STUDI APLIKASI CPM DENGAN PROGRAM LINIER
UNTUK OPTIMISASI BIAYA JARINGAN KERJA
SKRIPSI
BETARINA THERESIA PERANGIN-ANGIN
080803063
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
STUDI APLIKASI CPM DENGAN PROGRAM LINIER UNTUK OPTIMISASI BIAYA JARINGAN KERJA
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
BETARINA THERESIA PERANGIN-ANGIN 080803063
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : STUDI APLIKASI CPM DENGAN PROGRAM
LINIER UNTUK OPTIMISASI BIAYA JARINGAN KERJA
Kategori : SKRIPSI
Nama : BETARINA THERESIA PERANGIN-ANGIN
Nomor Induk Mahasiswa : 080803063
Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA
Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, Agustus 2012
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Drs. Agus Salim Harahap, M.Si. Dr. Esther Sorta M. Nababan, M.Sc.
NIP. 195408281981031004 NIP. 196103181987112001
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
STUDI APLIKASI CPM DENGAN PROGRAM LINIER UNTUK OPTIMISASI BIAYA JARINGAN KERJA
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.
Medan, Agustus 2012
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang telah ditetapkan.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Esther Sorta M. Nababan, M.Sc. selaku pembimbing I dan Drs. Agus Salim Harahap, M.Si. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Drs. Gim Tarigan dan Drs. Liling Perangin-angin, M.Si.selaku dosen penguji atau pembanding.
3. Prof. Drs. Tulus, Vordipl. Math, M.Si, Ph.D. dan Dra.Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika.
4. Dr. Sutarman, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
5. Semua Dosen pada Departemen Matematika FMIPA USU, dan pegawai di FMIPA USU.
6. Semua sahabat penulis Shanty Agustina Tambunan, Oshin Nathalia, Dina Maria Nadapdap, S. May Sartika yang selalu setia berjuang bersama dalam penyelesaian tulisan ini, masukan-masukan yang membangun dan pelajaran berharga yang sudah diberikan selama masa perkuliahan. Begitu juga untuk Sardes Malau, Novarita dan Anri Aruan yang mau menyediakan tempat untuk belajar dan menyelesaikan tulisan ini. Untuk Raja David yang mau menjadi tempat bertanya setiap saat.
7. Para alumni, senior dan junior matematika semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
selalu ada untuk penulis. Abang Ade Prima yang selalu ada untuk membantu dalam dukungan material. Adik Abdiwa Agung yang selalu bersedia mengantarkan penulis berangkat ke kampus.
9. Para anggota mudika Gereja St. Fransiskus Asisi Padang Bulan Medan atas doa dan dukungan yang selalu ada untuk penulis khususnya Brian Tarigan.
Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis dapat menjadi berkat untuk semua pihak.
Medan, Agustus 2012 Penulis
ABSTRAK
Proyek pembangunan dikatakan baik bila mempunyai perencanaan yang baik. Salah satu perencanaan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat jaringan kerja terlebih dahulu. Metode yang dipakai dalam tulisan ini untuk mencari jalur kritis adalah CPM. Kemudian percepatan dilakukan untuk mempersingkat waktu penyelesaian proyek, namun sebaiknya percepatan yang dilakukan mempunyai biaya seminimal mungkin. Maka dari itu digunakan program linier untuk memodelkan fungsi tujuan dan kendala-kendala dalam kasus ini kemudian mencari biaya yang optimal dengan metode simpleks. Dalam tugas akhir ini dihitung waktu dan biaya penyelesaian suatu proyek dimana waktu penyelesaian setiap kegiatan bersifat probabilistik. Metode yang digunakan adalah metode jalur kritis (CPM) dengan pendekatan Program Linier dalam menentukan biaya optimal setelah dilakukan percepatan. Hasil yang diperoleh adalah waktu normal yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut adalah 44 minggu dengan biaya normal. Melalui tabel distribusi normal diperoleh probabilitas selesainya proyek dalam 44 minggu adalah 84%. Untuk mempersingkat waktu penyelesaian proyek menjadi 40 minggu maka pemegang proyek dapat mempersingkat kegiatan memasang pipa bagian dalam 2 minggu dan membentuk papan gypsum dapat dipersingkat dalam 2 minggu. Biaya untuk menyelesaikan proyek dalam 40 minggu adalah $140,000.00.
APPLICATION STUDY CPM WITH LINEAR PROGRAMMING FOR OPTIMIZATION NETWORK COSTS
ABSTRACT
Development projects is said to be good when it has good plan. One of the stages in a plan to do is to create a network. The method used to find the critical path is the Critical Path Method. Then the acceleration done to shorten the project completion time with minimum cost. Therefore linear program is used to model the objective function and constraints in this case, followed by finding the optimal cost with simplex method. This final project is to calculate the time and cost of completing a project in which the completion time of each activity is probabilistic. The method used is the critical path method (CPM) with a Linear Program approach in determining the optimal cost after acceleration. The result shows the normal time required to complete the project is 44 weeks with normal cost. Obtained through the normal probability distribution table project completion in 44 weeks was 84%. To shorten project completion time to 40 weeks of the holder of the project activity to shorten the pipe installed in 2 weeks and can be shortened to form gypsum board in 2 weeks. The cost to complete the project in 40 weeks is $ 140,000.00.
DAFTAR ISI
2.1 Analisa Perencanaan Proyek 6
2.2 Jaringan Kerja 8
2.3 Analisa Jaringan Kerja 9
2.4 Teknik-teknik Analisa Jaringan Kerja 10
2.4.1 Elemen jaringan kerja 14
2.4.2 Identifikasi Kegiatan Kritis 16
2.5 Nilai Harapan dan Variansi 17
2.6 Program Linier 18
3.2Penyelesaian Jaringan Kerja 37
3.2.1 Perhitungan dengan CPM 37
3.3Menghitung Nilai Harapan dan Variansi 44
3.4Pertimbangan Waktu-Biaya 46
Bab 4 Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan 52
4.2 Saran 53
Daftar Pustaka 54
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Daftar Rencana Kegiatan 13
Tabel 2.2 Bentuk Tabel Simpleks 29
Tabel 2.3 Simpleks Awal 32
Tabel 2.4 Iterasi 0 32
Tabel 2.5 Iterasi 1 33
Tabel 2.6 Iterasi 2 33
Tabel 3.1 Nama, Waktu dan Kegiatan yang Mendahului 36 Tabel 3.2 Perkiraan Waktu Optimis, Paling mungkin dan Pesimis 44 Tabel 3.3 Perkiraan Waktu Penyelesaian Proyek pada Jalur Kritis 45 Tabel 3.4 Estimasi Waktu Percepatan dan Estimasi Biaya Percepatan 47
Tabel 3.5 Slope Biaya-Waktu 47
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Grammatical Dummy 12
Gambar 2.2 Logical Dummy 13
Gambar 2.3 Jaringan Kerja Pemasangan Instalasi Pengolahan Air 14
Gambar 2.4 Elemen Jaringan Kerja 14
Gambar 2.5 Hubungan antara Waktu dan Biaya pada 17 Keadaan Normal dan Dipercepat
Gambar 2.6 Grafik Fungsi Tujuan 23
Gambar 2.7 Grafik In Feasible Solution 25
Gambar 2.8 Grafik Multiple Optimal Solution 26
Gambar 2.9 Grafik No Optimal Solution 27
Gambar 3.1 Jaringan Kerja Pabrik 37
Gambar 3.2 Jaringan Proyek dan ES 41
ABSTRAK
Proyek pembangunan dikatakan baik bila mempunyai perencanaan yang baik. Salah satu perencanaan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat jaringan kerja terlebih dahulu. Metode yang dipakai dalam tulisan ini untuk mencari jalur kritis adalah CPM. Kemudian percepatan dilakukan untuk mempersingkat waktu penyelesaian proyek, namun sebaiknya percepatan yang dilakukan mempunyai biaya seminimal mungkin. Maka dari itu digunakan program linier untuk memodelkan fungsi tujuan dan kendala-kendala dalam kasus ini kemudian mencari biaya yang optimal dengan metode simpleks. Dalam tugas akhir ini dihitung waktu dan biaya penyelesaian suatu proyek dimana waktu penyelesaian setiap kegiatan bersifat probabilistik. Metode yang digunakan adalah metode jalur kritis (CPM) dengan pendekatan Program Linier dalam menentukan biaya optimal setelah dilakukan percepatan. Hasil yang diperoleh adalah waktu normal yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut adalah 44 minggu dengan biaya normal. Melalui tabel distribusi normal diperoleh probabilitas selesainya proyek dalam 44 minggu adalah 84%. Untuk mempersingkat waktu penyelesaian proyek menjadi 40 minggu maka pemegang proyek dapat mempersingkat kegiatan memasang pipa bagian dalam 2 minggu dan membentuk papan gypsum dapat dipersingkat dalam 2 minggu. Biaya untuk menyelesaikan proyek dalam 40 minggu adalah $140,000.00.
