• Tidak ada hasil yang ditemukan

Digital Signature pada Citra Digital dengan Algoritma Least Significant Bit dan Chaocipher Artikel Ilmiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Digital Signature pada Citra Digital dengan Algoritma Least Significant Bit dan Chaocipher Artikel Ilmiah"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Digital Signature pada Citra Digital

dengan Algoritma Least Significant Bit dan Chaocipher

Artikel Ilmiah

Peneliti:

Sandy Juniart Siwabessy (672010264)

Magdalena A. Ineke Pakereng, M.Kom.

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Juli 2016

(2)

Digital Signature pada Citra Digital

dengan Algoritma Least Significant Bit dan Chaocipher

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Peneliti:

Sandy Juniart Siwabessy (672010264)

Magdalena A. Ineke Pakereng, M.Kom.

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Juli 2016

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Digital Signature pada Citra Digital

dengan Algoritma Least Significant Bit dan Chaocipher

Sandy Juniart Siwabessy 1, Magdalena A. Ineke Pakereng 2

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

E-mail: 672010264@student.uksw.edu1, ineke.pakereng@staff.uksw.edu2

Abstract

Documents in the form of digital image has the possibility to be manipulated unlawfully. The information contained within can be faked, so that the recipient of the document can be wrong in interpreting the intention of the information therein. This could result in losses for both the sender and recipient document, the decision made, based on the information that has been falsified. A solution is needed to secure the information stored on it. Information from the sender must be the same when it reached the receiver. In this study generated digital signature applications implemented in a way that is calculating the value of bytes of data into a form MD5 hash algorithm. Results hash is then encrypted with an algorithm Chaocipher. Cipher hash then inserted at Least Significant Bit of digital images. Digital signature is inserted can be used to detect whether the digital image has been changed or not. The test results showed that the change can be detected, even if the change only by 2x2 pixels.

Keywords: Digital Signature, Least Significant Bit Embedding, Chaocipher

Abstrak

Dokumen berbentuk citra digital memiliki kemungkinan untuk dimanipulasi secara tidak sah. Informasi yang terdapat di dalamnya dapat dipalsukan sehingga pihak penerima dokumen dapat salah dalam menginterpretasikan maksud informasi di dalamnya. Hal ini dapat mengakibatkan kerugian baik bagi pengirim dokumen maupun penerima dokumen, karena keputusan yang dibuat, berdasarkan pada informasi yang telah dipalsukan. Sebuah solusi diperlukan untuk mengamankan informasi yang tersimpan di dalamnya. Informasi dari pengirim harus sama ketika sampai di penerima. Pada penelitian ini dihasilkan aplikasi digital signature diimplementasikan dengan cara yaitu menghitung nilai byte data menjadi bentuk hash dengan algoritma MD5. Hasil hash kemudian dienkripsi dengan algoritma Chaocipher. Cipher hash kemudian disisipkan pada bagian

Least Significant Bit citra digital. Digital signature yang disisipkan tersebut dapat

berfungsi untuk mendeteksi apakah citra digital telah mengalami perubahan atau tidak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perubahan dapat terdeteksi, sekalipun perubahan hanya sebesar 2x2 piksel.

Kata Kunci: Tanda Tangan Digital, Penyisipan Least Significant Bit, Chaocipher 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga

(8)

1 1. Pendahuluan

Komunikasi merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kini manusia dipermudah oleh teknologi untuk menyampaikan informasi. Media komunikasi yang diciptakan manusia tersebut memang memudahkan dalam penyampaian informasi, tapi di sisi lain penyampaian pesan melalui media tertentu tidak menjamin keamanan terhadap integritas data. Keamanan telah menjadi aspek yang sangat penting dari suatu sistem informasi.

Adapun permasalahan yang ada seperti dokumen berbentuk berkas gambar (file image), memiliki kemungkinan untuk dimanipulasi oleh pihak lain yang menyebabkan informasi yang terdapat pada citra digital menjadi berubah (tidak asli). Tindakan manipulasi informasi ini dapat mengakibatkan kerugian baik bagi pihak pemilik citra digital, maupun penerima citra digital. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang sangat tepat agar citra digital dapat diketahui keutuhan informasi di dalamnya.

Salah satu upaya untuk menjaga integritas informasi pada citra digital adalah dengan menyisipkan digital signature terlebih dahulu ke dalam citra digital yang akan dikirim. Digital signature atau yang juga disebut tanda tangan digital adalah suatu mekanisme untuk menggantikan tanda tangan secara manual pada dokumen kertas [1]. Digital signature memiliki fungsi sebagai penanda pada data yang memastikan bahwa data tersebut adalah data yang sebenarnya (utuh/integral). Penanda pada digital signature ini tidak semata hanya berupa tanda tangan digital, tetapi dapat berupa cap digital, text, bit, dan gambar. Aspek keamanan dan kerahasiaan bukan disediakan dengan sistem berupa tanda tangan digital, tetapi tanda tangan yang telah dienkripsi terlebih dahulu dengan algoritma tertentu.

Tujuan dari digital signature adalah untuk melindungi citra digital dari tindakan manipulasi. Cara untuk membuat digital signature adalah dengan membuat hash, kemudian hash tersebut dienkripsi, dan hasil enkripsi disisipkan ke dalam citra digital. Hash terenkripsi yang disisipkan tersebut akan berfungsi sebagai segel. Citra digital dapat dilihat dan dimanipulasi orang lain, namun ketika dilakukan proses validasi, maka akan terbukti bahwa citra digital tidak valid karena nilai hash telah berubah akibat tindakan manipulasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul “Digital signature pada Citra Digital dengan Algoritma Least Significant Bit dan Chaocipher”, yang diharapkan dapat membantu menyedikan alat untuk menjaga integritas informasi dari suatu citra digital.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Pengamanan Dokumen Informasi Akademik Menggunakan Digital signature dengan Algoritma Kurva

Eliptik”. Penggunaan e-paper atau lembaran/dokumen digital yang digunakan

untuk setiap lembar naskah yang dicetak dari sistem informasi akademik baik oleh mahasiswa, staff administrasi maupun pihak lainnya rentan terhadap pemalsuan

(9)

2

dan pembajakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pada penelitian ini dibahas tentang bagaimana mengamankan berkas elektronik (e-paper) dengan menambahkan (meng-embedded) digital signature pada setiap berkas yang akan dicetak baik yang menggunakan kertas (paper) maupun yang tidak menggunakan kertas (paperless) dalam format PDF maupun format digital lainnya. Penelitian ini menghasilkan aplikasi sistem informasi akademik yang telah ditambahkan tanda tangan dan aplikasi pembaca keabsahan tanda tangan. Berdasarkan hasil uji coba, tanda tangan tidak dapat didekripsi dengan aplikasi sniffer, serta aplikasi

verifying menunjukkan waktu akses rata-rata 110 milidetik. Aplikasi web verifying membutuhkan waktu yang lama untuk mendekripsikan digital signature,

tetapi ini sebanding dengan keamanan dan kehandalan yang dihasilkan oleh sistem informasi dengan algoritma kurva eliptik ini [1].

Penelitian yang selanjutnya berjudul “Studi dan Implementasi Algoritma RSA untuk Pengamanan Data Transkrip Akademik Mahasiswa”. Masalah keamanan dan kerahasiaan data merupakan hal yang penting dalam suatu organisasi. Data yang bersifat rahasia tersebut perlu dibuatkan sistem penyimpanan dan pengirimannya agar tidak terbaca atau diubah oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, baik saat data tersebut tersimpan sebagai file di dalam komputer maupun saat data tersebut dikirim melalui email. Penelitian ini membuat model sistem pengamanan dengan proses enkripsi dan dekripsi menggunakan algoritma RSA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa algoritma RSA berhasil diimplementasikan untuk pengamanan data transkrip akademik mahasiswa dengan diperolehnya hasil komputasi algoritma RSA adalah sebesar 15625 mikrodetik, sedangkan kompleksitas memori yang dibutuhkan algoritma RSA sebesar 3908 bytes [2].

Digital signature dimasukkan ke dalam dokumen yang akan diamankan,

dengan cara menyisipkan ke dalamnya. Penelitian yang dilakukan oleh Noertjahyana [3] membahas tentang penyisipan data ke dalam media lain. Noertjahyana memanfaatkan teknik ini untuk mengamankan pesan. Pada penelitian tersebut digunakan metode LSB (Least Significant Bit). Bit pesan disisipkan pada bit LSB citra digital. Teknik ini memberikan keuntungan yaitu kecilnya perubahan yang terjadi pada citra digital. Penelitian Noertjahyana tidak menggunakan algoritma kriptografi untuk mengenkripsi data sebelum disisipkan.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan tentang pemanfaatan

digital signature, algoritma-algoritma untuk digital signature, dan teknik LSB,

maka dilakukan penelitian yang membahas mengenai perancangan digital

signature dengan algoritma Chaocipher, dan penyisipan LSB. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah, pada penelitian ini digital

signature dibentuk dengan cara menghitung nilai hash dari dokumen. Hash

dihitung dengan algoritma MD5, kemudian hash dienkripsi dengan algoritma

Chaocipher, dan hasilnya disisipkan pada posisi LSB tiap warna pada citra digital.

Tanda tangan digital (digital signature) adalah salah satu teknologi yang digunakan untuk meningkatkan keamanan jaringan [1]. Digital signature berfungsi sebagai penanda pada data untuk memastikan keaslian data. Digital

signature dapat memenuhi setidaknya dua syarat keamanan jaringan, yaitu authenticity dan nonrepudiation. Digital signature memanfaatkan teknologi kunci

(10)

3

publik (public key). Sepasang kunci publik dan privat dibuat unik dan tidak ada pasangannya. Kunci privat disimpan oleh pemiliknya, dan digunakan untuk membuat digital signature. Sedangkan kunci publik dapat diserahkan kepada siapa saja yang ingin memeriksa keaslian digital signature yang bersangkutan pada suatu dokumen. Untuk membuka digital signature tersebut diperlukan kunci privat. Bila data telah diubah oleh pihak luar, maka digital signature juga ikut berubah sehingga kunci privat yang ada tidak akan dapat membukanya. Ini merupakan salah satu syarat keamanan jaringan, yaitu authenticity dimana keaslian data dapat terjamin dari perubahan-perubahan yang dilakukan pihak luar, dengan cara yang sama, pengirim data tidak dapat menyangkal data yang telah dikirimkannya. Bila digital signature cocok dengan kunci privat yang dipegang oleh penerima data, maka dapat dipastikan bahwa pengirim adalah pemegang kunci privat yang sama. Ini berarti digital signature memenuhi salah satu syarat keamanan jaringan, yaitu nonrepudiation atau non-penyangkalan [1].

Menurut Amin [4], cara paling umum menyembunyikan pesan adalah dengan memanfaatkan Least Significant Bit (LSB). Walaupun ada kekurangan pada metode ini, tetapi kemudahan implementasinya membuat metode ini tetap digunakan sampai sekarang. Metode ini membutuhkan syarat, yaitu jika dilakukan kompresi pada image watermarking, harus digunakan format lossless

compression, karena metode ini menggunakan beberapa bit pada setiap pixel pada image. Jika digunakan format lossy compression, pesan rahasia yang

disembunyikan dapat hilang. Jika digunakan image 24 bit color sebagai cover, sebuah bit dari masing-masing komponen Red, Green dan Blue dapat digunakan sehingga 3 bit dapat disimpan pada setiap pixel.

Pada susunan bit di dalam sebuah byte (1 byte = 8 bit), ada bit yang paling berarti most significant bit (MSB) dan bit yang paling kurang berarti least

significant bit (LSB). Bit yang cocok untuk diganti adalah bit LSB, sebab

perubahan tersebut hanya mengubah nilai byte satu lebih tinggi atau satu lebih rendah dari nilai sebelumnya. Misalkan pada cover citra, byte tersebut menyatakan warna merah, maka perubahan satu bit LSB tidak mengubah warna merah tersebut secara berarti, apalagi mata manusia tidak dapat membedakan perubahan yang kecil.

Misalnya, di bawah ini terdapat 3 piksel dari image 24 bit color : (00100111 11101001 11001000)

(00100111 11001000 11101001) (11001000 00100111 11101001)

Yang ingin disisipkan adalah huruf A dengan biner 01000001, dengan menyisipkannya ke dalam piksel di atas maka akan dihasilkan

(00100110 11101001 11001000) (00100110 11001000 11101000) (11001000 00100111 11101001)

Dapat dilihat bahwa hanya 3 bit saja yang perlu diubah untuk menyembunyikan karakter A ini. Perubahan pada LSB ini akan terlalu kecil untuk terdeteksi sehingga pesan dapat disembunyikan secara efektif. Jika digunakan

image 8 bit color sebagai cover, hanya 1 bit saja dari setiap piksel warna yang

(11)

hati-4

hati, karena perubahan LSB dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna yang ditampilkan pada citra.

Chaocipher adalah algoritma kriptografi yang ditemukan oleh J. F. Byrne

pada tahun 1918 dan dideskripsikan pada otobiografinya yang berjudul Silent

Years pada tahun 1953. Byrne menjelaskan bahwa Chaocipher adalah kriptografi

yang sederhana, namun tidak dapat dipatahkan. Byrne menyatakan bahwa mesin yang digunakan untuk menguraikan pesan bisa dipasang ke dalam kotak cerutu. Byrne menawarkan hadiah uang tunai bagi siapa saja yang bisa memecahkannya. Pada bulan Mei 2010 keluarga Byrne menyumbangkan semua dokumen

Chaocipher ke Museum National Cryptologic di Ft. Meade, Maryland, Amerika

Serikat. Hal ini menyebabkan pengungkapan algoritma Chaocipher [5].

Sistem Chaocipher terdiri dari dua alfabet, dengan huruf "kanan" digunakan untuk mencari huruf plaintext sementara yang lain ("kiri") alfabet digunakan untuk membaca surat ciphertext yang sesuai. Algoritma ini mendukung konsep substitusi dinamis [6] dimana dua huruf yang sedikit diubah setelah setiap masukan huruf plaintext dienkripsi. Hal ini menyebabkan plaintext yang non linear dan sangat tersebar. Proses dekripsi identik dengan enkripsi, dengan huruf

ciphertext yang terletak di "kiri" alfabet sedangkan huruf plaintext yang sesuai

yang dibaca dari "kanan" alfabet.

Gambar 1 Model Mekanik dari Chaocipher [5]

Alfabet yang digunakan oleh Chaocipher berada dalam bentuk susunan acak. Pada penelitian ini digunakan algoritma Fisher Yates untuk melakukan pengacakan alfabet yang digunakan pada awal proses pembuatan digital signature maupun verifikasi dengan algoritma Chaocipher. Fisher Yates shuffle (diambil dari nama Ronald Fisher dan Frank Yates) atau juga dikenal dengan nama Knuth

shuffle (diambil dari nama Donald Knuth), adalah sebuah algoritma untuk

menghasilkan suatu permutasi acak dari suatu himpunan terhingga, dengan kata lain untuk mengacak suatu himpunan tersebut [6]. Jika diimplementasikan dengan benar, maka hasil dari algoritma ini tidak akan berat sebelah, sehingga setiap permutasi memiliki kemungkinan yang sama. Metode dasar yang digunakan untuk

(12)

5

menghasilkan suatu permutasi acak untuk angka 1 sampai N adalah sebagai berikut [7]:

1. Tuliskan angka dari 1 sampai N.

2. Pilih sebuah angka acak K di antara 1 sampai dengan jumlah angka yang belum dicoret.

3. Dihitung dari bawah, coret angka K yang belum dicoret, dan tuliskan angka tersebut di lain tempat.

4. Ulangi langkah 2 dan langkah 3 sampai semua angka sudah tercoret. 5. Urutan angka yang dituliskan pada langkah 3 adalah permutasi acak dari

angka awal.

Contoh langkah Fisher Yates ditunjukkan pada Tabel 1. Range adalah jumlah angka yang belum terpilih, roll adalah angka acak yang terpilih, scratch adalah daftar angka yang belum terpilih, dan result adalah hasil permutasi yang akan didapatkan.

Tabel 1 Contoh Langkah Fisher Yates Shuffle

Range (bilangan acak di dalam Range) Roll Scratch Result ABCDEFGH 1 - 8 3 AB C DEFGH C 1 - 7 4 AB C DEFGH C E 1 - 6 5 AB C DEFGH C E G 1 - 5 3 AB C DEFGH CE G D 1 - 4 4 AB C DEFGH CE G D H 1 - 3 1 AB C DEFGH CE G D H A 1 - 2 2 AB C DEFGH CE G D H A F AB C DEFGH CE G D H A F B Dalam kriptografi, MD5 (Message-Digest Algorithm 5) ialah fungsi hash kriptografi yang digunakan secara luas dengan hash value 128-bit [7]. MD5 telah dimanfaatkan secara bermacam-macam pada aplikasi keamanan, dan MD5 juga umum digunakan untuk melakukan pengujian integritas (fingerprint) sebuah file. MD5 didesain oleh Ronald Rivest pada tahun 1991 untuk menggantikan hash

function sebelumnya, yaitu MD4.

(13)

6

Hash value yang dihasilkan oleh MD5 memiliki panjang 128-bit (16 byte),

sekalipun input (pesan) yang digunakan memiliki panjang yang bervariasi. Hash

value berubah signifikan sekalipun perubahan yang terjadi pada input hanya 1 byte (1 kata).

3. Metode dan Perancangan Sistem

Penelitian yang dilakukan, diselesaikan melalui tahapan penelitian yang terbagi dalam lima tahapan, yaitu: (1) Identifikasi masalah dan studi literatur, (2) Perancangan sistem, (3) Implementasi sistem, (4) Pengujian sistem dan analisis hasil pengujian, (5) Penulisan laporan.

Identifikasi Masalah dan Studi Literatur Perancangan Sistem

Implementasi Sistem

Pengujian Sistem dan Analisis Hasil Pengujian Penulisan Laporan

Gambar 3 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian pada Gambar 3, dapat dijelaskan sebagai berikut.

Tahap pertama: Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah diperlukannya

sistem pengamanan dokumen digital terutama citra digital. Selain identifikasi masalah, dikumpulkan juga penelitian-penelitian terdahulu yang membahas masalah yang sama atau mirip, sehingga dapat dilihat metode-metode yang dapat diaplikasikan untuk pengamanan citra digital. Tahap kedua: yaitu melakukan perancangan sistem yang meliputi perancangan proses. Proses terbagi pada 2 bagian utama yaitu proses pemberian digital signature, dan proses verifikasi

digital signature. Pada kedua proses tersebut, masing-masing terdapat subproses,

yaitu proses pembuatan hash, proses enkripsi/dekripsi hash, dan proses

embedding/extracting digital signature. Tahap ketiga: yaitu mengimplementasikan rancangan yang telah dibuat di tahap dua ke dalam sebuah aplikasi/program sesuai kebutuhan sistem. Tahap keempat: yaitu melakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat, serta menganalisis hasil pengujian tersebut, untuk melihat apakah aplikasi yang telah dibuat sudah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, jika belum sesuai maka dilakukan perbaikan. Tahap

(14)

7 Dokumen

Original Proses Digital Signature

Dokumen dengan Digital Signature Verifikasi Valid atau Tidak Valid Dokumen dengan Digital Signature Signatory Verifier

Gambar 4 Arsitektur Sistem

Arsitektur sistem ditunjukkan pada Gambar 4. Sistem terdiri dari dua proses, yaitu proses signing dan proses verifiying. Proses signing dilakukan oleh

signatory, dengan menanamkan digital signature ke dalam dokumen. Proses verifiying dilakukan oleh verifier, dengan mengekstraksi digital signature dari

dalam dokumen. Mulai Input Kunci Input Dokumen Citra Digital

Shuffle Alfabet Left & Right

Enkripsi HASH sehingga menjadi Digital

Signature

Embed Digital Signature

Output dokumen Hitung nilai HASH citra

digital dengan algoritma MD5

Selesai

Gambar 5 Alur Proses Pemberian Digital Signature

Proses pemberian digital signature ditunjukkan pada Gambar 5. Proses ini memerlukan input dari pengguna yaitu kunci, dan dokumen citra digital. Kunci digunakan untuk menyandikan hash. Hash diperoleh dari proses algoritma MD5.

Hash terenkripsi disisipkan ke dalam citra digital. Hasil akhir adalah dokumen

(15)

8

Mulai Input Kunci

Input Dokumen Citra Digital

Hitung nilai HASH Ekstrak Digital Signature

Dekripsi Digital Signature Shuffle Alfabet Left & Right

HASH sama dengan hasil Dekripsi

Ouput valid Output tidak valid

Selesai

TIDAK YA

Gambar 6 Alur Proses Verifikasi Digital Signature

Pada proses verifikasi (Gambar 6), hash yang telah disisipkan, diekstrak kemudian didekripsi. Hasil dekripsi dibandingkan dengan hash citra digital sekarang. Jika nilai hash ini berbeda, maka dapat dipastikan bahwa citra digital tersebut telah mengalami perubahan.

Contoh proses pembuatan digital signature dengan algoritma Chaocipher adalah sebagai berikut. Terdapat susunan 2 alfabet yang telah diacak sebelumnya dengan algoritma Fisher Yates.

Gambar 7 Alfabet Left dan Right pada Chaocipher

Alfabet Right digunakan untuk mencari plaintext, alfabet Left digunakan untuk mencari ciphertext. Pada contoh ini, untuk mengenkripsi huruf A, dicari pada alfabet Right, yaitu pada posisi 13, dan pada posisi yang sama di alfabet Left adalah huruf P. Maka huruf A dienkripsi menjadi P. Posisi + adalah posisi zenith, dan posisi * adalah posisi nadir.

Selanjutnya dilakukan perputaran pada kedua alfabet tersebut. Perputaran untuk alfabet Left dilakukan dengan cara:

1. Putar alfabet ke kiri, sehingga huruf yang dienkripsi tadi (P) berada pada posisi zenith.

(16)

9

2. Keluarkan huruf pada posisi zenith+1, biarkan kosong untuk sementara

3. Geser satu posisi ke kiri, semua huruf dari posisi zenith+2 sampai dengan huruf posisi nadir.

4. Masukkan huruf yang dikeluarkan tadi, ke posisi nadir.

Gambar 8 Langkah Perputaran Alfabet Left Alfabet Right diputar dengan langkah sebagai berikut:

1. Putar alfabet ke arah kiri sehingga huruf plaintext tadi (A) berada pada posisi

zenith.

2. Putar sekali lagi ke arah kanan secara penuh, sehingga huruf paling depan menjadi berada di posisi paling belakang.

3. Keluarkan huruf pada posisi zenith+2, biarkan posisi tersebut kosong.

4. Geser satu posisi ke kiri, semua huruf dimulai dari posisi zenith+3 sampai posisi nadir.

5. Masukkan huruf yang dikeluarkan tadi, ke posisi nadir.

Gambar 9 Langkah Perputaran Alfabet Right 4. Hasil dan Pembahasan

Hasil implementasi sistem berdasarkan perancangan yang telah dibuat, dijelaskan sebagai berikut. Antarmuka sistem yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 10 dan Gambar 11. Gambar 10 ditunjukkan hasil dari proses digital

(17)

10

Gambar 10 Tampilan Proses Pemberian Digital Signature

Pada proses pemberian digital signature (Gambar 10), ditampilkan perubahan nilai hash (signature) sebelum dan sesudah proses enkripsi. Algoritma

Chaocipher tidak mengubah panjang data, tidak ada proses, sehingga panjang signature tidak mengalami perubahan, yaitu 16 byte. Signature ini kemudian

disisipkan ke dalam citra digital yang hasil akhirnya ditampilkan pada sisi sebelah kanan (signed image).

Gambar 11 Tampilan Proses Verifikasi

Pada proses verifikasi (Gambar 11), ditampilkan hasil akhir berupa valid atau tidak valid. Nilai digital signature yang telah disisipkan sebelumnya dibandingkan dengan nilai digital signature sekarang. Jika kunci yang digunakan untuk proses verifikasi berbeda dengan kunci pada proses pemberian digital

(18)

11

signature, maka nilai digital signature akan memberikan hasil yang berbeda,

sekalipun citra digital tidak dimanipulasi. Sehingga hanya penerima yang sah, yang memiliki kunci yang tepat, yang dapat melakukan proses verifikasi.

Pengujian sistem dilakukan terhadap beberapa faktor yaitu otentikasi, integritas, dan pengaruh ukuran kunci terhadap ukuran citra digital [9].

Otentikasi memiliki makna yaitu dokumen tersebut asli dan berasal dari sumber yang dipercaya [10]. Pengujian otentikasi dilakukan dengan menguji apakah dengan kunci yang berbeda, proses verifikasi dapat dilakukan. Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian otentikasi, dan sistem dapat bekerja dengan tepat untuk mengetahui kunci yang digunakan benar atau tidak.

Tabel 2 Hasil Pengujian Otentikasi Kunci

Signatory Kunci Verifier Perbedaan karakter

kunci Output proses verifikasi Kesimpulan Pengujian

1 123456 12345 1 Tidak otentik Berhasil

2 123456 123457 1 Tidak otentik Berhasil

3 ABC123rahasia abC123rahasia 2 Tidak otentik Berhasil 4 Abc123rahasia aBc123rahasia 2 Tidak otentik Berhasil

5 aBC123 aBC231 3 Tidak otentik Berhasil

6 123456789 123456123 3 Tidak otentik Berhasil 7 !@#Q@#!@# !@#Q@3123 4 Tidak otentik Berhasil 8 AAAAA1123 AAAAA!!@# 4 Tidak otentik Berhasil 9 FTIFTIFTI ftiFTIFti 5 Tidak otentik Berhasil 10 ukswUKSW ukswUKSW 5 Tidak otentik Berhasil

11 123456 123456 0 Otentik Berhasil

12 ABC123rahasia ABC123rahasia 0 Otentik Berhasil 13 Abc123rahasia Abc123rahasia 0 Otentik Berhasil

14 aBC123 aBC123 0 Otentik Berhasil

15 123456789 123456789 0 Otentik Berhasil

Keutuhan (integrity) suatu dokumen diuji dengan cara melakukan perubahan (manipulasi) pada dokumen. Pengujian integritas bertujuan untuk mengetahui apakah aplikasi dapat mendeteksi perubahan pada dokumen yang telah diberi digital signature. Digital signature dapat disimpulkan berhasil menjaga keotentikan dokumen jika perubahan yang dilakukan pada dokumen dapat terdeteksi (hasil verifikasi "tidak valid").

Tabel 3 Hasil Pengujian Integritas No Jenis

Perubahan Digital Signature Awal Digital Signature Akhir Hasil Verifikasi Kesimpulan Pengujian 1 Rotasi

Image

95689bada7500a4f 57e5710226e8e971

a331487da5c91016

7bbacc42d798c307 Tidak valid Sukses 2 Mirror Image 95689bada7500a4f 57e5710226e8e971 2d1ddb3dbd34bd9e 633fe6ddce817e1b Tidak valid Sukses 3 Crop 95689bada7500a4f 57e5710226e8e971 47a7faa6ecc55d14

2ea15593edf90afa Tidak valid Sukses 4 Resize

Image

95689bada7500a4f 57e5710226e8e971

8e46cbf64bc55eb9

1a0120a0810bb220 Tidak valid Sukses 5 Grayscale 95689bada7500a4f

57e5710226e8e971

a3dcabc7b0804282

4c575009f4abe029 Tidak valid Sukses 6 Manipulasi 95689bada7500a4f bc24942ce6c70546 Tidak Sukses

(19)

12

20x20px 57e5710226e8e971 f4136e36cfdd8ffb valid 7 Manipulasi

10x10px

95689bada7500a4f 57e5710226e8e971

c4934c6021c09f38

75329cae8a47de04 Tidak valid Sukses 8 Manipulasi 2x2px (ubah warna 2 piksel) 95689bada7500a4f 57e5710226e8e971 c37ad79a3555ae82

dc2a28bba619d510 Tidak valid Sukses

Berdasarkan hasil pengujian integritas, pada Tabel 3, disimpulkan bahwa segala bentuk perubahan yang dilakukan pada dokumen gambar yang telah diujikan, memberikan hasil verifikasi tidak valid. Hal ini dikarenakan pada proses manipulasi, nilai-nilai warna pada piksel yang dimanipulasi menjadi berubah. Sehingga ketika proses verifikasi, digital signature yang disisipkan menjadi berbeda dengan digital signature yang asli.

Pada Tabel 4, pengujian pengaruh ukuran kunci terhadap ukuran citra digital dilakukan dengan cara melakukan proses signing dengan panjang kunci yang bervariasi.

Tabel 4 Hasil Pengujian Pengaruh Ukuran Kunci Terhadap Ukuran Citra Digital

No Kunci Citra Digital Ukuran

Citra Digital Awal (byte) Ukuran Citra Digital Akhir (byte) Perbedaan Piksel 1 123 Baboon.png 120,054 120,054 64 2 1234 F16.png 120,054 120,054 63 3 123456 Lena Crop.png 335,054 335,054 60 4 1234567 Lena Grayscale.png 786,486 786,486 59 5 12345678 Lena Mirror.png 786,486 786,486 64 6 Abc Lena Resize.png 196,662 196,662 60 7 Abcd Lena Rotate.png 786,486 786,486 56 8 Abcde Lena.png 1,080,054 1,080,054 60 9 Abcdef Tiffany.png 120,054 120,054 62 10 Abcdefg UKSW.png 888,402 888,402 63

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4 diketahui bahwa ukuran kunci tidak mempengaruhi besarnya perubahan ukuran citra digital. Perubahan terjadi pada nilai piksel, karena proses penyisipan pada LSB komponen warna pada piksel. Digital signature berukuran 24 byte. Angka ini diperoleh dari 16 byte

digital signature (hash yang telah dienkripsi), ditambah 8 byte meta data yang

berfungsi sebagai tanda pemisah antara byte citra digital, dengan byte digital

signature. Jika tiap piksel dapat disisipi 3 bit data, maka untuk menyisipkan 24 byte (192 bit) data diperlukan 64 piksel (diperoleh dari 192/3). Sehingga jumlah

maksimal perubahan citra digital akibat proses penambahan digital signature adalah 64 piksel.

(20)

13 5. Simpulan

Berdasarkan penelitian, pengujian dan analisis terhadap aplikasi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Digital signature dapat diimplementasikan dengan cara yaitu menghitung nilai byte data menjadi bentuk

hash dengan algoritma MD5. Hasil hash kemudian dienkripsi dengan algoritma Chaocipher. Cipher hash kemudian disisipkan pada bagian LSB citra digital; (2)

Pengujian membuktikan bahwa dapat dideteksi perubahan dokumen dari hasil manipulasi rotasi, mirror, crop, resize, dan manipulasi piksel; (3) Jumlah maksimal perubahan citra digital akibat proses penambahan digital signature adalah 64 piksel. Saran yang dapat diberikan untuk penelitian lebih lanjut adalah metode penyisipan digital signature dapat diganti dengan metode yang lain, sebagai contoh EOF, spread spectrum atau yang lain, sehingga dapat dibandingkan kelebihan dan kekurangannya.

6. Daftar Pustaka

[1]. Ahmaddul, H., Sediyono, E., 2012. Rancang Bangun Sistem Pengamanan Dokumen pada Sistem Informasi Akademik Menggunakan Digital

signature dengan Algoritma Kurva Eliptik. Program Pascasarjana

Universitas Diponegoro Semarang

[2]. Rahajoeningroem, T., Aria, M., 2009. Studi dan Implementasi Algoritma

RSA untuk Pengamanan Data Transkrip Akademik Mahasiswa. Jurusan

Teknik Elektro Universitas Komputer Indonesia

[3]. Noertjahyana, A., Gunadi, K., Hartono, S. K. G., 2012. Aplikasi Metode

Steganography pada Citra Digital dengan Menggunakan Metode LSB (Least Significant Bit). Universitas Kristen Petra.

[4]. Amin, M. M., 2015. Image Steganography dengan Metode Least

Significant Bit (LSB). CSRID Journal 6, 53–64.

[5]. Rubin, M., 2010. Chaocipher Revealed: The Algorithm.

http://www.mountainvistasoft.com/chaocipher/ActualChaocipher/Chaociph er-Revealed-Algorithm.pdf. Diakses pada 22 Mei 2016.

[6]. Ritter, T., 1990. Substitution cipher with pseudo-random shuffling: The

dynamic substitution combiner. Cryptologia 14, 289–303.

[7]. Walia, A. G. N. K., 2014. Cryptography Algorithms: A Review. International Journal of Engineering Development and Research

[8]. Rivest, R. L., 1992. RFC 1321: The MD5 message-digest algorithm. Internet activities board 143.

[9]. Shaw, S., 1999. Overview of Watermarks , Fingerprints , and Digital

signatures.

[10]. Stallings, W., 2006. Cryptography and Network Security.

Gambar

Gambar 1 Model Mekanik dari Chaocipher [5]
Tabel 1 Contoh Langkah Fisher Yates Shuffle
Gambar 4 Arsitektur Sistem
Gambar 6 Alur Proses Verifikasi Digital Signature
+5

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, keseluruhan tahap penelitian Aplikasi Penurunan Kejenuhan Belajar Berbasis Android untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Babat telah terlaksana dengan

Sehingga masyarakat akan mengkonsumsi bahan makanan bergizi dalam jumlah yang kurang, dengan demikian penyakit kekurangan gizi akan mudah timbul Berdasarkan pada

Menurut Moehji (2003), telah banyak penelitian yang membuktikan adanya hubu ngan antara terpenuhinya kebutuhan gizi terutama kebutuhan energi, baik terhadap

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa pemilik usaha di industri di Kota Banda Aceh sebagian besar berumur 26 sampai 35 tahun, didominasi

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh arus dan waktu pada proses pelapisan hard chrome terhadap ketebalan

Skarifikasi benih pada bagian pangkal menyebabkan benih lebih cepat berkecambah dibanding skarifikasi pada bagian lainnya, diduga karena skarifikasi dilakukan dekat

Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transaksional dengan komitmen organisasi. Semakin positif persepsi terhadap

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanalahu Wa Ta’ala atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan