• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPENTINGAN INDONESIA BERGABUNG DALAM ASIAN INFRASTRUCTURE INVESTMENT BANK (AIIB) (Indonesia’s Interest Joins in Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB))

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPENTINGAN INDONESIA BERGABUNG DALAM ASIAN INFRASTRUCTURE INVESTMENT BANK (AIIB) (Indonesia’s Interest Joins in Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB))"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

KEPENTINGAN INDONESIA BERGABUNG DALAM ASIAN INFRASTRUCTURE INVESTMENT BANK (AIIB)

(Indonesia’s Interest Joins in Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB))

SKRIPSI

Disusun oleh : ST Khadijah Tinni

20100510112

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

KEPENTINGAN INDONESIA BERGABUNG DALAM ASIAN INFRASTRUCTURE INVESTMENT BANK (AIIB)

(Indonesia’s Interest Joins in Asian Infrastructure Investment Bank(AIIB))

SKRIPSI

Disusun guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) pada Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh: ST Khadijah Tinni

20100510112

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini, penulis menyatakan bahwasanya , Skripsi yang dibuat ini, adalah murni hasil karya pribadi penulis. Sebelumnya, tidak pernah diajukan untuk tujuan memperoleh gelar akademik kesarjanaan Strata-I pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, baik di lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di Perguruan Tinggi lainnya.

Dalam Skripsi ini, tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas, dicantumkan sebagai sumber acuan dalam naskah, dengan dicantumkan nama dan dilampirkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini penulis buat dengan sesungguh-sungguhnya, dan sesadar-sadarnya . Apabila dikemudian hari, terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dalam bentuk apapun, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, di lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 25 Desember 2016

(5)

MOTTO

Put Your Future in the Best Place-

In Your Own Hand (J)

Setiap Langkah yang Pergi Akan

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini, kupersembahkan untuk

keluargaku:

Pertama, Ibunda (Alm) Dr. Syamsuez Salihima., M.Ag. Perempuan terkasih

yang selalu mengingatkan untuk tidak melupakan Allah. Pengajar yang selalu

membimbing dan mendukung selama proses penulisan skripsi ini.

Kedua, Kepada (Alm) Drs. Tinni Ghafiruddin. Lelaki tercinta yang telah

dititipkan aku kepadanya, menciptakan masa kecil paling bahagia yang pernah ku

jalani.

Ketiga, Saudara-saudaraku, Kak Kia, Kak Uchet, Kak Ummul, Bang Salah,

Bang Ushi, dan Mhiena. Mereka yang selalu menceramahi dan mengingatkan

untuk segera selesai KULIAH.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan atas kehaditrat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dimana penulis skripsi ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar akademik Sarjana Ilmu Politik (S.IP) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul “Kepentingan Indonesia Bergabung dalam Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)”.

Penulisan skripsi ini didorong oleh keingin tahuan dari penulis mengenai dinamika politik ekonomi luar negeri Indonesia dewasa ini. Di mana Indonesia sebagai negara maritim terbesar dapat menjadi kekuatan poros dunia dan meningkatkan pengaruhnya dalam skala internasional. Dengan adanya sinkronisasi kebijakan atas terbentuknya Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) sebagai bank multilateral baru dengan membawa kekuatan politik Tiongkok sebagai raksasa Asia. Dilain hal, kedua negara ini menjadi bahan penelitian yang menarik dikarenakan oleh karakter dua negara yang berbeda tetapi memiliki keinginan yang sama dan berusaha untuk saling bekerja sama.

(8)

kasih atas semua bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil dari semua pihak, serta memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan.

Waalaikumsalam Wr. Wb

Yogyakarta, 25 Desember 2016

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, setelah sekian tahun menjalani npolemik batin dan pergantian judul sebanyak dua kali, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kepentingan Indonesia Bergabung dalam Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)”. Selama proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan, dukungan, dorongan , doa dan perhatian berbagai pihak.

Melalui karya ini, penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada sejumlah pihak, antara lain:

1. Keluargaku tercinta, Ibundaku, Bapakku, saudara-saudaraku. Terima kasih selalu menjadi “Rumah” di mana aku pulang kembali.

2. Ibu Dr. Nur Azizah, M.Si., selaku pembimbing skripsi, terima kasih penulis haturkan kepada Ibunda atas kritik, saran, motivasi, perhatian dan dukungan yang telah diberikan. 3. Ibu Siti Muslikhati, S.Ip., M.Si., selaku Dosen Penguji Skripsi I. Beliau yang menerangkan

banyak hal dalam metodologi penyusunan skripsi yang baik sehingga penulis dapat menemukan alur yang tepat dalam menulis skripsi ini.

4. Bapak Takdir Ali Mukti, S. Sos, M.Si., selaku Dosen Penguji Skripsi II. Beliau yang mengarahkan dalam pengolahan data yang bijak hingga dapat menghasilkan skripsi yang dapat dipertanggungjawabkan.

(10)

6. Seluruh kawan-kawan Hubungan Internasional Angkatan 2010 yang satu persatu telah menjadi seseorang yang memiliki nama, selamat berjuang sebagai Muda Mendunia

7. Saudara seperjuangan di Solidaritas Untuk Orang Pinggiran dan Perjuangan Kampus (SOPINK). Maaf aku menjadi kader yang selalu menghilang, pertemanan kalian, diskusi tentang kemanusiaan bersama kalian hingga larut lamat dengan bercangkir-cangkir kopi hitam adalah pengalaman dan kenangan yang membuka hati saya untuk lebih dekat kepada rakyat dan hidup yang apa adanya. Rakyat Kuasa

8. Saudari-saudariku, Mbak Arina, Tety, Syasya, Tika, Suci, Yayi.

9. Adek-adekku yang sering memarahi aku yang terlalu keras kepala. Tarima kasih Allah sudah mempertemukan kita. Tata yang selalu mau berbagi cerita dan nasehat. Rita yang cuek bebek, Indah & Laily yang satu paket, Kiki yang terlalu peka dengan komentar, Nunu, Latifah, Opee, Fifin, dan kalian-kalian yang ikhlas berbagi canda tawa

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... x

1. Konsep Kepentingan Nasional (National Interest Concept) ... 6

2. Politik Luar Negeri (Model Aktor Rasional (Rational Actor Model)) ... 9

E. Hipotesis ... 14

F. Jangkauan Penelitian ... 14

G. Metodologi Penelitian ... 15

H. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II KEANGGOTAAN INDONESIA DALAM LEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL ... 17

A. Indonesia dalam World Bank (WB) ... 22

B. Indonesia dalam Asian Development Bank (ADB) ... 29

C. Indonesia dalam ASEAN Infrastructure Fund (AIF) ... 34

BAB III KEANGGOTAAN INDONESIA DALAM ASIAN INFRASTRUCTURE INVESTMENT BANK (AIIB) ... 41

A. Sejarah AIIB ... 42

B. Anggota Pendiri AIIB ... 46

(12)

D. Struktur Tata Kelola AIIB ... 51

E. Posisi Indonesia dalam AIIB ... 54

BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA BERGABUNG DALAM ASIAN INFRASTRUCTURE INVESTMENT BANK (AIIB) ... 57

A. Peningkatan Hubungan Bilateral Indonesia dan Tiongkok ... 59

B. Upaya Mewujudkan Indonesia Poros Maritim Dunia ... 62

BAB V KESIMPULAN ... 79

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Untung Rugi ... 10

Tabel 2 Tabel Untung Rugi Keikutsertaan Indonesia Bergabung dalam Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) ... 13

Tabel 3 Penyertaan Modal Negara Kepada Organisasi/Lembaga Keuangan Internsional 2012-2013 (dalam Miliyar Rupiah) ... 18

Tabel 4 Penyertaan Modal Negara Lainnya 2012-2013 (dalam Miliyar Rupiah) ... 19

Tabel 5 Indonesia: Pinjaman Kumulatif, Hibah, dan Bantuan Teknis yang disetujui ... 32

Tabel 6 Perbandingan Global Cakupan Pelayanan Infrastruktur ... 35

Tabel 7 Equity Contribution and Voting Power... 37

Tabel 8 Anggota Pendiri AIIB ... 47

Tabel 9 Struktur Tata Kelola AIIB ... 52

Tabel 10 Keperluan Investasi Infrastruktur RPJMN 2015-2019 ... 67

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Rencana Pembangunan Infrastruktur Jalur Sutera ... 46

Gambar 2 Struktur Organisasi AIIB... 52

Gambar 3 Tahapan Pembangunan dan Arah Kebijakan RPJMN 2015-2019... 58

Gambar 4 Indikator Keberhasilan Kedaulatan Maritim ... 68

(15)
(16)

ABSTRACT

This study aimed to determine the interests underlying the participation of Indonesia joined the Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) which is an international financial institution promoted by the Government of the People's Republic of China (PRC) in the rebuilding of the triumph of the Silk Road in the current era, which is also in synergy with the interests of the Indonesian government under President Joko Widodo to realize Indonesia as the world's maritime axis. The result of this study describes AIIB as alternative sources of funding in infrastructure development in Indonesia.

Key words: AIIB, Silk Road, World's Maritime Axis, Indonesia, PRC, International Financial

(17)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan nasional Indonesia dibentuk atas dasar pada upaya mencapai kedaulatan pangan, kecukupan energi dan pengelolaan sumber daya maritim dan kelautan. Seiring dengan itu, pembangunan lima tahun ke depan juga mengarah kepada kondisi peningkatan kesejahteraan berkelanjutan, warganya berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakatnya memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, dan postur perekonomian makin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan iptek sambil bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan.(Nasional, 2014)

(18)

Keberadaan infrastruktur sangat penting dalam mendukung pembangunan ekonomi dan sosial karena infrastruktur yang baik dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Baik dalam dunia usaha maupun bagi sosial kemasyarakatan. Dengan infrastruktur yang memadai, biaya produksi, transportasi, komunikasi dan logistik semakin murah, jumlah produksi meningkat, laba usaha meningkat, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Ketersediaan infrastuktur juga mempercepat pemerataan pembangunan melalui pembangunan infrastruktur yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dan antar wilayah sehingga mendorong investasi yang baru, lapangan kerja baru dan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Konektivitas antar penduduk suatu negara juga semakin dekat dan membuka isolasi bagi masyarakat yang terbelakang.

(19)

ke-47, Brunai Darussalam ke-58, Indonesia ke-61, Vietnam dan Laos masing-masing ke-82 dan 84, sedangkan Filipina peringkat ke-96 dunia. (Suroso, 2015)

Data di atas kemudian mengalami perubahan yaitu peningkatan empat angka dengan dilangsirnya data WEF 2014/2015. Daya saing global Indonesia periode 2014-2015 meningkat empat peringkat dari sebelumnya 38 menjadi 34. Sedangkan dari segi infrastruktur dan konektivitas, ranking Indonesia meningkat dari ranking ke-61 menjadi ranking ke-56. Hal ini berarti menunjukkan peningkatan lima angka dari tahun kemarin atau dua puluh angka sejak 2011. (Suroso, 2015)

Selain Indonesia yang terus melakukan upaya dalam meningkatkan pembangunan berkelanjutan demi mencapai kesejahteraan masyarakat, beberapa tahun belakangan ini kawasan Asia pada umumnya telah memperlihatkan perkembangan yang sangat signifikan dari segi ekonomi dan pembangunan yang dipromotori oleh Tiongkok (Republik Rakyat Tiongkok/ RRT) dan India, hal ini tentu menjadi pendorong tersendiri untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa negara-negara Asia sedang memacu diri untuk menjadi kekuatan baru yang sedari dulu berada di bawah kekuasaan Amerika dan Eropa.

(20)

Indonesia dan Tiongkok mulai menjalin hubungan diplomatik pada tanggal 13 April 1950, yang kemudian dibekukan pada 30 Oktober 1967 akibat tragedi 30 September di tahun 1965. Hubungan bilateral mulai kembali membaik sejak tahun 1980-an, ketika Menteri Luar Negeri Tiongkok Qian Qichen bertemu dengan Presiden Soeharto dan Menteri Negara Moediarto dari Indonesia pada tahhun 1989 untuk membahas dimulainya kembali hubungan diplomatik kedua negara.(Sekilas Hubungan Bilateral Tiongkok dan Indonesia)

Oktober 2013 lalu, untuk pertama kalinya presiden Xi Jinping mengumumkan gagasan Maritime Silk Road of the 21th (MSR). Demi merealisasikan mega proyek MSR, Tiongkok mendirikan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) sebagai sumber dana pembangunan infrastruktur transportasi negara-negara Asia.(Rahmawaty, 2015)

Indonesia yang telah bergabung dengan AIIB semenjak penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) AIIB yang dilakukan pada tanggal 25 November 2014, bertempat di Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Pramadi, 2014) juga memutuskan ikut serta dalam inisiatif strategis MSR yang bersinergi dengan cita-cita Indonesia yang ingin kembali menjadi poros maritim dunia melihat bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.

(21)

berskala Internasional seperti World Bank (WB) yang telah menjalin kerjasama dengan Indonesia dalam waktu yang cukup lama.

Hal tersebut menjadi alasan yang secara akademik mendorong penulis untuk mengangkat skripsi ini dengan judul “Kepentingan Indonesia Bergabung dalam Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)”.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi Indonesia bergabung dengan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).

2. Sebagai bahan referensi dan diskusi para pencinta ilmu dalam membahas Asia sebagai kekuatan baru dunia.

C. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menetapkan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Mengapa Indonesia bergabung dalam Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)?”

D. Kerangka Pemikiran / Teori yang digunakan:

(22)

1. Konsep Kepentingan Nasional (National Interest Concept)

Secara fundamental dapat ditelaah bahwasanya setiap tindakan yang dilakukan oleh negara baik dalam skala internal maupun eksternal dilakukan dengan tujuan yang tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mengejar, memperoleh, dan mempertahankan kepentingan nasional sesuai dengan tujuan dan cita-cita negara.

Konsep kepentingan nasional merupakan konsep yang populer dalam menganalisa permasalahan yang timbul dalam kajian hubungan internasional, baik untuk mendeskripsikan, menjelaskan maupun menganjurkan perilaku para aktor. Kepentingan nasional merupakan alasan utama suatu negara untuk mengambil suatu kebijakan luar negerinya. Morgenthau berpendapat bahwa perilaku negara dalam hubungan internasional dituntut oleh pengejaran kepentingan nasional, kepentingan nasional itu adalah memperoleh, mempertahankan atau memperbesar kekuatan negara.(Mas'oed, 1990)

(23)

Bergabungnya Indonesia sebagai anggota AIIB merupakan perpanjangan tangan dari kebutuhan indonesia untuk mencapai kepentingan nasionalnya dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi. AIIB yang dibentuk khusus untuk memberikan pinjaman pembangunan infrastruktur di kawasan Asia akan memberikan keuntungan tersendiri bagi Indonesia, sebagai negara maritime terbesar di kawasan Asia Tenggara, akan menjadikan Indonesia sebagai partner yang diperhitungkan oleh AIIB.

Dari kepentingan nasional suatu negara mampu menghasilkan berbagai kebijakan. Kebijakan yang dikeluarkan suatu negara, baik dalam negeri maupun luar negeri, umumnya bertujuan untuk mewujudkan cita-cita/ideologi yang dipegang dan ingin dicapai oleh suatu negara. Kepentingan nasional menggerakkan aktor untuk melakukan suatu interaksi dengan aktor lainnya.(Saputra, 2013)

Kepentingan nasional dapat diartikan sebagai sejumlah tujuan suatu negara yang mengerucut untuk kepentingan yang lebih luas dengan cara meningkatkan dan mempertahankan power dari suatu negara. Setiap negara memiliki satu kepentingan nasional yang terdiri dari beberapa kepentingan negara. Suatu negara harus menekankan dan memperhatikan satu kepentingan negara dan menunda kepentingan lainnya, dan pilihan tersebut diputuskan berdasarkan petunjuk yang berasal dari kepentingan nasional negara tersebut.(Saputra, 2013)

(24)

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 sebagai jabaran dari visi, misi, dan agenda (Nawa Cita) pemerintah dalam mencapai visi pembangunan nasional. Tetapi dalam merealisasikan RPJMN tersebut salah satu masalah dan tantangan pokok yang dihadapi Indonesia dalam pembangunan nasional adalah ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi sangat terbatas dan harus dapat ditingkatkan. Keterbatasan ketersediaan infrastruktur selama ini merupakan hambatan utama untuk memanfaatkan peluang dalam meningkatkan investasi serta menyebabkan mahalnya biaya logistik.(Nasional, 2014)

Padahal investasi di bidang infrastruktur memiliki efek spillover ekonomi yang kuat. Setiap investasi US$1 di bidang infrastruktur dapat menghasilkan kebutuhan investasi sebesar US$3-US$4 di sektor-sektor ekonomi lainnya. Di Asia, setiap investasi US$ 1 miliar di sektor infrastruktur dapat menciptakan 18.000 kesempatan kerja. Menurut estimasi ADB, permintaan investasi untuk pembangunan infrastruktur di negara Asia antara tahun 2010 dan 2020 menyentuh US$8 triliun dengan tambahan US$290 miliar untuk proyek-proyek regional.(Keuangan, 2014)

(25)

tuntutan masyarakat semakin berkembang, baik dalam hal pemenuhan kebutuhan sosial, keamanan dan lain-lain.

2. Politik Luar Negeri (Model Aktor Rasional (Rational Actor Model)) Politik luar negeri adalah strategi atau rencana tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan (decision maker) suatu negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.(Plano & Olton, 1999)

Dalam studi hubungan internasional, kita dapati bahwa kajian kebijakan luar negeri sangat luas dan kompleks. Kebijakan luar negeri dalam pengertian luas terdiri atas pola-pola yang diwujudkan oleh suatu negara dalam memperjuangkan dan mewujudkan kepentingan nasional, dalam hubungannya dengan negara lain atau dilakukan terhadap lingkungan eksternalnya. Politik luar negeri dapat berarti sebagai tindakan rasional (rational action) suatu negara dalam usaha memenuhi kepentingan nasionalnya di lingkungan internasional, dapat juga berarti hanya sebagai pernyataan gramatik yang diucapkan oleh para pemimpin atau penguasa suatu negara terhadap masyarakat internasional, dapat pula sebagai agregasi seluruh kepentingan dalam negeri suatu negara atau bangsa.(Warsito, 1998)

(26)

negeri Indonesia dalam mencapai tujuan nasional guna memenuhi kebutuhan pendanaan pembangunan infrastruktur. Dalam menjelaskan hal tersebut penulis menggunakan Model Aktor Rasional dari Graham T. Allison.

Dalam model ini politik luar negeri dipandang sebagai akibat tindakan-tindakan aktor rasional, terutama suatu pemerintah yang monolit, yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan. Pembuatan keputusan politik luar negeri digambarkan sebagai suatu proses intelektual. Perilaku pemerintah dianalogikan dengan perilaku individu itu – melalui serangkaian tahap-tahap intelektual, dengan menerapkan penalaran yang sungguh-sungguh – berusaha menerapkan pilihan atas alternatif-alternatif yang ada. Jadi, unit analisis model pembuatan keputusan ini adalah pilihan-pilihan yang diambil oleh pemerintah.(Mas'oed, 1990) Dengan memperhatikan aspek untung rugi disetiap anternatif-alternatif yang ada.

Tabel 1: Tabel Untung Rugi

Opsi Keuntungan Kerugian

Alternatif A Ada Ada

Alternatif B Ada Ada

Alternatif C Ada Ada

Sumber: Graham T. Alison. The Essence Of Decision. Dikutip dari diktat perkuliahan Teori Hubungan Internasional, Dr. Nur Azizah. Fisipol-UMY

(27)

Asia miskin dan tidak mampu mengakses barang, jasa, aset dan kesempatan yang seharusnya diperoleh manusia. Untuk itu, ADB didirikan dengan tujuan untuk mengurangi kemiskinan di kawasan Asia Pasifik melalui berbagai kegiatan dan program. Adapun manfaat yang diperoleh negara anggota ADB adalah dapat mengakses pendanaan untuk proyek-proyek yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan.(Keuangan, 2014)

ASEAN Infrastructure Fund (AIF) didirikan dengan latar belakang karena adanya kebutuhan dalam penyediaan infrastruktur untuk menopang pertumbuhan perekonomian di kawasan ASEAN. Keberadaan infrastruktur di kawasan ASEAN juga masih lebih rendah bila dibandingkan dengan beberapa kawasan lain di dunia, antara lain dengan kawasan Asia, Amerika Latin, dan Afrika. AIF bertujuan untuk memfasilitasi sumber dana regional yang tersedia dengan kebutuhan kawasan yang besar akan pendanaan infrastruktur. Manfaat yang diharapkan dari AIF adalah: (i) kerja sama regional yang semakin meningkat, termasuk perdagangan yang lebih besar, (ii) pertumbuhan ekonomi, kawasan yang inklusif dan berkelanjutan, dan (iii) mengurangi kemiskinan melalui peningkatan pelayanan dan penyediaan infrastruktur dasar.(Keuangan, 2014)

(28)

investasi pada sektor infrastruktur. AIIB bertujuan untuk memberikan dukungan pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur kepada negara berkembang di kawasan Asia, termasuk ASEAN. Pembangunan infrastruktur tersebut diharapkan akan meningkatkan konektivitas dan integrasi ekonomi di kawasan. Area prioritas AIIB mencakup transportasi, energi, komunikasi, industri, dan pertanian.(Keuangan, 2014)

Ada pun pertimbangan bergabunnya Indonesia dalam AIIB yakni (i) dukungan Indonesia kepada RRT akan memperkuat kerja sama bilateral kedua negara; (ii) bergabungnya Indonesia ke dalam AIIB, akan menambah alternatif sumber pendanaan baru bagi pembangunan infrastruktur Indonesia; dan (iii) bergabungnya Indonesia dalam AIIB akan meningkatkan peran Indonesia dalam memberikan kontribusi pembangunan infrastruktur Asia. (Kemenkeu, 2015)

Perbandingan tersebut memperlihatkan bahwa setiap MDBs termasuk di dalamnya AIIB didirikan demi mencapai tujuan-tujuan tertentu. Yang secara rasional mendorong pemerintah Indonesia selaku aktor pengambil keputusan untuk bergabung sebagai salah satu angggota di dalamnya dengan memperhitungkan untung rugi yang akan diperoleh.

(29)

Tabel 2: Tabel Untung Rugi Keikutsertaan Indonesia Bergabung dalam Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)

Opsi Keuntungan Kerugian

Bergabung 1. Memperkuat kerja sama bilateral Indonesia dan

(30)

E. Hipothesis

Bergabungnya Indonesia dalam Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dikarenakan untuk mencapai kepentingan nasional dalam merekatkan hubungan bilateral Indonesia dan Tiongkok serta memperoleh sumber dana alternatif dalam mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia.

F. Jangkauan Penelitian

Pembatasan dalam penelitian dilakukan agar obyek penelitian menjadi jelas dan spesifik, juga agar permasalahan dan kajian melebur dan wacana yang telah ditetapkan untuk dikaji agar tidak terjadi penyimpangan. Batas-batas dari kajian itu akan mencegah timbulnya kekaburan dan kerancuan wilayah yang dibahas.

Adapun jangkauan penelitian ini dibatasi dari penetapan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 sebagai acuan penyusunan RPJMN 2015-019 yang merupakan rancangan pembangunan pemerintahan Presiden Jokowi, hingga tahun 2015 sebagai tahun bergabungnya Indonesia dalam AIIB.

(31)

G. Metodologi Penelitian

Sebagai sebuah penelitian yang harus dipertanggung jawabkan, dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penilitian kualitatif yang menitik beratkan pada analisa data-data yang sifatnya non angka dan tanpa menggunakan rumus-rumus statistik, data yang bersifat kuantitatif seperti angka, tabel, grafik yang tersedia diuraikan dan ditafsirkan ke dalam bentuk kalimat atau paragraf.

Sedangkan analisis data, penulis menggunakan deskriktif kualitatif yang dimaksudkan untuk menggambarkan situasi yang dipandang relevan secara obyektif dan jelas atas dasar fakta-fakta yang terjadi dan kemudian diambil kesimpulan atas fakta-fakta tersebut.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka (library research), data diperoleh melalui sumber-sumber yang berasal dari buku, jurnal, diktat, majalah, artikel, surat kabar dan melalui jaringan Internet.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis menuangkannya secara sistemasis dalam bab ke bab, yakni dari bab I hingga bab V. Berikut ini uraian singkat yang termuat dalam setiap bab.

(32)

BAB II akan membahas mengenai keanggotaan Indonesia di beberapa Multilateral Development Bank (MDB), yaitu Asian Development Bank (ADB), ASEAN Infrastructure Fund (AIF), dan World Bank (WB) sebagai perbandingan yang melatarbelakangi perlunya Indonesia bergabung dalam Asian Infrastruktur Investment Bank (AIIB).

BAB III akan membahas mengenai profil Asian Infrastruktur Investment Bank (AIIB) sebagai bank multilateral baru dan Posisi keanggotaan Indonesia di dalamnya.

BAB IV akan membahas mengenai kepentingan Indonesia bergabung dalam Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dan upaya dalam mewujudkan nawa cita Indonesia Poros Maritim Dunia.

(33)

BAB II

KEANGGOTAAN INDONESIA DALAM LEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL

Reformasi lembaga-lembaga keuangan internasional telah menjadi perhatian dunia internasional. Beberapa aspek yang menjadi perhatian dalam reformasi lembaga-lembaga keuangan internasional meliputi modernisasi tata kelola dan representasi, penguatan kembali pengawasan, rekapitalisasi sumber-sumber dan penguatan jaringan pengaman finansial. Lembaga-lembaga keuangan internasional pun perlu diperkuat dari sisi tata kelola dan representasi dan kecukupan keuangannya agar dapat segera membantu negara-negara yang terkena krisis secara lebih efektif dan mendorong pertumbuhan global secara seimbang pada era pasca krisis finansial.

Melihat hal tersebut, Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut serta sebagai penerima bantuan dari lembaga-lembaga keuangan internasional tersebut perlu meningkatkan komitmen dan kontribusi di dalamnya.

(34)

ADF. Indonesia memang tidak menjadi donor ADF dan karenanya tidak berkewajiban untuk melakukan pembayaran ADF. (Kemenkeu, 2015)

Sedangkan dalam Nota Keuangan RAPBN 2013, pemerintah Indonesia telah berkomitmen meningkatkan kontribusinya pada lembaga-lembaga keuangan internasional. Di ICD (9 milyar Rupiah), ADB (353 milyar Rupiah), pada World Bank Group melalui IBRD (108, 6 milyar Rupiah), IFC (8,2 milyar Rupiah), IFAD (28,5 milyar Rupiah). Penyaluran melalui IFAD meningkat dari 19 milyar Rupiah di tahun 2012 menjadi 28,5 milyar Rupiah di tahun 2013. (Kemenkeu, 2015)

Tabel 3: Penyertaan Modal Negara Kepada Organisasi/Lembaga Keuangan Internasional 2012-2013 (dalam Milyar Rupiah)

No Uraian APBNP

2012

RAPBN 2013 1 The Islamic Corporation for the

Development of the Private Sector

5 International Fund for Agricultural Development (IFAD)

(35)

ADB sebagai lembaga keuangan finansial pembanguan regional yang bertujuan untuk memberantas kemiskinan di negara-negara Asia dan pasifik dengan total asset sebesar 143,9 milyar USD menjadikannya sebagai lembaga keuanga terbesar kedua setelah World Bank. Di mana Indonesia merupakan pemegang saham terbesar keenam dengan jumlah saham sebesar 292 juta USD.

Di tahun 2010 bertempat di Bali pada sidang tahunan ADB ke 42, disepakati kenaikan modal atau general capital increase (GCI) yang merupakan kenaikan modal yang diberikan kepada seluruh negara anggota dalam rangka meningkatkan modal ADB sebesar 200 persen. Dalam kenaikan GCI tersebut, pemerintah Indonesia telah menambah penempatan saham sebesar 385,400 lembar dengan nilai 185.970.916,00 USD atau ekuivalen dengan 1,9 trilyun Rupiah melalui 5 kali angsuran pada tahun 2010-2014.

Tabel 4: Penyertaan Modal Negara Lainnya 2012-2013 (dalam Milyar Rupiah)

3 ASEAN Infrastructure Fund (AIF) 380,0 380,0

Jumlah 380,0 1.380,0

Sumber: Kementerian Keuangan Negara, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Tahun Anggaran 2013

(36)

AIF yang dibentuk oleh negara-negara ASEAN dan ADB guna menjadi sumber pembiayaan proyek infrastruktur ASEAN dengan memanfaatkan domestic resources serta kelebihan likuiditas di kawasan ASIA. (Kementerian Keuangan RI, 2013)

Kontribusi Indonesia pada World Bank terlihat melalui IBRD dan IFC (international finance corporation). IBRD dibentuk dengan tujuan menyediakan dana pinjaman untuk pembanguan dan kemajuan negara-negara berkembang. Indonesia telahmenerima pinjaman dari IBRD sebesar 9,97milyar USD untuk menutup defisit anggaran di tingkat kerjasama multilateral.

Pada sidang negara-negara anggota bulan April 2010 disepakati kenaikan modal Bank Dunia. Indonesia berkomitmen untuk berpartisipasi sebesar 35,15 juta USD dan Selected Capital Increase (SCI) sebesar 22 juta USD. Pemerintah berencana untuk membayar kenaikan modal tersebut selama 5 kali angsuran dari tahun 2012-2016. GCI dalam IBRD serupa dengan GCI dalam ADB yang dimaksudkan untuk meningkatkan modal IBRD. SCI sendiri merupakan peningkatan modal yang diberikan kepada negara-negara tertentu karena keberhasilannya dalam meningkatkan perekonomian domestiknya. Di tahu 2013, Indonesia mengalokasikan angsuran kedua GCI sebesar 7,03 juta USD (66,8 milyar Rupiah), dan SCI sebesar 4,4 juta USD (41,8 milyar Rupiah). (Kemenkeu, 2015)

(37)

perusahaan dan sektor swasta lainnya, membantu menciptaka lapangan kerja yang produktif, dan mengkatalisasi dan memobilisasi sumber danauntuk pengembangan perusahaan swasta.

Pada Spring Meeting IMF-Bank Dunia 9 Maret 2012, telah diadopsi resolusi nomor 256 tentang perubahan SCI (Amendment to the Articles of Agreement and 2010 Selective Capital Increase). Resolusi ini berlaku sejak 27 Juni 2012 dengan tujuan untuk meningkatkan authorized capital IFC sebesar 130 juta USD dengan penerbitan 130.000 lembar saham (masing-masing memiliki par value 1.000 USD). Indonesia memandang perlu untuk menambah penyertaan modal sebesar 3,06 juta USD supaya share Indonesia tidak turun menjadi 1,11 karena kenaikan SCI tersebut. Tambahan modal tersebut diangsur tiga kali pada tahun 2012 – 2013. Tahun pertama sebesar 858 ribu USD (8,2 milyar Rupiah) dibayarkan pada tahun 2012, dan angsuran kedua dengan jumlah yang sama akan dibayarkan pada tahun 2013. (Kemenkeu, 2015)

(38)

A. Indonesia dalam World Bank (WB)

World Bank atau Bank Dunia didirikan pada tahun 1944 di Bretton woods, New Hampshire, Amerika Serikat, sehingga sering disebut The Bretton Woods Institutions (BWIs). Situasi perekonomian dunia yang tidak menentu selama berkecamuknya perang dunia kedua dan pasca perang menyebabkan adanya kecemasan akan berulangnya kembali Great Depression di tahun 1930 melatarbelakangi pembentukan bank dunia demi membantu stabilitas ekonomi global.

Pembangunan kembali Eropa pasca perang dunia kedua adalah fungsi awal dari Bank Dunia yang kemudian berkembang dan tidak lagi terbatas pada upaya rekonstruksi perang, tetapi juga meliputi pembiayaan rehabilitasi akibat bencana alam, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, rehabilitasi ekonomi setelah masa konflik antar negara, serta sebagai wadah untuk menyalurkan dana dari negara-negara kaya untuk pembangunan ekonomi di negara-negara-negara-negara berkembang atau negara miskin.

(39)

Disputes (ICSID). (Apa itu Bank Dunia? Fakta, Sejarah & Informasi Lainnya, 2016)

Keuangan Bank Dunia berasal dari investasi oleh negara-negara anggotanya yang berjumlah 286 negara. Lima pemegang saham terbesar di Bank Dunia adalah Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Inggris, dan Jepang. Kelima negara ini berhak menempatkan masing-masing satu Direktur Eksekutif dan berhak pula dalam memilih Presiden Bank Dunia. (Sulaeman, 2009)

Dalam meminjamkan kepada negara yang dilanda krisi ekonomi, Bank Dunia mensyaratkan beberapa hal seperti, melakukan penyesuaian kebijakan domestik. Hal tersebut sering disebut dengan program penyesuaian struktural (Structural Adjustment Program; SAP). (Ikodar, 2003)

Pinjaman dalam rangka SAP, diberikan dalam beberapa bentuk, yaitu: 1. Structural adjustment loans (SALz), dimaksudkan untuk mendukung

reformasi demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi, efisiensi penggunaan sumber daya, serta keseimbangan neraca pembayaran yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Ciri utama SALz adalah bahwa fokusnya terutama pada isu-isu struktural ekonomi makro, seperti: kebijakan perdagangan, penggunaan sumber daya, pengelolaan sektor publik, pengembangan sektor swasta, serta jaringan pengamanan sosial.

(40)

intensif untuk pengembangan sektor swasta, kapabilitas kelembagaan, dan program pengeluaran pada sesuatu sektor.

3. Programmatic structural adjustment loan (PSAL), disediakan dalam konteks kerangka kerja multi tahun guna mendukung program pemerintah dalam jangka menengah dalam reformasi kebijakan dan pembangunan kelembagaan. PSALs mendukung program pemerintah melalui serangkaian pinjaman yang ditetapkan untuk masa 3 (tiga) hingga 5 (lima) tahun untuk menopang reformasi sosial dan struktural secara bertahap dan berkelanjutan. Pada dasarnya jangka waktu pinjaman PSAL adalah selama setahun dengan target tertentu yang terukur. Oleh karena itu pada tiap-tiap seri pinjaman tersebut ditetapkan indikator-indikator yang dapat dimonitor. Ada pun mengenai persyaratan dan cara pencairan uangnya sama dengan SAL.

(41)

kaitan ini, pinjaman SSAL baru dapat diberikan jika telah ada program kerjasama dengan IMF.

5. Rehabilitation Loan (RIL), dimaksudkan untuk mendukung program reformasi kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi sektor swasta, di mana kurs asing diperlukan untuk memperbaiki fasilitas-fasilitas produktif dan infrastruktur strategis. Fokusnya adalah pada reformasi kebijakan sektor-sektor penting dan ekonomi makro berjangka pendek yang diperlukan untuk menanggulangi penurunan asset produksi dan kapasitas infrastruktur. RIL biasa digunakan ketika suatu negara telah menyatakan kesediaannya untuk melakukan reformasi perekonomian secara menyeluruh namun peminjam dalam kerangka SAL tidak bisa dipakai oleh karena agenda reformasistruktural negeri ini baru dimulai. RIL cocok untuk situasi paska konflik dan perekonomian yang sedang dalam masa transisi.

(42)

tergolong adjustment loan, proses pelaksanaannya sering dilakukan secara bersamaan dengan adjustment loan, dimana bagian dari dana dari adjustment loan juga digunakan untuk membiayai pelaksanaan pengurangan hutang. Dalam pelaksanaannya staf bank dunia membantu membuat rancangan kegiatan yang sesuai dengan kriteria bank dunia namun mereka tidak turut secara langsung dalam perundingan antara negara peminjam dengan para kreditor komersialnya. (Ikodar, 2003)

SAP yang diterapkan Bank Dunia sebagian besar memengaruhi kebijakan politik dan ekonomi suatu negara. Bila negara-negara ingin meminta tambahan hutang, Bank Dunia memerintahkan agar negera penerima hutang melakukan

“perubahan kebijakan” (yang diatur dalam SAP). Bila negara tersebut gagal menerapkan SAP, Bank Dunia akan memberi sanksi fiskal. Perubahan kebijakan yang diatur dalam SAP antara lain, program pasar bebas, privatisasi, dan deregulasi. (Sulaeman, 2009)

(43)

kebijakan ekonomi, pengembangan kelembagaan, dan program-program pengentasan kemiskinan. (The World Bank Group, 2016)

Secara sektoral, infrastruktur (tenaga listrik, telekomunikasi dan perhubungan) menyerap bagian yang terbesar yaitu 40 persen dari keseluruhan pinjaman Bank Dunia pada masa Tahun Fiskal 1969 hingga 1978, disusul oleh pertanian sebesar 19 persen, pendidikan, kesehatan, nutrisi dan populasi sebesar 13 persen, kemudian perkotaan, air minum dan sanitasi sebesar 10 persen. Sesuai perkembangan waktu terdapat perubahan komposisi yang penting: bagian pertanian telah menurun secara dramatis dibandingkan dengan meningkatnya bagian untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan, nutrisi dan populasi, perkotaan dan air minum dan sanitasi. (The World Bank Group, 2016)

Bank Dunia mulai berperan sebagai lembaga pemberi pinjaman bagi Indonesia pada saat awal masa pemerintahan Presiden Soeharto, sekitar tahun 1968. Namun sebelum memberikan pinjaman, Bank Dunia “menjajaki” Indonesia dengan memberikan bantuan teknis untuk identifikasi kebijakan makro ekonomi, kebijakan sektoral yang diperlukan, dan kebutuhan pendanaan yang kritis. (Hutagalung, 2009)

(44)

pinjaman pertama yang diberikan kepada Indonesia adalah sebesar 5 juta dolar AS pada September 1968. (Hutagalung, 2009)

Pada masa-masa awal tersebut, dana pinjaman dari Bank Dunia digunakan untuk pembangunan di bidang pertanian, perhubungan, perindustrian, tenaga listrik, dan pembangunan sosial. Pada tahun-tahun berikutnya, Indonesia berhasil menunjukkan performa ekonomi yang memuaskan, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen per tahun, jauh lebih besar dari rata-rata pertumbuhan ekonomi negara peminjam yang lain. Oleh karena itu, sejak akhir dekade 70-an Indonesia sudah mulai dianggap sebagai negara yang lebih credit worthy untuk memperoleh pinjaman Bank Dunia yang konvensional atau dengan menggunakan skema IBRD. Berbeda dari periode sebelumnya, pada dekade 80-an, pinjaman uang Bank Dunia terlihat lebih terarah pada masalah deregulasi sektor keuangan, selain masih tetap digunakan bagi pengembangan sektor-sektor sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. (Hutagalung, 2009)

Pada awal dekade 90-an hingga sebelum memasuki krisis moneter tahun 1997, Indonesia menunjukkan performa ekonomi yang mengagumkan, bahkan sempat dijuluki sebagai salah satu Asian Miracle. Laporan dan analisis Bank Dunia terhadap perekonomian Indonesia acap kali dihiasi dengan berbagai pujian. Sayangnya, performa ekonomi yang memikat tersebut ternyata lebih tepat sebagai “penundaan masalah”.

(45)

Liberalisasi sektor keuangan yang didukung penuh oleh Bank Dunia terbukti tidak cocok, bahkan mencelakakan, Indonesia. Pada saat krisis terjadi, mungkin salah satu bantuan paling berharga yang diberikan oleh Bank Dunia berupa persetujuan atas permintaan pemerintah Indonesia untuk membatalkan pinjaman yang tidak terserap sebesar 1,5 miliar dolar AS dan menyesuaikan (realokasi) pinjaman lainnya sebesar 1 miliar dolar AS untuk membiayai program mendesak, seperti bantuan biaya sekolah, beasiswa, dan jaring pengaman sosial. (Lutfi, 2014)

Pasca krisis yang melanda Indonesia, bantuan Bank Dunia masih terus berlanjut, terutama difokuskan pada kelanjutan pemulihan ekonomi, penciptaan pemerintah yang transparan, dan penyediaan pelayanan umum yang lebih baik, terutama bagi kelompok miskin. Tetapi tidak dapat dipungkiri, krisis moneter yang melanda Indonesia tahun 1997 memberi pelajaran berharga mengenai dua mata pisau yang diberikan oleh “bantuan” Bank Dunia.

B. Indonesia dalam Asian Development Bank (ADB)

(46)

Sebagai salah satu lembaga keuangan internasional, ADB menunjukkan perhatian yang cukup besar dalam membantu pembangunan di negara-negara berkembang (Developing Member Countries/DMCs). Pemberian bantuan ADB tersebut dilatarbelakangi oleh pertimbangan adanya himbauan dan permintaan dari badan-badan internasional kepada negara-negara maju untuk ikut serta di dalam membantu negara-negara yang sedang berkembang. (Dasar Pengetahuan, 2015)

ADB memiliki visi “wilayah Asia dan Pasifik yang bebas dari kemiskinan.” Adapun misi ADB adalah membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kondisi serta kualitas kehidupan negara anggota ADB yang berasal dari kalangan negara sedang berkembang. (Dasar Pengetahuan, 2015)

Pembiayaan ADB bersumber dari OCR (Ordinary Capital Resources) dan ADF (Asian Development Fund). OCR adalah subscribed capital negara-negara anggota, cadangan dan dana yang dihimpun melalui pinjaman dari pasar internasional. Syarat pinjaman dari sumber ini antara lain lending rate 6,46%, commitment fee 0,.75%, maturity period rata-rata 23 tahun, dan grace period rata-rata 5 tahun. (wikiapbn, 2015)

(47)

Indonesia menjadi anggota ADB sejak tahun 1968 dengan jumlah kekuatan suara sebesar 104.887 suara atau 5,2% dari keseluruhan jumlah suara. Sedangkan Voting Power Indonesia per Desember 1999 adalah sebesar 207.638 suara yang merupakan 4,793% dari Regional Votes, jumlah kekuatan suara negara anggota di wilayah Asia yang berjumlah 42 negara. (Dasar Pengetahuan, 2015)

Indonesia adalah salah satu pendiri Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia atau ADB), dan menjadikan ADB mitra jangka panjang dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan ini, ADB bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia, masyarakat sipil, pihak swasta, dan mitra pembangunan lainnya dalam bidang infrastruktur, pendidikan, lingkungan hidup, pembangunan sektor keuangan, pengelolaan sektor publik dan reformasi kebijakan. Kemitraan dengan universitas-universitas besar di Indonesia dan organisasi masyarakat sipil diarahkan untuk mendukung pertukaran ilmu pengetahuan. Disamping itu ADB juga meningkatkan kerjasama dengan sektor swasta melalui kegiatan operasional di sektor swasta dan mendukung kemitraan publik dan swasta. (Asian Development Bank, 2012)

(48)

pembangunan jangka menengah Indonesia: pembangunan ekonomi seiring dengan peningkatan kesejahteraan rakyat; dan tata kelola yang lebih baik. (Asian Development Bank, 2014)

Tabel 5: Indonesia: Pinjaman Kumulatif,Hibah, dan Bantuan Teknis yang disetujuia, b

Industridan Perdagangan 39 660,58 2,16

Multisektor 28 1.797,20 5,87

Manajemen Sektor Publik 107 5.795,46 18,94

Transport 89 3.701,00 12,10

a. Hibah dan bantuan teknis mencakup pembiayaan bersama.

b. Mencakup pinjaman dengan jaminan pemerintah dan tanpa jaminan pemerintah dan bantuan teknis.

c. Jumlah mungkin tidak tepat karena pembulatan.

Sumber: Asian Development Bank dan Indonesia (Lembar Fakta 2014)

(49)

ADB bekerjasama dengan sektor swasta, mendukung kemitraan pemerintah dan swasta, dan berusaha untuk memobilisasi sumber daya pembangunan tambahan. Dana sebesar $17,65 juta dari Japan Fund for the Joint Crediting Mechanism, diumumkan pada bulan Juni 2014, memberikan pembiayaan untuk mendorong penerapan teknologi yang telah terbukti baik namun belum banyak digunakan di Indonesia dan negara-negara anggota ADB lainnya. (Asian Development Bank, 2014)

Dalam perkembangannya, bantuan ADB yang diterima Indonesia

mengandung persyaratan yang semakin berat. Bantuan dengan persyaratan lunak

berubah menjadi semakin berat suku bunganya karena pinjaman biasa dalam

OCR dikenakan front end fee yang pada saat sebelum krisis hal ini tidak ada.

Dengan adanya front end fee, jumlah pinjaman yang diterima tidak sebesar total

pinjaman yang disepakati. (wikiapbn, 2015)

Perubahan ini terutama disebabkan oleh perkembangan pasar kredit

internasional dan terbatasnya dana murah ADB yang tersedia. Bantuan ADB

hanya diprioritaskan kepada negara-negara anggota baru ADB untuk wilayah

Asia yang digolongkan sebagai negara peminjam (borrowing members) yang

benar-benar sangat membutuhkan dana tersebut untuk memulihkan kembali

perekonomian di negaranya. (wikiapbn, 2015)

Sementara itu, seiring dengan keadaan ekonomi Indonesia yang dianggap

semakin baik telah menimbulkan perubahan sikap negara atau badan pemberi

bantuan termasuk ADB terhadap Indonesia. Indonesia dianggap tidak layak lagi

(50)

mendorong Pemerintah Indonesia untuk menempuh kebijaksanaan dan strategi

penerimaan bantuan ADB dengan sangat hati-hati. Bantuan ADB berperan

sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan pembangunan di samping

sumber lainnya berupa tabungan pemerintah, tabungan masyarakat dan investasi

modal asing, serta sumber di dalam negeri lainnya.

Sejalan dengan itu, bantuan ADB tersebut digunakan sebagai pelengkap dari

keseluruhan pembiayaan pembangunan nasional yang pemanfaatannya sebagian

besar untuk membiayai pembangunan proyek-proyek prasarana, sarana, dan

proyek lain yang produktif dan sesuai dengan pentahapan pembangunan yang

bersifat proyek fisik maupun nonfisik. Akan tetapi, bantuan dari ADB tidak lepas

dari kritik atas sisi negatifnya. Bantuan ADB dalam pembangunan perekonomian

nasional Indonesia terlalu berorientasi ekonomi swasta dan terlalu terkait erat ke negara industri barat. Di mana dalam rangka peningkatan industrialisasi, ADB sangat berorientasi ekspor menurut model pembagian kerja internasional, sehingga kebutuhan dasar rakyat menjadi terabaikan.

C. Indonesia dalam ASEAN Infrastructure Fund (AIF)

(51)

berkelanjutan. Dan yang menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi ASEAN adalah dalam penyediaan infrastruktur yang dapat menigkatkan pertumbuhan perekonomian.

Dibandingkan dengan kawasan lain di dunia, seperti ASIA, Amerika Latin, dan Afrika, infrastruktur di kawasan ASEAN dapat dikatakan lebih rendah dari kawasan-kawasan tersebut. Sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 6: Perbandingan Global Cakupan Pelayanan Infrastruktur Kawasan Jalan (km) Jalan Kereta

Elektrifikasi (%) Air Bersih (%)

ASEAN 71.69 86.39

Sumber: ADB, UNDP, dan UNESCAP 2010 MDGs: Path to 2015

(52)

dikarenakan MEA mengedepankan nilai penting konektifitas di antara negara-negara anggota ASEAN.

Melihat kenyataan tersebut, Inisiatif pembentukan ASEAN Infrastructure Fund (AIF) mulai muncul pada pertemuan Menteri Keuangan ASEAN (ASEAN Finance Ministers’ Meeting / AFMM) ke-10 di Kamboja yaitu pada tahun 2006.

Inisiatif ini muncul atas prakarsa dari Malaysia dengan mempertimbangkan adanya kelebihan cadangan devisa pada negara-negara ASEAN dan kebutuhan akan ketersediaan infrastruktur yang memadai untuk memacu pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN. Pada pembahasan awal disepakati bahwa kelebihan dana cadangan devisa negara-negara ASEAN akan digunakan untuk pembiayaan infrastruktur di ASEAN. Sebagai tindak lanjut dari pembahasan dimaksud, dibentuklah ASEAN Infrastructure Financing Mechanism Task Force (AIFM Task Force). Sesuai kesepakatan bersama, Task Force dimaksud diketuai oleh Malaysia sebagai inisiator pembentukan sebuah lembaga pembiayaan infrastruktur untuk ASEAN. (Janis, 2012)

Pembentukan AIF pun didasarkan pada tujuan menunjang pembangunan regional ASEAN dan bukan dengan motif untuk memaksimalkan keuntungan. AIF dibentuk sebagai entitas korporasi yang dimiliki oleh pemerintah negara-negara ASEAN dan ADB, dan menerbitkan obligasi untuk pendanaan tambahan. Obligasi yang dikeluarkan diharapkan memiliki peringkat investasi tinggi, yang bisa dibeli oleh berbagai entitas terkemuka, termasuk bank sentral. (Hasan, 2014)

(53)

dikarenakan AIF terdaftar sebagai Perseroan Terbatas (PT) di Malaysia. Sebagai perusahaan yang dibentuk berdasarkan hukum Malaysia, AIF juga harus mematuhi aturan dan peraturan yang ditetapkan oleh yurisdiksi pemerintah Malaysia. Selain itu, didasarkan pada pemahaman umum bahwa dibutuhkan transparansi untuk menjaga stabilitas kerangka peraturan yang berlaku, maka AIF juga mengeluarkan dokumen-dokumen hukum untuk memastikan tata kelola yang baik, sehingga hak dan kewajiban dari AIF dan semua pihak yang terkait akan menjadi jelas. (Hasan, 2014)

AIF yang dibentuk berdasarkan kombinasi kontribusi negara-negara ASEAN dengan ADB memiliki total komitmen kontribusi sebesar US$ 485.2 juta, terdiri dari kontribusi negara-negara ASEAN sebesar US$ 335.2 juta, dan kontribusi ADB sebesar US$ 150 juta. Besaran dari kontribusi yang diberikan oleh para pemegang saham (Shareholders) dalam AIF akan membawa dampak pada besaran voting power (hak suara) masing-masingnya.

Tabel 7: Equity Contribution and Voting Power (Hasan, 2014) Country Equity (US $ Millions) Voting Power

(54)

Dari tabel di atas, Indonesia telah memberikan komitmennya untuk memberikan kontribusi sebesar US$ 120 juta, dan merupakan kontributor terbesar kedua di ASEAN, Dari kontribusi tersebut, Indonesia berhak atas 25.52 persen hak suara. Dalam tata kelola yang diusulkan di AIF, hak suara para pemegang saham memiliki peran dalam pengambilan keputusan di AIF. Berdasarkan Shareholders’ Agreement AIF, pasal 4 tentang Governance Structure, dinyatakan

bahwa pemegang keputusan tertinggi di AIF adalah Dewan Direktur yang beranggotakan perwakilan dari seluruh pemegang saham AIF. Untuk keputusan yang bersifat operasional, Dewan Direktur AIF akan memutuskan dengan ketentuan persetujuan lebih dari 50 persen hak suara, dan didukung oleh lebih dari 50 persen jumlah pemegang saham. Sementara itu, untuk keputusan yang bersifat fundamental, yakni: (i) persetujuan keanggotaan baru; (ii) perubahan dalam share modal ekuitas AIF; (iii) penentuan domosili AIF; dan (iv) pembubaran AIF, dibutuhkan persetujuan Dewan Direktur dengan sedikitnya 67 persen hak suara, dan didukung oleh sedikitnya 67 persen dari jumlah pemegang saham. (Hasan, 2014)

(55)

integrasi ASEAN, salah satunya adalah dengan cara menjadi negara yang pertama kali menyetujui AIF dan salah satu pendana awal terbesarnya.

Potensi leadership Indonesia di ASEAN ini dapat dibangun dengan cara mendukung pembentukan dan pendanaan ASEAN Infrastructure Fund. Tidak hanya itu, menjadi salah satu pemberi dana terbesar di ASEAN akan menunjukkan kesungguhan Indonesia dalam mendukung program ASEAN dan kemajuan bersama di ASEAN. Semua itikad tersebut pada akhirnya diharapkan akan memberikan soft power lebih kepada Indonesia sebagai negara yang secara tersirat dianggap sebagai figur pemimpin yang ideal di ASEAN.

Zahirul Alim dalam bukunya menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi kepemimpinan yang nyata di Asia Tenggara, Indonesia telah menginspirasi banyak negara-negara di kawasan maupun diluar kawasan dengan menyumbangkan gagasan-gagasan konseptual dan intelektual misalnya Pancasila, Trisakti, Berdiri Diatas Kaki Sendiri (Berdikari), Non Alignment Conference Emerging Forces (CONEFO), Game of New emerging Forces (GANEFO), Zone of Peace, Freedom, and Neutrality (ZOPFAN), dan termasuk pendirian ASEAN sendiri. Kebijakan mendukung pendanaan terhadap AIF akan melanjutkan tradisi dan meningkatkan potensi kepemimpinan Indonesia di Asia Tenggara. (Primayoga, 2015)

(56)

permasalahan birokrasi dapat menjadi ganjalan yang bahkan mungkin lebih parah daripada kelemahan infrastruktur yang ada sekarang. Beberapa daerah mungkin akan memilih untuk tidak meningkatkan konektivitasnya dengan dunia luar untuk menjaga kelestarian alam, budaya, dan nilai-nilai kedaerahannya. Namun hal itu juga pastinya akan bertolak belakang dengan tujuan dan visi Indonesia dalam MP3EI untuk menjadi salah satu dari 12 negara maju di dunia pada tahun 2045. Perbedaan-perbedaan seperti ini dikhawatirkan akan mengancam pelaksanaan ASEAN Connectivity dan membuat pendanaan AIF sia-sia. (Primayoga, 2015)

(57)

BAB III

KEANGGOTAAN INDONESIA DALAM ASIAN INFRASTRUCTURE INVESTMENT BANK (AIIB)

Investasi infrastruktur merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru di luar perdagangan, mengingat peran infrastruktur dalam perkembangan perekonomian sangatlah penting. Namun demikian, ketersediaan infrastruktur menjadi salah satu masalah besar dalam proses perkembangan perekonomian di negara-negara kawasan Asia. Karakter peningkatan perekonomian yang berbeda di negara-negara Asia memperlihatkan adanya kesenjangan ekonomi yang sangat besar.

Tiongkoksebagai salah satu negara terbesar di Asia pun merupakan salah satu negara yang cukup aktif mempelopori pembentukan Multi Development Bank (MDB).Pada bulan Juli 2014, Tiongkok membentuk MDBbersama kelompok BRICS yang beranggotakan Brazil, Rusia, India, Cina (Tiongkok) dan Afrika Selatan, dengan tujuan untuk melakukan percepatan pembangunan infrastruktur di negara-negara tersebut.

(58)

demikian bank-bank tersebut dapat saling mengisi dan mendorong perkembangan ekonomi Asia.

A.

Sejarah AIIB

Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB) adalah lembaga keuangan internasional yang difokuskan untuk membangun pembangunan infrastruktur di kawasan Asia-Pasifik. AIIB diusulkan oleh pemerintah Tiongkok. Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Mentri Li Keqiang mengumumkan inisiatif pembentukan AIIB selama kunjungan mereka ke masing-masing negara Asia Tenggara pada bulan Oktober 2013. (What is the Asian Infrastructure Investment Bank?, 2015) AIIB adalah bank multilateral baru yang dirancang untuk memberikan dukungan keuangan untuk pembangunan infrastruktur dan konektivitas regional di Asia.

(59)

swasta ketika modal swasta tidak tersedia pada syarat dan kondisi yang wajar. (PURPOSE, FUNCTIONS AND MEMBERSHIP, 2015)

Pada bulan Oktober 2014, perwakilan dari 22 negara menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk membangun AIIB dan Beijing terpilih menjadi tuan rumahAIIB. Jin Liqun diangkat sebagai Sekretaris Jenderal dalam Multilateral Interim Secretariat. Sekretariat bertugas untuk melakukan persiapan teknis untuk mendirikan AIIB dan untuk memberikan dukungan dan layanan teknis dalamChief Negotiators Meetings (CNM). (What is the Asian Infrastructure Investment Bank?, 2015) Jin Liqun sebelumnyamerupakan Wakil Menteri Keuangan Cina (setara dengan wakil menteri di Jepang), Wakil -Presiden dari Asian Development Bank (ADB), dan Ketua Dewan Pengawas dari Sovereign Wealth Fund, China Investment Corporation (CIC).(Sekine, 2015)

(60)

topik-topik lainnya. CNM ke 6 dilaksanakan di Tlibisi, Georgia pada Agustus 2015 dengan mengangkat Jin Liqun sebagai President-designate. Dan CNM ke 7 di Frankfurt, Jerman pada Septeber 2015 dengan ditandatanganinya AOA oleh 52 negara dari 57 negara anggota. Di mana batas penandatanganan AOA hingga Desember 2015.(AIIB, 2015) Dan CNM selanjutkan akan terus dilaksanakan guna membahas isu-isu krusial berkaitan pembentukan dan pelaksanaan AIIB.

Menurut laporan dari Asian Development Bank (ADB) hingga tahun 2020 setiap tahunnya Asia membutuhkan dana 800 miliar dollar Amerika untuk investasi pembangunan infrastruktur. Sedangkan ADB sendiri tidak dapat meminjamkan lebih dari 10 miliar dollar Amerika. Organisasi Bretton Woods yang terdiri dari IMF dan Bank Dunia tidak dapat meminjamkan dana yang besar untuk kawasan Asia semata.(Laxmikanth, 2015)Oleh karena hal tersebut, Tiongkok memprakarsai pembentukan AIIB sebagai bank multilateral pembangunan yang dikhususkan untuk memberikan pinjaman dana secara eksklusif kepada negara-negara Asia.

(61)

ideologi kala itu. Jalur Sutera juga berperan segnifikan bagi akselerasi pertumbuhan peradaban yang dilintasinya baik Tiongkok, Persia, Eropa, dan Sub kontinen India. Tidak hanya mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, Jalur Sutera menjadi sebuah platform bagi interaksi dan munculnya mutual understanding bagi negara-negara yang dilewatinya.(Setiawan, 2015)

(62)

Gambar 1: Peta Rencana Pembangunan Infrastruktur Jalur Sutera

Sumber: The Daily Star, 8 Maret 2015

B.

Anggota Pendiri AIIB

(63)

Tabel 8: Anggota Pendiri AIIB

No. Region member nation Founding

(region) Application Date Approval Date

1 China MoU signatory 24 October 2014

Philippines MoU signatory 24 October 2014

9 Cambodia MoU signatory 24 October 2014

Bangladesh MoU signatory 24 October 2014

(64)

MoF)

55 Latin America Brazil 28 March 2015 12 April 2015

56 Africa Egypt 30 March 2015 14 April 2015

57 South Africa - 15 April 2015

Sumber: Nomura Institute of Capital Markets Research, based on data from

China’s Ministry of Finance

(65)

menggunakan tekanan diplomatik untuk mencoba dan mencegah sekutu kuncinya seperti Australia untuk tidak bergabung dengan AIIB, dan menyatakan kekecewaannya ketika Inggris ikut bergabung.(Watt, Lewis, & Branigan, 2015)

Jepang menyikapi pembentukan AIIB dengan sikap yang serupa dengan Amerika. Masato Kitera, utusan Tokyo di Beijing menyatakan sebelumnya bahwa Jepang mungkin bergabung dengan AIIB.(Frence-Presse, 2015)Menteri Keuangan Jepang Taro Aso sebelumnya menunjukkan minat bergabung dengan AIIB, tetapi kemudian beralih sikap. Yoshihide Suga, Sekretaris Kabinet Jepang mengatakan kepada publik bahwa Jepang masih mencari penjelasan lengkap dari Tiongkoktentang AIIB karena ia menyatakan, "Pada hari ini, Jepang tidak akan bergabung AIIB dan belum menerima penjelasan dari Tiongkok berkaitan tentang AIIB" dan "Jepang meragukan tentang apakah (AIIB) akan diatur dengan benar atau akan mempengaruhibank kreditur lainnya". Dia juga menyatakan bahwa Jepang tidak lagi mempertimbangkan apakah akan atau tidak untuk bergabung. Juru bicara pemerintah Jepang juga mengumumkan bahwa Jepang tidak akan bergabung dengan AIIB. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe juga menambahkan bahwa Jepang tidak perlu bergabung dengan AIIB.(Kurtenbach, 2015)

C.

Struktur Kepemilikan Saham AIIB

(66)

regional, mayoritas modal saham sebesar 75 % dipegang oleh anggota regional Asia. Pada poin A dalam AOA dijelaskan sebesar 1,6 miliar dollar amerika adalah saham kosong yang ditujukan untuk negara anggota regional dan sebesar 243.000.000 dollar amerika untuk anggota non-regional dalam mengantisipasi bergabungnya anggota tambahan pada setiap wilayah.(PURPOSE, FUNCTIONS AND MEMBERSHIP, 2015)

Parameter dasar untuk alokasi modal didasarkan pada ukuran ekonomi global anggota (dihitung menggunakan nominal PDB (60%) dan PDB PPP (40%)). Negara regional Asia atau pun non-regional dengan mempertimbangkan jumlah saham yang dimiliki negara anggota tersebut.

Selain modal yang berasal dari anggota, AIIB akan mengumpulkan dana dengan menerbitkan obligasi di pasar keuangan serta melalui transaksi pasar antar bank dan instrument keuangan lainnya. AIIB pun dapat mengumpulkan dana melalui pinjaman atau cara lain, di negara-negara anggota atau di negara lain, sesuai dengan ketentuan hukum yang relevan.

Instrumen finansial AIIB difokuskan pada pembiayaan proyek-proyek atau program investasi tertentu, yaitu investasi ekuitas dan jaminan. Dengan berpasrtisipasi dalam pinjaman langsung, investasi modal di lembaga atau perusahaan, dan jaminan pinjaman untuk pembangunan ekonomi.

(67)

jumlah saham yang dimiliki anggota. Setiap Anggota Pendiri selanjutnya mendapat 600suara.

Secara operasional AIIB akan menawarkan pinjaman jangka panjang, membuat investasi ekuitas atau menyediakan jaminan menyeluruh atau sebagian yang terkait dengan pembangunan infrastruktur yang dapat mendorong pembangunan ekonomi di negara-negara anggota dan membantu memperdalam konektivitas dan integrasi regional. Oleh karena itu, AIIB akan menawarkan pinjaman jangka panjang (mirip dengan pinjaman OCR ADB dan pinjaman IBRD Bank Dunia) dengan tarif terjangkau. AIIB juga dapat memberikan jaminan untuk pinjaman dalam infrastruktur atau melakukan investasi ekuitas langsung di sektor infrastruktur. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dana untuk infrastruktur yang sangat besar dana di wilayah Asia, AIIB juga akan mengeksplorasi cara untuk menyediakan dana pendamping dengan MDBs yang ada dan memobilisasi dana swasta. Apabila kondisi memungkinkan, AIIB mungkin akan menyiapkan dana perwalian (trust funds) atau fasilitas keuangan lainnya untuk menawarkan hibah atau pinjaman lunak untuk mendukung pembangunan infrastruktur di kawasan Asia.(Kementrian Keuangan, 2014)

D.

Struktur Tata Kelola AIIB

(68)

tim manajemen pada bagian bawah struktur piramida pengambilan keputusan. Dengan pembagian antara lain:(Laxmikanth, 2015)

Tabel 9: Struktur Tata Kelola AIIB(Laxmikanth, 2015) Board of

Governors

 Highest Decision Making body.

 Voting power according to shareholding.

 Shareholding according to GDP. Board of

Directors

 Board of Governors, will elect these directors.

 They’ll decide budget and submit reports to Board of Governors.

President  He is the president of Board of directors.

 Person with long experience and ethical integrity in banking /economics / finance.

 He’ll be selected on “merit”.

 Responsible for Day to day administration, hire and fire staff.

 He can appoint vice President to reduce work load.

Gambar 2: StrukturOrganisasi AIIB

(69)

Komposisi Dewan Gubernur terbentuk dari kesepakatan tiap anggota AIIB yang menunjuk Gubernur sebagai perwakilan di Dewan Gubernur, semua kekuasaan AIIB nantinya berada dalam Dewan Gubernur, yang kemudian keputusan Dewan Gubernur didelegasikan kepada Dewan Direksi.

AIIB dirancang akan memiliki 12 Dewan Direksi, 9 dipilih oleh negara regional, dan 3 dipilih dari negara non-regional. Dewan Direksi bertanggung jawab dalam operasi umum AIIB yang melaksanakan semua keputusan yang didelegasikan oleh Dewan Gubernur.

Presiden AIIB sendiri dipilih oleh Dewan Gubernur melalui proses yang transparan mempertimbangkan kemampuan para calon nama yang diajukan oleh Dewan Gubernur, Presiden menjabat selama 5 tahun dan dapat dipilih kembali dalam 2 priode kepemimpinan. Peran Presiden adalah sebagai pelaku bisnis yang dilaksanakan oleh bank di bawah arahan Dewan Direksi. Presiden dapat mengajukan wakil presiden yang nantinya akan di setujui oleh Dewan Direksi.

(70)

E.

Posisi Indonesia dalam AIIB

Kemampuan keuangan pemerintahan suatu negarasangat mempengaruhi tingkat kualitas pelayanan infrastruktur dan pembangunan infrastruktur negara. Kondisi jaringan infrastruktur yang rendah akan meningkatkan biaya pengguna (user costs) yang sangat besar, menghambat mobilitas ekonomi, meningkatkan harga barang serta mempersulit upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam menghadapi hal tersebut, hal yang mesti ditempuh pemerintah adalah dengan mendorong partisipasi swasta dan masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur. Dalam merealisasikan hal tersebut, pemerintah sering kali menghadapi beberapa kendala, diantaranya adalah: Pertama, investasi swasta asing masih belum meningkat, padahal sebagian besar proyek kemitraan mengandalkan pinjaman asing. Kedua, sumber dana pembangunan infrastruktur dari perbankan sangat terbatas karena ketidakcocokan antara jangka waktu penyelesaian dan pengembalian proyek dengan jangka waktu pinjaman yang diberikan. Pada umumnya proyek infrastruktur memerlukan waktu antara 15-30 tahun untuk melunasi investasinya, sedangkan perbankan umumnya tidak tertarik mendanai proyek-proyek berjangka panjang.( Kementrian Keuangan, 2014)

(71)

pendanaan untuk membiayai kebutuhan infrastruktur akan lebih efisien dan memiliki nilai tambah apabila ada kerjasama regional yang intensif.

Setidaknya terdapat tiga keuntungan dari adanya dari kerjasama regional, yakni: (i) dana yang terkumpul akan lebih besar,(ii) proyek tertentu yang melintasi batas-batas nasional memerlukan kerjasama dan koordinasi antar satu atau lebih negara; (iii) kegagalan dalam mengatasi kemacetan infrastruktur lintas batas yang akan menghambat pengembangan dan intensifikasi jaringan pasokan regional dapat memicu perdagangan dan pertumbuhan pendapatan di wilayah.(Kementrian Keuangan, 2014)

Munculnya Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) sebagai bank multilateral baru yang berfokus dalam pembangunan infrastruktur kawasan Asia tentu menjadi angin segar bagi Indonesia. Dengan bergabungnya Indonesia pada tanggal 25 November 2014, dengan diwakili oleh menteri keuangan melakukan penandatanganan MoU pendirian AIIB di Jakarta.

(72)

infrastruktur merupakan salah satu isu penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan adanya financing gap dalam pembiayaan infrastruktur.(Anggraeni, 2015)

Indonesiasendiri yang telah menanamkan kontribusi sebesar US$672,1

juta yang akan dibayar selama lima tahun,menjadikan Indonesia sebagai

pemegang saham terbesar ke-8 di AIIB. Dengan Kontribusi tersebut, Indonesia

Gambar

Tabel 1: Tabel Untung Rugi
Tabel 2: Tabel Untung Rugi Keikutsertaan Indonesia Bergabung dalam
Tabel 3: Penyertaan Modal Negara Kepada Organisasi/Lembaga Keuangan
Tabel 4: Penyertaan Modal Negara Lainnya 2012-2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi perbekalan farmasi dengan menggunakan sistem ODDD berarti bahwa pendistribusian obat sesuai dengan dosis per hari yang dibutuhkan oleh pasien. Pembayaran perbekalan

art ian bahw a Sunnah bisa merinci apa yang umum dari al-Quran.. dan menafsirkan yang masih samar maksudnya,

Dari hasil penelitian, coding model algorithm mampu membaca kebiasaan dalam penulisan coding suatu mahasiswa dari souce code yang dikumpulkan ketika soal bukan ujian

Tentu saja agar memiliki nilai jual lebih, Jamaica Cafe membuat suatu album transisi yang memuat video klip- video klip yang telah mereka buat a ntara lain “Hari yang

6. Untuk dapat melaksanakan sistem bagi hasil sebagai salah satu bentuk kerjasama secara berkelanjutan maka diperlukan sikap amanah dan saling percaya

A study in corporate governance by the Asian Development Bank supported the view that poor corporate governance was one of the major contributors to the build-up

Perusahaan ini melakukan product-development strategy terhadap produk untuk menaikkan nilai penjualan dengan membuat produk baru dari tisu kering menjadi tisu basah namun,

Pengolah Bahasa Alami Sebagai Query Fuzzy Tes Darah Seorang Pria mampu menampilkan hasil tes darah untuk pasien pria RSU Antonius, apakah asam uratnya rendah, normal, atau tinggi;