• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah Kluster Kerajinan Kabupaten Bogor Menggunakan Perspektif Balanced Scorecard

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah Kluster Kerajinan Kabupaten Bogor Menggunakan Perspektif Balanced Scorecard"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA USAHA KECIL DAN

MENENGAH KLUSTER KERAJINAN KABUPATEN BOGOR

MENGGUNAKAN PERSPEKTIF

BALANCED SCORECARD

NENENG SAFITRI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Dan Menengah Kluster Kerajinan Kabupaten Bogor Menggunakan Perspektif Balanced Scorecard adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Neneng Safitri

(4)

ABSTRAK

NENENG SAFITRI. Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah Kluster Kerajinan Kabupaten Bogor Menggunakan Perspektif Balanced Scorecard. Dibimbing oleh ANGGRAINI SUKMAWATI.

Peningkatan kinerja adalah salah satu tolak ukur keberhasilan UKM. Upaya peningkatan kinerja dikatakan efisien apabila terdapat penerapan strategi berupa analisa dan perbaikan. Namun hingga saat ini, para pelaku usaha hanya melihat keberhasilan berdasarkan aspek keuangan, sementara aspek manajerial lainnya sedikit terabaikan. Salah satu metode yang dapat digunakan sebagai dasar strategi peningkatan kinerja dengan mengintegrasikan seluruh aspek manajemen adalah

balanced scorecard. Berdasarkan permasalah tersebut, maka tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kinerja UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor menggunakan empat perspektif balanced scorecard. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan FGD. Alat analisis yang digunakan yaitu studi literatur, analisis SWOT dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian (1) merumuskan 13 alternatif strategi peningkatan kinerja yang dipetakan dalam strategi SO,WO,ST,WT (2) 12 sasaran strategi dari empat perspektif balanced scorecard (3) 21 indikator kinerja utama (IKU).

Kata kunci: AHP, Balanced Scorecard, Bogor, peningkatan kinerja, kerajinan

ABSTRACT

NENENG SAFITRI. Performance Improvement Strategy for Small and Medium Craft Cluster of Bogor Regency Using the Balanced Scorecard Perspective Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI.

Performance improvement is one of the key factors that influencing the success of SMEs. The efforts of performance improvement were said to be efficient if there is the strategic implementation, which are analysis and improvement. But until now business people judging the success only based on the financial aspects, while other managerial aspects almost been neglected. One method that can be used as the basis for performance improvement strategies by integrating all aspects of management is the balanced scorecard. Based on these issues, the purpose of this research is to improve the performance of SME clusters craft Bogor district uses four perspectives of the balanced scorecard. The sampling method that been used was purposive sampling technique. Data were collected by in-depth interviews and focus group discussions. The analytical tools that been used in this study were study of literature, SWOT analysis and Analytical Hierarchy Process (AHP). The results of the study (1) formulate 13 alternative strategies for improving performance in the strategy that been mapped as SO, WO, ST, WT strategy (2) 12 strategic objectives of the four perspectives of the balanced scorecard (3) 21 key performance indicators (KPI).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA USAHA KECIL DAN

MENENGAH KLUSTER KERAJINAN KABUPATEN BOGOR

MENGGUNAKAN PERSPEKTIF

BALANCED SCORECARD

NENENG SAFITRI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober tahun 2014 ini ialah peningkatan kinerja, dengan judul Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah Kluster Kerajinan Kabupaten Bogor Menggunakan Perspektif

Balanced Scorecard.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM selaku pembimbing, yang telah membimbing serta memberi saran kepada penulis selama penulisan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Samsu Panta dari Dinas UKM Kabupaten Bogor, Ibu Siti Mae Saroh selaku pemilik UKM Sukmajaya, Bapak Yandri Azhari Rasis selaku staff penyaluran kredit Bank Jawa Barat, Bapak Sutarmanto selaku pemilik UKM kalong Leather, Bapak Aminudin selaku pengurus KADIN Kabupaten Bogor, serta ibu Erwina yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibunda Suminah dan ayahanda Marji, seluruh keluarga, sahabat-sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Strategi 5

Kinerja 5

Usaha Kecil Menengah (UKM) 5

Penelitian Terdahulu 5

METODE 7 Kerangka Pemikiran 7 Lokasi dan Waktu Penelitian 10 Jenis dan Sumber Data 10

Metode Pengambilan Sampel 10

Pengolahan dan Analisis Data 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 Gambaran Umum UKM Kluster Kerajinan 14 Rumusan Strategi Peningkatan Kinerja 14

Sasaran Strategi Peningkatan Kinerja 16

Indikator Kinerja Utama 18

Implikasi Manajerial 27

SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 31

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan unit usaha Jawa Barat 2010-2012 1

2 Kontribusi Sektor UMKM Kabupaten Bogor 2009-2012 2

3 Penelitian terdahulu 6

4 Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari Skala Perbandingan Saaty 12

5 Matriks perbandingan kriteria 12

6 Sasaran strategi peningkatan kinerja 16

7 Indikator Kinerja Utama (IKU) pada UKM kluster kerajinan 19

8 Bobot hasil penilaian terhadap level faktor 22

9 Bobot hasil penilaian terhadap level aktor 22

10 Bobot hasil penilaian terhadap level tujuan 23 11 Bobot hasil penilaian terhadap level alternatif 24 12 Hasil prioritas dan bobot IKU berdasarkan perspektif 25

DAFTAR GAMBAR

1 Pertumbuhan UKM Wilayah Bogor 2

2 Kerangka pemikiran 8

3 Tahapan penelitian 9

4 Alternatif strategi dengan menggunakan SWOT 11

5 Matriks SWOT peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan 15

6 Peta strategis UKM kluster kerajinan 18

7 Struktur hierarki AHP peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pengolahan AHP 31

2 Pengolahan Expert Choice 32

3 Kuesioner AHP 38

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kepala Negara ASEAN pada tahun 2003 menyepakati ASEAN vision 2020 yang dipercepat menjadi tahun 2015. Satu dari tiga pilar yang disepakati untuk mewujudkan ASEAN vision 2020 adalah ASEAN Economic Community (AEC). Kesepakatan dalam mewujudkan AEC terangkum dalam ASEAN economic community blueprint, yangmemuat empat kerangka utama yaitu (1) pasar tunggal dan berbasis produksi, (2) kawasan ekonomi berdaya saing tinggi, (3) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara, dan (4) kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global (Departemen Perdagangan 2010). Pembukaan gerbang perekonomian AEC yang dipercepat menjadi tahun 2015 diprediksi mampu membuka peluang untuk meningkatkan pangsa pasar produk dalam negeri sekaligus menjadi ancaman besar bagi eksistensi produk nasional, khususnya produk-produk UKM.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu kategori skala usaha yang menempati posisi penting dalam struktur pembangunan ekonomi nasional. Hal ini karena UKM berpotensi menjadi faktor penggerak sektor ekonomi riil. Kementrian koperasi dan UKM (2012) menyatakan bahwa UKM sebagai motor inovasi mampu menyerap tenaga kerja sebesar 6,7 persen dari total tenaga kerja pada usaha nasional, berkontribusi sebesar Rp 1.7242 triliun atau 23,21 persen dari PDB nasonal, dan menyumbang sebesar 14,93 % dari total nilai ekspor non migas pada tahun 2010-2011.

Jawa Barat menempati posisi ketiga dari 33 provinsi di Indonesia dalam daya saing perekonomian. Potensi daya saing perekonomian Jawa Barat didukung oleh jumlah UKM yang terus meningkat dari tahun 2010-2012. Peningkatan jumlah Usaha Kecil Menengah tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan unit usaha Jawa Barat tahun 2010-2012

No. Unit Usaha Tahun

2010 2011 2012

1. Usaha Mikro 8.616.294 8.626.671 9.042.519

2. Usaha Kecil 106.591 116.062 115.749

3. Usaha Menengah 7.408 8.818 8.235

4. Usaha Besar 1.536 1.728 1.853

Total Usaha 8.731.829 8.752.642 9.168.356

(14)

Gambar 1 Pertumbuhan UKM Kabupaten Bogor Tahun 2009-2013 Sumber: Kantor Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor (2014)

Data pada Grafik 1 tersebut menunjukkan bahwa UKM memiliki daya tahan dalam persaingan ekonomi dibandingkan dengan industri dalam skala besar yang relatif rentan terhadap pergolakan regulasi ekonomi pemerintah. Peningkatan jumlah UKM juga menunjukan adanya kompetisi yang besar pada pelaku UKM dalam meraih pangsa pasar.

Dinas koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor (2014) menyatakan bahwa peranan UMKM dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mencapai 28,89 triliun rupiah atau sebesar 26,34 persen dari total PDRB, yang terdiri atas usaha mikro sebesar 7,79 triliun (7,11%), usaha kecil sebesar 9,63 triliun (8,78%) dan menengah sebesar 11,46 triliun (10,45%). Beberapa produk unggulan yang memiliki kontribusi besar dari total jumlah UMKM Kabupaten Bogor dapat ditunjukan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kontribusi Sektor UMKM Kabupaten Bogor 2013

Jenis Jumlah Persentase (%)

Makanan (kuliner) 1.510 30

Tekstil 333 7

Barang dari kulit dan alas kaki 727 15

Kayu 243 5

Kertas dan percetakan 76 2

Kimia dan farmasi 61 1

Logam mesin dan elektronik 175 4

Mineral dan non logam 2 0

Karet Pasir dan Plastik 114 2

Kerajinan 194 4

Jasa 420 8

Perdagangan 1.143 23

Total 4.998 100

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor (2014)

7500

8700

10000

11700

13400

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

2009 2010 2011 2012 2013

U N I T

Tahun

Pertumbuhan UKM Kabupaten Bogor

(15)

Secara agregat, kluster makanan (kuliner) memberikan kontribusi tertinggi dengan persentase sebesar 30%. Seluruh kluster UKM yang ada di Kabupaten Bogor sangat potensial untuk dikembangkan dengan memanfaatkan peluang dari kegiatan pariwisata. Salah satu kluster UKM yang sangat potensial dan berkaitan erat dengan kegiatan pariwisata adalah UKM kluster kerajinan. Akan tetapi data diatas menunjukkan bahwa UKM kluster kerajinan masih memberikan kontribusi yang rendah dibandingkan kluster lainnya sehingga perlu dilakukan analisa strategi untuk mengembangkan potensi UKM pada kluster ini. Produk UKM kluster kerajinan di Kabupaten Bogor membutuhkan nilai tambah dalam meningkatkan daya saing produk. Menurut Rutha (2013) penciptaan produk berdaya saing membutuhkan keterampilan Sumber Daya Manusia yang memiliki keunggulan kompetitif. Sumber Daya Manusia (SDM) ialah komponen yang sangat penting dalam UKM. Konteks manajemen SDM, organisasi perlu memberdayagunakan secara optimal potensi SDM menuju peningkatan produktivitas kinerja. Balanced Scorecard merupakan salah satu metode yang dapat digunakan sebagai dasar strategi peningkatan kinerja. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Muliadi (2007) yang menyatakan bahwa balanced scorecard

merupakan alat manajemen yang didesain untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Selain ukuran kinerja finansial masa lalu, balanced scorecard juga memperkenalkan pendorong finansial masa depan. Pendorong kinerja tersebut meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan (Kaplan dan Norton 1996). Dengan analisis strategi, diharapkan mampu mengoptimalkan potensi SDM pada UKM untuk meningkatkan produktivitas kinerja yang berujung pada peningkatan profit bagi UKM.

Perumusan Masalah

Usaha Kecil Menengah (UKM) dianggap mampu bertahan dalam krisis dan membantu meringankan permasalahan sosial seperti tingginya angka kemiskinan serta tingginya angka pengangguran. Oleh karena itu UKM diharapkan terus tumbuh dan berkembang agar memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah dan perekonomian nasional (Rutha 2013). UKM kluster kerajinan merupakan salah satu UKM yang memiliki kinerja rendah dan kurang berkembang. Untuk mampu bertahan dan terus berkembang, UKM kerajinan membutuhkan pembenahan secara berkelanjutan. Analisis peningkatan kinerja melalui pendekatan balanced scorecard terdiri atas empat persfektif yaitu perspektif keuangan, persfektif pelanggan, persfektif bisnis internal, dan persfektif pertumbuhan dan pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang diteliti adalah:

1. Bagaimana rumusan strategi peningkatan kinerja pada usaha kecil dan menengah kluster kerajinan Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana sasaran strategi dalam meningkatkan kinerja pada usaha kecil dan menengah kluster kerajinan Kabupaten Bogor?

(16)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis strategi untuk meningkatkan kinerja usaha kecil dan menengah kluster kerajinan Kabupaten Bogor.

2. Merumuskan sasaran strategi dalam meningkatkan kinerja usaha kecil dan menengah kluster kerajinan Kabupaten Bogor.

3. Menganalisis prioritas Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah dirumuskan untuk meningkatkan kinerja usaha kecil dan menengah kluster kerajinan Kabupaten Bogor.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan informasi yang dapat digunakan oleh berbagai pihak yang membutuhkan, antara lain:

1. Bagi Pelaku UKM di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan, pertimbangan dan evaluasi dalam upaya peningkatan kinerja Usaha Kecil dan Menengah khususnya kluster kerajinan Kabupaten Bogor.

2. Bagi Unit Pelaksana Teknis Dinas UKM Kabupaten Bogor

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam membuat strategi, kebijakan, program-program dalam rangka peningkatan kinerja UKM Kabupaten Bogor.

3. Bagi Masyarakat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi pengembangan ide, penyelesaian masalah di bidang keilmuan, serta menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan meningkatan kinerja UKM.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang strategi peningkatan kinerja usaha kecil dan menengah kluster kerajinan Kabupaten Bogor. Ruang lingkup penelitian berfokus pada rumusan strategi, sasaran strategis, dan analisis Indikator Utama Kinerja (IKU) prioritas dalam peningkatan kinerja UKM. Perumusan strategi peningkatan kinerja dilakukan menggunakan analisis SWOT. Proses perumusan sasaran strategis mengacu pada keempat perspektif balanced scorecard yang dikemukan oleh Kaplan dan Norton (1996) yang dibatasi pada prespektif keuangan, presfektif pelanggan, persfektif bisnis internal dan persfektif pertumbuhan serta pembelajaran. Menganalisis indikator kinerja utama juga mengacu pada perspektif balanced scorecard yang dikemukakan Kaplan dan Norton (1996). Kemudian untuk analisis elemen prioritas menggunakan

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Strategi

David (2010) menyatakan bahwa strategi adalah sarana bersama jangka panjang hendak dicapai. Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya untuk lima tahun ke depan, dan karenanya berorientasi ke masa yang akan datang. Strategi mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional serta perlu mempertimbangkan, baik faktor eksternal maupun internal yang dihadapi perusahaan.

Kinerja

Kinerja adalah keluaran (result) yang merupakan real value bagi perusahaan, misalnya berupa jumlah penjualan, jumlah produksi, tingkat kualitas, efisiensi biaya, profit, dan sebagainya. Untuk menghasilkan result tersebut dibutuhkan kompetensi tertentu, seperti kemampuan mengoperasikan mesin, kemampuan mengatur sumber daya, dan lain-lain. Oleh karena itu, baik kinerja maupun kompetensi sama-sama penting, tidak ada kinerja jika tidak ada kompetensi (Ma’arif dan Kartika 2012).

Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Usaha kecil memiliki kriteria (1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500 000 000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 000 000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2 500 000 000 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Usaha Menengah memenuhi kriteria (1) memiliki asset kekayaan bersih lebih dari Rp 500 000 000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 10 000 000 000 (sepuluh miliar rupiah) (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2 500 000 000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp 50 000 000 000 (lima puluh milyar rupiah).

Penelitian Terdahulu

(18)

Tabel 3 Penelitian terdahulu Peneliti

Judul

penelitian Alat Analisis Hasil penelitian

Lesmana 2012 (Skripsi) Analisis Kinerja perusahaan melalui pendekatan balanced scorecard pada PT. Jasaraharja Putera cabang Surabaya Alat analisis yang digunakan Analytical Hierarchy Proscess (AHP)

Hasil penelitian menyimpulkan, berdasarkan total skor balanced scorecard, kinerja PT. Jasaraharja Putera Cabang Surabaya termasuk kedalam kategori excellent dengan total skor 94,23 persen. Pencapaian skor ini didukung oleh presfektif keuangan, persfektif pelanggan, dan persfektif proses bisnis internal yang masing-masing skornya 33,46 persen, 28,46 persen, dan 25,26 persen. Pencapaian target terendah terjadi pada persfektif pembelajaran dan pertumbuhan yang hanya mencapai 72,67 persen dengan skor kontribusi 6,54 persen

Soebroto 2010 (Tesis)

Evaluasi atas penerapan Balanced Scorecard pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan Metode analisis deskriptif

Hasil penelitian ini menemukan bahwa sistem balanced scorecard yang ada perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam rangka mengefektifkan fungsi ITJEN. Penelitian ini menyarankan agar perspektif keuangan ditambahkan pada sistem pada sistem balanced scorecard; dimasukkan dalam kontark kinerja; beberapa sasaran stategis pada BSC dilakukan penyesuaian; dan BSC dikomunikasikan ecara efektif kepada pegawai.

Djuanda 2010 (Disertase) Kinerja Balanced Scorecard pada Bank yang Menerapkan Sistem Perbankan Syariah Alat analisis multivariate Discriminan Analysis dengan bantuan program SPSS

Kinerja Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia yang menerapkan sistem perbankan syariah dapat dikatakan baik. Kesimpulan ini didasarkan pada penilaian kinerja dengan instrumen Balanced Scorecard yang menilai kinerja bukan hanya pada aspek keuangan saja melainkan juga memperhatikan aspek lain yaitu perspektif Keuangan, perspektif bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

Keempat perspektif tersebut merupakan perspektif klasik yang banyak digunakan peneliti dalam menilai kinerja organisasi sebagai upaya peningkatan kinerja. Selain dapat diterapkan pada organisasi profit dan nonprofit dalam skala besar, keempat perspektif balanced scorecard juga dapat diterapkan pada usaha skala kecil dan menengah. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Machado (2011) mengenai studi empiris pengukuran kinerja UKM di Portugis, Muhenje et al

(2013) mengenai pengukuran kinerja UKM di Kenya menggunakan perspektif

(19)

keempat perspektif balanced scorecard sebagai upaya peningkatan kinerja usaha kecil dan menengah pada penelitian ini karena semua perspektif tersebut juga digunakan pada usaha kecil dan menengah kluster kerajinan kabupaten Bogor dalam mengelola manajerial usaha.

METODE

Kerangka Pemikiran

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai salah satu mesin penggerak perekonomian nasional harus menjadi perhatian bagi pemerintah maupun masyarakat luas dalam menyambut perekonomian regional, ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015. Mengingat pentingnya peran dan kontribusi UKM dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pasca krisis ekonomi tahun 1998 (Rutha 2013). Seharusnya pengembangan kinerja UKM termasuk usaha kecil dan menengah kluster kerajinan merupakan suatu inovasi yang penting untuk diperhatikan dalam mempersiapkan kekuatan ekonomi nasional menghadapi AEC. Namun, pada umumnya skala usaha ini masih terhambat pada masalah manajerial, salah satunya ialah kualitas sumber daya manusianya. Keterbatasan dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilan sangat berpengaruh terhadap kinerja usahanya.

Penelitian mengenai strategi peningkatan kinerja usaha kecil dan menengah kluster kerajinan Kabupaten Bogor menggunakan perspektif balanced scorecard

ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan juga masukan dalam upaya meningkatkan kinerja UKM, khususnya kluster kerajian Kabupaten Bogor. Penelitian ini melalui empat tahapan, yaitu:

1. Tahap pertama, identifikasi posisi bersaing UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor untuk merumuskan strategi peningkatan kinerja, data diperoleh dari wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) kemudian dianalisis menggunakan Analisis SWOT.

2. Tahap kedua, hasil identifikasi posisi bersaing UKM kemudian menjadi landasan dalam perumusan sasaran strategis peningkatan kinerja dengan perspektif balanced scorecard, empat perspektif yang mendasari yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

3. Tahap ketiga, menganalisis Indikator Kinerja Utama (IKU) prioritas utama dalam peningkatan kinerja usaha kecil dan menengah kluster kerajinan Kabupaten Bogor berdasarkan hasil rumusan sasaran strategi yang ditentukan pada tahap sebelumnya. Alat analisis yang digunakan pada tahap ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).

(20)

Gambar 2 Kerangka pemikiran UKM kluster kerajinan Kabupaten

Bogor

Peningkatan kinerja dengan perspektif balanced scorecard berdasarkan Kaplan dan Norton (1996)

SWOT

Identifikasi posisi bersaing UKM Kluster Kerajinan Kabupaten Bogor Melalui Wawancara

dan FGD

Perspektif pelanggan

Perspektif bisnis internal

Indikator Kinerja Utama

Implikasi Manajerial Peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan

Rekomendasi UKM kluster keraijinan berkinerja tinggi AHP

Perspektif keuangan

Perspektif pertumbuhan dan

(21)

Tahapan Penelitian

Tahapan penelitaian disajikan pada Gambar 3.

v

Gambar 3 Tahapan penelitian Analisis Data Pengolahan Data

- Identifikasi posisi bersaing

- Identifikasi rumusan strategi peningkatan kinerja - Identifikasi sasaran strategi peningkatan kinerja Identifikasi minat peneliti

Pemilihan topik penelitian Studi pustaka dan diskusi

Penentuan topik penelitian

Rumusan Masalah

1. Bagaimana rumusan strategi peningkatan kinerja pada usaha kecil dan menengah kluster kerajinan Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana sasaran strategi dalam meningkatkan kinerja pada usaha kecil dan menengah kluster kerajinan Kabupaten Bogor?

3. Indikator Kinerja Utama (IKU) manakah yang menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kinerja pada UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor?

Rancangan Pengumpulan Data

Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, dan pemilihan teknik analisis data

Pengumpulan Data - Studi Pendahuluan - Studi Pustaka - FGD

Penyusunan desain riset

Pengumpulan data lapangan - Data primer : FGD, Observasi, wawancara, kuesioner - Data Sekunder : Studi literatur, dokumen dinas terkait, dll

- Rumusan strategi peningkat kinerja UKM Analisis SWOT - Analisis sasaran starategi peningkatan kinerja Perspektif BSC - Pemilihan IKU prioritas utama Perspektif BSC

(22)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Usaha Kecil Menengah kluster kerajinan yang berada di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Bogor merupakan wilayah tujuan wisata yang mampu penunjang perekonomian ibu kota Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2014

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi, FGD, instrumen penelitian (Lampiran 3 dan 4) dan wawancara dengan pelaku UKM kerajinan Kabupaten Bogor, pengurus kamar dagang industri (KADIN), Dinas UKM dan lembaga-lembaga yang terkait. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengidentifikasi posisi bersaing UKM, dokumen-dokumen lain dari instansi terkait, internet, buku, jurnal, artikel, skripsi yang relevan dengan penelitian ini.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiono (2013), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Penelitian ini menggunakan penilaian pakar atau ahli yang benar-benar menguasai dan memiliki pengaruh terhadap peningkatan kinerja usaha kecil dan menengah khususnya kluster kerajinan Kabupaten Bogor dengan pengisian instrumen penelitian berupa kuesioner tertutup dan terbuka. Responden penelitian ini ialah pelaku UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor, pengurus kamar dagang industri (KADIN), lembaga keuangan pemberi modal (Bank) dan pemerintah daerah (Dinas UMKM Kabupaten Bogor) .

Pengolahan dan Analisis Data

Metode yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah studi literatur, analisis SWOT, Analytical Hierarchy Process (AHP), Balanced Scorecard (BSC).

Studi Literatur

Penulis melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari bahan-bahan yang dirangkum dari berbagai literatur, peraturan perundang-undangan, jurnal media cetak, bahan-bahan dari internet dan materi kuliah yang diperoleh selama kuliah di Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor. Dengan studi kepustakaan penulis mempelajari teori-teori mengenai balanced scorecard yang akan digunakan sebagai pendekatan dalam melakukan analisis objek yang diteliti.

(23)

Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Strategi yang dihasilkan pada analisis SWOT dari beberapa kombinasi antara unsur External Factors dan Internal Factors (Solihin 2012). Kombinasi dari unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut pada Gambar 4.

Strengths (S) Weaknesses (W)

Opportunities (O)

Memakai kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang

Threats (T)

Memakai kekuatan untuk mengantisipasi ancaman

Mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman Gambar 4 Alternatif strategi dengan menggunakan SWOT

SO Strategies merupakan berbagai strategi yang dihasilkan melalui suatu cara pandang bahwa perusahaan atau unit bisnis tertentu dapat menggunakan kekuatan (strengths) yang mereka miliki untuk memanfaatkan berbagai peluang (opportunities).

ST Strategies merupakan berbagai strategi yang dihasilkan melalui suatu cara pandang bahwa perusahaan atau unit bisnis tertentu dapat menggunakan kekuatan (strengths) yang mereka miliki untuk mengantisipasi berbagai ancaman (threats).

WO Strategies merupakan berbagai strategi yang dihasilkan melalui suatu cara pandang bahwa perusahaan atau unit bisnis tertentu dapat memanfaatkan berbagai peluang yang ada di lingkungan eksternal dengan cara mengatasi berbagai kelemahan (weaknesses) sumber daya internal yang dimiliki perusahaan saat ini.

WT Strategies merupakan berbagai strategi yang pada dasarnya bersifat bertahan (defensive) serta bertujuan untuk meminimalkan berbagai kelemahan dan ancaman.

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Proses AHP dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton untuk mengorganisir informasi dan pendapat ahli dalam memilih alternatif yang paling disukai. Persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat (struktur hierarki). AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria. Pemberian bobot secara intuitif yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan. Kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangan menjadi suatu himpunan bilangan yang mempresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria atau alternatif (Marimin, Maghfiroh N 2010).

Terdapat tiga prinsip kerja AHP, yaitu penyusunan hierarkhi, penetapan prioritas, dan konsentrasi logis. Penyusunan hierarkhi dilakukan dengan cara

(24)

mengidentifikasi pengetahuan atau informasi yang sedang diamati. Penyusunan tersebut dimulai dari permasalahn yang kompleks yang diuraikan menjadi elemen pokoknya, elemen pokok ini diuraikan lagi ke dalam bagian-bagiannya lagi, dan seterusnya secara hierarkhis. Susunan hierarkhisnya terdiri dari goal, kriteria dan alternatif. Penialaian setiap level hierarkhi dinilai melalui perbandingan berpasangan, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Skala 1-9 ditetapkan sebagai pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen di setiap level hierarkhi terhadap suatu elemen yang berada diatasnya. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari Skala Perbandingan Saaty

Nilai Keterangan

1 Faktor vertikal sama penting dengan faktor horizontal 3 Faktor vertikal lebih penting dengan faktor horizontal

5 Faktor vertikal jelas lebih penting dengan faktor horizontal 7 Faktor vertikal sangat jelas lebih penting dengan faktor horizontal 9 Faktor vertikal mutlak lebih penting dengan faktor horizontal 2,4,6,8 Apalagi ragu-ragu antara dua nilai elemen yang berdekatan 1/(2-9) Kebalikan dari keterangan nilai 2-9

Perbandingan berpasangan ini dilakukan dalam sebuah matriks. Matriks merupakan tabel untuk membandingkan elemen satu dengan elemen lainnya terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Matriks memberi kerangka untuk menguji konsistensi, membuat segala perbandingan yang mungkin, dan menganalisis kepekaan prioritas menyeluruh terhadap perubahan dalam pertimbangan.

Prinsip kedua yaitu penetapan prioritas untuk setiap level hierarkhi. Perlu dilakukan perbandingan berpasangan untuk menentukan prioritas. Sepasang elemen dibandingkan berdasarkan kriteria tertentu dan menimbang intensitas preferensi antar elemen. Hubungan antar elemen dari setiap tingkatan hierarkhi ditetapkan dengan membandingkan elemen itu dalam pasangan. Hubungannya menggambarkan pengaruh relatif elemen pada tingkat hierarkhi terhadap setiap elemen pada tingkat yang lebih tinggi. Hasil dari proses pembedaan ini adalah suatu vektor prioritas atau relatif pentingnya elemen terhadap setiap sifat. Perbandingan berpasangan diulangi lagi untuk semua elemen dalam tiap tingkat. Proses perbandingan berpasangan dimulai pada puncak hierarki (goal) digunakan untuk melakukan pembandingan yang pertama lalu dari level tepat dibawahnya (kriteria), ambil elemen-elemen yang akan dibandingkan. Susun elemen-elemen ini pada sebuah matriks seperti pada Tabel 5.

Tabel 5 Matriks perbandingan kriteria

Goal K1 K2 K3

K1 K2 K3

(25)

dihubungkan dengan level tepat diatasnya (goal). Lalu ulangi dengan elemen kolom A2 dan seterusnya. Dalam membandingan antar elemen, tanyakanlah seberapa kuat elemen mempengaruhi goal dibandingkan dengan elemen lain yang sedang dibandingkan.

Prinsip ketiga yaitu konsintensi logis, suatu elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penilaian yang mempunyai konsisten tinggi sangat diperlukan dalam persoalan pengambilan keputusan agar hasil keputusannya akurat. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10 persen atau kurang. Jika lebih dari 10 persen, maka penilaianya masih acak dan perlu diperbaiki.

Balanced Scorecard (BSC)

Kaplan dan Norton (1996) balanced scorcard menejermahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran, yang tersusun ke dalam empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses Bisnis Internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Perspektif Keuangan, Balanced scorecard tetap menggunakan perspektif keuangan karena ukuran keuangan sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja keuangan memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaanya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan.

Perspektif Pelanggan, Perspektif pelanggan balanced scorecard digunakan untuk mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar di mana unit bisnis tersebut akan bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit bisnis di dalam segmen sasaran. Persperktif ini biasanya terdiri atas beberapa ukuran utama atau ukuran generik keberhasilan perusahaan dari strategi yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik. Ukuran utama tersebut terdiri atas kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan baru, profitabilitas pelanggan dan pangsa pasar di segmen sasaran. Selain itu, perpektif pelanggan seharusnya juga mencakup berbagai ukuran tertentu yang menjelaskan tentang proposisi nilai yang akan diberikan perusahaan kepada pelanggan segmen pasar sasaran. Faktor pendorong keberhasilan pelanggan inti di segmen pasar tertentu merupakan faktor yang penting, yang dapat mempengaruhi keputusan pelanggan untuk berpindah atau tetap loyal kepada pemasoknya.

(26)

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, Perpektif keempat dari

balanced scorecard, pembelajaran dan pertumbuhan, mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Perspektif pelanggan dan proses bisnis internal mengidentifikasi faktor-faktor yang paling penting untuk mencapai keberhasilan saat ini dan masa depan. Perusahaan tampaknya tidak akan mampu mencapai sasaran pelanggan dan proses internal jangka panjang hanya dengan menggunakan teknologi dan kapabilitas masa lalu perusahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Usaha Kecil dan Menengah Kluster Kerajinan

Kabupaten Bogor terletak di Provinsi Jawa Barat, memiliki luas wilayah sebesar 2.997,13 km2. Berdasarkan data IKM Diskoperindagkop tahun 2013, Kabupaten Bogor memiliki jumlah UMKM binaan sebanyak 12.914 pelaku UMKM yang berkonsentrasi di 40 Kecamatan di Kabupaten Bogor. Jumlah pelaku UMKM tersebut mencerminkan bahwa usaha di Kabupaten Bogor,  90 persen dikuasai oleh UMKM, dengan konsentrasi terbanyak terdapat pada golongan menengah yang mencapai jumlah 5.916 unit usaha. Mayoritas pelaku ekonomi di Kabupaten Bogor adalah pelaku usaha UMKM yang terus tumbuh secara signifikan dan menjadi sektor usaha yang mampu menjadi penopang stabilitas perekonomian daerah.

Kabupaten Bogor juga merupakan wilayah Jawa Barat yang menjadi salah satu tujuan wisata warga ibukota maupun mancanegara. Predikat sebagai tujuan wisata membuat UKM kluster kerajinan menjadi penunjang kegiatan pariwisata. Dinas terkait mendukung dan membina pengusaha UKM kluster kerajinan dengan dibentuknya Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda). Dekranasda berfungsi sebagai wadah pengembangan usaha seni kerajianan UKM. Harga jual produk kerajinan cenderung lebih dipengaruhi nilai seni jika dibandingkan dengan modal pembuatan, hal ini menjadi salah satu karakteristik UKM kluster kerajinan. Karakteristik lain yang juga identik dengan UKM kluster kerajinan adalah produk yang dihasilkan sangat bergantung pada keahlian tenaga kerja pengrajin. Hal serupa juga dikemukakan oleh Wahyuningrum (2013) pada UKM kluster kerajinan kota Depok. Sehingga kluster ini membutuhkan perbaikan berupa peningkatan kinerja dan inovasi produk lebih tinggi dibandingkan kluster lainnya.

Rumusan Strategi Peningkatan Kinerja

(27)

UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor saat ini . Matriks SWOT secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 5.

Kekuatan (S):

1. Merupakan jenis usaha yang dapat dimulai dengan modal lebih rendah

2. Merupakan jenis usaha padat karya

3. Keunikan dan ke-khasan produk

Kelemahan (W):

1. Laporan keuangan yang belum terstruktur 2. Tingginya turn over 3. Rendahnya daya saing

produk terhadap produk impor

4. Kurangnya tenaga kerja ahli (pengrajin dan

seniman) dalam pembuatan produk kerajinan

Peluang (O):

1. Kabupaten Bogor merupakan salah satu tujuan pariwisata 2. Harga produk

kerajinan bersaing 3. Tingginya permintaan dari luar daerah Strategi SO:

1. Terdapat kesempatan yang besar untuk mengembangkan usaha / membuka pasar baru (S1;O1)

2. Perlunya menciptakan kepuasan pelanggan dengan menciptakan produk yang unik (S3;O2)

3. Perlunya peramalan permintaan (S1;O3)

4. Menciptakan inovasi produksi untuk mempersingkat

siklus/alur produksi (S1;O2)

Strategi WO:

1. Perbaikan laporan keuangan untuk efisiensi biaya operasional dalam upaya meningkatkan profit (W1;O2)

2. Meningkatkan kepuasan kerja karyawan (W2;O2) 3. Responsif terhadap

permintaan pasar (W3;O3)

Ancaman (T): 1. Banyaknya

kompetitor yang bergerak pada usaha yang sejenis 2. Perjanjian

perdagangan bebas AEC yang

mengancam eksistensi produk-produk UKM, tidak terkecuali produk UKM kluster kerajinan

Strategi ST:

1. Mengajak para pelaku usaha dalam bidang sejenis untuk melakukan kerja sama (S1;T1)

2. Peningkatan proteksi dan promosi produk UKM kluster kerajinan (S2;T2)

Strategi WT:

1. Perlu adanya upaya pengembangan manajemen (W1;T1)

2. Perlunya dukungan

kebijakan pemerintah dalam peningkatan kompetensi karyawan (W2;T2) 3. Memahami segmen

pelanggan yang menjadi target penjualan produk yang dihasilkan (W3;T1) 4. Melakukan peningkatan

kinerja karyawan (W4;T2)

Gambar 5 Matriks SWOT peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan Berdasarkan hasil analisis SWOT maka dirumuskan alternatif strategi dalam peningkatan kinerja usaha kecil menengah kluster kerajinan Kabupaten Bogor, yaitu Strategi SO,ST,WO, dan WT.

Strategi SO

Strategi terbaik untuk memanfaatkan peluang dengan kekuatan yang ada adalah: (1) Memanfaatkan kesempatan yang besar untuk mengembangkan usaha/ membuka pasar baru (2) Menciptakan kepuasan pelanggan (3) Perlunya peramalan permintaan (4) Menciptakan inovasi produksi untuk mempersingkat siklus/alur produksi.

(28)

Strategi ST

Strategi terbaik untuk mengatasi ancaman dengan kekuatan yang ada adalah: (1) Mengajak para pelaku usaha bidang sejenis untuk melakukan kerja sama (2) Melakukan peningkatan proteksi dan promosi produk UKM kluster kerajinan.

Strategi WO

Strategi terbaik untuk memanfaatkan peluang dalam mengatasi kelemahan yang ada adalah: (1) Melakukan perbaikan laporan keuangan untuk mengefisienkan biaya operasional dalam upaya meningkatkan profit (2) Meningkatkan kepuasan kerja karyawan (3) Responsif terhadap permintaan pasar.

Strategi WT

Strategi terbaik untuk mengatasi kelemahan dan menghadapi tantangan yang ada adalah: (1) Perlu adanya upaya pengembangan manajemen (2) Perlunya dukungan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kompetensi karyawan (3) Memahami segmen pelanggan yang menjadi terget penjualan produk yang dihasilkan (4) Melakukan peningkatan kinerja karyawan.

Sasaran Strategi dalam Peningkatan Kinerja

Konsep yang digunakan sebagai model pendekatan dalam peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor adalah balanced scorecard yang marupakan kerangka kerja untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan menjadi sasaran strategis. Hanuma (2011) menyatakan bahwa strategi yang telah ditentukan akan dijadikan sebagai landasan dalam mewujudkan sasaran kerja yang ditentukan. Rumusan sasaran strategi pada UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor pada setiap perspektif dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: Tabel 6 Sasaran strategi peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan

Perspektif Sasaran Strategi

Keuangan Peningkatan profit Efisiensi biaya operasional

Pelanggan Mengembangkan usaha/membuka pasar baru Meningkatkan promosi

Menciptakan kepuasan pelanggan Bisnis Internal Memahami segmen pelanggan

Siklus produksi singkat Responsif terhadap pasar Pengembangan manajemen Pertumbuhan dan pembelajaran Meningkatkan Kinerja

Meningkatkan kepuasan kerja Meningkatkan kompetensi karyawan

Perspektif Keuangan

(29)

struktur biaya namun lebih pada estetika. Oleh karena itu, sasaran strategis pada perspektif ini adalah mengefisiensikan biaya operasional untuk dapat mengoptimalkan profit. Perolehan profit yang secara optimal berkontribusi pada keberlanjutan usaha, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap kepentingan modal dan investasi.

Perpektif Pelanggan

Kerajinan merupakan salah satu sektor yang mendapatkan support penuh oleh pemerintah Kabupaten Bogor karena merupakan jenih usaha padat karya dan cenderung menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara. Potensi pasar yang besar ini, membuka kesempatan yang besar bagi para pelaku usaha UKM kluster kerajinan untuk mendapatkan pelanggan. Pelanggan merupakan bagian

stakeholder yang menjadi aset penting bagi pelaku usaha.Oleh karena itu, sasaran strategi pada perpektif pelanggan adalah mengembangkan usaha/membuka pasar baru kerajinan, meningkatkan promosi dan menciptakan kepuasan pelanggan. Semakin pelanggan merasa puas terhadap hasil karya usaha, diharapkan pelanggan semakin loyal kepada produk UKM tersebut.

Perspektif Bisnis Internal

UKM perlu memberdayakan secara optimal potensi sumber daya, dalam efisiensi biaya operasional. Efisiensi merupakan bagian dari peningkatan produktivitas kinerja dapat didukung dengan penerapan strategik. Ancaman berupa tingginya jumlah usaha sejenis juga menjadi pemicu penting yang harus diperhatikan untuk mempertahankan eksistensi usaha. Oleh karena itu, sasaran strategi dari perspektif bisnis internal adalah memahami segmen pelanggan, mempersingkat siklus/alur produksi, responsif terhadap permintaan pasar, dan perlu adanya upaya pengembangan manajemen.

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Perspektif keempat dalam model balanced scorecard adalah pertumbuhan dan pembelajaran. Dalam perspektif ini para pelaku usaha harus mampu mengidentifikasi berbagai peluang untuk menciptakan perrtumbuhan dan perbaikan kinerja secara terus-menerus dalam jangka panjang. Pelaku usaha tidak akan dapat memenuhi kebutuhan konsumen di masa yang akan datang bila hanya mengandalkan teknologi dan kemampuan yang dimiliki perusahaan selama ini. Sasaran strategi pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah dengan peningkatan kinerja, meningkatkan kepuasan karyawan, dan meningkatkan kompetensi karyawan.

(30)
[image:30.595.49.491.63.519.2]

Gambar 6 Peta strategi UKM kluster kerajinan

Indikator Kinerja Utama UKM Kluster Kerajinan Kabupaten Bogor

Berdasarkan peta strategi, kemudian dirumuskan Indikator Kinerja Utama yang sesuai dalam mencapai tujuan UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor. Indikator Kinerja Utama atau Key Performance Indikator (KPI) merupakan ukuran atau indikator yang memberikan informasi sejauhmana keberhasilan untuk mewujudkan informasi dibandingkan dengan sasaran strategis yang telah ditetapkan (Moeheriono 2012). IKU dibedakan menjadi IKU lagging dan IKU

leading, IKU lagging adalah IKU yang bersifat outcome/output dan IKU leading

adalah IKU yang bersifat proses yang akan mendorong pencapaian IKU lagging

(Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan, Sekertaris Jendral Kementrian Keuangan 2010). Selain berfokus pada aspek kinerja organisasi yang penting pada saat ini, IKU juga berfokus pada kesuksesan masa depan (Parmenter 2007). Berdasarkan sasaran strategi pada tahapan sebelumnya maka dapat dirumuskan sebanyak 21 IKU untuk meningkatkan kinerja UKM kluster kerajinan. Rumusan IKU dalam peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Perspektif Bisnis

Internal Memahami segmen pelanggan

Siklus produksi

singkat

Responsif terhadap pasar

Pengembangan manajemen

Perspektif Pertumbuhan

dan pembelajaran

kinerja Kepuasan kerja

kompetensi karyawan Efisiensi biaya

operasional

Peningkatan profit

Mengembangkan usaha/ membuka

pasar baru Perspektif

Pelanggan Perspektif Keuangan

Menciptakan kepuasan pelanggan Meningkatkan

Promosi

(31)

Tabel7 Indikator Kinerja Utama (IKU) pada UKM kluster kerajinan N

o

Perspektif Sasaran strategis

Indikator Kinerja Utama (IKU) IKU Pendorong IKU Hasil 1 Keuangan Peningkatan

profit dan efisiensi biaya operasional

Persentase pertumbuhan profit

Rata-rata waktu dibutuhkan untuk menyelesaikan Laporan keuangan Persentase tagihan piutang tidak dibayar sesuai skedul Rasio antara biaya total dan nilai output

Pertumbuhan total biaya pengembangan

pegawai/pegawai 2

.

Pelanggan Mengembangkan pasar baru, meningkatkan promosi dan menciptakan kepuasan pelanggan Presentase pembelian oleh pelanggan baru Tingkat kepuasan pelanggan utama Persentase penambahan pembelian pelanggan lama Persentase keberhasilan program promosi 3 .

Proses Bisnis Internal Resposif terhadap pasar, inovasi produksi dan pengembangan manajemen

Jumlah inovasi produk yang dihasilkan

Persentase order produksi yang dapat dipenuhi sesuai dengan jadwal dibanding total order produksi dalam kurun waktu tertentu Waktu yang dibutuhkan

meluncurkan produk baru Penghematan waktu produksi karena adanya inovosi proses

Persentase penyelesaian program pengembangan manajemen

5 Pertumbuhan dan pembelajaran Peningkatan kinerja, kepuasan kerja dan kompetensi karyawan

Persentase karyawan yang sesuai standar UKM Persentase karyawan yang

dibayar berdasarkan kinerja

Indeks kepuasan karyawan Persentase gagasan/ide

(32)

Pembobotan Strategi Peningkatan Kinerja UKM Kluster Kluster Kerajinan dengan Menggunakan AHP

Indikator kinerja Utama yang telah dirumuskan kemudian dibobotkan dengan menggunkan Analytical Hierarchy Process (AHP). Selain indikator kinerja utama juga terdapat elemen lain yang mendukung strategi peningkatan kinerja. Seluruh elemen dari strategi peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan tersebut, kemudian disusun sesuai struktur AHP yang dinilai oleh pakar. Pakar yang terlibat dalam penilaian struktur ini antara lain lembaga keuangan, kamar dagang dan industri (KADIN), Dinas UKM serta pelaku UKM kluster kerajinan. Pakar yang menilai struktur dalam penelitian ini mempunyai pandangan dan penilaian yang berbeda sehingga penggabungan penilaian pakar akan menghasilkan penilaian yang objektif. Struktur hierarki disusun ke dalam lima level hierarki dan penyusunan tersebut berdasarkan hal-hal yang saling terkait dan sangat penting dalam mencapai tujuan/fokus. Tingkatan hierarki tersebut meliputi:

1. Level pertama ditetapkan sebagai Goal/fokus yang ingin dicapai 2. Level dua adalah faktor

3. Level tiga adalah Aktor 4. Level empat adalah tujuan 5. Level lima adalah alternatif

Pembobotan indikator kinerja utama yang diletakan dibawah elemen faktor pada level dua, tidak memiliki keterkaitan dengan elemen aktor. Elemen faktor pada hieraki ini yaitu empat perspektif balanced scorecard yang terdiri dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Tujuan pelengkapan indikator kinerja utama pada setiap elemen faktor adalah untuk membantu pelaku usaha UKM kluster kerajinan dalam meningkatkan kinerja unit usahanya. Penggabungan elemen-elemen penyusunnya tergabung dalam sebuah hierarki lengkap seperti Gambar 7.

IKU perspektif keuangan

1. IKU 1; Persentase pertumbuhan profit (%)

2. IKU2;Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan laporan keuangan (Minggu/bulan)

3. IKU 3; Persentase tagihan piutang yang tidak dibayar sesuai skedul (%) 4. IKU 4; Rasio antara biaya total dan nilai output

5. IKU 5; Pertumbuhan total biaya pengembangan pegawai/pegawai (%) IKU perspektif pelanggan

1. IKU 1; Persentase pembelian oleh pelanggan baru (%) 2. IKU 2; Tingkat kepuasan pelanggan utama (Indeks)

(33)

IKU perspektif bisnis internal

1. IKU 1; Jumlah inovasi produk yang dihasilkan (angka)

2. IKU 2; Persentase order produksi yang dapat dipenuhi sesuai dengan jadwal dibandingkan total order produksi dalam kurun waktu tertentu (%)

3. IKU 3; Waktu yang dibutuhkan untuk meluncurkan produk baru; sejak dari pemunculan ide/gagasan produk hingga produk akhir siap dipasarkan (bulan) 4. IKU 4; Jumlah inovasi produk yang dihasilkan (angka)

[image:33.595.106.524.72.751.2]

5. IKU 5; Persentase penyelesaian program pengembangan manajemen (%)

Gambar 7 Struktur hierarki AHP peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor Perspektif Keuangan (0,252) Perspektif Pelanggan (0,309) Perspektif Bisnis Internal (0,178) Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran (0,261)

IKU 1 (0,205)

IKU 2 (0,140)

Peingkatan Kinerja UKM kluster Kerajinan Kabupaten Bogor Melalui Pendekatan Balanced Scorecard

IKU 3 (0,328)

IKU 4 (0,137)

IKU 5 (0,191)

IKU 4 (0,183) IKU 3 (0,219) IKU 2 (0,352) IKU 1 (0,246)

IKU 5 (0,169) IKU 4 (0,206) IKU 3 (0,190) IKU 2 (0,257) IKU 1 (0,178)

IKU 1 (0,174)

IKU 2 (0,104)

IKU 3 (0,125)

IKU 4 (0,162)

IKU 5 (0,153)

IKU 6 (0,143)

IKU 7 (0,139)

(34)

IKU perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

1. IKU1; Persentase kinerja karyawan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh UKM (%)

2. IKU 2; Persentase karyawan yang dibayar berdasarkan kinerja (%) 3. IKU 3; Indeks kepuasan karyawan

4. IKU 4;Persentase gagasan/ide karyawan yang direalisasikan menjadi kenyataan (%)

5. IKU 5; Jumlah pertemuan/diskusi yang dilakukan oleh pemimpin dengan staf dalam kurun waktu satu bulan (Angka)

6. IKU 6; Persentase turn-over (tingkat keluar masuknya karyawan pertahun) 7. IKU 7;Persentase keiukut sertaan karyawan dalam program-program

pengembangan karyawan (termasuk pelatihan)

Prioritas dan Pembobotan Pada Level Faktor

Berdasarkan pengolahan dengan menggunakan AHP yang dilakukan pada tingkat dua, maka diperoleh hasil bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan di Kabupaten Bogor adalah perspektif pelanggan dengan bobot sebesar 0,309. Faktor pertumbuhan dan pembelajaran menjadi faktor kedua yang paling memengaruhi peningkatan kinerja dengan bobot sebesar 0,261. Faktor penting ketiga yang harus menjadi pertimbangan adalah faktor keuangan dengan bobot sebesar 0,252. Dan faktor prioritas terakhir adalah perspektif bisnis internal dengan bobot sebesar 0,178.

Tabel 8 Bobot hasil penilaian terhadap level faktor

Elemen faktor Bobot Prioritas

Perspektif Pelanggan 0,309 1 Perspektif Pertumbuhan dan pembelajaran 0,261 2 Perspektif Kuangan 0,252 3 Perspektif Bisnis internal 0,178 4

Sumber: Data diolah 2014

Prioritas dan Pembobotan Pada Level Aktor

Aktor adalah orang-orang yang memiliki keterkaitan dengan pengambilan kebijakan pada UKM. Aktor yang berpengaruh pada strategi peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan ada lima yaitu lembaga keuangan, pemerintah pusat, pelaku UKM, pemerintah daerah dan KADIN daerah. Berdasarkan pengolahan AHP diperoleh tingkat prioritas tertinggi untuk aktor pada Tabel 9.

Tabel 9 Bobot hasil penilaian terhadap level aktor

Elemen faktor Bobot Prioritas

Lembaga Keuangan 0,208 1

Kadin Daerah 0,165 2

Pemerintah Daerah 0,164 3

Pemerintah Pusat 0,152 4

Pelaku UKM 0,145 5

(35)

Berdasarkan Tabel 9 diatas menunjukan prioritas bahwa aktor yang paling terlibat dan berpengaruh pada strategi peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan menggunakan empat prespektif balanced scorecard adalah lembaga keuangan dengan bobot prioritas sebesar 0,208. Selanjutnya secara berturut-turut yaitu kadin daerah (0,165), pemerintah daerah (0,164), pemerintah pusat (0,152) dan terakhir yaitu pelaku UKM.

Lembaga keuangan merupakan pihak yang paling berpengaruh pada strategi peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan. Peran penting lembaga keuangan adalah dengan penyediaan pinjaman modal kepada pelaku UKM yang pada umumnya memiliki modal yang relatif rendah. Selain lembaga keuangan juga terlibat didalamnya kadin daerah, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Sebagai pihak yang memiliki pengaruh terhadap peningkatan kinerja UKM, kebijakan kadin daerah, pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus terintegrasi. Peran pemerintah, khususnya pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing, baik berupa pelatihan maupun kegiatan pengembangan lainnya. Aktor prioritas terakhir yang paling berpengaruh terhadap kebijakan pada UKM adalah pelaku UKM itu sendiri. Pelaku UKM dalam penerapan strategi peningkatan kinerja harus mengetahui kebutuhan dari UKM dan mengetahui secara mendalam tentang IKU yang menjadi alat peningkatan kinerja UKM.

Prioritas dan Pembobotan Pada Level Tujuan

Kaitannya dengan aktor-aktor yang berpengaruh pada strategi peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan menggunakan perspektif balanced Scorecard. Tiga tujuan yang ingin dicapai meliputi: (1) meningkatkan daya saing, yaitu suatu kemampuan UKM untuk menghasilkan produk yang unik, sehingga produk lebih unggul dan memiliki daya saing tinggi (2) meningkatkan kinerja karyawan, merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategi suatu organisasi untuk menhasilkan kinerja karyawan berkinerja tinggi. (3) Inovasi, yaitu proses kreatif dalam melakukan penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau suatu kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang. Hasil pembobotan pada elemen tujuan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10 Bobot hasil penilaian terhadap level tujuan

Elemen faktor Bobot Prioritas

Inovasi 0,571 1

Meningkatkan Kinerja 0,471 2 Meningkatkan Daya Saing 0,283 3

Sumber: Data diolah 2014

(36)

terakhir adalah meningkatkan daya saing dengan bobot sebesar 0,283. Inovasi merupakan hal penting untuk dilakukan. Inovasi UKM kluster kerajinan agar UKM mampu bersaing dengan UKM lainnya. Inovasi dapat dilakukan dalam berbagai aspek baik inovasi produk, proses maupun inovasi pada manajemen. Inovasi dilakukan dalam kaitannya untuk meningkatkan kinerja dapat mengacu pada indikator kinerja utama yang telah dirumuskan. Kinerja yang optimal akan membuat UKM mampu bertahan dan bersaing.

Prioritas dan Pembobotan Pada Level Alternatif

Kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai, maka alternatif strategi yang dapat dikembangkan yaitu melalui: (1) pengembangan manajemen UKM, merupakan pengembangan manajemen fungsional yang meliputi keuangan, pemasaran, Sumber Daya Manusia (SDM) dan produksi. (2) Pengembangan pasar, merupakan strategi pengembangan pasar ke pasar baru yang dijalankan dengan memperluas area geografis baru, menambah segmen baru, mengubah dari bukan pemakai menjadi pemakai, menarik pelanggan pesaing. (3) pengembangan produk, merupakan suatu cara organisasi dalam menghasilkan produk yang lebih unggul dari pesaingnya. (4) pengembangan kompetensi SDM, merupakan pengembangan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap, dll. Hasil pengolahan alternatif strategi pada UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Bobot hasil penilaian terhadap level alternatif

Elemen faktor Bobot Prioritas

Pengembangan Manajemen UKM 0,405 1 Pengembangan Pasar 0,179 2

Pengembangan SDM 0,169 3

Pengembangan Produk 0,157 4 Sumber: Data diolah 2014

Alternatif strategi yang harus pertama kali diterapkan dan menjadi prioritas adalah pengembangan manajemen UKM dengan bobot 0,405. Alternatif pengembangan pasar dan alternatif pengembangan SDM menjadi alternatif kedua dan ketiga yang mempengaruhi peningkatan kinerja UKM dengan bobot 0,179 dan 0,169. Alternatif terakhir yang menjadi prioritas adalah pengembangan produk dengan bobot 0,157.

Tingkat prioritas Indikator Kinerja Utama peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor

(37)
[image:37.595.94.511.101.786.2]

Tabel 12 Hasil prioritas dan bobot IKU berdasarkan perspektif

No Perspektif Indikator Kinerja Utama (IKU) Bobot IKU Pendorong IKU Hasil

1 Keuangan Persentase tagihan piutang tidak dibayar sesuai skedul

0,328

Persentase pertumbuhan profit

0,205

Pertumbuhan total biaya pengembangan

pegawai/pegawai

0,191

Rata-rata waktu dibutuhkan untuk menyelesaikan laporan keuangan

0,140

Rasio antara biaya total dan nilai output

0,137

2 .

Pelanggan Tingkat kepuasan pelanggan utama

0,352

Persentase pembelian oleh pelanggan baru

0,246

Persentase penambahan pembelian pelanggan lama

0,219 Persentase keberhasilan program promosi 0,183 3 .

Proses Bisnis Internal

Persentase order produksi yang dapat dipenuhi sesuai dengan jadwal dibanding total order produksi dalam kurun waktu tertentu

0,257

Penghematan waktu produksi karena adanya inovasi proses

0,206

Waktu yang dibutuhkan meluncurkan produk baru

0,190

Jumlah inovasi produk yang dihasilkan 0,178 Persentase penyelesaian program pengembangan manajemen 0,169

5 Pertumbuhan dan

pembelajaran

Persentase karyawan yang sesuai standar UKM

0,174

Persentase gagasan/ide karyawan yang teralisasi

0,162

Jumlah pertemuan/diskusi yang dilakukan pimpinan dengan staf dalam kurun waktu satu bulan (Angka)

0,153

Persentase turn-over 0,143 Persentase keikutsertaan

karyawan dalam program pengembangan karyawan

0,139

Indeks kepuasan karyawan

0,125

Persentase kinerja karyawan yang dibayar berdasarkan kinerja

(38)

1) Perspektif Keuangan

Indikator kinerja utama UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor pada perpektif keuangan terdapat lima IKU hasil dalam upaya meningkatkan kinerja. Persentase tagihan piutang yang tidak dibayar sesuai skedul menjadi IKU perioritas utama dengan bobot sebesar 0,328 menjadi hal penting yang perlu diperhatikan oleh pelaku UKM. Modal yang relatif rendah menjadi alasan pendorong yang mempengaruhi IKU tersebut menjadi sangat penting dalam peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor. Meskipun tingginya jumlah piutang dapat memberikan informasi bahwa UKM memiliki kekayaan berlebih, namun ketika jumlah piutang tidak dapat dikendalikan hal tersebut dapat memengaruhi persentase modal yang berdampak pada proses produksi. Modal produksi yang terganggu dalam jangka waktu lama dapat menghabat produksi berikutnya, hal ini memiliki dapak serius dalam mati-hidupnya UKM. Rasio antara total biaya dan nilai output menjadi menjadi IKU prioritas terakhir dengan bobot sebesar 0,137. Laporan keuangan dapat membantu untuk mengidentifikasi rasio antara total biaya dan nilai output. Dalam laporan keuangan harus dilengkapi dengan perumusan anggaran terkait dengan pengeluaran dan pemasukan yang juga menjadi penting untuk diperhatikan terkait dengan upaya efisiensi biaya produksi.

2) Perspektif Pelanggan

Prioritas pertama dari keempat indikator kinerja utama UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor pada perspektif pelanggan adalah tingkat kepuasan pelanggan utama dengan bobot sebesar 0,352. IKU yang menjadi prioritas kedua ialah persentase pembelian oleh pelanggan baru dengan bobot sebesar 0,246. Kemudian IKU yang menjadi prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0,219 yaitu persentase pembelian oleh pelanggan lama. Pelanggan utama merupakan pihak yang memegang peranan penting dalam keberlanjutan UKM. Pelanggan utama memiliki loyalitas yang tinggi. Loyalitas ditandai melalui pembelian produk secara berulang oleh pelanggan yang merasa puas dengan produk yang dihasilkan oleh suatu UKM. Pelanggan yang loyal cenderung akan memperkenalkan produk kepada teman, sahabat , dan kerabat dekat melalui promosi mulut ke mulut (Word Of Mounth). Pemasaran seperti ini sangat membantu pelaku usaha dalam mengembangkan pasar dalam jangkauan yang lebih luas. Meskipun pemasaran dari mulut ke mulut atau yang biasa disebut WOM ini sangat membantu pelaku UKM dalam memasarkan produk, namun pelaku UKM juga harus tetap melakukan pemasaran melalui program promosi lainnya, seperti menggunakan media sosial, media cetak, dll.

3) Perspektif Proses Bisnis Internal

(39)

waktu produksi. Penghematan waktu produksi dapat dilakukan dengan penggunaan penggunaan teknologi modern, dan spesialisasi kerja.

4) Perspektif Pertumbuhan dan pembelajaran

IKU prioritas utama yang mempengaruhi proses pencapian sasaran strategis upaya peningkatan kinerja pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dengan bobot 0,174 adalah persentase kinerja karyawan yang sesuai standar UKM. Ketika kinerja yang diahsilkan sesuai dengan standar UKM, hal ini dapat menurunkan tingkat kegagalan produksi (penurunan jumlah produk cacat). Proses perbaikan kinerja dapat didukung melalui proses pengembangan kompetensi melalui pelatihan motivasi, penggunaan teknologi baru maupun melalui pengembangan kapabilitas lainnya. Pengembangan motivasi karyawan dapat juga didukung oleh indikator kinerja utama pada prioritas kedua yaitu melalui proses realisasi gagasan/ide, yang berkaitan dengan kepuasan karyawan. Sehingga dengan hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan serta menurunkan persentase turn over yang relatif tinggi pada UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor.

Implikasi Manajerial

Permasalahan utama yang dihadapi UKM adalah kinerja UKM yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Hasil diperoleh melalui wawancara mendalam dengan para pelaku UKM. Peningkatan kinerja usaha kecil dan menengah, dalam hal ini UKM kluster kerajinan Kabupaten Bogor merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai. Berdasarkan penelitian ini, peningkatan kinerja dilakukan dengan menggunakan empat perspektif balanced scorecard, kemudian diolah menggunakan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Implikasi manajerial yang menjadi masukan dalam meningkatkan kinerja UKM kluster kerajinan di Kabupaten Bogor pada penelitian ini berdasar pada empat langkah Blue Ocean Strategy (BOS). Mouborgne dan Kim (2005) menyatakan bahwa kerangka kerja empat langkah BOS tersebut meliputi faktor-faktor apa yang harus dikurangi, diciptakan, ditingkatkan dan dihilangkan. Adapun uraian implikasi manajerial secara lengkap adalah sebgai berikut

1. Rendahnya kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) dan belum matangnya pengelolaan dari segi manajerial UKM merupakan salah satu penghambat perkembangan dan kemajuan UKM. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemilik UKM adalah dengan pengembangan manajemen UKM, seperti meningkatkan kompetensi karyawan melalui fasilitas pengembangan karyawan untuk mengurangi persentase turn-over, perbaikan laporan keuangan, meningkatkan promosi dan peningkatan efisiensi biaya operasional sehingga dapat meningkatkan produktivitas yang berujung pada peningkatan profit.

(40)

siklus produksi, responsif terhadap permintaan pasar dengan dengan menciptakan desain produk yang khas dan meningkatkan sistem manajemen sumber daya manusia (SDM) yang terintegrasi.

3. Peningkatan kinerja UKM perlu mendapat dukungan dari pemerintah maupun instansi lainnya. Peningkatan kinerja UKM sangat berkaitan erat dengan penambahan modal. Sehingga dalam konteks ini peran lembaga keuangan memiliki andil yang besar dalam proses pengembangan dan peningkatan kinerja UKM, khususnya UKM kluster kerajinan yang pada umumnya memiliki modal usaha yang relatif rendah.

4. Faktor pelanggan menjadi suatu hal penting dalam peningkatan kinerja UKM, sebab pelanggan menjadi stakeholder yang berpengaruh dalam pengembangan unit usaha. Oleh karena itu pelaku usaha kecil dan menengah kluster kerajinan Kabupaten Bogor harus selalu memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan dan peningkatan promosi maupun penciptaan produk yang mampu menarik pembelian oleh pelanggan baru untuk mengantisipasi kehilangan pelanggan/pasar baru.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(41)

Hasil identifikasi IKU pada setiap perspektif menggunakan AHP, maka

peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan dapat dihasilkan dengan memperhatikan persentase tagihan piutang yang tidak dibayar sesuai skedul, tingkat kepuasan pelanggan, persentase order produksi yang dapat dipenuhi sesuai jadwal dan persentase kinerja karyawan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh UKM.

Saran

Usaha kecil dan menengah (UKM) kluster kerajinan perlu melakukan pengembangan manajemen, melalui peningkatan kompetensi karyawan melalui fasilitas pengembangan karyawan, perbaikan laporan keuangan, meningkatkan promosi dan melakukan efisiensi biaya operasional sehingga dapat meningktakan produktivitas. Selain pengembangan manjemen UKM kluster kerajinan juga perlu menciptakan inovasi, baik berupa teknologi produksi, desain produk yang khas maupun sistem manajemen sumber daya manusia yang terintegrasi. Untuk peneliti selanjutnya disarankan melakukan implementasi pengukuran kinerja usaha kecil dan menengah khususnya kluster kerajinan melalui pendekatan balanced scorecard dengan menggunakan Indikator Kinerja U

Gambar

Gambar 1  Pertumbuhan UKM Kabupaten Bogor Tahun 2009-2013
Tabel 3  Penelitian terdahulu
Gambar 2  Kerangka pemikiran
Gambar 3  Tahapan penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun kedepan, sejalan dengan inflasi yang tetap terjaga, tren suku bunga pinjaman yang masih menurun serta perbaikan pertumbuhan ekonomi (meningkatkan pendapatan per kapita)

gedung Fakultas Teknik yang bertujuan untuk rnengetahui kualitas sistern instalasi. listrik di gedung Fakultas Teknik Universitas

---Demikian Berita Acara ini dibuat, dengan sebenar-benarnya, ditutup pada hari ini, Selasa tanggal dua puluh enam bulan Januari tahun dua ribu enam belas pukul tiga

Penelitian ini diharapkan menjadi bukti empiris tentang potensi penerapan model pembelajaran argument-based science inquiry (ABSI) dalam meningkatkan kemampuan memahami dan

Berdasarkan nilai IKG tertinggi yang ditemukan pada ikan jantan maupun betina masing-masing di bulan Oktober dan Maret, maka dapat diperkirakan bahwa puncak pemijahan ikan butini

Orang-orang ketiga lainnya tidak termasuk dalam a dan b sepanjang mereka memperoleh hak-hak dengan iktikad baik sebelum keputusan tentang pembatalan mempunyai

It can be concluded that giant presacral schwannomas are rare tumours and their surgical treatment is challenging due to the complex anatomy of the presacral. Clinical

Pada masing-masing kelompok Retribusi Daerah, terdiri atas berbagai macam retribusi yang jenisnya sangat banyak dan beragam. Pada kesempatan kali ini penulis akan memfokuskan