• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP ASAM-BASA ANTARA PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN GUIDED DISCOVERY SISWA KELAS XI IPA SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP ASAM-BASA ANTARA PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN GUIDED DISCOVERY SISWA KELAS XI IPA SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP ASAM-BASA ANTARA PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN GUIDED

DISCOVERY PADA SISWA XI IPA SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Oleh

ULIVINA PRATINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam

pernyataan Saya diatas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Januari 2012

(3)

ABSTRAK

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP ASAM-BASA ANTARA PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN GUIDED

DISCOVERY SISWA KELAS XI IPA SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG

Oleh

ULIVINA PRATINI

Berdasarkan hasil observasi di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung diketahui bahwa

pembelajaran kimia yang digunakan masih menggunakan pembelajaran dengan

metode ceramah (konsep diberikan langsung oleh guru). Hal tersebut belum

mem-bimbing siswa untuk lebih memahami konsep asam basa. Oleh karena itu, untuk

meningkatkan penguasaan konsep siswa dirancang pembelajaran dengan model

pembelajaran guided inquiry dan model pembelajaran guided discovery pada materi pokok asam basa. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan

pengua-saan konsep antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran guided inquiry dengan model pembelajaran guide discovery.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA AL-Kautsar

Bandar Lampung tahun ajaran 2011/ 2012. Sampel diambil menggunakan teknik

(4)

44 orang siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen II dengan model pembelajaran

guided discovery. Penelitian ini menggunakan rancangan The Matching-Only Posttes-Only group Design. Variabel bebas yaitu pembelajaran dengan model

guided inquiry dan guided discovery. Variabel terikat yaitu penguasaan konsep Asam-Basa siswa. Data penguasaan konsep yang diperoleh dianalisis dengan uji-t

menggunakan SPSS 16.0.

Hasil dari penelitian ini adalah kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan

pembelajaran guided inquiry menunjukkan penguasaan konsep Asam-Basa yang lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan model pembelajaran guided discovery.

(5)

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP ASAM-BASA ANTARA PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN GUIDED

DISCOVERY PADA SISWA XI IPA SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG

Oleh

ULIVINA PRATINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Study Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

Judul Skripsi : PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP ASAM-BASA ANTARA PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN GUIDED DISCOVERY PADA SISWA XI IPA SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG

Mahasiswa : Ulivina Pratini

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813023012

Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si. Dra. Ila Rosilawati, M.Si.

NIP 19710819 199903 2 001 NIP 19660824 199111 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si. ______________

Sekretaris : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 22 Desember 1990, anak pertama

dari dua bersaudara dari pasangan bapak Miftakhul Huda dan ibu Siroili.

Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan jenjang studi di SD Negeri 5 Unggulan

Muaradua OKU Selatan. Tahun 2002 penulis diterima sebagai siswa di SMP

Negeri 1 Muaradua OKU Selatan Sumatera Selatan yang diselesaikan pada tahun

2005. Pada tahun 2005, penulis terdaftar sebagai siswa SMA Negeri 1 Muaradua

OKU Selatan Sumatera Selatan yang diselesaikan pada tahun 2008 dan di tahun

2008 melalui jalur PKAB, penulis tercatat sebagai mahasiswa di Program Studi

Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia

Dasar pada semester ganjil, Kimia Larutan pada semester genap tahun pelajaran

2009-2010, dan Kimia Organik 1 pada semester ganjil tahun 2010-2011, serta

telah menyelesaikan program pengalaman lapangan di SMA 17 Pagelaran

Kabupaten Pringsewu. Penulis juga ikut aktif dalam Himpunan Mahasiswa

Eksakta (himasakta) sebagai Eksekutif Muda (eksmud) pada tahun 2008-2009,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas sebagai Brigade Muda (Brigda) pada tahun

(9)

Pengkajian Islam (UKMF FPPI FKIP), sebagai anggota Biro Bimbingan Belajar

Al-Qur’an (BBQ) pada tahun 2009-2010, sebagai Wakil Ketua Biro Bimbingan

Belajar Al-Qur’an (BBQ) pada tahun 2010-2011, dan juga terlibat dalam Unit

Kegiatan Mahasiswa Universitas Bina Rohani Mahasiswa (UKMU BIROHMAH)

(10)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada Penulis dan sholawat serta salam kepada Rasulullah

Muhammad saw, keluarga, para sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Dengan kerendahan hati dan rasa sayang yang tulus, kupersembahkan lembaran-

lembaran sederhana ini untuk :

Ibu dan Ayah…

Kalian merupakan pahlawan tanpa tanda jasa di kehidupan Ananda. Semoga

Allah SWT selalu melindungi dan menuntun setiap langkah kalian dan

semoga Ananda dapat membahagiakan kalian. Aamiin.

Adikku Novita Dwi Wahyuni dan keluargaku tersayang... Perhatian dan kasih sayang kalian adalah motivasi dan penyemangat dalam

hidupku.

Sahabat-sahabatku...

Doa, perhatian, dan kebersamaan yang telah kalian berikan adalah suatu hal yang

sangat berarti bagiku.

(11)

MOTTO

"Sesungguhnya manusia tidak memperoleh selain apa yang telah dia usahakan.

Dan sesungguhnya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian

akan diberi balasan dengan balasan yang paling sempurna."

(QS.An-Najm:39-41)

Man jadda wa jadda

Maka....

Jika kita menginginkan sesuatu, kita harus berusaha mendapatkannya.

Gabungkanlah antara keinginan kita dan kehendak Allah SWT. Jika kita

benar-benar berusaha mencapai apa yang kita inginkan (untuk kebaikan), maka

Allah pun pasti akan memberikannya dengan qadar-Nya yang baik.

(Ulivina Pratini)

Pada akhirnya....

"....Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan

peliharalah kami dari siksa neraka

(QS. Al-Baqarah:201)

dan....

(12)

v

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melim-pahkan karunia, rahmat, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Perbedaan Penguasaan Konsep Asam-Basa Antara Pembelajaran

Guided Inquiry dengan Guided Discovery Pada Siswa XI IPA SMA Al-Kautsar Bandar Lampung”. Shalawat serta salam juga senantiasa tercurah pada Rasullulah

Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di

jalan-Nya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

4. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M. Si., selaku Pembimbing Akademik, dan selaku

Pembimbing I atas kesediaan dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran,

dan motivasi dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaan dan

kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam proses

(13)

v

6. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku dosen Penguji yang telah memberikan

saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi.

7. Seluruh dosen dan staf di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi

Pendidikan Kimia Unila atas bantuan dan curahan ilmunya.

8. Bapak Drs. Hi. Joko Santoso, selaku Kepala SMA Al-Kautsar Bandar Lampung,

yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Ibu Tini Silvia Sakti, S.Si., selaku guru mitra atas bantuan dan kerjasamanya.

10. Siswa-siswi XI IPA3 DAN XI IPA4 SMA Al-Kautsar Bandar Lampung yang

bersedia menjadi objek penelitianku. Terimakasih untuk perhatian, semangat dan

kerjasama kalian.

11. Ari Kurnia Effendi dan Ahmad Tohir, selaku laboran Laboratorium Kimia FKIP

Unila terima kasih atas fasilitas laboratorium yang banyak membantu.

12. Teristimewa untuk ayah dan ibu ku tercinta, adikku vita serta seluruh keluarga

besarku yang selalu memberikan semangat, doa, perhatian, dan kasih sayangnya.

13. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Kimia 2008, vera, dita, anggun, agita

devi, indah, aulia, titin, susi, pepin, anggi, della, ika, ena, sinta, rina, irma, kiki,

ria, khusus, esty, elsa, lastri, dena, pipit, rely, eti, janwar, andrian, diky, mahfudz,

usep, obed, alan, ari, tohir, toro, joni, dan teman-teman kimia mandiri atas

dukungan, doa, dan semangat yang diberikan. Semoga persahabatan ini selalu

terjalin.

14. Saudari-saudariku tercinta di UKMF FPPI 2010/2011 dan UKMU Birohmah

Unila 2011/2012, Laras, Feny, Dewi, Rian, mba Yanti, Deni, Nia, Rina, Irma,

(14)

v

semua pengurus. Terimakasih atas semangat, inspirasi dan perhatian dari kalian

semua.

15. Teman-teman KKN dan PPL, Betty, Ria, mba Windy, mba Ari, Adi, Relian, Isa,

Alif, dan Yudi atas kebersamaan dan kerjasamanya.

16. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khusus-nya dan pembaca pada umumkhusus-nya.

Bandar Lampung, Januari 2012

Penulis,

(15)
(16)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivisme ... 8

B. Model Pembelajaran Guided Inquiry ... 10

C. Model Pembelajaran Guided Discovery ... 17

D. Penguasaan Konsep ... 20

E. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 23

F. Kerangka Pemikiran ... 24

G. Anggapan Dasar ... 27

H. Hipotesis Umum ... 27

(17)

vii

B. Metode dan Desain Penelitian ... 29

C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 29

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Pelaksanaan Penelitian ... 31

G. Hipotesis Statistik ... 33

H. Teknik Analisis Data ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Silabus ...

2. RPP Kelas Eksperimen I ...

3. RPP Kelas Eksperimen II ...

4. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen I ...

5. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen II ...

7. Kisi-Kisi Soal Postes ...

8. Soal Postes ...

(18)

viii

10. Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen I ... 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen II ...

12. Perhitungan ...

(19)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Langkah-langkah pembelajaran guided inquiry ... 13

2. Desain Penelitian ... 25

3. Data nilai penguasaan konsep ... 36

4. Uji normalitas ... 37

5. Uji homogenitas ... 37

6. Uji kesamaan dua rata-rata ... 38

(20)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 28

2. Grafik nilai rata-rata postes ... 39

3. Penyebaran data nilai posttest kelas eksperimen I ... 40

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikat pembelajaran adalah memberikan bimbingan dan fasilitas agar siswa

dapat belajar. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru diharapkan

meng-upayakan cara-cara komunikasi yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang mendorong siswa agar belajar dengan baik. Keberhasilan siswa dalam

pro-ses belajar tersebut ditandai dengan meningkatnya kemampuan pemahaman

kon-sep terhadap materi yang telah diajarkan. Sebagai salah satu tolok ukurnya adalah

Standar Ketuntasan Belajar Minimal (KKM).

Berdasarkan data yang diperoleh dari guru mata pelajaran kimia di SMA

Al-Kautsar diperoleh data hasil belajar siswa dalam pelajaran kimia masih kurang.

Sebagai indikasinya, hasil ulangan untuk materi Asam-Basa tahun 2010/2011

di-peroleh gambaran bahwa hanya ada 54,7% dari jumlah seluruh siswa yang

men-capai nilai KKM yang telah ditetapkan yakni 75.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia di SMA Al-Kautsar Bandar

Lampung pembelajaran materi pokok Asam-Basa selama ini disampaikan dengan

metode ceramah (penyampaian materi dan konsep langsung dari guru), tanya

jawab dan tidak menggunakan media pembelajaran. Siswa hanya mengandalkan

seluruh informasi dari guru. Aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran

(22)

dituliskan oleh guru di papan tulis, siswa tidak dilibatkan dalam menemukan

kon-sep sehingga menyebabkan siswa pada umumnya hanya mengenal banyak

per-istilahan sains secara hapalan tanpa makna. Konsep kimia jarang ditemukan oleh

siswa. Siswa berpendapat bahwa kimia adalah menghapal, bukan memahami.

Siswa lebih banyak terbebani dengan pendapat mereka bahwa kimia adalah rumus

dan perhitungan yang menyulitkan dan tidak tahu apa fungsinya sehingga

seolah-olah tidak bermanfaat bagi mereka. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak

mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis. Target

kurikulum dengan waktu yang sempit menjadi alasan proses belajar dilakukan

lebih banyak dengan metode ceramah. Sebagai seorang pengajar dan pendidik,

seorang guru mempunyai keinginan dan harapan agar proses mata pelajaran yang

dilakukan berhasil dengan baik. Salah satu indikator keberhasilan proses

pem-belajaran adalah tercapainya tujuan pempem-belajaran oleh siswa berdasarkan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) sebagai parameter keberhasilan.

Pencapaian KKM bisa terjadi bila proses pembelajaran yang tercantum pada

Per-mendiknas nomor 41/2007 dilaksanakan secara konsisten. Bahkan kurikulum

yang ada saat ini dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

memung-kinkan pembelajaran dirancang oleh guru dengan penyesuaian terhadap kondisi,

karakter lingkungan serta siswa yang beragam dan juga dapat disesuaikan dengan

karakter dari materi yang akan dibelajarkan.

Dilihat dari kompetensi dasarnya, konsep Asam-Basa adalah materi pembelajaran

yang bersifat konkret. Pembelajaran ini dapat dilakukan dengan metode

(23)

setiap fenomena yang terjadi selama praktikum. Hal ini sangat sesuai dengan

prinsip pembelajaran konstruktivisme dimana siswa sendiri yang dipacu untuk

menemukan konsep dalam dirinya. Sehingga ilmu yang diperoleh siswa

diharap-kan dapat bertahan lama.

Oleh sebab itu dipilihlah model pembelajaran guided inquiry dan model pembe-lajaran guided discovery yang merupakan model pembelajaran dengan prinsip konstruktivisme yang memungkinkan terjadinya pembangunan konsep oleh siswa

berdasarkan fakta ataupun eksperimen.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Riska Dwi Putri (2011) yang

me-lakukan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas Xc SMA Muhammadiyah 2

Bandar Lampung, diperoleh hasil bahwa model pembelajaran guided inquiry, dengan tahapan: (1) penyajian masalah, (2) merumuskan hipotesis (3) merancang

percobaan, (4) melakukan percobaan (5) menganalisis data, (6) membuat

kesim-pulan, diperoleh hasil bahwa model pembelajaran guided inquiry dapat mening-katkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Non-

Elektrolit serta Reaksi Redoks.

Pembelajaran Guided Inquiry juga dapat membentuk dan mengembangkan ”

Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar

dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer

pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja

atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar

menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu,

(24)

Model pembelajaran guided nquiry dilakukan dengan memberi siswa petunjuk seperlunya. Perencanaan sebagian besar dibuat oleh guru. Tugas utama guru

me-milih masalah yang akan diberikan pada siswa, dan tugas selanjutnya membantu

pengadaan sumber belajar, alat, dan bahan bagi siswa untuk memecahkan

masalah.

Model pembelajaran lain yang juga merupakan model pembelajaran dengan

prin-sip konstruktivisme yakni model pembelajaran guided discovery. Sebagai model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran, guided discovery menem-patkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa saat diperlukan. Dalam

model ini siswa didorong berpikir sendiri, sehingga dapat “menemukan” prinsip

umum berdasarkan bahan atau data dari guru. Sampai seberapa jauh siswa

dibim-bing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang dipelajari siswa.

Dengan metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi dimana bebas menyelidiki

dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, guru membantu

siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan sesudah mereka

pe-lajari sebelumya guna mendapatkan pengetahuan baru. Pengajuan pertanyaan

secara tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka

dalam “menemukan” pengetahuan baru tersebut.

Hasil penelitian oleh Frissilya Woelandez (2011) yang melakukan penelitian

tindakan kelas pada siswa kelas XI IPA1SMA Negeri 14 Bandar Lampung,

(25)

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dilakukanlah penelitian

dengan judul “Perbedaan Penguasaan Konsep Asam-Basa antara

Pembelajaran Guided Inquiry dengan Guided Discovery pada Siswa Kelas XI IPA SMA Al-Kautsar Bandar Lampung”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka disusun rumusan masalah dalam

pe-nelitian ini yakni sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan penguasaan konsep Asam-Basa antara pembelajaran

guided inquiry dengan guided discovery pada siswa SMA Al-Kautsar Bandar Lampung?

2. Penguasaan konsep manakah yang lebih tinggi antara pembelajaran guided inquiry dengan guided discovery pada siswa SMA Al-Kautsar Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini

ada-lah untuk menentukan :

1. Ada tidaknya perbedaan penguasaan konsep Asam-Basa antara pembelajaran

(26)

2. Penguasaan konsep Asam-Basa yang lebih tinggi antara pembelajaran guided inquiry dengan guided discovery pada siswa SMA Al-Kautsar Bandar

Lampung.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan/gambaran untuk dapat mengembangkan penelitian sejenis

dengan ruang lingkup yang lebih luas.

2. Pembelajaran dengan kedua model ini diharapkan dapat memotivasi siswa

dalam proses belajar, mampu berpikir dan membangun konsep sendiri

ber-dasarkan data ataupun eksperimen.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran untuk

me-ningkatkan penguasaan konsep siswa dan dapat meme-ningkatkan pencapaian

KKM siswa pada materi pokok Asam-Basa.

4. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukkan dalam menerapkan inovasi

model pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Penguasaan konsep Basa adalah nilai postes pada materi

Asam-Basa.

(27)

yaitu : (1) menyajikan permasalahan, (2) membuat hipotesis, (3)

merancang percobaan, (4) melakukan percobaan, (5) mengumpulkan dan

menganalisis data, dan (6) membuat kesimpulan.

3. Pembelajaran guided discovery menurut Kardi dalam Marjana (2010) merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu : (1)

kegiatan awal: pengkondisian siswa, (2) kegiatan inti: penemuan konsep,

dan (3) kegiatan akhir: evaluasi.

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) berupa LKS Eksperimen dan Non Eksperimen

sebagai media pembelajaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang

disusun secara kronologis sesuai dengan model pembelajaran sehingga

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran

konstruktivis (constructivist theorist of learning). Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita

merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Menurut Slavin (Trianto,

2010) teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.

Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,

mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk

dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekar-Winahyu (2001)

konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh

adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer

pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Agar siswa mampu

(29)

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali

penga-laman, karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa

dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan

me-ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal, agar siswa mampu menarik sifat

yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat

kesama-an dkesama-an perbedakesama-an-nya untuk selkesama-anjutnya membuat klasifikasi dkesama-an

mengkon-struksi pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang

lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul pe -nilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan

pengetahuannya.

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tyler (1996)

mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran,

sebagai berikut:

(1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.

(2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.

(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.

(4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.

(5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka. menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:

(1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar;

(30)

(5) kurikulum menekankan partisipasi siswa; (6) guru adalah fasilitator.

Dalam perkembangannya banyak sekali model pembelajaran yang mengacu pada

teori belajar konstruktivisme yang dapat digunakan oleh guru dalam proses

pem-belajaran guna meningkatkan penguasaan konsep siswa, namun dalam

pembahas-an kali ini akpembahas-an dipaparkpembahas-an dua model pembelajarpembahas-an ypembahas-ang dapat digunakpembahas-an yakni

model pembelajaran guided inquiry dan guided discovery.

B. Model Pembelajaran Guided Inquiry

1. Model inkuiri

Pepatah mengatakan : “Ceritakan padaku dan Aku akan lupa, tunjukkan padaku

dan Aku akan mengingatnya, ikut sertakan Aku dan Aku akan faham”. Bagian

terakhir dari pernyataan ini adalah pokok dari inkuiri. Inkuiri menyiratkan bahwa

keterlibatan dalam belajar secara tidak langsung mempengaruhi penguasaan dan

sikap yang mengizinkan siswa untuk mencari pemecahan dari pernyataan dan

isu-isu selagi siswa membangun pengetahuan baru. “Model inkuiri merupakan model

pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar menemukan masalah,

mengumpul-kan, mengorganisasi, dan memanipulasi data, serta memecahkan masalah.” (Koes,

2003)

Gulo (Trianto 2010) menyatakan inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat

(31)

Sund (Trianto, 2010) menyatakan bahwa guidedinquiry merupakan perluasan proses guideddiscovery yang digunakan lebih mendalam.Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan ataupemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai proses umum yang dilakukanmanusia untuk mencari atau memahami

informasi.

Co’burn (Utami, 2011) mengemukakan beberapa pendekatan pembelajaran

inkuiri, yaitu :

1. Inkuiri terstruktur : dalam kegiatan ini siswa diberikan hands-on untuk menyelidiki permasalahan meliputi cara kerja, bahan-bahan, tetapi tidak di-beritahukan hasil yang diharapkan.

2. Inkuiri terbimbing : guru hanya menyediakan bahan-bahan dan permasalahan untuk diinvestigasi. Siswa mencari penyelesaian sendiri.

3. Inkuiri terbuka : sama halnya dengan inkuiri terbimbing hanya saja siswa merumuskan masalahnya sendiri dan mencari penyelesaian.

Adapun pendekatan yang digunakan dala penelitian ini adalah inkuiri terbimbing.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran dimana

siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas

yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan

sebut. Sebagai strategi pembelajaran inkuiri dapat dimplementasikan secara

ter-padu dengan strategi lain sehingga dapat membantu pengembangan pengetahuan

dan pemahaman serta kemampuan melakukan kegiatan inkuiri oleh siswa. Dalam

kegiatan pembelajaran dengan model inkuiri, siswa lebih banyak melakukan

kegi-atan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan

bim-bingan.

Menurut Sund dan Trowbridge (Amien, 1987), dalam proses belajar mengajar

(32)

petunjuk-petunjuk berupa pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya membimbing. Pendekatan

inkuiri terbimbing, terutama digunakan bagi siswa-siswa yang belum

berpengala-man belajar dengan pendekatan inkuiri. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing

guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru

harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan

kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berfikir lambat atau siswa yang mempuyai

intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang

dilak-sanakan dan siswa yang memiliki intelegensi tinggi tidak memonopoli kegiatan.

Oleh sebab itu guru memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus.

Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa

pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan

tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang

disodorkan oleh guru.. pertanyaan-pertanyaan pengarah selain dikemukakan

lang-sung oleh guru juga dapat diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam LKS.

Oleh sebab itu, LKS dibuat khusus untuk membimbing siswa dalam melakukan

percobaan dan menarik kesimpulan.

Dalam inkuiri terbimbing, terdapat tiga sasaran utama pembelajaran yaitu:

a. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar;

b. Keterarahan kegiatan secara lois dan sistematis pada tujuan pembelajaran;

dan

c. Mengembangkan sikap percaya diri pada siswa tentang apa yang

(33)

Dari sasaran tersebut terlihat bahwa kegiatan pembelajaran guided inquiry

melibatkan siswa secara maksimal sehingga pembelajaran berlangsung dengan

berpusat pada siswa (student center), menuru Trianto (2010) guru memiliki peranan sebagai berikut:

a. Motivator, memberikan motivasi dan stimulus agar siswa aktif berpikir.

b. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika sisw mengalami kesulitan.

c. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dengan

memberikan pertanyaan arahan.

d. Administrator, bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas.

e. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang

diharapkan dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

f. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.

g. Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

Dalam pelaksanaannya, model ini dapat digunakan jika dipenuhi syarat-syarat

berikut:

1. Masalah yang dipilih harus relevan dan sesuai dengan daya nalar siswa

2. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan

menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan

3. Fasilitas dan sumber belajar yang memadai.

4. Siswa bebas untuk berpendapat, berkarya dan berdiskusi.

5. Siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran

6. Guru tidak banyak campur tangan terhadap kegiatan siswa.

(34)

Menurut Amri dan Ahmadi (2010) menyatakan ada beberapa karakteristik dari

inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spe-sifik hingga membuat inferensi atau generalisasi;

2. Sasarannya adalah mempelajari proses megamati kejadian atau objek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai;

3. Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi, dan berperan sebagai pemimpin kelas;

4. Tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna ber-dasarkan hasil observasi di dalam kelas;

5. Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran, 6. Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa; 7. Guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil

gene-ralisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas.

Tujuan utama pembelajaran berbasis inkuiri menurut National Research Council

(2000) dalam Amri dan Ahmadi (2010) adalah; (1) mengembangkan keinginan

dan motivasi siswa untuk mempelajari prinsip dan konsep sains, (2)

mengembang-kan keterampilan ilmiah siswa sehingga mampu bekerja seperti layaknya seorang

ilmuwan, (3).membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan.

2. Sintak pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)

Pada penelitian ini langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing mengadopsi

tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Eggen dan

Kauchak (1996) dalam Abadi 2011 sebagai berikut :

Tabel 2.1. Sintak Pembelajaran Guided Inquiry

NO. Fase Perilaku guru

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa

(35)

NO. Fase Perilaku guru

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam

membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

3. Merancang percobaan guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.

4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi

Guru membimbing siswa untuk men-dapatkan informasi melalui percobaan.

5. Mengumpulkan dan menganalisis data

Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Enam langkah pada inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat

pen-ting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif

me-latih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya

sen-diri untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Hal ini diperkuat dengan pendapat Moh. Amien (dalam Nurfajriah, 2011) tentang

model pembelajaran guided inquiry. Pada jenis model inkuiri ini, guru memiliki peran penting untuk menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang

cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru, siswa

tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing

(36)

Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam

melaku-kan kegiatan-kegiatan. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberimelaku-kan bimbingan

lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu

menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk

memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan

pengarahan selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui

per-tanyaan yang dibuat dalam LKS. Oleh sebab itu LKS dibuat khusus untuk

mem-bimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan.

3. Keunggulan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)

Menurut Roestiyah (2008) inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

4. Kekurangan model inkuiri terbimbing (guided inquiry)

Kelemahan inkuiri menurut Suryobroto (2002) dalam Trianto (2010) adalah

sebagai berikut:

(37)

2. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau mene-mukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu,

3. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.

Kelemahan inquiry menurut Roestiyah (2008) antara lain:

1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk memban-tu siswa menemukan konsep.

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan

per-tanyaan-pertanyaan.

Menurut Roestiyah (2008), kelemahan inquiry dapat diatasi dengan cara:

1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa terdorong mengajukan dugaan awal

2. Menggunakan bahan atau permainan yang bervariasi

3. Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan tersebut belum tepat.

C. Model Pembelajaran Guided Discovery

Sund (Roestiyah, 2008) menyatakan bahwa discovery adalah proses mental

di-mana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental

ter-sebut misalnya mengamati, mengolong-golongkan, membuat dugaan,

menjelas-kan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa

di-biarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya

membimbing dan memberi instruksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

metode discovery adalah suatu metode di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara

(38)

Carin dan Sund (1982) dalam Rustaman (2005) mengemukakan bahwa

pem-belajaran dengan pendekatan penemuan dibedakan menjadi penemuan terbimbing

(guided discovery), penemuan terbimbing kurang terstruktur (less structured guided discovery) dan penemuan bebas (free discovery). Pada guided discovery, guru mengemukakan maslah, memberikan pengarahan mengenai pemecahan

masalah, dan membimbing siswa dalam hal mencatat data. Pada less structured

guided discovery, guru mengemukakan masalah, siswa diminta mengamati, meng-eksploitasi, dan melakukan kegiatan untuk memecahkan masalah. Pada free discovery, dari mulai memunculkan maslah sampai pemecahannya semua dilaku-kan oleh siswa. Pada pembelajaran siswa SMA lebih tepat menggunadilaku-kan guided discovery. Guided discovery lebih banyak diterapkan karena petunjuk guru bukan-lah semacam resep yang harus diikuti tetapi hanya merupa-kan arahan tentang

prosedur kerja yang diperlukan.

Kardi dalam Marjana (2010) mengungkapkan bahwa pembelajaran penemuan

terbimbing (guided discovery) terdiri atas tiga kegiatan pembelajaran:

1. Kegiatan awal

Menyampaikan indikator pembelajaran kepada siswa. Siswa perlu

menge-tahui tujuan mengapa mereka harus berperan serta pada pembelajaran tertentu.

Siswa juga harus tahu apa yang dapat mereka lakukan setelah pem-belajaran

itu. Membuat siswa sadar dengan apa yang akan mereka pelajari membantu

mereka membuat hubungan antara satu materi tertentu dan relevansinya

ter-hadap kehidupan sehari-hari. Kesadaran itu juga akan membantu siswa

(39)

dengan pembelajaran yang akan diikutinya. Kegiatan ini selain menyiapkan

siswa untuk belajar juga akan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam

proses pembelajaran.

2. Kegiatan inti (penemuan dan penerapan konsep)

Keterlibatan siswa dalam menemukan suatu konsep akan sangat berarti

seba-gai pengalaman belajar dengan syarat penemuan tersebut di bawah bimbingan

dan arahan guru. Proses penemuan konsep ini dilakukan dengan melakukan

penyelidikan dan pelatihan terbimbing dengan bantuan media berupa LKS.

Pada kegiatan ini terjadi konflik konseptual dalam diri siswa yaitu antara

konsep awal yang dimilikinya dengan kenyataan yang dilihat dari

penyelidik-an ypenyelidik-ang siswa lakukpenyelidik-an. Dari konflik konseptual ini dalam diri siswa akpenyelidik-an

terbentuk konsep yang sesuai dengan keilmuan.

3. Kegiatan akhir (evaluasi)

Evaluasi dilakukan baik terhadap langkah-langkah penemuan maupun pada

pengetahuan siswa, sebagai umpan balik bermakna dan pengetahuan tentang

hasil latihannya. Tanpa umpan balik, siswa tidak mungkin memperbaiki

ke-salahannya dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan konsep. Dalam

pe-nemuan terbimbing siswa dibiarkan menemukan sendiri atau pengalaman

pro-ses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

Menurut Roestiyah (2008) “Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara

lain ialah : mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan,

(40)

Menurut Roestiyah (2008) beberapa keunggulan model pembelajaran guided discovery antara lain :

1. Metode ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.

2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.

4. Metode ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.

6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.

7. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar, membantu bila diperlukan.

Adapun kekurangan dari Model Pembelajaran guided discovery adalah sebagai berikut :

a. Untuk materi tertentu, waktu tersita lebih lama.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan beberapa siswa tidak terbiasa dengan pembelajaran model guided

discovery.

c. Tidak semua topik disampaikan dengan model guided discovery. Umum-nya topik-topik berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan menggunakan model guided discovery.

D. Penguasaan Konsep

Menurut Sagala (2003), definisi konsep adalah:

Buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori.

Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan

(41)

pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep untuk menjelaskan dan

meramal-kan.

Rosser (Sagala, 2003) menyatakan konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili

suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan,

hubungan-hubung-an yhubungan-hubung-ang mempunyai atribut-atribut yhubungan-hubung-ang sama. Orhubungan-hubung-ang mengalami

stimulus berbeda-beda, membentuk konsep sesuai pengelompokkan

stimulus-stimulus dengan cara tertentu. Konsep-konsep itu suatu abstraksi-abstraksi

ber-dasarkan pengalaman, dan karena tidak ada dua orang yang mempunyai

penga-laman yang persis sama, maka konsep-konsep yang dibentuk orang mungkin

berbeda.

Penguasaan konsep pada materi pokok asam-basa berarti kemampuan menguasai

pokok utama yang mendasari keseluruhan dari materi asam-basa yang diukur

me-lalui hasil tes penguasaan konsep, sebagai hasil dalam proses pembelajaran.

Pe-nguasaan merupakan salah satu aspek dalam ranah (domain) kognitif dari tujuan

kegiatan belajar mengajar. Ranah kognitif ini meliputi berbagai tingkah laku dari

tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti

dari materi suatu bahan yang dipelajari, penguasaan bukan hanya sekedar

meng-ingat mengenai apa yang telah dipelajari, tetapi menguasai lebih dari itu yakni

melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis.

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu

proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau

(42)

didukung oleh Djamarah dan Zain (2006) yang mengatakan bahwa belajar pada

hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah

ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar.

Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya

untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu

konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk mengetahui

penguasaan konsep keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan

dinyata-kan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep juga merupadinyata-kan

suatu upaya ke arah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di luar

pe-ngetahuan sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk menguasai materi-materi

pel-ajaran selanjutnya.

Mengenai konsep, Dahar (2003) mengemukakan bahwa :

Konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang lama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendak-nya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainhendak-nya.

Posner (dalam Suparno, 1991) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat

dua tahap perubahan konsep, yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap

asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk

berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa meng-

ubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka

hadapi. Dalam hal ini, guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk

menciptakan kondisi yang kondusif agar siswa dapat menemukan dan memahami

(43)

Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya

adalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas. Dalam belajar

dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha

untuk meningkatkan konsep materi. Penguasaan konsep siswa terhadapa suatu

materi akan meningkat apabila siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

E. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media pembelajaran adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa

yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan

media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran. Salah satu bentuk dari media pembelajaran adalah Lembar Kerja

Siswa (LKS).

Menurut Ismail (2003), LKS adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan

atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan

pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain :

1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar meng-ajar

4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran 6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui

kegiatan belajar

(44)

Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk

menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok

mata pelajaran yang telah atau sedang dijalankan. Melalui LKS siswa harus

me-ngemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini, LKS

digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. LKS

yang digunakan dapat berupa LKS eksperimen dan LKS noneksperimen.

1. LKS eksperimen

LKS eksperimen merupakan suatu media pembelajaran yang tersusun secara

kronologis yang berisi prosedur kerja, hasil pengamatan, soal-soal yang berkaitan

dengan kegiatan praktikum yang dapat membantu siswa dalam menemukan

kon-sep klasifikasi zat, serta kesimpulan akhir dari praktikum yang dilakukan pada

materi pokok yang bersangkutan. Pada penelitian ini, LKS eksperimen digunakan

pada materi pembelajaran Teori Asam Basa Arrhenius dan Derajat Keasaman.

2. LKS non eksperimen

LKS noneksperimen digunakan untuk membantu siswa mengkonstruksi konsep

pada submateri pokok yang tidak dilakukan praktikum. Pada penelitian ini, LKS

noneksperimen digunakan pada materi pembelajaran Kekuatan Asam Basa, Teori

Asam Basa Bronsted Lowry dan Teori Asam Basa Lewis.

F. Kerangka Pemikiran.

Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan

dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peran guru dalam memilih dan

(45)

tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa dan tentunya penguasaan konsep siswa

terhadap materi yang dibelajarkan. Dalam penelitian ini akan diteliti bagaimana

perbedaan penguasaan konsep materi Asam-Basa antara pembelajaran guided inquiry dengan guided discovery siswa XI IPA SMA Al-Kautsar Bandar Lampung.

Sebagai variabel bebasnya adalah model pembelajaran (X) dan variabel terikatnya

adalah penguasaan konsep pada materi pokok Asam-Basa (Y). Semua data

di-ambil dari dua kelas yang berbeda, satu kelas sebagai eksperimen I dan satu kelas

sebagai eksperimen II. Pada kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan

meng-gunakan pembelajaran guided inquiry, sedangkan pada kelas eksperimen II diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran guided discovery.

Baik model pembelajaran guided inquiry maupun model pembelajaran guided discovery, masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan. Model pembe-lajaran guided inquiry memiliki beberapa kelebihan antara lain, dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat

me-ngerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam

meng-gunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong

siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur

dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat

mengembang-kan bakat atau kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar

sendiri, dan dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka

(46)

Sedangkan kelemahannya, pembelajaran guided inquiry yaitu guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan

kon-sep, guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya, dan

guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan.

Pembelajaran guided discovery memiliki beberapa kelebihan antara lain mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan serta

pengua-saan keterampilan dalam proses kognitif, siswa memperoleh pengetahuan yang

bersifat sangat pribadi atau individual sehingga dapat kokoh atau mendalam

ter-tinggal dalam jiwa siswa tersebut, dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa,

mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju

se-suai dengan kemampuannya masing-masing, mampu mengarahkan cara siswa

belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat,

mem-bantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri

de-ngan proses penemuan sendiri, dan strategi itu berpusat pada siswa tidak pada

guru. Guru hanya sebagi teman belajar, membantu bila diperlukan.

Namun dibalik segala kelebihan yang dimiliki, model ini juga memiliki beberapa

keterbatasan, yaitu keharusan adanya persiapan mental untuk belajar cara ini,

pembelajaran ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar, harapan yang

di-tumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah

biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, mengajar dengan

pe-nemuan dipandang lebih mementingkan memperoleh pengertian dan kurang

(47)

mung-kin tidak ada, dan strategi ini mungmung-kin tidak memberikan siswa kesempatan untuk

berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang ditemukan akan diseleksi lebih

dahulu oleh guru.

Berdasarkan kelemahan dan kelebihan kedua model pembelajaran tersebut, akan

terdapat perbedaan penguasaan konsep antara pembelajaran guided inquiry dan pembelajaran guided discovery.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas XI IPA3 dan XI IPA4 semester genap SMA Al-Kautsar Bandar

Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi sampel penelitian

mem-punyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama.

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep

Asam-Basa siswa kelas XI IPA semester genap SMA Al-Kautsar Bandar lampung

tahun pelajaran 2011/2012 diabaikan.

4. Perbedaan penguasaan konsep untuk materi asam-basa semata-mata karena

perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

H. Hipotesis Umum

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum.

Hipotesis umum dalam penelitian ini jika kedua kelas eksperimen diberi

(48)

III. METODE PENELITIAN

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang

ling-kup dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2010). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Al-Kautsar Bandar Lampung tahun ajaran

2011/2012. Populasi yang diteliti sebanyak 166 siswa yang tersebar dalam empat

kelas. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya

kesama-an-kesamaan berikut:

a. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap.

b. Dalam pelaksanaan pembelajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan

kuri-kulum yang sama (KTSP), dan jumlah belajar yang sama (empat jam pelajaran

dalam setiap minggu).

2. Sampel

Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan

menggunakan cara-cara tertentu (Margono, 2010). Jadi Sampel penelitian ini

(49)

Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi sebelumnya. Adapun

sampel yang dipakai untuk penelitian ini yakni kelas XI IPA 4 sebagai kelas

eks-perimen I dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas ekseks-perimen II.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperimen dengan

menggunakan desain penelitian yang dimodifikasi dari Fraenkel dan Wallen

(2006) yaitu The Matching-Only Posttes-Only group Design yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen I dan eksperimen II. Di dalamnya terdapat

langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Tabel 3.1. Desain penelitian

Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen I X1 O

Kelas eksperimen II X2 O

Dengan keterangan O adalah posttest yang diberikan setelah perlakuan. X1 adalah

pembelajaran guided inquiry bing dan X2 adalah pembelajaran guided discovery.

C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data

(50)

2. Metode pengumpulan data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode

tes, yaitu untuk memperoleh data primer yang bersifat kuantitatif. Data hasil tes

tersebut digunakan untuk analisis pengujian hipotesis.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

Se-bagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu

pembela-jaran guided inquiry dan pembelajaran guided discovery. Sebagai variabel terikat adalah penguasaan konsep Asam-Basa siswa kelas XI IPA SMA Al-Kautsar

Bandar Lampung.

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa soal-soal posttest untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada materi Asam Basa. Dalam

pelaksana-annya kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diberikan soal yang sama. Soal

tersebut dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk memperoleh data kuantitatif

peningkatan penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran guided inquiry dan pembelajaran guided discovery. Untuk memperoleh hasil penelitian yang bisa di-pertanggungjawabkan maka instrumen yang digunakan harus valid, daya pembeda

tidak jelek dan reliabel. Namun dikarenakan keterbatasan waktu, maka instrumen

(51)

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan keshahihan suatu instrumen.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks

pengujian validitas instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara

judgment atau penilaian, dan pengujian empirik.

Penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini

di-lakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan mene-laah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran,

indikator dan butir-butir pertanyaannya. Bila unsur-unsur itu terdapat kesesuaian,

maka dapat dinilai bahwa instrumen sianggap valid untuk digunakan dalam

me-ngumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai , maka diminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen

pembimbing penelitian untuk mengujinya.

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Melakukan observasi di kelas XI IPA SMA Al-Kautsar Bandar Lampung

2. Menentukan populasi dan sampel.

3. Mempersiapkan instrumen.

4. Validasi instrumen.

5. Pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing kelas dengan model

(52)

6. Pelaksanaan posttest di kedua kelas. 7. Menganalisis data.

8. Penarikan kesimpulan.

9. Penulisan laporan penelitian.

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian,

seperti ditunjukkan pada alur berikut:

Gambar 3. 1. Alur Penelitian

Observasi Pendahuluan

Mempersiapkan instrumen Menentukan Populasi

dan Sampel

Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II

Posttest Pembelajaran discovery guided

Pembelajaran guided inquiri

Analisis Data

Kesimpulan Validasi instrumen

(53)

G. Hipotesis Statistik

Hipotesis pertama :

H0 : Tidak ada perbedaan penguasaan konsep Asam-Basa antara model

pembelajaran guided inquiry dengan guide discovery pada siswa SMA Al-Kautsar Bandar Lampung.

H0 : µ1 = µ2

H1 : Ada perbedaan penguasaan konsep Asam-Basa antara model

pem-belajaran guided inquiry dengan guide discovery pada siswa SMA Al-Kautsar Bandar Lampung.

H1 : µ1≠ µ2

Jika dalam pengujian statistik ternyata tolak H0 atau terima H1, maka

peng-ujian dilanjutkan dengan hipotesis berikut :

Hipotesis kedua :

H0 : Penguasaan konsep Asam-Basa siswa dengan pembelajaran guided

inquiry lebih rendah atau sama dengan guided discovery. H0 : µ1≤ µ2

H1 : Penguasaan konsep Asam-Basa siswa dengan pembelajaran guided

inquiry lebih tinggi dari guided discovery.

H0 : µ1 > µ2

Keterangan :

µ1 : Penguasaan konsep Asam-Basa siswa dengan pembelajaran guided inquiry.

(54)

H. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti

yang digunakan untuk menrik kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan,

dan hipotesis yang telh dirumuskan sebelumnya.

Nilai akhir posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai Akhir = ∑

x 100

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji normalitas, uji homogenitas,

dan pengujian hipotesis.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal

dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Data yang mempunyai distribusi

normal merupakan salah satu syarat dilakukannya uji parametrik.

Hipotesis untuk uji normalitas :

H0 = data penelitian berdistribusi normal

H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Pengujian normalitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0

Langkah-langkah untuk uji parametrik yaitu sebagai berikut:

1. Buka lembar kerja/file input normalitas.

(55)

4. Masukkan variabel yang akan diuji ke dalam independentlist. 5. Pada display, pilih plots.

6. Pada box plots beri tanda pada factor levels together, pada descriptive beri tanda untuk normality plots with test. Klik continue, klik ok.

7. Terima H0 jika pada kolmogorov-smirnov maupun shapiro-wilk nilai sig.>

0.05 dan tolak H0 jika pada kolmogorov-smirnov maupun shapiro-wilk nilai

sig. ≤ 0.05.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok

sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.

H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen

H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen

Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0.

Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :

1. Buka lembar kerja/file input normalitas.

2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means One Way Anova.

3. Masukkan variabel nilai posttest ke dalam dependentlist dan variabel kelas

ke dalam factor list.

4. Pada options, pilih homogenity of variance test. 5. Klik continue, klik ok.

(56)

c. Teknik Pengujian Hipotesis

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji

hipotesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 2002). Uji parametrik

menggunakan uji-t dengan bentuan program SPSS 16.00. Dalam penelitian ini

pengujian hipotesis dilakukan dengan uji- t (t student) pada tingkat kepercayaan 95% dan derajat kebebasan df = n1 + n2– 2 dengan program SPSS 16.00.

1. Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan ada tidaknya

per-bedaan penguasaan konsep siswa pada materi pokok asam basa antara model

pembelajaran guided inquiry dengan model pembelajaran guided discovery

pada materi pokok asam basa siswa SMA Al-Kautsar.

a. Rumusan hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan penguasaan konsep Asam-Basa antara

pem-belajaran guided inquiry dengan guide discovery pada siswa SMA Al-Kautsar Bandar Lampung.

H1 : Ada perbedaan penguasaan konsep Asam-Basa antara pembelajaran

guided inquiry dengan guide discovery pada siswa SMAAl-Kautsar Bandar Lampung.

b. Langkah statistik:

Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS 16.0 yaitu sebagai berikut:

1. Buka lembar kerja/file input normalitas.

2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means

(57)

3. Masukkan variabel nilai posttest ke dalam test variable dan variabel kelas ke dalam grouping variable.

4. Klik continue, klik ok.

c. Kriteria uji

Menurut Sudjana (2002), kriteria ujinya adalah Terima H0 jika F hitung <

F tabel dan tolak H0 sebaliknya.

2. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan hasil belajar yang

lebih tinggi antara model pembelajaran guided inquirydengan model

pem-belajaran guide discovery pada materi pokok asam basa siswa SMA Al-Kautsar.

a. Rumusan hipotesis

H0 : Penguasaan konsep Asam-Basa siswa dengan pembelajaran guided

inquiry lebih rendah atau sama dengan guided discovery.

H1 : Penguasaan konsep Asam-Basa siswa dengan pembelajaran guided

inquiry lebih tinggi dari guided discovery.

b. Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS 16.0 yaitu sebagai berikut:

1. Buka lembar kerja/file input normalitas.

2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means

Independent-sample T test.

(58)

4. Klik define groups kemudian ketik 1 pada group 1 dan ketik 2 pada group 2.

5. Klik continue, klik ok.

c. Kriteria uji

Menurut Sudjana (2002) kriteria ujinya adalah terima H0jika t hitung < t

(59)

32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan

desain The Matching-Only Posttest-Only Group Design, yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen I dan II. Pada kelas eksperimen I pembelajaran

menggunakan model guided inquiry sedangkan pada kelas eksperimen II meng-gunakan model guided discovery. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode tes, yaitu untuk memperoleh data primer

yang bersifat kuantitatif. Tes dilakukan satu kali, yaitu posttest. Data nilai

posttest tersebut kemudian digunakan dalam analisis pengujian hipotesis untuk mengetahui nilai penguasaan konsep siswa. Setelah dilakukan penelitian

diper-oleh data nilai penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen I dan II yang

dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Data Nilai Penguasaan Konsep

KELAS EKSPERIMEN I KELAS EKSPERIMEN II

NO NAMA

NILAI POS-

TES

NO NAMA

NILAI

POS-TES

1 ABU HASAN AS-SADILI 60 1 ADE ZULKARNAIN 60

2 ANANDA RIZQI PALA 65 2 AFID FITRO SETIAWAN 80

(60)

4 ANGGUN PRETTY W. 70 4 AHMAD FIRDAUS

11 DIAN LATIFATHUL

MAR'AH 80 11

23 MUHAMAD KRESNA

ADIGUNA 80 23 M RIZKY FADIL 75

24 MUHAMMAD ARAFAT 90 24 MESRI SUSANDRA 75

25 MUHAMMAD HAFIZ 90 25 NABILA CASOGI

ADRIANA 70

26 MUHAMMAD HAFIZ

Gambar

Tabel 2.1. Sintak Pembelajaran Guided Inquiry
Tabel 3.1. Desain penelitian
Gambar 3. 1. Alur Penelitian
Tabel 4.1 Data Nilai Penguasaan Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilakukan dengan tujuan adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis dalam

[r]

This is a qualitative non-participant observational study dealing with request strategies used by English teachers of Senior High School in the teaching and

Salah satu faktor yang menjadi pendukung dari upaya pemberdayaan adalah komitmen pemerintah dalam melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat UMKM (Usaha Mikro Kecil

Melakukan konfigurasi pada asterisk server di sistem operasi windows 7 dilakukan dengan cara me remote komputer server dari komputer admin yang berperan sebagai client

Dalam hal ini adalah memberikan informasi tentang jumlah premi asuransi atas objek pertanggungan nasabah baik itu dari asuransi kendaraan bermotor (asuransi motor

Masalah penelitian ini adalah mengungkapkan seberapa besar pengaruh kualitas layanan guru dan kepemimpinan transformasional kepala sekolah baik secara parsial maupun

Deskripsi Umum tentang Pengaruh Kualitas Layanan guru dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Mutu Sekolah Dasar di Kota Cilegon .....