• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan Tahun 2011"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2011 S K R I P S I

OLEH:

MEYDINA MAWAR PERANGIN-ANGIN 061000057

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENERAPAN ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

DI TERMINAL BBM MEDAN GROUP PT. PERTAMINA (PERSERO)

REGION I SUMBAGUT LABUHAN DELI-BELAWAN

TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

MEYDINA MAWAR PERANGIN-ANGIN

NIM. 061000057

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

PENERAPAN ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

DI TERMINAL BBM MEDAN GROUP PT. PERTAMINA (PERSERO)

REGION I SUMBAGUT LABUHAN DELI-BELAWAN

TAHUN 2011

Oleh:

MEYDINA MAWAR PERANGIN-ANGIN

NIM. 061000057

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi

Pada Tanggal 28 Juli 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes Dra. Lina Tarigan., Apt. MS

NIP. 197911072005012003 NIP. 19590806198811200

(4)

Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes Umi Salmah, SKM., M.Kes

NIP. 196202061992031002 NIP. 197305232008122002

Medan, Juli 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Dekan

Dr. Drs. Surya Utama, MS

(5)

ABSTRAK

“Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I

Sumbagut Labuhan Deli-Belawan Tahun 2011”

xi + 101 Halaman + Lampiran

Telah dilakukan penelitian di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada bagian distribusi meliputi bagian penerimaan, penimbunan dan penyaluran di Terminal BBM Medan Group.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional menggunakan metode wawancara berstruktur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja yang bekerja pada bagian distribusi di Terminal BBM Medan Group. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 35 orang, dan hanya 9 orang yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dilakukan oleh pekerja di bagian distribusi masih belum maksimal dan harus ditingkatkan untuk penerapannya. Aspek K3 yang telah dilaksanakan antara pelaksanaan peraturan dan kebijakan K3 melalui program K3 yang dijalankan secara berkala, adanya sistem reward dan punishment, penanggulangan kebakaran dan pencegahan nearmiss accident, serta setiap minggu melakukan safety talk di semua unit / bagian Terminal BBM. Namun disisi lain masih banyak pekerja yang belum menggunakan pelindung diri seperti di areal filling shed dan di setiap lokasi yang memiliki potensi risiko yang perlu diperhatikan serta perilaku K3 yang belum membudaya ditambah dengan konsumen yang tidak memahami K3.

Disarankan bagi perusahaan untuk menekan seminimal mungkin terjadinya kecelakaan kerja ataupun nearmiss dan mengurangi risiko bahaya dengan melakukan gebyar budaya K3 sebagai sosialisasi K3, melakukan maintenance berkala guna mengurangi risiko bahaya dari proses penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM.

(6)

ABSTRACT

“Implementation Aspects of Occupational Health and Safety (OHS) in Fuel Oil Terminal Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut

Labuhan Deli-Belawan Year 2011”

xi + 101 Pages + enclosures

Research has done on fuel oil terminal PT Medan Group. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan. This study aims to determine how the application of occupational health and safety and aspects on the distribution includes the reception, accumulation and distribution in the fuel terminal PT Medan Group.

Research of types used in this study was descriptive study with cross-sectional approach using structured interview method. The population in this study is the work force who worked on the fuel oil distribution terminal in Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I. The population in this study as many as 35 people, and only 9 people who qualify as research samples taken by purposive sampling technique. The results were analyzed descriptively.

The results showed that the application of occupational health and safety aspects (OHS) is performed by workers in the distribution is still not up and must be improved for its application. OHS aspects that have been implemented include the implementation of regulations and policies OHS through a program that is run on a regular basis, a system of reward and punishment, fire fighting and prevention nearmiss accident, as well as conduct weekly safety talk on all the units / sections Fuel oil Terminal. On the other hand there are many workers who do not use such personal protective at filling shed area and any location that has the potential risks that need attention and behavior are not yet entrenched OHS coupled with consumers who do not understand the OHS.

Advisable for companies to reduce the occurrence of occupational accidents to a minimum or nearmiss and reduce the risk of harm by cultural highlights OHS as socialization, perform periodic maintenance in order to reduce the risk of harm from the process of receiving/supply, storage and distribution of fuel.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan karena atas kasih

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Aspek Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I

Sumbagut Labuhan Deli-Belawan Tahun 2011”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga selesai, penulis banyak

mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Dr. Ir. Gerry Silaban M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

sekaligus Dosen Penguji II yang dengan tulus dan sabar memberikan saran, dukungan,

nasihat serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji

yang dengan tulus dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat, bimbingan serta

arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Penguji I yang telah

banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan serta saran kepada penulis

(8)

5. Umi Salmah, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan

masukan dan saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan

dukungan, saran serta bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan di FKM USU.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen FKM USU, terkhusus Dosen Pengajar di Departemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan

wawasan kepada penulis selama proses perkuliahan.

8. Bapak Dodi, Bapak Jimmy Permadi, Bapak Andre (HSE PT. Pertamina UPMS I Medan)

yang telah memberikan dukungan dan kerjasama kepada penulis selama melaksanakan

penelitian.

9. Bapak Haris, Bapak Ivan, Bapak Mario dan segenap staf Terminal BBM Medan Group

Labuhan Deli yang telah memberikan dukungan dan kerjasama kepada penulis selama

melaksanakan penelitian.

10. Bapak Abdul Rachim selaku Operation Head (OH Terminal BBM Medan Group) yang

telah memberikan dukungan dan kerjasama kepada penulis selama melaksanakan

penelitian.

11. Teristimewa untuk orang tuaku yang terkasih, Ayahanda (S. Perangin-angin) dan Ibunda

(A. Ginting) yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan moral dan

material kepada penulis selama ini, serta adikku (Blemer Perangin-angin) yang selalu

memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Sahabat-sahabatku (Anie, Ulyser, Enda, Icha, Sheila) yang selalu memberi semangat,

(9)

13. Teman-teman seperjuangan di Departemen K3 : Bg Dino, Bg Singkat, Afdol, Icha, Sheila,

Marissa dan lain-lain.

14. Seluruh rekan-rekan peminatan K3 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

per satu yang telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan dan doa

selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka

penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2012

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Meydina Mawar Perangin-angin

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 12 Mei 1987

Agama : Kristen Protestan

Status : Tidak Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : 2 (Dua)

Alamat Rumah : Jl. Kopi Raya 1 No. 24 Simalingkar Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Puteri Sion Medan

2. SD Katolik Budi Murni-2 Medan

3. SMP Katolik Budi Murni-2 Medan

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan... i

Abstrak... ii

Daftar Riwayat Hidup... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel... x

Daftar Gambar ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 9

2.1.1. Keselamatan Kerja ... 11

2.1.2. Kesehatan Kerja ... 12

2.1.3. Indikator-indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja... 16

2.1.4. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja... 17

2.2. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 18

2.2.1. Kecelakaan Kerja ... 21

2.2.2. Penyakit Akibat Kerja... 23

2.2.2.1. Definisi Penyakit Akibat Kerja... 23

2.2.2.2. Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja... 26

2.2.3. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja... 27

2.2.3.1. Pedoman Penerapan... 27

2.2.3.2. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja... 32

2.3. Minyak dan Gas Bumi (Migas) ... 32

2.3.1. Minyak Bumi... 32

2.3.2. Gas Bumi ... 33

2.4. Kerangka Konsep ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1. Jenis Penelitian ... 38

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 38

3.2.2. Waktu penelitian ... 38

(12)

3.3.1. Populasi Penelitian ... 39

3.3.2. Sampel Penelitian ... 39

3.4. Metode Pengumpulan Data... 40

3.5. Definisi Operasional... 40

3.6. Teknik Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

4.1. Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) Region I Terminal BBM Medan Group Labuhan Deli Medan ... 42

4.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Pertamina (Persero) Region I Terminal BBM Medan Group Labuhan Deli Medan... 42

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 45

4.1.3. Tujuan Perusahaan ... 45

4.1.4. Tata Nilai Peusahaan ... 46

4.1.5. Struktur Organisasi Perusahaan... 46

4.2. Gambaran Umum Terminal BBM Labuhan Deli Region I Medan ... 47

4.3. Gambaran Karakteristik Responden ... 48

4.4. Pendapat Responden dalam Penerapan K3 di Terminal BBM Medan Group ... 50

4.5. Penerapan K3 pada Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina ... 51

4.6. Kendala dalam Penerapan K3 di Terminal BBM Medan Group ... 55

BAB V PEMBAHASAN ... 57

5.1. Pendapat Responden dalam Peneerapan K3 di Terminal BBM Medan Group ... 57

5.2. Penerapan K3 pada Terminal BBM Medan Group ... 59

5.3. Kendala dalam Penerapan K3 di Terminal BBM Medan Group ... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1. Kesimpulan ... 74

6.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

ABSTRAK

“Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I

Sumbagut Labuhan Deli-Belawan Tahun 2011”

xi + 101 Halaman + Lampiran

Telah dilakukan penelitian di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada bagian distribusi meliputi bagian penerimaan, penimbunan dan penyaluran di Terminal BBM Medan Group.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional menggunakan metode wawancara berstruktur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja yang bekerja pada bagian distribusi di Terminal BBM Medan Group. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 35 orang, dan hanya 9 orang yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dilakukan oleh pekerja di bagian distribusi masih belum maksimal dan harus ditingkatkan untuk penerapannya. Aspek K3 yang telah dilaksanakan antara pelaksanaan peraturan dan kebijakan K3 melalui program K3 yang dijalankan secara berkala, adanya sistem reward dan punishment, penanggulangan kebakaran dan pencegahan nearmiss accident, serta setiap minggu melakukan safety talk di semua unit / bagian Terminal BBM. Namun disisi lain masih banyak pekerja yang belum menggunakan pelindung diri seperti di areal filling shed dan di setiap lokasi yang memiliki potensi risiko yang perlu diperhatikan serta perilaku K3 yang belum membudaya ditambah dengan konsumen yang tidak memahami K3.

Disarankan bagi perusahaan untuk menekan seminimal mungkin terjadinya kecelakaan kerja ataupun nearmiss dan mengurangi risiko bahaya dengan melakukan gebyar budaya K3 sebagai sosialisasi K3, melakukan maintenance berkala guna mengurangi risiko bahaya dari proses penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM.

(16)

ABSTRACT

“Implementation Aspects of Occupational Health and Safety (OHS) in Fuel Oil Terminal Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut

Labuhan Deli-Belawan Year 2011”

xi + 101 Pages + enclosures

Research has done on fuel oil terminal PT Medan Group. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan. This study aims to determine how the application of occupational health and safety and aspects on the distribution includes the reception, accumulation and distribution in the fuel terminal PT Medan Group.

Research of types used in this study was descriptive study with cross-sectional approach using structured interview method. The population in this study is the work force who worked on the fuel oil distribution terminal in Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I. The population in this study as many as 35 people, and only 9 people who qualify as research samples taken by purposive sampling technique. The results were analyzed descriptively.

The results showed that the application of occupational health and safety aspects (OHS) is performed by workers in the distribution is still not up and must be improved for its application. OHS aspects that have been implemented include the implementation of regulations and policies OHS through a program that is run on a regular basis, a system of reward and punishment, fire fighting and prevention nearmiss accident, as well as conduct weekly safety talk on all the units / sections Fuel oil Terminal. On the other hand there are many workers who do not use such personal protective at filling shed area and any location that has the potential risks that need attention and behavior are not yet entrenched OHS coupled with consumers who do not understand the OHS.

Advisable for companies to reduce the occurrence of occupational accidents to a minimum or nearmiss and reduce the risk of harm by cultural highlights OHS as socialization, perform periodic maintenance in order to reduce the risk of harm from the process of receiving/supply, storage and distribution of fuel.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa pengaruh yang besar bagi dunia industri, khususnya Indonesia. Indonesia sudah menghadapi pasar bebas Asean Free Trade Ageement (AFTA). Perkembangan dunia industri juga diiringi dengan perkembangan teknologi, namun pada kenyataannya pemanfaatan teknologi dalam proses industri mengandung berbagai risiko.

Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung risiko bahaya terhadap terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja (Jacob, 2002).

Pasal 86 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upaya K3 dimaksudkan untuk memberi jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

(18)

produktivitas sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Seperti kita ketahui bahwa kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material bagi pekerja dan pengusaha tetapi dapat juga mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu, perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja secara maksimal. Apabila kita lakukan analisis secara mendalam maka kecelakaan, peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja pada umumnya disebabkan karena tidak dijalankannya syarat-syarat K3 secara baik dan benar(Erman, 2007).

Penerapan K3 di sektor industri masih belum menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan kerja yang relatif masih tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi pada industri skala menengah dan kecil, tapi tidak tertutup kemungkinan hal ini juga bisa terjadi pada industri skala besar.

Di Indonesia disadari bahwa pelanggaran tentang norma K3 masih sering ditemukan di lapangan. Perusahaan yang beroperasi di Indonesia belum menerapkan program K3, hal ini dapat dilihat dari sekitar 169.000 perusahaan yang terdaftar, serta 25.000 perusahaan dengan jumlah karyawan di atas 100 orang, ternyata yang meraih zero accident hanya 66 perusahaan (Santoso, 2002).

(19)

atau yang dikenal dengan The Geneva Association”, diketahui bahwa kerugian akibat kebakaran dibanyak negara maju di dunia sebesar satu persen dari GDP (Gross Domestic Product).

Pada Desember 2005, kebakaran dan ledakan terjadi di depot penyimpanan bahan bakar Buncefield di Inggris. Kebakaran dan ledakan tersebut menyebabkan kerugian properti terbesar di Inggris sejak Perang Dunia II. Kebakaran dan ledakan merusak instalasi dan menyebabkan kehilangan bahan bakar dalam jumlah yang sangat besar. Akibat kejadian tersebut, diperkirakan depot tidak dapat dioperasikan kembali. Selain itu, ledakan juga menyebabkan kerusakan yang serius pada banyak bangunan di area sekitar depot dengan perkiraan kerugian materi melebihi £80 juta

.

Demikian juga kasus kebakaran tangki Premium pernah terjadi di Instalasi Surabaya Grup, PT. Pertamina. Kebakaran terjadi pada tanggal 5 November 2001 akibat sambaran petir(Fire Assesment Depot X, 2002).

(20)

Medan(Sib, 2008).

Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi, maka dalam kebanyakan hal berlangsung pulalah peningkatan intensitas kerja operasionil dan tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran secara intensif dari para pekerja yang akan mengakibatkan kelelahan, kurang perhatian akan hal-hal lain, kehilangan keseimbangan dan lain-lain, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan(Penjelasan UU RI No.1 Tahun 1970).

Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap tahun di seluruh dunia terjadi 2,2 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 500.000 kematian terjadi dari 270 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian disebabkan penyakit akibat hubungan pekerjaan dan kerugian finansial sebesar 1,25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Kompensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7,5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha(Erman, 2007).

(21)

menghadapi era kompetisi dan perdagangan bebas.

Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri minyak dan gas bumi (Migas), disamping high technology dan high cost, juga mempunyai tingkat risiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi (high risk). Demikian juga dengan proses distribusi yang dilakukan di depot bahan bakar minyak, juga pasti mempunyai tingkat risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Dengan demikian, peraturan tentang Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan Hidup (K3LH) bagi orang-orang yang bekerja didalam perusahaan tersebut merupakan hal mutlak yang harus diberlakukan(Mursali,2006).

Instalasi Medan Group yang telah berubah nama menjadi Terminal BBM Medan Group merupakan salah satu instalasi/depot terbesar di SUMBAGUT, sehingga memiliki fungsi yang sangat vital. Jika terjadi gangguan terhadap operasi depot maka akan timbul dampak yang luas baik sosial, ekonomi maupun politik. Instalasi ini berada di bawah pengawasan Kepala Instalasi Labuhan Deli yang berada dalam areal kerja PERTAMINA UPMS I (Unit Pemasaran I). Fungsi instalasi ini sebagai tempat penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak).

(22)

jalur pipa 102.555 m2 dengan status tanah HGB(Fire Assesment IMG, 2006).

Di lokasi instalasi pernah terjadi kecelakaan kerja yang disebabkan mesin/peralatan kerja dan akibat kelalaian, seperti yang terjadi (a) Pada tanggal 24 Juni 2010 pukul 09.00. Pada saat Mobil Tangki BK 8283 LK produk Solar kapasitas 18 kL selesai melakukan pengisian di filling shed no. 15 Instalasi Labuhan Deli, sopir Mobil Tangki Suyanto lalai melepas koneksi bottom loading dan menjalankan Mobil Tangki tersebut. Hal ini menyebabkan loading arm tertarik dan putus pada selang arm, pipa quick coupling bengkok dan handle quick coupling patah. Selain itu minyak yang terdapat pada selang loading arm tumpah sekitar 20 L. (b) Pada tanggal 06 Juli 2010 pukul 17.00. Pada saat Mobil Tangki BK 9520 CF produk Premium kapasitas 18 kL selesai melakukan pengisian di filling shed no. 11 Instalasi Labuhan Deli, sopir Mobil Tangki lalai melepas koneksi bottom loading dan menjalankan Mobil Tangki tersebut. Hal ini menyebabkan loading arm tertarik dan patah pada bagian pipa arm dan pipa quick coupling loading arm bengkok. Pipa bottom loader MT juga mengalami kebocoran akibat kejadian tersebut sehingga menyebabkan tumpahan minyak yang cukup banyak yaitu sekitar 80 L,(c) Pada tanggal 8 September 2010, sekitar jam 10.00 WIB, terjadi kebakaran di area jalur pipa bawah laut dari SPM. Api diperkirakan setinggi 8m dari permukaan air, dan juga kejadian kecelakaan kerja yang lain seperti terjepit, tertimpa, terjatuh, terbentur, terpeleset, tertabrak/terlindas ban mobil.

(23)

adanya kemungkinan terjadinya kebakaran dan ledakan.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti diketahui bahwa sebagian dari pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan, sepatu yang sesuai standar K3, masker dan juga sebagian dari pekerja ada yang lalai (kurang konsentrasi) ketika melakukan pekerjaan. Alasan pekerja tidak menggunakan APD karena dianggap mengurangi kecekatan dalam bekerja (kurang bebas bergerak).

Menyadari pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini, maka peneliti merasa tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai “Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dilaksanakan pada Terminal BBM Medan Group PT Pertamina di Labuhan Deli.

1.3 Tujuan Penelitian 1. 3. 1.Tujuan Umum

(24)

1. 3. 2.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada saat penerimaan/supply BBM di Terminal BBM Medan Group.

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada saat penimbunan/storage BBM di Terminal BBM Medan Group.

3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada saat penyaluran/distribution BBM di Terminal BBM Medan Group.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberi informasi, masukan kepada pihak perusahaan tentang

pentingnya penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja bagi PT. Pertamina khususnya Terminal BBM Medan Group.

2. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis khususnya tentang pentingnya penerapan K3.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur, 1989). Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dalam (Budiono, 2003) menerangkan bahwa keselamatan kerja yang mempunyai ruang lingkup yang berhubungan dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberikan perlindungan sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas.

Menurut Suma’mur, (1996), keselamatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.

Menurut Felton (1990) dalam (Budiono dkk, 2003) mengemukakan pengertian tentang kesehatan kerja adalah

“Occupational Health is the extension of the principles and practice of occupational

medicine, to include the conjoint preventive or constructive activities of all members

(26)

Pengembangan prinsip-prinsip dan praktik dari kedokteran kerja, untuk memadukan kegiatan-kegiatan yang bersifat mencegah atau membangun dari seluruh anggota tim kesehatan kerja.

Melihat beberapa uraian di atas mengenai pengertian keselamatan dan pengertian kesehatan kerja di atas, maka dapat disimpulkan mengenai pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk memperoleh jaminan atas Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) dalam melakukan pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya yang berasal dari individu sendiri dan lingkungan kerjanya.

Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu keilmuwan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja.

Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, selektif mungkin.

(27)

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai/tenaga kerja.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

f. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. 2.1.1. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja (Simajuntak, 1994).

Kondisi bangunan adalah tempat atau bangunan yang digunakan untuk tempat bekerja apakah telah memenuhi kriteria keselamatan bagi penghuni bangunan tersebut. Kondisi mesin yang ada di perusahaan juga harus baik sehingga harus ada penjadwalan perawatan mesin-mesin untuk proses produksi. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan mesin yang dapat membahayakan operator.

Kondisi pekerja sangat menentukan terjadinya kecelakaan kerja. Faktor-faktor yang menentukan kondisi pekerja yaitu(Simajuntak, 1994):

a) Kondisi mental dan fisik

(28)

b) Kebiasaan kerja yang baik dan aman

Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja secara disiplin agar tidak lalai yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

c) Pemakaian alat-alat pelindung diri

Kurangnya kesadaran dalam pemakaian alat-alat pelindung karena dirasa tidak nyaman oleh pekerja dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

2.1.2. Kesehatan Kerja

Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya(Budiono, 2003).

Sejak beberapa abad yang lalu, Burlinhame menyatakan bahwa melakukan suatu pekerjaan atau bekerja hakikatnya merupakan sumber kepuasan manusia yang paling mendasar, katalis sosial dan sekaligus juga pelengkap status serta martabat manusia.

Bila konsep tersebut dikaitkan dengan perubahan global pada berbagai sektor dan perkembangan teknologi dewasa ini, maka semakin jelaslah bahwa upaya untuk meningkatkan kesejahteraan manusia harus dilakukan melalui pekerjaan yang diselaraskan dengan lingkungaan yang aman, nyaman dan higienis sehingga kesehatan, keselamatan dan produktivitas tenaga kerja senantiasa terjamin.

(29)

ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.

Status kesehatan seseorang, menurut Blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni:

1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik/anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, mikroorganisme) dan ssosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan dan tingkah laku.

3. Pelayanan kesehatan: promotif, preventif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, rehabilitasi, dan;

4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Interaksi dari berbagai faktor tersebut sangat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di tempat kerja. Dengan demikian, dalam pengelolaan kesehatan keempat faktor tersebut perlu diperhatikan, khususnya dalam aspek lingkungaan dan pelayanan kesehatan.

Hubungan antara pekerjaan dan kesehatan seseorang mulai dikenal sejak beberapa abad yang lalu, antara lain dengan didapatkannya penyakit akibat cacing atau gejala sesak napas akibat timbunan debu dalam paru pada pekerja pertambangan.

(30)

kerjanya. Pekerjaan yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya.

Menurut Suma’mur (1976), kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.

Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah pada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (Total health of all at work).

Dan ilmu ini tidak hanya hubungan antara efek lingkungan kerja dengan kesehatan, tetapi juga hubungan antara status kesehatan pekerja dengan kemampuannya untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya, dan tujuan dari kesehatan kerja adalah mencegah timbulnya gangguan kesehatan daripada mengobatinya(Harrington, 2003).

Sebagai bagian spesifik keilmuwan dalam kesehatan masyarakat, kesehatan kerja lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk:

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja

(31)

3. Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental dan pendidikan atau keterampilannya.

4. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas pekerja.

Sedangkan rekomendasi sidang bersama ILO/WHO pada tahun 1995, menekankan upaya pemeliharaan, peningkatan kesehatan dan kapasitas kerja, perbaikan lingkungan dan pekerjaan yang mendukung keselamatan dan kesehatan pekerja serta mengembangkan organisasi dan budaya kerja agar tercapai iklim sosial yang positif, kelancaran produksi dan peningkatan produktivitas.

Kesehatan kerja mencakup kegiatan yang bersifat komprehensif berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif berupa penyuluhan, pelatihan dan peningkatan pengetahuan tentang upaya hidup sehat dalam bekerja, disamping kegiatan pencegahan (preventif) terhadap risiko gangguan kesehatan, lebih mengemuka dalam disiplin kesehatan kerja.

Kesehatan kerja diartikan sebagai spesialis ilmu kesehatan yang menganalisa akibat praktek dan cara kerja terhadap derajat kesehatan pekerja yang bersangkutan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental, serta menganalisa alternatif usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja dan lingkungan kerja. Kesehatan kerja bersifat medis dan sasarannya adalah manusia atau pekerja. Kesehatan kerja adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja seperti(Simajuntak, 1994):

1. Kurangnya pencahayaan yang mengakibatkan sakit mata.

(32)

3. Pekerja yang bekerja dengan menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya.

4. Tingkat kebisingan yang melebihi batas ambang pendengar yang dapat mengakibatkan ketulian pada pekerja.

Kondisi di atas memerlukan pencegahan dengan melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:

1) Pemeriksaan pekerja secara berkala.

2) Memberikan keterangan prosedur kerja sebelum bekerja. 3) Pembuatan ventilasi yang baik.

4) Mengubah cara-cara kerja yang dapat menyebabkan penyakit kerja.

5) Pemakaian alat-alat pelindung diri secara teratur dan disiplin untuk menghindari resiko kecelakaan kerja.

2.1.3. Indikator-indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Budiono dkk (2003) mengemukakan indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), meliputi:

a) Faktor manusia/pribadi (personal factor)

Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan keterampilan/keahlian, dan stress serta motivasi yang tidak cukup.

b) Faktor kerja/lingkungan

(33)

Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai indikator tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi: faktor lingkungan dan faktor manusia.

2.1.4. Aspek-aspek dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Anoraga (2005) mengemukakan aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi:

a) Lingkungan kerja

Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.

b) Alat kerja dan bahan

Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-alat kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan utama yang akan dijadikan barang.

c) Cara melakukan pekerjaan

(34)

mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara mengoperasionalkan mesin.

Menurut Budiono dkk (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain:

a) Beban kerja

Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.

b) Kapasitas kerja

Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.

c) Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun psikososial.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Aspek dan Faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain lingkungan kerja, alat kerja dan bahan, cara melakukan pekerjaan, beban kerja, kapasitas kerja, dan lingkungan kerja.

2.2. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Manajemen sebagai satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan maupun pengambilan keputusan dan organisasi. Manajemen seharusnya menyadari(Silalahi, 1995):

(35)

2. Kerugian akibat kecelakaan menimpa karyawan dan peralatan

3. Antara biaya pencegahan dan kerugian akibat kecelakaan terdapat selisih yang sukar ditetapkan

4. Kecelakaan kerja selalu menyangkut manusia, peralatan, dan proses. 5. Manusia merupakan faktor dominan dalam setiap kecelakaan.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap masalah operasional, baik di sektor tradisional maupun sektor modern. Masalah yang terjadi khususnya dalam masyarakat yang sedang beralih dari satu kebiasaan kepada kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa permasalahan yang jika tidak ditanggulangi secara cermat dapat membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal.

Permasalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja memerlukan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja komprehensif antara lain dengan (Simajuntak, 1994):

a) Menghimpun informasi dan data kasus kecelakaan secara periodik b) Mengidentifikasi sebab-sebab kasus kecelakaan kerja

c) Menganalisa dampak kecelakaan kerja bagi pekerja sendiri, bagi pengusaha dan bagi masyarakat pada umumnya.

d) Merumuskan saran-saran bagi pemerintah, pengusaha dan pekerja untuk menghindari kecelakaan kerja.

(36)

f) Merumuskan sistem dan sarana pengawasan, pengaman lingkungan kerja, pengukuran tingkat bahaya, serta kampanye menumbuhkan kesadaran dan penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja.

Pemerintah mengajak pengusaha dan serikat pekerja untuk menyusun kebijaksanaan dan program yang melindungi pekerja, masyarakat dan lingkungan dari kecelakaan kerja. Pengusaha diwajibkan menyusun sistem pencegahan kecelakaan kerja termasuk identifikasi dan analisis sumber kecelakaan, cara mengurangi akibat kecelakaan, perencanaan dan pemasangan instalasi pengaman, penugasan tenaga khusus dan ahli di bidang keselamatan kerja, melaksanakan inspeksi secara regular, serta menyusun program penyelamatan darurat bila terjadi bencana atau kecelakaan kerja. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja: PER. 05/MEN/1996, penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dibagi menjadi tiga tingkatan yang kemudian akan digunakan sebagai dasar audit internal perusahaan yaitu:

a. Tingkat awal adalah perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah harus menetapkan sebanyak 64 kriteria.

b. Tingkat transisi adalah perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat resiko menengah harus menetapkan sebanyak 122 kriteria

c. Tingkat lanjutan adalah perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko tinggi harus menetapkan sebanyak 166 kriteria.

(37)

dengan logam maka perusahaan tersebut dapat dikategorikan sebagai perusahaan dengan kategori sedang dua, dan disimpulkaan bahwa perusahaan tersebut perusahaan menengah

2.2.1. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan atau penyakit yang diderita oleh seseorang akibat melakukan suatu pekerjaan atau ditimbulkan oleh lingkungan kerja (Simajuntak, 1994).

Terdapat banyak faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja. Kecelakaan dan penyakit kerja dapat terjadi pada saat seseorang mengoperasikan alat kerja atau produksi, antara lain karena:

1) Pekerja yang bersangkutan tidak terampil atau tidak mengetahui cara mengoperasikan alat-alat tersebut.

2) Pekerja tidak hati-hati, lalai, terlalu lelah atau dalam keadaan sakit. 3) Tidak tersedia alat-alat pengaman.

4) Alat kerja atau produksi yang digunakan dalam kesedaan tidak baik atau tidak layak pakai lagi.

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat pula terjadi karena kondisi dan lingkungan kerja yang tidak aman, misalnya dalam bentuk ledakan, kebakaran, dan kebocoran atau perembesan unsur-unsur kimia berbahaya. Bencana kecelakaan kerja tersebut dapat menimbulkan korban dan kerugian dalam bentuk:

1. Pekerja dan atau orang lain meninggal atau luka 2. Alat-alat produksi rusak

(38)

4. Bangunan terbakar atau roboh

5. Proses produksi terhenti atau terganggu

Kecelakaan kerja dapat dikategorikan dalam beberapa akibat yang ditimbulkannya seperti(Simajuntak, 1994):

a) Meninggal dunia, termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan perawatan sebelumnya.

b) Cacat permanen total adalah cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak mampu lagi melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh, seperti: kedua mata, satu mata dan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.

c) Cacat permanen sebagian adalah cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.

d) Tidak mampu bekerja sementara, dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja produktif.

Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain (Silalahi, 1995):

1) Faktor biologis

(39)

3) Faktor fisik termasuk kebisingan/getaran, radiasi, penerangan, suhu, dan kelembaban.

4) Faktor fisiologis

5) Faktor tekanan mental/stress. 2.2.2. Penyakit Akibat Kerja (PAK)

2.2.2.1. Definisi Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artificial atau man made disease.

WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja(Depkes RI, 2006): a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya pneumoconiosis. b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya karsinoma

bronkhogenik.

c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronchitis kronis.

d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma.

Menurut Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan kerja, terdapat 31 jenis penyakit yang timbul karena hubungan kerja, antara lain:

(40)

2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.

3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).

4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

5. Alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik.

6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaan yang beracun. 7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaan yang beracun. 8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaan yang beracun. 9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaan yang beracun. 10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan yang beracun. 11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan yang beracun. 12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan yang beracun. 13. Penyakit yang disebabkan oleh timbale atau persenyawaan yang beracun. 14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan yang beracun. 15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.

17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

(41)

19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya. 20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

21. Penyakit yang disebabkan oleh gas tau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida hidrogensianida, hidrogensulfida atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.

22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

23. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan otot-otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi).

24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih. 25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang

mengion.

26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau biologik.

27. Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh pic, bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu zat tersebut.

28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapatkan dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.

30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi.

(42)

2.2.2.2. Faktor penyebab penyakit akibat kerja

Dalam ruang atau ditempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja, antara lain(Notoatmodjo, 2007):

1. Golongan fisik, seperti:

a. Suara, yang bisa menyebabkan pekak/tuli.

b. Radiasi sinar-sinar radioaktif dapat menyebabkan penyakit susunan darah dan kelainan kulit.

c. Suhu, apabila terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heatcramps, atau hyperpyrexia. Sedangkan suhu-suhu yang rendah dapat menimbulkan frostbite, trenchfoot, dan hypothermia.

d. Tekanan tinggi dapat menyebabkan caisson disease.

e. Penerangan lampu yang kurang baik misalnya dapat menyebabkan kelainan pada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.

2. Golongan kimia (chemis), yaitu:

1) Debu yang menyebabkan pneumoconioses, diantaranya silicosis, asbestosis, dan lainnya.

2) Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever, dermatitis atau keracunan.

3) Gas, misalnya keracunan oleh CO dan H2S. 4) Larutan yang dapat menyebabkan dermatitis.

(43)

3. Golongan infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax, brucella, AIDS, dan lainnya.

4. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh keselahan-kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan dan lain-lain yang kesemuanya menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun dapat menyebabkan perubahan fisik pada tubuh pekerja.

5. Golongan mental-psikologis, yang terlihat misalnya pada hubungan kerja yang tidak baik, atau keadaan pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.

Sedangkan upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja ada bermacam-macam, yakni: (a) substitusi, (b) ventilasi umum, (c) ventilasi keluar setempat, (d) isolasi, (e) pakaian pelindung, (f) pemeriksaan kesehatan, (g) penerangan, dan (h) pendidikan kesehatan.

2.2.3. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.2.3.1. Pedoman Penerapan

Kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh. Namun demikian setiap perencanaan, keputusan, organisasi harus mempertimbangkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan. Berikut merupakan beberapa pedoman penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

1. Komitmen dan kebijaksanaan

(44)

a. Identifikasi kondisi dan sumber daya

b. Pengetahuan dan peraturan perundangan K3 c. Membandingkan penerapan

d. Meninjau sebab-akibat e. Efisiensi dan efektifitas

Perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang diwujudkan dalam (PER. 05/MEN/1996):

a) Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan.

b) Menyediakan anggaran, tenaga kerjaa yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

c) Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan kewajiban yang jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.

d) Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi

e) Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.

(45)

2. Perencanaan

Dalam perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan susunan system keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi dengan baik. Perencanaan K3 meliputi beberapa komponen yaitu:

a. Menentukan tingkat resiko untuk setiap bagian tertentu yang mempunyai potensi kecelakaan atau gangguan kesehatan.

b. Meneliti setiap peraturan pemerintah dan standar industri yang dapat dilaksanakan.

c. Menetapkan tujuan yang hendak dicapai dan sasaran K3 secara jelas.

Perusahaan yang memiliki perencanaan yang efektif maka akan mencapai keberhasilan dalam penerapan K3. Tujuan dari pencegahan kecelakaan kerja adalah untuk melindungi para pekerja, masyarakat dan lingkungaan dari bencana kecelakaan yaitu dengan(Simajuntak, 1994):

a) Mempersiapkan, menyediakan dan memasang sarana pencegahan kecelakaan dan alat-alat pelindung diri.

b) Mengadakan pemeriksaan dan inspeksi dini untuk mengetahui potensi atau kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat dicegah.

c) Menyusun organisasi sistem pencegahan bencana kecelakaan, termasuk menyediakan tenaga ahli keselamatan kerja.

(46)

e) Menyusun rencana penyelamatan darurat. 3. Penerapan

Kegiatan yang dilakukan dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja adalah mengaudit sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 05/1996. Dalam menerapkan terdapat kegiatan yang mendukung yaitu komunikasi, pelaporan, pendokumentasian, dan pengendalian dokumentasi. Penerapan yang dilakukan tidak hanya meliputi pengauditan melainkan juga mengidentifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian resiko.

Penerapan K3 memiliki 5 komponen yang perlu dibentuk yaitu:

a. Struktur organisasi dan pembagian tanggung jawab. Struktur organisasi harus ditetapkan secara jelas dengan setiap posisi di dalam organisasi.

b. Pemberian pelatihan K3 yaitu pelatihan secara umum yang diberikan kepada seluruh karyawan dan pelatihan keahlian secara khusus yang diberikan kepada karyawan yang bekerja di lokasi kerja yang memiliki potensi bahaya yang tinggi atau karyawan yang memiliki tugas khusus di bidang K3.

c. Komunikasi K3 yang dilakukan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil ditujukan untuk meningkatkan kesadaran K3 pada seluruh karyawan dan memotivasi penerapan K3.

(47)

4. Pengukuran dan evaluasi penerapan K3

Pemantauan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendukung kegiatan selanjutnya yaitu evaluasi. Pemantauan dapat berupa memantau apakah terjadi pertimpangan dalam melaksanakan prosedur kerja. Setelah dilakukan pemantauan, dievaluasi dengan mengukur hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan prosedur kerja.

Hasil pemantauan dan evaluasi menghasilkan catatan dan penyimpanan data yang merupakan tindakan untuk perbaikan dan pencegahan. Pencatatan dan penyimpanan data berguna sebagai bahan untuk membuat perencanaan selanjutnya. 5. Tinjauan ulang terhadap penerapan K3

Kegiatan untuk meninjau ulang penerapan K3 biasanya dilakukan untuk menilai kesesuaian dan keefektifitasan penerapan K3 secara keseluruhan. Peninjauan yang dilakukan berdasarkan hasil akhir evaluasi penerapan K3. Apabila hasil akhir tidak sesuai dengan target K3 maka perlu dilakukan tinjauan ulang K3.

Tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 meliputi (PER. 05/MEN/1996): a) Evaluasi terhadap penerapan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja b) Tujuan, sasaran, dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja

c) Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3

d) Evaluasi efektivitas penerapan Ssistem Manajemen K3 dan kebutuhan untuk mengubah Sistem Manajemen K3 sesuai dengan:

1. Perubahan peraturan perundangan

(48)

5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi. 6. Pengalaman yang didapat dari insiden keselamatan dan kesehatan kerja 7. Pelaporan

8. Umpan balik khususnya dari tenaga kerja.

2.2.3.2. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.

Tujuan dari penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah (Direktorat Pengawasan Norma K3, 2006):

1) Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia

2) Meningkatkan komitmen pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja 3) Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi

perdagangan global

4) Proteksi terhadap industri dalam negeri

5) Perlunya upaya pencegahan terhadap masalah sosial dan ekonomi yang terkait dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

2.3. Minyak dan Gas Bumi (Migas) 2.3.1. Minyak Bumi

(49)

mikroorganisme, tumbuhan, dan binatang yang tertimbun selama berjuta-juta tahun. Kandungan senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi lebih dari 90% dan sisanya merupakan senyawa nonhidrokarbon (Speight 1991 dalam Kussuryani 2003). Senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu senyawa parafin, naftena, aromatik, dan olefin. Senyawa parafin merupakan penyusun utama minyak bumi yang kandungannya mencapai 30-60 %. Menurut Hadi (2004), minyak bumi mengandung senyawa nitrogen 0-0.5%, belerang 0-6%, dan oksigen 0-3.5%. Senyawa belerang yang ada dapat menimbulkan korosi dan pencemaran udara(Hadi, 2004).

Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa organik yang terdiri atas karbon dan hidrogen. Hidrokarbon merupakan salah satu kontaminan yang dapat berdampak buruk baik bagi manusia maupun lingkungan. Minyak bumi dan turunannya merupakan salah satu contoh dari hirdokarbon yang banyak digunakan oleh manusia dan berpotensi mencemari lingkungan(Notodarmojo, 2005).

(50)

Berdasarkan sifat biodegradabelnya, minyak bumi dibagi menjadi 2, yaitu komponen minyak bumi yang mudah diurai dan yang sukar diurai. Komponen minyak bumi yang mudah diurai terdiri atas senyawaan alkana yang mudah larut dalam air dan terdifusi ke dalam membran sel bakteri(Hadi, 2004).

2.3.2. Gas Bumi

Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.

Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.

(51)

(diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-turut).

Komponen yang terkandung pada gas bumi dalam %, antara lain: a. Metana (CH4), 80-95

b. Etana (C2H6), 5-15

c. Propana (C3H8) and Butane (C4H10)

Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.

Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikandinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.

(52)
(53)

2.4. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Berdasarkan gambar di atas, maka dapat dirumuskan definisi kerangka konsep diatas adalah sebagai berikut:

1. Penerapan aspek K3 adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Medan Group untuk mencegah kebakaran, kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta pencemaran lingkungan, yang difokuskan pada: a. Penerimaan (supply)

b. Penyimpanan (storage) c. Penyaluran (distribution)

d. LK3 (Lindungan Lingkungan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Penerapan Aspek K3

LK3 Bagian PPP:

• Penerimaan (suplay)

• Penimbunan (storage)

(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penggunaan jenis penelitian yang dimaksud adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada bagian distribusi di Terminal BBM Medan Group PT. PERTAMINA (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan.

2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Medan Group tepatnya pada bagian distribusi BBM PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Medan Group Labuhan Deli-Belawan.

Adapun alasan penentuan lokasi tersebut adalah:

1. Belum maksimalnya pelaksanaan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di bagian distribusi tersebut.

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang penerapan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada perusahaan tersebut.

3. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian di perusahaan tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

(55)

3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh tenaga kerja yang bekerja pada bagian distribusi di Terminal BBM Medan Group PT. PERTAMINA (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan berjumlah 35 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Instalasi Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan. Dimana tenaga kerja yang diambil menjadi sampel harus memenuhi kriterial sebagai berikut:

1. Tenaga kerja yang bekerja di bagian K3LL

2. Tenaga kerja yang bekerja di bagian penerimaan (suplay) 3. Tenaga kerja yang bekerja di bagian penimbunan (storage) 4. Tenaga kerja yang bekerja di bagian penyaluran (distribution)

5. Menguasai/mengetahui informasi tentang pekerjaannya di masing-masing bagian 6. Bersedia diikutsertakan dalam penelitian

(56)

4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu: a. Data primer yang di peroleh dari sumber pertama, baik dari individu

maupun perorangan. Dalam hal ini ada 2 (dua) metode pengumpulan data yang di lakukan, antara lain sebagai berikut :

1. Metode wawancara kepada sampel bagian penerimaan (suplay), bagian penimbunan (storage) dan bagian penyaluran (distribution) dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan.

2. Metode observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung di lingkungan kerja agar dapat diketahui dan disaksikan perilaku tenaga kerja (sampel) tersebut.

b. Data sekunder, diperoleh dari:

1. Profil Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina Labuhan Deli Belawan

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

5. Definisi Operasional

a) Terminal BBM Medan Group adalah unit bisnis Pertamina yang bertugas untuk melakukan penerimaan, penimbunan, dan distribusi BBM untuk wilayah kerja Sumatera bagian Utara dan Aceh Tenggara.

(57)

c) Penerimaan/supply adalah proses transfer BBM dari kilang Pertamina maupun dari hasil impor melalui tangker sampai ke tangki timbun.

d) Penimbunan/storage adalah proses penyimpanan BBM sementara sebelum disalurkan ke konsumen/masyarakat.

e) Penyaluran/distribution adalah proses distribusi BBM/BBK ke konsumen (industri/retael) melalui mobil tangki, RTW, Bunker.

f) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu upaya atau pemikiran yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga budayanya untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja menuju masyarakat adil dan makmur.

6. Teknik analisa data

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

2.5. Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) Region I Terminal BBM Medan Group Labuhan Deli Medan

4.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Pertamina (Persero) Region I Terminal BBM Medan Group Labuhan Deli Medan

Pada 16 Juni 1890 Koninklije Naderlansche Petrolenium Company yang didirikan atas usaha Zjker beserta teman-temannya di Den Haag mengambil alih konsesi minyak Telaga Said Pangkalan Berandan. Usaha yang dilakukannya adalah mengolah dan memasarkan minyak bumi. Pusat administrasi kegiatan perusahaan dibangun di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Pada tahun 1892 ditempat itu dibangun penyulingan minyak. Di tahun 1898 berhasil dibangun pelabuhan minyak pertama di Indonesia yaitu di Pangkalan Susu, lengkap dengan segala fasilitasnya.

Pada tahun 1887 Andrian Stoop, bekas pegawai Ziljker mendirikan perusahaan minyak di Surabaya. Setelah berhasil menemukan minyak, tahun 1890 ia membangun pengilangan miyak di Wonokromo, Jawa Timur. Selanjutnya untuk memperluas usahanya di Jawa Tengah ia membangun juga pengilangan minyak di Cepu pada Tahun 1894.

(59)

selanjutnya dikenal dengan nama California Texas Oil Company (Caltex).

Setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, para pejuang kemerdekaan berusaha merebut lapangan, kilang maupun fasilitas perminyakan yang ada dari tangan para penjajah Jepang. Namun ketika gaung kemerdekaan diumumkan sampai ke Sumatera, pihak Jepang tidak mau menyerahkan lapangan Pangkalan Susu maupun Kilang Pangkalan Berandan di Sumatera Utara.

Berkat perjuangan yang gigih akhirnya pada bulan September 1945 diserahterimakan seluruh tambang minyak yang berada di Pangkalan Berandan maupun yang ada di Rantau, Kuala Simpang, Aceh Timur, dan disusul pembentukan perusahaan minyak nasional pertama yang diberi nama Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI). Segera sesudah terjadinya timbang terima, karyawan-karyawan perminyakan ditempat itu segera melakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan produksi yang sempat turun. Tetapi tidak berapa lama pada tanggal 13 Agustus 1947, tiga minggu setelah Belanda melancarkan agresinya yang pertama tempat itu dibumi hanguskan.

(60)

adalah milik nasional dan bahwa perusahaan yang baru dibentuk itu bukan perusahaan daerah dan tidak bersifat kedaerahan, maka diadakan penggantian nama. Pada tanggal 10 Desember 1957 PT Eksploitasi Tambang Minyak Sumatera Utara (PN Pertamina) kemudian diubah namanya menjadi PT Pertamina.

Pada bulan Maret 1966, Menteri Migas menetapkan lima daerah eksploitasi dan produksi PT Pertamina, yaitu:

1. Unit I Meliputi daerah Sumatera Utara dan Aceh dengan kantor pusat di Pangkalan Berandan .

2. Unit II meliputi daerah Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan Selatan dan Jambi dengan kantor pusat di Plaju.

3. Unit III meliputi daerah Jawa dan Madura dengan kantor pusat di Jakarta. 4. Unit IV meliputi daerah Kalimantan termasuk Tarakan dan Bunyu dengan

kantor pusat di Balikpapan.

5. Unit V meliputi daerah Irian Jaya, Sulawesi, Maluku dan Nusa tenggara dengan kantor pusat di Serong.

Daerah eksploitasi dan produk tersebut kemudian bertambah lagi dengan unit VI yang meliputi Sumatera Tengah. Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan maka organisasi yang menyangkut kegiatan operasi perminyakan di pisahkan antara kegiatan hulu dan hilir.

(61)

Medan. Melalui Surat Keputusan Direksi nomor Kpts-P076/2001-So tanggal 25 Juni 2001 sebutan UPPDN 1 diupah menjadi Unit Pemasaran 1 (UPMS 1) diubah menjadi Unit Pemasaran 1 (UPMS1).

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

Pertamina adalah perusahaan perseroan yang bergerak dibidang perminyakan dan gas bumi serta panas bumi yang memiliki Visi dan Misi sebagai berikut:

1) Visi perusahaan adalah menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia. 2) Misi perusahaan adalah menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan

baker nabati secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.

4.1.3. Tujuan Perusahaan

Tujuan dari PT. Pertamina (Persero) yaitu:

1. Menjadikan Pertamina suatu perusahaan dengan lingkungan kerja yang bersih, etis, transparan dan terpercaya.

2. Menciptakan sistem, kebijakan dan prosedur yang mendukung praktik bisnis yang bersih, transparan, dan etis.

3. Menciptakan kebijakan untuk tersedianya bantuan hukum bagi pekerja yang melaksanakan pekerjaan sesuai etika usaha dan tata perilaku, kebijakan dan prosedur yang berlaku.

4. Meningkatkan kepercayaan diri para pekerja untuk melaksanakan pekerjaan dan mengambil keputusan.

(62)

4.1.4. Tata Nilai Perusahaan

Tata nilai dari PT. Pertamina (Persero) yaitu: 1. Fokus

Menggunakan secara optimum berbagai kompetensi perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan.

2. Integritas

Mampu mewujudkan komitmen kedalam tindakan nyata. 3. Visionary – Berwawasan komitmen kedalam tindakan nyata

Mengantisipasi lingkungan usaha yang berkembang saat ini maupun yang akan datang untuk dapat tumbuh dan berkembang.

4. Unggul

(63)
<

Gambar

Gambar 4.2. Flow Chart Proses Operasi Terminal BBM  Labuhan Deli
Tabel 4.1. Distribusi karakteristik Responden penelitian
Gambar 4.3. Proses Penerimaan BBM di Kapal Tanker
Gambar 4.4. Proses Penerimaan BBM di Kapal Tanker
+6

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat pengaruh secara parsial yang signifikan antara K3 terhadap kinerja karyawan PT PERTAMINA (Persero) Marketing Operation Region IV.. Berdasarkan koefisien

Dengan memiliki keterampilan dalam safety driving, pengemudi akan mengetahui bagaimana cara mengendalikan mobil dan keluar dari kondisi bahaya yang ada pada saat itu, karena

Metode Kepustakaan Metode ini dilakukan dengan cara mencatat, mengutip informasi dari pegawai Pertamina TBBM Panjang yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas yaitu