• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis karakteristik komunitas vegetasi habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di kawasan hutan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis karakteristik komunitas vegetasi habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di kawasan hutan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Langkat"

Copied!
322
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)
(166)
(167)

ANALISIS KARAKTERISTIK KOMUNITAS VEGETASI

HABITAT GA JAH SUMATERA

(Elephas maximus sumatranus)

DI KAWASAN HUTAN KABUPATEN ACEH TIMUR

DAN KABUPATEN L A N G M T

O L E H :

MA'RIFATIN ZAHRAH

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(168)

ABSTRAK

MA'RIFATIN ZAHRAH. Analisis Karakteristik Komunitas Vegetasi Habitat Gajah

Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Kawasan Hutan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Langkat. Dibimbing oleh MACHMUD THOHARI dan HARYANTO PUTRO.

Penunman luas dan kualitas hutan sebagai habitat satwaliar saat ini sangat mengkhawatirkan bagi kelestarian populasi gajah sumatera. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik komunitasltipe vegetasi kawasan hutan habitat gajah terrnasuk di dalamnya adalah ketersediaan komponen-komponen pendukung kehidupan populasi gajah seperti: tumbuhan pakan, sumber garam-garam mineral (salt licks), sumber air dan pelindung (cover). Penelitian dilakukan di kawasan hutan Sikundur (Kabupaten Langkat) dan di Cagar Alam Serbajadi (Kabupaten Aceh Timur), yang diketahui

dan

diasumsikan sebagai satu unit habitat gajah.

Pengambilan contoh dilakukan dengan purposive sampling. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode garis berpetak un& mengetahui komposisi jenis dan struktur vegetasi. Luas petak contoh yang dipilih ditentukan berdasarkan kurva spesies area, yang dianggap representatzf untuk komunitas yang diamati. Secara umum dapat dikatakan bahwa tipe komunitas vegetasi habitat gajah di wilayah studi berbeda. Hal ini ditunjukkan oleh nilai indeks kesamaan komunitas yang pada umurnnya kurang dari 25%. Keanekaragaman jenis tumbuhan pada tiap tingkat vegetasi berkorelasi dengan fungsi komunitas tersebut di dalam habitat gajah.

(169)

SURAT PIERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis, yang berjudul:

ANALISIS KARAKTERISTIK KOMKJNITAS VEGETASI HABITAT GAJAH

SUMATERA (Elephas maxrmus sumatranus) D1 KAWASAN HUTAN M U P A T E N ACEH TIMUR. DAN M U P A T E N LANGKAT

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Oktober 2002

(170)

ANALISIS KARAKTERISTIK KOMUNITAS VEGETASI

HABITAT GA JAH SUMATERA

(Elephas

maximus sumatranus)

DI KAWASAN HUTAN KABUPATEN ACEH TIMUR

DAN KABUPATEN LANGKAT

MA'RIFATIN ZAHRAH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(171)

Judul Tesis : Analisis KarakteristiEr Komunitas Vegetasi Habitat Gajah Sumatera (Elephas nraximus

sumatranus)

Di Kawasan Hutan Kabupaten Acceh Timur dan Kabupaten Langkat Nama : Ma'rifatin Zahrah

NRP

: 98217

Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Menycetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Machmud Thohari Ketua

Ir. Haryanto Putro, MS Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Direktur Program Pascasarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Prof.Dr.Ir. Cecep Kusmana, MS $$&-fl~r.-*frida Manuwoto, MSc

*

' OGRAM

.4~C4 SARI AN^

/

(172)

RIWAYAT

HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 5 Mei 1964 sebagai anak kedua dari enam bersaudara dari pasangan Mirza Muhammad Muhdi (alm) dan Siti Fadhlun. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar, lulus pada tahun 1988. Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister sains

baru

terwujud pada tahun 1998 dengan diterimanya penulis di Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan pada Program Pascasajana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana dari Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia diperoleh setelah memasuki tahun kedua, sedangkan pada tahun pertama pendidi kan atas biaya sendiri.

Penulis pernah bergabung sebagai tim peneliti pada "Sulawesl Pr~mate Project"

pada tahun1987 sampai dengan 1989. Pada tahun 1991 sampai sekarang penulis bekerja sebagai staf pengajar Kopertis Wilayah I dan dipekerjakan di Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan Pante Kulu Banda Aceh.

(173)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan k;epada Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2000 adalah habitat gajah sumatera, dengan judul Analisis Karakteristik Komunitas Vegetasi Habitat Gajah Surnatera (Elephas maximus sumatranus) di Kawasan Hutan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Langkat.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Machmud Thohari dan Bapak Ir. Haryanto Putro, MS selaku pembimlbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak Sumatran Eleplzant Conservation Programme

-

Fauna Flora Internasional, yang telah memberikan sebagian besar dana bagi terlaksananya penelitian ini, terutama kepada Bapak Ir. Bambang Suprayogi, MSc dan staf FFI

lainnya yang banyak membantu selama kegatan pengumpulan data di lapangan. Terimakasih juga penulis sampaikan kepiada Ibu Dr. Kathryn A. Monk, Bapak Dr.Ir. Zainal Abidin Pian, Bapak Drs. Abu Hanifah dan Bapak Badrul Irfan, SH dari pihak Unit Manajemen Leuser atas bantuan clan kerjasamanya ; staf Taman Nasional Gunung Leuser dan PLG Aceh serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada suami dan anak-anak tercinta atas segala perhatian, keikhlasan dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(174)

DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL ...

