GARDU 0233
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )
Oleh:
SITI LULU LUTFIAH NIM : 207051000178
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
l.
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata
I
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Semua sumber yang saya gunakan datam pemrlisan ini saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa kryaini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
(FBR)
GARDU
0233Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam
( S.Kom.I )
OIeh:
Siti Lulu Lutfiah
NIM : 207051000178
Nip. 1
JTIRUSAN
KOMUMKASI
DAIYPETTTARAN
ISLAM
FAKTILTAS
ILMU DAI(WAH
DAN
ILMU
KOMT]NIKASI
I]NIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATT]LLAH
JAKARTA
Skripsi yang berjudul RESPON
MASYARAKAT
KELURAHANPONDOK
RANJI
TERHADAPFORUM
BETAWI
REMPUG
GBR)GARDU
0233. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas IlmuDakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Oktober 2013. Skripsi
ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program StudiKomunikasi dan Penviaran Islam.
Jakarta, 11 Oktober 2013
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
.2[*.
Drs. Jumroni. M.Si NIP. 196305t5 t992031 006
Anggota
Drs. Mulkannasir. BA. S.Pd. MM
NrP. 19s50101 198302
l
001Ade Masturi. MA
NrP. 197506062007t0 I 001 NrP. 197104t2 200003 2 001
i Nama : Siti Lulu Lutfiah
NIM : 207051000178
Judul : Respon Masyarakat Kelurahan Pondok Ranji Terhadap Eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR) Gardu 0233.
Saat ini organisasi sosial di masyarakat yang dilatarbelakangi kesamaan agama maupun kedaerahan tumbuh dan menjamur di berbagai bentuk dan cara tersendiri, baik dalam bentuk ORMAS maupun LSM. Seperti yang dikatakan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, pada Februari 2011 selama lima tahun terakhir, jumlah organisasi kemasyarakatan (ORMAS) di Indonesia tumbuh luar biasa cepat. Pada 2005 misalnya, baru tercatat sekitar 3.000 ormas. Saat ini, sekitar 9.000 ormas terdaftar di Kementerian Dalam Negeri. Termasuk salah satunya ialah Forum Betawi Rempug (FBR). Lalu muncul pertanyaan bagaimana sebenarnya respon masyarakat kelurahan Pondok Ranji terhadap eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR) Gardu 0233?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori SOR kepanjangan dari Stimulus–Organism–Respons menerangkan bahwa efek yang muncul tergantung pada proses yang terjadi pada individu, dimana pesan yang tersampaikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi sendiri berlangsung jika ada perhatian dari komunikan, lalu komunikan mengerti dan mengolah serta menerimanya, maka munculah efek dengan wujud kesediaan merubah sikap.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat kelurahan Pondok Ranji terhadap eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR) Gardu 0233. Selain itu, penelitian ini juga ingin mencari tahu apakah ada perbedaan yang muncul antara ketiga skala respon tersebut, baik berdasarkan jenis kelamin maupun usia respondennya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu metode yang menggunakan teknik statistik dengan memperhitungkan prosentase berdasarkan hasil kuesioner dari responden. Selanjutnya data dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk tabel.
ii Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi robbil 'alamin. Segala puji hanya milik Allah SWT atas
segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga dan dengan segala limpahan rahmat, nikmat, inayah yang tiada henti-hentinya seperti kasih sayang yang diberikan kepada umatnya. Tidak lupa pula shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah sampai zaman penuh ilmu pengetahuan
seperti sekarang, beserta para keluarga dan sahabatnya dan kaum Muslim yang telah berjihad dijalannya mendirikan panji-panji Islam dan Risalahnya.
Atas izin-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul ”Respon Masyarakat Kelurahan Pondok Ranji Terhadap
Eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR) Gardu 0233”. Skripsi ini diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, bukan hanya karena kerja keras
penulis, namun banyak pihak yang turut serta berjuang di dalamnya. karena tanpa adanya bantuan dan do’a dari orang-orang tercinta tersebut, skripsi ini tidak akan
iii
dengan kasih sayang yang tidak terhingga dan tidak ternilai dengan apapun. Semoga Allah selalu melindungi, menyayangi dan memberikan
kebahagiaan dunia maupun akhirat.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. H. Arief Subhan MA, Drs. Wahidin Saputra MA, selaku Pudek III bidang kemahasiswaan, Drs. Jumroni M.Si, selaku Pudek II bidang administrasi umum, dan Dr. Suparto, M.Ed, MA, selaku Pudek I bidang akademik. 3. (Almh) Dra. Asriati Jamil M. Hum. Yang telah memberikan dorongan
morill bagi penulis.
4. Drs. Jumroni M. Si, Selaku ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
5. Dra. Musfirah Nurlaily MA. Selaku sekretaris koordinator Program Non Reguler,
6. Drs. Sugiharto, MA. selaku pembimbing skripsi yang selalu tidak henti-hentinya memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.
7. Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesailan studi maupun dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 8. Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, beserta stafnya.
iv
10.Saudara sekandung penulis : Ahmad Zaki Halim, S. Kom (kakak) beserta isteri, Ahmad Alfath, S. Sos (kakak), Ahmad Zulfikar (kakak), Siti Nurul Fadhliah (adik), Muhammad Iqbal (adik) yang selalu menemani, mendukung, menghibur dan memberi banyak harapan bagi penulis.
11.Teman-teman Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan KPI Non-reguler 2007: Ika Kartika, Mutiara Rizki Amelia, Isnaanto Achmad Maulana, Rizka, Syaifullah, Mohamad Samlawi, Ade Alfan Syifa, Ongko Prasetyo, Dhani Ibnu Affan, Za’Arasy Rahmah, Syahrul, Dahliana Syahri, Rio Aditama, Doni Bestadi, Abdul Ghani, Aldy, Andy Widianto, Ferdy Yulian, Indah, Nila, Neneng, Jeftri, H. Sulaiman, Nur Ardiansyah, Bima Suhardiman, Farida, Fadilah, Andi, beserta teman-teman lainnya yang belum tersebut, kakak dan adik-adik kelas yang telah memberikan semangat dan bantuannya dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis senantiasa berdoa semoga amal baik yang telah diberikan, mendapatkan ridha dari Allah SWT. penulis serahkan semuanya dengan harapan semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar khusus bagi penulis dan umumnya bagi yang membacanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 9 Oktober 2013
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Metodologi Penelitian ... 9
E. Tinjauan Pustaka ... 15
F. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Respon ... 19
1. Pengertian Respon ... 19
2. Macam- macam Respon ... 21
B. Ruang Lingkup Masyarakat ... 25
1. Pengertian Masyarakat ... 25
vi
1. Pengertian Eksistensi ... 28
2. Bentuk-bentuk Eksistensi ... 31
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 35
1. Profil Kelurahan Pondok Ranji ... 35
a. Data Deskriptif ... 35
b. Data Monografi ... 35
B. Objek Penelitian ... 38
1. Profil Gardu FBR 0233 Pondok Ranji ... 38
a. Sejarah Gardu FBR 0233 Pondok Ranji... 38
b. Visi dan Misi Gardu FBR 0233 Pondok Ranji... 39
c. Kegiatan di Gardu FBR 0233 Pondok Ranji ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ... 42
B. Respon Masyarakat Pondok Ranji Terhadap Eksistensi FBR Gardu 0233 ... 44
1. Respon Masyarakat Pondok Ranji Terhadap Eksistensi FBR Gardu 0233 dalam kategori Skala Kognitif ... 45
[image:10.595.100.516.149.619.2]vii
C. Perbandingan Prosentase Respon Skala Kognitif, Afektif dan Konatif Masyarakat Kelurahan Pondok Ranji
Terhadap FBR Gardu 0233……….……… 50
D. Perbandingan Rata-Rata Respon Skala kognitif, Afektif dan konatif Masyarakat Pondok Ranji Terhadap Eksistensi FBR Gardu 0233 ... 51
E. Analisis Chi-square Respon Skala kognitif, Afektif dan konatif Masyarakat Pondok Ranji Terhadap Eksistensi FBR Gardu 0233 ... 52
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57
B. Saran-saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
viii
Tabel 1. Jumlah Populasi Masyarakat Kelurahan Pondok Ranji ……….. 7 Tabel 2. Jumlah Sampel Masyarakat Kelurahan Pondok Ranji ……….... 8
Tabel 3. Penentuan Skor/nilai .………. 15 Tebel 4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ……….………. 43 Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan RW .………... 43
Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan Usia………..…...… 44 Tabel 7. Respon Masyarakat Pondok Ranji Terhadap Eksistensi
FBR Gardu 0233 dari skala kognitif…………..……… 45 Tabel 8. Respon Masyarakat Pondok Ranji Terhadap Eksistensi
FBR Gardu 0233 dari skala afektif ……….……….. 47 Tabel 9. Respon Masyarakat Pondok Ranji Terhadap Eksistensi FBR
Gardu 0233 dari skala konatif ……….….. 49
Tabel 10. Perbandingan prosentase respon skala Kognitif, Afektif dan
Konatif terhadap eksistensi FBR 0233 ……….. 50
Tabel 11. Perbandingan skor rata-rata respon skala Kognitif, Afektif dan
Konatif terhadap eksistensi FBR)0233 ……….. 51
Tabel 12. Perbandingan skala Respon Kognitif, Afektif dan Konatif responden terhadap eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR)
0233 dilihat berdasarkan Jenis Kelamin …………...……… 52
Tabel 13. Analisis chi-square hitung berdasarkan jenis kelamin ………... 53 Tabel 12. Perbandingan skala respon kognitif, afektif dan konatif responden
terhadap eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR) 0233
dilihat berdasarkan usia………...…………...………. 54
ix
[image:13.595.98.498.223.609.2]BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini organisasi sosial di masyarakat yang dilatar belakangi kesamaan agama maupun kedaerahan tumbuh dan menjamur di berbagai
bentuk dan cara tersendiri, baik dalam bentuk ORMAS (Organisasi Masyarakat) maupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
Seperti yang dikatakan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, “selama lima tahun terakhir, jumlah organisasi kemasyarakatan (ORMAS) di
Indonesia tumbuh luar biasa cepat. Pada 2005 misalnya, baru tercatat sekitar
3.000 ormas. Saat ini, sekitar 9.000 ormas terdaftar di Kementerian Dalam Negeri. Termasuk salah satunya ialah Forum Betawi Rempug (FBR)
Lengsernya Soeharto dari kursi presiden Republik Indonesia pada mei
1998 membuka kotak Pandora problem suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Tiap-tiap masalah menunjukan eksistensinya di pentas nasional dan
lokal. Organisasi atau asosiasi etnis muncul seperti jamur di musim hujan, seperti terlihat di Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara Barat dan Jakarata. Mereka memprotes ketertinggalan putra daerah dalam setiap pemilihan
kepala daerah. Berkaitan dengan itu munculah slogan agar penduduk asli menjadi tuan rumah di kampungnya sendiri.1 Salah satu Ormas kedaerahan
yang muncul setelah bergantinya masa Orde Baru adalah Forum Betawi
1
Widyanto, Untung. Antara jago dan preman: studi tentang habitus premanisme pada
organisasi Forum Betawi Rempug (FBR). Pascasarjana, FISIP, Universitas Indonesia. (Depok: Agustus, 2005)
Rempug (FBR). Setidaknya Ormas ini, paling sering menyedot perhatian publik. FBR berdiri 29 Juli 2001, dengan ketuanya H. Fadholi El Munir.
Tidak jauh berbeda dengan organisasi-organisasi berbasis masyarakat Betawi yang muncul sebelumnya, FBR muncul sebagai wadah aspirasi
masyarakat Betawi untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat Betawi sebagai etnis lokal Jakarta.
Dalam buku yang ditulis oleh Solemanto, “KH. A. Fadholi El Munir, Jejak Langkah Sang Kiai”, Munculanya FBR berawal dari keprihatinan
terhadap mayarakat Betawi yang seolah terasing di tanah kelahirannya
sendiri. Dalam buku itu, tergambar adanya diskriminasi terhadap orang Betawi. Salah satunya masalah lapangan pekerjaan, jika orang betawi
melamar kerja di pabrik saja selalu mendapat penolakan dengan alasan penuh. Kesulitan mendapatkan pekerjaan di kampung sendiri inilah yang menjadi kenangan buruk, sementara setiap saat mereka harus terima beragam polusi,
bising, dan hiruk pikuk masyarakat lainnya yang jelas-jelas mengganggu kehidupan orang Betawi.2
Masyarakat betawi sebagai penduduk asli kota Jakarta seharusnya mendapatkan prioritas utama dalam bidang usaha, perdagangan, dan industri, serta pelestarian budaya. Namun kenyataannya, pembangunan yang
dilaksanakan di Jakarta kurang bersahabat dengan mayarakat betawi. Hal ini menyebabkan orang-orang betawi termarginalkan. Mereka yang semula
berada di pusat kota, lambat laun mereka minggir di wilayah sekitar Jakarta. Bila pada tahun 1930 masyarakat betawi masih menjadi mayoritas, seirama
2
Solemanto, Jejak Langkah Sang kiai; mengawal republik dari tanah betawi (Jakarta:
dengan arus urbanisasi sebagai akibat Jakarta menjadi ibu kota pada tahun 60-an suku betawi tinggal menjadi minoritas. Menurut catat60-an pada tahun 1961,
suku betawi tinggal 22,9% dari 2,9 juta penduduk Jakarta. Mereka banyak yang tergusur ke luar Jakarta, khususnya ke wilayah tangerang, depok,
bekasi, dan bogor.3
Fakta itulah yang menguatkan para tokoh betawi, seperti kiai Fadholi
El Munir untuk bangkit memperjuangkan hak-hak betawi dengan mendirikan Forum Betawi Rempug atau disingkat dengan FBR.
Forum betawi rempug termasuk salah satu organisasi kemasyarakatan
yang tunduk pada sistem sosial budaya lingkungannya yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat serta mendapat pengakuan dan dukungan.4
Beberapa tokoh muda Betawi menggagas dibentuknya suatu wadah yang menampung dan memperjuangkan aspirasi masyarakat Betawi, berazaskan Islam serta berlandaskan Al-quran, Assunnah, Pancasila dan UUD 1945 yang
kemudian dikenal dengan nama : “FORUM BETAWI REMPUG” yang disingkat dengan FBR.
Tujuan akhirnya tentu saja untuk mengangkat harkat warga betawi. Namun masyarakat terlanjur melihat kegiatan FBR sering berbenturan dengan hukum. Dalam dua tahun terakhir ini, mereka malah sering terlibat dalam
beberapa peristiwa yang memancing emosi massa.
Forum ini sejak awal berupaya menegaskan identitas kesukuan yang
begitu kental dengan organisasi berbasis kedaerahan. Namun, Fadholi seolah-olah tak sanggup meredam emosi anggotanya yang sebagian besar masih
3
Ibid, h. 17
4
Taufiq Abdullah, Agama dan Perubahan Sosial (Jakarta: PT. Raja Grapindo,1996),
berusia muda. Beberapa perilaku yang mengundang pertanyaan publik sempat dilakukan anggotanya yang gemar mengenakan seragam serba hitam itu.
Sentimen primordialisme mereka semakin mudah terbakar, tatkala berhadapan dengan etnis lain untuk mempertahankan eksistensinya Seperti
kejadian pada beberapa waktu yang lalu; Bentrokan antara organisasi masyarakat Forum Betawi Rempug (FBR) dan Pemuda Pancasila (PP) terjadi
di Jalan Raya Pondok Ranji, Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis malam 29 Oktober 2011. Keributan kedua ormas ini berawal dari perselisihan sejumlah anggota kedua ormas, yang berbuntut melukai salah satu anggota PP.Akibat
insiden tersebut, puluhan anggota PP pun menyerang Kantor Sekretariat FBR yang berada di Jalan Raya Pondok Ranji, Bintaro, Tangerang Selatan.
Akibatnya kantor Sekretariat FBR hancur.
Menurut harian Kompas. Senin 29 oktober 2011. Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri memaparkan data tindak kekerasan oleh sejumlah
ormas, dalam rapat koordinasi gabungan DPR-Pemerintah terkait ormas di Gedung DPR, Jakarta. Diungkapkan Kapolri, medio 2007-2010 terdapat 107
tindak kekerasan. Berdasarkan data kepolisian, terdapat tiga ormas yang kerap melakukan kekerasan selama empat tahun terakhir.5 Salah satunya adalah FBR.
Pada umumnya masyarakat memandang buruk terhadap ormas seperti arogan dan pembuat rusuh. Namun peneliti ingin mengetahui lebih dalam lagi
bagaimana sebenarnya yang terjadi di masyarakat, apa yang dirasakan
5
masyarakat yang dilingkungannya terdapat gardu FBR, dan bagaimana respon masyarakat dengan keberadaan FBR dilingkungnnya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Respon Masyarakat Pondok Ranji
Terhadap Eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR) Gardu 0233.
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah
Penulis membatasi kajian skripsi ini hanya pada Respon masyarakat
yang berada di Kelurahan Pondok Ranji, kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan terhadap eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR)
Gardu 0233. Adapun masyarakat yang di teliti ialah yang berada di Wilayah RW. 11-13 kelurahan Pondok Ranji, Ciputat Timur. Tangerang Selatan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka
permasalahan-permasalahan yang diangkat adalah:
a. Bagaimana Respon Kognitif masyarakat kelurahan Pondok Ranji, Ciputat Timur terhadap Eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR)
Gardu 0233.
b. Bagaimana Respon Afektif masyarakat kelurahan Pondok Ranji,
c. Bagaimana Respon Konatif masyarakat kelurahan Pondok Ranji, Ciputat Timur terhadap Eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR)
Gardu 0233.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. untuk mengetahui bagaimana respon Respon Kognitif masyarakat kelurahan Pondok Ranji, Ciputat Timur terhadap eksistensi Forum
Betawi Rempug (FBR) Gardu 0233.
b. untuk mengetahui bagaimana respon Respon, Afektif masyarakat
kelurahan Pondok Ranji, Ciputat Timur terhadap eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR) Gardu 0233 berdasarkan jenis kelamin. c. untuk mengetahui bagaimana respon Konatif masyarakat kelurahan
Pondok Ranji, Ciputat Timur terhadap eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR) Gardu 0233 berdasarkan usia nya.
2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan
khususnya pada Jurusan Komunikasi Penyiaran islam terutama yang berkaitan dengan Stimulus dan Respon, dan para akademis di bidang
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih, saran
dan masukan pada FBR khususnya dan pada Organisasi Masyarakat yang lain pada umumnya, untuk mengatahui bagaimana pandangan
masyarakat sebagai sarana mengevaluasi untuk mencapai tujuan yang lebih baik lagi.
D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah
perhitungan yang tepat. Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.6
2. Subjek dan Objek
Dalam penenelitian subjek yang diteliti adalah respon masyarakat kelurahan Pondok Ranji, Tangerang Selatan mengenai keberadaan organisasi masyarakat Forum Betawi Rempug. Sedangkan yang menjadi
objek penelitian adalah organisasi masyarakat Forum Betawi Rempug Gardu 0233 Pondok Ranji Tangerang Selatan.
3. Populasi dan Sampel
6
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: UIN JakPress,
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di wilayah
RW 11-13 kelurahan Pondok Ranji, yang terdiri dari; RW 11 sebanyak 437 orang, RW 12 sebanyak 189, dan RW 13 sebanyak 172 orang.
Berikut adalah banyaknya populasi penelitian:
Tabel 1 Banyaknya Populasi
RW
Banyaknya Populasi (masyarakat kelurahan Pondok Ranji)
11 437
12 189
13 172
TOTAL 798
Laporan kependudukan kelurahan Pondok Ranji, Juli 2011
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi.
Dari populasi sebanyak 798 masyarakat kelurahan Pondok Ranji, dengan menggunakan random sampling sederhana, merupakan teknik sampling yang paling mudah dilakukan. Dimana setiap anggota
Periset menulis atau memberi nomor pada seluruh anggota populasi, lalu mengundinya (merandom/ mengacak) sampai menemukan jumlah
sampel yang dibutuhkan. Namun hal ini dilandasi dengan syarat tersedianya kerangka sampling atau daftar sampling7. Dari random
sampling didapati sampel yang digunakan masing-masing angkatan diambil sebesar 10% nya maka didapati sampel penelitian sebanyak 81
[image:22.595.102.498.242.599.2]Masayarakat. Berikut adalah banyaknya sampel yang diambil adalah :
Tabel 2
Banyaknya Sampel yang diambil
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini, maka dilakukan dengan pengumpulan data primer yaitu data-data yang
diperoleh dari hasil lapangan dari sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian. Untuk memperoleh data yang empiris, penulis terjun
7
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: PT. Kencana, 2007),
hal. 150-151
No. RW Banyaknya Sampel (masyarakat)
1 11 10% x 437 = 44
2 12 10% x 189 = 19
3 13 10% x 172 = 18
langsung ke lokasi penelitian dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
a. Teknik Observasi
Observasi yang merupakan pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki oleh pancaindera. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data
tentang gambaran umum tentang objek penelitian. b. Teknik Angket (Kuesioner)
Angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab. Dari masing-masing pertanyaan itu telah disediakan jawabannya, untuk
dipilih mana yang sesuai dengan pendapat, perasaan dan keyakinan responden. Jenis angket yang penulis berikan, adalah angket tertutup dengan pilihan yaitu item-item yang diberikan disertai dengan
jawaban alternatif sehingga responden tinggal menjawab sesuai dengan dirinya.
c. Dokumentasi
Selain peneliti menyebarkan angket kepada responden, peneliti juga mengumpulkan data-data sekunder seperti dokumen
5. Pengolahan Data
Dengan menggunakan statistik deskriptif, yaitu statistik yang
berguna untuk mengilustrasikan atau mendeskripsikan berbagai gejala berdasarkan keadaan apa adanya dari gejala itu sendiri, tanpa perlu
mempertanyakan mengapa gejala tersebut terjadi. Dalam pengolahan dan analisis data, dilakukan dengan;
a. Deskriptif, data-data yang diperoleh melalui angket kemudian diproses dengan beberapa tahapan, sebagai berikut :
1) Evaluasi, memeriksa jawaban responden untuk diteliti, ditelaah dan
dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data-data yang akurat.
2) Frekuensi, mentabulasi atau memindahkan jawaban-jawaban responden yang diperoleh dari angket ke dalam bentuk tabel yang berdasarkan tema-tema di BAB IV. Kemudian dicari frekuensi dan
prosentasenya untuk dianalisis.
3) Kesimpulan, memberikan kesimpulan dari analisis dan penafsiran
data. Semua tahapan tersebut akhirnya dijelaskan pen-deskripsiannya dalam bentuk verbal (kata-kata) maupun angka sehingga menjadi bermakna.
b. Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan metode kuantitatif yaitu metode yang menggunakan teknik statistik dengan
memperhitungkan prosentase.8 Perhitungan prosentase ini dilakukan untuk setiap alternatif jawaban dalam angket yang diajukan pada
8
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
sampel itu. Sebelum hasil dari analisis data dideskripsikan dan ditampilkan dalam bentuk tabel atau bagan-bagan, setelah data
terkumpul lalu diolah dan dianalisis dengan menghitung score rata-rata (Mean), analisis rata-rata digunakan untuk menentukan kategori dari setiap skala penelitian, berikut adalah persamaan rata-rata:
x = ∑ fi.xi ∑fi
Keterangan:
x : score atau rata-rata (mean)
fi : frekuensi pengamatan xi : pengamatan9
Sedangkan untuk menentukan skala respon responden terhadap FBR akan digunakan Standart Deviasi, berikut persamaannya :
SD = √ Ʃ x² N Keterangan:
SD : Standart Deviasi
Ʃx² : Jumlah deviasi dari rata-rata kuadrat
N : Jumlah individu10
Dengan penghitungan tingkat responden terhadap 3 skala, baik
kognitif, afektif maupun konatif, dengan persamaan :
9
Noor Bekti Negoro, Handout Statistik Sosial, (Jakarta: Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 5
10
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada, 2008), cetakan ke-3,
Tinggi = X + stdDev
Sedang = X
Rendah = X - StdDev
Selanjutnya dengan menggunakan persamaan Chi-Square/ Chi-Kuadrat (χ²) untuk menguji sebuah hipotesis. Hipotesis adalah kesimpulan sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya masih harus diuji secara empiris.11 Hipotesisnya sebagai berikut:
1. Dengan Ho, maka tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan respon masyarakat terhadap eksistensi FBR Gardu 0233. Atau Ha, maka ada hubungan antara jenis kelamin dengan respon masyarakat terhadap eksistensi FBR Gardu 0233.
2. Dengan Ho, maka tidak ada hubungan antara usia dengan respon masyarakat terhadap eksistensi FBR Gardu 0233. Atau Ha, maka
ada hubungan antara jenis kelamin dengan respon masyarakat
terhadap eksistensi FBR Gardu 0233. Berikut adalah
persamaannya:
χ² = Ʃ (fo-fh)²
fh Keterangan:
χ² : Chi-Kuadrat
fo : Frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam) sampel
11
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada
fh : Frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan frekuensi yang diharapkan dalam populasi (frekuensi yang
diharapakan merupakan perkalian anatara jumlah baris dengan lajur dibagi jumlah total).12
Skala pengukuran pada penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang tentang sesuatu
objek sikap. Objek sikap ini biasanya telah ditentukan secara spesifik dan sistematik oleh peneliti. Indikator-indikator dari variabel sikap terhadap suatu objek merupakan titik tolak dalam membuat pertanyaan atau
pertanyaan yang harus diisi oleh responden (Kriyantono, 2006:134).
Skala likert merupakan skala yang paling mudah penerapannya dan
sederhana dalam menafsirkan hasilnya. Indikator-indikator dari variabel sikap terhadap suatu objek merupakan titik tolak dalam membuat pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi oleh responden.
Pernyataan-pernyataan yang disajikan dibuat bervariasi yaitu antara Pernyataan-pernyataan positif dan pernyataan negatif yang kemudian masing-masing akan diberi skor
dengan perincian sebagai berikut:
12
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: PT. Kencana, 2007),
Tabel 3
Penentuan Skor/nilai
No. Pilihan Jawaban Skor Jawaban
1 Sangat setuju 5
2 Setuju 4
3 Ragu-ragu 3
4 Tidak setuju 2
5 Sangat tidak setuju 1
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak menemukan judul yang sama
persis dengan judul skripsi ini baik di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, di perpustakaan umum UIN syarif Hidayatullah
Jakarta maupun di Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, namun terdapat beberapa yang mirip baik dengan objek maupun dengan jenis penelitian yang digunakan, yakni:
1. Skripsi yang ditulis oleh Sholahuddin Al-Ayyubi, dengan judul “Respon Masyarakat Penggilingan Jakarta Timur Terhadap Pengajian Bulanan Forum Betawi Rempug (FBR)”.13
Pada penelitin tersebut terdapat kesamaan objek namun yang membedakan dengan penelitian penulis,
13
Sholahuddin Al-Ayyubi, Respon Masyarakat Penggilingan Jakarta Timur Terhadap
yaitu skripsi tersebut fokus pada pengajian bulanan yang diselenggarakan FBR Pusat sedangkan skripsi penulis fokus pada eksistensi FBR Gardu
0233.
2. Skripsi yang ditulis oleh Mutiara Rizki Amelia, dengan judul “Respon
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” terhadap Program
Indonesia Mencari Bakat di Trans TV.14 Skripsi ini berbeda dengan penulis dari sisi objek penelitian dan subjek penelitian, hanya saja terdapat kesamaan teori yang digunakan yakni menggunakan teori respon.
3. Tesis yang di tulis oleh Untung Widyanto, dengan judul “Antara Jago dan preMan”: Studi Tentang Habitus Premanisme Pada Organisasi Forum
Betawi Rempug (FBR).15 Penelitian tersebut berbeda dengan skripsi
penulis dari segi fokus penelitian, penelitian tersebut menjelaskan tentang premanisme yang terjadi di FBR sedangkan skripsi penulis tentang respon
masyarakat terhadap eksistensi FBR Gardu 0233.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan sistematik, maka penulis membaginya ke dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I :PENDAHULUAN
14
Mutiara Rizki Amelia, “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” terhadap Program Indonesia Mencari Bakat di Trans TV. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Uin Syarif Hidayatullah ( Jakarta. 2011)
15
Untung Widyanto, “Antara Jago dan preMan”: Studi Tentang Habitus Premanisme
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan Bab II :KAJIAN TEORITIS
Dalam bab ini diuraikan pembahasan mengenai ruang lingkup respon, yang terdiri dari; pengertian respon dan macam-macam
respon. Riang lingkup masyarakat yang terdiri dari; pengertian masyarakat, faktor-faktor/unsur-unsur masyarakat dan kriteria masyarakat.
Bab III :GAMBARAN UMUM
pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum wilayah
penelitian yang sedang diteliti, yaitu subjek dan objek dari penelitian ini. Dimana subjeknya adalah masyarakat kelurahan Pondok Ranji, sedangkan objeknya adalah Forum Betawi Rempug
(FBR) Gardu 0233.
Bab IV :HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas hasil temuan dan analisis di lapangan, yakni respon masyarakat kelurahan Pondok Ranji dengan sampel 47 orang, baik mencari tahu respon kognitif, afektif dan konatif,
mengetahui skala ketiganya; baik tinggi, sedang, maupun rendah terhadap eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR), serta mencari
Bab V :KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir akan menguraikan kesimpulan yang merupakan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Ruang Lingkup Respon 1. Pengertian Respon
Respon adalah aksi reaksi yang muncul dari suatu masalah terhadap
khalayak. Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa respon adalah tanggapan, reaksi atau jawaban terhadap suatu gejala atau
peristiwa yang terjadi.1 Ada beberapa pengertian respon menurut para ahli, yaitu:
Menurut Sarlito (1987), setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respon) terhadap stimulus. Pendapat selaras diungkap oleh Mar’at (1984) yang menyatakan bahwa respon merupakan reaksi akibat
penerimaan stimulus, dimana stimulus adalah berita, pengetahuan, informasi, sebelum diproses atau diterima oleh indranya. Individu manusia berperan
sebagai unsur pengendali antara stimulus dan respon, sehingga yang menentukan bentuk respon individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor Individu itu sendiri (Miftah Toha, 1988).2
1
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
Edisi ke-3 h. 595
2
Pengertian-Respon, diakses 2 februari 2011 dari eri08tirtayasa.blogspot.com
Sedangkan menurut Berlo 1960 (dalam Reza Yogaswara), merumuskan
respon sebagai sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang sebagai hasil atau akibat menerima stimulus. Stimulus tersebut merupakan sesuatu yang dapat diterima oleh seseorang melalui salah satu penginderanya. Respon
digolongkan menjadi dua jenis yaitu respon yang tidak nampak (covert response) dan respon yang nampak (covert response). Respon yang tidak
nampak diwujudkan oleh seseorang kedalam aspek kognisi (pengetahuan) dan afeksi (sikap). Respon yang nampak diwujudkan kedalam aspek psikomotorik (tingkah laku). Antara respon yang nampak dan respon yang tidak nampak
terdapat suatu keterkaitan, namun hubungan tersebut ada yang selaras dan ada yang tidak selaras. Selaras artinya sistem kognitif dan komponen efektif
mempunyai sifat yang sama di semua seginya maka timbulah keadaan yang selaras dengan psikomotorik dan tidak ada dorongan untuk berubah, sedangkan tidak selaras artinya sistem kognitif dan komponen efektif itu
mempunyai segi-segi yang tidak bisa berjalan bersama-sama, maka terjadilah ketidakselarasan dan timbulah tekanan yang mendorong untuk mengubah
sistem kognitif sedemikian rupa sehingga tercapainya keadaan selaras (Sarlito,1987).3
Jadi, respon adalah suatu reaksi atau tanggapan seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan yang muncul, dimana bisanya stimulus tersebut berpengaruh terhadap diri seseorang sehingga memunculkan suatu reaksi yang
3
beraneka ragam baik sebatas pengetahuan atau pendapat, perasaan, maupun
sikap atau perilaku. Lebih jelasnya diterangkan dalam macam-macam respon dibawah ini.
2. Macam-macam Respon
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Chate, respon
dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Kognitif (pendapat), yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini
muncul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau persepsi oleh khalayak.
b. Afektif (perasaan), yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.
c. Konatif (perilaku), yaitu respon yang berhubungan dengan dorongan dan perilaku nyata khalayak, yaitu meliputi tindakan atau kebiasaan.4
Dalam teori S-O-R yang merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Respons ini semula berasal dari psikologi, lalu kemudian menjadi juga teori komunikasi, karena objek material dari psikolog dan ilmu komunikasi adalah
sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.
4
Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah:
a. Pesan (Stimulus, S)
b. Komunikan (Organism, O)
c. Efek (Respons, R)
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam
hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika
stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.
Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia”, perubahan serta
pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang
menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu:
Untuk lebih jelas mengenai tiga variabel penting tersebut, dapat dilihat
pada bambar I di bawah ini:
Gambar I: Teori S-O-R
Sumber: Onong Uchjana (2003): 255
Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan
kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan
mengerti, kemampuan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.5
5
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2003), hal. 254-256.
Stimulus
Organism : Perhatian
Pengertian Penerimaan
[image:36.612.103.524.183.570.2]Selanjutnya, model komunikasi menurut Philip Kotler dalam buku „Marketing Management’.6
[image:37.612.103.559.183.558.2]Berikut ini akan dijelaskan model komunikasi menurut Philip Kotler, dapat dilihat pada gambar 2:
Gambar 2: Bagan/skema proses komunikasi
Sumber: Onong Uchjana (2006): 39
Unsur-unsur dalam proses komunikasi. Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut:
a. Sender : komunikator yang menyampaikan pesan kepadaseseorang atau sejumlah orang.
b. Encoding : penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk
lambing.
6
Onong, Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi ‘Teori dan Praktek’ (Bandung: PT. Remaja
Rosadakarya, 2006), h. 256
sender encoding Media
message
feedback response
noise
c. Message : pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna yang
disampaikan oleh komunikator.
d. Media : saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.
e. Decoding : pengawasandian, proses diman komunikan mennetapkan makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
f. Receiver : komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
g. Response : tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah menadapatkan pesan.
h. Feedback : umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
i. Noise : gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.7
B. Ruang Lingkup Masyarakat 1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat dalam bahasa inggris disebut society, asal kata dari socius
yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa arab yaitu
syirk artinya bergaul.8 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, masyarakat adalah “sejumlah manusia dalam artian seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
7
Ibid, hal. 256
kebudayaan yang mereka anggap sama”.9
Berikut di bawah ini adalah
beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia.
a. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
b. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi. c. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif
pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
d. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang
cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
e. Drs JBAS Mayor Polak menyebut masyarakat (society) adalah wadah segenap antar hubungan social terdiri atas banyak sekali
kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas sub kelompok. Sedangkan menurut Prof, M. M Djojodiguno, masyarakat adalah “suatu kebulatan dari segala perkembangan dalam hidup bersama
antara manusia dengan manusia”.10
9
Tim penyusun, kamus pembinaan dan pengembangan bahasa, kamus besar bahasa
Indonesia (PT Persero: Balai Pustaka, 1999), cet ke-10, hal. 635
10
f. Talcott Parson merumuskan kriteria masyarakat. Menurutnya masyarakat
ialah suatu sistem sosial yang melebihi masa hidup individual normal dan merekrut anggota secara reproduksi biologis dengan melakukan sosialisasai terhadap generasi berikutnya.
Definisi lain menyatakan bahwa masyarakat di artikan sebagai kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan mengaanggap dirinya sebagai satu kesatuan social.11
Bisa dikatakan masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah
memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat kebiasaan yang sama-sama di taati dalam lingkungannya.
Masyarakat ialah kumpulan sekian banyak individu yang terikat oleh satuan adat, ritus atau hokum dan hidup bersama. Al-Qur’an menyebut masyarakat dengan beberapa kata, yaitu Qawm, ummah, syu’ub, dan qabail.
Selain itu Al-Qur’an juga memperkenalkan sifat masyarakat dengan al -mustakbirun, al-mala, al-mustad’afin, dan sebagainya.
2. Unsur-Unsur Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur
sebagai berikut ini:12
a. Beranggotakan minimal dua orang.
11
Ramdani Wahyu, Ilmu Sosial Dasar (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 74
12
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
b. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
c. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
d. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
3. Ciri-ciri / Kriteria Masyarakat
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.
a. Ada sistem tindakan utama.
b. Saling setia pada sistem tindakan utama.
c. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
d. Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/ reproduksi manusia.
C. Eksistensi
1. Pengertian Eksistensi
Kata eksistensi berasal dari kata Latin Existere, dari ex keluar sitere = membuat berdiri. Artinya apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, apa
Dalam konsep eksistensi, satu-satunya faktor yang membedakan setiap
hal yang ada dari tiada adalah fakta. Setiap hal yang ada itu mempunyai eksistensi atau ia adalah suatu eksisten.
Menurut Bapak Gerakan Eksistensialis Kierkegaard, menegaskan
bahwa yang pertama-tama penting bagi keadaan manusia yakni keadaannya sendiri atau eksistensinya sendiri. Ia menegaskan bahwa eksistensi manusia bukanlah „ada’ yang statis, melainkan „ada’ yang „menjadi’. Dalam arti terjadi
perpindahan dari „kemungkinan’ ke „kenyataan. Apa yang semula berada
sebagai kemungkinan berubah menjadi kenyataan. Gerak ini adalah
perpindahan yang bebas, yang terjadi dalam kebebasan dank e luar dari kebebasan. Ini terjadi karena manusia mempunyai kebebasan memilih.
Dengan demikian eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan. Bereksistensi berarti muncul dalam suatu perbedaan, yang harus dilakukan tiap orang bagi dirinya sendiri.
Kierkegaard menekankan bahwa eksistensi manusia berarti berani mengambil keputusan yang menentukan hidup. Maka barang siapa tidak
berani mengambil keputusan, ia tidak hidup bereksistensi dalam arti sebenarnya.
Menurut Zainal Abidin (2008) Eksistensi tidak bersifat kaku dan
terhenti, melainkan lentur dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan individu dalam
Eksistensi bisa kita kenal juga dengan satu kata yaitu keberadaan.
dimana keberadaan yang di maksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. eksistensi ini perlu “diberikan” orang lain kepada kita,
karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling kita ini membuktikan
bahwa keberadaan (eksistensi) kita diakui. Tentu akan terasa sangat tidak nyaman ketika kita ada namun tidak satupun orang menganggap kita ada, oleh
karena itu pembuktian akan keberadaan kita dapat dinilai dari berapa orang yang menanyakan kita atau setidaknya merasa sangat membutuhkan kita jika kita tidak ada.
Eksistensi Dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah; hal berada, keberadaan.13 Makna terkaya dan terdalam dari istilah eksistensi ditemukan
dalam bahasa arab. Eksistensi berasal dari akar kata kerja wajada . bentuk kata kerja ini berarti “menemukan” dan turunannya adalah wujud (ada),
wijdan (sadar), wajd (nirwana) dan wujd.
Menurut Sartre, manusia merupakan satu-satunya makhluk yang
bereksistensi, artinya bahwa manusia itu bukanlah sesuatu yang konseptual
melainkan sesuatu yang aktual. Dengan demikian, eksistensi pertama-tama
bertolak dari manusia sebagai subjek. Oleh karena eksistensi bertolak dari
manusia sebagai subjek, maka eksistensi manusia tidak sama dengan
objek-objek yang lain, karena eksistensi manusia tidak dihasilkan dari sesuatu yang
ditentukan melainkan suatu penyangkalan terhadap objek
13
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, edisi
tertentu. Pemahaman ini bertolak dari apa yang dicetuskan oleh Sartre bahwa
eksistensi mendahului esensi. Artinya, manusia itu berada dulu baru ada.
Berada dulu baru ada hendak mengatakan suatu pengertian bahwa manusia
pada awalnya adalah kosong. Tetapi, oleh karena pilihan bebasnya manusia
menjadi ada. Dengan kata lain, kebebasan manusia untuk memilih menjadikan
kekosongannya bereksistensi. Bereksistensi berarti bertindak sesuai dengan
pilihan saya sebagai satu-satunya individu yang bebas. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa manusia itu “ada” sejauh ia bertindak terhadap sesuatu
bagi dirinya sendiri dan apa yang dia lakukan untuk dirinya sendiri adalah
lahir dari kebebasan dan kesadarannya sebagai individu yang menyadari
sesuatu yang berarti bagi dirinya.
Makna lain dari istilah eksistensi adalah suatu keberadaan yang dirasakan, ditemukan dan ditentukan oleh panca indera. Karna itu dapat dikatakan bahwa ada sesuatu yang dapat dirasakan melalui panca indera.
Eksistensi memang perlu, apapun bentuknya tujuannya adalah untuk mengkomunikasikan bahwa sesuatu itu “ada”. Ketika orang mencari, maka
sesuatu yang eksis itulah yang akan ditengok oleh sang pencari keeksistensian tersebut.
2. Bentuk-bentuk Eksistensi
Tiap eksistensi meliliki cirinya yang khas. Kierkegaard membedakan
1. Bentuk Estetis
Dalam bentuk eksistensi yang etis, manusia menaruh perhatian yang besar terhadap segala sesuatu diluar dirinya. Ia hidup di dalam dunia dan di dalam masyarakat, dengan segala sesuatu yang dimiliki dunia dan
masyarakat itu. Sifat hakiki bentuk eksistensi estetis ialah tidak adanya ukuran ukuran moral yang umum yang telah ditetapkan, dan tidak adanya
kepercayaan keagamaan yang menentukan. Yang ada hanya keinginan untuk menikmati seluruh pengalaman emosi dan nafsu. Ia memang mengejar hal-hal yang tak terbatas tetapi dalam arti kesenangan yang tak
terbatas. Pada tahap ini merupakan tahap rendah dalam eksistensi manusia, namun tahap ini tetap disebut sebagai tahap eksistensial, karena
pada tahap ini setiap individu memiliki pilihan bebas atas situasi-situasi yang dia hadapi.
2. Bentuk Etis
Tahap etis merupakan suatu tahap di mana individu membuat suatu pilihan bebas atau sebuah “lompatan eksistensial”. Lompatan eksistensial
mengandaikan bahwa individu mulai secara sadar memperhitungkan atau memilah-milah dan menggunakan kategori yang baik dan yang jahat dalam bertindak. Kierkgaard melukiskan peralihan dari eksistensi estetis
ke eksistensi etis seperti orang yang meninggalkan kepuasan nafsu-nafsu seksualnya yang bersifat sementara dan masuk ke dalam status
individu dapat menguasai dan mengenali dirinya. Pengenalan dan
penguasaaan diri menghantar individu untuk menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan ukuran-ukuran moral yang bersifat universal. Dengan demikian, kehidupan seorang individu pada tahap ini ditandai oleh
pilihan-pilihan konkrit berdasarkan pertimbangan rasio. 3. Bentuk Religius
Tahap religius merupakan tahap tertinggi dari eksistensial manusia. Dikatakan demikian karena tahap ini tidak lagi menggeluti hal-hal yang konkrit melainkan langsung menembus inti yang paling dalam dari
manusia, yaitu pengakuan individu akan Allah sebagai realitas yang Absolut dan kesadarannya sebagai pendosa yang membutuhkan
pengampunan dari Allah. Pada tahap ini, manusia religius membiarkan diri terkena oleh mata petir rahmat Tuhan dan dengan iman kepercayaan yang besar ia mempertaruhkan seluruh kehidupannya demi Allah.
Sedangkan secara filosofis, eksistensi dapat disederhanakan menjadi tiga titik. Pertama, titik 'asal mula' yang ditandai dengan
jadi, titik eksistensi berposisi diantara titik asal mula dan titik tujuan yang
berfungsi menjembatani kedua titik tersebut.14
Di sepanjang garis eksistensi inilah berbagai macam persoalan hidup tumbuh dan berkembang. Seringkali pluralitas persoalan tersebut
memisahkan atau memutuskan hubungan antara asal mula dan tujuan kehidupan.
Jika manusia meyakini bahwa asal mula kehidupan ini dari 'Tuhan', maka tujuan kehidupan haruslah diyakini kembali menuju 'Tuhan'. Sebagai konsekuensinya, seluruh perilaku kehidupan manusia
mutlak harus bernilai ketuhanan.
14
BAB III
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
1. Profil Kelurahan Pondok Ranji a. Data Deskriptif
Secara administrasi, Kelurahan Pondok Ranji berada di Kecamatan Ciputat Timur, Kabupaten Tangerang, Banten. Pondok Ranji adalah
hasil pembentukan 77 Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang Sesuai Dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 3 Tahun 2005 maka sejak saat itu Kelurahan Pondok Ranji termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Tangerang, Banten. Luas wilayah kelurahan yaitu 340 Ha, dengan batas-batas administrasi
sebagai berikut :
− Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Pondok Aren
− Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Rengas − Sebelah Barat berbatasan dengan : Kelurahan Cempaka Putih − Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Pondok Aren
b. Data Monografi
desa/kelurahan : Pondok Ranji
kecamatan : Ciputat Timur kota : Tangerang Selatan
provinsi : Banten
tahun : 2011
bulan : Juli
Pondok Ranji terdiri dari 15 Rw dan 73 RT dan berpenduduk sebanyak
25282 jiwa, Pondok Ranji mempunyai luas daerah : -tanah sawah 15 ha
-tanah kering 468 ha
-tanah fasilitas umum 24 ha -tanah fasilitas sosiak 22,4 ha
Dari jumlah penduduk Pondok Ranji di atas terdiri dari: 1. Jumlah Kepala Keluarga : 4.969 KK
a. Penduduk menurut Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki : 12.354 orang
Jumlah Perempuan : 12.887 orang
b. Penduduk menurut Kewarganegaraan
WNI LAki-laki : 12.336 orang
WNI Perempuan : 12.875 orang
WNA Laki-laki : 16 orang
WNA Perempuan : 8 orang
WNK Laki-laki : 2 orang
WNK Perempuan : 4 orang
c. Penduduk menurut Agama
- Islam : 21.794 orang
- Hindu : 19 orang
- Budha : 7 orang
Saat ini Pondok ranji sudah tidak memiliki desa tertinggal lagi, namun bila dilihat dari mata pencarian penduduk setempat yg mayoritas
sebagai wirausaha seperti; pedagang,tempat futsal,studio musik, warung makan, studio photo, bengkel kendaraan bermotor, dan usaha lainnya. Seperti data di bawah ini:
Petani Pemilik Tanah : 17 orang Petani Penggarap Tanah : 46 orang
Petani Penggarap/Penyekap : - orang Buruh Tani : 13 orang Nelayan : - orang
Pengusaha Sedang/Besar : 20 orang
Pengrajin/Industri Kecil : 8 orang Buruh Industri : - orang
Buruh Bangunan : 321 orang Buruh Pertambangan : - orang
Buruh Perkebunan : - orang Pedagang : 2.250 orang Pengangkutan : 550 orang
Pegawai Negeri Sipil : 769 orang TNI : 15 orang
Pensiunan (TNI/POLRI/PNS) : 450 orang
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Belum Sekolah : 3.670 orang Tidak Tamat Sekolah Dasar : 185 orang Tamat SD/Sederajat : 3.227 orang
Tamat SLTP/Sederajat : 3.666 orang Tamat SLTA/Sederajat : 5.433 orang
Tamat Akademi/Sederajat : 4.136 orang Tamat Perguruan Tinggi/Sederajat : 4.924 orang Pencari Kerja Laki-laki : 950 orang
Pencari Kerja Perempuan : 250 orang
B. Objek Penelitian
1. Profil Gardu Forum Betawi Rempug (FBR) 0233 a. Sejarah Gardu FBR 0233
Gardu adalah perpanjangan tangan dari FBR pimpinan pusat yang ada di kelurahan jabodetabek. Gardu merupakan sebuah simbol
sekelompok masyarakat FBR yang terdapat di wilayah-wilayah tertentu dan sebagai wadah tempat berkumpulnya anggota FBR tingkat gardu untuk menjalankan kegiatan-kegiatan gardu. selain sebagai
Pengurus gardu dapat dibentuk jika satu kelurahan atau desa
terdapat sekurang-kurangnya 100 orang anggota yang aktif serta mempunyai bendera kebesaran. Dalam satu kelurahan dapat dibentuk
lebih dari satu gardu, jika keadaan daerah dan penduduknya memerlukan. Tercatat pada tahun 2010 sudah terdapat 300 gardu di
seluruh Jabodetabek.1
Dari 300 gardu yang sudah berdiri diantaranya adalah gardu 0233 yang berada di Pondok Ranji dan termasuk satu dari 17 gardu yang
berada di wilayah Tangerang Selatan. Gardu tersebut berada di wilayah Rengas, kelurahan Pondok Ranji. Gardu ini berdiri sejak tahun 2005
didirikan oleh Isma’il Marzuki dan masih aktif sampai sekarang.2
Mengingat betapa pentingnya sebuah gardu FBR untuk selalu
menjalin komunikasi dengan anggota di setiap daerah serta Seiring dengan bertambah banyaknya anggota FBR yang bergabung
khususnya di wilayah Pondok Ranji, dan secara administrasi wilayah tersebut sudah mampu, maka pada tahun 2005 dari pimpinan pusat merekomendasi untuk membuat sebuah gardu yang bernomor 0233 dan diketuai oleh Isma’il Marzuki.
b. Visi dan Misi Gardu FBR 0233
Visi:
Mengoptimalkan peran organisasi menuju kesejahteraan dan keadilan sosial serta tegaknya hukum bagi masyarakat Betawi dan masyarakat
lainnya.
1
Solemanto, Jejak Langkah Sang kiai; Mengawal Republik dari Tanah Betawi, (Jakarta:
Mukti Jaya, 2009) h. 154
2
Misi:
a. Mewujudkan dan membina masyarakat Betawi yang sadar hukum serta mengamalkan akhlak yang mulia.
b. Memperjuangkan aspirasi masyarakat Betawi menuju tegaknya hukum dan keadilan agar tercipta stabilitas, keamanan, dan
ketertiban masyarakat) Gardu 0233.
c. Kegiatan di Gardu FBR 0233:
Pengajian Bulanan di Gardu minimal 3 bulan sekali, dan di korwil
setiap bulan.
Memperingati Hari Basar Islam (HBI), dan santunan kepada kaum
dhuafa, para janda dan anak-anak yatim piatu.
Mengadakan kerja bakti masjid
Membersihkan makam di sekitar kampung
Membentuk tim foot sal untuk menyalurkan bakat para anggota FBR
khususnya anak muda.
Latihan pencak silat/ beksi
membentuk Sarbeni (Satuan Relawan Bencana Betawi) Rempug
Untuk skala besar kita juga latihan dengan TIMSAR pusat.
Dan pembai’atan bagi Anggota baru yang diadakan setiap bulan di
kantor pusat.
tidak segan-segan menjadi palang pintu dan keamanan acara tersebut. FBR
juga selalu memperhatikan lingkungan sekitar, sebelum terbentuknya FBR, di Pondok Ranji setiap malam minggu selalu terjadi keributan,
42
Pada bab ini akan diuraikan hasil analisis data dengan menggunakan prosedur yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Data-data untuk
menjelaskan identitas responden berdasarkan jenis kelamin, tempat tinggal (RW), dan umur disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Sedangkan untuk mengetahui respon masyarakat kelurahan Pondok Ranji dari RW 11, 12, dan 13
terhadap eksistensi Forum Betawi Rempug yang terbagi dalam 3 jenis respon, yaitu respon kognitif, afektif dan konatif juga ditampilkan disertai dengan
rata-rata jawaban responden serta standar deviasinya.
Untuk mengukur respon masyarakat kelurahan Pondok Ranji dari RW 11, 12, dan 13 dengan populasi sebanyak 798 orang, dan didapati sampel dengan
random sampling 81 orang. Sampel yang digunakan terdiri dari RW 11 sebanyak 437 orang , RW 12 sebanyak 189 orang, dan RW 13 sebanayk 172 orang.
A. Identitas Responden
Dari 81 kuesioner yang telah terkumpul, penulis mendapatkan data
mengenai responden berdasarkan jenis kelamin. Dalam penelitian ini, jenis kelamin ditunjukkan agar dapat dilihat apaka ada hubungannya dengan respon masyarakat kelurahan Pondok Ranji dari kelurahan 11, 12, dan 13
Tabel 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin F Prosentase
1 Laki-laki 53 65.43%
2 Perempuan 28 34.57%
Jumlah 81 100%
Berdasarkan tabel 4 didapati bahwa identitas responden berdasarkan jenis kelamin masyarakat laki-laki sebanyak 53 orang (65.43%) dan perempuan sebanyak 28 orang (34.57%). Dengan begitu terlihat bahwa
jumlah responden laki-laki lebih banyak dari jumlah responden perempuan. Selanjutnya, karakteristik responden berdasarkan RW yang dijadikan
objek dalam penelitian ini, datanya dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini. Tabel 5
Karakteristik Responden Berdasarkan RW
No RW F Prosentase
1 11 44 54.33%
2 12 19 23.45%
3 13 18 22.22%
Jumlah 81 100%
Berdasarkan tabel 5 diatas, didapati bahwa responden masyarakat RW
11 sebanyak 44 orang (54.33%), RW 12 sebanyak 19 orang (23.45%), dan RW 13 sebanyak 18 orang (22.22%), dengan total responden keseluruhan
sebanyak 81 orang.
Selanjutnya, karakteristik responden berdasarkan umur responden ditunjukkan lebih rinci karena dalam penelitian ini ingin melihat apakah ada
Ranji terhadap eksistensi Forum Betawi Rmpug (FBR) di Gardu 0233.
[image:57.595.98.514.166.590.2]Datanya dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini. Tabel 6
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No Umur F Prosentase
1 15-25 tahun 34 41.09% 2 25 tahun keatas 47 58.01%
Jumlah 81 100%
Berdasarkan tabel 6 diatas, didapati bahwa responden yang berumun 15-25 tahun sebanyak 34 orang (41.09%) dan yang berumur 25 tahun keatas sebanyak 47 orang (58.01%). Dengan begitu terlihat bahwa jumlah responden
yang ber umur 25 tahun keatas lebih banyak dari jumlah responden yang ber umur 15-25 tahun.
B. Respon Masyarakat Kelurahan Pondok Ranji Terhadap Eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR) di Gardu 0233
Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala Likert dalam angket yang telah digunakan. Dengan skala nilai untuk pertanyaan bersifat positif,
dengan STS= sangat tidak setuju (1), TS= tidak setuju (2), RR= ragu-ragu (3), S= setuju (4), SS= sangat setuju (5). Sedangkan untuk pertanyaan bersifat negatif, dengan STS = sangat tidak setuju (5), TS= tidak setuju (4), RR=
ragu-ragu (3), S= setuju (2), SS= sangat setuju (1). Dimana setiap jawaban yang dipilih sesuai dengan tabel yang ada, maka hasilnya dikalikan dengan
Dalam mengkategorikan respon, berdasarkan teori yang dikemukakan
oleh Steven M. Chate, respon dibagi menjadi 3 kategori, yaitu1:
1. Respon Masyarakat Kelurahan Pondok Ranji Terhadap Eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR) di Gardu 0233 dalam Kategori Skala Kognitif.
Berdasarkan respon Kognitif (pendapat), yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu hal. Respon ini muncul apabila adanya perubahan terhadap yang
dipahami atau persepsi oleh khalayak. Dari data yang terkumpul, didapati respon masyarakat kelurahan Pondok Ranji terhadap eksistensi Forum
[image:58.595.101.522.189.686.2]Betawi Rmpug (FBR) di Gardu 0233 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7
Respon Masyarakat Kelurahan Pondok Ranji Terhadap Forum Betawi Rempug (FBR) Gardu 0233 Skala Kognitif
No Pertanyaan Skala Kognitif Nilai Rangking 1 Saya pernah mendengar kata ORMAS 260 9
2
ORMAS merupakan singkatan dari Organisasi
Masyarakat 296 6
3 Saya mengetahui FBR 328 5
4 FBR kepanjangan dari Forum Betawi Rmpug 316 4 5 Saya pernah melihat keberadaan FBR di
Indonesia 330 2
6 FBR merupakan salah satu ORMAS di
Indonesia 339 1
7
FBR merupakan salah satu ORMAS besar di
Jakarta 226 8
1
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999),
8 FBR merupakan Organisasi yang terbentuk
dari suku Betawi 294 7
9 Salah satu Gardu FBR berada di Kelurahan Pondok Ranji
293 8
10
FBR pernah terlibat kasus anarkis 187 10
JUMLAH 2871 10
Skor Rata-Rata 287.1
Standar Deviasi 31.9
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat yang mendapatkan rangking tertinggi dalam skala kognitif ialah responden setuju bahwa Forum Betawi
Rempug (FBR) merupakan salah satu ORMAS yang berada di Indonesia, Dan yang mendapat peringkat kedua, yaitu responden setuju bahwa keberadaan Forum Betawi Rempug (FBR) diakui di Indonesia. Secara
keseluruhan, tabel tersebut menjelaskan pengetahuan, keterampilan dan informasi yang diperoleh responden terhadap eksistensi Forum Betawi
Rempug (FBR), didapati skor rata-rata 2871.1, dengan standar deviasi 31.9. dengan tingkatan responden sebagai berikut :
Tinggi = x ≥ 2903
Sedang = 2839.2 ≤ x < 2903 Rendah = x <2839.2
2. Respon Masyarakat Kelurahan Pondok Ranji Terhadap Eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR) dalam Kategori Skala Afektif
Selanjutnya, berdasarkan respon Afektif (perasaan), yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan penilaian seseorang terhadap sesuatu.
disenangi khalayak terhadap sesuatu hal. Dari data yang terkumpul, didapati
[image:60.595.100.519.243.664.2]respon afektif Masyarakat Kelurahan Pondok Ranji Terhadap Eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR) Gardu 0233 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 8
Respon Masyarakat Kelurahan Pondok Ranji Terhadap Eksistensi Forum Betawi Rempug (FBR) Gardu 0233 Skala Afektif
No. Pertanyaan Skala Afektif Nilai Rangking 1 Menurut Saya keberadaan ORMAS itu penting 259 4 2 Saya sering memperhatikan kegiatan FBR 256 5
3 Saya menyukai kegiatan FBR 231 8
4 Saya mnyetujui keberadaan gardu FBR 0233di
lingkungan saya 241 7
5 FBR membuat saya termotivasi untuk
bergabung dalam sebuah ORMAS 200 9
6 FBR sangat