PROFIL PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA
YANG DILAKUKAN ULTRASONOGRAFI
DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI
PERIODE BULAN JULI 2012 HINGGA DESEMBER 2012
Oleh :
Shalini Pitchai Pillai
100100396
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROFIL PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA
YANG DILAKUKAN ULTRASONOGRAFI
DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI
PERIODE BULAN JULI 2012 HINGGA DESEMBER 2012
KARYA TULIS ILMIAH
Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran.
Oleh :
Shalini Pitchai Pillai
100100396
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia baik dari segi insiden maupun morbiditinya. Untuk itu diperlukan suatu alat bantu diagnosa yang akurat sehingga dapat dilakukan tindakan deteksi dini dan pengobatan segera. Penggunaan ultrasonografi sebagai alat bantu diagnose pembesaran prostat cukup akurat dan bersifat non invasif, aman dan tidak perlu persiapan khusus.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil penderita Benign Prostate Hyperplasia yang dilakukan ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012 yang ditinjau dari umur, keluhan, dan volume prostat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 45 kasus BPH di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.
Hasil penelitian menunjukkan BPH paling banyak pada kelompok umur >66 tahun sebanyak 27 kasus (60.0%). Penderita BPH paling banyak memiliki volume prostat >51 ml (55.6%). Penderita BPH sering mengalami keluhan susah buang air kecil sebanyak 31.1% (14 kasus) di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.
ABSTRACT
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) is a worldwide health problem both in terms of incidence and morbidity. It required an accurate diagnostic tool that can be taken early detection and immediate treatment. The use of ultrasound as a diagnostic tool is quite accurate prostate enlargement and is non-invasive, safe and do not need any special preparation.
The purpose of this study was to determine the profile of patients with Benign Prostate Hyperplasia ultrasonography performed at the Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi period July 2012 to December 2012 were reviewed from age, complaints, and prostate volume.
This study is a descriptive cross-sectional design. The study sample as many as 45 cases of BPH at Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi period July 2012 to December 2012.
The results showed most of BPH in the age group > 66 years a total of 27 cases (60.0%). BPH patients has the most prostate volume > 51 ml (55.6%). BPH patients often complain of difficulty urinating as much as 31.1% (14 cases) at Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi period July 2012 to December 2012.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya karya tulis yang berjudul “Profil Pasien Benign Prostate Hyperplasia yang Dilakukan Ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Periode
Bulan Juli 2012 Hingga Desember 2012” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam proposal karya tulis ilmiah ini
masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Evo Elidar,
Sp. Rad (K) selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Kepada dr. Nenni Dwi A.Lubis, sp.,MSi selaku dosen penasehat akademik saya
selama di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Kepada kedua orangtua saya yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada
saya dalam menyelesaikan studi saya di Fakultas Kedokteran ini.
4. Seluruh teman-teman angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, terutama teman satu bimbingan saya Maria Jheny FP. Terima kasih atas
dukungan dan bantuannya.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Mahakuasa senantiasa melimpahkan karunia-Nya
kepada kita semua, dan penulis berharap semoga proposal karya tulis ilmiah ini dapat
diterima dan memberikan informasi serta sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua
Medan, 06 Januari 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
2.1. Benign Prostate Hyperplasia……… 6
2.1.1. Pengertian……….. 6
2.1.2 Patofisiologi………... 7
2.1.3 Gejala Klinis……… 8
2.2.1 Pendahuluan………... 9
2.2.2 Persiapan……… 9
2.2.3 Gambaran USG Prostat Normal………. 10
2.2.4 Gambaran USG BPH………. 10
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL………... 11 3.1 Kerangka Konsep……… 11
3.2 Definisi Operasional……… 11
BAB 4 METODE PENELITIAN 13 4.1 Jenis Penelitian……… 13
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian……… 13
4.3 Populasi dan Sampel……… 13
4.3.1 Populasi……… 13
4.3.2 Sampel……… 13
4.4 Metode Pengumpulan Data……… 14
4.5 Pengolahan dan Analisis Data……… 14
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……... 15
5.1 Hasil Penelitian………... 15
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………. 15
5.1.2.1. Distribusi Pasien BPH yang Menjalani Pemeriksaan
Ultrasonografi Berdasarkan Umur……….. 16
5.1.2.2. Distribusi Pasien BPH yang Menjalani Pemeriksaan Ultrasonografi Berdasarkan Volume Prostat………….. 16 5.1.2.3. Distribusi Pasien BPH yang Menjalani Pemeriksaan Ultrasonografi Berdasarkan Keluhan……….. 17
5.2 Pembahasan ……… 17
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 19
6.1 Kesimpulan……… 19
6.2 Saran……… 19
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Variabel, alat ukur, cara ukur, hasil ukur, dan skala ukur………...
12
5.1 Distribusi Frekuensi BPH Berdasarkan Umur………. 16
5.2 Distribusi Frekuensi BPH Berdasarkan Volume Prostat………...
16
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Gambaran normal prostat dan gambaran BPH ……… 7
Gambar 3.1 Kerangka konsep profil pasien Benign Prostate
Hyperplasiayang dilakukan ultrasonografi…………...
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Keterangan
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Persetujuan Komisi Etik
Lampiran 4 Data Induk
ABSTRAK
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia baik dari segi insiden maupun morbiditinya. Untuk itu diperlukan suatu alat bantu diagnosa yang akurat sehingga dapat dilakukan tindakan deteksi dini dan pengobatan segera. Penggunaan ultrasonografi sebagai alat bantu diagnose pembesaran prostat cukup akurat dan bersifat non invasif, aman dan tidak perlu persiapan khusus.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil penderita Benign Prostate Hyperplasia yang dilakukan ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012 yang ditinjau dari umur, keluhan, dan volume prostat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 45 kasus BPH di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.
Hasil penelitian menunjukkan BPH paling banyak pada kelompok umur >66 tahun sebanyak 27 kasus (60.0%). Penderita BPH paling banyak memiliki volume prostat >51 ml (55.6%). Penderita BPH sering mengalami keluhan susah buang air kecil sebanyak 31.1% (14 kasus) di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.
ABSTRACT
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) is a worldwide health problem both in terms of incidence and morbidity. It required an accurate diagnostic tool that can be taken early detection and immediate treatment. The use of ultrasound as a diagnostic tool is quite accurate prostate enlargement and is non-invasive, safe and do not need any special preparation.
The purpose of this study was to determine the profile of patients with Benign Prostate Hyperplasia ultrasonography performed at the Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi period July 2012 to December 2012 were reviewed from age, complaints, and prostate volume.
This study is a descriptive cross-sectional design. The study sample as many as 45 cases of BPH at Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi period July 2012 to December 2012.
The results showed most of BPH in the age group > 66 years a total of 27 cases (60.0%). BPH patients has the most prostate volume > 51 ml (55.6%). BPH patients often complain of difficulty urinating as much as 31.1% (14 cases) at Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi period July 2012 to December 2012.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau Pembesaran Prostat Jinak (PJJ)
merupakan kelainan kedua tersering yang dijumpai pada Klinik Urologi di Indonesia
setelah batu saluran kemih. BPH sebenarnya merupakan istilah histopatologi dimana
terjadi peningkatan jumlah sel stroma dan sel epitel dari kelenjar prostat. Tidak semua
pasien BPH berkembang menjadi BPH yang bergejala atau symptomatic BPH, hanya
terdapat 50% pasien BPH yang memiliki bukti mikroskopik hiperplasia nodular yang
bisa dideteksi secara klinis dan menimbulkan gejala klinis (Rahmah dan Munira,
2011).
Menurut Abbas (2005) dalam Hamawi (2010), di dunia, insidensi BPH
meningkat seiring bertambahnya usia, pada usia 40-an, kemungkinan seseorang itu
menderita penyakit ini adalah sebesar 40%, dan setelah meningkatnya usia, yakni
dalam rentang usia 60 hingga 70 tahun, persentasenya meningkat menjadi 50% dan
diatas 70 tahun, persen untuk mendapatkannya bisa mencapai 90%, tetapi jika dilihat
secara histologi penyakit BPH secara umum melibatkan 20% pria pada usia 40-an,
dan meningkat secara dramatik pada pria berusia 60-an, dan 90% pada usia 70 tahun.
Secara umumnya, di dunia, pada tahun 2003 ditemukan lebih kurang 220.900 kasus
baru BPH.
Perubahan volume prostat terjadi secara bervariasi berdasarkan tingkatan
umur, dimana volume prostat meningkat menjadi 25 cc pada pria usia 30 tahun dan
pada usia 70 tahun menjadi sekitar 35-45 cc (Rahmah dan Munira, 2011).
Menurut Anonim (2010) dalam Juwono et al. (2011), keluhan yang
bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) yang terdiri atas gejala obstruksi
maupun iritasi yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran
miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas setelah
miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urin. Hubungan antara BPH dengan
kumpulan gejala saluran kemih bawah sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH
mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan
oleh BPH.
Menurut Rosette et al. (2004) dalam Juwono et al. (2011), BPH adalah suatu
kondisi berhubungan erat dengan penuaan, meskipun tidak mengancam nyawa,
manifestasi klinis sebagai kumpulan gejala saluran kemih bawah mengurangi kualitas
hidup pasien. Kumpulan gejala saluran kemih bawah dapat terjadi pada 30% pria
berusia lebih dari 65 tahun. Beberapa studi klinis epidemiologi telah dilakukan di
seluruh dunia selama 20 tahun terakhir, namun demikian prevalensi BPH klinis tetap
sulit untuk ditentukan. Definisi klinis yang standar untuk menentukkan BPH masih
belum jelas, hal ini yang membuat kesulitan untuk melakukan studi epidemiologi
yang memadai.
Menurut Terris (2002) dalam Sutapa et al. (2007), selama ini volume prostat
telah digunakan sebagai kriteria untuk diagnosa BPH. Penentuan volume prostat
sangat berguna untuk rencana terapi dan monitoring hasil terapi BPH. Penentuan
volume prostat dapat dilakukan dengan pemeriksaan colok dubur, ultrasonografi
(USG), magnetic resonance imaging (MRI) , computed tomography (CT).
Perkiraan volume prostat menggunakan colok dubur adalah tidak akurat,
sedangkan MRI dan CT dapat lebih tepat untuk mengukur volume prostat tetapi
pemeriksaan ini mahal, Roehborn (2002) dalam Sutapa et al. (2007).
Hricak (1987) membandingkan volume prostat menggunakn USG dan MRI,
prostate (TURP), dan prostatektomi terbuka, diperoleh hasil bahwa dengan
Transabdominal ultrasonography (TAUS), rerata perbedaan volume adalah 14%
(SD±12), sedangkan dengan MRI rerata perbedaan volume adalah 6% (SD±6),
(Sutapa et al., 2007).
Penelitian membandingkan volume prostat menggunakan USG transabdominal
dan transrektal memang telah dipublikasikan sebelumnya, tetapi masih sedikit
penelitian yang membandingkan volume prostat menggunakan alat USG
transabdominal yang berbeda, dan operator yang berbeda. Satu laporan oleh Chung
(2004) menyimpulkan bahwa secara statistik, tidak ada perbedaan yang bermakna
antara USG transabdominal dan transrektal, untuk mengukur volume prostat pada
pasien yang sama. Secara statistik juga tidak ada perbedaan yang bermakna antara
USG transabdominal yang berbeda, atau USG transrektal dengan operator yang
berbeda (Sutapa et al., 2007).
Roehborn (1986) menganjurkan memeriksa prostat menggunakan USG
transabdominal karena pemeriksaannya mudah, tidak invasif, tidak memerlukan
persiapan khusus pada pasien, dapat memperkirakan volume prostat secara tepat,
dapat memberikan informasi tambahan tentang pertumbuhan prostat intravesika,
jumlah residual urine serta dapat mengetahui adanya kelainan buli-buli (Sutapa et al.,
2007).
Gacci et al. (2004) dalam Sinaga et al. (2006), penatalaksanaan terhadap
penyakit BPH secara umum adalah dengan medikamentosa dan operatif. Tindakan
prostatektomi terbuka dapat mengatasi gejala obstruksi dan memperbaiki kualitas
hidup.
Berdasarkan uraian bahwa BPH dapat didiagnosis dengan menggunakan
ultrasonografi yang merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan
pemeriksaan penunjang lain seperti MRI dan CT scan, maka peneliti merasa tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Profil Pasien Benign Prostate Hyperplasia
yang Dilakukan Ultrasonografi”. Semakin awal dijumpai BPH, maka semakin baik
prognosisnya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat profil pasien Benign Prostate
Hyperplasia yang dilakukan ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi
periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat suatu rumusan masalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah profil pasien Benign Prostate Hyperplasia
yang dilakukan ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan
Juli 2012 hingga Desember 2012?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui profil penderita Benign Prostate Hyperplasia yang
dilakukan ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli
2012 hingga Desember 2012 yang ditinjau dari umur, keluhan, dan volume
prostatnya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui jumlah penderita Benign Prostate Hyperplasia di Rumah Sakit
Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.
2. Mengetahui distribusi umur pada penderita Benign Prostate Hyperplasia di
2012.
3. Mengetahui distribusi penderita Benign Prostate Hyperplasia berdasarkan
keluhan utama yang menjalani pemeriksaan ultrasonografi di Rumah Sakit
Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.
4. Mengetahui volume prostat pada penderita Benign Prostate Hyperplasia di
Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember
2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Melalui penelitian ini, peneliti dapat mulai mengaplikasikan ilmu
pengetahuan di bidang statistik kedokteran yang telah didapat selama
masa perkuliahan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan dan
dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan bagi penelitian lain.
3. Data atau informasi hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh dokter
dalam penegakan diagnosis Benign Prostate Hyperplasia dengan
mempertimbangkan usia yang beresiko dalam penyakit Benign Prostate
Hyperplasia yang paling berpengaruh dalam insidensinya.
4. Untuk mensosialisasikan ultrasonografi sebagai skrining Benign Prostate
Hyperplasia dengan menggunakan ultrasonografi pada pria diatas usia 40
tahun sehingga dapat menurunkan angka morbiditas penyakit kelainan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Benign Prostate Hyperplasia (BPH) 2.1.1. Pengertian BPH
Menurut Anonim (2009) dalam Hamawi (2010), BPH secara umumnya
dinyatakan sebagai Pembesaran Prostat Jinak. Maka jelas dari pengertian secara
umum sebelumnya, terdapatnya sesuatu yang menyebabkan prostat membesar.
Hiperplasia adalah penambahan ukuran suatu jaringan yang disebabkan oleh
penambahan jumlah sel yang membentuknya. Maka dapat didefinisikan bahwa
hiperplasia prostat adalah pembesaran prostat yang jinak bervariasi berupa hiperplasia
kelenjar. Namun orang sering menyebutnya dengan hipertrofi prostat, namun secara
histologi yang dominan adalah hiperplasia dibanding hipertrofi.
Menurut Berry (1984) dalam Hamawi (2010), secara histologi, BPH dapat
didefinisikan sebagai pembesaran nodular secara regional dengan kombinasi
proliferasi stroma dan glandular yang berbeda yang ditandai dengan adanya
peningkatan sel epitel dan sel stroma di dalam daerah periuretra pada prostat.
Pengertian BPH secara klinikal, menurut NCI : Definition of Cancer Terms
dalam Hamawi (2010), BPH adalah suatu pembesaran jinak kelenjar prostat,
disebabkan oleh hiperplasia beberapa atau semua komponen dari prostat yang
meliputi jaringan dari kelenjar maupun jaringan fibromaskuler yang menyebabkan
terjadinya penyumbatan uretra prostat dan bersifat non-kanker.
Hiperplasia kelenjar prostat adalah suatu pertumbuhan yang cepat sehingga
kelenjar prostat membengkak dengan penyebabnya diduga karena adanya
ketidakseimbangan hormonal yaitu kadar testosteron yang tinggi dalam darah.
Pembesaran kelenjar prostat demikian hebat sehingga mengarah ke dalam rongga
nanah. Akan tetapi jika terbentuk kista maka kotoran yang keluar dari penis berwarna
keabu-abuan atau kemerahan berisi darah (Pratiwi, 2012).
Kelainan kelenjar prostat sering disertai dengan konstipasi, hernia perinealis
dan urin yang tertahan. Gejala lain yang tampak dari hiperplasia kelenjar prostat
adalah penurunan berat badan dan anoreksia. Hiperplasia kelenjar prostat
menyebabkan retensi urin di dalam vesika urinaria dan keadaan ini cenderung
menyebabkan sistitis yaitu radang pada vesika urinaria (Pratiwi, 2012).
Menurut Sjamsuhidajat (1996) dalam Furqan (2003), BPH merupakan
penyakit pada pria usia diatas 50 tahun yang sering dijumpai karena letak anatominya
yang mengelilingi uretra, pembesaran dari prostat akan menekan lumen uretra yang
menyebabkan sumbatan dari aliran kandung kemih. Prostat akan semakin membesar
dengan meningkatnya usianya.
Menurut Pratiwi (2012), pada kondisi normal ukuran diameter kelenjar prostat
2,5 – 3 cm sedangkan pada kondisi hiperplasia dapat mencapai 5 – 6 cm atau lebih
besar lagi bila ada kista di dalamnya.
Gambar 2.1 : Gambaran normal prostat dan gambaran BPH Sumber: Wibowo, 2013, Referat Benign Prostat Hyperplasia
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan
akan menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal. Buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan ini untuk
mengeluarkan urinnya. Kontraksi secara terus-menerus menyebabkan perubahan
anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya
selula, sakula, dan divertikel buli-buli.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan
pada saluran kemih sebelah bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) yang
dulu dikenal dengan gejala prostatismus.
Tekanan intravesikal yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini akan
menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks
vesiko-ureter. Jika keadaan ini berlangsung terus, dapat mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis, dan gagal ginjal (Nurs dan Baticaca, 2008).
2.1.3. Gejala klinis BPH
Menurut Brown (1982), Blandy (1983), Burkit (1990), Forrest (1990),
Weinerth (1992) dalam Furqan (2003), gejala klinik yang timbul disebabkan oleh
karena dua hal yang terdiri daripada obstruksi dan iritasi yaitu:
- Gejala pertama yang paling sering dijumpai adalah penurunan kekuatan
pancaran dan kaliber aliran urin, oleh karena lumen uretra mengecil dan
tahanan di dalam uretra mengecil dan tahanan di dalam uretra meningkat,
sehingga kandung kemih harus memberikan tekanan yang lebih besar
untuk dapat mengeluarkan urin.
- Sulit memulai kencing (hesitancy) menunjukan adanya pemanjangan
periode laten, sebelum kandung kemih dapat menghasilkan tekanan
intra-vesika yang cukup tinggi.
tinggi selama berkemih, aliran urin dapat berhenti dan dribbling (urin
menetes setelah berkemih) bias terjadi. Untuk meningkatkan usaha
berkemih pasien biasanya melakukan valvasa menauver sewaktu
berkemih.
- Otot-otot kandung kemih menjadi lemah dan kandung kemih gagal
mengosongkan urin secara sempurna, sejumlah urin tertahan dalam
kandung kemih sehingga menimbulkan sering berkemih (frequency) dan
sering berkemih malam hari (nocturia).
2.2 Ultrasonografi 2.2.1. Pendahuluan
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic (pencitraan
diagnostik) untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, di mana kita dapat mempelajari
bentuk, ukuran anatomis, gerakan, serta hubungan dengan jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan ini bersifat noninvasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita,
dapat dilakukan dengan cepat, aman, dan data yang diperoleh mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi. Tidak ada kontraindikasinya, karena pemeriksaan ini sama
sekali tidak akan memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir ini,
diagnostik ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG
mempunyai peranan yang penting untuk menentukan kelainan berbagai organ tubuh
(Boer, 2005).
Ultrasonografi menggunakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi diatas
20.000 hertz ( >20 kilohertz) untuk menghasilkan gambaran struktur organ di dalam
tubuh. Manusia dapat mendengar gelombang suara 20-20.000 hertz. Gelombang
suara antara 2,5 sampai dengan 14 kilohertz digunakan untuk diagnostik. Gelombang
suara dikirim melalui suatu alat yang disebut transducer atau probe. Obyek didalam
tubuh akan memantulkan kembali gelombang suara yang kemudian akan ditangkap
oleh suatu sensor, gelombang pantul tersebut akan direkam, dianalisis dan
Ultrasonografi yang terbaru dapat menayangkan suatu obyek dengan gambaran tiga
dimensi, empat dimensi dan berwarna. Efek samping yang sering dilaporkan adalah
alergi pada jeli yang diberikan untuk membantu meningkatkan perambatan
gelombang suara yang dipancarkan oleh transducer. Pengaruh dari gelombang
ultrasonik sendiri belum ada yang melaporkan berakibat buruk bagi kesehatan
manusia (Lyanda et al., 2011).
2.2.2. Persiapan
Sebenarnya tidak diperlukan persiapan khusus. Untuk pemeriksaan daerah
pelvis, buli-buli harus penuh (Boer, 2005).
2.2.3. Gambaran ultrasonografi prostat normal
Pada pemeriksaan kelenjar prostat dengan menggunakan transabdominal
ultrasound, tampak kelenjar prostat sebagai struktur homogeny, mengelilingi struktur
ovoid tipis, uniform, low level dan disertai reflektifitas akustik. Zona anatomi tidak
dapat ditampilkan. Hubungan antara kandung kencing dan kelenjar prostat dapat
ditampilkan. Vesikula seminalis pada potongan transversal tampak sebagai “bow tie”
atau bentuk tubuler dengan ekogenisitas yang sama atau lebih rendah dari pada
prostat. Pada potongan longitudinal kelenjar prostat tampak sebagai “triangular
protuberances” yang meluas dan seringkali tidak dapat dibedakan dengan aspek
superior dari kelenjar (Armaini, 2003).
Pengukuran volume kelenjar prostat didasarkan pada rumus matematika
untuk suatu “prolate ellipse” yang diturunkan dari volume = 0,52 x CC x AP x W
(dalam cm³), (keterangan CC= Craniocaudal, AP= Anteroposterior, W= lebar pada
potongan transversal). Pengukuran ini dapat diubah menjadi satuan berat gram (gm)
dengan mengalikan berat jenis tertentu dari jaringan yang kira-kira mendekati 1
gm/cm³ (Armaini, 2003).
Menurut Presti et al., (2008), ukuran normal prostat adalah 3- 4 cm pada
2.2.4. Gambaran Ultrasonografi BPH
Menurut Wibowo (2013), gambaran sonografi BPH menunjukkan pembesaran
bagian dalam glandula, yang relatif hipoekoik dibanding zona perifer. Zona transisi
hipoekoik cenderung menekan zona central dan perifer. Batas yang memisahkan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui umur yang beresiko,
keluhan, dan volume prostat di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode bulan Juli 2012
hingga Desember 2012.
Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka kerangka konsep dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1. : Kerangka konsep profil pasien Benign Prostate Hyperplasia yang dilakukan ultrasonografi
3.2 Definisi Operasional
1. Ultrasonografi Prostat adalah sebuah metode untuk memvisualisasikan kelenjar prostat dengan menggunakan gelombang suara ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi sangat tinggi.
2. Benign Prostate Hyperplasia adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral
prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke
perifer dan pembesaran kelenjar prostat bersifat jinak yang hanya timbul pada laki-
laki yang biasanya pada usia pertengahan atau lanjut dan ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan patologi anatominya sebagai gold standard.
3. Umur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lama waktu hidup atau ada
(sejak dilahirkan atau diadakan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Ultrasonografi
Prostat
4. Keluhan bermaksud apa yang dikeluhkan atau keluh kesah (nomina).
5. Volume prostat adalah isi prostat atau besarnya prostat.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian uji diagnostik untuk melihat profil pasien
Benign Prostate Hyperplasia yang dilakukan ultrasonografi di RSUD Dr. Pirngadi
Medan periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012. Pendekatan yang digunakan
pada desain penelitian ini adalah uji diagnostik yang berupa cross-sectional study
deskriptif dimana akan dilakukan pengumpulan data dari rekam medis pada pasien di
RSUD Dr. Pirngadi Medan.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Adapun pertimbangan
peneliti dalam memilih lokasi tersebut adalah dikarenakan banyaknya penggunaan
ultrasonografi dalam penegakan diagnosis Benign Prostate Hyperplasia di RSUD Dr.
Pirngadi Medan.
Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan dilakukan periode bulan Juli 2012
hingga Desember 2012, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Benign Prostate
Hyperplasia yang menjalani pemeriksaan ultrasonografi di RSUD Dr. Pirngadi
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah pasien Benign Prostate Hyperplasia yang
menjalani pemeriksaan ultrasonografi di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode bulan
Juli 2012 hingga Desember 2012. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan metode total sampling.
Kriteria inklusi:
Semua data rekam medis berupa umur, keluhan, dan volume prostat di RSUD
Dr. Pirngadi Medan periode bulan Juli 2012.
Kriteria eksklusi:
Rekam medis yang tidak lengkap.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pada tahap awal, peneliti mengajukan permohonan izin pelaksana penelitian
pada institusi pendidikan Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Kemudian permohonan izin yang diperoleh dikirim ke
bagian tata usaha RSUD Dr.Pirngadi Medan. Setelah mendapat izin, maka peneliti
melaksanakan pengumpulan data penelitian.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
observasi jumlah pasien yang menjadi sampel penelitian serta disesuaikan dengan
kriteria inklusi dan eksklusi data-data rekam medis pasien penderita Benign Prostate
Hyperplasia di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode bulan Juli 2012 hingga Desember
2012. Kemudian dilanjutkan dengan pencatatan rekam medis pasien yang menjadi
target penelitian. Setelah seluruh data terkumpul, dilakukan analisa terhadap data
tersebut.
Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan kemudian diolah
sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui profil pasien Benign
Prostate Hyperplasia berdasarkan usia, keluhan, dan volume prostat dari rekam
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan atau sering disingkat RSUPM
merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan RI Nomor : 433/Menkes/SK/IV/2007.
RSU Dr.Pirngadi Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah
pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera
Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat
bervariasi.
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan terletak di Jl. Prof. HM Yamin SH
No. 47 Medan yang merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan di kota Medan
yang berstatus milik pemerintah Kota Medan. Data penelitian ini diambil dari bagian
instalasi rekam medis yang terletak di lantai 1 Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
lainnya dimasukkan ke dalam kriteria ekslusi karena hasil pemeriksaan ultrasonografi
prostat yang tidak tercantum di dalam rekam medis atau data rekam medis lain yang
tidak lengkap. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang
berasal dari rekam medis pasien yang menjalani pemeriksaan ultrasonografi di
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan selama periode bulan Juli 2012 hingga
Desember 2012.
nomor rekam medis, umur, volume prostat, keluhan utama dan diagnosis
pascaoperasi atau patologi anatomi.
5.1.2.1 Distribusi Pasien BPH yang Menjalani Pemeriksaan Ultrasonografi Berdasarkan Umur.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi BPH Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi (N) Persentase (%)
40 – 45 tahun 2 4.4
46 - 50 tahun 1 2.2
51 - 55 tahun 1 2.2
56 - 60 tahun 4 8.9
61 - 65 tahun 10 22.2
>66 tahun 27 60.0
Total 45 100.0
Berdasarkan tabel 5.1, didapati bahwa jumlah pasien yang menjalani
pemeriksaan ultrasonografi pada usia 40 - 45 tahun sebanyak 2 orang (4.4%), pada
rentang usia 46 - 50 tahun sebanyak 1 orang (2.2%), pada rentang usia 51 - 55 tahun
sebanyak 1 orang (2.2%), pada rentang usia 56 - 60 tahun sebanyak 4 orang (8.9%),
pada rentang usia 61 - 65 tahun sebanyak 10 orang (22.2%), dan pada rentang usia
5.1.2.2 Distribusi Pasien BPH yang Menjalani Pemeriksaan Ultrasonografi Berdasarkan Volume Prostat.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi BPH Berdasarkan Volume Prostat
Volume Prostat Frekuensi (N) Persentase (%) 35 – 40 ml 12 26.7
41 - 45 ml 3 6.7
46 - 50 ml 5 11.1
>51 ml 25 55.6
Total 45 100.0
Berdasarkan tabel 5.2, didapati bahwa jumlah pasien yang menjalani
pemeriksaan ultrasonografi dan didiagnosis berdasarkan volume prostat pada 35 - 40
ml sebanyak 12 orang (26.7%), pada volume prostat 41 – 45 ml sebanyak 3 orang
(6.7%), pada volume prostat 46 – 50 ml sebanyak 5 orang (11.1%), dan pada volume
5.1.2.3 Distribusi Pasien BPH yang Menjalani Pemeriksaan Ultrasonografi
Berdasarkan Keluhan.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi BPH Berdasarkan Keluhan
Keluhan Utama Frekuensi (N) Persentase (%)
BAK tersendat-sendat 4 8.9
Merasa tidak puas sesudah BAK
4 8.9
Total 45 100.0
Berdasarkan tabel 5.3, memperlihatkan bahwa penderita BPH yang
didiagnosis dengan ultrasonografi berdasarkan keluhan di Rumah Sakit Umum
Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012 adalah nyeri saat buang
air kecil sebanyak 9 kasus (20.0%), susah buang air kecil sebanyak 14 kasus (31.1%),
inkontinens urine sebanyak 2 kasus (4.4%), buang air kecil berdarah sebanyak 4
kasus (8.9%), tidak bisa buang air kecil sebanyak 6 kasus (13.3%), retensi urine
sebanyak 2 kasus (4.4%), buang air kecil tersendat-sendat sebanyak 4 kasus (8.9%)
dan merasa tidak puas sesudah buang air kecil sebanyak 4 kasus (8.9%).
meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Menurut Oktaviana (2012), dengan
bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu produksi
testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan
adiposa yang merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma.
Menurut Mochtar2 et al. dalam Srihari (2013), penderitat BPH paling banyak
memiliki volume prostat di atas 43.9 ml sebanyak (1859 kasus) 82.1%. Hasil dari
penelitian, didapati bahwa penderita BPH paling banyak memiliki volume prostat
>51 ml sebanyak 25 kasus (55.6%) dan paling sedikit adalah 41- 45 ml sebanyak 3
kasus (6.7%). Jumlah kasus yang sedikit dalam penelitian ini menyebabkan hasilnya
berbeda.
Menurut Khan et al. (2008), penderita BPH sering mengalami disuria dan
urgensi sebanyak 64 kasus (64%). Pada penelitian ini, didapati bahwa penderita BPH
sering menderita dengan keluhan susah buang air kecil sebanyak 14 kasus (31.1%)
dan paling sedikit menderita dengan keluhan inkontinens urine dan retensi urine
masing-masing 2 kasus (4.4%). Hal ini karena, menurut Rahmah dan Munira (2011),
pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat
diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat 45 penderita Benign Prostate Hyperplasia di Rumah Sakit Umum
Dr. Pirngadi Medan selama periode Juli 2012 hingga Desember 2012.
2. Prevalensi penyakit Benign Prostate Hyperplasia sering pada kelompok
umur >66 tahun sebanyak 27 kasus (60.0%) di Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan selama periode Juli 2012 hingga Desember 2012.
3. Prevalensi penyakit Benign Prostate Hyperplasia sering memiliki volume
prostat >51 ml sebanyak 27 kasus (55.6%) di Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan selama periode Juli 2012 hingga Desember 2012 .
4. Prevalensi penyakit Benign Prostate Hyperplasia sering menderita keluhan
susah buang air kecil sebanyak 14 kasus (31.1%) di Rumah Sakit Umum
Dr. Pirngadi Medan selama periode Juli 2012 hingga Desember 2012.
6.2. Saran
1. Sehubungan dengan tingginya angka kejadian BPH, maka skrining prostat
harus secara intensif dilakukan dengan menggunakan ultrasonografi pada
laki-laki dari kelompok umur >40 tahun sehingga keluhan-keluhan BPH
dapat dikurangi.
2. Di rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, rekam medis sebagai sumber
data penelitian sebaiknya lebih lengkap dalam melampirkan unsur-unsur
demografi, pelaporan pemeriksaan, hasil pemeriksaan dan follow up yang
dilakukan, serta lebih spesifik dalam pengklasifikasian sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Amaliaturrahmah dan Munira, 2011. Benigna Prostate Hyperplasia (BPH). Available from: http://www.scribd.com/doc/118670931/Benigna-Prostate-Hyperplasia-BPH [Accessed 13 Mei 2013]
Apri Lyanda, Budhi Antariksa, Elisna Syahruddin, 2011. Ultrasonografi Toraks. Available from: http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2011/02/jri-jan-2011-38-43.pdf [Accessed 07 Mei 2013]
Azwar Boer, 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 453-457
Basuki B Purnomo (2009). Dasar-dasar Urologi, edisi 2. CV.Sagung Seto
Jakarta.
Cahya Daris Tri Wibowo, 2013. Referat Benign Prostate Hyperplasia (BPH).
Available from: http://www.scribd.com/doc/134583802/Referat-Bph-Dr-haryadi [Accessed 11 Mei 2013]
Courtney M.Townsend, JR.,MD et.al., 2008. Sabiston Textbook of Surgery. Edisi 18. Saunders Elsevier, Canada. 2269
Dr.Nursalam, M.Nurs. (Hons), Fransisca B.Batticaca, S.Pd., S.Kep.,Ns, 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Salemba Medika. Bab 8. 125-135
DR. Srihari S.R., 2013. The Study of Prostate Specific Antigen and Prostate Volume
in Benign Prostatic Hyperplasia. Available from:
www.rguhs.ac.in/cdc/onlinecdc/uploads/01_M027_45001.doc [Accessed 11 November 2013]
Furqan, 2003. Evaluasi Biakan Urin pada Penderita BPH Setelah Pemasangan Kateter Menetap:Pertama Kali dan Berulang. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6206/1/bedah-furqan.pdf [Accessed 22 Mei 2013]
Intan Telani Oktaviana 2012.Referat Benign Prostatic Hyperplasia. Available
from:http://www.scribd.com/doc/84459638/Referat-Benign-Prostat-
Hypertrophy [Accessed 24 Mei 2013]
Ishtiaq Ali Khan et al., 2008. Carcinoma of Prostate in Clinically Benign Enlarged
Gland. Available from:
http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/PAST/20-2/Ishtiaq.pdf [Accessed 13 November 2013]
Joseph C.Presti, Jr,MD, Christopher J.Kane,MD, Katsuto Shinohara, MD,& Peter R.Carroll,MD, 2008. Smith’s General Urology. Edisi 17. Mc Graw Hill. 348
Mohd Lokman Hamawi, 2010. Gambaran Histopatologi Penyakit Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH) dan Kanker Prostat di Laboratorium Patologi Anatomi
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan, Periode 2008-2009.
Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21372 [Accessed 23 Mei 2013]
Novi Noferdina Armaini, 2003. Uji Diagnostik Pemeriksaan Ultrasonografi dengan Pemeriksaan Patologi Anatomi dalam Mendiagnosis Karsinoma Prostat. Available from: http://eprints.undip.ac.id/14764/1/2003FK611.pdf.[Accessed 25 Mei 2013]
Pradip R.Patel 2005. Lecture Notes Radiologi, edisi 2.Penerbit Erlangga, Jakarta.
Raden Bagus Adiwinoto Dwi Juwono, Lina Choridah, Sudarmanta, 2012. Hubungan Pembesaran Prostat jinak pada Sonografi Transabdominal dengan Derajat Sumbatan Leher Kandung Kemih pada Uroflowmetri. Available from: http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail& act=view&typ=html&buku_id=56088&obyek_id=4 [Accessed 14 Mei 2013]
Usul M.Sinaga, Harry B., Aznan Lelo 2006. Perubahan Kualitas Hidup Penderita
Pembesaran Prostat Jinak Pasca-prostatektomi Terbuka. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15628/1/mkn-sep2006-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Shalini Pitchai Pillai
Tempat / Tanggal Lahir : Malaysia / 02 Februari 1989
Agama : Hindu
Alamat : Sri Kandi House, Jl.Sei Padang Komplek Perjuangan
No.2, Medan,
Indonesia.
Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Jenis Kebangsaan (T) Ulu Sepetang, Malaysia (1996-2001)
2. Sekolah Menengah Kebangsaan Bukit Jana, Kamunting, Perak, Malaysia
(2002-2004)
3. Sekolah Menengah Kebangsaan Bukit Jana, Kamunting, Perak, Malaysia
(2005-2006)
4. Sekolah Menengah Kebangsaan Seri Aman Petaling Jaya, Malaysia (2007)
Riwayat Organisasi :
1. Anggota Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia Di Indonesia (PKPMI),
Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Anggota Kelab Kebudayaan India Malaysia (KKIM),
DATA INDUK
BPH 39 Buang air kecil tersendat-sendat
17
85.27.31 61
BPH 109,7 Merasa tidak puas sesudah buang air kecil
32 82.45.33 62 BPH 90,2 Susah buang air kecil 33 84.60.65 67 BPH 74,4 Retensi urine
34 85.73.19 70 BPH 51 Susah buang air kecil 35 86.26.94 64 BPH 110,1 Susah buang air kecil 36 85.32.28 77 BPH 58 Merasa tidak puas sesudah
buang air kecil
37 25.75.75 74 BPH 37,5 Buang air kecil tersendat-sendat
38 85.71.98 67 BPH 43,2 Susah buang air kecil 39 77.35.88 70 BPH 96 Nyeri saat buang air kecil 40 85.44.78 77 BPH 62,8 Susah buang air kecil 41 85.01.79 67 BPH 48,3 Susah buang air kecil 42 66.60.59 72 BPH 53,7 Buang air kecil berdarah 43 84.45.64 71 BPH 50 Tidak bisa buang air kecil 44 85.05.35 64 BPH 70,1 Merasa tidak puas sesudah
OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN
Frekuensi Data Penelitian BPH
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 40-45 2 4.4 4.4 4.4
46-50 1 2.2 2.2 6.7
51-55 1 2.2 2.2 8.9
56-60 4 8.9 8.9 17.8
61-65 10 22.2 22.2 40.0
>66 27 60.0 60.0 100.0
Total 45 100.0 100.0
Volume Prostat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 35-40 12 26.7 26.7 26.7
41-45 3 6.7 6.7 33.3
46-50 5 11.1 11.1 44.4
>51 25 55.6 55.6 100.0
Keluhan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Nyeri saat BAK 9 20.0 20.0 20.0
Susah BAK 14 31.1 31.1 51.1
Inkontinens urine 2 4.4 4.4 55.6
BAK berdarah 4 8.9 8.9 64.4
Tidak bisa BAK 6 13.3 13.3 77.8
Retensi urine 2 4.4 4.4 82.2
BAK tersendat-sendat 4 8.9 8.9 91.1
Merasa tidak puas sesudah BAK 4 8.9 8.9 100.0
Total 45 100.0 100.0