Halaman ...

Vlll

DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

...

.

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.4. Manfaat Penelitian ... 11

.

TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1. Penyebaran dan Populasi Gajah Sumatera (Elephas maximus

sumatranus) ...

2.2. Kondisi Habitat ... 2.3. Perilaku ... 2.4. Konsep Daya Dukung Habitat ... 2.5. Kriteria Habitat yang Sesuai Bagi Gajah ... ...

2.6. OrganisasiKomunitas .

I11 METODOLOGI ...

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ...

3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan ...

3.3. Batasan Penelitian ...

3.4. Metode Penelitian ...

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data ...

3.4.2. Prosedur Penelitian ...

3.4.3. Metode Analisis Data ...

.

IV KEADAAN LOKASI PENELITIAN ...

4.1. Letak. Luas dan Status ...

4.2. Aksesibilitas ... ...

4.3. lklim

4.4. Surnber Air ... 4.5. Lingkungan Biologi ...

4.6. Agro-Sosial-Ekonomi ...

(175)

Halaman

... .

V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAJ-IASAN

... 5.1. Komposisi Jenis dan Struktur Vegetasi

... 5.2. Analisis Keanekaragaman Tipe K.omunitas Vegetasi

... 5.2.1. Kesamaan Komunitas

... 5.2.2. Ordinasi Komunitas

... 5.3. Karakteristik Lokasi Aktivitas

... 5.4. Tumbuhan Pakan

... 5.5. Sumber Garam-garam Mineral (Stall

Licks)

... 5.6. Sumber Air

... 5.7. Kesesuaian Habitat Bagi Kelestarian Populasi Gajah

...

KESIMPULAN DAN SARAN

...

DAFTAR PUSTAKA

(176)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkiraan jumlah gajah sumatera di Ekosistem Leuser . . .

.

.

.

. .. . .

. . . .

. . 6 2. Jenis dan luas kawasan konservasi di Pulau Sumatera . . . .

.

.

.

. . .

. ...

. . . . 7

3. Luas dan kepadatan penduduk kecamatan Serbaj adi (Aceh Timur) dan Kecamatan Besitang (Langkat, Sumatera Utara) tahun 1995 . . . .. .

.

. . . . .. 34 4. Jumlah jenis tumbuhan tiap tingkat vegetasi pada seluruh lokasi studi

di Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat . . .

.

. .

.

. . .

.

. . .

.

. . . 40

5. Jumlah jenis tumbuhan tiap tingkat vegetasi pada seluruh lokasi studi di Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur . .

.

. . .

.

. . .

.

. .. . . . 4 1

6. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan tiap tingkat vegetasi di seluruh lokasi studi . . . .. . . , . . .

.

.

.

45

7. Indeks keseragaman jenis tumbuhan tiap tingkat vegetasi di seluruh lokasi studi . . . 47

8. Kerapatan pohonha menurut kelas diameter . . .

.

. . . 49
(177)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 . Penyebaran gajah sumatera ... 8

...

2 . Metode garis berpetak 21

...

3 . Kuma spesies area 24

4 . Penyebaran populasi gajah sumatera di Ekosistem Leuser ... 38 5 . Histogram jumlah jenis tumbuhan yanlg ditemukan pada setiap lokasi

...

studi 42

6 . Histogram komposisi jenis turnbuhan tiap tingkat vegetasi di seluruh

...

lokasi studi 42

7 . Histogram indeks keanekaragaman jenis tumbuhan tiap tingkat vegetasi di seluruh lokasi studi ... 46 8 . Histogram indeks keseragaman jenis . tumbuhan tiap tingkat vegetasi

...

di seluruh lokasi studi 48

9 . Kurva penyebaran kerapatan pohon menurut kelas diameter ... 49 10 . A . Grafik ordinasi vegetasi turnbuhan bawah ... 56

...

B . Grafik ordinasi vegetasi tingkat semai 57 ...

C . Grafik ordinasi vegetasi tingkat pancang 58 D . Grafik ordinasi vegetasi tingkat tiang ... 59

... E . Grafik ordinasi vegetasi tingkat pohon 59

...

11 . Diagram profil vegetasi di lokasi istiralhat 63 ...

12 . Diagram profil vegetasi di lokasi berkilbang 66

13 . Diagram kue variasi jenis pakan gajah pada beberapa tipe vegetasi ... 73

14 . Dendrogram hasil analisis gerombol untuk salt licks di semua lokasi contoh ... 76 15 . Bagan daerah pertemuan antara beberapa komponen habitat (covey)

...

(178)

DAFTAR LAMPIRAN

Jenis tumbuhan dominan untuk tiap tingkat vegetasi di seluruh lokasi studi ... 85 Daftar jenis tumbuhan pakan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang terdapat di seluruh lokasi studi ...,... 86 Daftar jenis tumbuhan pakan dan penyebarannya di seluruh lokasi studi ... 88 Daftar jenis dam-daman (browse) yang merupakan surnber pakan penting bagi gajah (menurut Iswaran (1983) yang terdapat di lokasi studi ... 90

... Matrik kemiripan (similarity) dan ketidakmiripan (dissimilarity) 9 1

...

Nilai korelasi clan uji t student dari diagram ordinasi komunitas 93

[image:178.614.93.507.103.716.2]

...

Tabel nilai pH dan kandungan mineral pada salt licks 95

...

Peta wilayah penelitian 96

Peta penyebaran lokasi studi wilayah Sikundur-Kabupaten Langkat

...

Propinsi Sumatera Utara 97

Peta penyebaran lokasi studi wilayah Serbajadi-Kabupaten Aceh

...

Timur Propinsi Nangroe Aceh Darussalain 98 Peta penyebaran jenis tumbuhan pakan dan salt licks di lokasi

...

penelitian Sikundur-Besitang Kabupaten Langkat 99 Peta penyebaran jenis tumbuhan pakan dan salt licks di lokasi

penelitian Serbajadi Kabupaten Aceh Timur ... 100 Hasil analisis vegetasi untuk tiap tingkat vegetasi dt seluruh lokasi

(179)

I.

PEWDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konflik antara gajah dan manusia di Pulau Sumatera, terjadi karena kawasan hutan yang merupakan habitat gajah dikonversi oleh manusia sebagai lahan perkebunan, perladangan, maupun pernukiman transmigrasi. Ditambah lagi, pembalakan di hutan produksi yang serirlg tidak memenuhi aspek kelestarian hutan dan ekosistemnya. Hal-ha1 tersebut mengalubatkan penyempitan habitat dan terganggunya pola aktivitas kelompok populasi gajah.

Gajah Sumatera (Elephus maxzmus sumatranus) adalah salah satu sub spesies dari Gajah Asia. Populasinya tersebar pada 8 propinsi yang ada di Pulau Sumatera. Menurut perkiraan Blouch & Haryanto (1984) dan Blouch & Simbolon (1985) populasi gajah sumatera terbagi dalam 44 kelompok; dengan jumlah antara 2800 sampai 4800 ekor. Dari perkiraan popullasi tersebut tidak salah kiranya jika gajah dianggap sebagai satwa langka, dan k.eberadaannya di alam hams dilindungi. Khususnya di Ekosistem Leuser, terdapait 10 kelompok populasi yang diperkirakan secara keseluruhan berjumlah lebih kurang 555 ekor (Brett, 1999).

(180)

perkebunan, perladangan, bahkan ke pemukiman penduduk sehingga banyak mengakibatkan kerusakan.

Untuk mengatasi konflik antara manusia dan gajah diperlukan upaya terpadu dalam perencanaan pengelolaan kawasan hutan bagi penggunaan lain maupun alokasi kawasan yang ditujukan untuk pelestarian populasi gajah. Disamping itu pengelolaan habitat alami yang dibarengi dengan pengelolaan populasinya diperlukan untuk mewujudkan upaya pelestarian gajah sumatera yang termasuk satwa langka ini. Dan untuk maksud pengelolaan itu perlu kajian tentang semua aspek sosiologi, biologi, maupun ekologi gajah sumatera. Salah satu data yang dibutuhkan adalah karakteristik tipe-tipe vegetasi sebagai penyedia komponen pendukung kehidupan di habitat gajah.

1.2. Perurnusan Masalah

Pengelolaan kawasan hutan sebagai habitat satwaliar mencakup aspek yang luas dan kompleks sehingga dibutuhkan data dasar yang dapat menunjang upaya pengelolaan tersebut. Untuk itu agar semua kepentingan tidak saling tumpang tindih harus dilakukan tinjauan dari berbagai aspek. Aspek habitat gajah yang perlu kita tinjau adalah keanekaragaman tipe vegetasi serta tuinbuhan pakan dan penyebaran

salt lzcks (sumber garam-garam mineral) yang mungkin berpengaruh terhadap poia pergerakan gajah di habitatnya.

(181)

penyebarannya? Bagaimana dengan ketersediaan sumber air dan sumber garam- garam mineral (salt licks) di habitat ini dan bagaimana karakteristik tipe komunitas vegetasi yang ada dan peranannya di dalam habitat gajah ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik komunitasltipe vegetasi yang terdapat di dalam habitat gajah.

2. Untuk mengetahui perbedaan keanekaragaman dan kelimpahan jenis surnber pakan pada beberapa komunitasltipe vegetasi.

3. Untuk mengetahui penyebaran sumber garam-garam mineral (sult licks)

1.4. Manfaat Penelitian

1 . Hasil penelitian dapat dipakai untuk memprakirakan potensi habitat gajah surnatera di kawasan hutan perbatasan kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Langkat; dan berguna untuk membuat rencana pengelolaan kawasan untuk mempertahankan populasi yang diharapkan.

(182)

11.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pen yebaran dan Populasi Gajah Sumatera

(Elephas

maximus mmatranus) Gajah sumatera tersebar di Pulau Sumatera meliputi 8 propoinsi dan terbag dalam 44 populasi, meliputi: Lampung 11 populasi, Surnatera Selatan 8 populasi, Bengkulu 3 populasi, Jambi 5 populasi, Sumatera Barat 1 populasi, Riau 8 populasi, Sumatera Utara 1 populasi dan Nangroe Aceh Darussalam 4 populasi (Gambar 1). Untuk menghitung jumlah individu populasinya, tentu merupakan pekerjaan yang sulit karena kondisi vegetasi di hutan hujan tropis sehingga biasanya populasinya hanya diperkirakan dan kurang tepat. Blouch & Haryanto (1984) dan Blouch &

Simbolon (1985) memperlurakan antara 2800 sarnpai 4800 ekor.

Dari 44 populasi yang ada, 30% mempunyai populasi kurang dari 50 ekor, 36% mempunyai populasi 50 - 100 ekor, 25% individu populasinya 100 - 200 ekor, dan hanya 9% yang rnempunyai ukuran populasi lebih dari 200 ekor (Santiapillai and

Jackson, 1990).

(183)

Sedangkan populasi gajah di Sumatera Utara diperldrakan hanya ada 1 kelompok populasi yang kecil (kurang

dari

50 ekor) (Santiapilllai, 1987), meskipun perkiraan populasi ini belum diketahui dengan pasti. Menurut penelitian yang sudah dilakukan, populasi gajah yang

ada

di Sumatera Utara hanya terdapat di daerah yang berbatasan dengan propinsi Riau di sebelah selatan dan propinsi Nangroe Aceh Darussalam di sebelah utara.

Laporan terakhir dari Brett (1999) yang didasarkan hasil survai yang dilakukan oleh Griffiths (1984-1995), Nelson (1993), Jabbar (1995), Bristol University UK &

IPB (1998) dan van Schaik (1998) perkiraan populasi Gajah Sumatera di Ekosistem Leuser saat ini seperti yang tercantum pada Tabel 1.

2.2. Kondisi Habitat

Habitat gajah sumatera terdiri dm beberapa tipe hutan, yaitu: hutan rawa (swamp forest), hutan garnbut (peat swamp forest), hutan hujan dataran rendah (lowland forest), dan hutan hujan pegunungan rendah (lower mountain forest) (Haryanto,l984). Masalah serius yang kita hadapi dalam konservasi gajah sumatera yang mendasar adalah menyempitnya habitat gajah sebagai akibat dari kegatan pembangunan, yakni konversi hutan untuk perkebunan, transmigrasi, logging, dan perladangan liar.

(184)

yang pada akhimya kelompok-kelompok kecil yang terpisah tersebut sudah tidak

ditemukan lagi.

Tata guna lahan

untuk

areal perkebunan kelapa sawit dan karet

di

Sumatera

Utara yang diistilahkan sebagai estate belt sepanjang 370

krn

dan selebar 45

km

sangat mengurangi sistem pendukung kehidupan gajah sumatera Tidak heran bila di

wilayah ini populasi gajahnya kecil ( 4 0 ekos) (Santiapillai and Jackson, 1990).

Selain di Sumatera Utara areal perkebunan ini juga terdapat di Aceh dan Riau serta

wilayah laimya.

Tabel 1. Perkiraan populasi gajah sumatera di Ekosistem Leuser

I

Jambo Aye (E)

I

50

I

Area

Jambo Aye (W)

I

Penaron

I

50

Pcrkiraan Populasi

40

I

Sikundur

I

> l o o

I

I

Serbajadi 50

I Kluet

Meureubo (W)

I

Total >555

1

20

20

I

I I I

Sumber : Brett (1 999)

1

Meureubo (E)

Konversi hutan untuk areal transmigrasi juga menjadi awal tekanan-tekanan 20

terhadap habitat gajah. Selain itu produksi kayu utama di Sumatera berasal dari

hutan alarn dengan jenis andalan adalah famili Dipterocarpaceae. Namun

[image:184.611.189.429.322.563.2]
(185)

bahkan melebihi target panen, sehingga banyak areal bekas tebangan yang rusak.

Padahal menurut Olivier (1978) diperkirakan kepadatan gajah di logged over forests

mungkin dua kali lipat daripada di hutan primer

.

Banyaknya hutan yang m a k

menyebabkan g j a h tidak mempunyai jalan ke luar untuk bergerak dari areal yang

terganggu ke hutan tua, yang jaraknya c u k q jauh. Hal ini yang menyebabkan

fragmentasi habitat gajah, clan populasi yang semula besar menjadi kelompok-

kelompok kecil (Santiapillai and Jackson, 1990).

Untuk menjaga kelestarian gajah di Sumatera, termasuk jenis-jenis satwa

lainnya, pemerintah telah menetapkan beberapa kawasan konservasi, seperti

ditunjukkan pada Tabel 2. Dari data yang diperoleh ternyata dari 41 populasi gajah

yang ada, diketahui hanya 11 populasi yang berada dalam kawasan konservasi dan selebihnya menyebar di hutan-hutan produksi. Mengingat wilayah jelajah (home

range) gajah sangat luas, maka sering t g a d i populasi gajah keluar dari habitatnya di

hutan, ke daerah selutamya yang berupa perkebunan, lahan pertanian maupun

pemukiman. Hal ini menimbulkan konflik antara gajah dan manusia.

Tabel 2. Jenis dan luas kawasan konservasi di Pulau Sumatera

1. Taman Nasional 34991 74,96%

2. Tarnan Bum 1296,5 2,77%

3. Cagar Alarn 3887,9 8,33%

4. Suaka Margasatwa 5261,6 1 1,27%

5. Taman Hutan Raya 1035 2,22%

6. Taman Wisata Alarn 206,96 0,44%

[image:185.606.140.514.520.666.2]
(186)

1. Gunung Sulah 18. Air Smangls 31. Rlau Tengah Utara 2. Gurmng Tanggang 17. Padang Sugihan 32. Koto Panjang 3. Gunung Betung 18. Sungii Padr 33. Lipat Kain 4. Way Kunbas 19. Eentaym 34. L a n ~ ~ a m 5. Way Terusan 20. Air Medsk 35. Riw Tengah Sclatpn 8. Buklt Barlwn Sdahn (Uhn) 21. Alr Kepas 38. R i a Selatan

37. 6Urnrt.n 38. Slak Kscll

39. Datann Rmdah Rokn 41. Gunung LMSW (Barat) 43. Acch Bant

[image:186.612.85.524.72.668.2]

44. Aceh Timur

(187)

kesejahteraan satwa, sehingga dihasilkan satwa-satwa yang mempunyai daya

reproduksi tinggi dan ketahanan terhadap penyakit yang juga tinggi. Dalarn

hubungannya dengan reproduksi, ketersediaan pakan dengan kualitas

dan

kuantitas

yang cukup akan mempengaruhi fertilitas

dan

fekunditas satwa.

Ketersediaan

sum

ber air

Air termasuk komponen pakan, yang b e h g s i dalam proses kimia dan fisik

dalam pencernaan makanan. Dan lagi, air dibutuhkan untuk menyejukkan tubuh

karena adanya proses evaporasi di lingkungan yang panas. Sebagian besar satwa

hidupnya sangat bergantung pada air dalam jumlah dan bentuk ketersediaan sangat

bervariasi, tergantung kebutuhan satwa. Bahkan satwaliar untuk mendapatkan

air di musim kering, punya bermacam-macarn cara. Satwa-satwa yang mobilitasnya

tinggi akan melakukan migrasi untuk mendapatkan air di musim kering; dan gajah

yang kebutuhan airnya banyak,

akan

menggali dasar sungai kering, menyediakan air

untuk kebutuhannya sendiri maupun satwa lain (Bailey, 1984).

Sumber air merupakan komponen pendukung kehidupan di habitat gajah.

Biasanya sumber air tersebut dalam bentuk air mengalir maupun air yang tergenang.

Sumber-sumber air yang mengalir berupa sungai besar dan kecil, baik yang mengalir

sepanjang tahun maupun yang mengalir hanya pada musim hujan. Sedangkan air

yang tergenang, biasanya berupa rawa-rawa yang umumnya tidak pernah kering di

musim kering. Sumber air tersebut digunakan oleh gajah sebagai air minum, mandi,

berkubang

dan

berlumpur, serta media untuk membina hubungan antar anggota

kelompok (sosialisasi). Ketersediaan air ditentukan oleh faktor biotik dan faktor fisik

(188)

Pelindung

(Cover)

Pelindung (cover) didefinisikan sebagai struktur sumberdaya lingkungan yang

menyediakan fungsi-Wgsi alami spesies yang dapat meningkatkan daya reproduksi

dantatau kelangsungan hidup satwa (Bailey, 1984). Oleh karena itu, cover

merupakan ha1 yang diperhitungkan dalam pemilihan habitat oleh satwaliar.

Pada siang hari setelah aktivitas makan biasanya gajah akan beristirahat.

Untuk menghindari sengatan sinar matahari langsung mereka mencari tempat-tempat

yang rindang, yang bertajuk rapat. Selain itu

untuk

mengurangi panas di tubuhnya

biasanya dia berkubang dan berlumpur. Setelah berkubang, aktivitas berikutnya

adalah menggosok-gosokkan badannya di batang pohon untuk mengurangi rasa gatal di tubuhnya. Pohon-pohon yang dipakai untuk menggosok badannya (rubbing trees) akan terlihat jelas karena ada bekas lurnpur yang menempel di tempt tertentu, yang

biasanya cukup tinggi sesuai dengan tinggi gajah.

Gajah seperti halnya herbivora lainnya, membutuhkan garam-garam mineral

yang diperlukan dalam proses metabolisme tubuhnya dan melancarkan proses

pencernaan makanan. Untuk memperoleh garam-garam mineral tersebut mereka

mengunjungi tempat-tempt tertentu yang disebut sebagai salt licks terutama pada

saat atau sesudah hujan, dimana air tanah meluap menjadi keruh seperti susu. Jika

tidak hujan, salt licks menjadi lebih keras dan untuk mendapatkan garam gajah yang bergading akan menusuk/menggali dinding salt licks dengan gadingnya; atau bagi

yang tidak bergading dengan cara menggaruk-garuk tanah dengan kaki dan belalainya

atau dengan menumbuldmendobraknya (Leckagul & McNeely, 1977). Ketersediaan

(189)

2.6. Organisasi Komunitas

Populasi yang terdapat bersamaan dalam ruang dan waktu tertentu, secara fungsional berhubungan satu sama lain membentuk unit ekologi yang disebut komunitas.

Organisasi komunitas membicarakan suatu komunitas yang mempunyai bentuk kehidupan, komposisi spesies,

dan

jumlah organisme yang terdapat di dalamnya yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Komposisi spesies akan mengalami perubahan seiring dengan berubahnya faktor lingkungan yang mempengaruhi, seperti: iklim, tanah, organisme seperti binatang

dan

mikroba, serta aktivitas manusia terhadap komunitas tersebut (McNoughton and Wolf (1990) ;Setiadi dan Tjondronegoro

( 1996)).

Untuk mempelajari suatu organisasi komunitas, diperlukan data kualitatif dan kuantitatif dari sifat-sifat komunitas yang selanjutnya dapat ditentukan sistesis karakteristik dari komunitas tersebut. Perbedaan antar kornunitas &pat diketahui dengan membandingkan karakteristik sintesisnya.

Data kualitatif dari suatu komunitas di antaranya adalah komposisi dan struktur vegetasi, fenologi, dan bentuk pertumbuhan. Sedangkan data kuantitatif yang perlu diketahui adalah: pola penyebaran, frekuensi, kerapatan dan kelimpahan jenis serta penutupan tajuMuas bidang dasar jenis. Berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif diperoleh karakteristik sintesis suatu komunitas seperti: sifat kehadiran spesies, dominansi, indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman.

(190)

Dominansi merupakan gambaran yang mencakup karakteristik sifat

kuantitatif suatu komunitas, yaitu merupakan bentuk sintesis dari kepadatan,

fi-ekuensi, dan penutupan tajuk/luas bidang dasar. Nilai

dari

dominansi

disebut sebagai Indeks Nilai Penting (INP).

Indeks keanekaragaman jenis merupakan gambaran jumlahhanyaknya jenis

yang ada di dalam suatu komunitas. Pada komunitas yang lebih

stabilkomunitas alami akan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi

dibandingkan komunitas yang sedang berlcernbanglkomunitas buatan.

Indeks keanekaragarnan akan tinggi pada komunitas yang mempunyai

keanekaragaman jenis tinm.

Indeks kesamaan komunitas menunjukkan tingkat kesamaan antara dua atau

beberapa tipe vegetasl/komunitas. Indeks ini bernilai 0 - 1, dimana bila nilainya mendekati 0 maka dikatakan antar komunitas tersebut sangat

(191)

111.

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober tahun 2000 selama kurang lebih -

enam bulan, di kawasan hutan Cagar Alarn Serbajadi dan sekitarnya (Kabupaten Aceh Timur) dan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser wilayah Sikundur- Besitang (Kabupaten Langkat) yang diketahui sebagai habitat Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranur).

Letak

lokasi penelitian dapat dilihat pada lampiran 8.

3.2. Bahan dan Alat yang digunakan

Alat yang diperlukan dalam penelitian ini berupa: kompas, hagameter, klinometer, binokuler, Global Position System {GPS), meteran, altimeter, loupe, kamera, tape recorder kecil, dan sasak untuk membuat herbarium.

Sedangkan bahan yang dipakai adalah: peta, talZy sheet, alkohol 70%, kantong piastik, gips footprints), dan tali plastik.

3.3. Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada pengamatan dan pengukuran terhadap karakteristik

komunitadtipe-tipe vegetasi yang terdapat pada sebagian wilayah jelajah di dalam habitat gajah di kawasan hutan kabupaten Aceh Timur dan yang berbatasan dengan kabupaten Langkat, dengan asumsi bahwa kedua wilayah studi merupakan satu unit habitat gajah.

(192)

3.4. Metode Penelitian

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data

a.

Informasi awal tentang lokasi penelitian (data sekunder) diperoleh dari peta

-

topografi

dan

peta penutupan lahan yang diperoleh dari Bakosurtanal dan

Departemen Kehutanan/Perkebunan. Sedangkan informasi tentang keberadaan

kelompok populasi gajah di lokasi penelitian diperoleh dari masyarakat.

Berdasarkan infomasi- infomasi di atas kemudian dibuat overlaynya, untuk

menentukan titik-titik pengambilan sample di lapangan. Data primer yang

diambil melalui pengarnatan langsung di lapangan (observasi) meliputi:

topografr/kelerengan , letak dari permukaan laut; posisi geografis, dan sumber

air. Selain itu perlu pula diketahui sejarah perkembangan hutan setempat, termasuk adanya deforestasi dan afforestasi.

b. Data tentang vegetasi diperoleh melalui pengamatan lapangan dengan melakukan pengamatan dan pengukuranlanalisis vegetasi terhadap beberapa komunitas/tipe

vegetasi yang merupakan komponen habitat gajah untuk mengetahui struktur

dan komposisi vegetasi.

c. Data tentang sumber pakan dan sumber gararn-garam mineral (salt licks) di peroleh dengan meli hat tanda-t.nda/bekas dan sisa pakan, jejak kaki maupun

kotoradtinja yang terdapat di lokasi tersebut.

d. Data tentang karakteristik lokasi aktivitas : makan (feeding), istirahat (restzng),

berkubang diperoleh dengan pengamatan terkonsentrasi pada tempat-tempat

yang dipastikan merupakan lokasi dimaksud, dengan melihat tandaljejak yang

(193)

3.4.2. Prosedur Penelitian

a. Penentuan Lokasi Studi

Berdasarkan overlay peta dan laporan dan masyarakat / data dari FFI, terpilih - lokasi studi, yaitu:

1. Kecamatan Besitang (Kabupaten Langkat) tepatnya di Aras Napal (lokasi I, 11, dan III), Lubuk Jelutung (lokasi IV) , dan hutan yang terletak di cabang Sungai Besitang

-

Sungai Sei Badak (lokasi V).

2. Kecamatan Serbajadi (Kabupaten Aceh Timur) tepatnya di Alur Kumbar (lokasi

VI) adalah sebagian wilayah Cagar Alam Serbajadi dan lokasi VII adalah hutan yang terletak di sebelah utara Sungai Serbajadi dan berseberangan dengan Desa Ranto Panjang. Dua lokasi lainnya masih termasuk dalam kecamatan Serbajadi, yaitu kawasan hutan sekitar Alur Keriang (lokasi VIII dan

IX).

Semua lokasi studi yang terpilih merupakan hutan yang termasuk dalam Ekosistem Leuser. Peta penyebaran lokasi studi dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10.

b. Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi dilakukan pada tiap tipe vegetasi yang terdapat di habitat alami, dengan membuat petak pengamatan yang diharapkan dapat mewakili masing- masing tipe vegetasi yang ada. Untuk mengetahui komposisi dan struktur vegetasi digunakan metode garis berpetak (Kusmana, 1997) yang cara ke rjanya sebagai beri kut:

i. Menentukan garis transek dengan arah tegak lurus garis kontur. . .

11. Membuat petak-petak pengamatan yang berukuran 2m

x

2m (A) untuk
(194)

20m x 20m @) untuk pengamatan pohon. Petak pengamatan dibuat kontinu

(tanpa jarak antar petak) sampai memenuhi luas minimum sesuai kurva spesies

area (gambar 2).

-

...

in. Pada setiap petak dihitung jumlah individu setiap jenis (petak A dan B),

sedangkan untuk petak C dan D, selain dihitung jumlah tiap jenis juga diukur

keliling/diameter serta tinggi pohon.

iv. Penentuan garis transek dilakukan denganpurposive sampling untuk setiap tipe

vegetasi

v. Dari hasil pengukuran akan dihitung kerapatan, kerapatan relatif, dominansi,

dominansi relatif, fiekuensi, frekuensi relatif dan indeks nilai penting. Selain itu

data dari analisis vegetasi dapat juga dipakai untuk menghitung indeks keanekaragaman jenis dan indeks kesamaan komunitas.

Gambar 2. Metode Garis Berpetak.

Keterangan :

A = petak 2m x 2m 3 untuk pengamatan seedling

B = petak 5m x 5m

+

untuk pengamatan sqling (pancang) C = petak lorn x 10m

+

untuk pengamatanpoles (tiang) D = petak 20m x 20m

+

untuk pengamatan pohon

c. Sumber Pakan

Pengamatan terhadap turnbuhan surnber pakan dilakukan bersamaan dengan

analisis vegetasi, dengan mencatat jenis serta bagian yang dimakan, keanekaragaman

(195)

d. Sumber Garam-garam Mineral (Sdt Licks)

Untuk mengetahui penyebaran sumber garam-garam mineral (salt lich) dilakukan dengan penggabungan dua metode, yaitu mengurnpulkan informasi

dari

-masyarakat

clan

observasi dengan membuat transek pada lokasi-lokasi yang diasumsikan banyak rnengandung garam-garam mineral. Lokasi-lokasi dimaksud adalah: tebing-tebing sungai dan lantai hutan yang terletak di lereng-lereng bukit. Transek dibuat mengikuti aliran sungai dan searah dengan garis kontur. Peletakan garis transek dibuat secara purposive sampling.

e.

Pengamatan Terkonsentrasi

Metode ini dipakai untuk mengumpulkan data tentang lokasi yang digunakan oleh gajah dalam aktivitas makan, istirahat dan berkubang. Pengamatan diawali dengan menentukan lokasi yang dimaksud berdasarkan tanddjejak yang ditinggalkan, kemudian dibuat satu petak contoh pengamatan untuk masing-masing lokasi aktivitas di setiap tipe vegetasi.

Untuk lokasi makan dan istirahat dibuat petak contoh pengamatan profil vegetasi yang berbentuk jalur dengan arah tegak lurus kontur, berukuran panjang 60 meter dan lebar 10 meter. Selanjutnya pada setiap petak contoh dilakukan pengukuran terhadap diameter pohon, tinggi pohon bebas cabang, tinggi total, dan proyeksi tajuknya. Langkah berikutnya adalah membuat diagram profil vegetasi.

(196)

. .

f. Parameter yang Diukur

Data yang diambil dalarn analisis vegetasi adalah jumlah jenis yang terdapat

dalam

tiap ukuran petak mulai tingkat semai (petak A) hingga tingkat pohon

(petak D).

Dalam analisis terhadap tipe vegetasi untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi, parameter yang diukur adalah dominansi , kerapatan, frekuensi jenis, dan keanekaragaman jenis yang ada pada petak contoh.

Parameter yang diukur untuk membandingkan beberapa tipe vegetasi adalah dengan indeks kesamaan komunitas.

Untuk menganalisis mineral yang terkandung pada salt licks parameter yang diukur adalah pH tanah, Pospor (P), Natrium (Na), Magnesium (Mg), dan Kalsium (Ca).

3.4.3. Metode Analisis Data

a. Penentuan Luas Minimum Petak Contoh

Dari data jumlah jenis vegetasi yang didapatkan pada masing-masing tipe vegetasi, akhirnya dapat dibuat prakiraan luas petak minimum berdasarkan:

i. Membuat kurva lengkung spesies area berdasarkan data yang diperoleh.

ii. Menentukan angka 10% dari jumlah jenis yang tercatat dan 10% dari ukuran petak terluas.

(197)

iv. Membuat garis lain (misal Q) yang sejajar dengan garis P dan menyinggung garis lengkung kurva.

v.

Titik singgung antara garis Q dengan kurva (misal titik

L)

diproyeksikan ke sumbu

X, dan titik proyeksinya

L'.

Titik L' akan menunjukkan ukuran luas petak

minimum &lam kurva spesies area (Gambar 3).

