga terjadi kelemahan tulang akibatnya tulang lunak dan lemah dapat terjadi fraktur fisiologis.

Sistem integumen

Proliferasi sel kanker menginvasi sumsum tulang, sel normal digantikan oleh sel kanker sehingga terjadi depresi produksi sumsum tulang mengakibatkan penurunan trombosit. Terjadi penurunan trombosit terjadinya trombositopenia yang dapat terjadi perdarahan pada tubuh, salah satu perdrahan secara tidak langsung adalah terdapat petekie pada kulit dan ruam kemerahan tanpa sebab.

Sistem penecernaan

Pencegahan sel leukemia menginvasi keorgan lain dilakukan terapi, salah satunya kemoterapi. Obat – obat emoterapi tidak hanya menghancurkan sel – sel kanker tetapi juga pada sel normal, sehingga

(34)

menimbulkan berbagai efek samping salah satunya meyebabakan luka pada mulut, bibir, mual dan muntah, penurunan nafsu makan.

8. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum tulang berupa adanya pansitopenia, limfositosis yang kadang – kadang menyebabkan gambaran tepi monoton dan terdapat sel blas. Terdapat sel blas dalam darah tepi merupakan gejala patognomik untuk leukemia. Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopoietik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder).

Anak dengan sel darah putih lebih dari 50.000/mmγ adalah tanda prognosis kurang baik. Kadar hematokrit dan hemoglobin rendah mengindikasikan anemia. Trombosit rendah mengindikasikan potensial perdarahan.

b. Aspirasi sumsum tulang (BMP), hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda

c. Biopsi limpa

Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES, granulosit.

d. Cairan serebrospinalis atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS)

Bila terdapat jumlah patologis dan protein, berarti suatu leukemia meningeal. Untuk mencegahnya diberikan metotreksat (MTX) secara intratekal secara rutin pada setiap pasien yang menunjukkan gejala tekanan intrakranial meninggi.

(35)

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

1) Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda – tanda DIC dapat diberikan heparin (Ngastiyah, β01β).

β) Terapi leukemia meliputi pemakaian agens kemoterapeutik, tujuannya untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker, kemoterapi dapat membunuh sel kanker yang telah lepas dari sel kanker induk atau bermetastase melalui darah dan limfe ke bagian tubuh lain. Prose kemoterapi terbagi dalam empat fase, yaitu :

a) Terapi induksi

Yang menghasilkan remisi total atau remisi dengan kurang dari 5% sel – sel leukemia dalam sum – sum tulang. Hampir segera setelah diagnosis ditegakkan, trrapi induksi dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Obat – obatan utama yang dipakai untuk induksi pada ALL adalah kortikosteroid (terutama prednison), vinkristin, dan L-asparaginase, dengan atau tanpa doksorubisin. Terapi obat pada AML meliputi doksorubisin atau daunorubisin (daunomisin) dan sitosin arabinosida.

b) Terapi profilaksis SSP

Yang mencegah agar sel – sel leukemia tidak menginvasi SSP. Penanganan SSP terdiri atas terapi profilaksis melalui kemoterapi intratekal dengan metotreksat, sitarabin, dan hidrokortison. Karena adanya kekhawatiran terhadap terhadap efek samping iradiasi kranial, terapi ini hanya dialakukan pada pasien – pasien yang beresiko tinggi dan yang memiliki penyakit SSP.

(36)

c) Terapi intensifikasi (konsolidasi)

Yang menghilangkan sel – sel leukemia yang masih tersisa, diikuti dengan terapi intensifikasi lambat (delayed intensification), yang mencegah timbulnya klon leukemik yang resisten. Penyuntikan intratekal yang menyertai kemoterapi sistemik meliputi pemberian Lasparaginase, metotreksat dosis tinggi atau sedang, sitarabin, vinkristin dan merkaptopurin.

d) Terapi rumatan

Yang berfungsi untuk mempertahankan fase remisi. Terapi rumatan dimulai sesudah terapi induksi dan konsolidasi selesai dan berhasil dengan baik untuk memelihara remisi selanjutnya mengurangi jumlah sel leukemia. Regimen terapi obat kombinasi yang meliputi pemberian merkaptopurin setiap hari, metotreksat seminggu sekali, dan terapi intratekal secara periodik diberikan selama β tahun kemudian. Demikian juga selama terapi rumatan, harus dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mengevaluasi respons sum – sum tulang terhadap obat – obatan yang dilakukan.

e) Reinduksi sesudah relaps

Adanya sel – sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP atau testis menunjukkan terjadinya relaps atau kekambuhan penyakit. Terapi pada anak – anak yang mengalami relaps mengalami relaps meliputi terapi reinduksi dengan prednison dan vinkristin, disertai pemberian kombinasi obat lain yang belum digunakan. Terapi preventif SSP dan terapi rumatannya dilaksanakan sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya dan dilaksanakan setelah remisi. Efek samping kemoterapi disebabkan dari efek non-spesifik dari obat – obat sitotoksik sehingga menghambat proliferasi

(37)

tidak hanya sel – sel kanker melainkan juga sel normal. Efek samping obat kemoterapi atau obat sitotoksik dapat berupa : a) Sel – sel darah

Sel – sel ini melawan infeksi, membantu darah membeku, dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika sel – sel terpengaruh, penderita leukemia lebih mudah mengalami infeksi, memar, perdarahan, dan rasa lemah serta lelah. b) Sel – sel pada akar rambut

Kemoterapi dapat menimbulkan kerontokan rambut. c) Sel – sel yang melapisi pencernaan

Kemoterapi dapat menyebabkan luka mulut dan bibir, mual dan muntah, diare, serta penurunan nafsu makan (Maharani, β009).

γ) Terapi radiasi

Terapi radiasi (radiotherapy) dilakukan dengan menggunakan sinar – sinar bertenaga tinggi untuk membunuh sel – sel leukemia.pada terapiini, radiasi diarahkan pada limpa, otak, atau bagian – bagian dari tubuh yang menjadi tempat berkumpulnya sel – sel leukemia. Radiasi ini biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang. Ketika pasien menerima terapi radiasi umumnya kulit menjadi kemerahan, kering, dan peka pada area yang dirawat (Maharani, β009). 4) Transplantasi sumsum tulang

Transplantasi sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan anak – anak yang menderita ALL dan AML dengan hasil yang baik. Mengingat prognosis ank-anak yang menderita AML lebih buruk, transplantasi sumsum tulang alogenik bisa dipertimbangkan selama remisi pertama. Transplantasi sumsum tulang alogenik meliputi tindakan memperoleh sumsum tulang dari donor anggota keluarga yang histokompatibel dan cocok (Wong, β008).

(38)

Meskipun terapi yang agresif pada kanker dimasa kanak – kanak telah menghasilkan perbaikan yang dramatis pada angka keberhasilan hidup, namun terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai efek lanjutnya. Efek lanjut yang paling menghancurkan adalah terjadinya kelainan keganasan sekunder. Anak – anak yang mendapatkan iradiasi kranial pada usia 5 tahun atau kurang merupakan kelompok yang paling rentan terkena tumor otak (Wong, β008).

b. Penatalaksanaan keperawatan

Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya kurang baik, maka pendekatan psikologis harus diutamakan. Diagnosis leukemia cenderung menimbulkan rasa cemas pada keluarga dan pasien. Perawat merupakan sarana untuk memberikan dukungan dan menentramkan perasaan cemas, selain memberi penjelasan yang akurat mengenai pemeriksaan diagnostik, prosedur dan rencana terapi.

1) Mempersiapkan anak dan keluarganya dalam menghadapi prosedur diagnostik dan terapeutik. Anak memerlukan penjelasan mengenai prosedur dan hasil yang diharapkan dari prosedur tersebut.

Mencegah komplikasi mielosupresi, proses leukemia sebagian besar agens kemoterapi menyebabkan supresi sumsum tulang (mielosupresi). Jumlah sel darah merah yang menurun menimbulkan permasalahan sekunder berupa infeksi, kecenderungan perdarahan dan anemia.

Komplikasi yang sering ditemukan dalam terapi kanker dimasa anak – anak adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan cara mengendalikan penularan infeksi. Cara ini meliputi pemakaian ruang rawat pribadi, membatasi

(39)

pengunjung dan petugas kesehatan yang menderita infeksi aktif dan mencuci tangan dengan larutan antiseptik. Keadaan anak perlu dievaluasi untuk menemukan lokasi yang berpotensi menjadi tempat infeksi dan dipantau setiap kenaikan suhu tubuh anak.

