• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Fungi Endemic Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Rhizophora Mucronata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Fungi Endemic Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Rhizophora Mucronata"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBEDAAN USAHA PENANGKAPAN IKAN

MENGGUNAKAN PERAHU MOTOR DAN PERAHU

TANPA MOTOR DIKABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

(STUDI KASUS : DESA PESISIR, Kec. TANJUNG BERINGIN)

SKRIPSI

OLEH

RINA MAY SARAH NST 040304077

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PERBEDAAN USAHA PENANGKAPAN IKAN MENGGUNAKAN PERAHU MOTOR DAN PERAHU

TANPA MOTOR DIKABUPATEN SERDANG BEDAGAI

(STUDI KASUS : DESA PESISIR, Kec. TANJUNG BERINGIN)

OLEH

RINA MAY SARAH NST 040304077

Skripsi Adalah Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Studi Untuk Meraih Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan.

Diketahui Oleh :

Ketua Anggota

( Ir. Thomson Sebayang, MT ) ( Ir. Iskandarini, MM NIP. 195711151986011001 NIP. 196405051994032002 )

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 17 Mei 1986 dari ayah M. Syukur Nst, SH dan Ibu Alm.E. Sari Harahap. Penulis merupakan Putri kedua dari lima bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri I, Medan dan pada Tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Reguler Mandiri. Penulis memilih program studi Agribisnis Departemen Agribisnis.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perbedanaan Usaha Penangkapan Ikan Menggunakan Perahu Motor dan Perahu Tanpa Motor Dikabupaten Serdang Bedagai”.

Pada kesempatan ini penulis menghanturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Ibu Ir. Iskandarini, MM selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus untuk Bapak Zulkarnaen, SH di Balai Meteorologi dan Geofisika Medan, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas bantuannya selama penulis mengumpulkan data.

(5)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka ... 7

DESKRPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK NELAYAN SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

Karakeristik Nelayan Sampel ... 30

KEGIATAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN Persiapan Berangkat ke Laut ... 31

Waktu Melaut ... 31

Daerah Operasi dan Jumlah Trip ... 32

Penangkapan Ikan di Laut dan Penyortiran ... 33

Penjualan Hasil Tangkapan di Tempat Pelelangan Ikan ... 34

(6)

Hal Perbedaan Penerimaan dan Pendapatan Antara Usaha Penangkapan

Ikan dengan Perahu Motor < 5 GT dan Perahu Tanpa Motor ... 39

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43

Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(7)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Kelompok Alat Tangkap Ikan Nelayan ... 10 2. Jumlah Nelayan Per Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai 2006 ... 20 3. Jumlah Nelayan dan Perahu di Kecamatan Tanjung Beringin ... 21 4. Komposisi Penduduk Desa Tebing Tinggi Menurut Mata Pencaharian

2009 ... 27 5. Komposisi Penduduk Desa Bagan Kuala Menurut Mata Pencaharian

2009 ... 28 6. Komposisi Penduduk Desa Pekan Tanjung Beringin Menurut

Mata Pencaharian 2009 ... 29 7. Karakteristik Nelayan Sampel ... 30 8. Daerah Operasi Penangkapan Ikan di Indonesia Yang Dibedakan

Berdasarkan Jarak Dari Pantai ... 32 9. Perincian Unit Usaha Penangkapan Ikan Dengan Menggunakan Perahu

Motor < 5 GT dan Perahu Tanpa Motor ... 32 10. Perbedaan Jenis dan Jumlah Hasil Tangkapan dengan Perahu Motor

< 5 GT dan Perahu Tanpa Motor ... 36 11. T.Test Independent Jumlah Rata-rata Hasil Tangkapan Per Trip Perahu

(8)

Perahu Motor < 5 GT dan Perahu Tanpa Motor ... 38 13. T.Test Independent Biaya Opersional Per Trip Perahu Motor

< 5 GT dan Perahu Tanpa Motor ... 38 14. Perbedaan Penerimaan Antara Usaha Penangkapan Ikan dengan Perahu

Motor < 5 GT dan Perahu Tanpa Motor ... 40 15. T.Test Independent Penerimaan Per Trip Perahu Motor < 5 GT dan

Perahu Tanpa Motor ... 41 16. Perbedaan Pendapatan Antara Usaha Penangkapan Ikan dengan Perahu

Motor < 5 GT dan Perahu Tanpa Motor ... 41 17. T.Test Independent Pendapatan Per Trip Perahu Motor < 5 GT dan

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Karakteristik Nelayan Perahu Motor ... 47

2. Karakteristik Nelaayan Sampel Perahu Tanpa Motor ... 47

3. Rata-rata Jumlah Hasil Tangkapan Per Trip Untuk Perahu Motor < 5 GT ... 48

4. Rata-rata Jumlah Hasil Tangkapan Per Trip Untuk Perahu Tanpa Motor ... 49

5. Total Asset Untuk Perahu Motor <5 GT ... 50

6. Penyusutan Per trip Perahu Motor ... 51

7. Total Asset Perahu Tanpa Motor ... 52

8. Penyusutan Per Trip Perahu Tanpa Motor ... 53

9. Biaya Pemeliharaan per Trip Pada Perahu Motor <5 GT ... 54

10. Biaya Pemeliharaan Per Trip Pada Perahu Tanpa Motor ... 54

11. Biaya Variabel Per Trip Pada Perahu Motor <5 GT ... 55

12. Biaya Variabel Per Trip Pada Perahu Tanpa Motor ... 56

13. Total Biaya Operasional Per Trip Pada Perahu Motor <5 GT ... 57

14. Total Biaya Operasional Per Trip Pada Perahu Tanpa Motor ... 58

(11)

Menggunakan Perahu Motor <5 GT dan Tanpa Perahu Motor ... 60 17. T-Test Perbedaan Pendapatan dengan menggunakan Perahu Motor

(12)

ABSTRAK

Lauren Pangaribuan, Penggunaan Fungi Endemik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Rhizophora mucronata . Dibimbing oleh Dr. Budi Utomo, SP, MP dan Dr. Ir. Yunasfi, M.Si

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan jenis fungi yang mempunyai potensi dalam meningkatkan pertumbuhan bibit Rhizophora mucronata. Penelitian dilaksanakan di wilayah bekas tambak udang desa Sicanang Belawan Medan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan, yang dilaksanakan bulan April sampai dengan bulan Agustus 2009. Fungi yang digunakan adalah Penicilium sp1, Penicilium sp 2, Curvularia sp, Aspergillus sp.2, Saccharomyces sp dimana fungi yang digunakan merupakan endemic dari hutan mangrove Sicanang Belawan Medan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan berat kering total.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungi dan tanaman Rhizophora mucronata tidak memberikan pengaruh yang nyata sehingga tidak terdapat jenis fungi yang mempunyai potensi dalam meningkatkan pertumbuhan bibit Rhizophora mucronata.

(13)

ABSTRACK

Lauren Pangaribuan, Granting of Various Types of Fungi on Rhizophora mucronata Seeds Mangrove Forest in the Area Secanang Belawan Medan. guided by Dr. Budi Utomo, SP, MP and Dr. Ir. Yunasfi, M. Si

The research objective is to get the kind of fungi that have the potential to increase the growth of Rhizophora mucronata seedlings. Research conducted Sicanang mangrove forest area of Belawan in Medan, who conducted months of April until August 2009. The parameters observed were plant height, stem diameter, number of leaves and total dry weight.

The results showed that there is no type of fungi that have the potential to increase growth of Rhizophora mucronata seedlings of mangrove forest area of Medan Belawan Sicanang.

(14)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Dewasa ini peningkatan jumlah penduduk telah membawa akibat yang cukup luas di berbagai segi kehidupan manusia. Kenaikan jumlah penduduk tidak hanya menuntut peningkatan penyediaan bahan pangan, tetapi juga peningkatan dibidang gizi. Berbagai upaya telah di tempuh untuk meningkatkan produksi pangan dan upaya peningkatan di bidang gizi pun mulai diperhatikan, sehingga permintaan akan produk perikanan yang memenuhi kebutuhan gizi makin meningkat. Cara yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan gizi itu adalah dengan mengembangkan usaha budidaya ikan (Evy, 2001)

Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan pemeliharaan ikan dikolam, disungai, didanau atau dilaut melainkan usaha yang mencakup aspek organisme (sumber hayati) di perairan secara keseluruhan. Semua organisme seperti ikan, kerang, siput, rumput laut dan organisme lain termasuk objek usaha perikanan. Objek usaha perikanan ialah semua kegiatan yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi kehidupan. Dengan demikian, usaha perikanan bertujuan untuk memanfaatkan hasil perairan air tawar dan air laut, baik dengan cara memeliharanya maupun dengan cara menangkap dan mengolahnya (Ratna,1997)

(15)

yaitu nelayan yang masih menggunakan peralatan secara tradisional, seperti perahu layar sebagai alat angkutan dan alat tangkap yang masih sederhana. Kendala alam merupakan masalah utama yang harus dihadapi kelompok masyarakat ini. Motorisasi sebagai hasil dari pembangunan nasional dalam bidang perikanan walaupun telah membantu nelayan dalam mengatasi kendala alam tampaknya belum mampu mengentaskan nelayan dari berbagai masalah yang dihadapinya (Anonimus,1995)

Jika diamati secara seksama, kemiskinan nelayan disebabkan oleh faktor-faktor kompleks yang saling terkait satu sama lain. Faktor-faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan kedalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi internal sumber daya manusia nelayan dan aktivitas kerja mereka. Contohnya seperti tingkat pendidikan yang kurang. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi luar diri dan aktivitas kerja nelayan. Contohnya jumlah tanggungan (Kusnadi, 2004)

Indonesia dihadapkan pada masalah teknologi penangkapan ikan termasuk industri kapal dan alat tangkap ikan berikut teknologi penunjang lainnya dalam memanfaatkan kekayaan sumber daya laut. Berbagai alasan ilmiah, teknis ekonomis, dan praktis dari pemanfaatan sumber daya secara lestari.

Menurut tingkat atau besar usaha, rumah tangga atau perusahaan perikanan laut diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Tidak menggunakan perahu

(16)

2. Menggunakan perahu tanpa motor

3. Menggunakan perahu motor ( 3 GT - 200 GT )

Perahu (kapal) penangkap adalah yang langsung dipergunakan dalam operasi penangkapan ikan (binatang air, tanaman air lainnya). Perahu pengangkut tidak termasuk perahu penangkap. Unit penangkapan adalah kesatuan teknis dalam suatu operasi dalam penangkapan yang biasanya terdiri dari perahu/kapal penangkapan yang dipergunakan (Anonimus, 2008)

Memajukan perikanan Indonesia, bukan saja akan menambah zat makanan yang dibutuhkan tubuh manusia, melainkan juga dapat memperluas lapangan pekerjaan, memanfaatkan sumber kekayaan alam yang tersedia serta menunjang pendapatan penduduk (Evy, 2001)