Y

jnmlah jenis

[image:197.612.189.422.213.391.2]

(N)

Gambar 3. Kurva Spesies Area.

b. Analisis Vegetasi

Untuk kegiatan ini diperlukan 3 parameter kuantitatif, yaitu: kerapatan,

dominansi dan frekuensi. Total dari nilai relatif dari ketiga parameter tersebut disebut

Indeks Nilai Penting (Soerianegara dan Indrawan, 1980)

Jumlah individu suatu spesies

Kerapatan =

-

---

-

----

Luas petak contoh

Kerapatan suatu spesies

Kerapatan Relatif (KR) =

---

---

---

---

---

X 100

Kerapatan seluruh spesies

Luas bidang dasar suatu spesies

Dominansi suatu spesies =

---.---

(198)

Dominansi suatu spesies

Dominansi Relatif (DR) =

---

X 100

Dominansi seluruh spesies

Jumlah petak ditemukannya suatu spesies Frekuensi =

---

----

-

Jumlah seluruh petak

Frekuensi suatu spesies

Frekuensi Relatif (FR) =

...

x

100 Frekuensi seluruh spesies

Indeks Nilai Penting

(INP)

:

-

Semai dan Pancang

3

INP=KR+FR

-

Tiang dan Pohon

3

INP=KR+FR+DR

c. Pemetaan terhadap tipe-tipe vegetasi, penyebaran tumbuhan sumber pakan dan

garam-garam mineral (salt lich) diiakukan di atas peta hasil overlay antara peta

topografi (1977) dan peta vegetasilpenutupan lahan (berdasarkan Citra Landsat 'I'M

130157 tahun 1996 dan Citra Landsat MSS 129/57 tahun 1990). Posisi geografis

diketahui dengan menggunakan Global Position System (GPS).

d. Kekayaan spesies (Species Richness)

S - 1

Indeks Margalef (1 958) :

R1

=

-

JWn)

dimana: R = indeks kekayaan spesies

S = jumlah total spesies dalarn suatu komunitas

n = jumlah total individu yang diamati e. Keanekaragaman Spesies (Species Diversity)

Indeks Shannon- Wienner :

S

(199)

dimana : H = indeks k e a n e h g a m a n spesies S = jumlah spesies

pi = proporsi dari jumlah contoh spesies ke i

H, = l0&S

dimana : Hmx = keanekaragarnan spesies pada kondisi equatibility maksimum

S = jurnlah spesies di dalam komunitas

d. Indeks Kesamaan Komunitas

Untuk membandingkan dua komunitadtipe vegetasi digunakan data indeks nilai penting jenis di dalam komunitasnya. Nilai kesamaankemiripan komunitas vegetasi menyatakan besarnya kemiripan dari dua tipe vegetasi, yang diperoleh dengan nunus:

dimana : IS = indeks kesamaan komunitas

a = jurnlah nilai penting dari komunitas A b = jumlah nilai penting dari komunitas B

w

= jumlah nilai penting terkecil untuk masing-masing jenis yang

sama pada kedua kornunitas yang dibandingkan.

e. Ordinasi Komunitas

Ordinasi komunitas adalah merupakan tahapan dari klasifikasi dalam mempelajari struktur komunitas tumbuhan. Menurut Mueller-Dombois & Ellenberg (1974),

(200)

tatanan satu atau multi dimensi sumbu. Dengan menggunakan teknik ordinasi dapat diketahui pola penyebaran jenis satuan komunitas tumbuhan berdasarkan tempat tumbuhnya.

Peubah vegetasi yang dipakai dalam ordinasi ini adalah Indeks Nilai Penting

(INP)

yang diperoleh

dm

hasil analisis vegetasi. Di sini dibutuhkan dua sumbu (sumbu X dan Y)

untuk

menentukan kedudukan masing-masing contoh. Prosedur kerja membuat ordinasi komunitas berturut-turut adalah:

-

membuat tabulasi data

-

menyusun matrik indeks kemiripan

dan

ketidakrniripan

-

menyusun koordinat titik-titik ke daIarn sumbu X dan Y

-

membuat grafik dan deliniasi pengelompokan

-

menguji ketepatan atau ketelitian diagram yang ditunjukkan oleh grafik,

dengan menunjukkan sejauh mana korelasi (nilai r) antara interval ordinasi dalam grafik dengan nilai ketidakmiripan yang diperoleh antara contoh- contoh yang dibandingkan dan kemudian dikaji dengan uji statistik t student. f. Untuk perbandingan antar komunitas vegetasi terhadap ketersediaan tumbuhan pakan dipakai indeks kekayaan spesies Margalef serta indeks keanekaragaman Shannon- Wienner.

g. Analisis Gerombol (Cluster Analysis), digunakan untuk mengetahui

Gambar

Tabel nilai pH dan kandungan mineral pada salt licks
Tabel 1. Perkiraan populasi gajah sumatera di Ekosistem Leuser
Tabel 2. Jenis dan luas kawasan konservasi di Pulau Sumatera
Gambar 1. Penyebaran populasi gajah di Pulau Sumatera
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret s/d Mei 2010 di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah VI Besitang dan di desa-desa yang

Berdasarkan hasil penelitian Susilo (2004), Gunung Leuser merupakan salah satu tipe hutan pegunungan yang masih baik dan memiliki keanekaragaman jenis pohon yang tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden masyarakat di tiga desa yaitu Desa Gajah Mati, Desa Gajah Mukti dan Desa Gajah Mulya, diketahui bahwa manfaat kawasan hutan

Kekayaan Jenis Makroepifit di Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Desa Telagah

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden masyarakat di tiga desa yaitu Desa Gajah Mati, Desa Gajah Mukti dan Desa Gajah Mulya, diketahui bahwa manfaat kawasan hutan

Struktur dan Komposisi Vegetasi Seedling dan Sapling di Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Desa Telagah Kabupaten Langkat.. [Skripsi] Medan : Universitas

Berdasarkan aktivitas tersebut, aktivitas yang paling dominan dilakukan oleh Pongo abelii di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara

Judul Penelitian : Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus: Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi