• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Asam Amino Baby Fish Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Asam Amino Baby Fish Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL ASAM AMINO BABY FISH IKAN MAS

(Cyprinus carpio) PADA BERBAGAI UMUR PANEN

BIANCA BENNING

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Asam Amino Baby Fish Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

BIANCA BENNING. Profil Asam Amino Baby Fish Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen. Dibimbing oleh AGOES MARDIONO JACOEB dan NURJANAH.

Baby fish atau ikan balita merupakan istilah untuk ikan-ikan yang masih berukuran kecil. Olahan baby fish ikan mas atau ikan mas balita sangat populer di daerah Jawa Barat dalam bentuk ikan balita goreng. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan profil asam amino dan deskripsi jaringan baby fish ikan mas (Cyprinus carpio) pada umur panen tiga, lima, dan tujuh minggu. Profil asam amino ditentukan menggunakan HPLC. Total asam amino pada baby fish meningkat seiring dengan pertambahan umur panennya. Kandungan total asam amino basis kering baby fish ikan mas berumur panen tiga, lima, dan tujuh minggu berturut-turut, yaitu 45,69%, 46,58%, dan 60,46%. Asam amino glutamat merupakan asam amino dengan kandungan tertinggi pada setiap umur panen baby fish, sedangkan amino dengan kandungan terendah pada setiap umur panen baby fish adalah histidina dan metionina. Baby fish ikan mas secara histologi mengalami perkembangan myomer dengan pertambahan umur panen. Jumlah sel penghasil mukus dan sel penyerap pada pencernaan baby fish juga bertambah seiring dengan pertambahan umur panennya.

Kata kunci: asam amino, baby fish ikan mas, histologi, proksimat

ABSTRACT

BIANCA BENNING. Amino Acid Profile of Baby Common Carp (Cyprinus carpio) at Various Harvest Time. Supervised by AGOES MARDIONO JACOEB and NURJANAH.

Baby fish is a term for fish fingerlings or for small-sized fish. Processed baby fish, which is fried, is very popular in West Java. This study was aimed to determine the difference of amino acid profile and the tissues description of baby common carp at various harvest time. The selected harvest time is three, five, and seven weeks. The amino acid profile was determined by HPLC. The total amino acids content of baby common carp increased with the increasing of the harvest time. The total dry basis amino acids content of baby common carp at the harvest time of three, five, and seven weeks, in a row, were 45.69%, 46.58%, and 60.46%. The highest amino acid content of baby fish in every harvest time was glutamate, while the lowest amino acid content was histidine and methionine. The myomer of baby common carp histologically developed with the increasing of the harvest time. The number of mucus-secreting cells and nutrition-absorbent cells in baby common carp’s intestinal also increased in the older baby common carp.

(6)
(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

PROFIL ASAM AMINO BABY FISH IKAN MAS

(Cyprinus carpio) PADA BERBAGAI UMUR PANEN

BIANCA BENNING

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)

Judul Skripsi : Profil Asam Amino Baby Fish Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen

Nama : Bianca Benning

NIM : C34100017

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Agoes M. Jacoeb, Dipl-Biol Pembimbing I

Prof Dr Ir Nurjanah, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi Ketua Departemen

(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga karya ilmiah yang berjudul Profil Asam Amino Baby Fish Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen ini dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini, terutama kepada:

1) Dr Ir Agoes M. Jacoeb, Dipl-Biol dan Prof Dr Ir Nurjanah, MS selaku dosen

pembimbing atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.

2) Bapak Saeful dari Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan

(Departemen Teknologi Hasil Perairan), Ibu Endang dari Pusat Penelitian

Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (Lembaga Penelitian dan

Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor), Bapak Ian dari Laboratorium Terpadu (Institut Pertanian Bogor), dan Bapak Ranta dari Laboratorium Kesehatan Ikan (Departemen Budidaya Perairan).

3) Papa Drs Marzuki, mama Ratna Syarif, BSc, kakak Anugrah Aulia, SP dan adik Camilie Constantia tercinta yang telah memberikan segalanya kepada penulis.

4) Laurensius Sitanggang, Siti Mayang, Arif Yanwar, Yulia Ekawati, Reza

Febriyansyah, Sonya Ayu, Aufa Khoirunnisa, Maydariana Ayuningtyas, Asih Rahayu, Rahma Yulia, Feky Pundi, Anastasia Mensanie, dan teman-teman THP angkatan 47 lainnya yang banyak membantu penulis moril dan materil.

5) Fauzan Mulya Adiputra atas bantuan, perhatian, dukungan, doa, dan

kesabarannya selama ini.

6) Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas segala bentuk kesalahan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 7 Mei 2014

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Manfaat Penelitian ... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

METODE PENELITIAN ... 2

Bahan... 2

Alat ... 3

Prosedur Penelitian... 3

Analisis Proksimat ... 3

Analisis Asam Amino (AOAC 2005 nomor 999.12) ... 5

Analisis Jaringan (Angka et al. 1990) ... 6

Rancangan Percobaan ... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

Morfometrik Baby fish ikan mas (C. carpio) ... 8

Komposisi Kimia Baby Fish Ikan Mas (C. carpio) ... 9

Kadar Air ... 10

Kadar Abu ... 10

Kadar Lemak ... 10

Kadar Protein ... 11

Kadar Karbohidrat ... 11

Kandungan Asam Amino Baby Fish Ikan Mas (C. carpio) ... 12

Histologi Baby Fish Ikan Mas (C. carpio) ... 14

KESIMPULAN DAN SARAN ... 16

Kesimpulan ... 16

Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 17

LAMPIRAN ... 20

(16)

DAFTAR TABEL

1 Bobot dan morfometrik baby fish ikan mas (C. carpio) ... 9

2 Komposisi kimia baby fish ikan mas (C. carpio) ... 10

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir prosedur penelitian ... 3

2 C. carpio ... 9

3 Kandungan asam amino non-esensial baby fish ikan mas (C. carpio). ... 13

4 Kandungan asam amino esensial baby fish ikan mas (C. carpio). ... 13

5 Penampang melintang tubuh baby fish ikan mas (C. Carpio) ... 14

6 Penampang melintang pencernaan baby fish ikan mas (C. Carpio). ... 15

7 Penampang melintang otot baby fish ikan mas (C. Carpio) ... 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Contoh perhitungan data ... 20

2 Hasil analisis statistik komposisi kimia baby fish ikan mas (C. carpio) ... 24

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan mas merupakan salah satu komoditi budidaya perikanan di Indonesia. Produksi budidaya ikan mas tercatat sebesar 242.322 ton pada tahun 2008. Volume produksi ini terus mengalami peningkatan hingga mencapai 282.695 ton pada tahun 2010. Volume produksi ikan mas dari kegiatan budidaya di Indonesia diperkirakan masih akan mengalami peningkatan pada tahun 2011 dengan rata-rata peningkatan sebesar 11,81% (KKP 2012).

Produksi ikan mas yang besar melalui kegiatan budidaya kolam ini berpotensi menjadi bahan baku industri perikanan terutama dibidang pangan. Ikan mas sebagai bahan pangan atau lauk pauk di Indonesia sudah sangat dikenal dan telah diolah menjadi berbagai jenis produk. Olahan ikan mas yang beragam ini mulai dari olahan tradisional, misal bekasam, ikan mas goreng hingga baby fish atau ikan mas balita goreng.

Olahan baby fish atau ikan balita sangat populer di daerah Jawa Barat, di sepanjang jalan lintas antara Bogor dan Bandung melalui daerah Cianjur atau daerah Purwakarta akan mudah ditemui restoran yang menawarkan menu ikan balita goreng. Tidak hanya di restoran pinggir jalan, menu olahan ikan balita juga dapat ditemui di hotel-hotel berbintang terutama di daerah Bogor dan Jakarta. Popularitas menu ikan balita goreng di daerah Jawa Barat sekarang ini juga menjadikannya sebagai salah satu produk oleh-oleh yang diproduksi dalam berbagai macam rasa dengan kemasan yang menarik (Amri dan Khairuman 2007). Popularitas produk pangan olahan baby fish ikan mas sekarang ini belum disertai dengan informasi gizi yang cukup. Ikan mas memang sudah lama dikenal sebagai pangan dengan kandungan protein yang tinggi. Kandungan protein kasar pada beberapa strain ikan mas bahkan ditemukan berkisar antara 59,44% sampai dengan 60,75% (Dewantoro 2001). Komposisi kimia ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor selain perbedaan spesies, diantaranya umur ikan tersebut (Irianto dan Soesilo 2007). Analisis mengenai jenis dan jumlah asam amino pada baby fish ikan mas belum dilakukan, oleh karena itu perlu dilakukan untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan.

Perumusan Masalah

Penelitian dan informasi mengenai komposisi kimia baby fish masih terbatas, padahal olahan baby fish sekarang ini semakin populer, terutama di daerah Jawa Barat. Penelitian yang menghasilkan data mengenai komposisi kimia baby fish ikan mas oleh karena itu perlu dilakukan.

Tujuan Penelitian

(18)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi bagi masyarakat serta sebagai data untuk keperluan pengembangan pendidikan dan penelitian.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengambilan contoh, analisis komposisi kimia, analisis asam amino, analisis jaringan, analisis data, serta penulisan laporan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai Januari 2014. Preparasi dan penentuan ciri-ciri morfometrik dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan preparat jaringan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis jaringan dilakukan di Laboratorium Terpadu, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, dan analisis asam amino dilakukan di Laboratorium Terpadu, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah baby fish ikan mas (Cyprinus carpio) umur panen tiga, lima, dan tujuh minggu. Baby fish ikan mas atau ikan mas balita yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kolam ikan budidaya di Purwakarta, Jawa Barat. Kolam yang digunakan dalam pembudidayaan ini adalah kolam beton yang diberi hapa. Pakan yang digunakan hingga hari ke-10 setelah induk memijah berupa pakan alami, selanjutnya digunakan pelet giling berkadar protein sekitar 40% yang diberikan sebanyak tiga kali sehari. Baby fish ditransportasikan hidup dari Purwakarta menggunakan sistem transportasi basah tertutup.

(19)

3

Alat

Alat yang digunakan pada penentuan ciri-ciri morfometrik adalah mistar ukur dan neraca digital. Alat yang digunakan dalam pembuatan preparat dan analisis jaringan adalah mikrotom putar Yamoto RV-240, mikroskop cahaya Olympus CX41 dan kamera Olympus DP21. Analisis proksimat menggunakan blender, plastik, neraca digital, cawan porselen, oven, desikator, tabung reaksi, gelas erlenmeyer, tabung kjeldahl, tabung sokhlet, pemanas, destilator, buret, dan tanur. Alat yang digunakan dalam analisis asam amino adalah oven, syringe, pipet mikro, neraca digital, labu erlenmeyer, evaporator, mortar, kaca masir, kertas saring milipore, dan High Performance Liquid Chromatrography (HPLC) Shimadzu RF 20A.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah penentuan morfometrik baby fish ikan mas (C. carpio) pada berbagai umur panen yang meliputi pengukuran bobot, panjang total dan tinggi badan serta preparasi sampel dengan cara melumatkan baby fish ikan mas (C. carpio) utuh hingga homogen. Tahap selanjutnya adalah sampel dibagi menjadi tiga bagian yaitu untuk analisis jaringan, proksimat, dan asam amino yang terdapat pada baby fish ikan mas (C. carpio) pada berbagai umur panen. Diagram alir prosedur penelitian disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian

Analisis Proksimat

(20)

4

1) Analisis Kadar Air (AOAC 2005 nomor 985.14)

Penentuan kadar air didasarkan pada berat sampel sebelum dan sesudah dikeringkan. Cawan kosong dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 °C, lalu dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang. Sampel sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam cawan lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 °C selama 8 jam, dibiarkan hingga suhu ruang. Kemudian cawan beserta isinya dimasukkan ke dalam desikator kembali dan selanjutnya ditimbang. Kadar air ditentukan dengan persamaan:

2) Analisis Kadar Abu (AOAC 2005 nomor 920.153)

Cawan dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105 °C, lalu dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang. Sampel sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam cawan, kemudian dibakar sampai tidak berasap lagi, dan dimasukkan ke dalam tanur pengabuan bersuhu 600 °C selama 2 jam. Cawan kemudian dimasukkan ke dalam desikator hingga suhu ruang, kemudian ditimbang. Kadar abu ditentukan dengan persamaan:

Kadar abu = d

3) Analisis Kadar Lemak (AOAC 2005 nomor 985.15)

(21)

5

Kadar lemak = W3-W2

W1 x 100%

Keterangan : W1 = bobot sampel (gram) W2 = bobot labu lemak (gram)

W3 = Bobot labu lemak dengan lemak (gram)

4) Analisis Kadar Protein (AOAC 2005 nomor 981.10)

Analisis kadar protein dilakukan dengan metode mikro Kjeldahl. Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 gram serta 0,25 gram tablet kjeltab selenium dan 3 mL H2SO4 pekat dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL. Sampel didestruksi pada suhu 410 oC selama kurang lebih 1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke dalam labu Kjeldahl ditambahkan 50 mL akuades dan 20 mL NaOH 40%, kemudian didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 mL yang berisi campuran 10 mL asam borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes indikator bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda. Setelah volume destilat mencapai 10 mL dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Destilat selanjutnya dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Volume HCl terpakai dalam titrasi dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti sampel. Kadar protein dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Kadar protein = bobot sampel g x 1000 a-b x N HCl x 14 x FK x 100%

Keterangan: a = volume titran sampel (mL) b = volume titran blanko = 0 mL N HCl = 0,1 N

FK = faktor konversi = 6,25

5) Analisis Kadar Karbohidrat

Kadar karbohidrat didapatkan dengan cara by difference. Kadar karbohidrat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Kadar karbohidrat = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak + kadar protein)

Analisis Asam Amino (AOAC 2005 nomor 999.12)

Komposisi asam amino ditentukan menggunakan HPLC Shimadzu RF 20A. Analisis asam amino dengan HPLC terdiri atas empat tahap, yaitu (1) pembuatan hidrolisat protein; (2) pengeringan; (3) derivatisasi; dan (4) injeksi serta analisis asam amino.

1) Tahap pembuatan hidrolisat protein

(22)

6

2) Tahap pengeringan

Sampel yang telah dihidrolisis dipindahkan isinya ke dalam labu evaporator 50 mL dan dibilas dengan 2 mL HCl 0,01 N. Sampel dan cairan bilasan kemudian disaring dengan kaca masir dan dimasukkan ke dalam labu evaporator. Sampel selanjutnya dikeringkan menggunakan rotary evaporator selama 15-30 menit pada suhu 70 °C. Sampel yang sudah kering ditambah dengan 5 mL HCl 0,01 N kemudian disaring dengan mikrofilter berukuran 0,45 μm.

3) Tahap derivatisasi

Larutan derivatisasi dibuat dengan menambahkan buffer kalium borat 1 M pH 10,4 pada sampel dengan perbandingan 1:1. Sebanyak 50 μL larutan sampel dan buffer dimasukkan ke dalam vial kemudian ditambah 250 μL pereaksi OPA. Larutan pereaksi OPA dibuat dengan cara melarutkan 50 mg OPA ke dalam 4 mL metanol absolut, kemudian ditambah 0,025 mL merkaptoetanol, larutan brij-30 30% sebanyak 0,05 mL dan buffer kalium borat 1 M pH 10,4 sebanyak 1 mL.

4) Injeksi ke HPLC

Larutan diinjeksikan sebanyak 5 μL ke dalam HPLC. Pemisahan asam amino dilakukan selama 30 menit. Perhitungan konsentrasi asam amino yang ada pada bahan dilakukan dengan membandingkan kromatogram-kromatogram standar dan asam amino sampel. Kandungan asam amino dalam 100 gram bahan dapat dihitung dengan rumus :

µmol asam amino = luas area sampel

luas area standar x C x FP

Keterangan : C = Konsentrasi standar asam amino FP = Faktor pengenceran

Kadar asam amino = µmol asam amino x Mr asam amino

µg sampel x 100%

Kondisi alat HPLC saat dilakukannya analisis asam amino adalah sebagai berikut:

Kolom : Ultra techspere

Fase mobil : Buffer Na-asetat dan metanol 95% dengan gradien Laju alir fase mobil : 1 mL/menit

Detektor : Fluoresensi Panjang gelombang : 350-450 nm

Analisis Jaringan (Angka et al. 1990)

Pengamatan jaringan baby fish ikan mas diawali dengan pembuatan preparat sebelum dilakukan pengambilan gambar obyek dengan mikroskop. Pembuatan preparat dilakukan dengan metode parafin. Tahap pembuatan preparat meliputi fiksasi, dehidrasi, clearing, impregnasi, embedding, blocking, trimming, pemotongan jaringan, pewarnaan, serta perekatan jaringan menggunakan mounting agent.

(23)

7

sampel dalam alkohol pada suhu ruang dengan alkohol secara berurutan yaitu alkohol 70% selama 24 jam, alkohol 80% selama 2 jam, alkohol 90% selama 2 jam, alkohol 95% selama 2 jam, alkohol 95% selama 2 jam, alkohol 95% selama 2 jam, dan alkohol 100% selama 12 jam.

Proses clearing dimulai dari perendaman sampel dalam clearing agent. Clearing agent berupa alkohol:xilol (1:1) kemudian diganti dengan xilol sebanyak tiga kali pengulangan. Tahap impregnasi adalah perendaman sampel ke dalam xilol:parafin (1:1) dalam gelas. Embedding adalah perendaman sampel di dalam parafin cair sebanyak tiga kali pengulangan. Tahap impregnasi dan embedding berlangsung di dalam oven pada suhu 60 oC.

Sampel kemudian di blok dengan parafin cair yang kemudian dibekukan dalam cetakan berukuran 2x2x2 cm3. Setelah parafin beku dengan sempurna, blok parafin dikeluarkan dari cetakan lalu ditrimming menggunakan silet. Pemotongan jaringan setebal 4 μm dilakukan menggunakan mikrotom putar. Pita-pita parafin yang terbentuk kemudian diletakkan di permukaan air hangat. Pita-pita parafin kemudian direkatkan pada gelas obyek dan dibiarkan hingga mengering.

Proses pewarnaan dilakukan menggunakan hematoksilin dan eosin. Pewarnaan diawali dengan perendamaan gelas obyek ke dalam xilol sebanyak dua kali pengulangan, dilanjutkan perendaman dalam alkohol berseri (100%, 95%, 90%, 80%, 70%, dan 50%) masing-masing selama 2 menit. Setelah itu, obyek dibilas dua kali dengan akuades. Obyek kemudian dimasukkan ke dalam pewarna hematoksilin dan dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kelebihan zat warna yang tidak diserap. Obyek direndam kembali dalam pewarna eosin dan dicuci kembali dengan akuades. Preparat jaringan kemudian direndam dalam alkohol berseri (100%, 95%, 90%, 80%, 70%, dan 50%) masing-masing selama 2 menit, dan xilol sebanyak dua kali pengulangan. Proses selanjutnya adalah penutupan gelas obyek dengan pemberian mounting agent atau Canada Balsam. Pengamatan preparat awetan dilakukan dengan mikroskop cahaya Olympus CX41 dan difoto menggunakan kamera Olympus DP21.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Data dianalisis dengan ANOVA (Analysis Of Varians) dengan formulasi Steel dan Torrie (1993). Model rancangan yang digunakan adalah:

Yij = μ + τi + εij

Keterangan:

Yij = nilai pengamatan pada taraf ke-i ulangan ke-j μ = nilai tengah atau rataan umum pengamatan τi = pengaruh perbedaan umur panen pada taraf ke-i

(i = 3 minggu, 5 minggu, 7 minggu)

(24)

8

Hipotesis rancangan acak lengkap pengaruh perbedaan umur panen terhadap komposisi kimia baby fish ikan mas (C. carpio) adalah sebagai berikut:

H0: perbedaan umur panen tidak mempengaruhi komposisi kimia baby fish ikan mas (C. carpio)

H1: perbedaan umur panen mempengaruhi komposisi kimia baby fish ikan mas (C. carpio)

Hipotesis rancangan acak lengkap pengaruh perbedaan umur panen terhadap kandungan asam amino baby fish ikan mas (C. Carpio) adalah sebagai berikut:

H0: perbedaan umur panen tidak mempengaruhi kandungan asam amino baby fish ikan mas (C. carpio)

H1: perbedaan umur panen mempengaruhi kandungan asam amino baby fish ikan mas (C. carpio)

Jika hasil dari pengujian menunjukkan adanya pengaruh pada selang 95% (α=0,05) maka dilakukan uji lanjut Duncan. Rumus uji Duncan adalah:

Duncan = tα/2;dbs 2KTS r

Keterangan:

dbs = derajat bebas sisa KTS = kuadrat tengah sisa r = banyaknya ulangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfometrik Baby fish ikan mas (C. carpio)

(25)

9

(a) (b)

(c)

Gambar 2 C. Carpio. (a) umur panen 3 minggu, (b) umur panen 5 minggu, (c) umur panen 7 minggu.

Baby fish dari ketiga kelompok umur panen memiliki dimensi tubuh yang berbeda-beda. Hasil pengukuran bobot dan ciri-ciri morfometrik baby fish ikan mas disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Bobot dan morfometrik baby fish ikan mas (C. carpio) Parameter 3 minggu 5 minggu 7 minggu Bobot (gram) 0,3 ± 0,1 0,5 ± 0,1 2,0 ± 0,2 Panjang total (cm) 2,8 ± 0,3 3,3 ± 0,1 5,1 ± 0,3 Tinggi (cm) 0,7 ± 0,1 0,9 ± 0,1 1,5 ±0,1

Produk olahan baby fish menggunakan bahan baku ikan berukuran 3-5 cm dan 5-8 cm, ikan berukuran 1-3 cm dianggap terlalu kecil, sedangkan ikan berukuran 8-12 cm dipelihara lebih lanjut untuk dijadikan calon induk atau ikan konsumsi dewasa (Amri dan Khairuman 2007). Tabel 1 menunjukkan ikan mas yang memenuhi kriteria ukuran baby fish sebagai bahan produk olahan adalah ikan mas berumur panen lima dan tujuh minggu.

Komposisi Kimia Baby Fish Ikan Mas (C. carpio)

(26)

10

analisis statistik pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa perbedaan umur panen mempengaruhi kadar air, abu, lemak, dan protein baby fish (P<0,05).

Tabel 2 Komposisi kimia baby fish ikan mas (C. carpio)

Parameter 3 minggu 5 minggu 7 minggu Dewasa*

Tabel 2 menunjukkan kadar air baby fish yang bervariasi dan dipengaruhi oleh perbedaan umur panen (P<0,05), namun secara umum cenderung lebih tinggi daripada kadar air ikan mas dewasa. Kadar air ikan mas dewasa dalam penelitian Jabeen dan Chaudhry (2011) sebesar 79,08%. Penurunan kadar air terjadi seiring dengan peningkatan bobot tubuh, misal pada Hypophthalmichthys molitrix hasil kegiatan budidaya ataupun yang hidup liar di alam (Ashraf et al. 2011).

Salam et al. (2001) menyatakan panjang total tubuh ikan berbanding lurus dengan kandungan bahan organik di dalam tubuh ikan, sedangkan kandungan bahan organik akan berbading terbalik dengan kadar airnya. Pertambahan ukuran tubuh ikan akan menyebabkan penurunan kadar air, karena semakin bertambahnya kandungan bahan organik di dalam tubuh ikan.

Kadar Abu

Kadar abu basis kering baby fish ikan mas dalam penelitian ini meningkat signifikan dengan pertambahan umur panen (Lampiran 2). Kadar abu Salvelinus namaycush, Salvalinus fontinalis, dan hybrid dari keduanya diketahui juga meningkat selama 16 minggu pemeliharaan (Gunther et al. 2005). Kadar abu ikan mas dewasa tetapi cenderung lebih kecil dari kadar abu baby fish tersebut. Kadar abu ikan mas dewasa sebesar 7,91% (bk) (Jabeen dan Chaudhry 2011). Kadar abu yang lebih tinggi pada baby fish disebabkan oleh adanya laju pertumbuhan tulang yang tinggi, sedangkan pada ikan dewasa pertumbuhan jaringan lain terjadi lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan tulang (Rasmussen dan Ostenfeld 2000).

Kadar Lemak

(27)

11 dewasa dalam penelitian Jabeen dan Chaudhry (2011) sebesar 13,99% (bk). Kadar lemak sebagai salah satu bahan organik penyusun tubuh seharusnya meningkat seiring dengan pertambahan ukuran tubuh ikan (Salam et al. 2001). Hal ini dapat dipengaruhi oleh keseimbagan kandungan pakan baby fish, ketidakcukupan kandungan lisina dan metionina dalam pakan diketahui dapat menyebabkan penurunan kadar lemak ikan (Yang et al. 2010).

Kadar Protein

Kadar protein baby fish ikan mas pada umur panen tiga minggu, lima minggu, dan tujuh minggu berturut-turut sebesar 63,68% (bk), 64,38% (bk), dan 68,88% (bk). Hasil analisis statistik pada Lampiran 2 menunjukkan kadar protein baby fish meningkat secara signifikan dari umur panen lima minggu ke tujuh minggu. Kadar protein baby fish juga relatif lebih tinggi dari kadar protein ikan mas dewasa. Kadar protein ikan mas dewasa dalam penelitian Jabeen dan Chaudhry (2011) sebesar 53,59% (bk).

Rubbi et al. (1984) menyatakan juvenil ikan mengandung lebih banyak protein tetapi lebih sedikit lemak daripada ikan dewasa. Ikan juvenil mengkonversi sebagian besar pakan menjadi sel-sel baru yang terutama terdiri atas protein. Laju anabolisme protein ikan juvenil oleh karena itu lebih tinggi dari ikan dewasa. Selain itu, ikan dewasa dapat menggunakan protein otot sebagai sumber energi untuk perkembangan atau untuk bertahan pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (Vieira et al. 2012).

Kadar Karbohidrat

(28)

12

Kandungan Asam Amino Baby Fish Ikan Mas (C. carpio)

Baby fish ikan mas pada berbagai umur panen mengandung enam jenis asam amino non-esensial dan sembilan jenis asam amino esensial. Asam amino non-esensial yang terkandung, yaitu alanina, aspartat, glutamat, glisina, serina, dan tirosina. Kandungan sembilan asam amino esensial, yaitu arginina, fenilalanina, histidina, leusina, isoleusina, lisina, metionina, treonina, dan valina. Contoh perhitungan analisis asam amino dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hasil analisis statistik pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa perbedaan umur panen mempengaruhi kandungan total asam amino baby fish ikan mas (P<0,05). Kandungan total asam amino pada baby fish ikan mas meningkat dari umur panen tiga minggu ke lima minggu dan meningkat signifikan dari umur panen lima minggu ke tujuh minggu (Lampiran 3). Baby fish umur tiga minggu, lima minggu, dan tujuh minggu mengandung total asam amino berturut-turut sebebar 45,69%, 46,58%, dan 60,46%. Dengan kata lain, terjadi peningkatan kandungan total asam amino baby fish dari umur panen tiga minggu ke lima minggu sebesar 1,95% dan dari umur panen lima minggu ke tujuh minggu sebesar 29,80%. Peningkatan kandungan total asam amino sebesar 32,33% terjadi pada baby fish ikan mas dari umur panen tiga minggu ke tujuh minggu.

Laju konsumsi pakan ikan akan meningkat dengan peningkatan umur dan ukuran ikan sedangkan kebutuhan protein tubuhnya relatif akan menurun (Yamamoto et al. 2005). Ketersediaan pakan buatan memungkinkan ikan makan lebih banyak tanpa menghabiskan energi untuk menangkap mangsa terlebih dahulu, sehingga kebutuhan asam amino untuk pertumbuhan dapat dipenuhi (Saavedra et al. 2006), oleh karena itu memungkinkan untuk terjadinya peningkatan kandungan total asam amino. Kandungan total asam amino baby fish ikan mas pada setiap umur panen akan tetapi masih cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kandungan total asam amino pada ikan mas dewasa. Kandungan total asam amino ikan mas dewasa sebesar 94,1% (Fu et al. 2000).

Asam amino glutamat merupakan asam amino dengan kandungan tertinggi pada setiap umur panen baby fish. Kadar asam amino glutamat baby fish dipengaruhi oleh perbedaan umur panennya (P<0,05). Asam amino dengan kandungan terendah pada setiap umur panen baby fish adalah histidina dan metionina. Hasil analisis statistik pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa perbedaan umur panen tidak mempengaruhi kandungan asam amino histidina (P>0,05) namun mempengaruhi kandungan asam amino metionina (P<0,05).

(29)

13

Profil asam amino baby fish ikan mas per 100 gram bobot kering sampel pada berbagai umur panen yang merupakan rata-rata dari hasil tiga ulangan analisis dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3 Kandungan asam amino non-esensial baby fish ikan mas (C. carpio)

Alanina Aspartat Glutamat Glisina Serina Tirosina

(30)

14

Asam-asam amino tertentu misal glisina, isoleusina, lisina dan metionina mengalami penurunan kadar pada umur panen baby fish lima minggu. Kandungan asam-asam amino baby fish yang teranalisis secara umum mengalami peningkatan dengan meningkatnya kandungan total asam amino. Komposisi dan kandungan asam amino tubuh hewan sangat dipengaruhi oleh kandungan protein dan asam amino pakan (Yamamoto et al. 2005). Penurunan kandungan asam-asam amino tertentu pada baby fish oleh karena itu dapat terjadi karena ketidakseimbangan komposisi asam amino pada pakannya.

Asam amino lisina dan metionina merupakan asam amino yang penting bagi pertumbuhan dan metabolisme optimal pada ikan. Ikan yang diberi lisina dan metionina melalui pakannya rata-rata memiliki bobot tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan tanpa asam-asam amino tersebut (Yang et al. 2010; Lou et al. 2005). Kandungan lisina dan metionina pada pakan selain mempengaruhi bobot tubuh juga mempengaruhi kandungan asam amino pada tubuh ikan. Ikan yang diberi pakan dengan kandungan metionina yang lebih tinggi cenderung mengandung lebih banyak asam amino metionina pada dagingnya (Lou et al. 2005). Pengaruh yang sama juga terjadi pada ikan yang diberi pakan dengan kandungan lisina yang tinggi (Yamamoto et al. 2005).

Histologi Baby Fish Ikan Mas (C. carpio)

Potongan melintang tubuh baby fish ikan mas pada bagian posterior menunjukkan adanya kulit atau jaringan epitel, otot putih, otot merah, notochord bervakuola, centrum, saluran syaraf tulang belakang atau spinal cord, neural, dan arteri dorsal. Menurut Kunz (2004) kulit pada ikan tersusun atas satu atau lebih lapisan epidermis, yang mengadung sel penghasil mukus dan kromatofor, serta lapisan dermis. Notochord baby fish ikan mas terlihat bervakuola. Vakuola-vakuola pada notochord ini berfungsi sebagai saluran sitoplasma (Kunz 2004). Hasil pengamatan jaringan tubuh baby fish ikan mas disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5 Penampang melintang tubuh baby fish ikan mas (C. Carpio) (10x10). a: otot putih; b: spinal cord; c: sel-sel bervakuola; d: centrum; e: arteri dorsal; f: notochord; g: neural; h: otot merah; i: epitel

(31)

15

(a)

(b) (c)

Gambar 6 Penampang melintang pencernaan baby fish ikan mas (C. Carpio). (a) umur panen 3 minggu (10x10), (b) umur panen 5 minggu (40x10), (c) umur panen 7 minggu (40x10).

Struktur pencernaan baby fish ikan mas dengan umur panen tiga minggu tampak sedikit berbeda dari baby fish berumur panen lima minggu. Gambar 6 menunjukkan baby fish berumur panen lima minggu memiliki lebih banyak goblet cell atau sel penghasil mukus dan enterocyte cell atau sel penyerap pada ususnya. Herrera et al. (2010) dalam penelitiannya menemukan sel penghasil mukus muncul pertama kali dan terus bertambah jumlahnya sejak ikan mulai makan pakan dari luar. Pertambahan jumlah dan diferensisasi sel penyerap juga terjadi seiring dengan pertambahan umur pada ikan (Wallace et al. 2005).

Myomer pada baby fish ikan mas dalam Gambar 7 semakin rapat dengan pertambahan umur panen. Myomer yang semakin rapat ini disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran myomer seiring dengan pertambahan ukuran tubuh ikan (Stoiber et al. 2002; dos Santos et al. 2012). Myomer, lebih dari setengah bagiannya, tersusun atas protein miofibril, sehingga peningkatan ukuran myomer berarti pertambahan kandungan total protein pada tubuh ikan (Mommsen 2001).

goblet cell small intestine

villi

(32)

16

(a) (b)

(c)

Gambar 7 Penampang melintang otot baby fish ikan mas (C. Carpio) (40x10). (a) umur panen 3 minggu, (b) umur panen 5 minggu, (c) umur panen 7 minggu.

Gambar 7 selain itu menunjukkan baby fish ikan mas pada umur panen yang lebih muda memiliki lebih banyak kerusakan pada preparat awetannya. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses fiksasi dan dehidrasi yang dilakukan dalam pembuatan preparat. Fiksasi dengan larutan formaldehida, misal BNF 10% yang digunakan dalam penelitian ini, dapat menyebabkan perubahan ukuran dan bentuk dari struktur awetan. Fiksasi dengan larutan formaldehida juga cenderung merusak struktur yang tidak stabil (Pawley 2006).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kandungan asam amino baby fish ikan mas dipengaruhi oleh perbedaan umur panen (P<0,05). Kandungan total asam amino baby fish meningkat signifikan dengan bertambahnya umur panen. Asam amino glisina, isoleusina, lisina dan metionina mengalami penurunan kadar pada baby fish berumur panen lima minggu. Asam amino dengan kandungan tertinggi pada setiap umur panen baby fish adalah glutamat, sedangkan histidina dan metionina adalah asam amino dengan kandungan terendah pada setiap umur panen baby fish.

(33)

17

Jaringan baby fish pada berbagai umur panen cenderung menunjukkan perbedaan. Myomer baby fish terlihat berkembang seiring dengan pertambahan umur panennya. Pencernaan baby fish ikan mas dengan umur panen yang lebih tua memiliki lebih banyak sel penghasil mukus dan sel penyerap. Baby fish ikan mas dengan umur panen yang lebih tua juga memiliki jaringan yang cenderung lebih stabil.

Saran

Saran yang dapat diberikan, yaitu:

1) Penggunaan metode lain dalam analisis asam amino dengan HPLC, misal hidrolisis basa dan derivatisasi pascakolom.

2) Penggunaan bahan fiksasi lain, misal larutan Bouin.

3) Penelitian mengenai kandungan asam amino bebas baby fish ikan mas. 4) Penelitian lebih lanjut mengenai kandungan protein larut air dan protein

larut garam baby fish ikan mas.

DAFTAR PUSTAKA

Amri K, Khairuman. 2007. Peluang Bisnis dan Teknik Produksi Massal Ikan Balita. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. hlm 2-13.

Angka SL, Mokoginta I, Hamid H. 1990. Anatomi dan Histologi Banding beberapa Ikan Air Tawar yang Dibudidayakan di Indonesia. Bogor (ID): Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Institut Pertanian Bogor. hlm 17-27.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington (US): The Association of Official Analytical Chemist, Inc.

Aragão C, Conceição LEC, Fyhn H, Dinis MT. 2004. Estimated amino acid requirements during early ontogeny in fish with different life styles: gilthead seabream (Sparus aurata) and Senegalese sole (Solea senegalensis). Aquaculture. 242:589-605. doi:10.1016/j.aquaculture.2004. 09.015

Ashraf M, Zafar A, Rauf A, Mehboob S, Qureshi NA. 2011. Nutritional values of wild and cultivated silver carp (Hypophthalmichthys molitrix) and grass carp (Ctenopharyngodon idella). International Journal of Agriculture dan Biology. 13(2):210-214.

Dewantoro E. 2001. Rasio RNA/DNA, karakter morfometrik, dan komposisi daging ikan mas (Cyprinus carpio L.) strain sinyonya, karper kaca, dan hibridanya. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

(34)

18

[FAO Fisheries and Aquaculture Department] Fisheries and Aquaculture Department of Food and Agriculture Oorganization. 2013. Cultured aquatic species information programme: Cyprinus carpio [internet]. [diacu 2014 Februari 6]. Tersedia dari: http://www.fao.org/fishery/culturedspecie s/Cyprinus_carpio/en.

Fu C, Cui Y, Hung SSO, Zhu Z. 2000. Whole-body amino acid pattern of F4 human growth hormone gene-transgenic red common carp (Cyprinus carpio) fed diets with different protein levels. Aquaculture. 189:287-292. doi:10.1016/S0044-8486(00)00381-1.

Gunther SJ, Moccia RD, Bureau DP. 2005. Growth and whole body composition of lake trout (Salvelinus namaycush), brook trout (Salvelinus fontinalis) and their hybrid, F1 splake (Salvelinus namaycush x Salvelinus fontinalis), from first-feeding to 16 weeks post first-feeding. Aquaculture. 249:195-204. doi:10.1016/j.aquaculture.2005.03.027.

Herrera M, Hachero-Cruzado I, Naranjo A, Mancera JM. 2010. Organogenesis and histological development of the wedge sole Dicologoglossa cuneata M. larva with special reference to the digestive system. Rev Fish Biol Fisheries. 20:489-497. doi:10.1007/s11160-010-9161-y.

Irianto HE, Soesilo I. 2007. Dukungan teknologi penyediaan produk perikanan. Di dalam: Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia; 2007 November 21; Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor, Indonesia.

Jabeen F, Chaudhry AS. 2011. Chemical composition and fatty acid profiles of three freshwater fish species. Food Chemistry. 125:991-996. doi:10.1016/j.foodchem.2010.09.103.

[KKP] Kementerian Perikanan dan Kelautan. 2012. Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2011. Jakarta (ID): Pusat Data Statistik dan Informasi. hlm. 30.

Kunz YW. 2004. Developmental Biology of Teleost Fishes. Dordrecht (NL): Springer. p 226-279.

Lou Z, Liu Y, Mai K, Tian L, Yang H, Tan X, Liu D. 2005. Dietary L-methionine requirement of juvenile grouper Epinephelus coioides at a constant dietary cystine level. Aquaculture. 249:409-418. doi:10.1016/j.aquaculture.2005. 04.030.

Mommsen TP. 2001. Paradigms of growth in fish. Comparative Biochemistry and Physiology Part B. 129:207-219. doi:10.1016/S1096-4959(01)00312-8. Oduor-Odote PM, Kazungu JM. 2008. The body composition of low value fish

and their preparation into a higher value snack food. Western Indian Ocean J. Mar. Sci. 7(1):111-117. doi:10.4314%2Fwiojms.v7i1.48271. Pawley J, editor. 2006. Handbook of Biological Confocal Microscopy. New York

(US): Springer Science+Business Media, LLC.

Rasmussen RS, Ostenfeld TH. 2000. Effect of growth rate on quality traits and feed utilisation of rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) and brook trout (Salvelinus fontinalis). Aquaculture. 184:327-337. doi:10.1016/S0044-8486(99)00324-5.

(35)

19

Symposium; 1984 October 23-26; Royal Melbourne Institute of Technology, Melbourne, Australia.

Saavedra M, Conceição LEC, Pousão-Ferreira P, Dinis MT. 2006. Amino acid profiles of Diplodus sargus (L., 1758) larvae: implication for feed formulation. Aquaculture. 261:587-593. doi:10.1016/j.aquaculture.2006. 08.016.

Salam A, Ali M, Anas M. 2001. Body composition of Oreochromis mossambicus in relation to body size and condition factor. Journal of Research (Science), Bahauddin Zakariya University, Multan, Pakistan. 12(1):89-96. Santos VB, Martins TR, Freitas RTF. 2012. Body composition of Nile tilapias

(Oreochromis niloticus) in different length classes. Ciência Animal Brasileira. 13(4):396-405.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Ed ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 553-556. Stoiber W, Haslett JR, Wenk R, Steinbacher P, Gollmann H, Sänger AM. 2002.

Cellularity changes in developing red and white fish muscle at different temperatures: simulating natural environmental conditions for a temperate freshwater cyprinid. The Journal of Experimental Biology. 205:2349-2364. Vieira VARO, Hilsdorf AWS, Moreira RG. 2012. The fatty acid profiles and

energetic substrates of two nile tilapia (Oreochromis niloticus, Linnaeus) starins, Red-Stirling and Chitralada, and their hybrid. Aquaculture Reasearch. 43:565-576. doi:10.1111/j.1365-2109.2011.02862.x.

Wallace KN, Akhter S, Smith EM, Lorent K, Pack M. 2005. Intestinal growth and differentiation in zebrafish. Mechanisms of Development. 122:157-173. doi:10.1016/j.mod.2004.10.009.

Yamamoto T, Sugita T, Furuita H. 2005. Essential amino acid supplementation to fish meal-based diets with low protein to energy ratios improves the protein utilization in juvenile rainbow trout Oncorhynchus mykiss. Aquaculture. 246: 379-391. doi:10.1016/j.aquaculture.2005.02.013.

Yang HJ, Liu YJ, Tian LX, Liang GY, Lin HR. 2010. Effects of supplemental lysine and methionine on growth performance and body composition for grass carp (Ctenopharyngodon idella). American Journal of Agricultural and Biological Sciences. 5(2):222-227. doi:10.3844/ajabssp.2010.222.227. Zhao GQ, Zhang Y, Hoon MA, Chandrashekar J, Erlenbach I, Ryba NJP, Zuker

(36)

20

Lampiran 1 Contoh perhitungan data

a. Komposisi kimia

1) Kadar air

bobot cawan = 31,2759 g bobot cawan dan sampel = 31,6626 g bobot sampel = 2,0156 g bobot sampel kering = 0,3867 g

Kadar air = bobot sampel-bobot sampel kering

bobot sampel x 100%

= 2,0156-0,3867

2,0156 x 100%

= 80,8146%

2) Kadar abu

bobot cawan = 27,0851 g bobot cawan dan sampel = 27,1178 g bobot sampel = 1,9861 g bobot abu = 0,0327 g

Kadar abu (BB) = bobot abu

bobot sampel x 100%

= 0,00327

1,9861x 100%

= 1,6464%

Kadar abu (BK) = kadar abu (BB)

100- kadar air x 100%

= 1,6464

100-80,8146x 100%

(37)

21

bobot sampel x 1000 x faktor koreksi alat x 100%

= 6,75-0x 0,11 x 14 x 6,25 0,2143 x 1000 x

2

5 x 100%

= 12,1267%

Kadar protein (BK) = kadar protein (BB)

100- kadar air x 100%

= 12,1267

100-80,8146x 100%

(38)

22

5) Kadar karbohidrat

a = kadar air = 80,8146% b = kadar abu (BB) = 1,6464% c = kadar lemak (BB) = 4,2784% d = kadar protein (BB) = 12,1267%

Kadar karbohidrat (BB) = 100%-(a+b+c+d)

= 100%- 80,8146+1,6464+4,2784+12,1267 % = 1,1339%

Kadar karbohidrat (BK) = kadar karbohidrat(BB)

100- kadar air x 100%

= 1,1339

100-80,8146x 100%

= 22,3004%

b. Komposisi asam amino

Asam amino A

Mr A = 133,1

µg sampel = 21000 µg

luas area sampel = 43708566 luas area standar = 29427525 C = konsentrasi standar asam amino = 0,5 µmol/mL FP = Faktor pengenceran = 10 mL

µmol asam amino = luas area sampel

luas area standar x C x FP

= 43708566

29427525 x 0,5 x 10

= 7,4265 µmol

Kadar asam amino A = µmol asam amino x Mr asam amino

µg sampel x 100%

= 7,4265 x 133,1

21000 x 100%

(39)

23

c. Persentase peningkatan kadar asam amino

k0 = Kadar asam amino baby fish 3 minggu = 45,69% k1 = Kadar asam amino baby fish 7 minggu = 60,46%

Persentase peningkatan kadar asam amino = k1-k0

k0 x 100%

= 60,46% - 45,69%

45,69% x 100%

(40)
(41)

25

3) Kadar lemak

Umur panen

N Subset for alpha = .05

1 2 3 1

7 minggu 3 7,5599

5 minggu 3 13,4423

3 minggu 3 22,5606

Sig. 1,000 1,000 1,000

4) Kadar protein

Umur panen

N Subset for alpha = .05

1 2 1

3 minggu 3 63,6819

5 minggu 3 64,3814

7 minggu 3 68,8772

(42)
(43)
(44)
(45)
(46)

30

15) Valina

Umur panen

N Subset for alpha = .05

1 2 1

3 minggu 3 2,7400

5 minggu 3 2,7400

7 minggu 3 3,4167

(47)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 September 1993 dari ayah Drs. Marzuki dan ibu Ratna Syarif, BSc. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai di SDN Tonjong 2 Tajurhalang, Kabupaten Bogor pada tahun 1998 hingga tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan pada tahun yang sama di SMPN 1 Bojonggede, Kabupaten Bogor dan pada tahun 2007. Pendidikan formal selanjutnya ditempuh di SMAN 6 Bogor pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010. Tahun 2010 penulis diterima sebagai Mahasiswa pada Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknologi Produk Tradisional Hasil Perairan dan mata kuliah Teknologi Pengolahan Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga aktif mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di Lembaga Pendidikan Primagama. Penulis juga pernah aktif berorganisasi sebagai Bendahara 2, Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perairan (HIMASILKAN), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan tahun kepengurusan 2011-2012. Tahun 2013 penulis melaksanakan praktik lapangan di dengan judul Sanitasi dan Higiene pada Pembekuan Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) Whole Gutted di PT Graha Insan Sejahtera, Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.

Gambar

Gambar 2 C. Carpio. (a) umur panen  3 minggu, (b) umur panen 5 minggu,
Gambar 3 Kandungan asam amino non-esensial  baby fish ikan mas (C. carpio)
Gambar 6 Penampang melintang pencernaan baby fish ikan mas (C. Carpio).
Gambar 7 selain itu menunjukkan baby fishyang lebih muda memiliki lebih banyak kerusakan pada preparat awetannya

Referensi

Dokumen terkait

Jika suatu graph diberi label pada setiap simpul dan sisi dengan bilangan sebanyak simpul dan sisi, maka graph tersebut mempunyai sifat total sisi ajaib jika label pada setiap sisi

Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada reaksi pasar modal Indonesia terhadap penerbitan Indeks SRI-KEHATI bila diukur dengan abnormal return, dan hasil ini konsisten

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Munif (1997) yang menyatakan bahwa Bti Cair SH-14 pada dosis terendah (208g/m 2 ) mampu membunuh larva sampai dengan satu

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAME TOURNAMENT) TERHAD AP KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SISWA PAD A PEMBELAJARAN IPS D I SEKOLAH D ASAR.

Data pri- mer meliputi karateristik sosial ekonomi kelu- arga (tingkat pendidikan orangtua, pendapatan keluarga dan pengetahuan gizi ibu), karakteris- tik anak, status gizi

Makassar, 19 Agustus 2014 Pokja Ulp/Panitia Pengadaan Barang/Jasa Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Kota Makassar Tahun

Pekanbaru, 18

セQNエャャ セTQャ ケセセG y- セMTゥ. ケLZIセQ