• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha (Studi Kasus Pada Wanita Pengusaha Salon Di Jalan Sei Mencirim Medan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor – faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha (Studi Kasus Pada Wanita Pengusaha Salon Di Jalan Sei Mencirim Medan)."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA-1 MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT WOMEN

ENTREPRENEUR DALAM BERWIRAUSAHA

( STUDI KASUS PADA WANITA PENGUSAHA SALON

DI JALAN SEI MENCIRIM MEDAN )

DRAFT SKRIPSI OLEH

ERIN KARINA SITEPU 040502035

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

ABSTRAK

Erin Karina Sitepu (2008), Faktor – faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha (Studi Kasus Pada Wanita Pengusaha Salon Di Jalan Sei Mencirim Medan). Dosen Pembimbing dan Ketua Jurusan Departemen Manajemen ; Prof. Dr. Ritha F.Dalimunthe, SE, MSi. Sekretaris Departemen Manajemen ; Dra. Nisrul Irawaty, MBA. Dosen Penguji I ; Dra. Lucy Anna, MS. Dosen Penguji II ; Dra. Marhaini, MS.

Wanita memegang peranan penting dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekarang ini sudah banyak kemajuan kita lihat dari berbagai bidang, wanita-wanita Indonesia sudah mampu memasuki lapangan pekerjaan khususnya dalam bidang bisnis yang lebih dikenal dengan istilah Women Entrepreneur. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya salon yang dibuka oleh women entrepreneur di Jalan Sei Mencirim Medan. Kesadaran akan adanya faktor –faktor penghambat seperti faktor kewanitaan, faktor sosial budaya dan adat istiadat, faktor emosional, faktor administrasi dan faktor pendidikan dalam berwirausaha akan memberikan pelajaran penting untuk dapat terus menjalankan bisnisnya.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor – faktor penghambat dan faktor penghambat paling dominan women entrepreneur dalam berwirausaha pada pengusaha salon di Jalan Sei Mencirim Medan. Penulis menarik hipotesis bahwa semua faktor merupakan faktor penghambat dalam berwirausaha dan faktor pendidikan merupakan faktor penghambat paling dominan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Peneliti menggunakan teknik Sampling Jenuh yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Peneliti menggunakan 10 orang responden sebagai sampel.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa faktor – faktor yang menghambat women entrepreneur dalam berwirausaha adalah faktor kewanitaan, faktor sosial budaya dan adat istiadat, faktor administrasi dan faktor pendidikan. Faktor penghambat paling dominan adalah faktor sosial budaya dan adat istiadat. Ini berarti hipotesis ditolak.

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji, sembah, syukur dan hormat penulis panjatkan hanya bagi Bapa di Surga yang telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus yang memberikan berkat dan kuasanya yang berlimpah bagi hidup penulis hingga saat ini. Penulis juga mengucapkan syukur kepada Tuhan atas karunia-Nya memberikan mama Ingan Lit Tarigan dan papa Simbela Sitepu sebagai orang tua penulis yang dari waktu ke waktu terus memberikan doa dan dukungan penuh hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan program studi S-1 untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekomoni, Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan baik bantuan berupa moral maupun materi yang didapat penulis selama menyelesaikan penelitian ini. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(4)

3. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen yang telah meluangkan waktu memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Lucy Anna, MS selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Marhaini, MS selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Semua Dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah di Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara (khususnya kepada Bapak Prof. Bachtiar Hasan Miraza dan Bapak Prof. Amrin Fauzi).

7. Kak Dani, Bang Jum dan Kak Susi serta seluruh staff dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis.

8. Women entrepreneur yang bersedia meluangkan waktu untuk diwawancara dan mengisi questionnaire.

9. Kakakku Susan, adikku Vania, sepupu –sepupuku Ayu, Oki, Ryan, Angga, Pingkan, Ira, Aan, Agi, Ricky, Rendy, Haga, Natali, Josua, Endang, Christian, Keshia, Obed, Sophia dan Miranda, nenek moyangku Biring, nenekku Karo dan Ribu serta kakekku Laki atas doa dan dukungannya.

10. Liya, Ronnie, Nina, Christopher temen berbagi kesusahan seumur hidup.

(5)

12. Penyemangat jarak jauhku, anak – anak MOELCAMP dan GORILLAZ (Mosez, Tetti, Lucy, Amelisa, Christien, Maris, Ella, Corry, Naomi, Elisa, Egez, Junius, Syah, Rifki, Daniel).

13. Anak – anak PERMATA SION GBKP Batang Serangan Medan (Ryan, Pingkan, Agi, Ayu, Abram, Ella, Emma, Ribka, Pison, Timo, Reinhard, B’Guntur, K’Sophia a.k.a mbak yayaQ, K’Wanda, Putra, Diza, Adrian, Ricky, Erick, Grace, Friska, Feby, Yuki, Andre, Grath, Alvindo, dll) yang memberi dukungan dan pengertian penuh selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

14. Anak – anak CRAJ (Veri, Kartika n Rose) yang tetap peduli walaupun sudah tinggal berjauhan.

15. Semua hal yang menginspirasi penulis sehingga bersemangat kembali mengerjakan skripsi (coklat, TV,laptop, radio, internet, majalah, koran, dan DVD)

Penulis memohon maaf kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan andil kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Kiranya segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan akan mendapat balasan dari Tuhan.

Akhir kata, penulis berharap kiranya penelitian ini besar manfaatnya bagi pembaca dan khususnya bagi dunia pendidikan.

Medan, April 2008

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK .... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI. ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 5

D. Kerangka Konseptual ... 6

E. Hipotesis ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

1. Batasan Operasional Variabel Penelitian ... 8

2. Defenisi Operasional Variabel ... 8

3. Skala Pengukuran Variabel ... 10

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

5. Populasi dan Sampel ... 10

6. Jenis Data ... 11

(7)

8. Teknik Analisis Data ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 14

B. Pengertian Wirausaha ... 15

C. Pandangan Terhadap Kewirausahaan ... 20

D. Berbagai Macam Profil Wirausaha ... 23

E. Women Entrepreneur (Pengusaha Wanita) ... 26

F. Faktor-Faktor Penghambat Wanita Berwirausaha ... 27

BAB III GAMBARAN UMUM WOMEN ENTREPRENEUR PADA USAHA SALON DI JALAN SEI MENCIRIM MEDAN A. Gambaran Umum Jalan Sei Mencirim Medan ... 29

B. Gambaran Umum Usaha Salon Pada Jl. Sei Mencirim Medan ... 34

1. Salon Dina ... 34

2. Salon Mahkota ... 35

3. Lings Hair and Beauty Saloon ... 35

4. Acen Beauty Saloon ... 36

5. Salon Yola ... 36

6. Salon Acien ... 37

7. Sri Linda Beauty Saloon ... 37

8. Salon Pink ... 37

9. Joy’s Hair and Beauty ... 38

3.2.10. Salon Ros ... 38

(8)

D.Gambaran Umum Konsumen Salon di Jl. Sei Mencirim Medan ... 40

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Analisis Responden ... 41

1. Analisis Data Pribadi Responden ... 41

2. Analisis Profil Aktivitas Responden ... 43

B. Analisis Faktor- Faktor Penghambat Women Entrepreneur Dalam Berwirausaha... 45

1. Faktor Kewanitaan ... 45

2. Faktor Sosial Budaya dan Adat Istiadat ... 47

3. Faktor Emosional ... 49

4. Faktor Administrasi ... 51

5. Faktor Pendidikan ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Defenisi Operasional Variabel ... 9

Tabel 3.1 Data Pribadi Wanita Pengusaha Salon di Jalan Sei Mencirim Medan. ... 39

Tabel 4.1 Komposisi Women Entrepreneur Berdasarkan Data Pribadi ... 41

Tabel 4.2 Profil Aktivitas Wanita Pengusaha Salon Di Jalan Sei Mencirim Medan ... 43

Tabel 4.3 Asosiasi Responden Terhadap Faktor Kewanitaan ... 46

Tabel 4.4 Asosiasi Responden Terhadap Faktor Sosial Budaya dan Adat Istiadat ... 48

Tabel 4.5 Asosiasi Responden Terhadap Faktor Emosional ... 50

Tabel 4.6 Asosiasi Responden Terhadap Faktor Administrasi ... 51

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 7

Gambar 3.1 Peta Pulau Sumatera ... 30

Gambar 3.2 Peta Kota Medan ... 32

Gambar 3.3 Peta Kecamatan Medan Baru (Medan Barat – Laut) ... 33

(11)

ABSTRAK

Erin Karina Sitepu (2008), Faktor – faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha (Studi Kasus Pada Wanita Pengusaha Salon Di Jalan Sei Mencirim Medan). Dosen Pembimbing dan Ketua Jurusan Departemen Manajemen ; Prof. Dr. Ritha F.Dalimunthe, SE, MSi. Sekretaris Departemen Manajemen ; Dra. Nisrul Irawaty, MBA. Dosen Penguji I ; Dra. Lucy Anna, MS. Dosen Penguji II ; Dra. Marhaini, MS.

Wanita memegang peranan penting dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekarang ini sudah banyak kemajuan kita lihat dari berbagai bidang, wanita-wanita Indonesia sudah mampu memasuki lapangan pekerjaan khususnya dalam bidang bisnis yang lebih dikenal dengan istilah Women Entrepreneur. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya salon yang dibuka oleh women entrepreneur di Jalan Sei Mencirim Medan. Kesadaran akan adanya faktor –faktor penghambat seperti faktor kewanitaan, faktor sosial budaya dan adat istiadat, faktor emosional, faktor administrasi dan faktor pendidikan dalam berwirausaha akan memberikan pelajaran penting untuk dapat terus menjalankan bisnisnya.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor – faktor penghambat dan faktor penghambat paling dominan women entrepreneur dalam berwirausaha pada pengusaha salon di Jalan Sei Mencirim Medan. Penulis menarik hipotesis bahwa semua faktor merupakan faktor penghambat dalam berwirausaha dan faktor pendidikan merupakan faktor penghambat paling dominan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Peneliti menggunakan teknik Sampling Jenuh yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Peneliti menggunakan 10 orang responden sebagai sampel.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa faktor – faktor yang menghambat women entrepreneur dalam berwirausaha adalah faktor kewanitaan, faktor sosial budaya dan adat istiadat, faktor administrasi dan faktor pendidikan. Faktor penghambat paling dominan adalah faktor sosial budaya dan adat istiadat. Ini berarti hipotesis ditolak.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wanita berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), wanita berwirausaha sudah sejak lama menjadi pemikiran dan isi hati Ibu Kartini. Diungkapkan oleh Dr. Suparman Sumahamijaya bahwa sesungguhnya Ibu Kartini telah merintis pendidikan mandiri bagi wanita sejak beliau berumur 16 tahun, sejak sekitar tahun 1893. Hal ini dapat kita buktikan dari hampir semua tulisan Ibu Kartini yang termuat di dalam kumpulan surat – suratnya yang dibukukan dengan judul Door duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), hampir setiap halaman surat – suratnya penuh dengan kata – kata perlunya pengembangan watak di atas pendidikan otak, karena dengan pembentukan watak Ibu Kartini yakin manusia akan lebih mampu untuk berdiri sendiri, tidak bergantung dari kerabat dan dari siapapun. Ibu Kartini memikirkan suatu pendidikan menuju Independent career (karir yang bebas), tidak saja bagi wanita tetapi juga bagi para pria. Ibu Kartini tidak hanya memperjuangkan pendidikan sekedar ketrampilan kerumahtanggaan, tetapi lebih dari itu, Ibu Kartini berjuang untuk dilaksanakannya pendidikan berdikari. Ibu Kartini sangat memperhatikan bidang bisnis terbukti dari usahanya dalam membantu keuangan dan pemasaran wood carving, textile weaving, dyeing works in gold and copper and tortoise shell (ukiran kayu, tenunan, sepuhan emas dan tembaga dan kulit kura – kura).

(13)

perdagangan, keamanan, dan sebagainya. Kita jumpai pula wanita yang bergerak dalam bidang bisnis yang lebih dikenal dengan istilah Wanita Pengusaha, wanita yang berwirausaha. Mereka mendirikan asosiasi, yaitu Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI). (Alma, 2005 :37).

Wanita memegang peranan penting dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu peran wanita yang sering terabaikan adalah di bidang pengembangan ekonomi. Padahal kenyataannya 46,23% wanita merupakan pelaku ekonomi. (www.asppuk.or.id).

Pada saat ini di Indonesia, semua bidang usaha terbuka bagi wanita dan ini merupakan tantangan bagi kaum wanita yang selalu memperjuangkan hak emansipasi. Pandangan yang tertanam di masyarakat adalah bahwa pria merupakan kepala rumah tangga , sedangkan wanita merupakan ibu rumah tangga. Namun kata ‘ibu rumah tangga’ pada wanita tersebut tidak bisa dianggap enteng . Hasil penelitian Bank Dunia menyebutkan, meningkatkan porsi wanita untuk memperoleh pendidikan menengah sebesar 1 % atau sekitar 62 ribu wanita di Indonesia, diproyeksikan akan terjadi peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar 735 juta dolar Amerika. (www.eksekutif.com).

(14)

penghambat bagi women entrepreneur dalam berwirausaha. Menurut penelitian dari Proyek Peningkatan Peran Usaha Swasta (Private Enterprise Participation Project)

tentang wanita pengusaha di Indonesia pada tahun 2003 menyebutkan, fakta bahwa 35 % wanita mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman. (www.eksekutif.com).

Menurut Alma (2005), selain faktor – faktor ini, faktor kewanitaan dan faktor emosional menjadi faktor lain yang menghambat seorang wanita dalam berwirausaha. Sebagai seorang ibu rumah tangga, ada masa hamil dan menyusui yang akan sedikit mengganggu jalannya bisnis. Faktor emosional yang dimiliki wanita, disamping menguntungkan juga bisa merugikan. Misalnya dalam pegambilan keputusan, karena ada faktor emosional maka keputusan yang diambil akan kehilangan rasionalitasnya.

(15)

Jalan Sei Mencirim Medan merupakan salah satu jalan yang dipenuhi salon. Hampir semua salon yang ada di sepanjang jalan itu dimiliki oleh wanita dan salon – salon itu letaknya berdekatan, bahkan saling bersebelahan antara salon yang satu dengan salon yang lainnya. Hal ini menjadi fenomena tersendiri karena salon – salon itu bersaing secara sehat sejak belasan tahun yang lalu dan tetap eksis sampai sekarang. Merebaknya bisnis yang dijalankan para wanita ini semakin menambah jumlah pengusaha. Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) mencatat jumlah wanita yang menjadi pengusaha meningkat setiap tahunnya. Anggota IWAPI saat ini disebutkan telah mencapai lebih dari 16.000 orang. Bagi Adler, minat ibu rumah tangga untuk berbisnis itu tak menjadi masalah, selama dia bisa mengurus keluarga dengan baik, karena hal ini merupakan peran utama mereka dalam keluarga (web.bisnis.com).

Kesadaran akan risiko dan ketidakpastian dalam hidup menyadarkan wanita untuk berbisnis. Badai krisis moneter atau kasus dalam keluarga memberi pelajaran pada kaum ibu untuk mempersiapkan masa depan. Risiko dalam kehidupan keluarga memang akan terus ada. Tapi, kemampuan mengantisipasi risiko itu yang lebih penting.

Berdasarkan uraian ini, maka penulis tertarik untuk mengetahui faktor – faktor penghambat tersebut sehingga penulis membuat penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Menghambat Women Entrepreneur Dalam Berwirausaha (Studi Kasus Pada Wanita Pengusaha Salon Di Jalan Sei Mencirim Medan)”.

B. Perumusan Masalah

(16)

1. faktor-faktor apakah yang menghambat women entrepreneur dalam berwirausaha. 2. faktor-faktor apakah yang paling dominan menghambat women entrepreneur dalam

berwirausaha.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menghambat women entrepreneur dalam berwirausaha.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor paling dominan yang menghambat women entrepreneur dalam berwirausaha.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi pelaku bisnis khususnya pengusaha wanita, sebagai sumber informasi untuk menjadi pertimbangan dalam berwirausaha dan sebagai bahan masukan kepada para calon wirausahawan yang ingin mencoba untuk berwirausaha.

b. Bagi Fakultas Ekonomi USU, diharapkan dapat menambah atau memperluas khazanah penelitian yang terdapat di lembaga itu.

(17)

d. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

D. Kerangka Konseptual

Menurut Alma (2005:43), faktor penghambat wanita dalam berwirausaha, antara lain :

1. Faktor kewanitaan

Sebagai seorang ibu rumah tangga ada masa hamil dan menyusui sehingga agak mengganggu jalannya bisnis.

2. Faktor sosial budaya dan adat istiadat

Wanita sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga.

3. Faktor emosional

Faktor emosional yang dimiliki wanita, disamping menguntungkan juga bisa merugikan. Misalnya dalam pegambilan keputusan, karena ada faktor emosional maka keputusan yang diambil akan kehilangan rasionalitasnya.

4. Faktor administrasi

Faktor administrasi yang berbelit merupakan satu faktor yang sangat menghambat wanita dalam memulai membuka usaha.

(18)

Faktor pendidikan yang rendah menjadi alasan lain yang menghambat wanita berwirausaha.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka kerangka konseptual dapat dibuat secara skematis sebagai berikut :

Sumber : Alma (2005) dimodifikasi

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian

E. Hipotesis

Adapun hipotesis yang dikemukakan sehubungan dengan permasalahan di atas adalah:

1. Faktor-faktor yang menghambat wanita untuk berwirausaha adalah faktor kewanitaan, faktor sosial budaya dan adat istiadat, faktor emosional, faktor administrasi, dan faktor pendidikan.

2. Faktor administrasi merupakan faktor yang paling dominan yang menjadi penghambat wanita dalam berwirausaha.

F. Metode Penelitian

1. Batasan dan Identifikasi Variabel Penelitian

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan, maka penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang 1. Faktor Kewanitaan

(19)

menghambat women entrepreneur dalam berwirausaha dan dalam hal ini wanita pengusaha salon di Jalan Sei Mencirim Medan. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah Faktor Kewanitaan, Faktor Sosial Budaya dan Adat Istiadat, Faktor Emosional, Faktor Administrasi dan Faktor Pendidikan.

2. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel yang termasuk dalam hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka perlu defenisi variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut :

a. Faktor kewanitaan adalah wanita sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai masa untuk hamil dan menyusui.

b. Faktor sosial budaya dan adat istiadat adalah wanita sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga.

c. Faktor emosional adalah faktor dalam diri wanita yang sering kali kehilangan rasionalitasnya dalam mengambil keputusan.

d. Faktor administrasi adalah faktor-faktor yang berbelit-belit dalam mengurus prosedur dalam memulai usaha.

e. Faktor pendidikan adalah pendidikan formal yang ditamatkan oleh wanita yang berwirausaha.

Tabel 1.1.

Definisi Operasionalisasi Variabel

VARIABEL INDIKATOR SKALA

(20)

Faktor Kewanitaan 1. masa kehamilan

1. bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga

2. menyelesaikan urusan rumah tangga sebelum pergi bekerja 3. suami yang bertanggung jawab

memberi nafkah untuk keluarga

Guttman

Faktor emosional 1. mengambil keputusan berdasarkan hati nurani 2. elemen – elemen emosional

bersifat rasional dalam mengambil keputusan 3. elemen – elemen emosional

mempengaruhi hubungan dengan karyawan

Guttman

Faktor Administrasi 1. prosedur peminjaman uang ke bank berbelit - belit

Guttman

VARIABEL INDIKATOR SKALA

UKUR

2. menghadapi kesulitan dalam memperoleh pinjaman

3. merasa didiskriminasi dalam mengurus administrasi membuka usaha

(21)

2. pengetahuan tentang bisnis harus luas

3. lulus sarjana dalam bidang bisnis

Sumber : Alma (2005) diolah

3. Skala Pengukuran Variabel

Variabel faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha diukur dengan menggunakan skala pengukuran Guttman. Skala ini digunakan untuk mengklasifikasikan obyek atau kejadian ke dalam kelompok (kategori) terpisah untuk menunjukkan kesamaan atau perbedaan tertentu dari obyek. Dalam penelitian ini terdiri dari dua kategori, pada setiap jawaban akan diberi skor.

Pembagiannya adalah : a. Ya = 1

b. Tidak = 0

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di salon kecantikan Jl. Sei Mencirim Medan. Penelitian akan dilakukan selama bulan Pebruari - Maret 2008.

5. Populasi dan Sampel

(22)

penelitian ini adalah women entrepreneur yang mendirikan salon di Jl. Sei Mencirim Medan yang berjumlah 10 orang.

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Nonprobability Sampling

yang merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Metode Nonprobability Sampling yang digunakan adalah teknik Sampling Jenuh yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Dalam hal ini, populasi dari penelitian yang akan dilakukan adalah 10 responden, maka kesepuluh responden itu akan langsung digunakan sebagai sampel.

6. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yakni : a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara (interview) danmemberikan daftar pertanyaan (questionnaire).

b. Data Sekunder

(23)

7. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung pada lokasi penelitian, dalam hal ini di Jl. Sei Mencirim Medan, untuk melengkapi catatan penelitian yang diperlukan.

b. Wawancara (Interview)

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara melalui tatap muka (face to face) dengan responden terpilih. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa seperangkat daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu atau sering disebut dengan interview guide. c. Daftar Pertanyaan (questionnaire)

Questionnaire merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

8. Metode Analisis Data

Statistik deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan mula-mula disususun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai perusahaan dan masalah yang sedang diteliti.

(24)
(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indra Hakim Matondang dengan judul penelitian ”Analisis Faktor – Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil” pada tahun 2006, diperoleh kesimpulan bahwa faktor yang paling umum dijumpai dari para wirausahawan untuk memulai usaha kecilnya adalah

tension modalities (alasan faktor pemaksa).

(26)

Sedangkan menurut penelitian dari Proyek Peningkatan Peran Usaha Swasta (Private Enterprise Participation Project) tentang wanita pengusaha di Indonesia pada tahun 2003 menyebutkan, fakta bahwa 35 % wanita mengalami kesulitan administrasi dalam memperoleh pinjaman. (www.eksekutif.com)

B. Pengertian Wirausaha

Istilah wirausaha ini berasal dari dari bahasa Perancis yaitu entrepreneur yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between.

Sebagai contoh dari pengertian go-between atau perantara yang dimaksudkan dalam istilah bahasa Perancis, entrepreneur adalah pada saat Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran dagang ke timur jauh. Dia setuju menandatangani kontrak untuk menjual barang dari seorang pengusaha. Kontrak ini memberikan pinjaman dagang kepada Marcopolo dengan bagian keuntungan sebesar 22,5% termasuk asuransi. Pemilik modal tidak menanggung resiko apa-apa sedangkan si pedagang yang berlayar menanggung resiko besar. Pada saat pelayaran tiba di tujuan dan barang dagangan dijual maka si pemilik modal menerima kentungan lebih dari 75% sedangkan si pedagang menerima keuntungan yang lebih kecil.

Perkembangan teori dan istilah entrepreneur adalah sebagai berikut :

(27)

2. Abad 17 diartikan sebagai orang yang menanggung resiko untung rugi dalam mengadakan kontrak pekerjaan dengan pemerintah dengan menggunakan fixed price (harga tetap).

3. Tahun 1725, Richard Cantillon menyatakan wirausaha sebagai orang yang menanggung resiko yang berbeda dengan orang yang memberi modal.

4. Tahun 1797, Bedeau menyatakan wirausaha sebagai orang yang menanggung resiko, yang merencanakan, supervisi, mengorganisasi dan memiliki.

5. Tahun 1803, Jean Baptist Say menyatakan adanya pemisahan antara keuntungan untuk wirausaha dan keuntungan untuk pemilik modal.

6. Tahun 1876, Francis Walker membedakan antara orang yang menyediakan modal dan menerima bunga , dengan oranag yang menerima keuntungankarena keberhasilannya memimpin usaha.

7. Tahun 1934, Joseph Schumpeter menyatakan bahwa wirausaha adalah seorang inovator dan mengembangkan teknologi.

8. Tahun 1961, David McLelland menyatakan bahwa wirausaha adalah seorang yang energik dan membatasi resiko.

9. Tahun 1964, Peter Drucker menyatakan bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang mampu memanfaatkan peluang.

(28)

11. Tahun 1983, Gifford Pinchot menyatakan seorang intrapreneur adalah seorang

entrepreneur dari dalam organisasi yang sudah ada / organisasi yang sedang berjalan.

12. Tahun 1985, Robert Hisrich menyatakan : Enterpreneur is the process of creating something different with value by devoting the necessary time and effort, assuming

the accompanying financial, psychological, and social risk and receiving the

resulting rewards of monetary and personal satisfaction.

(Wirausaha adalah merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya) .

Sumber : Robert D. Hisrich dan Michael P. Peters dalam Alma( 2005:20)

(29)

a. Menyukai tanggung jawab

Wirausahawan merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat. Mereka lebih menyukai dapat mengendalikan sumber-sumber daya mereka sendiri dan menggunakan sumber-sumber-sumber-sumber daya tersebut untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan sendiri.:

b. Lebih menyukai resiko menengah

Wirausahawan bukanlah seorang pengambil resiko liar, melainkan selain seorang yang mengambil resiko yang diperhitungkan. Tidak seperti penjudi, wirausahawan jarang berjudi. Wirausahawan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman resiko pribadinya. Mereka biasanya melihat peluang di daerah yang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang dan pengalamannya yang akan meningkatkan kemungkinan keberhasilannya.

c. Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil

Wirausahawan pada umumnya memilki banyak keyakinan atas kemapuan untuk berhasil. Mereka cenderung optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisime mereka biasanya berdasarkan kenyataan. Salah satu penelitian dari

(30)

d. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung

Wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus-menerus mencari pengukuhan.

e. Tingkat energi yang tinggi

Wirausahawan lebih energetik dibandingkan orang kebanyakan. Energi ini merupakan faktor penentu mengingat luar biasanya bisnis yang diperlukan untuk mendirikan suatu perusahaan. Kerja keras dalam waktu yang lama merupakan sesuatu yang biasa.

f. Orientasi ke depan

Wirausahawan memilki indera yang kuat dalam mencari peluang. Mereka melihat ke depan dan tidak mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin, melainkan lebih mempersoalkan apa yang dikerjakan besok. Bila manajer tradisional memperhatikan pengelolaan sumber daya yang ada, wirausahawan lebih tertarik mencari dan memanfaatkan peluang.

g. Ketrampilan mengorganisasi

(31)

cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta memanfaatkan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Resiko kerugian merupakan hal yang biasa karena mereka memegang prinsip bahwa faktor kerugian pasti ada. Bahkan semakin besar resiko kerugian yang kemungkinan dihadapi, semakin besar pula peluang keuntungan yang dapat diraih. Tidak ada istilah rugi selama seoang melakukan usaha dengan penuh keberanian dan penuh perhitungan. Inilah yang disebut dengan jiwa wirausaha.

C. Pandangan Terhadap Kewirausahaan

Menurut Sukirno (2004), definisi dan pandangan terhadap kewirausahaan banyak dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi, psikologi dan sosiologi. Seorang yang bertekad untuk berkecimpung di bidang perusahaan dapat didorong oleh keinginan sendiri (psikologi) yang didasarkan oleh bentuk dan cara berpikir. Keputusan seseorang untuk berdagang juga didasarkan oleh kebutuhan ekonomi dan karena adanya masyarakat di sekeliingnya yang menjadi potensi langganannya. Berikut adalah pandangan-pandangan tentang kewirausahaan mengikut perspektif yang berbeda yaitu menurut bidang ekonomi, psikologi, sosiologi, serta menurut Islam. 1. Perspektif Kewirausahaan Bidang Ekonomi

(32)

keuntungan. Keuntungan adalah ganti rugi yang dibayar karena resiko yang diambil oleh seorang wirausaha.

2. Perspektif Kewirausahaan Bidang Psikologi

Di dalam bidang psikologi, sifat kewirausahaan dikaitkan dengan perilaku diri yang lebih cenderung kepada fokus dari dalam diri (di mana keberhasilan dicapai dari hasil kekuatan dan usaha diri, bukannya karena faktor nasib). Ini termasuk sifat-sifat pribadi seperti tekun, rajin, inovatif, kreatif, dan semangat yang terus-menerus berkembang untuk bersikap independen.

3. Perspektif Kewirausahaan Bidang Sosiologi

Seorang wirausaha dari sudut pandang pengkaji sosial ialah seorang oportunis yang pandai mengambil peluang dan kesempatan yang ada dalam lingkungannya. Seorang wirausaha adalah orang yang pandai bergaul, mempengaruhi masyarakat untuk meyakinkan mereka bahwa apa yang ditawarkan olehnya sangat berguna untuk masyarakat.

4. Perspektif Kewirausahaan Menurut Islam

(33)

Dengan itu, kewirausahaan dan segala aktivitasnya baik kecil maupun besar merupakan usaha yang dipandang sebagai ibadah dan diberi pahala jika dilakukan menurut syarat-syarat yang telah ditetapkan baik dari segi memenuhi tuntutan aqidah, akhlak maupun syariat. Berikut adalah beberapa dasar pertimbangan yang menjadikan aktivitas ekonomi yang dilakukan dipandang sebagai :

a. Ibadah seperti aqidah harus benar

Umat Islam harus berkeyakinan bahwa amalan dalam sistem ekonomi Islam adalah satu-satunya sistem yang mendapat ridha Allah.

b. Niat harus lurus

Niat yang lurus memiliki kaitan dengan kesucian hati. Segala kegiatan ekonomi mestilah diniatkan untuk Allah, yaitu mendapat keridhaanNya bukan bertujuan untuk selain-Nya, seperti bermegah-megah dan memamerkan diri. Niat ikhlas ini lahir dari keyakinan yang kukuh terhadap kemanfaatan dunia dan akhirat dengan mengamalkan perintah-perintah Allah.

c. Cara melakukan kerja yang sesuai dengan ajaran Islam

Ini meliputi tekun, sabar, amanah, berbudi, berpribadi mulia, bersyukur dan tidak melakukan penindasan dan penipuan.

d. Hasilnya betul dan membawa faedah kepada masyarakat luas

(34)

hasil ini perlu dimanfaatkan untuk keperluan orang banyak. Di sini timbulnya kewajiban berzakat dan kemuliaan bersedekah.

e. Tidak meninggalkan ibadah wajib yang khusus.

Kegiatan perusahaan yang berbentuk ibadat umum tidak seharusnya menjadi alasan untuk meninggalkan ibadat khusus, seperti shalat dan puasa. Kesibukan mencari rezeki tidak seharusnya menyebabkan pengabaian tanggung jawab terhadap Allah.

D. Berbagai Macam Profil Wirausaha

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2002:13), jika diperhatikan entrepreneur

yang ada di masyarakat sekarang ini, maka dijumpai berbagai macam profil. 1. Women Entrepreneur

Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini disorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.

2. Minority Entrepreneur

(35)

mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin maju, dan mereka membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu.

3. Immigrant Entrepreneurs

Kaum pedagang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersikap non-formal yang dimulai dari berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.

4. Part Time Entrepreneurs

Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong atau part-time merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja part-time tidak mengorbankan pekerjaan di bidang lain misalnya seorang pegawai pada sebuah kantor mencoba mengembangkan hobinya untuk berdagang atau mengembangkan suatu hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendatangkan keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi, dan berhenti menjadi pegawai dan beralih ke bisnis yang merupakan hobinya.

5. Home-Based Entrepreneurs

(36)

6. Family-Owned Business

Sebuah keluarga dapat memulai membuka berbagai jenis cabang dan usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak setelah usaha bapak ini maju dibuka cabang baru dan dikelola oleh ibu. Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak-anak mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.

7. Copreneurs

Copreneurs are entrepreneurial couples who work together as co-ownners of

their businesses. (Copreneurs adalah pasangan wirausaha yang bekerja bersama – sama sebagai pemilik bersama dari usaha mereka).

Copreneurs ini berbeda dengan usaha keluarga yang disebut sebagai usaha Mom and Pop ( Pop as “boss” and Mom as “subordinate” / Ayah sebagai pemimpin dan Ibu berada di bawah kekuasaan Ayah).

Copreneurs dibuat dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-masing orang. Orang-orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi-divisi tertentu dari bisnis-bisnis yang sudah ada.

E. Wirausahawan Wanita (Women Entrepreneur)

(37)

Seorang penulis mengatakan, “Kewirausahaan telah bersifat unisex seperti celana jeans, di mana si sini wanita dapat mengembangkan impian maupun harapan terbesarnya”. Semakin banyak wanita yang menyadari bahwa menjadi wirausahawan adalah cara terbaik untuk menembus dominasi pria yang menghambat peningkatan karier waktu ke puncak organisasi melalui bisnis mereka sendiri.

Faktanya, wanita yang membuka bisnis 2,4 kali lebih banyak daripada pria. Meskipun bisnis yang dibuka oleh wanita cenderung lebih kecil dari yang dibuka laki-laki, tetapi dampaknya sama sekali tidak kecil. Perusahaan-perusahaan yang dimilki wanita memperkerjakan lebih dari 15,5 juta karyawan atau 35 persen lebih banyak dari semua karyawan Fortune 500 di seluruh dunia. Wanita memiliki 36 persen dari semua bisnis. Meskipun bisnis mereka cenderung tumbuh lebih lambat daripada perusahaan yang dimiliki pria, wanita pemilik bisnis memiliki daya hidup lebih tinggi daripada keseluruhan bisnis. Meskipun 72 persen bisnis yang dimiliki wanita terpusat dalam bidang eceran dan jasa (seperti juga kebanyakan bisnis), wirausahawan wanita berkembang dalam industri yang sebelumnya dikuasai laki-laki, seperti pabrik, konstruksi, transportasi dan pertanian.

F. Faktor – Faktor Penghambat Wanita Berwirausaha

Faktor-faktor yang menghambat wanita untuk menjadi wirausahawan antara lain : 1. Faktor kewanitaan

(38)

sama bila dipimpin oleh pemilik sendiri, jadi ada dua kemungkinan, lebih baik atau lebih buruk.

2. Faktor sosial budaya dan adat istiadat

Wanita sebagai ibu rumah tangga, bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga. Bila anak atau suami sakit, ia harus memberikan perhatian penuh, dan ini akan mengganggu aktivitas usahanya. Jalannya bisnis yang dilakukan oleh wanita tidak sebebas yang dilakukan laki-laki. Wanita tidak bebas melakukan perjalanan ke luar kota, acara makan malam dan sebagainya. Begitu juga dengan anggapan dan kebiasaan dalam suatu rumah tangga bahwa suamilah yang memberi nafkah, suami yang bekerja, maka sulit juga suatu usaha berkembang menjadi suatu usaha yang besar.

3. Faktor emosional

Faktor emosional yang dimiliki wanita, disamping menguntungkan juga bisa merugikan. Misalnya dalam pegambilan keputusan, karena ada faktor emosional maka keputusan yang diambil akan kehilangan rasionalitasnya. Juga dalam memimpin karyawan, muncul elemen-elemen emosional yang mempengaruhi hubungan dengan karyawan pria atau wanita yang tidak rasional lagi.

4. Faktor administrasi

(39)

5. Faktor Pendidikan

(40)

BAB III

GAMBARAN UMUM WOMEN ENTREPRENEUR PADA

USAHA SALON DI JALAN SEI MENCIRIM MEDAN

A. Gambaran Umum Jalan Sei Mencirim Medan

Kota Medan merupakan ibu kota dari Propinsi Sumatera Utara. Perkembangan Kota Medan tidak terlepas dari dimensi historis, ekonomi dan karakteristik Kota Medan itu sendiri, yakni sebagai kota yang mengemban fungsi yang luas dan besar (METRO), serta sebagai salah satu dari 3 (tiga) kota metropolitan terbesar di Indonesia. Realitasnya, Kota Medan kini berfungsi :

(1) Sebagai pusat pemerintahan daerah, baik pemerintah Propinsi Sumatera Utara, maupun Kota Medan, sebagai tempat kedudukan perwakilan/konsulat negara-negara sahabat, serta wilayah kedudukan berbagai perwakilan perusahaan, bisnis, keuangan di Sumatera Utara.

(2) Sebagai Pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi masyarakat Sumatera Utara seperti: rumah sakit, perguruan tinggi, stasiun TVRI, RRI, dll, termasuk berbagai fasilitas yang dikembangkan swasta, khususnya pusat-pusat perdagangan.

(3) Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuangan, dan jasa secara regional maupun internasional.

(41)

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut.

Sumber : www.pemkomedan.go.id (2008)

Gambar 3.1. Peta Pulau Sumatera

(42)

500.000 jiwa, yang merupakan penduduk commuters. Dengan demikian Kota Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar, sehingga memiliki deferensiasi pasar.

Dilihat dari struktur umur penduduk, Kota Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif (15 – 59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata – rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian Kota Medan secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per Km 2 pada tahun 2004. jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit , terdapat di kecamatan Medan Baru, Medan Maimun dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Timur.

(43)

Sumber : www.asiamaya.com (2008)

Gambar 3.2. Peta Kota Medan

Batas – batas dari Kecamatan Medan Baru dapat dilihat sebagai berikut :

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Selayang

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah

Luas wilayah dari Kecamatan Medan Baru adalah 5,84 KM².

(44)

daerah pusat industri, di Kecamatan Medan Baru ini terdapat 12 unit usaha industri kecil & rumah tangga.

Kecamatan Medan Baru memiliki 6 (enam) kelurahan yaitu : Kelurahan Padang Bulan, Kelurahan Darat, Kelurahan Merdeka, Kelurahan Titi Rante, Kelurahan Petisah Hulu dan Kelurahan Babura. Jalan Sei Mencirim merupakan salah satu jalan yang berada di Kelurahan Babura. Jalan Sei Mencirim berada di terusan Jalan Pasar Peringgan dan di potong oleh Jalan K.H Wahid Hasyim Medan.

Sumber : www.asiamaya.com (2008)

Gambar 3.3 Peta Kecamatan Medan Baru (Kecamatan Medan Barat – Laut)

(45)

sepanjang Jalan Sei Mencirim banyak berdiri rumah toko (ruko) berlantai satu sampai berlantai tiga yang biasa dijadikan tempat berwirausaha.

B. Gambaran Umum Usaha Salon pada Jl. Sei Mencirim Medan 1. Salon Dina

Salon Dina terletak di Jl. Sei Mencirim no. 10 C Medan. Salon ini mulai beroperasi sejak tahun 1995. Salon Dina merupakan salah satu satu salon yang mempunyai pelanggan terbanyak diantara salon – salon lain yang berada di sepanjang Jl. Sei Mencirim Medan. Hal ini dapat dilihat dari observasi yang dilakukan secara langsung oleh penulis pada Salon Dina. Salon ini tetap ramai dikunjungi oleh para pelanggan walaupun tidak ada acara – acara besar seperti hari raya keagamaan ataupun acara pernikahan. Kebanyakan pelanggan yang datang hanya ingin di-creambath ataupun sekadar cuci rambut dan menge-blow

rambut. Para pelanggan yang datang merasa puas akan layanan yang diberikan oleh salon ini terutama karena pijatan lama yang diberikan pada saat creambath

dapat menenangkan para pelanggan.

2. Salon Mahkota

(46)

dan ini menjadi kesempatan bagi Salon Mahkota dalam menjaring pelanggan baru.

3. Lings Hair and Beauty Saloon

Salon Lings terletak di Jl. Sei Mencirim no. 10 D Medan. Salon ini sudah berdiri sejak 6 (enam) tahun yang lalu. Salon ini menjadi pilihan utama para konsumen yang ingin mengecat rambutnya. Kualitas pengecatan rambut di salon ini cukup memuaskan para konsumen yang datang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pelanggan yang datang khusus untuk mengecat rambutnya. Salah satu keunggulan lain yang dimiliki oleh salon ini adalah keramahan yang ditunjukkan oleh para pekerjanya pada konsumen yang datang.

4. Acen Beauty Saloon

(47)

orang yang bersuku batak yang para tamu yang datang biasanya memakai sanggul), para tamu yang datang biasanya mendandani rambutnya di salon yang sama dengan tamu yang lain.

5. Salon Yola

Salon Yola terletak di Jl. Sei Mencirim no. 8A Medan. Salon ini termasuk salon yang sudah lama beroperasi yaitu sejak 20 tahun yang lalu. Salon ini tergolong sepi akibat banyaknya salon – salon lain yang menjadi saingan di sepanjang Jl. Sei Mencirim. Namun hal itu tidak menjadi halangan bagi pemiliknya untuk tetap membuka salon ini agar tetap eksis. Para pelanggan yang datang biasanya meminta untuk di make up dan di sanggul.

6. Salon Acien

Salon Acien pertama kali dibuka pada tahun 2003. Salon ini terletak di Jl. Sei Mencirim no.25 Medan. Salon ini bersaing ketat dengan Salon Acen karena letaknya yang bersebelahan. Walaupun jumlah tenaga kerja salon ini hanya 2 (dua) orang, salon ini masih bisa bertahan sampai sekarang. Salon ini banyak didatangi konsumen yang ingin mencuci dan memblow rambutnya.

7. Sri Linda Beauty Saloon

(48)

Mencirim Medan ini bahkan belajar keterampilan salon dari Ibu Linda yang merupakan pemilik dari Salon Sri Linda ini.

8. Salon Pink

Salon Pink terletak di Jl. Sei Mencirim no. 2A Medan. Salon ini termasuk salon yang sudah lama berdiri yaitu sejak sekitar 20 tahun yang lalu. Salon Pink ini bahkan masih menjadi salah satu salon yang paling ramai didatangi para konsumen. Para konsumen beranggapan bahwa salon ini mempunyai kualitas pelayanan yang baik terutama dalam membuat sanggul dan make up kepada para konsumennya. Itu sebabnya salon ini termasuk salon yang mempunyai pelanggan tetap sejak puluhan tahun yang lalu.

9. Joy’s Hair and Beauty

Joy’s Hair and Beauty terletak di sebuah ruko di Jl. Sei Mencirim

no. 10E Medan. Salon ini sendiri mulai beroperasi sejak tahun 2003. Konsumen yang datang ke salon ini biasanya ingin di make up. Salon ini termasuk salah satu salon yang bisa besaing secara sehat karena letak salon ini berderetan langsung dengan 3 (tiga) salon lain yaitu Salon Dina, Salon Mahkota, Lings

Hair and Beauty Saloon.

10. Salon Ros

(49)

memuaskan. Para konsumen berpendapat bahwa salon ini sangat memperhatikan ketelitian dan kerapian dalam bekerja sehingga dapat menyenangkan hati para konsumen yang datang. Pada saat ada acara pernikahan (khususnya pernikahan adat) ataupun acara hari raya keagamaan, hampir dipastikan bahwa Salon Ros akan dipenuhi konsumen yang ingin di sanggul atau bahkan hanya sekedar di klintong (dikeriting secara temporer).

C. Gambaran Umum Women Entrepreneur

Para wanita pengusaha salon di Jl. Sei Mencirim Medan memiliki latar belakang yang berbeda – beda. Perbedaan tersebut meliputi status, usia dan pendidikan. Secara umum gambarannya dapat dilihat pada hasil penyebaran

questionnaire, wawancara dan observasi yang dilakukan untuk penulisan skripsi ini seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1

Data Pribadi Wanita Pengusaha Salon di Jl. Sei Mencirim Medan No Nama Responden Umur

(50)

Women Entrepreneur di Jl. Sei Mencirim Medan ini semuanya telah berumur di atas 35 tahun. Bahkan 4 (empat) orang diantaranya berumur di atas 50 tahun. Status

women entrepreneur ini hampir semuanya sudah menikah dan memiliki anak. Pendidikan terakhir mereka sebagian besar tamatan SMU. Hal ini menunjukkan bahwa latar belakang para pengusaha ini berbeda – beda.

D. Gambaran Umum Konsumen Salon di Jl. Sei Mencirim Medan

(51)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

Analisis data dilakukan dalam dua kelompok, yaitu analisis responden dan analisis faktor – faktor yang mennghambat women entrepreneur dalam berwirausaha. Data yang dijadikan dasar perhitungan adalah data pada saat penelitian dilakukan yaitu pada bulan Pebruari - Maret 2008.

A. Analisis Responden

Responden dalam penelitian ini adalah wanita pengusaha salon di Jl. Sei Mencirim Medan. Hal – hal yang dianalisis dari responden adalah data pribadi responden yang terdiri dari usia, status dan pendidikan terakhir. Profil aktivitas responden yang terdiri dari jumlah pekerja, jenis jasa yang paling disukai

konsumen, lamanya berwirausaha dan kepemilikan tempat usaha yang terdiri dari alamat responden, alamat salon dan kepemilikan bangunan.

1. Analisis Data Pribadi Responden

Tabel 4.1

Komposisi Women Entrepreneur Berdasarkan Data Pribadi

No Uraian Kategori Jumlah Nominal

(orang)

%

1 Usia Di bawah 20 tahun 0 0

21 – 30 tahun 0 0

31 – 40 tahun 4 40

(52)

Di atas 50 tahun 4 40

Tabel 4.1 menerangkan bahwa jika dilihat dari segi usia kesepuluh women entrepreneur yang menjadi responden, yang melakukan aktivitasnya di Jl. Sei Mencirim Medan, maka akan didapat informasi bahwa seluruhnya berusia antara 35 – 60 tahun. Hal ini berarti bahwa sebagian besar pengusaha ini masih tergolong produktif untuk bekerja. Dari keseluruhan responden, 90% dari mereka sudah menikah dan mempunyai anak.

0%

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa women entrepreneur yang berada di Jl. Sei Mencirim Medan sebagian besar merupakan tamatan SMU dengan persentase sebesar 70 %, dan diikuti oleh tamatan SMP dengan persentase sebesar 20 % dan tamatan S1 sebesar 10 %.

Sumber : Hasil penelitian, 2008 ( data diolah)

(53)

2. Analisis Profil Aktivitas Responden

Profil aktivitas responden memberikan gambaran mengenai keragaman jasa yang paling disukai konsumen. Di sini juga daya tahan responden untuk tetap eksis dan berkembang serta jumlah pekerja yang dimiliki oleh responden.

Tabel 4.2

Profil Aktivitas Wanita Pengusaha Salon di Jl. Sei Mencirim Medan

No Uraian Kategori Jumlah

Responden

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jasa yang paling banyak diunggulkan oleh responden adalah make up dengan persentase sebanyak 70 % dan kemudian diikuti oleh sanggul (60%), pangkas (30%), cuci dan blow (20%),

(54)

Jumlah pekerja yang dimilki oleh masing – masing responden beraneka ragam jumlahnya. Responden yang memilki jumlah pekerja lebih dari 5 orang berjumlah 5 responden (50%). Ada sebanyak dua orang responden yang memiliki jumlah pekerja 4 orang (20%), dan selanjutnya masing – masing 1 responden (10%) memiliki jumlah pekerja 1 orang, 2 orang dan 3 orang.

Sebagian besar responden telah beroperasi kurang dari 10 tahun yaitu sebanyak 60 % responden (6 responden) dan sebagian lagi mulai beroperasi antara 10 – 20 tahun yaitu sebanyak 10% (1 responden) dan 3 responden telah beroperasi lebih dari 20 tahun yaitu sebanyak 30 %. Untuk responden yang baru mulai beroperasi selama 10 tahun terakhir, mereka berpendapat bahwa peluang untuk berwirausaha salon masih sangat tinggi dan mereka berani mengambil resiko untuk bersaing dengan salon – salon lain yang sudah eksis terlebih dahulu khususnya salon – salon di sepanjang Jl. Sei Mencirim Medan. Sedangkan bagi responden yang sudah berwirausaha lebih dari 10 tahun berpendapat bahwa apabila ingin terus eksis, mereka harus meningkatkan pelayanannya.

B. Analisis Faktor – Faktor Penghambat Women Entrepreneur Dalam Berwirausaha.

(55)

responden. Hasil wawancara dan penyebaran questionnaire kemudian ditabulasi dan disajikan dalam tabel sebagaimana diuraikan berikut ini.

1. Faktor Kewanitaan

Sesuai dengan apa yang dikemukakan sebelumnya bahwa untuk melihat apakah faktor kewanitaan merupakan salah satu penghambat

women entrepreneur dalam berwirausaha, maka penulis akan

menggunakan beberapa indikator. Dalam hal ini ada 3 (tiga) indikator yang akan digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui apakah women entrepreneur yang akan diwawancarai merasa bahwa faktor kewanitaan seperti masa kehamilan, masa menyusui, dan perilaku pada saat PMS (Pre Menstruation Syndrome) menjadi penghambat women entrepreneur

dalam berwirausaha.

Tabel 4.3

Asosiasi Responden Terhadap Faktor Kewanitaan

Asosiasi Jumlah Jawaban ”ya”

(56)

dalam berwirausaha lebih banyak daripada responden yang menganggap bahwa faktor kewanitaan merupakan penghambat dalam berwirausaha . Para responden yang menganggap bahwa masa kehamilan merupakan faktor penghambat dalam berwirausaha berjumlah 2 responden atau hanya sebesar 20 % dari populasi. Sedangkan para responden yang menganggap bahwa masa kehamilan bukan merupakan penghambat dalam berwirausaha berjumlah 8 responden (80%).

Responden yang menganggap bahwa masa menyusui merupakan faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha berjumlah 5 responden atau 50% jumlah populasi. Itu berarti bahwa jumlah responden yang menganggap bahwa masa menyusui bukan merupakan faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha jumlahnya seimbang dengan responden yang menganggap bahwa masa menyusui merupakan faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha yaitu sebesar 50 % (5 responden).

Sebanyak 60 % responden (6 responden) menganggap bahwa faktor perilaku yang berubah – ubah pada saat PMS (Pre Menstruation Syndrome)

bukan merupakan faktor penghambat bagi women entrepreneur dalam berwirausaha. Sedangkan 40 % (4 responden) lagi menganggap bahwa faktor perilaku yang berubah – ubah pada saat PMS (Pre Menstruation Syndrome)

(57)

2. Faktor Sosial Budaya dan Adat Istiadat

Untuk melihat apakah faktor sosial budaya dan adat istiadat merupakan faktor penghambat bagi women entrepreneur dalam berwirausaha, maka penulis akan menggunakan beberapa indikator.

Dalam hal ini ada 3 (tiga) indikator yang akan digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui apakah women entrepreneur yang akan diwawancarai merasa bahwa faktor sosial budaya dan adat istiadat seperti bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga, menyelesaikan urusan rumah tangga sebelum pergi bekerja, dan merasa bahwa suami adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberi nafkah bagi keluarga merupakan faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha.

Tabel 4.4.

Asosiasi Responden Terhadap Faktor Sosial Budaya dan Adat Istiadat dalam urusan rumah tangga

9 90 1 10

(58)

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa persentase responden yang menganggap bahwa faktor sosial budaya dan adat istiadat merupakan faktor penghambat dalam berwirausaha lebih banyak daripada responden yang menganggap bahwa faktor sosial budaya dan adat istiadat bukan merupakan penghambat dalam berwirausaha. Para responden yang menganggap bahwa bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga merupakan faktor penghambat dalam berwirausaha jumlahnya hampir seluruh populasi yaitu 9 responden (90%). Sedangkan para responden yang menganggap bahwa masa kehamilan bukan merupakan penghambat dalam berwirausaha berjumlah 1 responden (10%).

Seluruh responden (100%) menganggap bahwa menyelesaikan urusan rumah tangga sebelum pergi bekerja merupakan faktor penghambat dalam berwirausaha. Para responden berpendapat bahwa tugas utama mereka sebagai ibu rumah tangga adalah kewajiban yang harus dipenuhi. Hanya 10 % responden (1 responden) yang menganggap bahwa menyelesaikan urusan rumah tangga sebelum pergi bekerja bukan merupakan faktor penghambat dalam berwirausaha.

(59)

(10%) berpendapat bahwa urusan mencari nafkah untuk keluarga merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri.

3. Faktor Emosional

Untuk melihat apakah faktor emosional merupakan faktor penghambat bagi women entrepreneur dalam berwirausaha, maka penulis akan menggunakan beberapa indikator. Dalam hal ini ada 3 (tiga) indikator yang akan digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui apakah women entrepreneur yang akan diwawancarai merasa bahwa faktor emosional seperti mengambil keputusan berdasarkan hati nurani, bersifat rasional dalam mengambil keputusan dan elemen – elemen emosional yang muncul akan mempengaruhi hubungan dengan karyawan merupakan faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha.

Tabel 4.5

Asosiasi Responden Terhadap Faktor Emosional

Asosiasi Jumlah

Elemen – elemen emosional yang muncul akan

mempengaruhi hubungan dengan karyawan

2 20 8 80

Sumber : Hasil penelitian, 2008 (data diolah)

(60)

dalam berwirausaha lebih banyak daripada responden yang menganggap bahwa faktor emosional merupakan penghambat dalam berwirausaha. Hal ini dapat dibuktikan melalui penyebaran data yang menyatakan bahwa 100 % responden (10 responden) bersifat rasional dalam mengambil keputusan. Jumlah responden yang mengambil keputusan berdasarkan hati nurani jumlahnya 80% (8 responden) dan 20 % (2 responden) tidak mengambil keputusan berdasarkan hati nurani. Hal ini berarti bahwa 80 % responden (8 responden) mengambil keputusan dengan bersifat rasional namun tetap menggunakan hati nuraninya dalam menentukan keputusan yang akan diambilnya. Sebanyak 80 % responden (8 responden) juga mengaku bahwa elemen – elemen emosional yang muncul tidak akan mempengaruhi hubungan mereka dengan karyawan dan 2 responden (20%) yang menganggap bahwa elemen – elemen emosional yang muncul akan mempengaruhi hubungan mereka dengan karyawan.

4. Faktor Administrasi

(61)

didiskriminasi dalam mengurus admistrasi untuk membuka usaha merupakan faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha.

Tabel 4.6

Asosiasi Responden Terhadap Faktor Administrasi

Asosiasi Jumlah

(62)

penghambat dalam berwirausaha jumlahnya hampir seluruh populasi yaitu 7 responden (70%). Sedangkan 3 responden (30%) tidak menjawab karena belum pernah meminjam uang ke bank.

Para responden yang menganggap bahwa wanita memperoleh kesulitan dalam meminjam uang ke bank jumlahnya 50 % (5 responden). Sebanyak 20 % (2 responden) menganggap bahwa wanita memperoleh kesulitan dalam meminjam uang ke bank sedangkan 3 responden (30%) lagi belum pernah meminjam uang ke bank.

Sebanyak 7 responden (70%) menganggap bahwa mereka tidak merasa didiskriminasi dalam mengurus administrasi dalam membuka usaha. Sedangkan 3 responden (30%) merasa didiskriminasi dalam mengurus administrasi dalam membuka usaha.

5. Faktor Pendidikan

Untuk melihat apakah faktor pendidikan merupakan faktor penghambat bagi women entrepreneur dalam berwirausaha, maka penulis akan menggunakan beberapa indikator. Dalam hal ini ada 3 indikator yang akan digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui apakah women entrepreneur

(63)

Tabel 4.7

Asosiasi Responden Terhadap Faktor Pendidikan

Asosiasi Jumlah

Lulus sarjana dalam bidang bisnis

1 10 9 90

Sumber : Hasil penelitian, 2008 (data diolah)

Pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa persentase responden yang menganggap bahwa faktor pendidikan bukan merupakan faktor penghambat dalam berwirausaha lebih banyak daripada responden yang menganggap bahwa faktor pendidikan merupakan penghambat dalam berwirausaha. Para responden yang menganggap bahwa pendidikan sangat penting dalam memulai berwirausaha jumlahnya mencapai 8 responden (80%). Sedangkan para responden yang menganggap bahwa faktor pendidikan sebelum memulai berwirausaha tidak terlalu penting berjumlah 2 responden (20%).

Hampir seluruh responden (90%) menganggap bahwa pengetahuan bisnis harus luas sebelum memulai berwirausaha dan hanya 1 responden (10%) yang menganggap bahwa pengetahuan tentang bisnis tidak harus luas sebelum memulai berwirausaha.

(64)

berjumlah 10% (1 responden). Hal ini berarti bahwa 9 responden (90%) beranggapan bahwa untuk memulai usaha tidak perlu harus lulus sarjana dalam bidang bisnis terlebih dahulu.

(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa dari lima faktor penghambat yang dianggap sebagai faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha, hanya 4 faktor yang dianggap sebagai faktor penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha. Adapun faktor – faktor penghambat tersebut adalah faktor kewanitaan, faktor sosial budaya dan adat istiadat, faktor administrasi dan faktor pendidikan.

Faktor emosional dianggap tidak menjadi penghambat dalam berwirausaha karena seluruh responden (100%) merasa bahwa mereka selalu bersifat rasional dalam mengambil keputusan. Dari 100% responden tersebut, 80% responden menyeimbangkan keputusan yang diambilnya itu dengan memakai rasio dan hati nurani. Selain itu, elemen – elemen emosional yang muncul pada saat bekerja tidak mempengaruhi hubungan dengan karyawan secara pribadi. Hal ini yang membuat penulis mengambil kesimpulan bahwa faktor emosional bukan merupakan penghambat women entrepreneur dalam berwirausaha.

(66)

B. Saran

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Agung I.G.N. 1992. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Alma, Buchari. 2005. Kewirausahaan. Bandung : Penerbit Alfabeta cetakan kesembilan.

Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit PT Raja Grafindo Persada.

Kuncoro, Mudrajad. 2005. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta : Penerbit Erlangga Edisi Pertama.

Longenecker, Justin G. . Moore dan Carlos W. . Petty, J. William. 2001.

Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Matondang, Indra Hakim. 2006. Analisis Faktor –Faktor Yang Mendorong

Wirausahawan Memulai Usaha Kecil ( Studi Kasus Pada Gerai Penjualan Pulsa Handphone Di Sepanjang Jalan Letda Sujono Medan). Medan : Perpustakaan Ekonomi USU. (tidak dipublikasikan)

Salim, Peter. 1993. Advanced English – Indonesian Dictionary. Jakarta : Modern English Press fourth edition.

Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen. Bogor : Penerbit Prenada Media Setiawati, Rike dan Sophia Amin. 2001. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Industri Kecil Di Kota Jambi

(68)

Sukirno, Sadono dkk. 2004. Pengantar Bisnis. Jakarta : Penerbit Prenada Media edisi pertama.

Zimmerer, Thomas dan Norman M. Scarborough. 2002. Pengantar

Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta : Penerbit PT. Prenhallindo.

http//www.eksekutif.com/ “Sekat Tumbuhnya Pengusaha Perempuan” edisi Selasa tanggal 30 Mei 2006 pukul 13:37 diakses oleh Erin Karina Sitepu tanggal 8 Januari 2008 pukul 23.15 wib.

http//www.asppuk.or.id/ diakses oleh Erin Karina Sitepu tanggal 23 Januari 2008 pukul 20.03 wib.

http//web.bisnis.com/ diakses oleh Erin Karina Sitepu tanggal 23 Januari 2008 pukul 23.19 wib.

http//www.pemkomedan.go.id/ diakses oleh Erin Karina Sitepu tanggal 30 Maret 2008 pukul 18.43 wib.

(69)

QUESTIONNAIRE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT WOMEN

ENTREPRENEUR DALAM BERWIRAUSAHA

(STUDI KASUS PADA WANITA PENGUSAHA SALON DI JL. SEI MENCIRIM MEDAN)

Para pengusaha wanita yang terhormat,

(70)

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama : ...

2. Status : a.Menikah b. Belum Menikah

3. Umur : a. Di bawah 20 thn d. 41-50 tahun

b. 21-30thn e. Di atas 50 tahun

c.31-40 thn

4. Pendidikan : a. SD e. S1 (Sarjana)

b. SMP f. S2 (Pasca Sarjana)

c. SMU g. S3 (Doktor)

d. DIPLOMA

5. Tempat/Tgl. Lahir : ... 6. Alamat sekarang : ... ... 7. Lama berwirausaha : ...

8. Nama Salon : ... 9. Memulai usaha Salon

(Tgl/Bln/Tahun) : .../.../...

(71)

II. PENGHAMBAT WANITA BERWIRAUSAHA

No Pertanyaan Ya Tidak

Faktor Kewanitaan

1 Anda merasa kehamilan adalah hal yang akan mengganggu kelancaran bisnis anda

2 Menyusui merupakan hal yang sangat mengganggu apabila Anda harus bekerja

3 Perilaku / mood Anda akan berubah-ubah bila sedang PMS

Faktor Sosial Budaya dan Adat Istiadat

4 Anda sadar bahwa Anda merupakan orang yang bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga.

5 Anda merasa harus mencurahkan segenap kekuatan Anda untuk membereskan urusan rumah tangga sebelum pergi bekerja

6 Anda merasa bahwa suami lah yang seharusnya memberi nafkah untuk keluarga.

Faktor Emosional

7 Anda merasa selalu mengambil keputusan berdasarkan hati nurani

(72)

9 Dalam memimpin karyawan, muncul elemen-elemen emosional yang mempengaruhi hubungan Anda dengan karyawan.

Faktor Administrasi

10 Anda merasa bahwa prosedur peminjaman uang ke bank sangat berbelit-belit

11 . Wanita menghadapi kesulitan dalam memperoleh pinjaman

12 Anda merasa telah didiskriminasi dalam mengurus administrasi untuk membuka usaha .

Faktor Pendidikan

13 Anda merasa faktor pendidikan sangat penting dalam memulai berwirausaha.

14 Anda merasa bahwa pengetahuan Anda tentang bisnis harus luas sebelum memulai berwirausaha 15 Anda merasa perlu lulus sarjana dalam bidang bisnis

Gambar

Gambar 3.3 Peta Kecamatan Medan Baru (Kecamatan Medan Barat – Laut)Sumber : www.asiamaya.com (2008)   Jalan Sei Mencirim merupakan salah satu jalan yang padat dilalui orang karena
Tabel 3.1 Data Pribadi Wanita Pengusaha Salon di Jl. Sei Mencirim Medan
Tabel 4.1 menerangkan bahwa jika dilihat dari segi usia kesepuluh women
Tabel 4.2 Profil Aktivitas Wanita Pengusaha Salon di Jl. Sei Mencirim Medan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Pada tahun 2014 penelitian tentang generator fluks aksial juga telah dilakukan oleh Frasongko Budiyanto yang berjudul Generator Turbin Angin Putaran Rendah, jenis

Suharso, Buhani, Yuwono, S.D., and Tugiyono, 2017a , Inhibition of calcium carbonate (CaCO 3 ) scale formation by calix [4] resorcinarene compounds, Desalination and

Dengan semua latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini dilakukan pada karyawan Bank Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang Semarang dengan

Setelah Sukarno berpidato mengajukan usul tentang dasar-dasar negara tanggal 1 Juni 1945, sidang BPUPKI pertama berakhir. Hari itu juga ketua BPUPKI menunjuk dan