• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effect of Method Learning simulation to the Student Results on Subjects of PAI at Junior High School 3 Tangerang South..

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Effect of Method Learning simulation to the Student Results on Subjects of PAI at Junior High School 3 Tangerang South.."

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh : UNI FADHILLAH NIM 1110011000001

Oleh: Uni Fadhillah Nim:1110011000001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu TarbiVah Dan Keguruan Untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.D

Oleh:

Uni Fadhillah

NIM: 1110011000001

Menyetujui, Pembimbing

Tanenii. MA

IIIP

:19720712199803

I

004

JT]RUS$[ PENDIDIKAI\ AGAMA

ISLAM

FAKULTAS

ILMU

TARBIYAH DAN KEGT'RUAI\

UNTYERSITAS

ISLAM

IYEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAIT

JAKARTA

(3)

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 10 Desember 2014 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu penulis berhak memperoleh gelar sarjana

Sl

(S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 10 Desember 2014

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal

7

fi-q'il

Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)

(Dr. H. AbdLrl Majid Khon. M. Ag)

NIP.19580707 198703 I 005

Sekretaris (Sekretaris Jtlrusan PAI) (M arh a Dah Ja.!sh,-LqM. A)

NIP, 19720313 200801 2 010

Penguji I

(Dr. Dimyati. MA)

NrP. 19640704 199303 1 003

Penguji II

|sjli xhqdr4h-MA)

NrP. 19700727 199703 2004

?"

f*

.L

DI

1$ \2- 2ot1

Mengetahui

l)ekan Fakultas IlmLr Tarbiyah dan Keguruan

(4)

NIM

Jurusan

Angkatan Alamat

I I 1001 1000001

Pendidikan Agama Islam 2010

Jl. Kebagusan Raya Rt. 10 Rw. 07 Kel.Ragunan, Kec. Pasar

Minggu, Jakarta Selatan

MEI\'YATAKAI{ DENGAII SESUNGGUHI\TYA

Bahwa skripsi yang berjudul "Pengaruh metode pembelajaranSimulasi terhadap

hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan" adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama

: Tanenji, MA

NIP

:19720712199803 1 004

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konse kuensi apabila temyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakart4 1 8 Desember 2014 Yang menyatakan,

(5)

i

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Metode pembelajaran Simulasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelasVIII-9 dan kelas VIII-6SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Kelas VIII-9 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan metode Simulasi dan siswa VIII-6 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan metode Student Teams Achievement Division (STAD). Instrument yang digunakan adalah tes hasil belajar. Soal tes hasil belajar yang digunakan sebanyak 30 soal berbentuk pilihan ganda dan setelah melalui proses uji validitas, terdapat 21 soal yang valid dengan reliabilitas 0,88 dan termasuk kategori tinggi atau dengan kata lain instrumen ini layak digunakan dalam penelitian. Teknik analisis data menggunakan metode statistik uji “t” (uji beda), untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan konsultasi pada tabel distribusi “t” pada taraf signifikansi 0,05%.

Temuan hasil penelitian ini adalah adanya pengaruh penggunaan metode

Simulasi terhadap hasil belajar PAI siswa. Hal ini ditunjukan dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh nilai thitung > ttabel yaitu 2,4 >2,021 dengan taraf signifikasi 0,05 %. Selain itu di lihat dari hasil perhitungan post test

kelas eksperimen yang menggunakan metode Simulasi (nilai rata-rata 89) menunjukan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode Student Teams Achievement Division (STAD) (nilai rata-rata 87). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

(6)

One characteristic of batik from Cirebon are not found anywhere else is the motive of "Mega Clouds", which is shaped like a cloud motif lumpy which usually form a frame on the main picture. Class VIII-9 as an experimental class using simulation and the student class VIII-6 as a control by using a Student Teams Achievement Division (STAD). Instrument used is the achievement test. Achievement test used by 30 multiple choice questions of the test there are 21 questions were valid and reliability 0.88 including high category or in other words, these instruments are fit for use in research. Analysis using statistical methods test "t" (difference test), to test the hypothesis of the research carried out consultation on distribution table "t" at the significance level of 0.05%.

The findings of this research is the influence of the use of methods of Group Investigation on learning outcomes of students of PAI. It is shown from the results of hypothesis testing using t-test obtained tcount> ttable ie 2,4 > 2.021 with a significance level of 0.05%. In addition, in view of the results of post-test calculations using the experimental class were simulation (average value 89) showed higher values than the control class that uses Student Teams Achievement Division (STAD)method (average value 87).From this study it can be concluded that the method of teaching in the simulation effect on student learning outcomes PAI.

(7)

iii

Al-hamdulillahi rabibbil-‘aalamiin. Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT. atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya yang telah memberikan kelapangaan kepada penulis sehinnga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Hanya kepada-Nya penulis memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan.

Allahumma shali ‘alaa sayyidina Muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan dan suri tauladan umat manusia, Nabi Muhammad SAW, makhluk mulia yang penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia dan membawa kita pada jalan yang di ridhai Allah swt. Terimakasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Moch Udjud dan Ibunda Suwarni, atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis tentang kebaikan, arti cinta, makna kehidupan dan yang telah mendidik penulis dengan penuh kasih sayang.

Dalam proses penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, maka penulis mengucapkan terima kasih juga kepada:

1. Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Ibu Marhamah Saleh, Lc,. MA. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Tanenji, MA. Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi kepada penulis.

(8)

iv 8. Ibu Chairunnisa S.Pd. Guru PAI di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yang

telah memberikan saran dan pengarahan dalam proses pelaksanaan pembelajaran.

9. Adekku tersayang Chairul Anam serta mbak Yuli, Lia Elma dan Saudara-saudara ku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis secara moril maupun non-moril.

10. Sahabat-sahabat ku Septia Rahayu, Endang, Alis Arsita, Suprapti, Siti Maesaroh, Siti Fujiati dan Yully Khusniah, Teman-teman PAI kelas A, serta sahabat PAI angkatan 2010 yang senantiasa membantu dalam menyelesaikan penelitian.

11. Adik-adik SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yang telah mendukung proses berjalannya penelitian.

Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses yang dinanti untuk mendapatkan sebuah kebanggaan, lika-liku perjuangan, pengorbanan, harapan dan semoga pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.

.

Jakarta, 01 Desember 2014 Wasalam,

(9)

v SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIK,KERANGKA BERPIKIRDAN PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN ... A. Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 11

1. PengertianStrategi PembelajaranKooperatif ... 11

2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 14

3. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 16

4. Aturan Dasar Pembelajaran Kooperatif ... 16

5. Ketrampilan Pembelajaran Kooperatif ... 17

6. Tujuan Pembelajaran kooperatif ... 18

B. Metode Pembelajaran Simulasi ... 19

1. Pengertian Metode Pembelajaran Simulasi ... 19

(10)

vi

6. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Simulasi ... 23

7. Peran Guru Dalam Metode Pembelajaran Simulasi ... 25

C. Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Division .... 25

D. Hasil Belajar Siswa ... 27

1. Pengertian Hasil Belajar ... 27

2. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar ………. 28

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ... 33

4. Kriteria Pengukuran Hasil belajar ... 34

E. Hakekat Pendidikan Agama Islam ... 35

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 38

G. Kerangka Pikir ... 40

H. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

B. Metode dan Desain Penelitian ... 44

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 45

D. Variabel Penelitian ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

F. Instrumen Penelitian ... 47

G. Uji Coba Instrumen ... 47

1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Reliabilitas ... 49

3. Uji Taraf Kesukaran Soal ... 50

4. Daya Pembeda ... 50

H. Teknis Analisis Data ... 51

1. Uji Normalitas ... 51

(11)

vii BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Profil SMP Negeri 3 Tangerang Selatan ... 55

1. Sejarah Singkat Sekolah ... 55

2. Kategori Kelas ... 55

3. Identitas, Geografis, dan Sarana Prasarana ... 56

4. Visi, Misi dan Motto ... 56

5. Guru dan Tenaga Kependidikan ... 58

6. Siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan ... 60

7. Sarana dan Prasarana ... 60

B. Deskripsi Data ... 62

1. Hasil Uji Validitas Soal ... 62

2. Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 63

3. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 63

4. Hasil Uji Daya Pembeda Soal ... 63

C. Kegiatan Pembelajaran ... 64

1. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen (MetodePembelajaran Simulasi) ... 64

2. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Kontrol (Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Division) 65 D. Deskriptif Data ... 66

1. Data Hasil Belajar PAI Siswa ... 66

2. Perbandingan Hasil Pre-test dan Post test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77

3. Hasil post test kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 79

E. Pengujian Persyaratan Analisis ... 80

F. Uji Homogenitas ... 81

G. Pengujian hipotesis dan pembahasan ... 82

(12)
(13)

x

(14)

ix

... 47

Tabel 3.2 Tabel matrik variable . ... 48

Tabel 3.3 Tabel kriteria reliabilitas soal ... 51

Tabel 4.1 Tabel daftar Kepala Sekolah SMP N 3 Tangerang Selatan 57 Tabel 4.2 Tabel jenjang Pendidikan dan Status Guru ... 60

Tabel 4.3 Tabel data Jumlah Guru dan Statusnya ... 61

Tabel 4.4 Tabel jenjang Pendidikan (TU) dan Statusnya ... 61

Tabel 4.5 Tabel tenaga Perpustakaan dan Laboratorium ... 62

Tabel 4.6 Tabel jumlah Siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan... 62

Tabel 4.7 Tabel sarana dan Prasarana ... 63

Tabel 4.8 Tabel klasifikasi tingkat kesukaran butir soal ... 66

Tabel 4.9 Tabel klasifikasi tingkat daya pembeda ... 66

Tabel 4.10 Tabel nilai Hasil pre-tes eksperimen ... 69

Tabel 4.11 Tabel disribusi hasil pre-tes ekperimen ... 71

Tabel 4.12 Tabel nilai hasil pre-tes kontrol ... 71

Tabel 4.13 Tabel disribusi hasil nilai pre-tes kontrol ... 73

Tabel 4.14 Tabel nilai Hasil post-tes eksperimen ... 74

Tabel 4.15 Tabel disribusi hasil nilai pos-tes ekperimen ... 76

Tabel 4.16 Tabel nilai post-tes kontrol ... 77

Tabel 4.17 Tabel disribusi hasil post-tes ekperiimen ... 79

Tabel 4.18 Tabel keterangan diagran hasil pre-tes kelas ekperimen dan kontrol... 80

Tabel 4.19 Tabel keterangan diagran hasil post-tes kelas ekperimen dan Kontrol ... 82

Tabel 4.20. Tabel hasil uji normalitas pre-tes ekperimen dan kontrol 82 Tabel 4.21 Tabel hasil uji normalitas post-tes ekperimen dan kontrol 83 Tabel 4.22 Tabel hasil uji homogenitas ... 83

(15)

1 A. Latar Belakang

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.1 Pendidikan menurut UU No.20 Tahun 2003 adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan:“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.2

Hakikat manusia hidup di dunia ini adalah untuk belajar. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar adalah karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, yang merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar.

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

1

B.Suryosubroto, Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2010 ), cet. Ke-2, h.165

2

(16)

pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai oleh peserta didik.3

Sedangkan pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, dimana kegiatan guru sebagai pendidik harus mengajar dan murid sebagai terdidik yang belajar. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai pembelajar, dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan. Hubungan guru dan siswa adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan akan dicapai baik guru maupun siswa sama-sama mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Meskipun demikian, tujuan guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional.

Proses pembelajaran dalam pendidikan membutuhkan beberapa komponen untuk menunjang terciptanya suatu keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut. Terutama yang menjadi permasalahan pada saat ini adalah bagaimana dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan dapat dipahami oleh para peserta didik dengan baik.

Proses pembelajaran pada prinsipnya proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun demikian dalam implementasinya masih banyak kegiatan pembelajaran yang mengabaikan aktivitas dan kreatifitas peserta didik tersebut. Hal ini banyak disebabkan oleh model dan sistem pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan kemampuan intelektual saja serta proses pembelajaran terpusat pada guru di kelas,

3

(17)

sehingga keberadaan peserta didik hanya menunggu uraian guru kemudian mencatat dan menghafalnya.4

Hal ini menunjukan setiap orang yang belajar harus aktif, tanpa ada aktifitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari peserta didik tidaklah mudah. Proses pembelajaran memposisikan siswa sebagai pendengar yang mengakibatkan proses pembelajaran cenderung membosankan dan menjadikan peserta didik malas belajar. Sikap peserta didik yang pasif tidak hanya terjadi pada satu mata pelajaran saja tetapi hampir pada semua mata pelajaran termasuk Pendidikan Agama Islam (PAI).

Pelajaran PAI merupakan bahan pelajaran di sekolah. jika seorang guru mengajarnya dengan menggunakan metode ceramah, maka siswa akan menjadi bosan dan menjenuhkan. Jika keadaan ini dibiarkanterus menerus dalam waktu yang panjang tentu akan berpengaruh dengan hasil belajar siswa baik pada pelajaran PAI maupun kepada pelajaran yang lainnya. Rendahnya hasil belajar PAI siswa dikarenakan siswa enggan untuk belajar PAI, karena siswa menganggap membosankan atau pendekatan yang dilakukan oleh guru kurang tepat ketika mengajar.

Namun, secara jujur harus diakui bahwa PAI masih belum mendapat tempat dan waktu yang proporsional, terutama disekolah umum. Lebih dari itu, karena tidak termasuk kelompok mata pelajaran yang di-UN-kan, keberadaannya seringkali kurang mendapat perhatian. Pendidikan Agama Islam di sekolah, dalam pelaksanaanya masih menunjukan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh Dirjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama sebagai berikut: 1. PAI diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai

yang harus dipraktekan.

2. Pendidikan agama Islam lebih ditekankan pada hubungan formalitas antara hamba dan Tuhannya.

4

(18)

3. Penalaran danargumentasi berpikir untuk masalah-masalah keagamaan kurang mendapatPerhatian.

4. Penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat penekanan.

5. Menatap lingkungan untuk kemudian memasukan nilai Islam sangat kurangmendapat perhatian (orientasi pada kenyataan kehidupan sehari-hari kurang).

6. Pendidikan agama Islam belum dijadikan fondasi pendidikan karakterpeserta didik dalam perilaku keseharian.

7. Ukuran keberhasilan pendidikan agama juga masih formalitas (termasuk verbalitas).

8. Pendidikan agama Islam belum mampu menjadi landasan kemajuan dan kesuksesan untuk mata pelajaran lain.

9. Metode pembelajaran PAI, khususnya yang berkaitandengan nilai-nilai Islam kurang mendapatkan penggarapan.5

Salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari pencapaian hasil belajarpeserta didik. Keberhasilan peserta didik dalam belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Salah satu faktor eksternal yaitu: metode pembelajaran, guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran harus mampu membuat siswa aktif dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran aktif guna meningkatkan hasil belajar peserta didik. Faktor internal dalam belajar meliputi: bakat, minat, motivasi, dan kemampuan peserta didik. Kemampuan awal merupakan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. Keanekaragaman kemampuan peserta didik yang ada akan berpengaruh terhadap penguasan meteri pelajaran yang diajarkan guru di dalam kelas, dengan demikian guru diharapkan dapat memilih metode yang baik dan tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan efektif.

5

(19)

Kondisi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, masih sering dijumpai adanya permasalahan yang berkaitan dengan metode pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selama ini dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa sangat pasif, siswa tidak menghiraukan materi yang disampaikan bahkan ada beberapa siswa yang bercanda dengan temannya. Sering kali guru terjebak dengan cara-cara konvensional yaitu berpusat pada guruyang hanya berorientasi pada pencapaian aspek-aspek kognitif yang mengandalkan metode ceramah dalam pembelajarannya sehingga menyebabkan kejenuhan, membosankan, dan siswa tertekan karena harus mendengarkan guru bercerita beberapa jam tanpa memperhatikan siswa terlibat dalam proses pembelajaran, ditambah lagi sarana prasarana yang kurang memadai, media pembelajaran yang tidak tepat, dan lingkungan di luar sekolah siswa yang kurang mendukung sehingga menyebabkan minat dan hasil belajar siswa rendah.

Penyajian kegiatan pembelajaran yang kurang bervariasi juga dapat menimbulkan kejenuhan siswa terhadap materi dan kegiatan pembelajaran. Interaksi guru dan peserta didik kurang berjalan secara fleksibel, makaakan mempengaruhi tingkat kefokusan siswa dalam menangkap materi pelajaran, dalam arti guru lebih mendominasi proses pembelajaran dan siswa lebih banyak diam dan memperhatikan saja. Beberapa guru belum mengembangkan metode pembelajaran yang mengikutsertakan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan peserta didikcenderung pasif, kurang berkonsentrasi, dan kurang bekerja sama dengan peserta didik lain.

(20)

memudahkannya dalam mengajar, misalnya media pengajaran, metode pengajaran dan juga strategi yang guru gunakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan tujuan proses belajar mengajar.

Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang terarah dan efektif, maka diperlukan Metode pembelajaran yang menyenangkan, guna untuk dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar. Salah satunya adalah dengan menggunakan Metode pembelajaran Simulasi. Metode pembelajaran Simulasi adalah “metode pembelajaran dengan menggunakan cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya”.

Dalam proses pembelajaran, simulasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapatnya Hamalik, bahwa “simulasi adalah mirip dengan latihan, tetapi tidak dalam realitas sebenarnya, melainkan seolah-olah dalam bayangan yang menggambarkan keadaan sebenarnya dalam arti terbatas, tidak meliputi semua aspek.6

Metode pembelajaran Simulasi ini sangat tepat digunakan dalam pelajaran PAI.Karena PAI merupakan mata pelajaran yang membahas segala hal yang berhubungan manusia dengan tuhan, tingkah lakunya terhadap manusia dengan manusia lainnya, menjelaskan hal-hal yang berhungan dengan ibadah.

Untuk menanggapi anggapan di atas diperlukan suatu pembelajaran yang aktif, efektif, dan kreatif sebagai alternatif yaitu pembelajaran dengan metode Simulasi diharapkan nantinya dapat berpengaruh padahasil belajar siswa, sehingga nilai siswa menjadi lebih baik. Keberhasilan proses belajar PAI dapat diukur dari keberhasilan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Keberhasilan ini dapat dilihat dari tingkat keberhasilan pemahaman, penguasaan materi dan hasil belajar siswa, Semakin tinggi pemahaman dan

6

(21)

penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran.

Pembelajaran dengan metode Simulasi diharapkan dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Sehingga siswa mampu berfikir, aktif, dan kreatif .sehingga hasil dari pembelajaran PAI yang diharapkan tercapai. Dengan latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul:“PENGARUH

METODE PEMBELAJARAN SIMULASI TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMPNEGERI 3 TANGERANG SELATAN”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, beberapa masalah diidentifikasikan, sebagai berikut:

1. Kurangnya pengetahuan guru dalam melakukan variasi-variasi metode pembelajaran ketika dalam proses pembelajaran, sehingga akan menyebabkan pembelajaran berlangsung secara monoton dan mengakibatkan siswa menjadi jenuh. Hal ini terlihat dari hasil observasi bahwa guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan penugasan. 2. Rendahnya perhatian dan partisipasi siswa dalam pembelajaran PAI, hal

ini berdasarkan hasil observasi yang menyatakan bahwa siswa lebih senang mengobrol dengan temannya.

3. Siswa malas bertanya kepada guru ketika menemui kesulitan dalam belajar. 4. Kurangnya kreativitas guru dalam menghidupkan suasana kelas.

(22)

C. Pembatasan Masalah

Dari pernyataan yang timbul dalam identifikasi masalah dan agar penelitian ini mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan, maka dalam penulisan penelitian ini, penulis membatasi masalah ini pada:Kurang pemahaman guru dalam penggunaan metode simulasi pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode

Simulasi?

2. Bagaimana hasil belajar setelah menggunakan metode Simulasi?

3. Apakah ada pengaruh pembelajaran dengan metode Simulasiterhadap hasil belajar PAI di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode

Simulasi.

2. Untuk mengetahui hasil belajar setelah menggunakan metode Simulasi.

3.

Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan metode Simulasi

terhadap hasil belajar PAI di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

F. Manfaat Penelitian

(23)

Hasil penelitian ini dipakai sebagai acuan bagi pengembangan pendekatan dan metode pembelajaran khususnya pada mata pelajaran PAI. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi diri penulis

Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

b. Bagi Siswa

Pendidikan ini dapat bermanfaat bagi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga siswa menjadi lebih menguasai materi dan hasil belajar dapat meningkat.Dengan pembelajaran yang menarik, materi akan mudah diingat dan dicerna oleh siswa. Pembelajaran yang menarik, dapat memancing rasa ingin tahu yang lebih besar sehingga dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan dalam berbagai bidang yang berhubungan dengan mata pelajaran PAI.

c. Bagi Guru

Informasi hasil penelitian dapat menjadi masukan berharga bagi para guru dalam melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan hasil pembelajaran.Dengan menggunakan metode simulasi dalam menyampaikan materi kepada siswa.

d. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam upaya pembimbingan dan pemanfaatan metode pembelajaran yang efektif dan efisien di sekolah. Disamping itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dalam upaya meningkatkan lulusan dan kredibilitas sekolah dengan adanya guru yang memiliki keterampilan dan kretivitas dalam proses belajar mengajar sehingga tercapailah tujuan pendidikan yang diharapkan oleh sekolah bersangkutan.

(24)
(25)

11

BAB II KAJIAN TEORI

A. Strategi Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.1

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.2

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi dan saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.3

Slavin mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6

1

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 41.

2

Agus Suprijono, Cooperatif Learning dan Teori Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), h. 54.

3

(26)

orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan dari kelompok tergantung dari kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.4

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada tim (kelompok). Pada pembelajaran kooperatif ini peserta didik berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak kurang lebih 4 sampai 5 orang. Dalam belajar secara kooperatif ini terjadi interaksi antara anggota kelompok. Semua anggota kelompok harus turut terlibat, karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu.5

Sehubungan dengan pengertian tersebut, penulis menambahkan bahwa belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok.

Sebuah analisis penelitian menunjukan, dalam kelompok siswa-siswa akan belajar lebih cepat, dan bahwa pengalaman kelompok sering beralih ke anggota-anggota kelompok sehingga mereka bekerja lebih efektif. Akan tetapi ada beberapa keterbatasannya. Beberapa siswa yang pandai tidak menikmati manfaat dari pengalaman belajar berkelompok, dan bagi mereka proses social yang terjadi di dalam kelompok sebenarnya merupakan hambatan bagi kegiatan belajar mereka. Namun keuntungan kerja kelompok ini terletak pada perubahan yang menyangkut motivasi, emosi dan sikap.6

Melalui strategi pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar

4

Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperatif Learning, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 4.

5

Suderajat, Muslihuddin, dan Ujang hendara, Revolusi Mengajar, (Bandung : HDP Press. 2012), h. 59.

6

(27)

mengajar, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunya kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain, sehingga semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relative sama atau sejajar. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya dan belajar secara bekerjasama. Pada saat proses pembelajaran, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber, tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator dan menejer pembelajaran.7

Strategi pembelajaran kooperatif tampak akan dapat melatih peserta didik untuk mendengar pendapat-pendapat orang lain dan menyimpulkan dalam suatu pendapat, belajar untuk saling tolong menolong, pendidik membentuk peserta didiknya untuk mudah memahami materi dan sesama peserta didik saling membantu. Hal ini memang sangat dianjurkan dalam Al-Qur’an untuk saling tolong menolong yang dijelaskan dalam surat At-Taubat ayat 71 :

                                                   

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan

7

(28)

Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. At-Taubah: 71).8

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menekankan peserta didiknya untuk belajar bekerja sama dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada, dengan bentuk kelompok kecil, yang bertujuan untuk mengasah imajinasi peserta didik, yang memiliki tingkat kemampuan dengan latar belakang yang berbeda, mulai dari tingkat kemampuan yang tinggi, sedang maupun yang rendah. Serta dapat melatih peserta didik untuk bisa berinteraksi dengan baik antar sesama, akan menciptakan pribadi-pribadi yang memiliki rasa tanggung jawab dan mampu menghargai pendapat orang lain.

2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif

Sanjaya mengungkapkan pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok, perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap peserta didik akan saling membantu dalam belajar, karena mereka ingin semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan, perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi peserta didik untuk berfikir mengolah informasi.9

Adapun karakteristik atau pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:10

a. Pembelajaran secara tim.

8

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, (Jakarta: Departemen Agama, 2007), h. 198.

9

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan ProfesionalismeGuru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h. 206.

10

(29)

Pembelajaran kooperatif pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap peserta didik belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif.

Manajemen mempunyai tiga fungsi yaitu 1) fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. 2) fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. 3) fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.

c. Kemampuan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditentukan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang maksimal.

d. Keterampilan bekerja sama

Keterampilan bekerja sama itu dipraktkikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok. Dengan demikian, peserta didik perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

(30)

pembelajaran kooperatif didorong dan dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai penghargaan bersama.

3. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kooperatif

Dalam menggunakan model pembelajaran, ada beberapa konsep dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas

b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar c. Ketergantungan yang bersifat pasif

d. Interaksi yang bersifat terbuka e. Tanggung jawab individu f. Kelompok bersifat heterogen

g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif h. Tindak lanjut

i. Kepuasan dalam belajar.11

4. Aturan Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kelompok mempunyai aturan dasar, yaitu:

a. Siswa tetap berada dalam kelompoknya selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Siswa mengajukan pertanyaaan kepada kelompoknya sebelum menayakan kepada gurunya.

c. Siswa harus memberikan umpan balik padaide-ide temannya dan siswa dianjurkan untuk menghindari pemberian kritik.12

5. Keterampilan Pembelajaran Kooperatif

11

Etin Solihatin dan Raharjo, Coopertif Learing Analisis Pembalajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet.4, h. 6-9

12

(31)

Sebagai suatu ketrampilan belajar, ketrampilan kooperatif memiliki tingkat-tingkat, yaitu:

a. Ketrampilan kooperatif tingkat awal 1) Menggunakan kesepakan

2) Menghargai pendapat 3) Menggunakan suara pelan

4) Mengambil giliran dan berbagi tugas 5) Berada dalam kelompok

6) Berada dalam tugas 7) Mendorong partisipasi

8) Mengundang orang lain untuk berbicara 9) Menyelesaikan tugas tepat waktu

10)Menyebut nama orang memandang pembicara 11)Mengatasi gangguan

12)Menolong tanpa member jawaban 13)Menghormati perbedaan induvidu b. Ketrampilan kooperatif tingkat menengah

1) Menunjukakan penghargaan dan empati

2) Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima 3) Mendengarkaan secara aktif

4) Bertanya

5) Menggunakan pesan “saya” 6) Membuat ringkasan

7) Menafsirkan

8) Mengatur dan mengotganisasi 9) Memeriksa ketepatan

10)Menerima tanggung jawab 11)Menggunakan kesabaran

12)Tetap tenang atau mengurangi ketegaangan c. Ketrampilan kooperatif tingkat mahir

(32)

2) Memeriksa secara cermat 3) Menanyakan kebenaran 4) Menganjurkan suatu posisi 5) Menetapkan tujuan

6) Berkompromi

7) Menghadapi masalah khusus.13

6. Tujuan Pembelajaran kooperatif

Tujuan pokok belajar kooperatif memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.14

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang sangat penting, yakni:

a. Prestasi akademik

Meskipun pembelajaram kooperatif mencangkup bebagai tujuan sosial, namun pembelajaraan kooperatif dapat juga digunakan untuk meningkatkan pretasi akademik.

b. Penerimaan akan keanakaragaman

Efek penting ke dua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidak mampuannya.

c. Pengembangan ketrampilan social

13

Suderajat, Muslihuddin, dan Ujang hendara, Revolusi Mengajar, (Bandung: HPD Press. 2012),h. 63-64.

14

(33)

Efek penting ke tiga adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan-ketrampilan kerjasama dan kolaborasi.15

B. Metode Pembelajaran Simulasi.

1. pengertian metode pembelajaran simulasi.

Pembelajaran kooperatif learning mempunyai banyak model, salah satunya adalah metode pembelajaransimulasi.Simulasiberasal dari kata

simulate” yang memiliki arti pura-pura atau berbuat seolah-olah. Dan juga

“simulation” yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja.Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan “cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu”.Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.16

Metode yang digunakan pada 4 (empat) kategori keterampilan, yaitu: kognitif, psikomotor, reaktif, dan interaktif. Keterampilan-keterampilan tersebut diperlukan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan produktif yang lebih kompleks.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode simulasi adalah suatu metode pembelajaran yang melatih siswa untuk melakukan suatu perbutan yang bersifat pura-pura yang menggambarkan keadaan sebenarnya dan berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku.

Situasi suatu masalah diperagakan secara singkat, dengan tekanan utama pada karakter/sifat orang-orang, kemudian diikuti oleh diskusi tentang masalah yang baru diperagakan tersebut. Dalam bermain peran peserta meniru dan bertingkah laku sesuai dengan aturan karakter, atau

15

Suderajat, Muslihuddin, dan Ujang hendara, Revolusi Mengajar, (Bandung: HPD Press. 2012),h. 63.

16

(34)

bagian-bagian, yang dimiliki oleh pribadi, motivasi dan latar belakang yang berbeda dari diri mereka sendiri.17

Dari pengertian di atas dapat disimak bahwa bermain peran juga terjadi dalam situasi tiruan atau buatan seperti simulasi. Memang, bermain peran sangat mirip dengan simulasi, bahkan Robert Gilstrap memasukkan sebagai bagian dari simulasi juga ada bermain peran.

2. Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran Simulasi

Agar Pemakaian simulasi dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam pelaksanaanya memperhatikan prinsi-prinsip sebagai berikut: a. simulasi itu dilakukan oleh kelompok peserta didik dan setiap

kelompok mendapat kesempatan untuk melaksanakan simulasi yang sama maupun berbeda.

b. semua peserta didik harus dilibatkan sesuai peranannya. c. penentuan topik dapat dibicarakan bersama.

d. petunjuk simulasi terlebih dahulu disiapkan secara terperinci atau secara garis besarnya, tergantung pada bentuk dan tujuan simulasi. e. dalam kegiatan simulasi hendaknya mencakup semua ranah

pembelajaran; baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.

f. simulasi adalah latihan keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik.

g. simulasi harus menggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang berurutan yang diperkiran terjadi dalam situasi yang sesungguhnya. h. hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu , terjadinya

proses sebab akibat, pemecahan masalah dan sebagainya18

Prinsip-prinsip tersebut harus menjadi acuan dalam pelaksanaan simulasi agar benar-benara dapat dilakukan sesuai konsep simulasi dalam berbagai bentuknya. Prinsip ini berlaku dalam setiap mata pelajaran dan

17

Triaton, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorietasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 67

18

(35)

standar kompetensi yang sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut yang berhubungan dengan peristiwa nyata. Oleh sebab itu untuk memilih materi atau topik mana yang akan digunakan dengan metode simulasi sangat bergantung pada karakteristik dan prinsip-prinsip simulasi dihubungkan dengan karakteristik mata pelajaran sebagaiman dijelaskan di atas. Oleh sebab itu tidak semua mata pelajaran, kompetensi dasar, indikator, dan topik pembelajaran berbagai mata pelajaran dapat digunakan dengan simulasi. Disinilah pentingnya pemahaman dan analisa guru tentang karakteristik dan prinsip metode simulasi dihubungkan dengan karakteristik mata pelajaran setiap kompetensi dasarnya.

3. Tujuan Metode Pembelajaran Simulasi Metode simulasi bertujuan untuk:

a. Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.

b. Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip. c. Melatih memecahkan masalah.

d. Meningkatkan keaktifan belajar.

e. Memberikan motivasi belajar kepada siswa.

f. Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok. g. Menumbuhkan daya kreatif siswa.

h. Melatih Peserta didik untuk memahami dan menghargai pendapat serta peranan orang lain19

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Simulasi

a. Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah:

1) Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikasi dalam kelompoknya.

19

(36)

2) Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam pembelajaran.

3) dapat membiasakan siswa untuk memahami permasalahan sosial (merupakan implementasi pembelajaran yang berbasis kontekstual).

4) Dapat membina hubungan personal yang positif.

5) Dapat membangkitkan imajinasi, Membina hubungan komunikatif dan bekerja sama dalam kelompok.

6) menciptakan kegairahan peserta didik untuk belajar. 7) memupuk daya cipta peserta didik.

8) dapat menjadi bekal bagi kehidupannya di masyarakat.

9) mengurangi hal-hal yang bersifat abstrak dengan menampilkan kegiatan yang nyata.

10)dapat ditemukan bakat-bakat baru dalam bermain atau beracting.20 b. Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan,

di antaranya:

1) Relatif memerlukan waktu yang cukup banyak. 2) Sangat bergantung pada aktivitas siswa.

3) Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar.

4) Banyak siswa yang kurang menyenangi sosiodrama sehingga sosiodrama tidak efektif.21

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa simulasi sekalipun banyak keunggulan namun sebagai sebuah metode pembelajaran tetap memiliki kelemahan. Berbagai kelebihan di atas perlu diketahui oleh seorang guru agar potensi yang ada dapat dimaksimalkan, namun kelemahan bisa diatasi dengan berbagai cara agar pembelajaran sesuai kondisi dan waktu yang telah disediakan.

20

J.J. Hasibuan,. Moejiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 14, h. 28

21

(37)

5. Bentuk-bentuk Simulasi.

Ditinjau dari peran yang dibawakan atau dilakukan oleh peserta didik dalam pembelajaran, menurut ramayulis, bentu-bentuk simulasi dapat dibedakan menjadi:

a. Pre-Teaching/Micro Teaching; berguna untuk latihan mengajar oleh calon pendidik yang mana peserta didiknya adalah teman-teman calon pendidik.

b. Sosiodrama; permainan peranan yang diselenggarakan dimaksudkan untuk menentukan alternatif pemecahan sosial.

c. Psikodrama; permainan peranan yang diselenggarakan dimaksudkan agar individu yang bersangkutan memperoleh pemahaman yang lebih tentang dirinya, penemuan konsep diri, reaksi terhadap tekanan yang menimpa dirinya.

d. Simulasi game; adalah permainan peranan dimana para pemainnya berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu dengan mentaati peraturan yang di tetapkan.

e. Role Playing; permainan peranan yang diselenggarakan untuk mengkreasi kembali peristiwa-peristiwa sejarah, mengkreasi kemungkinan masa depan, mengekspos kejadian-kejadian masa kini dan sebagainya.22

6. Langkah-langkah Metode Simulasi

Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam mengajar dengan memakai metode simulasi adalah sebagai berikut :

a. Persiapan simulasi

1) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.

2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.

22

(38)

3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi. b. Pelaksanaan simulasi

1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran 2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan

4) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.

c. Penutup

1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.

2) Merumuskan kesimpulan.23

Untuk melaksanakan metode simulasi guru harus mempersiapkan langkah-langkah yang matang sehingga akan tercapai hasil yang diinginkan. Ketika simulasi sedang berjalan, siswa lain diharapkan mencatat serta menyimpulkan apa yang disampaikan oleh temannya. Guru juga bertugas membimbing siswa sebelum bermain simulasi, serta mengomentari hasil simulasi setelah siswa selesai bersimulasi.

23

(39)

7. Peranan Guru dalam Simulasi

Proses simulasi tergantung pada peran guru/ fasilitator. Ada 4 (empat) prinsip yang harus dipegang oleh fasilitator/ guru, yaitu:

a. Penjelasan

Untuk melakukan simulasi pemain harus benar-benar memahami aturan main. Oleh karena itu, guru/fasilitator hendaknya memberikan penjelasan dengan sejelas-jelasnya tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensi-konsekuensinya.

b. Mengawasi (refereeing)

Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan prosedur main tertentu. Oleh karena itu, guru/fasilitator harus mengawasi proses simulasi sehingga berjalan sebagaimana seharusnya.

c. Melatih (coaching)

Dalam simulasi, pemain/ peserta akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu, guru/fasilitator harus memberikan saran, petunjuk, atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan yang sama.

d. Memimpin diskusi (discussing)

Dalam simulasi, refleksi menjadi sangat penting. Oleh karena itu, setelah simulasi selesai, fasilitator/guru mendiskusikan beberapa hal, seperti: (1) seberapa jauh simulasi sudah sesuai dengan situasi nyata (real word), (2) kesulitan-kesulitan, (3) hikmah apa yang dapat diambil dari simulasi, dan (4) bagaimana memperbaiki/ meningkatkan kemampuan simulasi, dan lain-lain.24

C. Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa. STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya

24

(40)

di Universitas Jhon Hopkin. Slavin mengungkapkan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. STAD sangat mudah diadaptasi, dan dapat digunakan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Dalam strategi pembelajaran STAD, peserta didik dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.25

Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru memberikan suatu pelajaran dan para peserta didik di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis peserta didik diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya.

Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapat nilai kelompok. Dan kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah yang lainnya. Keseluruhan siklus aktifitas itu, mulai dari paparan guru, bekerja kelompok sampai kuis.26

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelumkegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan tersebut antara lain:

1. Perangkat pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi RPP, buku siswa, lembar kegiatan siswa beserta lembar jawabannya.

25

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 68.

26

(41)

2. Membentuk kelompok kooperatif

Menentukan kerja kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah homogen.

3. Menentukan skor awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada quis.

4. Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas perlu diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran, apapbila tidak ada pengaturan tempat duduk maka dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran.

5. Kerja kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.27

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah/fase, yaitu:

1. Fase 1: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 2. Fase 2: menyajikan dan menyampaikan informasi

3. Fase 3: mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar 4. Fase 4: membimbing kelompok bekerja dan belajar 5. Fase 5: evaluasi

6. Fase 6: memberikan penghargaan.28

D. Hasil Belajar Siswa

1. Pengertian Hasil Belajar.

Pengertian hasil belajar secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu kata “hasil” dan “belajar”, menurut kamus besar bahasa Indonesia kata “hasil” adalah sesuatu yang diperoleh dengan usaha. Sedangkan kata

27

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 69-70.

28

(42)

“belajar” adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.29Menurut Muhibin Syah hasil belajar adalah “Perubahan sebagai akibat pengalaman belajar dan proses belajar siswa”.30

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan pembelajaran. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.31

Dari teori yang dikemukakan para ahli tentang hasil belajar tersebut di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dapat dicapai oleh siswa setelah diadakan proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu dan materi penyajian yang tertentu pula sebagai akibat pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang telah disusun dalam indikator pembelajaran.

2. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar.

Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik yaitu; ranah proses berfikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotor domain).32

29

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1984), h. 81

30

Muhibin syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2009), h.216.

31

Asep Jihad., Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Multi PressIndo, 2008), h. 14.

32

(43)

Mengingat ranah-ranah yang terkandung dalam suatu tujuan pendidikan merupakan sasaran evaluasi hasil belajar, maka kita perlu mengenal secara terperinci. Pengenalan terhadap ranah tersebut akan sangat membantu pada saat memilih dan menyusun instrumen evaluasi hasil belajar. Adapun ranah-ranah tersebut sebagai berikut:

a. Segi Kognitif

Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembanagan keterampilan intelektual (Jaralinek dan Foster). Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 (enam) kelas atau tingkat yaitu:

1) Pengetahuan (knowledge)

Merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari. Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih salah satu dari dua atau lebih jawaban.

2) Pemahaman (comprehension)

Merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkan dengan isi pelajaran lainnya. Dalam pemahaman siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.

3) Penerepan (aplication)

(44)

untuk diterapkandalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.

4) Analisis

Analisis merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagaian-bagian yang menjadi dasar unsur pokok. Untuk analisis, siswa diminta untuk menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep dasar.

5) Sintesis

Sintesis merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru. Dalam sintesis, siswa diminta untuk melakukan generalisasi.

6) Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan meniliai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu. Dalam evaluasi siswa diminta untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus.33

b. Segi Afektif

Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Berhubungan dengan Segi afektif dapat diuraikan menjadi lima taraf, yaitu:

1) Memperhatikan (Receiving/attending)

Taraf pertama ini berkaitan dengan kepekaan pelajar terhadap rangsangan fenomena yang datang dari luar. Taraf ini dibagi lagi ke dalam tiga kategori, yaitu kesadaran akan fenomena, kesedian menerima fenomena, dan perhatian yang terkontrol atau terseleksi terhadap fenomena.

33

(45)

2) Merespons (Responding)

Pada taraf ini pelajar tidak lagi sekedar memperhatikan fenomena. Ia sudah memiliki motivasi yang yang cukup, sehingga tidak saja mau memperhatikan, tetapi juga bereaksi terhadap rangsangan. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

3) Menghayati nilai (Valuing)

Pada taraf ini tampak bahwa pelajar sudah menghayati dan menerima nilai. Perilakunya dalam situasi tertentu sudah cukup konsisten, sehingga sudah dipandang sebagai orang yang sudah mengahayati nilai.

4) Mengorganisasikan

Pada taraf ini pelajar mengembangkan nilai-nilai ke dalam satu sistem organisasi, dan menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, sehingga menjadi satu sistem nilai. Termasuk dalam proses organisasi ini adalah memantapkan dan memprioritaskan nilai-nilai yang telah dimilikinya. Nilai itu terdapat dalam berbagai situasi dan pelajaran, terutama sejarah dan agama.

5) Menginternalisasikan nilai

Pada taksonomi afektif tertinggi ini, nilai-nilai yang dimiliki pelajar telah mendarah daging serta memengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku. Dengan demikian, ia sudah dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai.34

c. Segi Psikomotorik

Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Psikomotorik adalah ranah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya, lari, melompat, menari,

34

(46)

memukul dan sebagainya. Segi psikomotorik dapat diuraikan ke dalam taraf-taraf di bawah ini:

1) Persepsi

Taraf pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat motorik ialah menyadri objek, sifat, atau hubungan melalui alat indra. Taraf ini mencakup kemampuan menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, dan mendiskriminasikan rangsangan. Taraf ini merupakan bagian utama dalam rangkaian situasi yang menimbulkan kegiatan motorik.

2) Kesiapan (Set)

Pada taraf ini terdapat kesiapan untuk melakukan tindakan atau untuk beraksi terhadap sesuatu kejadian menurut cara tertentu. Kesiapan mencakup tiga aspek, yaitu intelektual, fisis, dan emosional. Karena pada taraf ini terlihat tindakan seseorang bahwa ia sedang berkonsentrasi dan menyiapkan diri secara fisis maupun mental.

3) Gerakan terbimbing (respon terbimbing)

Taraf ini merupakan permulaan pengembangan keterampilan motorik. Yang ditekankan ialah kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih kompleks. Respon terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat diamati, yang terjadi dengan bimbingan individu lain yang memberi contoh.

4) Gerakan terbiasa (respon mekanistis)

Pada taraf ini pelajar sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan. Di dalamnya sudah terbentuk kebiasaan untuk memberi respon sesuai dengan jenis-jenis perangsang dan situasi yang dihadapi. Jadi pelajar sudah berpegang pada pola.

5) Gerakan (respon) kompleks

(47)

kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara lancar, luwes, supel, gesit, atau lincah, dengan menggunakan tenaga dan waktu yang sedikit.35

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Faktor Internal Siswa

Adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua aspek, yakni:

1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) yang menyangkut keadaan jasmani individu, yaitu keadaan jasmani, keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera.

2) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) yang berasal dari dalam diri siswa seperti kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, sikap dan motivasi siswa.

b. Faktor Eksternal Siswa

Seperti halnya faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Faktor sosial adalah hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial, diantaranya yaitu keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non sosial yaitu lingkungan alam dan fisik seperti keadaan gedung dan letaknya, rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan sebagainya.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep

35

(48)

misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar

surface atau reproductive.36

Faktor-faktor di atas sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang akan diperoleh dalam pencapaian tujuan.

4. Kriteria Pengukuran Hasil belajar

Untuk mengetahui baik buruknya hasil belajar peserta didik maka diperlukan suatu tindakan yaitu evaluasi. Evaluasi merupakan suatu penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Menurut Tardif et al, evaluasi adalah: “proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.37 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi sangat diperlukan dalam pendidikan dan pengajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dicapai peserta didik.

Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran menempuh tiga fase yaitu: a. Pre tes (tes awal)

Dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat kemampuan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang akan dipelajari.

b. Proses-Proses

pembelajaran yang dilakukan pendidik berpegang pada program kegiatan

c. Pos tes (tes akhir evaluasi)

Materi pembelajaran yang diteskan dalam evaluasi sama dengan pre tes.38

Melalui evaluasi tersebut akan dapat menghasilkan pengukuran yang sesuai dengan kemampuan yang sebenarnya sehingga dapat diketahui

36

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011). Cet.ke 18, h. 129-136.

37

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Pt. Raja grafindo Persada, 2009), h. 197.

38

(49)

dengan pasti pada taraf masing-masing peserta didik itu memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tarap kemampuan keberhasilan dinyatakan dengan evaluasi yakni dengan nilai.

E. Hakekat Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, dimana kegiatan guru sebagai pendidik harus mengajar dan murid sebagai terdidik yang belajar. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai pembelajar, dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan. Hubungan guru dan siswa adalah hub

Gambar

Table 3.1
Tabel 3.2 Matrik Variabel
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Soal
tabel, maka Ho diterima.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa 3enis sapi 3enis sapi unggul lokal yang di3adikan ternak potong adalah sapi Bali, Peranakan nggole (P) unggul lokal yang di3adikan ternak potong adalah sapi Bali,

"Design of Student Worksheet Based On Discovery Learning to Improve the Ability of Mathematics Reasoning Students of Class VII Junior High School",.. Journal of

Persentase umur pekerja yang memiliki kapasitas fungsi tidak normal lebih banyak pada umur < 30 tahun yaitu sebesar 33,3% dengan nilai signifikansi (p value)

mengapersepsi materi teks deskriptif kepada siswa dianggap masih kurang; Penjelasan materi mengenai menulis teks deskriptif kepada siswa masih kurang;

Literatur yang dipelajari dalam penelitian studi eksperimental ini meliputi proses injeksi molding plastik, sifatsifat plastik, sifat-sifat material biokomposit, pengujian

Pemberian pupuk organik cair Super Bionik pada tanaman memberikan keuntungan, yaitu akan memberikan respons yang positif jika konsentrasi yang diberikan tepat dan

Staf Pelaksana pada Biro Hukum mempunyai tugas membantu Kepala Subbagian dalam rangka penyiapan penyusunan rancangan peraturan KPU, advokasi, penyelesaian sengketa, dan

Springate model dapat digunakan sebagai prediktor terhadap perusahaan. Fatmawati (2014) menyatakan hasil penelitiannya