• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS GEL EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica Papaya L. ) 75% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA AKIBAT EFEK SAMPING BLEACHING (DITINJAU DARI DIAMETER LUKA GINGIVA DAN JUMLAH SEL MAKROFAG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS GEL EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica Papaya L. ) 75% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA AKIBAT EFEK SAMPING BLEACHING (DITINJAU DARI DIAMETER LUKA GINGIVA DAN JUMLAH SEL MAKROFAG)"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIFITAS GEL EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica Papaya L. ) 75% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA AKIBAT EFEK

SAMPING BLEACHING (DITINJAU DARI DIAMETER LUKA GINGIVA DAN JUMLAH SEL MAKROFAG)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : ALAN HENDRAWAN

20120340009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIFITAS GEL EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica Papaya L. ) 75% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA AKIBAT EFEK

SAMPING BLEACHING (DITINJAU DARI DIAMETER LUKA GINGIVA DAN JUMLAH SEL MAKROFAG)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : ALAN HENDRAWAN

20120340009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

EFEKTIFITAS GEL EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica Papaya L. ) 75% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA AKIBAT EFEK

SAMPING BLEACHING(DITINJAU DARI DIAMETER LUKA GINGIVA DAN JUMLAH SEL MAKROFAG)

Disusun oleh:

ALAN HENDRAWAN 20120340009

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal : 30 Mei 2016

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

drg. Any Setyawati, Sp. KG drg. Sartika Puspita, MDSc NIK : 19741202200710173084 NIK :19791028200910173109

Mengetahui ,

Kaprodi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas MuhammadiyahYogyakarta

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Alan Hendrawan

NIM : 20120340009

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar–benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 5 Mei 2016 Yang membuat pernyataan,

Tanda tangan

Alan Hendrawan

(5)

iv

MOTTO

“Keberhasilan terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. Selalu ikhtiar menuju tawakal, dan berakhir dengan

kegembiraan atas kesabaran. Karena pada dasarnya keberhasilan tidak datang

secara tiba-tiba, tetapidengan usaha, doa dan kerja keras agar menjadi

berhasil.”

Alan Hendrawan

“Kebaikan tidak akan bernilai selama diucapkan akan tetapi bernilai sesudah dikerjakan. Untuk itu kita lebih baik mencobanya daripada tidak sama sekali.

Dan jangan menunda sampai besok apa yang bisa dikerjakan hari ini. Karena

sesungguhnya Allah SWT maha mengetahui apa yang kita kerjakan dan Allah

SWT tidak akan memberikan cobaan yang melebihi batas kemampuan

hamba-Nya.”

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini persembahkan untuk :

ALLAH S.W.T

Keluarga yang selalu memberikan dukungan, terutama kedua orangtua penulis

ibu H. Eri Dwi Rosana S.E, ayah H. Soejarwo S.Sos. MM., keluarga besar, dan

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Efektifitas gel ekstrak daun

pepaya (carica papaya l.) 75% terhadap penyembuhan luka akibat efek samping bleaching (ditinjau dari diameter luka gingiva dan jumlah sel makrofag)” dapat diselesaikan tanpa halangan suatu apapun, tentu karya tulis ilmiah ini dapat selesai berkat dan tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Kedua orangtua peneliti yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat,

materi, dan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Prost., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. drg. Any Setyawati sp. KG., selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah bersedia memberi waktu, pengetahuan, bantuan pemikiran, saran bimbingan dan dorongan yang sangat berguna bagi peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

(8)

vii

7. drg. Tita Ratya Utari, Sp.Ort., selaku dosen penguji proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang telah bersedia memberikan banyak bimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. drg. Sartika Puspita, MDsc., selaku dosen penguji Karya Tulis Ilmiah ini yang telah bersedia memberikan banyak bimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Seluruh dosen Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan dosen-dosen pakar yang telah banyak memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10.Seluruh staf dan karyawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

11.Peruca Dwi Lestari, Adhila Shintia Devi, dan Novia Arisandi sebagai partner karya tulis ilmiah peneliti yang selalu memberikan semangat serta kerja sama yang baik dan telah mau berbagi ilmiah dengan saya.

12.Teman-teman prodi Kedokteran Gigi angkatan 2012 yang selalu meramaikan kuliah, kerja sama dengan baik, selalu memberikan dukungan, dan semangat. 13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima

kasih atas bantuan serta dukungan selama ini.

Semua bantuan yang diberikan kepada penulis semoga mendapatkan balasan dan karunia yang lebih dari Allah SWT. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan penulisan ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu Kedokteran Gigi pada umumnya dan bermanfaat bagi pembaca khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 5 Mei 2016 Penulis

(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka ... 9

1. Gigi ... 9

2. Bleaching ... 11

3. Luka atau cedera sel ... 16

4. Makrofag ... 22

5. Obat Kimia ... 25

6. Obat Herbal ... 28

7. Ekstrak ... 31

8. Gel ... 32

9. Tikus ... 33

B. Landasan Teori ... 34

C. Kerangka Konsep ... 36

D. Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

C. Subyek dan Sampel Penelitian ... 39

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 40

E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 41

F. Instrumen Penelitian ... 44

G. Cara Kerja ... 46

H. Analisa Data ... 54

I. Etik Penelitian ... 54

(10)

ix BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 57 B. Pembahasan ... 73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil rata rata diameter luka ... 61

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk pada Kelompok Perlakuan ... 62

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas pada Diameter Luka ... 63

Tabel 4. Hasil uji One Way Anova Diameter Luka ... 63

Tabel 5. Uji Least Significant Difference pada Kelompok Perlakuan ... 64

Tabel 6. Rata-rata jumlah sel makrofag setiap perlakuan pada Proses Penyembuhan Luka Pasca induksi luka gingiva yang diakibatkan oleh hidrogen peroksida konsentrasi 35% sebagai bahan bleaching .. 66

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk pada Kelompok Perlakuan ... 70

Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas pada Sel Makrofag ... 71

Tabel 9. Hasil uji One Way Anova Sel Makrofag ... 71

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur mikrograf elektron sebuah makrofag, huruf L adalah

lisosom Sekunder yang bersisi materi yang di fagositose... 25

Gambar 2. Mekanisme kerja obat kortikosteroid papaya ... 27

Gambar 3. Daun Pepaya (Carica papaya) ... 29

Gambar 4. Tikus Putih(Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley ... 33

Gambar 5. Kerangka Konsep ... 36

Gambar 6. Alur Penelitian ... 56

Gambar 7. Pengukuran diameter luka dengan sliding caliper ... 58

Gambar 8. Diameter Luka Pasca induksi luka setelah1 hari dengan hidrogen peroksida pada tikus spraguey dawley jantan ... 58

Gambar 9. Diameter Luka Pasca induksi luka menggunakan hidrogen peroksida dengan menggunakan perlakuan aquades pada tikus spraguey dawley jantan pada hari ke 1,3,5, dan 7... 59

Gambar 10. Diameter Luka Pasca induksi luka menggunakan hidrogen peroksida dengan menggunakan perlakuan Ekstrak daun pepaya konsentrasi 75% pada tikus spraguey dawley jantan pada hari ke 1,3,5, dan 7 ... 59

Gambar 11. Diameter Luka Pasca induksi luka menggunakan hidrogen peroksida dengan menggunakan perlakuan kenalog in orabase pada tikus spraguey dawley jantan pada hari ke 1,3,5, dan 7 ... 59

Gambar 12. Gambaran mikroskopis dengan perbesaran 40x menggunakan pewamaan HE perlakuan Ekstrak daun pepaya konsentrasi 75% pada tikus spraguey dawley jantan pada hari ke 1,3,5, dan 7 ... 66

Gambar 13. Gambaran mikroskopis dengan perbesaran 40x menggunakan pewarnaan HE perlakuan kenalog in orabase pada tikus spraguey dawley jantan pada hari ke 1,3,5, dan 7 ... 67

(13)

xii

INTISARI

Latar Belakang : Hidrogen peroksida 35% yang digunakan sebagai bahan bleaching memiliki efek negatif berupa luka jika terkena gingiva. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas gel ekstrak daun papaya (Carica Papaya L.)

konsentrasi 75% dalam mempercepat proses penyembuhan luka gingiva yang diakibatkan oleh hidrogen peroksida 35%.

Metode Penelitian :Desain penelitian eksperimental laboratoris in vivo pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley jantan, sampel 33 ekor dan dibagi 3 kelompok dengan masing-masing drop out 2 sampel, hari ke-0 semua tikus diinduksi hidrogen peroksida 35% dengan cara pengolesan, selanjutnya kelompok I diberikenalog in orabase, kelompok II gel ekstrak dan kelompok III aquades. Perlakuan dilakukan setiap hari dan hari ke 1,3,5 dan 7 tikus diambil satu secara acak untuk pengukuran diameter luka dan dekapitulasi rahang. Selanjutnya dilakukan pengamatan jumlah sel makrofag dalam preparat. Data penelitian dianalisis menggunakan Uji normalitas Saphiro Wilk karena sampel kurang dari 50. Apabila data terdistribusi normal dilanjutkan dengan analisa anova satu jalur sebagai uji komparatif. Selanjutnya menggunakan uji Least Significant Difference. Hasil : Data rata-rata diameter luka, kelompok I memiliki lebar diameter luka terkecil selanjutnya kelompok II lebih besar dan kelompok III. Untuk data jumlah sel makrofag jumlah rata-rata terbesar adalah kelompok III selanjutnya kelompok II dan kemudian kelompok I, jumlah sel makrofag terbanyak pada hari ke 1 dan ke 3. Uji normalitas Sahphiro Wilk semuanya signifikan, annova satu jalur semuanya signifikan, dan uji LSD Mean Difference tertinggi pada kelompok III yaitu sebesar 1,450.

Kesimpulan :gel ekstrak Daun Pepaya 75% dapat mempercepat proses penyembuhan luka ditinjau dari penurunan diameter luka dan jumlah sel makrofag.

(14)

13

ABSTRACT

Background: 35% Hydrogen peroxide used as a material bleaching have negative effects such as wounds if exposed to gingiva. The aimed of this study is to determine the effectiveness of papaya gel extract (Carica Papaya L.) with 75% concentration in accelerate healing of gingival wounds that caused by 35% hydrogen peroxide.

Methods: This study was an in vivo laboratory experimental in 33 male strain Sprague Dawley rats (Rattus norvegicus). The samples were divided into 3 groups with each 2 samples drop out, at day 0 all rats induced by 35% hydrogen peroxide with a basting, here in after group I was given Kenalog in orabase, group II was given gel extract and group III was given distilled water. The treatment was done every day and in day 1,3,5 and 7 the rats were taken at random for measuring the diameter of the wound and recapitulation of the jaw. Furthermore, observe the number of macrophages in the preparations. The normality of data were analyzed with Shapiro Wilk because the sample is less than 50. If the data are normally distributed the test will followed by one way ANOVA as the comparative test and using the Least Significant Difference test. Results: The average diameter of the wound for the first group have a smallest diameter, group 2 is wider and group3. The average based on number of macrophage cells, group III have the most machropage cells, followed by group II and group I have least machropage cells, the largest number of macrophage cells is on day 1 and day 3. Saphiro Wilk and One Way Anova test show all data is significant and LSD test that have the highest Mean Difference is in group III in the amount of 1,450.

Conclusion: 75% papaya leaf extract gel can accelerate the wound healing process in terms of a reduction in the diameter of the wound and the amount of macrophage cells.

(15)
(16)

INTISARI

Latar Belakang : Hidrogen peroksida 35% yang digunakan sebagai bahan bleaching memiliki efek negatif berupa luka jika terkena gingiva. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas gel ekstrak daun papaya (Carica Papaya L.)

konsentrasi 75% dalam mempercepat proses penyembuhan luka gingiva yang diakibatkan oleh hidrogen peroksida 35%.

Metode Penelitian :Desain penelitian eksperimental laboratoris in vivo pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley jantan, sampel 33 ekor dan dibagi 3 kelompok dengan masing-masing drop out 2 sampel, hari ke-0 semua tikus diinduksi hidrogen peroksida 35% dengan cara pengolesan, selanjutnya kelompok I diberikenalog in orabase, kelompok II gel ekstrak dan kelompok III aquades. Perlakuan dilakukan setiap hari dan hari ke 1,3,5 dan 7 tikus diambil satu secara acak untuk pengukuran diameter luka dan dekapitulasi rahang. Selanjutnya dilakukan pengamatan jumlah sel makrofag dalam preparat. Data penelitian dianalisis menggunakan Uji normalitas Saphiro Wilk karena sampel kurang dari 50. Apabila data terdistribusi normal dilanjutkan dengan analisa anova satu jalur sebagai uji komparatif. Selanjutnya menggunakan uji Least Significant Difference. Hasil : Data rata-rata diameter luka, kelompok I memiliki lebar diameter luka terkecil selanjutnya kelompok II lebih besar dan kelompok III. Untuk data jumlah sel makrofag jumlah rata-rata terbesar adalah kelompok III selanjutnya kelompok II dan kemudian kelompok I, jumlah sel makrofag terbanyak pada hari ke 1 dan ke 3. Uji normalitas Sahphiro Wilk semuanya signifikan, annova satu jalur semuanya signifikan, dan uji LSD Mean Difference tertinggi pada kelompok III yaitu sebesar 1,450.

Kesimpulan :gel ekstrak Daun Pepaya 75% dapat mempercepat proses penyembuhan luka ditinjau dari penurunan diameter luka dan jumlah sel makrofag.

(17)

ABSTRACT

Background: 35% Hydrogen peroxide used as a material bleaching have negative effects such as wounds if exposed to gingiva. The aimed of this study is to determine the effectiveness of papaya gel extract (Carica Papaya L.) with 75% concentration in accelerate healing of gingival wounds that caused by 35% hydrogen peroxide.

Methods: This study was an in vivo laboratory experimental in 33 male strain Sprague Dawley rats (Rattus norvegicus). The samples were divided into 3 groups with each 2 samples drop out, at day 0 all rats induced by 35% hydrogen peroxide with a basting, here in after group I was given Kenalog in orabase, group II was given gel extract and group III was given distilled water. The treatment was done every day and in day 1,3,5 and 7 the rats were taken at random for measuring the diameter of the wound and recapitulation of the jaw. Furthermore, observe the number of macrophages in the preparations. The normality of data were analyzed with Shapiro Wilk because the sample is less than 50. If the data are normally distributed the test will followed by one way ANOVA as the comparative test and using the Least Significant Difference test. Results: The average diameter of the wound for the first group have a smallest diameter, group 2 is wider and group3. The average based on number of macrophage cells, group III have the most machropage cells, followed by group II and group I have least machropage cells, the largest number of macrophage cells is on day 1 and day 3. Saphiro Wilk and One Way Anova test show all data is significant and LSD test that have the highest Mean Difference is in group III in the amount of 1,450.

Conclusion: 75% papaya leaf extract gel can accelerate the wound healing process in terms of a reduction in the diameter of the wound and the amount of macrophage cells.

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Estetika merupakan faktor penting dalam penentuan perawatan

endodontik untuk pasien. Beberapa pasien mengeluhkan mengenai perubahan

warna gigi. Pada gigi yang mengalami perubahan warna atau diskolorisasi

gigi, pemutihan gigi dianggap sebagai cara untuk merestorasi estetika gigi

(Grossman, dkk., 1995). Salah satu cara perawatan gigi dalam penanganan

perubahan warna gigi adalah pemutihan gigi atau bleaching (Aschheim dan

Dale, 2001). Bleaching merupakan prosedur non restorasi yang mengandung

material pemutih dan dapat berperan sebagai oksidator dan reduktor. Bahan

yang umum dipakai adalah oksidator seperti cairan hidrogen peroksida,

karbamid peroksida, dan natrium perborat. Hidrogen peroksida dan karbamid

peroksida diindikasikan untuk pemutihan gigi atau bleaching secara eksternal

sedangkan natrium perborat secara internal (Walton dan Torabinejad, 2008).

Dilihat dari prosedurnya pemutihan gigi dibagi menjadi dua, Pemutihan

gigi dikerjakan diklinik oleh dokter gigi secara langsung yang biasa disebut

in-office bleaching atau dilakukan dirumah yang biasa disebut home bleaching

dengan pantauan dokter gigi (Aschheim dan Dale, 2001). Penggunaan jangka

panjang bahan bleaching dapat menyebabkan iritasiatau cedera sel serta

(19)

2

(Ferit, dkk., 2011). Penyebab cedera sel atau iritasi sangat bervariasi, secara

umum penyebab cedera sel dapat dikelompokan ke dalam beberapa kategori,

yaitu kekurangan oksigen, faktor fisik, kimia dan biologis, reaksi imunologis,

kelainan genetik dan ketidakseimbangan nutrisi (Sjamsuhidajat, dkk., 2012).

Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan salah satu bahan bleaching,

hidrogen peroksida tersedia dalam berbagai tingkat kekuatan walaupun yang

biasa dipakai adalah larutan yang distabilkan dengan kadar 30% sampai 35%

(Walton dan Torabinejad, 2008). Bahan in-office bleaching yang biasa dipakai

adalah hidrogen peroksida 35% (Istianah, 2015). Hidrogen peroksida juga

termasuk dalam oksidator kuat sehingga dikenal sebagai bahan bleaching gigi

yang efektif. (Goldberg,dkk.,2010). Hidrogen peroksida merupakan bahan

kimia yang dapat menyebabkan kerusakan gingiva, terbakar dan terkelupas

(Walton dan Torabinejad, 2008). Kerusakan tersebut terjadi sebanding dengan

kadar dan jumlah bahan yang mengenai tubuh, cara dan lamanya kontak, serta

sifat dan cara kerja zat kimia tersebut. Zat kimia akan terus bereaksi sampai

bahan tersebut habis dijaringan tubuh yang di cederai (Sjamsuhidajat, dkk.,

2012). Hidrogen peroksida (H2O2) berperan sebagai agen oksidator radikal

bebas yang tidak mempunyai pasangan elektron dan akan lepas, kemudian

mengakibatkan reaksi oksidasi (Istinah, 2015).

Sel-sel yang terlibat dalam proses cedera atau luka akibat peradangan

adalah leukosit fagositik (neutrofil atau PMN dan makrofag atau eosinofil),

trombosit, dan limfosit (Price dan Wilson, 2006). Pada respon inflamasi akut

(20)

3

mediator lain dari sel-sel yang rusak, dan migrasi sel darah putih seperti

leukosit polimorfonuklear dan makrofag (Morison, 2004). Makrofag berperan

dalam mempertahankan jaringan normal dengan enzim lisosomnya. Makrofag

merupakan pertahanan pertama terhadap infeksi, dengan cara memakan dan

menghancurkan bakteri yang masuk (Bloom dan Fawcett, 2002).

Mekanisme atau proses penyembuhan luka dibagi ke dalam tiga fase,

yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodelling (Sjamsuhidajat, dkk., 2012).

Obat kimia merupakan upaya untuk mempercepat proses penyembuhan luka,

seperti penggunaan topikal kortikosteroid yang dianjurkan untuk

pengobatanulserasi pada mukosa mulut.Kenalog in orabasemerupakan jenis

topikal kortikosteroid yang sudah banyak digunakan sebagai agen

antiinflamasi untuk mengobati luka pada mukosa mulut (Krasteva,dkk., 2010).

Kenalog in orabase juga mengandung kortikosteroid topikal yang sangat

efektif dalam adesif (Balaji, 2009).

Indonesia mempunyai lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obatdan 300

jenis diantaranya sudah dimanfaatkan sebagai obat herbal. Pepaya (Carica

papaya) adalah salah satu tanaman berkhasiat yang bisa dijadikan obat. Salah

satu bagian dari tanaman pepaya yang berkhasiat obat ialah daunnya. Daun

pepaya sering dijadikan bahan makanan sehari-hari walaupun rasanya pahit

(Yapian, dkk., 2013). Daun pepaya memiliki kandungan senyawa aktif berupa

enzim papain dan flavonoid sebagai antiinflamasi.Ekstrak daun pepaya

mempunyai efek antiinflamasi berupa penurunan jumlah sel makrofag

(21)

4

Berbagai macam tumbuhan herbal yang ada dibumi memiliki banyak

manfaat dan pada dasarnya semua tumbuhan yang ada dibumi itu baik, sesuai

dalam Al-Quran surat Asy-Syuara ayat 7 yang berbunyi :

مي ك جْ ّلك ْنم ا يف انْتبْنأ ْمك ضْر ْْا ىلإ اْ ي ْمل أ

Artinya, “Dan apakah mereka tidak memperlihatkan bumi, betapa kami

tumbuhkan di bumi itu berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) yang baik”.

Penggunaan sumber daya yang ada dibumi harus dimanfaatkan dengan

bijaksana dan maksimal sesuai manfaatnya, sesuai dalam surat Al-Quran surat

Al-Isra ayat 27 :

Artinya, “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah

saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.

Berdasarkan ayat diatas peneliti memaknai bahwa Allah SWT

menciptakan semua tumbuhan di dunia ini baik dan mempunyai manfaat, kita

harus memaksimalkan pemanfaatan dari tumbuhan tersebut agar kita tidak

termasuk orang yang boros.Bahan uji seperti obat yang akan dimanfaatkan

pada manusia harus lolos dari pengujian laboratorium secara tuntas dan

dilanjutkan dengan penelitian pada hewan percobaan untukmengetahui

kelayakan dan keamanannya. Hewan percobaan diperlukan untuk

mengamatidan mengkaji seluruh reaksi dan interaksi bahan uji yang diberikan,

(22)

5

Pemanfaatan daun papaya (Carica Papaya L.)masih jarang, terutama dalam

bidang kedokteran gigi. Berdasarkan latarbelakang tersebut peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang efektifitas gel ekstrak daun papaya

(Carica Papaya L.) terhadap penyembuhan luka gingiva akibat bahan

bleachingyaitu hidrogen peroksida melalui pengamatan penurunan diameter

luka dan penurunan jumlah sel makrofag pada tikus putih (Rattus norvegicus)

galur Sprague Dawley jantan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat

dirumuskan suatu permasalahan yaitu apakah gel ekstrak daun papaya (Carica

Papaya L.) konsentrasi 75% efektif mempercepat penyembuhan luka yang

diakibatkan oleh hidrogen peroksida konsentrasi 35% sebagai bahan bleaching

dilihat dari penurunan diameter luka dan jumlah sel makrofag ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan umum

Mengetahui efektifitas gel ekstrak daun papaya (Carica Papaya L.)

konsentrasi 75% dalam mempercepat proses penyembuhan luka gingiva

yang diakibatkan oleh hidrogen peroksida konsentrasi 35% sebagai bahan

bleaching pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley

(23)

6

2. Tujuan khusus

Mengetahui efektifitas gel ekstrak daun papaya (Carica Papaya L.)

konsentrasi 75% terhadap penurunan diameter luka dan jumlah sel

makrofag pada proses penyembuhan luka gingiva yang diakibatkan oleh

hidrogen peroksida konsentrasi 35% sebagai bahan bleaching pada tikus

putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley jantan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti

Menambah pengalaman dan mendapat informasi baru mengenai manfaat

gel ekstrak daun papaya (Carica Papaya L.) sebagai terapi alternatif dalam

penyembuhan luka gingiva yang diakibatkan oleh hidrogen peroksida

sebagai bahan bleaching pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur

Sprague Dawley jantan melalui pengamatan penurunan diameter luka dan

jumlah sel makrofag.

2. Bagi masyarakat

Menambah wawasan publik tentang terapi alternatif dalam upaya

peningkatan durasi penyembuhan luka gingiva dan menambah nilai

ekonomis dari daun pepaya.

3. Bagi ilmu pengetahuan

Memberikan informasi baru dalam ilmu kedokteran khususnya kedokteran

gigi dan diharapkan penelitian ini menjadi acuan dalam melakukan

(24)

7

gingiva yang diakibatkan oleh iritasi hidrogen peroksida sebagai bahan

bleaching.

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian mengenaiefektifitas gel ekstrak daun papaya (Carica

Papaya L.) pada penyembuhan luka gingiva akibat bahan bleaching yaitu

hidrogen peroksida melalui pengamatan penurunan diameter luka dan jumlah

sel makrofag pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley

jantan belum pernah dilakukan sebelumnya, tetapi ada beberapa penelitian

yang menggunakan variabel berbeda, subyek yang berbeda, atau sebaliknya.

Antara lain adalah :

1. “Efek konsentrasi ekstrak buah adas (foeniculum vulgare mill.) topikal

pada epitelisasi penyembuhan luka gingiva labial tikus sprague dawley in

vivo”. Oleh Recita Indraswary tahun 2011, Universitas Sultan Agung.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan efek pemberian

konsentrasi ekstrak buah adas secara topikal pada kepadatan fibroblast dari

pengamatan histologis maupun klinis antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol. Perlukaan dibuat menggunakan punch biopsy

berdiameter 2,5 mm hingga kedalaman mencapaitulang alveolar,kelompok

kontrol positif menggunakan hexetidine 0,1%. Perbedaan penelitian

menggunakan ekstrak buah adas. Persamaan penelitian adalah

menggunakan hewan uji tikus sprague dawley dan sama-sama untuk

(25)

8

2. “Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap

Jumlah Sel Makrofag pada Gingiva Tikus Wistar yang Diinduksi

Porphyromonas Gingivalis”. Oleh Aldelia dkk. tahun 2013, Universitas

Jember. Ekstrak daun pepaya muda (Carica papaya) mempunyai

kemampuan untuk menurunkan jumlah sel makrofag pada gingiva tikus

wistar yang diinduksi P.Gingivalis melalui aktivitas antibakteri dan

antiinflamasi. Perbedaan penelitian adalah penggunaan jenis tikus dan

induksi luka yang berbeda. Persamaan sama-sama melihat jumlah sel

makrofag dan menggunakan daun pepaya.

3. Efek Ekstrak Etanol Daun Awar-Awar (Ficus Septica Burm.F) terhadap

Kemampuan Epitelisasi pada Tikus (Rattus Norvegicus). Oleh Rahman,

dkk. pada tahun 2013.Penelitian tersebut menggunakan ekstrak etanol

daun awar-awar pada konsentrasi 0,5%, 1% dan 1,5%. Pada perlukaan

dilakukan dengan menempelkan logam panas (1000C) selama 2 detik pada

daerah kulit punggung tikus.Ekstrak etanol daun awar-awar memiliki

kemampuan epitelisasi pada tikus putih dan pada konsentrasi 1.5 % sangat

signifikan sebagai obat untuk penyembuhan. Perbedaannya dengan

penelitian saya adalah bahan yang digunakan berupa daun pepaya dan

perlukaannya menggunakan bahan bleaching hidrogen peroksida

35%.Persamaannya adalah variabel yang diamati yaitu penurunan

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka 1. Gigi

a. Warna normal gigi

Warna normal pada gigi permanen adalah kuning keabu-abuan,

putih keabu-abuan, atau putih kekuning-kuningan. Warna normal pada

gigi sulung adalah putih kebiru-biruan. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi warna gigi, antara lain adalah transluensi dan ketebalan

email, ketebalan dan warna dentin yang melapisi dibawahnya, dan juga

warna pada pulpa (Grossman, dkk., 1995).

b. Diskolorasi gigi

Diskolorasi gigi merupakan kondisi perubahan warna gigi

dengan etiologi multifaktorial yang diklasifikasikan sebagai unsur

ekstrinsik dan intrinsik, dan dapat terjadi karena sejumlah penyakit

metabolik, kondisi sistemik, dan faktor lokal seperti luka

(Kermanshah, dkk 2013). Perubahan dalam warna dapat bersifat

fisiologik dan patologik atau eksogenus dan endogenus. Perubahan

warna gigi seseorang dapat dipengaruhi dengan seiringnya

peningkatan usia, email manusia menjadi lebih tipis karena abrasi atau

erosi, dan dentin menjadi lebih tebal karena deposisi dentin sekunder

(27)

atau keabu-abuan dibandingkan dengan gigi orang muda (Grossman,

dkk., 1995).

Diskolorasi gigi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

ekstrinsik dan instrinsik (Grossman, dkk., 1995) :

1) Diskolorasi ekstrinsik ditemukan pada permukaan luar gigi dan

biasanya bersifat lokal, seperti noda atau stain tembakau. Beberapa

diskolorasi ekstrinsik seperti noda nitrat perak hampir tidak dapat

dihilangkan karena stain memasuki permukaan mahkota dan sukar

dihilangkan, hanya dapat dihilangkan dengan bahan-bahan kimiawi

saja.

2) Diskolorasi instrinsik adalah noda yang terdapat di dalam email

dan dentin yang disebabkan oleh penumpukan bahan di dalam

struktur-struktur seperti stain tetracycline. Apabila masuk ke dalam

dentin akan nampak terlihat karena translusensi email. Hal ini

dapat dihubungkan dengan periode perkembangan gigi seperti pada

dentinogenesis imperfekta atau dapat diperoleh setelah selesainya

perkembangan seperti pada nekrosis pulpa.

Menurut (Walton dan Rotsein, 2008) penyebab perubahan warna

gigi disebabkan oleh dua faktor :

1) Noda alamiah, warna yang didapat

a) Nekrosis Pulpa

b) Pendarahan Intrapulpa

(28)

d) Defek perkembangan : Obat obatan sistemik, defek dalam

pembentukan gigi, kelainan darah dan faktor lain

2) Perubahan warna Iatrogenik, perubahan warna karena perawatan

Endodonsi

a) Material obturasi

b) Sisa jaringan pulpa

c) Obat-obatan intrakanal

d) Restorasi korona

2. Bleaching

a. Definisi bleaching

Bleaching merupakan pembuangan noda atau warna dengan zat

kimia dalam kedokteran gigi, penghilangan atau pengurangan

diskolorisasi mahkota gigi dengan jalan aplikasi sementara bahan

pemutih misalnya dengan hidrogen peroksida. Prosesnya bisa

dipercepat dengan pemberian panas atau sinar ultraviolet (Harty dan

Ogston, 2012).

b. Teknik bleaching

1) Teknik eksternal

Prosedur bleaching menggunalan teknik eksternal, atau

teknik pemutihan vital merupakan aplikasi oksidator pada

permukaan email dari gigi dengan pulpa yang masih vital. Teknik

eksternal mempunyai kekurangan karena lebih banyak

(29)

yang diletakkan pada email yang relatif tidak permiabel, sehingga

lebih sedikit peluangnya untuk mencapai daerah yang terjadi

diskolorisasi. (Walton dan Torabinejad, 2008).

2) Teknik internal

Teknik yang ini digunakan untuk diskolorisasi gigi yang

berasal dari dalam gigi. Dilakukan dengan aplikasi pasta yang

terdiri dari natrium perborate dan air atau hidrogen peroksida,

masing-masing didalam ruang pulpa (Navageni, dkk., 2011).

Teknik ini merupakan metode paling sering digunakan untuk

memutihkan gigi yang berkaitan dengan perawatan saluran akar

(Walton dan Torabinejad, 2008).

c. Macam bleaching

1) In-office bleaching

Metode pemutihan gigi ini dinilai sangat agresif karena dapat

menyebabkan kerusakan enamel akibat paparan hidrogen

peroksida. Oleh karena itu metode ini dikenal sebagai power

bleaching. Metode ini dilakukan langsung ditempat praktek,

biasanya menggunalan hidrogen peroksida dengan konsentrasi

33% (Schmidseder, 2011). Namun konsentrasi 30% sampai 35%

(Superoxol, Perhydrol) merupakan bahan yang paling umum

(30)

2) Home bleaching

Salah satu keuntungan dari home bleaching adalah dokter

gigi hanya menghabiskan sedikit waktu untuk merawat pasien.

Namun dokter gigi harus memiliki kualifikasi yang diperlukan

untuk mengajarkan pasien tentang prosedur home bleaching.

Kekuranganya dari home bleaching pasien harus berkolaborasi

secara aktif. Jika pasien tidak melaksanakan prosedur home

bleaching dengan tepat, pasien tidak akan mendapatkan efek terapi

yang diharapkan. Bahkan jika pasien menggunakan bahan home

bleaching terlalu banyak setiap hari, hasilnya dapat menjadi gigi

hipersensitif atau iritasi gingiva (Schmidseder, 2011).

d. Bahan bleaching

1) Hidrogen peroksida (H2O2)

Hidrogen proksida merupakan agen pengoksidasi yang

berdifusi ke gigi dan pecah menghasilkan radikal bebas yang tidak

stabil. Radikal bebas yang tidak stabil menyerang molekul pigmen

organik di ruang antara garam anorganik dan berada pada enamel

gigi bagian dalam, sehingga unsur molekul yang berpigmen lebih

kecil. Molekul kecil mencerminkan kurang cahaya, sehingga

menciptakan efek pemutihan (Kihn, 2007). Hidrogen peroksida

tersedia dalam berbagai tingkat kekuatan walaupun yang biasa

dipakai adalah larutan yang distabilkan dengan kadar 30% sampai

(31)

2) Karbamid peroksida (CH6N2O3)

Larutan encer Carbamide Peroxide 10% paling banyak

digunakan dalam metode home bleaching. Bahan ini terbagi lagi

menjadi 3,35% larutan hidrogen peroksida dan 6,65% larutan urea

(CH4N2O). 15% dan 20% larutan carbamide peroxide juga

digunakan oleh dokter gigi untuk prosedur home bleaching

(Jenssen dan Tran, 2011).

3) Natrium perborat (NaBO3)

Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk atau

dalam berbagai kombinasi campuran komersial. Kandungan bahan

ini adalah perborat sekitar 95% yang dapat menghasilkan 9,9%

oksigen. Bahan ini akan stabil dalam keadaan kering, namun jika

ada asam, air hangat atau air akan berubah menjadi natrium

metaborat, hidrogen peroksida, dan oksigen dalambentuk nasen.

Natrium preborat lebih mudah dikontrol dan lebih aman daripada

hidrogen peroksida pekat. Oleh karena itu material ini merupakan

pilihan bagi pemutihan secara interna (Walton dan Torabinejad,

2008).

4) Material oksidator lain

Bahan natrium peroksiborat monohidrat (Amosan)

melepaskan oksigen lebih banyak dibandingkan dengan natrium

perborat, oleh karena itu dahulu dianjurkan untuk pemutihan secara

(32)

Bahkan natrium hipoklorit yang merupakan bahan irigasi saluran

akar bisa diperoleh sebagai bahan pemutih untuk keperluan rumah

tangga dengan konsentrasi 3-5% (Walton dan Rostein, 2008).

e. Efek samping hidrogen peroksida

Hidrogen peroksida merupakan agen atau bahan pemutihan gigi

yang efektif, tetapi konsentrasi tinggi (35%) harus digunakan dengan

hati-hati, untuk menghindari meningkatnya resiko yang bisa terjadi

(Harshitha, 2014). Hidrogen peroksida (H2O2) sebagai agen oksidator

memiliki radikal bebas yang tidak mempunyai pasangan elektron.

Radikal bebas dari peroksida adalah perhidroksil (HO2) dan

oksigenase (O). Reaksi penguraian hidrogen peroksida menjadi radikal

bebas adalah H2O2 HOO+ + O- (Istianah, 2015).

Radikal bebas pada hidrogen peroksida akan bereaksi dengan

ikatan tidak jenuh dan menyebabkan gangguan konjugasi elektron dan

perubahan penyerapan energi pada molekul organik, Molekul ini

berubah struktur kimianya dengan tambahan oksigen dan akan

membentuk molekul organik email yang lebih kecil (Hendari, 2009).

Hidrogen peroksida dapat mengakibatkan denaturasi kolagen yang

menyebabkan kolagen terdemineralisasi dan tidak terbentuk lapisan

hibrid yang baik sehingga lapisan tersebut akan memebentuk bagian

yang lemah (Noort, 2007).

Menurut (Jenssen dan Tran, 2011) ada dua resiko atau efek

(33)

1) Gigi sensitif

Satu dari sekian faktor yang dapat menyebabkan gigi sensitif

itu adalah penggunaan bahan glycerin yang terkandung di dalam

bahan pemutih gigi. Bahan tersebut menyebabkan penyerapan air

dari tekanan yang lebih rendah. Dalam hal ini dari email, tubulus

dentin, dan lapisan epitel mukosa atau gusi. Proses dehidrasi

tersebut menyebabkan rasa ngilu dan sensitif.

2) Iritasi gingiva

Setiap proses bleaching jarigan gingiva dapat mengalami

iritasi. Iritasi gingiva dapat meluas dihubungkan dengan konsetrasi

hidrogen peroksida yang ditemukan pada bahan bleaching. Bisa

juga dikarenakan tray yang mendorong melawan gingiva selama

proses bleaching dan dapat menyebabkan trauma.

3. Luka atau cedera sel

a. Definisi

Hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh disebut dengan

luka, beberapa penyebab terjadinya luka karena trauma benda tumpul,

perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, dan gigitan hewan

(Sjamsuhidajat, dkk., 2012).

b. Luka gingiva

Gingiva merupakan jaringan ikat fibrosa, ditutupi epitel, yang

mengelilingi dan melekat di antara gigi dan tulang alveolar (Harty dan

(34)

sebagian jaringan pada gingiva (Sjamsuhidajat, dkk., 2012). Luka

pada pada bagian gingiva sering dijumpai akibat keadaan abnormalitas

pada daerah rongga mulut. Penyembuhan luka pada daerah gingiva

terbilang kompleks karena gingival terdapat di area terbuka dan sering

terkontaminasi bakteri yang masuk melalui rongga mulut (Hartini

IGAA, 2012).

c. Jenis luka menurut (Sjamsuhidajat, dkk., 2012)

1) Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh

dokter. Luka bakar berat dapat menyebabkan morbiditas dan

derajat cacat yang lebih parah dibandingkan luka dengan penyebab

lain. Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan efek

sistemik yang sangat kompleks. Beratnya ditentukan oleh

kedalaman, luas, dan letak luka tersebut.

2) Luka sengatan listrik, terjadi karena adanya arus listrik yang

mengalir dibagian tubuh. Arus listrik menimbulkan kelainan

karena rangsangan terhadap saraf dan otot.

3) Luka akibat zat kimia, luka tersebut dapat biasanya disebabkan

karena kelengahan, pertengkaran, kecelakaan kerja atau kecelakaan

industri laboratorium. Kerusakan yang terjadi sebanding dengan

kadar dan jumlah bahan zat kimia yang mengenai tubuh, cara dan

lamanya kontak, dan juga sifat dan cara kerja zat kimia tersebut.

Zat kimia akan tetap merusak jaringan sampai bahan tersebut habis

(35)

4) Cedera suhu dingin, biasanya terjadi pada bagian ujung tubuh yang

langsung terkena suhu dingin seperti jari kaki dan tangan, telinga,

dan hidung. Faktor kelembapan udara yang rendah serta angin

kencang memperparah kerusakan jaringan yang tidak terlindung.

Awalnya bagian terasa dingin, kemudian merasa tebal, lalu

merasakan kehilangan daya rasa (anestesi). Kadang terasa nyeri

menyengat dan berdenyut. Kulit menjadi kemerahan kemudian

pucat seperti lilin.

5) Luka radiasi dan ionisasi, radiasi yang bersifat ionisasi akan

merusak kromososm sehingga dapat menyebabkan mutasi yang

menjadi dasar keganasan. Radiasi dapat terjadi total pada seluruh

tubuh, setempat, atau melalui kontaminasi bahan radioaktif yang

masuk melalui inhalasi, kulit, mulut, atau luka.

6) Luka tembak, tingkat keparahan luka tembak tergantung dari

jaringan yang terkena dan dari jenis senjata atau peluru yang

dipakai. Besarnya energi tembak dipengaruhi oleh massa,

kecepatan, dan gaya berat peluru.

7) Luka gigit dan sengatan serangga, luka ini dapat disebabkan oleh

hewan liar, hewan peliharaan, atau manusia. Luka gigitan hanya

berupa luka tusuk kecil atau luka luas yang berat.

d. Sistem pertahanan tubuh

Sistem imun, imunitas adalah resistensi terhadap penyakit

(36)

spesifik. Sistem imun nonspesifik berupa komponen normal tubuh

yang selalu ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah mikroba

masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkan mikroba tersebut.

Sistem imun nonspesifik memiliki pertahanan fisik atau mekanik

seperti kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin,

pertahanan biokimia seperti pH asam keringat dan sekresi sebaseus,

berbagai asam lemak dan protein membran sel, pertahanan humoral

komplemen, interferon, C-reaktive protein (CRP) dan kolektin serta

pertahanan selular seperti sel fagosit, makrofag, sel NK, dan sel mast.

Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda

yang dianggap asing bagi dirinya (Baratawidjaja, 2006).

e. Proses penyembuhan luka

Penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh re-epitelisasi, karena

semakin cepat proses re-epitelisasi semakin cepat pula luka tertutup

sehingga semakin cepat penyembuhan luka. Kecepatan dari

penyembuhan luka dapat dipengaruhi dari zat-zat yang terdapat dalam

obat yang diberikan, jika obat tersebut mempunyai kemampuan untuk

meningkatkan penyembuhan dengan cara merangsang lebih cepat

pertumbuhan sel-sel baru (Prasetyo, dkk., 2010)

Proses penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase, meliputi fase

inflamasi, fase poliferatif, dan fase remodeling (Sjamsuhidajat, dkk.,

(37)

1) Fase inflamasi

Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai

kira-kira hari ketiga. Inflamasi pada luka hewan dimulai segera setelah

terjadinya luka dan berlangsung pada hari pertama sampai hari

ketiga (Reeder, dkk., 2009). Dalam fase ini diawali oleh

pendarahan yang diakibatkan oleh terputusnya pembuluh darah

kemudian akan dihentikan oleh tubuh dengan vasokontriksi,

pengerutan ujung pembuluh darah yang putus (retraksi), dan reaksi

hemostasis. Tanda dan gejala klinis reaksi inflamasi berupa rubor,

kalor, dolor, dan tumor (Sjamsuhidajat, dkk., 2012). Pada respon

inflamasi akut terhadap cedera yang mencangkup hemostasis,

pelepasan histamin dan mediator lain dari sel-sel yang rusak, dan

migrasi sel darah putih seperti leukosit polimorfonuklear dan

makrofag (Morison, 2004).

Dalam fase ini terdapat aktivitas seluler yang terjadi yaitu

pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah menuju

luka karena daya kemotaksis (Sjamsuhidajat, dkk., 2012). Limfosit

lebih banyak terdapat di bagian stroma organ limfoid dan di dalam

lamina propria saluran cerna. Pada lokasi tersebut, limfosit

berfungsi melindungi lumen usus terhadap flora bakteri (Bloom

(38)

2) Fase poliferasi

Fase fibroplasia atau disebut fase poliferasi karena yang

paling menonjol adalah proses proliferasi pada fibroblas. Fase ini

berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir

minggu ketiga. Fibroblas berasal dari sel mesenkim yang baru

berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam amino

glisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar serat kolagen yang

akan mempertautkan tepi luka (Sjamsuhidajat, dkk., 2012).

Pada fase proliferasi, luka dipenuhi oleh sel radang, fibroblas,

kolagen, serta pembentukan jaringan berwarna merah dengan

permukaan yang menonjol yang disebut granulasi. Setelah

tertutupnya seluruh permukaan luka, proses proliferasi dengan

pembentukan jaringan granulasi akan terhenti dan memulai proses

pematangan pada fase remodeling (Sjamsuhidajat, dkk., 2012).

3) Fase remodeling

Fase remodeling adalah proses pematangan yang terdiri dari

penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan yang

sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya menghasilkan

penampakan ulang jaringan yang baru. Fase ini dapat berlangsung

berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir bila semua gejala radang

telah hilang.Selama sel ini berlangsung, dihasilkan jaringan parut

yang pucat, tipis, dan lentur. Terlihat pengerutan maksimal pada

(39)

menahanrenggangan sekitar 80% dari kemampuan kulit normal

(Sjamsuhidajat, dkk., 2012).

4. Makrofag

a. Definisi makrofag

Makrofag adalah sel yang mobil, bersifat fagosit, berinti tunggal,

dan besar. Bersama dengan leukosit polimorfonuklear jumlahnya

terlihat meningkat di setiap daerah peradangan (Harty dan Ogston,

2012). Menurut (Grossman, 1995) makrofag adalah sel fagositik yang

mencerna (ingest) debris selular, mikroorganisme, dan bahan

particulate (tersusun dari partikel terpisah). Makrofag berasal dari

monosit yang beredar. Monosit imatur pada daerah ekstravaskular

seperti daerah inflamasi. Dalam keadaan patologis tertentu makrofag

dapat berbentuk aneh. Pada tempat radang menahun makrofag

berbentuk poligonal atau dalam keadaan seperti ini biasa disebut

sel-sel epiteloid. Bila makrofag bergerombol mengelilingi benda asing

mereka akan meleburkan diri membentuk massa besar berinti banyak

yang disebut sel raksasa (Bloom dan Fawcett, 2002).

b. Peran makrofag

Makrofag berperan mempertinggi reaksi imunologik dengan

mencerna, memproses dan menurunkan antigen sebelum disajikan

pada limfosit (Grossman dkk., 1995). Makrofag bekerja menangani

antigen dan menyajikanya kepada limfosit dalam bentuk yang lebih

(40)

(IL-1), faktor nekrosis tumor (TMF), dan faktor perangsang koloni

granulosit-makrofag (GM-CSF), sitokin dengan efek luas pada sistem

imun, bekerja merangsang proliferisasi limfosit-B dan produksi

antibodi. Makrofag juga bersifat kemotaktik bagi neutrofil dan

mitogenik bagi fibroblas. Didalam peredaran darah makrofag bekerja

pada sumsum tulang untuk meningkatkan jumlah neutrofil yang

beredar (Bloom dan Fawcett, 2002).

c. Cara kerja makrofag

Setelah meninggalkan sumsum tulang, monosit akan tinggal

selama 8-74 jam dalam darah, kemudian akan melintasi kapiler atau

venula untuk masuk jaringan penyambung untuk menjadi makrofag.

Dalam proses perubahan monosit menjadi makrofag terjadi

peningkatan sintesis protein dan peningkatan ukuran sel, juga

peningkatan ukuran aparatus golgi, pertambahan jumlah lisosom,

mikrotubulus dan mikrofilamen. Fungsi makrofag adalah

memfagositose sisa-sisa sel, zat intersel yang berubah,

mikroorganisme dan partikel-partikel lembam yang masuk tubuh. Bila

menemukan benda asing dalam bentuk besar makrofag akan

bergabung dengan banyak sel makrofag sampai ditemukan 100 inti

makrofag yang bergabung yang disebut sel raksasa benda asing.

Makrofag mempunyai nama spesifik di berbagai organ tubuh,

makrofag di hati disebut sel Kupffer, di pulmo disebut alveoler

(41)

kondroklas dan pada jaringan umumnya disebut histiosit (Harjana,

2011).

Dalam menanggulangi infeksi makrofag tidak bekerja sendiri,

mereka berinteraksi dengan limfosit yang juga mengumpul di invasi

bakteri. Aktivasi makrofag tergantung pada lipopolisakarida (LPS)

yang merupakan unsur dari permukaan bakteri gram negatif pada

interferon gamma (INF), interferon gamma (INF) merupakan sebuah

sitokin yang diproduksi oleh limfosit-T karena adanya rangsang dari

antigen (Bloom dan Fawcett, 2002).

d. Macam makrofag

Menurut bentuk dan sifatnya ada dua jenis makrofag, makrofag

bebas dan makrofag tetap. Makrofag bebas mempunyai bentuk yang

bervariasi yang mengembara melalui substansi dasar sedangkan

makrofag tetap tumbuh perlahan yang terentang sepanjang serat

kolagen dengan bentuk yang tidak berbeda dari fibroblas. Namun

istilah tradisional makrofag bebas dan tetap saat ini telah diganti

dengan istilah deskriptif yang lebih cocok yaitu makrofag residen dan

makrofag giat (Bloom dan Fawcett, 2002). Makrofag residen adalah

makrofag yang terdapat pada tempat tertentu tanpa adanya stimulus

dari luar dan dapat dibedakan dari fibroblas karena intinya yang sedikit

kecil, lebih gelap dan sitoplasma lebih heterogen. Makrofag residen

berbentuk fusiform atau selata dan tersebar luas di antara berkas serat

(42)

pembuluh darah kecil. sedangkan makrofag giat adalah makrofag yang

datang ketempat tertentu atas respon stimulus (Bloom dan Fawcett,

2002).

e. Identifikasi makrofag

Sel makrofag adalah sel raksasa yang berbentuk tidak teratur dan

mempunyai inti yang bulat serta dapat bergabung dengan sel-sel

[image:42.595.181.500.302.580.2]

makrofag lainya (Harjana, 2011).

Gambar 1. Struktur mikrograf elektron sebuah makrofag, huruf L adalah lisosom Sekunder yang bersisi materi yang di fagositose

5. Obat Kimia

Pengobatan untuk proses penyembuhan luka pada mukosa mulut

dapat menggunakan topikal kortikosteroid. Topikal kortikosteroid

memiliki fungsi sebagai agen anti-inflamasi, sedangkan obat kimia

(43)

(Savage dan McCullough, 2005). Pemakaian obat topikal kortikosteroid

dianjurkan untuk pengobatan ulserasi pada mukosa mulut. Fungsinya

sebagai agen antiinflamasi. Topikal kortikosteroid dapat berupa

triamcinolone acetonide 0,1%, kenalog in orabase, salep hydrocortisone

acetate 1% dan salep bethamethasone dipropionate 0,05% (Krasteva,

dkk., 2010). Kenalog in orabase (triamcinolone acetonide) adalah

kortikosteroid sintetik yang memiliki inflamasi, dan tindakan

anti-alergi yang dapat memberikan lega cepat dari mulut kelembutan, nyeri,

peradangan dan ulserasi (New Zealand data sheet, 2013). Kenalog in

orabase merupakan obat yang digunakan untuk pengobatan luka akut dan

kronis dari mukosa mulut. Kenalog in orabase dianjurkan untuk

penyembuhan stomatitis ulseratif, erosif lichen planus, denture stomatitis,

gingivitis deskuamatif, dan stomatitis aphthous. Kenalog in orabase juga

mengandung kortikosteroid topikal yang sangat efektif dalam adesif. Dosis

penggunaan kenalog pada mukosa mulut setiap olesan atau lima gram

(44)
[image:44.595.100.489.101.561.2]

Gambar 2. Mekanisme kerja obat kortikosteroid papaya

Siklooksigenase (COX) merupakan enzim yang bertanggung jawab

untuk pembentukan mediator biologis penting yang disebut prostanoids,

termasuk prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan. Sedangkan enzim

lipoksigenase mengkatalisis penggabungan sebuah molekul oksigen ke Kerusakan membran sel

Fosfolipid

Fosfolipase

Asam arachidonat

Siklooksigenase Lipooksigenase

Asam hidroperoksid Endoperoksid

Leukotrin LTA

COX-1 COX-2

Tromboksan Prostacyclin

Prostaglandin

LTC4-LTD4-LTE4 LBT4

Berperan dalam Peradangan

Berperan dalam peradangan Dihambat

(45)

karbon pada satu dari beberapa ikatan rangkap asam arakidonat, hingga

membentuk gugus hidroksiperoksi (Dawn, dkk., 2000)

6. Obat Herbal

Obat herbal merupakan obat-obatan yang dibuat dari bahan

tumbuhan, baik itu tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun

tumbuhan liar. Obat herbal adalah salah satu bagian dari obat tradisional

mencakup juga obat yang dibuat dari bahan hewan, mineral, atau

gabungan dari bahan hewan, mineral, dan tumbuhan (Mangan, 2003).

Pepaya

a. Klasifikasi tumbuhan pepaya, yaitu:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-Divisi : Angiosperma

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Caricales

Famil : Caricaceae

Spesies : Carica papaya L.

(Rukmana, 1995)

b. Karakteristik

Pepaya (Carica papaya) bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman

papaya berasal dari Amerika Tengah yang beriklim tropis. Di

Indonesia, tanaman pepaya baru dikenal secara umum sekitar tahun

(46)

Tanaman pepaya termasuk tumbuhan perdu dan dapat tumbuh

setahun atau lebih. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 meter

(Handayani dan Maryani, 2004). Batang tanaman berbentuk bulat

lurus, berbuku-buku, di bagian tengahnya berongga, dan tidak berkayu

(Haryoto, 1998).

Bunga berwarna putih. Buah berbentuk elips, berwarna hijau saat

masih muda dan berubah kuning kemerahan setelah masak (Handayani

dan Maryani, 2004). Bagian dalam buah berongga dan berisi banyak

biji berwarna hitam (Haryoto, 1998).

Daun pepaya bertulang menjari, permukaan daun bagian atas

berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau

muda. Daun pepaya tergolong besar, tunggal, tangkainya panjang dan

[image:46.595.246.434.471.603.2]

berongga (Haryoto, 1998).

Gambar 3. Daun Pepaya (Carica papaya)

c. Kandungan dan manfaat

Kandungan zat kimia pepaya cukup banyak. Getahnya

mengandung cauthouc, damar, papaine, dan payotine. Daun pepaya

(47)

2004). Kandungan alkaloid karpain menyebabkan rasa pahit pada

daun. Alkaloid memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Kalie, 2000).

Daun pepaya juga mengandung senyawa aktif yaitu enzim papain dan

flavonoid sebagai anti radang. Penelitian sebelumnya menyatakan

enzim papain bekerja sama dengan vitamin A, C dan E untuk

mencegah radang, sedangkan flavonoid menghambat enzim

siklooksigenase dan lipooksigenase. Penghambatan kedua enzim

tersebut diharapkan dapat menurunkan proses radang (Aldelina,

dkk.,2013).

Flavonoid adalah bahan aktif yang dikenal sebagai antiinflamasi

atau antiradang. Flavonoid juga berfungsi sebagai bahan antioksidan

alamiah, sebagai bakterisida, dan dapat menurunkan kadar kolesterol

jahat atau LDL didalam darah (Jaelani, 2007).

Saponin memiliki rasa pahit pada bahan pangan nabati. Saponin

berfungsi menghambat pertumbuhan kanker kolon dan membantu

kadar kolesterol menjadi normal (Ide, 2010). Senyawa saponin

berperan sebagai antikoagulan yang berfungsi untuk mencegah

penggumpalan darah. Saponin juga berkhasiat sebagai ekspektoran,

yaitu mengencerkan dahak (Jaelani, 2007).

Tanin adalah antioksidan berjenis polifenol yang mencegah serta

menetralisasi efek radikal bebas yang merusak, menyatu, dan mudah

(48)

berfungsi membekukan protein yang berefek negatif pada mukosa

lambung (Shinya, 2008).

d. Khasiat daun pepaya

Daun pepaya dimanfaatkan untuk mengobati penyakit demam,

keputihan, jerawat, penambah nafsu makan, dan pelancar ASI

(Handayani dan Maryani, 2004).

7. Ekstrak

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang

dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan

pelarut cair. Sedangkan ekstrak merupakan sediaan dengan bentuk kental

yang diperoleh dengan mengekstrak senyawa aktif dari simplisia nabati

atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua

atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa

diperlakukan hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM,

2000).

Ada beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut

menurut (Ditjen POM, 2000), yaitu:

a. Cara dingin

1) Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan atau

pengocokan pada suhu kamar.

2) Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru,

(49)

tahapan pengembangan bahan, tahapan maserasi, tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak), kemudian

dilakukan terus menerus sampai diperoleh ekstrak atau perkolat

yang tidak meninggalkan sisa.

b. Cara panas

1) Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didih, selama waktu tertentu, dan jumlah pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan disertai pendingin balik. Umumnya

dilakukan pengulangan proses pada residu pertama tiga sampai

lima kali sehingga proses ekstraksi sempurna.

2) Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,

umumnya dikakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak

kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik.

3) Digesti adalah maserasi kinetik (pengadukan) pada temperatur

yang lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50ºC.

4) Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 96-98ºC

selama 15-20 menit dipenangas air, biasanya berupa bejana infus

tercelup dengan penangas air yang mendidih.

8. Gel

Gel adalah sediaan semi padat yang biasanya digunakan pada kulit,

(50)

topikal, pelunak kulit atau sebagai pelindung. Gel didefinisikan sebagai

suatu sistem setengah padat yang tersusun baik dari partikel anorganik

maupun organik dan saling diresapi cairan. Sifat gel antara lain bersifat

lunak, lembut, mudah dioleskan, dan tidak meninggalkan lapisan

berminyak pada permukaan kulit (Wardani, 2009).

9. Tikus

Tikus adalah hewan yang melakukan aktivitas atau kegiatanya pada

malam hari. Tikus putih (Rattus Norvegicus) atau biasa dikenal dengan

nama lain Norway Rat berasal dari wilayah Cina dan menyebar ke Eropa

bagian barat (Sirois, 2005). Pada wilayah Asia Tenggara, tikus ini

berkembang biak di Filipina, Indonesia, Laos, Malaysia, dan Singapura

(Adiyati, 2011). Tikus ini termasuk tikus yang jinak dan dapat

digolongkan ke dalam Ordo Rodentia atau hewan pengerat, Famili

Muridae dari kelompok mamalia atau hewan menyusui (Priyambodo,

1995).

[image:50.595.206.454.556.677.2]

Menurut (Akbar, 2010) Klasifikasi tikus putih adalah sebagai berikut:

(51)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Subordo : Odontoceti

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus

Ada tiga macam tikus putih yang digunakan untuk percobaan

laboratorium yaitu Sprague Dawley, Long Evans dan Wistar. Tikus galur

Sprague-Dawley dinamakan demikian, karena ditemukan oleh seorang ahli

Kimia dari Universitas Wisconsin, Dawley. Dalam penamaan galur ini, dia

mengkombinasikan dengan nama pertama dari istri pertamanya yaitu

Sprague dan namanya sendiri menjadi Sprague Dawley (Akbar, 2010).

B. Landasan Teori

Salah satu penatalaksaan dari perubahan warna gigi adalah dengan

melakukan pemutihan gigi (bleaching), ada beberapa bahan pemutih gigi yang

bisa digunakan contohnya adalah hidrogen peroksida. Namun ada beberapa

efek samping yang bisa terjadi akibat bleaching, seperti gigi sensitif dan iritasi

gingiva. Iritasi gingiva dapat dikarenakan oleh trauma mekanis seperti tray

yang mendorong dan melawan gingiva selama proses bleaching atau bisa juga

(52)

Bahan bleaching seperti hidrogen peroksida dapat menyebabkan iritasi

gingiva atau luka pada gingiva. Jika terjadi iritasi gingiva pada pasien, pasien

akan mengeluhkan rasa sakit, gangguan fungsi bicara, rasa tidak nyaman

bahkan infeksi. Oleh sebab itu durasi penyembuhan iritasi gingiva atau

perlukaan menjadi faktor penting untuk meminimalisasi keluhan yang

disampaikan pasien.

Faktor yang mempercepat penyembuhan luka adalah asam amino,

vitamin, nutrisi, dan mineral. Daun papaya (Carica Papaya L.)merupakan

pohon Asia yang telah digunakan dalam obat tradisional yang mengandung

flavonoid, saponin, dan tanin yang berperan penting dalam proses

penyembuhan luka. Pada penelitian ini mengunakan gel ekstrak daun papaya

(Carica Papaya L.) sebagai terapi alternatif dalam penyembuhan luka gingiva

yang diakibatkan oleh hidrogen peroksida sebagai bahan bleaching melalui

pengamatan penurunan ukuran diameter luka dan jumlah sel makrofag pada

(53)

C. Kerangka Konsep

Keterangan : Garis lurus ( ) = dilakukan penelitian

[image:53.595.112.511.118.615.2]

Garis putus-putus (---) = tidak dilakukan penelitian

Gambar 5. Kerangka Konsep Bleaching

Bahan Bleaching

Efek Samping

Penyembuhan Luka

Gigi Sensitif

Karbamid Peroksida Natrium Perborat

Fase Proriliferasi

Fase Inflamasi Fase

Remodelling Kimia

Makrofag

Neutrofil Limfosit Fibroblas

Iritasi Gingiva

Daun papaya

(Carica Papaya L.)

Pengukuran diameter luka dan jumlah sel makrofag

Flavonoid, Tanin, dan Saponin sebagai antiinflamasi

Proses Penyembuhan Luka

Obat

Herbal

(54)

D. Hipotesis

Berdasarkan teori yang diuraikan pada tinjauan pustaka, maka hipotesis

penelitian ini adalah pemberian gel ekstrak daun papaya (Carica Papaya L.)

konsentrasi 75% efektif menurunkan diameter luka dan jumlah sel makrofag

pada saat proses penyembuhan luka gingiva akibat efek samping hidrogen

(55)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental laboratoris

in vivo pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley jantan,

yaitu dengan melakukan tindakan terhadap subyek penelitian dan selanjutnya

mempelajari dengan menganalisis efek yang timbul dari tindakan yang

dilakukan terhadap subyek.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa tempat, yaitu :

a. Daun Pepaya diperoleh dari perkebunan belimbing manis di Muntilan,

Magelang, Jawa Tengah.

b. Pembuatan ekstrak daun papaya (Carica Papaya L.) dilaksanakan di

Laboratorium Farmasi unit II Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

c. Pembuatan gel ekstrak daun papaya (Carica Papaya L.) dilaksanakan

di Laboratorium Farmasi unit II Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

d. Seleksi Hewan uji dan pengukuran diameter luka tikus putih (Rattus

norvegicus) galur Sprague Dawley jantan di Laboratorium FKIK,

(56)

39

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai dengan Januari

2016.

C. Subyek dan Sampel Penelitian

1. Subyek

a. Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley jantan

Subyek yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus yang diperoleh

dari Abadi Jaya, Gondok gang Narodo No. 3X, Condong Catur,

Depok, Sleman, Yogyakarta. Tikus yang digunakan 33 ekor dengan

kriteria, jenis kelamin jantan dengan berat sekitar 200-250 gram dan

umur ± 3 bulan. Kondisi lingkungan sekitar termasuk kandang dan

konsumsi makanan yang diberikan pada tikus dikendalikan.

b. Daun papaya (Carica Papaya L.) diperoleh dari Muntilan, Magelang,

Jawa Tengah. Daun pepaya berwarna hijau segar dan tampak bersih.

2. Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dihitung

dengan rumus Federrer (1963) :

Keterangan :

n = jumlah sampel

t = jumlah variabel

Gambar

Gambar 1. Struktur mikrograf elektron sebuah makrofag, huruf L adalah lisosom Sekunder yang bersisi materi yang di fagositose
Gambar 2. Mekanisme kerja obat kortikosteroid papaya
Gambar 3. Daun Pepaya (Carica papaya)
Gambar. 4 Tikus Putih(Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley (Sumber : Budhi Akbar, 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

industries, especially in how to be a professional receptionist and how to make the.

palmivora dan peranan jamur tersebut di dalam menurunkan hasil kakao masih belum diketahui, untuk itu maka telah dilakukan penelitian dengan judul “Hubungan

Panjang tiap langkah yang dibuat pelari dapat dianggap sebagai jumlah dari tiga jarak yang terpisah : Jarak takeoff (takeoff distance), yaitu jarak horisontal titik berat badan

ICctoa Program Studi Fakultas

Pada penelitian [2] - [4] telah berhasil dilakukan pemantauan secara real time dengan jaringan internet menggunakan indikator suhu, arus, serta tegangan, namun

Registry dalam platform sistem operasi Microsoft Windows 32-bit, merupakan sebuah basis data yang disusun secara hierarkis yang mengandung informasi mengenai konfigurasi

Puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya Penulis dapat menyelesaikan laporan tugasakhiryang berjudul“Penerapan Algoritma Memetika

Dari beberapa jenis latihan aerobik maka dipilih jenis High Impact, intensitas latihan tersebut didasarkan pada gerakan kaki yang meninggalkan lantai dan dalam