PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP ASAM-BASA ANTARA PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN GUIDED
DISCOVERY PADA SISWA XI IPA SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Oleh
ULIVINA PRATINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan Saya diatas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Bandar Lampung, Januari 2012
ABSTRAK
PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP ASAM-BASA ANTARA PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN GUIDED
DISCOVERY SISWA KELAS XI IPA SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG
Oleh
ULIVINA PRATINI
Berdasarkan hasil observasi di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung diketahui bahwa
pembelajaran kimia yang digunakan masih menggunakan pembelajaran dengan
metode ceramah (konsep diberikan langsung oleh guru). Hal tersebut belum
mem-bimbing siswa untuk lebih memahami konsep asam basa. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan penguasaan konsep siswa dirancang pembelajaran dengan model
pembelajaran guided inquiry dan model pembelajaran guided discovery pada materi pokok asam basa. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan
pengua-saan konsep antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran guided inquiry dengan model pembelajaran guide discovery.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA AL-Kautsar
Bandar Lampung tahun ajaran 2011/ 2012. Sampel diambil menggunakan teknik
44 orang siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen II dengan model pembelajaran
guided discovery. Penelitian ini menggunakan rancangan The Matching-Only Posttes-Only group Design. Variabel bebas yaitu pembelajaran dengan model
guided inquiry dan guided discovery. Variabel terikat yaitu penguasaan konsep Asam-Basa siswa. Data penguasaan konsep yang diperoleh dianalisis dengan uji-t
menggunakan SPSS 16.0.
Hasil dari penelitian ini adalah kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
pembelajaran guided inquiry menunjukkan penguasaan konsep Asam-Basa yang lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan model pembelajaran guided discovery.
PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP ASAM-BASA ANTARA PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN GUIDED
DISCOVERY PADA SISWA XI IPA SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG
Oleh
ULIVINA PRATINI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Study Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP ASAM-BASA ANTARA PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN GUIDED DISCOVERY PADA SISWA XI IPA SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG
Mahasiswa : Ulivina Pratini
Nomor Pokok Mahasiswa : 0813023012
Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si. Dra. Ila Rosilawati, M.Si.
NIP 19710819 199903 2 001 NIP 19660824 199111 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si. ______________
Sekretaris : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ______________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. ______________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 22 Desember 1990, anak pertama
dari dua bersaudara dari pasangan bapak Miftakhul Huda dan ibu Siroili.
Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan jenjang studi di SD Negeri 5 Unggulan
Muaradua OKU Selatan. Tahun 2002 penulis diterima sebagai siswa di SMP
Negeri 1 Muaradua OKU Selatan Sumatera Selatan yang diselesaikan pada tahun
2005. Pada tahun 2005, penulis terdaftar sebagai siswa SMA Negeri 1 Muaradua
OKU Selatan Sumatera Selatan yang diselesaikan pada tahun 2008 dan di tahun
2008 melalui jalur PKAB, penulis tercatat sebagai mahasiswa di Program Studi
Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia
Dasar pada semester ganjil, Kimia Larutan pada semester genap tahun pelajaran
2009-2010, dan Kimia Organik 1 pada semester ganjil tahun 2010-2011, serta
telah menyelesaikan program pengalaman lapangan di SMA 17 Pagelaran
Kabupaten Pringsewu. Penulis juga ikut aktif dalam Himpunan Mahasiswa
Eksakta (himasakta) sebagai Eksekutif Muda (eksmud) pada tahun 2008-2009,
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas sebagai Brigade Muda (Brigda) pada tahun
Pengkajian Islam (UKMF FPPI FKIP), sebagai anggota Biro Bimbingan Belajar
Al-Qur’an (BBQ) pada tahun 2009-2010, sebagai Wakil Ketua Biro Bimbingan
Belajar Al-Qur’an (BBQ) pada tahun 2010-2011, dan juga terlibat dalam Unit
Kegiatan Mahasiswa Universitas Bina Rohani Mahasiswa (UKMU BIROHMAH)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada Penulis dan sholawat serta salam kepada Rasulullah
Muhammad saw, keluarga, para sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Dengan kerendahan hati dan rasa sayang yang tulus, kupersembahkan lembaran-
lembaran sederhana ini untuk :
Ibu dan Ayah…
Kalian merupakan pahlawan tanpa tanda jasa di kehidupan Ananda. Semoga
Allah SWT selalu melindungi dan menuntun setiap langkah kalian dan
semoga Ananda dapat membahagiakan kalian. Aamiin.
Adikku Novita Dwi Wahyuni dan keluargaku tersayang... Perhatian dan kasih sayang kalian adalah motivasi dan penyemangat dalam
hidupku.
Sahabat-sahabatku...
Doa, perhatian, dan kebersamaan yang telah kalian berikan adalah suatu hal yang
sangat berarti bagiku.
MOTTO
"Sesungguhnya manusia tidak memperoleh selain apa yang telah dia usahakan.
Dan sesungguhnya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian
akan diberi balasan dengan balasan yang paling sempurna."
(QS.An-Najm:39-41)
“
Man jadda wa jadda
”
Maka....
Jika kita menginginkan sesuatu, kita harus berusaha mendapatkannya.
Gabungkanlah antara keinginan kita dan kehendak Allah SWT. Jika kita
benar-benar berusaha mencapai apa yang kita inginkan (untuk kebaikan), maka
Allah pun pasti akan memberikannya dengan qadar-Nya yang baik.
(Ulivina Pratini)
Pada akhirnya....
"....Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka
(QS. Al-Baqarah:201)
dan....
v
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melim-pahkan karunia, rahmat, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Perbedaan Penguasaan Konsep Asam-Basa Antara Pembelajaran
Guided Inquiry dengan Guided Discovery Pada Siswa XI IPA SMA Al-Kautsar Bandar Lampung”. Shalawat serta salam juga senantiasa tercurah pada Rasullulah
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di
jalan-Nya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
4. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M. Si., selaku Pembimbing Akademik, dan selaku
Pembimbing I atas kesediaan dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran,
dan motivasi dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaan dan
kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam proses
v
6. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku dosen Penguji yang telah memberikan
saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi.
7. Seluruh dosen dan staf di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi
Pendidikan Kimia Unila atas bantuan dan curahan ilmunya.
8. Bapak Drs. Hi. Joko Santoso, selaku Kepala SMA Al-Kautsar Bandar Lampung,
yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian.
9. Ibu Tini Silvia Sakti, S.Si., selaku guru mitra atas bantuan dan kerjasamanya.
10. Siswa-siswi XI IPA3 DAN XI IPA4 SMA Al-Kautsar Bandar Lampung yang
bersedia menjadi objek penelitianku. Terimakasih untuk perhatian, semangat dan
kerjasama kalian.
11. Ari Kurnia Effendi dan Ahmad Tohir, selaku laboran Laboratorium Kimia FKIP
Unila terima kasih atas fasilitas laboratorium yang banyak membantu.
12. Teristimewa untuk ayah dan ibu ku tercinta, adikku vita serta seluruh keluarga
besarku yang selalu memberikan semangat, doa, perhatian, dan kasih sayangnya.
13. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Kimia 2008, vera, dita, anggun, agita
devi, indah, aulia, titin, susi, pepin, anggi, della, ika, ena, sinta, rina, irma, kiki,
ria, khusus, esty, elsa, lastri, dena, pipit, rely, eti, janwar, andrian, diky, mahfudz,
usep, obed, alan, ari, tohir, toro, joni, dan teman-teman kimia mandiri atas
dukungan, doa, dan semangat yang diberikan. Semoga persahabatan ini selalu
terjalin.
14. Saudari-saudariku tercinta di UKMF FPPI 2010/2011 dan UKMU Birohmah
Unila 2011/2012, Laras, Feny, Dewi, Rian, mba Yanti, Deni, Nia, Rina, Irma,
v
semua pengurus. Terimakasih atas semangat, inspirasi dan perhatian dari kalian
semua.
15. Teman-teman KKN dan PPL, Betty, Ria, mba Windy, mba Ari, Adi, Relian, Isa,
Alif, dan Yudi atas kebersamaan dan kerjasamanya.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khusus-nya dan pembaca pada umumkhusus-nya.
Bandar Lampung, Januari 2012
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivisme ... 8
B. Model Pembelajaran Guided Inquiry ... 10
C. Model Pembelajaran Guided Discovery ... 17
D. Penguasaan Konsep ... 20
E. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 23
F. Kerangka Pemikiran ... 24
G. Anggapan Dasar ... 27
H. Hipotesis Umum ... 27
vii
B. Metode dan Desain Penelitian ... 29
C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 29
D. Variabel Penelitian ... 30
E. Instrumen Penelitian ... 30
F. Pelaksanaan Penelitian ... 31
G. Hipotesis Statistik ... 33
H. Teknik Analisis Data ... 34
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39
B. Pembahasan ... 43
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 54
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Silabus ...
2. RPP Kelas Eksperimen I ...
3. RPP Kelas Eksperimen II ...
4. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen I ...
5. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen II ...
7. Kisi-Kisi Soal Postes ...
8. Soal Postes ...
viii
10. Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen I ... 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen II ...
12. Perhitungan ...
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Langkah-langkah pembelajaran guided inquiry ... 13
2. Desain Penelitian ... 25
3. Data nilai penguasaan konsep ... 36
4. Uji normalitas ... 37
5. Uji homogenitas ... 37
6. Uji kesamaan dua rata-rata ... 38
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur penelitian ... 28
2. Grafik nilai rata-rata postes ... 39
3. Penyebaran data nilai posttest kelas eksperimen I ... 40
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat pembelajaran adalah memberikan bimbingan dan fasilitas agar siswa
dapat belajar. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru diharapkan
meng-upayakan cara-cara komunikasi yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang mendorong siswa agar belajar dengan baik. Keberhasilan siswa dalam
pro-ses belajar tersebut ditandai dengan meningkatnya kemampuan pemahaman
kon-sep terhadap materi yang telah diajarkan. Sebagai salah satu tolok ukurnya adalah
Standar Ketuntasan Belajar Minimal (KKM).
Berdasarkan data yang diperoleh dari guru mata pelajaran kimia di SMA
Al-Kautsar diperoleh data hasil belajar siswa dalam pelajaran kimia masih kurang.
Sebagai indikasinya, hasil ulangan untuk materi Asam-Basa tahun 2010/2011
di-peroleh gambaran bahwa hanya ada 54,7% dari jumlah seluruh siswa yang
men-capai nilai KKM yang telah ditetapkan yakni 75.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia di SMA Al-Kautsar Bandar
Lampung pembelajaran materi pokok Asam-Basa selama ini disampaikan dengan
metode ceramah (penyampaian materi dan konsep langsung dari guru), tanya
jawab dan tidak menggunakan media pembelajaran. Siswa hanya mengandalkan
seluruh informasi dari guru. Aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran
dituliskan oleh guru di papan tulis, siswa tidak dilibatkan dalam menemukan
kon-sep sehingga menyebabkan siswa pada umumnya hanya mengenal banyak
per-istilahan sains secara hapalan tanpa makna. Konsep kimia jarang ditemukan oleh
siswa. Siswa berpendapat bahwa kimia adalah menghapal, bukan memahami.
Siswa lebih banyak terbebani dengan pendapat mereka bahwa kimia adalah rumus
dan perhitungan yang menyulitkan dan tidak tahu apa fungsinya sehingga
seolah-olah tidak bermanfaat bagi mereka. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak
mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis. Target
kurikulum dengan waktu yang sempit menjadi alasan proses belajar dilakukan
lebih banyak dengan metode ceramah. Sebagai seorang pengajar dan pendidik,
seorang guru mempunyai keinginan dan harapan agar proses mata pelajaran yang
dilakukan berhasil dengan baik. Salah satu indikator keberhasilan proses
pem-belajaran adalah tercapainya tujuan pempem-belajaran oleh siswa berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sebagai parameter keberhasilan.
Pencapaian KKM bisa terjadi bila proses pembelajaran yang tercantum pada
Per-mendiknas nomor 41/2007 dilaksanakan secara konsisten. Bahkan kurikulum
yang ada saat ini dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
memung-kinkan pembelajaran dirancang oleh guru dengan penyesuaian terhadap kondisi,
karakter lingkungan serta siswa yang beragam dan juga dapat disesuaikan dengan
karakter dari materi yang akan dibelajarkan.
Dilihat dari kompetensi dasarnya, konsep Asam-Basa adalah materi pembelajaran
yang bersifat konkret. Pembelajaran ini dapat dilakukan dengan metode
setiap fenomena yang terjadi selama praktikum. Hal ini sangat sesuai dengan
prinsip pembelajaran konstruktivisme dimana siswa sendiri yang dipacu untuk
menemukan konsep dalam dirinya. Sehingga ilmu yang diperoleh siswa
diharap-kan dapat bertahan lama.
Oleh sebab itu dipilihlah model pembelajaran guided inquiry dan model pembe-lajaran guided discovery yang merupakan model pembelajaran dengan prinsip konstruktivisme yang memungkinkan terjadinya pembangunan konsep oleh siswa
berdasarkan fakta ataupun eksperimen.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Riska Dwi Putri (2011) yang
me-lakukan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas Xc SMA Muhammadiyah 2
Bandar Lampung, diperoleh hasil bahwa model pembelajaran guided inquiry, dengan tahapan: (1) penyajian masalah, (2) merumuskan hipotesis (3) merancang
percobaan, (4) melakukan percobaan (5) menganalisis data, (6) membuat
kesim-pulan, diperoleh hasil bahwa model pembelajaran guided inquiry dapat mening-katkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Non-
Elektrolit serta Reaksi Redoks.
Pembelajaran Guided Inquiry juga dapat membentuk dan mengembangkan ”
Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar
dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer
pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja
atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar
menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu,
Model pembelajaran guided nquiry dilakukan dengan memberi siswa petunjuk seperlunya. Perencanaan sebagian besar dibuat oleh guru. Tugas utama guru
me-milih masalah yang akan diberikan pada siswa, dan tugas selanjutnya membantu
pengadaan sumber belajar, alat, dan bahan bagi siswa untuk memecahkan
masalah.
Model pembelajaran lain yang juga merupakan model pembelajaran dengan
prin-sip konstruktivisme yakni model pembelajaran guided discovery. Sebagai model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran, guided discovery menem-patkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa saat diperlukan. Dalam
model ini siswa didorong berpikir sendiri, sehingga dapat “menemukan” prinsip
umum berdasarkan bahan atau data dari guru. Sampai seberapa jauh siswa
dibim-bing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang dipelajari siswa.
Dengan metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi dimana bebas menyelidiki
dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, guru membantu
siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan sesudah mereka
pe-lajari sebelumya guna mendapatkan pengetahuan baru. Pengajuan pertanyaan
secara tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka
dalam “menemukan” pengetahuan baru tersebut.
Hasil penelitian oleh Frissilya Woelandez (2011) yang melakukan penelitian
tindakan kelas pada siswa kelas XI IPA1SMA Negeri 14 Bandar Lampung,
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dilakukanlah penelitian
dengan judul “Perbedaan Penguasaan Konsep Asam-Basa antara
Pembelajaran Guided Inquiry dengan Guided Discovery pada Siswa Kelas XI IPA SMA Al-Kautsar Bandar Lampung”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka disusun rumusan masalah dalam
pe-nelitian ini yakni sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan penguasaan konsep Asam-Basa antara pembelajaran
guided inquiry dengan guided discovery pada siswa SMA Al-Kautsar Bandar Lampung?
2. Penguasaan konsep manakah yang lebih tinggi antara pembelajaran guided inquiry dengan guided discovery pada siswa SMA Al-Kautsar Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini
ada-lah untuk menentukan :
1. Ada tidaknya perbedaan penguasaan konsep Asam-Basa antara pembelajaran
2. Penguasaan konsep Asam-Basa yang lebih tinggi antara pembelajaran guided inquiry dengan guided discovery pada siswa SMA Al-Kautsar Bandar
Lampung.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan/gambaran untuk dapat mengembangkan penelitian sejenis
dengan ruang lingkup yang lebih luas.
2. Pembelajaran dengan kedua model ini diharapkan dapat memotivasi siswa
dalam proses belajar, mampu berpikir dan membangun konsep sendiri
ber-dasarkan data ataupun eksperimen.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran untuk
me-ningkatkan penguasaan konsep siswa dan dapat meme-ningkatkan pencapaian
KKM siswa pada materi pokok Asam-Basa.
4. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukkan dalam menerapkan inovasi
model pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Penguasaan konsep Basa adalah nilai postes pada materi
Asam-Basa.
yaitu : (1) menyajikan permasalahan, (2) membuat hipotesis, (3)
merancang percobaan, (4) melakukan percobaan, (5) mengumpulkan dan
menganalisis data, dan (6) membuat kesimpulan.
3. Pembelajaran guided discovery menurut Kardi dalam Marjana (2010) merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu : (1)
kegiatan awal: pengkondisian siswa, (2) kegiatan inti: penemuan konsep,
dan (3) kegiatan akhir: evaluasi.
4. Lembar Kerja Siswa (LKS) berupa LKS Eksperimen dan Non Eksperimen
sebagai media pembelajaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
disusun secara kronologis sesuai dengan model pembelajaran sehingga
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran
konstruktivis (constructivist theorist of learning). Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita
merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Menurut Slavin (Trianto,
2010) teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.
Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk
dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekar-Winahyu (2001)
konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh
adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer
pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Agar siswa mampu
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
penga-laman, karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa
dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
me-ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal, agar siswa mampu menarik sifat
yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat
kesama-an dkesama-an perbedakesama-an-nya untuk selkesama-anjutnya membuat klasifikasi dkesama-an
mengkon-struksi pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang
lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul pe -nilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan
pengetahuannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tyler (1996)
mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran,
sebagai berikut:
(1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.
(2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
(4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.
(5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka. menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
(1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar;
(5) kurikulum menekankan partisipasi siswa; (6) guru adalah fasilitator.
Dalam perkembangannya banyak sekali model pembelajaran yang mengacu pada
teori belajar konstruktivisme yang dapat digunakan oleh guru dalam proses
pem-belajaran guna meningkatkan penguasaan konsep siswa, namun dalam
pembahas-an kali ini akpembahas-an dipaparkpembahas-an dua model pembelajarpembahas-an ypembahas-ang dapat digunakpembahas-an yakni
model pembelajaran guided inquiry dan guided discovery.
B. Model Pembelajaran Guided Inquiry
1. Model inkuiri
Pepatah mengatakan : “Ceritakan padaku dan Aku akan lupa, tunjukkan padaku
dan Aku akan mengingatnya, ikut sertakan Aku dan Aku akan faham”. Bagian
terakhir dari pernyataan ini adalah pokok dari inkuiri. Inkuiri menyiratkan bahwa
keterlibatan dalam belajar secara tidak langsung mempengaruhi penguasaan dan
sikap yang mengizinkan siswa untuk mencari pemecahan dari pernyataan dan
isu-isu selagi siswa membangun pengetahuan baru. “Model inkuiri merupakan model
pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar menemukan masalah,
mengumpul-kan, mengorganisasi, dan memanipulasi data, serta memecahkan masalah.” (Koes,
2003)
Gulo (Trianto 2010) menyatakan inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
Sund (Trianto, 2010) menyatakan bahwa guidedinquiry merupakan perluasan proses guideddiscovery yang digunakan lebih mendalam.Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan ataupemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai proses umum yang dilakukanmanusia untuk mencari atau memahami
informasi.
Co’burn (Utami, 2011) mengemukakan beberapa pendekatan pembelajaran
inkuiri, yaitu :
1. Inkuiri terstruktur : dalam kegiatan ini siswa diberikan hands-on untuk menyelidiki permasalahan meliputi cara kerja, bahan-bahan, tetapi tidak di-beritahukan hasil yang diharapkan.
2. Inkuiri terbimbing : guru hanya menyediakan bahan-bahan dan permasalahan untuk diinvestigasi. Siswa mencari penyelesaian sendiri.
3. Inkuiri terbuka : sama halnya dengan inkuiri terbimbing hanya saja siswa merumuskan masalahnya sendiri dan mencari penyelesaian.
Adapun pendekatan yang digunakan dala penelitian ini adalah inkuiri terbimbing.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran dimana
siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas
yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan
sebut. Sebagai strategi pembelajaran inkuiri dapat dimplementasikan secara
ter-padu dengan strategi lain sehingga dapat membantu pengembangan pengetahuan
dan pemahaman serta kemampuan melakukan kegiatan inkuiri oleh siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran dengan model inkuiri, siswa lebih banyak melakukan
kegi-atan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan
bim-bingan.
Menurut Sund dan Trowbridge (Amien, 1987), dalam proses belajar mengajar
petunjuk-petunjuk berupa pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya membimbing. Pendekatan
inkuiri terbimbing, terutama digunakan bagi siswa-siswa yang belum
berpengala-man belajar dengan pendekatan inkuiri. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing
guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru
harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan
kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berfikir lambat atau siswa yang mempuyai
intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang
dilak-sanakan dan siswa yang memiliki intelegensi tinggi tidak memonopoli kegiatan.
Oleh sebab itu guru memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus.
Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa
pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan
tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang
disodorkan oleh guru.. pertanyaan-pertanyaan pengarah selain dikemukakan
lang-sung oleh guru juga dapat diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam LKS.
Oleh sebab itu, LKS dibuat khusus untuk membimbing siswa dalam melakukan
percobaan dan menarik kesimpulan.
Dalam inkuiri terbimbing, terdapat tiga sasaran utama pembelajaran yaitu:
a. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar;
b. Keterarahan kegiatan secara lois dan sistematis pada tujuan pembelajaran;
dan
c. Mengembangkan sikap percaya diri pada siswa tentang apa yang
Dari sasaran tersebut terlihat bahwa kegiatan pembelajaran guided inquiry
melibatkan siswa secara maksimal sehingga pembelajaran berlangsung dengan
berpusat pada siswa (student center), menuru Trianto (2010) guru memiliki peranan sebagai berikut:
a. Motivator, memberikan motivasi dan stimulus agar siswa aktif berpikir.
b. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika sisw mengalami kesulitan.
c. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dengan
memberikan pertanyaan arahan.
d. Administrator, bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
e. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang
diharapkan dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
f. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.
g. Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Dalam pelaksanaannya, model ini dapat digunakan jika dipenuhi syarat-syarat
berikut:
1. Masalah yang dipilih harus relevan dan sesuai dengan daya nalar siswa
2. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan
menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan
3. Fasilitas dan sumber belajar yang memadai.
4. Siswa bebas untuk berpendapat, berkarya dan berdiskusi.
5. Siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran
6. Guru tidak banyak campur tangan terhadap kegiatan siswa.
Menurut Amri dan Ahmadi (2010) menyatakan ada beberapa karakteristik dari
inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spe-sifik hingga membuat inferensi atau generalisasi;
2. Sasarannya adalah mempelajari proses megamati kejadian atau objek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai;
3. Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi, dan berperan sebagai pemimpin kelas;
4. Tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna ber-dasarkan hasil observasi di dalam kelas;
5. Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran, 6. Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa; 7. Guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil
gene-ralisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas.
Tujuan utama pembelajaran berbasis inkuiri menurut National Research Council
(2000) dalam Amri dan Ahmadi (2010) adalah; (1) mengembangkan keinginan
dan motivasi siswa untuk mempelajari prinsip dan konsep sains, (2)
mengembang-kan keterampilan ilmiah siswa sehingga mampu bekerja seperti layaknya seorang
ilmuwan, (3).membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan.
2. Sintak pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)
Pada penelitian ini langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing mengadopsi
tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Eggen dan
Kauchak (1996) dalam Abadi 2011 sebagai berikut :
Tabel 2.1. Sintak Pembelajaran Guided Inquiry
NO. Fase Perilaku guru
1. Menyajikan pertanyaan atau masalah
Guru membimbing siswa
NO. Fase Perilaku guru
2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam
membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.
3. Merancang percobaan guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi
Guru membimbing siswa untuk men-dapatkan informasi melalui percobaan.
5. Mengumpulkan dan menganalisis data
Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Enam langkah pada inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat
pen-ting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif
me-latih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya
sen-diri untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Hal ini diperkuat dengan pendapat Moh. Amien (dalam Nurfajriah, 2011) tentang
model pembelajaran guided inquiry. Pada jenis model inkuiri ini, guru memiliki peran penting untuk menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang
cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru, siswa
tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing
Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam
melaku-kan kegiatan-kegiatan. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberimelaku-kan bimbingan
lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu
menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk
memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan
pengarahan selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui
per-tanyaan yang dibuat dalam LKS. Oleh sebab itu LKS dibuat khusus untuk
mem-bimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan.
3. Keunggulan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)
Menurut Roestiyah (2008) inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
4. Kekurangan model inkuiri terbimbing (guided inquiry)
Kelemahan inkuiri menurut Suryobroto (2002) dalam Trianto (2010) adalah
sebagai berikut:
2. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau mene-mukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu,
3. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.
Kelemahan inquiry menurut Roestiyah (2008) antara lain:
1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk memban-tu siswa menemukan konsep.
2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan
per-tanyaan-pertanyaan.
Menurut Roestiyah (2008), kelemahan inquiry dapat diatasi dengan cara:
1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa terdorong mengajukan dugaan awal
2. Menggunakan bahan atau permainan yang bervariasi
3. Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan tersebut belum tepat.
C. Model Pembelajaran Guided Discovery
Sund (Roestiyah, 2008) menyatakan bahwa discovery adalah proses mental
di-mana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental
ter-sebut misalnya mengamati, mengolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelas-kan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa
di-biarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya
membimbing dan memberi instruksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
metode discovery adalah suatu metode di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara
Carin dan Sund (1982) dalam Rustaman (2005) mengemukakan bahwa
pem-belajaran dengan pendekatan penemuan dibedakan menjadi penemuan terbimbing
(guided discovery), penemuan terbimbing kurang terstruktur (less structured guided discovery) dan penemuan bebas (free discovery). Pada guided discovery, guru mengemukakan maslah, memberikan pengarahan mengenai pemecahan
masalah, dan membimbing siswa dalam hal mencatat data. Pada less structured
guided discovery, guru mengemukakan masalah, siswa diminta mengamati, meng-eksploitasi, dan melakukan kegiatan untuk memecahkan masalah. Pada free discovery, dari mulai memunculkan maslah sampai pemecahannya semua dilaku-kan oleh siswa. Pada pembelajaran siswa SMA lebih tepat menggunadilaku-kan guided discovery. Guided discovery lebih banyak diterapkan karena petunjuk guru bukan-lah semacam resep yang harus diikuti tetapi hanya merupa-kan arahan tentang
prosedur kerja yang diperlukan.
Kardi dalam Marjana (2010) mengungkapkan bahwa pembelajaran penemuan
terbimbing (guided discovery) terdiri atas tiga kegiatan pembelajaran:
1. Kegiatan awal
Menyampaikan indikator pembelajaran kepada siswa. Siswa perlu
menge-tahui tujuan mengapa mereka harus berperan serta pada pembelajaran tertentu.
Siswa juga harus tahu apa yang dapat mereka lakukan setelah pem-belajaran
itu. Membuat siswa sadar dengan apa yang akan mereka pelajari membantu
mereka membuat hubungan antara satu materi tertentu dan relevansinya
ter-hadap kehidupan sehari-hari. Kesadaran itu juga akan membantu siswa
dengan pembelajaran yang akan diikutinya. Kegiatan ini selain menyiapkan
siswa untuk belajar juga akan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam
proses pembelajaran.
2. Kegiatan inti (penemuan dan penerapan konsep)
Keterlibatan siswa dalam menemukan suatu konsep akan sangat berarti
seba-gai pengalaman belajar dengan syarat penemuan tersebut di bawah bimbingan
dan arahan guru. Proses penemuan konsep ini dilakukan dengan melakukan
penyelidikan dan pelatihan terbimbing dengan bantuan media berupa LKS.
Pada kegiatan ini terjadi konflik konseptual dalam diri siswa yaitu antara
konsep awal yang dimilikinya dengan kenyataan yang dilihat dari
penyelidik-an ypenyelidik-ang siswa lakukpenyelidik-an. Dari konflik konseptual ini dalam diri siswa akpenyelidik-an
terbentuk konsep yang sesuai dengan keilmuan.
3. Kegiatan akhir (evaluasi)
Evaluasi dilakukan baik terhadap langkah-langkah penemuan maupun pada
pengetahuan siswa, sebagai umpan balik bermakna dan pengetahuan tentang
hasil latihannya. Tanpa umpan balik, siswa tidak mungkin memperbaiki
ke-salahannya dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan konsep. Dalam
pe-nemuan terbimbing siswa dibiarkan menemukan sendiri atau pengalaman
pro-ses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Menurut Roestiyah (2008) “Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara
lain ialah : mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan,
Menurut Roestiyah (2008) beberapa keunggulan model pembelajaran guided discovery antara lain :
1. Metode ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.
2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.
4. Metode ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
7. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar, membantu bila diperlukan.
Adapun kekurangan dari Model Pembelajaran guided discovery adalah sebagai berikut :
a. Untuk materi tertentu, waktu tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan beberapa siswa tidak terbiasa dengan pembelajaran model guided
discovery.
c. Tidak semua topik disampaikan dengan model guided discovery. Umum-nya topik-topik berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan menggunakan model guided discovery.
D. Penguasaan Konsep
Menurut Sagala (2003), definisi konsep adalah:
Buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan
pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep untuk menjelaskan dan
meramal-kan.
Rosser (Sagala, 2003) menyatakan konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili
suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan,
hubungan-hubung-an yhubungan-hubung-ang mempunyai atribut-atribut yhubungan-hubung-ang sama. Orhubungan-hubung-ang mengalami
stimulus berbeda-beda, membentuk konsep sesuai pengelompokkan
stimulus-stimulus dengan cara tertentu. Konsep-konsep itu suatu abstraksi-abstraksi
ber-dasarkan pengalaman, dan karena tidak ada dua orang yang mempunyai
penga-laman yang persis sama, maka konsep-konsep yang dibentuk orang mungkin
berbeda.
Penguasaan konsep pada materi pokok asam-basa berarti kemampuan menguasai
pokok utama yang mendasari keseluruhan dari materi asam-basa yang diukur
me-lalui hasil tes penguasaan konsep, sebagai hasil dalam proses pembelajaran.
Pe-nguasaan merupakan salah satu aspek dalam ranah (domain) kognitif dari tujuan
kegiatan belajar mengajar. Ranah kognitif ini meliputi berbagai tingkah laku dari
tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti
dari materi suatu bahan yang dipelajari, penguasaan bukan hanya sekedar
meng-ingat mengenai apa yang telah dipelajari, tetapi menguasai lebih dari itu yakni
melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis.
Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu
proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau
didukung oleh Djamarah dan Zain (2006) yang mengatakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar.
Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya
untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu
konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk mengetahui
penguasaan konsep keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan
dinyata-kan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep juga merupadinyata-kan
suatu upaya ke arah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di luar
pe-ngetahuan sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk menguasai materi-materi
pel-ajaran selanjutnya.
Mengenai konsep, Dahar (2003) mengemukakan bahwa :
Konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang lama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendak-nya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainhendak-nya.
Posner (dalam Suparno, 1991) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat
dua tahap perubahan konsep, yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap
asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk
berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa meng-
ubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka
hadapi. Dalam hal ini, guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk
menciptakan kondisi yang kondusif agar siswa dapat menemukan dan memahami
Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya
adalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas. Dalam belajar
dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha
untuk meningkatkan konsep materi. Penguasaan konsep siswa terhadapa suatu
materi akan meningkat apabila siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
E. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Media pembelajaran adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa
yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan
media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Salah satu bentuk dari media pembelajaran adalah Lembar Kerja
Siswa (LKS).
Menurut Ismail (2003), LKS adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan
atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan
pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain :
1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep
3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar meng-ajar
4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran
5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran 6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui
kegiatan belajar
Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk
menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok
mata pelajaran yang telah atau sedang dijalankan. Melalui LKS siswa harus
me-ngemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini, LKS
digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. LKS
yang digunakan dapat berupa LKS eksperimen dan LKS noneksperimen.
1. LKS eksperimen
LKS eksperimen merupakan suatu media pembelajaran yang tersusun secara
kronologis yang berisi prosedur kerja, hasil pengamatan, soal-soal yang berkaitan
dengan kegiatan praktikum yang dapat membantu siswa dalam menemukan
kon-sep klasifikasi zat, serta kesimpulan akhir dari praktikum yang dilakukan pada
materi pokok yang bersangkutan. Pada penelitian ini, LKS eksperimen digunakan
pada materi pembelajaran Teori Asam Basa Arrhenius dan Derajat Keasaman.
2. LKS non eksperimen
LKS noneksperimen digunakan untuk membantu siswa mengkonstruksi konsep
pada submateri pokok yang tidak dilakukan praktikum. Pada penelitian ini, LKS
noneksperimen digunakan pada materi pembelajaran Kekuatan Asam Basa, Teori
Asam Basa Bronsted Lowry dan Teori Asam Basa Lewis.
F. Kerangka Pemikiran.
Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peran guru dalam memilih dan
tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa dan tentunya penguasaan konsep siswa
terhadap materi yang dibelajarkan. Dalam penelitian ini akan diteliti bagaimana
perbedaan penguasaan konsep materi Asam-Basa antara pembelajaran guided inquiry dengan guided discovery siswa XI IPA SMA Al-Kautsar Bandar Lampung.
Sebagai variabel bebasnya adalah model pembelajaran (X) dan variabel terikatnya
adalah penguasaan konsep pada materi pokok Asam-Basa (Y). Semua data
di-ambil dari dua kelas yang berbeda, satu kelas sebagai eksperimen I dan satu kelas
sebagai eksperimen II. Pada kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan
meng-gunakan pembelajaran guided inquiry, sedangkan pada kelas eksperimen II diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran guided discovery.
Baik model pembelajaran guided inquiry maupun model pembelajaran guided discovery, masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan. Model pembe-lajaran guided inquiry memiliki beberapa kelebihan antara lain, dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat
me-ngerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam
meng-gunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong
siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur
dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat
mengembang-kan bakat atau kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar
sendiri, dan dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka
Sedangkan kelemahannya, pembelajaran guided inquiry yaitu guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan
kon-sep, guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya, dan
guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan.
Pembelajaran guided discovery memiliki beberapa kelebihan antara lain mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan serta
pengua-saan keterampilan dalam proses kognitif, siswa memperoleh pengetahuan yang
bersifat sangat pribadi atau individual sehingga dapat kokoh atau mendalam
ter-tinggal dalam jiwa siswa tersebut, dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa,
mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju
se-suai dengan kemampuannya masing-masing, mampu mengarahkan cara siswa
belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat,
mem-bantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri
de-ngan proses penemuan sendiri, dan strategi itu berpusat pada siswa tidak pada
guru. Guru hanya sebagi teman belajar, membantu bila diperlukan.
Namun dibalik segala kelebihan yang dimiliki, model ini juga memiliki beberapa
keterbatasan, yaitu keharusan adanya persiapan mental untuk belajar cara ini,
pembelajaran ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar, harapan yang
di-tumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah
biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, mengajar dengan
pe-nemuan dipandang lebih mementingkan memperoleh pengertian dan kurang
mung-kin tidak ada, dan strategi ini mungmung-kin tidak memberikan siswa kesempatan untuk
berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang ditemukan akan diseleksi lebih
dahulu oleh guru.
Berdasarkan kelemahan dan kelebihan kedua model pembelajaran tersebut, akan
terdapat perbedaan penguasaan konsep antara pembelajaran guided inquiry dan pembelajaran guided discovery.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa kelas XI IPA3 dan XI IPA4 semester genap SMA Al-Kautsar Bandar
Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi sampel penelitian
mem-punyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.
2. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama.
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep
Asam-Basa siswa kelas XI IPA semester genap SMA Al-Kautsar Bandar lampung
tahun pelajaran 2011/2012 diabaikan.
4. Perbedaan penguasaan konsep untuk materi asam-basa semata-mata karena
perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.
H. Hipotesis Umum
Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum.
Hipotesis umum dalam penelitian ini jika kedua kelas eksperimen diberi
III. METODE PENELITIAN
A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
ling-kup dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2010). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Al-Kautsar Bandar Lampung tahun ajaran
2011/2012. Populasi yang diteliti sebanyak 166 siswa yang tersebar dalam empat
kelas. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya
kesama-an-kesamaan berikut:
a. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap.
b. Dalam pelaksanaan pembelajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan
kuri-kulum yang sama (KTSP), dan jumlah belajar yang sama (empat jam pelajaran
dalam setiap minggu).
2. Sampel
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu (Margono, 2010). Jadi Sampel penelitian ini
Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi sebelumnya. Adapun
sampel yang dipakai untuk penelitian ini yakni kelas XI IPA 4 sebagai kelas
eks-perimen I dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas ekseks-perimen II.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperimen dengan
menggunakan desain penelitian yang dimodifikasi dari Fraenkel dan Wallen
(2006) yaitu The Matching-Only Posttes-Only group Design yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen I dan eksperimen II. Di dalamnya terdapat
langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:
Tabel 3.1. Desain penelitian
Perlakuan Posttest
Kelas eksperimen I X1 O
Kelas eksperimen II X2 O
Dengan keterangan O adalah posttest yang diberikan setelah perlakuan. X1 adalah
pembelajaran guided inquiry bing dan X2 adalah pembelajaran guided discovery.
C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data
2. Metode pengumpulan data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode
tes, yaitu untuk memperoleh data primer yang bersifat kuantitatif. Data hasil tes
tersebut digunakan untuk analisis pengujian hipotesis.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat.
Se-bagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu
pembela-jaran guided inquiry dan pembelajaran guided discovery. Sebagai variabel terikat adalah penguasaan konsep Asam-Basa siswa kelas XI IPA SMA Al-Kautsar
Bandar Lampung.
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa soal-soal posttest untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada materi Asam Basa. Dalam
pelaksana-annya kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diberikan soal yang sama. Soal
tersebut dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk memperoleh data kuantitatif
peningkatan penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran guided inquiry dan pembelajaran guided discovery. Untuk memperoleh hasil penelitian yang bisa di-pertanggungjawabkan maka instrumen yang digunakan harus valid, daya pembeda
tidak jelek dan reliabel. Namun dikarenakan keterbatasan waktu, maka instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan keshahihan suatu instrumen.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks
pengujian validitas instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara
judgment atau penilaian, dan pengujian empirik.
Penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini
di-lakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan mene-laah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran,
indikator dan butir-butir pertanyaannya. Bila unsur-unsur itu terdapat kesesuaian,
maka dapat dinilai bahwa instrumen sianggap valid untuk digunakan dalam
me-ngumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.
Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai , maka diminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen
pembimbing penelitian untuk mengujinya.
F. Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Melakukan observasi di kelas XI IPA SMA Al-Kautsar Bandar Lampung
2. Menentukan populasi dan sampel.
3. Mempersiapkan instrumen.
4. Validasi instrumen.
5. Pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing kelas dengan model
6. Pelaksanaan posttest di kedua kelas. 7. Menganalisis data.
8. Penarikan kesimpulan.
9. Penulisan laporan penelitian.
Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian,
seperti ditunjukkan pada alur berikut:
Gambar 3. 1. Alur Penelitian
Observasi Pendahuluan
Mempersiapkan instrumen Menentukan Populasi
dan Sampel
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
Posttest Pembelajaran discovery guided
Pembelajaran guided inquiri
Analisis Data
Kesimpulan Validasi instrumen
G. Hipotesis Statistik
Hipotesis pertama :
H0 : Tidak ada perbedaan penguasaan konsep Asam-Basa antara model
pembelajaran guided inquiry dengan guide discovery pada siswa SMA Al-Kautsar Bandar Lampung.
H0 : µ1 = µ2
H1 : Ada perbedaan penguasaan konsep Asam-Basa antara model
pem-belajaran guided inquiry dengan guide discovery pada siswa SMA Al-Kautsar Bandar Lampung.
H1 : µ1≠ µ2
Jika dalam pengujian statistik ternyata tolak H0 atau terima H1, maka
peng-ujian dilanjutkan dengan hipotesis berikut :
Hipotesis kedua :
H0 : Penguasaan konsep Asam-Basa siswa dengan pembelajaran guided
inquiry lebih rendah atau sama dengan guided discovery. H0 : µ1≤ µ2
H1 : Penguasaan konsep Asam-Basa siswa dengan pembelajaran guided
inquiry lebih tinggi dari guided discovery.
H0 : µ1 > µ2
Keterangan :
µ1 : Penguasaan konsep Asam-Basa siswa dengan pembelajaran guided inquiry.
H. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti
yang digunakan untuk menrik kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan,
dan hipotesis yang telh dirumuskan sebelumnya.
Nilai akhir posttest dirumuskan sebagai berikut:
Nilai Akhir = ∑
x 100
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji normalitas, uji homogenitas,
dan pengujian hipotesis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal
dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Data yang mempunyai distribusi
normal merupakan salah satu syarat dilakukannya uji parametrik.
Hipotesis untuk uji normalitas :
H0 = data penelitian berdistribusi normal
H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal
Pengujian normalitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0
Langkah-langkah untuk uji parametrik yaitu sebagai berikut:
1. Buka lembar kerja/file input normalitas.
4. Masukkan variabel yang akan diuji ke dalam independentlist. 5. Pada display, pilih plots.
6. Pada box plots beri tanda pada factor levels together, pada descriptive beri tanda untuk normality plots with test. Klik continue, klik ok.
7. Terima H0 jika pada kolmogorov-smirnov maupun shapiro-wilk nilai sig.>
0.05 dan tolak H0 jika pada kolmogorov-smirnov maupun shapiro-wilk nilai
sig. ≤ 0.05.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok
sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.
H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen
H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen
Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0.
Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :
1. Buka lembar kerja/file input normalitas.
2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means One Way Anova.
3. Masukkan variabel nilai posttest ke dalam dependentlist dan variabel kelas
ke dalam factor list.
4. Pada options, pilih homogenity of variance test. 5. Klik continue, klik ok.
c. Teknik Pengujian Hipotesis
Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji
hipotesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 2002). Uji parametrik
menggunakan uji-t dengan bentuan program SPSS 16.00. Dalam penelitian ini
pengujian hipotesis dilakukan dengan uji- t (t student) pada tingkat kepercayaan 95% dan derajat kebebasan df = n1 + n2– 2 dengan program SPSS 16.00.
1. Uji kesamaan dua rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan ada tidaknya
per-bedaan penguasaan konsep siswa pada materi pokok asam basa antara model
pembelajaran guided inquiry dengan model pembelajaran guided discovery
pada materi pokok asam basa siswa SMA Al-Kautsar.
a. Rumusan hipotesis
H0 : Tidak ada perbedaan penguasaan konsep Asam-Basa antara
pem-belajaran guided inquiry dengan guide discovery pada siswa SMA Al-Kautsar Bandar Lampung.
H1 : Ada perbedaan penguasaan konsep Asam-Basa antara pembelajaran
guided inquiry dengan guide discovery pada siswa SMAAl-Kautsar Bandar Lampung.
b. Langkah statistik:
Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS 16.0 yaitu sebagai berikut:
1. Buka lembar kerja/file input normalitas.
2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means
3. Masukkan variabel nilai posttest ke dalam test variable dan variabel kelas ke dalam grouping variable.
4. Klik continue, klik ok.
c. Kriteria uji
Menurut Sudjana (2002), kriteria ujinya adalah Terima H0 jika F hitung <
F tabel dan tolak H0 sebaliknya.
2. Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan hasil belajar yang
lebih tinggi antara model pembelajaran guided inquirydengan model
pem-belajaran guide discovery pada materi pokok asam basa siswa SMA Al-Kautsar.
a. Rumusan hipotesis
H0 : Penguasaan konsep Asam-Basa siswa dengan pembelajaran guided
inquiry lebih rendah atau sama dengan guided discovery.
H1 : Penguasaan konsep Asam-Basa siswa dengan pembelajaran guided
inquiry lebih tinggi dari guided discovery.
b. Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS 16.0 yaitu sebagai berikut:
1. Buka lembar kerja/file input normalitas.
2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means
Independent-sample T test.
4. Klik define groups kemudian ketik 1 pada group 1 dan ketik 2 pada group 2.
5. Klik continue, klik ok.
c. Kriteria uji
Menurut Sudjana (2002) kriteria ujinya adalah terima H0jika t hitung < t
32
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan
desain The Matching-Only Posttest-Only Group Design, yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen I dan II. Pada kelas eksperimen I pembelajaran
menggunakan model guided inquiry sedangkan pada kelas eksperimen II meng-gunakan model guided discovery. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode tes, yaitu untuk memperoleh data primer
yang bersifat kuantitatif. Tes dilakukan satu kali, yaitu posttest. Data nilai
posttest tersebut kemudian digunakan dalam analisis pengujian hipotesis untuk mengetahui nilai penguasaan konsep siswa. Setelah dilakukan penelitian
diper-oleh data nilai penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen I dan II yang
dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Data Nilai Penguasaan Konsep
KELAS EKSPERIMEN I KELAS EKSPERIMEN II
NO NAMA
NILAI POS-
TES
NO NAMA
NILAI
POS-TES
1 ABU HASAN AS-SADILI 60 1 ADE ZULKARNAIN 60
2 ANANDA RIZQI PALA 65 2 AFID FITRO SETIAWAN 80
4 ANGGUN PRETTY W. 70 4 AHMAD FIRDAUS
11 DIAN LATIFATHUL
MAR'AH 80 11
23 MUHAMAD KRESNA
ADIGUNA 80 23 M RIZKY FADIL 75
24 MUHAMMAD ARAFAT 90 24 MESRI SUSANDRA 75
25 MUHAMMAD HAFIZ 90 25 NABILA CASOGI
ADRIANA 70
26 MUHAMMAD HAFIZ