• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Ayam Arab Umur 32-38 Minggu Dengan Pemberian Ransum Mengandung Zeolit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Ayam Arab Umur 32-38 Minggu Dengan Pemberian Ransum Mengandung Zeolit"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA AYAM ARAB UMUR 32-38 MINGGU

DENGAN PEMBERIAN RANSUM

MENGANDUNG ZEOLIT

MUHAMMAD ANSORI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Ayam Arab Umur 32-38 Minggu dengan Pemberian Ransum Mengandung Zeolit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

MUHAMMAD ANSORI. Performa ayam Arab umur 32-38 minggu dengan pemberian ransum mengandung zeolit. Dibimbing oleh IMAN RAHAYU HIDAYATI SOESANTO dan SUMIATI.

Penelitian ini bertujuan untuk evaluasi penggunaam zeolit pada ransum terhadap performa ayam arab. Materi yang digunakan adalah 40 ekor ayam arab umur 32 minggu. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari empat perlakuan (R0 = Ransum kontrol, R1 = ransum mengandung 1.5% Zeolit, R2 = ransum mengandung 3% Zeolit, dan R3 = ransum mengandung 4.5% Zeolit) dengan 5 ulangan masing masing ulangan menggunakan 2 ekor. Peubah yang diukur yaitu konsumsi ransum, produksi telur (henday production), massa telur (egg mass), konversi ransum, bobot telur, mortalitas dan Income Over Feed Cost (IOFC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan zeolit memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap konsumsi ransum, namun tidak berpengaruh terhadap peubah yang lain. Penggunaan zeolit pada level 4.5% dapat meningkatkan hen day production, egg mass ,Income Over Feed Cost Kata kunci: ayam Arab, performa, zeolit.

ABSTRACT

MUHAMMAD ANSORI. Arabian chickens performances age 32-38 weeks on using diet contains zeolit IMAN RAHAYU HIDAYATI SOESANTO and SUMIATI

This research aimed to evalute the effect of using zeolite in the diet on Arabian chicken performances. Fourty Arabian chickens of 32 week of old of age were used in this experiment. A Completely Randomized Design (CRD) consisting four treatments (R0 = control diet, R1= diet contain 1.5% zeolit, R2= diet contain 3% zeolit and R3= diet contain 4.5% zeolit) with five replicates and two hens of each was used in this experiment. Variables measured were feed consumption, hen day production, egg mass, feed conversion ration, egg weight, mortality and Income Over Feed Cost (IOFC). The results showed that the addition zeolite signicantly (P<0.01) increased the feed consumption, but the treatment did not affect the other parameters. Usage zeolite in the 4.5% diet increased hen day production, egg mass dan Income Over Feed Cost

(6)
(7)

PERFORMA AYAM ARAB UMUR 32-38 MINGGU

DENGAN PEMBERIAN RANSUM

MENGANDUNG ZEOLIT

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

MUHAMMAD ANSORI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa t ’ l atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Januari 2015 ini adalah Performa ayam arab umur 32-38 minggu dengan pemberian ransum mengandung zeolit.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, MS selaku komisi pembimbing utama, Prof. Dr. Ir. Sumiati, MSc selaku komisi pembimbing anggota dan Muhammad Baihaqi, SPt, MSc selaku dosen penguji sidang skripsi serta Bramada Winiar Putra, SPt, MSi selaku dosen pembimbing Akademik. Penghargaan penulis sampaikan kepada Kementerian Agama RI yang telah memberi beasiswa kepada penulis selama menempuh pendidikan di IPB serta Ir Stefanus Farok komisaris utama PT Mineralindo Trifa Buana yang telah membiayai dalam proses penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada staf Laboratorium Ilmu Teknologi dan Pakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Pusat Survei Geologi yang telah membantu dalam proses analisis, staf kandang dan saudara Galih Muhammad Sidik yang membantu dalam teknis dikandang. Terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya selama ini sehingga penulis bisa menyesesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

METODE 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Bahan 4

Alat 5

Prosedur 5

Persiapan Kandang 5

Pemeliharaan 5

Rancangan 5

Analisis Data 5

Peubah 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Performa Ayam Arab 7

Konsumsi Ransum 7

Produksi Telur/Hen Day Production 9

Berat Telur 10

Massa Telur 11

Konversi Ransum 11

Mortalitas 13

Income Over Feed Cost (IOFC) 13

SIMPULAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15

(12)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan mineral zeolit 2

2 Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian 4 3 Rataan performa produksi telur ayam arab selama enam minggu penelitian 7

4 Harga bahan pakan penyusun ransum penelitian 14

5 Nilai IOFC selama enam minggu penelitian penelitian 14

DAFTAR GAMBAR

1 Ayam Arab Silver (A) ayam Arab silver betina (B) ayam Arab silver

jantan 1

2 Polihedral yang menyusun stuktur kristal zeolit 3 3 Konsumsi ransum ayam Arab selama enam minngu penelitian 8 4 Produksi telur/ Hen Day Production ayam Arab selama enam minngu

penelitian 9

5 Berat telur ayam Arab selama enam minggu penelitian 10

6 Massa telur selama enam minngu penelitian 11

7 Konversi ransum ayam Arab selama enam minggu penelitian 12 8 Hubungan korelasi konversi ransum dengan henday production selama

enam minggu penelitian 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Anova berat telur selama enam minggu penelitian 18 2 Anova konsumsi ransum selama enam minggu penelitian 18 3 Uji lanjut duncan 0.01 pada konsumsi ransum selama enam minggu

penelitian

18 4 Anova henday production selama enam minggu penelitian 18 5 Anova konversi ransum selama enam minggu penelitian 18 6 Anova telur massa selama enam minggu penelitian

7 Hasil korelasi henday production dan konversi ransum selama enam minggu penelitian

(13)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Ayam Arab berasal dari Belgia disebut juga Braekel Kriel yang termasuk ke dalam galur ayam petelur unggul di Belgia. Ciri-ciri ayam Arab berwarna putih mengkilap sepanjang leher, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih, jengger kecil berwarna merah, mata berwarna hitam dan dilingkari warna kuning (Nataamijaya et al. 2003)

Klasifikasi ayam Arab menurut Erlankgha (2010) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Aves Famili : Phasianidae Sub Famili : Phasianinae Genus : Gallus

Spesies : Gallus turcicus

Ayam Arab yang ada di Indonesia yakni ayam Arab Merah (Golden Red) dan ayam Arab Silver (Silver Braekels). Menurut Pambudhi (2003) Asal usul keberadaan ayam Arab Merah (Golden Red) terdiri dari dua versi. Versi pertama, ayam Arab Merah merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli (Silver Breakels) dengan ayam betina ras petelur (Leghorn). Versi kedua, ayam Arab Merah merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli (Silver Braekels) dengan ayam betina Merawang. Menurut Erlankgha (2010) Ayam Arab Silver diduga merupakan hasil persilangan antara ayam Arab asli (Silver Braekels) dengan ayam betina lokal petelur. Ayam Arab tergolong penghasil telur produktif yang mulai berproduksi pada umur 25 minggu, produksi telur mencapai 300 butir per tahun dengan bobot telur antara 30– 35 g butir-1 (Wirawan dan Sitanggang 2003). Produktivitas yang optimal dari ayam Arab tersebut hanya dapat dicapai dengan pemberian ransum yang cukup dari segi kuantitas dan kualitasnya. Ayam Arab silver dapat dilihat pada Gambar 1.

(A) ayam Arab Silver ♀ (B) ayam Arab Silver ♂

(14)

2

Permasalahan besar yang terjadi pada peternak yakni masih mahalnya ransum yang digunakan untuk pemeliharaan ayam sehingga berpengaruh terhadap biaya produksi. Biaya ransum dalam produksi ternak mencapai 60%-70% dari total biaya produksi. Penelitian tentang ransum telah banyak dilakukan baik oleh lembaga penelitian pemerintah, swasta dan perguruan tinggi. Tujuan penelitian tersebut yakni untuk mencari ransum yang termurah namun kebutuhan nutrien dalam ransum bisa terpenuhi. Ransum yang mengandung nutrien rendah akan menghasilkan produktivitas yang rendah, sebaliknya peningkatan kandungan nutrien dalam ransum sesuai dengan kebutuhan akan meningkatkan produktifitas ayam Arab. Salah satu nutrien yang mempengaruhi produktifitas ayam Arab yakni kandungan mineral dalam ransum. Mineral dalam ransum tersebut dapat disumbangkan dari zeolit dengan cara mencampurkan dalam ransum.

Zeolit merupakan hasil tambang yang memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan sebagai bahan tambahan mineral dalam ransum ternak. Zeolit adalah kristal aluminosilikat terhidrasi yang terdiri dari jaringan tiga dimensi dari SiO 44- dan AlO 45- tetrahedra ( Papaioannou et al. 2005 ). Unit dasar tetrahedra tersebut saling berikatan, dimana ion oksigen pada setiap ujung tetrahedra dipakai bersama dengan tetrahedra yang berada disampingnya. Susunan dari kelompok tetrahedra yang sama atau berbeda tersebut selanjutnya akan membentuk satuan unit bangun sekunder dalam bentuk cincin tunggal, ganda ataupun komplek yang menghasilkan tipe kerangka kristal zeolit tertentu (Meier dan Olson 1971). Cincin-cincin tersebut dapat saling menggabungkan diri membentuk suatu bangun kristal polihedral yang simetris. Pertautan dari rangkaian unit bangun sekunder dengan polihedra-polihedra ini menghasilkan rongga-rongga ataupun saluran yang kontinyu dalam kerangka zeolit yang berhubungan satu sama lain ( Meier 1978). Kandungan unsur kimia yang ada pada zeolit yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 1 Kandungan mineral zeolit

Sumber : Pusat Survei Geology (2014)

(15)

3

logam yang ada pada beberapa ransun ternak, ada empat logam berat diantaranya bersifat merugikan dan beracun baik bagi ternak maupun bagi manusia yaitu As, Cd, Pb dan Si. Anggorodi (1979) mengatakan Fe, Cr, Zn, Cu dan Mn termasuk dalam kelompok logam berat dan merupakan mineral yang esensial dan tergolong mineral mikro bagi ternak, maka logam berat yang tergolong nonesensial dan bersifat racun bagi ternak adalah kelompok logam Pb, Cd, Si, dan As. Menurut Brufau dan Tacon (1999) batas penggunaan logam berat yakni 40 ppm karena masuk kedalam jenis logam yang sangat membahayakan.

Stuktur zeolit pada Gambar 2 memiliki rongga terbuka serta memiliki saluran yang teratur dengan ukuran tertentu dalam tiga dimensi sehingga menyebabkan zeolit mempunyai sifat absobsi dan memiliki kemampuan untuk bertukar kation konstituen (Meier 1978)

Gambar 2 Polihedral yang menyusun struktur kristal mineral zeolit Sumber : Barrer (1982)

Penggunaan zeolit dalam ransum ternak diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ransum, hal ini dikarenakan zeolit memiliki sifat sebagai penyaring molekul, penyerap dan penukar ion, sehingga dalam penggunaannya dapat meningkatkan penyerapan zat makanan dalam tubuh ternak (Hutabarat 2010). Absorpsi mineral dalam usus biasanya tidak efisien, kebanyakan mineral (kecuali kalium dan natrium) membentuk garam-garam dan senyawa-senyawa lain yang relatif sukar larut, sehingga sukar diabsorpsi (Widodo 2002). Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penggunaan zeolit dalam ransum, sehingga dapat terlihat efektivitas zeolit terhadap produktivitas ayam tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk evaluasi penggunaan zeolit dalam ransum terhadap performa produksi telur ayam Arab umur 32-38 minggu

Ruang Lingkup Penelitian

(16)

4

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama enam minggu mulai tanggal 04 Desember 2014 sampai dengan 14 Januari 2015. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lapang Kandang blok B, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 ekor ayam Arab silver (Silver Breakels) umur 32 minggu dengan rataan bobot badan 1.384 ± 0.14 g. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, ransum, air minum, egg stimulan dan sekam. Ransum ayam Arab dibuat dengan menggunakan berbagai bahan pakan ( Tabel 2), kemudian dicampur di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ransum disusun isokalori (EM 2 800 kkal Kg-1) dan isoprotein (15%).

Tabel 2 Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian

Bahan pakan Ransum perlakuan Keterangan :1) hasil analisis proksimat Laboratorium Ilmu Teknologi Pakan, Depertemen Ilmu

Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2014); 2)

(17)

5

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang ayam berbentuk cage berukuran 0.4 m x 0.3 m sebanyak 20 buah, tempat pakan, sapu lidi, sekop, tali plastik, tempat air minum, timbangan digital dan timbangan analitik, termometer, kertas label, spidol, alat tulis dan lain-lain yang menunjang kegiatan penelitian.

Prosedur Persiapan Kandang

Kandang yang digunakan adalah kandang cage sebanyak 20 buah yang telah dibersihkan terlebih dahulu dan diberi sekam bagian bawah kandangnya. Masing-masing kandang diisi oleh 2 ekor ayam. Kandang dilengkapi dengan tempat ransum dan tempat air minum. Masing-masing kandang diberi tanda sesuai dengan perlakuan yang diberikan yakni R0, R1, R2 dan R3.

Pemeliharaan

Ayam yang dipelihara berumur 32 minggu. Pemeliharaan dilakukan selama 6 minggu, sebelum masuk perlakuan diberikan adaptasi ransum selama 3 hari. Pemberian ransum ayam yakni 100 g ekor-1 hari-1 dan air minum diberikan secara ad libitum. Ayam diberi egg stimulan pada awal pemeliharaan selama tiga hari, hal ini untuk menjaga produksi telur agar tidak turun secara dratis karena pengaruh ransum yang diberikan. Pemberian egg stimulan dilakukan dengan cara melarutkan ke dalam air minum dengan dosis 0.5 gl-1 air minum. Pengambilan data produksi telur dan penimbangan telur dilakukan setiap hari selama pemeliharaan.

Rancangan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, tiap ulangan terdiri dari 2 ekor ayam Arab. Model matematika dari rancangan tersebut sebagai berikut (Steel dan Torrie 1991):

Yij = μ + ∂i+ €ij Keterangan:

Yij : Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ : Rataan umum

∂i : Efek perlakuan ke-i

€ij : Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Analisis Data

(18)

6

Peubah

1. Konsumsi Ransum (g ekor-1 hari-1).

Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan selama enam minggu penelitian. Perhitungan konsumsi ransum adalah sebagai berikut.

Konsumsi Ransum (g ekor-1) = jumlah pemberian ransum – jumlah sisa ransum

2. Produksi Telur /Hen Day production (%)

Produksi telur dihitung setiap hari selama enam minggu penelitian. Rumus yang digunakan untuk menghitung produksi telur hen day sebagai berikut : i

3. Massa telur/ Egg mass (g ekor-1 minggu-1)

Diperoleh dengan membagi jumlah berat telur dengan jumlah ayam yang ada selama enam minggu penelitian.

4. Konversi Ransum

Konversi ransum dihitung dari pembagian antara jumlah ransum yang dikonsumsi (gram) dengan Massa telur (egg mass) selama enam minggu penelitian

5. Berat Telur (g butir-1)

Bobot telur dihitung berdasarkan hasil penimbangan telur setiap hari selama enam minggu penelitian.

6. Mortalitas (%)

Mortalitas adalah banyaknya ayam yang mati pada saat penelitian dibandingkan dengan jumlah ayam pada saat awal pemeliharaan. Mortalitas dihitung dengan rumus :

(19)

7

7. Income Over feed cost (IOFC)

IOFC merupakan selisih antara pendapatan usaha peternakan terhadap biaya ransum. Pendapatan usaha merupakan perkalian antara hasil produksi (butir) dengan harga produksi (Rp). Biaya ransum adalah jumlah biaya (Rp) yang dikeluarkan untuk banyaknya ransum yang dikonsumsi selama enam minggu penelitian. IOFC dapat dihitung dengan rumus :

IOFC ═ pe dapata (penjualan telur) – biaya ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rata-rata konsumsi ransum, produksi telur/ henday production, berat telur, massa telur/ egg mass, konversi ransum, dan Income Over feed Cost (IOFC) ayam Arab yang mendapat ransum yang ditambahkan zeolit dengan taraf yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan perfoma produksi telur ayam Arab selama enam minggu penelitian

Parameter Perlakuan Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01). R0 = ransum kontrol (tanpa zeolit) ; R1 = ransum yang mengandung zeolit 1.5% ; R2 = ransum yang mengandung zeolit 3% ; R4 = ransum yang mengandung zeolit 4.5%.

Performa Ayam Arab

Performa ayam Arab dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kemampuan genetik, pemberian ransum, kualitas ransum manejemen pemeliharaan dan lingkungan pemeliharaan. Parameter yang dapat diukur untuk menggambarkan performa ayam Arab meliputi berat telur, konsumsi ransum, konversi ransum, produksi telur/henday production, massa telur /egg mass, mortalitas dan Income Over Feed Cost (IOFC)

Konsumsi Ransum

(20)

8

menurunkan tingkat palatabilitas ayam. Tekstur yang lembut ini diakibatkan oleh proses mixing yang terlalu lama pada pembuatan ransum. Menurut Amrullah (2004) ransum yang digiling terlalu halus akan mengurangi konsumsi ransum, sehingga ransum yang dibutuhkan adalah ransum yang seragam bentuknya. Rataan konsumsi ransum selama enam minggu penelitian ditunjukan pada Gambar 3.

Gambar 3 Konsumsi ransum ayam Arab selama enam penelitian.

Keterangan : = ransum kontrol (tanpa zeolit), = ransum yang mengandung zeolit 1.5%, = ransum yang mengandung zeolit 3%, = ransum yang mengandung zeolit 4.5%.

Konsumsi ransum dipengaruhi oleh kadar zat-zat nutrien yang ada dalam ransum seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin, dan mineral. Kebutuhan zat-zat ransum unggas tergantung pada factor intrinsic yaitu spesies unggas, tipe, bangsa, kelas, strain, jenis kelamin dan umur (Achmanu dan Muharlien 2011). Rata-rata konsumsi ransum ayam Arab pada minggu ke 33 mencapai 99.45 gram ekor-1. Menurut prawitasari (2012) rata-rata konsumsi ransum ayam Arab yang berumur 33 minggu yaitu 93.06 gram ekor-1. Peningkatan konsumsi ayam Arab ini diakibatkan kandungan energi yang ada pada ransum cukup tinggi yakni 2974 kkal kg-1. Menurut Leeson dan Summers (2005), kebutuhan energi ayam petelur umur 32-45 minggu yakni 2850 kkal kg-1. Anggorodi (1990) mengatakan, konsumsi ransum dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain umur, palatabilitas ransum, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat protein, kualitas dan kuantitas dari bahan pakan. Penurunan konsumsi terjadi saat ayam Arab yang berumur 38 minggu dengan rata-rata konsumsi ransum yakni 90.11 gram ekor-1 hari-1. Menurut prawitasari (2012) konsumsi ransum ayam Arab umur 38 minggu adalah 91.33 gram ekor-1. Penurunan konsumsi pakan pada minggu ke 38 dikarenakan ransum yang digunakan telah mengalami penurunan kualitasnya, karena sudah terlalu lama disimpan dalam karung sehingga berdampak pada konsumsi ransum. Syamsu (2002) menyatakan bahwa, penyimpanan yang melebihi waktu tertentu dan dalam kondisi yang kurang baik, dapat menyebabkan kualitas ransum mengalami penurunan. Penyimpanan dalam karung plastik pada suhu ruang dapat menyebabkan kandungan kadar air ransum sedikit meningkat, sehingga menyebabkan jamur mudah tumbuh dan mengakibatkan bau tengik pada ransum, bau tengik tersebut yang mengakibatkan penurunan konsumsi ransum (Mathius et

(21)

9

al. 2006). Menurut Abidin (2003), kualitas ransum merupakan hal yang sangat penting karena ayam petelur sangat peka terhadap terjadinya penurunan kualitas ransum, terutama kadar proteinnya sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan konsumsi, laju pertumbuhan dan terhambatnya produksi telur.

Produksi Telur/Henday Production

Berdasarkan analisis ragam diperoleh hasil bahwa penggunaan zeolit pada ransum dengan taraf berbeda tidak berpengaruh terhadap produksi telur ayam Arab. Data rataan henday production telur ayam Arab dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Produksi telur (hen day production) ayam Arab selama enam minggu penelitian.

Keterangan : = ransum kontrol (tanpa zeolit), = ransum yang mengandung zeolit 1.5%, = ransum yang mengandung zeolit 3%, = ransum yang mengandung zeolit 4.5%.

Nilai henday production pada minggu ke 33-35 mencapai 55% hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Triharyanto (2001) nilai Henday production ayam Arab umur 31-35 minggu yakni 47%-63.3%. Nilai henday production pada minggu 36-38 mencapai 57% nilai henday production ini lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triharyanto (2001) pada minggu ke 36-40 henday ayam Arab mencapai 69%-76.5%. Wahyu (2004), menyatakan bahwa pada umur 22 minggu produksi telur naik dengan tajam dan mendapat puncaknya pada umur 38-40 minggu, kemudian produksi telur menurun dengan perlahan sampai 65% saat ayam berumur 82 minggu. Kurang optimalnya produksi telur ayam Arab diduga karena faktor genetik dari ayam Arab tersebut. Produksi telur/henday production yang tertinggi terdapat pada penambahan zeolit dengan taraf 4.5% kedalam ransum yang menghasilkan produksi telur 61.43% (Tabel 3). Rasyaf (1991) yang menyatakan bahwa secara genetis tiap jenis unggas mempunyai batas kemampuan maksimal dalam berproduksi. Faktor lain yang mempengaruhi henday production adalah rendahnya konsumsi ransum sehingga berdampak pada produktivitasnya. Konsumsi ransum ayam Arab selama enam minggu penelitian rata-rata 95.05 gram ekor-1. Menurut Leeson dan Summers (2005), kebutuhan konsumsi ransum ayam petelur umur 32-45 minggu yakni 100 gram ekor-1. Rendahnya konsumsi tersebut mengakibatkan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan telur

(22)

10

tidak tercukupi. Hal ini sesuai dengan pendapat Amrullah (2003) menyebutkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi produksi telur adalah jumlah ransum yang dikonsumsi dan kandungan zat makanan dalam ransum. Konsumsi ransum pada ayam digunakan untuk kebutuhan pokok hidupnya dan produksi telur, sehingga konsumsi ransum yang rendah akan berpengaruh terhadap produksi telur yang mengalami penurunan.

Berat Telur

Berdasarkan analisis ragam pemberian ransum dengan penggunaan taraf zeolit yang berbeda tidak berpengaruh terhadap berat telur. Hal dikarenakan konsumsi protein, strain, serta umur ayam sama setiap perlakuan sehingga nutrien yang dicerna oleh masing-masing ayam relatif sama besar (Tabel 2). Data rata-rata berat telur ayam Arab yang diberi ransum zeolit pada taraf yang berbeda selama enam minggu penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Berat telur ayam Arab selama enam minggu penelitian.

Keterangan : = ransum kontrol (tanpa zeolit), = ransum yang mengandung zeolit 1.5%, = ransum yang mengandung zeolit 3%, = ransum yang mengandung zeolit 4.5%.

(23)

11

Massa Telur/Egg Mass

Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan zeolit pada ransum dengan taraf yang berbeda tidak berpengaruh terhadap produksi telur massa ayam Arab. Massa telur ayam Arab selama enam minggu penelitian dapat dilihar pada Gambar 6.

Gambar 6 massa telur ayam Arab selama enam minggu penelitian.

Keterangan : = ransum kontrol (tanpa zeolit), = ransum yang mengandung zeolit 1.5%, = ransum yang mengandung zeolit 3%, = ransum yang mengandung zeolit 4.5%.

Data rataan massa telur ayam Arab selama enam minggu penelitian mencapai 1 084 gram ekor-1. Menurut Agro et al. (2010) egg mass ayam Arab selama enam minggu yakni 1 370 gram ekor-1. Menurut Anggorodi (1995) menambahkan besarnya telur dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk sifat genetik, tingkatan dewasa kelamin, umur, obat-obatan dan makanan sehari-hari. Nilai massa telur tertinggi pada penelitian ini yakni pada penggunaan zeolit dengan taraf 4.5% dalam ransum yang menghasilkan massa telur 1 229 g ekor-1 (Tabel 3) selama enam minggu penelitian. Faktor makanan yang mempengaruhi besar telur adalah protein dan asam amino yang cukup dalam ransum dan asam linoleat . Menurut Piliang dan Djojosoebagjo (2006), Ternak yang mengkonsumsi protein dalam konsentrasi yang cukup tinggi akan mempermudah penyerapan kalsium dan berpengaruh terhadap proses pembentukan kerabang telur dan produksi telur. Produksi telur massa merupakan rata-rata berat telur harian sehingga banyak sedikitnya produksi telur/Henday production akan mempengaruhi massa telur.

Konversi Ransum

Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ransum yang ditambahkan zeolit pada taraf yang berbeda tidak berpengaruh terhadap konversi ransum. Nilai rata-rata konversi ransum pada minggu ke 33 yakni 6 lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan alwi (2014) yang mengatakan bahwa, nilai konversi ransum untuk ayam Arab sebesar 3.7. Besarnya nilai konversi pada minggu ke 33 dikarenakan rendahnya produksi telur yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan ayam Arab masih

(24)

12

dalam proses adaptasi sehingga produktifitasnya menurun. nilai konversi ransum selama enam minggu penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Konversi ransum ayam Arab selama enam minggu penelitian. Keterangan : = ransum kontrol (tanpa zeolit), = ransum yang mengandung zeolit 1.5%, = ransum yang mengandung zeolit 3%, = ransum yang mengandung zeolit 4.5%.

Nilai konversi ransum yang terendah pada penelitian yakni pada penggunaan zeolit dengan taraf 4.5% yang memiliki nilai konversi 3.39 (Tabel 3). Nilai konversi ransum berkorelasi terhadap produksi telur/henday production hal ini dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Hubungan korelasi konversi ransum dengan henday production selama enam minggu penelitian

Semakin besar nilai henday production maka semakin kecil nilai konversi ransumnya begitupun sebaliknya. Nilai R2 yang lebih besar dari0.75 membuktikan adanya hubungan korelasi antara konversi pakan dan produksi telur/henday production. Konversi ransum sangat terkait dengan konsumsi ransum dan produksi telur selama penelitian, semakin rendah nilai konversi ransum maka

(25)

13

semakin efisien ternak dalam menggunakan ransum.Pertambahan berat telur yang semakin besar pada tingkat konsumsi pakan yang sama akan menghasilkan nilai konversi yang semakin kecil (Haetami et al. 2005). Angka konversi ransum menunjukan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya (Campbell 1984). Rasyaf (2008) mengatakan bahwa, nilai konversi ransum yang baik adalah kurang dari 1 dimana pada nilai tersebut pakan digunakan sebaik-baiknya. Wahju (2004) menyatakan bahwa, ransum yang dikonsumsi ayam digunakan untuk hidup pokok kemudian untuk produksi.

Mortalitas

Kematian ayam Arab tidak terjadi pada semua perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan zeolit hingga taraf 4.5% dalam ransum tidak bersifat toksik bagi ayam Arab. Unsur-unsur ZA yang ada pada zeolit berada dalam keadaan ionik dan dapat digunakan oleh tubuh ( Slamova et al. 2011; Wu et al. 2013 ; Zhang et al. 2013). Selain itu, unsur tersebut bisa melawan efek berbahaya dari zat beracun (seperti amonia dan hidrogen sulfida) dan mengurangi kontaminasi bakteri dari usus (misalnya, Escherichia coli , Salmonella dan Disentri bacillus) karena kapasitas penyerapan yang tinggi maka zat berbahaya dapat dihilangkan dari tubuh ( Slamova et al. 2011; Wu et al. 2013 )

Penelitian telah membuktikan bahwa zeolit alam dapat ditambahkan ke dalam ransum sebagai cara untuk mengurangi racun biovibilitas secara selektif mengikat racun dalam saluran pencernaan hewan, kelembaban kotoran dan mengurangi emisi NH 3 ( Kubena et al. 1994 ; Philips et al. 1988 ; Philips et al. 1990 ). Keuntungan utama dari penggunaan zeolit yakni termasuk biaya, keamanan, dan kemudahan administrasi, karena penggunaannya hanya ditambahkan pada ransum ternak. Menurut Boyer (2000) zeolit mempunyai kemampuan dalam menyerap mycotoxin dalam ransum sehingga menurunkan kematian. Zeolit mampu meningkatkan efisiensi ransum dan mengurangi kandungan amoniak dalam kandang unggas .

Income Over Feed Cost (IOFC)

Untuk mengetahui efisiensi biaya dan penggunaan ransum secara ekonomis, selain memperhitungkan bobot telur dan efisiensi ransum, faktor efisiensi biaya juga perlu diperhitungkan. Income over feed cost (IOFC) adalah salah satu cara untuk mengetahui efisiensi biaya yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya ransum. Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan dengan total biaya ransum digunakan selama penelitian. IOFC ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha pemeliharaan ayam Arab.

(26)

14

Tabel 4 Harga bahan pakan penyusun ransum penelitian

Nama Bahan Harga bahan (Rp kg-1)

Keterangan : Harga yang dipakai merupakan harga pembelian bahan baku pada tanggal 01 Desember 2014.

Nilai IOFC selama enam minggu penelitian dapat dilihat pada pada Tabel 5. Penggunaan zeolit dengan taraf 4.5% dalam ransum dapat menghasilkan keuntungan Rp 4 053.38 per ekor jika dibandingkan dengan kontrol. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indra et al. (2012) dalam waktu empat minggu dengan jumlah ayam yang digunakan sebanyak 60 ekor rata-rata Income Over Feed Cost ayam Arab Silver Rp.15 133 per ekor.

Tabel 5 Nilai IOFC selama enam minggu penelitian Perlakuan Konsumsi

Perhitungan IOFC sangat penting dilakukan karena ransum dalam usaha peternakan persentasinya bisa mencapai 60%-70% dari biaya produksi. Menurut Yahya (2003), konsumsi ransum berperan dalam menentukan biaya pengeluaran untuk ransum ayam yang dibutuhkan selama pemeliharaan sehingga dapat mempengaruhi biaya produksi .

SIMPULAN

(27)

15

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z. 2013. Meningkatkan Produktivitas Ayam Petelur. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka

Achmanu, Muharlien. 2011. Ilmu Ternak Unggas. Malang (ID): UB Press

Alwi W. 2014. Pengaruh imbangan energi-protein terhadap performa ayam Arab. [skripsi]. Kalimantan (ID): Universitas hasanudin

Amrullah IK. 2003. Manajemen Ternak Ayam Broiler. Bogor(ID): IPB Press Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunung

Budi

Anggorodi. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta (ID): PT Gramedia Anggorodi R. 1990. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Expert Consultation. Cahiers Options Méditerranéennes 37 : 155 – 193 Campbell W. 1984. Principles of Fermentation Tegnology. New York (US):

Pergaman Pr.

Erlankgha M. 2010. Ayam Arab. [Internet]. [diunduh 2015 April 22]. Tersedia pada: http://www.infoternak.com/ayam-Arab

Hutabarat H. 2010. Penggunaan Zeolite di Bidang Peternakan. Pusat Kajian Peternakan, Perikanan, Sumberdaya Pesisir dan Laut Fakultas Peternakan. Universitas HKBP Nommensen Medan

Indra GK, Achmanu, Nurgiartiningsih A. 2012. Performa Produksi Ayam Arab (Gallus turcicus) Berdasarkan Warna Bulu. Malang (ID): Brawijaya Pr Kubena LF, Harvey RB, Huff WE, Elissalde MH, Yersin AG, Phillips TD,

Rottinghaus GE. 1993. Efficacy of a hydrated sodium calcium aluminosilicate to reduce the toxicity of aflatoxin and diacetoxyscirpenol. J Poult. Sci. 72:51–59.

Leeson S, Summers JD. 2005. Commersial Poultry Nutrition. Ed ke-3 Canada (CAN): University Brooks

Mathius IW, Sinurat AP, Sitombul DM, Manurung BP, Azmi. 2006. Pengaruh bentuk dan lama penyimpanan terhadap kualitas dan kualitas dan nilai biologis ransum komplit. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bengkulu

Meier WM, Olson DH. 1971. Zeolite frameworks. Adv. Chem. Series 101:155-170.

Meier WM, 1978. Constituent sheets in the zeolites framework of the modernit group. p 99-103. In L. B. Sand and F. A. Mumpton (edition). Natural Zeolites. Occurrence, Properties, Use. Pergamon. New York (USA): Press. Inc Elmsford

(28)

16

Nataamijaya A, Brahmantyo, Diwyanto k. 2003. Performans danm karakteristik tigagalur ayam local (Pelung, Arab, Sentul). Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29 – 30 September 2003. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 353 – 359.

Natalia H, Nista D, Sunarto, Yuni DS. 2005. Pengembangan Ayam Arab. Palembang (ID): Balai Pembibitan Ternak Unggul Sembawa.

Pambudhi W. 2003. Beternak Ayam Arab Merah. Jakarta (ID) : Agromedia Pustaka

Papaioannou D, Kyriakis SC, Papasteriadis A, Roumbies N, Yannakopoulos A, Alexopoulos C. 2002. A field study on the effect of in-feed inclusion of a natural zeolite (clinoptilolite) on health status and performance of sows/gilts and their litters. Res. Vet. Sci. 72:51-59.

Papaioannou D, Katsoulos PD, Panousis N, Karatzias H. 2005. The role of natural and synthetic zeolites as feed additives on the prevention and/or the treatment of certain farm animal diseases: A review. Microporous Mesoporous Mater. 84:161-170.

Phillips TD, Kubena LF, Harvey RB, Taylor DS, Heidelbaugh ND. 1988. Hydrated sodium calcium aluminosilicate: A high affinity sorbent for aflatoxin. J Poult. Sci. 67:243–247.

Phillips TD, Clement BA, Kubena LF, Harvey RB. 1990. Detection and detoxification of aflatoxins: Prevention of aflatoxicosis and aflatoxin residues with hydrated sodium calcium aluminosilicate. J Vet. Hum. Toxicol. 32:15–19.

Piliang WG , Djojosoebagjo S. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume II. Bogor (ID): IPB Press.

Prawitasari RH, Ismadi Vd, Estiningdriati I.2012. Kecernaan protein kasar dan serat kasar serta laju digesta pada ayam Arab yang diberi ransum dengan berbagai level Azolla microphylla. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

[PGS].Pusat Survey Geologi. 2014. Zeolit Super. Laboratorium pusat survei Geologi. Bandung

Ronald E. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Rusli KR. 2011. Giving grounds remaining mixture bran and tofu fermentation

with Monascus purpureus performance and eggs quality of layer. [Tesis]. Padang (ID): Universitas Andalas

Scott ML, Mc Nesheim, Young RJ. 1992. Nutrition of Chicken. Ithaca (IT): Scott ML and Associates Publishers.

Saerang JLP. 2003. Efek pakan dengan penambahan berbagai minyak terhadap produksi dan kualitas telur. [Internet]. [diunduh 2015 Juni 26]. Tersedia pada: http://rudyet.com/pps702-ipb/07134/pingky-saerang.pdf

Saeni MS. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. IPB

Siswohardjono W. 1982. Beberapa metode pengukuran energi metabolis bahan makanan ternak pada itik. Makalah Seminar Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(29)

17

Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan: M. Syah. Jakarta(ID): Gramedia.

Syamsu JA. 2002. Pengaruh waktu penyimpanan dan jenis kemasan terhadap kualitas dedak padi. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak. Vol 1(2) : 75-83. Rasyaf M. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-4. Jakarta (ID):

Penebar Swadaya.

Triharyanto B. 2001. Beternak Ayam Arab. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-5. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Yahya, A. 2003. Pengaruh Saccaromyces cereviciae dalam ransum terhadap pertumbuhan broiler. [Skripsi]. Bandar Lampung (ID). Universitas Lampung.

Wirawan D, Sitanggang M. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Arab Petelur. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka

Wu QJ, Zhou YM, Wu YN, Wang T. 2013. Intestinal development and function of broiler chickens on diets supplemented with clinoptilolite. Asian Australas. J. Anim. 26:987-994.

(30)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Anova berat telur selama enam minggu penelitian

SK DB JK KT Fhit Sig

Perlakuan 3 30.176 10.059 0.817 0.503

Galat 16 196.981 12.311

Total 19 227.157

Lampiran 2 Anova konsumsi ransum selama enam minggu penelitian

SK DB JK KT Fhit Sig

Perlakuan 3 43.501 14.500 8.693 0.001

Galat 16 26.688 1.668

Total 19 70.189

Lampiran 3 Uji lanjut Duncan 0.01 pada Konsumsi Ransum selama enam minggu penelitian

Perlakuan N Subset for alpha = 0.01

1 2

3.00 5 93.0570

4.00 5 95.4808

2.00 5 95.8572

1.00 5 97.1310

Sig 1.000 0.072

Lampiran 4 Anova Henday Production selama enam minggu penelitian

SK DB JK KT Fhit Sig

Perlakuan 3 240.240 80.080 0.535 0.665

Galat 16 2 393.198 149.575

Total 19 2 633.438

Lampiran 5 Anova konversi ransum selama enam minggu penelitian

SK DB JK KT Fhit Sig

Perlakuan 3 2.285 0.762 1.060 0.394

Galat 16 11.496 0.719

(31)

19

Lampiran 6 Anova massa telur selama enam minggu penelitian

SK DB JK KT Fhit Sig

Perlakuan 3 369 874.415 123 291.472 1.723 0.203 Galat 16 1 145 049.145 71 565.572

Total 19 1 514 923.560

Lampiran 7 Hasil korelasi henday production dan konversi ransum selama enam minggu penelitian

Henday Konversi

Henday Pearson Correlation 1 -.907**

Sig. (2-tailed) 0.000

N 20 20

Konversi Pearson Correlation -.907** 1

Sig. (2-tailed) 0.000

(32)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Juli 1993 di desa Labuhan Ratu Pasar, Kecamatan Sungkai Selatan, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. Penulis adalah anak kedua dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Sutrisno dan Ibu Sugianti. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1999 di Sekolah Dasar negeri 01 Labuhan Ratu Pasar, dan selesai pada tahun 2005. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2005 sampai tahun 2008 di SMP Negeri 02 Sungkai Selatan. Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah Plus Walisongo Lampung Utara, pada tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementerian Agama Republik Indonesia dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Penulis aktif sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas peternakan sebagai staf Riset dan Pengembangan mahasiswa periode 2012-2013. CSS MoRA IPB (Community of Santri Scholar of Ministry of Religious Affairs) sebagai staf Sosial Lingkungan 2012-2013. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai ketua Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia 2013-2014. Sebagai Staf Human Research and Development Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) 2013-2014. CSS MoRA IPB (Community of Santri Scholar of Ministry of Religious Affairs) sebagai Ketua departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia 2013-2014. Penulis juga aktif dalam organisasi ektra kampus, CSS MoRA Nasional (Community of Santri Scholar of Ministry of Religious Affairs) sebagai staf Pengembangan Sumber Daya Manusia 2012-2013 dan sebagai ketua 1 CSS MoRA Nasional 2013-2014 serta aktif dalam DPM MPM KM IPB tahun 2014-2015 dan Pengurus Pusat FL2MI.

Gambar

Gambar 1 ayam Arab Silver (A) ayam Arab betina  (B) ayam Arab jantan Sumber : Feathersite (2007)
Tabel 1 Kandungan mineral zeolit
Gambar 2 Polihedral yang menyusun struktur kristal mineral zeolit  Sumber : Barrer (1982)
Tabel 2 Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laci Furniture ”.Tujuan utama dari rancang bangun ini adalah untuk meningkatkan kemampuan akademis penulis dalam mengembangkan dan menerapkan teori dan praktek

Salah satu langkah yang dapat diterapkan adalah dengan terus mengembangkan kegiatan budidaya ikan (pembenihan, pendederan dan pembesaran), perlindungan jenis ikan di

Thesis, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Key Words: linguistic repertoire, Indonesian, Javanese, Chinese,

Dalam menjalankan aktivitas kegiatan sehari-harinya Adpers Art mengalami beberapa kendala diantaranya pemasaran dan promosi yang belum maksimal dilakukan karena masih

Selanjutnya perubahan iklim dan lingkungan dimasa lampau yang dapat digunakan sebagai petunjuk prediksi iklim mendatang, dapat ditelusuri dari keberadaan mineral magnetik

Teknologi augmented biasanya hanya digunakan untuk permainan game saja dan disini saya ingin mencoba untuk melakukan penelitian membuat suatu aplikasi pengenalan huruf

Penelitian Ramos et al (2016) meyebutkan bahwa karyawan dengan usia tua (lebih berpengalaman) adalah yang paling tangguh dan terikat dengan pekerjaanya, hal ini

Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari Below The Line dan Above The Line terhadap peningkatan perolehan dana zakat pada