Wilayah propinsi Sumatera Utara memiliki perairan Umum yang cukup luas dan sangat potensial dalam pengembangan perikanan. Wilayah perairannya dibagi menjadi dua yaitu pantai barat Sumatera Utara yang terdiri dari Kabupaten Nias, Tapanuli Tengah, Sibolga, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, dan pantai timur Sumatera Utara yang terdiri dari Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Medan, Asahan, Tanjung Balai dan Labuhan Batu. 6,65% dari seluruh desa (kelurahan) di daerah Sumetera Utara merupakan desa/kelurahan pantai. Mata pencaharian masyarakat setempat selalu berhubungan erat dengan kondisi lingkungan. Umumnya masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dari perikanan laut (Anonimus,2007)

(17)

Sebagai daerah yang memiliki wilayah pesisir, dengan panjang garis pantai + 95 Km yang meliputi 5 kecamatan, yakni Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Tanjung Baringin, dan Kecamatan Bandar Khalifah. Di Kabupaten Serdang Bedagai, terdapat nelayan dengan jumlah12.586 jiwa yang mediami 20 desa pantai yang ada disepanjang pesisir ( Anonimus, 2008)

Sebagai daerah otonom, dinas perikanan dan kelautan sesuai dengan fungsi dan tugasnya di bidang perikanan dan kelautan mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan saran dan prasarana pendukung pengembangan perikanan masih sangat terbatas ( Anonimus, 2008 )

Adapun jenis-jenis ikan laut di Kabupaten Serdang Bedagai antara lain ikan bawal hitam, ikan bawal putih, ikan belana, ikan biji nangka, ikan cucut, ikan gerot-gerot, ikan gulamah, ikan kakap putih, ikan gembung, ikan kerapu karm, ikan kurisi, ikan kuro, ikan layang, ikan mayung, ikan merah, ikan golok, ikan pari, ikan peperek, ikan sebelah, ikan selar, ikan tamban, ikan tenggiri, ikan tongkol, dan ikan lainnya (Anonimus, 2007)

(18)

penggaraman, pindang (perebusan), peragian (terasi dan kecap ikan). Ikan laut juga dikonsumsi dalam bentuk pengasapan, pembekuan dan juga tepung ikan. Keseluruhan bentuk konsumsi ini tentu saja mengalami proses pengolahan (Anonimus, 2001)

Identifikasi Masalah

Adapun masalah-masalah yang didentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perbedaan jenis dan jumlah hasil tangkapan antara usaha

penangkapan ikan dengan perahu motor dan perahu tanpa motor ?

2. Bagaimana perbedaan biaya operasional antara usaha penangkapan ikan

dengan menggunakan perahu motor dan perahu tanpa motor ?

3. Bagaimana perbedaan penerimaan dan pendapatan antara usaha penangkapan

ikan dengan menggunakan perahu motor dan perahu tanpa motor? Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis perbedaan jumlah dan jenis hasil tangkapan antara usaha

penangkapan ikan dengan perahu motor dan perahu tanpa motor .

2. Untuk menganalisis perbedaan biaya operasional antara usaha penangkapan

ikan dengan menggunakan perahu motor dan perahu tanpa motor .

(19)

penangkapan ikan dengan menggunakan perahu motor dan perahu tanpa motor.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi bagi para nelayan dalam usaha penangkapan ikan 2. Sebagai bahan informasi dan kajian bagi pihak yang berminat dalam usaha

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi Hutan Mangrove

Beberapa ahli mendefinisikan istilah “mangrove” secara berbeda-beda,

namun pada dasarnya merujuk pada hal yang sama. Tomlinson (1986) dan

Wightman (1989) dalam Noor et al. (1999) mendefinisikan mangrove sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut maupun sebagai komunitas.

Mangrove juga didefinisikan sebagai formasi tumbuhan daerah litoral yang khas

di pantai daerah tropis dan sub tropis yang terlindung (Saenger, et al, 1983). Sementara itu Soerianegara (1987) dalam Noor et al.(1999) mendefinisikan hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di

daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri

atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops,

Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa. Tumbuhan Rhizophora mucronata disebut dengan nama lain seperti bakau betul,

bakau hitam. yang familinya adalah Rhizophoraceae. Rhizophora mucronata mempunyai kulit batang hitam, Bunga berkelompok, 4-8 kuntum. Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm.

Pada dasarnya karakteristik dari ekosistem mangrove adalah berkaitan dengan keadaan tanah, salinitas, penggenangan, pasang surut, dan kandungan oksigen. Adapun adaptasi dari tumbuhan mangrove terhadap habitat tersebut tampak pada fisiologi dan komposisi struktur tumbuhan mangrove.

(21)

tanah biasanya masih bercabang. Akarnya tumbuh dari bagian batang yang agak tinggi. Bahkan dari dahan-dahannya pun tumbuh akar-akar yang disebut akar udara. Daun tebal dan bewarna hijau cerah yang berkelompok di ujung cabang atau ranting. Bagian bawah daun terdapat bintik-bintik cokelat. Bunganya kecil-kecil, tebal, dan berwarna putih kekuningan. Buah memanjang seperti telur, berbiji satu, dan berwarna hijau coklatan.

Manfaat Hutan Mangrove

Manfaat hutan mangrove menurut Departemen Kehutanan (2002), terdiri atas berbagai fungsi lindungan baik bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, diantaranya :

- Sebagai proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang - Pengendali intrusi air laut

- Habitat berbagai jenis fauna

- Sebagai tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak berbagai jenis ikan dan udang

- Pembentukan lahan melalui proses sedimentasi - Pengontrol penyakit malaria

- Memelihara kualitas air (mereduksi polutan, pencemar air)

Luas dan Penyebaran Hutan Mangrove di Indonesia

(22)

3.16 % dari total luas areal berhutan (asumsi luas areal berhutan adalah 119.418.200 ha). Hutan mangrove yang cukup luas terdapat di pulau-pulau besar seperti Irian jaya yaitu 1.326.990 ha (35.1 %), Kalimantan Timur 775.640 ha (20.6 %), dan Sumatera Selatan 363.430 ha (9.6 %), sedangkan sisanya tersebar di propinsi-propinsi lain dengan luas kurang dari 6 % dari luas total mangrove untuk masing-masing propinsi.

Rhizophora mucronata

Tumbuhan dari suku Rhizophoraceae ini berbatang pendek dan bercabang banyak dengan akar tunjang. Akar tumbuh melengkung, tetapi sebelum mencapai tanah biasanya masih bercabang lagi. Akarnya tumbuh dari bagian batang yang agak tinggi. Bahkan dari dahan-dahannya pun tumbuh akar-akar yang disebut akar uadara. Daun tebal dan berwarna hiaju cerah yang berkelompok di ujung cabang atau ranting. Bagian bawah daun terdapat bintik-bintik cokelat. Bungnya kecil-kecil, tebal dan berwarna putih kekuningan. Buah memanjang seperti telur, berbiji satu, dan berwarna hijau kecoklatan. Kulit pohon tanaman ini banyak mengandung bahan tanin (Sugiarto dan Ekariyono, 2003).

Adapun klasifikasi dari Rhizophora mucronata adalah : Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdo m : Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan Biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua)

Sub Kelas : Rosidae Ordo : Myrtales

Famili : Rhizophoraceae Genus : Rhizophora

(23)

Manfaat Mikroba Bagi Tanaman dan Kesuburan Tanah

Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), Fosfat (P), dan Kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N langsung dari udara. N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas di sekitar perakaran tanaman. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp. Rhizobium sp hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan (leguminose). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp.

(24)

yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K. Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Ektomikoriza seringkali ditemukan pada tanaman-tanaman keras/berkayu, sedangkan endomikoriza ditemukan pada banyak tanaman, baik tanaman berkayu atau bukan. Mikoriza hidup bersimbiosis pada akar tanaman. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan dan serangan penyakit tular tanah. Contoh mikoriza yang sering ditemukan adalah Glomus sp dan Gigaspora sp. Beberapa mikroba tanah juga mampu menghasilkan

hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp, Azotobacter sp, dan Bacillus sp (Sutedjo, et al,1991).

Fungi

(25)

aseksual dengan membentuk karpus yang di dalamnya mengandung hifa-hifa fertil yang menghasilkan spora atau konidia. Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang halus yang disebut dengan hifa, jalinan hifa yang semacam jala disebut dengan misellium. Hifa dapat dibedakan atas dua berdasarkan fungsinya tipe hifa yang menyerap unsur hara dari substrat dan tipe hifa yang menyangga alat-alat reproduksi. Hifa pada umumnya rebah pada permukaan substrat atau tumbuh ke dalam substrat dan fungsinya untuk mengabsorbsi unsur hara yang diperlukan bagi kehidupan fungi disebut dnegna hifa vegetatif. Hifa yang umumnya tegak pada misellium yang terdapat di permukaan substrat disebut hifa fertil, karena berperan untuk bereproduksi. Hifa-hifa yang telah menjalin suatu jaringan misllium yang semakin lama semakin tebal dan membentuk suatu koloni yang dapat dilihat dengan mata telanjang (Sutedjo, et al,1991).

Menurut Sutedjo,et al (1991) secara umum pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh substrat, kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat (pH), dan senyawa-senyawa kimia di lingkungannya.

1. Substrat, merupakan sumber unsur hara utama bagi fungi, substart ini baru dapat dimanfaatkan oleh fungi setelah fungi mengekskresikan enzim-enzim akstraseluler, enzim ini dapat menguraikan senyawa-senyawa yang lebih sederhana.

2. Kelembaban, faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi, fungi dapat hidup dalam kisaran kelembaban udara 70-90%.

(26)

4. Derajat keasaman lingkungan, pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena enzim-enzim tertentu hanyan akan menguraikan suatu substrat sesuai dengan aktifitasnya pada pH tertentu yaitu umumnya berada pada pH di bawah 7.

Bahan kimia, banyak bahan kimia yang terbukti dapat mencegah pertumbuhan fungi, sehingga banyak digunakan oleh manusia sebagai pembasmi fungi.

Fungi Dekomposer

Mikroorganisme yang mengdekomposisi bahan organik tanah diantaranya terdapat organisme fungi. Dari sekian banyak genus dan spesies fungi dalam tanah yang paling umum (baik ditinjau dari jumlah spesiesnya maupun dari frekuensi peristiwa atau kejadian) yaitu: Zhigorhinchus, Mucor, Rhizopus, Penicillium,

Aspergillus, Trichorderma, Fusarium, dan Clado sporium. Namun kalau

diperhatikan dari sistem penggolongannya di dalam tanah terdapat 56 spesies yang termasuk 11 genus dari Phicomicetes, 12 spesies termasuk 8 genus dari Ascomicetes, 197 spesies termasuk 62 genus dari fungi Imperfekti.

Istilah cendawan (fungi) mencakup:

-Khamir(yeast) : multi sel dan mikroskopis. -Kapang(mold) : uniseluler dan mikroskopis. -Jamur(mushroom) : multisel dan makroskopi.

Berdasarkan hubungan fungi dengan bahan-bahan organik tanah, populasi fungi di kelompokkan menjadi 7 golongan, yaitu:

a. Humicolous, fungi yang hidup dan berkembang pada humus atau

(27)

b. Terresterial, fungi yang tumbuh dan bekembang dalam tanah yang berkandungan banyak atau sedikit bahan organik.

c. Coprophilic (fumicolous) fungi yang hidup dan berkembang dalam onggokan serbuk.

d. Hypogeous, fungi yang hidup dan berkembang di bawah

permukaan tanah.

e. Lignocolous, fungi hidup dan berkembang pada bahan-bahan

tanaman baru

f. Pseudoparasitic, fungi yang merupakan parasit-parasit pada

pelukan, mycorrhiza, parasit fakultatif. g. Fungi parasit sejati (Sutedjo,et al,1991).

Aspergillus sp.

(28)

Karateristik Aspergillus sp.

Koloni pada medium PDA diameternya mencapai 9 cm dalam 5 hari, bersporulasi lebat dan pada awal pertumbuhan membentuk lapisan padat yang terbentuk oleh konidiofor-konidiofor berwarna coklat kekuningan yang cepat berubah menjadi coklat kehijauan. Tangkai konidiofor bening, dan umumnya berdinding tebal dan menyolok. Kepala konidia berbentuk bulat, kemudian merekah menjadi kolom-kolom yang terpisah. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat, dan berdiameter 25-50 µ m. Fialid terbentuk langsung pada vesikula atau pada metula (pada kepala konidia yang besar), dan berukurn (10-15) x (4-8) µ m. Metula berukuran (7-10) x (4-6) µm. Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berdiameter 5-6,5 µm, berwarna kuning kecoklatan. Habitatnya sangat umum dijumpai di daerah tropis dan banyak ditemukan pada tanah, serasah, rempah-rempah, jagung dan serealia (Gandjar, 1999).

Manfaat Aspergillus sp. antara lain:

Genus Aspergillus dan genus Penicillium merupakan fungi antagonis yang mempunyai daya antibiotik yang berperan dalam ketahanan tanaman (Djafaruddin, 2000; Yulianto, 1989). Menurut Darkuni (2001), Aspergillus sp. dan Penicillium sp. juga mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melarutkan P dan K. Aplikasi

Aspergillus sp. dan Trichoderma harzianum dapat meningkatkan pertumbuhan

(29)

Curvularia lunata

Taksonomi Fungi Curvularia lunata Kingdom : Myceteae (Fungi) Divisio : Ascomycota Kelas : Euascomycetes Ordo : Pleosporales Famili : Pleosporaceae Genus : Curvularia

Species : Curvularia lunata

Karateristik Curvularia lunata

(30)

lain-lain. Suhu pertumbuhan yang optimal antara 24º-30ºC. Dapat hidup selama 2 tahun pada tanah dalam bentuk sklerotia (Gandjar, 1999).

Manfaat Curvularia sp. Antara lain:

Biokontrol terhadap berbagai patogen tanaman dalam tanah (Mukerji, 2000). Dapat mengoksidasi Mangan (Rao, 1994). Namun menurut Humaidi (1999) C. lunata merupakan fungi saprofit tanah yang funsinya masih belum banyak

diketahui dengan jelas.

Penicillium sp.

Taksonomi Fungi Penicillium Kingdom : Myceteae (Fungi) Divisio : Ascomycota Kelas : Euascomycetes Ordo : Eurotiales Famili : Trichocomaceae Genus : Penicillium Species : Penicillium sp.

Karateristik Penicillium sp.

(31)

kadang-kadang berbentuk semibulat, warna bening hingga hijau dan berdinding halus (Gandjar, 1999).

Manfaat Penicillium sp. Antara lain:

Penicillium sp. danAspergillus sp. dapat mengubah senyawa fosfat anorganik tidak larut menjadi bentuk terlarut (H2PO4¯) dan HPO42- yang dapat diserap

tanaman. Selain itu juga terdapat sejumlah bakteri pelarut fosfat seperti Pseudomonas, Micrococcus, Bacillus dan Flavobacterium (Sutanto, 2002; Isroi,

2005; Iqbalah, 2008).

Keistimewan lain dari fungi dibanding mikroba tanah lainnya:

Fungi dapat hidup dan aktif dalam kondisi asam, netral dan basa. Dalam suasana asam fungi lebih berperan untuk dekomposisi bahan organik daripada bakteri dan Actinomycetes yang tidak tahan asam. Fungi lebih banyak ditemukan di lapisan top soil tanah yang kaya bahan organik dan beraerase baik. Jenis fungi yang banyak ditemukan di lapisan tanah organik adalah Penicillium sp., Mucor sp., Trichoderma sp. dan Aspergillus sp. Jenis dan jumlah akan berubah sesuai

dengan perubahan keadaan tanah. Fungi merupakan jasat renik yang dapat menghancurkan selulosa, zat pati, lignin, protein dan gula. Oleh karenanya dalam pembentukan humus dan agregasi tanah fungi lebih berperan daripada bakteri, terutama dalam suasana asam (Hakim, 1986).

Pengadaan Bibit

(32)

Beberapa prinsip pelaksanaan pekerjaan pengadaan bibit, direncanakan mengikuti ketentuan sebagai berikut:

Lokasi persemaian sebaiknya terletak di tepi sungai yang mudah dijangkau dalam kondisi pasang surut, lahannya relatif datar dan dapat tergenang air pasang. Dari luas persemaian 0,1ha diperkirakan dapat dihasilkan bibit sebanyak 500.000 bibit pertahun, yaitu setara dengan luas penanaman 267 ha. Dengan demikian kebutuhan luas persemaian dapat disesuaikan dengan luas rencana penanaman.

Persiapan Fisik

(33)

Pengisian Kantong Plastik

Ukuran kantong plastik 9 cm x 13 cm. Rata-rata 1 kg berisi 700 kantong. Media tumbuh yang dipergunakan adalah tanah hutan mangrove dalam keadaan basah dan bersih dari akar-akar pohon. Kantong plastik yang sudah dilubangi 4-5 lobang, diisi dengan media tumbuh, kemudian disusun di dalam bedeng sapih yang bisa memuat 1.200 kantong.

Pengadaan dan Penyapihan Bibit

Sebelum buah disemaikan atau ditanam secara langsung di lapangan, haruslah dilaksanakan seleksi buah. Buah yang baik adalah buah yang sudah tua, berwarna gelap, keras dan bebas dari hama penggerek. Sesuai dengan sifatnya, buah mangrove semasih berada diatas pohon, sebetulnya sudah berkecambah (ovivipari), apabila jatuh bisa langsung menancap di lumpur, dan apabila tidak ada gangguan yang berarti buah tadi akan langsung menjadi anakan. Jadi dengan memperhatikan cara tumbuh yang mudah, peremajaan hutan mangrove tidaklah terlalu sulit. Namun demikian buah (propagule) bakau tidak selalu tersedia setiap bulan, biasanya berbuah pada bulan September sampai dengan Maret.

Salinitas

Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai

jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda.

Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari

media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan

(34)

Menurut Aksornkoae (1993) menyatakan bahwa salinitas merupakan faktor lingkungan yang penting dalam perkembangan di hutan mangrove, tumbuhan mangrove hidup dan tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas 10-30 ppt. Namun ada juga beberapa jenis tumbuhan yang dapat tumbuh pada daerah salinitas yang sangat tinggi.

Salinitas bervariasi dari hari ke hari dan dari musim kemusim. Selama siang hari salinitas lebih tinggi dibandingkan dengan pagi hari dan malam hari. Pada musim kemarau salinitas lebih tinggi dibandingkan musim penghujan. Demikian pula pada waktu pasang salinitas akan turun dan cenderung naik bila air surut kembali.

Salinitas didefinisikan sebagai total padatan dalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida diganti dengan klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. Satuan untuk salinitas lazimnya adalah g/kg atau satu per seribu. Salinitas merupakan peubah penting dalam perairan pantai dan estuarine, dan perubahan salinitas dapat menyebabkan perubahan kualitas ekosistem akuatik, terutama ditinjau dari tipe-tipe dan kelimpahan organisme. Salinitas harus digunakan sebagai parameter pendugaan dampak untuk semua proyek pengembangan sumberdaya air yang berhubungan dengan perairan pantai dan estuaria (Canter, et al,1977).

Tanah

(35)

berjalan seiring dengan semakin bertambahnya sedimentasi, dimana akhirnya endapan sulfida mengalami oksidasi menjadi sulfat. Pada kawasan mangrove yang basah, oksidasi ini menghasilkan ion-ion sulfat dalam banyak jumlah yang terlarut di dalam tanah. Hutan magrove selalu tanahnya basah, mengandung garam, mempunyai oksigen sedikit, butir-butir dan kaya akan bahan organik (Soeroyo, 1993) menyatakan bahwa bahan organik yang terdapat didalam tanah, terutama berasal dari sisa tumbuhan yang diproduksi oleh mangrove sendiri. Adanya serasah secara lambat akan hancur oleh mikroorganisme, seperti bakteri, jamur dan lainnya. Selain itu juga terjadi sedimen halus atau partikel pasir, bahan kasar, seperti potongan batu dan koral, pecahan kulit kerang dan siput. Biasanya tanah mangrove kurang membentuk lumpur berlempung dan warnanya bervariasi dari abu-abu muda dan hitam.

(36)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah bekas tambak udang desa Sicanang Belawan Medan. Pelaksanaan penelitian direncanakan mulai bulan April sampai dengan bulan Agustus 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah propagul Rhizophora mucronata, kantong plastik (polibag), tanah lumpur, lima jenis fungi yaitu

Penicilium sp1, Penicilium sp 2, Curvularia sp, Aspergillus sp.2, Saccharomyces

sp dan air laut.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, sekop, cawan petri, tabung reaksi, meteran.

Rancangan Penelitian

Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan yaitu:

a. Kontrol (tanpa pemberian fungi) b. Pemberian fungi Penicilium sp1 c. Pemberian fungi Penicilium sp 2 d. Pemberian fungi Curvularia sp e. Pemberian fungi Aspergillus sp.2 f. Pemberian fungi Saccharomyces sp

(37)

Prosedur Penelitian a. Pemasukan Tanah

Tanah lumpur dimasukkan ke dalam polibag, setelah terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran atau sampah-sampah yang ada. Polibag yang digunakan berukuran 15 x 10 cm. Tanah dimasukkan ke dalam polibag sampai terisi penuh. b. Pengumpulan Propagul Rhizophora mucronata

Propagul dikumpulkan dengan cara memungut propagul yang jatuh di lantai hutan atau dengan cara memilih propagul yang telah tua dengan terdapatnya cincin putih pada leher propagul.

c. Aplikasi Fungi pada Media Tanam

Jenis-jenis fungi yang telah disiapkan untuk penelitian diaplikasikan dengan cara membuat suspensi fungi. Fungi yang tumbuh di media PDA diambil 1 x 1 cm, selanjutnya fungi ini dimasukkan ke dalam air steril 10 ml pada tabung reaksi. Fungi yang ada dalam tabung reaksi ini selanjutnya dikocok, sampai fungi terlepas dari agar. Tiap jenis fungi dibuat 5 kali ulangan sesuai dengan perlakuan yang akan dilaksanakan. Suspensi fungi ini selanjutnya dimasukkan ke dalam polibag.

d. Penanaman Propagul

(38)

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati adalah: a. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari ujung kayu yang telah diberi tanda dari atas permukaan tanah sampai titik tumbuh tertinggi, pengukuran dilakukan setiap 15 hari dan pengukuran menggunakan pita ukur.

b. Diameter batang

Pengukuran diameter batang dengan menggunakan jangka sorong diukur pada titik tumbuh (1 cm dari titik tumbu) pada pengukuran 1 ditandai agar pada pengukuran berikutnya dilakukan di tempat yang sama.

c. Jumlah daun

Pengukuran luas daun diambil pada saat pengambilan data terakhir dan pengukuran dilakukan pada daun yang telah terbuka sempurna pada cabang kedua dari atas tanaman.

d. Berat kering total

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi tanaman

Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan, diperoleh data mengenai tinggi tanaman Rhizophora mucronata (Lampiran 1). Hasil sidik ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa fungi dengan tanaman Rhizophora mucronata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Rata-rata perhitungan tinggi tanaman umur 3 bulan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan pengaruh fungi terhadap tinggi tanaman Rhizophora mucronata (cm)

perlakuan Rata-rata

penicilium sp 1 6.4

penicilium sp 2 8

curvularia sp 10.7

aspergillus sp 2 7.7

saccharomyces 9.8

kontrol 9.7

Rataan tertinggi pengaruh fungi terhadap pertumbuhan tinggi tanaman terdapat pada Curvularia sp yaitu sebesar 10,7 cm dan terendah pada Penicilium sp 1 yaitu sebesar 6,4 cm. Pengaruh fungi terhadap pertumbuhan tinggi tanaman disajikan pada Gambar 4 berikut ini:

(40)

Hasil pengamatan (Gambar 4) menunjukkan pemberian fungi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Pemberian fungi pada tanaman Rhizophora mucronata tidak memberikan reaksi terhadap pertambahan tinggi

tanaman.

Diameter batang

Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan, diperoleh data mengenai diameter batang Rhizophora mucronata (Lampiran 2). Hasil sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa fungi dengan tanaman Rhizophora mucronata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter tanaman. Rata-rata perhitungan diameter tanaman umur 3 bulan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan pengaruh fungi terhadap diameter tanaman Rhizophora mucronata (cm)

perlakuan Rata-rata

penicilium sp 1 0.676

penicilium sp 2 0.612

curvularia sp 0.632

aspergillus sp 2 0.64

saccharomyces 0.626

kontrol 0.634

(41)

Gambar 5. Diameter batang

Hasil pengamatan (Gambar 5) menunjukkan pemberian fungi tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Pemberian fungi pada tanaman Rhizophora mucronata tidak memberikan reaksi terhadap pertambahan diameter

batang. Jumlah daun

Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan, diperoleh data mengenai jumlah daun Rhizophora mucronata (Lampiran 3). Hasil sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa fungi dengan tanaman Rhizophora mucronata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun. Rata-rata perhitungan jumlah daun umur 3 bulan disajikan pada Tabel 3.

(42)

Rataan tertinggi pengaruh fungi terhadap jumlah daun terdapat pada kontrol yaitu sebesar 7,8 helai dan terendah pada Penicilium sp 1 yaitu sebesar 5,2 helai. Pengaruh fungi terhadap jumlah daun disajikan pada Gambar 6 berikut ini:

Gambar 6. Jumlah daun

Hasil pengamatan (Gambar 6) menunjukkan pemberian fungi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Pemberian fungi pada tanaman Rhizophora mucronata tidak memberikan reaksi terhadap pertambahan jumlah

daun.

Berat kering total

Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan, diperoleh data mengenai berat kering total Rhizophora mucronata (Lampiran 4). Hasil sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa fungi dengan tanaman Rhizophora mucronata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering total. Rata-rata berat kering total umur 3 bulan disajikan pada Tabel 4.

(43)

Tabel 4. Rataan pengaruh fungi terhadap berat kering total Rhizophora mucronata (gr)

perlakuan Rata-rata

penicilium sp 1 78.74

penicilium sp 2 57.34

curvularia sp 45.96

aspergillus sp 2 45.78

saccharomyces 37

kontrol 38.74

Rataan tertinggi pengaruh fungi terhadap berat kering total terdapat pada Penicilium sp 1 yaitu sebesar 78,74 gr dan terendah pada Saccharomyces yaitu sebesar 37 gr. Pengaruh fungi terhadap berat kering total disajikan pada Gambar 7 berikut ini:

Gambar 7. Berat kering total

Hasil pengamatan (Gambar 7) menunjukkan pemberian fungi tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering total.

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tidak terdapat jenis fungi yang mempunyai potensi dalam meningkatkan pertumbuhan bibit Rhizophora mucronata dikawasan hutan mangrove Sicanang Belawan Medan.

Saran

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, R. 2009. Unsur hara dalam Tanah (Makro dan Mikro) Wordpress.com. Diakses 06 April 2009.

Arief, A. 2003. Hutan Mangrove. Penerbit Kanisius. Jakarta

Aksornkoae. S. 1993. Ecology and Management Of Mangrove. IUCN, Bangkok, Thailand.

Darkuni, M. Noviar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi). Universitas Negeri Malang.

Departemen Kehutanan. 2002. Udang Dibalik Mangrove. Edisi VI. Pusat Standarisasi dan Lingkungan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Gandjar, I.R.A., Samson. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Humaidi, F., Abadi, A. L. dan Rasminah, S.Ch.Sy. 1999. Tingkat Residu Fungisida Methyl Thiophanate Dalam Tanah Pada Tanaman Kentang Serta Dampak Terhadap Kehidupan Jamur Tanah Di Batu Malang. September 2009).

Hutching, P. And P. Saenger. 1987. Ecology of Mangrove. University of Queensland Press, St. Lucia. Australia.

Isroi. 2008. Aplikasi Trichoderma harzianum dan Aspergillus sp. pada tanaman.

Iqbalah, M. 2008. Peranan Mikroorganisme dalam Kehidupan. Mei 2008).

(46)

MAB-LIPI dan Perum Perhutani. 1984. Laporan Telaah Tata Guna Ekosistem Mangrove Pantai Utara Jawa Barat. Jakarta. Tidak dipublikasikan.

Mac Nae, W. 1968, “A General Account of Fauna and Flora of Mangrove Swamps and Forest in The Indowest-Pasific Region.” Dalam: Adv. Mar. Biol.

Noor, Y. R., M. Khazali dan I.N.N. Suryadiputra. 1999, Panduan Pengenalan mangrove di Indonesia. Wetlends Internasional-Indonesia Programe. Bogor. Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.

Universitas Indonesia. UI Press. Jakarta.

Soenoyo. 1993. “Kondisi Mangrove Bekas Tebangan di Teluk Bintuni Irian Jaya.” Dalam: Seminar Nasional Rehabilitas Kawasan Mangrove. Instiper, Yogyakarta.

Sugiarto dan Ekariyono, W. 2003. “Penghijauan Pantai. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutanto. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.

(47)

Lampiran 1. Data tinggi tanaman

I II III IV V

penicilium sp 1 10,5 8,5 0 6,5 6,5

penicilium sp 2 9 7 7,5 6,5 10

curvularia sp 11 13 10 9 10,5

aspergillus sp 2 9 8 7 7 7,5

saccharomyces 12,5 8 8 11,5 9

kontrol 10,5 13,5 7,5 9 8

SK DB JK F.hit F.tabel

Fungi 5 64,94167 0,528411 2,62

galat 24 122,9

total 29 187,8417

Lampiran 2. Data jumlah daun

I II III IV V

penicilium sp 1 8 6 0 6 6

penicilium sp 2 6 6 6 10 6

curvularia sp 10 8 8 6 8

aspergillus sp 2 9 6 7 6 6

saccharomyces 6 6 5 6 7

kontrol 6 6 15 6 6

SK DB JK F.hit F.tabel

Fungi 5 0,011547 0,07149 2,62

Galat 24 0,16152

(48)

I II III IV V

penicilium sp 1 0,75 0,79 0,51 0,76 0,57

penicilium sp 2 0,62 0,55 0,63 0,63 0,63

curvularia sp 0,57 0,6 0,75 0,62 0,62

aspergillus sp 2 0,68 0,57 0,74 0,53 0,68

saccharomyces 0,71 0,48 0,64 0,6 0,7

kontrol 0,6 0,62 0,66 0,7 0,59

FK = 1373,633

JKT = 159,3667

JKFungi

= 28,16667

JKG = 131,2

SK DB JK F.hit F.tabel

Fungi 5 28,16667 0,214685 2,62

Galat 24 131,2

Total 29 159,3667

Lampiran 4. Data berat kering total

I II III IV V

penicilium sp 1 146,4 120,6 0 72,3 54,4

penicilium sp 2 41,8 47,4 38,2 97,2 62,1

curvularia sp 43,4 63,9 60,8 31,6 30,1

aspergillus sp 2 50 52,4 55,6 40,9 30

saccharomyces 32,3 39,1 37,3 45,5 30,8

kontrol 43,7 25,4 54,5 34 36,1

FK = 76790,56

JKT = 23575,4

JK

Fungi = 6038,343

JKG = 17537,06

SK DB JK F.hit F.tabel

Fungi 5 6038,343 0,344319 2,62

Galat 24 17537,06

Gambar

Gambar 4. Tinggi tanaman
Gambar 5. Diameter batang
Gambar 6. Jumlah daun
Gambar 7. Berat kering total

Referensi

Dokumen terkait

vitro. Ibu ini menghendaki hanya satu bayi saja, sebab itu ia menggugat dokternya karena hidup yang salah dan menuntut sang dokter membayar biaya membesarkan keempat anak lain yang

Tujuan dilaksanakannya praktikum Geodesi dan Kartografi Hutan adalah untuk melaksanakan pengukuran poligon dengan prosedur yang lengkap, yang terdiri

PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE HEURISTIK SILVER MEAL.. DI PT CLASSIC PRIMA

Keseimbangan ekonomi rumahtangga diperoleh dari perbandingan antara total pendapatan rumahtangga petani cabai besar dengan total pengeluaran rumahtangga per satu kali musim

Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan

Kesimpulan yang didapat setelah dilakukan penelitian adalah sebagai berikut Surplus konsumen lebih besar dari surplus produsen dikarenakan struktur Pasar Induk Caringin

Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk dan menguji keefektifan produk tersebut.10 Dalam penelitian ini penulis melakukan

Haastateltujen hoitajien arvioiden mukaan noin 33 % (vaihteluväli 10–50 %) päivystykseen hakeutumisista, jotka nyt vaativat hoitajan tai lääkärin vastaanottoa, olisi