• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI AREA TERBATAS PT. PERTAMINA (PERSERO) TERMINAL BBM SIBOLGA TAHUN 2019 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI AREA TERBATAS PT. PERTAMINA (PERSERO) TERMINAL BBM SIBOLGA TAHUN 2019 SKRIPSI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

ANIS DIANI TANJUNG NIM. 151000003

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)

TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANIS DIANI TANJUNG NIM. 151000003

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(3)

i

(4)

ii

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dra. Lina Tarigan, Apt., M.S.

Anggota : 1. Ir. Kalsum, M.Kes.

2. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes.

(5)

iii

“Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Area Terbatas PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, 22 Januari 2020

(6)

iv

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di area terbatas pada distribusi bagian penerimaan BBM dari kapal ke tanki timbun dan bagian penyaluran BBM dari tanki timbun ke mobil tanki di Terminal BBM Sibolga. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif yang dilakukan dengan wawancara dan observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah 8 orang informan penelitian yaitu 4 orang pekerja bagian penerimaan BBM dari kapal ke tanki timbun dan 4 orang pekerja bagian penyaluran BBM dari tanki timbun ke mobil tanki. Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dilakukan oleh pekerja di bagian distribusi melakukan proses kerja sesuai dengan SOP, kendala yang dihadapi dalam menerapakan K3 merupakan bentuk perilaku pekerja dalam ketidakpatuhan terhadap penggunaan APD, pada bagian penerimaan BBM dari kapal ke tanki timbun yang tidak menggunakan masker 1 orang pekerja dan bagian penyaluran BBM dari tanki timbun ke mobil tanki yang tidak menggunakan masker dan kacamata berjumlah 4 orang pekerja. Program K3 yang dilaksanakan secara berkala setiap bulan yaitu penanggulangan kebakaran, pencegahan nearmiss accident, safety talk, pelatihan- pelatihan K3 di semua unit bagian Terminal BBM Sibolga dan pemberian reward setiap tahunnya pada pekerja yang sering menggunakan kartu patuh. Disarankan perusahaan untuk memberikan reward kepada pekerja disiplin yang menggunakan APD dan yang tidak disiplin di berikan hukuman dan memperbaiki rambu-rambu K3 yang tidak terbaca.

Kata kunci : Program K3, area terbatas

(7)

v

this study aims to find out how the implementation of occupational safety and health programs in areas confined to the distribution of fuel reception from ships to storage tanks and fuel distribution from storage tanks to tank cars at the Sibolga BBM Terminal. This type of research used in this research is descriptive qualitative research conducted by interviews and observations. The population in this study were 8 research informants namely 4 workers receiving fuel from the ship to the storage tank and 4 workers distributing fuel from the storage tank to the tank car. The results obtained were analyzed descriptively. The results showed that the implementation of the Occupational Safety and Health program carried out by workers in the distribution carried out work processes in accordance with the SOP, the obstacles encountered in implementing K3 are a form of worker behavior in non-compliance with the use of personal protective equipment, at the reception of fuel from ships to storage tanks that do not use masks 1 worker and fuel from storage tanks to tank trucks that don't use masks and eyeglasses amount of 4 workers person. The K3 program which is carried out periodically namely fire prevention, nearmiss accident prevention, safety talk, K3 training in all Sibolga BBM Terminal units and give rewards every year to workers who often use obedient cards. It is recommended that companies give rewards to discipline workers who use personal protective equipment and those who are not disciplined are given punishmen and repair unreadable K3 signs.

Keywords : Program OHS, restricted area

(8)

vi

yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Area Terbatas PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga Tahun 2019” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Sematera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu dalam memberikan arahan, bimbingan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dra. Lina Tarigan, Apt., M.S., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan arahan, bimbingan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

vii ini.

6. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan saran serta kritik yang membangun terhadap skripsi ini.

7. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam segala hal yang berkaitan dengan akademik mulai dari awal perkuliahan sampai selesai.

8. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis dalam menyelesaikan kepentingan administrasi selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

9. Serta seluruh karyawan di PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga yang telah membantu dan mempermudah saya dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih buat orangtuaku tercinta, kepada orangtua saya Ramidin dan Yulianis yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, doa serta motivasi kepada penulis. Terima kasih buat cinta kasih serta kesabaran yang tak pernah habisnya untuk penulis.

11. Sahabat-sahabat SMA, KKN dan PBL yang selalu bersama-sama dengan penulis dikala susah dan senang selama menempuh pendidikan semoga kita selalu diberi kemudahan dalam hal kebaikan dunia dan akhirat.

(10)

viii

yang menambah semangat penulis dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, penulis mengucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi praktis dalam pemecahan masalah dan juga kepada akademisi sebagai bahan penelitian dalam rangka kemajuan ilmu pengetahuan kedepannya.

Medan, 22 Januari 2020

(11)

ix

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftrar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Tinjauan Pustaka 6

Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6

Indikator-Indikator dalam K3 13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi K3 13

Program Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja 16

Kecelakaan Kerja 16

Penyakit Akibat Kerja (PAK) 18

Faktor-Faktor Penyebab Akibat Kerja 19

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan kerja 21

Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 24

Minyak dan Gas Bumi (Migas) 25

Area Terbatas 26

Landasan Teori 27

Kerangka Berpikir 28

Metode Penelitian 30

Jenis Penelitian 30

Lokasi dan Waktu Penelitian 30

Subjek Penelitian 31

Definisi Operasional 31

Metode Pengumpulan Data 32

Metode Analisis Data 32

(12)

x

Tata Nilai Perusahaan 35

Struktur Organisasi Perusahaan 37

Gambaraan Umum Terminal BBM Siolga 37

Proses Operasional Terminal BBM Sibolga 38

Gambaran Karakteristik Responden Penelitian 40

Penerapan Program K3 di Area Terbatas Terminal BBM

Sibolga 41

Keselamatan Kerja di Terminal BBM Sibolga 45

Kesehatan Kerja di Terminal BBM Sibolga 46

Penerapan Program K3 di Terminal BBM Sibolga Bagian

Penerimaan BBM dari Kapal ke Tanki Timbun 47

Penerapan Program K3 di Terminal BBM Sibolga Bagian

Penyaluran BBM dari Tanki Timbun ke Mobil Tanki 55 Observasi di Area Terbatas Terminal BBM Sibolga 60 Kendala dalam Penerapan Program K3 di Area Terbatas

Terminal BBM Sibolga 63

Keterbatasan Penelitian 64

Kesimpulan dan Saran 65

Kesimpulan 65

Saran 66

Daftar Pustaka 68

Lampiran 70

(13)

xi

1 Karakteristik Responden Penelitian 40

(14)

xii

1 Kerangka berpikir 28

2 Letak geografis Terminal BBM Sibolga 33

3 Struktur organisasi perusahaan 37

4 Proses operasional Terminal BBM Sibolga 39

5 Conventional Buoy Mooring (CBM) 47

6 Proses penyambungan selang karet ke valve (katup) kapal 48

7 Proses penerimaan BBM dari kapal tanker 51

8 Tanki timbun Terminal BBM Sibolga 54

9 Penyaluran BBM di filling shed 56

10 Pompa produk 58

11 Meter arus 58

12 Proses gate keeper (penyegelan) 59

(15)

xiii

1 Lembar Pedoman Wawancara 70

2 Lembar Pedoman Observasi 73

3 Surat Permohonan Izin Penelitian 75

4 Surat Izin Penelitian 76

5 Surat Selesai Penelitian 77

6 Dokumentasi Penelitian 78

(16)

xiv

APD Alat Pelindung Diri

BBM Bahan Bakar Minyak

CBM Conventional Buoy Mooring

DWT Dead Weigh Tons

JKK Jaminan Kecelakaan Kerja

K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

LOTO Lock Out dan Tag Out

MIGAS Minyak dan Gas Bumi

OKD Operasi Keadaan Darurat

OSHA Occupational Safety and Health Administration

PAK Penyakit Akibat Kerja

P3K Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

SDM Sumber Daya Manusia

SOP Standart Operational Procedure

SPM Singele Point Mooring

(17)

xv

Sibolga pada tanggal 20 Oktober 1997. Penulis beragama Islam, anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Ramidin dan Yulianis.

Pendidikan formal dimulai dari SD Negeri 084086 Sibolga Tahun 2003- 2009, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 6 Sibolga Tahun 2009-2012, sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Sibolga Tahun 2012-2015, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, 22 Januari 2020

(18)

1

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah menjelaskan perlindung terhadap tenaga kerja pada BAB X tentang warga negara dan penduduk terhadap pasal 27 ayat (2) yaitu tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pada BAB XA di jelaskan tentang hak asasi manusia pada pasal 28D setiap orang berhak atas pengakuan jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum, dan setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Pada pasal 28H juga menyatakan setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yaitu dalam segala tempat kerja, baik di darat, dalam tanah, permukaan air, dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Keselamatan kerja merupakan salah satu upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, serta bebas pencemaran lingkungan menuju peningkatan produktivitas yang baik.

Pasal 86 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menyatakan bahwa upaya K3 dimaksudkan untuk memberi jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh

(19)

dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

Program keselamatan dan kesehatan kerja menurut Rijuna Dewi dalam Ibrahim Jati Kusuma (2010) merupakan suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi atau taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, tercermin pada perubahan yang bersikap menuju keselamatan di tempat kerja.

Peraturan Pemerintah Repubrik Indonesia Undang-undang No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen dan Keselamatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Indonesia merupakan Negara yang kaya terhadap sumber alam, salah satunya adalah sumber daya Bahan Bakar Minyak (BBM) yang melimpah ruah di dalam bumi Indonesia, dan saat ini perkembangan industri BBM sangat besar. PT.

Pertamina (Persero) sebagai perusahaan yang bergerak dalam industri energi nasional selalu dihadapkan kepada potensi risiko bahaya dalam pelaksanaan pekerjaan seperti kebakaran, ledakan, kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Hal ini mengharuskan Pertamina mengelola program Health Safety dan Environment (HSE) semaksimal mungkin untuk mewujudkan operasi yang aman, andal dan efisiensi. Beberapa potensi bahaya diantaranya terbakar, tersengat listrik, meledak, terpapar radiasi, terpapar zat kimia, terjatuh, terjepit dan tertimpa. PT. Pertamina (Persero) merupakan perusahaan energi milik

(20)

Negara yang memiliki beberapa cabang di Indonesia, salah satunya adalah perusahaan PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga yang menghasilkan bahan bakar minyak. PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga beroperasi pada tahun 1995. Area terbatas adalah area tempat penerimaan BBM dari kapal ke tanki timbun dan penyaluran BBM dari tanki timbun ke mobil tanki. Lokasi PT.

Pertamina TBBM Sibolga berada di jalan Janggi kelurahan pasar belakang Kota Sibolga Sumatra Utara. Terminal BBM Sibolga adalah salah satu instalasi atau depot yang mempunyai fungsi utama yaitu melakukan kegiatan operasional meliputi proses kerja atau kegiatan yang berlangsung dalam instalasi, jumlah pekerja penerimaan BBM dari kapal ke tanki timbun berjumlah 4 orang dan bagian peyaluran BBM dari tanki timbun ke mobil tanki berjumlah 4 orang dengan 2 shift kerja, pada shift pertama dimulai pada pukul 6.00 - 14.00 WIB, dan shift kedua dimulai pada pukul 14.00 - 22.00 WIB. Proses penyaluran BBM di PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga adalah sebagai berikut :

Dimulai datangnya kapal tanker dari teluk kabung (Sumatra Barat) atau gunung sitoli (Nias), dengan proses penerimaan BBM berjenis premium, pertalite, pertamax, dan biosolar. Bahan bakar minyak tersebut di transfer melalui marne loading arm yang berfungsi sebagai penghubung antara pipa darat ke kapal katup (valve) tanker dan BBM di salurkan ke tanki timbun. Proses penerimaan di lakukan 6-8 kali dalam sebulan. Jumlah tanki timbun seluruhnya berjumlah 11 tanki, 10 di antaranya adalah berisi BBM produk dengan jumlah isi berbeda sekitar 1400/700 kilo liter (kl), dan 1 tanki berisi air dengan jumlah 300 kilo liter (kl), tanki ini terkhusus untuk terjadinya kecelakaan kerja. Proses penyaluran/distribution di lakukan dari pekerja mengatur jumlah kapasitas BBM

(21)

mobil tanki melalui meter arus. Setelah terisi penyaluran BBM dilakukan ke SPBU, industri, atau TNI/Polri di Kabupaten/Kota.

Program keselamatan dan kesehatan kerja di area terbatas PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga melakukan proses kerja sesuai denangan SOP, setelah dilakukan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti diketahui bahwa sebagian dari pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker dan kacamata. Alasan pekerja tidak menggunakan APD karena dianggap mengurangi kecekatan dalam bekerja (kurang bebas bergerak).

Menyadari pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini, maka peneliti merasa tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai

“Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Area Terbatas PT.

Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang akan menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di area terbatas yang dilaksanakan pada PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mengetahui bagaimana penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di area terbatas pada PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga.

(22)

Tujuan khusus. Tujuan khususnya yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja pada saat penerimaan/supply BBM dari kapal ke tanki timun/storage di Terminal BBM Sibolga.

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja pada saat penyaluran/distribution BBM dari tanki timbun ke mobil tanki di Terminal BBM Sibolga.

Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memberi informasi atau masukan kepada pihak pengambil keputusan

perusahaan dalam meningkatkan derajat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dia area terbatas bagi PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga.

2. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis khususnya tentang pentingnya penerapan K3.

3. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan penerapan program K3 di area terbatas.

(23)

6

Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang berada di perusahaan.

Keselamatan kerja yaitu keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara- cara melakukan pekerjaan dan proses produksi. Dengan demikian, keselamatan kerja dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di perusahaan serta masyarakat sekitar perusahaan yang mungin terkena dampak akibat proses produksi industri (Tarwaka, 2012).

Kesehatan kerja merupakan suatu kondisi kesehatan yang bertujuan untuk masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik terhadap jasmani, rohani, maupun sosial, dengan adanya usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit akibat kerja atau gangguan kesehatan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum (Buntarto, 2015).

Melihat beberapa uraian di atas mengenai tentang pengertian keselamatan dan pengertian kesehatan kerja, maka dapat disimpulkan pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan bentuk usaha atau upaya terhadap para pekerja untuk memperoleh jaminan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam melakukan proses pekerjaan yang mana pekerja tersebut akan mengancam diri sendiri, dan lingkungan kerjanya.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu keilmuwan multidisiplin yang menerapkan upaya terhadap pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga

(24)

kerja, serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja di filosofikan sebagai suatu bentuk pemikiran dan upaya untuk menjamin adanya keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupu rohani khususnya terhap tenaga kerja, hasil karya dan budaya menuju masyarakat makmur dan sejahtera (Sri Redjeki, 2016).

Setelah melihat beberapa pengertian di atas maka dapat di simpulkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah bentuk usaha atau upaya terhadap para pekerja untuk memperoleh jaminan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam melakukan pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat mengancam diri sendiri dan lingkungan kerjanya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan ilmu multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang baik, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja.

Menurut Buntarto (2015) tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut : 1. Melindungi tenaga kerja terhadap hak keselamatannya dalam melakukan

proses pekerjaan untuk kesejahteraan hidup pekerja dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap pekerja maupun Orang lain yang berada di lingkungan kerja.

(25)

3. Memelihara sumber produksi dan menggunakan secara aman dan efisien.

Keselamatan kerja. Sri Redjeki (2016) keselamatan kerja adalah keselamatan kerja yang berkaitan dengan adanya mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja, lingkungan dan bentuk-bentuk cara melakukan pekerjaannya. Keselamatan kerja memiliki dua jenis sifat, yaitu : 1. Sasaran lingkungan kerja.

2. Bersifat teknik.

Salami, dkk (2016) mengatakan setiap pekerja personal harus memahami tugas pekerjaanya serta cara kerja dan memahami bahaya yang dapat terjadi di lingkungan kerja. berikut ini ada beberapa hal yang harus di perhatikan keselamatan pekerja personal :

a. Pekerja harus dalam kondiri sehat dan siap bekerja.

b. Disiplin dan tidak canggung menggunakan peralatan proteksi diri.

c. Meyakini kondisi mesin dan peralatan dalam keadaan baik.

d. Mengetahui potensi bahaya dari mesin dan lingkungannya.

e. Mengenali tanda-tanda atau gejala kerusakan atau kelainan operasi melalui instrumentasi, bau, getaran, temperatur, bocoran, retak, dan lain-lain.

f. Mengetahui cara menyelamatkan diri dan memberikan pertolongan.

g. Mengetahui pengaturan waktu kerja atas jenis pekerjaan yang ditugaskan.

h. Dapat mematikan mesin dan instalasi dalam keadaan darurat.

i. Pendidikan dan pelatihan meningkatkan kemampuan dan keterampilan personal.

Fungsi dari keselamatan kerja menurut Sri Redjeki (2016) seperti berikut : a) Antisipasi, identifikasi, dan evaluasi kondisi serta praktik berbahaya.

(26)

b) Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur, dan program.

c) Terapkan, dokumentasikan, dan informasikan rekan lainnya dalam hal pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.

d) Ukur, periksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.

Syarat-syarat keselamatan kerja pada Undang-undang No.1 Tahun 1970, sebagai berikut :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

(27)

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.

15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Kesehatan kerja. Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta dengan prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan sebaik-bainya, fisik, mental, emosional, maupun sosial, dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap penyakit atau gangguan yang diakibatkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit pada umumnya. Oleh karena itu, komunikasi yang menjadi sasaran kesehatan kerja merupakan masyarakat tenaga kerja (Suma’mur, 2013).

Sri Redjeki (2016), Sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental, dan sosial seorang pekerja yang tidak akan bisa bebes dari penyakit atau gangguan kesehatan, selain itu menujukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaanya. Dalam aspek kesehatan paradigma mengupayakan agar yang sehat tetap dalam keadaan sehat dan bukan hanya sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau

(28)

penyakit. Oleh karena itu, perhatian utama yang dilakukan pada bidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit dengan adanya gejala serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin. Menurut Blum dalam Sri Redjeki (2016) ditentukan oleh empat faktor, yaitu :

1. Lingkungan : berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik/anorganik, logam berat, debu), biologi (virus, bakteri, mikroorganisme), dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

2. Perilaku : seperti sikap, kebiasaan, tingkah laku.

3. Pelayanan kesehatan : promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatife.

4. Genetik : merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Definisi kesehatan kerja merupakan spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit- penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibarkan dari faktor-faktor pekerjaan dan lingungan kerja, serta terdap penyakit-penyakit umum (Sri Redjeki, 2016).