APPLICATION STUDY CPM WITH LINEAR PROGRAMMING FOR OPTIMIZATION NETWORK COSTS
ABSTRACT
Development projects is said to be good when it has good plan. One of the stages in a plan to do is to create a network. The method used to find the critical path is the Critical Path Method. Then the acceleration done to shorten the project completion time with minimum cost. Therefore linear program is used to model the objective function and constraints in this case, followed by finding the optimal cost with simplex method. This final project is to calculate the time and cost of completing a project in which the completion time of each activity is probabilistic. The method used is the critical path method (CPM) with a Linear Program approach in determining the optimal cost after acceleration. The result shows the normal time required to complete the project is 44 weeks with normal cost. Obtained through the normal probability distribution table project completion in 44 weeks was 84%. To shorten project completion time to 40 weeks of the holder of the project activity to shorten the pipe installed in 2 weeks and can be shortened to form gypsum board in 2 weeks. The cost to complete the project in 40 weeks is $ 140,000.00.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia yang semakin maju ini jaringan kerja sangat penting peranannya untuk
memajukan suatu usaha atau pun proyek yang sederhana hingga proyek besar karena
jaringan kerja memang tidak dapat dipisahkan dalam perencanaan berbagai proyek.
Saat ini banyak ditemui berbagai proyek pembangunan yang harus dikerjakan dengan
baik. Oleh karena itu proyek yang ditangani harus memiliki jaringan kerja yang akan
diterapkan dalam pengerjaannya sehingga dibutuhkan manajemen proyek yang akan
mengelola proyek tersebut mulai dari awal sampai proyek tersebut berakhir.
Dalam manajemen proyek seringkali dijumpai proyek-proyek berbentuk
jaringan yang berskala besar. Untuk mengadakan perencanaan dan pengendalian
proyek yang berjenis jaringan tersebut, seorang manajer menentukan
kegiatan-kegiatan kritis yang sangat mempengaruhi penyelesaian suatu proyek. Perencanaan
adalah penentuan mengenai apa yang harus dicapai , kapan dan bagaimana hal
tersebut dapat dilaksanakan.
Penjadwalan merupakan alokasi dari sumber daya terhadap waktu untuk
menghasilkan sebuah kumpulan pekerjaan. Penjadwalan dibutuhkan untuk
memproduksi order dengan pengalokasian sumber daya yang tepat seperti urutan
pengerjaan part dan kebutuhan material. Dengan pengaturan penjadwalan yang
efektif dan efisien dapat memenuhi order tepat waktu serta kualitas yang telah
ditentukan. Penjadwalan diperlukan ketika beberapa pekerjaan harus diproses yang
tidak bisa memproses lebih dari satu pekerjaan pada saat yang sama. Penjadwalan
Metode penjadwalan yang sering dipakai yaitu CPM ( Critical Part Method)
dan PERT ( Project Evaluatoin and Review Technique). CPM ( Critical Part
Method) lebih menekankan pada biaya, juga dibahas adanya tawar-menawar atau
trade-off antara jadwal waktu dan biaya. Berbeda dengan Metode PERT ( Project
Evaluatoin and Review Technique) yang lebih menekankan pada ketidakpastian waktu
kegiatan.
Pada umumnya jangka waktu kegiatan pada setiap penyelesaian proyek
bersifat probabilistik, dimana terdapat ketidakpastian yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang dapat terjadi di luar perkiraan, misalnya keadaan cuaca, kondisi pekerja,
ketersediaan bahan bangunan dan sebagainya.
Tulisan ini akan membahas secara menyeluruh mengenai tahapan-tahapan
yang dilakukan pada perencanaan proyek mulai dari awal pengerjaan hingga proyek
selesai dikerjakan. Selain itu perkiraan waktu penyelesaian proyek yang terbaik harus
dipertimbangkan untuk mencapai target yang ingin dicapai, namun tetap harus
menyesuaikan biaya yang akan dikeluarkan. Tujuan dari permasalahan yang akan
diselesaikan akan dimodelkan ke dalam bentuk matematika serta memodelkan
kendala-kendala yang ada dalam kasus ini. Jika perlu mengeluarkan biaya tambahan
sebaiknya seoptimal mungkin. Proyek yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah
proyek pembangunan, namun tidak dijelaskan secara spesifik pembangunan gedung
apa karena ini adalah studi aplikasi yang dikembangkan dari pelajaran yang telah ada.
Alasan penulis menggunakan CPM yaitu karena semua manajer proyek ingin
agar setiap komponen pekerjaan yang saling berkaitan tersebut dapat selesai
secepatnya, atau bahkan ingin lebih cepat dari target yang telah ditentukan namun
dengan biaya percepatan yang seoptimal mungkin. Dari alasan inilah metode CPM
sangat membantu penulis. Selain itu metode yang dapat mencari nilai optimal adalah
dengan menggunakan pendekatan program linier. Program linier merupakan metode
matematika yang dapat mengalokasikaan sumber daya yang terbatas untuk mencapai
suatu tujuan seperti memaksimalkan keuntungan dan meminimumkan biaya
Dari uraian di atas penulis menulis judul “Studi Aplikasi CPM dengan
Program Linier dalam Mencari Biaya Optimal Jaringan Kerja.”
1.2 Perumusan Masalah
Masalah yang dihadapi dalam tulisan ini adalah bagaimana menentukan penyelesaian
kasus ini agar waktu penyelesaian proyek dapat dipersingkat dan menentukan biaya
optimal percepatan menggunakan CPM dengan pendekatan program linier.
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan tidak terlalu luas, maka dibutuhkan batasan masalah sebagai
berikut:
1. Penulis menggunakan metode jalur kritis (CPM) dengan pendekatan Program
Linier dalam menentukan biaya optimal setelah dilakukan percepatan.
2. Variabel yang digunakan pada tulisan ini adalah:
a). Nama kegiatan
b).Waktu normal dalam menyelesaikan setiap kegiatan
c). Biaya normal pada setiap kegiatan
d). Waktu percepatan setiap kegiatan
e). Biaya percepatan setiap kegiatan
f). Waktu penyelesaian suatu proyek
3. Jangka waktu menggunakan pendekatan probabilistik.
4. Waktu dibatasi mulai dari perencanaan proyek sampai pembangunan proyek
1.4 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari tulisan adalah :
1. Mencari jalur kritis proyek.
2. Mengaplikasikan CPM ( Critical Part Method) dengan program linier untuk
mencari nilai optimal dari percepatan suatu proyek.
3. Untuk mengetahui manfaat pemakaian CPM ( Critical Part Method) pada
penyelesaian suatu proyek.
4. Mencari nilai harapan suatu proyek dapat selesai sesuai target.
5. Untuk menentukan biaya optimum dari percepatan yang dilakukan.
1.5 Kontribusi Penelitian
Tulisan ini dapat digunakan untuk bahan referensi para manajer proyek dalam
merancang rencana kerja secara sistimatis, sehingga diharapkan proyek dapat berjalan
dengan tepat waktu dengan biaya yang optimum.
1.6 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode yang dipakai oleh penulis adalah CPM ( Critical Part Method) dan
Program Linier.
2. Variabel-variabel yang dipakai dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
a). Nama kegiatan
b).Waktu normal dalam menyelesaikan setiap kegiatan
c). Biaya normal pada setiap kegiatan
d). Waktu percepatan setiap kegiatan
e). Biaya percepatan setiap kegiatan
3. Subjek penelitian
Penulis membuat tulisan berupa studi aplikasi yang menyajikan permasalahan
kompleks dan hasil pengembangan dari buku-buku yang telah ada.
4. Instrumen dan teknik pengumpulan data
Data nama kegiatan dan waktu estimasi diambil dari hasil tulisan yang pernah
ada. Lalu dikembangkan dengan menambahkan nilai perkiraan waktu
probabilistik untuk penulisan lebih lanjut.
5. Tahap-tahap penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a). Data diurutkan dan ditentukan kegiatan-kegiatan mana yang harus
dilakukan sebelumnya atau kegiatan mana yang dapat dikerjakan
secara bersamaan.
b). Mulai membuat diagram jaringan kerja, menentukan jalur kritis dan
kegiatan kritis.
c). Menentukan waktu yang bersifat probabilistik dalam setiap kegiatan.
d). Mencari nilai rata-rata dan standar deviasi.
e). Menentukan nilai harapan suatu proyek dapat selesai sesuai target.
f). Membuat estimasi untuk waktu percepatan, biaya normal dan biaya
percepatan.
g). Menentukan slope biaya dari semua kegiatan.
h). Menentukan persamaan fungsi tujuan dan kendala-kendalanya.
i). Menentukan biaya percepatan dengan pendekatan program linier.
6. Analisis data
Jalur kritis dapat dicari dengan menggunakan perhitungan maju untuk mencari
waktu mulai paling awal (ES) dan perhitungan mundur untuk mencari waktu
paling lama suatu kegiatan selesai (LF). Setiap simpul yang memiliki nilai ES
dan LF yang sama dihubungkan dengan jalur kegiatan maka disebutlah sebagai
jalur kritis. Kemudian mencari nilai slope biaya terhadap waktu yang akan
dipakai sebagai fungsi tujuan, selanjutnya mencari kendala-kendala yang ada
dalam bentuk program linier. Solusi permasalahan ini dapat dicari dengan
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Analisa Perencanaan Proyek
Proyek dapat dikatakan sebagai kegiatan terencana dan berurutan yang hanya
berlangsung sekali dimana dalam kegiatan tersebut memiliki saat awal dan saat akhir.
Proyek adalah serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu
dengan alokasi sumber daya yang tersedia dan bertujuan untuk melaksanakan tugas
yang telah ditetapkan. Perencanaan sangat penting didalam pelaksanaan proyek.
Perencanaan yang tidak sesuai akan mengakibatkan kesulitan di dalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu, perencanaan proyek harus sesuai dengan batasan
yang dimiliki dan tujuan yang ingin dicapai. Fungsi perencanaan proyek yaitu sebagai
sarana komunikasi bagi seluruh pihak terkait, dasar dalam pengalokasian sumber
daya, dan tolak ukur di dalam pengendalian.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa manajemen proyek sangat penting
diterapkan dalam kasus ini. Manajemen proyek adalah usaha merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan dan mengkoordinasi serta mengawasi kegiatan dalam
proyek sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jadwal, waktu, dan anggaran yang
telah ditetapkan.
Baker (1974) mengatakan bahwa “penjadwalan merupakan alokasi dari sumber daya terhadap waktu untuk menghasilkan sebuah kumpulan pekerjaan.
Penjadwalan dibutuhkan untuk memproduksi order dengan pengalokasian sumber
daya yang tepat seperti urutan pengerjaan part dan kebutuhan material. Dengan
serta kualitas yang telah ditentukan. Penjadwalan diperlukan ketika beberapa
pekerjaan harus diproses yang tidak bisa memproses lebih dari satu pekerjaan pada
saat yang sama. Penjadwalan yang baik akan memaksimumkan efektivitas
pemanfaatan setiap sumber daya.”
Santosa (2009) menjelaskan hubungan waktu dan biaya pada keadaan normal
dan crash sehingga umur proyek dapat dipersingkat dengan penambahan sumber daya
tenaga kerja, peralatan, modal untuk kegiatan-kegiatan tertentu (crashing).
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada perencanaan proyek yaitu penerapan
tujuan meliputi pelaksanaan proyek yang diinginkan, serta waku, dan biaya
performansi yang ditargetkan. Kedua, urutan kerja yang berisi seluruh urutan dan
deskripsi pekerjaan-pekerjaan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan proyek.
Ketiga, perancangan organisasi proyek untuk menentukan departemen-departemen
yang diperlukan di dalam pelaksanaan proyek. Keempat, jadwal kegiatan berisi waktu
pelaksanaan setiap aktivitas, batas selesai dan milestone. Kelima, rencana anggaran
dan sumber daya, perencanaan ini berisikan jumlah anggaran dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk terlaksananya tujuan proyek. Terakhir yaitu ramalan mengenai
performansi penyelesaian proyek. Tahap ini berisi performansi yang diharapkan di
dalam penyelesaian proyek.
Pada sebuah perencanaan proyek digunakan alat-alat bantu sebagai berikut:
1. Work breakdown structure (WBS)
Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan yang ada
dalam pelaksanaan proyek.
2. Matriks tanggungjawab
Matriks ini digunakan untuk menentukan organisasi proyek, personil-personil
kunci dan tanggungjawab pekerjaanya.
3. Gantt Chart
Peta ini menggambarkan jadwal induk proyek, dan jadwal pekerjaan secara
4. Jaringan Kerja (Network)
Jaringan kerja digunakan untuk memperlihatkan urutan pelaksanaan pekerjaan
dari awal hingga akhir.
2.2 Jaringan Kerja
Jaringan adalah kerangka dari sistem informasi proyek yang akan digunakan oleh
manajer proyek dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan waktu, biaya,
dan performansi. Jaringan mudah dimengerti oleh setiap individu karena jaringan
berisi tampilan grafis dari aliran dan urutan tiap pekerjaan. Pengembangan jaringan
dapat dengan mudah dilakukan. Sebagai contoh jika material untuk suatu kegiatan
tertunda, dampak kejadian tersebut dapat dengan cepat ditaksir dan peninjauan
kembali terhadap proyek secara utuh.
Jaringan kerja adalah suatu alat yang digunakan untuk merencanakan,
menjadwalkan, dan mengawasi kemajuan dari suatu proyek. Jaringan dikembangkan
dari informasi yang diperoleh dari WBS dan gambar diagram alir dari rencana kerja
proyek. Jaringan menggambarkan beberapa hal yaitu kegiatan-kegiatan proyek yang
harus dilakukan, urutan kegiatan yang logis, ketergantungan antar kegiatan,waktu
kegiatan melalui lintasan kritis.
Manfaat jaringan kerja adalah sebagai berikut:
1. Merupakan dasar dalam perhitungan penyelesaian waktu pelaksanaan proyek.
2. Merupakan dasar dalam penjadwalan tenaga kerja dan paralatan.
3. Alat komunikasi antara seluruh manajer dan kelompok.
4. Alat perhitungan waktu apabila terjadi penundaan proyek.
5. Dasar dalam menggambarkan cash flow dari suatu proyek.
6. Alat untuk mengidentifikasi kegiatan yang kritis sehingga tidak terjadi
keterlambatan dalam penyelesaian.
Jaringan kerja dikembangkan dari WBS. Jaringan kerja merupakan visualisasi
kegiatan-kegiatan yang harus dipenuhi untuk melengkapi proyek. Suatu kegiatan
merupakan elemen pada proyek yang menghabiskan waktu. Sebagai contoh , bekerja
atau menunggu.
Paket pekerjaan dari WBS digunakan untuk membangun kegiatan pada
jaringan kerja. Suatu kegiatan dapat meliputi satu atau lebih paket pekerjaan.
Kegiatan-kegiaatan ditempatkan sesuai urutannya di dalam penyelesaian proyek.
Jaringan dibangun dengan menggunakan node (kotak) dan anak panah (garis). Node
menggambarkan suatu kegiatan dan panah menunjukkan keterkaitan dan aliran
proyek.
2.3 Analisa Jaringan Kerja
Analisa jaringan kerja proyek adalah suatu sistem kontrol proyek yang berisi kegiatan
tunggal, kegiatan gabungan, kegiatan paralel, dan lintasan kritis. Terdapat beberapa
istilah yang digunakan dalam membangun jaringan kerja yaitu:
1. Kegiatan (Activity)
Untuk manajer proyek, suatu kegiatan merupakan elemen dari proyek yang
membutuhkan waktu pelaksanaan (duration). Juga didefinisikan sebagai hal
yang membutuhkan sejumlah sumber ternaga, equipment, material, biaya dan
sebagainya. Kegiatan biasanya terdiri dari satu atau lebih tugas dari suatu
paket kerja. Deskripsi dari kegiatan seharusnya menggunakan format kata
kerja/kata benda: sebagai contoh, pembuatan fondasi.
2. Kegiatan Memusat (Merge Activity)
Beberapa kegiatan yang berbeda lalu dilanjutkan dengan kegiatan yang sama
sehingga disebut kegiatan memusat (lebih dari satu kaitan aliran panah).
3. Kegiatan paralel (Parallel Activity)
Ini adalah kegiatan yang dikerjakan pada waktu yang bersamaan.
4. Alur (Path)
5. Alur kritis (Critical Path)
Ini berarti alur terpanjang yang terdapat pada jaringan. Jika terdapat suatu
kegiatan yang tertunda (delay) pada alur, maka proyek juga akan tertunda pada
waktu yang sama.
6. Kegiatan (Event)
Istilah ini berupa suatu titik dan digunakan ketika sebuah kegiatan diimulai
atau selesai. Jadi tidak membutuhkan waktu.
7. Kegiatan memencar (Burst Activity)
Kegiatan ini memiliki lebih dari satu kegiatan yang secara bersamaan
mengikutinya (lebih dari satu panah yang terkait mengikutinya).
Analisa jaringan kerja berguna dalam mengkoordinir semua unsur proyek ke
dalam suatu rencana utama (master plan) dengan menerapkan suatu metode kerja
untuk melengkapi proyek sehingga diperoleh:
1. Waktu terbaik untuk pelaksanaan kegiatan (best time).
2. Pengurangan / penekanan ongkos/ biaya (least cost).
3. Pengurangan risiko (least risk).
4. Mempelajari alternatif-alternatif yang terdapat di dalam dan di luar proyek.
5. Untuk mendapatkan atau mengembangkan schedule (jadwal yang optimal).
6. Penggunaan sumber-sumber (resources) secara efektif dan efisien.
7. Alat komunikasi antar pemimpim.
8. Pengawasan pembangunan proyek.
9. Memudahkan revisi atau perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi.
2.4 Teknik-teknik Analisa Jaringan Kerja
Teknik-teknik ini umumnya bertujuan menguraikan dan menentukan
hubungan-hubungan antara berbagai kegiatan dan berbagai penafsiran waktu yang ada.
Waktunya diperlukan untuk setiap kegiatan dalam rencana proyek secara menyeluruh.
Untuk perencanaan dan pengendalian proyek dikenal berbagai teknik jaringan kerja
1. PERT (Program Evaluation and Review Technique)
PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan
penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada
didalam suatu proyek. Teknik ini merupakan suatu metode untuk menentukan jadwal
dan anggaran dari sumber-sumber, sehingga suatu pekerjaan tertentu dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
2. CPM (Critical Path Method)
Metode ini ditemukan oleh perusahaan bahan kimia Amerika yaitu Du Pon Company
pada tahun 1958 untuk memecahkan kesulitan-kesulitan proses fabrikasi. Metode ini
berbentuk diagram network yang hampir mirip dengan PERT. Perbedaanya adalah
dalam penentuan perkiraan waktu. CPM dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkan
untuk melaksanakan kegiatan dan dapat menentukan prioritas kegiatan yang harus
mendapat perhatian dan pengawasan yang cermat, agar kegiatan dapat selesai sesuai
dengan rencana.
3. PDM (Preseden Diagram Method)
Pada CPM metode yang dipakai adalah Activity on Arrow (AOA) dimana aktifitas
dan kegiatan diletakkan pada tanda panah, sedangkan pada PDM Activity on Node
(AON) dimana tanda panah hanya menyatakan keterkaitan antar kegiatan. Kegiatan
dari peristiwa pada PDM ditulis dalam bentuk node yang berbentuk kotak segi empat,
sedang anak panah hanya sebagai petunjuk kegiatan-kegiatan yang bersangkutan.
4. Metode AOA (Activity On Arrow)
Untuk membentuk gambar dari rencana jaringan kerja digunakan simbol-simbol,
a. Anak panah = arrow (menyatakan sebuah kegiatan, activity).
b. Lingkaran = node (menyatakan sebuah kejadian atau peristiwa,
event).
c. Anak panah terputus-putus (menyatakan kegiatan semu atau
dummy).
Dummy terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Grammatical Dummy diperlukan untuk menghindari kerancuan penyebutan
suatu kegiatan apabila terdapat dua atau lebih kegiatan yang berasal dari
peristiwa yang sama dan berakhir pula pada peristiwa yang sama.
1
1
2 1
2 2
Gambar 2.1 Grammatical Dummy
b. Logical Dummy digunakan untuk memperjelas hubungan antar kegiatan.
Misalnya, terdapat hubungan seperti pada gambar ini, hubungan ini dapat
diartikan bahwa kegiatan 4 dan 5 dapat dimulai setelah kegiatan 1,2, dan 3
selesai. Padahal maksud yang sesungguhnya ialah kegiatan 4 dapat dimulai
setelah kegiatan 1 dan 2 selesai, sedangkan kegiatan 5 dapat dimulai setelah
kegiatan 1,2, dan 3 selesai. Untuk menggambarkan logika ini maka diperlukan
dummy yang dapat memperjelas maksud tersebut.
a b
b
b
a a
c
1 4 1 4
2 2
3 5
3 5
Gambar 2.2 Logical Dummy
Contoh:
Dalam rangka memenuhi permintaan yang semakin meningkat, Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) merencanakan untuk memasang instalasi pengolah air (water
treatment) baru. Maka terlebih dahulu diidentifikasi kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan. Rincian kegiatan akan diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Daftar Rencana Kegiatan
Kegiatan Kegiatan pendahulu
A. Perencanaan system -
B. Pembuatan saluran air A
C. Pembuatan pondasi A
D. Pemesanan mesin A
E. Pembuatan instalasi listrik C
F. Pemasangan pipa B,E
G. Pemasangan mesin C,D
H. Finishing dan start up F,G
Jaringan kerja pada kasus ini dapat digambarkan dengan memperhatikan urutan
1
B
A C E F H
D G 2
Gambar 2.3 Jaringan Kerja Pemasangan Instalasi Pengolah Air
1 pada gambar di atas merupakan kegiatan semu yang terjadi saat kegiatan B dan E
sedang berlangsung sampai kegiatan tersebut berakhir. Demikian juga 2 merupakan
kegiatan semu yang terjadi saat kegiatan F dan G sedang berlangsung sampai kegiatan
tersebut berakhir.
2.4.1 Elemen Jaringan Kerja
Gambar 2.4 Elemen Jaringan Kerja
Waktu mulai tercepat (ES) untuk masing-masing kegiatan menunjukkan kapan suatu
kegiatan paling cepat dapat dilakukan. Waktu selesai terlama (LF) menunjukkan
kapan suatu kegiatan paling lama dapat diselesaikan. Dalam melakukan perhitungan
penentuan waktu penyelesaian digunakan beberapa terminologi dasar berikut:
a). E (earliest event occurence time )
Saat tercepat terjadinya suatu peristiwa.
b). L (Latest event occurence time)
Saat paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi.
c). ES (earliest activity start time)
Waktu mulai paling awal suatu kegiatan. Bila waktu mulai dinyatakan dalam
jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.
= max{ + ,
EF suatu kegiatan terdahulu = ES kegiatan berikutnya.
e). LS (latest activity start time)
Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek
secara keseluruhan.
, = − ,
f). LF (latest activity finish time)
Waktu paling lama kegiatan diselesaikan tanpa memperlambat penyelesaian
proyek.
= min{ + ( , ).
g). t (activity duration time)
Kurun waktu yang diperlukan untuk suatu kegiatan (hari, minggu, bulan).
Slack dapat dihitung dengan cara: Slack=EF-LF=ES-LS.
Perhitungan ES dan LF ini dapat dilakukan dengan melalui 2 tahap yaitu:
1. Hitungan Maju
Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event) untuk
menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu tercepat
2. Hitungan Mundur
Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling lambat
terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat terjadinya suatu kegiatan
(LS) dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi (L).
2.4.2 Identifikasi Kegiatan Kritis
Pada CPM terdapat dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk setiap kegiatan yang
terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan tersebut adalah perkiraan waktu
penyelesaian dan biaya yang sifatnya normal (normal estomate) dan perkiraan waktu
penyelesaian dan biaya yang sifatnya dipercepat (crash estimate). Dalam menentukan
perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis, jalur yang memiliki
rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu
penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa jalur kritis
berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur.
Waktu dan biaya pada keadaan normal dan crash dapat dihubungkan sehingga
umur proyek dapat dipersingkat dengan penambahan sumber daya tenaga kerja,
peralatan, modal untuk kegiatan-kegiatan tertentu (crashing).
Contoh bagan CPM sederhana. Tentukan jalur kritis dan waktu tercepat
1 minggu 3 minggu
2 minggu 4 minggu
1
3
Dapat dilihat bahwa jaringan diatas mempunyai dua jalur, yaitu 1-2-4 yang
memerlukan 4 minggu, dan 1-3-4 yang memerlukan waktu 6 minggu. Dengan
demikian waktu tercepat yang diharapkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut
adalah 6 minggu. Sedangkan jalur yang membentuk jalur terpanjang ini yaitu 1-3-4
disebut sebagai jalur kritis ( Critical Path ). Bisa dikatakan bahwa waktu tercepat yang
diharapkan untuk event 4 adalah 6 minggu.
Gambar 2.5 Hubungan antara Waktu dan Biaya pada
Keadaan Normal dan Dipercepat
� � �� �= �� ��� ���� � − �� �� � �
�� � � � − �� �� ���� �
Sebagai contoh, misalnya kegiatan B memiliki waktu normal selama 3 hari
dengan total biaya Rp 40.000,00. Jika kegiatan B dipercepat menjadi 2 hari maka total
biaya menjadi Rp 50.000,00. Biaya percepatan perhari kegiatan B dihitung
Slope Biaya = Biaya Dipercepat −Biaya Normal Waktu Normal−Waktu Dipercepat
=Rp 50.000,00−Rp 40.000,00 3−2
= Rp 10.000,00/ .
2.5 Nilai Harapan dan Variansi
Tiga estimasi waktu kegiatan dalam menyelesaikan permasalahan yang memiliki
waktu probabilistik yaitu waktu kegiatan optimis (o), waktu kegiatan yang paling
mungkin (m) dan waktu kegiatan pesimis (p). Dua asumsi yang dipakai untuk
mengubah o, m dan p menjadi taksiran nilai harapan ( ) dan variansi (�2) dari waktu
yang dibutuhkan suatu kegiatan yaitu bahwa standar deviasi sama dengan seperenam
dari rentang kebutuhan waktu yang mungkin, sehingga untuk variansinya dapat
dituliskan menjadi
�2 = −
6 2
sedangkan nilai harapan suatu proyek dapat ditentukan dengan rumus
= + +4
6 .
2.6 Program Linier
Program Linier (Linear Programming) merupakan metode matematika dalam
mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan seperti
memaksimalkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Program linier berkaitan
dengan penjelasan suatu kasus dalam dunia nyata sebagai suatu model matematika.
Asumsi-asumsi yang terkandung dalam formulasi program linier untuk masalah
optimasi sebagai model program linier adalah sebagai berikut:
a. Propertionality
Asumsi ini menyatakan bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber
atau fasilitas, akan berubah secara proposianal dengan perubahan tingkat
Misalnya: = 1�1+ 2�2+ + �
Setiap pertambahan/ pengurangan 1 unit �1 akan menaikkan/ menurunkan nilai
Z dengan 1, demikian juga untuk yang lain mempunyai sifat yang sama.
b. Additivity
Asumsi ini menyatakan bahwa nilai fungsi tujuan setiap kegiatan tidak saling
mempengaruhi atau dalam program linier dianggap bahwa kenaikkan nilai
fungsi tujuan Z yang diakibatkan oleh kenaikkan suatu kegiatan dapat
ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan
lain atau dapat dikatakan bahwa tidak ada korelasi antara satu kegiatan dengan
kegiatan lain.
Misalnya: = 8�1+ 10�2
Untuk �1 = 6 dan �2 = 8
= 8.6 + 10.8 = 128
Jika �1 bertambah/ berkurang, penambahan/ pengurangan �1 dapat langsung
ditambahkan/ dikurangkan pada nilai Z, tanpa mempengaruhi bagian Z yang
diperoleh dari �2.
c. Disibility
Asumsi ini menyatakan bahwa nilai keluaran (output) yang dihasilkan oleh
setiap kegiatan dapat berupa bilangan pacahan.
d. Deterministic ( Certainty)
Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model
program linier ( , , ) dapat diperkirakan dengan pasti. Dalam
kenyataannya, parameter model jarang bersifat deterministic, karena keadaan
masa depan jarang diketahui dengan pasti. Untuk mengatasi ketidakpastian
parameter, dikembangkan suatu teknik analisis, guna menguji nilai solusi,
bagaimana kepekaannya terhadap perubahan-perubahan parameter.
Agar dapat menyusun dan merumuskan suatu persoalan atau permasalahan
yang dihadapi ke dalam model program linier, maka dibutuhkan lima syarat yang
a. Tujuan
Apa yang menjadi tujuan permasalahan yang ingin dipecahkan dan dicari jalan
keluarnya. Tujuan ini harus jelas dan tegas yang disebut fungsi tujuan. Fungsi
tujuan ini dapat berupa dampak positif, manfaat-manfaat, keuntungan, dan
kebaikan-kebaikan yang ingin dimaksimalkan, atau dampak negatif,
kerugian-kerugian risiko, biaya, jarak, waktu, dan sebagainya yang ingin
diminimumkan.
b. Alternatif Perbandingan
Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin diperbandingkan;
misalnya antara kombinasi waktu tercepat dan biaya tertinggi dengan waktu
terlambat dan biaya terendah; atau antara alternatif terpadat modal dengan
padat karya; atau antara kebijakan A dengan B; atau antara proyeksi
permintaan tinggi dengan rendah; dan seterusnya.
c. Sumber Daya
Sumber daya yang dianalisis harus berada dalam keadaan yang terbatas.
Misalnya, keterbatasan waktu, keterbatasan biaya, keterbatasan tenaga,
keterbatasan ruangan, dan lain-lain. Keterbatasan dalam sumber daya tersebut
dinamakan sebagai kendala atau syarat ikatan.
d. Perumusan Kuantitatif
Fungsi tujuan dan kendala tersebut harus dapat dirumuskan secara kuantitatif
dalam apa yang disebut model matematika.
e. Keterkaitaan Peubah
Peubah-peubah yang membentuk fungsi tujuan dan kendala tersebut harus
memiliki hubungan fungsional atau hubungan keterkaitan. Hubungan
keterkaitan tersebut dapat diartikan sebagai hubungan yang saling
mempengaruhi, hubungan interaksi, interdependensi, timbal-balik, saling
menunjang, dan sebagainya
Fungsi tujuan:
Sumber daya yang membatasi:
Bentuk di atas juga dapat ditulis sebagai berikut:
Fungsi tujuan:
keputusan oleh karenanya tergantung dari jumlah kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan untuk mencapai tujuan. Simbol 1, 2,…, merupakan konstribusi
masing-masing variabel keputusan terhadap tujuan, disebut juga koefisien fungsi tujuan pada
model matematikanya. Simbol 11,…, 1 ,… merupakan penggunaan per unit
variabel keputusan akan sumber daya yang membatasi, atau disebut juga sebagai
koefisien fungsi kendala pada model matematikanya. Simbol 1, 2,…,
menunjukkan jumlah masing-masing sumber daya yang ada. Jumlah fungsi kendala
akan tergantung dari banyaknya sumber daya yang terbatas.
Pertidaksamaan terakhir (�1,�2,…,� 0) menunjukkan batasan non negatif.
Membuat model matematika dari suatu permasalahan bukan hanya menuntut
kemampuan matematika tapi juga menuntut seni pemodelan. Menggunakan seni akan
membuat pemodelan lebih mudah dan menarik.
: = 170�1+ 190�2
Dengan kendala: 15�2 1050
20�1+ 16�2 1600
24�1+ 30�2 2400
�1,�2 0
Untuk menggambarkan masing-masing persamaan garis adalah dengan menetapkan
salah satu variabel dalam suatu persamaan sama dengan nol dan kemudian mencari
nilai variabel yang lain.
1) 15�2 = 1050
�2 = 70
2) 20�1+ 16�2 = 1600
�1 = 0 16�2 = 1600
�2 = 100
�2 = 0 20�1 = 1600
�1 = 80
3) 24�1+ 30�2 = 2400
�1 = 0 30�2 = 2400 �2 = 80
�2 = 0 24�1 = 2400
�2
120
100 F
80 E
A B G 1
60
C
40
20 2 3
D H
0 20 40 60 80 100 �1
Gambar 2.6 Grafik Fungsi Tujuan
Daerah yang bersamaan memenuhi ketiga kendala, ditunjukkan oleh area yang diarsir
yaitu OABCD pada gambar. Bagian yang di arsir ini disebut daerah fisibel (fisible
solution).
Untuk mencari titik yang paling menguntungkan adalah dengan
menggambarkan garis fungsi tujuan. Untuk menggambarkan garis fungsi tujuan dalam
grafik adalah dengan menggambarkan perbandingan nilai �1 dan �2. Perbandungan
nilai �1 dan �2 merupakan perbandingan 1 dan 2. Geser grafik fungsi tujuan tersebut
kesemua daerah fisibel. Sebagai pedoman bahwa titik fisibel optimal telah ditemukan
adalah ditentukan oleh titik singgung garis fungsi tujuan dengan area yang fisibel,
yang terjauh dari origin 0 untuk kasus maksimasi sedangkan untuk kasus minimasi
Solusi optimum untuk kasus diatas adalah pada titik C (perpotongan antara
kendala 2 dan kendala 3).
20�1+ 16�2 = 1600 × 6 120�1+ 96�2 = 9600
24�1+ 30�2 = 2400 × 5 120�1+ 150�2 = 1200
-54�2 = −2400
�2 = 400/9
20�1+ 16∙400/9 = 1600
�1 = 400/9
Z=170(400/9)+190(400/90=16000
2.6.1 Beberapa Pengertian dalam Program Linier
a. Feasible Solution
Feasible Solution adalah suatu solusi yang memenuhi seluruh pembatas yang
ada pada persoalan tersebut.
b. In Feasible Solution
In Feasible Solution berarti tidak ada titik-titik yang secara serentak memenuhi
semua kendala dalam masalah tersebut.
Contoh:
: = 10�1 + 8�2
Dengan kendala: 8�1+ 10�2 40
2�1 12
�2 5
�1,�2 0
�2
6 2
5 3
4
3
2 1
1 �1
0 1 2 3 4 5 6
Gambar 2.7 Grafik In Feasible Solution
Daerah yang diarsir merupakan daerah hasil. Berdasarkan gambar terlihat
bahwa tidak ada daerah yang tidak melanggar salah satu dari tiga batasan
tersebut. Sehingga tidak ada daerah yang layak.
c. Optimal Solution
Optimal Solution adalah feasible solution yang memberikan nilai terbaik bagi
fungsi tujuannya. Terbaik diartikan sebagai nilai terbesar apabila fungsi
tujuannya maksimasi, dan diartikan sebagai nilai terkecil apabila fungsi
tujuannya minimasi. Pada gambar 2.5 titik C memberikan nilai terbesar
dibandingkan titik O, A, B dan C.
d. Multiple Optimal Solution
Multiple Operation Solution terjadi jika fungsi tujuan pada lebih satu titik
optimal. Misalnya bila contoh pada Gambar 2.5 fungsi tujuannya semula :
= 170�1+ 190�2 berubah menjadi = 100�1+ 80�2, maka akan
terdapat Multiple Optimal Solution yang akan ditunjukkan oleh grafik pada
�2
Gambar 2.8 Grafik Multiple Optimal Solution
Daerah feasible dan optimal berimpit dengan batasan dua. Hal ini berarti
bahwa titik B dan titik C serta titik-titik yang ada di sepanjang garis tersebut
mempunyai nilai Z yang sama dan optimal. Multiple optimal solution akan
memberikan keluwesan dalam memilih solusi bagi pengambil keputusan.
e. Boundary Equation
Boundary Equation terjadi apabila ada kendala dengan tanda sama dengan.
f. Corner Point Feasible Solution
Corner Point Feasible Solution adalah solusi layak yang terletak pada
perpotongan antara dua garis. Pada gambar 2.5 titik tersebut adalah titik O, A,
B, C dan D.
g. Corner Point Infeasible Solution
Corner Point Infeasible Solution adalah titik pada perpotongan dua garis diluar
daerah layak. Pada gambar 2.5 titik tersebut adalah E, F, G dan H.
h. No Optimal Solution
No Optimal Solution terjadi apabila suatu masalah tidak mempunyai
Hal tersebut disebabkan oleh :
1. Tidak ada feasible solution (lihat gambar 2.6).
2. Ada batasan yang tidak membatasi besar nilai Z.
Contoh yang disebabkan faktor ke-2 adalah sebagai berikut:
: = 10�1 + 8�2
Dengan kendala
�1 4
2�1 10
�1,�2 0
Batasan tersebut dapat ditunjukkan dengan grafik berikut: �1
Gambar 2.9 Grafik No Optimal Solution
Pengambilan waktu percepatan (crash) yang optimal dengan pendekatan
Program Linier.
= biaya untuk aktivitas normal →
= untuk aktivitas normal → dengan crashing
= slope biaya untuk aktivitas →
Model umum program linier untuk jaringan ini adalah = � . Untuk
kendala yang menjelaskan struktur jaringan dimulai dari event i dengan asumsi bahwa � = 0.
Untuk event berikutnya
� − � +�
� − � +�
� − � +� −1
Selanjutnya dengan menggunakan metode simpleks dapat diperoleh jawaban
optimalnya. Pendekatan program linier terhadap jaringan kerja dapat dimodelkan
kedalam bentuk program linier.
Jika dianggap � adalah waktu kejadian simpul terakhir dalam jaringan diatas,
yaitu pada simpul m, maka fungsi objektif dapat dinyatakan sebagai Min Z = � .
Selanjutnya dikembangkan hambatan model tersebut. Maka ditentukan waktu untuk
aktivitas → sebagai . Kumpulan hambatan yang menyatakan kondisi ini adalah
� − � . Maka model umum program linier untuk jaringan ini dapat dirangkum sebagai = � .
Dengan kendala: � − � untuk seluruh aktivitas →
� ,� 0
Diketahui: � = waktu kejadian pada simpul i � = waktu kejadian pada simpul j
= waktu aktivitas →
2.5.2 Metode Simpleks
Apabila suatu masalah program linier hanya mengandung dua kegiatan
(variabel-variabel keputusan) saja, maka dapat diselesaikan dengan metode grafik. Bila terdapat
lebih dari dua variabel maka metode grafik tidak dapat digunakan lagi, sehingga
diperlukan metode simpleks. Metode ini lazim dipakai untuk menentukan kombinasi
dari tiga variabel atau lebih.
Masalah program linier yang melibatkan banyak variabel keputusan dapat
dengan cepat dipecahkan dengan bantuan komputer. Bila variabel keputusan yang
dikandung tidak terlalu banyak, masalah tersebut dapat diselesaikan dengan suatu
algoritma yang biasanya sering disebut metode tabel simpleks. Disebut demikian
karena kombinasi variabel keputusan yang optimal dicari dengan menggunakan
tabel-tabel.
Sebelum menyelesaikan suatu tabel simpleks terlebih dahulu
menginisialisasikan dan merumuskan suatu persoalan keputusan ke dalam model
matematika persamaan linier, dengan cara mengkonversikan semua ketidaksamaan
menjadi persamaan. Agar persamaan garis memenuhi persyaratan pada daerah
kelayakan (feasible) maka untuk model program linier diubah menjadi suatu model
(artificial variable) pada tiap batasan (constraint) serta member harga nol pada setiap
koefisien c. Batasan dapat dimodifikasi sebagai berikut:
1). Untuk batasan bernotasi dapat dimodifikasikan pada bentuk persamaan
dengan menambahkan variabel slack kedalamnya.
2). Untuk batasan bernotasi dapat dimodifikasikan pada bentuk persamaan
dengan mengurangi variabel suplus dan kemudian menambahkan variabel
buatan (artificial variable) kedalamnya.
3). Untuk batasan bernotasi = diselesaikan dengan menambahkan variabel buatan
(artificial variable) kedalamnya.
Dengan penambahan variabel buatan ini akan merusak sistem batasan, hal ini
dapat diatasi dengan membuat suatu bilangan besar M sebagai harga dari variabel
buatan dalam fungsi tujuan. Jika persoalan maksimasi maka dibuat –M sebagai harga,
dan jika persoalan minimasi dibuat +M sebagai harga dari variabel buatan. Cara
pendekatan ini dikenal dengan metode M besar (Big M Method).
Perhatikan contoh di bawah ini.
Bentuk standar persoalan di atas menjadi:
. = 7�1+ 3�2
Kendala: 4�1+ 6�2+ 1 = 36
7�1+ 5�2+ 1 = 35
8�1+ 4�2− 2+ 2 = 32 �1, �2 0
Dengan teknik M persamaan di atas menjadi
. = 7�1+ 3�2+ 1 + 2
7�1+ 5�2+ 1 = 35
8�1+ 4�2− 2+ 2 = 32 �1,�2, 1, 2, 1, 2 0
1. Nilai 1 digantikan dari fungsi kendala kedua.
1 = 35−7�1−5�2
1 berubah menjadi 35−7�1−5�2 = 35 −7 �1 −5 �2
2. Nilai 2 digantikan dari fungsi kendala kedua.
2 =32−8�1−4�2+ 2
2 berubah menjadi 32−8�1−4�2+ 2 = 32 −8 �1 −4 �2+
2
3. Fungsi tujuan berubah menjadi
. = 7�1+ 3�2 + 35 −7 �1−5 �2+ 32 −8 �1−4 �2+
2
= 7−15 �1+ 3−9 �2 + 2+ 67
Lakukan langkah-langkah penyelesaian dengan metode simpleks. Tabel awal hingga
tabel optimal persoalan dapat dilihat pada tabel berikut:
Fungsi tujuan berubah menjadi bentuk implisit dengan jalan menggeser semua �
kekiri.
= 7−15 �1+ 3−9 �2+ 2+ 67
berubah menjadi
Tabel 2.3 Simpleks Awal
Untuk persoalan dengan fungsi maksimasi, nilai Z dapat diperbaiki dengan
meningkatkan nilai �1 dan �2 pada persamaan Z menjadi tidak negatif. Untuk itu pilih
kolom pada baris fungsi tujuan yang mempunyai nilai negatif terbesar, gunakan kolom
ini sebagai entering variabel. Jika ditemukan lebih dari satu nilai negatif angka
terbesar pilihlah salah satu, sebaliknya jika tidak ditemukan nilai negatif berarti solusi
sudah optimal. Sebaliknya untuk kasus minimasi, pilihlah kolom pada baris fungsi
tujuan yang nilainya positif terbesar. Jika tidak ditemukan nilai positif berarti solusi
telah optimal.
Leaving variable dipilih dari rasio yang nilainya positif terkecil. Rasio
diperoleh dengan cara membagi nilai solusi dengan koefisien pada entering variabel
yang sebaris.
=
Jika tidak ada elemen yang nilainya positif dalam kolom kunci, maka persoalan tidak
memiliki pemecahan.
Kolom pada entering variable dinamakan entering coloumn dan baris yang
berhubungan dengan leaving variable dinamakan persamaan pivot. Elemen pada
perpotongan entering coloumn dan persamaan pivot dinamakan element pivot.
Persamaan pivot baru = persamaan pivot lama : elemen pivot
Karena leaving variablenya 2 dan entering variablenya �1, maka gantilah basis 2
dengan �1.
Persamaan baru = (persamaan lama) – (koefisien kolom entering × persamaan
pivot baru). Persamaan dapat diperoleh sebagai berikut:
Tabel 2.5 Iterasi 1
Langkah selanjutnya dapat dilakukan seperti di atas hingga diperoleh hasil
optimal.
tujuan tidak ada yang negatif.
2.5.3 LINDO
Cara lain yang dapat digunakan dalam mencari solusi dalam program linier adalah
dengan menggunakan software. Ada banyak software yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah pemrograman linier seperti TORA, LINGO, EXCEL dan
banyak lagi yang lainnya. Adapun salah satu software yang sangat mudah digunakan
untuk masalah pemrograman linier adalah dengan menggunakan Lindo.
Lindo (Linear Interaktive Discrete Optimizer) adalah software yang dapat
digunakan untuk mencari penyelesaian dari masalah pemrograman linier. Prinsip kerja
utama Lindo adalah memasukkan data, menyelesaikan, serta menaksirkan kebenaran
dan kelayakan data berdasarkan penyelesaiannya. Model Lindo minimal memiliki 3
syarat:
1. Menentukan fungsi objektif. Ada dua jenis tujuan yaitu maksimasi (MAX) dan
minimasi (MIN).
2. Variabel. Lindo tidak dapat dijalankan tanpa memasukkan variabel dalam
formula.
3. Batasan (fungsi kendala). Setelah fungsi objektif diketikkan selanjutnya
diketikkan Subject to atau ST untuk mengawali pengetikan batasan. Pada akhir
batasan diketik kata END.
Setelah formula diketikkan dapat dicari solusinya dengan mimilih perintah solve atau
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Contoh Kasus
Sebuah perusahaan konstruksi baru memenangkan tawaran $ 5.400.000 untuk
membangun pabrik baru untuk produksi besar. Proses produksi membutuhkan pabrik
untuk operasi selama setahun. Oleh karena itu, kontrak mencakup ketentuan-ketentuan
berikut:
Hukuman $300.000 jika pembangunan belum selesai dalam tenggang waktu 47 minggu dari sekarang.
Memberikan tambahan insentif untuk konstruksi cepat, bonus $ 150.000 akan dibayar jika pabrik selesai dalam 40 minggu.
Pemegang proyek menetapkan manajer konstruksi yang terbaik untuk
membantu memastikan bahwa setiap kegiatan tetap pada jadwal. Manajer konstruksi
melihat jauh kedepan terhadap tantangan untuk membawa proyek tetap pada jadwal,
bahkan mungkin menyelesaikan lebih awal.
Manajer konstruksi akan mengatur jumlah pengawai-pengawai untuk
melaksanakan aktivitas kontruksi yang berbeda pada waktu yang berbeda pula. Tabel
Tabel 3.1 Nama, Waktu dan Kegiatan yang Mendahului
Simbol Nama Kegiatan Perkiraan Waktu normal (minggu)
Kegiatan yang mendahului adalah kegiatan yang harus diselesaikan paling
lambat saat awal kegiatan tertentu dari setiap aktivitas yang diberikan (demikian pula,
kegiatan tertentu disebut penerus dari setiap pendahulu terdekatnya). Sebagai contoh,
penggalian tidak perlu menunggu untuk aktivitas lainnya, penggalian harus
diselesaikan sebelum mulai meletakkan dasar, fondasi harus benar-benar diletakkan
sebelum mulai memasang dinding kasar, dll. Ketika sebuah aktivitas memiliki lebih
dari satu pendahulu, semua kegiatan pendahulu harus selesai.
Dalam kasus ini jaringan memainkan peran kunci dalam menangani proyek.
Jaringan kerja dapat menunjukkan hubungan antara kegiatan dan menampilkan
3.2 Penyelesaian Jaringan Kerja
Langkah pertama adalah memecah proyek menjadi kegiatan individu, kemudian
identifikasi kegiatan yang mendahuluinya, waktu mulai paling awal untuk setiap
kegiatan dan memperkirakan waktu tercepat setiap kegiatan berakhir.
Gambar jaringan kerja proyek tersebut dapat di gambarkan seperti berikut:
G 7 H 9 M 2
Gambar 3.1 Jaringan Kerja Pabrik
3.2.1 Perhitungan dengan CPM
Hitungan maju digunakan untuk mencari nilai ES. Hitungan maju dimulai
dengan menghitung simpul awal sampai dengan simpul yang akhir.
- Simpul 1
Kejadian awal 1 = 0.
- Simpul 2
Kegiatan B dapat dimulai setelah kegiatan A selesai dilakukan, sehingga
waktu mulai tercepat (ES) untuk kegiatan A adalah 2 = 1+A= 0+2=2.
- Simpul 3
Kegiatan C dapat dimulai setelah kegiatan B selesai dilakukan, sehingga waktu
- Simpul 4
Kegiatan D, E dan I dapat dimulai setelah kegiatan C selesai dilakukan,
sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 4 adalah
4 = 3+
= 6 + 10
= 16.
- Simpul 5
Kegiatan G dapat dimulai setelah kegiatan D selesai dilakukan, sehingga
waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 5 adalah
5 = 4+
= 16 + 6
= 22.
- Simpul 6
Kegiatan 1 dan F dapat dimulai setelah kegiatan E selesai dilakukan.
Kegiatan 1 merupakan kegiatan semu yang terjadi selama kegiatan E
berlangsung hingga selesai dilakukan, sehingga waktu mulai tercepat (ES)
untuk simpul 6 adalah
6 = 4+
= 16 + 4
= 20.
- Simpul 7
Kegiatan 2 merupakan kegiatan semu yang terjadi selama kegiatan I
berlangsung hingga selesai dilakukan, sehingga waktu mulai tercepat (ES)
untuk simpul 7 adalah
7 = 4+
= 16 + 7
- Simpul 8
Kegiatan H dapat dimulai setelah kegiatan G dan 1 selesai dilakukan. 1
merupakan kegiatan semu yang terjadi selama kegiatan E berlangsung hingga
selesai dilakukan, sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 8 adalah
8 = 5 + , 6+ 1
= 22 + 7 , 20 + 0
= 29 , 20 }
= 29.
- Simpul 9
Kegiatan J dapat dimulai setelah kegiatan F dan 2 selesai dilakukan, sehingga
waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 9 adalah
9 = 6+ , 7+ 2
= 20 + 5 , 23 + 0
= 25 , 23 }
= 25.
- Simpul 10
Kegiatan M dapat dimulai setelah kegiatan H selesai dilakukan, sehingga
waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 10 adalah
10 = 8+
= 29 + 9
= 38.
- Simpul 11
Kegiatan K dan L dapat dimulai setelah kegiatan J selesai dilakukan, sehingga
waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 11 adalah
5 = 9+
= 25 + 8
- Simpul 12
Kegiatan 3 merupakan kegiatan semu yang terjadi selama kegiatan L
berlangsung hingga selesai dilakukan, sehingga waktu mulai tercepat (ES)
untuk simpul 12 adalah
7 = 11 +
= 33 + 5
= 38.
- Simpul 13
Kegiatan N dapat dimulai setelah kegiatan K dan 3 selesai dilakukan,
sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 13 adalah
13 = 11+ , 12 + 3
= 33 + 4 , 38 + 0
= 37 , 38 }
= 38.
- Simpul 14
Simpul 14 adalah simpul terakhir dalam penyelesaian proyek ini dan
merupakan waktu terlama yang di pakai dalam kegiatan M dan N, sehingga
waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 13 adalah
14 = 10+ , 13+
= 38 + 2 , 38 + 6
= 40 , 44 }
= 44.
Di bawah ini dapat menjelaskan hasil dari perhitungan maju yang telah di peroleh.
G 7 H 9 M 2
Gambar 3.2 Jaringan Proyek dan ES
Sedangkan hitungan mundur digunakan untuk mencari nilai waktu selesai
terlama (LF) . Hitungan mundur di mulai dengan menghitung dari simpul terakhir
sampai ke simpul awal.
- Simpul 14
Simpul 14 adalah simpul terakhir dan besarnya waktu selesai terlama untuk
simpul ini sama dengan waktu mulai tercepatnya. 14 = 14= = 44
- Simpul 7
7 = 9− 3 = 25−0 = 25.
- Simpul 6
6 = min 8− 1 , 9−
= min 33−0 , 25−5
= min 33 , 20
= 20.
- Simpul 5
5 = 8− = 33−7 = 26.
- Simpul 4
4 = min 5− , 6− , 7−
= min 26−6 , 20−4 , 25−7
= min 20 , 16 , (18)
= 16.
- Simpul 3
3 = 4− = 16−10 = 6.
- Simpul 2
2 = 3− = 6−4 = 2.
- Simpul 1
1 = 2 − = 2−2 = 0.
G 7 H 9 M 2
D 6 1 N
6
A 2 B 4 C 10 E 4 F 5 J 8 K 4
I 7 2 L 5
3
Gambar 3.3 Jaringan Proyek, ES dan LF
Jalur kritis selanjutnya dapat ditentukan dari simpul kejadian yang mempunyai waktu
mulai tercepat (ES) yang sama dengan waktu selesai terlama (LF) dan ditunjukkan
pada garis yang dipertebal seperti pada gambar di atas.
ES1 = LF1
ES2 = LF2
ES3 = LF3
ES4 = LF4
ES5 ≠LF5
ES6 = LF6
ES7 ≠LF7
ES8 ≠LF8
ES9= LF9
ES10 ≠LF10
ES11 = LF11
ES12 = LF12
ES13 = LF13
yaitu pada kegiatan A, B, C, E, F, J, L, dan N dengan waktu penyelesaian 44 minggu.
Peristiwa pada bagian kritis tidak memiliki waktu yang longgar dalam pengerjaannya
atau dengan kata lain harus tepat waktu agar kegiatan lain tidak terganggu. Aktivitas
dummy tidak memiliki durasi dan durasi total untuk penyelesaian proyek adalah 44
minggu berdasarkan jalur kritis
3.3 Menghitung Nilai Harapan dan Variansi
Untuk lebih meyakinkan bahwa waktu pengerjaan dalam kasus ini benar-benar dapat
selesai dalam 44 minggu maka manajer proyek memperkirakan tiga waktu kegiatan
yaitu waktu kegiatan optimis (o), waktu kegiatan yang paling mungkin (m) dan waktu
kegiatan pesimis (p). Setelah diperoleh data dari tiga estimasi waktu dalam proyek,
kemudian dilakukan perhitungan nilai harapan dan variansi.Nilai harapan merupakan
taksiran waktu penyelesaian dari masing-masing kegiatan. Sedangkan taksiran waktu
penyelesaian kegiatan adalah nilai harapan distribusi probabilitas waktu penyelesaian
kegiatan yang mengikuti distribusi Beta. Tabel 3.2 akan menunjukkan perkiraan
waktu tersebut.
Tabel 3.2 Perkiraan Waktu Optimis, Paling Mungkin dan Pesimis
F 4 4 10 5 1
Kemudian akan ditentukan perkiraan waktu penyelesaian keseluruhan proyek
dari total rata-rata yang ada pada jalur kritis.
Tabel 3.3 Perkiraan Waktu Penyelesaian Proyek pada Jalur Kritis
N 6 4
9
Durasi Proyek � = 44 �2 = 9
Dari tabel dapat dilihat bahwa jalur kritis pada kegiatan A,, B, C, E, F, J, L dan N
mempunyai waktu penyelesain selama 44 minggu. Hal ini menyatakan bahwa
kegiatan-kegiatan ini harus lebih diperhatikan. Karena jika terjadi keterlambatan pada
kegiatan kritis, mengakibatkan keterlambatan pada penyelesaian keseluruhan proyek.
Jika T menyatakan lamanya penyelesaian proyek ( dalam minggu), yang
mendekati distribusi normal dengan rata-rata � = 44, variansi �2 = 9 dan d adalah
batas penyelesaian proyek = 47 minggu, maka standar deviasi � = 3.
� = −�� = 47−344= 1
Dengan melihat tabel kurva normal, maka akan diperoleh nilai � adalah 0,1587.
Dengan menggunakan pendekatan probabilistik maka peluang proyek selesai kurang
dari 47 minggu adalah
� = � �
= 1− � > � = 1−0,1587 ≈0,84.
3.4 Pertimbangan Waktu-Biaya
Di bawah ini akan ditentukan estimasi waktu percepatan dan estimasi biaya
percepatan yang selayaknya dari proyek.
Tabel 3.4 Estimasi Waktu Percepatan dan Estimasi Biaya Percepatan