• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - BAB 1 - BAB 4.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - BAB 1 - BAB 4.pdf"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

(2)

Contoh lainnya, kata (多いooi) dan (たくさんtakusan) yang sama-sama memiliki arti ‘banyak’. Kata (たくさんtakusan) mempunyai arti ‘banyak’ dalam makna ‘volume’ sedangkan kata (多 い ooi) mempunyai arti ‘banyak’ dalam makna ‘jumlah’, ‘bilangan’ (Yamamoto,2003:67). Terlihat dari penjelasan di atas, bahwa kedua pasang kata tersebut mempunyai arti yang sama dalam bahasa Indonesia, namun berbeda dalam pemakaiannya dalam bahasa Jepang.

Hal-hal tersebut kadang masih membingungkan bagi seseorang yang sedang mempelajari bahasa Jepang. Demikian pula halnya dengan pengungkapan pengandaian dalam bahasa Jepang. Menurut buku Shokyuu o Oshieru Hito no Tame no Nihongo Bunpou Hando bukku (Matsuoka et al,2000:220), pengandaian dalam bahasa Jepang dapat diungkapkan menggunakan beberapa konjungsi yaitu to, ba, tara dan nara. Akan tetapi pada penulisan skripsi ini penulis hanya akan menganalisis konjungsi to, ba, dan tara saja karena ketiga konjungsi tersebut memiliki persamaan makna dan persamaan pemakain yang lebih dekat.

(3)

Untuk lebih jelasnya perhatikan beberapa contoh di bawah ini.

(1) うまく行くと、極楽へはいることさえできましょう。(KNI:101) Umakuiku / to / gokuraku /he/ hairu/ koto / sae/ dekimasu.

Berjalan lancar/ KTO/ surga / ke/masuk / hal /bahkan / dapat. ‘Kalau berjalan dengan lancar bahkan bisa masuk ke surga.

Pada kalimat (1), klausa anak kalimat (うまく行くumaku iku) ‘berjalan lancar’ dan induk kalimat (極楽へはいることさえできましょう gokuraku he hairu koto sae dekimashou) ‘bahkan bisa masuk surga’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsi to pada kalimat ini melekat pada verba iku ‘pergi’. Konjungsi to pada kalimat di atas mengandung makna sebab akibat, yaitu jika berjalan dengan lancar maka masuk surga saja bisa. Dan klausa induk kalimat pada contoh (1) di atas mempunyai makna hasil yang akan dicapai. Klausa induk kalimat di atas dimarkahi oleh bentuk ( ま し ょ う mashou) yang menyatakan makna kemungkinan.

(2) このぶんで登っていけば地獄 じ ご く

からぬけ出すのも、存外わけがないか もしれません。(KNI:102).

Kono/ bun / de /nobotte/ ikeba / jikoku/kara/nukedasu/nomo/

Ini /bagian/pada/mendaki/pergi+KB/ neraka / dari / lolos / pun /

Zongai / wake /ga / nai /kamoshiremasen.

diluardugaan/ alasan / PT/tidak ada/mungkin.

‘Kalau sudah mendaki sampai pada bagian ini mungkin bukan hal di luar dugaan lolos dari neraka’ .

Pada kalimat (2), klausa anak kalimat (このぶんで登っていけ kono bunde nobotte ike) ‘sudah mendaki sampai pada bagian ini’ dan induk kalimat (地獄 か ら ぬ け 出 す の も 、 存 外 わ け が な い か も し れ ま せ ん) jikoku kara nuke

(4)

lolos dari neraka’ dihubungkan dengan konjungsi ba. Konjungsi ba pada kalimat ini melekat pada verba iku ‘pergi’. Konjungsi ba pada kalimat di atas mengandung makna persyaratan yaitu kemungkinan lolos dari neraka dengan syarat sudah sampai bagian ini. Klausa induk kalimat pada contoh (2) di atas menyatakan kemungkinan hasil yang akan di capai. Klausa induk kalimat di atas dimarkahi oleh bentuk (か も し れ ま せ ん kamoshiremasen) yang menyatakan makna dugaan.

(3). 雨が降ったら、でかけません。( MNN1 : 206 ) Ame / ga / futtara /dekakemasen.

Hujan / PT /Turun + KTR / keluar negatif ‘Kalau turun hujan tidak pergi keluar’.

Pada kalimat (3), klausa anak kalimat (雨が降るame ga furu) ‘turun hujan’ dan induk kalimat (でかけません dekakemasen) ‘tidak pegi keluar’ dihubungkan dengan konjungsi tara. Konjungsi tara pada kalimat ini melekat pada verba furu ‘turun’. Klausa induk kalimat pada contoh kalimat di atas menyatakan keputusan yang diambil sebagai akibat dari turun hujan. Konjungsi tara pada kalimat di atas mengandung makna sebab akibat yaitu apabila hujan turun maka tidak jadi pergi keluar, tetapi jika tidak turun hujan maka pergi keluar. Klausa induk kalimat di atas dimarkahi oleh bentuk (-ません–masen) yang menyatakan makna negatif.

(5)

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada konjungsi to, ba, tara karena penulis dan beberapa orang yang baru saja mempelajari bahasa Jepang terkadang masih bingung ketika akan menyampaikan sesuatu dalam bentuk kondisional.

Sebagai data primer pada penelitian ini, penulis menggunakan cerpen Kumo no Ito karya Akutagawa dan Hitofusa no Budou karya Arishima, karena kedua cerpen tersebut selain ceritanya menarik, juga terdapat beberapa bentuk kondisional yang menggunakan konjungsi to, ba, tara. Kemudian sebagai sumber data sekunder penulis menggunakan buku Jitsuryoku Up Nihongo Noryoku Shiken karya Matsumoto dan Hoshino karena pada buku ini terdapat banyak contoh kalimat penggunaan konjungsi to, ba, dan tara.Selain itu sebagai data sekunder penulis juga menggunakan buku ajar Minna No Nihongo jilid 1 dan 2 yang banyak digunakan sebagai bahan ajar bahasa Jepang pada perguruan tinggi dan lembaga pendidikan bahasa Jepang. Penulis menggunakan contoh-contoh kalimat yang ada pada buku ini sebagai sumber data sekunder karena contoh kalimatnya yang sederhana dan mudah dipahami.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang akan diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah strutur kalimat berkonjungsi to, ba,dan tara?

2. Apakah persamaan dan perbedaan pemakaian konjungsi to, ba, dan tara serta maknanya?

(6)

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan yang akan diteliti oleh penulis sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan struktur kalimat berkonjungsi to, ba,dan tara.

2. Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan pemakaian konjungsi to, ba, dan tara serta persamaan dan perbedaan maknanya.

3. Mengetahui perihal saling menggantikan antara konjungsi to, ba, dan tara.

1.4 Manfaat Penulisan

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, baik bagi penulis sendiri maupun pembaca tentang makna serta pemakaian yang benar dari ketiga konjungsi to, ba, dan tara sehingga tidak ada lagi kerancuan dan kebingungan dalam pemakaiannya.

1.5 Ruang lingkup

(7)

1.6 Sistematika Penulisan

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup penelitian, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan tinjauan pustaka yang berisi tentang penelitian terdahulu, metode penelitian, dan kerangka teori.

Bab III merupakan pembahasan yang berisi analisis tentang konjungsi to, ba, dan tara yang ada pada cerpen Kumo no Ito karya Akutagawa dan Hitofusa no Budou karya Arishima sebagai data primer dan buku Jitsuryoku Up Nihongo Noryoku Shiken karya Matsumoto dan buku ajar Minna No Nihongo jilid 1 dan 2 sebagai data sekunder dengan menggunakan acuan buku teori Shokyuu o Oshieru Hito no Tame no Nihongo Bunpou Handobukku (Matsuoka,2000:220), Nihongo bunkei jiten (Sunagawa, 1998 :287)

Bab IV Simpulan. Bab ini berisi penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan pada bab-bab sebelumnya.

Daftarpustaka.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai konjungsi to, ba dan tara pernah dilakukan sebelumnya oleh Suci Siti Azizah mahasiswa Program Studi S1 Universitas Pendidikan Indonesia dalam skripsi yang berjudul “Analisis Kontrastif Ungkapan Pengandaian bahasa Jepang dan bahasa Indonesia”. Penelitian ini membahas mengenai perbedaan dan persamaan ungkapan pengandaian dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia dengan data berupa kalimat pada buku-buku bahasa Jepang tingkat dasar, novel, komik, cerpen, serta artikel majalah dan koran.

(9)

Dalam bahasa Indonesia, kondisional berupa persyaratan ditandai kata-kata apabila, asal, asalkan, bila, bilamana, jika, jikalau, kalau, manakala, sekiranya, dalam mana, tanpa. Namun demikian, kata-kata seperti bilamana, jikalau, manakala, dan dalam mana sudah jarang digunakan dalam bahasa lisan maupun tulis pada masa kini dan biasanya hanya digunakan pada karya sastra lama atau sastra melayu. Sementara itu, hubungan kondisional dinyatakan menggunakan empat macam kata yakni andaikan, andaikata, seandainya dan seumpama.

Dalam bahasa Jepang ada empat macam bentuk pengungkapan kondisional, yaitu dengan konjungsi to, ba , tara dan nara. Dalam bahasa Jepang ungkapan kondisional baik yang menyatakan makna syarat maupun pengandaian dapat digunakan bersama ungkapan lain seperti keinginan (ingin, mau), ungkapan potensial (bisa, dapat), dan kesungguhan (sungguh-sungguh).

Hampir semua ungkapan bahasa Jepang dapat dipadankan ke dalam bahasa Indonesia, kecuali “dalam mana” dan “manakala” yang kadang-kadang dapat diartikan “ketika”.Sedangkan “asal” dan “asalkan” hanya dapat digunakan dalam ungkapan dengan makna syarat saja.

(10)

Tabel 2.1 Kondisional dalam bahasa Indonesia dan contoh pemakain. No Kondisional dalam

bahasa Indonesia

Contoh pemakaian

1 Apabila Apabila terjadi sesuatu pada benda ini, aku akan membuatmu kehilangan nyawa.

2 Asal Asal nilai raportmu tidak kurang dari 8, kau boleh bekerja sampingan.

3 Asalkan Aku akan menerimamu, asalkan kau mau berubah. 4 Bila Dan bila dia tertidur, mimpi-mimpinya akan menjadi

api, potongan-potongan tubuh, dan erangan mereka yang kesakitan.

5 Bilamana Bilamana ada nasabah yang belum mempunyai KTP, maka harus menggunakan KTP orang tua atau wali. 6 Jika Jika aku memberikan ini kepadamu,kau tidak boleh

memberitahu siapa pun.

7 Jikalau Jikalau aku tidak menghormatinya dengan formalitas seperti ini, dia pasti akan kecewa.

8 Kalau Kalau bertemu akan aku bunuh anak itu, biar tidak membuat jengkel lagi !.

9 Manakala Manakala hujan turun sore-sore dan mereka tidak bisa jalan-jalan, berceritalah ibunya tentang segala macam dongeng.

10 Sekiranya Demikianlah niat hamba. Sekiranya tuan tidak keberatan hamba mohon ijin.

11 Dalam mana Perjanjian utang piutang bisa bersifat perdagangan yang halal dalam mana sifatnya sukarela dan dilindungi oleh undang-undang.

12 Tanpa Polisi tidak akan mampu menagkap pelaku penculikan itu tanpa informasi dari masyarakat 13 Andaikan Andaikan waktu dapat berputar kembali, aku tidak

(11)

14 Andaikata Andaikata ketahuan ada orang yang mengintip, orang itu diseret ke tengah pesta dan dibunuh dan darahnya dipergunakan berkeramas.

15 Seandainya Seandainya suara indah Kazeem saheer digunakan untuk membaca Al-Qur’an seperti Syekh Ahmad, mungkin akan lain cerita dunia selebriti Arab. 16 Seumpama Saya akan berpuasa tiga hari, seumpama saya

berhasil lulus SMPTN.

(Resume dari Suci Siti Azizah, 2007 : 47).

Tabel 2.2 Kondisional dalam bahasa Jepang dan contoh pemakaian. No Kondisional dalam

bahasa Jepang

Contoh pemakaian

1 To メールを出すと、すぐ返事が来る。 2 Ba 春が来れば桜が咲く。

3 Tara お金があったら、旅行をします。

4 Nara あなたが行くなら、私も行きます。

(Resume dari Suci Siti Azizah, 2007 :93).

(12)

2.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan untuk membedakan makna dan fungsi masing-masing konjungsi to, ba, dan tara adalah metode distribusional. Metode distributional adalah metode analisis bahasa yang memerikan distribusi unsur-unsur fonologis, gramatikal atau leksikal dalam satuan yang lebih besar, misalnya morfem dalam kata atau frase-frase dalam klausa (Kridalaksana,1983:9). Dalam metode distributional terdapat salah satu teknik yaitu teknik subtitusi yang merupakan bagian dari metode distributional. Substitusi yaitu proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu (Kridalaksana,1983:159).

Menurut Sutedi (2003:121) untuk menganalisis makna suatu kata, akan lebih baik dan lebih jelas hasilnya jika dilakukan dengan membandingkan dengan kata yang dianggap bersinonim, karena nantinya akan semakin jelas makna dari setiap kata tersebut sehingga kekaburan dan keraguan tentang bagaimana persamaan dan perbedaannya bisa diatasi

(13)

Linguistik Bahasa Jepang langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menganalisa sinonim adalah sebagai berikut.

a. Menentukan objek yang akan diteliti. b. Mencari literatur yang relevan.

c. Mengumpulkan jitsurei (contoh konkrit ) d. Mengklasifikasikan setiap jitsurei.

e. Membuat pasangan kata yang akan dianalisis. f. Melakukan analisis

g. Membuat kesimpulan.

Cara penulis menerapkan metode penelitian ini yaitu mengumpulkan jitsurei yang di dalamnya terkandung konjungsi to, ba dan tara, melakukan analisa, kemudian melakukan penggantian konjungsi.

Contoh penerapan;

1) Mengumpulkan contoh kalimat dan memaparkan 1. カンダタはこれを見ると、 驚

おどろ

いた。(KNI:103) Kandata / ha / kore/ wo/ miru/to,/ odoroita.

Kandata/ PT/ini / PT/melihat/ KTO/ terkejut. Kalau Kandata melihat ini maka terkejut.

Pada kalimat (1), klausa anak kalimat (カンダタはこれを見るKandata ha kore

wo miru) ‘Kandata melihat ini’ dan induk kalimat (驚 おどろ

いたodoroita ) ‘kaget’

(14)

2). Melakukan penggantian konjungsi.

Substitusi konjungsi to dengan konjungsi ba dan tara. 2.a カンダタはこれを見ると、 驚おどろいた。

Kandata / ha / kore/ wo/ miru/to, / odoroita. Kandata/ PT/ini / PT/melihat/ KTO/ terkejut. 2.b カンダタはこれを見れば、 驚おどろいた。

Kandata / ha / kore/ wo/ mire/ba, / odoroita. Kandata/ PT/ini / PT/melihat/ KB/ terkejut. 2.c カンダタはこれを見たら,おどろ驚いた。

Kandata / ha / kore/ wo/ mi /tara, / odoroita. Kandata/ PT/ini / PT/melihat/ KTR/ terkejut.

Konjungsi to pada contoh kalimat 2.a bermakna ‘waktu’ yaitu Kandata menjadi terkejut ketika melihat sesuatu. Contoh kalimat 2.b tidak tepat karena konjungsi ba tidak dapat dihubungkan dengan bentuk lampau. Sedangkan contoh kalimat 2.c di atas, konjungsi tara bermakna kondisional, yaitu seandainya Kandata melihat ini, Kandata akan terkejut.

Persamaan :

a. Konjungsi to dan tara di atas sama-sama bermakna kondisional. Perbedaan :

a. Konjungsi ba kurang tepat pada kalimat di atas karena dihubungkan pada induk kalimat yang mempunyai makna lampau.

(15)

2. 3 Kerangka Teori

2.3.1 Konjungsi to

Menurut Matsuoka (2000:220), Suzuki (1998:123), dan Sunagawa (1998 :287) konjungsi to dapat melekat pada verba bentuk kamus (辞書形 jisho kei), bentuk negatif (ない形naikei), adjektiva i (い形容詞i keiyoushi), adjektiva na (な 形 容 詞 na keiyoushi), serta nomina (名 詞 meishi). Pada kasus tertentu konjungsi to juga dapat melekat pada bentuk sopan (ますmasu) dan (ですdesu).

Untuk cara pelekatannya, konjungsi to melekat secara langsung pada verba bentuk kamus, verba bentuk negatif, verba bentuk sopan dan adjektiva i. Pada adjektiva na terjadi perubahan na menjadi da, misalnya (元気なgenki na) ‘sehat’ menjadi genki da. Kemudian pada nomina, terdapat penambahan da setelah nomina, misalnya (子供kodomo) ‘anak’ menjadi kodomo da.

Konjungsi to tidak dapat melekat pada verba bentuk lampau (過去形 kakokei). Selain itu konjungsi to tidak dapat dihubungkan dengan induk kalimat yang mengandung makna perintah (命令meirei) yang ditandai oleh(ください kudasai,なさいnasai), niat (意志ishi) yang ditandai oleh(つもりtsumori),

(16)

Tabel 2.3

Pelekatan konjungsi to pada predikat anak kalimat. No Bentuk Positif Negatif Sopan

Tanda (O) menunjukkan kategori yang dapat dihubungkan dengan konjungsi to. Menurut Matsuoka (2000:220), Suzuki (1998:123) dan Sunagawa (1998 :287) konjungsi to memiliki fungsi sebagai berikut.

1) Menjelaskan sesuatu yang terjadi secara berulang-ulang. 2) Menjelaskan hubungan ketergantungan .

3) Menjelaskan sesuatu yang terjadi secara alami. 4) Menyatakan kebiasaan .

5) Menyatakan hasil dari pengoperasian mesin. 6) Menjelaskan hubungan sebab -akibat.

Contoh kalimat.

(1) 3月の後半になると、桜が咲き始めます。( NBHB:220) 3gatsu / no/ kouhan / ni/naru/to / sakura/ ga/ sakihajimemasu.

Bulan maret/PT/ pertengahan /PT /jadi /KTO/ sakura/PT/ mulai mekar

(17)

(2) 四つ角を曲がると、すぐかれのマンションが見えた。(NBHB:220) Yotsu kado /wo/magaru/ to, / sugu /kare/no/ manshon /ga/ mieta.

Perempatan/PT/ belok /KTO/segera/dia/PT/tempat tinggal/PT/terlihat.

‘Kalau belok di perempatan, segera terlihat tempat tinggalnya’.

(3) 窓を開けると、冷たい風が入ってきた。(NBHB:221) Mado /wo/akeru/ to / tsumetai/kaze/ga/haittekita.

Jendela/PT/buka/KTO/ dingin /angin/PT/masuk.

‘Begitu jendelanya dibuka angin dingin akan masuk’.

(4) 先生は教室に入ってくると授業を始められた。(NBHB:221) Sensei/ha/kyoushitsu /ni /haittekuru /to /jugyou /wo/hajimerareta.

Guru/PT/kelas /PT /masuk/KTO/pelajaran/PT/ dimulai .

‘Begitu guru masuk ruang kelas, pelajaran dimulai’.

(5) お金を入れてボタンを押すと、切符が出てきます. (GS:122) Okane/ wo/ irete / botan/ wo/ osu / to /kippu/ ga/ dete kimasu.

Uang/PT /masuk/tombol/ PT/tekan /KTO/ karcis/PT / keluar.

‘Kalau uangnya dimasukkan kemudian tombolnya ditekan maka karcisnya akan keluar.’ secara berulang-ulang dan pasti terjadi, yaitu bahwa setiap pertengahan bulan maret tiba bunga sakura mulai mekar. Konjungsi to pada contoh kalimat (2) menjelaskan hubungan ketergantungan (kalau ada P maka akan ada Q), yaitu bahwa tempat tinggalnya akan terlihat kalau belok di perempatan. Konjungsi to pada contoh kalimat (3) menjelaskan sesuatu yang terjadi secara alami, yaitu bahwa pada saat musim dingin jika kita membuka jendela maka angin dingin akan masuk ke dalam ruang. Konjungsi to pada contoh kalimat (4) menyatakan suatu kebiasaan yang biasanya terjadi atau kebiasaan yang dilakukan seseorang.

(18)

dari pengoperasian suatu alat atau mesin yang umumnya terjadi. Konjungsi to pada contoh kalimat (6) menjelaskan hubungan sebab-akibat yaitu disebabkan mendengar pembicaraan itu mengakibatkan menjadi sedih.

2.3.2 Konjungsi ba.

Menurut Matsuoka (2000:222), Suzuki (1998:124), dan Sunagawa (1998:476) konjungsi ba dapat melekat pada verba bentuk kamus (辞書形jisho kei), bentuk negatif (ない形naikei), nomina (名詞meishi), adjektiva na (な形 容詞na keiyoushi), dan adjektiva i (い形容詞i keiyoushi).

Untuk cara pelekatannya, konjungsi ba melekat pada predikat anak kalimat dengan cara berikut, untuk verba golongan I verba bentuk kamus diakhiri dengan vokal u, tsu, ru, bu, nu, mu, ku, gu, su menjadi vokal e, te, re, be, ne, me, ke, ge, se, misalnya (買うkau) ‘beli’ menjadi kae, verba golongan II yang diakhiri vokal iru dan eru menjadi ire dan ere misalnya (食べるtaberu) ‘makan’ menjadi tabere, verba golongan III kuru dan suru menjadi kure dan sure.Verba bentuk negatif (ない形nai kei), akhiran na pada pada bentuk negatif berubah menjadi nakere misalnya ( 分 か ら な い wakaranai) ‘tidak mengerti’ menjadi wakaranakere, sedangkan pada adjektiva i (い形容詞i keiyoushi), akhiran i pada

adjektiva ini berubah menjadi kere misalnya (安 い yasui) ‘murah’ menjadi yasukere.

(19)

Tabel 2.4

Pelekatan konjungsi ba pada predikat anak kalimat

No Bentuk Positif Negatif Sopan

(Resume dari Matsuoka 2000:222, Suzuki 1998:124 dan Sunagawa 1998 :276). Keterangan :

Tanda (X) menunjukkan kategori tersebut di atas tidak dapat dihubungkan dengan konjungsi ba.

Tanda (O) menunjukkan kategori tersebut di atas dapat dihubungkan dengan konjungsi ba.

Menurut Tomomatsu (2000:157), adjektiva na dan nomina dapat dilekati oleh konjungsi nara atau naraba.

Contoh kalimat: 雨ならばどこも行きません。 Ame /naraba/ dokomo / ikimasen.

Hujan /KNB/ kemanapun/ tidak pergi.

Kalau hujan tidak pergi kemanapun.’

Meskipun dalam buku referensi terdapat konjungsi naraba akan tetapi penulis tidak menemukan contoh kalimat pada data primer dan sekunder yang menggunakan konjungsi naraba.

Menurut Matsuoka (2000:222), Suzuki (1998:124), dan Sunagawa (1998:276) konjungsi ba memiliki fungsi sebagai berikut.

1) Menjelaskan sesuatu yang selalu dan umumnya terjadi. 2) Menyatakan suatu perumpamaan.

(20)

Contoh kalimat.

(1) 春になれば桜が咲く.(GS:123) Haru/ni / nareba /sakura/ga/ saku.

Semi/PT/menjadi+KB/sakura /PT/mekar.

‘Kalau musim semi tiba bunga sakura akan mekar’.

(2) ちりも積もれば山となる。(NBHB:222)

Chirimo / tsumoreba /yama /to /naru.

Debupun/dikumpulkan+KB/gunung/PT/menjadi.

‘Debupun kalau dikumpulkan bisa jadi gunung’.

(3) わからないことがあれば、いつでも聞いてください。(NBHB:222) Wakaranai /koto/ga/are ba /itsudemo/kiite kudasai.

Tidak tahu/hal /PT/ada+KB/kapanpun/ silahkan tanya.

‘Kalauada yang tidak dipahami silahkan bertanya kapan saja’.

(4) 彼には、お金もなければ才能 さいのう

もない。(GS:123) Kare/ha/okane/mo/nakereba /sainou /mo /nai

Dia/PT/uang/pun /tidak ada+KB /kepandaian/pun/tidak ada.

‘Laki-laki itu uang-pun tidak punya, kepandaian-pun juga tidak ada’.

(21)

2.3.3. Konjungsi tara

Menurut Matsuoka (2000:223), Suzuki (1998:124), dan Sunagawa (1998:204) konjungsi tara dapat melekat pada verba bentuk kamus (辞書形jisho kei), bentuk lampau (過去形kako kei), bentuk negatif lampau (過去ない形kako

nai kei), bentuk negatif (ない形 naikei), adjektiva i (い形容詞 i keiyoushi) adjektiva na (な形容詞na keiyoushi), nomina (名詞meishi) serta bentuk sopan (ますmasu) dan (ですdesu).

Untuk cara pelekatannya, konjungsi tara melekat secara langsung pada verba bentuk lampau (過去形kako kei) dan verba bentuk negatif lampau (過去な い形kako nai kei), adjektiva na berubah menjadi bentuk lampau datta misalnya (元気なgenki na) ‘sehat’ menjadi genki datta, adjektiva i (い形容詞i keiyoushi) akhiran i pada adjektiva i menjadi bentuk lampau katta misalnya (安い yasui) ‘murah’ menjadi yasukatta.

Tabel 2.5

Pelekatan konjungsi tara pada predikat.

No Bentuk Positif Negatif Sopan Kategori Lampau Non

lampau

Lampau Non lampau

Lampau Non lampau 1 Verba X O X O X O 2 Adjektiva i

na

X O X O X O X O X O X O 3 Nomina X O X O X O

(22)

Keterangan :

Tanda (X) menunjukkan kategori tersebut di atas tidak dapat dihubungkan dengan konjungsi tara.

Tanda (O) menunjukkan kategori tersebut di atas dapat dihubungkan dengan konjungsi tara.

Menurut Matsuoka(2000:223), Suzuki (1998:124), dan Sunagawa (1998 :276) konjungsi tara memiliki fungsi sebagai berikut.

1) Menyampaikan suatu pengandaian yang tidak nyata. 2) Untuk menyatakan sebab-akibat.

3) Untuk menyampaikan saran.

4) Menjelaskan kebiasaan yang dilakukan. Contoh Kalimat.

(1) 私が鳥だったら、一日中空を飛び回りたい。(NBHB:223) Watashi/ga/toridattara,/ ichinichijyu /sora /wo/tobimawaritai.

Saya /PT/ burung+KTR / satu hari penuh/langit /PT/ ingin keliling terbang. ‘Kalau saya burung, (saya)ingin terbang di langit seharian’.

(23)
(24)

BAB III ANALISIS

3.1 Stuktur dan Makna

Untuk mengetahui struktur dan makna konjungsi to, ba, tara penulis menganalisis struktur dan makna dari contoh-contoh kalimat yang dikumpulkan dari data primer dan data sekunder.

3.1.1 Struktur

Dari data yang digunakan sebagai objek analisis pada penelitian ini ditemukan bahwa pelekatan konjungsi to, ba, tara pada predikat anak kalimat dan induk kalimat adalah sebagai berikut,

Tabel 3.1

Pelekatan konjungsi to, ba,tara pada predikat anak kalimat No Bentuk dan kategori Konjungsi

to

Konjungsi ba

Konjungsi tara 1. Verba, adjektiva, nomina bentuk

positif dan negatif non lampau

O O O 2 Verba, adjektiva, nomina bentuk,

positif dan negatif lampau

X X X 3 Verba, adjektiva, nomina bentuk

sopan

O X O

(25)

Berikut ini adalah tabel induk kalimat yang dapat dihubungkan dengan konjungsi to, ba dan tara

Tabel 3.2

Bentuk induk kalimat yang dapat dihubungkan dengan konjungsi to,ba dan tara. No Jenis induk kalimat Konjungsi

to 3 Bentuk lampau dan kalimat aktifitas

yang berurutan

O X O

Konjungsi to tidak dapat dihubungkan dengan induk kalimat yang menyatakan keinginan, perintah, permintaan dan ajakan, namun konjungsi to dapat dihubungkan dengan induk kalimat bentuk lampau dan menyatakan aktivitas yang berurutan. Sementara itu konjungsi ba juga tidak dapat dihubungkan dengan induk kalimat yang menyatakan keinginan, perintah, permintaan dan menyatakan aktifitas yang berurutan, namun dapat dihubungkan dengan induk kalimat yang menyatakan ajakan. Sedangkan konjungsi tara dapat dihubungkan dengan induk kalimat yang menyatakan keinginan, perintah, permintaan, ajakan, induk kalimat bentuk lampau dan menyatakan aktifitas yang berurutan.

(26)

3.1.2 Makna

Untuk memudahkan analisis, penulis mengklasifikasikan data-data ke dalam 4 makna utama, yaitu 1. (一般条ippan jyouken) makna kondisional umum, 2. (恒常 条 件 koujyou jyouken) makna kondisional pasti, 3.(仮 定 条 件 katei jyouken)makna kondisional bersyarat, 4.(反事実的条件 hanjijitsuteki jyouken)

makna kondisional tidak nyata.

3.1.2.1 Makna kondisional Umum (一般条件)

Makna umum adalah makna yang digunakan untuk menyatakan suatu hal yang pada umumnya terjadi. Makna umum ini memiliki fungsi diantaranya yaitu untuk menjelaskan sesuatu yang terjadi secara berulang-ulang, menjelaskan sesuatu yang terjadi secara alami, menyatakan kebiasaan, sebab-akibat dan menyatakan waktu.

(1) 気温が低いと, 桜はなが咲かない。(NBJ, 1999 :287) Kion / ga/ hikuito /sakura/hana/ga /sakanai.

Suhu udara/PT/rendah+KTO/sakura/bunga/PT/tidak mekar.

‘Kalau suhu udara rendah, bunga sakura tidak mekar.’

(27)

(2) 水は100度になると, 沸騰する。(NBJ, 1999 :287) Mizu /ha/100 /do /ni/naruto/,futtosuru.

Air /PT/100/derajat/PT/jadi+KTO/mendidih. ‘Kalau suhu air 100 derajat akan mendidih.

Pada data (2), klausa anak kalimat (水は100度になるMizu ha 100 do ni naru) ‘suhu air 100 derajat’ dan induk kalimat (沸 騰 す る futtosuru) ‘mendidih’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsitopadakalimatinimelekatpada verba naru ‘jadi’.Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (2) sehingga bermakna kondisional umum,yaitu pada umumnya air akan dan pasti mendidih pada suhu 100 derajat. Klausaindukkalimatpada kalimat di atas menyatakan hasil yang tercapai.

(3) だれでも年をとると, 昔がなつかしくなるものだ。(NBJ, 1999 :287)

Dare demo/toshi/wo/toruto/mukashi/ga /nastsukashiku/narumonoda.

Siapapun/usia/PT/ambil+KTO/dahulu/PT/kangen/menjadi. ‘Siapapun kalausudah tua akan merindukan masa lalu.’

Pada data (3), klausa anak kalimat (だれでも年をとる Dare demotoshiwotoru) ‘siapapun sudah tua’ dan induk kalimat (昔がなつかしくなるものだ mukashiga natsukashikunarumonoda) ‘merindukan masa lalu’ dihubungkan dengan konjungsi to.Konjungsitopadakalimatinimelekatpada verba toru ‘ambil’.Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (3) sehingga bermakna kondisional umum,yaitu ‘pada umumnya orang yang sudah berusia tua akan merindukan masa lalu’. Klausaindukkalimatpada kalimat di atasmenyatakan hal yang biasanya atau umumnya terjadi.

(4) 夏はあさ4時になると,明るくなります。(NNS, 1998 :73)

Natsu/ha/asa/4/ji/ni/naruto/akaruku/narimasu.

Musim panas/PT/pagi/4/jam/PT/jadi+KTO/ terang /jadi.

(28)

Pada data (4), klausa anak kalimat (夏はあさ4時になるnatsu ha asa 4 ji ni naru) ‘musim panas pukul 4 pagi’ dan induk kalimat (明るくなりますakaruku narimasu) ‘menjadi terang’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsitopadakalimatinimelekatpada verba naru ‘jadi’.Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (4) sehingga bermakna kepastian dan sesuatu yang terjadi secara alami,yaitu setiap musim panas pada pukul 4 pagi pasti langit sudah cerah. Klausaindukkalimatpada data (4) di atas menyatakan sesuatu yang biasanya terjadi.

(5) 年とれば、体が弱くなる。(NBJ, 1999 :477) Toshi/ toreba/karada/ga/yowaku/naru.

Usia/ambil+KB /badan/PT/lemah/menjadi.

Kalausudah lanjut usia badan akan menjadi lemah.

Pada data (5), klausa anak kalimat (年とる toshi toru) ‘lanjut usia’ dan induk kalimat (体 が 弱 く な る karada ga yowaku naru) ‘badan menjadi lemah’ dihubungkan dengan konjungsi ba. Konjungsi ba pada kalimat ini melekat pada verba toru ‘ambil’.Konjungsi ba digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (5) sehingga bermakna kondisional umum, yaitu pada umumnya orang yang sudah lanjut usia maka tubuhnya akan menjadi lemah. Klausaindukkalimatpada data (5) di atas menyatakan akibat yang terjadi.

(6) だれでもほめられれば,うれしい。(NBJ, 1999 :477)

Daredemo/homerareba/ureshii.

Siapapun/dipuji+KB /gembira.

‘Siapapun kalau dipuji akan gembira.’

(29)

‘dipuji’.Konjungsi ba digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (6) sehingga bermakna kondisional umum, yaitu pada umumnya setiap orang akan gembira kalau dipuji oleh orang lain.

(7) ここは冬になったら、雪が1メートルぐらいつもる。(NBJ, 1999 :205)

Koko /ha/ fuyu / ni/nattara /yuki/ga /1/metoru/gurai /tsumoru.

Disini/PT/musim dingin/PT/jadi+KTR/salju/PT/1/meter /sekitar /tumpuk

‘Di sini kalaumusim dingin tiba, saljunya menumpuk setinggi sekitar 1 meter.’

Pada kalimat(7), klausa anak kalimat (ここは冬になるkoko ha fuyu ni naru) ‘di sini musim dingin tiba’ dan induk kalimat (雪が1メートルぐらいつもるyuki ga 1 meetoru gurai tsumoru) ‘salju menumpuk sekitar 1 meter’ dihubungkan dengan konjungsi tara. Konjungsi tara pada kalimat ini melekat pada verba naru ‘jadi’. Konjungsi tara digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (7) sehingga bermakna kondisional umum, yaitu biasanya setiap musim dingin tiba maka di daerah ini salju akan menumpuk sampai sekitar 1 meter. Klausa induk kalimat pada data (7) di atas menyatakan sesuatu yang umumnya terjadi.

(8) おじいさんは天気がいいと, 裏山に散歩にでかける。(NBJ, 1999 :288)

Ojiisan/ha/tenki /ga /iito/urayama/ni/sanpo/ni/dekakeru.

Kakek/PT/cuaca/PT/bagus+KTO/urayama /PT/jalan-jalan/PT/keluar.

(30)

(9) お酒を飲むと, いつも頭がいたくなる。(NBJ, 1999 :288) Osake / wo/nomuto/itsumo/atama/ga/itaku/naru.

Osake/PT/minum+KTO/selalu/kepala/PT/sakit/jadi. ‘Kalau minum sake, selalu kepala menjadi sakit.’

Pada data (9), klausa anak kalimat (お酒を飲むosake wo nomu) ‘minum sake’ dan induk kalimat (いつも頭がいたくなるitsumo atama ga itaku naru) ‘selalu jadi kepala sakit’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsi to pada kalimat ini melekat pada verba nomu ‘minum’.Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (9) sehingga bermakna kebiasaan dan makna umum, yaitu apabila minum sake maka pada umumnya seseorang kepalanya akan menjadi sakit. Klausa induk kalimat pada data (9) di atas menyatakan akibat yang terjadi karena minum sake.

(10)い つ も 5 時 に な っ た ら 、 す ぐ 仕 事 を やめ て 、 テ ニ ス を し ま す。(NBJ, 1999 :205)

Itsumo/ 5/ ji / ni/ nattara /sugu / shigoto/ wo/ yamete /tenisu/ wo/ shimasu.

(31)

(11)葉書を出すと、すぐ返事がきました。(NNS, 1998 :73) Hagaki /wo / dasuto /sugu /henji /ga/kimashita.

Kartu pos/PT/kirim+KTO/segera/balasan/PT/datang.

Kalau (saya) kirim kartu pos, balasannya segera tiba.’

Pada data (11), klausa anak kalimat (葉書を出すhagaki wo dasu) ‘kirim kartu pos’ dan induk kalimat (すぐ返事がきました sugu henji ga kimashita) ‘balasan segera datang’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsi to pada kalimat ini melekat pada verba dasu ‘kirim’.Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (11) sehingga bermakna kebiasaan, yaitu setiap mengirim kartu pos maka biasanya surat balasan akan segera diterima. Klausa induk kalimat pada data (11) di atas mempunyai makna hal yang biasanya terjadi. Klausa induk kalimat di atas dimarkahi oleh bentuk (ま し た mashita) yang menyatakan makna lampau.

(12)雨が止むと、空が晴れて明るくなりました。(NNS, 1998 : 73)

Ame /ga/ yamuto / sora /ga / harete/akaruku/narimashita.

Hujan/PT/berhenti+KTO/langit/PT/cerah/terang/jadi.

Kalau hujan berhenti,langit menjadi cerah dan terang.’

(32)

atas mempunyai makna hal yang biasanya terjadi. Klausa induk kalimat di atas dimarkahi oleh bentuk (ましたmashita) yang menyatakan makna lampau.

(13)彼は、うちへ帰ると, すぐテレビのスイッチを入れる。(NBJ, 1999 :291) Kare/ha/ uchi /he / kaeruto / sugu /terebi /no/suichi /wo/ireru.

Dia/PT/rumah/PT/pulang+KTO/segera/televisi/PT/tombol/PT/memasukkan. ‘Dia kalau pulang ke rumah segera menghidupkan televisi.’

Pada data (13), klausa anak kalimat (彼は、うちへ帰るkare ha uchi he kaeru) ‘dia pulang ke rumah’ dan induk kalimat (すぐテレビのスイッチを入れるsugu terebi no suicchi wo ireru) ‘segera menghidupkan televisi’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsi to pada kalimat ini melekat pada verba kaeru ‘pulang’. Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (13) sehingga bermakna kebiasaan, yaitu biasanya dia akan segera menghidupkan televisi setelah tiba di rumah. Klausa induk kalimat pada data (13) di atas menyatakan hal yang biasanya dilakukan.

(14)彼女は大学を卒業すると, すぐ結婚した。(NBJ, 1999 :291) Kanojo / ha/daigaku /wo/sotsugyosuruto/sugu /kekkonshita.

Dia(perempuan)/PT/universitas /PT/lulus +KTO/segera/menikah. ‘Dia setelah lulus dari universitas segera menikah.’

(33)

kalimat di atas dimarkahi oleh bentuk (した shita) yang menyatakan makna lampau.

(15)父は私の顔を見れば、「勉強しろ」と言います。(NNS, 1998 :74)

Chichi/ha/watashi/no/ kao /wo/ mireba /[benkyoushiro]/toiimasu.

Ayah/PT/ aku /PT/wajah/PT/lihat+KB/belajar/berkata.

Kalau ayah melihat wajah saya, selalu berkata (belajarlah!).’

Pada data (15), klausa anak kalimat (父は私の顔を見るchichi ha watashi no kao wo miru) ‘ayah melihat wajah saya’ dan induk kalimat (「勉強しろ」と言います [benkyou shiro]to iimasu) ‘berkata [belajarlah!]’ dihubungkan dengan konjungsi ba. Konjungsi ba pada kalimat ini melekat pada verba miru ‘lihat’. Konjungsi ba digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (15) sehingga bermakna kebiasaan, yaitu ‘setiap kali saya bertemu ayah, saya akan selalu disuruh belajar’. Klausa induk kalimat pada data (15) di atas menyatakan akibat.

(16)彼は暇さえあれば、いつもテレビをみている。(NBJ, 1999 :477)

Kare /ha/ himasae/ areba / itsumo/terebi /wo /miteiru.

Dia(laki-laki)/PT/senggang/ada+KB/selalu/televisi/PT/lihat. ‘Dia kalau ada waktu senggang selalu melihat televisi.’

(34)

iru) pada verba yang menyatakan bahwa pada waktu senggang merupakan kebiasaan.

(17)その話を聞くと、無性に悲しくなった。(HNB, 1976 : 250) Sono/hanashi/wo/ kikuto /museinikanashiku/natta.

Itu / bicara /PT/dengar+KTO/ sangat sedih /jadi.

Kalau mendengar pembicaraan itu menjadi sangat sedih.’

Pada data (17), klausa anak kalimat (その話 を聞く sono hanashi wo kiku) ‘mendengar pembicaraan itu’ dan induk kalimat (無性に悲しくなったmusei ni kanashiku natta) ‘menjadi sangat sedih’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsi to pada kalimat ini melekat pada nomina kiku ‘dengar’. Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (17) sehingga bermakna sebab-akibat yaitu karena mendengar pembicaraan itu maka menjadi sedih. Klausa induk kalimat pada data (17) di atas menyatakan akibat yang timbul karena mendengar berita itu. Klausa induk kalimat di atas dimarkahi oleh bentuk (-たta) yang menyatakan makna lampau.

(18) カンダタはこれを見ると、驚いた。(KNI, 2009 : 111) Kandata/ha /kore/wo/ miruto /odoroita.

Kandata/PT/ ini /PT/lihat+KTO/terkejut. ‘Kandata terkejut ketika melihat ini.’

(35)

menyatakan akibat yang terjadi. Predikat klausa induk kalimat di atas dimarkahi oleh bentuk (-たta) yang menyatakan makna lampau.

(19) そう言われると、ぼくはかえって心が落ち着く。(HNB, 1976 : 250) Sou /iwareruto /boku/ha/kaette /kokoro/ga /ochitsuku.

Begitu/dikatakan+KTO/aku/PT/kembali/hati/PT/ tenang.

Ketikadikatakan seperti itu, sebaliknya hatiku menjadi tenang.’

Pada data (19), klausa anak kalimat (そう言われる sou iwareru) ‘dikatakan seperti itu’ dan induk kalimat (ぼくはかえって心が落ち着く boku ha kaette kokoro ga ochi tsuku) ‘hatiku kembali menjadi tenang’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsi to pada kalimat ini melekat pada verba iu ‘berkata’. Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (19) sehingga bermakna sebab-akibat, yaitu ‘hatiku kembali menjadi tenang karena mendengar itu’. Klausa induk kalimat pada data (19) di atas menyatakan akibat yang terjadi.

(20) たくさん食べれば、太るのは当たり前です。(NNS, 1998 :74) Takusan/ tabereba /,futoru /noha/atarimaedesu.

Banyak / makan+KB/gemuk/ PT /wajar

Kalaubanyak makan sudah wajar kalau gemuk.

Pada data (20), klausa anak kalimat (たくさん食べる takusan taberu) ’banyak makan’ dan induk kalimat (太るのは当たり前です futoru noha atarimae desu)

‘wajar bila gemuk’ dihubungkan dengan konjungsi ba. Konjungsi ba pada kalimat

(36)

masuk dalam kategori makna umum karena umumnya orang yang makan banyak akan menjadi gemuk.

(21)子供が元気だと、親は安心します。(NNS, 1998 :73)。 Kodomo/ ga/ genkidato /oya /ha /anshinshimasu.

Anak /PT/sehat+KTO /orang tua/PT/tenang. ‘Kalau anaknya sehat orang tua akan tenang.’

Pada data (21), klausa anak kalimat (子供が元気だkodomo ga genki da) ‘anak sehat’ dan induk kalimat (親は安心します oya ha anshin shimasu) ‘orang tua tenang ’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsi to pada kalimat ini melekat pada adjektiva genki ‘sehat’.Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (21) sehingga bermaknaumum, yaitu orang tua umumnya akan merasa tenang jika anaknya sehat. Klausa induk kalimat pada data (21) di atas mempunyai makna akibat yang terjadi. Data tersebut di atas masuk kategori makna umum karena setiap orang tua pada umumnya akan merasa tenang jika anaknya sehat.

(22)薬を飲んだら、熱が下がった。(NBJ, 1999 :209) Kusuri/wo / nondara / netsu /ga/sagatta.

Obat /PT /minum+KTR/demam/PT/turun.

Kalau minum obat demamnya akan turun.

(37)

(23)5月に入ったら、急に暑くなった。(NBJ, 1999 :209) 5 gatsu /ni / haittara / kyuni /atsuku/natta.

Bulan mei/PT/ masuk+KTR/mendadak/panas /jadi.

Kalausudah masuk bulan mei, segera menjadi panas.

Pada data (23), klausa anak kalimat (5月に入る5 gatsu ni hairu) ‘masuk bulan Mei’ dan induk kalimat (急に暑くなった kyuni atsuku natta) ‘segera menjadi panas’ dihubungkan dengan konjungsi tara. Konjungsi tara pada kalimat ini melekat pada verba hairu ‘masuk’.Konjungsi tara digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (23) sehingga bermakna umum, yaitu ‘pada umumnya kalau sudah masuk bulan mei, maka suhu udara akan mulai menjadi panas’. Klausa induk kalimat pada data (23) di atas menyatakan sesuatu yang umumnya terjadi.

3.1.2.2 Makna kondisional Pasti (恒常条件)

Makna kondisional pasti adalah makna yang menjelaskan kejadian yang pasti terjadi sebagai akibat dari suatu kejadian, seperti pengoperasian suatu alat atau mesin, penjumlahan dalam matematika, dan letak suatu benda.

(24) このつまみを右へ回すと、音が大きくなります。(MNN, 2002 :190)

Kono/tsumami/wo/ migi /he/ mawasuto / oto /ga/ookiku/narimasu.

Ini / tombol /PT/kanan/PT/putar+KTO/suara/PT/ keras/ jadi.

Kalau tombol ini diputar ke kanan suaranya akan menjadi keras.’

Pada data (24), klausa anak kalimat (このつまみを右へ回す kono tsumami wo migi he mawasu) ‘tombol ini diputar ke kanan’ dan induk kalimat (音が大きくなり

ま す oto ga okiku narimasu) ‘suaranya menjadi keras’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsi to pada kalimat ini melekat pada verba mawasu ‘putar’. Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (24) sehingga bermakna syarat pasti.

(38)

10 /wo/2/de /wareba /5/ni /naru.

10/PT/2/PT/bagi+KB/5/PT/jadi. ’10kalaudibagi2,hasilnya5.’

Pada data (25), klausa anak kalimat (10 を2で割れる 10 wo 2 de wareru) ’10 dibagi 2’ dan induk kalimat (5になる 5 ni naru) ‘jadi 5’ dihubungkan dengan konjungsi ba. Konjungsi ba pada kalimat ini melekat pada verba wareru ‘dibagi’.Konjungsi ba digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (25) sehingga bermakna pasti, yaitu bila 10 dibagi 2 maka hasilnya pasti 5. Klausa induk kalimat pada data (25) di atas mempunyai makna hasil yang terjadi. Data tersebut di atas masuk kategori makna pasti karena hasil pembagian di atas hasilnya sudah pasti 5.

(26)右へまがると, 郵便局があります。( MNN, 2002 : 192) Migi /he / magaruto /yubinkyouku/ga / arimasu.

Kanan/PT/belok+KTO/kantor pos /PT/ada. ‘Kalau belok kanan ada kantor pos.’

(39)

3.1.2.3Makna Kondisional Bersyarat(仮定条件)

Makna kondisional bersyarat adalah makna yang menjelaskan keadaan atau situasi yang memiliki kemungkinan terjadi dengan persyaratan tertentu.

(27) 勉強しないで遊んでいると、大学にはいれないだろう.(NNS,1998: 73)

Benkyoushinaide/ asondeiruto /daigaku /ni /hairenaidarou.

Tidak belajar /bermain + KTO/ universitas /PT/tidak bisa masuk, kan?

Kalau tidak belajar dan bermain tidak akan bisa masuk universitas.’

(40)

(28) この料理は少しお酒を入れると、おいしくなります。(NNS, 1998 : 73) Kono / ryouri /ha /sukoshi/osake/ wo/ ireruto /oishiku/narimasu.

Ini / masakan /PT/sedikit /sake /PT /masuk+KTO/ enak /jadi. ‘Kalau masakan ini diberi sedikit sake akan menjadi enak.

Pada data (28), klausa anak kalimat (この料理は少しお酒を入れる kono ryouri ha sukoshi osake wo ireru) ‘masakan ini diberi sedikit sake’ dan induk kalimat (

お い し く な り ま す oishiku narimasu) ‘menjadi enak’ dihubungkan dengan

konjungsi to. Konjungsi to pada kalimat ini melekat pada verba ireru ‘memasuki’. Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (28) sehingga bermakna pengandaian, yaitu ‘jika masakan ini diberi sake, maka rasanya akan menjadi lebih enak’. Klausa induk kalimat pada data (28) di atas menyatakan hasil yang akan didapat. Data tersebut di atas masuk kategori makna kondisional bersyarat karena masakan tersebut akan menjadi lebih enak seandainya diberi sake.

(29) このお茶を飲むと、元気になります。(DDN, 2002 : 158)

Kono/ocha /wo/ nomuto /genkini /narimasu.

Ini / teh /PT/ minum +KTO/ sehat/jadi.

Kalau minum teh ini akan menjadi sehat.

(41)

masuk kategori makna kondisional karena seandainya minum teh maka kemungkinan badan menjadi sehat.

(30) 外国語がじょうずだと、いろいろな仕事ができます。(DDN, 2002 : 156)

Gaikokugo /ga / jouzudato / iroirona / shigoto /ga /dekimasu.

Bahasa asing/PT/pandai+KTO/macam-macam /pekerjaan / PT/bisa.

Kalau pandai berbahasa asing, bisa melakukan bermacam-macam pekerjaan.’

Pada data (30), klausa anak kalimat (外国語がじょうずだgaikokugo ga jouzu da) ‘pandai berbahasa asing’ dan induk kalimat (いろいろな仕事ができますiro irona shigoto ga dekimasu) ‘bisa melakukan bermacam-macam pekerjaan’ dihubungkan dengan konjungsi to. Konjungsi to pada kalimat ini melekat pada adjektiva jouzu ‘pandai’. Konjungsi to digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (30) sehingga bermakna kondisional, yaitu ‘seandainya pandai berbahasa asing maka akan memperoleh bermacam–macam pekerjaan’. Klausa induk kalimat pada data (30) di atas menyatakan hasil yang akan diperoleh jika pandai berbahasa asing.

(31) 彼と結婚すれば、金持ちになるだろう。(NNS, 1998 : 74) Kare /to /kekkonsureba/kanemochi/ni /narudarou.

Dia /PT/ menikah+KB/ kaya /PT/jadi.

Kalau menikah dengan dia, (kamu) bisa jadi kaya.’

(42)

menjadi kaya’. Klausa induk kalimat pada data (31) di atas menyatakan kemungkinan yang terjadi.

(32) 今度の日曜日天気がよければ、お花見に行きましょう。(NBJ, 1999 : 479)

Kondo /no/nichiyoubi /tenki /ga /yokereba /ohanami/ni /ikimashou.

Akan datang/PT/hari minggu/cuaca/PT/bagus+KB/hanami/PT/pergi.

Kalau hari minggu depan cuacanya bagus, mari kita pergi ke hanami.’ Pada data (32), klausa anak kalimat (今度の日曜日天気がよいkondo no nichiyoubi tenki ga yoi) ‘hari minggu yang akan datang cuacanya bagus’ dan induk kalimat

(お 花 見 に 行 き ま し ょ う ohanami ni ikimashou) ‘mari pergi ke hanami’

dihubungkan dengan konjungsi ba. Konjungsi ba pada kalimat ini melekat pada adjektiva yoi‘bagus’. Konjungsi ba digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (32) sehingga bermakna kondisional, yaitu jika hari minggu yang akan datang cuacanya bagus maka akan pergi. Klausa induk kalimat pada data (32) di atas mempunyai makna kegiatan yang akan dilakukan jika cuacanya bagus. Klausa induk kalimat di atas dimarkahi oleh bentuk (ましょうmashou) yang menyatakan ajakan.

(33) 手術をすれば、助かるでしょう。(NBJ, 1999 : 479) Shujutsu /wo/ sureba /tasukarudeshou.

Operasi /PT/ lakukan+KB/tertolong, kan?

Seandainya dioperasi, (dia) akan tertolong, kan ?’.

(43)

maka akan tertolong’. Klausa induk kalimat pada data (33) di atas menyatakan kemungkinan.

(34)雨が降ったら、でかけません。(MNN, 2002 : 206)

Ame /ga / futtara /dekakemasen.

Hujan/PT/turun + KTR/tidak pergi. ‘Kalau turun hujan tidak jadi pergi.’

Pada data (34), klausa anak kalimat (雨が降る ame ga furu) ‘turun hujan’ dan induk kalimat (でかけ ません dekakemasen) ‘tidak pegi keluar’ dihubungkan dengan konjungsi tara. Konjungsi tara pada kalimat ini melekat pada verba furu ‘turun’. Klausa induk kalimat pada contoh kalimat di atas menyatakan keputusan yang diambil sebagai akibat dari turun hujan. Konjungsi tara digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (34) sehingga bermakna kondisional, yaitu ‘apabila hujan turun maka tidak jadi pergi keluar, tetapi jika tidak turun hujan maka kemungkinan besar pergi keluar’.

(35) もし遅れたら、連絡してください。(NBJ, 1999 : 206)

Moshi / okuretara /renraku/shitekudasai.

Kalau /terlambat +KTR/hubungi/tolong.

Seandainya terlambat, tolong menghubungi.’

(44)

jika terlambat. Predikat kalimat di atas dimarkahi oleh bentuk (て く だ さ い tekudasai) yang menyatakan makna perintah.

(36)あした、晴れたら、いいなあ。(NNS, 1998 : 75)

Ashita / haretara / iina.

Besok / cerah+KTR/ bagus.

Seandainya besok (cuaca) cerah bagus ya.’

Pada data (36), klausa anak kalimat (あした、晴れるashita hareru) ‘besok cuaca cerah’ dan induk kalimat (いいなあiinaa) ‘bagus’ dihubungkan dengan konjungsi tara. Konjungsi tara pada kalimat ini melekat pada verba hareru ‘cerah’. Konjungsi tara digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (36) sehingga bermakna kondisional, yaitu ‘seandainya besok cuacanya cerah, maka akan menyenangkan’.

(37) もう少し給料がよかったら、いいのだが。(NBJ, 1999 : 207) Mou sukoshi/ kyuryo/ga /yokattara / ii no da ga.

Sedikit lagi / gaji /PT/bagus+KTR/bagus, tapi...’

Seandainya gaji lebih bagus sedikit lagi, bagus ya, tapi...’

Pada data (37), klausa anak kalimat (もう少し給料がよいmou sukoshi kyuryoga yoi) ‘gaji lebih bagus sedikit lagi’ dan induk kalimat (いいのだがii no da ga) ‘bagus tetapi’ dihubungkan dengan konjungsi tara. Konjungsi tara pada kalimat ini melekat pada adjektiva yoi ‘bagus’. Konjungsi tara digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (37) sehingga bermakna kondisional, yaitu ‘seandainya gajinya lebih bagus dari sekarang’. Konjungsi ga pada kalimat di atas mempunyai makna sebaliknya, yaitu ‘gaji saat ini belum bagus’.

(38) 生まれてくるこどもが男の子だったら、いいのだが。(NBJ, 1999 : 212) Umarete/ kuru /kodomo/ ga/ otoko /no /kodattara/ iinodaga.

Lahir / datang / anak /PT /laki-laki /PT/anak+KTR/bagus tapi .

(45)

Pada data (38), klausa anak kalimat (生まれてくるこどもが男の子だumarete kuru kodomo ga otoko no ko da) ‘anak yang akan lahir adalah anak laki-laki’ dan induk kalimat (いいのだが ii no da ga) ‘bagus tetapi’ dihubungkan dengan konjungsi tara. Konjungsi tara pada kalimat ini melekat pada nomina otoko no ko ‘anak laki-laki’.Konjungsi tara digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (38) sehingga bermakna kondisional, yaitu ‘seandainya anak yang akan lahir anak laki-laki’. Konjungsi ga pada kalimat di atas mempunyai makna sebaliknya, yaitu ‘anak yang akan lahir bukanlah anak laki-laki’.

(39) あと1000円あれば、このコートが買えるのに。(NBHB, 2000 :223)

Ato /1000/en /areba /kono/kooto /ga / kaeru /noni.

Lagi/1000/yen/ada+KB / ini /baju /PT/bisa beli/tapi.

Seandainya ada 1000 yen lagi baju ini akan terbeli, tapi..’

(46)

(40) あの時、あの飛行機に乗っていれば、私は今ここにいないはずだ。 (NBJ, 1999 : 483)

Ano/toki /ano /hikouki/ni /notteireba /watashi /ha / ima / koko / ni/ inai / hazuda

Itu/waktu /itu /pesawat/PT/naik+KB/aku/PT/sekarang/disini/PT/tdk ada/semestinya. ‘Waktu itu, seandainya (aku) naik pesawat itu, mestinya aku tidak ada di sini saat ini.’

Pada kalimat (40), klausa anak kalimat (あの時、あの飛行機に乗っている ano toki ano hikouki ni notte iru) ‘waktu itu, naik pesawat itu’ dan induk kalimat

(私は今ここにいないはずだwatashi ha ima koko ni inai hazu da) ‘mestinya aku

tidak ada di sini sekarang’ dihubungkan dengan konjungsi ba. Konjungsi ba pada kalimat ini melekat pada verba notte iru ‘naik’. Konjungsi ba digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (40) sehingga bermakna kondisional yaitu seandainya pada waktu itu naik pesawat itu. Dan klausa induk kalimat pada contoh (40) di atas mempunyai makna kemungkinan yang terjadi. Fakta yang terjadi saat ini yaitu bahwa pembicara tidak naik pesawat.

(41) もう少し若ければ、わたしが自分で行くところだ。(NBJ, 1999 : 483) Mousukoshi /wakakereba/watashi/ ga/jibun /de /ikutokoroda.

Sedikit lagi /muda+KB / aku /PT /sendiri/PT/pergi.

Seandainya lebih muda sedikit,aku akan pergi sendiri.’

(47)

3.1.2.4 Makna kondisional Tidak nyata (反事実的条件)

Makna kondisional tidak nyata adalah makna yang kemungkinan kecil terjadi atau tidak akan terjadi. Makna tersebut berkebalikan dari kejadian yang sebenarnya.

(42) もし1億円あったら、何をしたいですか。(MNN, 2002 : 206) Moshi / 1oku /en / attara /nani/wo/shitaidesuka.

Kalau/100 juta/yen/ada+KTR /apa/PT /ingin lakukan.

Seandainya punya uang 100 juta yen apa yang ingin kamu lakukan.’ Pada kalimat (42), klausa anak kalimat (もし1億円ある moshi 1 oku en aru) ‘punya 100 juta yen’ dan induk kalimat (何をしたいですか nani wo shitai desuka) ‘apa yang akan (kamu) lakukan’ dihubungkan dengan konjungsi tara. Konjungsi tara pada kalimat ini melekat pada adjektiva wakai ‘muda’. Konjungsi tara digunakan untuk menghubungkan anak dan induk kalimat data (42) sehingga bermakna tidak nyata, yaitu seandainya punya uang 100 juta yen. Dan klausa induk kalimat pada contoh (42) di atas mempunyai makna pertanyaan. Klausa induk kalimat di atas dimarkahi oleh bentuk (たい) yang menyatakan makna keinginan.

(43) 私が鳥だったら、一日中空を飛び回りたい。(NNS, 1998 : 75) Watashi /ga /toridattara /ichi/nichi/ jyu / sora /wo/tobi /mawaritai.

Aku /PT/burung+KTR/satu/hari /penuh/langit /PT/terbang/keliling.

Seumpamaaku burung (aku) ingin terbang mengelilingi langit seharian.’

(48)
(49)

3.2 Substitusi

Substitusi atau teknik ganti adalah analisis bahasa dengan cara menggantikan suatu unsur dengan unsur lainnya. Dalam penelitian ini unsur yang digantikan berupa konjungsi to, ba, tara untuk mengetahui apakah konjungsi to, ba, tara bisa saling menggantikan satu sama lain.

3.2.1 Makna kondisional umum(一般条件)

Kondisional umum adalah makna yang digunakan untuk menyatakan suatu hal yang pada umumnya terjadi. Makna umum ini memiliki fungsi diantaranya yaitu untuk menjelaskan sesuatu yang terjadi secara berulang-ulang, menjelaskan sesuatu yang terjadi secara alami, menyatakan kebiasaan, menyatakan sebab-akibat, dan menyatakan waktu.

(1)気温が低いと、桜はなが咲かない。 Kion / ga/ hikuito/sakura/hana/ga/sakanai.

Suhu udara/PT/rendah+KTO/sakura/bunga/PT/tidak mekar.

‘Kalau suhu udara rendah, bunga sakura tidak mekar.

Substitusi :

気温が低くければ, 桜はなが咲かない。 (O) Kion ga hikureba, sakura hana ga sakanai.

‘Kalau suhu udara rendah, bunga sakura tidak mekar.’ 気温が低くかったら, 桜はなが咲かない。 (O) Kion ga hikukattara, sakura hana ga sakanai.

‘Kalau suhu udara rendah, bunga sakura tidak mekar.’

(50)

Konjungsi ba pada kalimat di atas mempunyai makna tersirat hubungan ketergantungan yaitu bunga sakura tidak akan mekar kalau suhu udaranya rendah. Konjungsi tara pada kalimat di atas mempunyai makna tersirat sebab-akibat yaitu suhu udara yang rendah akan mengakibatkan bunga sakura tidak mekar.Kalimat di atas konjungsi to dapat digantikan dengan konjungsi ba dan tara karena makna kalimat di atas tidak akan berubah jika konjungsinya saling sulih.

(2)水は100度になると, 沸騰する。(NBJ, 1999 : 287) Mizu /ha/100/do /ni/naruto /,futtousuru.

Air /PT/100/derajat/PT/jadi+KTO/mendidih. ‘Kalau suhu air 100 derajat akan mendidih.’ Substitusi :

水は100度になれば, 沸騰する。 (O) Mizu ha 100 do ni nareba, futtosuru.

Kalau suhu air 100 derajat akan mendidih.

水は100度になったら, 沸騰する。 (O) Mizu ha 100 do ni nattara, futtosuru.

Kalau suhu air 100 derajat akan mendidih.’

(51)

digantikan dengan konjungsi ba dan tara karena makna kalimat di atas tidak akan berubah jika konjungsinya saling sulih.

(3)だれでも年をとると, 昔がなつかしくなるものだ。(NBJ, 1999 : 287)

Dare demo/toshi/wo/toruto/,mukashi/ga /nastsukashiku/narumonoda.

Siapapun/usia/PT/ambil+KTO/dahulu/PT/kangen/menjadi. ‘Siapapun kalau sudah tua akan merindukan masa lalu.’ Substitusi :

だれでも年をとれば, 昔がなつかしくなるものだ。 (O)

Dare demo toshi wo toreba, mukashi ga natsukashiku naru mono da. ‘Siapapun kalausudah tua akan merindukan masa lalu.’

だれでも年をとったら, 昔がなつかしくなるものだ。 (O)

Dare demo toshi wo tottara, mukashi ga natsukashiku naru mono da. ‘Siapapun kalausudah tua akan merindukan masa lalu.’

Pada data (3) di atas, konjungsi to dapat disubstitusikan dengan konjungsi ba dan tara karena kalimat di atas struktur dan maknanya sama. Konjungsi to dan ba bisa melekat pada Verba ‘とる toru’. Konjungsi to dan ba pada kalimat di atas mempunyai makna sesuatu yang umumnya terjadi yaitu pada umumnya orang yang usianya sudah tua akan merindukan masa lalu. Konjungsi tara pada kalimat di atas mempunyai makna sebab-akibat yaitu usia yang sudah tua membuat seseorang akan merindukan masa lalu. Kalimat di atas konjungsi to dapat digantikan dengan konjungsi ba dan tara karena makna kalimat di atas tidak akan berubah jika konjungsinya saling sulih.

(4)夏はあさ4時になると,明るくなります。(NNS, 1998 :73) Natsu /ha/asa/4/ ji /ni / naruto /akaruku/narimasu.

Musim panas/PT/pagi/4/jam/PT/jadi+KTO/terang /jadi

(52)

Substitusi :

夏はあさ4時になれば,明るくなります。 (O) Natsu ha asa 4 ji ni nareba, akaruku narimasu.

‘Pada musim panas kalaupukul 4 pagi tiba, akan menjadi terang.’ 夏はあさ4時になったら,明るくなります。 (O) Natsu ha asa 4 ji ni nattara, akaruku narimasu.

‘Pada musim panas kalaupukul 4 pagi tiba, akan menjadi terang.’ Pada data (4) di atas, konjungsi to dapat disubstitusikan dengan konjungsi badan tarakarena kalimat di atas struktur dan maknanya sama. Konjungsito,ba, tarabisa melekat pada verba ‘なるnaru’. Konjungsi to pada pada kalimat di atas mempunyai makna sesuatu yang pasti yaitu pada musim panas pukul 4 pagi sudah terang. Konjungsi ba pada kalimat di atas mempunyai makna umumnya yaitu pada umumnya saat musim panas pada pukul 4 pagi sudah terang.Konjungsi tara pada kalimat di atas mempunyai makna sebab-akibat yaitu pada pukul 4 pagi sudah terang karena musim panas. Kalimat di atas konjungsi to dapat digantikan dengan konjungsi ba dan tara karena makna kalimat di atas tidak akan berubah jika konjungsinya saling sulih.

(5)年とれば、体が弱くなる。(NBJ, 1999 : 477) Toshi/ toreba/karada/ga/yowaku/naru.

Usia/ambil+KB /badan/PT/lemah/menjadi.

Kalausudah lanjut usia badan akan menjadi lemah.’ Substitusi :

年とると、体が弱くなる。 (O) Toshi toruto, karada ga yowaku naru.

Kalausudah lanjut usia badan akan menjadi lemah.’ 年とったら、体が弱くなる。 (O) Toshi tottara, karada ga yowaku naru.

(53)

Pada data (5) di atas, konjungsi ba dapat disubstitusikan dengan konjungsi todan tarakarena kalimat di atas struktur dan maknanya sama. Konjungsi

todan tarabisa melekat pada verba ‘とる toru’. Konjungsi to dan ba pada kalimat di atas mempunyai makna sesuatu yang umumnya terjadi yaitu pada umumnya orang yang usianya sudah tua badannya menjadi lemah.Konjungsi tara pada kalimat di atas mempunyai makna sebab-akibat yaitu usia yang tua membuat badan menjadi lemah.

(6)だれでもほめられれば,うれしい。(NBJ, 1999 : 477) Daredemo/homerareba/ureshii.

Siapapun/dipuji+KB /gembira.

‘Siapapun kalau dipuji akan gembira.’ Substitusi :

だれでもほめられると,うれしい。 (O) Daredemo homeraruto, ureshii.

‘Siapapun kalau dipuji akan gembira.’

だれでもほめられたら,うれしい。 (O) Daredemo homeraretara, ureshii.

‘Siapapun kalau dipuji akan gembira.’

(54)

ba dapat digantikan dengan konjungsi to dan tara karena makna kalimat di atas tidak akan berubah jika konjungsinya saling sulih.

(7)ここは冬になったら、雪が 1 メートルぐらいつもる。(NBJ, 1999 :

205)

Koko /ha/ fuyu / ni/nattara /yuki/ga /1/meetoru/gurai /tsumoru.

Disini/PT/musim dingin/PT/jadi+KTR/salju/PT/1/meter /sekitar /tumpuk

‘Di sini kalau musim dingin tiba, saljunya menumpuk setinggi sekitar 1 meter.’

Substitusi :

ここは冬になると、雪が1メートルぐらいつもる。(O)

Koko ha fuyu ni naruto, yuki ga 1 meetoru gurai tsumoru.

‘Di sini kalau musim dingin tiba, saljunya menumpuk setinggi sekitar 1 meter.’

ここは冬になれば、雪が1メートルぐらいつもる。(O)

Koko ha fuyu ni nareba, yuki ga 1 meetoru gurai tsumoru.

‘Di sini kalau musim dingin tiba, saljunya menumpuk setinggi sekitar 1 meter.’

(55)

(8) お じ い さ ん は 天 気 が い い と, 裏 山 に 散 歩 に で か け る。 (NBJ,1999 :288)

Ojiisan/ha/tenki /ga / iito /urayama/ ni / sanpo /ni/dekakeru.

Kakek/PT/cuaca/PT/bagus+KTO/urayama /PT/jalan-jalan/PT/keluar.

Kalau cuacanya bagus, kekek(biasanya) pergi jalan-jalan ke Urayama.’

Substitusi :

おじいさんは天気がよければ, 裏山に散歩にでかける。(O) Ojiisan ha tenki ga yokereba, Urayama ni sanpo ni dekakeru.

Kalau cuacanya bagus, kekek (biasanya) pergi jalan-jalan ke Urayama.’

おじいさんは天気がよかったら, 裏山に散歩にでかける(O) Ojiisan ha tenki ga yokattara, Urayama ni sanpo ni dekakeru.

Kalau cuacanya bagus, kekek (biasanya) pergi jalan-jalan ke Urayama.’

Pada data (8) di atas, konjungsi to dapat disubstitusikan dengan konjungsi badan tara karena kalimat di atas struktur dan maknanya sama. Konjungsi to

dan babisa melekat pada adjektiva i ‘い’. Konjungsi to pada kalimat di atas mempunyai makna kebiasaan yaitu kebiasaan yang dilakukan kakek ketika cuacanya bagus. Konjungsi ba pada kalimat di atas mempunyai makna pasti yaitu kakek pasti pergi jalan-jalan ketika cuaca bagus.Kalimat di atas konjungsi to dapat digantikan dengan konjungsi badan tarakarena makna kalimat di atas tidak akan berubah jika konjungsinya saling sulih.

(9) お酒を飲むと, いつも頭がいたくなる。(NBJ, 1999 : 288) Osake / wo/ nomuto /itsumo/atama/ga/itaku/naru.

Osake/PT/minum+KTO/selalu/kepala/PT/sakit/jadi. ‘Kalau minum sake, selalu kepala jadi sakit.’ Substitusi :

お酒を飲めば, いつも頭がいたくなる。 (O) Osake wo nomeba, itsumo atama ga itaku naru.

(56)

お酒を飲んだら, いつも頭がいたくなる。 (O) Osake wo nondara, itsumo atama ga itaku naru.

Kalau minum sake, selalu kepala jadi sakit.’

Pada data (9) di atas, konjungsi to dapat disubstitusikan dengan konjungsi ba dan tara, karena kalimat di atas struktur dan maknanya sama. Konjungsi ba dan tarabisa melekat pada verba ‘飲むnomu’. Konjungsi to pada kalimat di atas mempunyai makna umum dan makna kebiasaan yaitu biasanya kalau minum sake maka kepala menjadi pusing. Konjungsi ba pada kalimat di atas mempunyai makna umum yaitu umumnya bila minum sake menyebabkan kepala pusing. Konjungsi tara pada kalimat di atas mempunyai makna sebab-akibat yaitu minum sake menyebabkan kepala menjadi sakit. Kalimat di atas konjungsi to dapat digantikan dengan konjungsi ba dan tara karena makna kalimat di atas tidak akan berubah jika konjungsinya saling sulih.

(10)いつも 5時になったら、すぐ仕事をやめて、テニスをします。 (NBJ, 1999 : 205)

Itsumo/ 5/ ji / ni/ nattara /sugu / shigoto/ wo/ yamete /tenisu/ wo/ shimasu.

Selalu/5/pukul/PT/jadi+KTR/segera/ kerja /PT/berhenti/ tenis /PT/melakukan. ‘Kalau tiba pukul 5 selalu segera berhenti kerja dan bermain tenis.’ Substitusi :

いつも5時になると、すぐ仕事をやめて、テニスをします(O)

Itsumo 5 ji ni naruto, sugu shigoto wo yamete, tenisu wo shimasu.

Kalau tiba pukul 5 selalu segera berhenti kerja dan bermain tenis.’

いつも5時になれば、すぐ仕事をやめて、テニスをします(X)

Itsumo 5 ji ni nareba, sugu shigoto wo yamete, tenisu wo shimasu.

Gambar

Tabel 2.1 Kondisional dalam bahasa Indonesia dan contoh pemakain.
Tabel 2.2 Kondisional  dalam bahasa Jepang dan contoh pemakaian.
Tabel 2.3
Tabel 2.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

anita usia subur - cakupan yang tinggi untuk semua kelompok sasaran sulit dicapai ;aksinasi rnasai bnntuk - cukup potensial menghambat h-ansmisi - rnenyisakan kelompok

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, sumber segala kebenaran, sang kekasih tercinta yang tidak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi hamba-Nya, Allah Subhana Wata‟ala

Melalui kegiatan observasi di kelas, mahasiswa praktikan dapat. a) Mengetahui situasi pembelajaran yang sedang berlangsung. b) Mengetahui kesiapan dan kemampuan siswa dalam

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana

Audit, Bonus Audit, Pengalaman Audit, Kualitas Audit. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat, keinginan menghimpun klien sebanyak mungkin dan harapan agar

Perbandingan distribusi severitas antara yang menggunakan KDE dengan yang menggunakan suatu model distribusi tertentu dilakukan untuk melihat secara visual, manakah dari

61 Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa dilema yang Jepang alami pada saat pengambilan keputusan untuk berkomitmen pada Protokol Kyoto adalah karena