Hubungan antara pekerjaan dan kesehatan seseorang mulai dikenal sejak beberapa abad yang lalu, antara lain dengan didapatkannya penyakit akibat cacing atau gejala sesak napas akibat timbunan debu dalam paru pada pekerja pertambangan. Kaitan dari timbal balik pekerjaan yang dilakukan dan kesehatan pekerja semakin banyak dipelajari dan terus berkembang sejak terjadinya revolusi industri. Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan

(29)

pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjaanya. Pekerjaan yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya (Meydina, 2012).

Meydina (2012) menyatakan bahwa bagian dari sebagian spesifik keilmuwan dalam kesehatan masyarakat, kesehatan kerja lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk :

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja.

2. Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja atau pekerjaannya.

3. Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental dan pendidikan atau keterampilannya.

4. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas pekerja.

Kesehatan kerja mencakup kegiatan yang bersifat komprehensif berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif berupa penyuluhan, pelatihan dan peningkatan pengetahuan tentang upaya hidup sehat dalam bekerja, disamping kegiatan pencegahan (preventif) terhadap risiko gangguan kesehatan, lebih menemukan dalam disiplin kesehatan kerja.

Fungsi dari kesehatan kerja menurut Sri Redjeki (2016) sebagai berikut :

a. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya kesehatan di tempat kerja.

b. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktik kerja termasuk desain tempat kerja.

(30)

c. Memberikan saran, informasi, pelatihan, dan edukasi tentang kesehatan kerja dan Alat Pelindung Diri (APD).

d. Melaksanakan survei terhadap kesehatan kerja.

e. Terlibat dalam proses rehabilitasi.

f. Mengelola P3K dan tindakan darurat.

Indikator-Indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut Budiono dkk dalam Meydina (2012) sebagai berikut :

1. Faktor manusia atau pribadi

Manusia dikatakan karena kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi, pengetahuan dan keterampilan atau keahlian dan adanya stress, serta motivasi yang tidak cukup.

2. Faktor pekerjaan atau lingkungan

Kurang adanya kecukupan kepemimpinan, dan pengawasan, rekayasa pemberian atau pengadaan barang, perawatan alat-alatatau mesin, standar- standar keselamatan kerja, kurangnya rambu-rambu peringatan kecelakaan kerja di setiap sudut ruangan kerja, dan penyalahgunaan.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan mengenai indikator tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu : adanya faktor lingkungan dan faktor manusia.

Aspek-Aspek dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja dan pencegahan kecelakaan merupakan hal paling penting terhadap para manajer sebagai pengambil keputusan

(31)

karena ada beberapa alasan. Menurut Miner dalam Sarina (2011) ada beberapa aspek-aspek yang berpengaruh di dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), yaitu sebagai berikut :

1. Pelatihan keselamatan kerja

Program yang dilakukan untuk karyawan baru dan karyawan yang tidak terbiasa melakukan hal-hal yang termasuk dalam isi program keselamatan yang telah di pertimbangkan. Teknik yang digunakan dalam pelatihan keselamatan misalnya, ceramah, peragaan, filem, dan simulasi kecelakaan.

2. Kontes dan publisitas keselamatan

Dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, yaitu poster, buklet, nota khusus, dan artikel terbitan perusahaan. Melakukan kontes untuk membantu perkembangan keselamatan. Misalnya, dengan mengadakan pertandingan antar departemen yang memiliki potensi kecelakaan yang sama.

3. Pengontrolan lingkungan kerja

Melakukan perancangan tempat kerja dan peralatan yang di gunakan secara aman dan nyaman merupakan pendekatan utama, untuk mencegah kecelakaan yang paling efektif. Perlatan atau perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (PPE) yang wajib harus disediakan oleh perusahaan kontraktor untuk semua karyawan seperti pakaian kerja, sepatu kerja, kacamatan kerja, penutup telinga, sarung tangan, helm, masker, jas hujan, sabuk pengaman, tangga, dan P3K yang sesuai dengan SOP.

4. Pemeriksaan dan disiplin

Pemeriksaan dalam menyediakan peringatan awal terhadap kecelakaan dan menyediaan surat panggilan OSHA (Occupational Safety and Health

(32)

Administration). Sebagai pemeriksa adalah pengawas, anggota komite keselamatan, atau diwakilkan oleh pihak asuransi yang menangani kebijakan kompensasi pegawai perusahaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu, antara lain :

a. Beban kerja

Beban kerja merupakan beban yang sangat menguras tenaga pekerja yang mengakibatkan kelelahan dan stress kerja yang tinggi, beban kerja bisa berupa fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya perlu di perhatikan agar pekerja nyaman dan sejahtera dalam bekerja.

b. Kapasitas kerja

Memilih pekerja atau karyawan yang memiliki kemampuan berfikir yang baik dan memberikan pelatihan secara rutin maka akan mendapatkan kapasitas kerja yang banyak, tergantung cara perusahaan memilih kriteria pekerja yang seharusnya terpenuhi seperti pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya, agar menghasilkan pekerja yang sejahtera.

c. Lingkungan kerja

Kondisi lingkungan kerja yang buruk akan menimbulkan penyakit akibat kerja terhadap pekerja maupun lingkungan sekitar, lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun psikososial.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek dan faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain

(33)

lingkungan kerja, alat kerja dan bahan, cara melakukan pekerjaan, beban kerja, kapasitas kerja, dan lingkungan kerja.

Program Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program implementasi kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk mengatasi ketimpangan pada empat unsur produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja dan manajemen. Penerapan program K3 pada perusahaan di Indonesia sekarang ini masih belum bisa dibilang belum semuanya terlaksana, bahkan ada perusahaan yang belum menerapkan K3 sama sekali. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja bersifat spesifik artinya program kesehatan dan keselamatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru atau dikembangkan semaunya. Suatu program kesehatan dan keselamatan kerja dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program kesehatan dan keselamatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010).

