TESIS
OLEH
FAIJA SIHOMBING 097032045/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THESIS
By
FAIJA SIHOMBING 097032045/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATRA UTARA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
FAIJA SIHOMBING 097032045/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Nama Mahasiswa : Faija Sihombing Nomor Induk Mahasiswa : 097032045
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing:
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (dr. Heldy BZ, M.P.H Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si Anggota : 1. dr. Heldy BZ, M.P.H
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, KEBUTUHAN DAN PEMUNGKIN IBU HAMIL TERHADAP PEMANFAATAN ANTENATAL CARE (ANC)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG LIMUN KOTA MEDAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2012
Kota Medan masih di bawah target Kementerian Kesehatan tahun 2010 yaitu K1 sebesar 53,22%, dan K4 sebesar 46,67% (target Kemenkes RI: 95%).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi ibu, kebutuhan dan pemungkin ibu hamil terhadap pemanfaatan ANC di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan. Jenis penelitian yang dilakukan pada Desember 2010-Desember 2011 ini menggunakan metode survei analitik. Populasi penelitian adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 8-9 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan pada tahun 2010 yang berjumlah 902 orang. Sampel sebanyak 90 orang, diambil dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda pada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik faktor predisposisi, kebutuhan dan pemungkin berpengaruh terhadap pemanfaatan ANC. Variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan ANC adalah variabel faktor pemungkin (dukungan suami).
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan hendaknya meningkatkan kegiatan penyuluhan untuk menyosialisasikan program antenatal care kepada masyarakat melalui berbagai bentuk media. Selain itu, sasaran penyuluhan perlu diperluas kepada para suami, karena dukungan suami memberikan pengaruh nyata terhadap pemanfaatan Antenatal Care (ANC). Kepada tenaga kesehatan khususnya bidan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan agar lebih aktif melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk mengkomunikasikan program Antenatal Care (ANC) dengan memerhatikan tempat-tempat yang strategis bagi ibu berkumpul (seperti: pengajian), sehingga kunjungan pemeriksaan kehamilan di kalangan ibu hamil meningkat.
Kata Kunci : Predisposisi, Kebutuhan, Pemungkin, Pemanfaatan
only 53.22% in the K1 category and 46.67% in the K4 category.
This study was aimed to analyze the influence of predisposing, need and enabling factors of pregnant mother on the utilization of ANC at Simpang Limun health centre in Medan city. This analytic survey took on December 2010 until December 2011. The population consisted of 902 pregnant mother in their 8-9 months of pregnant in 2010 at Simpang Limun Medan city. Using a simple random sampling technique, a sample of 90 mothers were taken. The data were collected by using questionnaires and analyzed in a multiple regression logistic in α = 5%.
The research showed that statistically, predisposing, need and enabling factors had influence on the utilization of ANC. The most influential variable in the Antenatal Care (ANC) utilization was enabling factor (husband’s support).
It is recommended to Medan District Health Office to increase the extension to socialize the ANC program to the community by using kinds of media. The subject of extension need to extend to their husband, due to husband support give influence on the utilization of ANC. To the health officers especially midwives in Simpang Limun health center to do extension more actively to community in communicate the ANC program regarding the strategic place for women (such as: praying activity), that the visiting of pregnant woman to examination their pregnancy increase.
Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Faktor
Predisposisi, Kebutuhan dan Pemungkin Ibu Hamil terhadap Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ”.
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat
dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan baik moral maupun material dari banyak
pihak. Untuk itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan
perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu
untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
5. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes dan Asfriyati, S.K.M, M.Kes sebagai
komisi penguji atau pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan
masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
6. Kepala Puskesmas Simpang Limun Kota Medan dan jajarannya yang telah
berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk memberikan izin
sampai selesai penelitian ini.
7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Teristimewa buat suami tercinta dan anak tersayang yang penuh pengertian,
kesabaran, pengorbanan dan do’a serta cinta yang dalam setia menunggu,
memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan
pendidikan ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,
semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Januari 2012
Penulis
empat bersaudara dari pasangan ayahanda M. Sihombing, S.Pd dan ibunda K.
Situmorang.
Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di sekolah Dasar Negeri
Parapat, selesai Tahun 1988, Sekolah Menengah Pertama di SMP N 2 Parapat, selesai
tahun 1991, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Pematangsiantar, selesai
Tahun 1994, Akademi Keperawatan Abdi Florensia Pematangsiantar, selesai Tahun
1997, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, selesai Tahun
2001.
Penulis mulai bekerja sebagai staf pengajar di Akademi Keperawatan Abdi
Florensia Pematangsiantar tahun 1998, staf pengajar di Akademi Keperawatan Prima
Medan tahun 2000, Direktris Akademi Kebidanan Jaya Wijaya Medan tahun 2002,
Direktris Akademi Kebidanan Audi Husada Medan tahun 2009 sampai sekarang.
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2009 dan
ABSTRAK ... i
2.4. Faktor Predisposisi dan Kebutuhan Pemanfaatan ANC .... 21
3.1 Hasil Uji Validasi Data Variabel Pengetahuan dan Dukungan Suami ... 36
3.2 Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan dan Dukungan Suami ... 37
3.6.1
Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur ……….……….
Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Menurut Kelurahan ………
Distribusi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Menurut Kelurahan ………
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ………...
Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Responden terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ……...………
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ……...………
Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ………
Distribusi Frekuensi Paritas Responden terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ……...………
Distribusi Frekuensi Interval Kehamilan Responden terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ……...……….
4.10.
terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ……...……….
Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Responden terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ……...……….
Distribusi Frekuensi Kategori Dukungan Suami Responden terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ……...………..
Distribusi Frekuensi Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ……...…………
Distribusi Frekuensi Kategori Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ……….
Hubungan Faktor Predisposisi, Kebutuhan dan Pemungkin dengan Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ……...………..
Pengaruh Faktor Predisposisi, Kebutuhan dan Pemungkin terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan ……...……….
1. Model Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) …..……… 21
2. Kerangka Teori Model Anderson ………... 31
Kota Medan masih di bawah target Kementerian Kesehatan tahun 2010 yaitu K1 sebesar 53,22%, dan K4 sebesar 46,67% (target Kemenkes RI: 95%).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi ibu, kebutuhan dan pemungkin ibu hamil terhadap pemanfaatan ANC di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan. Jenis penelitian yang dilakukan pada Desember 2010-Desember 2011 ini menggunakan metode survei analitik. Populasi penelitian adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 8-9 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan pada tahun 2010 yang berjumlah 902 orang. Sampel sebanyak 90 orang, diambil dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda pada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik faktor predisposisi, kebutuhan dan pemungkin berpengaruh terhadap pemanfaatan ANC. Variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan ANC adalah variabel faktor pemungkin (dukungan suami).
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan hendaknya meningkatkan kegiatan penyuluhan untuk menyosialisasikan program antenatal care kepada masyarakat melalui berbagai bentuk media. Selain itu, sasaran penyuluhan perlu diperluas kepada para suami, karena dukungan suami memberikan pengaruh nyata terhadap pemanfaatan Antenatal Care (ANC). Kepada tenaga kesehatan khususnya bidan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan agar lebih aktif melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk mengkomunikasikan program Antenatal Care (ANC) dengan memerhatikan tempat-tempat yang strategis bagi ibu berkumpul (seperti: pengajian), sehingga kunjungan pemeriksaan kehamilan di kalangan ibu hamil meningkat.
Kata Kunci : Predisposisi, Kebutuhan, Pemungkin, Pemanfaatan
only 53.22% in the K1 category and 46.67% in the K4 category.
This study was aimed to analyze the influence of predisposing, need and enabling factors of pregnant mother on the utilization of ANC at Simpang Limun health centre in Medan city. This analytic survey took on December 2010 until December 2011. The population consisted of 902 pregnant mother in their 8-9 months of pregnant in 2010 at Simpang Limun Medan city. Using a simple random sampling technique, a sample of 90 mothers were taken. The data were collected by using questionnaires and analyzed in a multiple regression logistic in α = 5%.
The research showed that statistically, predisposing, need and enabling factors had influence on the utilization of ANC. The most influential variable in the Antenatal Care (ANC) utilization was enabling factor (husband’s support).
It is recommended to Medan District Health Office to increase the extension to socialize the ANC program to the community by using kinds of media. The subject of extension need to extend to their husband, due to husband support give influence on the utilization of ANC. To the health officers especially midwives in Simpang Limun health center to do extension more actively to community in communicate the ANC program regarding the strategic place for women (such as: praying activity), that the visiting of pregnant woman to examination their pregnancy increase.
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia kematian ibu melahirkan masih merupakan masalah utama
dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
menempati teratas di Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup
(SDKI, 2007). Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan banyak
faktor, di antaranya kualitas perilaku ibu hamil yang tidak memanfaatkan Antenatal
Care (ANC) pada pelayanan kesehatan, sehingga kehamilannya berisiko tinggi.
Perhatian dunia terhadap kematian ibu melahirkan tergolong sangat besar.
Dalam komitmen internasional Millenium Development Goals (MDGs), penurunan
kematian ibu melahirkan menjadi salah satu dari delapan tujuan (goals) yang
dirumuskan. Komitmen tersebut dituangkan Indonesia dalam arah pembangunan
jangka panjang kesehatan Indonesia tahun 2005-2025, yakni : meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang
mencakup, meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun
2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025, menurunnya Angka Kematian Bayi
(AKB) dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2025, dan menurunnya AKI dari 262 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, diperlukan upaya yang intensif
dari berbagai pihak, terutama untuk memahami penyebab kematian ibu. Ada tiga fase
terlambat yang berkaitan erat dengan angka kematian ibu hamil dan bersalin, yaitu
terlambat satu : terlambat untuk mengambil keputusan mencapai pertolongan
pelayanan kesehatan terdekat atau merujuk dari pelayanan kesehatan ke pelayanan
kesehatan lainnya : terlambat dua : terlambat untuk sampai atau tiba di pelayanan
kesehatan, terlambat tiga: terlambat menerima asuhan atau sampai di pelayanan
kesehatan yang adekuat (Siregar, 2007).
Adapun penyebab kematian ibu adalah gangguan persalinan langsung,
misalnya perdarahan sebesar 28%, infeksi sebesar 11%, eklampsia sebesar 24% dan
partus macet (lama) sebesar 5%. Kemungkinan terjadinya kematian ibu dalam
persalinan di puskesmas atau rumah sakit karena kesiapan petugas, ketersediaan
bahan dan peralatan dan sikap petugas. Di perjalanan diakibatkan sarana transportasi,
tingkat kesulitan dan waktu tempuh, serta kematian di rumah diakibatkan keputusan
keluarga (pengetahuan, ketersediaan dana, kesibukan keluarga dan sosial budaya)
serta ketersediaan transportasi (Millenium Projek, 2005).
Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu
mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada
generasi mendatang. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab keadaan tersebut,
diantaranya minimnya pengetahuan tentang risiko-risiko kehamilan yang diakibatkan
karena rendahnya tingkat pendidikan, pemeliharaan kehamilan, pengetahuan tentang gizi
Pada umumnya keterbatasan ekonomi menjadi faktor yang dominan dalam
memengaruhi kematian maternal selain pengetahuan atau pendidikan. Keterbatasan
ekonomi dapat mendorong ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan rutin karena tidak
mampu untuk membayarnya. Di lain pihak, rendahnya tingkat pendidikan yang
mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan atau kelainan-kelainan dalam
kehamilan kurang diperhatikan yang pada akhirnya dapat membawa risiko yang tidak
diinginkan. Akibat dari rendahnya pengetahuan dari ibu hamil tidak jarang kehamilan
banyak menimbulkan adanya kematian baik pada ibu maupun pada bayi yang dilahirkan
atau bahkan kedua-duanya.
Penyebab kematian maternal dapat dibagi dalam beberapa masalah, antara lain
masalah reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosial ekonomi dan
sebagainya. Tingkat pendidikan dari ibu yang rendah dapat menyebabkan kurangnya
pengetahuan ibu tentang kesehatan termasuk di dalamnya tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan (Manuaba, 2002). Demikian juga dengan ibu hamil yang tidak
mengalami atau memperoleh pendidikan akan berakibat pada kurangnya pengetahuan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilannya tersebut.
Meningkatkan sumber daya manusia serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat
adalah suatu upaya yang dapat dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan angka
kematian maternal. Ini dapat diwujudkan dengan meningkatkan mutu dan terjangkaunya
pelayanan kesehatan yang makin merata serta mengembangkan pengetahuan, sikap dan
perilaku hidup sehat di masyarakat. Salah satu usaha untuk menunjang hal tersebut
baik dan sedini mungkin dengan harapan mencegah kematian ibu melahirkan dan
kematian bayi serta dengan meningkatkan kualitas sumber daya ibu hamil.
Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu tahapan penting yang harus
dilakukan oleh ibu hamil menuj
dapat dilakukan melalui dokter kandungan ata
kali selama kehamilan yaitu pada usia kehamilan trimester pertama, trimester kedua
dan pada kehamilan trimester ketiga, dengan catatan kehamilan berlangsung normal.
Ada baiknya pemeriksaan kehamilan dilakukan sebulan sekali hingga usia 6 bulan,
sebulan dua kali pada usia 7-8 bulan dan seminggu sekali ketika usia kandungan
menginjak 9 bulan.
Pemeriksaan kehamilan begitu penting dilakukan oleh para ibu hamil untuk
mengetahui kondisi ibu maupun
pemeriks
kandungan, kondisi janin, dan bahkan penyakit atau kelainan pada kandungan yang
diharapkan dapat ditangani secara dini.
Menurut Depkes RI (2004), pemeriksaan kehamilan yang dikenal dengan
Antenatal Care (ANC) bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi
yang sehat. Muchtar (1998) mengatakan, Antenatal Care bertujuan untuk
menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam
kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
Menurut United States Public Health Service (1992), pada abad ke-20
pemeriksaan kehamilan telah menjadi salah satu layanan kesehatan yang paling sering
digunakan di Amerika. Pada tahun 1998 terdapat lebih dari 41 juta kunjungan prenatal
dengan median sebanyak 12,4 kunjungan per kehamilan. Dalam penelitiannya, Kogan
dkk (1998) menemukan bahwa dari 54 juta kelahiran hidup hampir seperempat
mempunyai penyulit yang bermakna yang dapat diidentifikasi dan dapat diobati.
Peningkatan pemeriksaan ini diperkirakan karena bertambahnya jumlah wanita yang
hamil, kesadaran dan pengetahuan ibu tentang kehamilan, kemajuan di bidang ilmu
kedokteran, dan meluasnya penggunaan ultrasonografi.
Target pencapaian kegiatan Antenatal Care menurut Depkes RI (2008) K1
sebesar 92,9% dan tahun 2010 sebesar 95%. Di kota Medan, pencapaian program K1
untuk kota Medan pada tahun 2010 sudah sesuai dengan target yaitu sebesar 95%,
namun untuk K4 masih belum sesuai yakni 90,66% (target 95%).
Berdasarkan data Profil Kota Medan, Puskesmas Medan Denai di Kecamatan
Medan Denai merupakan puskesmas yang kedua terendah angka kunjungan K1 dan
K4-nya yaitu (K1 sebesar 73,22% dan K4 sebesar 66,67%) dan yang terendah dari
seluruh puskesmas di kota Medan kunjungan K1 dan K4 adalah Puskesmas Simpang
Limun.
Menurut Anderson (1968), faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal care adalah faktor predisposing yaitu susunan keluarga, struktur
sosial dan kepercayaan kesehatan, seperti: paritas, jarak kelahiran, pendidikan,
masyarakat, seperti: pekerjaan suami, ekonomi keluarga, pembayaran, ongkos, waktu,
ketersediaan pelayanan, jarak, sedangkan faktor need adalah riwayat/kehamilan masa
lalu, keluhan/penyakit yang diderita, persepsi sehat, kondisi ibu, rencana pengobatan
dan HB.
Puskesmas Simpang Limun di Kecamatan Medan Kota merupakan puskesmas
yang paling rendah kunjungan K1 dan K4-nya dan dibawah dari target (K1 sebesar
53,22% dan K4 sebesar 46,67%). Berdasarkan hasil survei pendahuluan kepada ibu
hamil sebanyak 10 orang di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun terdapat bahwa
faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak memeriksakan kesehatan kehamilannya
terkait dengan faktor predisposisi yaitu tingkat pendidikan ibu yang beraneka ragam
dan lebih banyak berpendidikan SMA dengan rata-rata ibu hamil bekerja. Tingkat
pengetahuan ibu hamil terdapat 5 orang yang berpengetahuan baik dan lainnya
kurang mengetahui pemeriksaan kehamilan dengan jumlah anak yang beraneka
ragam yaitu 3 orang ibu hamil yang mempunyai anak 3 orang, 4 orang ibu hamil yang
mempunyai anak 2 orang dan lainnya mempunyai anak 4 orang dan interval
kehamilannya sekarang rata-rata lebih 2 tahun.
Faktor kebutuhan yaitu penyakit yang diderita lebih banyak ibu hamil tidak
menderita penyakit dan kehamilan masa lalu ditemukan ibu ada 2 orang mengalami
Hasil penelitian Riris (2010) menyatakan pemanfatan antenatal oleh ibu
hamil di Keluarahan pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli tengah
masih buruk, hal ini dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, paritas,
jarak kehamilan. Menurut penelitian Murniati (2007), faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil adalah umur,
paritas, jarak kehamilan dan pengetahuan. Penelitian Ulina (2004) menunjukkan
variabel pendidikan, pengetahuan, pendapatan dan paritas mempunyai pengaruh
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal.
Penelitian Agnes (2005) menyatakan bahwa variabel pengetahuan, pekerjaan
mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pemanfaatan antenatal di wilayah kerja
Puskesmas Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005. Menurut Ardi
(2008), faktor jarak pelayanan berpengaruh terhadap pemanfaatan antenatal di
Puskesmas Runding Kota Subusalam Propinsi NAD tahun 2008.
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Simpang Limun
tersebut, menunjukkan faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak memeriksakan
kesehatan kehamilannya antara lain adalah faktor predisposisi ibu (pendidikan,
pekerjaan, pengetahuan, paritas dan interval kehamilan), kebutuhan (penyakit yang
diderita dan kehamilan masa lalu) dan pemungkin (dukungan suami).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh faktor
predisposisi, kebutuhan dan pemungkin terhadap pemanfaatan Antenatal Care (ANC)
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah
apakah ada pengaruh faktor predisposisi, kebutuhan dan pemungkin terhadap
pemanfaatan Antenatal Care (ANC) di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun
Kota Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi
ibu (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, paritas dan interval kehamilan), kebutuhan
(penyakit yang diderita dan kehamilan masa lalu) dan pemungkin (dukungan suami)
terhadap pemanfaatan Antenatal Care (ANC) di wilayah kerja Puskesmas Simpang
Limun Kota Medan.
1.4. Hipotesis
Faktor predisposisi (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, paritas dan interval
kehamilan) dan kebutuhan (penyakit yang diderita dan kehamilan masa lalu) dan
faktor pemungkin (dukungan suami) memengaruhi pemanfaatan Antenatal Care
(ANC) di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan dan khususnya Puskesmas
Simpang Limun sebagai informasi upaya meningkatkan pelayanan Antenatal
2. Bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan kualitas pelayanan Antenatal Care
(ANC).
3. Bagi masyarakat sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dalam pemanfaatan
Antenatal Care (ANC) dalam upaya menjaga kesehatan janin dan mencegah
kematian ibu.
4. Bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya yang terkait dengan
2.1. Pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) 2.1.1. Pengertian Ante Natal Care (ANC)
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
Menurut Prawiroharjo (2005), pemeriksaan kehamilan merupakan
pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum
sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada
tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2005).
Menurut Henderson (2006), kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak
kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi
informasi bagi ibu dan petugas kesehatan.
2.1.2. Tujuan Antenatal Care (ANC) 2.1.2.1. Tujuan Umum
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu
dan bayi.
3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Menurut Depkes RI (2004) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk
menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas
dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.
Menurut Muchtar (2005) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah menyiapkan
seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan,
persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
2.1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita sedini
mungkin.
2. Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.
3. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga
berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
Menurut Wiknjosastro (2005) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah menyiapkan
wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post
partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
2.1.3. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan
anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai
dengan kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan
kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan
trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan
2.1.4. Pemeriksaan Kehamilan
Dalam masa kehamilan ibu harus memeriksakan kehamilan ke tenaga
kesehatan paling sedikit 4 kali :
1. Trismester I : 1 kali
2. Trismester II : 1 kali
3. Trismester III : 2 kali
2.1.5. Pelayanan Antenatal
1. Konsep Pemeriksaan Antenatal
Menurut Departem Kesehatan RI (2002), pemeriksaan antenatal dilakukan
dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan :
a. Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan
sebelumnya dan kehamilan sekarang.
b. Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan.
c. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
d. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe)
e. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku
sehari-hari, perawatan payu dara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko, pentingnya
pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga
terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan
2. Kunjungan Ibu Hamil
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak
antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal
standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini
dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau
sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau
posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi
beberapa tahap, seperti :
a. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal
sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan
distribusi kontak sebagai berikut :
a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu
c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu.
1. Jadwal pemeriksaan
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), pemeriksaan kehamilan berdasarkan
kunjungan antenatal dibagi atas :
a. Kunjungan Pertama (K1)
Meliputi : (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat
kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6)
Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan
konsultasi.
b. Kunjungan Keempat (K4)
Meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaan
laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan
normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko
tinggi (6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan
adalah :
a. Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid
terlambat satu bulan
b. Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan
d. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
e. Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah
2. Pelaksana Pelayanan Antenatal
Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di
desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam
pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2002).
2.2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Menurut Supriyanto (1998), bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah
penggunaan pelayanan yang telah diterima pada tempat atau pemberi pelayanan
kesehatan. Sedangkan pelayanan kesehatan sendiri adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta
memulihkan kesehatan per orangan, kelompok, keluarga, dan ataupun masyarakat
(Azwar, 2002).
Pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat erat kaitannya dengan waktu, kapan
kita memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektivitas pelayanan
tersebut.
Menurut Arrow yang dikutip Tjiptoherijanto (1994), hubungan antara
keinginan sehat dan permintaan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya aja
sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utama adalah karena
perawatan kesehatan melibatkan berbagai informasi, yaitu aspek yang menyangkut
kesehatan saat ini, informasi tentang status kesehatan yang membaik, informasi
tentang jenis perawatan yang tersedia, serta tentang efektivitas pelayanan kesehatan
tersebut. Dari informasi inilah masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan
permintaan dan penggunaan (utilisasi) terhadap suatu pelayanan kesehatan.
Menurut Andersen (1968), ada delapan faktor yang memengaruhi
pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: faktor demografi, (jumlah, penyebaran,
kepadatan, pertumbuhan, struktur umur, dan rasio jenis kelamin), tingkat pendapatan,
faktor sosial budaya (tingkat pendidikan dan status kesehatan) aksesibilitas terhadap
pelayanan kesehatan, produktifitas dan teknologi kesehatan.
Menurut Departement Of health aducation and welfare, USA (1997) dalam
Azwar (2002) faktor-faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu, (1) faktor
sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan: tipe organisasi, kelengkapan program
kesehatan, tersedianya tenaga pelayanan kesehatan dengan masyarakat dengan
adanya asuransi kesehatan serta adanya faktor kesehatan lainnya, (2) faktor dari
konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan: faktor sosio demografi (umur,
jenis kelamin, status kesehatan, besar keluarga) faktor sosial psikologis
(sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan pengetahuan dan sumber informasi dari
pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksana pelayanan kesehatan sebelumnya),
faktor status sosial ekonomi (meliputi: pendidikan, pekerjaan,
antar rumah dengan tempat pelayanan kesehatan, variabel yang menyangkut
kebutuhan (mobilitas, gejala penyakit yang dirasakan oleh yang bersangkutan dan
lain sebagainya).
2.2.1. Elemen Pokok Pelayanan Kesehatan
Menurut Mayer (1996), mengemukakan bahwa dalam pelayanan kesehatan
yang baik terdapat 4 (empat) elemen pokok yaitu aksesibilitas, kualitas,
kesinambungan dan efisiensi dari pelayanan.
1. Aksesibilitas Pelayanan
Pelayanan harus dapat digunakan oleh individu-individu pada tempat dan waktu
yang ia butuhkan. Pengguna pelayanan harus mempunyai akses terhadap berbagai
jenis pelayanan, peralatan, obat-obatan dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan
pasien.
2. Kualitas
Suatu pelayanan yang berkualitas tinggi, mengimplementasikan pengetahuan dan
tehnik paling mutakhir dengan tujuan untuk memperoleh efek yang paling baik.
Kualitas pelayanan berhubungan dengan kompetensi profesional dan provider.
3. Kesinambungan
Pelayanan kesehatan yang baik, disamping mempunyai akses dan kualitas yang
baik juga harus memiliki kesinambungan pelayanan, berarti proses pelayanan
harus memperlakukan pasien sebagai manusia secara utuh melalui kontak yang
4. Efisiensi
Elemen pokok lain dari pelayanan kesehatan yang bermutu adalah efesiensi yang
menyangkut aspek ekonomi dan pembiayaan pelayanan kesehatan baik bagi
pasien, provider maupun bagi organisasi/institusi penyelenggaraan pelayanan.
2.2.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Antenatal
Faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan kesehatan cukup banyak
model-model penggunaan pelayanan kesehatan yang dikembangkan seperti model
kependudukan, model sumberdaya masyarakat, model organisasi dan lain-lain sesuai
dengan variabel-variabel yang digunakan dalam masing-masing model.
Anderson (1974) mengembangkan model sistem kesehatan berupa model
kepercayaan kesehatan (health belief model) yang didasarkan teori lapangan (field
theory) dari Lewin (1994). Dalam model Anderson ini, terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu :
1. Komponen predisposisi, menggambarkan kecenderungan individu yang
berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan seseorang. Komponen terdiri dari:
a. Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar
keluarga dan lain-lain)
b. Faktor struktural sosial (suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan)
2. Komponen enabling (pemungkin/pendorong), menunjukkan kemampuan individual untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Di dalam komponen ini
termasuk faktor-faktor yang berpengaruh dengan perilaku pencarian :
a. Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar pelayanan,
keikutsertaan dalam asuransi, dukungan suami, informasi pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan).
b. Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan, lokasi/jarak transportasi dan
sebagainya).
3. Komponen need (kebutuhan), merupakan faktor yang mendasari dan merupakan
stimulus langsung bagi individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan apabila
faktor-faktor predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan pelayanan kesehatan
dapat dikategorikan menjadi :
a. Kebutuhan yang dirasakan/persepsikan (seperti kondisi kesehatan, gejala
sakit, ketidakmampuan bekerja)
b. Evaluasi/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit
didasarkan oleh petugas kesehatan (tingkat beratnya penyakit dan gejala
2.3. Model Pemanfaatan Antenatal Care di Indonesia
Anderson (1968) mengembangkan bahwa konsep model pemanfaatan
pelayanan antenatal care di Indonesia, yang bersifat menyeluruh meneliti
faktor-faktor pada ibu hamil.
Gambar 1. Model Pemanfaatan Antenatal Care (ANC)
2.4. Faktor Predisposisi dan Kebutuhan dalam Pemanfaatan Antenatal Care
Faktor predisposisi dalam pemanfaatan Antenatal Care (ANC) adalah :
1. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan kesehatan
adalah aplikasi atau penerapan pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoatmojo,
2003).
Menurut Sedarmayanti (2001) yang dikutip oleh Hardywinoto (2007),
pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan akan mendorong
PREDISPOSING ENABLING/PEMUNGKIN NEED
- Paritas - Dukungan Suami - Riwayat/kehamilan masa lalu - Interval Kelahiran - Ekonomi Keluarga - Keluhan/penyakit yang diderita - Pendidikan - Pembayaran - Persepsi Sehat
- Pengetahuan - Ongkos - Kondisi Ibu
- Sikap - Waktu - Rencana Pengobatan
- Ketersediaan Pelayanan - HB - Jarak
kemajuan setiap usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan baik pendapatan
individu, kelompok maupun pendapatan nasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
sumber utama kinerja yang efektif yang memengaruhi individu adalah kelemahan
intelektual, kelemahan psikologis dan kelemahan fisik.