Komplisai lain yang sering ditemukan adalah perdarahan. Perdarahan dapat dicegah dengan pemberian transfusi trombosit. Kemudian perawatan mulut yang seksama merupakan tindakan esensial karena karena sering terjadi perdarahan gusi. Anak – anak dianjurkan untuk menghindari aktivitas yang menibulkan trauma seperti bersepeda, memanjat pohon, dan bermain sepatu roda.

β) Melaksanakan tindakan kewaspadaan dalam memberi dan menangani agens kemoterapi. Banyak agens kemoterapi bersifat vesikan (menimbulkan sklerosis) yang dapat menimbulkan kerusakan sel yang berat. Untuk mengatasi ektravasasi dengan cara obat – obatan kemoterapi harus diberikan melalui slang infus. Pemberian dihentikan apabila terlihat tanda – tanda infiltrasi seperti nyeri, rasa tersengat, pembengkakan atau kemerahan pada tempat pemasangan kanula infus.

γ) Memberikan perawatan fisik dan dukungan emosional secara berkesinambungan (Apriany, β016).

(40)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS LEUKEMIA 1. Pengkajian

a) Identitas pasien

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Biasanya leukemia banyak diderita oleh anak yang berusia β sampai 5 tahun, diamana penderita laki – laki lebih banyak dibandingkan penderita perempuan.

b) Keluhan utama

1) Riwayat Kesehatan sekarang

Biasanya orang tua anak mengeluhkan anak demam, nafas sesak, anak tampak bernafas cepat, terdapat petekie pada tubuh anak, anak tampak letih. Anak meneguluh nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, penurunan selera makan, sakit kepala dan perasaan tidak enak badan.

β) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan dahulu juga mencakup riwayat kesehatan keluarga yaitu keluarga juga mengalami leukemia.

γ) Riwayat kehamilan dan kelahiran

Riwayat kesehatan ibu saat hamil adanya pemaparan sinar-X saat hamil muda, riwayat keluarga dengan Sindrom down karena kelainan kromosom salah satu penyebab terjadinya leukemia.

4) Riwayat pertumbuhan

Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena keletihan, nyeri pada ekstremitas, anak mudah terserang infeksi.

(41)

5) Riwayat psikososial dan perkembangan

Kelainan juga dapat membuat anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan karena aktivitas bermain anak dibatasi.

c) Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum

Kesadaran composmentis sampai koma Tekanan darah hipotensi

Nadi takikardi Suhu tubuh tinggi

Pernapasan takipnea sesak napas β) Kepala-leher

Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan pembesaran Kelenjer getah bening.

γ) Mata

Biasanya pada pasien dengan leukemia konjungtiva anemis, perdarahan retina.

4) Hidung

Biasanya pada hidung terjadi epistaksis. 5) Mulut

Biasanya pada wajah klien leukemiasering terjadi perdarahan pada gusi

6) Thorax

Nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura. 7) Abdomen

Biasanya pasien mengalami hepatomegali, spenomegali, limfadenopati, nyeri abdomen

8) Kulit

Biasanya pada klien leukemia terdapat petekie pada tubuh akibat perdarahan.

(42)

9) Ekstremitas

Biasanya pada ekstremitas terasa nyeri terutama pada persendian apabila digerakkan

d) Pemeriksaan penunjang 1) Pemeriksaan darah

Didapatkan Hb dan eritrosit menurun, leukosit rendah, trombosit rendah.

β) Pemeriksaan sumsum tulang

Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh dengan blastosit abnormal dan sistem hemopoitik normal terdesak.

Aspirasi sumsum tulang (BMP) didapatkan hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.

γ) Lumbal punksi

Untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi 4) Biopsi limpa

Memperlihatkan proliferasi el leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES, granulosit (Wijaya & putri, β01γ).

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang akan muncul a. Risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi

b. Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulasi inheren

c. Nyeri kronis berhubungan dengan pasca trauma karena gangguan d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubugan dengan kurang asupan makanan

e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit

f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang

g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi h. Hipertermi berhubungan dengan sepsis

(43)

j. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

(NANDA, β015). 3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Berdasarakan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana tindakan sebagai berikut :

Tabel β.β

Intervensi Keperawatan Leukemia

No Nanda NOC NIC

1 Risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi NOC: a. Status imunitas Kriteria hasil: 1. Fungsi gastrointestinal 2. Fungsi respirasi 3. Suhu tubuh 4. Integritas kulit 5. Jumlah sel darah

putih absolut 6. Jumlah sel darah

putih diferensial b. Respon pengobatan Kriteria hasil: 1. Perubahan gejala yang diharapkan β. Pemeliharaan

kadar darah yang diharapkan γ. Respon perilaku yang diharapkan 4. Reaksi alergi 5. Interaksi pengobatan c. Status nutrisi Kriteria Hasil: 1. Asupan gizi β. Asupan makanan γ. Asupan cairan 4. Energi NIC: a. Kontrol infeksi 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan setiap pasien β. Batasi pengunjung γ. Tempatkan isolasi

sesuai tindakan pencegahan yang sesuai 4. Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan

5. Anjurjan pasien dan pengunjung untuk mencuci tangan

6. Jaga lingkungan aseptik yang optimal

7. Tingkatkan intake nutrisi

8. Berikan terapi antibiotik yang sesuai 9.Ajarkan pasien dan

anggota keluarga mengenai bagaiman menghindari infeksi b. Manajemen nutrisi 1. Identifikasi adanya

alergi atau intoleransi makanan yang dimilki pasien

(44)

5. Rasio berat badan/tinggi badan 6. Hidrasi mengenai kebutuhan nutrisi γ. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan c. Monitot tanda-tanda

vital

1. Monitot tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan

β. Pemantauan suhu tubuh secara terus – menerus dengan tepat

γ. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermia β. Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulasi inheren NOC a. Koagulasi darah Kriteria hasil: 1. Pembentukan bekuan β. hemoglobin γ. hitung platelet/platelet count 4. perdarahan 5. memar 6. petekie 7. BAB berdarah 8. Gusi berdarah Pencegahan perdarahan 1. Monitor dengan ketat

tejadinya perdarahan β. Monitor tanda dan gejal

perdarahan menetap γ. Monitor komponen

koagulasi darah

4. Monitor tanda – tanda vital

5. Berikan produk – produk penggantian darah

6. Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan

perdarahan

7. Gunakan sikat gigi yang berbulu lembut untuk perawatan rongga mulut 8. Berikan obat-obatan 9. Instruksikan pasien

untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K

Manajemen kemoterapi 1. Monitor pemeriksaan

dan skrinning sebelum pemberian kemoterapi β. Monitor efek samping

(45)

dan efek toksik dari pengobatan

γ. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang efek

obat – obatan

kemoterapi pada sel kanker

4. Instruksikan pasien dan keluarga cara – carauntuk mencegah infeksi

5. Instruksikan pasien agar segera melaporkan

gejala demam,

menggigil, perdarahan hidung, memar tang sanagt besar, BAB berdarah

6. Instruksikan pasien dan

keluarga untuk

menghindari konsumsi konsumsi produk yang mengandung aspirin 7. Lakukan pencegahan

terjadinya neutropenia dan perdarahan

8. Monitor status nutrisi dan berat badan

γ Nyeri kronis berhubungan dengan pasca trauma karena gangguan NOC: Pengetahuan : manajemen nyeri Kriteria hasil:

1. Tanda dan gejala nyeri β. Strategi untuk mengontrol nyeri γ. Strategi untuk mengelola nyeri kronis

4. Rejimen obat yang diresepkan

5. Penggunaan yang benar dari obat yang diresepkan 6. Pembatasan aktivitas NIC Pemberian analgesik 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri β. Cek perintah pengobatan

meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan

γ. Cek adanya alergi obat 4. Monitor tanda – tanda

vital

5. Berikan analgesik sesuai waktu

6. Tentukan analgesik sebelumnya, rute pemberian, dan dosis untuk mnecapai hasil

(46)

7. Tindakan – tindakan pencegahan 8. Teknik relaksasi yang efektif pengurangan nyeri optimal 7. Evaluasi keefektifan analgesik Manajemen nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif β. Gunakan komunikasi terapeutik

γ. Gali pegetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri

4. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien 5. Berikan informasi mengenai nyeri 6. Kendalikan faktor lingkunganyang dapat mempengaruhi nyeri 7. Ajarkan penggunaan teknik nofarmakologi 8. Dukung istirahat/tidur yang adekuat 4 Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubugan dengan kurang asupan makanan NOC: a. Nutritional status Kriteria hasil: 1. Asupan nutrisi β. Asupan makanan γ. Asupan cairan 4. Energy

5. Berat/ tinggi badan 6. Hematokrit

7. Bentuk otot 8. Hidrasi

b. Nutritional status: food and fluid intake Kriteria hasil: 1. Asupan makanan oral β. Asupan cairan slang (NGT/ OGT) γ. Asupan cairan oral

NIC:

Nutrition Management 1. Kaji adanya alergi

makan

β. Tanyakan makanan yang disukai pasien γ. Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang

dibutuhkan pasien 4. Anjurkan pasien untuk

meningkatkan intake Fe

5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

6. Berikan substansi gula 7. Yakinkan diet yang

diberikan mengandung tinggi serat untuk

(47)

4. Asupan cairan intravena (IV) Asupan nutrisi parenteral c. Nutritional status: nutrient intake Kriteria hasil: 1. Asupan kalori β. Asupan protein γ. Asupan lemak 4. Asupan karbohidrat 5. Asupan serat 6. Asupan vitamin 7. Asupan mineral 8. Asupan besi 9. Asupan kalsium 10. Asupan sodium d. Weight: body mess Kriteria hasil: 1. Berat badan β. Ketebalan lipatan kulit trisep γ. Ketebalan lipatan kulit subskapularis 4. Persentase lamak tubuh 5. Lingkar kepala (cm) 6. Tinggi badan (cm) 7. Berat badan (kg) mencegah konstipasi 8. Berikan makan yang

terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi

9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 10. Berikan informasi

mengenai kebutuhan nutrisi anak

Nutrition Monitoring 1. BB pasien dalam batas

normal

β. Monitor adanya penurunan berat badan γ. Monitor interaksi anak

selama makan

4. Monitor lingkungan selama makan

5. Monitor perubahan kulit dan monitoring pigmentasi

6. Monitor turgor kulit 7. Monitor mual muntah 8. Monitor kadar

albumin, total protein, Hb dan kadar Ht 9. Monitor pertumbuhan dan perkembangan 10. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan pada konjungtiva 5 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit NOC: a. Circulation Status Kriteria hasil : 1. Systolic blood pressure dalam rentang normal β. Diastolic blood pressure dalam rentang normal γ. Pulse pressure dalam rentang normal 4. CVP dalam retang NIC a. manajemen hipovolemi 1. Timbang berat badan β. Monitor adanya

tanda – tanda dehidrasi γ. Monitor adanya pusing

saat berdiri

4. Monitor adanya sumber – sumber kehilangan cairan 5. Monitor asupan dan

pengeluaran

6. Monitor hasil laboratorium

(48)

normal

5. MAP dalam

rentang normal 6. Saturasi Oβ dalam

rentang normal 7. Tidak asites b. Tissue Perfusion : Peripheral Kriteria hasil : 1. CRT (jari tangan dan kaki) dalam batas normal β. Suhu kulit

ekstremitas dalam rentang normal γ. Kekuatan denyut

nadi (karotis kanan dan kiri;brachial kanan dan kiri; femur kanan dan kiri, radialis kanan dan kiri) dalam rentang normal 4. Blood pressure dan

MAP dalam

rentang normal

7. Jaga kepatenan akses IV

b. Monitor neurologi 1. Monitor tingkat

kesadaran

β. Monitor tanda – tanda vital

γ. Monitor status pernapasan

4. Catat keluhan sakit kepala

5. Pantau ukuran pupil, bentuk, kesimetrisan 6. Monitor reflek korna 7. Monitor paresthesia :

mati rasa dan kesemutan c. Terapi oksigen 1. Pertahankan kepatenan jalan napas β. Siapkan peralatan oksigen γ. Berikan oksigen 4. Monitor aliran oksigen 5. Monitor kerusakan

kulit terhadap adanya gesekan perangkat oksigen

d. Vital Sign Monitoring 1. Monitor TD, Nadi,

Suhu, dan RR

β. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

γ. Monitor kualitas nadi 4. Monitor suara paru

5. Monitor pola

pernapasan yang banormal

6. Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit 6 Hambatan mobilitas fisik berhubungan NOC 1. Klien meningkat NIC Exercise Therapy: ambulation

(49)

dengan kerusakan integritas struktur tulang

dalam aktivitas fisik β. Mengerti tujuan dari

peningkatan mobilitas γ. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

1. Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan β. Konsultasikan dengan

terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan γ. Kaji kemapuan pasien

dalam mobilisasi

4. Latih pasien dalam pemenuhan kbeutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan pasien

5. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi 6. Berikan alat bantu jika

klien memerlukan

7. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan 7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi NOC

Tissue integrity : Skin

and Mucous

Membranes Kriteria hasil :

1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan ( sensasi, elastic sitas, temperature, hidrasi,

pigmentasi )

β) Tidak ada luka / lesi pada kulit γ) Perfusi jaringan

baik

4) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang

5) Mampu melindungi NIC

Pressure Management 1. Anjurkan pasien untuk

menggunakan pakaianyang longgar β. Hindari kerutan pada

tempat tidur

γ. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien setiap dua jam sekali)

5. Monitor kulit akan danya kemerahan

6. Oleskan lotion atau minyak baby/baby oil pada daerah yang tertekan

7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

8. Monitor status nutrisi pasien

(50)

kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

sabun dan air hangat

8. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi NOC Thermoregulation 1. Berkeringat saat panas β. Menggigil saat dingin γ. Denyut jantung apical

4. Denyut nadi apical 5. Pernafasan 6. Melaporkan suhu tubuh 7. Peningkatan suhu tubuh Vital sign Kriteria hasil: 1. Suhu tubuh β. Seperti mendengkur γ. Denyut jantung 4. Irama jantung 5. Tekanan darah sistolik 6. Tekanan darah diastolic 7. Tekanan nadi 8. Kedalaman inspirasi NIC Fever treatment

1. Monitor suhu sesering mungkin

β. Monitor IWL

γ. Monitor warna kulit dan suhu kulit

4. Monitor TD, nadi dan RR

5. monitor penurunan kesadaran

6. monitor Intake dan output 7. monitor WBC, HB dan Ht 8. berikan antipiretik 9. selimuti pasien 10. berikan cairan intravena 11. tingkatkan sirkulasi udara temperature regulation 1. monitor suhu minimal

tiap β jam

β. rencanakan monitoring suhu secara kontinyu γ. monitor TD, Nadi, dan

RR

4. monitor warna kulit dan suhu kulit

5. monitor tanda- tanda hipertermi

6. tingkatkan intake dan output

7. diskusikan dengan keluarga pentingnya pengaturan suhu tubuh dan kemungkinan efek negative dari kedinginan

(51)

vital sign monitoring

1. monitor TD, Nadi, suhu dan RR

β. catat adanya fluktuasi tekanan darah

γ. monitor kualitas nadi 4. monitor frekuensi dan

irama pernafasan 5. monitor suara paru. 6. Monitor pola nafas

abnormal 9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan NOC Adaptasi terhadap Disabilitas Fisik Kriteria Hasil : 1. Menyampaikan secara lisan kemampuan untuk menyesuaikan terhadap disabilitas β. Menyampaikan secara lisan penyesuaian terhadap disabilitas γ. Beradaptasi terhadap keterbatasan secara fungsional 4. Mengidentifikasi cara-cara untuk beradaptasi dengan perubahan hidup NIC

Peningkatan harga diri 1. Monitor pernyataan

pasien mengenai harga diri

β. Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal penilaian diri

γ. Bantu pasien

mengidentifikasi respon positif dari orang lain

4. Eksplorasi

alasan-alasan untuk

mengkritik diri atau rasa bersalah 5. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang akan meningkatkan harga diri 6. Sampaikan atau ungkapkan

kepercayaan diri pasien dalam mengatasi situasi 10. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. NOC a. Fluid Balance (keseimbangan cairan) Kriteria hasil: 1. Tekanan darah β. Denyut nadi radial γ. Tekanan nadi

NIC

a. fluid management (manajemen cairan) 1. pantau kadar serum

elektrolit yang abnormal

β. pemberian cairan γ. ambil specimen

(52)

4. Tekanan vena central (CVP) 5. Tekanan perifer 6. Keseimbangan masukan dan pengeluaran dalam β4 jam 7. Berat badan (bb) stabil 8. Turgor kulit 9. Hematokrit 10. Membran mukosa lembab 11. Elektrolit serum b. Hydration Kriteria hasil: 1. Turgor kulit β. Kelembaban membrane mukosa γ. Asupan cairan 4. Pengeluaran urine 5. Natrium serum 6. Perfusi jaringan 7. Fungsi kognitif c. Nutritional status:

food and Fluid Intake Kriteria Hasil: 1. Asupan makanan oral β. Asupan cairan slang (NGT/ OGT) γ. Asupan cairan oral 4. Asupan cairan intravena (IV) 5. Asupan nutrisi parenteral laboratorium untuk memantau perubahan tingkat cairan dan elektrolit (hematokrit, BUN, protein, sodium, tingkat kalium)

4. timbang BB setiap hari

dan pantau

perubahannya

5. promosikan intake oral misalnya memberikan cairan lewat mulut pasien

6. monitor vital sign 7. menjaga catatan yang

akurat dari intake dan output

8. monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang ditentukan

9. memonitor tanda dan gejala

ketidakseimbangan elektrolit

10. monitor tanda dan gejala retensi cairan b. fluid monitoring

(monitoring cairan) 1. menentukan catatan

dari jumlah dan jenis intake cairan dan kebiasaan eliminasi β. monitor berat badan γ. monitor intake dan

output

4. monitor nilai serum dan elektrolit urin 5. monitor serum albumin

dan total protein

6. monitor TD, nadi, pernafasan

7. monitor tekanan darah ortostatik dan perubahan irama jantung

(53)

hemodinamik invasif 9. menjaga cataatan

akurat intake dan output

10. monitor kelembaban mukosa, turgor kulit dan haus

11. monitor warna, qualitas dan berat jenis urine 1β. mengelola terapi farmakologi untuk output cairan c. fluid resuscitation(resusitasi cairan) 1. memberi dan mempertahankan IV β. kolaborasi dengan dokter dalam memberikan cairan baik kristaloid ( RL) dan koloid γ. mengelola cairan IV 4. mengambil specimen

darah untuk cross metch

5. monitor respon hemodinamik

6. monitor status oksigen 7. monitor pengeluaran

berbagai cairan tubuh 8. monitor Bun, kratinin,

total protein, dan tinkat albumin

9. monitor oedema pulmonary dan kehausan

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kualitatif, dan jenis penelitian ini deskriptif yaitumendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini, dengan rancangan penelitian studi kasus yaitu rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi (Nursalam, β015). Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia di ruang kronik IRNA Kebidanan dan Anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang tahun β017. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April– Juni β017. Pengambilan kasus atau melakukan asuhan keperawatan pada tanggal β4 Mei – 0γ Juni β017. Studi kasus penerapan asuhan keperawatan dilakukan di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.

C. Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak dengan kasus leukemia yang dirawat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun β017.

2. Sampel

Sampel adalah merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi (Hidayat, β01β). Sampel penelitian ini adalah anak yang mengalami leukemia dengan kemoterapi tanpa ada penyakit penyerta lainnya, jumlah sampel β orang. Sampel diteliti dengan teknik purposive sampling disebut juga judgement samplingadalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antarapopulasi sesuai dengan

(55)

yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian),sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, β015).

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: a. Kriteria inklusi

1) Pasien dan orangtua bersedia menjadi responden β) Pasien dengan diagnosis leukemia

D. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data

Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format pengkajian anak, alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari thermometer, timbangan, penlight, stetosko.

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 1. Jenis data

a. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden dan keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan anak. Data primer dari penelitian berikut didapatkan dari hasil wawancara observasi langsung dan pemeriksaan fisik langsung pada responden. Data primer yang diperoleh masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Hasil wawancara sesuai dengan format pengkajian asuhan keperawatan yang telah disediakan sebelumnya meliputi: identitas pasien dan orang tua, riwayat kesehatan, riwayat imuisasi dan perkembangan, kebiasaan sehari- hari

β) Hasil observasi langsung berupa: pasien tampak malas makan, pasien tampak kelelahan, pasien tampak mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak pucat dan lain- lain γ) Pemeriksaan fisik berupa: keadaan umum, pemeriksaan

(56)

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan status pasien. Informasi yang diperoleh berupa data tambahan atau penunjang dalam merumuskan diagnosa keperawatan. Data yang diperoleh biasanya berupa: data penunjang dari laboratorium, terapi pengobatan yang diberikan dokter.

2. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data pada penelitian berikut ini dilakukan dengan cara observasi, pengukuran, wawancara mendalamatau anamnesa (pengkajian dengan wawancara langsung dengan pasien atau keluarga), pemeriksaan fisik, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono, β014).

1. Observasi

Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu juga mengobservasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada pasien, misalnya reaksi pasien setelah dan sesudah dilakukantindakan keperawatan pemberian infus, pemberian tranfusi darah, dan pemberian obat kemoterapi. β. Pengukuran

Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan pemeriksaantanda-tanda vital (nadi, suhu, pernapasan, dan tekanan darah),menghitung intake dan output pasien.

γ. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, β014).

(57)

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data identitas, keluhan pasien, riwayat kesehatan, dan aktivitas sehari-hari pasien.

4. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini mengunakan data yang didapatkan dari studi dokumentasi adalah hasil laboratorium (darah lengkap), pemeriksaan BMP, biopsi limpa, dan pemeriksaan LCS.

Prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah:

a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu Poltekkes Kemenkes Padang.

b. Meminta surat rekomendari ke RSUP DR. M. Djamil Padang c. Meminta izin ke Kepala RSUP Dr. M. Djamil Padang

d. Meminta izin ke Kepala Instalansi Kebidanan dan Anak e. Meminta izin ke KSF Anak dan Kepala Keperawatan Ruang

kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang

f. Melakukan pemilihan sampel sebanyak β orang pasien anak leukemia. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling disebut adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti.

g. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang tujuan penelitian

h. Responden dan keluarga memberikan persetujuan utntuk dijadikan responden dalam penelitian

i. Responden dan keluarga di berikan kesempatan untuk bertanya

(58)

j. Responden/ orang tua menandatanggani informed consent. Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan dan pamit.

Proses keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:

a. Peneliti melakukan pengkajian kepada responden/ keluarga menggunakan metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik b. Peneliti merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada

responden

c. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada responden

d. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden

e. Peneliti mengevalusai tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada responden

f. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang telah diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian sampai pada evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. F. Analisis Data

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan pada anak dengan leukemia. Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan pada anak dengan leukemia. Analisis selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien kelolaan dengan teori dan penelitian terdahulu.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mencapai tingkat kematangan yang diharapkan ( expected maturity level ), manajemen perusahaan harus memiliki mekanisme perencanaan dan organisasi yang tepat

221110 - Perkhidmatan / Guna Tenaga / Khidmat Latihan, Tenaga Pengajar dan Moderator/ Negotiator 221803 - Perkhidmatan / Perkhidmatan Kewangan dan Insuran / Penyediaan akaun

Dokumen pengadaan Bab II Persyaratan peserta halaman 2 2.6 pengalaman di lingkungan pemerintah maupun swasta paling sedikit 1 pekerjaan , kok di halaman 28 bab V LDK point B

Hal ini didukung oleh Kusbiantoro (2014) dalam pebelitiannya yang berjudul “ Praktik Pencegahan Cedera Pada Anak Usia Toddler Ditinjau Dari Pengetahuan Dan Sikap Orang

Pada usia kehamilan aterm, 8-10% wanita hamil mengalami ketuban pecah dini, dan para wanita ini memiliki risiko infeksi intrauteri yang meningkat bila interval

mendapat legalitas ulama sebagai sanad paling sahih (as}ah}), maka solusinya dengan mencari faktor lain, misalnya meneliti kembali kemungkinan periwayatan dari

Kumain ng gulay at prutas Para ang katawan ay lumakas Para ang katawan ay lumakas Dapat nating bigyang pansin Dapat nating bigyang pansin Ang mga masustansiyang pagkain Ang

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian ubi ungu dan minyak jelantah terhadap kadar enzim katalase (CAT) hepar dan otak tikus. Metode: Penelitian true experimental