• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Least Significant Bit Untuk Pengamanan Citra Digital Di Dalam Media Citra.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Least Significant Bit Untuk Pengamanan Citra Digital Di Dalam Media Citra."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI LEAST SIGNIFICANT BIT

UNTUK PENGAMANAN CITRA DIGITAL

DI DALAM MEDIA CITRA

SKRIPSI

A.AFFANDI ASYAD SIREGAR

061401033

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

IMPLEMENTASI LEAST SIGNIFICANT BIT UNTUK PENGAMANAN CITRA DIGITAL DI DALAM MEDIA CITRA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer

A.AFFANDI ASYAD SIREGAR 061401033

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : IMPLEMENTASI LEAST SIGNIFICANT BIT

UNTUK PENGAMANAN CITRA DIGITAL DI DALAM MEDIA CITRA

Kategori : SKRIPSI

Nama : A.AFFANDI ASYAD SIREGAR

Nomor Induk Mahasiswa : 061401033

Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 10 Desember 2010

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dian Rachmawati, S.SI., M.Kom. Prof. Dr. Opim S. Sitompul NIP. 198307232009122004 NIP. 196108171987011001

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,

(4)

PERNYATAAN

IMPLEMENTASI LEAST SIGNIFICANT BIT UNTUK PENGAMANAN CITRA DIGITAL DI DALAM MEDIA CITRA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 10 Desember 2010

(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Komputer serta shalawat beriring salam saya persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Opim S. Sitompul sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Dian Rachmawati, S.SI., M.Kom. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada saya dalam menyempurnakan skripsi ini. Panduan ringkas, padat dan profesional telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Selanjutnya kepada Dosen Penguji Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc.,M.Sc. atas saran dan kritikan yang sangat berguna bagi saya. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer, Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Bapak Syariol Sitorus, S.Si, MIT., Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen serta pegawai di Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU.

Skripsi ini terutama saya persembahkan untuk kedua orang tua dan kakak yang selalu sabar dalam mendidik saya, ayahanda Kalimonang Siregar, S.E., ibunda Nursani Pohan, S.Pd. dan kak Rizki yang telah memberikan dorongan dan doa. Untuk abangda Dahrim dan spesial untuk Aliza Giska yang tak henti – hentinya memberikan semangat dan dukungan sehingga skripsi dapat diselesaikan. Kepada teman-teman stambuk 2006 yang sedang berjuang tiada henti dan tetap semangat. Terima kasih pula kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas ide, saran, dan kerjasama yang baik. Semoga Allah SWT akan membalasnya.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

(6)

ABSTRAK

(7)

IMPLEMENTATION OF THE LEAST SIGNIFICANT BIT FOR DIGITAL IMAGE SECURITY IN IMAGE MEDIA

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

2.1.1 Sejarah Steganografi 8

2.1.2 Pengertian Steganografi 9

2.1.3 Kriteria Steganografi Yang Baik 10

2.1.4 Teknik Steganografi 11

2.1.5 Proses Steganografi 12

2.2 Least Significant Bit 13

2.3 Pengolahan Citra Digital 15

2.3.1 Pengertian Citra 15

2.3.1.1 Citra Analog 15

2.3.1.2 Citra Digital 16

2.3.2 Jenis-Jenis Citra Digital 18

2.3.3 Pengolahan Citra 20

2.3.3.1 Operasi Pengolahan Citra 21

Bab 3 Analisis Dan Perancangan Sistem Perangkat Lunak

3.1 Analisis Sistem 26

3.1.1 Analisis Least Significant Bit 26

(9)

3.1.3 Analisis Proses Steganografi 29

3.2 Perancangan Sistem 31

3.2.1 Flowchart 31

3.2.1.1 Flowchart Embedding – Ekstraksi 31

3.2.1.2 Flowchart Daya Tampung 33

3.2.1.3 Flowchart Embedding 33

3.2.1.4 Flowchart Ekstraksi 34

3.2.2 Perancangan Antar Muka Pengguna 36

Bab 4 Implementasi dan Pengujian Sistem

4.1 Implementasi Sistem 45

4.1.1 Implementasi Karakter Penanda 45

4.1.2 Implementasi Password 47

4.1.3 Implementasi Least Significant Bit 48

4.1.4 Tampilan Halaman Aplikasi 52

4.1.4.1 Tampilan Halaman Pilihan 52

4.1.4.2 Tampilan Halaman Stego 53

4.1.4.3 Tampilan Halaman Ekstraksi 53

4.2 Pengujian Sistem 54

4.2.1 Pengujian Algoritma 55

4.2.1.1 Pengujian Algoritma Daya Tampung 55 4.2.1.2 Pengujian Algoritma Embedding 55 4.2.1.3 Pengujian Algoritma Ekstraksi 57

4.2.2 File Pengujian 60

4.2.3 Hasil Pengujian 61

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 67

5.2 Saran 68

Daftar Pustaka 69

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Fungsi Pada Properti Yang Digunakan Proses Embedding 39 Tabel 3.2 Fungsi Pada Properti Yang Digunakan Proses Ekstraksi 43 Tabel 4.1 Pseudocode Dan Algoritma Karakter Penanda Embedding 46 Tabel 4.2 Pseudocode Dan Algoritma Karakter Penanda Ekstraksi 46

Tabel 4.3 Pseudocode Dan Algoritma Password 47

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran 5

Gambar 2.1 Embedding Citra 12

Gambar 2.2 Ekstraksi Citra 12

Gambar 2.3 Representasi Citra Digital 17

Gambar 2.4 Contoh Citra Biner 18

Gambar 2.5 Perbandingan Gradasi Warna 19

Gambar 2.6 Contoh Citra Warna 20

Gambar 2.7 Citra Yang Agak Kabur (a) Citra Yang Telah Diperbaiki (b) 20 Gambar 2.8 Citra Yang Agak Gelap (a) Citra Yang Telah Diperbaiki (b) 22 Gambar 2.9 Citra Yang Blur (a) Dan Citra Yang Telah Deblurring (b) 23 Gambar 2.10 Citra Sebelum Dimampatkan Yang Telah Dimampatkan (b) 24 Gambar 2.11 Citra Hasil Kamera Digital Dan Citra Hasil Pendeteksi Tepi 25

Gambar 3.1 Representasi Atribut Stegomedium 29

Gambar 3.2 Tahapan Proses Steganografi 30

Gambar 3.3 Flowchart Embedding - Ekstraksi 32

Gambar 3.4 Flowchart Daya Tampung 33

Gambar 3.5 Flowchart Embedding 34

Gambar 3.6 Flowchart Ekstraksi 35

Gambar 3.7 Tampilan Rancangan Form Pilihan 36

Gambar 3.8 Tampilan Rancangan Form Embedding 37

Gambar 3.9 Tampilan Rancangan Form Embedding 38

Gambar 3.10 Tampilan Rancangan Form Ekstraksi 41

Gambar 3.11 Tampilan Rancangan Form Ekstraksi 42

Gambar 4.1 Citra Induk 49

Gambar 4.2 Citra Anak 50

Gambar 4.3 Tampilan Halaman Pilihan 52

Gambar 4.4 Tampilan Halaman Stego 53

Gambar 4.5 Tampilan Halaman Ekstraksi 54

Gambar 4.6 Histogram Citra Induk 61

Gambar 4.7 Histogram Stegoimage 62

Gambar 4.8 Citra Induk 63

Gambar 4.9 Stegoimage 63

Gambar 4.10 Histogram Hiddenimage 64

Gambar 4.11 Histogram Citra Anak 64

Gambar 4.12 Citra Anak 65

(12)

ABSTRAK

(13)

IMPLEMENTATION OF THE LEAST SIGNIFICANT BIT FOR DIGITAL IMAGE SECURITY IN IMAGE MEDIA

ABSTRACT

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi komputer berperan penting pada kehidupan manusia.

Dari hal yang kecil sampai ke berbagai hal yang sangat rumit sekalipun bisa

dikerjakan menggunakan teknologi komputer. Contoh paling nyata dari

kemajuan teknologi komputer yang dirasakan oleh kebanyakan orang adalah

kecepatan dalam menyampaikan informasi dari tempat yang jauh yaitu

melalui Internet. Dalam proses penyampaian informasi tersebut terdapat

masalah keamanan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung

jawab, misalnya dengan mengubah bahkan mengganti informasi yang

disampaikan. Oleh karena itu, harus ada solusi yang tepat untuk kasus ini,

apalagi jika informasi yang dikirim bersifat sangat rahasia dan penting.

Steganografi merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam

pengamanan informasi, yaitu dengan menyembunyikan informasi ke dalam

media digital dengan metode tertentu agar tidak tampak perbedaan secara

visual antara file asli dengan file yang telah disisipi informasi (stegoimage)

sehingga tidak diketahui oleh steganalis (orang yang dapat memecahkan

stegoimage tanpa mengetahui kunci yang ada). Data digital yang dapat

menjadi tempat/media data yang akan disembunyikan (stegomedium) pada

steganografi adalah gambar/citra, audio, dan video.

Salah satu metode steganografi adalah Least Significant Bit (LSB).

Metode modifikasi LSB tergolong metode yang menggunakan teknik

(15)

piksel-piksel yang tidak signifikan (least significant pixel) dari stegomedium.

Pengubahan nilai piksel-piksel yang tidak signifikan pada dasarnya

memberikan pengaruh terhadap stegomedium, tetapi karena perubahan yang

terjadi sangat kecil, sehingga tidak tertangkap oleh indra manusia. Banyak

penelitian steganografi tentang metode ini, tetapi informasi yang

disembunyikan hanya sebatas teks. Penelitian yang dilakukan oleh Hartono

(2005) didapat kesimpulan bahwa metode LSB baik digunakan sebagai

metode steganografi karena memiliki keunggulan yaitu, tidak dibutuhkan

citra digital pembanding untuk mengembalikan data, waktu yang

dibutuhkan untuk penyembunyian data cepat dan penurunan kualitas citra

digital yang dihasilkan relatif kecil.

Juga telah diteliti oleh Ronny (2009) bahwa korelasi dan entropi dari

gambar sebelum dan sesudah melakukan data mixing hampir sama, sehingga

file gambarnya pun tidak akan terlihat berubah dan tidak akan diketahui oleh

mata manusia. Inilah yang menjadi faktor yang mampu meningkatkan level

keamanan dari steganografi.

Alwan et al (2005) menyatakan bahwa metode embedding gambar

adalah salah satu metode kompresi yang baik dalam hal penyediaan ruang

memori. Kedua LSB digunakan untuk menyimpan informasi dari teks-biner

yang diformat dan dikodekan menggunakan kode karakter ASCII. Aspek

penting lain dari metode yang dipakai adalah delapan bit per piksel dalam

sebuah gambar dapat disusun kembali untuk mewakili semua informasi

yang berhubungan dengan gambar yang sama atau menyembunyikan

informasi. Karena hanya dua bit yang digunakan tidak berpengaruh pada

tampilan gambar dibandingkan dengan yang asli.

Penelitian steganografi dengan menggunakan LSB yang banyak

dilakukan sekarang ini hanya sebatas teks padahal citra/gambar merupakan

(16)

karena itu, akan dilakukan penelitian steganografi informasi berupa citra ke

dalam media citra dengan metode LSB yang mensubsitusi bit-bit terakhir

dari RGB anak (citra asli) ke dalam RGB induk (stegomedium) sehingga

secara visual tidak akan tampak efek dari perubahan bit-bit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan steganografi menggunakan media citra.

2. Bagaimana metode Least Significant Bit dapat menyelesaikan proses

steganografi yang digunakan pada penelitian ini.

3. Bagaimana menyembunyikan citra digital ke dalam media citra agar

steganalis kesulitan mengetahui keberadaan informasi yang

disisipkan tetapi mudah dibuka oleh pihak yang berhak.

4. Bagaimana melakukaan ekstraksi stegoimage sehingga citra yang

disembunyikan didapat kembali secara utuh.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan steganografi pada media citra

dengan metode Least Significant Bit yang akan diimplementasikan pada

sebuah aplikasi penyembunyian pesan berupa citra digital ke dalam media

citra digital lain sehingga steganalis kesulitan mengetahui keberadaan pesan

tetapi mudah untuk diekstraksi oleh pihak yang berhak.

(17)

Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan tidak meluasnya pokok bahasan,

maka penulis memberikan batasan–batasan masalah sebagai berikut :

1. Aplikasi yang dibangun hanya akan memproses penyembunyian

citra digital di dalam media dan mengekstraksi kembali sesuai

dengan citra aslinya.

2. Metode steganografi yang digunakan adalah Least Significant Bit

yaitu dengan mengkonversi RGB citra anak ke RGB citra induk.

3. Jenis format citra yang dapat diproses adalah gif, jpg/jpeg dan

bitmap (bmp).

4. Kunci (key) pada proses embedding juga merupakan kunci (key)

pada proses ekstraksi yang berbentuk alpha numeric dengan panjang

minimum 4 karakter dan maksimum 20 karakter.

5. Aplikasi penelitian ini dibangun menggunakan Visual Basic 6.0.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian steganografi menggunakan metode Least

Significant Bit ini adalah memberikan keamanan pada citra digital yaitu

dengan memperhatikan kriteria steganografi yang baik yaitu

imperceptibility, fidelity dan recovery sehingga sulit diketahui keberadaan

informasi tersebut oleh steganalis.

(18)

Kerangka pemikiran merupakan urut-urutan logis proses untuk dapat

memecahkan suatu masalah penelitian. Gambar 1.1 menunjukkan kerangka

pemikiran aplikasi yang akan dibangun. Langkah pertama yaitu membuka

file citra. Format citra digital yang dapat diproses adalah gif, jpg dan bmp.

Setelah itu dilakukan analisa citra yang terbagi atas dua proses yaitu

embedding dan ekstraksi. Pada analisa citra embedding, citra induk harus

lebih besar dari citra anak dan pada ekstraksi akan dianalisa bahwa

stegoimage yang dibuka adalah hasil dari embedding sebelumnya.

Kemudian dilakukanlah proses embedding atau ekstraksi yang akan

menghasilkan stegoimage dari proses embedding dan hiddenimage dari

proses ekstraksi.

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Citra Digital 

(dalam format gif, jpg, bmp)

Analisa Citra Embedding 

atau Ekstraksi

Proses Embedding  

atau Ekstraksi

(19)

1.7 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang akan digunakan adalah:

1. Studi Literatur

Metode yang dipakai dalam mengumpulkan, membaca dan mempelajari

teori-teori yang berhubungan dengan steganografi, Least Significant Bit

dan pengolahan citra yang bersumber dari buku-buku, artikel, e-journal,

e-book maupun dari situs Internet.

2. Perancangan Sistem

Desain yang akan dirancang adalah struktur program yang akan

digunakan untuk implementasi steganografi dengan metode Least

Significant Bit.

3. Implementasi Sistem

Pada tahap ini sistem akan diimplementasikan dalam bentuk aplikasi

menggunakan bahasa pemograman Visual Basic 6.0 sesuai dengan

perancangan yang telah dilakukan sebelumnya.

4. Pengujian Sistem

Pada tahap ini dilakukan pengujian sistem yang mencakup apakah

implementasi telah sesuai dengan teori, atau apakah program

mengalami kesalahan. Perbaikan program akan dilakukan jika

ditemukan kesalahan.

5. Dokumentasi Sistem

Pembuatan dokumentasi sistem dari seluruh tahap yang telah dilakukan,

(20)

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari beberapa bagian utama

sebagai berikut:

BAB I . PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang dibahas

dalam skripsi ini, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini merupakan tinjauan teoritis yang berkaitan dengan steganografi,

Least Significant Bit dan pengolahan citra yang akan digunakan dalam

analisis, perancangan dan implementasi penelitian.

BAB III. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menjelaskan tentang analisis pada perangkat yang akan digunakan

untuk membangun sistem dan juga perancangan sistem dari hasil analisis

yang telah dilakukan.

BAB IV. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Bab ini mencakup hasil penelitian dan pembahasan serta pengujian yang

berupa implementasi dari sistem yang telah dianalisis dan dirancang

sebelumnya dalam bentuk perangkat lunak steganografi image yang

(21)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab

sebelumnya dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan

(22)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Steganografi

2.1.1 Sejarah Steganografi

Teknik steganografi ini sudah ada sejak 4000 tahun yang lalu di kota Menet

Khufu, Mesir. Awalnya adalah penggunaan hieroglyphic yakni menulis

menggunakan karakter-karakter dalam bentuk gambar. Ahli tulis

menggunakan tulisan Mesir kuno ini untuk menceritakan kehidupan

majikannya. Tulisan Mesir kuno tersebut menjadi ide untuk membuat

pesan rahasia saat ini. Oleh karena itulah, tulisan Mesir kuno yang

menggunakan gambar dianggap sebagai steganografi pertama di dunia

(Ariyus, 2009).

Tidak hanya bangsa Mesir saja, bangsa-bangsa lain juga telah

mengggunakan teknik steganografi pada masa lalu, yaitu :

1. Teknik steganografi yang lain adalah tinta yang tidak tampak

(invisible ink) yaitu dengan menggunakan air sari buah jeruk, urin

atau susu sebagai tinta untuk menulis pesan. Cara membacanya

adalah dengan dipanaskan di atas api. Tinta yang sebelumnya tidak

terlihat, ketika tekena panas akan menjadi gelap sehingga dapa

dibaca. Teknik ini digunakan oleh bangsa Romawi yang juga

(23)

2. Bangsa Cina menggunakan cara yang berbeda pula, yaitu manusia

sebagai media pembawa pesan. Orang itu akan dicukur rambutnya

sampai botak dan pesan akan dituliskan di kepalanya. Kemudian

pesan akan dikirimkan ketika rambutnya sudah tumbuh.

3. Pada masyarakat Yunani kuno teknik yang digunakan adalah dengan

menggunakan lilin sebagai media pembawa pesan. Lembaran pesan

akan ditutup dengan lilin. Untuk melihat isi pesan, pihak penerima

harus memanaskan lilin terlebih dahulu.

4. Pada Perang Dunia II, bangsa Jerman menggunakan microdots untuk

berkomunikasi. Penggunaan teknik ini digunakan pada microfilm

chip yang harus diperbesar sekitar 200 kali. Jerman menggunakan

teknik ini untuk kebutuhan perang sehingga pesan rahasia strategi

tidak diketahui pihak lawan. Karena pada saat itu teknik ini

merupakan teknologi baru yang belum bisa digunakan lawan.

2.1.2 Pengertian Steganografi

Steganografi merupakan seni komunikasi rahasia dengan menyembunyikan

pesan pada objek yang tampaknya tidak berbahaya. Keberadaan pesan

steganografi adalah rahasia. Istilah Yunani ini berasal dari kata Steganos,

yang berarti tertutup dan Graphia, yang berarti menulis (Cox et al, 2008).

Steganografi adalah jenis komunikasi yang tersembunyi, yang secara

harfiah berarti "tulisan tertutup." Pesannya terbuka, selalu terlihat, tetapi

tidak terdeteksi bahwa adanya pesan rahasia. Deskripsi lain yang populer

(24)

di depan mata. Sebaliknya, kriptografi adalah tempat pesan acak, tak dapat

dibaca dan keberadaan pesan sering dikenal (Kipper, 2004).

Istilah steganografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu steganos yang

berarti penyamaran atau penyembunyian dan graphein yang berarti tulisan.

Jadi, steganografi bisa diartikan sebagai seni menyembunyikan pesan dalam

data lain tanpa mengubah data yang ditumpanginya tersebut sehingga data

yang ditumpanginya sebelum dan setelah proses penyembunyian hampir

terlihat sama (Ariyus, 2009).

Steganografi adalah seni dan ilmu berkomunikasi dengan cara

menyembunyikan keberadaan komunikasi itu. Berbeda dengan Kriptografi,

di mana musuh diperbolehkan untuk mendeteksi, menangkal dan

memodifikasi pesan tanpa bisa melanggar keamanan tempat tertentu yang

dijamin oleh suatu cryptosystem, tujuan dari steganografi adalah untuk

menyembunyikan pesan dalam pesan berbahaya lainnya dengan cara yang

tidak memungkinkan musuh apapun bahkan untuk mendeteksi bahwa ada

pesan kedua. Secara umum, teknik steganografi yang baik harus memiliki

visual / imperceptibility statistik yang baik dan payload yang cukup (Kekre

et al, 2008).

2.1.3 Kriteria Steganografi Yang Baik

Menurut Munir (2006) Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam

steganografi, yaitu :

1. Imperceptibility. Keberadaan pesan rahasia tidak dapat dipersepsi

oleh inderawi. Misalnya, jika covertext berupa citra, maka

(25)

dengan citra covertext-nya. Jika covertext berupa audio, maka indera

telinga tidak dapat mendeteksi perubahan pada audio stegotext-nya.

2. Fidelity. Mutu stegomedium tidak berubah banyak akibat penyisipan.

Perubahan tersebut tidak dapat dipersepsi oleh inderawi. Misalnya,

jika covertext berupa citra, maka penyisipan pesan membuat citra

stegotext sukar dibedakan oleh mata dengan citra covertext-nya. Jika

covertext berupa audio, maka audio stegotext tidak rusak dan indera

telinga tidak dapat mendeteksi perubahan tersebut.

3. Recovery. Pesan yang disembunyikan harus dapat diungkapkan

kembali. Karena tujuan steganografi adalah data hiding, maka

sewaktu-waktu pesan rahasia di dalam stegotext harus dapat diambil

kembali untuk digunakan lebih lanjut.

2.1.4 Teknik Steganografi

Menurut Ariyus (2009), ada tujuh teknik dasar yang digunakan dalam

steganografi, yaitu :

1. Injection, merupakan suatu teknik menanamkan pesan rahasia secara

langsung ke suatu media. Salah satu masalah dari teknik ini adalah

ukuran media yang diinjeksi menjadi lebih besar dari ukuran

normalnya sehingga mudah dideteksi. Teknik ini sering juga disebut

embedding.

2. Substitusi, data normal digantikan dengan data rahasia. Biasanya,

hasil teknik ini tidak terlalu mengubah ukuran data asli, tetapi

tergantung pada file media dan data yang akan disembunyikan.

(26)

3. Transform Domain, teknik ini sangat efektif. Pada dasarnya,

transformasi domain menyembunyikan data pada transform space.

Akan sangat lebih efektif teknik ini diterapkan pada file berekstensi

JPG.

4. Spread Spectrum, sebuah teknik pengtransmisian menggunakan

pseudo-noise code, yang independen terhadap data informasi sebagai

modulator bentuk gelombang untuk menyebarkan energi sinyal

dalam sebuah jalur komunikasi (bandwidth) yang lebih besar

daripada sinyal jalur komunikasi informasi. Oleh penerima, sinyal

dikumpulkan kembali menggunakan replika pseudo-noise code

tersinkronisasi.

5. Statistical Method, teknik ini disebut juga skema steganographic 1

bit. Skema tersebut menanamkan satu bit informasi pada media

tumpangan dan mengubah statistik walaupun hanya 1 bit. Perubahan

statistik ditunjukkan dengan indikasi 1 dan jika tidak ada perubahan,

terlihat indikasi 0. Sistem ini bekerja berdasarkan kemampuan

penerima dalam membedakan antara informasi yang dimodifikasi

dan yang belum.

6. Distortion, metode ini menciptakan perubahan atas benda yang

ditumpangi oleh data rahasia.

7. Cover Generation, metode ini lebih unik daripada metode lainnya

karena cover object dipilih untuk menyembunyikan pesan. Contoh

dari metode ini adalah Spam Mimic.

(27)

Secara umum, terdapat dua proses didalam steganografi. Yaitu proses

embedding untuk menyembunyikan pesan dan ekstraksi untuk

mengekstraksi pesan yang disembunyikani. Proses-proses tersebut dapat

dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 1 menunjukkan proses penyembunyian pesan dimana di

(28)

disembunyikan secara rahasia ke dalam stegomedium sebagai media

penyimpanan, dengan memasukkan kunci tertentu (key), sehingga

dihasilkan media dengan data tersembunyi di dalamnya (stegoimage). Pada

Gambar 2, dilakukkan proses ekstraksi pada stegoimage dengan

memasukkan key yang sama sehingga didapatkan kembali hiddenimage.

Kemudian dalam kebanyakan teknik steganografi, ekstraksi pesan tidak

akan mengembalikan stegomedium awal persis sama dengan stegomedium

setelah dilakukan ekstraksi bahkan sebagian besar mengalami kehilangan.

Karena saat penyimpanan pesan tidak dilakukan pencatatan kondisi awal

dari stegomedium yang digunakan untuk menyimpan pesan (Cox et al,

2008).

2.2 Least Significant Bit

Strategi penyembunyian data citra yang digunakan untuk menyisipkan citra

kedalam media citra adalah dengan metode Least Significant Bit (LSB).

Dimana bit data citra akan digantikan dengan bit paling rendah dalam media

citra. Pada file citra 24 bit setiap piksel pada citra terdiri dari susunan tiga

warna, yaitu merah, hijau dan biru (RGB) yang masing-masing disusun oleh

bilangan 8 bit ( 1 byte ) dari 0 sampai 255 atau dengan format biner

00000000 sampai 11111111. Informasi dari warna biru berada pada bit 1

sampai bit 8, dan informasi warna hijau berada pada bit 9 sampai dengan bit

16, sedangkan informasi warna merah berada pada bit 17 sampai dengan bit

24.

Menurut Kekre et al (2008) istilah algoritma substitusi LSB adalah

skema yang paling sederhana untuk menyembunyikan pesan dalam sebuah

citra host. Ia mengganti bit yang tidak signifikan dari masing-masing piksel

dengan sedikit aliran pesan terenkripsi. Penerima dapat mengambil pesan

(29)

yang diberikan. Karena hanya sedikit yang signifikan dari piksel yang

berubah maka secara visual tidak terlihat oleh manusia.

Metode LSB merupakan teknik substitusi pada steganografi.

Biasanya, arsip 24-bit atau 8-bit digunakan untuk menyimpan citra digital.

Representasi warna dari piksel–piksel bisa diperoleh dari warna–warna

primer, yaitu merah, hijau dan biru. Citra 24-bit menggunakan 3 byte untuk

masing–masing piksel, dimana setiap warna primer direpresentasikan

dengan ukuran 1 byte. Penggunaan citra 24-bit memungkinkan setiap piksel

direpresentasikan dengan nilai warna sebanyak 16.777.216. Dua bit dari

saluran warna tersebut biasa digunakan menyembunyikan data yang akan

mengubah jenis warna piksel-nya menjadi 64 warna. Hal itu akan

mengakibatkan sedikit perbedaan yang tidak bisa dideteksi secara kasat

mata oleh manusia (Ariyus, 2009).

Untuk menjelaskan metode ini, digunakan citra digital sebagai

stegomedium. Pada setiap byte terdapat bit yang tidak signifikan. Misalnya

pada byte 00011001, maka bit LSB-nya adalah 1. Untuk melakukan

penyisipan pesan, bit yang paling tepat untuk diganti dengan bit pesan

adalah bit LSB, sebab pengubahan bit tersebut hanya akan mengubah nilai

byte-nya menjadi satu lebih tinggi atau satu lebih rendah. Sebagai contoh,

urutan bit berikut ini menggambarkan 3 piksel pada stegomedium 24-bit.

(00100111 11101001 11001000)

(00100111 11001000 11101001)

(11001000 00100111 11101001)

Pesan yang akan disisipkan adalah karakter A yang nilai biner-nya

adalah 01000001 (ASCII), maka akan dihasilkan stegoimage dengan urutan

(30)

(00100110 11101001 11001000)

(00100110 11001000 11101000)

(11001000 00100111 11101001)

Terlihat hanya tiga bit rendah yang berubah (bit dengan garis

bawah), untuk mata manusia maka tidak akan tampak perubahannya. Secara

rata-rata dengan metode ini hanya setengah dari data bit rendah yang

berubah, sehingga bila dibutuhkan dapat digunakan bit rendah kedua bahkan

ketiga (Lestriandoko, 2006).

2.3 Pengolahan Citra Digital

2.3.1 Pengertian Citra

Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari

suatu objek. Citra yang berupa output dari suatu sistem perekaman data

dapat bersifat optik berupa foto, bersifat analog berupa sinyal-sinyal video

seperti gambar pada monitor televisi atau bersifat digital yang dapat

langsung disimpan pada suatu media penyimpanan. Citra mempunyai

karakteristik yang tidak dimiliki oleh data teks, yaitu kaya dengan

informasi. Seperti peribahasa yang berbunyi “a picture worth a thousand

words” sebuah gambar bermakna lebih dari seribu kata. Maksudnya tentu

sebuah gambar lebih banyak memberikan informasi daripada disajikan

dalam bentuk kata-kata (Hestiningsih, 2008).

(31)

Citra analog adalah citra yang bersifat kontinu, seperti gambar pada monitor

televisi, foto sinar-X, foto yang tercetak dikertas foto, lukisan, pemandangan

alam. Citra analog tidak dapat direpresentasikan dalam komputer sehingga

tidak bisa diproses di komputer secara langsung. Oleh sebab itu, agar citra

ini dapat diproses di komputer, proses konversi analog ke digital harus

dilakukan terlebih dahulu. Citra analog dihasilkan dari alat-alat analog,

seperti video kamera analog, kamera foto analog, WebCam, sensor rontgen

untuk foto thorax, sensor gelombang pendek pada sistem radar, sensor

ultrasound pada sistem USG dan lain-lain (Sutoyo et al, 2009).

2.3.1.2 Citra Digital

Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh

komputer yang merupakan suatu array dari bilangan yang

merepresentasikan intensitas terang pada point yang bervariasi (piksel).

Piksel ini menghasilkan raster data citra. Suatu ukuran citra yang umum

adalah 640 x 480 piksel dan 256 warna (8 bit per piksel) dan akan berisi

kira-kira 300 kilobyte data. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital

dan scanner ataupun citra yang telah mengalami proses digitalisasi. Citra

digital disimpan juga secara khusus di dalam file bit atau 8-bit. Citra

24-bit menyediakan lebih banyak ruang untuk menyembunyikan informasi.

Semua variasi warna untuk piksel yang diperoleh dari tiga warna dasar:

merah, hijau dan biru. Setiap warna dasar direpresentasikan dengan 1 byte,

citra 24-bit menggunakan 3 byte per piksel untuk merepresentasikan suatu

nilai warna dan 3 byte ini dapat direpresentasikan sebagai nilai hexadecimal,

decimal, dan biner (Sutoyo et al, 2009).

Pada gambar 2.3. sebuah citra berukuran 235 x 235 piksel dapat

dinyatakan dengan matriks yang berukuran sesuai dengan pikselnya atau

(32)

kolom. Kemudian diambil sebuah kotak kecil dari bagian citra itu. Maka

monitor akan menampilkan sebuah kotak kecil. Namun, yang disimpan

dalam memori komputer hanyalah direpresentasikan dengan matriks

(33)

Gambar 2.3 Representasi Citra Digital

Dalam halaman Web, warna latar belakang direpresentasikan dengan

bilangan 6 digit hexadecimal, yang aktualnya tiga ikatan merepresentasikan

merah, hijau dan biru. Latar belakang putih akan mempunyai nilai FFFFFF

yaitu 100% merah (FF), 100% hijau (FF) dan 100% biru (FF). Dengan nilai

desimal 255,255,255 dan nilai biner adalah 11111111, 11111111, 11111111

yang merupakan tiga byte yang menghasilkan putih.

Steganografi pada media digital file citra digunakan untuk

mengeksploitasi keterbatasan kekuatan sistem penglihatan manusia dengan

cara menurunkan kualitas warna pada file citra yang belum disisipi pesan

rahasia. Sehingga dengan keterbatasan tersebut manusia sulit menemukan

gradasi penurunan kualitas warna pada file citra yang telah disisipi pesan

rahasia.

2.3.2 Jenis-Jenis Citra Digital

Ada banyak cara untuk menyimpan citra digital di dalam memori. Cara

penyimpanan menentukan jenis citra digital yang terbentuk. Beberapa jenis

citra digital yang sering digunakan adalah:

1. Citra Biner (Monokrom)

Citra biner hanya memiliki 2 warna yaitu hitam dan putih.

Dibutuhkan 1 bit di memori untuk menyimpan kedua warna ini.

208  221  231  246  214  213  215 199 39  156 111 105 132  100  76 

(34)

Bit 0 = warna hitam

Bit 1 = warna putih

Gambar 2.4 Contoh Citra Biner

2. Citra Grayscale

Banyaknya warna tergantung pada jumlah bit yang disediakan di

memori untuk menampung kebutuhan warna ini. Semakin besar

jumlah bit warna yang disediakan di memori, semakin halus gradasi

warna yang terbentuk. Gambar 2.5 menunjukkan perbandingan

gradasi warna untuk jumlah bit tertentu.

Gambar 2.5 Perbandingan Gradasi Warna 1 bit, 2 bit, 5 bit, 6 bit,

(35)

7 bit dan 8 bit.

3. Citra Warna

Setiap piksel pada citra warna memiliki warna yang merupakan

kombinasi dari tiga warna dasar RGB (Red, Green, Blue). Setiap

warna dasar menggunakan penyimpanan 8 bit = 1 byte, yang berarti

setiap warna mempunyai gradasi sebanyak 255 warna. Berarti setiap

piksel mempunyai kombinasi warna sebanyak 28 . 28 . 28 = 224 = 16 juta warna lebih. Itulah yang menjadikan alasan format ini disebut

dengan true color karena mempunyai jumlah warna yang cukup

besar sehingga bisa dikatakan hampir mencakup semua warna di

alam.

Penyimpanan citra true color di dalam memori berbeda

dengan citra grayscale. Setiap piksel dari citra grayscale 256 gradasi

warna diwakili oleh 1 byte. Sedangkan 1 piksel citra true color

diwakili oleh 3 byte, dimana masing-masing byte merepresentasikan

(36)

Gambar 2.6 Contoh Citra Warna

2.3.3 Pengolahan Citra

Pengolahan citra merupakan kegiatan memperbaiki kualitas citra agar

mudah diinterpretasi oleh manusia/mesin (komputer). Inputannya adalah

citra dan keluarannya juga citra tapi dengan kualitas lebih baik daripada

citra masukan. Misal citra yang warnanya kurang tajam, kabur (blur),

mengandung noise (misal bintik-bintik putih) dan sebagainya perlu ada

pemrosesan untuk memperbaiki citra karena citra tersebut menjadi sulit

diinterpretasikan karena informasi yang disampaikan menjadi berkurang.

(a) (b)

Gambar 2.7 Citra yang agak kabur (a) dan Citra yang telah diperbaiki (b)

Pengolahan citra adalah disiplin ilmu yang terdiri dari beberapa

(37)

komputer. Pada umumnya, disiplin ilmu pengolahan citra berkaitan dengan

disiplin ilmu grafika komputer dan komputer vision, yaitu:

1. Grafika Komputer

Grafika komputer adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari

proses menciptakan suatu gambar berdasarkan deskripsi objek

maupun latar belakang yang terkandung pada gambar tersebut.

Dengan kata lain grafika mencoba untuk memvisualisasikan suatu

informasi menjadi citra. Jadi, input-nya berupa informasi mengenai

citra yang akan digambar sedang output-nya citra.

2. Komputer Vision

Komputer vision merupakan disiplin ilmu yang mempelajari proses

menyusun deskripsi tentang objek yang terkandung pada suatu

gambar atau mengenal objek yang ada pada gambar. Komputer

vision berusaha menerjemahkan citra menjadi deskripsi atau suatu

informasi yang merepresentasikan citra tersebut. Jadi, input-nya

berupa citra sedang output-nya berupa informasi.

3. Pengolahan Citra Digital

Pengolahan citra digital adalah disiplin ilmu yang mempelajari

hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan kualitas gambar (peningkatan

kontras, transformasi warna), transformasi gambar (rotasi,

translasi), melakukan pemilihan citra ciri (feature images) yang

optimal untuk tujuan analisis, melakukan proses penarikan

informasi, melakukan kompresi atau reduksi data untuk tujuan

penyimpanan, transmisi dan waktu proses data. Input pengolahan

citra adalah citra sedang output-nya adalah citra hasil pengolahan.

(38)

Operasi-operasi yang dilakukan di dalam pengolahan citra banyak

ragamnya. Namun, secara umum, operasi pengolahan citra dapat

diklasifikasikan dalam beberapa jenis sebagai berikut:

a. Perbaikan kualitas citra (image enhancement).

Jenis operasi ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan

cara memanipulasi parameter-parameter citra. Dengan operasi ini,

ciri-ciri khusus yang terdapat di dalam citra lebih ditonjolkan.

Contoh-contoh operasi perbaikan citra:

1. perbaikan kontras gelap/terang

2. perbaikan tepian objek (edge enhancement)

3. penajaman (sharpening)

4. pemberian warna semu (pseudocoloring)

5. penapisan derau (noise filtering)

(a) (b)

Gambar 2.8 Citra yang agak gelap (a) dan Citra yang telah diperbaiki kontras gelap/terang (b)

(39)

Operasi ini bertujuan menghilangkan/meminimumkan cacat pada

citra. Tujuan pemugaran citra hampir sama dengan operasi perbaikan

citra. Bedanya, pada pemugaran citra penyebab degradasi gambar

diketahui. Contoh-contoh operasi pemugaran citra:

1. penghilangan kesamaran (deblurring).

2. penghilangan derau (noise)

Gambar 2.9 adalah contoh operasi penghilangan kesamaran.

Citra masukan adalah citra yang tampak kabur (blur). Kekaburan

gambar mungkin disebabkan pengaturan fokus lensa yang tidak tepat

atau kamera bergoyang pada pengambilan gambar. Melalui operasi

deblurring, kualitas citra masukan dapat diperbaiki sehingga tampak

lebih baik.

(a) (b)

Gambar 2.9 Citra yang blur (a) dan Citra yang telah deblurring (b)

(40)

Jenis operasi ini dilakukan agar citra dapat direpresentasikan dalam

bentuk yang lebih kompak sehingga memerlukan memori yang lebih

sedikit. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pemampatan

adalah citra yang telah dimampatkan harus tetap mempunyai kualitas

gambar yang bagus. Contoh metode pemampatan citra adalah format

JPEG. Pada gambar 2.10 (a) adalah citra maskot yang berukuran 158

Kb. Hasil pemampatan citra dengan format JPEG dapat mereduksi

ukuran citra semula sehingga menjadi 88 Kb saja.

(a) (b)

Gambar 2.10 Citra sebelum dimampatkan (a) dan Citra setelah dimampatkan(b)

d. Segmentasi citra (image segmentation).

Jenis operasi ini bertujuan untuk memecah suatu citra ke dalam

beberapa segmen dengan suatu kriteria tertentu. Jenis operasi ini

berkaitan erat dengan pengenalan pola.

(41)

Jenis operasi ini bertujuan menghitung besaran kuantitif dari citra

untuk menghasilkan deskripsinya. Teknik pengorakan citra

mengekstraksi ciri-ciri tertentu yang membantu dalam identifikasi

objek. Proses segmentasi kadangkala diperlukan untuk melokalisasi

objek yang diinginkan dari sekelilingnya. Contoh-contoh operasi

pengorakan citra:

1. Pendeteksian tepi objek (edge detection)

2. Ekstraksi batas (boundary)

3. Representasi daerah (region)

Gambar 2.11 adalah contoh operasi pendeteksian tepi pada citra

hasil camera digital. Operasi ini menghasilkan semua tepi (edge) di

dalam citra.

(a) (b)

Gambar 2.11 Citra hasil kamera digital (a) dan Citra hasil pendeteksian seluruh tepi (b)

(42)

Jenis operasi ini bertujuan untuk membentuk ulang objek dari

beberapa citra hasil proyeksi. Operasi rekonstruksi citra banyak

digunakan dalam bidang medis. Misalnya beberapa foto rontgen

dengan sinar X digunakan untuk membentuk ulang gambar organ

(43)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PERANGKAT LUNAK

3.1 Analisis Sistem

3.1.1 Analisis Least Significant Bit

Strategi penyisipan citra kedalam media citra yang digunakan adalah dengan

metode Least Significant Bit (LSB). Dimana setiap bit data citra akan

digantikan dengan bit paling rendah didalam media citra.

Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari nilai RGB induk

(stegomedium) dan RGB anak (citra asli) pada setiap bit citra. Adapun

rumus yang dipakai untuk mencari RGB induk, yaitu :

R = PixInduk Mod 256

Untuk RGB citra anak dihasilkan dengan rumus :

(44)

B = Int(PixAnak / 65536)

G = (PixAnak - (B * 65536) - R) / 256

R = Int(R / 17)

B = Int(B / 17)

G = Int(G / 17)

Kemudian nilai bit pada RGB anak disisipkan ke nilai bit pada RGB

citra induk dengan memakai rumus :

RGB = ((RI Or RA), (GI Or GA), (BI Or BA))

Dan jika dilakukan ekstraksi, akan didapat kembali nilai bit piksel

RGB citra anak yang tadi, yaitu dengan rumus :

RGB anak = ((RI And 15) * 17, (GI And 15) * 17, (BI And

15) * 17)

Keterangan :

R= nilai bit pada warna merah

G= nilai bit pada warna hijau

B= nilai bit pada warna biru

I = citra induk/stegomedium

A= citra anak/hiddenimage

Misalkan nilai piksel suatu citra induk pada piksel (1,1) adalah 144

dan citra anak 78 maka dihasilkan nilai bit RGB citra anak dan induk pada

piksel tersebut adalah :

Citra Induk :

(45)

B = int(144 / 65536) = 0

Maka nilai dari RGB citra anak akan di-OR-kan dengan nilai RGB

dari citra induk :

RGB = ((RI Or RA), (GI Or GA), (BI Or BA))

RGB = ((144 Or 4), (0 Or 0), (0 Or 0))

RGB = (148,0,0)

Nilai bit RGB = 148 inilah yang menjadi nilai bit pada stegoimage.

Secara logika, perubahan tidak akan tampak secara visual karena perubahan

hanya terjadi di titik kecil yang hanya mengalami perubahan kontras warna

dengan warna yang tetap. Kemudian untuk mengeluarkan warna RGB dari

citra anak tersebut dilakukan dengan cara :

RGB anak = ((RI And 15) * 17, (GI And 15) * 17, (BI And 15) * 17)

RGB anak = ((148 And 15) * 17, (0 And 15) * 17, (0 And 15) * 17)

RGB anak = (68)

(46)

3.1.2 Analisis Stegomedium

Pada piksel (0,0), (1,0), (2,0), (3,0), (4,0) dan (5,0) stegomedium akan

diletakkan beberapa atribut untuk memaksimalkan kinerja program. Atribut

yang dimaksud adalah karakter penanda, dimensi untuk panjang dan lebar

citra dan kunci (key). Gambar 3.1 merupakan representasi atribut

stegomedium.

(5,0)

(3,0) dan (4,0)

(0,0), (1,0) dan (2,0)

Gambar 3.1 Representasi Atribut Stegomedium

Pada piksel (0,0), (1,0) dan (2,0) diletakkan karakter bebas sebagai

penanda bahwa ada data yang tersimpan didalam citra. Pada skripsi ini

(47)

Pada piksel (3,0) dan (4,0) diletakkan dimensi citra agar bisa

digunakan kembali pada saat citra dikeluarkan sehingga dimensinya dapat

ditampilkan pada informasi citra.

Pada piksel (5,0) diletakkan kunci yang digunakan yang digunakan

pada kedua proses embedding dan ekstraksi.

3.1.3 Analisis Proses Steganografi

Gambar 3.2 dibawah ini merupakan gambaran tentang bagaimana proses

sistem yang akan dibangun. Pada bagian awal buka citra induk yang akan

dihitung daya tampung maksimalnya. Bagian selanjutnya dimasukkan citra

anak yang akan disisipkan dan dihitung juga total datanya. Setelah itu, akan

dibandingkan daya tampung maksimal dengan total data jika daya tampung

lebih besar dari total data maka akan dilanjutkan ke proses berikutnya tetapi

jika daya tampung lebih kecil atau sama dengan total data maka akan

muncul pesan kesalahan. Kemudian dilanjutkan dengan proses embedding

yaitu penyembunyian data ke dalam media.

Setelah proses embedding berhasil dilakukan akan didapatkan citra

hasil yaitu stegoimage, jika pada citra hasil ini dilakukan proses ekstraksi,

yaitu proses pengeluaran kembali bit-bit yang telah disisipkan ke media

citra, akan dihasilkan kembali data berupa citra yaitu hiddenimage.

(48)

Gambar 3.2 Tahapan Proses Steganografi

3.2 Perancangan Sistem

Program yang dirancang pada penelitian ini bertujuan untuk

menyembunyikan atau menyisipkan data penting berupa citra ke dalam

sebuah media citra. Saat program dijalankan pengguna akan memilih

antara dua proses yang disediakan yaitu embedding atau ekstraksi.

Kemudian membuka citra sebagai stegoimage dan citra sebagai

hiddenimage. Sebelum melakukan proses, pengguna akan diminta untuk

memberikan kunci terlebih dahulu kedalam sistem yang dibangkitkan dari

media citra agar data lebih aman. Selanjutnya barulah dilakukan proses

steganografi.

3.2.1 Flowchart

Proses Embedding

(49)

Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan

urutan-urutan prosedur dari suatu program. Tujuan utama dari penggunaan

flowchart adalah untuk menggambarkan suatu tahapan penyelesaian

masalah secara sederhana, terurai, rapi dan jelas dengan menggunakan

simbol-simbol yang standar. Dalam perancangan aplikasi ini digunakan

bagan alir (flowchart) untuk menjelaskan proses kerja dari perangkat lunak

yang dirancang.

3.2.1.1 Flowchart Embedding - Ekstraksi

Flowchart embedding – ekstraksi merupakan flowchart aplikasi secara

keseluruhan. Dimulai dari membuka citra induk dan melakukan proses

terdefenisi hitung daya tampung. Buka citra anak kemudian melakukan

proses decision maksimal daya tampung lebih besar dari total data citra. Jika

salah proses berakhir, tetapi jika jawaban benar maka akan melakukan

proses terdefenisi embedding dan hasilnya adalah stegoimage. Selanjutnya

stegoimage akan diekstraksi yang akan menghasilkan hiddenimage dan

(50)

Gambar 3.3 Flowchart

(51)

3.2.1.2 Flowchart Daya Tampung

Untuk menghindari terjadinya kelebihan data citra dibandingkan dengan

daya tampung maka dilakukan perhitungan terhadap keduanya agar data

yang disembunyikan bisa disesuaikan dengan daya tampung media.

Dibawah ini flowchart untuk menghitung daya tampung maksimal media

dan total data yang akan disembunyikan.

Gambar 3.4 Flowchart Daya Tampung

3.2.1.3 Flowchart Embedding

Untuk menyembunyikan data citra kedalam media citra dilakukan dengan

menjumlahkan nilai RGB anak dengan RGB induk. Dibawah ini flowchart

proses penyisipannya. Proses dimulai dari pemberian nilai awal, kemudian

input password. Selanjutnya komputer akan memasukkan password dan

karakter penanda ke bit citra induk. Kemudian ambil piksel induk dan anak

dari 0,0 yang akan dikonversi. Setelah dikonversi, gabungkan citra anak ke

induk dengan logika OR. Selanjutnya dilakukan proses perulangan agar

(52)

+ 1 sehingga piksel yang dikerjakan selanjutnya adalah 0,1. Kemudian Y <

Ymaks.-1 yang artinya jika benar 1 lebih kecil dari Ymaks. maka akan

berlanjut sampai dengan Ymaks. Jika tidak akan dilanjutkan dengan

menghitung X yang juga sampai dengan piksel Xmaks. Hasilnya dari

embedding akan menghasilkan stegoimage dan proses berakhir.

(53)

3.2.1.4 Flowchart Ekstraksi

Untuk mengeluarkan nilai RGB data yang ada didalam stegoimage

dilakukan proses ekstraksi untuk menghasilkan citra anak. Dibawah ini

flowchart dari ekstraksi. Proses dimulai dari pemberian nilai awal,

kemudian input password. Selanjutnya komputer akan mengecek apakah

password yang dimasukkan sama dengan password yang ditanam pada

stegoimage. Jika salah proses akan berakhir tetapi jika benar maka akan

diambil piksel dari stegoimage untuk mengeluarkan nilai bit hiddenimage

dengan AND 15 * 17. Piksel yang diproses terlebih dahulu adalah 0,0 dan

selanjutnya dilakukan proses perulangan agar seluruh piksel tidak ada yang

tertinggal untuk diproses yaitu dengan Y = Y + 1 sehingga piksel yang

dikerjakan selanjutnya adalah 0,1. Kemudian Y < Ymaks.-1 yang artinya

jika benar 1 lebih kecil dari Ymaks. maka akan berlanjut sampai dengan

Ymaks. Jika tidak akan dilanjutkan dengan menghitung X yang juga sampai

dengan piksel Xmaks. Hasilnya dari ekstrkasi akan menghasilkan

(54)

Gambar 3.6 Flowchart Ekstraksi 3.2.2 Perancangan Antar Muka Pengguna

Antar muka pemakai (user interface) adalah tampilan program yang dapat

(55)

atau mekanisme yang digunakan pemakai untuk mengendalikan operasi dan

memasukkan data.

Berikut ini merupakan perancangan antarmuka aplikasi steganografi

citra kedalam media citra yang dirancang dengan 3 (tiga) buah antarmuka,

yaitu:

1. Form Pilihan

Gambar 3.7 Tampilan Rancangan Form Pilihan

Gambar 3.3 merupakan tampilan rancangan form pilihan. Form pilihan

adalah form pembuka dari aplikasi ini. Terdiri atas 3 bagian yaitu bagian

atas sebagai informasi nama dari aplikasi. Kemudian bagian utama/tengah

terdapat 2 buah tombol untuk menentukan proses yang akan dilakukan.

Tombol “Embedding” merupakan link ke halaman proses embedding,

sedangkan tombol “Ekstraksi” adalah link ke halaman proses ekstraksi.

Sedangkan pada bagian bawah terdapat tombol “Keluar” yang merupakan

link untuk keluar jika tidak ingin melakukan proses apapun.

Implementasi Least Significant Bit untuk Pengamanan Citra Digital di dalam Media Citra

Sebagai tugas akhir skripsi oleh : A.Affandi Asyad Siregar

S-1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara

APLIKASI STEGANOGRAFI DENGAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

Pilih proses yang akan dilakukan :

Embedding Ekstraksi

(56)
(57)
(58)
(59)

Form embedding ini berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses

penyembunyian data citra. Dimana pengguna akan memanggil data citra

yang akan disisipkan atau disembunyikan dan kemudian memilih citra yang

akan digunakan sebagai tempat penyisipan data citra. Dalam form ini

terdapat 1 buah command dialog, 8 buah command button, 2 buah image, 2

buah picture box, 8 label, 2 frame dan 2 RichTexBox.

Tabel 3.1 Fungsi pada properti yang digunakan proses embedding

No Objek Name Fungsi

1 Image1 imgInduk Digunakan agar menampilkan citra

pada Picturebox1 sesuai dengan

ukuran yang telah ditentukan

2 Image2 imgAnak Digunakan agar menampilkan citra

pada Picturebox 2 sesuai dengan

ukuran yang telah ditentukan

3 Picturebox1 picInduk Tempat menampung media citra.

4 Picturebox2 picAnak Tempat menampung data citra

5 Commondialog cdPicture Untuk menampilkan kotak dialog

sebagai tempat pemilihan citra

6 Command1 cmdOpen1 Sebagai tombol buka untuk

membuka pilihan citra

7 Command2 cmdSave Sebagai tombol simpan yang

berfungsi untuk menyimpan citra

yang telah disisipkan data citra.

8 Command3 cmdProses Sebagai tombol proses yang akan

melakukan penyisipan data citra ke

dalam media citra

9 Command4 Cmdkeluar Sebagai tombol untuk keluar dari

(60)

10 Command5 CmdOpen Sebagai tombol untuk memilih citra

11 Command6 Cmdcancel Sebagai tombol untuk batalkan

pilihan

12 Command7 CmdFit1 Menampilkan citra induk dengan

ukuran sebenarnya

13 Command8 CmdFit2 Menampilkan citra anak/hasil

dengan ukuran sebenarnya

14 RichTextBox2 rtbInduk Sebagai Informasi dari citra induk

15 RichTextBox1 rtbAnak Sebagai Informasi dari citra anak

16 ProgressBar1 pbProses Untuk progress dari proses yang

berlangsung

17 Frame1 Frame1 Bingkai progress Bar

18 Frame2 Frame2 Bingkai Pilihan citra

19 Option1 Option1 Keterangan untuk buka citra induk

20 Option2 Option2 Keterangan untuk buka citra anak

21 Text1 Txtpass Inputan password

22 Label1 Label1 Nama citra induk

23 Label2 Label2 Nama citra anak

24 Label3 Label3 Nama citra hasil

25 Label4 Label4 Informasi citra induk

26 Label5 Label5 Informasi citra anak

27 Label6 LP1 Keterangan proses penyisipan

28 Label7 LP2 Keterangan proses penyisipan

29 Label8 LP3 Keterangan proses penyisipan

(61)
(62)
(63)
(64)

Form Ektraksi ini berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses

pengeluaran data citra. Dimana pengguna akan memanggil citra yang berisi

data kemudian melakukan ekstraksi untuk mengeluarkan data.

Tabel 3.2 Fungsi pada properti yang digunakan proses ekstraksi

No Objek Name Fungsi

1 Image1 imgInduk Digunakan agar menampilkan citra

pada Picturebox1 sesuai dengan

ukuran yang telah ditentukan

2 Image2 imgAnak Digunakan agar menampilkan citra

pada Picturebox 2 sesuai dengan

ukuran yang telah ditentukan

3 Picturebox1 picInduk Tempat menampung media citra.

4 Picturebox2 picAnak Tempat menampung data citra

5 Commondialog cdPicture Untuk menampilkan kotak dialog

sebagai tempat pemilihan citra

6 Command1 cmdOpen Sebagai tombol buka untuk

membuka pilihan citra

7 Command2 cmdSave Sebagai tombol simpan yang

berfungsi untuk menyimpan citra

8 Command3 cmdEktraksi Sebagai tombol Ekstraksi yang akan

melakukan pengeluaran data citra

dari dalam media citra

9 Command4 Cmdkeluar Sebagai tombol untuk keluar dari

program

10 Command5 CmdFit1 Menampilkan citra induk dengan

ukuran sebenarnya

11 Command6 CmdFit2 Menampilkan citra hasil dengan

ukuran sebenarnya

12 RichTextBox1 rtbInduk Sebagai Informasi dari citra induk

(65)

14 ProgressBar1 pbProses Untuk progress dari proses yang

berlangsung

15 Frame1 Frame1 Bingkai progress Bar

16 Text1 Txtpass Inputan password

16 Label1 Label1 Nama citra induk

17 Label2 Label2 Nama citra hasil

18 Label3 Label3 Informasi citra induk

19 Label4 Label4 Informasi citra anak

20 Label5 LP1 Keterangan proses penyisipan

21 Label6 LP2 Keterangan proses penyisipan

22 Label7 LP3 Keterangan proses penyisipan

(66)

BAB 4

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

4.1 Implementasi Sistem

Dari hasil perancangan sistem yang dilakukan, maka proses selanjutnya

adalah tahap implementasi ke dalam bentuk aplikasi komputer. Dalam

melakukan implementasi digunakan perangkat keras dan perangkat lunak

sehingga aplikasi yang dibangun dapat diselesaikan dengan baik. Perangkat

keras yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut :

1. Prosesor Pentium IV 3.0 GHz

2. RAM 1 Gb

3. Hardisk 80 GB

4. Kartu Grafik 128 Mb

Sedangkan perangkat lunak yang digunakan sebagai berikut :

1. Sistem Operasi Windows XP SP2

2. Microsoft Visual Basic 6.0

3. Adobe Photoshop Elements Editor

4.1.1 Implementasi Karakter Penanda

Karakter penanda ini bertujuan sebagai penanda pada stegomedium bahwa

(67)

embedding dari aplikasi ini. Sesuai pada perancangan sistem yang dibuat,

karakter penanda berupa numerik (7), (7) dan (7). Berikut implementasi

karakter penanda pada saat embedding:

4.1.1.1 Tampilan Halaman Pilihan

Halaman pilihan merupakan halaman untuk memilih proses yang akan

dilakukan yaitu embedding untuk menyisipkan citra atau ekstraksi untuk

mengembalikan citra dari stegoimage. Terdapat juga tombol keluar jika

tidak ingin melakukan proses apapun.

(68)

4.1.1.2 Tampilan Halaman Stego

Jika memilih tombol Embedding pada halaman pilihan maka akan muncul

halaman stego seperti pada gambar 4.2. Pada halaman inilah akan dilakukan

proses penyisipan citra anak ke citra induk.

(69)

Langkah pertama yang dilakukan untuk memulai proses embedding

adalah memilih citra yang akan dijadikan sebagai citra anak dan citra induk.

Dengan cara menekan tombol Buka, kemudian pilih Buka citra induk pada

pilihan dan tekan tombol Buka.

Gambar 4.3 Tampilan Halaman Buka Citra Induk

Setelah memilih buka citra induk dan menekan tombol buka, akan

muncul halaman pilih citra ke dalam local hard drives komputer seperti

(70)

Gambar 4.4 Tampilan Halaman Pilih Citra Induk

Setelah citra induk dipilih maka akan ditampilkan citra dan

informasi citra yang dipilih. Informasi citra yang ditampilkan adalah nama

(71)

Gambar 4.5 Tampilan Halaman Buka Citra Anak

Gambar 4.5 merupakan tampilan halaman buka citra anak.

Dilakukan setelah membuka citra induk terlebih dahulu. Kemudian tekan

tombol buka dan akan muncul halaman pilih citra ke dalam local hard

(72)

Gambar 4.6 Tampilan Halaman Buka Citra Anak

Gambar 4.7 adalah tampilan halaman setelah citra induk dan citra

anak dipilih dan dibuka. Tampak kedua citra dengan informasi

(73)

Gambar 4.7 Tampilan Halaman Citra Anak dan Citra Induk

Sebelum memulai proses embedding dengan menekan tombol Proses

akan muncul halaman masukkan password anda. Pengguna dapat

memasukkan password berupa alpha numeric dengan panjang maksimum

(74)

Gambar 4.8 Tampilan Halaman Masukkan Password

Setelah password dimasukkan, proses akan dilakukan dengan

menekan tombol proses. Proses embedding memerlukan waktu proses sesuai

dengan besar citra. Jika citra semakin besar maka waktu proses yang

dibutuhkan akan semakin lama. Gambar 4.9 merupakan tampilan halaman

(75)

Gambar 4.9 Tampilan Halaman Proses Embedding

Kemudian jika proses embedding selesai akan muncul halaman

(76)

Gambar 4.10 Tampilan Halaman Proses Selesai

Langkah terakhir adalah menyimpan citra yang telah disisipkan data

(77)

Gambar 4.11 Tampilan Halaman Simpan

4.1.1.3 Tampilan Halaman Ekstraksi

Untuk Proses Ekstraksi citra dilakukan dengan membuka halaman pilihan

dan pilih proses Ekstraksi. Proses ini merupakan proses pengeluaran nilai

(78)

Gambar 4.12 Tampilan Halaman Ekstraksi

Langkah pertama yang dilakukan untuk memulai proses ekstraksi

adalah memilih stegoimage. Dengan cara menekan tombol buka, akan

(79)

Gambar 4.13 Tampilan Halaman Buka Stegoimage

Gambar 4.14 adalah tampilan halaman setelah stegoimage dipilih

(80)

Gambar 4.14 Tampilan Halaman Stegoimage

Gambar 4.15 merupakan tampilan halaman masukkan password

ekstraksi. Password pada proses ekstraksi adalah password pada proses

(81)

Gambar 4.15 Tampilan Halaman Masukkan Password Ekstraksi

Setelah password dimasukkan, proses akan dilakukan dengan

menekan tombol ekstraksi. Proses ekstraksi memerlukan waktu proses yang

sama seperti pada proses embedding. Gambar 4.16 merupakan tampilan

(82)

Gambar 4.16 Tampilan Halaman Proses Ekstraksi

Kemudian jika proses ekstraksi selesai akan muncul halaman proses

ekstraksi sukses dan akan tampak citra anak yang dikeluarkan dari

(83)

Gambar 4.17 Tampilan Halaman Proses Ekstraksi Selesai

Langkah terakhir dalam proses ekstraksi adalah menyimpan citra

yang telah dikeluarkan dari nilai RGB stegoimage yaitu dengan menekan

(84)

Gambar 4.18 Tampilan Halaman Simpan Hasil Ekstraksi

4.1.2 Tampilan Halaman Pendukung Aplikasi

Implementasi yang dilakukan tidak hanya memperhatikan proses utama

saja, tetapi juga proses dimana bisa terjadi kesalahan sehingga pengguna

tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan aplikasi.

Gambar 4.19 merupakan tampilan halaman jika menekan tombol Fit

disebelah kiri atas PictureBox pada aplikasi. Disediakan dengan alasan

(85)

ukuran asli citra tersebut sehingga mengurangi kesalahan dalam pemilihan

citra.

Gambar 4.19 Tampilan Halaman Fit to Windows

Aplikasi ini melakukan proses penyisipan nilai RGB citra anak ke

dalam citra induk sehingga akan diperoleh keadaan dimana daya tampung

maksimum citra induk harus lebih besar dari total data citra anak. Gambar

4.20 merupakan tampilan halaman peringatan bahwa citra anak lebih besar

(86)
(87)

Gambar 4.21 Tampilan Halaman Peringatan Citra Tidak Ada

Gambar 4.21 adalah tampilan halaman peringatan bahwa data/ citra

tidak ada sehingga proses tidak dapat dilakukan. Kemudian Gambar 4.22

merupakan tampilan halaman jika pengguna menekan tombol simpan

(88)

Gambar 4.22 Tampilan Halaman Peringatan Lakukan Proses Terlebih Dahulu

Kemudian pada proses ekstraksi jika terjadi kesalahan membuka

citra yang bukan stegoimage maka akan muncul peringatan seperti pada

gambar 4.23. Dan pada gambar 4.24 merupakan tampilan halaman

peringatan bahwa password yang di input tidak sesuai dengan yang ditanam

(89)

Gambar 4.23 Tampilan Halaman Peringatan Citra Tidak Stegoimage

Gambar 4.24 Tampilan Halaman Peringatan Password Stegoimage Salah

4.2 Pengujian Sistem

Setelah metode Least Significant Bit diimplementasikan dalam bentuk

aplikasi dengan bahasa pemograman Visual Basic 6.0, selanjutnya

dilakukan pengujian, apakah aplikasi yang dirancang dapat memenuhi

kriteria steganografi yang baik yaitu imperceptibility, fidelity dan recovery.

4.2.1 Perangkat Pengujian

Pengujian aplikasi dilakukan menggunakan komputer dengan spesifikasi

(90)

1. Tipe : Notebook Sony

2. Prosesor : Intel core i5 2.4 GHz

3. Memori : 4Gb DDR3

4. Kartu Grafis : GeForce GT 330M

5. Sistem Operasi : Microsoft Windows XP SP2

4.2.2 File Pengujian

File yang diuji berupa citra digital dengan resolusi sedang karena jika

menggunakan citra resolusi yang besar, waktu proses akan lebih lama yaitu

sebagai berikut :

1. Citra Induk

Nama file : Pemandangan2.jpg

Format : JPG

Dimensi : 800 x 600

Ukuran file : 96,9 Kb

2. Citra Anak

Nama file : Peta_Geologi_Freeport.bmp

Format : BMP

Dimensi : 600 x 485

Ukuran file : 852 Kb

3. Stegoimage

File stegoimage adalah citra hasil embedding dari citra induk dan

(91)

Nama file : stegoimage.bmp

Format : BMP

Dimensi : 804 x 604

Ukuran file : 1,38 Mb

4.2.3 Hasil Pengujian

Pengujian pertama dilakukan pada proses embedding. Untuk menyisipkan

citra anak dengan dimensi 600x485 ke citra induk dengan dimensi 800x600

diperlukan waktu 57 detik. Proses embedding pada aplikasi ini

menghasilkan sebuah stegoimage yang hampir persis sama dengan citra

induk. Tidak ada perbedaan yang signifikan. Kriteria steganografi yang baik

yaitu imperceptibility dan fidelity terpenuhi pada hasil proses embedding

aplikasi ini. Karena imperceptibility ialah keberadaan pesan rahasia tidak

dapat dipersepsi oleh inderawi. Misalnya, jika covertext berupa citra, maka

penyisipan pesan membuat citra stegotext sukar dibedakan oleh mata

dengan citra covertext-nya. Jika covertext berupa audio, maka indera telinga

tidak dapat mendeteksi perubahan pada audio stegotext-nya, dan Fidelity

ialah mutu stegomedium tidak berubah banyak akibat penyisipan. Perubahan

tersebut tidak dapat dipersepsi oleh inderawi. Misalnya, jika covertext

berupa citra, maka penyisipan pesan membuat citra stegotext sukar

dibedakan oleh mata dengan citra covertext-nya. Jika covertext berupa

audio, maka audio stegotext tidak rusak dan indera telinga tidak dapat

mendeteksi perubahan tersebut. Berikut gambar 4.25 yang merupakan citra

(92)
(93)

Gambar 4.26 Stegoimage

Berikut gambar 4.27 merupakan citra anak dan gambar 2.28 adalah

(94)

Gambar

Gambar 2.7 Citra yang agak kabur (a) dan Citra yang telah diperbaiki
Gambar 2.10 Citra sebelum dimampatkan (a) dan Citra setelah
Gambar 2.11 Citra hasil kamera digital (a) dan Citra hasil
Gambar 3.1 Representasi Atribut Stegomedium
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan hidayahnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

Sehingga masyarakat akan mengkonsumsi bahan makanan bergizi dalam jumlah yang kurang, dengan demikian penyakit kekurangan gizi akan mudah timbul Berdasarkan pada

Menurut Moehji (2003), telah banyak penelitian yang membuktikan adanya hubu ngan antara terpenuhinya kebutuhan gizi terutama kebutuhan energi, baik terhadap

Skarifikasi benih pada bagian pangkal menyebabkan benih lebih cepat berkecambah dibanding skarifikasi pada bagian lainnya, diduga karena skarifikasi dilakukan dekat

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa pemilik usaha di industri di Kota Banda Aceh sebagian besar berumur 26 sampai 35 tahun, didominasi

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh arus dan waktu pada proses pelapisan hard chrome terhadap ketebalan

Negara dapat dikatakan terikat pada suatu perjanjian internasional, apabila negara tersebut telah melakukan proses pengesahan terhadap perjanjian internasional yang dibentuk

S1 (Sarjana) Memiliki pengetahuan yang memadai terkait dengan cara kerja sistem komputer dan mampu merancang dan mengembangkan berbagai algoritma dasar untuk memecahkan