• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anti Monopoli dan Persaingan tidak sehat (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Anti Monopoli dan Persaingan tidak sehat (3)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN CURANG

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah hukum bisnis

Dosen Pengajar : Dr. Nina Nurani, SH., Msi.

Disusun oleh : Astia Priantini

(2)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas usaha yang kini marak dilakukan oleh pelaku usaha tidak luput dari adanya persaingan. Persaingan itu terkadang mengarah pada pelanggaran hukum demi tercapainya keuntungan yang maksimum. Bahkan mereka melakukan persaingan curang/ persaingan tidak sehat. Persaingan usaha yang tidak sehat ini akan merugikan kepentingan umum. Persaingan itupun kini marak dalam kegiatan bisnis di Indonesia dan Negara lain pada umumnya. Meskipun sebelum dikeluarkan UU no. 5 tahun 1999, sebenarnya pengaturan mengenai persaingan usaha tidak sehat didasarkan pada pasal 1365 KUH Perdata mengenai perbuatan

melawan hukum dan pasal 382 bis KUH Pidana.

(3)

lima ratus ribu rupiah, bila perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi konkuren-konkuren orang lain itu.

Dunia usaha merupakan suatu dunia yang boleh dikatakan tidak dapat berdiri sendiri. Banyak aspek dari berbagai macam dunia lainnya turut terlibat langsung maupun tidak langsung dengan dunia usaha ini. Keterkaitan tersebut kadangkala tidak memberikan prioritas atas dunia usaha, yang pada akhirnya membuat dunia usaha harus tunduk dan mengikuti rambu-rambu yang ada dan seringkali bahkan mengutamakan dunia usaha sehingga mengabaikan aturan-aturan yang telah ada. Pesatnya perkembangan dunia usaha adakalanya tidak diimbangi dengan “penciptaan” rambu-rambu pengawas. Dunia usaha yang berkembang terlalu pesat sehingga meninggalkan rambu-rambu yang ada jelas tidak akan menguntungkan pada akhirnya. Apabila hukum tidak ingin dikatakan tertinggal dari perkembangan bisnis dan dunia usaha, maka hukum dituntut untuk merespon segala seluk beluk kehidupan dunia usaha yang melingkupinya sebagai suatu fenomena atau kenyataan sosial. Itu berarti, peran hukum menjadi semakin penting dalam menghadapi problema-problema dunia usaha yang timbul seperti Monopoli dan Persaiangan Usaha Tidak Sehat.

Monopoli menggambarkan suatu keadaan dimana terdapat seseorang atau sekelompok orang yang menguasai suatu bidang tertentu secara mutlak, tanpa memberikan kesempatan kepada orang lain untuk ikut ambil bagian. Monopoli diartikan sebagai suatu hak istimewa (previlege), yang menghapuskan persaingan bebas, yang tentu pada akhirnya juga akan menciptakan penguasaan pasar. Pengertian monopoli dalam Black’s Law Dictionary: “Monopoly is a previlege or peculiar advantage vested in one or more persons or companies, consisting in the exclusive right (or power) to carry on a particular business or trade, manufacture a particular article, or control the sale of the wholesupply of a particular commodity.

Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu bentuk yang dapat diartikan secara umum terhadap segala tindakan ketidakjujuran atau menghilangkan persaingan dalam setiap bentuk transaksi atau bentuk perdagangan dan komersial. Adanya persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya perusahaan-perusahaan yang mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengalahkan pesaing-pesaingnya agar menjadi perusahaan yang besar dan paling kaya.

(4)

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

 Pengertian Monopoli?

 Pengertian persaingan Curang?

 Ruang lingkup aturan monopoli?

 Perjanjian yang dilarang?

 Kegiatan yang dilarang?

 Posisi Dominan yang dilaranng?

 Kasus Monopoli dan Persaingan curang ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

 Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis.

 Untuk mengetahui masalah antimonopoli dan persaingan curang.

(5)

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Monopoli

Monopoli murni adalah bentuk organisasi pasar dimana terdapat perusahaan tunggal yang menjual komoditi yang tidak mempunyai subtitusi sempurna. Perusahaan itu sekaligus merupakan industri dan menghadapi kurva permintaan industri yang memiliki kemiringan negatif untuk komoditi itu “Antitrust” untuk pengertian yang sepadan dengan istilah “anti monopoli” atau istilah “dominasi” yang dipakai masyarakat Eropa yang artinya juga sepadan dengan arti istlah “monopoli” Disamping itu terdapat istilah yang artinya hampir sama yaitu “kekuatan pasar”.

(6)

2.2 Pengertian Persaingan Curang

Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

2.3 Anti Monopoli dan Persaingan Curang.

Secara etimologi, kata “monopoli” berasal dari kata Yunani ‘Monos’ yang berarti sendiri dan ‘Polein’ yang berarti penjual. Dari akar kata tersebut secara sederhana orang lantas memberi pengertian monoopli sebagai suatu kondisi dimana hanya ada satu penjual yang menawarkan (supply) suatu barang atau jasa tertentu. (Arie Siswanto:2002)

Disamping istilah monopoli di USA sering digunakan kata “antitrust” untuk pengertian yang sepadan dengan istilah “anti monopoli” atau istilah “dominasi” yang dipakai masyarakat Eropa yang artinya juga sepadan dengan arti istlah “monopoli” Disamping itu terdapat istilah yang artinya hampir sama yaitu “kekuatan pasar”. Dalam praktek keempat kata tersebut, yaitu istilah “monopoli”, “antitrust”, “kekuatan pasar” dan istilah “dominasi” saling dipertukarkan pemakaiannya. Keempat istilah tersebut dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana seseorang menguasai pasar ,dimana dipasar tersebut tidak tersedia lagi produk subtitusi yang potensial, dan terdapatnya kemampuan pelaku pasar tersebut untuk menerapkan harga produk tersebut yang lebih tinggi, tanpa mengikuti hukum persaingan pasar atau hukum tentang permintaan dan penawaran pasar.

(7)

monopoli” adalah suatu pemusatan kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Sesuai dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Anti Monopoli .

Selain itu, Undang-Undang Anti monopoli juga memberikan arti kepada “persaingan usaha tidak sehat” sebagai suatu persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur atau dengan cara melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

Dengan demikian Undang-undang Anti Monopoli No 5 tahun 1999 dalam memberikan arti kepada posisi dominan atau perbuatan anti persaingan lainnya mencakup baik kompetisi yang interbrand, maupun kompetisi yang intraband. Yang dimaksud dengan kompetisi yang interbrand adalah kompetisi diantara produsen produk yang generiknya sama. Dilarang misalnya jika satu perusahaan menguasai 100 persen pasar televisi, atau yang disebut dengan istilah “monopoli”. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetisi yangintraband adalah kompetisi diantar distributor atas produk dari produsen tertentu. (Munir Fuady 2003: 6)

Disamping itu, ada juga yang mengartikan kepada tindakan monopoli sebagai suatu keistimewaan atau keuntungan khusus yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang atau perusahaan, yang merupakan hak atau kekuasaan yang eksklusif untuk menjalankan bisnis atau mengontrol penjualan terhadap seluruh suplai barang tertentu . Dalam hukum Inggris kuno, monopoli diartikan sebagai suatu izin atau keistimewaan yang dibenarkan oleh raja untuk membeli, menjual, membuat. Mengerjakan atau menggunakan apapun secara keseluruhan, dimana tindakan monopoli tersebut secara umum dapat mengekang kebebasan berproduksi atau trading. Atau monopoli dirumuskan juga sebagai suatu tindakan yang memiliki atau mengontrol bagian besar dari suplai di pasar atau output dari komoditi tertentu yang dapat mengekang kompetisi, membatasi kebebasan perdagangan, yang memberikan kepada pemonopoli kekuasaan pengontrolan terhadap harga.

(8)

membuat suatu produk tertentu, memberikan suatu jasa, dan sebagainya. Atau, suatu monopoli (dalam dunia usaha) diartikan sebagi pemilikan atau pengendalian persediaan atau pasaran untuk suatu produk atau jasa yang cukup banyak untuk mematahkan atau memusnahkan persaingan, untuk mengendalikan harga, atau dengan cara lain untuk membatasi perdagangan Struktur monopoli sering pula dibedakan atas monopoli alamiah dan non alamiah. Monopoli alamiah antara lain dalam memproduksi air minum, gas, listrik dan lainnya sedangkan monopoli non alamiah yang merupakan monopoli berasal dari struktur oligopoli yang kolusif sehingga mendapatkan tempat yang kurang baik , akan tetapi bukan berarti yang alamih juga dapat melepaskan diri dari citra yang kurang baik di pihak lain. (Nurimansyah Hasibuan .1993)

Praktek-praktek monopoli di Indonesia sering tidak mendapatkan tempat perhatian dalam dunia penelitian. Namun demikian, oleh karena fasilitas-fasilitas tertentu dari pemerintah, maka kehadiran monopolis dapat memperkuat transfer pendapatan dari yang relatif lemah ke kelompok yang relatif lebih kuat, maka kehadiran monopolis dapat memperkuat transfer pendapatan akan tetapi walaupun monopolis mendapatkan keuntungan yang super normal namun kurang diimbangi dengan pembayaran pajak yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.(Nurimansyah Hasibuan .1993)

Tujuan pemerintah membuka kompetisi telekomunikasi sebenarnya adalah untuk mengikuti kecenderungan pasar bebas (globalisasi) yang diusung oleh negara maju melalui WTO. Namun, tidak boleh terlupakan bahwa kepentingan pengguna telepon, yaitu para konsumen, harus tetap menjaga prioritas karena sektor telekomunikasi masih merupakan tanggung jawab sepenuhnya sesuai dengan UUD 1945 dan UU Telekomunikasi 1999 .Diperlukan kedewasaan dari regulator dan setiap operator untuk mengubah cara pandang yang masih bernuansa monopolistik dan protektif ke arah kompetisi yang sehat dan berorientasi komsumen.

2.4 Ruang Lingkup Aturan Antimonopoli

(9)

Sementara dalam Undang-Undang Anti Monopoli Indonesia , suatu monopoli dan monopsoni terjadi jika terdapatnya penguasaan pangsa pasar lebih dari 50 % (lima puluh persen ) (pasal 17 ayat (2) juncto pasal 18 ayat (2) ) Undang-undang no 5 Tahun 1999.

Dalam pasal 17 ayat (1) Undang- undang Anti Monopoli dikatakan bahwa “pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan pasar atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan tidak sehat”, sedangkan dalam pasal 17 ayat (2) dikatakan bahwa “pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:

A. Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada subtitusinya;atau

B. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk kedalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama;atau

C. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha mengusasai lebih dari 50 % (lima puluh persen ) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Sementara itu, pengertian posisi dominan dipasar digambarkan dalam sidang-sidang Masyarakat Eropa sebagai :

 Kemampuan untuk bertindak secara merdeka dan bebas dari pengendalian harga, dan

 Kebergunaan pelanggan, pemasok atau perusahaan lain dalam pasar, yang bagi mereka perusahaan yang dominant tersebut merupakan rekan bisnis yang harus ada

 Dalam ilmu hukum monopoli beberapa sikap monopolistik yang mesti sangat dicermati dalam rangka memutuskan apakah suatu tindakan dapat dianggap sebagai tindakan monopoli.

Sikap monopolistik tersebut adalah sebagai berikut :

 Mempersulit masuknya para pesaing ke dalam bisnis yang bersangkutan

 Melakukan pemasungan sumber suplai yang penting atau suatu outlet distribusi yang penting.

(10)

 Integrasi ke atas atau ke bawah yang dapat menaikkan persediaan modal bagi pesaingnya atau membatasi akses pesaingnya kepada konsumen atau supplier.

 Mempromosikan produk secara besar-besaran

 Menyewa tenaga-tenaga ahli yang berlebihan.

 Perbedaan harga yang dapat mengakibatkan sulitnya bersaing dari pelaku pasar yang lain

Jika kita telusuri ketentuan dalam Undang-Undang Anti Monopoli Nomor 5 Tahun 1999, maka tindakan–tindakan yang berhubungan dengan pasar yang perlu diatur oleh hukum anti monopoli yang sekaligus merupakan ruang lingkup dari hukum anti monopoli

Dalam rangka penetralisasi pasar, pelaku usaha dilarang membuat perjanjian antara lain :

 Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen pada pasar bersangkutan yang sama.

 Perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan jasa yang sama.

(11)

 Perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa penerima barang dan atau jasa tidak menjual atau memasok kembali barang dan atau jasa yang diterimanya dengan harga lebih rendah daripada harga yang ttelah dijanjikan.

c) Pembagian wilayah

 Mengenai pembagian wilayah, pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa.

d) Pemboikotan

 Pelaku usaha dilarang untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.

e) Kartel

 Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa.

f) Trust

 Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing – masing perusahaan yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa.\

g) Oligopsoni

(12)

pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan

 Pelaku usaha patut diduga secara bersama- sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan, apabila dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75 % pangsa pasar satu jenis barang/ jasa tertentu.

h) Integrasi vertical

 Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usah lain yang bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengelolaan atau proses lanjutan baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung.

i) Perjanjian tertutup

 Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu.

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga tertentu atas barang dan atau jasa.

j) Perjanjian dengan pihak luar negeri

 Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

(13)

yaitu melakukan kontrol produksi dan/atau pemasaran melalui pengaturan pasokan, pengaturan pasar yang dapat menyebabkan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

2.7 Penyalahgunaan posisi dominan:

Posisi dominan adalah keadaan di mana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu. Menurut pasal 33 ayat 2 “ Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai

hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.”

Jadi, sektor-sektor ekonomi seperti air, listrik, telekomunikasi, kekayaan alam dikuasai oleh negara tidak boleh dikuasai swasta sepenuhnya.

2.8 Komisi Pengawas Persaingan Usaha :

Untuk mengawasi pelaksanaan undang – undang tentang anti monopoli dan persaingan curang maka dibentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang memiliki tugas antara lain :

1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan tidak sehat

3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidaknya penyalahgunaan posisi dominan yang kegiatan usahanya dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

2.9 Tata cara penanganan perkara :

A. Sanksi-sanksi

 Sanksi Administrasi

(14)

alihan badan usaha, penetapan pembayaran ganti rugi, penetapan denda serendah-saham, penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan dikenakan denda minimal dua piluh lima miliar rupiah dan setinggi-tingginya seratus miliar rupiah, sedangkan untuk pelanggaran penetapan harga, perjanjian tertutup, penguasaan pasar dan persekongkolan, jabatan rangkap dikenakan denda minimal lima miliar rupiah dan maksimal dua puluh lima miliar rupiah. Sementara itu, bagi pelaku usaha yang dianggap melakukan pelanggaran berat dapat dikenakan pidana tambahan sesuai dengan pasal 10 KUH Pidana berupa :

 Pencabutan izin usaha.

 Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris sekurang-kurangnya dua tahun dan selama-lamanya lima tahun.

 Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak lain.

B. Perkecualian-perkecualian

Pada sistematika menurut Undang-undang Anti Monopoli no 5 tahun 1999 seperti tersebut diatas, maka kita dapat juga mendeskripsikan ruang lingkup dari hukum anti monopoli menjadi sebagai berikut :

 Tentang Pembatasan Persaingan yang Horisontal.

 Tentang pembatasan Persaingan yang Vertikal.

 Tentang Penguasaan Pangsa Pasar yang Besar.

(15)

Penyelenggaraan jaringan tetap dan penyelenggaraan jasa teleponi dasar dikategorikan sebagai penyelenggara posisi dominan sebagaimana dimaksud dengan pasal 3 Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 33 Tahun 2004 tentang Pengawasan Kompetisi yang sehat dalam penyelenggraan jaringan tetap dan penylenggaraan jasa teleponi dasar, dilarang untuk:

 Menyalahgunakan (abuse) posisi dominannya untuk melakukan praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat;

 Melakukan dumping atau menjual atau menyelenggarakan usahanya dengan tarif yang lebih rendah dari biaya (cost) dan atau menyelenggarakan atau menjual jasanya dengan harga diatas tarif yang telah ditetapkan melalui formula tarif sesuai ketentuan yang berlaku;

 Menggunakan pendapatannya untuk melakukan subdisi biaya terhadap penyelenggaraan jaringan tetap dan penyelenggaraan jasa teleponi dasar lain yang lebih kompetitif dan tidak memiliki posisi dominan yang juga diselenggarakannya;

 Mensyaratkan atau memaksa secara langsung atau tidak langsung pengguna atau pelanggannya untuk hanya menggunakan jaringan dan jasa teleponi dasar ( SLJJ dan SLI) yang diselenggaraknnya;

 Tidak memberikan layanan interkoneksi atau melakukan tindakan diskriminatif kepada penyelenggara jaringan tetap dan penyelenggara jasa teleponi dasar lain yang mengajukan permintaan interkoneksi.

Dalam teori ilmu hukum, larangan terhadap tindakan monopoli atau persaingan curang garis besarnya dilakukan dengan memakai salah satu dari dua teori sebagai berikut :

1) Teori Per Se, dan 2) Teori Rule of Reason

(16)

dituduhkan tersebut dalam kenyataannya terbukti telah dilakukan.(A.M Tri Anggraini, 2005 dalam Jurnal Hukum Bisnis Volume 24 halaman 5)

BAB III STUDI KASUS

 Latar Belakang Masalah

Grup cineplex 21 merupakan salah satu perusahaan penyediaan jasa hiburan dalam bidang film di Indonesia. Bioskop 21 (Cineplex 21 Group) adalah sebuah jaringan bioskop di Indonesia, dan merupakan pelopor jaringan cineplex di Indonesia (wikipedia:2013). Saat ini jaringan bioskop grup ini sudah tersebar dibeberapa kota besar di seluruh Indonesia, dimana sebagian besar di antaranya terletak di dalam pusat perbelanjaan, dengan film-film holywood dan Indonesia sebagai menu utama. Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman. Pada saat ini Cineplex 21 Group telah melakukan sejumlah pembaharuan dengan membentuk jaringan bioskop terpisah, yakni Cinema 21, Cinema XXI, The Premiere, dan IMAX untuk target pasar berbeda. Ditengah kesuksesannya, grup cineplex 21 dihadapkan oleh permasalahan tidak masuknya impor film hollywood ke Indonesia. hal ini terjadi dikarenakan adanya kebijakan dari direktorat jenderal bea cukai untuk menerapkan bea masuk atas hak distribusi film impor yang ditentang oleh Motion Picture Association of America (MPAA) dan Ikatan Perusahaan Film Impor Indonesia (Ikapifi) (tempo.co:2013). Menteri Kebudayaan dan Pariwisata mengatakan, pajak impor film di Indonesia akan naik hampir seratus persen. Menurutnya, kebijakan kenaikan pajak impor film itu diambil pemerintah agar film di Indonesia semakin banyak, baik, dan variatif (bisnis.news.viva.co.id:2013).

(17)

tentu mengakibatkan adanya kesulitan bagi perusahaan impor untuk mengimpor film hollywood. Sementara bagi importir yang sudah membayar tunggakan pajak maka dapat kembali impor film Hollywood. Ketidakhadiran film hollywood menyebabkan terjadinya penurunan benefit yang disebabkan oleh sepinya pengunjung bioskop, yang tentu saja berdampak negatif pada grup cineplex 21. Sampai suatu ketika, film hollywood kembali dimunculkan oleh distribusi dari perusahaan impor film baru, bernama omega film. Kemunculan film ini menimbulkan banyak tudingan terhadap grup cineplex 21. Masyarakat berasumsi bahwa untuk terbebas dari jerat kebangkrutan, grup cineplex 21 akhirnya membuat perusahaan impor, yaitu omega film. PT Omega Film adalah perusahaan baru yang didirikan 17 Januari 2011 di depan notaris Ilmiawan Dekrit S.H. dengan lingkup usaha perfilman dan perekaman video. Perusahaan ini marak disebut-sebut oleh sejumlah pengusaha perbioskopan sebagai perusahaan topeng di balik terjeratnya importir film milik kelompok usaha 21 Cineplex, Camila Internusa Film dan PT Satrya Perkasa Esthetika Film (bisnis.kepri.com:2013).

Sementara itu Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) mengingatkan pelaku usaha perfilman secara tegas dilarang memiliki usaha perfilman yang dapat mengakibatkan hubungan langsung maupun tidak langsung untuk menghindari praktik monopoli. Ketentuan larangan tersebut secara jelas diatur dalam UU No.33 Tahun 2009 tentang Perfilman yang salah satu pasalnya menyebutkan pelaku usaha perfilman, diantaranya mencakup pelaku usaha pertunjukan film (bioskop) maupun pelaku usaha impor film. Meskipun diduga kuat melanggar UU tersebut, grup cineplex 21 tidak terjerat hukum sama sekali, meski pada akhirnya omega film, perusahaan yang disangkal oleh cineplex 21 sebagai miliknya itu diblokir oleh pemerintah.

 Analisa Kasus

(18)

- Non-maleficence(to do no harm)

Berdasarkan analisis penulis, terlepas dari benar atau tidaknya terdapat monopoli pasca terhambatnya film hollywood masuk ke Indonesia oleh cineplex 21, maka, sebenarnya hadirnya film bioskop 21 justru membuat publik puas, apalagi kembali hadirnya film hollywood diawali oleh film seri terakhir Harry Potter, Harry Potter and the Deathly Hallows: Part 2 - disusul Trasformers: Dark of the Moon yang ditunggu kehadirannya oleh penggemar film hollywood.

Kasus dugaan monopoli grup cineplex 21 sebenarnya menyakiti sejumlah pengusaha perbioskopan lain di Indonesia. meskipun memang grup cineplex mendominasi film hollywood tetap saja, pengusaha perbioskopan lain merasa dirugikan jika memang omega film adalah kepunyaan grup cineplex. Hal ini disebabkan oleh adanya persaingan yang tidak sehat diantara mereka. David Hilman, Presiden Direktur PT Graha Layar Prima (Blitzmegaplex) mengatakan, terafiliasinya Omega dengan Grup 21 Cineplex membuat bisnis film tidak sehat. “Pemainnya itu-itu saja. Harusnya lebih fair dan tidak memonopoli,” keluhnya. (industri.kontan.co.id:2013).

- Beneficence (to do good)

Grup cineplex 21 melakukan sesuatu yang baik, karena akhirnya mereka menemukan jalan untuk menayangkan film hollywood kembali. Kita memang tidak bisa menampik kenyataan bahwa film hollywood memegang peranan sangat penting dalam mengundang pengunjung bioskop. Namun, disisi lain, jika omega film merupakan perusahaan buatan grup cineplex 21 untuk menyelamatkan mereka dari kebangkrutan, maka ini berarti grup cineplex 21 telah melakukan hal buruk, yaitu memonopoli, yang tentu saja merugikan perusahaan perbioskopan lain.

- Fairness(to be fair and socially responsible)

(19)

21 menguasai 130 diantaranya (finance.detik.com:2013). belum adanya perusahaan yang sebanding dengannya membuat grup cineplex 21 dianggap memonopoli, apalagi ditambah dengan adanya kasus ini, tentu saja, hal ini menambah ketidakadilan pada pihak pebioskop Indonesia lain. mereka semakin kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Bisnis persaingan film yang tidak sehat tentu saja sangat tidak adil.

- Veracity (to tell the truth)

(20)

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Permasalahan monopoli yang disertai tudingan akan pemalsuan perusahaan pengimpor film oleh cineplex, pada akhirnya berakhir begitu saja. Adapun kabar terakhir dari permasalahan ini adalah KPPU yang akan mengadakan penyelidikan terkait kedua perusaahaan. Namun mengenai hasil penyelidikan sama sekali tidak penulis temukan di media berita online resmi tetapi ada kabar terbaru jika masalah ini diselesaikan dengan cara mediasi antara cineplex dengan pesaing (Blitzmegaplex) secara tertutup dengan KPPU. Hal ini menunjukkan bahwa usai tudingan keras dari berbagai pihak, perusahaan cineplex 21 berhasil lolos tanpa sorotan kuat dari media. adapun, disini penulis ingin memberikan langkah-langkah antisipasi masalah untuk Public Relation cineplex 21, diantaranya:

- Public relation harus aktif dan reaktif terhadap keputusan managemen perusahaan. contoh: jika perusahaan memutuskan untuk mengadakan perusahaan buatan untuk mengatasi masalahnya, maka PR harus aktif dengan berbagi pemikiran dengan pihak managemen akan dampak kedepannya dari keputusan untuk membohongi publik. PR harus mengingatkan managemen untuk melihat sisi lain dari keputusan yang akan diambil, sehingga managemen tidak hanya tertuju pada pemikiran mereka untuk mencari keuntungan.

(21)

media menyebarkan hal negatif semakin cepat. dengan adanya perencanaan, maka jika konflik antar kepentingan terjadi maka, PR dapat menyarankan pada direktur untuk segera menjawab tudingan di media.

- PR harus mulai memikirkan untuk menjalin media relation. Penulis menganalisa bahwa hampir sebagian besar media berita online memojokkan perusahaan cineplex 21 didalam pemberitaannya. Untuk itu, PR dapat menyusun program CSR unik dan bernilai sehingga wartawan dapat meliput acara tersebut.

- PR mulai membangun government relation, dimana perusahaan mencoba untuk membantu pemerintah untuk menyelesaikan masalah bisnis perbioskopan indonesia yang semakin meredup. Disini PR harus menunjukkan bahwa perusahaan cineplex 21 menerima dengan terbuka adanya pengusaha bioskop lain di Indonesia. Sebelumnya PR harus mendiskusikan dulu pada pihak managemen dan meyakinkan managemen bahwa brand cineplex 21 sudah sangat terkenal dan mendominasi, sehingga jikalau ada bioskop baru, tidak akan berpengaruh besar terhadap profit dari cineplex 21.

- Sementara dengan perusahaan pesaing yang menilai bahwa mereka telah dirugikan oleh persaingan tidak sehat, maka PR harus meyakinkan perusahaannya bahwa perusahaan pesaing yang hanya memiliki bioskop yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu tidak akan mengganggu perusahaan dalam memperoleh profit, disini, PR harus melengkapi pernyataannya dengan hasil riset dan data-data yang lengkap dan meyakinkan sehingga pihak managemen menyetujuinya. Barulah setelah itu, PR mengadakan sebuah acara yang mengundang perusahaan pesaing dengan tak lupa mengundang media. Didalam acara itu, PR harus menekankan secara halus bahwa perusahaan cineplex 21 menghargai persaingan sehat dan terbuka.

Jika dilihat dari berbagai dua sudut pandang maka dapat dilihat sebagai berikut : - Perusahaan pesaing

(22)

yaitu deontological ethics. Mereka menganggap bahwa perusahaan tidak melakukan kewajiban untuk melakukan hal yang benar, perusahaan cineplex dipandang sebagai perusahaan yang bersaing secara tidak sehat dan memonopoli. - Masyarakat

Dari sisi masyarakat, tampaknya sebagian besar masyarakat tidak begitu peduli dengan adanya monopoli atau tidak, mereka menganggap hal tersebut etis saja karena sudah memenuhi utilitarianism ethics, dimana cineplex 21 telah memaksimalkan kebaikannya sebagai penyedia jasa film hollywood sehingga masyarakat banyak dapat menonton film hollywood lagi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

Dalam persaingan usaha di zaman sekarang sangat rentan dalam melakukan metode yang tidak sehat yaitu metode monopoli dan persaingan curang, karena metode ini sama – sama merugikan para pembisnis lainnya karena adanya posisi dominan dari satu perusahaan oleh karena itu perusahaan hendaklah melakukan persaingan secara sehat agar dunia bisnis terus berjalan secara berkesinambungan satu sama lain antara para pembisnis dan agar terjalin suatu hubungan yang baik satu sama lain antara pembisnis, pemerintah dan masyarakat.

Saran :

Saran yang penulis dapat berikan adalah sebagai berikut :

1. Para pembisnis hendaklah melakukan persaingan usaha secara jujur dan fair antara satu sama lain.

2. Pemerintah harus membuat aturan yang tegas terhadap kasus monopoli dan persaingan curang sehingga para pelanggar akan jera dengan hukumannya.

3. Pemerintah harus mengadakan suatu program audit kepada pembisnis yang diduga melakukan proses persaingan curang agar para pelaku bisnis yang curang ini dapat segera dihentikan karena merugikan para pembisnis lainnya.

(23)

kejadian lalu, yaitu bungkamnya pihak cineplex 21 untuk beberapa saat membuat media menyebarkan hal negatif semakin cepat. dengan adanya perencanaan, maka jika konflik antar kepentingan terjadi maka, PR dapat menyarankan pada direktur untuk segera menjawab tudingan di media.

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

 Campideal. 2010 . Ringkasan hukum anti monopoli dan persaingan usaha. http://campideal.wordpress.com/2010/08/16/ringkasan-hukum-anti-monopoli-dan-persaingan-usaha/

 Alicy Blog. 2011. Undang – Undang anti monopoli dan dampaknya terhadap bisnis usaha kecil. http://alicyborg.blog.com/2011/09/20/undang-undang-anti-monopoli-dan-dampaknya-terhadap-bisnis-usaha-kecil-dan-menengah/  Ruja.com. 2012 . Anti monopoli dan persaingan tidak sehat.

http://rujakcom.blogspot.com/2012/04/anti-monopoli-dan-persaingan-tidak.html  Aindua. 2012 . Anti monopoli dan persaingan curang.

http://aindua.wordpress.com/2012/05/01/anti-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehat/

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan tersebut sejalan dengan data yang didapatkan, dimana kemampuan reaching out para kepala keluarga yang menjadi banjir ini berada pada kategori dibawah

[r]

[r]

73 Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang identitas dan sejarah berdirinya MTsN Jambewangi, data tentang jumlah siswa

Dilihat dari identifikasi masalah dapat diketahui banyaknya masalah yang berkaitan dengan prokrastinasi akademik maka penelitian ini dibatasi. pada hubungan antara

E-Commerce adalah bagian dari e-business karena adanya penggunaan teknologi informasi berupa internet dan jaringan komputer lainnya untuk menjalankan proses bisnis

Pengaruh Pemberian Grit Kerang dan Cahaya terhadap Kualitas Kerabang Telur Ayam Arab (Siiver Brakel krie[). Meisji Liana Sari

namun pada saat di sekolah ia lebih cenderung ketergantungan dengan guru pendampingny a, meski ia dapat melakukan sesuatu hal sendiri namun tetap dalam pendampingan gur,