• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi Dan Karakterisasi Kondisi Fisika Kimia Perairan Karst Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Inventarisasi Dan Karakterisasi Kondisi Fisika Kimia Perairan Karst Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI DAN KARAKTERISASI

KONDISI FISIKA KIMIA PERAIRAN KARST

DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

IDA NUROKHMAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Inventarisasi dan Karakterisasi Kondisi Fisika Kimia Perairan Karst di Kabupaten Bogor, Jawa Barat”adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(4)

ABSTRAK

IDA NUROKHMAH. Inventarisasi dan Karakterisasi Kondisi Fisika Kimia Perairan Karst di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh SIGID HARIYADI dan NIKEN TUNJUNG MURTI PRATIWI.

Karst merupakan kawasan berbatuan karbonat yang memiliki kandungan air melimpah. Langkah awal yang dilakukan dalam upaya pengelolaan adalah inventarisasi dan karakterisasi kondisi perairan karst terutama dalam hal fisika-kimia perairan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2015, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis data meliputi kesamaan karakteristik antar kawasan, analisis komponen utama, dan tingkat kesuburan perairan. Persebaran kawasan karst di Kabupaten Bogor dikelompokkan menjadi dua formasi utama diantaranya Formasi Klapanunggal (Klapanunggal, Cibinong, dan Citereup) dan Formasi Bojongmanik (Ciampea, Jasinga, Leuwiliang, Cigudeg, dan Ciseeng). Hasil analisis menunjukkan bahwa perairan dengan lokasi yang sama memiliki karakteristik yang sama. Tingkat kesuburan perairan Karst Ciampea dan Klapanunggal bersifat mesotrofik dan perairan Karst Ciseeng bersifat eutrofik. Karst Klapanunggal memiliki sumber bahan tambang dan mineral yang tinggi. Karst Ciseeng memiliki bentuk yang unik dan dimanfaatkan sebagai wisata pemandian air panas. Karst Ciampea dimanfaatkan untuk irigasi pertanian dan keperluan domestik.

Kata kunci: ekosistem perairan, karst, kualitas air, status kesuburan, potensi ekologis

ABSTRACT

IDA NUROKHMAH. Inventory and Characterization of Chemical-Physic Condition Karst Water in Bogor, West Java. Supervised by SIGID HARIYADI and NIKEN TUNJUNG MURTI PRATIWI.

Karst is a carbonate rocky area which has abundant water content. The first step for manage this ecosystem is inventory and characterization of karst water conditions, especially in chemical-physic conditions. This study was carried out from January to April 2015 in Bogor, West Java. Analysis was conducted on the similar characteristics between regions, principal component analysis, and the trophic state. Distribution of karst areas in Bogor grouped into two main formations include Klapanunggal Formation (Klapanunggal, Cibinon, and Citereup) and Bojongmanik Formation (Ciampea, Jasinga, Leuwiliang, Cigudeg, and Ciseeng). The analysis showed that the karst which has same location also has same characteristics. Trophic state of Klapanunggal and Ciampea Karst are mesotrophic and Ciseeng Karst is eutrophic. Klapanunggal Karst has a source of high minerals. Ciseeng Karst has unique form and used as a hot spring. Ciampea Karst used for agricultural irrigation and domestic purpose.

(5)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

INVENTARISASI DAN KARAKTERISASI

KONDISI FISIKA KIMIA PERAIRAN KARST

DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

IDA NUROKHMAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Inventarisasi dan Karakterisasi Kondisi Fisika Kimia Perairan Karst di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.

2. Beasiswa Bidikmisi yang telah memberikan bantuan dana selama perkuliahan. 3. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas bantuan dana penelitian BOPTN

skim Penelitian Unggulan dengan judul penelitian “Potensi Ekologis serta Pemanfaatan Air Karst sebagai Media Tumbuh Kaya Mineral bagi Mikrobiota Akuatik”.

4. Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc selaku pembimbing akademik yang telah memberi saran selama perkuliahan.

5. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc dan Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

6. Inna Ayu Puspa, SPi MSi selaku dosen penguji tamu dan Ir Gatot Yulianto, MSi selaku perwakilan Komisi Pendidikan Program S1 yang telah memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Staf Tata Usaha Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan.

8. KARRA (Asosiasi Peneliti Karst) Indonesia, terutama Mas Abe yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan proses inventarisasi Karst di Kabupaten Bogor.

9. Bapak, Ibu, dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan selama ini.

10. Seluruh tim penelitian karst (Agung, Pedryn, Radifa, dan Ridho), ATLANTIK HIMASPER, MSP 48, MSP 49 dan HKRB 48 atas doa, semangat, dukungan, dan bantuannya.

Demikian skripsi ini disusun, semoga dapat bermanfaat.

Bogor, September 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 3

Waktu dan Lokasi 3

Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 15

KESIMPULAN 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 22

RIWAYAT HIDUP 26

(10)

DAFTAR TABEL

1 Parameter yang diukur 4

2 Kategori perairan berdasarkan alkalinitas 5

3 Kategori perairan berdasarkan kesadahan 5

4 Kategori perairan berdasarkan DHL 5

Klapanunggal 2, Karst Ciseeng 1, Karst Ciseeng 2, dan Karst Ciampea

11 8 Kategori perairan berdasarkan parameter alkalinitas, kesadahan,

DHL, dan salinitas

10 Nilai hasil perhitungan matrik setiap parameter 16 11 Hasil analisis kimia perairan di Karst Klapanunggal, Karst Ciseeng,

dan Karst Ciampea (mg/L)

18

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir kerangka masalah inventarisasi dan karakterisasi perairan karst di Kabupaten Bogor

3

2 Lokasi penyebaran karst di Kabupaten Bogor 10

3 Dendrogram kesamaan karakteristik kualitas air antar lokasi 12

4 Grafik analisis komponen utama-PCA 13

5 Tingkat kesuburan perairan Karst Klapanunggal, Karst Ciseeng, dan Karst Ciampea berdasarkan kandungan nitrat

14 6 Tingkat kesuburan perairan Karst Klapanunggal, Karst Ciseeng,

dan Karst Ciampea berdasarkan kandungan ortofosfat

14 7 Tingkat kesuburan perairan Karst Klapanunggal, Karst Ciseeng,

dan Karst Ciampea berdasarkan kandungan fosfat total

15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penyebaran karst di Jawa Barat 22

2 Morfologi perairan Karst Klapanunggal, Karst Ciseeng, dan Karst Ciampea

23 3 Hasil analisis komponen utama (AKU) antar parameter fisika-kimia air 25 4 Hasil penentuan skor dan nilai terboboti masing-masing lokasi pada

matrik

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kawasan karst merupakan kawasan bebatuan karbonat yang memiliki kandungan air yang melimpah. Pada saat musim hujan, air dalam jumlah banyak tertampung pada cekungan-cekungan. Pada saat musim kemarau, air banyak terdapat di bawah permukaan tanah. Kawasan karst merupakan daerah yang penting bagi lingkungan, karena menyimpan air tawar dalam jumlah yang besar. Kawasan karst, terutama perairannya, menyimpan potensi alam yang unik dan langka, serta bernilai penting bagi keseimbangan ekosistem dan bagi warga masyarakat yang hidup di lingkungan tersebut.

Perairan karst memiliki suatu ciri ekosistem yang berbeda dengan ekosistem lain. Kawasan karst mengandung bahan organik tinggi yang berasal dari aktivitas antropogenik, serasah, ataupun sisa metabolisme biota yang hidup di lingkungan karst (Jiang et al. dan Pu et al. 2011). Selanjutnya juga dikatakan bahwa perairan karst memiliki alkalinitas dan kesadahan yang tinggi serta kandungan mineral yang tinggi pula. Kandungan mineral yang tinggi merupakan potensi yang besar untuk dapat dikelola menjadi sumber daya yang termanfaatkan. Salah satunya sebagai media tumbuh biota perairan. Biota perairan memerlukan media air yang secara kualitas dan kuantitas dapat memadai kebutuhan hidupnya. Adanya sumber alami media tumbuh yang kaya mineral dapat menjadi salah satu alternatif pemenuhan kondisi lingkungan yang dibutuhkan dan dipersyaratkan.

Keberadaan mineral, keindahan kawasan, serta fungsinya sebagai penampung air tanah, membuat daerah karst menarik dan banyak menjadi incaran untuk dieksploitasi. Luas kawasan karst di Indonesia sekitar 15,4 juta hektar dan tersebar hampir seluruh Indonesia (Yoga 2011). Salah satu daerah yang memiliki karst dan belum banyak dieksplorasi yaitu Kabupaten Bogor. Semua kawasan tersebut memiliki potensi sumber daya air dan belum banyak penelitian yang mengungkap hal tersebut.

Dalam upaya memanfaatkan sumber daya perairan terutama perairan karst, maka pengelolaan perairan menjadi sangat penting. Salah satu langkah awal yang dilakukan dalam upaya pengelolaan adalah inventarisasi dan karakterisasi kondisi perairan karst terutama dalam hal fisika-kimia perairan. Mengingat belum banyaknya penelitian mengenai kondisi perairan karst, perlu dilakukan penelitian kualitas air karst untuk menggali potensi ekologis sumber daya lingkungan karst di sekitar Kabupaten Bogor.

Kerangka Masalah

(12)

2

parameter fisika dan kimia. Informasi mengenai penyebaran kawasan karst di Kabupaten Bogor dapat ditelusuri melalui berbagai sumber, diantaranya dinas pemerintah terkait (Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup, Badan Informasi Geospasial), literatur, peta dan informasi pakar atau ahli. Kajian pada penelitian ini dibatasi pada perairan permukaan yang memperoleh sinar matahari langsung. Peraian karst yang terdapat dalam goa ataupun yang terdapat dalam bawah permukaan tidak menjadi objek kajian pada penelitian ini.

Kawasan karst di Jawa Barat tersebar di berbagai tempat di Kabupaten Tasikmalaya, Sukabumi, dan Bogor (Lampiran 1). Kabupaten Bogor adalah salah satu karst yang terdapat di Jawa Barat yang masing-masing kawasan utama mempunyai beberapa segmen karst yang berdekatan. Kawasan tersebut memiliki beberapa cekungan yang kemudian terisi air dari air hujan, limpasan permukaan, dan mata air. Air hujan yang mengenai batuan karbonat akan menyebabkan pelarutan yang akan menyumbang material ke perairan. Selain itu, interaksi air dengan sedimen dan lingkungan luar akan berpengaruh terhadap kualitas air.

Parameter kualitas air yang diamati adalah parameter fisika-kimia yang meliputi warna, kecerahan, kekeruhan, suhu, DHL, TSS, pH, DO, salinitas, alkalinitas, kesadahan, nitrat, nitrit, ortofosfat, dan fosfat total. Kualitas air akan menggambarkan kondisi air dan berguna sebagai informasi awal dalam upaya pemanfaatan perairan karst. Informasi mengenai potensi ekologis dan kualitas air di lingkungan karst sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan. Secara sederhana, kerangka masalah inventarisasi dan karakterisasi perairan karst di Kabupaten Bogor disajikan pada skema di Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir kerangka masalah inventarisasi dan karakterisasi perairan karst di Kabupaten Bogor

Literatur Pakar/Ahli

Studi literatur

Identifikasi lokasi dan kondisi perairan karst di Kabupaten Bogor Pengamatan Langsung:

Bentang alam

Morfologi (kedalaman, keliling) dan debit/volume perairan

Parameter fisika perairan (warna, kecerahan, kekeruhan,suhu, DHL, TSS)

Parameter kimia perairan (pH, DO, salinitas, alkalinitas, kesadahan, nitrat, nitrit, orthofosfat dan fosfat total)

Identifikasi karakteristik fisika kimia perairan karst Potensi ekologis perairan karst

(13)

3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi potensi ekologis perairan lingkungan karst di Kabupaten Bogor terutama dari aspek karakteristik fisika-kimia perairan.

METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2015, di tiga kawasan karst Kabupaten Bogor, yaitu Bukit Klapanunggal, Gunung Cibodas-Ciampea, dan Kawasan Wisata Pemandian Air Panas Tirta Sanita-Ciseeng. Penelitian dibagi menjadi penelitian lapang dan penelitian laboratorium. Penelitian lapang bertujuan untuk pengambilan contoh air dan pengukuran morfologi (keliling, kedalaman) dan debit perairan. Penelitian laboratorium terdiri dari analisis parameter fisika-kimia perairan.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap, yaitu pencarian informasi tentang lokasi perairan karst dan pengambilan sampel di lapangan. Kegiatan-kegiatan pengumpulan data secara keseluruhan dapat diuraikan menjadi beberapa langkah, diantaranya studi literatur, wawancara, pengamatan dan penentuan kualitas air..

Studi literatur dilakukan untuk mengetahui persebaran kawasan karst di Kabupaten Bogor. Kegiatan ini berupa penelusuran informasi melalui jurnal ilmiah, artikel, catatan ilmiah di media internet dan beberapa buku yang membahas tentang karst. Informasi yang diperoleh dari studi literatur digunakan sebagai dasar pemikiran untuk melakukan kajian awal sebelum dilakukan wawancara.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang tidak didapatkan di literatur. Wawancara dilakukan kepada narasumber seperti Peneliti LIPI yang ahli di bidang karst, staf Dinas Lingkungan Hidup, staf Dinas Tata Ruang, staf Badan Informasi Geospasial (BIG) dan anggota KARRA (Asosiasi Peneliti Karst Indonesia). Untuk mengevaluasi serta melengkapi informasi yang telah diperoleh, dipilih beberapa orang dari masyarakat umum sekitar kawasan tersebut untuk memperoleh informasi yang lebih banyak lagi.

