• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GRATITUDE TERHADAP HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN LIFE SATISFACTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH GRATITUDE TERHADAP HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN LIFE SATISFACTION"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Ida Nur Kusumawati

201210230311102

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

PENGARUH GRATITUDE TERHADAP HUBUNGAN ANTARA

MATERIALISME DAN LIFE SATISFACTION

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh:

Ida Nur Kusumawati

201210230311102

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allh SWT yang

telah melimpahkan hidayah dan nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pengaruh Gratitude terhadap Hubungan antara Materialisme dan Life Satisfaction”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di

Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Zakarija Achmat, S.Psi., M.Si., dan Adhyatman Prabowo, M.Psi. selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta tambahan ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Yuni Nurhamida, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi sekaligus dosen wali yang telah mendukung penulis sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah membagi ilmu dan pengalaman yang

akan sangat berguna bagi penulis di masa yang akan datang.

5. H. Kusman Adi Sanyata, M.Mar.E. dan Hj. Ninik Sulastri, Ayah dan Ummi terhebat yang selalu memberikan do’a tiada putus, kasih sayang tanpa batas serta dukungan moral dan finansial sehingga penulis memiliki motivasi yang besar dalam menyelesaikan pendidikan.

6. Mbak Lilik yang menjadi tempat berkeluh kesah dan selalu memberi semangat serta dukungan luar biasa sehingga penulis mampu menyelesaikan berbagai permasalahan dan selalu bisa bangkit kembali saat mengalami keterpurukan. Tidak lupa terimakasih untuk Mas Fuad, kakak ipar yang selalu memberi dukungan pada penulis.

7. Dek Hana yang menjadi partner of crime dan selalu menghibur dengan tingkahnya konyol dan lucu sehingga penulis selalu merasa bersemangat.

8. Mbak Latifah yang menjadi tempat mencurahkan isi hati sehingga penulis tetap bersemangat.

9. Mas Hidayat, Mbak Afifah yang juga selalu memberi semangat

10.Teman-teman yang telah membantu penulis selama ini, Mbak Leli, Amita, Yunda, Nina, Niki, Arwina, Nurlaili.

11.Teman-teman angkatan 2012 kelas F yang telah berjuang bersama selama di perkuliahan.

12.Teman-teman dari Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Islam Negeri Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang dan Universitas Islam Malang yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

(6)

v

Penulis menyadari bahwa tidak ada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.

Malang, Februari 2016 Penulis

(7)

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... 1

LATAR BELAKANG ... 2

MATERIALISME ... 4

LIFE SATISFACTION ... 5

GRATITUDE ... 6

MATERIALISME, LIFE SATISFACTION DAN GRATITUDE ... 8

HIPOTESA PENELITIAN ... 9

METODE PENELITIAN ... RANCANGAN PENELITIAN ... 9

SUBJEK PENELITIAN ... 10

VARIABEL DAN INSTRUMEN PENELITIAN ... 10

PROSEDUR DAN ANALISA DATA PENELITIAN ... 11

HASIL PENELITIAN... 12

DISKUSI ... 18

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 21

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Macam-macam Virtues dan Strengths ... 7

Tabel 2. Indeks Validitas Instrumen Penelitian ... 11

Tabel 3. Koefisien Reliabilitas Instrumen ... 11

Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian ... 12

Tabel 5. Kategorisasi ... 12

Tabel 6. Nilai Tolerance dan VIF ... 14

Tabel 7. Korelasi Spearman’s rho ... 14

Tabel 8. Model Summary ... 15

Tabel 9. Korelasi dan Koefisien Determinasi Materialisme dan Life Satisfaction ... 15

Tabel 10. Korelasi Gratitude dan Life Satisfaction ... 16

Tabel 11. Korelasi Materialisme dan Gratitude ... 17

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

1

Pengaruh Gratitude terhadap Hubungan Antara Materialisme dan

Life Satisfaction

Ida Nur Kusumawati

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang idanurkusuma@gmail.com

Life satisfaction merupakan salah satu bagian dari subjective well-being, sedangkan materialisme adalah keyakinan seseorang bahwa harta adalah sumber kebahagiaan sehingga materialisme justru dapat membuat orang tidak merasa bahagia saat keinginannya tidak terpenuhi. Adanya gratitude atau rasa syukur dapat meningkatkan life satisfaction pada diri individu meskipun individu tersebut memiliki kecenderungan materialisme yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gratitude sebagai variabel moderating terhadap hubungan antara materialisme dan life satisfaction. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah adaptasi dari The Material Value Scale, The Satisfaction With Life Scale dan The Gratitude Questionnaire Six-Item Form. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 300 mahasiswa di kota Malang dengan teknik sampling berupa accidental sampling. Dari hasil Moderated Regression Analysis (MRA), diperoleh koefisien determinasi (R-square) sebesar 0,216 dengan p= 0,000 yang berarti materialisme dan gratitude dapat meningkatkan life satisfaction

sebanyak 21,6% dan 78,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Namun hasil uji signifikansi parameter individual menunjukkan bahwa gratitude bukan variabel moderator sehingga tidak mempengaruhi hubungan antara materialisme dan life satisfaction.

Kata kunci: Materialisme, Life satisfaction, Gratitude, Mahasiswa kota Malang

Life satisfaction is a part of subjective well-being, while materialism is someone’s belief that the wealth is a source of happiness, but actually materialism can make a people feeling unhappy when his wish wasn’t fulfilled. Gratitude can improve satisfaction in individual life, although the individual has a high materialism tendency. This research purposes to determine the effect of gratitude as a moderating variable in the relationship between materialism and life satisfaction. The research design used is quantitative correlational design. Instruments used were the adaptation scale from The Material Value Scale, The Satisfaction With Life Scale and The Gratitude Questionnaire Six-Item Form. The number of subjects in this research were 300 college students in Malang city with accidental sampling as the sampling technique. The result showed that in Moderated Regression Analysis (MRA), coefficient of determination (R square) is 0,216 with p= 0,000. It means that materialism and gratitude may increase life satisfaction as much as 21,6% and 78,4% influenced by other factors. From individual parameter significance test known that the gratitude was not a moderating variable, so it was not take the effect in the relationship between materialism and life satisfaction.

(12)

Saat ini mahasiswa memasuki dunia perkuliahan bukan hanya semata-mata untuk mencari ilmu, namun tujuan finansial masa depan justru menjadi fokus utama. Pada akhirnya tujuan dari belajar adalah untuk memperoleh pekerjaan yang bagus dan kesuksesan karir yang tidak dapat dipungkiri bahwa indikator kesuksesan itu dinilai dari kesuksesan finansial (banyaknya gaji yang diterima). Bahkan saat ini kesuksesan sebuah lembaga pendidikan dinilai dari seberapa banyak lulusannya diserap ke dunia kerja. Sehingga tidak jarang kita jumpai bahwa banyak lembaga pendidikan yang menjanjikan lulusannya akan segera mendapat pekerjaan menjadi banyak peminatnya.

Ketika kesuksesan finansial menjadi fokus utama seseorang dalam menjalani pendidikan maka hal-hal yang jauh lebih penting akan terabaikan. Lembaga pendidikan yang seharusnya memberikan pendidikan karakter kepada generasi muda justru akan membuat generasi muda menghalalkan segala cara untuk memperoleh nilai yang bagus. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini hasil belajar lebih dihargai dibandingkan proses belajar itu sendiri.

Dunia perkuliahan merupakan pengenalan bagi mahasiswa terhadap kehidupan nyata. Banyak sekali mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua untuk menuntut ilmu di bidang yang diminati oleh masing-masing individu. Tentunya mahasiswa masih banyak yang bergantung pada orang tua terkait biaya hidup. Namun karena sosialisasi dengan teman dari berbagai latar belakang ekonomi, sosial maupun budaya, maka hal tersebut berpengaruh pada bagaimana gaya hidup mereka dan nilai-nilai yang mereka ikuti. Mungkin banyak mahasiswa yang terpengaruh oleh gaya hidup orang lain dan juga memberikan pengaruh kepada orang lain secara tidak disadari terkait nilai-nilai hidup.

Selain kondisi dunia pendidikan yang telah dijelaskan diatas, salah satu fenomena yang marak terjadi pada mahasiswa saat ini adalah seringnya mengganti gadget untuk sekedar menjaga

self-image. Selain itu, saat ini kita sering menjumpai mahasiswa yang berbelanja secara berlebihan tanpa memikirkan masalah finansial. Sering kita lihat bahwa saat berbelanja, mereka mengeluarkan uang yang tidak sedikit dan terkadang justru terkesan tidak masuk akal. Banyaknya pengeluaran itu sering diakibatkan oleh provokasi media seperti televisi, internet, majalah dan sebagainya yang mana kebanyakan menawarkan diskon yang menarik.

Keinginan mahasiswa untuk berbelanja seringkali dipicu oleh mudahnya mereka dalam mendapatkan uang. Kondisi ekonomi orang tua yang terbilang cukup dalam segala hal membuat anak-anak mereka bisa memperoleh uang dengan mudah. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti kepada 15 orang mahasiswa, peneliti mendapatkan informasi bahwa mereka menghabiskan uang untuk berbelanja. Mereka menerima uang paling sedikit sekitar dua juta rupiah setiap bulannya. Ada pula yang bahkan menghabiskan uang tersebut sebelum satu bulan sehingga tak jarang untuk meminta tambahan lagi. Bahkan, 10 dari 15 informan tersebut mengaku bahwa mereka mengganti gadget setidaknya setiap 3 hingga 4 bulan sekali. Alasan mereka mengganti gadget tersebut adalah untuk menjaga gengsi (self-image) di mata teman-teman sepergaulannya.

(13)

diluar kebutuhan dan hanya mementingkan kepuasan. Mereka ingin tampak berbeda dan lebih dari teman-temannya sehingga tidak mempedulikan berapa uang yang harus mereka keluarkan untuk memenuhi keinginan tersebut.

Salah satu nilai yang mungkin berpengaruh secara tidak disadari pada saat mahasiswa yang sering menghabiskan banyak pengeluaran adalah nilai materialistik. Dengan adanya perkembangan zaman dan teknologi, banyak orang yang mungkin merasa kurang puas ketika tidak memiliki alat komunikasi dan komputer canggih, pakaian bermerek ataupun makan di tempat-tempat yang tergolong high-class. Pada akhirnya materialisme menjadi satu nilai yang diikuti mahasiswa untuk menjaga self-image. Ketika nilai materialistik menjadi sesuatu yang dianut pada sistem nilai diri seseorang maka menurut Kasser dkk(2004), personal well-being

pada diri orang tersebut akan menurun. Richins dan Dawson (1992) menyatakan, banyak peneliti yang menemukan bahwa individu yang menekankan pada pentingnya kepemilikan materi cenderung kurang merasakan kepuasan hidup. Selain merasa kurang puas dengan hidupnya, seseorang yang materialistis akan cenderung kurang puas juga terhadap berbagai hal dalam hidupnya, seperti kurang puas dengan standar hidup mereka, kehidupan keluarga mereka serta kurang puas dengan kesenangan yang mereka rasakan.

Life satisfaction atau kepuasan hidup merupakan suatu penilaian kognitif seseorang terhadap kehidupannya dimana individu akan memandang hidupnya baik dan memuaskan dengan membandingkan kondisi yang dialami saat ini dengan standar kepuasan hidup yang dimiliki.

Life satisfaction merupakan satu hal yang sangat penting untuk dimiliki seseorang, karena jika seseorang memiliki life satisfaction yang tinggi atau individu tersebut puas terhadap kehidupan yang dijalaninya, maka orang tersebut akan mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis (personal well-being). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Singapura oleh Kau dkk (2000) ditemukan bahwa individu yang memiliki orientasi materialistis tinggi cenderung kurang puas dengan kehidupan, teman serta harta benda yang mereka miliki dibandingkan dengan individu yang memiliki orientasi materialistis rendah.

Gratitude memiliki pengaruh yang berbeda terhadap personal well-being pada diri seseorang. Menurut Kneezel dan Emmons (2006), gratitude meningkatkan personal well-being pada diri seseorang karena gratitude akan membantu orang tersebut dalam memenuhi kebutuhan psikologis dasar yaitu competence, autonomy dan relatedness. Gratitude merupakan sebuah emosi positif yang bertolak belakang dengan emosi negatif seperti cemburu, marah dan cemas. Menurut Emmons & McCullough (2004), gratitude akan membuat seseorang lebih bijaksana dalam menyikapi lingkungannya. Sedangkan jika seseorang kurang memiliki

gratitude dalam dirinya, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap keharmonisan lingkungan yang telah ada.

Orang yang memiliki gratitude rendah, akan cenderung tidak menyukai kebaikan yang diterimanya atau berpikiran sempit terhadap orang yang baik terhadap dirinya. Jika seharusnya seseorang menerima sebuah kebaikan dengan hati yang senang dan penuh rasa syukur, maka sebaliknya orang yang kurang memiliki gratitude justru akan menerima kebaikan orang lain dengan rasa marah, dengan cemoohan atau caci maki. Oleh karena itu

gratitude sangat penting dimiliki oleh seseorang agar orang tersebut dapat menjalani hidup yang menyenangkan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Froh dkk (2009) tentang gratitude dan materialisme yang digunakan untuk memprediksi beberapa hal, salah satunya adalah life satisfaction,

(14)

variabel tersebut berkorelasi positif. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena gratitude

memiliki peran dalam menentukan tingkat life satisfaction pada individu.

Dari penggambaran masalah tersebut dapat ditarik benang merah bahwa seseorang yang memiliki nilai materialistik tinggi pada dirinya dengan tingkat gratitude yang rendah akan cenderung kurang puas terhadap hidupnya karena materialisme merupakan gaya hidup dimana seseorang selalu mencari benda-benda yang menurutnya akan memenuhi kebutuhan dasarnya (Kasser, 2002). Padahal saat ini teknologi terus berkembang dan kemungkinan akan membuat orang merasa terus menginginkan benda-benda baru yang lebih bagus dan canggih, sehingga orang tidak akan puas dengan apa yang dimilikinya. Namun sebaliknya, orang yang memiliki nilai gratitude tinggi pada dirinya akan cenderung merasa puas atas apa yang dimilikinya karena orang yang memiliki gratitude tinggi akan merasa bahwa dia harus bersyukur dengan apa yang dimilikinya. Dengan demikian, hubungan antara materialisme dan

life satisfaction akan ditentukan oleh gratitude. Namun dapat diprediksikan bahwa seseorang yang memiliki gratitude yang tinggi akan memiliki nilai materialisme yang rendah karena dalam penelitiannya, Froh dkk (2009) menemukan hubungan negatif antara materialisme dan

gratitude.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara materialisme dengan life satisfaction jika ditinjau dari tingkat gratitude yang dimiliki seseorang. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gaya hidup materialistis yang dihubungkan dengan

life satisfaction pada mahasiswa dengan variabel moderating berupa tingkat gratitude. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena melihat fenomena kecenderungan gaya hidup materialistis pada mahasiswa saat ini serta bagaimana kepuasan hidup mereka menjadi sebuah pembahasan yang menarik untuk dikaji, khususnya kita sebagai ilmuwan psikologi. Selain itu, setelah penelitian ini dilakukan, maka data-data yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap kajian psikologi positif yang masih tergolong baru dalam ranah keilmuan psikologi.

Materialisme

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), materialisme didefinisikan sebagai pandangan hidup seseorang yang menganggap dasar dari segala sesuatu berasal dari alam kebendaan semata tanpa memperhitungkan alam inderawi. Kemudian dalam kajian ilmu psikologi, Kasser (2002) mendefinisikan materialisme sebagai sebuah pandangan yang berisi sikap, keyakinan, orientasi dan nilai-nilai individu yang mementingkan kepemilikan barang atau kekayaan materi diatas nilai-nilai hidup yang lain seperti nilai intelektual, spiritual dan sosial.

(15)

Richins dan Dawson (1992) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki nilai materialistis cenderung menganggap bahwa memperoleh harta benda merupakan tujuan hidup yang utama. Adapun aspek-aspek yang menjadi indikator dari nilai materialistik yaitu:

1. Acqussition centrality yaitu keyakinan bahwa kekayaan materi merupakan tujuan hidup yang paling penting. Seseorang yang materialistik menempatkan kekayaan sebagai pusat kehidupan. Pada titik paling ekstrim, seseorang akan memuja kekayaan material dimana kekayaan menjadi pengontrol arah perilaku mereka.

2. Acqussition as the pursuit of happiness adalah pandangan atau keyakinan bahwa kekayaan materi merupakan jalan utama menuju kebahagiaan individu, citra diri yang positif dan kehidupan yang lebih baik. Harta benda dianggap sebagai sumber kepuasan hidup dan well-being bagi orang yang materialistik, sehingga mereka mencari kebahagiaan hanya dari harta benda saja tanpa peduli pada sumber kebahagiaan yang lain seperti hubungan sosial dan prestasi.

3. Possession defined success yakni suatu keyakinan bahwa harta, uang dan barang-barang milik pribadi adalah alat untuk mengevaluasi prestasi diri sendiri dan orang lain karena orang yang materialistik memandang bahwa kesuksesan seseorang dapat dilihat dari berapa banyak uang yang dikumpulkan dan berapa banyak harta yang dimiliki. Jadi mereka memandang bahwa kesejahteraan seseorang hanya dapat dilihat dari materi saja. Selain itu mereka juga memandang bahwa harta tidak hanya memberikan status pada pemiliknya namun juga memproyeksikan kesan diri yang dibayangkan serta kesempurnaan hidup yang diinginkan.

Dalam penelitian Kasser (2002) ditemukan bahwa harta benda atau kekayaan memiliki pengaruh yang relatif kecil terhadap kebahagiaan. Bahkan dalam hasil penelitian oleh Richins dan Dawson (1992) diketahui bahwa individu yang mementingkan kepemilikan materi justru mengalami penurunan kepuasan hidup. Hal ini berarti bahwa tidak selamanya harta benda dapat membuat orang merasakan kepuasan hidup. Karena kepuasan hidup sendiri banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Life Satisfaction

Menurut Diener dkk (1985), life satisfaction merupakan proses penilaian kognitif pada diri seseorang yang bergantung pada perbandingan keadaan dirinya dengan standar yang sesuai baginya. Sedangkan Sousa dan Lyubomirsky (2001) mendefinisikan life satisfaction sebagai sebuah penilaian subjektif dari kualitas hidup seseorang. Pengertian tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Shin dan Johnson (dalam Diener dkk, 1985) bahwa life satisfaction

merujuk pada penilaian global seseorang terhadap kualitas hidupnya menurut kriteria yang dipilihnya. Kemudian Huebner dkk (2000) mengungkapkan bahwa kepuasan hidup merupakan evaluasi kognitif seseorang terhadap hidupnya secara global. Diener dkk (1985) mengungkapkan lima komponen dari life satisfaction, yaitu:

a. Keinginan untuk mengubah kehidupan b. Kepuasan terhadap kehidupan saat ini c. Kepuasan hidup di masa lalu

d. Kepuasan terhadap kehidupan di masa mendatang e. Penilaian terhadap kehidupan

(16)

a. Dimensi keluarga yaitu ketika seseorang merasa puas terhadap kehidupan keluarganya. Dalam dimensi ini seseorang menikmati waktunya saat bersama keluarga dan menilai bahwa keluarganya lebih baik dari keluarga yang lain. Dalam hal ini seseorang akan selalu memberikan penilaian positif terhadap keluarganya.

b. Dimensi teman yaitu ketika seseorang puas dengan kehidupan pertemanannya. Dalam kondisi ini individu akan menilai bahwa teman-temannya memperlakukan dirinya dengan baik. Orang tersebut akan menganggap bahwa teman-temannya merupakan orang-orang yang berharga dalam hidupnya karena menganggap bahwa dirinya memiliki banyak waktu untuk bersenang-senang bersama teman-temannya, menilai bahwa dirinya memiliki teman yang cukup serta menilai bahwa teman-temannya akan membantu jika dirinya membutuhkan

c. Dimensi sekolah yaitu ketika seorang individu menganggap bahwa sekolah atau kampus tempatnya belajar adalah tempat yang menarik sehingga dirinya suka berada di sekolah dan menikmati kegiatan-kegiatan didalamnya.

d. Dimensi diri sendiri yakni kepuasan seseorang terhadap dirinya dan menilai bahwa dirinya adalah orang baik, good looking, disukai banyak orang dan menilai bahwa dirinya mampu melakukan banyak hal dengan baik.

e. Dimensi lingkungan tempat tinggal yaitu kesenangan seseorang terhadap tempat dimana dirinya tinggal saat ini. Orang tersebut menilai bahwa rumah keluarganya adalah rumah yang bagus. Orang tersebut menyukai tetangga sekitarnya dan menilai bahwa kota tempat tinggalnya dipenuhi orang-orang yang berarti dan ada banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan di tempat tinggalnya.

Menurut Martikainen (dalam Linsiya, 2015), life satisfaction dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Faktor usia, dimana seseorang yang berada pada usia kurang dari 24 tahun dan lebih dari 44 tahun cenderung lebih puas terhadap kehidupannya dibandingkan individu yang berusia 24 hingga 44 tahun yang termasuk pada tahap perkembangan dewasa madya.

2. Status ekonomi atau tingkat pendapatan dapat mempengaruhi tingkat kepuasan hidup individu.

3. Pekerjaan, dimana seseorang yang memiliki pekerjaan lebih merasakan kepuasan hidup dibandingkan yang tidak memiliki pekerjaan.

4. Status perkawinan dan dukungan sosial dari orang lain dapat berpengaruh pada tingkat kepuasan hidup.

5. Trait yang berkaitan dengan kompetensi pribadi turut mempengaruhi kepuasan hidup individu.

6. Pengalaman dan berbagai peristiwa dalam kehidupan individu juga mempengaruhi life satisfaction.

Chang dkk (dalam Linsiya, 2015) berpendapat bahwa konsep diri yang dimiliki individu mempengaruhi life satisfaction individu terkait dimana konsep diri ini berupa penilaian kognitif individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Selanjutnya, Lim dan Putnam (2010) menemukan bahwa tingkat religiusitas individu berpengaruh pada tingkat kepuasan hidupnya.

Gratitude

Gratitude didefinisikan dalam berbagai literatur sebagai emosi, nilai moral, sikap, personality trait dan coping style. Gratitude berasal dari bahasa Latin gratia yang berarti grace atau

(17)

kata gratia selalu berhubungan dengan kebaikan, kemurahan hati, dan keindahan memberi maupun menerima. Gratitude memiliki kedudukan utama dalam berbagai pandangan filosofis maupun religius. Agama-agama seperti Islam, Kristen, Hindu dan Buddha telah mengakui pentingnya gratitude (Emmons dan Crumpler, 2000) sehingga gratitude disebut sebagai nilai terbesar dalam diri individu dan menjadi induk dari nilai-nilai kebaikan yang lain. Gratitude

merupakan suatu bentuk emosi positif dalam mengekspresikan kebahagiaan dan rasa terimakasih terhadap segala kebaikan yang diterima (Seligman, 2002). Individu bersyukur karena menyadari bahwa dirinya banyak menerima kebaikan, penghargaan dan pemberian baik dari Tuhan, orang lain dan lingkungan sekitarnya sehingga terdorong untuk membalas, menghargai dan berterimakasih atas segala sesuatu yang diterimanya dalam bentuk perasaan, perkataan dan perbuatan.

Peterson & Seligman (2004) memaparkan 6 virtues dan 24 strengths yang mana pada masing-masing virtue terdapat beberapa strengths. Adapun macam-macam virtues dan strengths

tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Macam-macam Virtues dan Strengths

Virtue Strengths

Courage Bravery, Persistence, Integrity, Vitality Humanity Love, Kindness, Social Intelligence

Transcendence Appreciation of Beauty and Excellence, Gratitude, Hope, Humor, Spirituality

Temperance Self-regulation, Prudence, Humility or Modesty , Forgiveness and Mercy

Justice Leadership, Fairness, Citizenship

Wisdom and Knowledge Creativity, Curiosity, Open-mindedness, Love of Learning, Perspective

Dalam tabel diatas terlihat bahwa gratitude merupakan salah satu dari 24 strength dimana

gratitude termasuk dalam transcendence virtue. Menurut Lopez dan Snyder (2003), gratitude

merupakan perasaan syukur seseorang dan penghargaan terhadap kebaikan-kebaikan yang diterima.

Secara konseptual, gratitude terbagi dalam dua tingkat, yaitu state (keadaan) dan trait (sifat). Sebagai sebuah keadaan, gratitude berarti perasaan subjektif berupa kekaguman, berterimakasih dan menghargai segala sesuatu yang diterima. Sedangkan sebagai sifat,

gratitude diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk merasakan gratitude dalam hidupnya, meskipun kecenderungan untuk merasakan gratitude itu tidak selalu muncul namun seseorang yang memiliki kecenderungan ini akan lebih sering berterimakasih dalam situasi-situasi tertentu. McCullough dkk (2002) membedakan trait gratitude dalam empat aspek, yaitu:

1. Intensity, orang yang memiliki tingkat gratitude yang tinggi akan sangat bersyukur ketika terjadi hal-hal positif

2. Frequency, individu dengan gratitude yang tinggi lebih sering mengungkapkan rasa syukur setiap hari.

(18)

4. Density, individu yang memiliki gratitude yang tinggi lebih sering merasakan perasaan berterimakasih terhadap lebih banyak orang.

McCullough dkk (2002) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

gratitude yaitu:

1. Emotionality yaitu suatu kecenderungan dimana seseorang merasa emosional dan menilai kepuasan hidupnya.

2. Prosociality yaitu kecenderungan seseorang untuk diterima di lingkungan sosial.

3. Religiousness yaitu sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai transendental, keagamaan dan keimanan seseorang.

Sedangkan menurut Froh dkk(2009) faktor-faktor yang mempengaruhi gratitude yaitu: 1. Afek positif yakni perasaan positif individu yang dapat menimbulkan gratitude.

2. Persepsi teman sebaya yang memberikan pengaruh kepada individu untuk bersyukur. 3. Peran keluarga dalam memberikan dukungan terhadap individu ketika menghadapi

permasalahan sehingga individu akan merasa lebih bersyukur karena adanya dukungan dan perhatian yang diterima.

4. Rasa optimis yang menjadikan individu cenderung menilai segala sesuatu secara positif.

Gratitude ini diberikan secara interpersonal (kepada orang lain) atau secara transpersonal (kepada alam atau Tuhan). Emmons dan Mc Cullough (2003) menemukan bahwa gratitude

memiliki banyak manfaat yaitu:

 Manfaat psikologis berupa meningkatkan perasaan positif, perhatian, lebih banyak energi dan antusiasme.

 Manfaat fisik yaitu mengurangi penyakit, membuat tidur lebih nyenyak dan meningkatkan gerak badan.

 Manfaat interpersonal seperti tidak merasa sendiri dan lebih terhubung dengan orang lain.

Karena banyaknya manfaat yang diperoleh dari gratitude, maka hal tersebut menjadi salah satu faktor kebahagiaan menurut Seligman (2002). Seseorang mungkin akan bahagia dengan memiliki harta yang banyak, pernikahan yang harmonis, kehidupan sosial yang baik, usia yang panjang, maupun kesehatan dan agama. Namun faktor-faktor kebahagiaan tersebut tidak menimbulkan rasa bahagia dalam waktu yang lama karena menurut Seligman, rasa bahagia dalam rentang waktu yang lama hanya bisa diperoleh dengan adanya gratitude dalam diri individu. Gratitude dapat melintasi semua kondisi kehidupan. Orang bisa bahagia dengan kondisi apapun yang dimilikinya, tergantung seberapa besar orang itu dapat mensyukuri apa yang ada dalam hidupnya.

Materialisme, Life Satisfaction dan Gratitude

(19)

hidup akan tercapai. Karena gratitude merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi kebahagiaan seseorang (Seligman, 2002).

Materialisme berhubungan negatif dengan life satisfaction dan gratitude berhubungan positif dengan life satisfaction. Individu yang memiliki kecenderungan materialistis akan merasa kurang puas dengan hidupnya, namun dengan adanya gratitude, individu akan memiliki kepuasan hidup. Sehingga dapat dijelaskan bahwa hubungan antara materialisme dan life satisfaction ditentukan oleh tingkat gratitude. Dalam penelitian ini gratitude menjadi variabel moderator dimana variabel ini akan mempengaruhi hubungan yang muncul pada variabel dependen dan variabel independen.

Berdasarkan penjelasan hubungan antar-variabel diatas maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Hipotesa Penelitian

Kerangka berpikir di atas menjadi dasar bagi peneliti untuk mengajukan hipotesa penelitian

yaitu “gratitude berpengaruh terhadap arah hubungan materialisme dan life satisfaction”.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan penelitian dimana banyak menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran data hingga penampilan hasilnya (Sugiyono, 2012). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah causative correlational

MATERIALISME

GRATITUDE

(20)

research dimana pada penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel yang lain dengan adanya pengaruh dari variabel moderator.

Subjek Penelitian

Populasi merupakan subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa secara umum di Kota Malang. Karena jumlah populasi tak terbatas, maka pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-probability sampling dimana penentuan sampel tidak dilakukan berdasarkan teori probabilitas. Teknik non-probability sampling yang dipilih oleh peneliti adalah accidental sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada kemudahan mengakses populasi subjek penelitian (Kumar, 2011). Kerlinger dan Lee (2000) menjelaskan bahwa dalam sebuah penelitian, jika subjek yang diambil semakin besar, maka

error statistik akan semakin kecil. Roscoe (dalam Sekaran, 2006) berpendapat bahwa ukuran sampel yang tepat untuk penelitian adalah 30-500 dan dalam penelitian multivariat, sebaiknya ukuran sampel 10 kali lebih besar dibandingkan variabel penelitian. Berdasarkan pernyataan tersebut maka peneliti akan mengambil sampel penelitian sebesar 300 mahasiswa.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah life satisfaction yaitu suatu kondisi dimana individu merasakan kepuasan terhadap kualitas hidup yang dimilikinya. Dalam penelitian ini

life satisfaction merupakan skor yang diperoleh subjek tentang life satisfaction yang diukur dengan The Satisfaction With Life Scale (SWLS) berbentuk skala likert yang disusun berdasarkan komponen-komponen life satisfaction yang diungkapkan oleh Diener dkk (1985). Jika skor total semakin tinggi, maka life satisfaction semakin tinggi pula. Instrumen life satisfaction ini diadaptasi dari instrumen aslinya yang berbahasa Inggris. Instrumen life satisfaction terdiri dari 5 item, dan berdasarkan hasil try out menunjukkan bahwa tidak ada item yang gugur.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah materialisme yaitu suatu pandangan, sikap dan keyakinan individu yang sangat mementingkan kepemilikan materi. Dalam penelitian ini materialisme akan diukur menggunakan The Material Values Scale (MVS) yang dikembangkan oleh Richins (2004) dalam bentuk skala likert. Tinggi rendahnya materialisme diukur berdasarkan tinggi rendahnya skor yang diperoleh subjek pada MVS dimana semakin tinggi skor maka semakin tinggi pula materialisme subjek. Hasil try out untuk MVS yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia menunjukkan bahwa dari 18 item, terdapat 5 item yang harus digugurkan karena r-hitung yang dihasilkan dalam analisa korelasi skor item dan skor total lebih rendah dari r-tabel sehingga terdapat 13 item yang valid.

Dalam penelitian ini terdapat variabel moderator yaitu variabel yang mana tinggi rendahnya atau kuat lemahnya akan mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah gratitude yaitu suatu kondisi dimana individu merasa bersyukur atas segala sesuatu yang diterima atau dialami dalam hidupnya. Variabel ini akan diukur dengan The Gratitude Questionnaires Six Item Form (GQ-6) berupa skala likert yang disusun oleh McCullough dkk (2002). Jika skor semakin tinggi maka semakin tinggi pula tingkat gratitude yang dimiliki subjek.

(21)

sebesar 0,195 dengan jumlah subjek 100 dan signifikansi 5% untuk uji dua sisi (Coolican, 2004). Indeks validitas item dilihat berdasarkan nilai korelasi skor item dengan skor total (r-hitung). Jika nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel=0,195 maka item tersebut valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Berdasarkan hasil tryout, tidak ada item yang gugur pada instrumen life satisfaction dan gratitude, sedangkan pada instrumen materialisme terdapat 5 item yang gugur dari 18 item. Berikut ini adalah rincian indeks validitas dari masing-masing instrumen penelitian:

Tabel 2. Indeks Validitas Instrumen Penelitian

Instrumen Jumlah Item The Satisfaction With Life Scale

(SWLS)

Selain indeks validitas, koefisien reliabilitas instrumen menjadi sesuatu yang sangat penting untuk diuji karena reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan instrumen tersebut dapat dipercaya (Azwar, 2013). Dalam penelitian ini, koefisien reliabilitas yang ditunjukkan oleh koefisien Cronbach’s Alpha. Menurut Gaur & Gaur (2009), nilai

Cronbach’s Alpha diatas 0,7 dapat dikatakan sebagai reliabilitas skala yang cukup bagus untuk digunakan dalam penelitian. Berikut ini adalah detail koefisien Cronbach’s Alpha dari masing-masing instrumen penelitian:

Tabel 3. Koefisien Reliabilitas Instrumen

Instrumen Penelitian Cronbach’s Alpha

The Satisfaction With Life Scale (SWLS) 0,710

The Material Values Scale (MVS) 0,867

The Gratitude Questionnaires Six Item Form (GQ-6)

0,765

Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat disimpulkan bahwa tiga instrumen yang dipakai dalam penelitian ini reliabel karena memiliki koefisien reliabilitas diatas 0,7 dan dalam Tabel 2 diketahui bahwa tiga instrumen tersebut memiliki indeks validitas yang memadai sehingga instrumen tersebut layak untuk dipakai dalam penelitian.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Secara umum penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan analisa data. Prosedur penelitian ini dimulai dengan mempersiapkan instrumen yang mana instrumen dari tiga variabel penelitian ini seluruhnya diadaptasi dari instrumen penelitian berbahasa Inggris yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya. Proses adaptasi dimulai dengan menerjemahkan instrumen penelitian melalui lembaga Language Center

(22)

sebanyak 100 subjek dengan metode single-trial administration. Kemudian hasil try out

tersebut dianalisa untuk mengetahui indeks validitas dan koefisien reliabilitasnya.

Setelah melaksanakan tryout dan menghasilkan instrumen penelitian yang valid dan reliabel, selanjutnya peneliti melaksanakan kegiatan penelitian. Kegiatan penelitian ini dilakukan di 5 universitas di Kota Malang. Pengambilan data dilakukan pada 300 subjek mahasiswa. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisa data dengan statistik.

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) untuk menguji hubungan antar-variabel serta seberapa besar pengaruh variabel moderator terhadap variabel terikat. Proses analisa data tersebut akan dilakukan dengan menggunakan software

perhitungan statistik yaitu SPSS for windows versi 21.00. Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu peneliti melakukan uji prasyarat regresi yaitu uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada subjek mahasiswa Kota Malang sebanyak 300 mahasiswa. Tabel berikut menjelaskan data subjek dalam penelitian ini.

Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian

Kategori Jumlah Subjek

Usia Remaja Akhir (17-19 tahun) 70 Dewasa Awal (20-23 tahun) 230

Jenis Kelamin Laki-laki 61

Perempuan 239

Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa 70 subjek merupakan mahasiswa yang sedang menempuh semester 1 dan 3 dengan rentang usia 17-19 tahun, sedangkan 230 subjek merupakan mahasiswa yang sedang menempuh semester 5 dan 7 dengan rentang usia 20-23 tahun. Jika ditinjau dari jenis kelamin, sebanyak 61 subjek berjenis kelamin laki-laki dan 239 subjek berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan data hasil penelitian, peneliti mengkategorisasikan skor yang diperoleh subjek dalam 5 kategori yaitu Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), dan Sangat Rendah (SR). Berikut ini adalah rincian kategorisasi berdasarkan norma kelompok yang disusun dengan penghitungan Mean (rata-rata) dan Standar Deviasi:

Tabel 5. Kategorisasi

Variabel Mean SD Kategori Jumlah Subjek

Materialisme 42,22 12,53

ST ≥ 61 26

(23)

Life

Satisfaction 23,31 4,92

ST ≥ 31 21

T 26 – 30 80 S 21 – 25 125 R 16 – 20 49 SR < 16 25

Gratitude 35,7 4,68

ST ≥ 41 44

T 38 – 40 71 S 33 – 37 131 R 28 – 32 28 SR < 28 26

Dalam norma kelompok diatas tampak bahwa mayoritas subjek termasuk dalam kategori sedang yaitu sekitar 40% subjek. Dari jumlah subjek yang masuk dalam masing-masing kategori, dapat dilihat bahwa masing-masing variabel memiliki hubungan. Untuk memperjelas apakah hubungan tersebut positif atau negatif, berpengaruh atau tidak, dapat kita lihat melalui hasil analisis statistika. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Moderated Regression Analysis (MRA).

Sebelum melakukan analisis regresi, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat untuk memastikan bahwa model regresi tidak bermasalah. Uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas data. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Normal Probability Plots yaitu grafik yang digunakan untuk mengetahui nilai regresi residual terdistribusi normal atau tidak dalam sebuah model regresi. Distribusi regresi residual harus normal atau mendekati normal pada model regresi yang baik (Priyatno, 2010). Syarat kenormalan adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal. Gambar berikut ini adalah hasil dari uji normalitas dengan Normal Probability Plots:

Gambar 2. Normal Probability Plots

(24)

Setelah uji normalitas, syarat analisis regresi selanjutnya adalah uji multikolinearitas untuk mengetahui hubungan variabel independen dalam model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan VIF.

Tabel 6. Nilai Tolerance dan VIF

Coefficientsa Dalam Tabel 6 diatas dapat kita lihat bahwa nilai Tolerance adalah 0,884 dan nilai VIF adalah 1,131. Dalam kebanyakan penelitian, jika Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Priyatno, 2010). Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak mengalami masalah multikolinearitas.

Uji prasyarat selanjutnya adalah uji heteroskedastisitas untuk mengetahui tidak adanya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Uji heteroskedastisitas ini menggunakan metode korelasi Spearman’s rho. Berikut ini adalah tabel hasil uji korelasi

Spearman’s rho:

Tabel 7. Korelasi Spearman’s rho

(25)

Sig.

(2-**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pengambilan keputusan dalam uji heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat nilai signifikansi antara variabel independen dengan residual. Dalam penelitian ini variabel independen yaitu materialisme dan gratitude yang tampak dalam tabel diatas bahwa nilai signifikansi materialisme adalah 0,781 dan signifikansi gratitude adalah 0,941, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Uji prasyarat terakhir adalah uji autokorelasi yang mana model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Dalam uji ini perlu dilihat nilai dL dan dU dalam tabel Durbin Watson. a. Predictors: (Constant), Gratitude, Materialisme

b. Dependent Variable: Life_Satisfaction

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai Durbin-Watson adalah 1,971 sehingga keputusan yang dapat diambil adalah tidak terjadi autokorelasi karena dU < DW < 4-dU = 1,817 < 1,971 < 2,183.

Setelah memenuhi seluruh uji prasyarat maka dapat dilakukan analisis regresi. Karena dalam penelitian ini menggunakan gratitude sebagai variabel moderator maka analisis regresi dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama adalah analisis regresi linear sederhana untuk mengetahui hubungan variabel independen materialisme dengan variabel dependen life satisfaction. Angka korelasi (R) dan koefisien determinasi (R square) materialisme dan life satisfaction dapatdilihat dalam tabel berikut:

(26)

1 ,118a ,014 ,011 4,895 1,962

Dalam analisis linear sederhana diatas diperoleh korelasi (R) antara materialisme dan life satisfaction sebesar 0,118 dengan signifikansi 0,041 (p < 0,05) yang berarti kedua variabel tersebut berhubungan positif sedangkan koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,014 yang berarti materialisme berpengaruh dalam meningkatnya life satisfaction sebesar 1,4% sedangkan 98,6% lainnya disebabkan oleh faktor-faktor lain.

Setelah melihat hubungan materialisme dan life satisfaction secara independen, selanjutnya peneliti juga melakukan analisis regresi terhadap hubungan antara gratitude dan life satisfaction. Kemudian peneliti juga menguji korelasi antara materialisme dan gratitude. Tabel 10. Korelasi Gratitude dan Life Satisfaction

Model Summaryb

(27)

Tabel 11. Korelasi Materialisme dan Gratitude

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dalam output diatas dapat kita lihat bahwa angka korelasi materialisme dan gratitude adalah -0,34 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang berarti materialisme memiliki hubungan negatif dengan gratitude. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kecenderungan materialisme pada individu maka semakin rendah tingkat gratitude yang dimilikinya. Setelah mengetahui hubungan materialisme dan life satisfaction serta hubungan gratitude dan life satisfaction secara independen, maka selanjutnya dilakukan analisis regresi tahap kedua yaitu dengan Moderated Regression Analysis (MRA). Dalam analisis ini akan diketahui apakah

gratitude memang menjadi variabel moderator yang mempengaruhi hubungan antara materialisme dan life satisfaction. Tabel berikut ini menunjukkan hasil Moderated Regression Analysis (MRA) antara materialisme, gratitude dan life satisfaction.

Tabel 12. Moderated Regression Analysis (MRA) Model Summary

a. Predictors: (Constant), moderat, Gratitude, Materialisme

(28)

Coefficientsa

Dari hasil Moderated Regression Analysis (MRA) tersebut dihasilkan koefisien determinasi sebesar 0,216 dimana hal tersebut berarti 21,6% meningkatnya life satisfaction dalam diri individu dipengaruhi oleh materialisme dan gratitude secara bersamaan. Hal tersebut juga didukung oleh hasil uji ANOVA atau F test yang menghasilkan angka 40,965 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang berarti model regresi dapat digunakan untuk memprediksi

life satisfaction. Dalam hasil uji signifikansi parameter individual (uji t-statistik) diketahui bahwa variabel moderator menunjukkan nilai koefisien parameter sebesar -0,035 dengan signifikansi 0,972 (p > 0,05) dimana variabel ini merupakan interaksi antara materialisme dan

gratitude. Karena interaksi dua variabel tersebut tidak signifikan maka dapat disimpulkan bahwa gratitude bukan merupakan variabel moderator.

DISKUSI

Materialisme merupakan orientasi dan nilai individu yang menganggap bahwa harta merupakan tujuan hidup yang utama. Materi digunakan sebagai alat untuk memperoleh kebahagiaan dan menjaga citra diri yang positif. Penelitian ini berangkat dari sebuah studi awal yang dilakukan pada mahasiswa Kota Malang dimana dalam studi awal tersebut dihasilkan data yang cukup mengejutkan. Sebagian besar informan mahasiswa yang ditemui peneliti mengganti gadget setiap 3 hingga 4 bulan sekali dengan alasan untuk menjaga self-image.

(29)

Koefisien determinasi tersebut menunjukkan bahwa materialisme memberikan sumbangan yang sangat kecil terhadap life satisfaction. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian terdahulu dari Kasser (2002) maupun Richins & Dawson (1992) yang mana diketahui bahwa harta benda atau kekayaan memiliki hubungan yang relatif kecil dengan life satisfaction. Dari hal tersebut dapat kita ketahui bahwa herta benda bukanlah segalanya untuk memperoleh sebuah kepuasan hidup karena banyak faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap kepuasan hidup kita. Maka dengan adanya faktor lain yang mempengaruhi life satisfaction, dari hasil penelitian ini dapat kita ketahui bahwa seseorang yang materialistis tetap dapat merasakan kepuasan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan hasil penelitian dari Froh dkk (2009) yang menyatakan bahwa materialisme dan life satisfaction memiliki hubungan positif dalam

structural equation modelling karena adanya pengaruh dari faktor lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi life satisfaction diantaranya adalah usia, pekerjaan, hubungan sosial, kompetensi individu, konsep diri, pengalaman, religiusitas dan lain sebagainya.

Selain faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya, faktor lain yang juga mempengaruhi life satisfaction adalah gratitude. Berdasarkan pernyataan dari Seligman (2002) bahwa gratitude

merupakan salah satu faktor kebahagiaan. Individu dapat merasakan kebahagiaan dengan adanya faktor-faktor lain seperti kesehatan, umur panjang, pernikahan yang harmonis maupun harta benda yang mencukupi. Kebahagiaan yang dirasakan melalui hal-hal tersebut tidak bersifat jangka panjang, namun saat individu memiliki rasa syukur atau gratitude dalam dirinya, maka kebahagiaan itu akan terus dapat dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan gratitude dapat melintasi berbagai kondisi kehidupan. Sehingga bagaimanapun kondisi yang dialami individu, hal tersebut dapat membawa kebahagiaan yang kepuasan hidup bagi individu tersebut.

Angka korelasi gratitude dan life satisfaction terbilang tinggi yaitu 0,383 yang artinya

gratitude memiliki hubungan yang positif dengan life satisfaction. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat gratitude seseorang maka semakin tinggi pula life satisfaction pada individu tersebut. Selain itu, gratitude berpengaruh sebesar 14,7% terhadap meningkatnya life satisfaction. Dalam penelitiannya, Kneezel dan Emmons (2006) menyatakan bahwa gratitude dapat meningkatkan personal well-being dalam diri individu. Sedangkan life satisfaction merupakan salah satu indikator dari personal well-being. Hal ini sesuai dengan pendapat Seligman (2002) bahwa salah satu faktor kebahagiaan adalah rasa syukur. Semakin individu banyak bersyukur, maka semakin bahagia pula dirinya. Kebahagiaan tentu saja akan mendatangkan kepuasan hidup dalam diri seseorang. Dari hasil penelitian maupun pernyataan para ahli tersebut kita mengetahui bahwa dengan bersyukur seseorang dapat merasakan kepuasan hidup dan kebahagiaan. Karena rasa syukur dapat melintasi semua kondisi kehidupan maka tidak mengherankan jika kita menemukan orang yang tetap bahagia meskipun tidak hidup bergelimang harta benda, bahkan yang penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Tidak mengherankan pula bahwa agama serta berbagai pandangan filosofis mengakui bahwa gratitude memiliki kedudukan utama dalam kehidupan manusia (Emmons dan Crumpler, 2000) sehingga

gratitude disebut sebagai nilai terbesar dalam diri individu dan menjadi induk dari nilai-nilai kebaikan yang lain

Dengan adanya faktor gratitude dalam meningkatkan life satisfaction, maka dalam penelitian ini dilakukan Moderated Regression Analysis (MRA). Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh gratitude terhadap hubungan antara materialisme dan life satisfaction dan untuk mengetahui apakah variabel materialisme dan gratitude dapat meningkatkan life satisfaction

(30)

koefisien determinasi (R square) sebesar 0,216 yang artinya 21,6% meningkatnya life satisfaction dipengaruhi oleh materialisme dan gratitude secara bersamaan. Hasil uji ANOVA atau F test menunjukkan angka 40,965 dengan nilai signifikansi 0,000. Dalam hasil uji signifikansi parameter individual (uji t-statistik) diketahui bahwa variabel moderator menunjukkan nilai koefisien parameter sebesar -0,035 dengan signifikansi 0,972 (p > 0,05) dimana variabel ini merupakan interaksi antara materialisme dan gratitude. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis umum dalam penelitian ini tidak diterima karena gratitude

bukan merupakan variabel moderator dimana dapat dilihat bahwa diperoleh nilai yang tidak signifikan dalam interaksi antara materialisme dan gratitude. Dengan kata lain, gratitude

tidak berpengaruh terhadap kuat atau lemahnya hubungan antara materialisme dan life satisfaction.

Berdasarkan analisa hasil penelitian diatas maka dapat diketahui bahwa gratitude memiliki pengaruh sebesar 14,7% terhadap life satisfaction sehingga semakin meningkat gratitude

dalam diri individu maka life satisfaction individu tersebut juga akan meningkat meskipun individu tersebut memiliki kecenderungan materialisme yang tinggi. Individu yang memiliki kecenderungan materialistis dalam dirinya menganggap bahwa kekayaan atau materi dapat membuatnya bahagia. Namun yang terjadi justru sebaliknya, individu yang materialistis cenderung kurang puas dengan hidupnya (Richins & Dawson, 1992), kebahagiaannya menurun dan memiliki gejala depresi yang lebih tinggi dibanding orang yang tidak materialistis (Kasser & Ryan, 1993). Hal tersebut bisa jadi terjadi karena kurangnya rasa syukur yang dimiliki oleh individu yang berkaitan, sehingga berdasarkan hasil penelitian ini, kepuasan hidup individu dapat meningkat jika individu tersebut memiliki gratitude yang tinggi dalam dirinya meskipun individu itu juga cenderung materialistis.

Banyak manfaat yang dapat diperoleh ketika individu memiliki rasa syukur yang tinggi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Emmons dan Mc Cullough (2003) bahwa gratitude atau rasa syukur dapat berdampak positif pada kesehatan psikologis karena dapat meningkatkan perasaan positif, mengurangi perasaan negatif serta meningkatkan kepuasan hidup. Selain itu

gratitude dapat meningkatkan kesehatan tubuh. Selain bermanfaat secara psikologis,

gratitude dapat mengubah perilaku sosial seseorang sehingga pada akhirnya membuat seseorang lebih dekat dengan lingkungan sosialnya, tidak merasa sendiri dan terasing, atau dengan kata lain gratitude dapat meningkatkan kesejahteraan hubungan sosial. Banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari gratitude membuat kita mengetahui bahwa sudah seharusnya kita meningkatkan rasa syukur setiap saat agar kita merasakan kebahagiaan dan kepuasan hidup.

Dalam hasil penelitian diketahui bahwa materialisme memiliki hubungan negatif dengan

gratitude (r= -0,34) yang berarti semakin tinggi materialisme maka semakin rendah tingkat

(31)

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa materialisme memiliki hubungan positif dengan life satisfaction (r=0,118). Kemudian

gratitude memiliki kontribusi efektif sebesar 14,7% terhadap life satisfaction, yang berarti bahwa life satisfaction dalam diri individu akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat gratitude. Dalam Moderated Regression Analysis (MRA) diketahui bahwa gratitude

bukan merupakan variabel moderator yang dapat mempengaruhi kuat atau lemahnya hubungan antara materialisme dan life satisfaction. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

gratitude merupakan variabel yang secara independen mempengaruhi life satisfaction. Jadi seseorang akan merasa puas terhadap kehidupannya jika orang tersebut memiliki gratitude

(rasa syukur) yang tinggi.

Implikasi penelitian ini bagi mahasiswa adalah agar mahasiswa semakin meningkatkan rasa syukur dalam kehidupannya sehingga kepuasan hidup dapat dicapai. Selanjutnya untuk peneliti yang akan mengambil topik serupa, disarankan untuk melakukan studi pendahuluan yang lebih dalam serta menggunakan metode penelitian dan metode pengumpulan data yang berbeda agar dapat mempertajam kajian mengenai materialisme, gratitude dan life satisfaction. Selain itu, peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya menggunakan variabel-variabel lain yang mempengaruhi life satisfaction sehingga akan semakin memperkaya bahan kajian dalam psikologi positif.

REFERENSI

Azwar, Saifuddin. 2013. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Coolican, Hugh. 2004. Research methods and statistics in Psychology. London: British Library Catalogue in Publication Data.

Diener, E., Emmons, R.A., Larsen,R.J. & Griffin, S. (1985). The satisfaction with life scale. Journal of personality assessment. Vol 49, 71-75

Emmons, R.A. (2007). Thanks! How the new science of gratitude can make you happier.

New York: Houghton Mifflin Company.

Emmons, R.A., & Crumpler, C.A. (2000). Gratitude as a human strength: Appraising the evidence. Journal of Social and Clinical Psychology, 19, 56-69.

Emmons, R.A., & McCullough, M.E. (2004). The Psychology of Gratitude. New York: Oxford University Press.

Froh, J.J., Kashdan, T.B., Ozimkowski, K.M., & Miller, N. (2009). Who benefits the most from gratitude intervention in children and adolescence? Examining positive affect as a moderator. The Journal of Positive Psychology, 4, 408-422.

(32)

Huebner, E.S., Drane, J.W., & Valois, R.F. (2000). Levels and demographic correlates of adolescent life satisfaction report. School Psychology International, 21, 281 – 292. Kasser, T., Ryan, R.M. (1993). A dark side of the American dream: Correlates offinancial

successas a central life aspiration. Journal of Personality and Social Psychology 65,

410 – 422.

Kasser, T., Ryan, R.M. (1996). Further examining the American dream: differential correlates of intrinsic and extrinsic goals. Personality and Social Psychology Bulletin, 22(3), 280 – 287.

Kasser, T., Ryan, R.M., Couchman, C.E., & Sheldon, K.M. (2004). Material values: Their causes and consequences. Psychology and consumer culture: The struggle for a good life in a materialistic world. (11-28). Washington, DC: American Psychological Association.

Kau, A.K., Kwon, J., Jiuan, T.S., & Wirtz, J. 2000. The influence of materialistic inclination on values, life satisfaction and aspirations: An empirical analysis. Social Indicators Research, 49, 317-333.

Kerlinger, F.N., & Lee, H.B. (2000). Foundation of Behavioral Research (4th ed). USA: Holt, Reinnar & Winston, Inc.

Kneezel, T & Emmons, R.A. (2006). Personality and spiritual development. The handbook of spiritual development in childhood and adolescence (266-278). Thousand Oaks, CA: Sage Publications.

Kumar, Ranjit. (2011). Research methodology: A step-by-step guide for beginners (3rd ed). Cornwall: TJ International Ltd.

Linsiya, Ria W. (2015). Perbedaan kepuasan hidup antara mahasiswa strata-1 (S1) dan Strata-2 (S2). Seminar Psikologi dan Kemanusiaan, Psychology Forum UMM. Diakses pada tanggal 19 Januari 2015 di http://mpsi.umm.ac.id/files/file/284-287%20Ria%20Wiyatfi.pdf

Lopez, S.J., & Snyder, C.R. (2003). Positive psychological assessment: A handbook of models and measures. Washington. DC: American Psychological Association.

McCullough, M.E., Emmons, R.A., & Tsang, J. (2002). The grateful disposition: A conceptual and empirical topography. Journal of Personality and Social Psychology, 82, 112-127.

Peterson, C. & Seligman, M.E.P. (2004). Character Strengths and Virtues. New York: Oxford University Press.

Priyatno, Duwi. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

(33)

Richins, M.L., & Dawson, S. (1992). A consumer values orientation for materialism and its measurement: scale development and validation. Journal of Consumer Research,

19(3), 303-316

Richins, M.L. (2004). The material values scale: measurement properties and development of a short form. Journal of Consumer Research, 31(1), 209-219

Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Seligman, M.E.P. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to realize your potential for lasting fulfillment. New York: Free Press.

Sousa, L., & Lyubomirsky, S. (2001). Life satisfaction. In J.Worell (Ed.), Encyclopedia of woman and gender: Sex similarities and differences and the impact of society on gender, 22, 667 – 676.

(34)
(35)

BLUE PRINT INSTRUMEN PENELITIAN The Material Value Scale

No. Aspek Jumlah Prosentase Jenis Item

F UF

1. Acqussition centrality 7 39% 10, 11,

12

7, 8, 13

2. Acqussition as the pursuit of happiness

3 28% 15, 17, 18

-

3. Possession defined success 4 33% 1, 2, 4, 5 -

Total 13 100% 10 3

The Satisfaction With Life Scale

No. Aspek Jumlah Prosentase Jenis Item

F UF

1. Keinginan untuk mengubah kehidupan

1 20% 5

2. Kepuasan terhadap kehidupan saat ini

1 20% 2

3. Kepuasan hidup di masa lalu 1 20% 3 4. Kepuasan hidup di masa

mendatang

1 20% 1

5. Penilaian terhadap kehidupan 1 20% 4

Total 5 100% 5

The Gratitude Questionnaire-Six Item Form

No. Aspek Jumlah Prosentase Jenis Item

F UF

1. Intensity 2 33% 1 3

2. Frequency 2 33% 5 6

3. Span 1 17% 2

4. Density 1 17% 4

(36)

SKALA MATERIALISME

No. PERNYATAAN PENILAIAN

1 Saya mengagumi orang-orang yang memiliki rumah, mobil

dan pakaian mahal. 1 2 3 4 5 6 7

2 Salah satu prestasi terpenting dalam hidup ini adalah

kepemilikan materi. 1 2 3 4 5 6 7

3 Barang-barang yang saya miliki menunjukkan seberapa bagus

kualitas hidup saya. 1 2 3 4 5 6 7

4 Saya senang memiliki barang yang membuat orang lain

terkesan. 1 2 3 4 5 6 7

5 Saya biasanya hanya membeli barang yang saya butuhkan. 1 2 3 4 5 6 7 6 Sehubungan dengan harta benda yang dimiliki, saya mencoba

membuat hidup saya sesederhana mungkin. 1 2 3 4 5 6 7 7 Saya senang menghabiskan uang untuk membeli

barang-barang yang tidak akan saya gunakan. 1 2 3 4 5 6 7 8 Berbelanja membuat saya bahagia. 1 2 3 4 5 6 7 9 Saya menyukai barang-barang mewah. 1 2 3 4 5 6 7 10 Dibanding semua orang yang saya kanal, saya termasuk orang

yang tidak terlalu memperhatikan kepemilikan materi. 1 2 3 4 5 6 7 11 Kehidupan saya akan lebih baik jika saya memiliki

barang-barang tertentu yang tidak saya miliki sekarang. 1 2 3 4 5 6 7 12 Saya akan menjadi lebih bahagia jika saya mampu membeli

lebih banyak barang. 1 2 3 4 5 6 7

13 Terkadang saya merasa terganggu ketika saya tidak dapat

(37)

SKALA LIFE SATISFACTION

No. PERNYATAAN PENILAIAN

1 Dalam hampir semua hal, kehidupan saya mendekati apa yang

saya impikan. 1 2 3 4 5 6 7

2 Kondisi kehidupan saya saat ini sungguh menakjubkan. 1 2 3 4 5 6 7 3 Saya merasa puas dalam hidup. 1 2 3 4 5 6 7 4 Sejauh ini, saya telah menerima hal-hal penting yang saya

(38)

SKALA GRATITUDE

No. PERNYATAAN PENILAIAN

1 Saya mensyukuri banyak hal dalam hidup. 1 2 3 4 5 6 7 2 Jika saya harus mencatat hal-hal yang membuat saya

bersyukur, catatan tersebut akan sangat panjang. 1 2 3 4 5 6 7 3 Saat saya memandang dunia, saya tidak melihat banyak hal

yang dapat disyukuri. 1 2 3 4 5 6 7 4 Saya berterima kasih kepada banyak orang. 1 2 3 4 5 6 7 5 Semakin dewasa, saya semakin mampu menghargai orang

lain, kejadian dan permasalahan yang telah menjadi bagian dari sejarah hidup saya.

1 2 3 4 5 6 7

6 Waktu berjalan begitu cepat sebelum saya sempat bersyukur

(39)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144 – Jawa Timur Telp. (0341) 464318, 464319 Fax. (0341) 460435, 460782

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan hormat,

Nama saya Ida Nur Kusumawati (201210230311102), mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang. Bersama pengantar ini saya memohon bantuan Saudara/i untuk mengisi instrumen penelitian yang saya gunakan dalam penelitian Skripsi sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Instrumen penelitian ini tidak memuat jawaban benar atau salah, tetapi pernyataan lebih menginformasikan gambaran yang sesuai dengan keadaan Saudara/i. Saya berharap Saudara/i mengisi dengan jujur sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Atas kesediaan Saudara/i saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Malang, Januari 2016

Peneliti,

(40)

Nama / Inisial :______________________ (L/P)*

Universitas :______________________

Jurusan :______________________

Semester :________

Petunjuk Pengisian:

Berikan penilaian Anda dengan membubuhkan tanda silang (X) pada salah satu angka di setiap pernyataan-pernyataan berikut ini yang sesuai dengan perasaan dan perilaku Anda. Semakin mendekati angka tujuh, maka pernyataan tersebut semakin sesuai dengan diri Anda, dan semakin mendekati angka satu, maka pernyataan tersebut semakin tidak sesuai

dengan diri Anda.

No. PERNYATAAN PENILAIAN

1 Saya mengagumi orang-orang yang memiliki rumah, mobil

dan pakaian mahal. 1 2 3 4 5 6 7

2 Salah satu prestasi terpenting dalam hidup ini adalah

kepemilikan materi. 1 2 3 4 5 6 7

3 Barang-barang yang saya miliki menunjukkan seberapa bagus

kualitas hidup saya. 1 2 3 4 5 6 7

4 Saya senang memiliki barang yang membuat orang lain

terkesan. 1 2 3 4 5 6 7

5 Saya biasanya hanya membeli barang yang saya butuhkan. 1 2 3 4 5 6 7 6 Sehubungan dengan harta benda yang dimiliki, saya mencoba

membuat hidup saya sesederhana mungkin. 1 2 3 4 5 6 7 7 Saya senang menghabiskan uang untuk membeli

barang-barang yang tidak akan saya gunakan. 1 2 3 4 5 6 7 8 Berbelanja membuat saya bahagia. 1 2 3 4 5 6 7 9 Saya menyukai barang-barang mewah. 1 2 3 4 5 6 7 10 Dibanding semua orang yang saya kenal, saya termasuk orang

yang tidak terlalu memperhatikan kepemilikan materi. 1 2 3 4 5 6 7 11 Kehidupan saya akan lebih baik jika saya memiliki

(41)

12 Saya akan menjadi lebih bahagia jika saya mampu membeli

lebih banyak barang. 1 2 3 4 5 6 7

13 Terkadang saya merasa terganggu ketika saya tidak dapat

membeli apa yang saya inginkan. 1 2 3 4 5 6 7 14 Dalam hampir semua hal, kehidupan saya mendekati apa yang

saya impikan. 1 2 3 4 5 6 7

15 Kondisi kehidupan saya saat ini sungguh menakjubkan. 1 2 3 4 5 6 7 16 Saya merasa puas dalam hidup. 1 2 3 4 5 6 7 17 Sejauh ini, saya telah menerima hal-hal penting yang saya

inginkan dalam hidup. 1 2 3 4 5 6 7 18 Jika saya terlahir kembali, saya tidak akan mengubah apapun. 1 2 3 4 5 6 7 19 Saya mensyukuri banyak hal dalam hidup. 1 2 3 4 5 6 7 20 Jika saya harus mencatat hal-hal yang membuat saya

bersyukur, catatan tersebut akan sangat panjang. 1 2 3 4 5 6 7 21 Saat saya memandang dunia, saya tidak melihat banyak hal

yang dapat disyukuri. 1 2 3 4 5 6 7 22 Saya berterima kasih kepada banyak orang. 1 2 3 4 5 6 7 23 Semakin dewasa, saya semakin mampu menghargai orang

lain, kejadian dan permasalahan yang telah menjadi bagian dari sejarah hidup saya.

1 2 3 4 5 6 7

24 Waktu berjalan begitu cepat sebelum saya sempat bersyukur

(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)

HASIL ANALISIS DATA b. All requested variables entered.

Gambar

Gambar 2. Normal Probability Plots ....................................................................................
Tabel 1. Macam-macam Virtues dan Strengths
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 2. Indeks Validitas Instrumen Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis regresi linier (regresi sederhana) dan analisis korelasi sederhana (korelasi product moment atau pearson correlation) sebagaimana yang telah

Hasil uji korelasi menunjukkan nilai R sebesar 0,51 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kualitas pertemanan dan gratitude pada remaja akhir,

Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan persamaan : Ŷ = 1,036 + 0,776X Hasil koefisien korelasi menunjukkan nilai R sebesar 0,631, sehingga dapat disimpulkan bahwa

Dari hasil analisis regresi linier (regresi sederhana) dan analisis korelasi sederhana (korelasi product moment atau pearson correlation) sebagaimana yang telah

Berdasarkan hasil uji reabilitas menunjukkan bahwa masing-masing nilai Cronbach Alpha pada setiap variabel lebih besar dari 0,60 yakni kecanduan internet sebesar 0,906,

Hal ini berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 dapat diketahui bahwa nilai signifikasi yang diperoleh sebesar 0,715

tersebut diketahui bahwa korelasi antara sikap siswa terhadap matematika dan hasil belajar matematika signifikan dan linier, artinya persamaan regresi Ŷ = 7,416411 + 0,0639X 1

Hipotesis pertama dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kontrol diri dan nilai materialisme secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap