• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perilaku Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Pada Pelajar Smu Methodist Medan Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perilaku Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Pada Pelajar Smu Methodist Medan Tahun 2009"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERILAKU MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR SMU METHODIST MEDAN

TAHUN 2009

TESIS

Oleh

R U M I D A 077033028/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PERILAKU MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR SMU METHODIST MEDAN

TAHUN 2009

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

R U M I D A 077033028/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul : PENGARUH PERILAKU MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR SMU METHODIST MEDAN TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Rumida Nomor Induk Mahasiswa : 077033028

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes) (Dra. Syarifah, M.S) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji pada Tanggal : 29 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PERILAKU MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR

SMU METHODIST MEDAN TAHUN 2009

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacukan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Mei 2010

(6)

ABSTRAK

Salah satu masalah gizi adalah obesitas yang timbul oleh karena kelebihan konsumsi makan yang berasal dari makanan sumber energi yang tinggi, seperti kelebihan karbohidrat dan lemak, tanpa diikuti aktivitas yang cukup. Berdasarkan pengamatan di SMU Methodist Medan melalui survey awal dan pengamatan secara fisik maka peneliti mendapat gambaran banyaknya siswa yang mengalami obesitas, sehingga peneliti berasumsi bahwa perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada pelajar di SMU Methodist Medan Tahun 2009.

Jenis penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan sampel penelitian adalah anak sekolah menengah umum yang berusia 14-19 tahun kelas X, XI, XII sebanyak 88 sampel masing-masing : 44 kasus dan 44 kontrol. Data diperoleh melalui kuesioner, formulir food frequency, formulir food recall (24 jam) dan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Analisis data dilakukan dengan uji statistik multivariat (regresi logistik).

Hasil penelitian analisa pada bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap (p=0,033; OR=1,582), tindakan (pola makan) (p=0,049; OR=1,762) dan aktivitas fisik (p=0,005; OR=2,217) terhadap kejadian obesitas pada pelajar SMU Methodist Medan. Hasil uji regresi logistik sebagai variabel yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah variabel aktivitas fisik (OR=5,152).

Sesuai dengan hasil penelitian disarankan pihak sekolah untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan melalui kegiatan UKS untuk meningkatkan pengetahuan serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pola makan yang sehat dan aktivitas fisik secara teratur.

(7)

ABSTRACT

One of the nutritious problems was obesity by over-consumption of high energy of food, such as consuming carbohydrate and fat without adequate activities. Obesity not only affected adults, but also teenagers. It could be seen from the obesity rate in many big cities. Based on the preliminary survey and observation at the Methodist Senior High School and the data and evidence in the field, it was considered necessary to do some research in order to analyze the influence of the eating behavior and the physical activities of the students who suffered from obesity at the Methodist Senior High School, Medan, in 2009.

The type of the research was observational analysis with Case Control design. The research was done at the Methodist Senior High School, Medan,. The sample was divided into case and control with 44 respondents each. The data were analyzed with univatriate, bivatriate, and multivatriate (logistic regression).

The result of the bivatriate analysis showed that there was a significant relationship between the attitude of eating pattern (p=0.033; OR=1.582), eating pattern (p=049;OR=1.762), and physical activities (p=0.005; OR=2.217) and the obesity of the students. The most influential variable of obesity was physical activities (OR=5.152). The next influential variable was the attitude of eating pattern (OR=3.284), and the eating pattern (OR=2.957).

It was recommended that the school management should promote health to the students in order to increase their knowledge and foster their awareness of the importance of eating healthful food and doing physical activities routinely; such as doing the extracurricular activities. It was also recommended that the school management should give information regularly to the students about nutrition; for example, how to prevent and to handle over-nutritious problem and its effect, to choose healthful snacks, to know healthful consumption, and to realize the habit of doing physical exercises.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

tesis ini dengan judul “Pengaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik terhadap

Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan Tahun 2009”.

Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan terima kasih, semoga sukses

dan bahagia selalu dalam lindungaNya kepada : Dr.Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan

Dra.Syarifah, M.S selaku pembimbing yang telah memberikan perhatian, dukungan

dan pengarahan sejak awal penulisan hingga selesai tesis ini.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan

bantuan dari beberapa pihak, dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada

Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan dan Ilmu

Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

(9)

Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta

seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan dorongan selama

penulis mengikuti pendidikan.

3. Kepala Sekolah, para guru SMU yang telah memberikan izin dan seluruh siswa

siswi SMU Methodist Kelas 1,2,3 yang telah bersedia menjadi responden untuk

penelitian ini.

4. Para teman sejawat dan rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat.

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

dukungan moril dan materil kepada penulis.

Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan rasa

syukur kepada suami yang kukasihi Sabar Sihotang, S.K.M, M.Si yang telah

memberikan dukungan doa, perhatian dan semangat, bagi penulis dan anakku

tersayang Grace Paulina Sharapova Sihotang serta seluruh keluarga atas perhatian

dan dukungannya baik moral maupun materil yang tak terbatas kepada penulis selama

mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

Akhirnya ucapan terimakasih kusampaikan kepada Tuhanku Yesus Kristus

karena anugrahMu sehingga penulis dapat menyelesaikan semua ini, bukan karena

(10)

Penulis menyadari tesis ini jauh dari sempuna, oleh karenanya saran untuk

perbaikan sangat diperlukan. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi

akademik Universitas Sumatera Utara dan Poltekkes Dep.Kes RI Medan, khususnya

jurusan Gizi di Lubuk Pakam.

Medan, Mei 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rumida yang dilahirkan di Medan, pada tanggal 13 April

1962, anak keempat dari lima orang bersaudara dari pasangan Alm. Sarman Purba

dan Almh. Kasiana Sipayung, beragama Kristen dan bertempat tinggal Jl. Yos

Sudarso No. 18 C Medan.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar GKPS Medan pada tahun 1974, tahun

1977 lulus SLTP Swasta Methodist Medan, kemudian pada tahun 1981 lulus SLTA

Swasta Methodist Medan, tahun 1983 lulus Sekolah Pembantu Ahli Gizi Departemen

Kesehatan Lubuk Pakam, tahun 1992 lulus Fakultas Pertanian Pangan dan Gizi

di Universitas Katolik St. Thomas Medan.

Diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil pada tahun 1984 dan bekerja di bagian

Instalasi Gizi RS. Dr. Pirngadi Medan hingga tahun 1992, kemudian pindah tugas

ke Akademi Gizi Depkes RI Lubuk Pakam sebagai tenaga pengajar hingga tahun

1997. Penulis menjadi tenaga detasering di Puslitbang Gizi Bogor dari tahun 1997 –

2002. Kemudian pindah tugas ke Poltekkes Medan Jurusan Gizi di Lubuk Pakam

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

2.7. Berbagai Pengertian Obesitas ... 23

2.8. Penyebab Obesitas ... 24

2.9. Resiko Obesitas Pada Remaja ... 25

2.10. Cara Penentuan Obesitas... 26

(13)

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 33

3.6. Metode Pengukuran ... 34

3.7. Metode Analisis Data... 39

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 41

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 41

4.2. Karakteristik Responden... 42

4.3. Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik ... 43

4.3.1 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan tentang Pola Makan ... 43

4.3.2 Distribusi Responden berdasarkan Sikap tentang Pola Makan... 45

4.3.3 Distribusi Responden berdasarkan Asupan Zat Gizi. 47 4.3.4 Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Makanan yang Dikonsumsi... 48

4.3.5 Distribusi Responden berdasarkan Frekuensi Makan 49 4.3.6 Distribusi Responden berdasarkan Pola Makan ... 51

4.3.7 Distribusi Responden berdasarkan Aktivitas Fisik.... 51

4.4 Hubungan Perilaku Makan dengan Kejadian Obesitas ... 52

4.4.1 Hubungan Pengetahuan tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 52

4.4.2 Hubungan Sikap tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 53

4.4.3 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 53

4.4.4 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas 54 4.5...Pe ngaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas ... 55

BAB 5 PEMBAHASAN... 57

5.1 Hubungan Perilaku Makan dengan Kejadian Obesitas ... 57

5.1.1 Hubungan Pengetahuan tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas... 57

5.1.2 Hubungan Sikap tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 58

5.1.3 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 60

5.1.4 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas .. 63

(14)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 67

6.1 Kesimpulan... 67

6.2 Saran ... 67

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Remaja per Kelompok

Umur ... 23

3.1. Aspek Pengukuran Jenis Makanan (dalam gram)... 36

3.2. Aspek Pengukuran Frekuensi Makanan (dalam porsi rumah

tangga)... 37

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur di SMU Methodist Medan... 42

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pola

Makan pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009 . 43

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan Tentang Pola Makan pada Pelajar SMU Methodist Medan pada

Tahun 2009 ... 44

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Pola Makan

pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009 ... 45

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Tentang Pola Makan pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun

2009... 46

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Gizi pada

Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009... 47

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Makanan yang Dikonsumsi pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun

2009... 48

4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan pada

Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009... 50

4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Makan pada Pelajar

(16)

4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik pada Pelajar

SMU Methodist Medan pada Tahun 2009 ... 51

4.11. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan

pada Tahun 2009 ... 52

4.12. Tabulasi Silang Hubungan Sikap Tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan pada

Tahun 2009 ... 53

4.13. Tabulasi Silang Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun

2009... 54

4.14. Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun

2009... 54

4.15. Hasil Uji Regresi Logistik untuk Mengetahui Seberapa Besar Pengaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan pada

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Teori... 28

2.2. Kerangka Konsep ... 29

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian... 72

2. Master Data... 81

3. Output SPSS ... 84

4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 95

5. Standard CDC Laki-laki Usia 14-20 Tahun ... 96

(19)

ABSTRAK

Salah satu masalah gizi adalah obesitas yang timbul oleh karena kelebihan konsumsi makan yang berasal dari makanan sumber energi yang tinggi, seperti kelebihan karbohidrat dan lemak, tanpa diikuti aktivitas yang cukup. Berdasarkan pengamatan di SMU Methodist Medan melalui survey awal dan pengamatan secara fisik maka peneliti mendapat gambaran banyaknya siswa yang mengalami obesitas, sehingga peneliti berasumsi bahwa perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada pelajar di SMU Methodist Medan Tahun 2009.

Jenis penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan sampel penelitian adalah anak sekolah menengah umum yang berusia 14-19 tahun kelas X, XI, XII sebanyak 88 sampel masing-masing : 44 kasus dan 44 kontrol. Data diperoleh melalui kuesioner, formulir food frequency, formulir food recall (24 jam) dan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Analisis data dilakukan dengan uji statistik multivariat (regresi logistik).

Hasil penelitian analisa pada bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap (p=0,033; OR=1,582), tindakan (pola makan) (p=0,049; OR=1,762) dan aktivitas fisik (p=0,005; OR=2,217) terhadap kejadian obesitas pada pelajar SMU Methodist Medan. Hasil uji regresi logistik sebagai variabel yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah variabel aktivitas fisik (OR=5,152).

Sesuai dengan hasil penelitian disarankan pihak sekolah untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan melalui kegiatan UKS untuk meningkatkan pengetahuan serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pola makan yang sehat dan aktivitas fisik secara teratur.

(20)

ABSTRACT

One of the nutritious problems was obesity by over-consumption of high energy of food, such as consuming carbohydrate and fat without adequate activities. Obesity not only affected adults, but also teenagers. It could be seen from the obesity rate in many big cities. Based on the preliminary survey and observation at the Methodist Senior High School and the data and evidence in the field, it was considered necessary to do some research in order to analyze the influence of the eating behavior and the physical activities of the students who suffered from obesity at the Methodist Senior High School, Medan, in 2009.

The type of the research was observational analysis with Case Control design. The research was done at the Methodist Senior High School, Medan,. The sample was divided into case and control with 44 respondents each. The data were analyzed with univatriate, bivatriate, and multivatriate (logistic regression).

The result of the bivatriate analysis showed that there was a significant relationship between the attitude of eating pattern (p=0.033; OR=1.582), eating pattern (p=049;OR=1.762), and physical activities (p=0.005; OR=2.217) and the obesity of the students. The most influential variable of obesity was physical activities (OR=5.152). The next influential variable was the attitude of eating pattern (OR=3.284), and the eating pattern (OR=2.957).

It was recommended that the school management should promote health to the students in order to increase their knowledge and foster their awareness of the importance of eating healthful food and doing physical activities routinely; such as doing the extracurricular activities. It was also recommended that the school management should give information regularly to the students about nutrition; for example, how to prevent and to handle over-nutritious problem and its effect, to choose healthful snacks, to know healthful consumption, and to realize the habit of doing physical exercises.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan

akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

dan berperilaku hidup sehat. Indonesia Sehat 2010 dimaksudkan juga untuk

mendorong agar masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu,

adil dan merata guna mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Pangan dan gizi merupakan komponen yang sangat penting dalam

pembangunan. Komponen ini memberikan konstribusi dalam mewujudkan sumber

daya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam

pembangunan. Pangan yang dikonsumsi manusia harus seimbang sebab berguna

untuk tumbuh kembang dan mempertahankan kehidupan manusia agar berkualitas

dan akhirnya berpengaruh terhadap pembangunan (Baliwati, dkk, 2004).

Keseimbangan gizi diperoleh dari hidangan sehari-hari dan sebaiknya beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan, seperti zat tenaga yang bersumber dari padi-padian, zat pengatur yang berasal dari sayur dan buah-buahan dan sumber zat pembangun yang berasal dari kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahannya (Depkes, 2002).

Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara

miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan

masalah gizi kurang yang berhubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju

yang cenderung dengan masalah gizi lebih yang berhubungan dengan penyakit

(22)

koroner, hati, dan kantung empedu. Sedangkan pada negara berkembang seperti

Indonesia mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan masalah gizi kurang dan

masalah gizi lebih.

Saat ini terbukti prevalensi obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia

yang mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara

maju seperti negara-negara Eropa, USA dan Australia telah mencapai tingkatan

epidemik. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, di beberapa negara

berkembangpun obesitas justru telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius,

sebagai contoh sebanyak 70% penduduk dewasa Polynesia di Samoa termasuk

kategori obesitas (WHO, 1998).

Sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun, bangsa

Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan. Di beberapa daerah lain atau

sekelompok masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan

masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi dan kekurangan jika

dibandingkan negara lain yang sudah lebih maju. Meningkatnya kejadian obesitas di

beberapa daerah di Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai

konsekuensi serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang

kesehatan (Azwar, 2004).

Menurut data yang diperoleh, tingginya penderita obesitas terjadi di berbagai

negara. Menurut laporan WHO 2003, 300 juta orang dewasa menderita obesitas.

Di Amerika Serikat, 1 dari 3 orang penduduk adalah obesitas, di Inggris 16-17,3%

(23)

yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1996, pada 12 kota besar

di Indonesia memperlihatkan bahwa 3,7% menderita obesitas. Penelitian pada tahun

1999, menyatakan bahwa 5,3% penderita obesitas terjadi di perkotaan dan 4,3 persen

di pedesaan (Anonim, 2004). Hampir 10 dari setiap 100 orang penduduk kota besar,

seperti Jakarta, menderita obesitas. Saat ini diperkirakan lebih dari 6 juta wanita

Indonesia menderita obesitas (Depkes, 2004).

Hasil penelitian Sjarif (2002) di SMU Al Azhar Medan menyatakan kasus

obesitas pada remaja wanita sebesar 10,2%. Hal ini perlu mendapat perhatian, karena

banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kasus kegemukan pada remaja

ini.

Dilihat dari faktor-faktor penyebab obesitas, salah satunya berhubungan

dengan pola makan atau jenis makanan yang dikonsumsi dan jenis kegiatan yang

dilakukannya. Ini berarti, jika individu dapat mengatur pola makan dan jenis makanan

yang dikonsumsinya, serta jenis kegiatan yang dilakukannya, maka dirinya dapat

menanggulangi obesitas atau paling tidak dapat mengurangi dampak negatifnya

(Wirakusumah).

Menurut Asdie (2005), kemajuan teknologi juga telah memacu perubahan

kebiasaan hidup (gaya hidup), gaya hidup remaja cenderung lebih santai akibat

perkembangan teknologi saat ini. Remaja memiliki aktifitas pasif seperti menonton

televisi atau bermain komputer dan play station. Selain itu remaja memiliki kebiasaan

berkumpul di cafe atau mall saat weekend daripada berolah raga secara rutin. Adanya

(24)

alat transportasi seperti mobil pribadi atau mobil jemputan sekolah menyebabkan

remaja malas bergerak.

Alat transportasi, alat-alat elektronik yang serba otomatis dapat digunakan dan

dilakukan hanya dengan menekan tombol saja, menyebabkan aktifitas fisik menjadi

sangat menurun. Berarti setiap hari terjadi kelebihan energi yang oleh tubuh disimpan

sebagai lemak yang merupakan pangkal terjadinya obesitas, serta penyakit - penyakit

lainnya (Asdie, 2005).

Aktivitas fisik yang sesuai, aman dan efektif dalam upaya menurunkan berat badan adalah dengan berolah-raga karena akan membantu memelihara berat badan yang optimal. Gerak yang dilakukan saat berolah-raga sangat berbeda dengan gerak saat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti berdiri, duduk atau hanya menggunakan tangan. Hal ini merupakan gerak anggota badan yang tidak seimbang (Wirakusumah, 2001).

Perubahan dalam gaya hidup, terutama di perkotaan, karena adanya perubahan

pola makan. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat dan

rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat dan

tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan ke arah tidak seimbang. Perubahan

gaya hidup pada golongan tertentu menyebabkan masalah gizi lebih berupa

kegemukan dan obesitas (Almatsier, 2004).

Hasil penelitian Asniyanti (2004) tentang pola makan remaja dengan kejadian

obesitas di SMP di kota Medan menunjukkan bahwa 31 siswi (51,6%) mengalami

kegemukan dan obesitas dengan pola makan yang tidak sehat yaitu mengkonsumsi

makanan jajanan cepat saji (fast food) yang tinggi karbohidrat dan lemak seperti

(25)

mengkonsumsi kalori berlebihan disertai dengan kurangnya aktivitas fisik

menyebabkan insiden berat badan lebih dan obesitas pada remaja cenderung semakin

meningkat.

Berbagai penelitian menunjukkan kenaikan penghasilan secara bertahap dapat

mempengaruhi pola makan dan kebiasaan makan. Kemampuan daya beli yang lebih

mendorong untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang diinginkan (Arnelia,

2005).

Ditinjau dari pola makan, remaja merupakan kelompok yang peka terhadap

pengaruh lingkungan luar seperti maraknya iklan makanan siap santap (fast food)

yang umumnya mengandung kalori tinggi, kaya lemak, tinggi natrium dan rendah

serat. Hal ini memungkinkan terjadinya kasus kegemukan di kalangan remaja (Leane,

2007).

Meningkatnya keadaan sosial ekonomi masyarakat sehingga mampu

mengonsumsi makanan dengan kandungan kalori yang tinggi seperti hamburger dan

pizza sebagai junk food yang lebih banyak mengandung lemak, gula, dan garam

tinggi tetapi miskin serat. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebesar 64%

dari murid-murid sekolah dilaporkan memiliki pengalaman dalam mengonsumsi junk

food dan hal ini berhubungan secara signifikan dengan kejadian obesitas

(Rosenbaum, 1998).

Obesitas merupakan faktor resiko untuk berbagai penyakit degeneratif, seperti

hipertensi, penyakit kardiovaskuler, dan diabetes mellitus. Sebagai contoh wanita

(26)

diatas bobot badan normalnya. Selanjutnya penderita diabetes beresiko terkena

serangan jantung 3-7 kali lebih tinggi resiko pada wanita sebayanya yang tidak

menderita diabetes. Pada anak-anak, obesitas dapat menyebabkan beberapa penyakit

kronis meliputi: gangguan metabolisme Glukosa, resistensi insulin, hipertensi,

dyslipidemia, steatosis hepatic gangguan gastro intestinal, dan obstruksi pernafasan

pada waktu tidur. Obesitas pada remaja di kawasan Asia Pasifik berhubungan

diabetes type 2. Selain kerugian kesehatan, obesitas juga menurunkan kepercayaan

diri, terutama pada kalangan remaja, berkaitan dengan tampilan ragawi

(Mahoney, et al., 1996).

Proses kegemukan yang terjadi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain

konsumsi, genetik, sosio budaya, kejiwaan dan aktivitas fisik. Obesitas atau

kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan

penumpukan adipose (adipocytes; jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh)

secara berlebihan (Wirakusumah, 2001).

Salah satu masalah gizi lebih adalah obesitas yang timbul oleh karena kelebihan konsumsi makan yang berasal dari makanan sumber energi yang tinggi, seperti kelebihan karbohidrat dan lemak, tanpa diikuti aktivitas yang cukup. Obesitas bukan hanya ditemukan pada orang dewasa, tetapi juga ditemukan pada remaja. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka obesitas pada remaja terutama di kota-kota besar (Wirakusumah, 2001).

Berdasarkan pengamatan sementara di SMU Methodist Medan yang adalah salah

satu sekolah swasta yang siswinya berasal dari keluarga berstatus ekonomi

menengah ke atas. Hal ini menyebabkan daya beli siswi yang besar terhadap

makanan jajanan yang tinggi kandungan energi dan lemaknya. Oleh karena itu,

siswi cenderung memiliki pola makan yang memungkinkan terjadinya kasus

(27)

Berdasarkan survey awal yang dilakukan dan pengamatan secara fisik maka

peneliti memperoleh data-data dan fakta di lapangan sehingga peneliti berasumsi

bahwa perlu dilakukan penelitian terhadap obesitas dengan judul Pengaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Pada Pelajar di SMU

Methodist Medan Tahun 2009”.

1.2. Permasalahan

Tingginya obesitas pada remaja ada kecenderungan mengalami peningkatan, dengan pola makan yang sudah berubah serta aktivitas fisik yang kurang dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah: “Bagaimana Pengaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Pada Pelajar di SMU Methodist Medan Tahun 2009”.

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan,

sikap, tindakan sebagai pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas

pada pelajar di SMU Methodist Medan Tahun 2009”.

1.4. Hipotesis

1. Ada pengaruh sikap tentang pola makan pelajar terahdap kejadian obesitas.

2. Ada pengaruh perilaku makan pelajar terhadap kejadian obesitas.

3. Ada pengaruh aktivitas fisik pelajar terhadap kejadian obesitas.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah tentang karakteristik dan resiko

(28)

2. Memberikan informasi ilmiah untuk mendukung program kesehatan dan gizi

terutama di perkotaan.

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Konsep Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia

itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang

dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari

manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan

yang dilakukannya, yaitu antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar (Notoatmodjo 2003).

2.1.2 Bentuk Perilaku

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan

adanya tiga ranah perilaku, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan

psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pembagian

domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangakan

(30)

a. Pengetahuan (knowledge)

b. Sikap (attitude)

c. Tindakan (practice)

a. Perilaku dalam bentuk Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca

indramanusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk

tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 1993).

Selain melalui pendidikan formal dan informal, pengetahuan tentang gizi dan

pola makan yang baik dapat diperoleh melalui buku-buku pustaka, majalah, telivisi,

radio, surat kabar dan orang lain seperti orangtua, dokter dan ahli gizi.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan,

yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesutau yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan

(31)

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secar benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini

dapat diartikan sebagai penggunaan hokum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatau kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan pada kemampuan seseorang untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn

(32)

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2003).

b. Perilaku dalam bentuk Sikap

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berprestasi dan merasa dalam

menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan

kecenderungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek.

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimunus atau objek tertentu,

yang sudah melibatkan faktor pendapat, dan emosi yang bersangkutan senang-tidak

senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya.

Menurut Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo (1993) salah seorang ahli

psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesedian untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi

sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu : 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan

(33)

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Mengahargai (valuing)

Menghargai diartikan subjekatau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan

orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespons.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa

yang telah diyakininya.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan.Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “ tidak setuju “ terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu.

c. Perilakudalam bentuk Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap ,menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apayang diketahui, proses selanjutnya

diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekan apa yang diketahui atau

disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut pratik (practice) kesehatan.

Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut

(34)

1. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila suatu subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih

tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mem[praktikan

sesuatu hal secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

3. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.

Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja,

tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang

berkualitas.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,atau

bulan yang lalu (recall). Pengkuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni

dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2005).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green bahwa factor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama,

yaitu :

1. Faktor-faktor redisposisi (disposing factors), adalah faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain

pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan

(35)

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang

memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

2.2 Perilaku Makan Remaja

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman secara instansi

manusia dengan lingkungan yang berwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan

tindakan.

Perilaku makan adalah cara seseorang berfikir, berpengetahuan dan

berpandangan tentang makanan. Apa yang ada dalam perasaan dan pandangan itu

dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Jika keadaan itu

terus menerus berulang maka tindakan tersebut akan menjadi kebiasaan makan

(Khumaidi, 1994).

Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada usia

ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial maupun

psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja banyak ragam gaya hidup,

perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makan apa yang

dikonsumsi yang sangat berpengaruh terhadap keadaan gizi seorang remaja.

(36)

fisiologis tubuh yang kadangkala menggangu. Biasanya hal ini lebih sering dialami oleh remaja putri daripada remaja putra. Bagi remaja putri mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak sehingga

mereka akan mudah gemuk apabila mengonsumsi makanan yang berkalori tinggi (Raymond, 2000).

Adapun perilaku makan (dalam hal pola makan) yang ditunjukkan remaja

adalah mengonsumsi makanan fast food (cepat saji). Kini makanan fast food telah

menjadi bagian dari perilaku sebagian anak sekolah dan remaja di luar rumah

diberbagai kota. Jenis makanan siap santap (fast food)yang berasal dari negara barat

seperti KFC, hamburger, pizza dan berbagai jenis makanan berupa kripik (junk food)

sering dianggap sebagai lambang kehidupan modern oleh para remaja. Padahal fast

food dan junk food mempunyai kandungan tinggi kalori, karbohidrat dan lemak, jika

makanan fast food dan junk food dikonsumsi dalam jangka panjang dapat

menyebabkan obesitas ( Mudjianto, 1993).

Berdasarkan hasil penelitian Padmiari (2005) terhadap konsumsi fast food

di Denpasar. Ternyata prevalensi obesitas di Denpasar cukup tinggi (13,6%).

Prevalensi obesitas lebih tinggi di sekolah swasta (18,2%) daripada di sekolah negeri

(12,4%). Semakin beranekaragaman jenis fast food yang dikonsumsi, semakin tinggi

pula resiko seseorang menderita obesitas. Anak yang memperoleh intake energi dari

fast food sebanyak 75% lebih berpeluang untuk menjadi obesitas daripada anak yang

memperoleh intake energi yang dikonsumsi dari fast food, semakin tinggi resiko

(37)

2.3 Pola Makan

Ada beberapa definisi mengenai pola makan menurut beberapa pakar, yaitu

Yayuk Farida Baliwati, dkk (2004:69) mengatakan pola makan atau pola konsumsi

pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau

kelompok orang pada waktu tertentu. Sedangkan Soegeng Santosa dan Anne Lies

Ranti (2004 : 89) mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi

yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan

tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat

tertentu.

Pendapat dua pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara umum bahwa

pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok

orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap

hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang

berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup.

Kebiasaan makan sangat dipengaruhi gaya hidup. Faktor-faktor yang

merupakan input bagi terbentuknya gaya hidup keluarga adalah penghasilan,

pendidikan, lingkungan hidup kota atau desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku

bangsa, kepercayaan dan agama, pendapat tentang kesehatan, pendidikan gizi,

produksi pangan dan ditribusi, serta sosial politik (Almatsier, 2003).

Pengukuran konsumsi makanan untuk tingkat individu dapat dilakukan

metode food recall 24 jam, estimated food record, penimbangan makanan, dietary

(38)

2.4 Pola Makan Remaja

Menurut Hoang (1985) berbagai informasi yang memberikan gambaran

mengenai jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan

merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan yang

dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya. Di masyarakat

dikenal pola makan dan kebiasaan makan di mana seseorang atau sekelompok orang

tinggal. Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok memilih pangan dan

mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologi sosial dan

budaya (Soehardjo, 1996).

Kebiasaan makan menurut Guthe dan Mead (dalam Khumaidi, 1994) adalah cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan-makanan yang tersedia yang

didasarkan kepada faktor-faktor social dan budaya dimana ia/mereka hidup. Khumaidi lebih lanjut menyimpulkan, bahwa kebiasaan makan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan rohani

yang sedang sakit dan penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ektrinsik meliputi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya, dan agama.

Berdasarkan hasil penelitian Frank Ge yang dikutip oleh Moeji (1992),

mengatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan anak dengan ukuran

tubuhnya. Makan siang dan makan malam remaja menyediakan 60% intake kalori,

sementara makanan jajanan menyediakan 25%. Anak obesitas ternyata akan sedikit

makan pada waktu pagi dan lebih banyak makan pada waktu siang dibandingkan

(39)

Menurut Arnelia (2005), ada beberapa pola makan remaja yang sangat khas

dan berbeda dibandingkan usia lainnya, yaitu :

1. Tidak makan terutama makan pagi atau sarapan.

2. Kegemaran makan snacks dan kembang gula serta softdrinks. Snacks (makanan

kecil) umumnya dikonsumsi pada waktu sore hari setelah pulang dari sekolah.

3. Makanan cepat saji sangat digemari, baik yang langsung dibeli atau makanan

yang dibawa dari rumah. Makanan modern ini dikonsumsi sebagai bagian dari life

style (gaya hidup). Makanan ini mengandung zat gizi yang tinggi energi, lemak,

serta protein.

4. Gemar mengonsumsi minuman ringan (soft drink).

Banyak remaja memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi. Mereka sering

menggantikan makan pagi dengan makan siang yang berlebih atau memakan

makanan kecil yang tinggi lemak dan kalori dalam jumlah yang relatif banyak.

Berdasarkan hasil penelitian Djoyonegoro (1995) yang dikutip Khomsan (2003),

bahwa ada sekitar 60% anak Indonesia tidak sarapan pagi sebelum berangkat

kesekolah dan itu menjadi perhatian penuh, sebab sarapan pagi akan memberikan

kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein,

lemak, vitamin dan mineral.

Selain kebiasaan tidak sarapan pagi, saat ini remaja lebih menyukai

mengonsumsi makanan jajanan cepat saji (fast food). Dari hasil Survei Sosial

Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

(40)

perkotaan untuk makanan jajanan (termasuk fast food) meningkat dari 9,13% pada

tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan

Yogyakarta pengeluaran untuk makanan jadi lebih besar yaitu seperempat dari total

pengeluaran pangan (Asdie, 2005).

2.5 Aktivitas Fisik Remaja

Aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan seseorang mulai dari bangun

sampai tidur kembali. Aktivitas fisik berarti menggunakan otot untuk

menggerakkan badan. Perbaikan tingkat hidup dan kemajuan teknologi telah

memacu perubahan pola kebiasaan hidup atau gaya hidup. Dalam kehidupan

masyarakat modern dengan dukungan teknologi dan sarana yang mutakhir,

meyebabkan menurunnya aktivitas fisik. Penggunaan elevator telah menggantikan

fungsi tangga diberbagai sarana umum. Adanya remote kontrol juga

menyebabkan remaja kurang bergerak dan tidak perlu beranjak dari tempat

menonton televisi. Penggunaan alat transportasi bermotor juga telah menggeser

peran sepeda (Nadesul, 1997).

Aktivitas fisik yang sesuai, aman dan efektif dalam upaya menurunkan berat

badan adalah dengan berolah-raga, karena akan membantu memelihara berat badan

yang optimal. Gerak yang dilakukan saat berolah-raga berbeda dengan gerak saat

menjalamkan aktivitas sehari-hari seperti berdiri, duduk atau hanya menggunakan

(41)

Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh

terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik tersebut diperlukan untuk

membakar energi dari dalam tubuh. Apabila pemasukan energi berlebihan dan tidak

diimbangi dengan aktivitas fisik akan memudahkan seseorang memiliki berat badan

berlebih. Aktivitas (kegiatan) fisik biasanya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu

(Khumaidi, 1994) :

1. Ringan: 75% waktu untuk duduk atau berdiri, 25% waktu untuk berdiri sambil

bergerak.

2. Sedang: 40% waktu untuk duduk atau berdiri, 60% waktu untuk melakukan

pekerjaan khusus.

3. Berat: 25% waktu untuk duduk dan berdiri, 75% waktu untuk melakukan

pekerjaan khusus.

Menurut Leane (2007), saat berangkat sekolah remaja lebih menyukai

menggunakan alat transportasi ketika berangkat sekolah, daripada menggunakan

sepeda atau berjalan kaki. Selain itu banyak diantaranya yang malas mengikuti

kegiatan ekskul kalau tidak ada yang mengantar. Mereka merasa lebih nyaman

dengan mendekam dikamar sambil main play station atau menonton televisi. Remaja

lebih menyukai pergi ke mal sewaktu weekend, padahal di mal jarang ada resto yang

menyediakan makanan sehat. Hal tersebut yang menyebabkan tidak adanya output

(42)

2.6 GiziRemaja

Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan

kalori dan potein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti besi, kalsium dan

beberapa vitamin ternyata masih kurang.

Ketidakseimbangan asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan

berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga ke

dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan satu faktor resiko

penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan

berbagai gangguan kulit.

Masa remaja adalah masa yang menyenangkan, namun juga merupakan masa

yang kritis dan sulit, karena merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa

kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek

fisik, psikis dan psikososial (Dariyo, 2004). Berkaitan dengan pertumbuhan fisik

tersebut, bentuk tubuh yang ideal dan wajah yang menarik merupakan hal yang

diidam-idamkan hampir oleh semua orang, apalagi bagi banyak remaja yang mulai

mengembangkan konsep diri dan juga hubungan heteroseksual. Untuk itu

kecenderungan menjadi gemuk atau obesitas, dapat mengganggu sebagian anak pada

masa puber dan manjadi sumber keprihatinan selama tahun-tahun awal masa remaja

(Hurlock, 2004).

Oleh karena itu, konsumsi pangan remaja sangat penting diperhatikan karena

kebiasaan para remaja mengonsumsi makanan fast food. Kebiasaan makan remaja

(43)

Di samping itu konsumsi makanan remaja sangat penting diperhatikan karena pada

masa ini merupakan masa pertumbuhan sel-sel yang sangat cepat. Adapun kebutuhan

akan zat gizi pada golongan remaja sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan

dikhususkan pada kecukupan kalori dan protein dapat digambarkan pada tabel

berikut:

Tabel 2.1 Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Remaja per Kelompok Umur Golongan Umur

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. LIPI. Jakarta, 2004.

Sedangkan kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO

menganjurkan komsumsi lemak sebanyak 15-30% dari kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak (Almatsier, 2002).

2.7 Berbagai Pengertian Obesitas

Kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Namun, keduanya

sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan didalam

tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks massa diatas normal.

Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak

dibandingkan dengan penderita kegemukan untuk jangka waktu yang lama,

(44)

Kegemukan berhubungan dengan kelebihan berat badan daripada berat badan

yang diinginkan. Obesitas berhubungan dengan kelebihan lemak tubuh. Obesitas

biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 20% berat badan ideal

(BBI) atau berat badan yang diinginkan.

Obesitas merupakan keadaan patologik dengan terdapatnya penimbunan lemak

yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Dari sudut ilmu gizi,

defenisi obesitas yang baik adalah bila tercakup pengertian terjadinya

penimbunan trigliserida yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh (Moehji S,

2003).

Obesitas terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obesitas) yang disebabkan

penumpukan adipose (adipocytes : jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh)

secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat

badan yang lebih dibandingkan berat badan yang idealnya yang disebabkan terjadinya

penumpukan lemak tubuhnya (Mutadin, 2002).

Kelebihan berat badan (overweight) merupakan suatu keadaan terjadinya

penimbunan lemak secara berlebih, yang menyebabkan kenaikan berat badan.

Seseorang dikatakan mengalami kegemukan (obesitas) jika terjadi kelebihan berat

badan sebesar 20% dari berat badan ideal (Wirakusumah, 2001).

2.8 Penyebab Obesitas

(45)

Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya

di dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya seringkali dijumpai orangtua yang

gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula. Dalam hal ini

nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel

dalam lemak tubuh. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas

sedang hamil maka unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran

normal, secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam

kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi lahirpun memiliki unsur lemak tubuh

yang relatif sama besar.

Orang yang kegemukan lebih responsif dibandingkan dengan orang berberat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa bau makanan, atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan saat ia lapar. Pola makan berlebih ini yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.

Faktor lingkungan juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk adalah simbol kemakmuran dan kehindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan kegemukan.

2.9 Resiko Obesitas pada Remaja

Telah diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas bersifat multi faktor dan apabila tidak cepat dicegah serta dilakukan upaya penanggulangannya, maka akan terjadi resiko-resiko yang berhubungan dengan kesehatan.

Resiko-resiko yang terjadi bila obesitas tidak segera dicegah adalah :

1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik akan lebih cepat matang, misalnya

pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak, anak mendapat menstruasi menard

(46)

2. Gangguan psikososial, yaitu keterbatasan dalam pergaulan dan partisipasi

dalam berbagi jenis kegiatan olah raga. Anak lebih suka menyendiri dan

memuaskan dirinya dengan santai dan makan.

3. Berlanjut menjadi obesitas dewasa yang merupakan faktor resiko timbulnya

beberapa penyakit seperti penyakit jantung koroner, hiperkolesterolemia dan

hipertrigliseridemia, diabetes mellitus, hipertensi, batu empedu dan penyakit

kanker.

4. Rendahnya daya tahan tubuh sehingga mudah mendapat gangguan pernapasan

dermatitis, sehingga tidak disukai oleh teman dan pergaulannya.

2.10 Cara Penentuan Obesitas

Cara untuk menentukan seseorang menderita obesitas perlu dilakukan penilaian

status gizinya. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan

antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi atau kondisi yang dapat diukur.

Penilaian status gizi apat dilakukan dengan dua cara yaitu cara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisika, sedangkan secara tidak langsung dibagi menjadi tiga cara yaitu survei konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).

Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat

badan normal ditentukan berdasarkan nilai body mass indeks (BMI). Di Indonesia

istilah BMI diterjemahkan menjadi indeks massa tubuh (IMT). Khususnya yang

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan

berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup

(47)

Dengan mengukur IMT akan diketahui apakah berat seseorang dinyatakan

normal, kurus atau gemuk dengan menggunakan rumus :

Batasan ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan WHO, yang

membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan, dan penggunaan IMT

hanya berlaku untuk orang dewasa berusia diatas 18 tahun. Tetapi timbullah masalah

yang diterapkan oleh WHO NCHS dengan keterbatasan tinggi badan yakni, laki-laki

maksimal 145 cm dan perempuan maksimal137 cm. Dengan keterbatasan satu hal di

atas, maka dibutuhkan batas ambang IMT yang dapat ditentukan berdasarkan baku

IMT meurut umur (CDC 2000) yang membedakan batas ambang untuk remaja

laki-laki dan perempuan (Anonim, 2000).

Sedangkan untuk menghitung konsumsi zat-zat gizi, seperti energi digunakan

suatu metode. Metode yang sering dipakai adalah metode recall, yang dilakukan

dalam waktu 24 jam dan sebaiknya dilakukan 2 (dua) hari berturut-turut. Metode food

recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jmlah bahan makanan yang

dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Selain mudah dilakukan, murah dan cepat.

Metode ini juga memberi gambaran yang nyata yang benar-benar dikonsumsi

individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Berat badan (kg)

IMT =

(48)

2.11 Kerangka Teori

Dari beberapa teori maupun hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disusun gambaran terjadinya obesitas dalam

bentuk kerangka teoritis sebagai berikut :

Error!

Gambar2.1 Kerangka Teori Karakteristik

- Pengetahuan - Sikap

- Pola makan - Aktivitas fisik

(49)

2.12 Kerangka Konsep

Perilaku makan meliputi pengetahuan, sikap dan pola makan sebagai

tindakan. Pengetahuan dan sikap dapat mempengaruhi pola makan, sedangkan

aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi pola makan. Pola makan dan aktivitas fisik

dapat mempengaruhi timbulnya obesitas.

Variabel yang diteliti adalah: Perilaku Makan, Aktivitas Fisik, dan Obesitas.

Perilaku Makan : - Pengetahuan - Sikap

- Pola Makan

Aktivitas Fisik : - Ringan

- Sedang - Berat

Obesitas pada anak SMU

(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini analisa observasional, dimana menguji suatu kejadian

(penyakit) dengan paparan atau resiko tertentu. Design penelitian yang digunakan

adalah CaseControl (Rothman, 1995).

3.2 Tempatdan Waktu penelitian

Kasus

Kontrol

Perilaku makan: - pengetahuan

- sikap + - tindakan

Aktivitas fisik

Perilaku makan: - pengetahuan

- sikap - - tindakan

Aktivitas fisik

Perilaku makan: - pengetahuan

- sikap + - tindakan

Aktivitas fisik

Perilaku makan : - pengetahuan

- sikap - - tindakan

Aktivitas fisik

(51)

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMU Methodist di Medan, dengan pertimbangan

berdasarkan survei awal dengan pengamatan fisik yang telah dilakukan di sekolah

tersebut ada 44 siswa dan siswi yang memiliki badan gemuk (obesitas).

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan bulan Agustus 2008 sampai Agustus 2009 mulai dari penelusuran pustaka, konsultasi dengan pembimbing, survei pendahuluan, pembuatan proposal, kolokium dan pelaksanaan penelitian.

3.3 Populasidan Sampel

Populasi adalah siswa-siswa SMU Methodist di Medan yang berdasarkan

pengamatan memiliki kondisi fisik yang gemuk (obesitas) dengan jumlah 44 orang,

yang diambil dari kelas X, XI dan XII, pada tahun ajaran 2009/2010.

Sampel dalam penelitian ini terbagi dalam case dan control. Case adalah

seluruh siswa yang obesitas dengan jumlah 44 orang, sedangkan control adalah 44

orang siswa lainnya yang tidak obesitas dengan karakteristik jenis kelamin dan umur

yang sama dengan case.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data primer mencakup data:

1. Data tentang obesitas yang dikumpulkan dengan cara melakukan

pengukuran berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur dengan

menggunakan timbangan injak merk Elektronik Personal scale yang

(52)

berdiri tegak tepat ditengah timbangan dan tanpa menggunakan alas kaki.

Pembacaan angka dilakukan setelah angka petunjuk tidak bergerak.

Sedangkan data tinggi badan diukur dengan menggunakan alat ukur

Mikrotoise berskala 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Sample diukur dalam

posisi tegak, muka lurus kedepan dan tanpa menggunakan tutup kepala. Besi

pengukur yang vertical diturun naikkan hingga batang pengukur yang

horizontal menyentuh tepat diatas kepala sample. Posisi sample

membelakangi alat ukur dan pembacaan dilakukan dari salah satu sisi badan

sample.

2. Pengetahuan dan sikap dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

3. Data pola makan (asupan zat gizi, jenis makanan, frekwensi makan)

diperoleh berdasarkan dengan cara wawancara langsung pada responden

dengan menggunakan kwesioner penelitian, food frequency questionaire dan

melalui recall (tanya ulang) konsumsi selama 24 jam. Data konsumsi

makanan ditampilkan dalam bentuk tingkat kecukupan energi, protein dan

lemak yang diperoleh dari perbandingan zat gizi yang dikonsumsi dengan

yang dianjurkan (AKG) dikali 100 %.

4. Data tentang aktivitas dilakukan dengan mengisi daftar aktivitas

pelajar selama 24 jam.

5. Pengumpulan data dikerjakan oleh peneliti dan dibantu dengan 10 (sepuluh) orang mahasiswa D3 jurusan Gizi Lubuk

Pakam yang sudah diseleksi sebelum pelaksanaan penelitian. Tenaga pengumpul data sebelumya dilatih terlebih dahulu

(53)

Data sekunder mencakup data sekolah sebagai gambaran umum SMU

Methodist Medan yang diperoleh dari bagian administrasi sekolah.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian terdiri dari variable bebas (independent variabel) dan

variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi:

perilaku makan, pengetahuan, sikap, tindakan (pola makan), asupan zat gizi, jenis

makanan, frekuensi makan, dan aktivitas fisik sedangkan variabel terikat adalah

obesitas.

Adapun definisi operasional tiap variabel adalah sebagai berikut:

1. Perilaku makan adalah cara siswa berpikir dan berpandangan tentang pemilihan

makan yang dikonsumsi meliputi pengetahuan, sikap dan pola makan sebagai

tindakan.

2. Pengetahuan adalah sesuatu hal yang diketahui pelajar tentang pola makan

dalam kehidupan sehari-hari.

3. Sikap adalah tanggapan dari siswa tentang pola makan dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Tindakan (pola makan) adalah pola kebiasaan makan atau tindakan dari

responden dalam hal pemilihan atau penentuan makanan yang dimakan yang

dilihat dari jumlah asupan zat gizi, jenis makanan dan frekuensi makan

5. Asupan zat gizi adalah banyaknya nilai energi (kalori) dan protein, lemak yang

(54)

6. Jenis makanan adalah keragaman makanan yang yang dikonsumi siswa setiap kali

makan yang meliputi: makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan

susu.

7. Frekuensi makan adalah seringnya mengonsumsi bahan makanan oleh siswa/i

yang disajikan dalam satuan: tiap hari, 2-3 x seminggu, 1 x seminggu, dan 1 x.

sebulan.

8 Aktivitas (kegiatan) fisik adalah jumlah waktu yang digunakan untuk

melaksanakan kegiatan oleh responden selama 24 jam yang dikelompokkan

menjadi aktivitas ringan dan aktivitas berat sesuai dengan pedoman CDC.

9. Obesitas adalah tingkat kegemukan siswa yang dinyatakan dalam IMT

berdasarkan umur (Centre for Desease Control and Prevention / CDC, 2000).

3.6 Metode Pengukuran

A. Perilaku makan dinilai dari skor pengetahuan, sikap dan tindakan remaja

terhadap pola makan yang baik dapat diketahui dari kuesioner.

1. Pengetahuan diukur melalui pertanyaan dengan memilih jawaban yang

disediakan. Jawaban yang paling benar diberi nilai 3 dan yang paling rendah

diberi nilai 1. Tingkat pengetahuan dibedakan atas 2 kategori:

- Tidak baik, jika < 75% dijawab benar dengan total nilai < 22

- Baik, jika >75% dijawab benar dengan total nilai >22

2. Sikap diukur melalui pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan.

Jawaban yang paling benar diberi nilai 3 dan yang paling rendah diberi nilai 1.

Tingkat sikap dibedakan atas 2 kategori :

(55)

- Baik, jika >75% dijawab benar dengan total nilai >18

3. Tindakan pola makan diukur dengan indikator asupan zat gizi (3 indikator),

jenis makanan (7 indikator), frekwesi makan (7 indikator), yang dilakukan

dengan cara wawancara yang dipandu dengan menggunakan kuesioner.

Dengan 17 indikator ini pola makan, bila indikator tersebut tidak baik diberi

skor 1 dan apabila baik diberi skor 2. Dengan mentotalkan skor pola makan

dapat dibedakan menjadi 2 kategori sebagai berikut :

- Tidak baik, jika < 75% dari total skor atau dengan nilai < 25

- Baik, jika >75% dijawab benar dengan total nilai >25

Berikut adalah rincian indikator pola makan:

a. Asupan zat gizi diukur melalui banyaknya nilai energi (kkal) dan protein

yang dikonsumsi dalam sehari dihitung, hasilnya dibandingkan dengan zat

gizi yang dianjurkan (AKG) dikali 100 % :

% 100 x KC

K TK =

Keterangan : TK : tingkat kecukupan

K : konsumsi

KC : kecukupan yang dianjurkan

Setelah tingkat kecukupan diperoleh dalam bentuk persen, selanjutnya

persentase tersebut dikategorikan atas: tidak baik (< 90% atau >110%),

(56)

Sedangkan untuk asupan lemak yang dikonsumsi dalam sehari dihitung

dengan perbandingan persentase konsumsi lemak dengan angka

kecukupan energi. Selanjutnya persentase tersebut dikategorikan atas :

tidak baik (> 25%), baik (< 25%).

b. Jenis makanan adalah sejumlah jenis makanan yang dikonsumsi dalam

sehari sebagai sumber energi , protein, lemak berdasarkan standar angka

kebutuhan gizi .

Jenis makanan dikategorikan berdasarkan anjuran makanan rata-rata

satu hari yang dikonsumsi, sebagai berikut :

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Jenis Makanan (dalam gram)

Jenis

Kelamin

Kategori Nasi Lauk Pauk

Daging Tempe

Sayuran Buah Minyak Gula

Anjuran 800 120 150 150 300 50 40

Tidak Baik <720, >880 <108, >132 <135, >135 <135, >165 <270, >330 <45, >55 <36, >44 Laki-laki

Baik 720 - 880 108 - 132 135 - 165 135 - 165 270 - 330 45 - 55 36 – 44

Anjuran 500 120 150 150 300 50 40

Tidak Baik <450, >550 <108, >132 <135, >135 <135, >165 <270, >330 <45, >55 <36, >44 Perempuan

Baik 450 - 550 108 -132 135 - 165 135 - 165 270 - 330 45 - 55 36 – 44

c. Frekuensi makan adalah jumlah kali makan yang dikonsumsi sebagai

sumber energi, protein dan lemak dalam 1 bulan terakhir yang

dikumpulkan melalui wawancara langsung pada responden dengan

menggunakan kuesioner penelitian, food frequency questioner dan

Gambar

Tabel 2.1  Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Remaja per Kelompok Umur
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2  Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Jenis Makanan (dalam gram)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik anak dengan obesitas anak akan tetapi tidak terdapat hubungan antara status ekonomi orang tua dengan obesitas

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN OBESITAS PADA GURU SMP NEGERI 3 TANJUNG MORAWA KECAMATAN TANJUNG

Faktor yang menyebabkan responden tidak mengalami obesitas karena orang tua yang membiasakan anaknya untuk makan tepat waktu dengan jumlah dan jenis yang tepat,

Kecenderungan yang dapat dilihat dari hasil penelitian ini adalah pola makan yang berlebih dapat menjadi faktor terjadinya obesitas. Obesitas terjadi jika seseorang

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada tingkat pengetahuan gizi remaja, pengeluaran jajan remaja, frekuensi makan, pola konsumsi makanan cepat saji, pola

5 KESIMPULAN Berdasarkan analisa data hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan aktifitas fisik remaja di SMA Laboratorium Malang adalah kurang aktif 63%, pola makan

e-ISSN : 2615-109X 159 Aktivitas Fisik Obesitas Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas pada Pelajar Tabel 3 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas pada

Faktor perilaku dapat berupa kurangnya aktivitas fisik, tidur yang tidak teratur, pola makan yang buruk, mengkonsumsi alkohol, merokok Khaerunnisa, 2010 Pola makan atau asupan makanan