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara informasi yang diberikan oleh narasumber dan hasil pustaka terhadap keadaan di lapangan. Setelah didapatkan kondisi yang sesuai, maka dilakukan pengamatan selanjutnya yaitu pengukuran morfologi (keliling dan kedalaman rata-rata) dan debit.

(14)

4

Produktivitas Lingkungan Perairan-MSP IPB. Pengambilan contoh air dilakukan sebanyak tiga kali pada perairan Karst Klapanunggal, dan satu kali pada perairan Karst Ciseeng dan Ciampea. Titik pengambilan contoh di perairan Karst Klapanunggal dilakukan di dua titik, yaitu di tengah dan pinggir. Perairan Karst Ciseeng dan Ciampea hanya diambil pada satu titik yang terdapat di tengah perairan. Hal ini dikarenakan luas perairan Karst Ciseeng dan Ciampea yang relatif kecil dan diasumsikan semua titik memiliki kondisi kualitas air yang sama. Pengukuran semua parameter fisika dan kimia perairan mengacu pada metode baku APHA 2012 (Rice et al. 2012) pada Tabel 1.

Tabel 1 Parameter yang diukur

3 Kekeruhan NTU SCT meter Laboratorium

4 Suhu oC Termometer In situ

5 DHL µ mhos/cm SCT meter Laboratorium

6 Salinitas ‰ SCT meter In situ

7 TSS mg/L Timbangan analitik Laboratorium

Parameter kimia

1 pH - pH meter In situ

2 DO mg/L DO meter In situ

3 Alkalinitas mg/L CaCO3 Titrimetrik Laboratorium 4 Kesadahan mg/L CaCO3 Titrimetrik Laboratorium

5 Nitrat mg/L Spektrofotometer Laboratorium

6 Nitrit mg/L Spektrofotometer Laboratorium

7 Ortofosfat mg/L Spektrofotometer Laboratorium

8 Fosfat total mg/L Spektrofotometer Laboratorium

Analisis Data

Kategori perairan

(15)

5 Tabel 2 Kategori perairan berdasarkan alkalinitas (Weiner 2008)

Nilai Alkalinitas (mg/L CaCO3) Kategori Perairan

<30 Rendah

30-250 Sedang

>250 Tinggi

Tabel 3 Kategori perairan berdasarkan kesadahan(Weiner 2008) Nilai Kesadahan (mg/L CaCO3) Kategori Perairan

<75 Lunak (soft)

75-120 Menengah (moderately hard)

120-200 Sadah (hard)

>200 Sangat sadah (very hard) Tabel 4 Kategori perairan berdasarkan DHL (Weiner 2008)

Nilai DHL (µ mhos/cm) Kategori Perairan

<20 Rendah

20-1500 Sedang

>1500 Tinggi

Tabel 5 Kategori perairan berdasarkan salinitas (Weiner 2008) Nilai Salinitas (‰) Kategori Perairan

<0,5 Perairan tawar

0,5-30 Perairan payau

30-40 Perairan laut

40-80 Perairan hypersaline

Kesamaan karakteristik kualitas air antar kawasan perairan karst

Pengujian kesamaan karakteristik kualitas air antar perairan menggunakan Indeks Canberra. Indeks Canberra merupakan indeks yang digunakan untuk menentukan kesamaan karakteristik antar perairan berdasarkan parameter fisika dan kimia perairan. Parameter yang digunakan untuk menentukan kesamaan karakteristik kualitas air antar lokasi meliputi kecerahan, kekeruhan, suhu, DHL, TSS, pH, DO, salinitas, alkalinitas, kesadahan, nitrat, nitrit, ortofosfat, dan fosfat total. Hasil ditampilkan berupa dendrogram yang menggambarkan kesamaan karakteristik kualitas air antar lokasi. Dendrogram dibuat dengan menggunakan prinsip cluster analysis. Berikut merupakan persamaan yang digunakan dalam Indeks Canberra (Lance dan Williams 1967 in Krebs 1989).

(16)

6

Analisis Komponen Utama (PCA-Principal Component Analysis)

Analisis komponen utama merupakan pendekatan statistika untuk mereduksi gugus peubah asal menjadi gugus peubah baru. Analisis komponen utama terhadap variabel kuantitatif fisika kimia perairan digunakan untuk melihat distribusinya berdasarkan lokasi pengamatan. Hasil analisis komponen utama akan menunjukkan korelasi antar parameter pada setiap lokasi pengamatan. Korelasi antara variabel dan komponen utama digunakan untuk mengevaluasi variabel-variabel yang memberikan pengaruh berarti berdasarkan karakteristik fisika-kimia perairan. Nilai positif yang mendekati satu menjelaskan hubungan yang berbanding lurus antar variabel. Artinya banyaknya jumlah suatu variabel akan diikuti dengan banyaknya jumlah variabel lain. Nilai negatif mendekati minus satu menjelaskan hubungan yang berbanding terbalik antar variabel. Artinya banyaknya jumlah suatu variabel akan diikuti dengan sedikitnya jumlah variabel lain. Nilai yang mendekati nol menjelaskan antar variabel tidak dapat berpengaruh nyata.

Langkah-langkah yang diperlukan dalam analisis komponen utama (Bengen 2000) adalah sebagai berikut.

a. Data yang diperoleh terlebih dahulu distandarisasi dengan cara mencari nilai inisial, nilai pemusatan, dan nilai reduksi.

 Nilai inisial

(17)

7 c. Untuk menemukan kembali informasi yang lengkap, maka perlu diperhatikan semua sumbu yang jumlahnya sama dengan jumlah variabel (kecuali terdapat suatu korelasi semua antar variabel).

Tingkat kesuburan perairan

Tingkat kesuburan perairan dapat dianalisis dengan menggunakan kandungan unsur hara yang terdapat dalam perairan. Tabel 6 menunjukkan kriteria tingkat kesuburan berdasarkan, nitrat, ortofosfat dan fosfat total.

Tabel 6 Tingkat kesuburan perairan berdasarkan parameter Fisika-Kimia Perairan Parameter Satuan Tingkat Kesuburan Nilai Acuan

Nitrat mg/L Oligotrofik 0-1 Vollenweider

(1968)

Mesotrofik 1-5

Eutrofik 5-50

Ortofosfat mg/L Oligotrofik 0,003-0,010 Vollenweider (1968) Mesotrofik 0,011-0,030

Eutrofik 0,031-0,100

Fosfat total mg/L Oligotrofik 0-0,002 Vollenweider (1968) Mesotrofik 0,021-0,050

Eutrofik 0,051-0,1

Penentuan lokasi perairan terbaik untuk pemanfaatan kegiatan perikanan Penentuan lokasi terbaik untuk pemanfaatan kegiatan perikanan dilakukan dengan menggunakan matrik. Kolom matrik berupa lokasi pengamatan, sedangkan lajur matrik berupa parameter yang diukur. Parameter yang dimasukkan kedalam matrik adalah TSS, pH, DO, fosfat total, nitrat, nitrit, alkalinitas, kesadahan, DHL dan kesuburan. Langkah membuat matrik yaitu penentuan skor, pembobotan, perhitungan nilai terboboti, dan penentuan peringkat masing-masing lokasi.

Penentuan skor tertinggi untuk parameter TSS, pH, DO, fosfat total, nitrat, dan nitrit adalah empat poin (Lampiran 4a). Penentuan skor untuk keenam parameter tersebut disesuaikan dengan pembagian kelas kualitas air pada PP no 82 tahun 2001. Parameter kunci (alkalinitas, kesadahan, DHL) dan kesuburan diberikan skor tertinggi tiga poin (Lampiran 4a). Setelah penentuan skor (Lampiran 4b), masing-masing parameter diberi bobot. Parameter TSS, pH, DO, fosfat total, nitrat, dan nitrit diberi bobot satu. Parameter kunci (alkalinitas, kesadahan, dan DHL) serta kesuburan diberi bobot dua. Setelah dilakukan pembobotan (lampiran 4c) kemudian dihitung nilai terboboti yang diperoleh berdasarkan Walpole (2013) sebagai berikut:

Nilai terboboti obot setiap parameter obot total parameter

(18)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Persebaran kawasan karst di Kabupaten Bogor

Turkandi et al. (1992) menyatakan bahwa kawasan karst di Kabupaten Bogor dikelompokkan menjadi dua formasi utama, yaitu Formasi Klapanunggal dan Formasi Bojongmanik. Formasi Klapanunggal terdapat di Kecamatan Klapanunggal dan sebagian kecil di Kecamatan Citereup. Formasi Bojongmanik terdapat di Kecamatan Ciampea, Jasinga, Leuwiliang, Cigudeg, dan Ciseeng. Sedangkan pada naskah RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Bogor tahun 2005-2025 hanya menyebutkan kawasan karst di Kabupaten Bogor terdapat di tiga lokasi antara lain Kecamatan Klapanunggal, Kecamatan Ciampea, dan Kecamatan Ciseeng (BAPPEDA 2011).

Setelah dilakukan inventarisasi, didapatkan tiga kawasan karst yang memiliki perairan permukaan. Ketiga kawasan karst tersebut antara lain Karst Klapanunggal, Karst Ciseeng, dan Karst Ciampea. Karst Klapanunggal diwakili oleh dua perairan yang terdapat di Bukit Klapanunggal. Karst Ciseeng diwakili oleh dua perairan yang terdapat di lokasi wisata pemandian air panas Tirta Sanita. Karst Ciampea diwakili oleh satu perairan yang terdapat di kaki Gunung Cibodas. Sehingga terdapat lima perairan yang tersebar di tiga kawasan karst yang diamati pada penelitian ini dengan bentuk morfologi yang berbeda (Lampiran 2). Ketiga kawasan karst tersebut secara geografis terdapat pada lokasi yang berbeda pada tiga kecamatan di Kabupaten Bogor. Peta lokasi penyebaran kawasan karst di Kabupaten Bogor disajikan pada Gambar 2. Ketiga karst tersebut dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

1. Karst Klapanunggal

(19)

9 danau tersebut sebagai tempat memancing dan sebagai sumber pengairan lahan pertanian.

2. Karst Ciseeng

Karst Ciseeng merupakan perbukitan rendah dengan ketinggian antara 60-75 m diatas muka laut. Luas singkapan di segmen ini relatif kecil dengan luas sekitar 5 hektar. Singkapannya terbagi menjadi dua bagian dengan luas yang hampir sama. Dua perbukitan tersebut terpisah oleh dataran rendah berupa lahan persawahan produktif milik masyarakat sekitar. Bukit sebelah barat dikenal sebagai Gunung Panjang dan bukit sebelah timur tidak memiliki nama. Pengambilan contoh air dilakukan di Gunung Panjang yang memiliki dua sumber mata air yang jelas. Lokasi perairan pertama terdapat pada kordinat 60 5’ 47,8” L 1060 4 ’ 4 , ” T dan lokasi perairan kedua terdapat pada koordinat 60 33’ 3 ,8” L 6043’ 56,6” T . Kedua perairan pada kawasan ini telah dimanfaatkan sebagai objek wisata pemandian air panas dan telah dibuka untuk umum. Perairan pertama di Karst Ciseeng memiliki mata air yang mengalir dengan debit 0,0002 m3/detik dan perairan kedua memiliki mata air yang mengalir dengan debit 0,0001 m3/detik. Mata air yang keluar dari batuan kapur ditampung dalam bak-bak pemandian dengan ukuran 3x2 meter sebelum akhirnya masuk kedalam penampungan yang lebih besar dengan luas 40,5 m2 dengan kedalaman mencapai 1,5 m. Suhu air yang keluar terbilang cukup panas, oleh karena itu tempat ini dikenal sebagai pemandian air panas. Menurut Turkandi et al. (1992) bahwa lokasi penelitian merupakan bagian dari kipas gunung api Bogor. Perbukitan bergelombang yang ditempati oleh kawasan karst di Kecamatan Ciseeng merupakan pemisah antara dataran rendah Jakarta di utara dan rangkaian gunung api kuarter (Gunung Salak, Gunung Gede) di selatan. Air panas yang keluar dari mata air dimungkinkan ada kaitannya dengan posisi gunung api tersebut.

3. Karst Ciampea (Gunung Cibodas)

(20)

10

penyebaran Karst di Kabupaten Bogor

Ga

m

b

ar

2

L

o

kas

i pe

ny

e

b

ar

a

n

ka

rs

t di

K

a

b

upa

te

n

B

o

g

o

(21)

11 Karakteristik perairan karst

Kualitas air dapat menggambarkan kondisi dan karakteristik suatu perairan. Kualitas air perairan Karst Klapanunggal 1, Karst Klapanunggal 2, Karst Ciseeng 1, Karst Ciseeng 2, dan Karst Ciampea dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Parameter fisika dan kimia perairan Karst Klapanunggal 1(KL 1), Karst Klapanunggal 2 (KL 2), Karst Ciseeng 1 (CS 1), Karst Ciseeng 2 (CS 2), dan Karst Ciampea (CP)

Parameter Satuan Lokasi Karst

KL 1 KL 2 CS 1 CS 2 CP Hasil analisis kualitas air menunjukkan bahwa Karst Ciseeng memiliki nilai yang lebih tinggi pada sebagian besar parameter yang diamati, baik pada parameter fisika maupun parameter kimia. Karakteristik perairan Karst Ciampea dan Klapanunggal memiliki perbedaan nilai meskipun tidak berbeda jauh. Perairan Karst Ciseeng memiliki nilai kekeruhan, suhu, DHL, salinitas, TSS, alkalinitas, kesadahan, ortofosfat dan fosfat total yang lebih besar dibandingkan dengan Karst Ciampea dan Karst Klapanunggal.

(22)

12

Tabel 8 Kategori perairan berdasarkan parameter alkalinitas, kesadahan, DHL, dan salinitas Berdasarkan parameter alkalinitas dan kesadahan, perairan Karst Ciseeng memiliki alkalinitas yang tinggi dan sangat sadah. Parameter salinitas dan DHL pada Karst Ciseeng menunjukkan perairan payau dengan DHL yang tinggi. Sedangkan untuk perairan Karst Klapanunggal dan Ciampea secara umum menunjukkan kategori perairan dengan tingkat alkalinitas, kesadahan, dan DHL yang sedang dan tergolong perairan payau.

Indeks kesamaan antar kawasan

Lokasi-lokasi yang memiliki persamaan karakteristik kualitas air akan membentuk kelompok (cluster). Parameter-parameter yang akan digunakan untuk menentukankesamaan karakteristik kualitas air antar lokasi adalah parameter fisika-kimia yang telah diamati. Berikut adalah dendrogram kesamaan karakteristik kualitas air yang ditunjukkan oleh Gambar 3.

(23)

13 Berdasarkan Gambar 3, hasil perhitungan indeks Canberra menunjukkan bahwa kedua perairan di Karst Klapanunggal memiliki kesamaan sebesar 99,07 %. Kedua perairan di Ciseeng memiliki kesamaan sebesar 95,63 %. Kelima perairan terpisah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perairan Karst Ciampea-Klapanunggal dengan perairan Karst Ciseeng pada kesamaan sebesar 53 % . Hubungan antar parameter fisika kimia perairan dan jarak antar lokasi

Hubungan antar karakteristik fisika kimia perairan dan parameter yang mempengaruhi di setiap lokasi pengamatan dapat diketahui dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU). Kepentingan suatu informasi pada sumbu faktorial diukur dari besaran nilai akar ciri yang dihasilkan (Lampiran 3). Karakteristik fisika-kimia perairan yang diperhitungkan yaitu kecerahan, kekeruhan, suhu, DHL, TSS, pH, DO, salinitas, alkalinitas, kesadahan, nitrat, nitrit, ortofosfat, dan fosfat total. Hasil analisis komponen utama disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Grafik analisis komponen utama-PCA

Hasil analisis komponen utama diperoleh dua sumbu penyusun komponen utama dengan satu sumbu kontributor utama. Sumbu utama pertama mempunyai akar ciri (Eigen value) sebesar 7,05 dengan kontribusi sebesar 50,4 % dan sumbu utama kedua mempunyai akar ciri (Eigen value) sebesar 4,05 dengan kontribusi sebesar 28,9 %. Kedua sumbu tersebut memberikan kontribusi sebesar 79,3 % dari ragam total yang berarti analisis komponen utama ini dapat menjelaskan data tersebut sampai dengan 79,3 % (Lampiran 3). Hal ini ditunjukkan dengan posisi garis yang berdekatan. Dengan demikian interpretasi analisis komponen utama ini dapat mewakili keadaan yang terjadi dengan tidak mengurangi informasi yang banyak dari data yang dianalisis.

Tingkat kesuburan perairan

(24)

14

pada masing-masing segmen karst di Kabupaten Bogor berdasarkan kandungan N dan P yang ditunjukkan oleh Gambar 5-7.

Gambar 5 Tingkat kesuburan perairan Karst Klapanunggal, Karst Ciseeng, dan Karst Ciampea berdasarkan kandungan nitrat

Nitrat adalah unsur hara yang keberadaannya sangat penting bagi organisme autotrof yang berfotosintesis. Tingkat kesuburan berdasarkan nilai konsentrasi nitrat menunjukkan bahwa dua perairan Karst Klapanunggal, dua perairan Karst Ciseeng, dan satu perairan Karst Ciampea masing-masing memiliki konsentrasi nitrat sebesar 0,444 mg/L, 0,032 mg/L, 0,352 mg/L, 0,675 mg/L, dan 0,910 mg/L. Kelima perairan tersebut memiliki status kesuburan yang sama yaitu oligotrofik.

Gambar 6 Tingkat kesuburan perairan Karst Klapanunggal, Karst Ciseeng, dan Karst Ciampea berdasarkan kandungan ortofosfat

(25)

15 perairan Karst Klapanunggal, dua perairan Karst Ciseeng, dan satu perairam Karst Ciampea masing-masing memiliki konsentrasi ortofosfat sebesar 0,014 mg/L, 0,009 mg/L, 0,023 mg/L, 0,015 mg/L, dan 0,016 mg/L. Kelima perairan tersebut memiliki status kesuburan yang sama, yaitu mesotrofik kecuali perairan Karst Klapanunggal 2.

Gambar 7 Tingkat kesuburan perairan Karst Klapanunggal, Karst Ciseeng, dan Karst Ciampea berdasarkan kandungan fosfat total

Tingkat kesuburan berdasarkan kandungan fosfat total menunjukkan bahwa dua perairan Karst Ciseeng bersifat eutrofik yaitu memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Dua perairan Karst Klapanunggal dan Karst Ciampea masing-masing memiliki tingkat kesuburan yang tergolong mesotrofik.

Kesuburan perairan tidak hanya ditentukan oleh satu parameter, akan tetapi oleh banyak parameter yang saling berhubungan. Kesuburan perairan berdasarkan parameter nitrat, ortofosfat dan fosfat total di ketiga segmen karst dirangkum secara rinci pada Tabel 9.

Tabel 9 Tingkat kesuburan perairan di Karst Klapanunggal 1 (KL 1), Karst Klapanunggal 2 (KL 2), Karst Ciseeng 1 (CS 1), Karst Ciseeng 2 (CS 2), dan Karst Ciampea (CS) berdasarkan beberapa parameter (Vollenweider 1968)

Parameter Lokasi

KL 1 KL 2 CS 1 CS 2 CP

Nitrat Oligotrofik Oligotrofik Oligotrofik Oligotrofik Oligotrofik Ortofosfat Mesotrofik Oligotrofik Mesotrofik Mesotrofik Mesotrofik Fosfat total Mesotrofik Mesotrofik Eutrofik Eutrofik Mesotrofik Penentuan lokasi perairan terbaik untuk pemanfaatan kegiatan perikanan

(26)

16

Tabel 10 Nilai hasil perhitungan matrik setiap parameter

Parameter Lokasi

KL 1 : Perairan Karst Klapanunggal 1, KL 2 : Perairan Karst Klapanunggal 2, CS 1: Perairan Karst Ciseeng 1, CS 2: Perairan Karst Ciseeng 2, CP: Perairan Karst Ciampea

Nilai matrik pada Tabel 10 menunjukkan bahwa perairan terbaik yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan adalah perairan Karst Klapanunggal 2 dengan nilai total sebesar 321,4. Selain dapat digunakan untuk kepentingan perikanan, perairan Karst Klapanunggal 2 juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan irigasi pertanian.

Pembahasan

Kabupaten Bogor memiliki dua formasi karst utama, yaitu Formasi Klapanunggal dan Formasi Bojongmanik. Formasi Klapanunggal terdapat di bagian timur Kabupaten Bogor yang meliputi Kecamatan Klapanunggal dan sebagian kecil di Kecamatan Citereup dan Cibinong. Formasi Bojongmanik terdapat di bagian barat Kabupaten Bogor yang meliputi Kecamatan Ciampea, Jasinga, Leuwiliang, Cigudeg, dan Ciseeng. Dari semua wilayah tersebut, terdapat lima perairan yang diamati yaitu dua perairan di Karst Klapanunggal, dua perairan di Karst Ciseeng, dan satu perairan di Karst Ciampea.

(27)

17 Aliran mata air menjadi hal penting bagi proses pembentukan karst. Aliran air di permukaan membantu proses erosi maupun pelarutan batuan dan sedimen. Pelarutan batuan karst akan memberikan pengaruh pada nilai alkalinitas dan kesadahan. Alkalinitas diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan (Alaerts & Santika 1984). Pembentuk alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Pada perairan alami bikarbonat yang paling banyak, kalsium karbonat merupakan senyawa yang memberi kontribusi terbesar terhadap nilai alkalinitas. Perairan dengan nilai alkalinitas tinggi lebih produktif dibandingkan dengan perairan dengan alkalinitas yang rendah (Wetzel 1975). Kesadahan adalah gambaran kation logam divalen. Berdasarkan pengelompokan yang dilakukan oleh Weiner (2008), kelima perairan karst memiliki kesadahan yang tinggi dan sangat tinggi. Kesadahan perairan berdasarkan kontak air dengan tanah dan bebatuan. Sebagaimana daerah karst yang sebagian besar tersusun dari batuan karbonat, maka ketika terjadi pelarutan pada batuan akan menyebabkan tingginya nilai kesadahan.

Analisis kandungan kimia air yang dilakukan oleh Akbar dan Sudihartono (1994) dan Majariana et al. (2015) menyatakan bahwa kandungan HCO3, SO4, Cl, Cu, F, Si, Na, dan K di karst Ciseeng relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan perairan Karst Klapanunggal dan Karst Ciampea (Tabel 11). Air yang keluar juga memiliki suhu di atas 38 0C dan pH 6,6. Air tersebut tergolong sebagai chloride bicarbonate, karena memiliki unsur Cl yang tinggi sehingga menyebabkan air memiliki salinitas yang tinggi (Akbar dan Sudihartono 1994). Salinitas yang tinggi mengakibatkan nilai DHL yang tinggi pula. Hal ini terkait dengan semakin banyaknya garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula daya hantar litriknya (Effendi 2003) karena garam merupakan salah satu konduktor yang baik.

Tabel 11 Hasil analisis kimia perairan di Karst Klapanunggal, Karst Ciseeng, dan Karst Ciampea (mg/L)

(28)

18

faktor antara lain struktur batuan (sistem kekar, retakan, atau rongga-rongga lainnya), reaktivitas mineral dalam air tanah, pH air, temperatur, ketersediaan oksigen, aliran air tanah, dan waktu. Mineral-mineral berharga yang terdapat di daerah karst antara lain kalsit (CaCO3), gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4), rodokrosit (MnCO3), siderit (FeCO3), manganit (MnO2), dan fosfat yang merupakan akumulasi dari kotoran burung dalam waktu yang sangat lama.

Kualitas pertumbuhan biota sangat bergantung pada kualitas media tumbuh yang disediakan. Adanya sumber alami media tumbuh yang kaya mineral serta unsur hara yang cukup dapat menjadi salah satu alternatif pemenuhan kondisi lingkungan yang dibutuhkan dan dipersyaratkan. Jika dilihat dari kandungan TSS, maka ketiga perairan yang diamati dapat digunakan untuk media tumbuh biota. Hal ini didasarkan pada kriteria pengaruh TSS terhadap biota menurut Alabaster dan Lloyd (1982) yang tidak memberikan pengaruh buruk bagi biota.

Nitrogen dan fosfor merupakan unsur hara yang tergolong ke dalam unsur hara mayor karena dibutuhkan dalam jumlah banyak sehingga bila kekurangan maka proses biologi akan terhambat (Ward 1988). Senyawa fosfat dan nitrat merupakan unsur hara yang dapat dijadikan sebagai petunjuk kesuburan perairan serta dibutuhkan organisme akuatik dalam pertumbuhan dan perkembangan hidupnya (Nybakken 1988). Dari beberapa kriteria yang sering digunakan untuk menggolongkan tingkat kesuburan, Welch (1980); Goldman dan Horne (1983); Henderson-Seller dan Markland (1987) menyatakan bahwa unsur fosfor lebih sering sebagai penyebab eutrofikasi, oleh karena itu berdasarkan parameter fosfat total diketahui bahwa perairan dua perairan Karst Klapanunggal dan perairan Ciampea tergolong mesotrofik dan dua perairan Karst Ciseeng tergolong eutrofik.

Selain unsur hara, keberadaan organisme juga sangat tergantung pada pH. Perbedaan nilai pH dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya, antara lain oleh aktivitas biologis seperti fotosintesis, respirasi, suhu, dan keberadaan ion-ion dalam perairan (Pescod 1973). Menurut Odum (1971), pH perairan yang cocok untuk pertumbuhan organisme air berkisar antara 6-9. Oleh sebab itu, sebenarnya perairan Karst Klapanunggal, Karst Ciampea dan Karst Ciseeng masih memungkinkan untuk organisme hidup jika dilihat dari syarat pH.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa di perairan karst terdapat organisme yang dapat hidup. Di antaranya terdapat beberapa jenis plankton (Peridinium sp., Oscillatoria sp., Navicula sp., Polyartha sp., Keratella sp.), ikan (Oreochromis mosambicus dan beberapa jenis catfish), krustasea dan tumbuhan air. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan karst sesuai dengan kebutuhan hidup biota. Selain bisa dimanfaatkan untuk media hidup biota atau kegiatan perikanan, perairan karst juga bisa dimanfaatkan untuk irigasi pertanian. Hal ini didasarkan pada PP no 82 tahun 2001 dimana perairan karst yang dikaji memenuhi syarat untuk dimanfaatkan dalam kegiatan wisata, perikanan dan pertanian.

(29)

19 Bentang alam karst sering dianggap sebagai daerah miskin dan sulit untuk dikembangkan karena sebagian besar terdiri dari batuan gamping yang terlihat kering dan tandus. Jika dilihat dari kandungan mineral di perairan karst, maka sumber daya air karst sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai media tumbuh biota ataupun sebagai objek wisata sesuai dengan hasil pembobotan (Tabel 9). Jauh di bawah permukaan tanah, daerah karst sebenarnya mampu menyimpan jutaan kubik air dan berguna sebagai penyimpan air ketika hujan dan penyedia air ketika kemarau. Oleh karena itu tidak heran jika di daerah karst sering ditemukan mata air dan aliran air yang tiba-tiba muncul dan hilang serta adanya sungai bawah tanah. Jankowski (2001) mengatakan bahwa terdapat tiga komponen utama pada sistem hidrologi karst, yaitu akuifer, sistem hidrologi permukaan, dan sistem hidrologi bawah permukaan.

Pengelolaan kawasan karst terkait dengan sumber daya air adalah pemanfaatan dan perlindungan sumber daya yang dilakukan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Menurut Samodra (2001) kegiatan pemanfaatan kawasan karst harus bertujuan untuk peningkatan mutu dan taraf hidup masyarakat yang tinggal di daerah tersebut dan sekitarnya. Perencanaan yang tepat untuk kawasan karst memerlukan pemahaman menyeluruh terhadap aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Kegiatan-kegiatan yang merusak seperti penggalian dan penambangan harus diatur sedemikian rupa untuk memperkecil benturan dengan sumber daya yang ada atau nilai-nilai penting lainnya.

KESIMPULAN

Perairan karst di Kabupaten Bogor terdapat di Kecamatan Klapanununggal, Ciseeng, dan Ciampea. Dua perairan di Klapanunggal dan satu perairan di Ciampea memiliki karakteristik yang hampir sama dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan perikanan. Sedangkan dua perairan di Karst Ciseeng lebih sesuai untuk kepentingan wisata karena memiliki suhu, salinitas, dan mineral yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pengembangan Daerah Kota Bogor. 2011. Peraturan daerah Kota Bogor nomor 8 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah Kota Bogor 2005-2025. Bogor (ID) : Bappeda Kota Bogor. Akbar N dan Sudihartono K. 1994. Geologi daerah air panas Ciseeng, Kecamatan

(30)

20

Bengen. 2000. Teknik pengambilan contoh dan analisis data biofisik sumber daya pesisir. synopsis. Pusat kajian sumberdaya pesisir dan lautan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. control of cultural eutrophication. principles and techniques in the environmental sciences. Chischester (UK): Jihn Willey & Sons Ltd. Jankowski J. 2001. Hydrogeochemistry. Short course note, school of geology,

university of new south wales, Sydney, Australia (tidak dipublikasikan). Jiang Y, Wu Y, Groves C, Yuan D, Kambesis P. 2009. Natural and anthropogenic

factor affecting the groundwater quality in the nandong karst underground river system in yunan, china. Journal of Contaminant Hydrology. 109: 49-61.

Krebs CJ. 1989. Ecological methodology. New York (US): University of British Columbia. 301p.

Majariana K, Pratiwi NTM, Hariyadi S, Ayu IP. 2015. Potensi ekologis sumber daya ekosistem perairan di lingkungan karst serta pemanfaatan air karst sebagai media tumbuh kaya mineral bagi mikrobiota akuatik. (belum dipublikasikan).

Notosiswoyo S. 2006. Potensi mineral pada endapan batu kapur pada ekosistem karst. Di dalam: Maryanto I, M Noerdjito, R Ubaidillah, editor. Manajemen bioregional: karst, masalah dan pemecahannya, dilengkapi kasus Jabodetabek. Cet II. Bogor (ID): Puslit-Biologi LIPI.

Nybakken JW. 1988. Biologi laut, suatu pendekatan ekologis. Terjemahan: Koesoebiono DG, Bengen ME. Marine biology, and ecology approach. Jakarta (ID): Gramedia.

Odum EP. 1971. Dasar-dasar ekologi (terjemahan). USA: W. B. Sounders Co. Philadelphia.

Pescod. 1973. Investigation of rational effluent and stream for tropical countries. USA.

PPRI (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia). Nomor 82 tahun 2001. Pengelolaan kualitasair dan pengendalian pencemaran air. Jakarta (ID) Pu J, Yuan D, He Q, Wang Z, Hu Z, Gou P. 2011. High-resolution monitoring of

nitrate variations in a typical subterranean karst stream, Chongqing, China. Environ Earth Sci. 64: 1985-1993.

(31)

21 Rice EW, Baird RB, Eaton AD, Clesceri LS. 2012. APHA (american public health association): standard method for the examination of water and wastewater 22th ed. washington DC (US): AWWA (American Water Works Association) and WEF (Water Environment Federation).

Reynold CS. 1990. The ecology of freshwater phytoplankton. Cambridge (AU): Cambridge University Press.

Samodra H. 2001. Nilai strategis kawasan karst di indonesia, pengelolaan dan perlindungannya. Bandung (ID): Departemen Energi dan Sumber daya Mineral.

Samodra H. 2006. Identifikasi batu gamping Karst Ciseeng, Bogor, Jawa Barat. Di dalam: Maryanto I, M Noerdjito, R Ubaidillah, editor. Manajemen bioregional: karst, masalah dan pemecahannya, dilengkapi kasus Jabodetabek. Cet II. Bogor (ID): Puslit-Biologi LIPI.

Stankovic I, Ternjej I, Mihaljevic Z, Furac L, Kerovee M. 2011. Crustacean plankton community (Crustacea: Copepoda and Cladocera) in gypsum karst lakes and their relation to abiotic parameters. Hidrobiologia. 666: 145-153.

Turkandi T, Sidarto, Agustyanto D A, Purbo Hadiwidjojo M M, 1992. Geologi lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, Jawa, skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung (ID): LIPI.

Vollenweider RA. 1968. Scientific fundamentals of the eutrophication of lakes and flowing waters, with particular reference to nitrogen and phosphorus in eutrophication. Organization for Economic Cooperation and Development, Paris, France. DAS/CSI/68.27.159 p.

Walpole RE. 1998. Pengantar statistika. Edisi ketiga. [Terjemahan dari Introduction to Statistics, Third Edition]. Bambang Sumantri (penerjemah). Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Ward, B. B. 1988. Nitrification and marine cycling, in Blackburn, T. H. Dan Jan Sorensen (ed.). Nitogen cycling in coastal marine environments. Proceedings of the SCOPE symposium held at University of Aarhus. 3-7 June 1985. New York (US): John Wiley & Soas.

Weiner ER. 2008. Applications of environmental aquatic chemistry, 2nd edition. Boca Raton (FL): CRC Press.

Welch EB. 1980. Ecological effect of waste water. Cambridge (UK): Cambridge University Press.

(32)

22

LAMPIRAN

(33)

23 Lampiran 2 Lokasi perairan Karst Klapanunggal, Karst Ciseeng, dan Karst

Ciampea

a. Perairan Karst Klapanunggal

(34)

24

Lampiran 2 (lanjutan)

Perairan 1 Karst Ciseeng Perairan 2 Karst Ciseeng c. Perairan Karst Ciampea

(35)

25 Lampiran 3 Hasil analisis komponen utama antar parameter fisika-kimia air a. Akar ciri dan persentase ragam pada dua sumbu utama

1 2

Eigenvalue 7,055 4,050

Difference 8,644 2,677

Proportion 0,504 0,289

Cumulative 0,504 0,793

b. Skor komponen antar karakteristik fisika-kimia air pada dua sumbu utama

Variabel Faktor 1 Faktor 2

Kecerahan -0,143 -0,137

Kekeruhan 0,280 0,129

Suhu 0,376 -0,000

DHL 0,355 0,030

TSS 0,163 0,423

pH -0,155 0,412

DO -0,323 0,047

Salinitas 0,356 0,031

Alkalinitas 0,354 0,014

Kesadahan 0,365 0,018

Nitrat -0,016 -0,406

Nitrit -0,058 0,427

Ortofosfat 0,293 -0,297

(36)

26

Lampiran 4 Hasil penentuan skor dan nilai terboboti masing-masing lokasi pada matrik.

a. Skor tiap parameter untuk masing-masing kategori

Parameter Kategori Skor

Alkalinitas Rendah (<30 mg/L) 2

Sedang (30-250 mg/L) 3

Tinggi (>250 mg/L) 1

Kesadahan Lunak-menegah (<120 mg/L CaCO3) 3

Sadah (120-200 mg/L CaCO3) 2

Sangat sadah (>200 mg/L CaCO3) 1

(37)

27 b. Hasil penentuan skor tiap parameter

Variabel Lokasi

d. Hasil penentuan nilai terboboti tiap parameter

(38)

28

Keterangan :

KL 1 = Klapanunggal 1 KL 2 = Klapanunggal 2 CS 1 = Ciseeng 1 CS 2 = Ciseeng 2 CP = Ciampea

Nilai terboboti diperleh dengan rumus sebagai berikut (contoh perhitungan untuk TSS):

Nilai terboboti obot setiap parameter obot total parameter

(39)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 30 September 1993 dari pasangan Bapak Ngasmin dan Ibu Lilis sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan formal pernah dijalani penulis berawal dari TK Dharma Wanita (1998-1999), SDN Dresi Wetan (1999-2005), SMPN 1 Rembang (2005-2008), SMAN 2 Rembang (2008-2011). Pada tahun 2011 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan. Kemudian diterima di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan. Organisasi yang pernah diikuti antara lain BEM-KM IPB (2011-2012), BEM FPIK (2012-2013), Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (2013-2014) dan pernah menjabat sebagai Ketua ATLANTIK (Kelompok Studi dan Pemerhati Lingkungan Perairan) pada tahun 2013-2014. Kepanitiaan yang pernah diiikuti antara lain anggota divisi humas Simposium Kepemudaan Nasional (2012), anggota divisi acara Orientasi Mahasiswa Baru FPIK (2013), Koordinator acara Sarasehan Mahasiswa FPIK se-Indonesia (2013), Ketua divisi acara Green Belt Conservation Pulau Lancang 2014 dan anggota divisi humas Green Belt Conservation Mayangan Subang 2014.

Di bidang akademik, penulis berkesempatan menjadi asisten mata kuliah Metode Statistika (2013/2014) dan (2014/2015), asisten mata kuliah Metode Kuantitatif Sumber Daya Perairan (2013/2014), dan asisten mata kuliah Planktonologi (2013/2014). Penulis juga pernah mendapat dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa pada tahun 2012 dan tahun 2013. Penulis merupakan mahasiswa berprestasi tingkat 1 Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (2015) dan mahasiswa berprestasi tingkat 3 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2015).

(40)

Gambar

Grafik analisis komponen utama-PCA
Gambar 1 Diagram alir kerangka masalah inventarisasi dan karakterisasi perairan
Tabel 1 Parameter yang diukur
Tabel 6 Tingkat kesuburan perairan berdasarkan parameter Fisika-Kimia Perairan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian warisan budaya merupakan salah satu prioritas yang harus tercapai dalam setiap kegiatan pemanfaatan benda cagar budaya

34 Ketika secara sepihak melakukan judicial review atas Judiciary Act 1789 (yang memuat writ of mandamus) pada tahun 1803 ketua Mahkamah Agung Amerika Serikat John

Berdasarkan uji F (secara serempak) yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung 29,255 dengan signifikansi 0,001 &lt; 0,05, artinya bahwa secara serempak harga daging ayam

Dalam prosesnya terkadang guru tanpa disadari belum dapat berkomunikasi efektif kepada anak didiknya, hal ini sering terjadi, anak tidak merespon apa yang

Sehubungan dengan per- masalahan tersebut, penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor pembentuk perilaku mahasiswa yang memiliki niat mengadopsi

Family Influence memiliki pengaruh sebesar 0,343 terhadap e-Wom hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (J. Zhang, Craciun, &amp; Shin, 2010) dimana sub

hipotesis keempat diketahui bahwa variabel jaminan ( assurance ) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kepuasan masyarakat pada Polres Hulu Sungai Tengah

Permutasi Disajikan sebuah masalah matakuliah ekonomi mikro yang bisa dipilih oleh setiap mahasiswa, siswa dapat menentukan banyaknya susunan nilai yang diperoleh