• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Penyaluran Pembiayaan UMKM dan Kinerja Keuangan di Baitulmaal Muamalat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mekanisme Penyaluran Pembiayaan UMKM dan Kinerja Keuangan di Baitulmaal Muamalat"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME PENYALURAN PEMBIAYAAN UMKM DAN

KINERJA KEUANGAN DI BAITULMAAL MUAMALAT

TRIA LESTARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Mekanisme Penyaluran Pembiayaan UMKM dan Kinerja Keuangan di Baitulmaal Muamalat adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

TRIA LESTARI

NIM H34114052

(4)

ABSTRAK

TRIA LESTARI. Mekanisme Penyaluran Pembiayaan UMKM dan Kinerja Keuangan di Baitulmaal Muamalat. Dibimbing oleh LUKMAN M BAGA.

Masalah umum yang sering terjadi dalam mengembangkan UMKM adalah modal. Selama ini UMKM dianggap bankable atau tidak layak untuk diberi pinjaman oleh perbankan. Namun, saat ini Lembaga Amil Zakat (LAZ) berperan dalam pemberian modal untuk UMKM dengan prinsip syariah. Penelitian ini bertujuan mengetahui skim penyaluran dan pengembalian pembiayaan serta realisasinya yang diterapkan oleh Baitulmaal Muamalat (BMM) terhadap UMKM di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif untuk mengetahui skim penyaluran dan pengembalian pembiayaan. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan analisis rasio kinerja fiskal, efisiensi program dan kinerja investasi untuk menilai kinerja keuangan Baitulmaal Muamalat dalam melakukan kegiatan sosial yang tidak berorientasi pada laba.

Tahap-tahap yang dilakukan BMM dalam pengguliran pembiayaan untuk UMKM dalam program Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid (KUM3) yaitu sosialisasi, survey calonpeserta, Traning wajib kelompok dan pemberian pinjama modal usaha. Selain memberikan pinjaman modal untuk peningkatan pendapatan UMKM, peserta juga diberikan fasilitas pendampingan usaha, pembinaan agama, dan monitoring aktivitas usaha. Realisasi terhadap monitoring ibadah, masih banyak peserta yang kurang berpartisipasi, sedangkan realisasi aktivitas dan pendampingan usaha kemampuan pengembalian modal pinjaman pada ditiap daerah masih belum stabil. Secara keseluruhan, kinerja keuangan BMM baik dan terbuka, penyaluran dana yang terhimpun di Baitulmaal Muamalat mengalami kenaikan ditiap tahunya. Tren peningkatan tersebut menggambarkan penyaluran dana yang dimiliki oleh BMM telah terdistribusi dengan baik.

Kata Kunci : Baitulmaal Muamalat, Pembiayaan, UMKM

ABSTRACT

TRIA LESTARI. Mechanism of financing for Small-Medium Enterprise (SME) and Performance of Baitulmaal Muamalat. Supervised by LUKMAN M BAGA.

(5)

The phases had been done by BMM for distribute capital to SME- Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid (KUM3) program are socialization, surveying canditate, compulsory training for group and distribute the capital loan. Beside capital issue, the candidate also given a mentoring and monitoring for bussines problem. And also given a fostering religous realization for fostering religious, is still low participant, but for mentoring and monitoring activities had a fluctuation in each region. This is also happen in the abiliity to return the loan. In general, the financial performance of BMM is fair and transparant. The distribution of capital also increase every year. The trend of increament show the distribution of capital is welldone.

(6)

MEKANISME PENYALURAN PEMBIAYAAN UMKM DAN

KINERJA KEUANGAN DI BAITULMAAL MUAMALAT

TRIA LESTARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)
(9)

NIM : H34114052

Disetujui oleh

Dr Ir Lukman M Baga, MA Ec Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini adalah pembiayaan, dengan judul Mekanisme Penyaluran Pembiayaan UMKM dan Kinerja Keuangan di Baitulmaal Muamalat

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan, Dr Ir Lukman M Baga, MA Ec sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Dr Ir Ratna Winandi, MS sebagai dosen evaluator kolokium. Ir Popong Nurhayati, MM dan Arif Karyadi,SP sebagi penguji dan evaluator saat sidang yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat untuk memperbaiki penelitian lebih baik lagi, teman-teman Alih Jenis 2 Agribisnis suka dukanya selama mengikuti kuliah, Nur Fadhilah Umar atas bantuan dan dukungnya. Kepada staf di Baitulmaal Muamalat terimakasih atas ilmu dan masukan yang diberikan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan 5

Manfaat 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

Penyaluran Pembiayaan di Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) 6

Karakteristik Lembaga Baitulmaal Wat Tamwil 6

Faktor-faktor yangMempengaruhi Pengambilandan PengembalianPembiayaan 8

Kinerja Keuangan Organisasi Nirlaba 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Definisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 11

Produk dan Ketentuan Sistem Syariah 12

Pembiayaan Syariah Untuk UMKM 17

Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba 17

Kerangka Pemikiran Operasional 18

METODE PENELITIAN 21

Lokasi dan Waktu 21

Jenis dan Sumber Data 21

Metode Pengumpulan Data 21

Metode Pengolahan dan Analisis Data 22

Rasio KeuanganOrganisasi Nirlaba 23

Rasio Kinerja Fiskal 23

Rasio Kinerja Investasi 23

Rasio Efisiensi Program 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Sejarah dan Perkembangan Baitulmaal Muamalat 24

Struktur Organisasi Baitulmaal Muamalat 27

Mekanisme Penyaluran Pembiayaan UMKM di Baitulmaal Muamalat 29

Penyaluran dan Pengembalian Pembiayaan UMKM 35

Analisis Laporan dan Kinerja Keuangan Baitulmaal Muamalat 38

Kondisi Keuangan Baitulmaal Muamalat 38

(13)

Rasio Kinerja Fiskal 41

Rasio Efisiensi Program 42

Rasio Kinerja Investasi 42

SIMPULAN DAN SARAN 43

Simpulan 43

Saran 44

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN 47

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala usaha Tahun

2010 – 2011 atas dasar harga berlaku 2

2 Metode pengolahan dan analisis data 22

3 Analisis rasio keuanganorganisasi nirlaba 24

4 Target program KUM3 dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia 31 5 Realisasi penyerapan program KUM3 dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia 32 6 Karakteristik UMKM pada program KUM3 di Baitulmaal Muamalat 33 7 Target pencapaian partisipasi ibadah peserta 34

8 Realisasi kehadiran ibadah peserta KUM3 35

9 Pengajuan dan pencairan pembiayaan peserta UMKM pada program KUM3 di

Baitulmaal Muamalat 36

10 Pencairan dan angsuran pengembalian pembiayaan UMKM pada program KUM3 37 11 Rasio kinerja fiskal Baitulmaal Muamalat Tahun 2008 – 2011 41 12 Rasio efisiensi program Baitulmaal Muamalat Tahun 2008-2011 42 13 Rasio kinerja investasi Baitulmaal Muamalat Tahun 2008-2011 42

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan kemiskinan di Indonesia, 2004-2012 1

2 Jenis-jenis pembiayaan 9

3 Skim Al mudlorobah 13

4 Skim Al musyarakah 14

5 Skim Murabahah 14

(14)

7 Skim Al- Qardh 16 8 Kerangka Pemikiran Operasional Mekanisme PenyaluranPembiayaan UMKM

dan Kinerja Keuangan di Baitulmaal Muamalat 20

9 Struktur organisasi Baitulmaal Muamalat 28

10 Tahap-tahap penyaluran pembiayaan untuk UMKM 29

11 Skim penyaluran pembiayaan di Baitulmaal Muamalat 36

12 Grafik presentase kemampuan peserta KUM3 dalam pengembalian

pembiayaan 38

13 Grafik penyaluran dana yang terhimpun di Baitulmaal Muamalat 43

DAFTAR LAMPIRAN

1 Scoring board Program KUM3 47

2 Hasil perhitungan analisis rasio dan perhitungan dana terhimpun 48

3 Perhitungan penyaluran dana terhimpun 49

(15)
(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan kekayaan alam yang melimpah, tidak terlepas dari permasalahan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan merupakan suatu kondisi kekurangan dari kehidupan, khususnya dari aspek konsumsi, pendapatan, dan kebutuhan sosial. Sedangkan pengangguran adalah banyaknya usia produktif yang tidak mendapatkan pekerjaan atau tidak memiliki pekerjaan.

Kemiskinan dan pengangguran merupakan permasalahan semua pihak baik dari pemerintahan sampai kepada tiap individu masyarakat. Perkembangan tingkat kemiskinan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012 dijelaskan pada Gambar 1:

Sumber : BPS, 2012

Gambar 1 Perkembangan kemiskinan di Indonesia, 2004-2012

Gambar 1 memperlihatkan bahwa jumlah dan persentase penduduk miskin menurun dari tahun 2004 ke tahun 2005.Namun, pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan karena harga barang-barang kebutuhan pokok saat itu naik tinggi yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17.95%. Namun pada tahun 2007 sampai 2012 jumlah maupun persentase penduduk miskin terus mengalami penurunan.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2013 mencapai 5.92%, mengalami penurunan dibandingkan TPT Agustus 2012 sebesar 6.32%. Selama setahun terakhir (Februari 2012 sampai dengan Februari 2013), jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan terutama disektor perdagangan sebanyak 790 ribu orang (3.29%), sektor konstruksi sebanyak 790 ribu orang (12.59%), serta sektor industri sebanyak 570 ribu orang (4.01%)1. Berdasarkan data statistik tersebut maka pemerintah perlu meningkatkan

1

(17)

pembangunan ekonomi pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Selain dapat mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan Sektor ini lebih produktif dalam pemerataan pendapatan, memperkokoh struktur perekonomian nasional dan berkontribusi dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). Perkembangan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku Tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 dijelaskan pada Tabel 1 :

Tabel 1 Perkembangan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala usaha Tahun 2010 – 2011 atas dasar harga berlakua

Skala Usaha

Tahun 2010*) Tahun 2011**) Perkembangan

Nilaib Pangsac Nilaid Pangsae Nilaif (%) Keterangan : *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Pada Tabel 1 menunjukkan jika UMKM memiliki perkembangan nilai PDB lebih besar yaitu 24.15% dibandingkan usaha besar yaitu 22.38% hal ini menunjukkan jika UMKM berkontribusi dalam penigkatan perekonomian di Indonesia. Oleh karena itu, salah satu alternatif untuk mengembangkan perekonomian adalah melalui pengembangan UMKM. Aspek permodalan pembiayaan UMKM tetap menjadi salah satu kebutuhan penting. Kebutuhan penyediaan permodalan bagi pelaku UMKM berkaitan dengan kebutuhan menjalankan usahanya untuk kebutuhan modal maupun untuk mengembangkan usaha melalui kegiatan investasi.

(18)

pilihan bagi pengusaha mikro. Pengusaha mikro menjadi lebih leluasa bergerak karena tidak terbebani akan adanya beban bunga yang terus bertambah.

Salah satu lembaga keuangan yang memfasilitasi dalam penambahan modal usaha, investasi maupun jasa simpanan dengan prinsip syariah adalah Bank Muamalat. Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia, pada tanggal 16 Juni 2000 Bank Muamalat Indonesia mendirikan Baitulmaal Muamalat (BMM). BMM merupakan lembaga non perbankan yang memberikan kontribusi kepada masyarakat miskin melalui kegiatan sosial yang meliputi santunan, zakat, infaq, sedekah, bantuan bencana dan kegiatan sosial lainya. Selain kegiatan sosial, BMM juga berperan dalam pengembangan ekonomi mikro yang mencakup pemberian modal pendampingan, dan pelatihan yang berpihak kepada rakyat kecil. Melalui lembaga keuangan dari bank maupun non bank diharapkan dapat memfasilitasi masyarakat dalam penambahan modal usaha mikro sehingga dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih besar, membantu memperluas kesempatan kerja serta mendukung upaya pengentasan kemiskinan.

Perumusan Masalah

Perkembangan jumlah UMKM tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 2.57% yaitu dari 53 823 732 unit pada tahun 2010 menjadi 55 206 444 unit pada tahun 2011. UMKM merupakan pelaku usaha terbesar dengan persentasenya sebesar 99.99% dari total pelaku usaha nasional pada tahun 2011. Berdasarkan data statistik UMKM dari Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Tahun 2010-2011, dijelaskan jika pada tahun 2011, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 101 722 458 orang atau 97.24% dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, jumlah ini meningkat sebesar 2.33% atau 2 320 683 orang dibandingkan tahun 2010. Kontribusi Usaha Mikro (UMi) tercatat sebanyak 94 957 797 orang atau 90.77% dan Usaha Kecil (UK) sebanyak 3 919 992 orang atau 3.75%. Pada Usaha Mikro (UMi) sektor Pertanian, Peternakan, Perhutanan dan Perikanan tercatat memiliki peran terbesar dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sebanyak 42 543 128 orang atau 44.80% dari total tenaga kerja yang di serap. Jumlah tersebut meningkat sebesar 280 262 orang atau 0,66% dari tahun sebelumnya. Untuk sektor ekonomi yang memiliki penyerapan tenaga kerja terbesar pada UK adalah sektor industri pengolahan yaitu sebanyak 1 162 195 orang atau 29.65%. Sedangkan yang memiliki penyerapan tenaga kerja terbesar pada Usaha Menengah (UM) adalah sektor Industri Pengolahan yaitu sebanyak 1231298 orang atau 43.28%

(19)

kredit. Selama ini UMKM sangat sulit untuk memanfaatkan mekanisme pembiayaan usaha. Permasalahannya antara lain sebagai berikut (Eriyanto 2005) :

1. Belum berkembangnya konsolidasi usaha yang memiliki jaringan usaha terpadu baik di sekor produksi maupun pemasaran.

2. Masih rendahnya kredibilitas usaha dan sudut analisis perbankan.

3. Persyaratan administrasi dan prosedur pengajuan pembiayaan yang rumit.

4. Adanya persyaratan kesediaan jaminan berupa agunan yang sulit untuk dipenuhi.

5. Infonnasi yang kurang merata tentang layanan perbankan dan lembaga keuangan yang dapat dimanfaatkan.

Oleh karena itu, diperlukan pembiayaan alternatif yang sesuai dan kebijakan operasional yang efektif dalam membangun hubungan antara lembaga keuangan atau pembiayaan non bank. Lembaga keuangan yang mampu memberikan pelayanan untuk UMKM adalah lembaga keuangan syariah. Lembaga ini pada dasarnya menerapkan konsep berdasarkan perjanjian bagi hasil, yaitu kedua belah pihak sama-sama menanggung resiko proyek yang dijalankan, jika untung mereka sama-sama memperoleh keuntungan dengan cara pembagian yang disetujui danjika rugi sama-sama menanggung kerugian. Dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional, lembaga keuangan syariah dicirikan oleh investasi yang halal, tidak mengunakan sistem bunga, tetapi menggunakan sistem bagi hasil, jual beli atau sewa, berorientasi kepada keuntungan dan kesejahteraan, menerapkan hubungan kemitraan, dan seluruh kegiatan berada di bawah pengawasan dewan syariah

Perkembangan pembiayaan dengan sistem syariah selama beberapa tahun terakhir peningkatannya terlihat cukup pesat, tidak hanya pada jumlah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah, tetapi juga dalam mobilisasi dana pihak ketiga dan pembiayaan yang disalurkan. Menurut kategori Bank Indonesia, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) terdiri atas bank dan non bank. Contoh dari LKS non bank adalah koperasi pondok pesantren (koppontren), koperasi syariah (kopsar), baitulmal wattanwil (BMT) dan BaitulTanwil Muhammadiyan (BTM). Selain itu, pada kenyataanya Lembaga Amil Zakat (LAZ) turut berperan dalam pemberian fasilitas penambah modal untuk UMKM dengan prinsip syariah.

Salah satu LAZ sebagai lembaga penunjang untuk memfasilitasi UMKM dalam pemenuhan modal usaha adalah Baitulmaal Muamalat (BMM). BMM merupakan anak perusahaan dari Bank Muamalat Indonesia yang beridiri sejak tahun 1994. Unit yang awalnya didirikan atas dasar tanggung jawab Bank Muamalat terhadap pemberdayaan ekonomi mikro, pada tanggal 16 Juni 2000 diresmikan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) oleh Menteri Agama RI.

(20)

kinerja keuangan yang selama ini dijalankan oleh BMM. Saat ini dengan potensi jaringan yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, BMM mengoptimalkan sumber daya penghimpunan danauntuk dikelola kedalam program-program pemberdayaan yang secara nyata membantu kehidupan masyarakat yang memerlukan bantuan dan secara efektif dapat mewujudkan pencapaian visi BMM. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penyaluran dan pengembalian pembiayaan yang diterapkan oleh

Baitulmaal Muamalat terhadap UMKM di Indonesia?

2. Bagaimanakah kinerja keuangan Baitulmaal Muamalat pada 4 tahun terakhir?

Tujuan

Tujuan dari penelitian yang dapat dikaji adalah :

1. Mengetahui skim penyaluran dan pengembalian pembiayaan serta realisasinya terhadap UMKM di Indonesia.

2. Menilai kinerja keuangan Baitulmaal Muamalat dalam melakukan kegiatan sosial yang tidak berorientasi pada laba.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi: 1. Bagi Penulis :

Dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai pembiayaan syariah.

2. Bagi Baitulmaal Muamalat :

Sebagai bahan informasi dan untuk menentukan kebijakan yang tepat dalam memberikan penyaluran dan pengembalian pada UMKM.

3. Bagi Pembaca :

Dapat dijadikan sumber informasi untuk dijadikan acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Baitulmaal Muamalat. Berlokasi di ruko Cipulir Plaza Jalan Ciledug Raya No.18 Jakarta Selatan 12230. Untuk mengidentifikasi penyaluran dan pengembalian pembiayaan UMKM di Indonesia serta realisasinya menggunakan analisis deskriptif.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Penyaluran Pembiayaan di Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

Definisi Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) adalah lembaga keuangan yang kegiatanya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat yang bersifat profit atau lembaga keuangan syariah non perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Oleh karena itu, LKMS adalah sebuah lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan ekonomi pengusaha kecil berdasarkan prinsip syariah dan prinsip koperasi.

Penelitian yang dilakukan Saadah (2011) dalam menganalisis penyaluran pembiayaan untuk UMKM di empat LKMS kasus KBMT dan BPRS di Bogor menyebutkan jika Proses penyaluran kredit antara keempat lembaga yaitu KBMT

Wasilah, KBMT Tadbiirul Ummah, BPRS Bina Rahmah dan BPRS Rif’atul

Ummah tidak jauh berbeda, yaitu nasabah datang untuk mengajukan kredit atau pembiayaan setelah itu mengisi aplikasi yang diberikan oleh pihak lembaga, wawancara. Setelah itu pihak lembaga melakukan survey ke lokasi baik lokasi usaha maupun tempat tinggal nasabah, setelah itu pihak lembaga rapat untuk memastikan apakah disetujui atau ditolak. Syarat agunan yang dipergunakan adalah barang yang berharga atau yang mempunyai nilai tinggi minimal bernilai satu juta misalkan kendaraan bermotor, tanah bangunan dan lain-lain. Dalam hal ini BPRS lebih cepat yaitu antara tiga sampai lima hari sedangkan di KBMT membutuhkan waktu lima sampai tujuh hari.

Karakteristik Lembaga Baitulmaal Wat Tamwil

Baitulmaal wat Tamwil (BMT) adalah suatu gerakan swadaya masyarakat dibidang ekonomi yang sejak awal kehadirannya fokus untuk melayani kebutuhan finansial usaha mikro dan kecil. Kegiatan baitul tamwil adalah mengembangkan usaha–usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil, antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Sedangkan baitulmaal adalah lembaga sosial yang didirikan untuk menerima dana ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah) dari masyarakat untuk disalurkan kepada masyarakat yang sesuai dengan aturan Islam (Rodoni 2008).

(22)

1. Jasa Keuangan

Kegiatan Jasa keuangan yang dikembangkan oleh BMT berupa penghimpunan dan penyalurannya melalui kegiatan pembiayaan dari dan untuk anggota atau non anggota. Kegiatan ini dapat disamakan secaraoperasional dengan kegiatan simpan pinjam dalam koperasi atau kegiatan perbankan secara umum.

a. Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan, yaitu dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk disalurkan kesektor produktif dalam bentuk pembiayaan.

b. Penyaluran Dana

Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri dari dua jenis. Pertama, pembiayaan dengan bagi hasil sebagai alternatif pengganti bunga. Didalam operasinya merupakan sistem kebersamaan dalam menanggung resiko usaha nasabahnya dan berbagi keuntungan dan kerugian secara adil antara pihak BMT dan nasabah. Kedua adalah jualbeli dengan pembiayaan ditangguhkan, yaitu penjualan barang dari BMT kepada nasabah, dengan harga ditetapkan sebesar biaya perolehan barang ditambah margin keuntungan yang disepakati untuk keuntungan BMT. Bentuknya dapat berupa ba’i bitsaman ajil (pembiayaan dilakukan secara angsuran) dan

mudharabah (pembiayaan dilakukan di akhir pembayaran). 2. Sektor Riil

Pada dasarnya kegiatan sektor riil merupakan bentuk penyaluran dana BMT. Namun berbeda dengan kegiatan sektor jasa keuangan yang penyalurannya berjangka waktu tertentu. Penyaluran dana pada sektor riil bersifat permanen atau jangka panjang dan terdapat unsur kepemilikan didalamnya. Penyaluran dana ini selanjutnya disebut investasi atau penyertaan. Investasi yang dilakukan BMT dapat dengan mendirikan usaha baru atau dengan masuk ke usaha yang sudah ada dengan cara membeli saham. Akad yang sesuai dengan prinsip ini adalah al mudharabah.

3. Sosial (zakat, infaq dan sedekah)

Kegiatan pada sektor ini adalah pengelolaan zakat, infaq dan sedekah. Sektor ini merupakan salah satu kekuatan BMT karena berperan dalam pembiayaan agama bagi para nasabah sektor jasa keuangan BMT. Dengan demikian pembiayaan yang dilakukan BMT tidak terbatas pada sisi ekonomi, tetapi juga dalam hal agama. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) yang telah disalurkan oleh nasabah kepada BMT akan disalurkan dalam bentuk qordul hasan, dimana dalam produk ini pihak BMT tidak mengharapkan imbalan. Oleh karena itu para nasabah BMT tersebut diharapkan dapat turun memperkuat sektor sosial dengan menyalurkan ZISnya kepada BMT.

(23)

dengan BMT mayoritas pelaku usaha mikro memiliki kenaikan pendapatan antara Rp 200 000 sampai dengan Rp 2 999 999 (96%). Peningkatan yang cukup nyata ini menunjukkan bahwa modal kerja yang diberikan oleh BMT benar-benar dimanfaatkan oleh nasabah.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan dan Pengembalian

Pembiayaan

Adanya Undang-undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah maka kredit pun diatur dengan menggunakan istilah pembiayaan. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa : 1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik;

3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang mudharabah, salam dan istishna;

4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Berdasarkan persetujuan atau kepakatan antara bank syariah dan atau UUS dan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Sifat penggunaan pembiayaan dapat dibagi menjadi dua (Antonio 2001), yaitu:

1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua:

1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan a. Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi,

maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi.

b. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang,

(24)

Sumber : Antonio 2001

Gambar 2 Jenis-jenis pembiayaan

Permintaan pembiayaan yang umumnya dilakukan nasabah pada lembaga keuangan non bank adalah pengalaman usaha dan besarnya angsuran. Hasil penelitian yang dilakukan Himmati (2010) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan diantaranya adalah bagi hasil, pendapatan usaha keluarga, pengalaman usaha, frekuensi pinjaman, jangka waktu angsuran, jumlah tanggungan keluarga, besar angsuran dan tingkat pendidikan. Diantara faktor-faktor tersebut yang berpengaruh nyata terhadap permintaan pembiayaan adalah faktor bagi hasil, pengalaman usaha, frekuensi pinjaman dan besar angsuran. Faktor yang lain meski tidak berpengaruh secara nyata namun memiliki pengaruh yang positif terhadap permintaan pembiayaan.

Adanya keterbatasan modal yang dialami oleh UMKM merupakan sebuah tantangan besar yang harus ditangani oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Oleh karena itu, dibutuhkan pembiayaan yang dilakukan oleh LKS terhadap UMKM. Akan tetapi, pembiayaan yang diberikan oleh LKS terhadap usaha kecil ternyata dipengaruhi oleh beberapa hal. Kinerja LKS dapat dikatakan baik apabila kinerja setiap bagian pada LKS juga baik khususnya kinerja LKS dalam hal penyaluran dan pengembalian pembiayaan. Penelitan yang dilakukan Jauhari (2011) dalam menganalisis faktor-faktor pembiayaan yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah pada program Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis

Masjid (KUM3) di Baitulmaal Muamalat dengan faktor faktor character yang terdiri

dari social value, theoretical value, economical value, religious value dan faktor

capacity yang terdiri dari pemasaran, financial, manajerial, dan teknis, yang

mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan bermasalah pada

program KUM3 di Baitul Maal Muamalat (BMM) hanya faktor social value dan

economic value. Sehingga BMM perlu memperhatikan dua faktor tersebut agar

penyaluran pembiayaan dapat berjalan dengan baik dan seimbang antara jiwa sosial dan usaha yang dijalankan pelaku usaha.

Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah Bank Indonesia (2007) :

1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana.

2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut.

Pembiayaan

Konsumtif Produktif

(25)

Untuk mendukung prinsip–prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yangmemadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang proporsional. Jenis informasi yang dimaksud antara lain:

1. Informasi dasar nasabah

2. Informasi data penjualan atau pembelian dan penyewaan riil 3. Proyeksi laporan keuangan

4. Akad pembiayaan.

Kinerja Keuangan Organisasi Nirlaba

Kinerja keuangan suatu lembaga merupakan prestasi yang diperlihatkan oleh lembaga tersebut dari hasil usahanya yang tercermin dalam laporan keuangan. Untuk memperoleh gambaran tentang kinerja keuangan suatu lembaga perlu dilakukan analisis terhadap laporan keuangan dari lembaga yang bersangkutan. Pada organisasi nirlaba, kinerja keuangan lebih memperhatikan jumlah kas dan jumlah saldo investasi bukan memperhatikan laba yang biasa diterapkan usaha bisnis pada umumnya. Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan diperlukan suatu ukuran tertentu. Bentuk ukuran tersebut bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan pemakaianya, seperti analisis rasio yaitu suatu ukuran yang sering digunakan, analisis trend, analisis presentase per komponen dan analisis Du Point, dan analisis terhadap laporan keuangan dapat diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan suatu lembaga atau organisasi.

Tujuan utama organisasi nirlaba adalah menyediakan jasa kepada masyarakat untuk mendukung atau terlibat dalam aktivitas publik tanpa berorientasi untuk mencari keuntungan moneter maupun komersil. Organisasi nirlaba mencakup beberapa bidang antara lain agama, isu-isu sosial, derma-derma, pelayanan kesehatan publik, politik, kesenian, riset, olahraga, dan beberapa para petugas pemerintah dan bukan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi kinerja keuangan organisasi nirlaba berdasarkan rumus yang dibuat oleh Ritchie dan Kolodinsky (2003) yaitu pos-pos pada laporan keuangan yang menyusun rasio-rasio kinerja fiskal, efisiensi program dan kinerja investasi. Besar kecilnya komponen-komponen yang terdapat dalam laporan neraca, dan laporan arus kas untuk jangka waktu periode tertentu akan memperlihatkan kondisi kinerja lembaga tersebut dalam mengelola aset dan dana yang dimilikinya. Dengan metode rasio dapat dianalisis hubungan antar akun, perbandingan dari tahun ke tahun dan perbandingan dengan instansi eksternal. Metode rasio pada umumnya digunakan organisasi bisnis, untuk organisasi nirlaba perlu dilakukan beberapa penyesuaian.

(26)

menarik calon donatur yang baru, karena bertahanya organisasi nirlaba ditentukan oleh donatur yang bersedia untuk menyalurkan dananya. Banyak organisasi nirlaba yang belum dapat mengefisienkan dana untuk programnya. Penelitian yang dilakukan Eiodia (2012) dalam menganalisis kinerja keuangan organisasi nirlaba Yayasan Sion di Jawa Tengah Utara mengacu pada rumus analisis rasio untuk organisasi nirlaba yang dibuat Ritchie dan Kolodinsky (2003) menjelaskan jika kinerja keuangan Yayasan Sion dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 tidak baik. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan analisis rasio kinerja fiskal, kinerja investasi, efisiensi program dan rasio dukungan publik tiap tiap nilai rasio tersebut mengalami penurunan setiap tahunya bahkan ada yang sampai minus. Sebab penurunanya masih kurang efektif dalam mencari donator untuk membiayai program yang dimiliki yayasan tersebut selain itu, pengeluaran untuk membiayai program lebih besar dibandingkan penerimaan yang ada.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Definisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Pemberdayaan dan pengembangan UMKM merupakan upaya yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. UMKM merupakan salah satu sektor usaha yang banyak memiliki keterbatasan dibandingkan dengan perusahaan besar. Perbedaan yang paling mendasar jika dibandingkan dengan perusahaan besar adalah dalam hal skala usaha. Hal tersebut menunjukkan bahwa ruang lingkup usaha UMKM sangat terbatas. Rudjito (2003) usaha mikro adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin. Usaha mikro sering disebut dengan usaha rumah tangga. Besarnya kredit yang dapat diterima oleh usaha ini adalah Rp 50 juta. Usaha mikro ini adalah usaha produktif secara individu atau tergabung dalam koperasi dengan hasil penjualan Rp 100 juta.

Ciri-ciri usaha kecil, diantaranya (Suharto 2008) :

a. Jenis barang atau komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah;

b. Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah; c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih

sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;

Usaha Menengah adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai dengan paling banyak Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2. Memiliki hasil penjualan tahunan dari Rp 2.5 miliar sampai dengan paling

(27)

Produk dan Ketentuan Sistem Syariah

Padalembaga keuangan syariah hubungan antara lembaga dan nasabahnya atau anggota, bukan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudlarib). Oleh karena itu, tingkat laba lembaga, tidak hanya berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk pemegang saham, tetapi juga berpengaruh pada bagi hasil yang diberikan kepada nasabah atau anggota penyimpan dana.

Adapun operasionalisasi untuk memenuhi kebutuhan permodalan dan memberikan pembiayaan, lembaga menggunakan piranti atau perangkat syariah sebagai berikut (Jumanto et al 2007) :

a) Sistem Bagi Hasil

Sistem bagi hasil menggunakan perangkat syariah yang disebut Al Mudlorobah

dan Al Musyarakah

1. Al Mudlorobah yaitu sistem kerja sama antara dua belah pihak yang terdiri dari pemilik modal (shohibul maal) dengan pengelola (mudlorib) baik bersifat keuangan atau institusi (lembaga) dengan ketentuan bagi hasil yang telah disepakati oleh kedua belah pihak pada waktu transaksi (akad), apabila mendapat hasil atau keuntungan. Sedangkan jika rugi, ditanggung oleh pemilik modal, selama bukan akibat kelalaian pengelola. Namun, apabila kelalaian tersebut disebabkan oleh pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kelalaian tersebut. Dengan kata lain dalam mudlorobah, pengelola hanya sebagai wakil (wakalah) dari pemilik modal, untuk mengusahakan modalnya dengan mendapat bagian dari sebagian keuntungan (hasil) yang telah disepakati bersama. Skim Al Mudlorobah dijelaskan pada Gambar 3.

Ketentuan-ketentuan yangharus ada pada mudlorobah (BMT Network 2002): a. Adanya kedua belah pihak yaitu shohibul maal dan mudlorib. Keduanya

disyaratkan harus cakap hukum artinya secara hukum pantas melakukan transaksi (akad) tersebut.

b. Adanya akad, yaitu ikatan kerja atau kesepakatan bersama antara dua belah pihak dengan ketentuan secara eksplisit menunjukkan tujuan akad dan semua kesepakatan dilakukan saat membuat kontrak.

c. Adanya modal dengan ketentuan jelas jumlahnya, bentuk uang atau barang yang dinilai secara tunai bukan piutang.

d. Adanya usaha. usaha hak eksklusif pengelola (mudlorib) dan yang sesuai syariah, bukan usaha yang diharamkan.

(28)

Skill/usaha Modal

Sumber : Jumanto et al 2007

Gambar 3 Skim Al mudlorobah

2. Al Musyarakah atau syirkah, yaitu sistem kerja sama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Skim sistem Al Musyarakah dijelaskan pada Gambar 4.

Ketentuan-ketentuan Al Musyarakah:

a. Adanya pihak-pihak yang melakukan kontrak dengan syarat cakap hukum bagi yang melakukan kontrak.

b. Adanya akad (ikatan kerja sama) antara pihak akad secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak. Kesepakatan-kesepakatan dilakukan saat kontrak. c. Modal dengan jumlah yang jelas, bentuk uang atau barang yang dinilai. Modal

dapat terdiri dari aset perdagangan seperti barang-barang properti. Jika modal berbentuk aset harus terlebih dulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra (anggota).

d. Adanya kerja. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar

musyarakah atas nama pribadi dan wakil mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak.

e. Keuntungan dan kerugian dibagikan secara proporsional sesuai dengan besarnya modal dan kontribusi masing-masing sesuai dengan kesepakatan. f. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.

1. Negosiasi

2. Akad Mudlorobah Anggota/calon anggota

Usaha/proyek

Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan

LKMS

(29)

Sumber : Jumanto et al 2007

Gambar 4 Skim Al musyarakah

b) Sistem Jual Beli

Sistem jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang. Keuntungan yang didapat oleh lembaga keuangan ditentukan didepan dan menjadi bagian dari harga barang yang dijual, dalam sistem ini lembaga menggunakan perangkat syariah yang disebut Ba’i murabahah.

Ba’i murabahah yaitu jual beli barang dengan menyebutkan harga asal ditambah keuntungan yang disepakati antara kedua belah pihak yaitu antara lembaga dengan anggota. Skim sistem murabahah dijelaskan pada Gambar 5. Ketentuan umum ba’i murabahah(BMT Network 2002):

a. Akad atau transaksi bebas dari riba

b. Barang yang dijualbelikan tidak barang haram

c. Lembaga keuangan membeli barang atas nama lembaga dengan sah bebas riba d. Lembaga keuangan harus jujur tentang harga pokok pembelian

e. Anggota membayar harga yang telah disepakati dan dalam waktu yang telah disepakati pula

f. Boleh mengadakan perjanjian khusus misalnya meminta jaminan dan lain sebagainya

5. Bayar

4.Terima Barang 3. Beli barang

Sumber : Jumanto et al 2007

Gambar 5 Skim Murabahah 1. Negosiasi

2. Akad Musyarakah

Anggota/calon anggota LKMS

Usaha/Proyek

3. Negosiasi

4. Akad Musyarakah

1. Negosiasi

2. Akad Ba’i Murabahah

LKMS Anggota/Calon anggota

(30)

c) Sewa Menyewa

Kegiatan sewa menyewa dalam syariah menggunakan akad Al-ijarah. Al Ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat suatu barang dengan jalan penggantian. Beberapa contoh kontrak ijarah (pemilikan manfaat) seperti manfaat yang berasal dari aset seperti rumah untuk ditempati, atau mobil untuk dikendarai, manfaat yang berasal karya seperti hasil karya seorang insinyur bangunan, tukang tenun, tukang pewarna, penjahit, dan lain sebagainya. Skim sistem Ijarah dijelaskan pada Gambar 6. Dalam Hukum Islam ada dua jenis

ijarah, yaitu :

a. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut mustajir, pihak pekerja disebut ajir dan upah yang dibayarkan disebut ujrah.

b. Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan leasing (sewa) pada bisnis konvensional. Pihak yang menyewa (lessee) disebut mustajir, pihak yang menyewakan (lessor) disebutmu’jir/muajir

dan biaya sewa disebut ujrah.

Ketentuan-ketentuan akad Al-ijarah diantaranya adalah : Ketentuan Obyek Ijarah:

1. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa.

2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.

3. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan).

4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syari’ah.

5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa.

6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.

7. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam Ijarah.

8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak.

9. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

Kewajiban pemberi manfaat barang atau jasa:

1. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan 2. Menanggung biaya pemeliharaan barang.

3. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan. Kewajiban penerima manfaat barang atau jasa:

1. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak).

2. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak materil). 3. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan

(31)

B. Milik

1.Sewa beli

2.Beli objek sewa A. Milik 1. Pesan objek sewa

Sumber : Antonio 2001

Gambar 6 Skim Al – ijarah

d) Jasa

Kegiatan jasa dalam sistem syariah, salah satunya menggunakan akad Al-Qardh. Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui

atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. Skim Al-Qardh dijelaskan pada Gambar 7. Ketentuan umum Al-Qardh :

1. Pinjaman diberikan kepada nasabah yang memerlukan.

2. Wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati.

3. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bila dipandang perlu.

4. Nasabah dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS sepanjang tidak diperjanjikan dalam akad.

5. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, maka LKS dapat memperpanjang jangka waktu pengembalian atau menghapus sebagian seluruh kewajibannya.

Perjanjian Qardh

Tenaga Modal

Kerja 100%

100% Kembali

modal

Sumber : Antonio 2001

Gambar 7 Skim Al- Qardh

Penjual Suplier Objek Sewa

LKMS

Nasabah

Nasabah LKMS

Proyek Usaha

(32)

Pembiayaan Syariah Untuk UMKM

Program pembiayaan syariah untuk UMKM merupakan suatu program pembiayaan yang bertujuan untuk mengayomi dan mengangkat kaum usaha mikro untuk menjadi lebih baik dalam melakukan usahanya. Dengan demikian, kriteria efisiensi dalam pengertian ekonomis tidak sepenuhnya dapat diterapkan dalam mengevaluasi program pembiayaan sejenis ini. Kriteria efektivitas dirasakan lebih tepat dibandingkan dengan kriteria efisiensi, dalam arti sejauh mana program pembiayaan tersebut dapat dengan cepat dan luas menjangkau sasaran mereka. Penilaian yang dilakukan terhadap permohonan pembiayaan, pemberian dana harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon peminjam. Prinsip ini dikenal dengan prinsip 5C, yaitu: 1) Character yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam

dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya.

2) Capacity yaitu penilaian secara subjektif tentang kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi peminjam di masa lalu yang didukung dengan pengamatan dilapangan atas sarana usahanya.

3) Capital yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam, yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio finansialnya dan penekanan pada komposisi modalnya 4) Collateral yaitu jaminan yang dimiliki calon peminjam. Penilaian ini

bertujuan untuk lebih meyakinkan jika suatu risiko kegagalan pembayaran terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. 5) Conditions yaitu pihak pemberi dana melihat kondisi ekonomi yang terjadi di

masyarakat dan secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam.

Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

(33)

dari (PSAK No.45) :

1. Laporan posisi keuangan

Tujuan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban serta aset bersih dan informasi mengenai hubungan diantara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditor dan pihak-pihak lain untuk menilai :

a. Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan b. Likuiditas, fleksibilitas, keuangan,untuk memenuhi kewajibannya dan

kebutuhan pendanaan eksternal. 2. Laporan aktivitas

Tujuan utama laporan aktivitas adalah meyediakan informasi mengenai : a. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset

bersih,

b. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa, informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditor dan pihak-pihak lain untuk mengevaluasi kinerja dalam suatu periode, menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa serta menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer. 3. Laporan arus kas

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK No.2 tentang laporan arus kas dengan tambahan berikut ini: aktivitas pendanaan, pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas, sumbangan berupa bangunan atau aset investasi.

4. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan-laporan di atas yang bertujuan memberikan informasi tambahan tentang perkiraan perkiraan yang dinyatakan dalam laporan keuangan.

Kerangka Pemikiran Operasional

(34)

untuk melangsungkan aktivitas dan perkembangan usahanya adalah lemahnya permodalan, kurangnya kewirausahaan, teknik produksi masih sederhana, serta kemampuan manajemen dan pemasaran masih sangat terbatas. Lemahnya kemampuan modal sebagai salah satu dari sekian banyak faktor penghambat kemajuan UMKM yang seharusnya dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan dengan adanya dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah dan lembaga keuangan disamping upaya dari pelaku UMKM sendiri. Pemerintah dan lembaga keuangan berperan penting dalam memberikan solusi praktis agar permodalan tidak lagi menjadi masalah bagi kegiatan usaha ini. Wujud solusi ini adalah pemberian kredit bagi UMKM sebagai sumber modal dalam menjalankan aktivitas usaha maupun pengembangannya.

Akses UMKM untuk mendapatkan fasilitas pinjaman modal dari perbankan terhambat sehingga tidak semua UMKM mendapat fasilitas kredit. Keterbatasan akses tersebut dikarenakan anggapan pihak perbankan jika UMKM tidak

bankable atau tidak layak diberikan kredit. Seiring perkembangan ekonomi di Indonesia pembiayaan dengan pola syariah mulai banyak diterapkan oleh lembaga keuangan bank dan non bank. Nilai tambah dari prinsip syariah terletak pada sistem bagi hasil yang ditawarkan. Sistem bagi hasil, hubungan antara peminjam dan yang meminjamkan diganti menjadi wujud kemitraan. Selain itu prinsip syariah yang tidak membebankan bunga dapat membuat pelaku UMKM menjadi leluasa dalam melakukan pinjaman modal.

Selain dalam bentuk perbankan, prinsip syariah juga di terapkan oleh lembaga non bank seperti koperasi, BMT dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) pun turut menjadi lembaga penunjang dalam memberikan pinjaman untuk UMKM. Perbedaan mekanisme penyaluran pinjaman modal usaha yang diterapkan oleh LAZ adalah penyaluran pembiayaan dengan menggunakan akad qordul hasan

dimana pelaku UMKM tidak perlu membagi keuntungan kepada LAZ. Pelaku UMKM hanya mengganti pokok pinjaman yang di berikan oleh LAZ sehingga diharapkan pelaku UMKM dapat mengembangkan usahanya dan mengurangi masalah kemiskinan serta pengangguran di Indonesia.

Salah satu perbankan yang memfasilitasi dalam penambahan modal usaha, investasi maupun jasa simpanan dengan prinsip syariah adalah Bank Muamalat. Bank Muamalat merupakan bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dan Bank syariah yang satu-satunya membuat LAZ yang dinamakan Baitulmaal Muamalat untuk membantu nasabahnya serta masyarakat umum dalam memfasilitasi penyaluran ZISWAF (Zakat, Infaq, Sedakah dan Wakaf) kepada yang berhak, kegiatan sosial serta membidik para pelaku UMKM yang ingin mengembangkan usahanya denganpemberian modal dengan prinsip syariah, pendampingan, dan pelatihan usaha.

(35)

organisasi nirlaba yang mengacu pada jurnal Ritchie dan Kolodinsky (2003) mencakup rasio kinerja fiskal, rasio efisiensi program, dan rasio kinerja investasi. Kemudian hasil dari perhitungan analisis rasio tersebut akan menjelaskan dan memberikan gambaran kepada BMM tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan BMM dari suatu periodeke periode berikutnya. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat terlihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Operasional Mekanisme Penyaluran Pembiayaan UMKM dan Kinerja Keuangan di Baitulmaal Muamalat.

Mendeskripsikan skim penyaluran

(36)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian mengenai Mekanisme Penyaluran Pembiayaan UMKM dan Kinerja Keuangan dilakakuan di Baitulmaal Muamalat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan keberadaan Bank Muamalat sebagai lembaga keuangan dengan prinsip syariah pertama di Indonesia yang mendirikan lembaga amil zakat untuk menghimpun dana ZIS dan dana sosial. Kegiatan penelitian dan pengumpulan serta pengolahan data dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Juni sampai Agustus 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan yaitu dengan melakukan diskusi dan wawancara. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait seperti pihak-pihak dari Baitulmaal Muamalat dalam menangani program pemberdayaan ekonomi, dan kepala bagian operasional pada Baitulmaal Muamalat sebagai narasumber.

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari berbagai literatur seperti buku, internet, artikel, jurnal, hasil penelitian sebelumnya dan data dari Kementrian Koperasi dan UMKM yang dapat menjadi acuan dalam penelitian ini, data tersebut digunakan sebagai data pendukung dan pembanding penelitian ini.Data yang digunakan terdiri atas data laporan keuangan Baitulmaal Muamalat empat tahun terakhir dari tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011 pada laporan keuangan tahun 2012 dan 2013 belum di audit oleh pihak BMM sehingga yang digunakan hanya priode empat tahun terakhir. Data rekap penyaluran pembiayaan UMKM, dan data pelaku UMKM yang mengikuti program KUM3 di BMM.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh data yang diperlukan melalui suatu prosedur secara sistematis. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data kualitatif yaitu berupa:

1. Studi lapang (Field research)

(37)

2. Studi kepustakaan (Library research)

Studi kepustakaan (Library Research) yang dilakukan dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah mempelajari beberapa literatur seperti buku, skripsi atau tesis terdahulu, majalah, artikel, penulusuran internet serta dokumen lain yang mendukung untuk mendapatkan data sekunder dan tulisan yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif melalui tahap pengolahan, deskripsi dan interpretasi data secara deskriptif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran penyaluran dan pengembalian pembiayaan UMKM di Baitulmaal Muamalat. Analisis kualitatif menggunakan metode deskriptif. Analisis deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, atau suatu sistem pemikiran maupun kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir 2009).

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan pada Baitulmaal Muamalat menggunakan analisis rasio keuangan dilakukan dengan alat bantu software komputer Microsoft Excel 2010. Model pengolahan dan analisis data secara rinci teridentifikasi pada Tabel 2.

Tabel 2 Metode pengolahan dan analisis data

Metedologi Tujuan Jenis Data Alat analisis

Mengetahui skim

Data primer : Observasi langsung di lapangan, diskusi dan wawancara. Data Sekunder : Jurnal, hasil

penelitian sebelumnya dan data dari Kementrian Koperasi dan UMKM data rekap penyaluran pembiayaan UMKM, dan data pelaku UMKM yang mengikuti program KUM3 di BMM

(38)

Rasio KeuanganOrganisasi Nirlaba

Analisis rasio merupakan suatu analisis laporan keuangan yang umum digunakan karena analisis rasio sebagai alat paling cepat untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, analisis rasio dapat memberikan wawasan jangka menengah dan panjang bagi kinerja keuangan perusahaan. Rasio keuangan yang merupakan indikator keuangan pada organisasi nirlaba merupakan rumus yang dibuat oleh Ritchie dan Kolodinsky (2003) dalam jurnalnya untuk mengidentifikasi rasio keuangan organisasi nirlaba (yayasan universitas) di Amerika. Pada penelitian ini, untuk menganalisis laporan keuangan Baitulmaal Muamalat mengacu pada Ritchie dan Kolodinsky (2003). Analisis rasio digunakan untuk menguji apakah rasio-rasio tersebut relevan untuk digunakan dalam konteks Indonesia dan lembaga amil zakat. Pengukuran nilai pada rasio tersebut dikatan baik jika nilai rasio satu atau lebih. Analisis rasio tersebut terdiri atas :

Rasio Kinerja Fiskal

Rasio kinerja fiskal merupakan suatu rasio untuk mengukur kinerja fiskal (penerimaan dan pengeluaraan dana) suatu organisasi nirlaba. Berikut ini adalah beberapa perhitungan dalam kinerja fiskal yang relevan untuk konteks Indonesia dan organisasi nirlaba yang bergerak diluar sektor pendidikan :

a. Total pendapatan dibagi total aset b. Total pendapatan dibagi total biaya

c. (Total pendapatan dikurangi total biaya) dibagi total pendapatan d. (total pendapatan kurang total biaya) dibagi total aset

e. Aset bersih dibagi total aset.

Rasio Kinerja Investasi

Rasio kinerja investasi merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif investasi yang dilakukan oleh organisasi nirlaba. Rasio kinerja investasi merupakan perbandingan antara kas dan setara kas dengan total aset. Semakini tinggi nilai analisis rasio ini maka semakin efektif. Komponen dari rasio kinerja investasi adalah: Kas dan setara kas dibagi dengan total aset

Rasio Efisiensi Program

(39)

Tabel 3 Analisis rasio keuanganorganisasi nirlaba

No. Rasio Keterangan

Rasio Kinerja Fiskal

1. Total pendapatan dibagi total aset Pada beberapa organisasi, istilah pendapatan diganti penghasilan atau penerimaan

2. Total pendapatan dibagi total biaya Pada beberapa organisasi, istilah biaya diganti menjadi pengeluaran rasio ini sebagai surplus margin, analog dengan profit margin pada organisasi bisnis Analog dengan ROA (Return On Asset ) pada organisasi bisnis.

3. (Total pendapatan minus total biaya) dibagi total pendapatan

4. (Total pendapatan minus total biaya) dibagi

total aset.

5. Aset bersih dibagi total aset

Rasio Kinerja Investasi 6. Kas dan setara kas dibagi dengan total aset

Rasio Efisiensi Program 7. Biaya program dibagi dengan total biaya

Sumber: Ritchie dan Kolodinsky 2003

Tabel 3 adalah rasio keuangan yang akan digunakan dalam menilai kinerja keuangan Baitulmaal Muamalat. Rasio keuangan ini merupakan modifikasi dari 15 rasio keuangan yang dibuat oleh Ritchie dan Kolodinsky (2003). Rasio keuangan 15 tersebut dimodifikasi menjadi tujuh yang digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan di BMM karena aktivitas yang terkait dengan rasio tersebut dilakukan oleh organisasi nirlaba diluar pendidikan di Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah dan Perkembangan Baitulmaal Muamalat

(40)

Muamalat yaitu Baitulmaal Muamalat (BMM). Unit yang awalnya didirikan atas dasar tanggung jawab Bank Muamalat terhadap pemberdayaan ekonomi mikro ini, pada tanggal 16 Juni 2000 diresmikan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) oleh Menteri Agama RI. Kemudian sesuai tuntutan masyarakat akan lembaga amil zakat yang independen dan profesional dan UU No.38 Tahun 1999, pada tanggal 22 Desember 2000 badan hukum Baitulmaal Muamalat resmi didirikan yaitu Yayasan Baitulmaal Muamalat. Yayasan Baitulmaal Muamalat didirikan di Jakarta berdasarkan akte notaris Drs. Atrino Leswara, SH, No. 76 tanggal 22 Desember 2000.Anggaran dasar BMM telah mengalami perubahan, terakhir dengan akte notaris Arry Supratno, S.H No. 121 tanggal 18 Juni 2007. BMM telah dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional oleh Menteri Agama Republik Indonesia dengan surat keputusan No. 481 tahun 2001 tanggal 7 November 2001. Sebelum berbadan hukum tersebut BMM merupakan badan eksekutif dari Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah (YP3KS).

BMM (Baitulmaal Muamalat) adalah lembaga non profit yang menjalankan peran sosial perbankan syariah, berkonsentrasi pada program pemberdayaan kelompok (community development), Pembiayaan mikro (micro finance), dan Pengelolaan dana sosial Islam (islamic social security fund).

1. Program pemberdayaan kelompok (community development)

Program pemberdayaan kelompok terdiri atas : a. Dana yatim (Daya)

Program beasiswa pendidikan berprestasi bagi anak yatim dengan jenjang pendidikan SMP, SMA dan sederajat, yang bertujuan untuk memberikan jaminan keberlangsungan pendidikan mereka hingga lulus SMA dan mampu mandiri.

b. B-share

Merupakan program beasiswa pendidikan berprestasi bagi anak-anak yang tidak mampu dengan jenjang pendidikan SMP, SMA dan sederajat, yang bertujuan untuk memberikan jaminan keberlangsungan pendidikan mereka hingga lulus SMA dan mampu mandiri.

c. B-smart

Program santunan dalam bentuk beasiswa untuk mahasiswa berprestasi dan tidak mampu, diutamakan adalah mereka yang berstatus yatim dengan jenjang pendidikan S1.

d. Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid (KUM3)

Program yang bertujuan untuk mendorong peningkatan mustahik (yang menerima zakat) menjadi muzaki (yang memberi zakat) melalui modal usaha, dan membangun keimanan serta ketaqwaan dalam beribadah.

e. Orphan Kafala

Program pemberdayaan masyarakat, khususnya anak yatim dan keluarga korban musibah gempa tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam yang merupakan program kerjasama antara Islamic Development Bank (IDB) dengan BMM.

f. Berbagi cahaya ramadhan

(41)

anak yatim dan komunitas pengusaha mikro binaan BMM seluruh Indonesia.

g. Berbagi cahaya qurban

Program rutin yang dilakukan setiap tahun dengan menyalurkan hewan qurban kepada masyarakat tidak mampu yang tersebar di seluruh Indonesia.

2. Pembiayaan mikro (micro finance)

Pembiayaan mikro terdiri atas :

h. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

Mencakup pemberian modal pendampingan, pelatihan, sampai dukungan teknologi.

i. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS KUM3)

Merupakanlembagakeuangan formal yang didirikan melalui pemberdayaan usaha mikro muamalat berbasis masjid yang bertujuan untuk menjaga keberlangsungan program.

3. Pengelolaan dana sosial Islam (Islamic social security fund)

Pengelolaan dana sosial Islam terdiri atas : j. Aksi Tanggap Muamalat (ATM)

ATM merupakan kegiatan kemanusiaan BMM sebagai tanggung jawab membantu korban musibah bencana alam.

k. Santunan tunai (Santun)

Program penyaluran dana zakat bagi mustahik yang membutuhkan dan tersebar di seluruh Indonesia. Santunan tersebut berupa kesehatan, pendidikan,bantuan sosial dan kemanusiaan.

l. Islamic Solidarity School (ISS)

ISS adalah fasilitas pendidikan terpadu yang diperlukan bagi anak yatim korban tsunami Aceh. Sekolah ini dibangun oleh Islamic Devlopment Bank (IDB) bekerja samadengan pemerintah daerah Aceh Besar. Pengelolaan sekolah ini berada dibawah manajemen dan supervisi BMM yang didukung oleh Bank Muamalat Indonesia.

Visi Misi dan Tujuan Baitulmaal Muamalat a. Visi

Menjadi motor penggerak program kemandirian rakyat menuju terwujudnya tatanan masyarakat yang peduli (a carring society).

b. Misi

1. Menyusun dan menjalankan program-program peberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat secara integral dan komprehensip.

2. Membangun dan mengembangkan jaringan kerja pemberdayaan seluas-luasnya.

c. Tujuan

1. Meningkatkan jumlah muzaki dan mengurangi jumlah mustakhik dan mustakhik produktif sehingga diharapkan pada tahun berikutnya bisa menjadi muzaki.

(42)

Sasaran Baitulmaal Muamalat a. Sasaran jangka pendek

1. Baitulmaal memiliki identitas diri serta mulai membenahi sarana dan prasarana sistem manajemen dan organisasi

2. Baitulmaal Muamalat dioptimalkan dengan cara membuat jaringan kerja seluas-luasnya (network) baik sebagai segmen pasar konsumen maupun segmen pasar kekuatan lainnya.

3. Untuk meningkat efesiensi dan efektivitas diupayakan dengan menyusun rencana anggaran dan mengaudit seluruh aktifitas yang berhubungan dengan operasional.

4. Diarahkan mampu mempertahankan eksistensinya dalan usaha yang dijalankan serta berupaya agar mulai merencanakan pengelolaan dan pribadi.

b. Sasaran jangka menengah

1. Memperluas dan mengembangkan sarana dan fasilitas sistem manajemen dan organisasi

2. Membuka diri dan bersaing secara positif dalam kegiatan sejenis yang bersekala nasional dan internasional.

3. Merintis dan merencanakan usaha-usaha baru yang layak, berkaitan dengan identitas dan misi lembaga.

c. Sasaran jangka panjang

1. Memiliki investasi dana amilin yang bertambah melalui kegiatan penghimpunan dana-dana bergulir.

2. Mengembangkan diri dengan membuat spesialisai parsial melalui anak-anak kegiatan yang dibuat atau dengan menghidupkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang ada.

Struktur Organisasi Baitulmaal Muamalat

(43)

Sumber : Company profil Baitulmaal Muamalat

Gambar 9 Struktur organisasi Baitulmaal Muamalat

Dewan Pembina :

1. Ketua : H. Achmad Riawan Amin Nasution, MSc 2. Anggota : Ir. H. Arviyan Arifin

3. Anggota : Drs. U Saefudin Noer 4. Anggota : Herudi Setiotomo Dewan Pengawas :

1. Ketua : Muhammad Hidayat 2. Anggota : Ir. H. Andi Buchari 3. Anggota : Oktavian P. Zamani Badan Pengurus :

1. Ketua : Bambang Kusnadi. 2. Sekretaris : Iwan Agustiawan Fuad. 3. Bendahara : Yayan Daryunanti.

Manajer Prograss Khusus

Manajer Administrasi dan umum

Manajer Pemberdayaan ekonomi Manajer

Perencanaan komunikasi dan standarisasi operasional

Manajer Progras Khusus Wakil manajemen

mutu.

Document Controller Internal Quality

auditor

(44)

Mekanisme Penyaluran Pembiayaan UMKM di Baitulmaal Muamalat

Salah satu program yang dibuat oleh Baitulmaal Muamalat (BMM) dalam penyaluran dana sosialnya untuk membantu mengembangkan UMKM di Indonesia adalah program Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid (KUM3). Program ini didirikan sejak tahun 2006. Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan, khususnya dibidang ekonomi haruslah dimulai dari pembangunan aspek maknawiyah masyarakat. Maknawiyah adalah kesadaran yang kuat jika keimanan dan ketaqwaan kepada Allah akan mendatangkan keberkahan hidup. Salah satu media yang dapat digunakan dalam membangun aspek maknawiyah adalah masjid. Masjid merupakan sarana strategis untuk membangun aspek maknawiyah mengingat perannya dalam pembinaan (dakwah). Masjid juga merupakan wahana sosialisasi dan mobilisasi umat. Didalamnya berhimpun berbagai komunitas dan pemimpin opini. Sehingga masjid merupakan media atau sarana strategis membangun kesadaran kolektif umat. Pemusatan aktivitas di masjid akan mencegah munculnya peserta program dengan mental negatif.

Program ini telah mendapat penghargaan berturut-turut sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dari Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) sebagai "The Best Community Economic Development Program". Prestasi ini menunjukkan bahwa Komunitas Usaha Mikro Muamalat berbasis Masjid (KUM3) terbukti nyata menjalankan programnya dengan baik. Tahap-tahap yang dilakukan oleh BMM dalam pengguliran pembiayaan untuk pelaku usaha mikro dijelaskan pada Gambar 10.

Ya Tidak

Gambar 10 Tahap-tahap penyaluran pembiayaan untuk UMKM Melakukan

Sosialisasi

Survey calon peserta

Melakukan seleksi peserta

Traning wajib kelompok usaha

Tidak diberikan pinjaman modalLKMS

Pemberian pinjaman

Gambar

Gambar 1 memperlihatkan bahwa jumlah dan persentase penduduk miskin
Tabel 1  Perkembangan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala usaha
Gambar 2  Jenis-jenis pembiayaan
Gambar 3  Skim Al mudlorobah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penempatan lokasi berdagang di tempat yang strategis dapat mempengaruhi perkembangan dan eksistensi pedagang kedepannya. Lokasi yang strategis dalam penelitian ini

Berdasarkan gambar grafik 1 dan 2 nilai kadar karbon monoksida (CO) dan hi- drokarbon (HC) dari penggunaan spark plug platinum pada putaran engine rendah (1000

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Universitas Islam Swasta di Kota Medan menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan nilai-nilai ajaran Islam terhadap

Dari pendapat-pendapat para pakar ekonomi tentang definisi harga tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa harga adalah elemen dalam bauran pemasaran yang tidak saja

Fasilitator memberikan beberapa pertanyaan terkait: revolusi digi- tal; kegiatan yang dimudahkan di era digital; dampak era digital bagi pendidikan dan pengasuhan anak; cara orang

Direktur menetapkan Unit Penjaminan Mutu (UPM) di tingkat Direktorat, sebagai perwakilan manajemen untuk keperluan audit internal maupun eksternal. Unit Penjaminan

Perhatikan dilingkungan sekitar anda, apakah disekitar tempat tinggal anda banyak berserakan sampah atau limbah ? jika ada, sebutkan sampah atau limbah apa saja

memberikan informasi ketelusuran asal usul bahan baku. PT Ratimdo Utama telah melakukan pencatatan/tally dalam setiap tahapan proses produksi mulai dari sawmill hingga