v Social Responsibility (CSR) "Peduli Lingkungan" conducted by Public Relations of PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung DAOP 2 in improving the company image.
This research using qualitative approach with descriptive method. Data collection techniques used are interviews, literature, internet searching, and documentation. For data analysis techniques which used, include data collection, data reduction, data display, and conclusion drawing data (Verification). The subjects in this research is Public Relations of PT. Kereta Api Indonesia (Persero), the object of research are employees of PT. Kereta Api Indonesia (Persero) and the people of Lebak Jero totaling three people. Researchers choose the three members as an informants of this research by using the purposive sampling techniques.
The results showed that the research that conducted by Public Relation DAOP 2 Bandung approaches first to the people of Lebak Jero, the planning and programming that done is the help given by PT. KAI DAOP 2 Bandung on September 16th 2009 to the people of Lebak Jero according to the program by CSR PT. KAI. The implementation of program conducted by Public Relations DAOP 2 Bandung was the help to covering all activities implemented in the village of Lebak Jero. The program evaluation is carried out by stepping on the next stage, when the activity was successful and had a positive impact for the company
iv
(PERSERO) DAERAH OPERASI(DAOP) 2
BANDUNGDALAM MENINGKATKAN
CITRAPERUSAHAAN
Oleh: Nandini Juanita
Nim. 43307014
Tugas Akhir ini di bawah bimbingan, Tine Agustin Wulandari, S.I.KOM
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) ”Peduli lingkungan” di Desa Lebak Jero Garut yang dilakukan oleh Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung dalam meningkatkan citra perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan Metode Deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, studi pustaka, internet searching, dan dokumentasi. Untuk teknik analisis data yang digunakan, antara lain data collection, data reduction, data display, dan data conclusion drawing (Verification). Subyek dalam penelitian ini adalah Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero), informan penelitiannya adalah karyawan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan masyarakat Desa Lebak Jero yang berjumlah 3 orang. Peneliti memilih ketiga anggota tersebut sebagai informan dari penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Penelitian yang dilakukan oleh Humas DAOP 2 Bandung melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada masyarakat Desa Lebak Jero, perencanaan dan pemograman yang dilakukan adalah bantuan yang diberikan oleh PT. KAI DAOP 2 Bandung pada tanggal 16 September 2009 kepada masyarakat Lebak Jero sesuai dengan program CSR PT. KAI. Pelaksanaan program yang dilakukan oleh Humas DAOP 2 Bandung adalah bantuan meliput seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Desa Lebak Jero. Evaluasi program yang dilakukan adalah dengan melangkah pada tahap selanjutnya, saat kegiatan itu berhasil dan mempunyai dampak positif bagi perusahaan.
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Di tengah persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami Indonesia,
pemerintah harus berperan sebagai koordinator penanganan krisis melaluiCSR
(Corporate Social Responsibilty). Maka dari itu PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
mempunyai program CSR (Corporate Social Responsibilty) sebagai bentuk tanggung
jawab mereka terhadap sosial atau lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.
Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR (Corporate Social
Responsibility) ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian
masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi
dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi manusia
(HAM). Menghadapi tren global dan resistensi masyarakat sekitar perusahaan, Maka
sudah saatnya setiap perusahaan memandang serius pengaruh dimensi sosial,
ekonomi dan lingkungan dari setiap aktivitas bisnisnya, serta berusaha membuat
laporan setiap tahunnya kepada stakeholders.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR (Corporate Social
Responsibility) mungkin masih kurang popular dikalangan pengusaha nasional.
Namun, tidak berlaku bagi pengusaha multinasional. Kegiatan sosial kemasyarakatan
perusahaan-Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Jeneiro Brazilia 1992, menyepakati perubahan paradigma pembangunan, dari pertumbuhan ekonomi (economic growth)
menjadi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Dalam
perspektif perusahaan, di mana keberlanjutan dimaksud merupakan suatu program
sebagai dampak dari usaha-usaha yang telah dirintis, berdasarkan konsep kemitraan
dan rekanan dari masing-masing stakeholders. Banyak ahli, praktisi dan peneliti
belum memiliki kesamaan dalam memberikan definisi, meskipun dalam banyak hal
memiliki kesamaan esensi.
Jhonson and Johnson (2006) mengemukakan definisi mengenai Corporate Social Responsibility (CSR),yaitu bahwa:
“Corporate Social Responsibility (CSR) is about how companies manage the
business processes to produce an overall positive impact on society”.(Jhonson
and Jhonson dalam Nor Hadi, 2011:46)
Definisi tersebut pada dasarnya berangkat dari filosofi bagaimana cara
mengelola perusahaan baik sebagian maupun secara keseluruhan memiliki dampak
positif bagi dirinya dan lingkungan. Dalam hubungannya dengan hal tersebut
diperlukannya kegiatan dan merupakan hal penting yang sangat diperlukan untuk
menjalani setiap kegiatan. Dalam melakukan kegiatannya sendiri yaitu bagian dari
program, yang merupakan ciri dari kegiatan dan akan terdiri dari sekumpulan
tindakan pengerahan sumberdaya yang berupa personil (SDM), barang modal
bentuk barang/jasa.
Bertolak dari paparan tersebut, CSR (Corporate Social Responsibility) di PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) telah di resmikan pada tanggal 16 september 2009
dengan tujuan untuk terus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga asset
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) serta menciptakan citra positif dan peningkatan
kemampuan organisasi atau perusahaan. Jika ditinjau dari misi perusahaan yang salah
satu orientasinya pada profit atau laba perusahaan, maka humas harus dapat
membantu manajemen perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut melalui
program-program yang dapat mendongkrak penjualan, seperti promosi atau publikasi
melalui media massa. Tetapi, humas tidak hanya berorientasi pada profit saja,
melainkan humas berorientasi dalam menjaga nama baik perusahaan dan produk agar
lebih dikenal masyarakat secara luas.
Di lembaga/instansi penyedia jasa seperti, PT. Kereta Api Indonesia (Persero),
fungsi kegiatan ini untuk mencapai tujuan. Dimana kegiatan atau tugas dan fungsi
Humas dijalankan dan dilaksanakan dengan disesuaikan tujuan dari PT. KAI itu
sendiri. Antara lain kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility)“Peduli
Lingkungan“ yang dijalankan oleh Humas dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi 2 Bandung yaitu bantuan yang berupa perlengkapan untuk mesjid,
alat-alat olahraga serta bantuan dana untuk perbaikan fasilitas Mandi Cuci Kakus
(MCK) diserahkan langsung oleh Manajer PKBL CSR (Corporate Social
masyarakat di wilayah Lebakjero dan Garut. Ketiga wilayah itu sendiri terdiri dari
dua kabupaten di Bandung yaitu wilayah RW 11 dan 12 kampung Lebakjero Desa
Ciherang Kecamatan Nagreg serta di Kabupaten Garut yaitu RW 09 Kampung
Kaledong Desa Ganda Mekar. Selain di Lebakjero Garut, PT. KAI pun akan terus
aktif memberikan penghargaan dan membina kemiraan masyarakat di wilayah lain
sepanjang jalur KA seperti di daerah Ciganea Purwakarta, Cibatu, Tasik, dan
daerah-daerah lainnya.
Hubungan antara pentingnya pelaksanaan program tersebut, humas merupakan
pihak yang paling memahami mengenai publik dari suatu
perusahaan/lembaga/instansi. Karena humas bekerja melingkupi ruang publik
tersebut, kegiatan humas berkaitan erat dengan pihak-pihak tesebut. Sehingga dalam
memutuskan suatu kebijakan tertentu, humas sangat lah penting untuk dilibatkan,
karena humas merupakan pemegang informasi yang lengkap mengenai publik-publik
dari perusahaan/lembaga/instansi. Tanpa bantuan dari humas, keputusan atau
kebijakan yang diambil mungkin saja tidak akan tepat mengenai sasaran, karena para
pemimpin perusahaan tidak mengetahui sedikitpun mengenai karakteristik
publik-publiknya. Bukannya menyelesaikan masalah dengan keputusan yang tepat, namun
dengan ketidaktahuan pimpinan, mungkin malah akan semakin memperuncing
masalah. Dalam segala program humas, baik itu jangka panjang maupun jangka
pendek, harus selalu dengan rencana yang sempurna, agar menjadi efektif sesuai
yaitu bahwa:
“Public Relations adalah usaha yang terencana, untuk mempengaruhi pendapat
dalam melakukan pelaksanaan kegiatan yang bertanggungjawab terhadap
masyarakat, yang berdasarkan komunikasi dua arah” (Cutlip & Center,
1999:147).
Berhubungan dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero), dengan
diterapkannya kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility), maka diharapkan
tugas-tugas dan tujuan-tujuan dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) itu sendiri akan
dapat dicapai dengan baik sesuai dengan harapan. Keinginan sebuah organisasi untuk
mempunyai citra yang baik pada publik sasaran berawal dari pengertian yang tepat
mengenai citra sebagai stimulus adanya pengelolaan upaya yang perlu dilaksanakan.
Ketepatan pengertian citra agar organisasi dapat menetapkan upaya dalam
mewujudkannya objek dan mendorong prioritas yang akan dilaksanakan.
Adapun definisi mengenai citra Menurut Soemirat dan Ardianto (2002), antara lain:
“Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan
pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra
seseorang terhadap suatu obyek dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek
tersebut.” (Soemirat dan Ardianto, 2002:111).
Bagi perusahaan citra berarti persepsi masyarakat terhadap jati diri
memiliki citra yang sama pula dihadapan orang. Citra perusahaan menjadi salah satu
pegangan bagi konsumen dalam mengambil keputusan penting. Dengan adanya
penyesuaian karakteristik publik sasaran dengan kegiatan yang dilakukan, maka
diharapkan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan mudah, atau paling
tidak dengan tidak menemui hambatan yang terlalu berarti yang dapat menggangu
pelaksanaan kegiatan tersebut secara keseluruhan. Dengan kata lain, tujuan dan tugas
dari PT. KAI dan Humas itu sendiri antara lain adalah memberikan pemahaman dan
pengertian yang lebih positif dan mendalam kepada masyarakat luas mengenai
kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility), dapat terlaksana dengan baik.
Dimana kemudian masyarakat luas akan memiliki pemahaman yang lebih baik dan
positif mengenai kegiatan tersebut. Sehingga kegiatan “Peduli Lingkungan“ tidak mendapatkan stigma yang buruk di mata masyarakat luas pada umumnya.
Selain itu masyarakat yang dipilih oleh PT. KAI sebagai sasaran kegiatan CSR
(Corporate Social Responsibility) dapat lebih menyadari pentingnya peran serta
mereka dalam proses kegiatan tersebut. Dimana hal ini merupakan salah satu tugas
utama dari Humas PT. KAI Daerah Operasi 2 Bandung, Di PT. KAI, khususnya
Daerah Operasi 2 Bandung. Sebagaimana telah disebutkan bahwa tugas utamanya
adalah sebagai petugas terdepan dalam meningkatkan citra perusahaannya,
ini yaitu, “BAGAIMANA KEGIATAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) “PEDULI LINGKUNGAN” DI DESA LEBAK JERO GARUT OLEH HUMAS PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)
DAERAH OPERASI (DAOP) 2 BANDUNG DALAM MENINGKATKAN
CITRA PERUSAHAAN?”
1.2 Identifikasi Masalah
Dari variabel kegiatan yang terdapat pada rumusan masalah diatas, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana penelitian kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2
Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?
2. Bagaimana perencanaan dan pemograman kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra
Perusahaan?
3. Bagaimana pelaksanaan program kegiatan Corporate Sosial
Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra
humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2
Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?
5. Bagaimana kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung
Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan
Citra Perusahaan.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penelitian kegiatan Corporate Sosial
Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan
Corporate Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam
Meningkatkan Citra Perusahaan.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan program kegiatan Corporate
Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan
Citra Perusahaan.
4. Untuk mengetahui evaluasi kegiatan Corporate Sosial
Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan
Citra Perusahaan.
5. Untuk mengetahui kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR)
oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi
(DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu kegunaan secara
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu
komunikasi di bidang kehumasan mengenai kegiatan humas dalam
meningkatkan citra perusahaannya. Selain itu, diharapkan dapat bermanfaat
sebagai bahan literatur bagi mahasiswa lainnya pada penelitian selanjutnya.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Kegunaan bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat membuat peneliti lebih
memahami kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh Humas
secara lebih mendalam, khususnya tentang Kegiatan CSR
(Corporate Social Responsibilty)”kemudian dapat menambah
pengalaman bagi peneliti mengenai profesi Humas dalam
suatu perusahaan.
2. Kegunaan bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan
wawasan tentang Kegiatan CSR (Corporate Social
Responsibilty) bagi Universitas, khususnya program studi
Bandung
Bagi kantor PT Kereta Api Indonesia (persero) Bandung,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang
kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty) yang
dilakukan oleh Humas DAOP 2 Bandung dalam meningkatkan
citra perusahaannya.
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Kerangka Teoritis
Keberadaan PR dalam suatu organisasi terutama difungsikan untuk
menunjang fungsi-fungsi manajemen perusahaan untuk mencapai tujuan
bersama salah satunya dengan melakukan sebuah pogram/kegiatan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kegiatan adalah “aktivitas, usaha, pekerjaan kekuatan kegairahan dan ketangkasan (dalam berusaha).” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:375).
Keberadaan humas dalam suatu organisasi terutama difungsikan untuk
menunjang fungsi-fungsi manajemen perusahaan untuk mencapai tujuan
bersama. Adanya berbagai kemajuan telah mengakibatkan terjadinya
pembaruan dalam masyarakat. Cara hidup masyarakat yang semakin modern
dalam bidang-bidang tertentu, semakin mempengaruhi fungsi tersebut. Kondisi
mengelola pemanfaatan sumber daya organisasi untuk penyelenggaraan
komunikasi 2 arah antara organisasi dan publiknya. Kaitan antara humas
dengan konsep manajemen menghasilkan pemahaman akan
pentingnya humas/public relations, seperti dinyatakan oleh Mc Elreath (1993): “Management PR berarti melakukan penelitian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi terhadap berbagai kegiatan komunikasi yang disponsori oleh organisasi. Bentuk kegiatan komunikasi dapat berupa penerbitan brosur perusahaan, pertemuan-pertemuan kelompok kecil sampai pada kegiatan yang sangat kompleks seperti konferensi pers
dengan menggunakan satelit”.(Mc Elreathdalam Ruslan,2010:31)
Dari pernyataan tersebut manajemen public relations dipahami sebagai
bentuk pengelolaan public relations dengan menerapkan fungsi-fungsi
manajemen yaitu dengan menjalankan penelitian, perencanaan dan evaluasi
terhadap program yang dijalankan.
Keterangannya sebagai berikut:
1. Penelitian
Pada dasarnya, penelitian merupakan cara yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari publik baik internal maupun eksternal
untuk memahami masalah yang dihadapi dengan akurat dan metode
ilmiah.
2. Perencanaan dan pemrograman
Perencanaan dan pemograman merupakan segala informasi atau
untuk pemecahannya. Perencanaan Public Relations merupakan
suatu proses berkesinambungan dan selalu memerlukan peninjauan
agar tindakan yang diambil sesuai dengan aturan yang ditetapkan.
Sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam perencanaan
program antara lain: sifat, waktu dan lingkungan. Perencanaan juga
harus memperhatikan situasi di dalam maupun di luar organisasi,
serta pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan tersebut.
3. Pelaksanaan program
Pelaksanaan program merupakan tahap dimana rencana program
yang telah ditetapkan dilaksanakan atau diimplementasikan ke
dalam suatu bentuk program aksi sebagai langkah nyata pemecahan
masalah PR yang dihadapi. Pelaksanaan Program ini dapat berupa
program tindakan maupun program komunikasi yang kesemuanya
merupakan cara atau proses untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Evaluasi
Merupakan suatu tahapan yang dilaksanakan untuk menentukan
atau memperlihatkan nilai suatu program termasuk pengelolaan
maupun hasil atau dampak pelaksanaannya. Melalui evaluasi, PR
langkah selanjutnya yang seharusnya dilakukan.
Pada dasarnya tujuan sentral PR adalah untuk menunjang manajemen
yang berupaya mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Meskipun tujuan
setiap organisasi berbeda tergantung dari sifat organisasi tersebut, tetapi dalam
kegiatan humas terdapat kesamaan yakni membina hubungan yang harmonis
antara organisasi dengan publik dalam membentuk citra positif. Hubungan yang
baik atau harmonis dalam PR mengandung arti luas, yakni sikap menyenagkan
(favorable), itikad baik (good will), toleransi (tolerance), saling pengertian
(mutual understanding), saling mempercayai (mutual confidence), saling
menghargai (mutual appreciation), dan citra baik (good image). Penampilan
dan sikap seorang PR dalam mencapai tujuan organisasi dengan cara
menciptakan kesan yang baik akhirnya dapat melekat dan mempengaruhi citra
dari perusahaan yang diwakilinya.
Dari pernyataan tersebut manajemen humas dipahami sebagai bentuk
pengelolaan humas dengan menerapkan fungsi-fungi manajemen terhadap
program yang dijalankan, sehubungan dengan diadakannya kegiatan CSR
(Corporate Social Responsibilty) tersebut. Selain itu untuk meningkatkan
kemampuan Humas tentang teknik-teknik membangun citra, sebagai salah satu
diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang
fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu obyek
dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut (Soemirat dan Ardianto,
2002:111).
1.5.2 Kerangka Konseptual
Dalam kerangka konseptual ini, akan mengaplikasikan teori yang
digunakan sebagai landasan penelitian dengan keadaan yang ada di lapangan.
Landasan teori yang digunakan tersebut dikemukakan oleh Mc Elreath
mengenai manajemen humas dipahami sebagai bentuk pengelolaan humas
dengan menerapkan fungsi-fungi manajemen yaitu dengan menjalankan
penelitian, perencanaan dan evaluasi terhadap program yang dijalankan,
sehubungan dengan diadakannya kegiatan CSR (Corporate Social
Responsibilty) “Peduli Lingkungan” tersebut.
Dimana pengaplikasian dari teori-teori tersebut dituangkan menjadi
satu, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian
Dalam hal ini, terdiri dari tahap pencarian data, humas PT. KAI
DAOP 2 Bandung mencari data dan fakta yang ada di lapangan,
sesuai dengan tujuan dari program yang akan dijalankan.
2. Perencanaan dan pemrograman
Perencanaan dan pemrograman ini berisikan segala kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh PT. KAI DAOP 2 Bandung, yang masih
membutuhkan penyesuaian dengan data dan fakta yang ada di
lapangan, sehingga rencana yang disusun menjadi matang dan tepat
sasaran.
3. Pelaksanaan program
Dalam hal ini telah ditetapkan program yang akan dilaksanakan oleh
PT. KAI DAOP 2 Bandung yaitu kegiatan CSR (Corporate Social
Responsibilty) sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap
sosial atau lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, oleh
karena itu kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty) ini
merupakan salah satu tahap yang turut menentukan suksesnya
pekerjaan divisi humas keseluruhan.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir setelah tahap-tahap penelitian,
perencanaan dan pelaksanaan program. Tidak jarang perubahan
suatu program yang telah direncanakan akan memberikan dampak
yang dilakukan.
PT. KAI DAOP 2 Bandung yang bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi Humas, karena merupakan salah satu komponen yang
siap untuk mendukung setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Sesuai dengan
fungsinya Humas PT. KAI DAOP 2 Bandung dalam meningkatkan citra PT.
KAI DAOP 2 Bandung sudah menjalankan tugasnya dengan baik.
1.6 Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pertanyaan-petanyaan penelitian yang bertujuan
dapat memberikan sebuah arahan pada penelitian. Peneliti mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan secara tebuka kepada subjek penelitian.
Dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Penelitian kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam
Meningkatkan Citra Perusahaan
a. Bagaimana persiapan pencarian data analisis kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan
Citra Perusahaan?
b. Bagaimana proses pencarian data kegiatan (Corporate Sosial
Perusahaan?
c. Informasi apa saja yang diperoleh dalam kegiatan (Corporate Sosial
Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra
Perusahaan?
d. Siapa saja yang melakukan pencarian data kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra
Perusahaan?
2. Perencanaan dan pemograman analisis kegiatan (Corporate Sosial
Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah
Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan
a. Bagaimana merumuskan informasi menjadi rencana kegiatan
(Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam
Meningkatkan Citra Perusahaan?
b. Bagaimana merumuskan sifat rancana kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra
Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra
Perusahaan?
d. Bagaimana penentuan rencana waktu kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra
Perusahaan?
e. Bagaimana tujuan dari rencana kegiatan (Corporate Sosial
Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra
Perusahaan?
f. Bagaimana penentuan anggaran dalam mrencanakan kegiatan
(Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam
Meningkatkan Citra Perusahaan?
g. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra
CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi
(DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan.
a. Kapan dilaksanakannya kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi
(DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?
b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi
(DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan ?
c. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra
Perusahaan ?
4. Evaluasi analisis kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh
humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2
Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan
a. Kapan dilaksanakannya evaluasi kegiatan (Corporate Sosial
Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra
humas PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasi (DAOP) 2
Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan ?
c. Bagaimana dampak kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR
oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi
(DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan ?
d. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan (Corporate Sosial Responsibility) CSR oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung Dalam Meningkatkan Citra
Perusahaan ?
5. Bagaimana analisis kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) oleh humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (DAOP) 2
Bandung Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan?
6. Bagaimana tanggapan anda ketika PT. KAI akan mengadakan kegiatan di Desa Lebak Jero ?
7. Bagaimana kegiatan yang diinginkan warga Lebak Jero terkait rawan
pencurian asset PT. KAI yang selama ini warga Lebak Jero laporkan?
8. Bagaimana yang anda ketahui mengenai kegiatan CSR “Peduli
Lingkungan” yang dilakukan oleh PT. KAI?
9. Bagaimana manfaat dari diadakannya kegiatan tersebut?
10.Bagaimana program yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan warga
tersebut?
12.Bagaimana harapan warga Lebak Jero khususnya ketua RW terhadap PT.
KAI dan program CSR berikutnya?
13.Bagaimana staf RW dan warga Lebak Jero ikut berperan aktif dalam perencanaan kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) “Peduli Lingkungan” PT. KAI, dan apa peran serta dalam perencanaan tersebut?
14.Bagaimana ketika dilaksanakan program tersebut, siapa saja yang terlibat
dalam kegiatan tersebut?
15.Bagaimana warga Lebak Jero merasa puas terhadap program yang
diberikan oleh PT.KAI?
1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan Metode
Deskriptif. Penelitian kualitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti
objek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrument kunci.
Adapun definisi penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor :
“Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif beruapa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.” (Moleong, 2004:4) Sedangkan Metode Deskriptif adalah
Penelitian Komunikasimendefinisikan deskriptif analisis sebagai berikut:
“…… Suatu metode yang membahas masalah dengan memaparkan,
menafsirkan dan menulikan suatu keadaan atau peristiwa yang kemudian dianalisis serta mengambil kesimpulan dari masalah yang di bahas. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau
membuat prediksi.” (Rakhmat, 2009 : 24).
Melalui metode deskriptif, peneliti akan menggambarkan masalah yang akan
dibahas berdasarkan data-data yang dimaksud sebagai suatu proses analisis untuk
mencari relevansi dari data yang diperoleh yang mendeskripsikan mengenai kegiatan
CSR (Corporate Social Responsibilty) “Peduli Lingkungan” di Desa Lebak Jero Garut oleh Humas PT.Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung
Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan.
1.8 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
1.8.1 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mempermudah penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik
pengumpulan data seperti :
1. Wawancara (Interview)
Menurut Berger dalam kriyantono “Wawancara adalah percakapan
antara periset (seseorang yang berharap mendapatkan informasi)
dan informan (seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya, dengan
narasumber yang berjumlah tiga orang yaitu Bapak.
Bambang.S.Prayitno, selaku Humas daerah (Humasda), Bapak.
Murtanto, selaku Kepala Stasiun dan Bapak. Agus, selaku ketua
RW di Lebakjero.
2. Studi Pustaka
Untuk melengkapi data yang sudah didapat penulis menggunakan
referensi yang ada hubungannya dengan masalah yang akan penulis
bahas, yaitu dengan membaca buku-buku, literatur-literatur maupun
majalah-majalah yang ada hubungannya dengan kegiatan Public Relations, Penelitian tersebut mempunyai maksud yaitu untuk memperoleh data sekunder. Selain studi kepustakaan dimaksud untuk
memperoleh telaah teori-teori komunikasi, Public Relations dan
teori-teori pendukung yang dapat memberikan penjelasan mengenai
pokok-pokok permasalahan yang di teliti.
3. Internet Searching
Peneliti juga menggunakan internet searching untuk melengkapi
sebagai referensi dalam tugas akhir ini. Internet Searching memiliki
pengertian yaitu “Suatu pencarian data melalui website guna
melengkapi data penelitian yang saling terhubung ke seluruh dunia
Sidharta,1996,10).
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau katya-katya
monumental yang berhubungan dengan penelitian.
1.8.2 Analisis Data
Definisis analisis data menurut Sugiyono dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif, antara lain :
“Analisis data adalah mencari dan menyususn secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara. Catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisir data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususn ke dalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehungga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain”. (Sugiyono, 2005:89)
Analisis data dilakukan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah analisis data kualitatif dengan menerapkan konsep dari Miles and
Huberman (1984), yang terdiri dari :
1. Data collection, merupakan kegiatan pengumpulan data-data yang ada terlebih dahulu.
membuang data yang tidak diperlukan, dan mengorganisasi data.
3. Data display, merupakan kegiatan memperlihatkan data yang diperoleh setelah direduksi terlebih dahulu.
4. Conclusion drawing (verification), merupakan kegiatan membuat kesimpulan dengan menggambarkan atau memverifikasi data-data
yang diperoleh.
1.9 Subjek Penelitian dan Informan
1.9.1 Subjek Penelitian
Dimana subjek penelitian ataupun tempat memperoleh keterangan
penelitian ialah PT. Kereta Api Indonesia (Persero)Daerah Operasi 2 Bandung
dengan sumber keterangan/informasi yang diperoleh dari Divisi Humas
PT.Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung. Sebagaimana
dijelaskan di atas bahwa jenis penelitian ini adalah kualitatif, sehingga kuantitas
subjek penelitian bukanlah hal yang utama. Effendy dalam bukunya Penelitian
Survey menyatakan bahwa “Subjek penelitian merupakan bagian terkecil dari suatu lembaga yang dijadikan subjek/sasaran dalam penelitian deskriptif”
(Singarimbun dan Effendy, 1989:108). Dalam penelitian ini, jumlah subjek
penelitian adalah enam orang, yang terdiri dari beberapa bagian Humas Daop 2
Bandung dan masyarakat wilayah Lebakjero. Berikut ini adalah daftar subjek
Subjek penelitian
Sumber : Catatan Peneliti Pada Saat Penelitian 2011
Berdasarkan tabel 1.1 diatas keenam orang inilah yang akan dimintai
keterangan dalam penelitian ini, karena dianggap yang paling mengetahui tentang
kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty) “Peduli Lingkungan”.
1.9.2 Informan
Pengertian informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan
baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi
kepada peneliti. “Dalam penelitian kualitatif posisi nara sumber sangat penting,
sebagai individu yang sangat penting”. Informan merupakan tumpuan
pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkap permasalahan penelitian.
HB Sutopo (2002:50)
No Nama Jabatan Jenis Kelamin
1 Bambang.S.Prayitno Kepala Humasda Laki-Laki
2 U. Rusen Permana Staff Humasda Laki-Laki
3 Moch. Husni Staff Humasda Laki-Laki
4 Dedi Mulyadi Assisten Kepala Stasiun Laki-Laki
5 Agus Ketua RW Kp. Lebakjero Laki-Laki
total subjek penelitian yang diperoleh, maka teknik penarikan informan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Dimana
purposive sampling adalah “suatu teknik penarikan sampel dengan cara
memilih orang-orang tertentu karena dianggap berdasarkan penilaian tertentu
mewakili statistik, tingkat signifikansi, dan prosedur pengujian hipotesis”
(Rakhmat, 2009:97).
Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, karena yang paling
mengetahui tentang analisis kegiatan CSR (Corporate Social Responsibilty)
“Peduli Lingkungan”. Diantara sekian banyak informan tersebut, ada yang
disebut narasumber kunci (key informan) seseorang atau beberapa orang, yaitu
orang atau orang-orang yang paling banyak menguasai informasi (paling
banyak tahu) mengenai objek yang sedang diteliti.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2 Informan Penelitian
Sumber : Catatan Peneliti Pada Saat Penelitian 2011
No Nama Jabatan Jenis Kelamin
1 Bambang.S.Prayitno Kepala Humasda Laki-Laki
2 Dedi Mulyadi Assisten Kepala Stasiun Laki-Laki
1.10.1 Lokasi
Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan data sebagai
syarat penulisan Tugas Akhir ini, penulis memilih PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung yang berada di Jalan Stasiun Selatan No.25 Bandung 40181, Jawa barat, Indonesia
Telp. (022) 4230150-4230147
1.10.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan maret 2011 sampai dengan
Penulisan penelitian memiliki sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini, berisikan mengenai latar belakang
masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran,
pertanyaan penelitian, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, Subjek Penelitian dan Informan,
lokasi dan waktu penelitian, dan sistematika
penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini, berisikan mengenai teori-teori dan
definisi-definisi yang dapat membantu peneliti dalam
menjawab pertanyaan penelitiannya dan mencapai
tujuan penelitiannya. Antara lain tinjauan mengenai
definisi Humas yaitu ciri dan fungsi humas,
perencanaan program PR, tujuan dan sasaran Humas.
Tinjauan mengenai kegiatan CSR (Corporate Social
Responsibilty), yaitu definisi dan klasifikasinya, dan
tinjauan mengenai citra, jenis-jenis citra dan proses
Dalam bab ini, akan dibahas mengenai sejarah
perusahaan / instansi tempat dilakukannya penelitian,
juga mengenai divisi Humas. Serta menjelaskan
tentang tugas pokok dan fungsi, logo perusahaan,
moto perusahaan, serta struktur organisasi.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, berisikan mengenai hasil penelitian
yang terdiri dari deskripsi informan, deskripsi hasil
penelitian dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini, berisikan mengenai kesimpulan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Humas 2.1.1 Definisi Humas
Istilah Public Relations yang di Indonesia secara umum diterjemahkan
menjadi Hubungan Masyarakat, sebenarnya baru dikenal pada abad ke-20,
namun gejalanya sudah tampak sejak abad-abad sebelumnya, unsur-unsur
dasarnya memberi informasi, membujuk, dan mengintegrasikan khalayak selalu
tampak dalam kehidupan masyarakat zaman dahulu.
Gejala tersebut terlihat pada adanya hubungan yang harmonis diantara
individu-individu, individu dengen kelompok, ataupun antar kelompok, di
dalam pergaulan mereka. Pada dasarnya, humas (hubungan masyarakat)
merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi,
baik itu organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun organisasi
yang nonkomersial. Mulai dari yayasan, perguruan tinggi, dinas militer, sampai
dengan lembaga-lembaga pemerintah, bahkan pesantren pun memerlukan
humas.
Karena begitu banyaknya definisi yang berkembang dari banyak tokoh,
maka para praktisi public relations / humas yang berasal dari berbagai negara di
dunia, yang tergabung dalam “The International Public Relations Association”
Dimana definisi terebut diharapkan dapat diterapkan dan dipraktekkan
secara bersama-sama. Defenisinya adalah sebagai berikut :
“Hubungan Masyarakat adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang
berencana dan berkesinambungan, yang dengan itu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin ada hubungannya dengan jalan menilai pendapat umum diantara mereka, untuk mengorelasikan, sedapat mungkin, kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas, mencapai kerjasama yang lebih produktif dan pemenuhan kepentingan
bersama yang lebih efisien”.
Definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat dikatakan sebagai
definisi yang lengkap, karena mengandung semua unsur / faktor yang memang
sudah seharusnya ada dalam humas. (Anggoro, 2008:1-2)
Sedangkan menurut Rex F. Harlow dalam bukunya yang berjudul A model for Public Relations Education for Professional Practise (1978),
menyatakan bahwa:
2.1.2 Ciri Humas
Ciri adalah tanda yang khas untuk mengenal dan mengetahui. Fungsi
atau dalam bahasa Inggris disebut dengan function, bersumber pada perkataan
bahasa latin, function yang berarti penampilan, pembuatan pelaksanaan, atau
kegiatan. Dalam kaitannya dengan humas, maka humas dalam suatu organisasi
dikatakan berfungsi apabila humas itu menunjukan kegiatan yang jelas, yang
dapat dibedakan dari kegiatan lainnya. Berfungsi atau tidaknya humas dalam
sebuah organisasi dapat diketahui dari ada tidaknya kegiatan yang menunjukan
ciri-cirinya. Ciri-ciri tersebut sebenarnya secara implicit telah diterangkan
dimuka tetapi untuk memperoleh kejelasan mengenai fungsi humas, ada
baiknya kiranya apabila ciri-ciri tersebut secara gamblang ditegaskan. Seperti
yang dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy, ciri humas antara lain:
1. Komunikasi yang dilancarkan berlangsung dua arah secara
timbal-balik.
2. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari penyebaran informasi,
penggiatan persuasi, dan pengkajian pendapat umum.
3. Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan organisasi tempat humas
menginduk.
4. Sasaran yang dituju adalah khalayak didalam organisasi dan
khalayak diluar organisasi.
5. Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan yang harmonis
2.1.3 Fungsi Humas
Humas sebagai ujung tombak suatu organisasi atau perusahaan memiliki
bemacam-macam dan sangat kompleks. Dimana fungsi tersebut secara umum
adalah sama antara humas di suatu organisasi atau perusahaan dengan
organisasi atau perusahaan lainnya. Hanya saja akan berbeda dalam
pelaksanaannya di lapangan, karena disesuaikan dengan tujuan dari organisasi
tersebut.
Berdasarkan ciri khas Humas, menurut pakar Humas Internasional
Cutlip, Center and Canfield (1982) fungsi public relations dapat dirumuskan,
sebagai berikut :
a. Menunjang aktifitas utama manajemen dalam mencapai tujuan
bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi)
b. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan
publiknya yang merupakan khalayak sasaran.
c. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini,
persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang
diwakilinya, atau sebaliknya.
d. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran
e. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus
informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya,
demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak. (Cutlip, Center
and Canfield dalam Ruslan,2010:19)
2.1.4 Humas Sebagai Fungsi Manajemen
2.1.4.1 Manajemen Humas
Pelaksanaan komunikasi timbal balik antara
lembaga/orgamisasi san publiknya dilakukan oleh pihak Humas
dengan membentuk “Manajemen Humas” baik secara teknis
operasional maupun manajerialnya. Oleh karena itu, pejabat Humas
dan stafnya mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk
menyusun program acara (special events program & agenda setting)
mulai dari pengumpulan data, mendefinisi masalah, melakukan
perencanaan, pelaksanaan, komunikasi hingga mengadakan
pengawasan/penilaian hasil yang dicapai secara kualitas maupun
Faktor yang cukup penting dalam berhasil atau tidaknya
pelaksanaan program acara atau aktivitas kerja Humas yang disususn
tersebut, adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan kerja dan komunikasi dari Humas
untuk mencapai tujuan utama.
2. Bagaimana peranan untuk pelaksanaanya, dan menilai
program kerja Humas.
3. Bagaimana menyelenggarakan komunikasi dua arah
timbal balik, yaitu dalam :
a. Penyampian pesan (massage)
b. Mengolah dan menyalurkan arus informasi
(communication channel) kepada publiknya
(komunikasi) dengan tujuan untuk mencapai citra
positif (effect) bagi organisasi yang diwakilinya itu.
(Cutlip.et.al. Dalam Ruslan, 1998:29)
2.1.4.2 Perencanaan Program PR
Menurut Cutlip, Centre & Broom, (2000) perencanaan
program PR harus didasarkan kepada analisis lingkungan situasi dan
1. A searching look backward, yaitu penelusuran masa lampau
atau sejarah organisasi untuk menetapkan faktor-faktor yang
memegang peranan penting dalam situasi yang sedang terjadi.
2. A deep look inside, yaitu penelaahan terhadap fakta-fakta dan
pendapat yang dipertimbangkan, dipandang dari sudut tujuan
organisasi dan kemampuan internal organisasi.
3. A wide look around, yaitu melihat
kecenderungan-kecenderungan yang ada pada aspek (politik, social, dan
ekonomi) di sekeliling kita, serta situasi dan kondisi saat ini
untuk rencana mendatang.
4. A long long looks ahead (jauh memandang ke depan) yaitu
tujuan dan pelaksanaan program organisasi ditentukan
berdasarkan misi organisasi yang cukup realistic dan
kemundahan dalam mencapai tujuan. Kesesuaian perencanaan
dan program Public Relations, serta prospek organisasi di
masa mendatang. (Cutlip, Centre & Broom dalam Ruslan,
2010:157)
2.1.4.3 Fungsi Manajemen PR
Keberadaan PR dalam suatu organisasi terutama difungsikan
untuk menunjang fungsi-fungsi manajemen perusahaan untuk mencapai
terjadinya pembaruan dalam masyarakat. Cara hidup mesyarakat yang
semakin modern dan semakin terspesialisasi dalam bidang-bidang
tertentu, semakin mempengaruhi fungsi tersebut. Kondisi di atas jelas
memerlukan keahlian khusus di bidang PR. Praktisi PR dituntut
kemempuannya untuk mengkoordinasikan atau mengelola pemanfaatan
sumber daya organisasi untuk penyelenggaraan komunikasi 2 arah
antara organisasi dan publiknya. Kaitan antara PR dengan konsep
manajemen menghasilkan pemahaman akan pentingnya public relations,
seperti dinyatakan oleh Mc Elreath (1993):
“Management PR berarti melakukan penelitian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi terhadap berbagai kegiatan komunikasi yang disponsori oleh organisasi. Bentuk kegiatan komunikasi dapat berupa penerbitan brosur perusahaan, pertemuan-pertemuan kelompok kecil sampai pada kegiatan yang sangat kompleks seperti konferensi pers dengan
menggunakan satelit”.(Mc Elreath,dalam Ruslan 2010:31) Dari pernyataan tersebut manajemen public relations
dipahami sebagai bentuk pengelolaan public relations dengan
menerapkan fungsi-fungi manajemen yaitu dengan menjalankan
penelitian, perencanaan dan evaluasi terhadap program yang
dijalankan.
Keterangannya sebagai berikut:
1. Penelitian
Pada dasarnya, penelitian merupakan cara yang digunakan
maupun eksternal untuk memahami masalah yang dihadapi
dengan akurat dan metode ilmiah.
2. Perencanaan dan pemrograman
Perencanaan dan pemograman merupakan segala informasi
atau data masukan atau input yang diperoleh berkaitan
dengan hal atau permasalahan yang dihadapi ke dalam
bentuk rencana tindakan untuk pemecahannya
Perencanaan Public Relations merupakan suatu proses
berkesinambungan dan selalu memerlukan peninjauan agar
tindakan yang diambil sesuai dengan aturan yang
ditetapkan. Sejumlah prinsip yang harus diperhatikan
dalam perencanaan program antara lain: sifat, waktu dan
lingkungan. Perencanaan juga harus memperhatikan situasi
di dalam maupun di luar organisasi, serta pihak-pihak yang
terlibat dalam perencanaan tersebut.
3. Pelaksanaan program
Pelaksanaan program merupakan tahap dimana rencana
program yang telah ditetapkan dilaksanakan atau
diimplementasikan ke dalam suatu bentuk program aksi
sebagai langkah nyata pemecahan masalah PR yang
dihadapi. Pelaksanaan Program ini dapat berupa program
merupakan cara atau proses untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
4. Evaluasi
Merupakan suatu tahapan yang dilaksanakan untuk
menentukan atau memperlihatkan nilai suatu program
termasuk pengelolaan maupun hasil atau dampak
pelaksanaannya. Melalui evaluasi, PR akan mengetahui
faktor-faktor yang menjadi kegagalan ataupun keberhasilan
suatu program, sehingga dapat ditentukan langkah-langkah
selanjutnya yang seharusnya dilakukan. Pada dasarnya
tujuan sentral PR adalah untuk menunjang manajemen
yang berupaya mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan. Meskipun tujuan setiap organisasi berbeda
tergantung dari sifat organisasi tersebut, tetapi dalam
kegiatan humas terdapat kesamaan yakni membina
hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik
dalam membentuk citra positif. (Mc Elreath, dalam Ruslan,
2010:31)
Dalam manajemen, manusia merupakan strategic component
atau komponen strategis karena peranannya sangat penting.
Manajemen dewasa ini lebih cenderung mengandung filsafat people
atau alat produksi semata-mata, melainkan faktor penunjang dan
pendorong dalam mencapai tujuan karena pada hakikatnya ia adalah
insan yang berkepribadian, berakal, berperasaan, berkemampuan, dan
bercita-cita.
2.1.5 Sasaran PR
Sasaran hubungan masyarakat adalah sasaran komunikasi manajemen.
Dalam usaha mencapai tujuan manajemen secara efektif, manusia-manusia
yang menjadi sasaran hubungan masyarakat dibagi menjadi dua kelompok
besar, disebut khalayak dalam dan khalayak luar. Khalayak dalam (intern
public) adalah khalayak yang bergiat didalam organisasi yang pada umumnya
merupakan karyawan, sedangkan khalayak luar (external public) adalah mereka
yang berada diluar organisasi, tetapi ada hubungannya dengan organisasi.
(Effendy, 2009:135)
1. Hubungan ke Dalam
Hubungan kedalam pada umumnya adalah hubungan dengan para
karyawan. Yang dimaksud dengan karyawan disini ialah semua
pekerja, baik pekerja halus yang berpakaian bersih diruang kantor
yang serba bersih pula maupun bekerja kasar seperti sopir atau
pesuruh. Dengan senantiasa berkomunikasi dengan mereka akan
harapanya. Sebagai wakil organisasi, kepala humas harus
menciptakan dan selanjutnya membina komunikasi dua arah, baik
secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal disatu pihak ia
menyebarkan informasi seluas-luasnya kepada karyawan, dilain
pihak ia menampung segala keluhan, tanggapan, keinginan para
karyawan, kemudian menyampaikannya kepada pimpinan
organisasi untuk memecahkan segala permasalahannya. Ia
bertindak sebagai mediator.
Dalam melaksanakan kegiatan komunikasi ke bawah (downward
communication), informasi dapat dilakukan dengan mengadakan
rapat, memasang pengumuman, menerbitkan majalah intern, dan
sebagainya. Dalam rangka membina komunikasi ke atas (upward
communication) untuk mengetahui opini para karyawan dapat
dilakukan dengan mengadakan pertemuan untuk menampung
pendapat, mengadakan rubrik khusus dalam majalah intern,
mengadakan kotak saran untuk menampung saran-saran bagi
2. Hubungan ke Luar
Hubungan keluar atau bisa disebut external public relations,
dilakukan dengan khalayak diluar organisasi. Khalayak mana yang
harus menjadi sasaran pembinaan hubungan bergantung pada sifat
dan ruang lingkup organisasi itu sendiri. Relasi perusahaan tidak
akan sama benar dengan relasi jawatan pemerintah atau instansi
militer. Meskipun demikian, ada beberapa khalayak yang
sama-sama menjadi sasaran kegiatan semua organisasi sehingga harus
senantiasa menjalin hubungan yang tetapi, yakni hubungan dengan
masyarakat sekitar (community relations), hubungan dengan
jawatan pemerintah (goverment relations), hubungan dengan pers
(press relations).
Seperti halnya dengan community relations dan goverment
relations, dalam rangka membina press relations dapat dilakukan
kegiatan yang sama seperti mengadakan anjang sana kepada staf
redaksi, mengucapkan selamat jika sebuah media massa berulang
tahun, mengucapkan bela sungkawa jika ada wartawan yang
mendapatkan musibah, mengajak para wartawan mengadakan
pertandingan olah raga, atau sama-sama berdarmawisata sehingga
Menurut H. Fayol (1998) beberapa kegiatan dan sasaran PR, adalah sebagai berikut :
1. Membangun identititas dan citra perusahaan (Building
corporate identity and image)
a. Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif
b. Mendukung kegiatan komunikasi timbale balik dua arah
dengan berbagai pihak.
2. Menghadapi krisis (Facing of Crisis)
a. Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis
yang terjadi dengan membentuk manajemen krisis dan PR
Recovery of image yang bertugas memperbaiki lost of
image and damage.
3. Mempromosikan Aspek Kemasyarakatan (Promotion public
causes)
a. Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik
b. Mendukung kegiatan kampanye social anti merokok, serta
menghindari obat-obatan terlarang, dan sebagainya. (Fayol
2.1.6 Tujuan dan Sasaran Humas
Dalam melaksanakan kegiatannya, humas memiliki tujuan yang sesuai
dengan tujuan dari suatu organisasi atau perusahaan. Maka dari itu dikatakan
bahwa tujuan sentral humas yang akan dicapai adalah tujuan organisasi, sebab
humas dibentuk atau digiatkan guna menunjang management yang berupaya
mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi yang diperjuangkan oleh
manajemen dan ditunjang oleh humas itu bergantung pada sifat organisasi.
Tujuan organisasi dalam bentuk perusahaan berbeda dengan organisasi yang
berbentuk universitas, berbeda pula dengan organisasi yang berbentuk
pemerintahan, dan sebagainya. Sehingga kegiatan yang dilakukan pun akan
berbeda satu sama lain, bergantung pada sifat organisasinya dan apa tujuan dari
organisasi tersebut.
Sebagai contoh, organisasi yang berbentuk perusahaan cenderung
memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari
produk barang atau jasa yang mereka tawarkan. Sehingga tujuan humasnya pun
adalah menunjang perusahaan tersebut dalam mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Antara lain dengan mengadakan bazaar, ataupun dengan
mengadakan sayembara berhadiah. Sifat humas disini hampir serupa dengan
marketing, namun humas memiliki tanggungjawab lebih kompleks lagi. Antara
lain menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan pelanggan tetap
misalnya, dengan distributor, maupun dengan para karyawan (kegiatan
2.2 Tinjauan Tentang Kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR)
2.2.1 Definisi Kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kegiatan adalah “aktivitas,
usaha, pekerjaan kekuatan kegairahan dan ketangkasan (dalam berusaha).”
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:375).
Adapun definisis kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)
menurut Jhonson and Johnson (2006) mengemukakan definisi mengenai
Corporate Social Responsibility (CSR),yaitu bahwa:
“Corporate Social Responsibility (CSR) is about how companies manage the
business processes to produce an overall positive impact on society”. (Jhonson
and Johnson dalam Nor Hadi, 2011:46)
Definisi tersebut pada dasarnya berangkat dari filosofi bagaimana cara
mengelola perusahaan baik sebagian maupun secara keseluruhan memiliki
dampak positif bagi dirinya dan lingkungan.
Perusahaan yang menjalankan model bisnisnya dengan berpijak pada
prinsip-prinsip etika bisnis dan manajemen pengelolaan sumber daya alam yang
strategik dan sustainable akan dapat menumbuhkan citra positif serta
mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat (Wibisono dalam Nor
membantu perusahaan menciptakan citra positifnya maka perusahaan
seharusnya melihat Corporate Social Responsibility bukan sebagai sentra biaya
(cost center) melainkan sebagai sentra laba (profit center) di masa mendatang.
Logikanya sederhana, jika Corporate Social Responsibility diabaikan kemudian
terjadi insiden. Maka biaya yang dikeluarkan untuk biaya recovery bisa jadi
lebih besar dibandingkan biaya yang ingin dihemat melalui
peniadaan Corporate Social Responsibility itu sendiri. Hal ini belum termasuk
pada resiko non-finansial yang berupa memburuknya citra perusahaan di mata
publiknya (Wibisono, dalam Nor Hadi 2010:52).
2.2.2 KlasifikasiKegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Fajar (2005) mengatakan perilaku para pengusaha pun beragam, dari
kelompok yang sama sekali tidak malaksanakan sampai kelompok yang
menjadikan CSR sebagai nilai inti (core value) dalam menjalankan usaha.
Dalam pengamatannya, terkait dengan praktik CSR, pengusaha
dikelompokkan menjadi empat yaitu:
1. Kelompok hitam adalah mereka yang tidak melakukan praktik CSR
sama sekali. Mereka adalah pengusaha yang menjalankan bisnis
semata-mata untuk kepentingan sendiri. Kelompok isi sama sekali
karyawannya.
2. Kelompok merah adalah mereka yang mulai melaksanakan praktik
CSR, tetapi memandangnya hanya sebagai komponen biaya yang
akan mengurangi keuntungannya. Aspek lingkungan dan sosial
mulai dipertimbangkan, tetapi dengan keterpaksaan yang biasanya
dilakukan setelah mendapat tekanan dari pihak lain, seperti
masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat. Kesejahteraan
karyawan baru diperhatikan setelah karyawan ribut atau
mengancam akan mogok kerja. Kelompok ini umumnya berasal
dari kelompok satu (kelompok hitam) yang mendapat tekanan dari
stakeholders, yang kemudian dengan terpaksa memperhatikan isu
lingkungan dan sosial, termasuk kesejahteraan karyawan. CSR jenis
ini kurang berimbas pada pembentukan citra positif perusahaan
karena publik melihat kelompok ini memerlukan tekanan (dan
gertakan) sebelum melakukan praktik CSR. Praktik jenis ini tak
akan mampu berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.
3. Kelompok ketiga adalah mereka yang menganggap praktik CSR
akan memberi dampak positif (return) terhadap usahanya dan
menilai CSR sebagai investasi, bukan biaya. Karenanya, kelompok
ini secara sukarela dan sungguh-sungguh melaksanakan praktik
masyarakat menilainya sungguh-sungguh membantu. Selayaknya
investasi, kelompok ini menganggap praktik CSR adalah investasi
sosial jangka panjang. Mereka juga berpandangan, dengan
melaksanakan praktik CSR yang berkelanjutan, mereka akan
mendapat ijin operasional dari masyarakat. Kita dapat berharap
kelompok ini akan mampu memberi kontribusi bagi pembangunan
berkelanjutan.
4. Kelompok keempat, kelompok hijau, merupakan kelompok yang
sepenuh hati melaksanakan praktik CSR. Mereka telah
menempatkannya sebagai nilai inti dan menganggap sebagai suatu
keharusan, bahkan kebutuhan, dan menjadikannya sebagai modal
sosial (ekuitas). Karenanya, mereka meyakini, tanpa melaksanakan
CSR, mereka tidak memiliki modal yang harus dimiliki dalam
menjalankan usaha mereka. Mereka sangat memperhatikan aspek
lingkungan, aspek sosial dan kesejahteraan karyawannya serta
melaksanakan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Kelompok ini
juga memasukkan CSR sebagai bagian yang terintegrasi ke dalam
model bisnis atas dasar kepercayaan bahwa suatu usaha harus
mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial. Mereka percaya,
ada nilai tukar (trade-off) atas triple bottom line (aspek ekonomi,
siap membela keberlanjutan usaha kelompok ini. Tak
mengherankan, kelompok hijau diyakini akan mampu berkontribusi
besar terhadap pembangunan berkelanjutan. (Fajar, 2005)1
2.2.3 Prinsip-Prinsip Corporate Sosial Responsibility(CSR)
Alyson Warhurst dari University of Bath Inggris, tahun 1998
mengajukan prinsip-prinsip CSR sebagai berikut :
1. Prioritas Korporat,
2. Manajemen Terpadu,
3. Proses Perbaikan,
4. Pendidikan karyawan,
5. Pengkajian,Produk dan Jasa,
6. Informasi Publik,
7. Fasilitas dan Operasi,
8. Penelitian,
9. Prinsip Pencegahan,
10. Kontraktor dan Pemasok,
11. Siaga menghadapi darurat,
1
13. Memberi sumbangan,
14. Keterbukaan,
15. Pencapaian pelaporan. (Warhurst dalam Nor Hadi,1998:63)
2.3 Tinjauan Tentang Citra
Keinginan sebuah organisasi untuk mempunyai citra yang baik pada public
sasaran berawal dari pengertian yang tepat mengenai citra sebagai stimulus adanya
pengelolaan upaya yang perlu dilaksanakan. Ketepatan pengertian citra agar
organisasi dapat menetapkan upaya dalam mewujudkanya pada obyek dan
mendorong prioritas pelaksanaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah:
a. Kata benda: gambar, rupa, gambaran
b. Gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan,
organisasi atau produk
c. Kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah
kata, frase atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam
karya prosa atau puisi
d. Data atau informasi dari potret udara untuk bahan evaluasi (Kamus
seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau
kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu obyek dapat diketahui
dari sikapnya terhadap obyek tersebut (Soemirat dan Ardianto, 2002:111).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, citra menunjukan kesan suatu obyek
terhadap objek lain yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari
berbagai sumber terpecaya. Terdapat tiga hal penting dalam citra, yaitu : kesan obyek,
proses terbentuknya citra, dan sumber terpercaya.
Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra perusahaan
memerlukan keberadaan secara lengkap. Informasi yang lengkap dimaksudkan
sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan obyek sasaran.
Rhenald Kasali mengemukakan, “Pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang
tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna” (Kasali, 2003:28)
Menurut Shirley Harrison (1995:71) informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan meliputi empat elemen sebagai berikut :
1. Personality
Keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami public sasaran seperti
perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung