PENGARUH PERILAKU MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR SMU METHODIST MEDAN
TAHUN 2009
TESIS
Oleh
R U M I D A 077033028/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH PERILAKU MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR SMU METHODIST MEDAN
TAHUN 2009
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
R U M I D A 077033028/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul : PENGARUH PERILAKU MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR SMU METHODIST MEDAN TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : Rumida Nomor Induk Mahasiswa : 077033028
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing:
(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes) (Dra. Syarifah, M.S) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji pada Tanggal : 29 Juni 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S
PERNYATAAN
PENGARUH PERILAKU MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR
SMU METHODIST MEDAN TAHUN 2009
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacukan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Mei 2010
ABSTRAK
Salah satu masalah gizi adalah obesitas yang timbul oleh karena kelebihan konsumsi makan yang berasal dari makanan sumber energi yang tinggi, seperti kelebihan karbohidrat dan lemak, tanpa diikuti aktivitas yang cukup. Berdasarkan pengamatan di SMU Methodist Medan melalui survey awal dan pengamatan secara fisik maka peneliti mendapat gambaran banyaknya siswa yang mengalami obesitas, sehingga peneliti berasumsi bahwa perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada pelajar di SMU Methodist Medan Tahun 2009.
Jenis penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan sampel penelitian adalah anak sekolah menengah umum yang berusia 14-19 tahun kelas X, XI, XII sebanyak 88 sampel masing-masing : 44 kasus dan 44 kontrol. Data diperoleh melalui kuesioner, formulir food frequency, formulir food recall (24 jam) dan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Analisis data dilakukan dengan uji statistik multivariat (regresi logistik).
Hasil penelitian analisa pada bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap (p=0,033; OR=1,582), tindakan (pola makan) (p=0,049; OR=1,762) dan aktivitas fisik (p=0,005; OR=2,217) terhadap kejadian obesitas pada pelajar SMU Methodist Medan. Hasil uji regresi logistik sebagai variabel yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah variabel aktivitas fisik (OR=5,152).
Sesuai dengan hasil penelitian disarankan pihak sekolah untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan melalui kegiatan UKS untuk meningkatkan pengetahuan serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pola makan yang sehat dan aktivitas fisik secara teratur.
ABSTRACT
One of the nutritious problems was obesity by over-consumption of high energy of food, such as consuming carbohydrate and fat without adequate activities. Obesity not only affected adults, but also teenagers. It could be seen from the obesity rate in many big cities. Based on the preliminary survey and observation at the Methodist Senior High School and the data and evidence in the field, it was considered necessary to do some research in order to analyze the influence of the eating behavior and the physical activities of the students who suffered from obesity at the Methodist Senior High School, Medan, in 2009.
The type of the research was observational analysis with Case Control design. The research was done at the Methodist Senior High School, Medan,. The sample was divided into case and control with 44 respondents each. The data were analyzed with univatriate, bivatriate, and multivatriate (logistic regression).
The result of the bivatriate analysis showed that there was a significant relationship between the attitude of eating pattern (p=0.033; OR=1.582), eating pattern (p=049;OR=1.762), and physical activities (p=0.005; OR=2.217) and the obesity of the students. The most influential variable of obesity was physical activities (OR=5.152). The next influential variable was the attitude of eating pattern (OR=3.284), and the eating pattern (OR=2.957).
It was recommended that the school management should promote health to the students in order to increase their knowledge and foster their awareness of the importance of eating healthful food and doing physical activities routinely; such as doing the extracurricular activities. It was also recommended that the school management should give information regularly to the students about nutrition; for example, how to prevent and to handle over-nutritious problem and its effect, to choose healthful snacks, to know healthful consumption, and to realize the habit of doing physical exercises.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
tesis ini dengan judul “Pengaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik terhadap
Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan Tahun 2009”.
Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan terima kasih, semoga sukses
dan bahagia selalu dalam lindungaNya kepada : Dr.Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan
Dra.Syarifah, M.S selaku pembimbing yang telah memberikan perhatian, dukungan
dan pengarahan sejak awal penulisan hingga selesai tesis ini.
Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan
bantuan dari beberapa pihak, dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada
Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta
seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan dorongan selama
penulis mengikuti pendidikan.
3. Kepala Sekolah, para guru SMU yang telah memberikan izin dan seluruh siswa
siswi SMU Methodist Kelas 1,2,3 yang telah bersedia menjadi responden untuk
penelitian ini.
4. Para teman sejawat dan rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan moril dan materil kepada penulis.
Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan rasa
syukur kepada suami yang kukasihi Sabar Sihotang, S.K.M, M.Si yang telah
memberikan dukungan doa, perhatian dan semangat, bagi penulis dan anakku
tersayang Grace Paulina Sharapova Sihotang serta seluruh keluarga atas perhatian
dan dukungannya baik moral maupun materil yang tak terbatas kepada penulis selama
mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara.
Akhirnya ucapan terimakasih kusampaikan kepada Tuhanku Yesus Kristus
karena anugrahMu sehingga penulis dapat menyelesaikan semua ini, bukan karena
Penulis menyadari tesis ini jauh dari sempuna, oleh karenanya saran untuk
perbaikan sangat diperlukan. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi
akademik Universitas Sumatera Utara dan Poltekkes Dep.Kes RI Medan, khususnya
jurusan Gizi di Lubuk Pakam.
Medan, Mei 2010
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rumida yang dilahirkan di Medan, pada tanggal 13 April
1962, anak keempat dari lima orang bersaudara dari pasangan Alm. Sarman Purba
dan Almh. Kasiana Sipayung, beragama Kristen dan bertempat tinggal Jl. Yos
Sudarso No. 18 C Medan.
Penulis menamatkan Sekolah Dasar GKPS Medan pada tahun 1974, tahun
1977 lulus SLTP Swasta Methodist Medan, kemudian pada tahun 1981 lulus SLTA
Swasta Methodist Medan, tahun 1983 lulus Sekolah Pembantu Ahli Gizi Departemen
Kesehatan Lubuk Pakam, tahun 1992 lulus Fakultas Pertanian Pangan dan Gizi
di Universitas Katolik St. Thomas Medan.
Diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil pada tahun 1984 dan bekerja di bagian
Instalasi Gizi RS. Dr. Pirngadi Medan hingga tahun 1992, kemudian pindah tugas
ke Akademi Gizi Depkes RI Lubuk Pakam sebagai tenaga pengajar hingga tahun
1997. Penulis menjadi tenaga detasering di Puslitbang Gizi Bogor dari tahun 1997 –
2002. Kemudian pindah tugas ke Poltekkes Medan Jurusan Gizi di Lubuk Pakam
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
2.7. Berbagai Pengertian Obesitas ... 23
2.8. Penyebab Obesitas ... 24
2.9. Resiko Obesitas Pada Remaja ... 25
2.10. Cara Penentuan Obesitas... 26
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 33
3.6. Metode Pengukuran ... 34
3.7. Metode Analisis Data... 39
BAB 4 HASIL PENELITIAN... 41
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 41
4.2. Karakteristik Responden... 42
4.3. Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik ... 43
4.3.1 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan tentang Pola Makan ... 43
4.3.2 Distribusi Responden berdasarkan Sikap tentang Pola Makan... 45
4.3.3 Distribusi Responden berdasarkan Asupan Zat Gizi. 47 4.3.4 Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Makanan yang Dikonsumsi... 48
4.3.5 Distribusi Responden berdasarkan Frekuensi Makan 49 4.3.6 Distribusi Responden berdasarkan Pola Makan ... 51
4.3.7 Distribusi Responden berdasarkan Aktivitas Fisik.... 51
4.4 Hubungan Perilaku Makan dengan Kejadian Obesitas ... 52
4.4.1 Hubungan Pengetahuan tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 52
4.4.2 Hubungan Sikap tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 53
4.4.3 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 53
4.4.4 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas 54 4.5...Pe ngaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas ... 55
BAB 5 PEMBAHASAN... 57
5.1 Hubungan Perilaku Makan dengan Kejadian Obesitas ... 57
5.1.1 Hubungan Pengetahuan tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas... 57
5.1.2 Hubungan Sikap tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 58
5.1.3 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas ... 60
5.1.4 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas .. 63
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 67
6.1 Kesimpulan... 67
6.2 Saran ... 67
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Remaja per Kelompok
Umur ... 23
3.1. Aspek Pengukuran Jenis Makanan (dalam gram)... 36
3.2. Aspek Pengukuran Frekuensi Makanan (dalam porsi rumah
tangga)... 37
4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur di SMU Methodist Medan... 42
4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pola
Makan pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009 . 43
4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan Tentang Pola Makan pada Pelajar SMU Methodist Medan pada
Tahun 2009 ... 44
4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Pola Makan
pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009 ... 45
4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Tentang Pola Makan pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun
2009... 46
4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Gizi pada
Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009... 47
4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Makanan yang Dikonsumsi pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun
2009... 48
4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan pada
Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun 2009... 50
4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Makan pada Pelajar
4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik pada Pelajar
SMU Methodist Medan pada Tahun 2009 ... 51
4.11. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan
pada Tahun 2009 ... 52
4.12. Tabulasi Silang Hubungan Sikap Tentang Pola Makan dengan Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan pada
Tahun 2009 ... 53
4.13. Tabulasi Silang Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun
2009... 54
4.14. Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan pada Tahun
2009... 54
4.15. Hasil Uji Regresi Logistik untuk Mengetahui Seberapa Besar Pengaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas pada Pelajar SMU Methodist Medan pada
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Kerangka Teori... 28
2.2. Kerangka Konsep ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian... 72
2. Master Data... 81
3. Output SPSS ... 84
4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 95
5. Standard CDC Laki-laki Usia 14-20 Tahun ... 96
ABSTRAK
Salah satu masalah gizi adalah obesitas yang timbul oleh karena kelebihan konsumsi makan yang berasal dari makanan sumber energi yang tinggi, seperti kelebihan karbohidrat dan lemak, tanpa diikuti aktivitas yang cukup. Berdasarkan pengamatan di SMU Methodist Medan melalui survey awal dan pengamatan secara fisik maka peneliti mendapat gambaran banyaknya siswa yang mengalami obesitas, sehingga peneliti berasumsi bahwa perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada pelajar di SMU Methodist Medan Tahun 2009.
Jenis penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan sampel penelitian adalah anak sekolah menengah umum yang berusia 14-19 tahun kelas X, XI, XII sebanyak 88 sampel masing-masing : 44 kasus dan 44 kontrol. Data diperoleh melalui kuesioner, formulir food frequency, formulir food recall (24 jam) dan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Analisis data dilakukan dengan uji statistik multivariat (regresi logistik).
Hasil penelitian analisa pada bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap (p=0,033; OR=1,582), tindakan (pola makan) (p=0,049; OR=1,762) dan aktivitas fisik (p=0,005; OR=2,217) terhadap kejadian obesitas pada pelajar SMU Methodist Medan. Hasil uji regresi logistik sebagai variabel yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah variabel aktivitas fisik (OR=5,152).
Sesuai dengan hasil penelitian disarankan pihak sekolah untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan melalui kegiatan UKS untuk meningkatkan pengetahuan serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pola makan yang sehat dan aktivitas fisik secara teratur.
ABSTRACT
One of the nutritious problems was obesity by over-consumption of high energy of food, such as consuming carbohydrate and fat without adequate activities. Obesity not only affected adults, but also teenagers. It could be seen from the obesity rate in many big cities. Based on the preliminary survey and observation at the Methodist Senior High School and the data and evidence in the field, it was considered necessary to do some research in order to analyze the influence of the eating behavior and the physical activities of the students who suffered from obesity at the Methodist Senior High School, Medan, in 2009.
The type of the research was observational analysis with Case Control design. The research was done at the Methodist Senior High School, Medan,. The sample was divided into case and control with 44 respondents each. The data were analyzed with univatriate, bivatriate, and multivatriate (logistic regression).
The result of the bivatriate analysis showed that there was a significant relationship between the attitude of eating pattern (p=0.033; OR=1.582), eating pattern (p=049;OR=1.762), and physical activities (p=0.005; OR=2.217) and the obesity of the students. The most influential variable of obesity was physical activities (OR=5.152). The next influential variable was the attitude of eating pattern (OR=3.284), and the eating pattern (OR=2.957).
It was recommended that the school management should promote health to the students in order to increase their knowledge and foster their awareness of the importance of eating healthful food and doing physical activities routinely; such as doing the extracurricular activities. It was also recommended that the school management should give information regularly to the students about nutrition; for example, how to prevent and to handle over-nutritious problem and its effect, to choose healthful snacks, to know healthful consumption, and to realize the habit of doing physical exercises.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan
akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat
dan berperilaku hidup sehat. Indonesia Sehat 2010 dimaksudkan juga untuk
mendorong agar masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu,
adil dan merata guna mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Pangan dan gizi merupakan komponen yang sangat penting dalam
pembangunan. Komponen ini memberikan konstribusi dalam mewujudkan sumber
daya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam
pembangunan. Pangan yang dikonsumsi manusia harus seimbang sebab berguna
untuk tumbuh kembang dan mempertahankan kehidupan manusia agar berkualitas
dan akhirnya berpengaruh terhadap pembangunan (Baliwati, dkk, 2004).
Keseimbangan gizi diperoleh dari hidangan sehari-hari dan sebaiknya beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan, seperti zat tenaga yang bersumber dari padi-padian, zat pengatur yang berasal dari sayur dan buah-buahan dan sumber zat pembangun yang berasal dari kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahannya (Depkes, 2002).
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara
miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan
masalah gizi kurang yang berhubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju
yang cenderung dengan masalah gizi lebih yang berhubungan dengan penyakit
koroner, hati, dan kantung empedu. Sedangkan pada negara berkembang seperti
Indonesia mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan masalah gizi kurang dan
masalah gizi lebih.
Saat ini terbukti prevalensi obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia
yang mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara
maju seperti negara-negara Eropa, USA dan Australia telah mencapai tingkatan
epidemik. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, di beberapa negara
berkembangpun obesitas justru telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius,
sebagai contoh sebanyak 70% penduduk dewasa Polynesia di Samoa termasuk
kategori obesitas (WHO, 1998).
Sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun, bangsa
Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan. Di beberapa daerah lain atau
sekelompok masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan
masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi dan kekurangan jika
dibandingkan negara lain yang sudah lebih maju. Meningkatnya kejadian obesitas di
beberapa daerah di Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai
konsekuensi serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang
kesehatan (Azwar, 2004).
Menurut data yang diperoleh, tingginya penderita obesitas terjadi di berbagai
negara. Menurut laporan WHO 2003, 300 juta orang dewasa menderita obesitas.
Di Amerika Serikat, 1 dari 3 orang penduduk adalah obesitas, di Inggris 16-17,3%
yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1996, pada 12 kota besar
di Indonesia memperlihatkan bahwa 3,7% menderita obesitas. Penelitian pada tahun
1999, menyatakan bahwa 5,3% penderita obesitas terjadi di perkotaan dan 4,3 persen
di pedesaan (Anonim, 2004). Hampir 10 dari setiap 100 orang penduduk kota besar,
seperti Jakarta, menderita obesitas. Saat ini diperkirakan lebih dari 6 juta wanita
Indonesia menderita obesitas (Depkes, 2004).
Hasil penelitian Sjarif (2002) di SMU Al Azhar Medan menyatakan kasus
obesitas pada remaja wanita sebesar 10,2%. Hal ini perlu mendapat perhatian, karena
banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kasus kegemukan pada remaja
ini.
Dilihat dari faktor-faktor penyebab obesitas, salah satunya berhubungan
dengan pola makan atau jenis makanan yang dikonsumsi dan jenis kegiatan yang
dilakukannya. Ini berarti, jika individu dapat mengatur pola makan dan jenis makanan
yang dikonsumsinya, serta jenis kegiatan yang dilakukannya, maka dirinya dapat
menanggulangi obesitas atau paling tidak dapat mengurangi dampak negatifnya
(Wirakusumah).
Menurut Asdie (2005), kemajuan teknologi juga telah memacu perubahan
kebiasaan hidup (gaya hidup), gaya hidup remaja cenderung lebih santai akibat
perkembangan teknologi saat ini. Remaja memiliki aktifitas pasif seperti menonton
televisi atau bermain komputer dan play station. Selain itu remaja memiliki kebiasaan
berkumpul di cafe atau mall saat weekend daripada berolah raga secara rutin. Adanya
alat transportasi seperti mobil pribadi atau mobil jemputan sekolah menyebabkan
remaja malas bergerak.
Alat transportasi, alat-alat elektronik yang serba otomatis dapat digunakan dan
dilakukan hanya dengan menekan tombol saja, menyebabkan aktifitas fisik menjadi
sangat menurun. Berarti setiap hari terjadi kelebihan energi yang oleh tubuh disimpan
sebagai lemak yang merupakan pangkal terjadinya obesitas, serta penyakit - penyakit
lainnya (Asdie, 2005).
Aktivitas fisik yang sesuai, aman dan efektif dalam upaya menurunkan berat badan adalah dengan berolah-raga karena akan membantu memelihara berat badan yang optimal. Gerak yang dilakukan saat berolah-raga sangat berbeda dengan gerak saat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti berdiri, duduk atau hanya menggunakan tangan. Hal ini merupakan gerak anggota badan yang tidak seimbang (Wirakusumah, 2001).
Perubahan dalam gaya hidup, terutama di perkotaan, karena adanya perubahan
pola makan. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat dan
rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat dan
tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan ke arah tidak seimbang. Perubahan
gaya hidup pada golongan tertentu menyebabkan masalah gizi lebih berupa
kegemukan dan obesitas (Almatsier, 2004).
Hasil penelitian Asniyanti (2004) tentang pola makan remaja dengan kejadian
obesitas di SMP di kota Medan menunjukkan bahwa 31 siswi (51,6%) mengalami
kegemukan dan obesitas dengan pola makan yang tidak sehat yaitu mengkonsumsi
makanan jajanan cepat saji (fast food) yang tinggi karbohidrat dan lemak seperti
mengkonsumsi kalori berlebihan disertai dengan kurangnya aktivitas fisik
menyebabkan insiden berat badan lebih dan obesitas pada remaja cenderung semakin
meningkat.
Berbagai penelitian menunjukkan kenaikan penghasilan secara bertahap dapat
mempengaruhi pola makan dan kebiasaan makan. Kemampuan daya beli yang lebih
mendorong untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang diinginkan (Arnelia,
2005).
Ditinjau dari pola makan, remaja merupakan kelompok yang peka terhadap
pengaruh lingkungan luar seperti maraknya iklan makanan siap santap (fast food)
yang umumnya mengandung kalori tinggi, kaya lemak, tinggi natrium dan rendah
serat. Hal ini memungkinkan terjadinya kasus kegemukan di kalangan remaja (Leane,
2007).
Meningkatnya keadaan sosial ekonomi masyarakat sehingga mampu
mengonsumsi makanan dengan kandungan kalori yang tinggi seperti hamburger dan
pizza sebagai junk food yang lebih banyak mengandung lemak, gula, dan garam
tinggi tetapi miskin serat. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebesar 64%
dari murid-murid sekolah dilaporkan memiliki pengalaman dalam mengonsumsi junk
food dan hal ini berhubungan secara signifikan dengan kejadian obesitas
(Rosenbaum, 1998).
Obesitas merupakan faktor resiko untuk berbagai penyakit degeneratif, seperti
hipertensi, penyakit kardiovaskuler, dan diabetes mellitus. Sebagai contoh wanita
diatas bobot badan normalnya. Selanjutnya penderita diabetes beresiko terkena
serangan jantung 3-7 kali lebih tinggi resiko pada wanita sebayanya yang tidak
menderita diabetes. Pada anak-anak, obesitas dapat menyebabkan beberapa penyakit
kronis meliputi: gangguan metabolisme Glukosa, resistensi insulin, hipertensi,
dyslipidemia, steatosis hepatic gangguan gastro intestinal, dan obstruksi pernafasan
pada waktu tidur. Obesitas pada remaja di kawasan Asia Pasifik berhubungan
diabetes type 2. Selain kerugian kesehatan, obesitas juga menurunkan kepercayaan
diri, terutama pada kalangan remaja, berkaitan dengan tampilan ragawi
(Mahoney, et al., 1996).
Proses kegemukan yang terjadi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
konsumsi, genetik, sosio budaya, kejiwaan dan aktivitas fisik. Obesitas atau
kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan
penumpukan adipose (adipocytes; jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh)
secara berlebihan (Wirakusumah, 2001).
Salah satu masalah gizi lebih adalah obesitas yang timbul oleh karena kelebihan konsumsi makan yang berasal dari makanan sumber energi yang tinggi, seperti kelebihan karbohidrat dan lemak, tanpa diikuti aktivitas yang cukup. Obesitas bukan hanya ditemukan pada orang dewasa, tetapi juga ditemukan pada remaja. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka obesitas pada remaja terutama di kota-kota besar (Wirakusumah, 2001).
Berdasarkan pengamatan sementara di SMU Methodist Medan yang adalah salah
satu sekolah swasta yang siswinya berasal dari keluarga berstatus ekonomi
menengah ke atas. Hal ini menyebabkan daya beli siswi yang besar terhadap
makanan jajanan yang tinggi kandungan energi dan lemaknya. Oleh karena itu,
siswi cenderung memiliki pola makan yang memungkinkan terjadinya kasus
Berdasarkan survey awal yang dilakukan dan pengamatan secara fisik maka
peneliti memperoleh data-data dan fakta di lapangan sehingga peneliti berasumsi
bahwa perlu dilakukan penelitian terhadap obesitas dengan judul “Pengaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Pada Pelajar di SMU
Methodist Medan Tahun 2009”.
1.2. Permasalahan
Tingginya obesitas pada remaja ada kecenderungan mengalami peningkatan, dengan pola makan yang sudah berubah serta aktivitas fisik yang kurang dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah: “Bagaimana Pengaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Pada Pelajar di SMU Methodist Medan Tahun 2009”.
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan,
sikap, tindakan sebagai pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas
pada pelajar di SMU Methodist Medan Tahun 2009”.
1.4. Hipotesis
1. Ada pengaruh sikap tentang pola makan pelajar terahdap kejadian obesitas.
2. Ada pengaruh perilaku makan pelajar terhadap kejadian obesitas.
3. Ada pengaruh aktivitas fisik pelajar terhadap kejadian obesitas.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah tentang karakteristik dan resiko
2. Memberikan informasi ilmiah untuk mendukung program kesehatan dan gizi
terutama di perkotaan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1 Konsep Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia
itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang
dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan
yang dilakukannya, yaitu antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar (Notoatmodjo 2003).
2.1.2 Bentuk Perilaku
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan
adanya tiga ranah perilaku, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan
psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pembagian
domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangakan
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Sikap (attitude)
c. Tindakan (practice)
a. Perilaku dalam bentuk Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indramanusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk
tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 1993).
Selain melalui pendidikan formal dan informal, pengetahuan tentang gizi dan
pola makan yang baik dapat diperoleh melalui buku-buku pustaka, majalah, telivisi,
radio, surat kabar dan orang lain seperti orangtua, dokter dan ahli gizi.
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat
yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan,
yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesutau yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secar benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini
dapat diartikan sebagai penggunaan hokum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatau kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan pada kemampuan seseorang untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden (Notoatmodjo, 2003).
b. Perilaku dalam bentuk Sikap
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berprestasi dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan
kecenderungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek.
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimunus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat, dan emosi yang bersangkutan senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya.
Menurut Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo (1993) salah seorang ahli
psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesedian untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi
sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu : 1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan
2. Menanggapi (responding)
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Mengahargai (valuing)
Menghargai diartikan subjekatau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan
orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespons.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa
yang telah diyakininya.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan.Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “ tidak setuju “ terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu.
c. Perilakudalam bentuk Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap ,menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apayang diketahui, proses selanjutnya
diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekan apa yang diketahui atau
disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut pratik (practice) kesehatan.
Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut
1. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila suatu subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih
tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
2. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mem[praktikan
sesuatu hal secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
3. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.
Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja,
tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang
berkualitas.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,atau
bulan yang lalu (recall). Pengkuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2005).
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Green bahwa factor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama,
yaitu :
1. Faktor-faktor redisposisi (disposing factors), adalah faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
2.2 Perilaku Makan Remaja
Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman secara instansi
manusia dengan lingkungan yang berwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan.
Perilaku makan adalah cara seseorang berfikir, berpengetahuan dan
berpandangan tentang makanan. Apa yang ada dalam perasaan dan pandangan itu
dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Jika keadaan itu
terus menerus berulang maka tindakan tersebut akan menjadi kebiasaan makan
(Khumaidi, 1994).
Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada usia
ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial maupun
psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja banyak ragam gaya hidup,
perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makan apa yang
dikonsumsi yang sangat berpengaruh terhadap keadaan gizi seorang remaja.
fisiologis tubuh yang kadangkala menggangu. Biasanya hal ini lebih sering dialami oleh remaja putri daripada remaja putra. Bagi remaja putri mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak sehingga
mereka akan mudah gemuk apabila mengonsumsi makanan yang berkalori tinggi (Raymond, 2000).
Adapun perilaku makan (dalam hal pola makan) yang ditunjukkan remaja
adalah mengonsumsi makanan fast food (cepat saji). Kini makanan fast food telah
menjadi bagian dari perilaku sebagian anak sekolah dan remaja di luar rumah
diberbagai kota. Jenis makanan siap santap (fast food)yang berasal dari negara barat
seperti KFC, hamburger, pizza dan berbagai jenis makanan berupa kripik (junk food)
sering dianggap sebagai lambang kehidupan modern oleh para remaja. Padahal fast
food dan junk food mempunyai kandungan tinggi kalori, karbohidrat dan lemak, jika
makanan fast food dan junk food dikonsumsi dalam jangka panjang dapat
menyebabkan obesitas ( Mudjianto, 1993).
Berdasarkan hasil penelitian Padmiari (2005) terhadap konsumsi fast food
di Denpasar. Ternyata prevalensi obesitas di Denpasar cukup tinggi (13,6%).
Prevalensi obesitas lebih tinggi di sekolah swasta (18,2%) daripada di sekolah negeri
(12,4%). Semakin beranekaragaman jenis fast food yang dikonsumsi, semakin tinggi
pula resiko seseorang menderita obesitas. Anak yang memperoleh intake energi dari
fast food sebanyak 75% lebih berpeluang untuk menjadi obesitas daripada anak yang
memperoleh intake energi yang dikonsumsi dari fast food, semakin tinggi resiko
2.3 Pola Makan
Ada beberapa definisi mengenai pola makan menurut beberapa pakar, yaitu
Yayuk Farida Baliwati, dkk (2004:69) mengatakan pola makan atau pola konsumsi
pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau
kelompok orang pada waktu tertentu. Sedangkan Soegeng Santosa dan Anne Lies
Ranti (2004 : 89) mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi
yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan
tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat
tertentu.
Pendapat dua pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara umum bahwa
pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok
orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap
hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang
berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup.
Kebiasaan makan sangat dipengaruhi gaya hidup. Faktor-faktor yang
merupakan input bagi terbentuknya gaya hidup keluarga adalah penghasilan,
pendidikan, lingkungan hidup kota atau desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku
bangsa, kepercayaan dan agama, pendapat tentang kesehatan, pendidikan gizi,
produksi pangan dan ditribusi, serta sosial politik (Almatsier, 2003).
Pengukuran konsumsi makanan untuk tingkat individu dapat dilakukan
metode food recall 24 jam, estimated food record, penimbangan makanan, dietary
2.4 Pola Makan Remaja
Menurut Hoang (1985) berbagai informasi yang memberikan gambaran
mengenai jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan yang
dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya. Di masyarakat
dikenal pola makan dan kebiasaan makan di mana seseorang atau sekelompok orang
tinggal. Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok memilih pangan dan
mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologi sosial dan
budaya (Soehardjo, 1996).
Kebiasaan makan menurut Guthe dan Mead (dalam Khumaidi, 1994) adalah cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan-makanan yang tersedia yang
didasarkan kepada faktor-faktor social dan budaya dimana ia/mereka hidup. Khumaidi lebih lanjut menyimpulkan, bahwa kebiasaan makan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan rohani
yang sedang sakit dan penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ektrinsik meliputi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya, dan agama.
Berdasarkan hasil penelitian Frank Ge yang dikutip oleh Moeji (1992),
mengatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan anak dengan ukuran
tubuhnya. Makan siang dan makan malam remaja menyediakan 60% intake kalori,
sementara makanan jajanan menyediakan 25%. Anak obesitas ternyata akan sedikit
makan pada waktu pagi dan lebih banyak makan pada waktu siang dibandingkan
Menurut Arnelia (2005), ada beberapa pola makan remaja yang sangat khas
dan berbeda dibandingkan usia lainnya, yaitu :
1. Tidak makan terutama makan pagi atau sarapan.
2. Kegemaran makan snacks dan kembang gula serta softdrinks. Snacks (makanan
kecil) umumnya dikonsumsi pada waktu sore hari setelah pulang dari sekolah.
3. Makanan cepat saji sangat digemari, baik yang langsung dibeli atau makanan
yang dibawa dari rumah. Makanan modern ini dikonsumsi sebagai bagian dari life
style (gaya hidup). Makanan ini mengandung zat gizi yang tinggi energi, lemak,
serta protein.
4. Gemar mengonsumsi minuman ringan (soft drink).
Banyak remaja memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi. Mereka sering
menggantikan makan pagi dengan makan siang yang berlebih atau memakan
makanan kecil yang tinggi lemak dan kalori dalam jumlah yang relatif banyak.
Berdasarkan hasil penelitian Djoyonegoro (1995) yang dikutip Khomsan (2003),
bahwa ada sekitar 60% anak Indonesia tidak sarapan pagi sebelum berangkat
kesekolah dan itu menjadi perhatian penuh, sebab sarapan pagi akan memberikan
kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein,
lemak, vitamin dan mineral.
Selain kebiasaan tidak sarapan pagi, saat ini remaja lebih menyukai
mengonsumsi makanan jajanan cepat saji (fast food). Dari hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
perkotaan untuk makanan jajanan (termasuk fast food) meningkat dari 9,13% pada
tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan
Yogyakarta pengeluaran untuk makanan jadi lebih besar yaitu seperempat dari total
pengeluaran pangan (Asdie, 2005).
2.5 Aktivitas Fisik Remaja
Aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan seseorang mulai dari bangun
sampai tidur kembali. Aktivitas fisik berarti menggunakan otot untuk
menggerakkan badan. Perbaikan tingkat hidup dan kemajuan teknologi telah
memacu perubahan pola kebiasaan hidup atau gaya hidup. Dalam kehidupan
masyarakat modern dengan dukungan teknologi dan sarana yang mutakhir,
meyebabkan menurunnya aktivitas fisik. Penggunaan elevator telah menggantikan
fungsi tangga diberbagai sarana umum. Adanya remote kontrol juga
menyebabkan remaja kurang bergerak dan tidak perlu beranjak dari tempat
menonton televisi. Penggunaan alat transportasi bermotor juga telah menggeser
peran sepeda (Nadesul, 1997).
Aktivitas fisik yang sesuai, aman dan efektif dalam upaya menurunkan berat
badan adalah dengan berolah-raga, karena akan membantu memelihara berat badan
yang optimal. Gerak yang dilakukan saat berolah-raga berbeda dengan gerak saat
menjalamkan aktivitas sehari-hari seperti berdiri, duduk atau hanya menggunakan
Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh
terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik tersebut diperlukan untuk
membakar energi dari dalam tubuh. Apabila pemasukan energi berlebihan dan tidak
diimbangi dengan aktivitas fisik akan memudahkan seseorang memiliki berat badan
berlebih. Aktivitas (kegiatan) fisik biasanya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
(Khumaidi, 1994) :
1. Ringan: 75% waktu untuk duduk atau berdiri, 25% waktu untuk berdiri sambil
bergerak.
2. Sedang: 40% waktu untuk duduk atau berdiri, 60% waktu untuk melakukan
pekerjaan khusus.
3. Berat: 25% waktu untuk duduk dan berdiri, 75% waktu untuk melakukan
pekerjaan khusus.
Menurut Leane (2007), saat berangkat sekolah remaja lebih menyukai
menggunakan alat transportasi ketika berangkat sekolah, daripada menggunakan
sepeda atau berjalan kaki. Selain itu banyak diantaranya yang malas mengikuti
kegiatan ekskul kalau tidak ada yang mengantar. Mereka merasa lebih nyaman
dengan mendekam dikamar sambil main play station atau menonton televisi. Remaja
lebih menyukai pergi ke mal sewaktu weekend, padahal di mal jarang ada resto yang
menyediakan makanan sehat. Hal tersebut yang menyebabkan tidak adanya output
2.6 GiziRemaja
Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan
kalori dan potein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti besi, kalsium dan
beberapa vitamin ternyata masih kurang.
Ketidakseimbangan asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan
berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga ke
dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan satu faktor resiko
penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan
berbagai gangguan kulit.
Masa remaja adalah masa yang menyenangkan, namun juga merupakan masa
yang kritis dan sulit, karena merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek
fisik, psikis dan psikososial (Dariyo, 2004). Berkaitan dengan pertumbuhan fisik
tersebut, bentuk tubuh yang ideal dan wajah yang menarik merupakan hal yang
diidam-idamkan hampir oleh semua orang, apalagi bagi banyak remaja yang mulai
mengembangkan konsep diri dan juga hubungan heteroseksual. Untuk itu
kecenderungan menjadi gemuk atau obesitas, dapat mengganggu sebagian anak pada
masa puber dan manjadi sumber keprihatinan selama tahun-tahun awal masa remaja
(Hurlock, 2004).
Oleh karena itu, konsumsi pangan remaja sangat penting diperhatikan karena
kebiasaan para remaja mengonsumsi makanan fast food. Kebiasaan makan remaja
Di samping itu konsumsi makanan remaja sangat penting diperhatikan karena pada
masa ini merupakan masa pertumbuhan sel-sel yang sangat cepat. Adapun kebutuhan
akan zat gizi pada golongan remaja sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan
dikhususkan pada kecukupan kalori dan protein dapat digambarkan pada tabel
berikut:
Tabel 2.1 Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Remaja per Kelompok Umur Golongan Umur
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. LIPI. Jakarta, 2004.
Sedangkan kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO
menganjurkan komsumsi lemak sebanyak 15-30% dari kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak (Almatsier, 2002).
2.7 Berbagai Pengertian Obesitas
Kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Namun, keduanya
sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan didalam
tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks massa diatas normal.
Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak
dibandingkan dengan penderita kegemukan untuk jangka waktu yang lama,
Kegemukan berhubungan dengan kelebihan berat badan daripada berat badan
yang diinginkan. Obesitas berhubungan dengan kelebihan lemak tubuh. Obesitas
biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 20% berat badan ideal
(BBI) atau berat badan yang diinginkan.
Obesitas merupakan keadaan patologik dengan terdapatnya penimbunan lemak
yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Dari sudut ilmu gizi,
defenisi obesitas yang baik adalah bila tercakup pengertian terjadinya
penimbunan trigliserida yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh (Moehji S,
2003).
Obesitas terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obesitas) yang disebabkan
penumpukan adipose (adipocytes : jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh)
secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat
badan yang lebih dibandingkan berat badan yang idealnya yang disebabkan terjadinya
penumpukan lemak tubuhnya (Mutadin, 2002).
Kelebihan berat badan (overweight) merupakan suatu keadaan terjadinya
penimbunan lemak secara berlebih, yang menyebabkan kenaikan berat badan.
Seseorang dikatakan mengalami kegemukan (obesitas) jika terjadi kelebihan berat
badan sebesar 20% dari berat badan ideal (Wirakusumah, 2001).
2.8 Penyebab Obesitas
Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya
di dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya seringkali dijumpai orangtua yang
gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula. Dalam hal ini
nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel
dalam lemak tubuh. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas
sedang hamil maka unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran
normal, secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam
kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi lahirpun memiliki unsur lemak tubuh
yang relatif sama besar.
Orang yang kegemukan lebih responsif dibandingkan dengan orang berberat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa bau makanan, atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan saat ia lapar. Pola makan berlebih ini yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.
Faktor lingkungan juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk adalah simbol kemakmuran dan kehindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan kegemukan.
2.9 Resiko Obesitas pada Remaja
Telah diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas bersifat multi faktor dan apabila tidak cepat dicegah serta dilakukan upaya penanggulangannya, maka akan terjadi resiko-resiko yang berhubungan dengan kesehatan.
Resiko-resiko yang terjadi bila obesitas tidak segera dicegah adalah :
1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik akan lebih cepat matang, misalnya
pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak, anak mendapat menstruasi menard
2. Gangguan psikososial, yaitu keterbatasan dalam pergaulan dan partisipasi
dalam berbagi jenis kegiatan olah raga. Anak lebih suka menyendiri dan
memuaskan dirinya dengan santai dan makan.
3. Berlanjut menjadi obesitas dewasa yang merupakan faktor resiko timbulnya
beberapa penyakit seperti penyakit jantung koroner, hiperkolesterolemia dan
hipertrigliseridemia, diabetes mellitus, hipertensi, batu empedu dan penyakit
kanker.
4. Rendahnya daya tahan tubuh sehingga mudah mendapat gangguan pernapasan
dermatitis, sehingga tidak disukai oleh teman dan pergaulannya.
2.10 Cara Penentuan Obesitas
Cara untuk menentukan seseorang menderita obesitas perlu dilakukan penilaian
status gizinya. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi atau kondisi yang dapat diukur.
Penilaian status gizi apat dilakukan dengan dua cara yaitu cara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisika, sedangkan secara tidak langsung dibagi menjadi tiga cara yaitu survei konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat
badan normal ditentukan berdasarkan nilai body mass indeks (BMI). Di Indonesia
istilah BMI diterjemahkan menjadi indeks massa tubuh (IMT). Khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan
berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup
Dengan mengukur IMT akan diketahui apakah berat seseorang dinyatakan
normal, kurus atau gemuk dengan menggunakan rumus :
Batasan ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan WHO, yang
membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan, dan penggunaan IMT
hanya berlaku untuk orang dewasa berusia diatas 18 tahun. Tetapi timbullah masalah
yang diterapkan oleh WHO NCHS dengan keterbatasan tinggi badan yakni, laki-laki
maksimal 145 cm dan perempuan maksimal137 cm. Dengan keterbatasan satu hal di
atas, maka dibutuhkan batas ambang IMT yang dapat ditentukan berdasarkan baku
IMT meurut umur (CDC 2000) yang membedakan batas ambang untuk remaja
laki-laki dan perempuan (Anonim, 2000).
Sedangkan untuk menghitung konsumsi zat-zat gizi, seperti energi digunakan
suatu metode. Metode yang sering dipakai adalah metode recall, yang dilakukan
dalam waktu 24 jam dan sebaiknya dilakukan 2 (dua) hari berturut-turut. Metode food
recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jmlah bahan makanan yang
dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Selain mudah dilakukan, murah dan cepat.
Metode ini juga memberi gambaran yang nyata yang benar-benar dikonsumsi
individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Berat badan (kg)
IMT =
2.11 Kerangka Teori
Dari beberapa teori maupun hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disusun gambaran terjadinya obesitas dalam
bentuk kerangka teoritis sebagai berikut :
Error!
Gambar2.1 Kerangka Teori Karakteristik
- Pengetahuan - Sikap
- Pola makan - Aktivitas fisik
2.12 Kerangka Konsep
Perilaku makan meliputi pengetahuan, sikap dan pola makan sebagai
tindakan. Pengetahuan dan sikap dapat mempengaruhi pola makan, sedangkan
aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi pola makan. Pola makan dan aktivitas fisik
dapat mempengaruhi timbulnya obesitas.
Variabel yang diteliti adalah: Perilaku Makan, Aktivitas Fisik, dan Obesitas.
Perilaku Makan : - Pengetahuan - Sikap
- Pola Makan
Aktivitas Fisik : - Ringan
- Sedang - Berat
Obesitas pada anak SMU
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini analisa observasional, dimana menguji suatu kejadian
(penyakit) dengan paparan atau resiko tertentu. Design penelitian yang digunakan
adalah CaseControl (Rothman, 1995).
3.2 Tempatdan Waktu penelitian
Kasus
Kontrol
Perilaku makan: - pengetahuan
- sikap + - tindakan
Aktivitas fisik
Perilaku makan: - pengetahuan
- sikap - - tindakan
Aktivitas fisik
Perilaku makan: - pengetahuan
- sikap + - tindakan
Aktivitas fisik
Perilaku makan : - pengetahuan
- sikap - - tindakan
Aktivitas fisik
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMU Methodist di Medan, dengan pertimbangan
berdasarkan survei awal dengan pengamatan fisik yang telah dilakukan di sekolah
tersebut ada 44 siswa dan siswi yang memiliki badan gemuk (obesitas).
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan bulan Agustus 2008 sampai Agustus 2009 mulai dari penelusuran pustaka, konsultasi dengan pembimbing, survei pendahuluan, pembuatan proposal, kolokium dan pelaksanaan penelitian.
3.3 Populasidan Sampel
Populasi adalah siswa-siswa SMU Methodist di Medan yang berdasarkan
pengamatan memiliki kondisi fisik yang gemuk (obesitas) dengan jumlah 44 orang,
yang diambil dari kelas X, XI dan XII, pada tahun ajaran 2009/2010.
Sampel dalam penelitian ini terbagi dalam case dan control. Case adalah
seluruh siswa yang obesitas dengan jumlah 44 orang, sedangkan control adalah 44
orang siswa lainnya yang tidak obesitas dengan karakteristik jenis kelamin dan umur
yang sama dengan case.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data primer mencakup data:
1. Data tentang obesitas yang dikumpulkan dengan cara melakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur dengan
menggunakan timbangan injak merk Elektronik Personal scale yang
berdiri tegak tepat ditengah timbangan dan tanpa menggunakan alas kaki.
Pembacaan angka dilakukan setelah angka petunjuk tidak bergerak.
Sedangkan data tinggi badan diukur dengan menggunakan alat ukur
Mikrotoise berskala 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Sample diukur dalam
posisi tegak, muka lurus kedepan dan tanpa menggunakan tutup kepala. Besi
pengukur yang vertical diturun naikkan hingga batang pengukur yang
horizontal menyentuh tepat diatas kepala sample. Posisi sample
membelakangi alat ukur dan pembacaan dilakukan dari salah satu sisi badan
sample.
2. Pengetahuan dan sikap dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
3. Data pola makan (asupan zat gizi, jenis makanan, frekwensi makan)
diperoleh berdasarkan dengan cara wawancara langsung pada responden
dengan menggunakan kwesioner penelitian, food frequency questionaire dan
melalui recall (tanya ulang) konsumsi selama 24 jam. Data konsumsi
makanan ditampilkan dalam bentuk tingkat kecukupan energi, protein dan
lemak yang diperoleh dari perbandingan zat gizi yang dikonsumsi dengan
yang dianjurkan (AKG) dikali 100 %.
4. Data tentang aktivitas dilakukan dengan mengisi daftar aktivitas
pelajar selama 24 jam.
5. Pengumpulan data dikerjakan oleh peneliti dan dibantu dengan 10 (sepuluh) orang mahasiswa D3 jurusan Gizi Lubuk
Pakam yang sudah diseleksi sebelum pelaksanaan penelitian. Tenaga pengumpul data sebelumya dilatih terlebih dahulu
Data sekunder mencakup data sekolah sebagai gambaran umum SMU
Methodist Medan yang diperoleh dari bagian administrasi sekolah.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel penelitian terdiri dari variable bebas (independent variabel) dan
variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi:
perilaku makan, pengetahuan, sikap, tindakan (pola makan), asupan zat gizi, jenis
makanan, frekuensi makan, dan aktivitas fisik sedangkan variabel terikat adalah
obesitas.
Adapun definisi operasional tiap variabel adalah sebagai berikut:
1. Perilaku makan adalah cara siswa berpikir dan berpandangan tentang pemilihan
makan yang dikonsumsi meliputi pengetahuan, sikap dan pola makan sebagai
tindakan.
2. Pengetahuan adalah sesuatu hal yang diketahui pelajar tentang pola makan
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Sikap adalah tanggapan dari siswa tentang pola makan dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Tindakan (pola makan) adalah pola kebiasaan makan atau tindakan dari
responden dalam hal pemilihan atau penentuan makanan yang dimakan yang
dilihat dari jumlah asupan zat gizi, jenis makanan dan frekuensi makan
5. Asupan zat gizi adalah banyaknya nilai energi (kalori) dan protein, lemak yang
6. Jenis makanan adalah keragaman makanan yang yang dikonsumi siswa setiap kali
makan yang meliputi: makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan
susu.
7. Frekuensi makan adalah seringnya mengonsumsi bahan makanan oleh siswa/i
yang disajikan dalam satuan: tiap hari, 2-3 x seminggu, 1 x seminggu, dan 1 x.
sebulan.
8 Aktivitas (kegiatan) fisik adalah jumlah waktu yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan oleh responden selama 24 jam yang dikelompokkan
menjadi aktivitas ringan dan aktivitas berat sesuai dengan pedoman CDC.
9. Obesitas adalah tingkat kegemukan siswa yang dinyatakan dalam IMT
berdasarkan umur (Centre for Desease Control and Prevention / CDC, 2000).
3.6 Metode Pengukuran
A. Perilaku makan dinilai dari skor pengetahuan, sikap dan tindakan remaja
terhadap pola makan yang baik dapat diketahui dari kuesioner.
1. Pengetahuan diukur melalui pertanyaan dengan memilih jawaban yang
disediakan. Jawaban yang paling benar diberi nilai 3 dan yang paling rendah
diberi nilai 1. Tingkat pengetahuan dibedakan atas 2 kategori:
- Tidak baik, jika < 75% dijawab benar dengan total nilai < 22
- Baik, jika >75% dijawab benar dengan total nilai >22
2. Sikap diukur melalui pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan.
Jawaban yang paling benar diberi nilai 3 dan yang paling rendah diberi nilai 1.
Tingkat sikap dibedakan atas 2 kategori :
- Baik, jika >75% dijawab benar dengan total nilai >18
3. Tindakan pola makan diukur dengan indikator asupan zat gizi (3 indikator),
jenis makanan (7 indikator), frekwesi makan (7 indikator), yang dilakukan
dengan cara wawancara yang dipandu dengan menggunakan kuesioner.
Dengan 17 indikator ini pola makan, bila indikator tersebut tidak baik diberi
skor 1 dan apabila baik diberi skor 2. Dengan mentotalkan skor pola makan
dapat dibedakan menjadi 2 kategori sebagai berikut :
- Tidak baik, jika < 75% dari total skor atau dengan nilai < 25
- Baik, jika >75% dijawab benar dengan total nilai >25
Berikut adalah rincian indikator pola makan:
a. Asupan zat gizi diukur melalui banyaknya nilai energi (kkal) dan protein
yang dikonsumsi dalam sehari dihitung, hasilnya dibandingkan dengan zat
gizi yang dianjurkan (AKG) dikali 100 % :
% 100 x KC
K TK =
Keterangan : TK : tingkat kecukupan
K : konsumsi
KC : kecukupan yang dianjurkan
Setelah tingkat kecukupan diperoleh dalam bentuk persen, selanjutnya
persentase tersebut dikategorikan atas: tidak baik (< 90% atau >110%),
Sedangkan untuk asupan lemak yang dikonsumsi dalam sehari dihitung
dengan perbandingan persentase konsumsi lemak dengan angka
kecukupan energi. Selanjutnya persentase tersebut dikategorikan atas :
tidak baik (> 25%), baik (< 25%).
b. Jenis makanan adalah sejumlah jenis makanan yang dikonsumsi dalam
sehari sebagai sumber energi , protein, lemak berdasarkan standar angka
kebutuhan gizi .
Jenis makanan dikategorikan berdasarkan anjuran makanan rata-rata
satu hari yang dikonsumsi, sebagai berikut :
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Jenis Makanan (dalam gram)
Jenis
Kelamin
Kategori Nasi Lauk Pauk
Daging Tempe
Sayuran Buah Minyak Gula
Anjuran 800 120 150 150 300 50 40
Tidak Baik <720, >880 <108, >132 <135, >135 <135, >165 <270, >330 <45, >55 <36, >44 Laki-laki
Baik 720 - 880 108 - 132 135 - 165 135 - 165 270 - 330 45 - 55 36 – 44
Anjuran 500 120 150 150 300 50 40
Tidak Baik <450, >550 <108, >132 <135, >135 <135, >165 <270, >330 <45, >55 <36, >44 Perempuan
Baik 450 - 550 108 -132 135 - 165 135 - 165 270 - 330 45 - 55 36 – 44
c. Frekuensi makan adalah jumlah kali makan yang dikonsumsi sebagai
sumber energi, protein dan lemak dalam 1 bulan terakhir yang
dikumpulkan melalui wawancara langsung pada responden dengan
menggunakan kuesioner penelitian, food frequency questioner dan