Kecelakaan Kerja

Buntarto (2015) kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungun dengan pekerjaan, termasud penyakit yang timbul karena hubunga kerja, kecelakaan kerja disebut perjalanan dimulai dari rumah sampai ke tempat kerja hingga pulang kembali ke rumah. Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak terduga dan tidak diinginkan, baik kecelakaan akibat langsung pekerjaan maupun kecelakaan yang terjadi langsung pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh adanya faktor fisik dan faktor

(34)

manusia. Faktor fisik, misalnya keadaan-keadaan lingkungan kerja yang tidak aman, yaitu lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya. Sedangkan faktor manusia, misalnya perilaku pekerja yang tidak memenuhi keselamatan, karena kelengahan, rasa kantuk, kelelahan dan tidak menggunakan alat pelindung diri yang telah di sediakan. Kecelakaan kerja biasa juga berupa kebakaran atau keracunan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat menghirup gas atau uap bahan kimia dalam jangka waktu tertentu. Untuk menjaga keselamtan dan kesehatan seorang pekerja, diperlukan pengetahuan cukup agar dapat mengendalikan bahaya dengan adanya resiko sekecil-kecilnya. Pengelolaan resiko tinggi di area kerja merupakan sesuatu yang harus dilakukan dalam setiap proses kerja yang dilakukan. Ada beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan kerja yang dikemukaan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut :

1. Teori Domino Heinrich

Kecelakaan terjadi melalui hubungan mata rantai sebab akibat dari beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja yang saling berhubungan sehingga menimbulkan kecelakaan kerja.

2. Teori Multiple Causation

Adanyak kemungkinan lebih dari satu penyebab terjadinya kecelakaan, seperti perbuatan, kondisi, atau situasi yang tidak aman.

3. Teori Gordon

Kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari faktor- faktor yang terlihat.

(35)

4. Teori Domino terbaru

Penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah ketimpangan manajemen.

Teori ini merupakan pengembangan teori domino heinrich oleh widnerdan bird dan loftus untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

5. Teori Reason

Kecelakaan kerja terjadi akibat kuranya keterampilan pekerjaan dalam menggunakan teori ini dapat meningkatkan dengan pelatihan-pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja.

6. Teori Frank E. Bird Petersen

Bied mengadakan modifiksi dengan teori domio heinrich dengan menggunakan teori manajemen, yaitu ; manajemen kurang kontrol, sumber penyebab utama, gejala penyebab langsung, kontrak peristiwa, dan kerugian gangguan.

Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Penyakit akibat kerja diatur dalam peraturan Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 2019, pada ayat (1) Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Selain itu tenanga kerja juga diberikan jaminan unuk melindungi kesehatan pekerja yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) yaitu berupa uang tunai atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Pekerja yang didiagnosis menderita penyakit akibat kerja berdasarkan surat keterangan dokter berhak atas manfaat JKK meskipun hubungan

(36)

kerja telah berakhir. Penyakit akibat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jenis penyakit :

1. Disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan.

2. Berdasarkan sistem target organ.

3. Kanker akibat kerja.

4. Spesifik lainnya.

Penyakit yang telah didiagnosis sebagai Penyakit Akibat Kerja dilakukan pencatatan dan pelaporan untuk kepentingan pendataan secara nasional. Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemberi kerja, fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan penyakit akibat kerja, instansi pusat dan instansi daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan, dan instansi pusat dan instansi daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Faktor-Faktor Penyebab Akibat Kerja

Menurut Notoatmodjo dalam Meydina (2012) dalam ruang atau ditempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja, antara lain :

1. Golongan fisik, seperti :

a. Suara, yang bisa menyebabkan pekak/tuli.

b. Radiasi sinar-sinar radioaktif dapat menyebabkan penyakit susunan darah dan kelainan kulit.

c. Suhu, apabila terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia. Sedangkan suhu-suhu yang rendah dapat menimbulkan frostbite, trenchfoot, dan hypothermia.

(37)

d. Tekanan tinggi dapat menyebabkan caisson disease.

e. Penerangan lampu yang kurang baik misalnya dapat menyebabkan kelainan pada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.

2. Golongan kimia (chemis), yaitu :

a. Debu yang menyebabkan pneumoconioses, diantaranya silicosis, asbestosis, dan lainnya.

b. Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever, dermatitis atau keracunan.

c. Gas, misalnya keracunan oleh CO dan H2S.

d. Larutan yang dapat menyebabkan dermatitis.

e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga, racun jamur dan lainnya yang dapat menimbulkan keracunan.

3. Golongan infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax, brucella, AIDS, dan lainnya.

4. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan dan lain-lain yang semuanya menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun dapat menyebabkan perubahan fisik pada tubuh pekerja.

5. Golongan mental-psikologis, yang terlihat misalnya pada hubungan kerja yang tidak baik, atau keadaan pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.

(38)

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pedoman penerapan. Kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh. Namun demikian setiap perencanaan, keputusan, organisasi harus mempertimbangkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan.

Berikut merupakan beberapa pedoman penerapan keselamatan dan kesehatan kerja diwujudkan dalam Undang-undang No. 50 Tahun 2012, sebagai berikut :

1. Komitmen dan kebijaksanaan

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja harus memiliki komitmen dan kebijaksanaan. Komitmen keselamatan dan kesehatan kerja dapat membantu perusahaan dalam bekerja sama dengan pekerja. Tinjauan awal keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kerja sama yang dilakukan yaitu yang berkaitaan dengan :

a. Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi :

a) Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.

b) Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik.

c) Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan.

d) Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan.

e) Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.

b. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus.

c. Memperhatikan masukan dari pekerja/buruh/serikat pekerja/serikat buruh.

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha atau pengurus yang memuat keseluruhan visi

(39)

dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan keselamataan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum atau operasional.

2. Perencanaan

Dalam menyusun rencana Keselamatan dan kesehatan kerja pengusaha harus mempertimbangkan hasil penelaahan awal, identifikasi potensi bahaya penilaian dan pengendalian risiko, peraturan perundang-undangan, persyaratan lainnya dan sumber daya yang dimiliki.

Pengusaha dalam menyusun rencana Keselamatan dan kesehatan kerja harus melibatkan Ahli K3, Panitia Pembina K3, wakil pekerja/buruh, dan pihak lain yang terkait di perusahaan. Rencana Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tujuan dan sasaran, skala prioritas, upaya pengendalian bahaya, penetapan sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian dan sistem pertanggungjawaban.

3. Penerapan

Kegiatan yang dilakukan dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja adalah mengaudit sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan.

Dalam menerapkan terdapat kegiatan yang mendukung yaitu komunikasi, pelaporan, pendokumentasian, dan pengendalian dokumentasi. Penerapan yang dilakukan tidak hanya meliputi pengauditan melainkan juga mengidentifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko. Penerapan K3 memiliki 5 komponen yang perlu dibentuk yaitu :

(40)

a. Struktur organisasi dan pembagian tanggung jawab. Struktur organisasi harus ditetapkan secara jelas dengan setiap posisi di dalam organisasi.

b. Pemberian pelatihan K3 yaitu pelatihan secara umum yang diberikan kepada seluruh karyawan dan pelatihan keahlian secara khusus yang diberikan kepada karyawan yang bekerja di lokasi kerja yang memiliki potensi bahaya yang tinggi atau karyawan yang memiliki tugas khusus di bidang K3.

c. Komunikasi K3 yang dilakukan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil ditujukan untuk meningkatkan kesadaran K3 pada seluruh karyawan dan memotivasi penerapan K3.

d. Sistem dokumentasi dan pengontrolan dokumen.

e. Tenaga ahli K3.

4. Pengukuran dan evaluasi penerapan K3

Pemantauan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendukung kegiatan selanjutnya yaitu evaluasi. Pemantauan dapat berupa memantau apakah terjadi pertimpangan dalam melaksanakan prosedur kerja. Setelah dilakukan pemantauan, dievaluasi dengan mengukur hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan prosedur kerja. Hasil pemantauan dan evaluasi menghasilkan catatan dan penyimpanan data yang merupakan tindakan untuk perbaikan dan pencegahan.

Pencatatan dan penyimpanan data berguna sebagai bahan untuk membuat perencanaan selanjutnya.

(41)

5. Tinjauan ulang terhadap penerapan K3

Kegiatan untuk meninjau ulang penerapan K3 biasanya dilakukan untuk menilai kesesuaian dan keefektifitasan penerapan K3 secara keseluruhan.

Peninjauan yang dilakukan berdasarkan hasil akhir evaluasi penerapan K3.

Apabila hasil akhir tidak sesuai dengan target K3 maka perlu dilakukan tinjauan ulang K3. Tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 meliputi :

a. Evaluasi terhadap penerapan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Tujuan, sasaran, dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3.

d. Evaluasi efektivitas penerapan Sistem Manajemen K3 dan kebutuhan untuk mengubah Sistem Manajemen K3 sesuai dengan :

a) Perubahan peraturan perundangan.

b) Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar.

c) Perubahan produk dan kegiatan perusahaan.

d) Perubahan struktur organisasi perusahaan.

e) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi.

f) Pengalaman yang didapat dari insiden keselamatan dan kesehatan kerja.

g) Pelaporan.

h) Umpan balik khususnya dari tenaga kerja.

Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, di dalamnya terdapat tiga tujuan utama penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu antara lain :

(42)

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.

2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.

3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktitivitas Nasional.

Minyak dan Gas Bumi (Migas)

Minyak bumi. Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Migas. Minyak bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batu bara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak dan gas bumi. Gas bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan minyak dan gas bumi.

Minyak bumi merupakan campuran berbagai hidrokarbon yang terdapat dalam fase cair dalam reservoir di bawah permukaan tanah dan yang tetap cair pada tekanan atmosfer setelah melalui fasilitas pemisah di atas permukaan (Statistik MIGAS, 2016).

Mineral mencatat bahwa kebutuhan energi di Indonesia sepanjang tahun 2012 sudah mencapai 1,189 juta SBM, 46% di antaranya berasal dari minyak bumi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memperkirakan, kebutuhan energi pada 2010 sebesar 712 juta setara barel minyak (SBM), pada 2019 akan meningkat 7,1% menjadi 1,316 juta SBM. Pertumbuhan kebutuhan energi tersebut, sambungnya, seiring dengan pertumbuhan penduduk dari 231 juta orang

(43)

pada 2009 menjadi 256 juta orang pada 2019 (Pikiran Rakyat, 24/3/2014).

Problem penyediaan kebutuhan minyak bumi (BBM) kini ditandai oleh dua ciri utama, yaitu tingkat kebutuhan masyarakat akan konsumsi bahan bakar minyak telah melampaui angka 1 juta barel per hari, namun produksi minyak bumi dalam negeri justru merosot di bawah angka 1 juta barel per hari (samsul, M.).

Gas bumi. Menurut Undang-undang No. 22 tahun 2001 tentang Migas.

Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan minyak dan gas bumi.

Menurut statistik Migas (2016) Gas bumi adalah sebagai berikut :

1. Semua jenis hidrokarbon berupa gas yang dihasilkan dari sumur mencakup gas tambang basah, gas kering, gas pipa selubung, gas residu setelah ekstraksi hidrokarbon cair dan gas basah, dan gas nonhidrokarbon yang tercampur di dalamnya secara alamiah.

2. Campuran gas dan uap hidrokarbon yang terjadi secara alamiah yang komponen terpentingnya ialah metana, etana, propana, butana, pentana dan heksana.

Area Terbatas

Area terbatas merupakan area yang mempunyai kondisi bahaya yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja, yang hanya orang yang berkopetensi yang biasa masuk ke area tersebut. Proses Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus di terapkan untuk melindungi pekerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

(44)

Landasan Teori

Penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja menurut Rizky Argama dalam Kusuma (2010) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Menurut Robiana Modjo dalam Kusuma (2010), manfaat penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan antara lain :

1. Pengurangan Absentisme. Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera dan sakit akibat kerja pun juga semakin berkurang.

2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan. Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar-benar memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya kemungkinan untuk mengalami cedera atau sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga makin kecil pula kemungkinan klaim pengobatan/

kesehatan dari mereka.

3. Pengurangan Turnover Pekerja. Perusahaan yang menerapkan program K3 mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa manajemen menghargai dan memperhatikan kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih bahagia dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.

(45)

4. Peningkatan Produktivitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Sulistyarini (2006) di CV. Sahabat klaten menunjukkan bahwa baik secara individual maupun bersama sama program keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka pikir dalam penelitian ini adalah :

Gambar 1. Kerangka berpikir

Berdasarkan gambar di atas, maka dapat dirumuskan definisi kerangka pikir diatas adalah sebagai berikut :

Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di area terbatas adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM

Penerapan Program K3 di Area Terbatas

a. Penerimaan (Supply) BBM dari kapal ke tanki timbun 4 orang pekerja.

b. Penyaluran (distribution) BBM dari tanki timbun ke mobil tanki 4 orang pekerja.

(46)

Sibolga untuk mencegah kebakaran, kecelakaan kerja, dan penyakit akibat kerja serta pencemaran lingkungan, yang difokuskan pada :

a. Penerimaan (supply) BBM dari kapal ke tanki timbun.

b. Penyaluran (distribution) BBM dari tanki timbun ke mobil tanki.

(47)

30

Penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif yang dilakukan dengan wawancara dan observasi. Penelitian yang dimaksud adalah untuk menjelaskan bagaimana penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di area terbatas bagian penerimaan BBM dari kapal ke tanki timbun dan bagian penyaluran BBM dari tanki timbun ke mobil tanki PT.

Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga, jalan Janggi kelurahan pasar belakang Kota Sibolga Sumatra Utara, tepatnya pada area terbatas yaitu ; penerimaan BBM dari kapal ke tanki timbun, dan penyaluran BBM dari tanki timbun ke mobil tanki. Adapun alasan penentuan lokasi tersebut yaitu belum maksimalnya pelaksanaan penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja, belum pernah dilakukan penelitian tentang penerapan program keselamatan dan kesehatan Kerja pada perusahaan tersebut, adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian diperusahaan tersebut.

Waktu penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2019 sampai bulan Desember 2019.

(48)

Subjek Penelitian

Informan penelitian ini adalah tenaga kerja yang bekerja pada bagian distribusi di area terbatas PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga berjumlah 8 orang.

Tenaga kerja yang diambil menjadi informan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Tenaga kerja yang bekerja di bagian penerimaan (supply) BBM dari kapal ke tanki timbun (storage) berjumlah 4 orang.

2. Tenaga kerja yang bekerja di bagian penyaluran (distribution) BBM dari tanki timbun ke mobil tanki berjumlah 4 orang.

Definisi Operasional

1. PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga adalah unit bisnis Pertamina proses BBM melalui penerimaan BBM dari kapal ke tanki timbun dan penyaluran BBM dari tanki timbun ke mobil tanki.

2. Penerapan K3 adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga untuk mencegah kebakaran, kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta pencemaran lingkungan.

3. Penerimaan/supply adalah proses transfer BBM dari kilang Pertamina maupun dari hasil impor Terminal BBM teluk kabung (Sumatra Barat) atau Terminal BBM gunung sitoli (Nias) melalui kapal tanker sampai ke tanki timbun.

4. Tanki timbun/storage adalah proses penyimpanan BBM sementara sebelum disalurkan ke mobil tanki.

5. Penyaluran/distribution adalah proses distribusi BBM ke konsumen (industri/retael) melalui mobil tanki.

(49)

6. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu upaya atau pemikiran yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga budayanya untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja menuju masyarakat adil dan makmur.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer pada penelitian ini yaitu Data primer yang di peroleh dari sumber pertama, baik dari individu maupun perorangan. Dalam hal ini ada 2 (dua) metode pengumpulan data yang di lakukan, antara lain sebagai berikut :

1. Metode wawancara kepada informan bagian penerimaan BBM dari kapal ke tanki timbun dan bagian penyaluran BBM dari tanki timbun ke mobil tanki dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan.

2. Metode observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung di lingkungan kerja agar dapat diketahui dan disaksikan perilaku tenaga kerja (informan) tersebut. Observasi dan wawancara kepada informan penelitian.

Data sekunder. Pada penelitian ini data sekunder yang digunakan yaitu profil perusahaan PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga.

Metode Analisis Data

Metode analisa data yang digunakan untuk mengetahui bagaimana penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di area terbatas PT.

Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga adalah dengan menganalisis data secara deskriptif, yaitu menjelaskan berdasarkan jawaban dan keterangan yang diperoleh.

(50)

33

PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga adalah Terminal BBM yang dibagun pada masa Belanda tahun 1954 dan beroperasi pada tahun 1955, terletak di Jalan Janggi No. 17 Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Sumatra Utara, Luas tanah 27666 m2 dengan status tanah sewa lahan milik PT. Pelindo.

Gambar 2. Letak geografis PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Sibolga

Terminal BBM Sibolga merupakan cabang dari kantor pusat PT. Pertamina (Persero) Pangkalan Brandan Sumatra Utara. Terminal BBM Sibolga bekerja sama dengan anak perusahaan PT. Pertamina (Persero) yaitu PT. Elnusa Petrofin.

Menteri Migas menetapkan lima daerah eksploitasi dan produksi PT. Pertamina Pada bulan Maret 1966, yaitu :

1. Unit I Meliputi daerah Sumatera Utara dan Aceh dengan kantor pusat di Pangkalan Berandan.

(51)

2. Unit II meliputi daerah Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Jambi dengan kantor pusat di Plaju.

3. Unit III meliputi daerah Jawa dan Madura dengan kantor pusat di Jakarta.

4. Unit IV meliputi daerah Kalimantan termasuk Tarakan dan Bunyu dengan kantor pusat di Balikpapan.

5. Unit V meliputi daerah Irian Jaya, Sulawesi, Maluku dan Nusa tenggara dengan kantor pusat di Serong.

Daerah eksploitasi dan produk tersebut kemudian bertambah lagi dengan unit VI yang meliputi Sumatera Tengah. Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan maka organisasi yang menyangkut kegiatan operasi perminyakan di pisahkan antara kegiatan hulu dan hilir.

Tahun 1995 melalui surat keputusan Direktur Utama Pertamina nomor Kpots P 1589/Cooooo/1955-So tanggal 28 Desember 1995 pemasaran untuk wilayah provinsi NAD-Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau dilaksanakan oleh Unit Pembekalan dan Pemasaran dalam Negeri 1 (UPPDN) yang berkedudukan di Medan. Melalui Surat Keputusan Direksi nomor Kpts- P076/2001-So tanggal 25 Juni 2001 sebutan UPPDN 1 diubah menjadi Unit Pemasaran 1 (UPMS1).

Visi dan Misi Perusahaan

Pertamina adalah perusahaan perseroan yang bergerak dibidang perminyakan dan gas bumi serta panas bumi yang memiliki Visi dan Misi sebagai berikut :

1. Visi perusahaan adalah menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia.

(52)

2. Misi perusahaan adalah menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.

Tujuan Perusahaan

Tujuan dari PT. Pertamina (Persero) yaitu :

1. Menjadikan Pertamina suatu perusahaan dengan lingkungan kerja yang bersih, etis, transparan dan terpercaya.

2. Menciptakan sistem, kebijakan dan prosedur yang mendukung praktik bisnis yang bersih, transparan, dan etis.

3. Menciptakan kebijakan untuk tersedianya bantuan hukum bagi pekerja yang melaksanakan pekerjaan sesuai etika usaha dan tata perilaku, kebijakan dan prosedur yang berlaku.

4. Meningkatkan kepercayaan diri para pekerja untuk melaksanakan pekerjaan dan mengambil keputusan.

5. Meningkatkan citra positif perusahaan baik internal maupun eksternal.

Tata Nilai Perusahaan

Pertamina memiliki tata nilai sebagai komitmen perusahaan untuk mewujudkan visi dan misinya berdasarkan standar global dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Nilai-nilai Pertamina ini wajib diketahui dan menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam beraktivitas. Pertamina menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Penerapan tata nilai 6C didasarkan pada surat keputusan Direktur Utama PT.

(53)

Pertamina (Persero) No.Kpts-022/ COOOOO/2013-S0 Tentang Penerapan Tata Nilai 6C 01 Pertamina dan Anak Perusahaan (Operational Holding) yaitu sebagai berikut :

1. Clean

Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas tata kelola korporasi yang baik.

2. Confident

Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan membangun kebanggaan bangsa.

3. Commercial

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

4. Competitive

Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.

5. Customer Focus

Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

6. Capable

Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta

(54)

dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.

Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 3. Struktur organisasi perusahaan Keterangan gambar :

Fuel TM : Fuel Terminal Manager.

Supervisor RSD : Supervisor Relative Standard Deviation.

Jr. Spv RS : Junior Supervisor. Receiving Storage.

Jr. Spv Distribution : Junior. Supervisor Dostribution.

Spv.MPS : Supervisor. Maintenances Planning Services.

Jr. Spv. HSSE : Junior. Supervisor.Health Safety Security Environmen.

Jr. Spv. SS & GA : Junior. Supervisor. Sales Service & General Affrairs.

Gambaran Umum Terminal BBM Sibolga

Terminal BBM Sibolga merupakan depot bahan bakar minyak berjenis biosolar, Pertamax, premium, dan pertalite. Tenaga kerja yang ada di sekitar lokasi Terminal BBM Sibolga ini rata-rata berjenis kelamin laki-laki.Terminal BBM

(55)

Sibolga memiliki tanki timbun terdiri dari 11 tanki timbun, 10 diantarannya tanki timbun produk dan 1 diantaranya berisi air jika terjadi kecelakaan. Pada lokasi ini juga terdapat 95 mobil tanki dengan kapasitas 8, 12, 16 dan 24 kilo liter (kl) milik PT. Elnusa Pertofin yaitu anak perusahaan dari PT. Pertamina (Persero). Proses operasional Terminal BBM Sibolga di area terbatas dimulai dari proses penerimaan BBM dari kapal ke tanki timbun dan penyaluran BBM dari tanki timbun ke mobil tanki.

Hasil observasi di lokasi Terminal BBM Sibolga ini memiliki rambu- rambu K3 di setiap proses kerja sebagai salah satu penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, tanda-tanda bahaya ataupun pengumuman dan peringatan ditempelkan secara baik di lokasi-lokasi yang memiliki potensi bahaya baik kecelakaan maupun kesehatan, tetapi ada sebagian rambu-rambu tersebut tidak terbaca.

Proses kerja yang di lakukan secara administratif senantiasa mengikuti prosedur dan sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja, namun masih ada ditemui beberapa dari pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan kacamata, padahal pekerjaan yang dilakukan pada Terminal BBM Sibolga ini cukup berbahaya dan berpotensi untuk mengalami keracunan gas, kebakaran, meledak ataupun kecelakaan seperti terpeleset, tergelincir, terjatuh dan lain sebagainya.

Proses Operasional Terminal BBM Sibolga

Adapun proses kerja dari Terminal BBM Sibolga ini merupakan proses pendistribusian BBM, mulai dari kapal yang disalurkan melalui pipa-pipa penerimaan BBM ke tanki timbun dan penyaluran BBM dari tanki timbun hingga

(56)

didistribusikan ke konsumen melalui pengangkutan dengan mobil-mobil tanki milik PT. Elnusa Pertrofin. Secara sederhana proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 4. Proses operasional Terminal BBM Sibolga

Gambar diatas menjelaskan kegiatan operasional di Terminal BBM Sibolga, kegiatan operasional Terminal BBM Sibolga meliputi penerimaan BBM dari kapal ke tanki timbun dan penyaluan BBM dari tanki timbun ke mobil tanki.

Penerimaan BBM dilakukan di Conventional Buoy Mooring (CBM) sebagai tempat sandarnya kapal dengan kapasitas 6500 DWT (Dead Weight Tons) dengan proses penerimaan BBM melalui marine loading arm yaitu merupakan alat yang merapung di laut sebagai penghubung antara pipa darat ke valve (katup) kapal tanker. Proses penyaluran BBM dilakukan di filling shed melalui pompa produk (manhole), meter arus dan disalurkan ke mobil tanki yang telah mendapatkan ijin dari PT. Pertamina (Persero).

Penerimaan/supply Kapal tanker

Tanki timbun/

storage

Penyaluran Mobil tanki

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi corak peranan yng ditampilkan pemimpin informal, (2) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi penampilan peranan

Permasalahan semakin kompleks ketika tidak adanya penegakan hukum yang dilakukan secara terintegrasi untuk mengatasi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku

Identifikasi Bahaya pada Proses Pengalengan Ikan Lemuru ( Sardinella longiceps ) dalam Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di PT.. Maya Muncar,

Sebelum penjurian, semua karya peserta yang masuk akan diperiksa oleh panitia penyelenggara pada tanggal 30-31 Agustus2016, untuk memastikan bahwa materi atau dokumen yang

Nah,dari situ penilaian juga diambil bagaimana cara mereka mempresentasikan menggunakan Bahasa Inggris meskipun belum seratus persen menggunakannya tapi peserta

Pengembangan desain pada fasilitas pelelangan ikan di Sendangbiru berdasarkan GBCI mendapatkan 43 poin dari 77 poin atau setara dengan penghargaan bronze yang meliputi : aspek

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek dari media dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan bibit mahoni ( ) di persemaian. Penelitian dilakukan di persemaian

Penelitian ini telah dilakukan pada 36 responden, dukungan ekologi perkembangan sosial yang dilakukan selama tahun 2017 di TK AR Rahman Bandar Lampung adalah: