• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Lumpur dan Air Kolam Ikan terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan, dan Produksi Ubi Jalar pada Inceptisol Petir, Darmaga Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Lumpur dan Air Kolam Ikan terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan, dan Produksi Ubi Jalar pada Inceptisol Petir, Darmaga Bogor."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN LUMPUR DAN AIR KOLAM IKAN

TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH, PERTUMBUHAN, DAN

PRODUKSI UBI JALAR PADA INCEPTISOL PETIR,

DARMAGA BOGOR

BAMBANG SUBROTO

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Lumpur dan Air Kolam Ikan terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan, dan Produksi Ubi Jalar pada Inceptisol Petir, Darmaga, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Bambang Subroto

(4)

ABSTRAK

BAMBANG SUBROTO. Pengaruh Pemberian Lumpur dan Air Kolam Ikan terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan, dan Produksi Ubi Jalar pada Inceptisol Petir, Darmaga, Bogor. Dibimbing oleh ARIEF HARTONO dan SITI JAHROH.

Kolam ikan tersebar hampir di seluruh desa di kaki Gunung Salak, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Umumnya petani membuat kolam ikan dengan memanfaatkan air irigasi yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi. Lumpur dan air kolam ikan mengandung banyak nitrogen (N), fosfor (P), C-organik, dan kation-kation basa. Petani biasanya memanfaatkan lumpur kolam ikan sebagai penguat batas kolam sedangkan air kolam ikan dibuang ke kanal. Air kolam ikan kemudian mengalir mencemari sungai sehingga dikhawatirkan terjadi pencemaran nitrat dan fosfat pada sistem air. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian lumpur dan air kolam ikan terhadap sifat kimia tanah, pertumbuhan, dan produksi ubi jalar pada Inceptisol Petir, Darmaga, Bogor serta untuk menganalisis penerimaan dan biaya budidaya ubijalar pada berbagai perlakuan. Perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini adalah control tanpa pupuk, lumpur kolam ikan, air kolam ikan, kombinasi lumpur dan air kolam ikan, dan pupuk konvensional. Hasil menunjukkan bahwa setelah dua minggu inkubasi perlakuan kombinasi lumpur dan air kolam ikan tidak berpengaruh nyata pada pH tanah, daya hantar listrik, hidrogen dapat ditukar, aluminium dapat ditukar, P-HCl 25%, dan kejenuhan basa. Perlakuan lumpur dan air kolam ikan nyata secara statistik memberikan nilai lebih tinggi pada parameter C-organik, N-total, P-Bray I, kation basa-basa, dan kapasitas tukar kation. Secara statistik perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar, akan tetapi perlakuan kombinasi lumpur dan air kolam ikan menghasilkan pertumbuhan dan produksi lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Meskipun perlakuan kombinasi lumpur dan air kolam ikan menghasilkan produksi tertinggi, tenaga kerja yang digunakan sekitar dua kali lipat perlakuan lainnya, sehingga keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari perlakuan lumpur kolam ikan dan control.

(5)

ABSTRACT

BAMBANG SUBROTO. The Effect of Fishpond Sediment and Fishpond Water to the Changes of Soil Chemical Properties, the Growth, and the Production of Sweet Potato on Inceptisol in the Petir Village, Darmaga, Bogor. Supervised by ARIEF HARTONO dan SITI JAHROH.

Fishponds spread almost all over the village at the Salak mountain area, Darmaga subdistrict, Bogor district. Generally, farmers make a fishpond by utilizing irrigation water that flows from higher place. Fishpond sediment and fishpond water contain a lot of nitrogen (N), phosphorus (P), organic-C, and base cations. Farmers typically utilize a fishpond sediment as a fishpond border, meanwhile fishpond water discharge into the canal. Fishpond water drains polluting the river so it will cause a nitrate and phosphate pollution in water systems. This study was conducted to evaluate the effect of fishpond sediment and fishpond water to the changes of soil chemical properties, the growth, and the production of sweet potato on Inceptisol in the Petir village, Darmaga, Bogor and to analyze cost and return of sweet potato cultivation at different treatments. The treatments were the control without treatment, fishpond sediment, fishpond water, combination of fishpond sediment and fishpond water, and conventional fertilizer. The results showed that after two weeks of incubation, the combination of fishpond sediment and fishpond water had no significant effect on soil pH, electrical conductivity, exchangeable hydrogen, exchangeable aluminum, HCl-P 25%, and base saturation. However, the values on combination of fishpond sediment and fishpond water on organic-C, N-total, Bray I-P, cation bases, and cation exchange capacity were significally higher than those of other treatments. The growth of production of sweet potatoes were not significally affected by the treatments, but the effect of treatment of combination of fishpond sediment and fishpond water on the growth and production of sweet potatoes tended to increase compared to the other treatments. Although the treatment of combination of fishpond sediment and fishpond water resulted the highest production, labor use was around twice of other treatments, thus, its profit was lower than the treatment of fishpond sediment and control.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

PENGARUH PEMBERIAN LUMPUR DAN AIR KOLAM IKAN

TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH, PERTUMBUHAN, DAN

PRODUKSI UBI JALAR PADA INCEPTISOL PETIR,

DARMAGA BOGOR

BAMBANG SUBROTO

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Lumpur dan Air Kolam Ikan terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan, dan Produksi Ubi Jalar pada Inceptisol Petir, Darmaga Bogor.

Nama : Bambang Subroto

NIM : A14100001

Disetujui oleh

Dr Ir Arief Hartono, MScAgr Pembimbing I

Siti Jahroh, PhD Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah Pengaruh Pemberian Lumpur dan Air Kolam Ikan terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan, dan Produksi Ubi Jalar pada Inceptisol Petir, Darmaga Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Arief Hartono, MScAgr. selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi selama penelitian sampai penulisan skripsi. Terima kasih kepada Siti Jahroh PhD selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas bimbingan dan berbagai saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc. selaku dosen penguji atas kritik, saran, dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.

2. Seluruh Staf Laboratorium dan Staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah memberikan beasiswa selama masa kuliah.

4. Kedua orang tua atas doa, kasih sayang dan kepercayaannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1.

5. Rike, Dinda, Nika, Rahmad, dan Rizki yang selalu mendukung dan memberi motivasi kepada penulis.

6. Rahayu, Novi, Masruroh, Anam, Nanda, Sudi, dan rekan-rekan MSL 47 atas kebersamaan dan dukungannya selama penelitian.

7. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membacanya.

Bogor, September 2014

(12)

DAFTAR

ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 1

Karakteristik Tanah Inceptisol 1

Tanaman Ubi Jalar 2

Nitrogen dalam Tanah 3

Fosfor dalam Tanah 4

Kalium dalam Tanah 4

METODE 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Bahan dan Alat 5

Analisis Statistik 5

Pelaksanaan Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat-sifat Kimia Tanah 7 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar 10

Analisis Ekonomi 12

(13)

DAFTAR TABEL

1 Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah, daya hantar listrik (EC), hidrogen dapat ditukar (H-dd), dan aluminium dapat ditukar (AL-dd) 8 2 Pengaruh perlakuan terhadap C-organik dan N-total tanah 8 3 Pengaruh perlakuan terhadap P-HCl 25 % dan P-Bray I tanah 9 4 Pengaruh perlakuan terhadap kapasitas tukar kation (KTK), kation-kation

basa dan kejenuhan basa (KB) 9

5 Analisis input-output budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 - Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor 15 6 Analisis Input-output budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari

2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor 15

7 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 - Februari

2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor 16

8 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari

2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor 17

DAFTAR GAMBAR

1 Topografi lahan 6

2 Pengaruh perlakuan terhadap panjang batang ubi jalar 10 3 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun ubi jalar 10 4 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ubi jalar 11 5 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah produksi ubi jalar 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

convensional pada pH tanah 20

2 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

convensional pada EC tanah 20

3 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

convensional pada H-dd tanah 20

4 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

convensional pada Al-dd tanah 20

5 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

convensional pada C-organik tanah 20

6 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

convensional pada N-total tanah 21

7 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

(14)

8 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

convensional pada P-Bray I tanah 21

9 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

convensional pada KTK tanah 21

10 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

convensional pada Ca tanah 21

11 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

convensional pada Mg tanah 21

12 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

convensional pada K tanah 22

13 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

convensional pada Na tanah 22

14 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan

convensional pada KB tanah 22

15 Analisis input-output budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 - Februari 2013 di Desa Petir, Darmaga, Bogor 23 16 Analisis input-output budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari

2013 di Desa Petir, Darmaga, Bogor 24

17 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 - Februari

2013 di Desa Petir, Darmaga, Bogor 25

18 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari

2013 di Desa Petir, Darmaga, Bogor 26

19 Gambar saat (a) pengambilan lumpur, (b) pemberian lumpur, (c) penanaman ubi jalar, (d) pembongkaran guludan, (e) pemangkasan

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kolam ikan tersebar hampir di seluruh desa di kaki Gunung Salak, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Umumnya petani membuat kolam ikan dengan memanfaatkan air irigasi yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi. Ukuran kolam bervariasi mulai dari 50 m² sampai 300 m². Mereka memberi makan ikan dengan pelet dan kotoran ayam. Hartono et al. (2012) menyatakan lumpur dan air kolam ikan di Desa Petir sangat potensial untuk dijadikan pupuk karena mengandung hara-hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Lumpur dan air kolam ikan mengandung banyak nitrogen (N), fosfor (P), C-organik (C), dan kation-kation basa (Ca, Mg, K, dan Na).

Sementara itu di daerah lain seperti di Alabama, Amerika Serikat lebih lanjut dilaporkan (Boyd 1995) bahwa P juga terakumulasi dalam lumpur kolam ikan. Boyd (1995) menjelaskan bahwa kotoran ayam dan pelet mengandung nutrisi N dan P. Olah et al. (1994) melaporkan dalam penelitian mereka di Hongaria bahwa 30 sampai 90% N dari pelet dan kotoran ayam terakumulasi di lumpur kolam ikan.

Petani biasanya memanfaakan lumpur kolam ikan sebagai penguat batas kolam sedangkan air kolam ikan dibuang ke kanal. Air kolam ikan kemudian mengalir mencemari sungai sehingga dikhawatirkan terjadi pencemaran nitrat dan fosfat pada sistem air. Oleh karena itu penggunaan lumpur dan air kolam ikan sebagai pupuk dapat mendaur ulang nutrisi di dalam lumpur dan air kolam ikan. Penggunaan lumpur dan air kolam ikan juga diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik seperti pupuk urea, pupuk P (TSP, SP-36, SP-18), dan pupuk KCl.

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengevaluasi pengaruh pemberian lumpur dan air kolam ikan terhadap perubahan sifat kimia tanah.

2. Mengevaluasi pengaruh pemberian lumpur dan air kolam ikan terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar.

3. Menganalisis penerimaan dan biaya budidaya ubi jalar berbagai perlakuan. .

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Tanah Inceptisol

(16)

2

tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida akibat pencucian silika. Warna tanah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan, atau kuning, tergantung dari bahan induk, umur, iklim, dan ketinggian. Fraksi liat tanah ini biasanya didominasi oleh kaolinit dan seskuioksida bebas. Nisbah silika terhadap seskuiosida dari fraksi liat umunya berkisar antara 1.5-1.8, kapasitas basa dapat dipertukarkan 10-250 me/1000 g tanah, kejenuhan basa 15-50%, dan mempunyai kemasaman tanah berkisar antara asam-agak netral (4.5-6.0) (Soepraptohardjo 1961).

Menurut Hardjowigeno (1993) secara umum Latosol termasuk dalam ordo Inceptisol. Latosol Darmaga terbentuk dari bahan induk volkan kuarter Gunung Salak yang bersusunan andesitik dengan asosiasi augit pada fraksi beratnya. Mineral liat didominasi kaolinit dengan tingkat pelapukan yang belum lanjut (Yogaswara 1997).

Rachim dan Sarwono (1999) menyatakan bahwa Inceptisol setara dengan Latosol, proses pembentukan tanah yang berperan dalam pembentukan latosol disebut dengan latolisasi. Proses latolisasi juga sering dinamakan feralisasi karena dalam proses ini terjadi pemindahan besi. Syarat terjadinya latolisasi adalah adannya curah hujan dan suhu yang tinggi, menyebabkan gaya-gaya hancuran bekerja lebih cepat, hidrolisis dan oksidasi berlangsung dengan intensif dan mineral-mineral silika cepat hancur. Proses latolisasi yang berlangsung sangat intensif dan pencucian yang sempurna menyebabkan hidro-oksida liat yang terbentuk memiliki jumlah basa dapat pertukaran sangat sedikit.

Tanaman Ubi Jalar

Ubi jalar (Ipomea batatas L.) merupakan tanaman spermathopyt yang disebut tanaman dicotyl karena dapat menghasilkan biji dan hasil perkawinan antara benang sari dan sel telur. Famili convolvulaceae ini terdiri dari 50 genera dan 1 200 lebih spesies yang mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut : mengandung getah, batangnya berdiri, dan menjalar, mengandung ikatan pembuluh bicallateral, daun sederhana dan tersusun secara berselang seling mengelilingi batang, benang sari berjumlah buah, buah berbentuk bulat dan bujinya mengandung embrio dengan kotiledon yang berlipat ganda (Edmond dan Ammerman 1971).

Ubi jalar dapat tumbuh baik serta memberikan hasil yang tinggi dengan persyaratan iklim yang sesuai dengan pertumbuhannya. Suhu minimum 16 ͦC, suhu maksimum 40 ͦC dan suhu optimum 21-27 ͦC. Diluar kisaran suhu optimum pertumbuhan ubi jalar terhambat. Ubi jalar menghendaki tempat tumbuh yang terbuka dengan suhu yang tidak banyak berbeda antara siang dan malam, panjang hari relatif sama dan lama penyinaran 11-12 jam/hari (Wargiono 1980).

Daun ubi jalar mempunyai bentuk yang dibedakan menjadi tiga golongan, yakni pertama bulat/hati, tepi daun rata, bergigi dan berkeluk. Kedua, berbentuk ellips/lonjong, tepi daun berkeluk dangkal, kadang-kadang dalam dan rata. Ketiga, berbentuk runcing/panah, tepian daun berkeluk dalam, menjari dan rata, ukurannya tergantung dari besar kecilnya batang (Setyono et al. 1995).

(17)

3 Bina Produksi Tanaman Pangan (2002) menyebutkan bahwa tanaman ubi jalar membutuhkan curah hujan 750-1500 mm/tahun dengan jenis tanah yang terbaik adalah pasir berlempung, gembur, dan banyak mengandung bahan organik, aerasi, serta drainasenya baik, dan mempunyai derajat kemasaman tanah (pH) 5,5-7,5.

Ubi jalar memiliki keunggulan dan keuntungan yang sangat tinggi bagi masyarakat Indonesia. Nani dan Yati (2001) mengemukakan hal ini berkaitan dengan : 1) ubi jalar mudah diproduksi pada berbagai lahan; 2) kandungan kalori per 100 g cukup tinggi, yaitu 123 kal dan dapat memberikan rasa kenyang; 4) mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi; serta 5) cara penyajian hidangan ubi jalar mudah, praktis dan sangat beragam.

Nitrogen dalam Tanah

Bentuk nitrogen tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bentuk organik dan anorganik. Bentuk N-anorganik di dalam tanah terdiri dari enam macam, yaitu: (1) nitrat (NO3-); (2) nitrit (NO2-); (3) amonium (NH4+); (4) oksida nitrus (N2O); (5) NO; dan (6) gas dinitrogen (N2) yang hanya dimanfaatkan oleh

Rhizobium. Bentuk-bentuk dari NH4+, NO3-, dan NO2- adalah sangat penting dalam kesuburan tanah. Bentuk N-organik di dalam tanah pada umumnya terdapat dalam bentuk asam-asam amino atau protein (20% - 40%), gula-gula amino dan senyawa-senyawa kompleks yang belum terdenitrifikasi yang terbentuk oleh reaksi amonium dengan lignin, polimerisasi kuinon dengan senyawa-senyawa N, dan kondensasi gula dan amin. Sekitar 95% atau lebih N di tanah permukaan berada dalam bentuk organik (Leiwakabessy et al. 2003).

Transformasi nitrogen dalam tanah melalui proses mineralisasi. Mineralisasi nitrogen adalah perubahan bentuk dari N organik menjadi bentuk-bentuk inorganik (NH4+ atau NH3). Mineralisasi terdiri dari beberapa proses penting, yaitu aminisasi, amonifikasi dan nitrifikasi. Aminisasi adalah proses pembebasan senyawa asam-asam amino, sedangkan amonifikasi adalah reduksi dari N amin menjadi amoniak (NH3) atau ion-ion ammonium (NH4+). Tahap aminisasi dan amonifikasi berlangsung dibawah aktivitas mikroorganisme heterotrop. Nitrifikasi adalah perubahan dari ammonium menjadi nitrat yang berlangsung melalui dua tahap, yaitu oksidasi dari ammonium menjadi nitrit (NO2-) yang dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dan dari nitrit menjadi nitrat (NO3-) yang dilakukan oleh bakteri Nitrobacter (Tisdale et al. 1985)

(18)

4

Fosfor dalam Tanah

Bentuk fosfor (P) di dalam tanah dapat diklasifikasikan menjadi P organik dan P anorganik. Fosfat organik terdapat pada sisa-sisa tanaman, hewan, dan jaringan jasad renik, sedangkan fosfat inorganik tanah terdiri dari mineral apatit, kompleks fosfat Fe dan Al, dan P terjerap pada partikel Liat. Kelarutan senyawa P organik maupun inorganik di dalam tanah pada umumnya sangat rendah, sehingga hanya sebagian kecil P tanah yang berada dalam larutan tanah. Ion ortofosfat (HPO4²⁻ dan H2PO4⁻) adalah dua bentuk P utama yang dapat tersedia bagi tanaman (Munawar 2011).

Pengelolaan hara P perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan P di dalam tanah, yaitu jumlah dan jenis mineral tanah, pH tanah, pengaruh kation, pengaruh anion, tingkat kejenuhan P, bahan organik, waktu dan suhu serta penggenangan (Havlin et al. 1999).

Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi penjerapan P oleh oksida Fe dan Al antara lain dengan meningkatkan pH dan penambahan bahan organik. Jika pH ditingkatkan, aktivitas Fe dan Al turun, sehingga absorpsi atau presipitasi berkurang dan meningkatkan konsentrasi P larut. Ketika pH tanah meningkat, misalnya akibat pengapuran, aktivitas Fe dan Al menurun sebanding dengan berkurangnya muatan positif pada koloid tanah, sehingga fiksasi fosfat akan berkurang. Perombakan bahan organik juga menghasilkan asam-asam organik, seperti oksalat dan sitrat. Anion dari asam-asam organik tersebut dapat menjadi pesaing ion fosfat, sehingga dapat mengurangi fiksasi P dan meningkatkan ketersediaan P. Anion-anion organik tersebut membentuk kompleks yang mantap dengan Fe dan Al aktif (Munawar 2011).

Kalium dalam Tanah

Kandungan kalium di dalam tanah beragam, mulai dari 0.1% – 0.3%, dengan rata-rata 1% K. Sebagian besar bentuk kalium di dalam tanah adalah inorganik (mineral). Mineral primer yang merupakan sumber K di dalam tanah adalah kelompok feldspar dan mika. Kelompok feldspar terdiri dari ortoklas dan mikroklin, sedangkan kelompok mika meliputi muskovit dan biotit (Tisdale et al.,

1985; Havlin et al. 1999).

(19)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian berlangsung selama enam bulan, dilakukan mulai dari bulan September 2013 sampai Februari 2014 yang terdiri dari dua tahap, yaitu percobaan lapang dan analisis laboratorium. Percobaan lapang dilakukan di areal pertanian Desa Petir, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, sedangkan analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada percobaan lapang terdiri dari stek ubi jalar (Ipomoea batatas L.), lumpur dan air kolam ikan, pupuk, dan pestisida. Bahan dasar yang digunakan adalah pupuk urea 100 kg ha⁻¹, SP-36 100 kg ha⁻¹, dan KCl 200 kg ha⁻¹. Sedangkan bahan kimia dan contoh tanah Inceptisol Petir digunakan untuk analisis di laboratorium. Alat yang digunakan selama percobaan lapang terdiri cangkul, plastik, ember, karung, meteran, timbangan, dll. Peralatan laboratorium terdiri dari peralatan gelas, pH meter (Eutech Instruments pH 2700), EC meter (WTW Cond 3210 SET 1), pipet, kertas saring, erlenmeyer, labu Kjehdal, saringan ukuran 2-mm (Eimer and Amend), spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu UV-1201), AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer) (Shimadzu AA-6300), flame emission spectrophotometry (Corning 405), serta alat-alat laboratorium lainnya.

Analisis Statistik

Percobaan lapang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 5 perlakuan dalam 3 kelompok sebagai ulangan sehingga diperoleh 15 satuan percobaan. Perlakuan terdiri dari control tanpa pupuk (C), lumpur kolam ikan (FS), air kolam ikan (FW), kombinasi lumpur dan air kolam ikan (FS+FW), dan pupuk convensional (CV). Analisis data menggunakan Analisis of Variances

(ANOVA) dengan uji lanjut Tukey pada selang kepercayaan α kurang dari 0.05 untuk membandingkan nilai rata-rata setiap perlakuan. Model matematika dari rancangan percobaan ini adalah sebagai berikut :

Yij = µ + Ti + Eij dimana :

Yij = Hasil Pengamatan/pengukuran pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j µ = Nilai tengah

Ti = Pengaruh pemberian perlakuan ke-i Eij = Galat

Pelaksanaan Penelitian Percobaan Lapang

(20)

6

panjang 9 m dan lebar 0.9 m. Adapun perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini adalah control tanpa pupuk (C), lumpur kolam ikan (FS), air kolam ikan (FW), kombinasi lumpur dan air kolam ikan (FS+FW), dan pupuk convensinal (CV) yaitu pupuk N berupa urea, pupuk P dalam bentuk SP-36, pupuk K dalam bentuk KCl. Dosis lumpur kolam ikan yang digunakan adalah 60 kg berat basah petak⁻¹ diberikan dengan cara diaduk langsung pada lahan dan air kolam ikan adalah 20 L minggu⁻¹. Dosis pupuk convensional yang digunakan adalah 100 kg urea ha⁻¹, 100 kg SP 36 ha⁻¹, dan 200 kg KCl ha⁻¹, dimana pemberian pupuk SP-36 diberikan sekaligus sedangkan Urea dan KCl diberikan dalam dua tahap, yaitu ½ bagian pada saat sebelum tanam dan ½ bagian saat tanaman berumur 6 mst. Untuk keperluan pemupukan dibuat alur di puncak bedengan 7-12 cm, pupuk diberikan sepanjang alur lalu ditutup secara merata dengan tanah.

Sebelum tanam, perlakuan-perlakuan diinkubasi selama dua minggu di lahan. Kemudian setelah dua minggu contoh tanah diambil pada setiap petak untuk dianalisis dan diketahui perubahan sifat kimianya. contoh tanah diambil secara komposit dari 5 titik yang berbeda dengan kedalaman 0-20 cm pada setiap perlakuan. Setelah pengambilan contoh tanah, stek ubi jalar ditanam di sepanjang guludan dengan panjang stek 20-25 cm. Stek ditanam miring, bagian batang yang terbenam saat tanam 2/3 bagian. Stek ubi jalar diperoleh dari lahan petani. Saat tanaman berumur 4 MST dilakukan pembongkaran lereng pematang, setelah dibiarkan terkena panas dan angin selama 3 hari maka akar-akar yang terlihat ditimbun dan guludan pematang dinormalkan kembali. Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan mengukur panjang batang, jumlah daun, dan jumlah cabang selama 6-10 MST. Penyiangan gulma dilakukan pada saat yang diperlukan. Panen dilakukan pada umur 20 MST, mula-mula batang tanam dipotong dengan sabit kemudian guludan dibongkar dengan cangkul. Parameter yang diamati pada saat panen adalah bobot umbi per petak yang dihitung dengan menimbang hasil umbi setelah pemanenan. Denah percobaan disajikan pada Gambar 1.

C 1 FS 1 CV 1

(21)

7 Analisis Sifat-sifat Kimia Tanah

Contoh tanah yang digunakan adalah Inceptisol, contoh tanah dikeringudarakan, ditumbuk dan disaring dengan saringan berukuran 2-mm (Eimer and Amend), pH tanah 1 : 5 (w/v) ditetapkan menggunakan pH meter (Eutech Instruments pH 2700). EC ditetapkan menggunakan EC meter (WTW Cond 3210 SET 1), Kandungan C-organik ditetapkan dengan menggunakan metode Walkley and Black. Kandungan P-tersedia tanah diekstrak menggunakan metode P-Bray I, sementara kandungan P-potensial tanah diekstrak menggunakan P-HCl 25%, kemudian pengukuran kandungan P dalam tanah ditetapkan dengan metode pewarnaan dan absorbannya diukur menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu UV-1201) dengan panjang gelombang 660 nm. Kandungan N-total ditetapkan dengan metode Kjeldahl. Kapasitas tukar kation (KTK) ditetapkan dengan menggunakan 1 M NH4OAc pH 7.0 dan kandungan basa-basa Ca dan Mg ditetapkan dengan menggunakan atomic absorption spectrophotometry (AAS) (Shimadzu AA-6300), K dan Na ditetapkan menggunakan flame emission spectrophotometry (Corning 405), serta analisis aluminium dapat ditukar (Al-dd) dan hidrogen dapat ditukar (H-dd) dengan metode titrasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat-sifat Kimia Tanah

Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah, daya hantar listrik (EC), hidrogen dapat ditukar (H-dd), dan aluminium dapat ditukar (Al-dd) disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah, daya hantar listrik (EC), hidrogen dapat ditukar (H-dd), dan aluminium dapat ditukar (Al-dd). Namun, ada kecenderungan pada perlakuan FS pH tanah meningkat sebesar 0.05 unit dibanding dengan control. Pada perlakuan FS+FW pH tanah menurun 0.15 unit dibanding dengan perlakuan FS. Hal ini diduga unsur hara yang terkandung pada FW berada dalam keadaan reduktif, N dalam bentuk NH4+ setelah diaplikasikan ke lahan kondisinya berubah menjadi lebih oksidatif. NH4+ dalam perlakuan FS+FW bertransformasi melalui proses nitrifikasi yang melepaskan ion H+, sehingga menurunkan nilai pH tanah menjadi lebih masam. Berdasarkan hasil analisis pH tanah dapat diklasifikasikan bahwa Inceptisol Desa Petir termasuk tanah yang masam.

(22)

8

Tabel 1 Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah, daya hantar listrik (EC), Hidrogen dapat ditukar (H-dd), dan Aluminium dapat ditukar (Al-dd)

Perlakuan pH H2O EC H-dd Al-dd (1:5) (mmhos cm-1) ...(cmol kg-1)...

Control 4.72 0.05 0.62 0.57

FS 4.77 0.07 0.25 0.36

FW 4.65 0.05 0.56 0.65

FS+FW 4.62 0.06 0.55 0.23

Convensional 4.63 0.07 0.55 0.71

Pengaruh perlakuan terhadap C-organik dan N-total tanah di sajikan pada Tabel 2. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan setelah dua minggu inkubasi berpengaruh nyata terhadap C-organik dan N-total. Pengaruh perlakuan FS+FW nyata meningkatkan nilai C-organik dibanding control. Pengaruh perlakuan FS nyata meningkatkan nilai N-total dibanding FW dan convensional, tetapi tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan control, FW, dan FS+FW. Perlakuan FS+FW dapat meningkatkan nilai N-total tanah sebesar 47% dibanding control, hal ini sesuai dengan pernyataan Hartono et al. (2012) bahwa lumpur dan air kolam ikan mengandung nitrogen dan C-organik. Nitrogen dan fosfor tersebut berasal dari kotoran ayam dan pelet yang diberikan petani sebagai pakan ikan.

Tabel 2 Pengaruh perlakuan terhadap C-organik dan N-total tanah Perlakuan C-organik N-total

...%...

Control 1.73a 0.16ac

FS 2.25ab 0.19a

FW 2.15ab 0.14bc

FS+FW 2.55b 0.18ad

Convensional 1.83ab 0.15cd

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak berpengaruh nyata (uji tukey, α < 0.05)

Perlakuan FS+FW cenderung meningkatkan nilai C-organik dan N-total (Tabel 2). Namun, nilai N-total masih termasuk kriteria rendah, hal ini diduga disebabkan oleh curah hujan dan suhu yang tinggi memungkinkan terjadinya pencucian akibatnya nitrogen banyak yang hilang. Nitrogen di dalam tanah sangat mobil dan mudah hilang (Soepardi 1983).

(23)

P-9 Bray I sebesar 10.1 mg kg-1 atau 27,7% lebih tinggi dibanding control. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mizaur et al. (2014) bahwa P terakumulasi dalam lumpur kolam ikan sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman. Seperti yang ditampilkan pada Gambar 5 dimana perlakuan FS+FW memperoleh produksi paling tinggi dibanding perlakuan lainnya.

Tabel 3 Pengaruh perlakuan terhadap P-HCl 25% dan P-Bray I tanah Perlakuan P-HCl 25 % P-Bray I

(mg P2O5 100g-1) (mg kg-1)

Control 151a 36.5a

FS 147a 42.1ab

FW 145a 43.0ab

FS+FW 166a 46.6b

Convensional 166a 41.0ab

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak berpengaruh nyata (uji tukey, α < 0.05)

Pengaruh perlakuan terhadap kapasitas tukar kation (KTK), kation-kation basa, dan kejenuhan basa (KB) disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan setelah dua minggu inkubasi berpengaruh nyata terhadap KTK dan kation-kation basa, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kejenuhan basa (KB). Pengaruh perlakuan FS+FW nyata meningkatkan nilai KTK tanah dibanding control dan convensional, tetapi tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan FS dan FW. Perlakuan control memperoleh nilai KB paling tinggi hal ini disebabkan nilai pH pada perlakuan control juga cenderung lebih tinggi dibanding perlakuan FW, FS+FW, dan convensional. Tabel 4 Pengaruh perlakuan terhadap kapasitas tukar kation (KTK), kation-kation

basa, dan kejenuhan basa (KB)

Perlakuan KTK Ca Mg K Na KB ...cmol kg-1... % Control 18.4a 4.60ab 2.50a 0.44a 0.29a 42.9a

FS 23.0bc 5.41ab 2.76ab 0.67a 0.49b 40.8a

FW 22.4abc 4.15a 2.50ab 0.51a 0.33ad 33.4a

FS+FW 23.6c 5.56b 3.03b 0.77a 0.53bc 41.9a

Convensional 19.1ab 4.27ab 2.43ab 0.45a 0.29ab 39.0a

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak berpengaruh nyata (uji tukey, α < 0.05)

(24)

10

meningkatkan nilai Mg dibanding control, tetapi tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan FS, FW, dan convensional. Kandungan Natrium (Na) pada perlakuan kombinasi FS+FW nyata meningkatkan nilai Na dibanding control, tetapi tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan FS, FW, dan convensional. Kandungan Kalium (K) pada perlakuan FS+FW tidak berpengaruh nyata meningkatkan nilai K, walaupun tidak berpengaruh nyata tetapi nilai K pada perlakuan FS+FW lebih tinggi 75% dibanding control.

Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar Pengaruh masing-masing perlakuan terhadap panjang batang, jumlah daun, jumlah cabang dan hasil produksi per petak disajikan pada Gambar 2, 3, 4, dan 5. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter panjang batang, jumlah daun, jumlah cabang dan hasil produksi ubi jalar. Akan tetapi perlakuan FS+FW menghasilkan panjang batang, jumlah daun, jumlah cabang, dan produksi ubi jalar lebih tinggi dibanding perlakuan lain.

Gambar 2 Pengaruh perlakuan terhadap panjang batang ubi jalar

Gambar 3 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun ubi jalar

(25)

11

Gambar 4 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ubi jalar

Gambar 5 Pengaruh perlakuan terhadap produksi ubi jalar

Menurut Sitompul dan Guritno (1995) tinggi tanaman (panjang batang) merupakan ukuran tanaman yang sering diamati, baik sabagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang ditetapkan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan parameter pertumbuhan yang paling terlihat.

Batang merupakan organ yang sangat penting bagi ubi jalar, batang mempunyai fungsi ganda yakni sebagai organ fotosintesis dan organ translokasi air, unsur hara dan hasil fotosintesis (Soemarno 1985). Batang yang diukur panjangnya adalah batang utama. Pengaruh perlakuan terhadap panjang batang ubi jalar disajikan pada Gambar 2. Hasil menunjukkan rata-rata pertumbuhan panjang batang dari 6-10 MST memiliki pola pertumbuhan panjang batang yang sama. Panjang batang pada tiap perlakuan terus meningkat dari 6-10 MST. Pada 6-10 MST perlakuan FS+FW menghasilkan rata-rata panjang batang paling tinggi, sedangkan perlakuan control memperoleh nilai rata-rata panjang batang paling rendah.

Control FS FW FS + FW Convensional

Produksi

 

umbi

 

(26)

12

Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun ubi jalar disajikan pada Gambar 3. Pada 6-8 MST perlakuan FS+FW menghasilkan rata-rata jumlah daun paling tinggi dibanding perlakuan lainnya. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ubi jalar disajikan pada Gambar 4. Pada 6-8 MST perlakuan FS+FW menghasilkan rata-rata jumlah cabang ubi jalar paling tinggi dibanding perlakuan lainnya. Jumlah cabang dipengaruhi oleh kandungan P dalam tanah. Pada perlakuan FS+FW menghasilkan nilai P paling tinggi (Tabel 3), dimana P dibutuhkan oleh tanaman untuk memperkuat batang dan cabang supaya tidak mudah patah (Aleel 2008).

Waktu panen yang tepat merupakan syarat untuk mendapat produksi yang optimal. Umur untuk dipanen dipengaruhi oleh varietas, iklim, kesuburan tanah dan lain-lain. Ubi jalar ada yang berumur panjang ada yang berumur genjah. Varietas ubi jalar berumur panjang dapat dipanen setelah tanaman berumur 8-9 bulan, sedangkan tanaman yang genjah sudah dapat dipanen umur 5-6 bulan. Umbi yang terlambat dipanen kurang enak dikonsumsi karena terlalu manis dan kelezatannya sudah berkurang (Lingga et al. 1986). Pada penelitian ini tanaman ubi jalar termasuk varietas ubi jalar berumur genjah karena dipanen setelah tanaman berumur 4 bulan.

Pengaruh perlakuan terhadap hasil produksi umbi disajikan pada Gambar 5. Perlakuan FS+FW memperoleh rata-rata produksi paling tinggi yaitu 44 kg petak-1, kemudian perlakuan FS memperoleh rata-rata produksi sebesar 42 kg petak-1. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wargiono (1980) menyatakan bahwa nitrogen penting dalam pembentukan klorofil dan protein. Nitrogen menyebabkan pertumbuhan tajuk dan umbi yang baik. Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan FS+FW memiliki kadar N-total paling tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya. Unsur hara kalium juga berperan dalam pembentukan umbi (Lingga 1989), dimana berat umbi akan naik dan berkualitas baik jika unsur kalium yang tersedia di tanah cukup. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa kandungan kalium pada perlakuan FS+FW memiliki nilai lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya.

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi penting dilakukan untuk proyek-proyek yang berskala kecil hingga besar, terutama dampak perubahan dalam penambahan supply dan

demand akan produk-produk tertentu yang akan berimbas pada ekonomi nasional. Analisis ekonomi yang dilakukan pada penelitian ini adalah penerimaan dan biaya yang mempengaruhi keuntungan yang diterima petani. Tabel 5, 6, 7, dan 8 menyajikan analisis penerimaan dan biaya budidaya ubi jalar di Desa Petir, Darmaga, Bogor.

Keuntungan adalah total penerimaan dikurang total biaya. Total penerimaan adalah harga ubi jalar (Rp kg-1) dikali dengan produksi ubi jalar (kg). Sedangkan total biaya adalah biaya tetap ditambah dengan biaya variabel. Dalam penelitian biaya yang dihitung hanya biaya variabel yang terdiri dari biaya pupuk NPK, matador, pembelian lumpur kolam ikan, dan biaya tenaga kerja.

(27)

13 digunakan oleh masing-masing perlakuan seluas 54 m². Pada perlakuan FS+FW produksi yang diperoleh lebih tinggi sebesar 28.50 kg atau 32.76% dibanding control. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa perlakuan FS+FW memiliki nilai N-total, C-organik, P-HCl 25%, P-Bray I, KTK, kation basa-basa lebih tinggi dan berbeda nyata dibanding perlakuan lainnya sehingga hal tersebut dapat meningkatkan jumlah output ubi jalar. Input yang digunakan pada penelitian terdiri dari penggunaan pupuk NPK, matador, pembelian lumpur kolam ikan, dan penggunaan jasa tenaga kerja. Pada perlakuan FS+FW penggunaan jasa tenaga kerja memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari Lampiran 15 menunjukkan bahwa pengambilan lumpur kolam di kolam ikan sebanyak 360 kg menghabiskan waktu 1 jam per 54 m2 dan penyiraman dengan air kolam ikan selama penelitian yang dilakukan setiap minggu menghabiskan waktu 3 jam per 54 m2, sehingga perlakuan FS+FW memerlukan jumlah tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak.

Hasil penelitian ini bila dikonversikan dalam satuan hektar disajikan pada Tabel 6. Perlakuan FS+FW memperoleh produksi ubi jalar sebesar 21 388.89 kg ha-1 atau 5 277.78 kg ha-1 lebih besar dibandingkan dengan control. Produksi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan produksi ubi jalar ha-1 di Jawa Barat sebesar 18 200.12 kg ha-1 (BPS 2013). Perlakuan convensional memperoleh produksi sebesar 16 944.44 kg ha-1 tidak jauh berbeda dengan produktivitas rata-rata ubi jalar di Jawa Barat. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Abas (2006) dimana penggunaan pupuk NPK sebanyak 400 kg ha-1 diperoleh produksi sebesar 17 000.00 kg ha-1 dengan perbedaan output hanya sebesar 56 kg. Pada perlakuan FS+FW memerlukan waktu penggunaan tenaga kerja yang lebih banyak dibanding dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari Lampiran 16 menunjukkan bahwa perlakuan FS+FW menghabiskan waktu 185.19 jam ha-1 untuk pengambilan lumpur kolam di kolam ikan dan menghabiskan waktu 555.56 jam ha-1 untuk penyiraman air kolam ikan selama penelitian, sehingga perlakuan FS+FW memerlukan jumlah tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak.

Petani di Desa Petir umumnya tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya. Pada penelitian ini produksi ubi jalar langsung dijual ke tengkulak yang datang langsung ke lahan panen dengan membawa mobil untuk mengangkut hasil panen, kemudian tengkulak menjual ubi jalar ke pasar. Harga jual ubi jalar sudah ditentukan oleh tengkulak dengan sistem pembayaran yang dilakukan secara tunai.

Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan FS+FW memperoleh total penerimaan paling tinggi sebesar Rp 231 000. Hal ini disebabkan karena perlakuan FS+FW memperoleh produksi ubi jalar sebesar 115.50 kg dengan harga jual Rp 2 000 kg-1, sedangkan control memperoleh total penerimaan paling kecil yaitu Rp 174 000 karena produksi ubi jalar yang dihasilkan hanya 87.00 kg dengan harga jual yang sama. Harga jual ubi ditingkat petani pada tahun 2014 sebesar Rp 2 000 kg-1. Yulianti (2013) menyatakan harga jual ditingkat petani adalah Rp 1 100 kg-1. Perbedaan harga tersebut disebabkan karena saat panen pada tahun 2013 stok ubi jalar di pasar cukup tinggi sehingga menyebabkan turunnya harga jual ubi ditingkat petani.

(28)

14

produksi dan total penerimaan paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 7), namun berbanding terbalik dengan total biaya yang dikeluarkan karena pada perlakuan FS+FW memerlukan jumlah tenaga kerja lebih banyak dibanding perlakuan lainnya. Jasa tenaga kerja yang dibutuhkan pada perlakuan FS+FW (Lampiran 17) meliputi jasa pengambilan lumpur kolam di kolam ikan sebanyak 360 kg menghabiskan biaya sebesar Rp 10 000 per 54 m2 dan penyiraman dengan air kolam ikan selama penelitian yang dilakukan setiap seminggu sekali menghabiskan biaya sebesar Rp 30 000 per 54 m2. Keuntungan yang diperoleh pada perlakuan FS+FW lebih kecil Rp 8 000 dibanding control, hal ini disebabkan biaya tenaga kerja yang besar. Tetapi jika diasumsikan bahwa tenaga kerja merupakan tenaga kerja keluarga yang tidak dibayarkan, maka masih mendapatkan keuntungan 19% atau Rp 32 000 lebih besar dari control. Pada perlakuan FS memperoleh keuntungan paling besar yaitu Rp 115 797 per 54 m2. Perlakuan FS dapat meminimalisir biaya input yang dikeluarkan sehingga memperoleh keuntungan yang besar.

Menurut Sunarjono (2000) usaha tani menguntungkan atau layak diusahakan bila analisis ekonomi menunjukkan hasil layak. Nisbah R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan terhadap biaya. Jika R/C > 1 artinya layak untuk diusahakan dan jika R/C < 1 artinya tidak layak untuk diusahakan (Soekartawi 2002). Berdasarkan Tabel 16 Return Cost Ratio pada setiap perlakuan bernilai > 1 artinya layak untuk diusahakan. Pada perlakuan FS+FW memperoleh nilai R/C lebih kecil dibanding perlakuan lainnya, hal ini disebabkan karena penggunaan tenaga kerja yang lebih besar besar.

Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per ha disajikan pada Tabel 8. Lahan dikonversi menjadi hektar untuk masing-masing perlakuan. Berdasarkan hasil produksi tersebut, ubi jalar dijual ke tengkulak dengan harga Rp 2 000 kg ¹. Pada perlakuan FS+FW memperoleh total penerimaan paling tinggi sebesar Rp 42 777 778 ha ¹. Sedangkan control hanya memperoleh total penerimaan sebesar Rp 32 222 222, Namun, keuntungan yang diperoleh berbanding terbalik dengan total penerimaan, dimana perlakuan FS+FW memperoleh keuntungan lebih kecil dibanding perlakuan control dan FS, hal ini disebabkan penggunaan tenaga kerja yang besar dan menghabiskan total biaya sebesar Rp 23 000 617 (Lampiran 18). Tetapi jika diasumsikan bahwa tenaga kerja merupakan tenaga kerja keluarga yang tidak dibayarkan, maka masih mendapatkan keuntungan sebesar 19% atau Rp 5 925 926 lebih besar dari control.

(29)

15 Tabel 5 Analisis input-output budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 - Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor

Perlakuan Control FS FW FS+FW Convensional

Output

Ubi jalar (kg) 87.00 105.00 93.50 115.50 91.50

Perbedaan dengan control (kg) 18.00 6.50 28.50 4.50

Perbedaan dengan control (%) 20.69 7.47 32.76 5.17

Input

Pupuk NPK (kg) 2.16

Matador (ml) 26.67 26.67 26.67 26.67 26.67

Lumpur (kg/petak) 180.00 180.00

Tenaga kerja (jam/petak) 4.92 6.09 8.09 9.09 5.09

Tabel 6 Analisis input-output analisis budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor

Perlakuan Control FS FW FS+FW Convensional

Output Ubi jalar (kg) 16 111.11 19 444.44 17 314.81 21 388.89 16 944.44

Perbedaan dengan control (kg) 3 333.33 1 203.70 5 277.78 833.33

Perbedaan dengan control (%) 20.69 7.47 32.76 5.17

Input

Pupuk NPK (kg) 400.00

Matador (ml) 4 938.89 4 938.89 4 938.89 4 938.89 4 938.89

Lumpur (kg/petak) 33 333.33 33 333.33

(30)

16

Tabel 7 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 - Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor

Perlakuan Control FS FW FS+FW Convensional

Penerimaan / Return

Ubi jalar (kg) 87.00 105.00 93.50 115.50 91.50

Harga per kilogram (Rp) 2 000 2 000 2 000 2 000 2 000

Total penerimaan (Rp) (A) 174 000 210 000 187 000 231 000 183 000 Biaya / Cost (Rp)

Pupuk NPK 24 071

Matador 8 333 8 333 8 333 8 333 8 333

Lumpur 25 000 25 000

Sub total 8 333 33 333 8 333 33 333 32 404

Tenaga Kerja 50 870 60 870 80 870 90 870 50 870

Total Cost (Rp) (B) 59 203 94 203 89 203 124 203 83 274

Keuntungan / Profit (Rp) (A-B) 114 797 115 797 97 797 106 797 99 726

(31)

17 Tabel 8 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor

Perlakuan Control FS FW FS+FW Convensional

Penerimaan / Return

Ubi jalar (kg) 16 111 19 444 17 315 21 389 16 944

Harga per kilogram (Rp) 2 000 2 000 2 000 2 000 2 000

Total penerimaan (Rp) (A) 32 222 222 38 888 889 34 629 630 42 777 778 33 888 889 Biaya / Cost (Rp)

Pupuk NPK 4 457 593

Matador 1 543 209 1 543 209 1 543 209 1 543 209 1 543 209

Lumpur 4 629 630 4 629 630

Sub total 1 543 209 6 172 839 1 543 209 6 172 839 6 000 802

Tenaga Kerja 9 420 370 11 272 222 14 975 926 16 827 778 9 420 370 Total Cost (Rp) (B) 10 963 580 17 445 061 16 519 135 23 000 617 15 421 172 Keuntungan / Profit (Rp) (A-B) 21 568 643 21 443 828 18 110 494 19 777 161 18 467 717

(32)

18

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan FS+FW tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah, daya hantar listrik (EC), hidrogen dapat ditukar (H-dd), aluminium dapat ditukar (Al-dd), P-HCl 25%, dan kejenuhan basa (KB). Tetapi perlakuan FS+FW nyata meningkatkan C-organik, N-total, P-Bray I, kation-kation basa, dan kapasitas tukar kation (KTK). Perlakuan tidak berpengaruh nyata pada parameter panjang batang, jumlah daun, jumlah cabang, dan produksi ubi jalar, akan tetapi perlakuan FS+FW menghasilkan produksi lebih tinggi. Oleh karena itu FS+FW dapat dijadikan pupuk alternatif sebagai pengganti pupuk convensional. Meskipun perlakuan FS+FW menghasilkan produksi tertinggi, tenaga kerja yang digunakan sekitar dua kali lipat perlakuan lainnya, sehingga keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari perlakuan FS dan control.

Saran

Saran dari hasil penelitian ini adalah melanjutkan penelitian pengaruh residu lumpur dan air kolam ikan di lahan yang sama dengan komoditi yang berbeda yang menghasilkan nilai jual yang tinggi serta perlu diterapkan pemanfaatan lumpur dan air kolam ikan di tempat yang berbeda dengan karakteristik lahan yang sama. Pada perlakuan FS+FW perlu diciptakan teknologi yang dapat menghemat biaya tenaga kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Aleel KG. 2008. Phosphate accumulation in plants : signaling. Plant physiol. 148:3-5.

Badan Pusat Statistik. 2013. Tanaman Pangan [Internet]. [diunduh 2014 Sep 03]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php.

Boyd CE. 1995. Bottom Soil, Sediment, and Pond Aquaculture. New York (US): Chapman and Hall. 348 p.

Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan. 2002. Prospek dan Peluang Agribisnis Ubi Jalar. Jakarta (ID): Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan.

Dresler S, Bednarek W, and Tkaczyk P. 2011. Nitrate nitrogen in the soils of Eastern Poland as influenced by type of crop, nitrogen fertilisation and various organic fertilisers. Journal of Central European Agriculture. 12(2):367 379.

Edmond JB and Ammerman. 1971. Sweet Potatoes Production Processing Marketing. Connecticut (US): The Avi Publishing Company. 30-45 p. Fan J, Hao M, and Malhi S. 2010. Accumulation of nitrate-N in the soil profile

and its implications for the environment under dryland agriculture in Northern China: a review. Can J Soil Sci. 90:429-440.

(33)

19

Hardjowigeno S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta (ID): CV Akademika Pressindo.

Hartono A, Yokota K, and Baba T. 2012. Survey of water quality and soil fertility of fresh water fish cultivation ponds in Bogor, Indonesia. Workshop Water, Land and Southeast Asia Food Sovereignty. 41 p.

Leiwakabessy FM, Wahjudin UM, dan Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lingga P, Sarwono B, Rahardi BF, Raharja C, Anfiastini JJ, Rini W, dan Apriadji WH. 1986. Bertanam Umbi-umbian. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya. Lingga P. 1989. Bertanam Ubi-ubian. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya.

Mizaur R, Yakupitiyage A, Ranamukhaarachi SL. Agricultural use of fishpond sediment for environmental Amelioration. 2004. Thammasat International Journal of Science and Technology. 3 p.

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanah. Bogor (ID): IPB Pr. Nani Z dan Yati S. 2001. Usaha ubi jalar sebagai bahan pangan alternatif dan

diversifikasi sumber karbohidrat. Bul Agro Bio. 4(1): 13-23.

Olah J, Pekar F, Szabo P. 1994. Nitrogen cycling and retention in fish cum livestock ponds. Journal of Applied Ichtyology 10: 341-348.

Rachim dan Sarwono. 1999. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rukmana R. 1997. Ubi Jalar Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

Setyono A, Suparyono, Lesmana O, dan Nugraha S. 1995. Teknik Budidaya dan Pascapanen Ubi Jalar. Buletin Teknik Sukamandi Balitpa. 41 p.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Soepraptohardjo. 1961. Jenis-jenis Tanah di Indonesia. Bogor (ID): Lembaga Penelitian Tanah.

Sunarjono. 2000. Budidaya Wortel. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Sutaryo B, Purwantoro A, dan Nasrullah. 2005. Seleksi beberapa kombinasi persilangan padi untuk ketahanan terhadap keracunan aluminium.

Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. 12(1): 20-31.

Tisdale SM, Nelson WL, and Beaton JD. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4th ed. New York (US): Macmillan.

Wargiono J. 1980. Ubi Jalar dan Cara Bercocok Tanamnya. Bogor (ID): Lembaga Pusat Penelitian Pertanian.

Yang S, Li F, Sukhdev SM, Wang P, Sao D, and Wang J. 2004. Long term fertilization on crop yield and nitrate nitrogen accumulation in soil in Nothwestern China. Agronomy Journal. 96:1039-1049.

Yogaswara AS. 1997. Seri-seri tanah dari tujuh tempat di Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(34)

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan convensional pada pH tanah

Sumber

Perlakuan 4 0.0772 0.0190 4.1960 0.0300

Galat 10 0.0460 0.0046

Total 14 0.1232

Lampiran 2 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan convensional pada EC tanah

Sumber

Lampiran 3 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan convensional pada H-dd tanah

Sumber

Perlakuan 4 0.2612 0.0653 1.76 0.213

Galat 10 0.3710 0.0371

Total 14 0.6322

Lampiran 4 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan convensional pada Al-dd tanah

Sumber

Perlakuan 4 0.4980 0.1245 3.39 0.054

Galat 10 0.3675 0.0367

Total 14 0.8655

Lampiran 5 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW dan convensional pada C-organik tanah

Sumber

Perlakuan 4 1.3272 0.3318 8.09 0.004

Galat 10 0.4103 0.0410

(35)

21

Lampiran 6 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan convensional pada N-total tanah

Sumber

Perlakuan 4 0.0047 0.0012 8.39 0.003

Galat 10 0.0014 0.0001

Total 14 0.0061

Lampiran 7 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan convensional pada P-HCl 25% tanah

Sumber

Lampiran 8 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan convensional pada P-Bray I tanah

Sumber

Lampiran 9 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan convensional pada KTK tanah

Sumber Perlakuan 4 67.14 16.78 6.85 0.006

Galat 10 24.50 2.45

Total 14 91.64

Lampiran 10 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan convensional pada Ca tanah

Sumber Perlakuan 4 5.061 1.265 5.03 0.018

Galat 10 2.518 0.252

Total 14 7.579

Lampiran 11 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan convensional pada Mg tanah

(36)

22

Lampiran 12 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan convensional pada K tanah

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Derajat Tengah

F-Hitung Pr>F

Perlakuan 4 0.2471 0.0618 3.14 0.065

Galat 10 0.1969 0.0197

Total 14 0.4440

Lampiran 13 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan convensional pada Na tanah

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Derajat Tengah

F-Hitung Pr>F

Perlakuan 4 0.1642 0.0411 11.86 0.001

Galat 10 0.0346 0.0035

Total 14 0.1988

Lampiran 14 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW dan convensional pada KB tanah

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Derajat Tengah

F-Hitung Pr>F

Perlakuan 4 167.6 41.9 3.21 0.061

Galat 10 130.4 13.0

(37)

23 Lampiran 15 Analisis input-output budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 - Februari 2013 di Desa Petir, Darmaga, Bogor

Perlakuan Control FS FW FS+FW Convensional

Output

Ubi Jalar (kg) 87.00 105.00 93.50 115.50 91.50

Input

Pupuk NPK (kg) 2.16

Matador (ml) 26.67 26.67 26.67 26.67 26.67

Lumpur (kg) 180.00 180.00

Tenaga Kerja (jam/petak)

Pengambilan lumpur 1.00 1.00

Persiapan lahan 1.67 1.67 1.67 1.67 1.67

Penanaman 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50

Penyiraman air kolam 3.00 3.00

Penyulaman 0.17 0.17 0.17 0.17 0.17

Penyemprotan 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50

Pembongkaran tanah 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50

Pembalikan tanah 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50

Pemangkasan 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50

Pembersihan gulma 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75

(38)

24

Lampiran 16 Analisis input-output budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor

Perlakuan Control FS FW FS+FW Convensional

Output

Ubi Jalar (kg) 16 111.11 19 444.44 17 314.81 21 388.89 16 944.44

Input

Pupuk NPK (kg) 400.00

Matador (ml) 4 938.89 4 938.89 4 938.89 4 938.89 4 938.89

Lumpur (kg) 33 333.33 33 333.33

Tenaga Kerja (jam/petak)

Pengambilan lumpur 185.19 185.19

Persiapan lahan 309.26 309.26 309.26 309.26 309.26

Penanaman 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59

Penyiraman air kolam 555.56 555.56

Penyulaman 30.93 30.93 30.93 30.93 30.93

Penyemprotan 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59

Pembongkaran tanah 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59

Pembalikan tanah 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59

Pemangkasan 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59

Pembersihan gulma 138.89 138.89 138.89 138.89 138.89

(39)

25 Lampiran 17 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 - Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor

Perlakuan Control FS FW FS+FW Convensional

Penerimaan / Return

Ubi Jalar (kg) 87.00 105.00 93.50 115.50 91.50

Harga per kilogram (Rp) 2 000 2 000 2 000 2 000 2 000

Total Penerimaan (Rp) (A) 174 000 210 000 187 000 231 000 183 000

Biaya / Cost (Rp)

Pupuk NPK 24 071

Matador 8 333 8 333 8 333 8 333 8 333

Lumpur 25 000 25 000

Sub total (Rp) 8 333 33 333 8 333 33 333 32 404

Tenaga Kerja (Rp)

Pengambilan lumpur 10 000 10 000

Persiapan lahan 16 700 16 700 16 700 16 700 16 700

Penanaman 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000

Penyiraman air kolam 30 000 30 000

Penyulaman 1 670 1 670 1 670 1 670 1 670

Penyemprotan 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000

Pembongkaran tanah 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000

Pembalikan tanah 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000

Pemangkasan 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000

Pembersihan gulma 7 500 7 500 7 500 7 500 7 500

Tenaga kerja 50 870 60 870 80 870 90 870 50 870

Total Cost (Rp) (B) 59 203 94 203 89 203 124 203 83 274

Keuntungan / Profit (Rp) (A-B) 114 797 115 797 97 797 106.797 99 726

R/C ratio 2.94 2.23 2.10 1.86 2.20

(40)

26

Lampiran 18 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor

Perlakuan Control FS FW FS+FW Convensional

Penerimaan / Return

Ubi Jalar (kg) 16 111 19 444 17 315 21 389 16 944 Harga per kilogram (Rp) 2 000 2 000 2 000 2 000 2 000 Total Penerimaan (Rp) (A) 32 222 222 38 888 889 34 629 630 42 777 778 33 888 889

Biaya / Cost (Rp)

Pupuk NPK 4 457 593

Matador 1 543 209 1 543 209 1 543 209 1 543 209 1 543 209

Lumpur 4 629 630 4 629 630

Sub total (Rp) 1 543 209 6 172 839 1 543 209 6 172 839 6 000 802 Tenaga Kerja (Rp)

Pengambilan lumpur 1 851 852 1 851 852

Persiapan lahan 3 092 593 3 092 593 3 092 593 3 092 593 3 092 593 Penanaman 925 926 925 926 925 926 925 926 925 926

Penyiraman air kolam 5 555 556 5 555 556

Penyulaman 309 259 309 259 309 259 309 259 309 259 Penyemprotan 925 926 925 926 925 926 925 926 925 926 Pembongkaran tanah 925 926 925 926 925 926 925 926 925 926 Pembalikan tanah 925 926 925 926 925 926 925 926 925 926 Pemangkasan 925 926 925 926 925 926 925 926 925 926 Pembersihan gulma 1 388 889 1 388 889 1 388 889 1 388 889 1 388 889 Tenaga kerja 9 420 370 11 272 222 14 975 926 16 827 778 9 420 370 Total Cost (Rp) (B) 10 963 580 17 445 061 16 519 135 23 000 617 15 421 172 Keuntungan / Profit (Rp) (A-B) 21 258 643 21 443 828 18 110 494 19 777 161 18 467 717

R/C ratio 2.94 2.23 2.10 1.86 2.20

(41)
(42)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 1 November 1991 dari pasangan Edy Susanto dan Rosita Nasution. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 115503 Aek Tinga, pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan menegah pertama di MTsN Aek Natas dan lulus tahun 2007. Pendidikan menengah atas dijalani penulis di SMAN 3 Plus Rantau Utara dari tahun 2007 sampai 2010. Lulus SMA tahun 2010 penulis di terima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Gambar

Gambar 1 Topografi Lahan
Tabel 4 Pengaruh perlakuan terhadap kapasitas tukar kation (KTK), kation-kation basa, dan kejenuhan basa (KB)
Gambar 2 Pengaruh perlakuan terhadap panjang batang ubi jalar
Gambar 4 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ubi jalar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan upacara adat saur matua, ragam diksi yang direalisasikan dalam kata, frase, ungkapan, pantun, dan juga ragam diksi

Sehubungan dengan akan diselenggarakannya kegiatan belajar mengajar paket B, maka dengan hormat bersama ini kami mengharap kehadiran Bapak/Ibu pada :.. Hari

Agar tubuh tetap bersih, sehat setiap hari kita harus .... Kamu menendang bola

Berdasarkan hasil Evaluasi Penawaran yang telah dilakukan oleh Pokja Pengadaan Barang / Jasa Satker.. BLKI Kendari, terhadap Dokumen Penawaran saudara untuk pekerjaan “Pengadaan

[r]

Berdasarkan hasil evaluasi program, aplikasi ini memiliki nilai guna yang tinggi karena dengan menggunakan handphone maka pembelajaran matematika menjadi lebih mudah dan

Pada tanggal 31 Desember 2012, berdasarkan simulasi yang rasional, bila nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah mengalami pelemahan/ penguatan sebesar 10%, dengan variabel lain

Melalui kegiatan permainan peran siswa mampu menggunakan ungkapan perintah dengan bahasa yang santun baik lisan atau tulis dengan tepat.. Melalui diskusi, siswa mampu