• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan dukungan sosial dengan motivasi untuk sembuh pada penderita kanker

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan dukungan sosial dengan motivasi untuk sembuh pada penderita kanker"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN

MOTIVASI UNTUK SEMBUH PADA

PENDERITA KANKER

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

II • •

111

Oleh:

dari ,

. •' ' BJJBBBBᆱGBLᄉ|BGB|GセB@ HHl>"BOW• •"I h • . ' •••

·\< \

!.!),.,.',,., NLNLLNLセL@ L- .• .,,. /'.l'OHl•H'I'

);o. lnrink :

Q ..

Lf?,J .. ,, ..

tl

.. ::: ..

セNセ|ャ@

..

' l /

klasifikasi : • • • 0 0 0 0 0 0 < 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 . . PPPッッッッッッッッッッhoッッッッセ@

RISTI ANGGRAENI

NIM : 105070002255

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI UNTUK

SEMBUH PADA PENDERITA KANKER

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

RISTI ANGGRAENI

NIM.105070002255

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

セ@

PERPUSTAKAAN UTA!vt\ UIN SYAHID JAKARTA

o ..

ldhU•h

sオイョャァセmNウ[@

NIP. 1956 1223 198303 2001

S. Evangeline I Suaidy, M.Si, Psi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN OUKUNGAN SOSIAL OENGAN MOTIVASI UNTUK SEMBUH PAOA PENOERITA KANKER telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada · tanggal 3 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 3 Desember 2009 Sidang Munaqasyah,

Oekan/

Ketua Merangkap Anggota,

Jahja Umar, Ph.O NIP. 130 885 522

Anggota Penguji I

n・ョ・ョセZゥエャN@

M.s;,

P•I

NIP. 150 300 679

Pembimbing I

dイ。セ、ィャャッィ@

S"ralog , M.SI NIP. 1956 1223 198303 2001

Pembantu Oekan/

Sekretaris Merangkap Anggota,

Ora. F dhilah Surala M.Si NIP. 1956 1223 198303 2001

Penguji II

Ora. adhilah Surala a M.Si NIP. 1956 1223 198303 2001

__,

(4)

SELAGI ARU BE.2ttAFAS. ARU 'Gil:>AR

PU'GUSASA

セarゥエエlahN@

BE.2USAHALAH.

BE.2t>OALAH ••••

ャZ^`」Zャゥ」・ャセ`、@ セッ@ QQQセ@ NゥウーZ・NwセゥッQQウ@

(5)

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (B) November 2009

(C) Risti Anggraeni

(D) Hubungan Dukungan Sosial Dengan Motivasi Sembuh Pada Penderita Kanker

(E) 100 halaman +vi lampiran

(F) Kanker merupakan penyakit yang menjadi momok menakutkan bagi setiap orang. Selain fisik, kanker juga menyebabkan psikis penderita dapat terganggu. Stadium kanker terbagi menjadi stadium dini dan Ian jut yang dapat menjadi tolak ukur untuk pengobatan yang akan dilakukan dan juga tingkat kesembuhan penderita kanker.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan dukungan sosial dengan motivasi untuk sembuh pada penderita kanker.

Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.

Motivasi untuk sembuh adalah sesuatu yang mendorong dan

memperkuat perilaku serta memberikan arahan pada individu dengan tujuan agar dapat mencapai taraf kesembuhan yang diharapkan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode deskripsi korelasi untuk mengetahui adakah hubungan dukungan sosial dengan motivasi untuk sembuh pada penderita kanker. Responden penelitian berjumlah 30 orang yang ditentukan dengan teknik purposive sampling.

(6)

Untuk menguji hipotesa peneliti menggunakan teknik statistik korelasi Pearson, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel yaitu 0,551 > 0,361, yang berarti

Ha

diterima.

(G) Diterimanya

Ha

ini berarti terdapat hubungan dukungan sosial dengan motivasi untuk sembuh pada penderita kanker. Keterbatasan penelitian ini adalah dalam proses pengumpulan data banyak ditemui responden yang cenderung tertutup sehingga . Saran yang diajukan dalam

penelitian ini adalah pada penelitian yang akan datang sebaiknya melakukan pendekatan yang lebih dalam terhadap responden dan juga meneliti variabel yang berkaitan seperti optimisme, berpikir positif dan juga kebermaknaan hidup.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk meyelesaikannya. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jahja Umar, Ph.D.

2. Dosen Pembimbing I, Ora. Fadhilah Suralaga, M. Si dan Dosen Pembimbing II, S. Evangeline I Suaidy, M.Si, Psi atas seluruh nasehat, masukan, motivasi, inspirasi serta saran dan kritik yang membangun sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini. 3. Dosen Pembimbing Akademik, Ora. Diana Mutia, M.Si., serta seluruh

dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas seluruh ilmu pengetahuan yang telah diberikan. 4. Untuk keluargaku terutama orang tuaku Bapak Suyatno dan lbu

Tukirah yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, yang tak pernah berhenti memberikan dukungan moril, materiil serta doa yang mengiringi setiap langkah ini, serta kakakku Dwi Ramdani dan calon kakak iparku Dety Amelia yang memberikan dukungan serta nasehat-nasehatnya. Untuk sepupu-sepupuku, Rekha, Puput, Devitha dan juga Sulek Nani yang selalu membantu dan menghibur penulis dalam mengerjakan skripsi dengan tawa serta candanya.

5. Keluarga besar Rumah Sakit Kanker Dharmais khususnya lbu Evy Damayanti, S. Psi, Psi., selaku pembimbing lapangan, Bapak Kiki S.Marzuki, HR, S. Sos dan lbu Hilfah yang membantu penulis dalam proses perizinan, seluruh staff lnstalasi Rawat Jalan dan Rawat lnap, serta seluruh responden yang telah mau berbagi dengan penulis. 6. Keluarga besar CISC (Cancer Information & Support Center) terutama

(8)

7. Seluruh staff akademik,Bu Sariyah, Ka Rini, Mang Ayunk, Pak Deden yang membantu dalam urusan birokrasi dan petugas perpustakaan Fakultas Psikologi yakni Bapak Haidir dan Bapak Badawi yang selalu membantu penulis dalam mencari referensi.

8. Sahabatku Hikmelia Dwi Sundari, terima kasih telah mau menjadi temanku baik suka maupun duka. Banyak pelajaran tentang arti persahabatan yang kita pelajari bersama-sama sehingga menguatkan persahabatan kita. Moga persahabatan ini bisa terus terjaga.Amiiin .. 9. Keluarga besar mahasiswa Fakultas Psikologi, khususnya rekan-rekan

angkatan 2005 kelas A, Hamda, Nisa,Yudi (terima kasih atas

pelajaran tentang arti persahabatan sesungguhnya, terimakasih telah mengajariku untuk lebih baik lagi), Dina, Nadiyya, Dona, Nurlia & Rizka teman KKL selama 3 bulan yang memberikan keceriaan, Saidati yang selalu memotivasi penulis, Dian Eka Pratiwi teman

seperjuanganku, Widaad guru SPSSqu, Eka,Nala&lha yang baik hati dengan mengizinkan singgah dikosannya, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih telah

memberikan semangat, keceriaan dan warna dalam hidupku

10. Keluarga besar SMAN 109 Jakarta, khususnya semua guru-guruku dan teman-teman angkatan 2002, serta keluarga besar SMAN 66 Jakarta selaku tempat KKL yakni lbu Hetty Fahanie dan Bapak Suparno yang telah memberikan nasehat dan juga doa yang sangat berarti bagi penulis.

Akhir kata, saya berharap Allah S.W.T berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, November 2009

(9)

DAFTAR ISi

HALAMAN JUDUL ... .

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

MOTTO ... iii

ABSTRAKSI ... iv

KATA PENGANTAR... vii

DAFT AR ISi ... viii

DAFT AR LAMPI RAN ... xii

DAFT AR GAMBAR ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN .. ... ... ... ... ... ... 1

1.1. La tar Belakang Masalah .. .. .. .. .. .. .. .. .. .... .. .. ... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . 1

1.2. ldentifikasi Masalah ... ... 13

1.3. Pembatasan Masalah ... 14

1.4. Perumusan Masalah ... 15

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15

1.5.1. Tujuan Penelitian ... 14

1.5.2. Manfaat Penelitian ... ... .... 14

1.6. Sistematika Penulisan ... ... ... 16

BAB 2 KAJIAN TEORI ... 18

2.1. Kanker ... 18

(10)

2.1.2. Proses Terjadinya kanker ... 20

2.1.3. Jenis-Jenis Kanker ... 21

2.1.4. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kanker ... 22

2.1.5. Pengobatan Pada Kanker... 23

2.1.6. Aspek-Apek Psikologis Yang Terjadi Pada Penderita Kanker... 25

2.1.7. Cara Mengurangi Resiko Kanker... 28

2.2. Motivasi .. .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... 29

2.2.1. Pengertian Motivasi ... 29

2.2.2. Peranan Motivasi ... ... ... ... ... ... 33

2.2.3. Jenis-Jenis Motivasi ... ... ... ... ... ... 34

2.2.4. Fungsi-Fungsi Motivasi . .... ... ... 36

2.2.5 Motivasi untuk Sembuh ... 37

2.2.5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan ... 40

2.3 Dukungan Sosial ... ... 41

2.3.1 Pengertian Dukungan Sosial.... ... 41

2.3.2 Sumber Dukungan Sosial ... 44

2.3.3 Jenis-Jenis Dukungan Sosial ... ... 46

2.3.4 Efek Dukungan Sosial ... 48

(11)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... ... .. ... ... ... ... . .. .. 55

3.1. Jenis Penelitian ... 55

3.1.1 Pendekatan Penelitian dan Metade Penelitian ... ... 55

3.2. Variabel Penelitian dan definisi Operasianal Variabel ... 56

3.2.1. Definisi Variabel Penelitian ... 56

3.2.2. Definisi Operasianal variabel ... ... ... 57

3.3. Papulasi dan Sarnpel ... 58

3.3.1. Papulasi .. ... ... ... ... 58

3.3.2. Sarnpel... 58

3.3.3. Teknik Pengarnbilan Sarnpel ... 59

3.4. Pengurnpulan Data ... 60

3.4. 1. Metade Pengurnpulan Data dan lnstrurnen Penelitian ... 60

3.5. Teknik Uji lnstrurnen Penelitian ... 65

3.5.1 Uji Validitas ... ... ... 65

3.5.2 Uji Reliabilitas... ... 66

3.6. Hasil Uji Caba lnstrurnen Penelitian ... 66

3.6.1 Hasil Uji Caba (Try Out)... 66

3.7. Metade Analisis Data... 70

3.8. Prosedur Penelitian ... 72

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA ... 69

(12)

4.1.1. Berdasarkan Jen is Kela min... 69

4.1.2 Berdasarkan Usia... .. . .. . . .. . .. . . ... . . .. . . 70

4.1.3 Berdasarkan Jen is Kanker... .. . . .. . ... 70

4.1.4 Berdasarkan Stadium... .. 71

4.2. Presentasi Data... 72

4.2.1 Deskripsi Statistik ... .. ... 72

4.2.2 Kategari Skar ... ... .... ... ... ... 72

4.2.3 Uji Persyaratan ... 75

4.2.3.1 Distribusi Skar ... 78

4.3. Hasil Utama Penelitian ... 87

4.3.1 Uji Karelasi ... 87

4.3.2 Uji Analisis Regresi... ... ... ... ... 89

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 92

5.1. Kesimpulan ... ... ... ... ... ... ... ... 92

5.2. Diskusi .. ... ... ... ... ... 92

5.3. Saran .. .. ... .. ... ... ... 98

5.3.1 Saran Tearitis ... 98

5.3.2 Saran Praktis ... ... ... ... .... ... .... ... ... ... 99

DAFT AR PUST AKA

(13)

Lampiran 1 Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4 Lampiran 5

DAFTAR LAMPIRAN

Skala Penelitian

Validitas dan Reliabilitas Item

Skala Dukungan Sosial dan Motivasi Untuk Sembuh Data Mentah Skala Dukungan Sosial dan Skala Motivasi Untuk Sembuh

Data Responden

(14)
[image:14.518.47.423.113.505.2]

DAFTAR GAMBAR

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari enam sub bab. Keenam sub bab itu yakni latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian, dan sub bab terakhir adalah sistematika penulisan.

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang cukup pesat tidak hanya mempengaruhi dunia teknologi tetapi juga dunia kesehatan. Banyak sekali penyakit yang

berbahaya dan dapat berujung pada kematian bagi para penderitanya. Pada umumnya masyarakat tidak sadar dan juga tidak tahu dengan penyakit yang "mengintai" mereka, sebaliknya mereka hanya mengetahui penyakit-penyakit tertentu saja yang dikategorikan berbahaya. Salah satu dari sekian banyak penyakit tersebut adalah kanker.

Kanker masih menjadi momok yang menakutkan bagi yang mendengarnya. Hal ini lebih disebabkan jika seseorang menderita kanker, maka bisa

(16)

Menurut Miller (2008) kanker dapat didefinisikan sebagai perkembangbiakan sel secara abnormal dan tak terkendali yang akan terus mengalami

pertumbuhan kecuali jika ada sesuatu yang bisa menghentikannya. Rama Diananda (2007) mendefinisikan kanker sebagai istilah untuk pertumbuhan sel tidak normal (tumbuh sangat cepat, tidak dikontrol, dan tidak berirama) yang bisa menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tersebut sehingga mempengaruhi fungsi organ tubuh.

Penyakit kanker masih menjadi penyakit yang bisa menyebabkan kematian di dunia, dan jumlah penderitanya terus meningkat dari tahun ke tahun.

(17)

Di Indonesia setiap tahunnya penderita kanker mencapai 150 ribu hingga 200 ribu orang (http://ww.antara.eo.id/view/?i=120057 4945&c=NAS&s=). Kemudian,berdasarkan data tahun 2001 penyakit kanker merupakan penyebab kematian kelima di Indonesia dan terus mengalami peningkatan (http://cpddokter.com/home/index.php?option=com content&task=view&id=3 17&1temid=1).

Menurut Mangunkusuma, 1995 (dalam Namora Lumongga Lubis, 2009) penyakit kanker lebih banyak didominasi oleh kaum wanita. Dari beberapa lembaga yang melakukan pendataan dapat diketahui bahwa 64,4% penderita kanker adalah wanita dan 36,6% adalah kaum pria. Hal ini lebih dikarenakan wanita mempunyai 2 organ vital di tubuhnnya yakni rahim dan payudara.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa penderita kanker bertambah setiap tahunnya. Kanker merupakan penyakit yang mengkhawatirkan semua orang karena bisa menyerang siapa saja baik orang dewasa maupun anak-anak. Selanjutnya penyakit kanker lebih banyak didominasi oleh kaum wanita, hal ini disebabkan pada wanita, pertumbuhan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor hormonal (Jan Takasihaeng, 2000).

(18)

berujung pada kematian jika sel-sel tersebut telah menyebar dan merusak organ-organ vital penderita. Penyakit ini memiliki tingkat keparahan atau juga yang lebih dikenal dengan sebutan stadium. Stadium dapat diketahui apabila penderita telah melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Stadium terdiri dari I, II, Ill, dan IV yang menunjukkan tingkat keparahan bagi si penderita dan juga berpengaruh terhadap jenis pengobatan yang akan dilakukan. Stadium I dan II disebut stadium dini, sedangkan stadium Ill dan IV disebut sebagai stadium Ian jut.

Kebanyakan pasien yang datang ke rumah sakit sudah pada stadium lanjut. Umumnya mereka tidak menyadari gejala-gejala awal dari kanker. Atau bahkan, mereka mengabaikan gejala-gejala tersebut, sehingga tingkat kesembuhan menjadi berkurang. Jika kanker sudah terdeteksi sejak dini, maka tingkat kesembuhan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan yang sudah berada pada stadium lanjut karena pengobatan bisa dilakukan secepatnya untuk memotong laju sel kanker tersebut.

(19)

46,56%.(http://www.dharmais.eo.id/new/content.php?page=article&lang=id&i d=21)

Tentu ha! tersebut sangat merugikan penderita sendiri karena harapan hidup pada pengobatan kanker sangat ditentukan oleh stadium atau tingkat

keparahan penderita.

Sementara itu, pasien yang sudah terdeteksi dini, kebanyakan kurang aktif untuk melakukan pengobatan dikarenakan pengobatan yang cukup

memakan waktu, dan biaya yang relatif mahal untuk dapat menyembuhkan penyakit kanker atau dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.

Banyak jenis terapi pengobatan yang akan dijalani oleh para penderita kanker. Pengobatan ini tergantung dari stadium penderita. Pengobatan bisa dilakukan secara medis mapun non medis. Rama Diananda (2007)

menyebutkan beberapa alternative pengobatan yang dilakukan terhadap kanker meliputi operasi, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal dan terapi biologi. Terapi yang paling sering dilakukan adalah kemoterapi untuk

memotong laju sel kanker. Menjalani kemoterapi pun ada juga efek

(20)

Serangkaian pengobatan yang memerlukan biaya relatif mahal dan juga memerlukan waktu karena harus dilakukan secara terus menerus sampai penderita dinyatakan hilang sel-sel kankernya. Selain membutuhkan waktu dan biaya, yang paling dirasakan adalah efek dari berbagai pengobatan yang tentunya tidak menyenangkan bagi penderita.

Salah satu contoh yang paling nyata bagi penderita kanker adalah dampak pengobatan pada jenis kanker payudara yang jika sudah berada pada stadium lanjut, maka diharuskan mastektomi (pengangkatan payudara). Beberapa literatur menyebutkan bahwa kurang lebih sepertiga wanita

melewati suatu periode penyesuaian yang sukar terhadap seks dan kejiwaan setelah operasi. Beberapa wanita mengalami depresi yang berlangsung cukup lama. Beberapa wanita lain merasa terguncang karena mereka menyadari telah menjadi wanita yang tidak lengkap, tidak feminin, tidak lagi menggairahkan, dibandingkan sebelum dilakukannya mastektomi

(21)

Hal ini sempat menjadi perhatian Federasi Kesehatan Mental Dunia mengingat banyak penderita penyakit kronis yakni kanker dan diabetes mengalami masalah emosional yang sering tak terdeteksi atau tak bisa

diobati secara memadai. Sebaliknya, banyak orang dengan gangguan mental yang disebabkan menderita penyakit fisik namun tak terdiagnosis. Akibatnya, terapi tak bisa maksimal demikian pula kualitas hidup mereka (Kompas, 2004).

Pendapat lainnya juga dikemukakan oleh Zubairi Djoerban (2004) pada awal diagnosis pasien umumnya bereaksi dengan penyangkalan, kemudian merasa marah, cemas, takut kehilangan keluarga maupun pekerjaan (Kompas, 2004). Selanjutnya pasien mengalami tahap ambivalensi yakni penderita bisa menerima kanker namun tidak siap untuk menderita ataupun meninggal, tahap berikutnya ada kepasrahan dalam diri penderita. Kondisi ini bisa naik turun dari kepasrahan kembali ke cemas bahkan kembali kepada tahap awal yakni penyangkalan. Namun, kondisi ini dapat juga berbeda-beda pada setiap pasien.

(22)

penderita butuh teman, penghiburan serta orang-orang yang mendukung bahwa semua yang dianjurkan dokter ini memang harus dijalaninya. Dengan begitu kompleksnya masalah psikologis penderita, dukungan sosial yang diberikan kepadanya bisa menjadi bagian yang sangat berarti bagi diri penderita kanker.

Siegel (1993) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai, dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama {dalam Taylor 2003). Sarafino (1998) menyatakan bahwa adanya dukungan sosial berarti adanya penerimaan dari orang atau kelompok terhadap individu yang menimbulkan persepsi

dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong. Menurut Sarafino (1998) jenis-jenis dukungan sosial yang dapat diberikan bagi target meliputi dukungan emosi, informasi, penghargaan diri,

instrumental, dan dukungan jaringan sosial.

Dukungan sosial secara garis besar dapat didefinisikan sebagai ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang

didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu

(23)

ini berasal dari keluarga, masyarakat, pihak rumah sakit ataupun juga suatu kelompok atau komunitas yang serius mencoba membantu mereka. Keluarga merupakan sumber dukungan yang paling dekat dengan penerima dukungan sosial. Dengan adanya dukungan sosial, maka diharapkan ada peranan positif bagi penerimanya.

Penelitian yang dilakukan oleh Petra Symister dan Ronald Friend (2002) pada 86 pasien penyakit ginjal kronis menyimpulkan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan optimisme dan menurunkan depresi pada penderita penyakit kronis. Siti Nur Azizah (2008) dalam penelitian kualitatifnya

memberikan suatu kesimpulan bahwa dukungan sosial mempunyai peranan positif terhadap manajemen stres penderita kanker payudara. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Jenifer Yeah dan Ying Liu (2002) dapat diketahui bahwa dukungan sosial bisa meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada orang lansia.

(24)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa positif atau negatif efek dukungan sosial tergantung pada individu yang merasakan dukungan sosial terse but.

Selanjutnya kata motif sendiri diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan luar subyek untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Sarlito Wirawan (2000), motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk di dalamnya situasi yang mendorong timbulnya tindakan atau tingkah laku individu. Para ahli psikologi telah banyak yang memberikan pengertian mengenai motivasi. Secara garis besar para ahli sepakat bahwa motivasi adalah suatu proses yang terdapat pada setiap individu, berupa keinginan atau dorongan untuk melakukan suatu tindakan agar keinginan individu tersebut dapar tercapai. Sembuh dari penyakit merupakan hal yang diinginkan agar terbebas dari penyakit dan juga rasa sakit yang disebabkan dari penyakit tersebut.

(25)

1-111, bukanlah tidak mungkin untuk sembuh dari penyakitnya asalkan dari dalam diri individu mempunyai motivasi yang besar untuk sembuh dari penyakitnya dengan melakukan berbagai terapi pengobatan baik medis maupu herbal. Sedangkan pada stadium IV, sel-sel kanker sudah menyebar ke organ-organ tubuh lainnya, sehingga pengobatan paliatif yang digunakan. Yakni pengobatan yang lebih fokus pada kualitas hidup penderita. Namun demikian, motivasi untuk sembuh pada stadium IV pun tetap harus ada, karena semua itu kembali ke kuasa Tuhan. Beberapa strategi pengobatan merupakan pilihan masing-masing penderita kanker. Apapun pilihan mereka intinya adalah keinginan untuk sembuh tanpa efek samping demi masa depan yang lebih baik.

Seseorang yang mempunyai motivasi untuk sembuh dari penyakit kanker antara lain dapat diketahui dari adanya tindakan melakukan berbagai pengobatan medis untuk memotong sel laju kanker yang ada dalam

(26)

Contohnya adalah komentar seorang anak yang ibunya menderita kanker yang sudah parah. lbunya tidak mau menjalankan pengobatan medis karena trauma melihat adik kandungnya yang menderita saat di kemoterapi dan akhirnya meninggal 2 tahun kemudian. Hal ini tentunya berdampak buruk bagi kondisi ibunya dan makin lama ibunya tidak bersemangat dan hanya pasrah pada penyakitnya. (www.cancerclubcisc.wordpress.com). Terapi pengobatan medis yang sangat melelahkan memang dapat berdampak pada fisik maupun psikis penderita. Hal ini mau tidak mau harus dilakukan agar penyakit dapat hilang dan sembuh serta kehidupan penderita dapat menjadi lebih baik.

Para penderita kanker umumnya sangat memerlukan dukungan agar ia bisa bertahan untuk hidup. Penyakit yang mereka derita membuat mereka

berbeda dengan orang yang lain. Jika penderita sudah tergolong kategori stadium lanjut, yakni dimana mereka harus melakukan banyak terapi

(27)

Fenomena dukungan sosial bagi para penderita kanker dalam rangka memberikan motivasi untuk sembuh sungguh sangat menarik perhatian peneliti. Dengan semakin kompleksnya masalah psikologis yang dialami oleh para penderita diperlukan upaya mengubah persepsi negatif dan sikap

pesimis terhadap kesembuhan penyakitnya dengan menumbuhkan motivasi untuk sembuh. Hal ini yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul:" HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI UNTUK SEMBUH PADA PENDERITA KANKER".

1.2.

ldentifikasi Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis mengidentifikasikan

masalah-masalah tersebut diatas yang ada kaitannya dengan penulisan ini, diantaranya sebagai berikut :

1. Seberapa era! kaitan dukungan sosial dengan motivasi untuk sembuh pada penderita kanker?

2. Jenis-jenis dukungan sosial apa yang diperlukan oleh para penderita kanker?

3. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kesembuhan penderita?

(28)

1.3.

Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran yang dikehendaki dan supaya lebih terarah, maka perlu dilakukannya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalahnya yakni:

1. Dukungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan yang dirasakan oleh individu (penderita kanker), diberikan oleh salah satu sumber dukungan sosial yakni keluarga, berkaitan dengan adanya dukungan emosi, penghargaan, instrumental, informasi dan dukungan jaringan sosial.

2. Motivasi untuk sembuh yang dimaksud peneliti adalah sesuatu yang mendorong dan memperkuat perilaku serta memberikan arahan pada individu dengan tujuan agar dapat mencapai taraf kesembuhan bagi penderita kanker berkaitan dengan aspek kebutuhan, rasa ingin tahu dan kepuasan.

(29)

orang-orang yang

concern

membantu penderita kanker. Sebagai contoh adalah komunitas-komunitas kanker yang ingin membantu para penderita untuk lebih memberikan dukungan sosial kepada mereka.

1.6.

Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran jelas tentang isi dan materi yang dibahas dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan dalam 5 bab sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan

Yang berisikan : Latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

2. Bab II : Kajian Pustaka

Yang berisikan : kanker meliputi; pengertian kanker, proses terjadinya kanker, jenis-jenis kanker, faktor penyebab terjadinya kanker,

(30)

3. Bab Ill : Metodologi Penelitian

Meliputi : Pendekatan penelitian, subjek penelitian, teknik

pengumpulan data, prosedur penelitian, dan teknik analisis data. 4. Bab IV : Hasil Penelitian

Meliputi gambaran umum penelitian, presentasi data, uji persyaratan dan pembahasan.

(31)

BAB2

KAJIAN TEORI

Bab ini terdiri dari empat sub bab. Pertama, membahas kanker. Kedua,

membahas pengertian motivasi untuk sembuh. Ketiga, membahas dukungan sosial. Keempat, membahas kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

2.1. Kanker

2.1.1. Pengertian kanker

Sally & Sheridan Radmacher (1992) memberikan suatu pengertian bahwa istilah kanker atau Cancer berasal dari bahasa latin crab yang berarti kepiting. Kanker ini bukan penyakit tunggal, melainkan penyakit yang yang disebabkan oleh pertumbuhan sel tidak normal yang tidak dapat

dikendalikan.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Gregg Miller (2008) bahwa kanker dapat didefinisikan sebagai perkembangbiakan sel secara abnormal dan tak

(32)

Rama Diananda (2007) mengatakan bahwa kanker adalah suatu istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal, yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol dan berirama dimana sel yang tidak normal ini akan menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga dapat mempengaruhi fungsi tubuh penderitanya.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Setiawan Dalimartha (2004) bahwa kanker adalah suatu penyakit yang diakibatkan pertumbuhan sel karena di dalam organ tubuh timbul dan berkembang biak sel-sel baru yang tumbuh abnormal, cepat, dan tidak terkendali dengan bentuk, sifat, dan gerakan yang berbeda dari sel asalnya, serta merusak bentuk dan fungsi organ asalnya.

(33)

2.1.2. Proses Terjadinya Kanker

Kanker itu tidak terjadi begitu saja. Sel-sel kanker memerlukan waktu untuk dapat berkembang dan merusak organ tubuh yang terkena. Menurut

Setiawan Dalimartha (2004) dan Elaine Magee (2008) ada tiga tahapan yang dilalui dalam perkembangan kanker, yakni :

a) lnisiasi, yakni agen penyebab kanker yang merusak materi genetis sebuah sel. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen atau zat yang disebut karsinogen. Zat ini bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. b) Promosi, yakni sel-sel yang rusak terkontaminasi bahan kimia

sehingga dapat mempercepat proses pembelahan sel.

c) Progesi, yakni sel-sel menjadi sangat ganas dan mampu menyebar ke bagian-bagian tubuh yang lain.

Skema 2.1

Proses Terjadinya Kanker

INISIASl->->->PROMOSl->->->PROGRESI

(34)

beberapa tahapan sehingga terjadilah kanker. Kanker ini juga terjadi dalam waktu yang relatif lama bukan terjadi langsung begitu saja (Elaine Magee, 2008).

2.1.3. Jenis.Jenis Kanker

Menu rut Setiawan Dalimartha (2004) kanker dapat tumbuh di semua jaringan tubuh seperti sel kulit, sel darah, sel otak, sel paru, sel jaringan ikat dan sel-sel lainnya.

Adapun jenis-jenis kanker berdasarkan jaringan asal tumbuhnya yakni: a. Karsinoma (kanker sel epitel), meliputi kanker payudara, kanker kulit

dan kanker kolon;

b. Sarkoma (kanker jaringan mesodermal), meliputi fibriosarkoma (kanker jaringan ikat), limfosarkoma (kanker sistem limfatik), dan

osteosarkoma (kanker tulang); c. Leukimia (kanker sel darah putih)

(35)

2.1.4. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kanker

Dalam Gregg Miller (2008) disebutkan bahwa 80-90% penyakit kanker disebabkan oleh faktor lingkungan karena masuknya zat karsinogen (zat penyebab kanker) ke dalam tubuh, sisanya disebabkan oleh faktor biologis.

Menurut Namora Lumongga Lubis (2009), ada empat faktor utama penyebab kanker yakni lingkungan, makanan, biologis dan psikologis. Adapun faktor-faktor tersebut terbagi menjadi:

1. Lingkungan; meliputi bahan kimia, penyinaran yang berlebihan, merokok dan polusi udara.

2. Makanan yang mengandung zat-zat kimia seperti bahan pemanis, bahan pengawet, zat pewarna, zat radioaktif, terlalu banyak

mengkonsumsi garam, dan juga makanan yang sudah tidak layak dimakan. Doll &Peto memperkirakan bahwa 35

%

kematian kanker lebih disebabkan dari mengkonsumsi makanan (Kaplan, et.all; 1993) 3. Biologi; meliputi virus, hormonal, dan faktor keturunan.

4. Psikologis; meliputi orang dengan kepribadian tertutup yang mudah terkena stres yang kemudian berusaha menekannya melaui cara-cara tertentu sehingga dapat menurunkan fungsi kekebalan tubuh.

(36)

faktor yang disebabkan bukan dari genetik penderita melainkan kondisi disekitar penderita.

2.1.5. Pengobatan Pada Kanker

Pada umumnya jenis pengobatan yang dapat dilakukan tergantung pada tingkatan keparahan atau stadium. Jika sudah diketahui stadiumnya, maka pengobatan pun akan dilakukan sebagaimana mestinya. Semakin gejala kanker terdeteksi dini (stadium I & II), maka pengobatan akan semakin cepat dilakukan sehingga akan memotong laju pertumbuhan kanker dan juga tingkat keberhasilan hidup menjadi lebih besar dibandingkan penderita yang sudah pada stadium lanjut (stadium Ill & IV) dimana sel kanker sudah

menyebar ke organ tubuh yang lain.

Adapun pengobatan yang dapat dilakukan menurut Rama Diananda (2007) yakni:

1. Pembedahan, baik yang bersifat kuratif ( menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).

(37)

mengharapkan kesembuhan agar bisa hidup lebih baik dan tidak terjadi lagi di kemudian hari.

2.1.6. Aspek-Aspek Psikologis Yang Terjadi Pada Penderita Kanker

Aniroh (2008) yang juga penderita kanker mengatakan bahwa seseorang menerima kenyataan sebagai penderita kanker bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak cara yang sangat bervariasi dari setiap individu dalam mengekspresikan dirinya menghadapi kenyataan hidup sebagai penderita kanker.

Kanker tergolong pen ya kit kronis, hal ini dikarenakan penyakit kanker dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya. Kubler Ross (dalam Taylor, 2003) mengemukakan ada lima tahap reaksi emosi yang berhubungan dengan penyakit kronis yakni penyangkalan (denial), kemarahan (anger), tawar-menawar (barganing for extra), depresi (depression), dan penerimaan diri (

acceptance).

1. Penyangkalan (denial)

Taylor (2003) menyatakan bahwa penyangkalan adalah sistem

(38)

untuk menolak sesuatu yang tidak menyenangkan. Kebanyakan orang menggunakan penyangkalan untuk melindungi dirinya dari suatu kecemasan dan sesuatu yang tidak menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kemarahan (anger)

Menurut Taylor (2003) pada tahapan ini pasien berusaha

mempertanyakan "mengapa harus saya yang menderita penyakit kronis? ". Faulkner dkk, 1994 (dalam Barraclough, 1996)

mengemukakan bahwa pasien yang marah setelah menerima hasil diagnosa kanker adalah hal wajar sebagai suatu proses penyesuaian. Beberapa pasien dapat melepaskan suatu ungkapan spontan ataupun menunjukkan ekspresi kemarahan yang selanjutnya akan mengarah kepada suatu penerimaan emosional. Pada pasien lainnya,

kemarahan yang terus-menerus terjadi dan mendalam justru dapat merusak diri pasien sendiri.

3. Tawar-menawar untuk sesuatu yang lebih (barganing for extra)

Menurut Taylor (2003) pada tahapan

ini

penderita kanker mengalihkan kemarahan dengan lebih baik dan strategi yang berbeda, misalnya berjanji untuk hid up lebih sehat dan juga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
(39)

Kubler Ross menggunakan istilah depresi sebagai kurangnya kontrol yang merupakan realisasi dari memburuknya suatu simtom sebagai kondisi dari penyakit yang tidak membaik . Pada tahap ini penderita kanker akan merasa muak, sesak, letih, sulit makan, sulit mengontrol diri, sulit memfokuskan perhatian, menghindar dari sakit dan juga perasaan tidak nyaman (dalam Taylor, 2003).

5. Penerimaan diri (acceptance)

Pada tahap ini penderita kanker sudah tidak marah lagi dan sudah membiasakan diri dengan ide kematian yang membuatnya tertekan dan juga menghadapi pikirian-pikiran yang tidak menyenangkan.

(40)

2.1. 7. Cara Mengurangi Resiko Kanker

イ[[rpustakaanM[セセセ@

LセL@

I

UIN SYAHID JAl<ARTA

I

Penelitian yang dilakukan Belloc dan Breslow, 1972 serta Enstrom, 1980 (dalam llsiana Sulistya, 1993) menemukan hubungan antara kebiasaan hidup sehari-hari dengan status kesehatan. Meningkatnya status kesehatan dan rata-rata usia harapan hidup dapat dilihat dari kebiasaan pola tidur 7-8 jam sehari, sarapan pagi secara teratur, menghindari jajan, mempertahankan berat ideal, tidak minum alkohol, berolahraga secara teratur serta tidak merokok.

(41)

Dari penjabaran diatas, pola hidup sehat ini dapat berjalan dengan baik apabila penderita kanker mempunyai keinginan yang besar terhadap kesembuhan dirinya.

2.2.

Motivasi

2.2.1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif. Motivasi mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia, karena motif merupakan dasar seseorang

melakukan sesuatu. Abd. Rachman Abror (1993) menjelaskan motif (motive)

berasal dari akar kata bahasa latin "movere" dan kemudian menjadi "motion"

yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak, dapat disimpulkan bahwa motif adalah daya dorong, daya gerak, atau penyebab seseorang melakukan berbagai kegiatan dan dengan tujuan tertentu.

(42)

Sumadi Suryabrata (2001) mengemukakan bahwa motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Menurut Gerungan (2004) motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dalam diri individu untuk melakukan sesuatu. Motif itu

memberikan tujuan dan arah terhadap tingkah laku individu.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (2004) yang mendefinisikan motif sebagai suatu dorongan yang yang timbul dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak atau melakukan sesuatu, sedangkan motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk

melakukan sesuatu sehingga akan mencapai hasil ataupun juga tujuan tertentu.

(43)

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motif adalah dorongan yang ada dalam diri individu untuk melakukan suatu tindakan atau aktivitas.

Setelah membahas motif, selanjutnya bahasan tentang motivasi.

Mangkunegara ( 2000) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi (energi) yang menggerakkan dalam diri individu yang terarah untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi ini muncul dari dua dorongan, yaitu dorongan dari dalam diri individu dan juga dorongan dari luar diri individu.

Dalam kamus psikologi istilah motivasi diartikan sebagai satu variabel

penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu. di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan

menyalurkan tingkah laku menuju sasaran (Chaplin, 2006). Kartini Kartono &

Dali Gulo (2000) juga memberikan definisi serupa dimana motivasi bisa diartikan sebagai kecenderungan untuk melakukan sesuatu, sikap atau perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan serta diarahkan kepada suatu tujuan yang telah direncanakan.

(44)

proses gerakan, termasuk didalamnya situasi yang mendorong timbulnya tindakan atau tingkah laku individu. Pengertian tersebut menggambarkan bahwa motif itu tidak sebatas pada pelaksanaan perilaku, tetapi juga terarah kepada suatu tujuan tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa motif merupakan latar belakang atau alasan mengapa seseorang melakukan suatu kegiatan tertentu.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Veithzal Rivai & Ella Jauvani (2009) bahwa motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu, yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai suatu tujuan. Adapun dorongan tersebut terdiri atas dua komponen yakni, arah perilaku dan kekuatan perilaku.

Banyak para pakar yang telah mendefinisikan motivasi, namun demikian esensi dari motivasi adalah suatu kekuatan (power), tenaga (forces) atau daya (energy) dalam diri individu yang kompleks untuk bergerak kearah suatu tujuan tertentu baik disadari maupun tidak disadari (Abin Syamsuddin

(45)

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan dalam diri individu yang menggerakkan individu agar mampu mencapai suatu tujuan guna mencapai pemuasan kebutuhan.

2.2.2.

Peranan Motivasi

Adanya motivasi pada manusia sangat besar peranannya dalam membentuk tingkah laku. Apa saja yang dilakukan manusia itu baik sesuatu yang

dilakukan, baik sesuatu yang penting atau tidak, bahaya atau tidak, akan selalu ada motivasi yang mendorongnya. Motivasi bagaikan kekuatan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia kearah tujuan yang dikehendakinya.

Sarlito Wirawan (2000) mengemukakan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan manusia dimulai dengan adanya suatu ketidakseimbangan dalam diri manusia. Ketidakseimbangan ini tidak menyenangkan bagi individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan untuk meniadakan

(46)

Lebih dalam lagi Sarlito (2000) menjelaskan bahwa ketidakseimbangan itu tidak berlangsung untuk selama-lamanya, karena setelah beberapa saat akan timbul ketidakseimbangan baru yang akan menyebabkan seluruh proses motivasi di atas terulang kembali. Proses motivasi tersebut merupakan suatu lingkaran tak terputus yang disebut lingkaran motivasi.

Motif adalah instansi terakhir bagi terjadinya tingkah laku. Hal ini disebabkan karena motif tidak saja ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri individu tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan kebudayaan.

2.2.3. Jenis..Jenis Motivasi

lndividu dapat dikatakan mempunyai motivasi yang tinggi dapat dilihat dari kemampuannya serta usahanya guna mencapai suatu tujuan. Dalam

kaitannya dengan hal diatas, Woolfolk (2004) membedakan motivasi menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Motivasi intrinsik

Menurut Syaiful Bahri (2002) motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tanpa perlu dirangsang dari luar. Hal ini dikarenakan dalam diri individ sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata (2001) dan Ngalim Purwanto (2004 ), yang menjelaskan bahwa

(47)

intrinsik menu rut Woolfolk (2004) meliputi kebutuhan (needs), minat

(interest), kesenangan (enjoyment), dan rasa ingin tahu (curiosity).

Dalam motivasi intrinsik tidak perlu lagi ada reward dan punishment

bagi seseorang untuk melaksanakan aktifitasnya. Karena dorongan yang muncul murni berasal dari dalam diri individu.

b. Motivasi ekstrinsik

Syaiful Bahri (2002) dan Ngalim Purwanto (2004) mengemukakan bahwa pada dasarnya motivasi ekstrinsik terjadi apabila individu melakukan sesuatu yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar. Pada mtoivasi ekstrinsik ini seseorang melakukan aktifitas atas dasar nilai yang terkandung dalam objek yang menjadi sasara atau tendensi tertentu. Sumber motivasi ekstrinsik menu rut Woolfolk (2004) meliputi imbalan (rewards), tekanan sosial (social pressure), dan penghindaran diri dari hukuman (punishment) .

(48)

2.2.4. Fungsi-Fungsi Motivasi

Menurut Utsman Najati (dalam Abdul Rahman Saleh& Muhbib Abdul wahab, 2004) serta Ngalim Purwanto (2004) motivasi memiliki tiga komponen pokok yaitu:

a. menggerakkan, yakni menimbulkan kekuatan pada individu, serta mendorong untuk bertindak dengan cara tertentu.

b. Mengarahkan, yakni mengarahkan tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan. Apabila sasaran atau tujuan tersebut merupakan sesuatu yang diinginkan individu, maka motivasi berperan mendekatkan (approach motivation), sedangkan tujuan tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhkan sasaran atau tujuan (avoidance motivation)

c.

Menopang, yakni menjaga dan menopang tingkah laku dimana lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas serta arah dorongan-dorongan dan kekuatan individu.
(49)

2.2.5.

Motivasi Untuk Sembuh

Dari penjabaran tentang motivasi, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan yang didasarinya. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk mempengaruhi orang lain agar melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan keinginannya. Dapat diketahui bahwa motivasi terjadi apabila seseorang mempuyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu tindakan tertentu.

Ketidakseimbangan yang terjadi pada penderita kanker adalah menderita suatu penyakit yang tentunya berdampak bagi kondisi fisik maupun psikisnya. Beberapa penderita kanker mencoba mengubah kondisi ketidakseimbangan tersebut dengan memunculkan suatu dorongan yang ada dalam diri mereka. Salah satunya adalah dorongan untuk sembuh atau pulih dari penyakitnya. Dorongan tersebut mereka harapkan dapat membuat diri mereka lebih baik dari keadaan sebelumnya.

(50)

mengharuskannya melakukan berbagai pengobatan. Dengan termotivasinya seorang pasien untuk sembuh, maka besar kemungkinan pula dirinya untuk sembuh. Motivasi sendiri sebagai bentuk dorongan untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki, dengan kata lain motivasi merupakan penyemangat yang timbul dari dirinya sendiri ataupun dengan bantuan pihak lain sebagai

motivator bagi diriya sendiri.

Motivasi intrinsik mengarah pada kepuasan dalam melakukan suatu kegiatan. Motivasi intrinsik ini dapat menjadikan seseorang merasa tidak terpaksa dalam mengikuti suatu aktivitas, karena dorongan yang muncul murni berasal dari dalam individu itu sendiri. Pada penderita kanker yang memiliki motivasi intrinsik melakukan berbagai pengobatan karena memang menginginkan kesembuhan bagi dirinya sendiri, bukan karena stimulus eksternal misalnya diberikan suatu penghargaan pada dirinya (mendapat pujian dari keluarga karena telah mau mengikuti terapi), sedangkan motivasi ekstrinsik lebih

mengarah pada suatu kegiatan yang dipengaruhi stimulus dari luar. Penderita yang mempunyai motivasi ekstrinsik akan melakukan serangkaian

(51)

2.2.5.1.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan

Menurut Pitts, 1991 (dalam llsiana Sulistya Jatiputra, 1993) dua masalah utama dalam masa kesembuhan bagi seseorang yang sedang menderita penyakit kronis adalah pembatasan fisiologis dan patologis yang ditimbulkan dari penyakit serta masalah psikologis yang berhubungan dengan

penyesuaian diri yang harus terus dilakukan sepanjang hidup penderita. Hal ini mendasari bahwa begitu pentingnya motivasi untuk sembuh bagi

penderita kanker.

Menurut Muhammad Fadlul (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan dapat dibagi menjadi dua, yakni:

a. Faktor intrinsik, faktor-faktor yang secara medik langsung berpengaruh terhadap kesembuhan penderita misalnya meminum obat dan

melakukan serangkaian pengobatan yang diwajibkan dokter. b. Faktor ekstrinsik, faktor-faktor yang secara tidak langsung

berpengaruh terhadap kesembuhan, misalnya melaui proses interaksi perilaku dan sikap, keadaan sosial dan topografi serta kondisi tubuh penderita yang mengakibatkan tidak terpenuhinya faktor intrinsik secara maksimal.

(52)

ditambah dengan adanya faktor ekstrinsik yang mendukung kesembuhan penderita sendiri.

2.3. Dukungan Sosial

2.3.1. Pengertian Dukungan Sosial

Setiap manusia pasti membutuhkan bantuan ataupun peranan orang lain dalam hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Kebutuhan manusia itu banyak macamnya.Mulai dari kebutuhan fisik, kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikis tentu tidak akan mungkin terpenuhi tanpa bantuan dari orang lain. Jika seseorang sedang menghadapi masalah baik ringan ataupun berat, keberadaan orang lain disampingnya tentu sangat akan berdampak bagi orang tersebut. Efek atau peranan positif ini dinamakan dukungan sosial. Contohnya adalah ketika seseorang menderita sakit, keluarga yang datang untuk menjenguknya serta menemaninya selama proses pengobatan berlangsung merupakan sumber dukungan bagi dirinya. Dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah ketenteraman hidupnya.

(53)

sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain.

"Social support is the resources provided to us through our interaction with other people". (Sheridan dan Sally Radmacher, 1992).

Sarafino (1998) menyatakan bahwa "Social support refers to the perceveid comfort, caring, esteem, or help a person receives from other people or

groups" . Definisi tersebut dapat diartikan adanya dukungan sosial berarti adanya penerimaan dari orang atau kelompok orang terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Gottlieb (1983) yang mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dalam hal-hal yang memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (dalam Smet, 1994).

(54)

from others that one is loved and cared for, esteemed and valued. And part of

a network of communication and mutual obligation." (Siegel dalam Taylor, 2003).

Cobb, 1976 (Kaplan et.all, 1993)) memberikan definisi dukungan sosial sebagai perasaan dilibatkan dalam suatu jaringan sosial dan mempunyai kewajiban timbal balik. lndividu yang berada di dalam persepsi jaringan sosial adalah mereka yang dapat diandalkan, mengetahui nilai, perhatian, dan adanya perasaan saling menyayangi.

Menurut Neale, Davidson&Haaga (2004) dukungan sosial memiliki dua aspek utama, yaitu dukungan sosial struktural dan dukungan sosial fungsional . Dukungan sosial struktural menyangkut jaringan hubungan sosial yang dimiliki individu, misalnya status pernikahan dan jumlah teman yang dimiliki. Dukungan sosial fungsional lebih menekankan pada kualitas hubungan sosial yang dimiliki. Contohnya sejauh mana individu percaya bahwa dirinya

memiliki teman untuk ditelpon setiap saat apabila dibutuhkan atau apakah temannya dapat memberikan dukungan yang memang dibutuhkan untuk menurunkan tingkat stres yang dirasakan.

(55)

fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.

Collin,1993 (dalam Nursiti, 2008) mengemukakan bahwa dukungan sosial dibedakan menjadi dua yakni dukungan sosial yang dipersepsikan (perceived support) dan dukungan sosial yang diterima secara nyata (enacted/received support). Dukungan sosial yang dipersepsikan adalah keyakinan individu akan kesediaan orang-orang dalam jaringan sosialnya untuk memberikan bantuan dikala ia membutuhkannya, sementara dukungan sosial yang diterima secara nyata adalah pemberian bantuan yang benar-benar terjadi dalam situasi yang spesifik.

2.3.2. Sumber Dukungan Sosial

Ketika seseorang divonis dokter mengenai penyakitnya, maka mereka pasti merasakan sebuah ketakutan yang terjadi pada dirinya. Disaat itulah mereka membutuhkan dorongan yang dapat menjadikan penyemangat dalam

(56)

penyakitnya tersebut baik dokter, suster, dan juga komunitas. Mereka

tersebut merupakan sumber-sumber dukungan sosial bagi penderita kanker.

Rook dan Dooley (1985) menyebutkan bahwa ada dua sumber dukungan sosial yakni dukungan sosial yang bersifat artifisial dan sumber natural. Dukungan sosial natural diterima individu melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitar lingkungannya, contohnya adalah anggota keluarga, teman dekat ataupun juga relasi. Selanjutnya adalah dukungan sosial artifisial. Dukungan sosial ini dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, contohnya adalah

dukungan sosial akibat bencana alam (dalam Kuntjoro, 2002).

Dari definisi di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan individu sehingga individu tersebut dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, stat medis serta anggota dalam kelompok

kemasyarakatan.

(57)

dengan penerima dukungan sosial. Pada umumnya individu-individu (keluarga) yang sering berinteraksi dengan penerima dukungan sosial mempunyai perasaan lebih care dengan yang dialami oleh target penerima dukungan sosial, sehingga dipersepsikan lebih mampu untuk memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan oleh para target. Keadaan ini terjadi karena mereka lebih dapat menunjukkan sikap empati kepada target penerima dukungan sosial.

2.3.3. Jenis-Jenis Dukungan Sosial

Jenis-jenis dukungan sosial merupakan suatu cara yang diwujudkan bisa dalam bentuk ekspresi, ungkapan atau perwujudan bantuan dari individu yang satu ke individu yang membutuhkan. Sarafino (1998) membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk, yaitu :

1. Dukungan emosi (Emotional support)

Dukungan emosi adalah suatu bentuk dukungan yang diekpresikan melalui perasaan positif yang berwujud empati, perhatian, dan kepedulian terhadap individu yang lain. Bentuk dukungan ini dapat menimbulkan perasaan nyaman, perasaan dilibatkan, dan dicintai oleh individu yang bersangkutan. 2.Dukungan penghargaan (Esteem support)

(58)

seseoranglsupport group yang dapat meringankan beban hidupnya mulai dari butuhnya seseorang yang menemaninya, informasi tentang penyembuhan penyakitnya, dan juga adanya tempat atau wadah untuk berbagi.

2.3.4. Efek Dukungan Sosial

Sarafino (1998) mengemukakan bahwa terdapat dua hipotesa yang menjelaskan cara dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dan

kesejahteraan dalam kehidupan manusia yaitu hipotesa efek langsung (direct effect hypothesis) dan hipotesa efek pelindung (buffering effect hypothesis).

Hipotesa efek langsung berpendapat bahwa dukungan sosial bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan, tidak tergantung pada banyak stres yang dialami. Menurut hipotesa ini efek kegunaan dukungan soial sebanding dibawah intensitas stres yang tinggi atau rendah. Sheridan & Sally

Radmacher (1992) menekankan bahwa model efek langsung berfokus pada hubungan sosial dasar serta jaringan sosial, struktur dukungan sosial ini meliputi status perkawinan, keanggotaan dalam sebuah organisasi, peranan sosial serta menjadi anggota gereja.

(59)

3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.

4. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan

menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain.

Dari beberapa penjelasan dapat diketahui bahwa dukungan sosial memiliki efek positif maupun negatif bagi para penerimanya.Hal ini kembali kepada penderita kanker merasakan dukungan sosial yang diberikan oleh sumber-sumber dukungan sosial tersebut.

2.4.

Kerangka Berpikir dan Hipotesis

(60)

Dukungan sosial adalah merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat

pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Adapun bentuk-bentuk dukungan sosial meliputi dukungan emosi, penghargaan, instrumental, informasi dan jaringan sosial.

Apabila penderita kanker menerima banyak dukungan sosial, maka akan meningkatkan motivasi untuk sembuh Motivasi untuk sembuh bagi penderita kanker perlu dipupuk secara terus-menerus sehingga akan benar-benar terjadi kesembuhan sesuai taraf yang diinginkan bagi penderita kanker.

Diduga, bila dukungan sosial yang diberikan oleh sumber dukungan sosial (keluarga) semakin besar maka motivasi untuk sembuh juga semakin tinggi. Sebaliknya, bila dukungan sosial yang diberikan oleh sumber dukungan sosial (keluarga) semakin kecil maka motivasi untuk sembuh semakin rendah.

(61)

Skema 2.2

Bagan Kerangka Berpikir

I

Penderita Kanker

I

Diagnosa Kanker

l

Reaksi Psikologis

1.Penyangkalan

2.Kemarahan

3.Tawar-menawar

4.Depresi

5.Penerimaan diri

Alternatif

11> Terapi Pengobatan

l .Pembedahan

2.Kemoterapi

3.Radiasi

4.Terapi gen

( banyak/kuat - motivasi sembuh tinggi

セ@ Dukungan Sosial \

l .Duk.emosi sedikit/lemah- motivasi sembuh rendah

2.Duk.penghargaan

3 .Duk.instrumental

4.Duk.informasi

5.Pengobatan altematif 5.Duk.jaringan sosial

i

Efek pengobatan

Rambut rontok, mual, nafsu makan berkurang,

(62)

Hipotesis penelitian:

Ha: tidak ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan motivasi untuk sembuh pada penderita kanker

(63)

BAB3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

3.1.1. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menampilkan hasil berupa angka-angka, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional, yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkatan-tingkatan hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Pengukuran korelasional digunakan untuk menentukan besarnya arah hubungan (Sevilla,dkk. 1993).

(64)

3.2.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.2.1. Definisi Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek

pengamatan penelitian, atau dapat pula dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Kerlinger (2006) mendefinisikan variabel penelitian sebagai suatu sifat yang dapat memiliki berbagai macam nilai, menyangkut segala sesuatu yag menjadi objek penelitian. Variabel penelitian ini terdiri dari dari dua jenis, yaitu (a) variabel bebas (independent variable) dan (dependent variable).

Variabel Bebas (Independent Variable)

(65)

Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel penelitian yang diukur atau diramalkan untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain (Kerlinger, 2006). Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah motivasi untuk sembuh. Motivasi untuk sembuh berarti sesuatu yang ada dalam diri seseorang dimana ia mempunyai tujuan agar ia bisa sehat kembali dari penyakitnya, dengan melakukan serangkaian pengobatan guna mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

3.2.2. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional berarti melekatkan arti pada suatu konstruk atau variabel dengan cara menetapkan tindakan-tindakan yang perlu untuk

mengukur variabel tersebut (Kerlinger, 2006). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu dukungan sosial sebagai variabel bebas dan motivasi untuk sembuh sebagai variabel terikat.

a. dukungan sosial : hasil skor yang diperoleh dari skala dukungan sosial yakni segala bentuk bantuan seperti emosi, dukungan informasi, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, ataupun juga dukungan jaringan sosial dari yang diterima penderita kanker.

(66)

menggunakan faktor intrinsik. Faktor-faktor tersebutdiantaranya meliputi kebutuhan (needs), rasa ingin tahu (curiosity), kepuasan (enjoyment).

Kebutuhan yang dalam hal ini sembuh atau sehat dengan cara mengikuti serangkaian pengobatan, mempunyai semangat hidup serta menjalankan pola hidup sehat. Rasa ingin tahu meliputi mencari informasi yang

berhubungan dengan kesehatan serta bertanya kepada orang lain tentang kondisi kesehatan. Kepuasan meliputi ada rasa puas dalam diri dan ada ekspresi senang dan tenang.

3.3.

Populasi dan Sampel

3.3.1.

Populasi

Menurut Gay (dalam Sevilla dkk, 1993) populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi pada penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah 300 orang penderita kanker yang menjalani perawatan di Rumah Sakit kanker Dharmais, Jakarta.

3.3.2.

Sampel

Menurut Sevilla dkk (1993), sampel adalah beberapa bagian terkecil atau cuplikan yang didapat dari populasi. Untuk jumlah sampel, peneliti

(67)

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling. Menu rut Sevilla,dkk ( 1993) teknik non

probability sampling yakni teknik pengambilan sampel dimana setiap individu dalam populasi tidak mendapat kesempatan yang sama untuk terpilih

menjadi sampel penelitian.

Bentuk non probability sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling atau sampling bertujuan, yakni teknik pengambilan sampel

berdasarkan pertimbangan atau tujuan tertentu. Kerlinger (2006) mencirikan sampling purposif sebagai upaya untuk menilai dengan cermat dalam rangka memperoleh sampel representatif dengan cara meliputi wiayah atau

kelompok yang diduga sebagai anggota kelompok sampelnya. Jadi semua anggota populasi yang ada tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai responden. Adapun karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. penderita kanker stadium 1-111

2. Berada di ruang rawat inap (lantai 4&5) dan ruang rawat jalan (lantai 2)

3. Tidak buta huruf

(68)

Pemilihan karakteristik stadium 1-111 dikarenakan tingkat kesembuhan masih besar, sedangkan stadium IV dimana sel kanker sudah menyebar maka tingkat kesembuhan menjadi lebih kecil dan pasien hanya menjalani pengobatan paliatif. Karakeristik selanjutnya responden berada di ruang rawat inap (lantai 4&5) dan juga rawat jalan (lantai 2), hal ini dikarenakan pemilihan tempat sudah dipilihkan oleh pihak rumah sakit. Karakeristik selanjutnya responden tidak buta huruf sehingga bisa membaca dan memahami cara pengisian skala.

3.4. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari metode

pengumpulan data dan instrumen, teknik uji instrumen, serta teknik analisa data

3.4.1. Metode Pengumpulan Data dan lnstrumen Penelitian

Skala dukungan sosial dibuat berdasarkan teori yang dikemukakan Sarafino (1998) mengenai jenis-jenis dukungan sosial yang disesuaikan dengan tujuan penelitian ini yaitu dukungan sosiaf yang terdiri dari: dukungan emosi,

(69)

4. Dukungan Mendapatkan 6,22, 36 14,30,41 10

Jnformasi pengarahan

Mendapatkan 7,23 15, 31

umpan balik mengenai apa yang dilakukan

5. Dukungan Jkut serta dalam 8,24, 37,44 16,32,42,46 8

Jaringan aktifitas Sosial kelompok

TOTAL 46

Skala Motivasi Untuk Sembuh

(70)

TABEL

3.2

SKALA MOTIVASI UNTUK SEMBUH

NO. ASP EK INDIKATOR NO MOR AITEM TOTAL

FAVORABLE UNFAVORABLE

1. Kebutuhan Mengikuti 1, 15, 29 8,22,36

serangkaian

pengobatan

Semangat 2, 16,30 9,23,37

18

hidup

Menjalankan

3, 17, 31 10, 24, 38

pol a hid up

sehat

2. Ras a ingin Mencari 4, 18, 32 11, 25, 39

tahu informasi yang

berhubungan

tentang

12 kesehatan

Bertanya

5, 19, 33 12, 26,40

[image:70.521.19.440.107.630.2]
(71)

lain tentang kondisi

kesehatan

3. Kepuasan Ada rasa puas 6,20,34 13,27,41

dalam diri

12

Ekspresi 7, 21, 35 14,28,42 senang dan

tenang

TOTAL 42

Model skala Likert dikenal sebagai "summated rating method" adalah pernyataan pendapat yang disajikan kepada responden yang memberikan indikasi pernyatan setuju atau tidak setuju (Sevilla.dkk, 1993). Tiap-tiap pernyataan akan memberikan gambaran bagaimana individu dalam

menanggapi pernyataan tersebut. Setengah soal adalah disebut positif atau kesetujuan (Favorable) dan setengah lainnya disebut negatif atau

ketaksetujuan (Unfavorable) (Sevilla,dkk. 1993). Untuk itu instrumen

(72)

Sesuai. Setiap orang dapat mepunyai jawaban yang berbeda dan tidak ada jawaban yang dianggap salah.

Pilihan

SS

Favorable 4

Unfavorable 1

Tabel 3.3

Bobot Nilai jawaban

s

3

2

3.5.

Teknik Uji lnstrumen Penelitian

3.5.1. Uji Validitas

TS

STS

2 1

3

4

Menurut Sevilla (1993) validitas adalah derajat ketetapan suatu alat ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Untuk menguji validitas item digunakan rumus Korelasi Product Moment (Azwar, 2007). Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation

[image:72.521.22.441.164.479.2]
(73)

3.5.2. Uji Reliabiitas

Sevilla (1993) mengemukakan bahwa realiabilitas adalah derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan oleh instrument pengukuran. Menurut Iqbal (2002) uji reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pernyataan yang merupakan dimensi suatu

variable dan disusun dalam bentuk skala. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach's alpha > dari 0,60.

3.6.

Hasil Uji Coba lnstrumen Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan peneliti melakukan uji instrument penelitian yang berjumlah 88 aitem dari dua skala yaitu skala dukungan sosial

sebanyak 46 aitem, serta skala motivasi untuk sembuh sebanyak 42 aitem. Uji instrumen diberikan kepada 30 orang penderita kanker di Rumah Saki! Kanker Dharmais. Adapun maksud dari uji instrument ini adalah:

a. Mengetahui validitas instrument dimana skor tiap aitem dikorelasikan dengan skor total.

(74)

Skala Motivasi Untuk Sembuh

Hasil reliabilitas uji coba skala motivasi untuk sembuh sebesar 0, 854. Dari 42 aitem yang dibuat, ada 14 aitem yang gugur. Untuk mengetahui nomor aitem yang valid (*) dapat dilihat pada tabel 3.5.

NO. ASP EK

1. Kebutuhan

2. Rasa ingin

[image:74.519.18.441.170.647.2]

TABEL 3.5

SKALA MOTIVASI UNTUK SEMBUH

Valid(*)

INDIKATOR NO MOR AITEM

FAVORABLE UNFAVORABLE

Mengikuti 1. 15*, 29 8*. 22*, 36*

serangkaian

pengobatan

Semangat 2*. 16*, 30 9*, 23*, 37*

hid up

3*, 17, 31 10*, 24*, 38

Menjalankan

pola hid up

sehat

Mencari 4*, 18*, 32* 11*, 25*, 39

TOTAL

(75)

tahu informasi yang berhubungan ten tang kesehatan

Bertanya

5*, 19, 33 12*, 26*, 40 kepada orang

lain ten tang kondisi

kesehatan

3. Kepuasan Ada rasa puas 6*, 20*, 34 13*,27,41 dalam diri

Ekspresi 7*, 21*, 35 14*, 28*, 42* senang dan

tenang

TOTAL

3.7.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari penelitian ini, dengan metode statistik untuk mengetahui signifikansi korelasi antara dukungan sosial dengan

8

8

(76)

motivasi untuk sembuh dan bagaimana arah hubungan antara variabel tersebut, yang ditentukan pada taraf signifikansi sebesar 0,05 pada two tailed test. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisa statistik, yaitu:

a) Statistik Deskriptif

Digunakan untuk mengolah gambaran umum responden. Analisis deskriptif memberikan informasi mengenai sekumpulan data dan mendapatkan gagasan untuk keperluan analisis selanjutnya dengan mencari Mean, Median dan Modus.

b) Uji Validitas

Untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan

pengujian validitas. Pada penelitian ini untuk melakukan uji validitas, digunakan rumus Product moment (Pearson). Data yang diperoleh akan diolah menggunakan SPSS 12.

c) Uji Reliabilitas

(77)

GMMMセMMMMMMMMMMM

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Penelitian .. . . . . . . . . .. . . . .. .... ..
TABEL 3.2 SKALA MOTIVASI UNTUK SEMBUH
Tabel 3.3 Bobot Nilai jawaban
SKALA MOTIVASI TABEL 3.5 UNTUK SEMBUH
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihan Tolak Angin adalah selalu mempertahankan kualitas dan mutu Tolak Angin dari tahun ke tahun, apa yang menjadi kelemahan saat ini akan diperbaiki

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan berat badan lahir bayi terhadap tingkat ruptur perineum pada ibu dengan persalinan normal di Rumah Sakit Ibu dan Anak

Sensor temperatur LM35 membaca temperatur pada oven kemudian diubah dalam bentuk tegangan yang menjadi masukan bagi mikrokontroler untuk mengatur tegangan supply

Mengevaluasi alternatif, informasi yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut akan menjadi bahan pertimbangan bagi pengguna untuk mengambil keputusan.. Mengambil

Pseudomonas aeruginosa dari jenis koloni yang berbeda, juga dapat mempunyai aktivitas biokimia dan enzimatik yang berbeda dan pola kerentanan... antimikroba yang

Dalam hal ini penulis melakukan tanya jawab dengan pegawai administrasi pada PD Mie Berkah Palembang mengenai hal-hal yang berhubungan dengan produk yang

Dalam konteks pembangunan daerah, terutama pengembangan kewirausahaan, tidaklah mungkin Daerah bergerak atau berjalan sendiri, tetapi harus bekerjasama secara sinergis dengan