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi
keadaan keluarga karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pengetahuan atau informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih
baik. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku seseorang sebagai
hasil jangka menengah dari pendidikan yang diperoleh. Perilaku kesehatan akan
berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil dari
pendidikan kesehatan.
Faktor pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap
perilaku. Faktor lingkungan non fisik, akibat masalah-masalah sosial penanganannya
diperlukan pendidikan kesehatan. Dalam rangka membina meningkatkan kesehatan
masyarakat ditunjukkan pada upaya melalui tekanan, paksaan kepada masyarakat dan
edukasi atau upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan.
Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, faktor predisposisi ini mencakup
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, sistem yang dianut
Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan
kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada
petugas kesehatan (Depkes RI, 2008).
2. Pekerjaan
Menurut Labor Force Consepth, yang digolongkan bekerja adalah mereka
yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk
memperoleh penghasilan atau keuntungan, baik mereka bekerja penuh maupun tidak.
Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah
(Hardywinoto, 2007). Ibu hamil yang bekerja akan memiliki sedikit waktu untuk
memeriksakan kehamilannya karena sibuk dengan pekerjaannya.
3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagiaan besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Natoadmodjo, 2003).
Pentingnya aspek pengetahuan dalam pemanfatan Antenatal Care (ANC)
dapat dilihat dari pendapat Cholil (2004) yang menyatakan bahwa pemanfatan
Antenatal Care (ANC) perlu dilakukan upaya peningkatan kesehatan ibu saat
kehamilan dan melahirkan. Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya
pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain
ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku
sesuai dengan apa yang ia ketahui (Friedman, 2005).
Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang pelayanan Antenatal Care (ANC) dan
pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil akan memeriksakan
kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes RI, 2008).
4. Paritas
Menurut Wiknjosastro (2005), paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka
makin kurang baik endometriumnya. Hal ini diakibatkan oleh vaskularisasi yang
berkurang ataupun perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa.
Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang Antenatal Care
(ANC), sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga
kesehatan kehamilannya (Depkes RI, 2008).
5. Interval Kehamilan
Interval kehamilan yang terlalu rapat memang mengundang risiko bagi para
wanita. Penelitian terbaru menyatakan, ibu yang hamil lagi dalam waktu setahun
Kehamilan berturut-turut membuat ibu bisa kepayahan. Para ilmuwan dari New York
AS menyebutkan, wanita butuh waktu untuk pulih dari kehamilan. Selain itu,
kehamilan yang terjadi dalam jangka waktu pendek akan menyebabkan anak-anak
yang dilahirkan rentan mengalami kekurangan gizi. Dalam hal ini perlu
memperhatikan interval kehamilan karena jarak kehamilan yang terlalu rapat
mengundang risiko bagi para wanita, Jadi sebaiknya apabila ibu hamil dengan
interval kehamilan yang rapat sebaiknya rutin memeriksakan kehamilannya.
Faktor kebutuhan dalam pemanfaatan Antenatal Care (ANC) adalah sebagai
berikut :
1. Penyakit yang diderita
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin
yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila
dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal. Penyakit yang diderita
ibu baik sejak sebelum hamil ataupun sesudah kehamilan, seperti : penyakit paru,
penyakit jantung sianotik, penyakit ginjal dan hipertensi, penyakit kelenjar endokrin
(gondok, diabetes mellitus dan penyakit hati), penyakit infeksi (virus dan bakteri
parasit), kelainan darah ibu-janin ataupun keracunan obat dan bahan-bahan toksis,
juga merupakan penyabab yang mengakibatkan terjadinya gangguan dan penyulit
pada kehamilan. Disamping itu, kehamilan sendiri dapat menyebabkan terjadinya
toksemia gravidarum (keracunan hamil), perdarahan hamil tua yang disebabkan
karena plasenta previa (plasenta menutupi jalan lahir) dan solusio plasenta (plasenta
terlepas sebelum anak lahir). Penyebab kematian ibu bersalin di Indonesia masih di
dominasi oleh perdarahan, infeksi dan toksemia gravidarum. Pada ibu hamil
pemeriksaan antenatal memegang peranan penting dalam perjalanan kehamilan dan
persalinannya.
2. Kehamilan Masa Lalu
Riwayat kehamilan masa lalu yang pernah diderita seperti normal dan tidak
normal akan memengaruhi kehamilan berikutnya atau menjadi faktor risiko yang
mungkin ada pada ibu. Ibu yang mengalami masalah pada kehamilan sebelumnya
akan lebih memeriksakan kehamilan. Pemeriksaan antenatal care memegang peranan
penting dalam perjalanan kehamilan dan persalinannya.
2.5. Faktor Pemungkin (Dukungan Keluarga/Sosial) 2.5.1. Pengertian Dukungan
Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan
kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam
melaksanakan kegiatan.
Menurut Santoso (2001) dukungan yaitu suatu usaha untuk menyokong
sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu. Menurut Friedman (1998),
penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Menurut Friedman (2003) dukungan keluarga merupakan bagian integral dari
dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan
penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan.
3.5.2. Fungsi Dukungan Keluarga/Sosial
Menurut Caplan (1964) dalam Friedman (1998), dukungan keluarga
menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu :
1. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi
tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang
dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.
2. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota
keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.
3. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya:
kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat,
4. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan
emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya
kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.Dukungan sosial
keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari
suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga
eksternal (Friedman, 1998).
2.5.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Dukungan Keluarga/Sosial
Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat
dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara
kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang
berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian dari pada anak-anak dari
keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu)
juga dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa
merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris
dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.
Faktor-faktor yang memengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas
sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan
atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah,
keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu
orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan
keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah
(Akhmadi, 2006).
2.5.4. Sumber-Sumber Dukungan Keluarga/Sosial
Sumber-sumber dukungan sosial yaitu menurut Suhita (2005) :
1. Suami
Hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab yang diikuti oleh minat yang
sama, kepentingan yang sama, saling membagi perasaan, saling mendukung, dan
menyelesaikan permasalahan bersama. Dukungan sosial suami yang sangat
diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan
istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan
kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdoa
untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan
(Harymawan, 2007). Dalam hal ini untuk kesehatan kehamilan istri dibutuhkan
dukungan suami, apabila ada dukungan suami untuk melalukan p
2. Keluarga
emeriksaan
antenatal care, maka ibu hamil akan lebih sering untuk memanfaatan kunjungan Antenatal Care (ANC)
Menurut Friedman (1998) keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena
sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan,
tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan
bilamana individu sedang mengalami permasalahan.
3. Teman/sahabat
Menurut Kail dan Neilsen (Suhita, 2005) teman dekat merupakan sumber
dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama
mengalami suatu permasalahan. Sedangkan menurut Ahmadi (1991) bahwa
persahabatan adalah hubungan yang saling mendukung, saling memelihara,
pemberian dalam persahabatan dapat terwujud barang atau perhatian tanpa unsur
eksploitasi.
2.6. Landasan Teori
Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga tergantung pada predisposisi
keluarga mencakup karakteristik keluarga cenderung menggunakan pelayanan
kesehatan meliputi variabel demografi, variabel struktur sosial (pendidikan, pekerjaan
dan suku) serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis, dokter, dan
penyakit termasuk stress serta kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan
(Muzaham, 1995).
Menurut Reinke (1994) yang dikutip oleh Siregar (2005), ada beberapa faktor
yang memengaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah faktor
regional, faktor dan sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yatu tipe dari
lainnya, faktor adanya fasilitas kesehatan, faktor-faktor dari konsumen yang
menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosio psikologis yaitu meliputi
sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan.
Menurut Anderson (1968), faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal care adalah komponen predisposisi, komponen pemungkin dan
komponen kebutuhan.
Model pemanfaatan pelayanan antenatal care menurut Anderson (1968),
dihubungkan oleh faktor predisposing yaitu susunan keluarga, struktur sosial dan
kepercayaan kesehatan, seperti: paritas, jarak kelahiran, pendidikan, pengetahuan,
sikap, dan faktor enabling adalah sumber keluarga dan sumber masyarakat, seperti:
pekerjaan suami, ekonomi keluarga, pembayaran, ongkos, waktu, ketersediaan
pelayanan, jarak, sedangkan faktor need adalah riwayat/kehamilan masa lalu,
keluhan/penyakit yang diderita, persepsi sehat, kondisi ibu, rencana pengobatan dan
HB.
Gambar 2. Kerangka Teori Model Anderson Komponen Predisposisi - Ekonomi Keluarga - Pembayaran
- Riwayat/kehamilan masa lalu - Keluhan/penyakit yang diderita - Persepsi sehat
- Kondisi ibu - Rencana pengobatan - HB
2.7. Kerangka Konsep
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian
Faktor Predisposisi - Pendidikan - Pekerjaan - Pengetahuan - Paritas
- Interval Kehamilan
Faktor Pemungkin - Dukungan suami
Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) Faktor Kebutuhan
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian
yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi, kebutuhan dan pemungkin terhadap pemanfaatan Antenatal Care
(ANC) di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Kota
Medan. Alasan memilih lokasi ini karena kunjungan pemeriksaan kehamilan di
wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun masih di bawah target (K1 sebesar 53,22%
dan K4 sebesar 46,67%) yang ditetapkan oleh Depkes (2005) di mana target nasional
sebesar 95% tahun 2010.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2010 sampai dengan bulan
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan
8-9 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan yang berjumlah
902 orang yang terdiri dari kehamilan bulan Desember 2010 sebanyak 405 orang dan
tahun 2011 sebanyak 497 orang.
3.3.2. Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi dijadikan
menjadi sampel. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus pengukuran
besar sampel menurut Taro Yamane (Notoatmodjo, 2010) yaitu:
N n = --- 1 + N (d) 2
902
n = --- 1 + 902 (0,1) 2
902 n = --- 10,02 n = 90,02
n = 90
Jadi besar sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 orang
Pengambilan sampel menggunakan metode probability sampling yaitu simple random
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data
a. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan
kuesioner.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari
dokumen atau catatan yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Medan Kota dan Dinas
Kesehatan Kota Medan.
3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji
dengan menggunakan uji t, dilihat penafsiran dan indeks korelasinya.
Uji validitas dalam penelitian ini berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan
yang terdapat dalam kuesioner mengenai pengetahuan ibu tentang pemanfaatan
kunjungan ANC.
Uji validitas bertujuan mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang
menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur
kolerasi antara variabel pada analisis reliabilitas dengan melihat nilai correlation
corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid
Berdasarkan hasil uji validitas variabel pengetahuan dan dukungan suami
terlihat hasil korelasi diketahui bahwa semua item mempunyai korelasi > 0,50 maka
dapat dikatakan bahwa item alat ukur tersebut valid dan dapat digunakan dalam
pengumpulan data penelitian, seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Hasil Uji Validasi Data Variabel Pengetahuan dan Dukungan Suami
No Pengetahuan Nilai Correlation r Tabel
No Dukungan Suami Nilai Correlation r Tabel
1
Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat
ukur dapat dipergunakan atau tidak. Dalam mengukur reliabilitas ini dengan
menggunakan rumus Spearman Brown.
Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden terhadap pertanyaan
(kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang
dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan,
maka berapa kali diambil tetap akan sama (Arikunto, 2005).
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercayai dengan menggunakan
metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel
(Riwidikdo, 2009).
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Teladan Medan sebanyak 30 orang dengan asumsi karakteristik ibu hamil
di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun dan Puskesmas Teladan Medan relatif
sama.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas variabel pengetahuan dan dukungan suami
terlihat nilai cronbach’s alpha = 0,785 > 0,7 maka kuesioner tersebut dikatakan
reliabel, seperti Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Hasil Uji Reliabilitas Data Pengetahuan dan Dukungan Suami Variabel Nilai Cronbach’s Alpha Nilai r Tabel
Pengetahuan 0.785 0,7
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Bebas
A. Faktor predisposisi adalah faktor mendasari atau yang mempermudah terjadinya
sebuah perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai kepercayaan
maupun keyakinan.
1. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal ibu berdasarkan ijazah terakhir yang
diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.
Kategori Pendidikan : 0. Rendah : SD dan SMP
1. Tinggi : SMA dan PT
2. Pekerjaan adalah status pekerjaan sehari-hari ibu yang menghasilkan uang atau
pendapatan keluarga.
Kategori Pekerjaan : 0. Bekerja
1. Tidak bekerja
3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pemeriksaan
kehamilan yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.
Kategori Pengetahuan : 0. Baik
1. Sedang
2. Buruk
Untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan
tertinggi nilai 1 dan skor terendah nilai 0, maka total skor untuk variabel pengetahuan
adalah 10, jadi :
1. Baik apabila jawaban responden memiliki total skor ≥ 80% dari 10 = 8-10
2. Sedang apabila jawaban responden memiliki total skor 50-79 % dari 10 = 5-7
3. Buruk apabila jawaban responden memiliki total skor < 50 % dari 10 = < 5
4. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan si ibu baik lahir hidup maupun
lahir mati.
Kategori Paritas : 0. ≤ 4 orang
1. > 4 orang
5. Interval kehamilan adalah jarak waktu kelahiran anak sebelumnya dengan
kehamilan ibu sekarang.
Kategori Jarak Kelahiran : 0. ≤ 2 tahun
1. > 2 tahun
B. Faktor kebutuhan adalah faktor yang menjadi pencetus terjadinya sebuah
perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai kepercayaan
maupun keyakinan.
1. Penyakit yang diderita adalah suatu penyakit yang diderita ibu sewaktu hamil.
Kategori Penyakit yang diderita : 0. Ada
2. Kehamilan masa lalu adalah keadaan kehamilan yang dialami oleh ibu sebelum
kehamilan sekarang.
Kategori Kehamilan masa lalu : 0. Normal
1. Tidak Normal
C. Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan atau yang mendorong
terjadinya sebuah perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai
kepercayaan maupun keyakinan.
1. Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan suami untuk istri agar mau
datang memanfaatkan kunjungan pemeriksaan kehamilan.
Kategori Dukungan suami :
0. Mendukung : apabila sikap suami penuh pengertian yang ditunjukkan dalam
bentuk kerjasama yang positif ikut mengantarkan istrinya untuk
memeriksakan kehamilan, memberikan biaya dan mendukung moral dan
emosional terhadap pemanfaatan ANC
1. Tidak mendukung : apabila sikap suami tidak pengertian yang ditunjukkan
dalam bentuk tidak ada kerjasama dan tidak ikut mengantarkan istrinya untuk
memeriksakan kehamilan, tidak memberikan biaya dan tidak mendukung
moral dan emosional terhadap pemanfaatan ANC
3.5.2. Variabel Terikat
Pemanfatan ANC yaitu jumlah kunjungan ibu hamil pada sarana pelayanan
Kategori Pemanfaatan ANC :
0. Memanfaatkan : bila responden memanfaatan ANC ≥ 4 kali yaitu trimester I :
minimal 1 kali, trimester II : minimal 1 kali dan trimester III :
minimal 2 kali
1. Tidak memanfaatkan : bila responden memanfaatkan ANC kurang dari 4 kali dan
apabila tidak sesuai dengan program (jadwal kunjungan
ANC)
3.6. Metode Pengukuran
Berikut merupakan metode pengukuran variabel meliputi: cara dan alat ukur,
skala ukur dan hasil ukur.
Tabel 3.6.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel Cara dan Alat Ukur Skala
Ukur
Hasil Ukur Variabel Bebas
Faktor Predisposisi :
1. Pendidikan Wawancara (Kuesioner) Ordinal 0. Rendah : SD dan SMP 1. Tinggi : SMA dan PT 2. Pekerjaan Wawancara (Kuesioner) Nominal 0. Bekerja
1. Tidak Bekerja 3. Pengetahuan Wawancara (Kuesioner) Ordinal 0. Baik
1. Sedang 2. Buruk 4. Paritas Wawancara (Kuesioner) Ordinal 0. ≤ 4 orang
Tabel Lanjutan (3.6.1)
Faktor Kebutuhan : 1. Penyakit yang Diderita
Wawancara (Kuesioner) Ordinal 0. Ada 1. Tidak Ada 2. Kehamilan
masa lalu
Wawancara (Kuesioner) Ordinal 0. Normal 1. Tidak Normal Faktor pemungkin :
Dukungan suami
Wawancara (Kuesioner) Ordinal 0. Mendukung 1. Tidak Mendukung Variabel Terikat
Pemanfatan ANC Kunjungan ANC Ordinal 0. Memanfaatkan 1. Tidak Memanfaatkan
3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat
Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
distribusi frekuensi responden. Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran
pada masing-masing variabel independen yang meliputi faktor predisposisi,
kebutuhan dan pemungkin serta variabel dependen.
3.7.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan faktor
predisposisi (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, paritas dan interval kehamilan)
kebutuhan (penyakit yang diderita dan kehamilan masa lalu) dan pemungkin
(dukungan suami) dengan pemanfaatan ANC di wilayah kerja Puskesmas Simpang
Limun, lalu dilakukan uji korelasi Chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.
Analisis multivariat dengan menggunakan uji Regresi Logistik Berganda
untuk menguji pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan,
paritas, dan interval kehamilan), kebutuhan (penyakit yang diderita dan kehamilan