• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI ETNIK TIONGHWA DAN ETNIK JAWA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MA CHUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA KOMUNIKASI ETNIK TIONGHWA DAN ETNIK JAWA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MA CHUNG"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

i POLA KOMUNIKASI ETNIK TIONGHWA DAN ETNIK JAWA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MA

CHUNG

Skripsi Ini Diajukan Kepada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Strata1 (S1)

Oleh:

Reni Mardiana Isrofi (06220135)

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

(2)

ii PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Reni Mardiana Isrofi Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 16 Maret 1988 Nomor Induk Mahasiswa : 06220135

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) yang berjudul:

POLA KOMUNIKASI ETNIK TIONGHWA DAN ETNIK JAWA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MA CHUNG

adalah bukan karya ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Malang, 20 April 2012 Penulis,

(3)

iii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Reni Mardiana Isrofi Nim : 06220135

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul : POLA KOMUNIKASI ETNIK TIONGHWA DAN ETNIK JAWA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MA CHUNG

Diketahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Drs. Abdullah Masmuh, MSi Drs. Farid Rusman, MSi

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

(4)

iv Di Kalangan Mahasiswa Universitas Ma Chung 7. Pembimbing : I. Drs. Abdullah Masmuh, M. Si

II. Drs. Farid Rusman, M. Si 8. Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan

Pembimbing I Pembimbing II

17 September 2011 Acc Judul

26 Oktober 2011 Acc Seminar Proposal

28 Oktober 2011 Seminar Proposal

29 Januari 2012 Acc BAB I-II

20 April 2012 Acc BAB III-IV

21 April 2012 Acc seluruh naskah

(5)

v LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Reni Mardiana Isrofi Nim : 06220135

Konsentrasi : Public Relations

Judul Skripsi : POLA KOMUNIKASI ETNIK TIONGHWA DAN ETNIK JAWA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MA CHUNG

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi

Dan dinyatakan LULUS

Pada Hari : Kamis Tanggal : 03 Mei 2012 Tempat : Ruang 611

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M. Si

Dewan Penguji:

1. Joko Susilo, M. Si ( )

2. Dr. Sugeng Puji Leksono, M. Si ( )

3. Drs. Abdullah Masmuh, Msi ( )

(6)

vi KATA PENGANTAR

Bismilllahirrohmanirohim,

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji Syukur yang teramat dalam penulis ucapkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha pemberi, junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dialah Allah, yang telah memberikan kemuliaan kepada manusia dengan memiliki pengetahuan lebih diantara makhluk-makhluknya yang lain. Dengan doa dan usaha Skripsi ini telah terselesaikan, Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di Jurusan Ilmun Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang; sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Dengan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung. Terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Nabi Muhammad SAW, melalui Beliau Ajaran Islam itu disampaikan sehingga Umat Islam dapat mengikuti kebaikannya.

3. Kepada Mama ku tercinta, terkasih dan tersayang, my spirit and my inspiration Mahmuda, yang senantiasa memberi kasih sayang dan dukungan berbentuk moril, spiritual, dan finansial, Mas Rino yang tanpa lelah bekerja untuk membiayai kuliahku, Mas Rio yang berada jauh disana, tapi aku tahu bahwa kamu selalu mendoakan aku Mas, sahabat-sahabatku yang telah senantiasa mendampingi selama ini, dalam suka maupun duka, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, semagat, dan dukungan bagi penulis.

(7)

vii 5. Buat teman-teman seperjuangan, yang juga sedikit molor dalam pengerjaan skripsi, Jhejhek, Dilla, Irma, Adjrin akhirnya skripsi kita selesai juga teman. Buat teman-teman seperjuangan seangkatan 2006 yang sebagian sudah lulus terlebih dahulu Niken Setyorini, Intan Mustafa, Khusnul Mufidah, Dewi Isnayah, Fita Nurdiana, Susianti Sa’adah, Abyatul Khibtiyah, dan Mbak Pipit.

6. Buat anggota six soul’s (Intan, Renvi, Niken, Fida, Fita, dan anggota tambahan De2q) yang selalu memberikan semangat, dan kenangan saat bersama-sama yang selalu buat kangen.

7. Teman-teman komunikasi angkatan 2006 terima kasih atas dukungan, informasi dan waktu yang telah diluangkan.

8. Dan semua pihak yang terkait yang telah membantu peneliti dari awal pembuatan skripsi hingga selesai.

Peneliti sadar bahwa apa yang telah dikemukakan dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu Peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Peneliti berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi peneliti maupun pembaca dan pihak lain yang membutuhkan.

Malang, 20 April 2012 Peneliti

(8)

viii Daftar Isi

Halaman Judul ……… -

Lembar PersetujuanSkripsi ……….. i

Lembar Pengesahan ………... ii

Pernyataan Orisinalitas ……….. iii

Berita Acara Bimbingan Skripsi ………... iv

(9)

ix I. 8 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ……….

25 BAB II Gambaran Umum Universitas Ma Chung

(10)

x BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan

III. 1 Profil Subjek Penelitian ………...……… a. Data Subjek Penelitian Secara Keseluruhan……….. b. Data Subjek Penelitian Berdasarkan Etnik ……….…. c. Data Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ………

65 66 67 67 III. 2 Pola-pola Komunikasi di Kalangan Mahasiswa………..

a. Pola Komunikasi Mahasiswa Etnik Tionghwa……….………. b. Pola Komunikasi Mahasiswa Etnik Jawa ……… c. Pola Komunikasi Mahasiswa Etnik Tionghwa dan etnik Jawa ………... III. 3 Klik-klik Dalam Jaringan Komunikasi Antaretnik ……….……… a. Pola Klik 1 Pola Rantai ………..……… b. Pola Klik 2 Pola Y .………..………..… c. Pola Klik 3 Pola Bintang ...……… ………… III. 4 Pelaku-pelaku Komunikasi Dalam Jaringan Komunikasi Antaretnik ………

(11)

xi DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Perilaku Yang Dapat Menimbulkan Iklim Defensif dan Suportif

……….……….………….………….. 16

Tabel III. 1 Daftar Subjek Penelitian Secara Keseluruhan ….…………. 66

Tabel III. 2 Data Subjek Penelitian Berdasarkan Etnik ….…………... 67

Tabel III. 3 Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ……….………... 67

Tabel III. 4 Daftar Sujek Penelitian Etnik Tionghwa ……….………... 69

Tabel III. 5 Daftar Subjek Penelitian Terpilih dan Dipilih …….….….. 70

Tabel III. 6 Daftar Subjek Penelitian Etnik Jawa ………...……… 73

Tabel III. 7 Daftar Subjek Penelitian Terpilih dan Dipilih ……….…… 74

Tabel III. 8 Daftar Subjek Penelitian Terpilih dan Dipilih ……….…… 78

(12)

xii DAFTAR GAMBAR

Gambar I. 1 Jalinan Komunikasi Antarpribadi ….……… 13

Gambar I. 2 Konsep Komunikasi Antarbudaya….……….... 20

Gambar I. 3 Struktur/ Pola Jaringan Komunikasi……….. 28

Gambar I. 4 Teknik Snow Ball Sampling .……… 36

Gambar II.1 Universitas Ma Chung ………..……… 42

Gambar I1.2 Lambang Universitas Ma Chung …....……….... 43

Gambar III. 1 Gambar Pola Jaringan Komunikasi Mahasiswa Etnik Tionghwa ………..……… 70

Gambar III. 2 Gambar Pola Jaringan Komunikasi Mahasiswa Etnik Jawa ………..……… 75

Gambar III. 3 Gambar Klik 1 Pola Bintang ..….………. 75

Gambar III. 4 Gambar Klik 2 Pola Lingkaran ………....………. 76

Gambar III. 5 Gambar Jaringan Komunikasi Mahasiswa Antaretnik …….. 80

Gambar III. 6 Gambar Klik Jaringan Komunikasi Mahasiswa Antaretnik ………..……… 85

Gambar III. 7 Gambar Klik 1 Pola Rantai ………..……… 87

Gambar III. 8 Gambar Klik 2 Pola Y...…………..………... 89

Gambar III. 9 Gambar Klik 3 Pola Bintang ………..……….. 92

(13)

xiii ABSTRAKSI

Reni Mardiana Isrofi, 06220135

POLA KOMUNIKASI ETNIK TIONGHWA DAN ETNIK JAWA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MA CHUNG

Pembimbing : Drs. Abdullah Masmuh, M. Si dan Drs. Farid Rusman, M. si (xiv+83 halaman+10 tabel+15 gambar)

Bibliografi: 13 buku dan 4 sumber non buku

Kata kunci: Pola Jaringan Komunikasi dan Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Namun melakukan sebuah komunikasi tidaklah semudah yang kita bayangkan, terlebih jika komunikator dan komunikan memiliki perbedaan latar belakang etnik. Sedangkan di Negara kita saat ini terdapat beraneka ragam etnik. Di sebuah kampus saja misalnya, terdapat mahasiswa dari berbagai etnik, seperti di Universitas Ma Chung, yang didominasi oleh mahasiswa etnik Jawa dan etnik Tionghwa. Apabila komunikasi terjadi antara dua etnik seperti ini, maka diperlukan penyesuaian-penyesuaian terlebih dahulu antara komunikator dan komunikan baik dari segi bahasa, adat-istiadat, kepercayaan, dan lain-lainnya agar peristiwa komunikasi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Karena adanya perbedaan-perbedaan dari segi bahasa, adat-istiadat, kepercayaan, dan lain-lain antara kedua etnik tersebut, maka seringkali komunikasi yang terjadi berjalan kurang harmonis, sehingga feedback yang ditimbulkan pun cenderung lambat. Untuk pendekatan penelitian, peneliti memilih pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Jadi penelitian ini hanya menggambarkan atau memaparkan terjadinya pola komunikasi yang terjalin antara mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa di Universitas Ma Chung. Selain itu dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan tekhnik snowball sampling, dimana peneliti tidak hanya memfokuskan penelitian terhadap satu subjek penelitian saja, namun peneliti juga harus meneliti dan melibatkan orang-orang yang juga dekat (memiliki hubungan pertemanan) dengan subjek penelitian tersebut, sehingga nantinya akan ditemukan subjek-subjek penelitian baru.

(14)

xiv anggota kelompok jaringan komunikasi antaretnik di Universitas Ma Chung yang terbentuk dari apa yang dilakukan dengan anggota dalam kelompoknya.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil penemuan yakni komunikasi yang terjalin antara dua etnik yang berbeda yaitu etnik Tionghwa dan etnik Jawa di Universitas Ma Chung berjalan dengan sangat baik. Perbedaan adat-istiadat, budaya, kebiasaan, bahkan kepercayaan tidak menjadi penghambat terjadinya sebuah komunikasi yang harmonis antaretnik. Hal ini disebabkan oleh rasa persatuan dan kesatuan (satu Tanah Air) serta persaudaraan antar mahasiswa ini. Hanya dibutuhkan kesadaran dan tenggang rasa antar sesama, maka komunikasi antaretnik akan terus berjalan dengan baik dan lancar di Universitas Ma Chung ini, meski jumlah mahasiswa etnik Jawa lebih dominan daripada mahasiswa etnik Tionghwa.

Penulis

Reni Mardiana Isrofi

Mengetahui,

Pembimbing I

Drs. Abdullah Masmuh, MSi

Pembimbing II

(15)

1

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka:

Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta:

Lkis

Dayaksini, Yuniardi. 2004. Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press

Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia (Edisi Kelima). Jakarta:

Profesional Books

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press

Litlejohn, Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika

Mulyana, Dedy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

______________ 2008. Metode Penelitian Kualitatif (Paradigma baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Rakhmat. 2000. Komunnikasi Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Rakhmat, Jalaludin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

(16)

2

_________________ 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Widjaja. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Kriyanto, rakhmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group

Moekijat, Drs. 1993. Teori Komunikasi. Bandung: CV. Makmur Maju

Non Pustaka:

http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/22/mahasiswa-adalah-sebuah-kesempatan/.

Diakses pada tanggal 23 Mei 2010 pada pukul 09.30 wib.

http://id.answer.yahoo.com/question/index?qid=20070815054944AAvEi8N.

Diakses pada tanggal 24 Mei 2010 pada pukul 15.45 wib.

http:/www.google.co.id/search?client-firefox-a&rls=org.mozila%3AenUS%3Aofficial&channel=s&hl=id&sourc.

Diakses pada tanggal 31 Juli 2010 pada pukul 10.48.

http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/teori-komunikasi-interpersonal.html.

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang

Manusia tidak dapat hidup tanpa bergantung pada individu lainnya., dan

faktor utama untuk berinteraksi dengan individu lain tersebut adalah komunikasi.

Dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan informasi, ide, gagasan,

pemikiran dan yang lainnya kepada orang lain, dengan mengharapkan adanya

hubungan timbal balik (feedback). Komunikasi sangatlah diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari. Komunikasi digunakan untuk berinteraksi dengan sesama

dalam kehidupan sosial ini. Tanpa adanya komunikasi, maka akan sulit untuk

menjalani kehidupan. Namun, untuk menerapkan komunikasi dalam kehidupan

sosial tidaklah mudah, karena terkadang dapat terjadi kesalahan dalam

penafsiran (miss communication) oleh komunikan atau komunikator.

Melakukan sebuah komunikasi juga tidaklah semudah yang kita

bayangkan, terlebih jika komunikator dan komunikan memiliki perbedaan latar

belakang etnik. Misalnya saja komunikator berasal dari etnik Tionghwa dan

komunikan berasal dari etnik Jawa, maka diperlukan penyesuaian-penyesuaian

terlebih dahulu antara komunikator dan komunikan baik dari segi bahasa,

(18)

2

dengan baik dan lancar. Karena adanya perbedaan-perbedaan dari segi bahasa,

adat-istiadat, kepercayaan, dan lain-lain antara kedua etnik tersebut, maka

seringkali komunikasi yang terjadi berjalan kurang harmonis, sehingga feedback

yang ditimbulkan pun cenderung lambat.

Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menyebabkan kecilnya frekuensi

jalinan komunikasi antaretnik. Individu akan lebih memilih untuk berkomunikasi

dengan teman/ orang yang memiliki kesamaan etnik, karena mereka

menganggap komunikasi yang dilakukan dengan individu yang memiliki

persamaan etnik dengan mereka akan berjalan lebih mudah dan lebih lancar dan

hanya sedikit sekali akan kemungkinan terjadinya miss communication antara

komunikator dan komunikan.

Fenomena yang terjadi di Negara kita saat ini seperti di sekolah, di

kampus, di tempat-tempat umum, ataupun di pusat kegiatan masyarakat (pasar,

mall, tempat wisata, dll) masyarakat Tionghwa lebih merasa nyaman apabila

bergaul, membangun relasi bisnis, dan berkomunikasi dengan masyarakat

„seetnik‟ daripada dengan masyarakat berbeda etnik, meskipun terkadang mereka

di haruskan berada di tengah-tengah lingkungan yang mayoritas masyarakatnya

beretnik Jawa. Begitupun sebaliknya, masyarakat etnik Jawa memilih untuk

lebih intens berkomunikasi dengan masyarakat yang mempunyai persamaan

etnik dan latar belakang dengan mereka. Oleh sebab itu sudah menjadi rahasia

(19)

3

perkumpulan yang khusus untuk mereka yang beretnik Tionghwa. Timbulnya

rasa individualis atau kelompok antara masyarakat etnik Tionghwa dan

masyarakat etnik Jawa ini bisa didasari karena perbedaan bahasa, adat-istiadat,

kebiasaan, serta lingkungan sosial antara masing-masing etnik. Selain itu,

kesenjangan antaretnik yang muncul antara masyarakat etnik Tionghwa dan

etnik Jawa bisa juga disebabkan oleh kurangnya rasa nasionalisme dan cara

berkomunikasi yang kurang tepat oleh masing-masing pihak.

Namun, dalam kurun waktu kurang lebih empat tahun ini di kota Malang

telah di resmikan sebuah kampus berstandart internasional, bernama Ma Chung

University. Kampus yang terletak di Jl. Villa Puncak Tidar No. 1 Malang ini di

dominasi oleh mahasiswa etnik Tionghoa dan mahasiswa lokal beretnik Jawa,

para pengajarnya pun (dosen) mayoritas di dominasi oleh etnik Tionghwa dan

etnik Jawa. Biasanya para mahasiswa membentuk kelompok-kelompok, dalam

kelompok-kelompok tersebut terdapat kelompok mahasiswa yang anggotanya

hanya mahasiswa beretnik Tionghwa, kelompok lain yang anggotanya hanya

terdiri dari mahasiswa beretnik Jawa, namun terkadang ada juga kelompok yang

anggotanya campuran, terdiri dari mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa.

Dalam kelompok-kelompok tersebut telah terjadi berbagai macam jenis

komunikasi, antara lain komunikai antarpribadi, komunikasi kelompok, dan

komunikasi antaretnik (antarbudaya). Memang jenis komunikasi yang kita

(20)

4

intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, organisasi,

komunikasi antarbudaya, dan lain-lain.

Selain harus memahami tentang komunikasi antarpribadi, kita juga harus

paham mengenai komunikasi antarbudaya atau komunikasi multikultural, karena

untuk menyatukan dua kebudayaan atau lebih itu akan sangat sulit. Sebab dalam

setiap kebudayaan memiliki aturan atau norma-norma tersendiri yang terkadang

sama namun terkadang juga berbeda pada tiap-tiap kebudayaan. Agar tidak

terjadi kesalahpahaman, alangkah baiknya jika kita mencoba membuka diri

untuk mau memahami atau setidaknya mengetahui dan mengenal budaya-budaya

dari daerah lain.

Peneliti memutuskan untuk mengambil tema mengenai pola komunikasi

antaretnik di kalangan mahasiswa, yakni etnik Tionghwa dan etnik Jawa ini

berdasarkan fenomena yang terjadi di Universitas Ma Chung, dimana saat di

kehidupan bermasyarakat komunikasi anteretnik Tionghwa dan etnik Jawa

berjalan dengan kuarng baik, namun hal ini tidak terjadi di kawasan kampus

tersebut. Para mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa tetap dapat berinteraksi

dan berkomunikasi dengan baik.

(21)

5

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka dapat

ditentukan rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. “Bagaimanakah pola komunikasi yang terjadi antara mahasiswa etnik

Tionghwa dan etnik Jawa di Universitas Ma Chung?”

2. “Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kedua etnik ini tetap dapat

berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik?”

I. 3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi yang terjadi antara

mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kedua etnik ini

dapat berkomunikasi dengan baik, serta dapat menjalin hubungan

pertemanan yang harmonis.

I. 4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dibuat dengan tujuan agar memiliki manfaat bagi semua

pihak. Penelitian ini memiliki manfaat yang dapat dijelaskan, sebagai berikut:

(22)

6

Dapat memperkaya sumber bacaan di lingkungan FISIP UMM,

khususnya Ilmu Komunikasi FISIP UMM, serta dapat dijadikan referensi

oleh peneliti selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Dapat mengetahui aplikasi pola komunikasi dalam masyarakat berbeda

etnis, sehingga dapat menciptakan situasi komunikasi yang harmonis.

I. 5. Tinjauan Pustaka

I. 5. 1. Komunikasi

a) Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan dasar dari semua bentuk interaksi sosial. Tanpa

adanya komunikasi, maka dapat dipastikan bahwa tidak akan terjadi interaksi

dalam kehidupan sosial. Komunikasi tidak saja diperlihatkan melalui penggunaan

bahasa semata-mata, tetapi menggunakan juga tanda-tanda tubuh yang

(23)

7

Lewat komunikasi seseorang berusaha medefinisikan sesuatu. Secara

sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai kegiatan mengirim atau menerima

pesan, dan dalam kegiatan mengirim atau menerima pesan tersebut selalu

membutuhkan media (saluran) untuk menunjang terjadinya proses komunikasi

tersebut, dengan mengharapkan adanya umpan balik (feedback). Feedback yang

terjadi tergantung pada jenis komunikasi dan juga media dari komunikasi yang

sedang berlangsung. Kita menggunakan beberapa sarana dan alat untuk

mengungkapkan atau mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan keinginan kita

kepada orang lain. Sarana itu dapat berbentuk perilaku verbal ataupun nonverbal.

Lain hal nya dalam komunikasi antarbudaya, feedback yang terjadi

cenderung agak lambat dikarenakan perlunya proses pengolahan data lebih lama

yang dilakukan oleh komunikan, karena pengaruh dari perbedaan kepercayaan,

nilai, atau cara berperilaku kultural antara komunikator dan komunikan.

Selain itu komunikasi dapat terjadi secara searah (intrapribadi), ataupun

dua arah (antarpribadi). Komunikasi juga merupakan suatu aktifitas yang dinamis,

aktivitas yang terus berlangsung secara bersinambung sehingga dia terus

mengalami perubahan. Proses komunikasi terinci dalam rangkaian-rangkaian

aktivitas, misalnya saja seorang komunikator mengirimkan pesan melalui media

kepada seorang komunikan dengan dampak yang berbeda-beda, namun saling

berkaitan, bahkan mungkin rangkaian-rangkaian itu diaktifkan secara bertahap

(24)

8

b) Konteks-konteks Komunikasi

Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara

luas konteks komunikasi dapat diartikan sebagai faktor-faktor diluar orang-orang

yang berkomunikasi, yang mendukung terjadinya proses komunikasi,

faktor-faktor tersebut antara lain berupa faktor-faktor fisik (iklim, cuaca, suhu udara, jumlah

peserta komunikasi, dll); faktor psikologis (sikap kecendrungan, prasangka, dan

emosi para peserta komunikasi); faktor sosial (norma kelompok, nilai sosial,

karakteristik budaya), serta faktor waktu, yakni kapan komunikasi tersebut

berlangsung. (Mulyana. 2005: 69-70).

Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan

konteksnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Dari jumlah

peserta yang terlibat dalam komunikasi tersebut, maka terdapat berbagai macam

jenis komunikasi, antara lain: komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi,

komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi, dan

komunikasi massa. Jumlah komunikator otomatis sangat mempengaruhi

dimensi-dimensi lain proses transaksi komunikasi.

1. Komunikasi Intrapribadi

Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication) adalah

(25)

9

intrapribadi ini merupakan landasan komunikasi antarantarpribadi dan

komunikasi dalam konteks-konteks lainnya. Komunikasi intrapribadi ini

inheren dalam komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena

sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan

diri-sendiri.

2. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah

komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

maupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah

komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang. Komunikasi antarpribadi

sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita

dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk

pesan yang kita komunikasikan. Selain itu, komunikasi antarpribadi ini juga

merupakan komunikasi yang paling lengkap dan sempurna, sehingga

komunikasi antarpribadi sangat berperan penting hingga kapan pun.

Komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan

sesamanya.

(26)

10

Kelompok merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.

Kelompok ini misalnya keluarga, tetangga, kelompok diskusi atau suatu

komite yang tengah rapat untuk mengambil suatu keputusan. Komunikasi

kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil .

Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi

antarpribadi.

4. Komunikasi Publik

Komunikasi Publik (public communications) adalah komunikasi antara

seorang pembicara dengan sejumlah besar orang, yang tidak bisa dikenali satu

persatu. Komunikasi tersebut juga sering disebut pidato, ceramah, atau kuliah

umum. Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit

daripada komunikasi antrpribadi atau komunikasi kelompok. Tidak seperti

komunikasi antarpribadi yang melibatkan pihak-pihak yang sama-sama aktif,

salah satu pihak dalam komunikasi publik cenderung pasif. Umpan balik

(feedback) yang mereka berikan cenderung terbatas, terutama umpan balik

yang bersifat verbal.

5. Komunikasi Organisasi

Komunikasi Organisasi (organizational communication) terjadi dalam

(27)

11

suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi

organisasi seringkali juga melibatkan komunikasi diadik, komunikasi

antarpribadi, dan terkadang juga komunikasi publik.

6. Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang

menggunakan media massa (cetak/elektronik), yang dikelola oleh suatu

lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan pada sejumlah besar

orang yang tersebar di banyak di tempat, anonim, dan heterogen.

Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas.

Dari semua jenis komunikasi tersebut, jenis komunikasi yang paling

menonjol dan pasti terjadi pada fenomena dalam penelitian ini adalah komunikasi

kelompok dan komunikasi antarbudaya yang nantinya akan menyebabkan

timbulnya pola komunikasi antara etnik Tionghwa dan etnik Jawa, dimana

komunikasi antarbudaya tersebut terjadi saat komunikator dan komunikan berasal

dari dua etnik yang berbeda.

I. 5. 2. Komunikasi Antarpribadi

(28)

12

Komunikasi merupakan suatu proses yang tidak akan mungkin terhindarkan.

Dalam setiap interaksi sosial, komunikasi akan sangat di butuhkan, bahkan tanpa kita

sadari komunikasi itu akan terjadi dengan sendirinya. Termasuk komunikasi

sederhana yang terjadi antara dua orang dalam satu tempat, atau yang biasa disebut

dengan komunikasi antarpribadi.

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi atau berlangsung di

antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Dengan definisi

ini hampir tidak mungkin ada komunikasi antara dua orang (diadik) yang bukan

komunikasi antarpribadi. Dalam komunikasi antarpribadi jumlah komunikator

cenderung lebih kecil dari komunikasi-komunikasi lainnya, serta menghasilkan

umpan balik (feedback) yang lebih cepat (Devito. 1997: 231). Dalam komunikasi

antarpribadi kita mendasarkan komunikasi kita pada pengetahuan yang menjelaskan

tentang masing-masing dari kita.

Namun, komunikasi antarpribadi terjadi setelah adanya hubungan antarpribadi

dan daya tarik antarpribadi. Hubungan antarpribadi berlangsung melalui beberapa

tahap, mulai dari tahap interaksi awal, yakni kontak, keterlibatan, keakraban,

perusakan, sampai ke pemutusan. Untuk lebih mudahnya terjalinnya hubungan

antarpribadi di gambarkan pada bagan di bawah ini:

(29)

13

Keterlibatan Keluar

Keakraban Keluar

Perusakan Keluar

Pemutusan Keluar

Gambar I. 1 Jalinan Komunikasi Antarpribadi

(Sumber: Devito. 1997: 233)

Keterangan:

Model lima tahap dalam gambar di atas menguraikan tahap-tahap penting

dalam pengembanngan hubungan. Tetapi terkadang dalam setiap hubungan tertentu

kita juga perlu memodifikasi dan merevisi model dasar ini, tetapi sebagai deskripsi

umum tentang pengembangan hubungan tahap-tahap ini cukup bersifat standar.

(30)

14

Selain hubungan antarpribadi, proses lain yang mendasari terjadinya

komunikasi antarpribadi adalah daya tarik antarpribadi. Daya tarik antarpribadi terdiri

dari: daya tarik (fisik dan kepribadian), pembembentukan citra (impresi), kedekatan

(proksimitas), pengukuhan, kesamaan, dan sifat saling melengkapi. (Devito. 1997:

232-233)

b) Faktor Penumbuh Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi terjadi karena beberapa faktor, adapun faktor

penumbuh komunikasi antarpribadi, antara lain (Rakhmat. 2007: 129-138)

1. Percaya (Trust)

Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi, faktor

percaya adalah yang paling penting. Sejak tahap pertama dalam hubungan

antarpribadi (tahap perkenalan), sampai pada tahap kedua (tahap peneguhan),

“percaya” menentukan evektivitas komunikasi. Secara ilmiah Griffin mendefinisikan

“percaya” sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang

dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti, dan dalam situasi yang penuh risiko”.

Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya, antara lain:

a. Ada situasi yang menimbullkan resiko. Bila orang menaruh kepercayaan

kepada seseorang, ia akan menghadapi resiko. Resiko itu dapat berupa

(31)

15

b. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain, berarti menyadari

bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain.

c. Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.

Sejauh mana kita percaya kepada orang lain dipengaruhhi oleh faktor-faktor

personal dan situasional. Menurut Deutsch, harga diri dan otoritarianisme

mempengaruhi percaya. Orang yang harga dirinya positif akan cenderung

mempercayai orang lain, sebaliknya orang mempunyai kepribadian otoriter

cenderung sukar mempercayai orang lain.

Sikap percaya berkembang apabila setiap komunikan menganggap komunikan

lainnya berlaku jujur. Tentu saja sikap ini dibentuk berdasarkan pengalaman kita

dengan komunikan. Selain pengalaman, ada tiga faktor utama yang dapat

menumbuhkan sikap percaya atau mengembangkan komunikasi yang didasarkan

pada sikap saling percaya, antara lain: menerima, empati, dan kejujuran.

2. Sikap Suportif

Sikap Suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam

komunikasi. Orang bersifat defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak

empatis. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal, diantaranya

(32)

faktor-16

faktor situasional lainnya. Perilaku yang dapat menimbulkan iklim defensif dan

suportif antara lain:

.

Tabel I.1 Perilaku Yang Dapat Menimbulkan Iklim Defensif dan Suportif

(Sumber: Rakhmat. 2007: 134)

3. Sikap Terbuka (Open-mindedness)

Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi

antarpribadi yang efektif. Ciri-ciri orang yang mempunyai sikap terbuka menurut

Brooks dan Emmet antara lain adalah:

a. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan logika.

b. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dsb.

c. Berorientasi pada isi.

d. Mencari informasi dari berbagai sumber.

e. Lebih bersifat profesional dan bersedia mengubah kepercayaannya. Iklim Defensif Iklim Suportif

1. Evaluasi 1. Deskripsi

2. Kontrol 2. Orientasi Masalah

3. Strategi 3. Spontanitas

4. Netralitas 4. Empati

5. Superioritas 5. Persamaan

(33)

17

f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan.

c) Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Tujuan komunikasi antarpribadi tidak berbeda jauh dengan tujuan komunikasi

secara umum. Tujuan komunikasi antarpribadi Menurut Devito (1997: 31-33), antara

lain:

1. Menemukan

Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal

discovery). Bila kita ingin berkomunikasi dengan orang lain, kita harus terlebih

dahulu mengenal diri sendiri selain juga tentang orang lain. Dengan berbicara

tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang

berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti

ini kita mennyadari bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan

orang lain.

Cara lain dimana kita dapat melakukan penemuan diri adalah melalui proses

perbandingan sosial, melalui pembandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat,

nilai, dan kegagalan kita tentang orang lain (Thibaut dan Kelly, 1986). Artinya, kita

harus mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membandingkan diri kita

dengan orang lain.

(34)

18

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain,

membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita juga ingin merasakan

dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang

lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina

dan memelihara hubungan sosial.

3. Untuk Meyakinkan

Kita telah banyak menghabiskan waktu untuk melakukan persuasi

antarpribadi, baik sebagai sumber ataupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan

antarpribadi kita sehari-hari kita berusaha untuk mengubah sikap dan perilaku orang

lain. Kita berusaha mengajak mereka untuk melakukan sesuatu, meyakinkan bahwa

sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan

sebagainya. Sedikit saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya untuk

mengubah sikap atau perilaku orang lain.

4. Untuk Bermain dan Mencari Hiburan

Kita banyak menggunakan komunikasi kita untuk bermain dan menghibur

diri. Demikian pula, banyak dari perilaku komunikasi kita yang digunakan untuk

menghibur orang lain. Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi

adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang lain sehingga kita

dapat mencapai tujuan-tujuan lain.

(35)

19

Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan

sekitar kita, baik mengenai objek, kejadian-kejadian, dan orang lain yang ada di

sekitar kita.Sebagian besar informasi yang kita terima dan kita dapatkan sekarang ini

merupakan hasil dari interaksi antarpribadi.

6. Membantu Orang Lain

Dengan terjalinnnya komunikasi antarpribadi, maka kita dapat membantu

orang lain yang sedang mempunyai masalah. Kita dapat memberikan nasihat kepada

mereka yang sedang menghadapi suatu persoalan.

I. 5. 3 Komunikasi Antarbudaya

a) Pengertian Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya menurut William B. Gudykunts dan Young Yun

Kim adalah komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya yang berlainan,

atau komunikasi dengan orang asing (stranger). Komunikasi antarbudaya terjadi

apabila komunikatornya adalah anggota suatu budaya dan komunikatornya adalah

anggota suatu budaya lainnya.

Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari

(36)

20

cara berperilaku kultural yang berbeda. Untuk lebih jelasnya konsep ini akan

digambarkan sebagai berikut:

Pesan

Gambar I. 2 Konsep Komunikasi Antarbudaya

(Sumber: Devito. 1997: 480)

Keterangan:

Lingkaran yang lebih besar menggambarkan kultur dari komunikator.

Lingkaran yang lebih kecil menggambarkan komunikatornya (sumber/ penerima).

Dalam model ini, masing-masing komunikator adalah anggota dari kultur yang

berbeda. Dalam beberapa keadaan, perbedaan kultur ini relatif kecil, misalnya: antar

orang Jawa dengan Kalimantan. Dalam keadaan lain, perbedaan kultural sangat besar,

misalnya: antar orang Indonesia dengan orang Amerika.

Semua pesan dikirim dari konteks kultural yang unik dan spesifik, dan

konteks itu mempengaruhi isi dan bentuk pesan. Kita berkomunikasi seperti yang kita

lakukan sekarang sebagian besar sebagai akibat kultur kita. Kultur mempengaruhi

setiap aspek dari komunikasi kita (Devito. 1997: 479-480). Kultur

S/ P

Kultur

(37)

21

b) Hambatan-hambatan Proses Komunikasi Antarbudaya

Hambatan-hambatan yang kerap kali terjadi dalam komunikasi antarbudaya

adalah (Devito. 1997: 488-492):

a. Mengabaikan Perbedaan Antara Kelompok Kulturalyang berbeda

Dalam setiap kelompok sosial, terdapat perbedaan yang besar dan penting.

Oleh karena itu kita perlu menyadari bahwa dalam setiap kultur terdapat banyak

subkultur yang jauh berbeda satu sama lain dan berbeda pula dari kultur

mayoritasnya. Namun yang seringkali adalah seseorang selalu menyamakan atau

menyamaratakan perbedaan kultur-kultur yang terdapat dalam suatu kelompok,

padahal hal ini dapat mengakibatkan ketersinggungan atau ketidakpuasan salah satu

pihak.

b. Mengabaikan Perbedaan Dalam Makna Arti

Makna tidak terletak pada kata-kata yang digunakan, tetapi terletak pada

orang yang menggunakan kata-kata itu. Diperlukan kepekaan terhadap prinsip ini

dalam proses komunikasi antarbudaya.

c. Melanggar Adat Kebiasaan Kultur

Setiap kultur mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini

menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak patut. Oleh karenanya dalam

(38)

22

adat/ kebiasaan serta aturan-aturan komunikasi dari kultur atau budaya lain, karena

jika tidak saling mengerti adat/ kebiasaan serta aturan-aturan komunikasi satu sama

lain maka akan terjadi kesalah pahaman atau miss communication.

d. Menilai Perbedaan Secara Negatif

Meskipun terdapat perbedaan antara kultur yang satu dengan kultur yang

lainnya, kita tidak boleh menilai perbedaan itu secara sepihak saja. Terlebih jika kita

menganggap jika kultur yang selama ini kita anut adalah yang paling benar, dan yang

dianut oleh orang lain tidaklah benar. Hal ini dapat menyinggung perasaan orang lain,

sehingga dapat menimbulkan perusakan hubungan. Diperlukan rasa saling menyadari

dan mau menerima perbedaan antar kultur satu sama lain.

e. Kejutan Budaya

Yang dimaksud dengan kejutan budaya disini adalah mengacu pada reaksi

psikologis yang dialami seseorang karena tengah berada di suatu kultur yang sangat

berbeda dengan kulturnya sendiri. Kebanyakan orang mengalaminya jika saat

pertama kali memasuki kultur baru yang berbeda. Namun demikian, keadaan ini tidak

menyenangkan dan dapat menimbulkan frustasi. Sebagian dari kejutan ini muncul

dari perasaan terasing, menonjol dan berbeda dari yang lain, sehingga menimbulkan

(39)

23

I. 5. 4 Komunikasi Kelompok

a) Definisi dan Proses Terbentukya Kelompok

Sebelum menelaah lebih dalam tentang komunikasi kelompok, alangkah

baiknya jika terlebih dahulu kita tahu apa yang di maksud dengan suatu kelompok

dan bagaimana suatu kelompok itu dapat terbentuk.

Manusia adalah makhluk sosial, manusia tidak akan dapat hidup tanpa

berhubungan (berinteraksi) dengan individu lainnya. Sejak dilahirkan manusia

sudah mempunyai dua hasrat pokok yaitu: keinginan untuk menjadi satu dengan

manusia lain di sekelilingnya (masyarakat) dan keinginan untuk menjadi satu

denga suasana alam di sekelilingnya. Untuk dapat menghadapai dan

menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut, manusia menggunakan

pikiran, perasaan dan kehendaknya. Dari keinginan manusia unuk menjadi satu

dengan manusia lain di sekitarnya itulah maka manusia akan cenderung

membentuk suatu kelompok-kelompok kecil, jadi kelompok dapat di artikan

sebuah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama dan

(40)

24

Suatu kelompok terbentuk apabila anggota suatu kelompok tersebut

memiliki persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Soekanto. 2005: 115):

1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari

kelompok yang bersangkutan

2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang

lainnya

3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka

bertambah erat. Faktor tersebut dapat merupakan nasib yang sama,

kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan

lain-lain

4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku

5. Serta bersistem dan berproses .

Setiap anggota kelompok harus memiliki rasa saling memiliki dan

membutuhkan dengan anggota lainnya, karena dari keinginan untuk mencapai

satu tujuan bersama itulah nantinya akan terjadi proses komunikasi kelompok.

Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitiuan, dan terapan yang

tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi

lebih kepada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang

kecil (Goldberg, Larson. 1985: 6).

(41)

25

Dalam suatu kelompok, para anggota kelompok cenderung mempunyai

penilaian yang sama terhadap suatu masalah apabila mereka di hadapkan dengan

penilaian pada pihak lain. Dengan cara memberikan kesempatan kepada

anggota-angota kelompok untuk mendiskusikan suatu permasalahan yang ada dalam

kelompok, maka setiap anggota kelompok akan merasa bahwa mereka terikat dan

saling membutuhkan satu sama lain dalam kelompok tersebut, hal ini

menyebabkan terabaikannya perbedaan-perbedaan yang ada antar anggota

kelompok.

Meskipun terkadang latar belakang, sifat dan karakter seseorang yang

berbeda-beda satu sama lain menyebabkan sedikit terhambatnya proses

komunikasi antarpribadi, namun dengan kesadaran akan kepentingan dan tujuan

bersama yang dimiliki oleh para anggota kelompok, maka perbedaan-perbedaan

itu tidak akan berarti, meskipun komunikasi yang terjadi akan sedikit lambat

dikarenakan perlunya proses penyesuaian diri antar individu yang berbeda etnik.

Terlebih jika komunikasi kelompok tersebut terjalin di kalangan

mahasiswa yang notabene memiliki pemikiran yang lebih maju dan berkembang

di bandingkan dengan masyarakat awam dimana biasanya anggota kelompok di

kalangan mahasiswa ini saling menilai efektifitas mereka sebagai peserta diskusi,

maka peserta yang dinilai berkemampuan tinggi berbeda dengan peserta yang

dinilai berkemampuan rendah dalam beberapa hal, bukan karena latar belakang

(42)

26

c) Pola Komunikasi di Kalangan Mahasiswa Antaretnik

Dalam suatu kelompok di masyarakat, biasanya terdapat seorang pemimpin

atau yang biasanya disebut ketua kelompok, namun hal ini tidak berlaku pada sebuah

kelompok yang terbentuk di kalangan mahasiswa, kelompok yang terbentuk di

kalangan mahasiswa jarang sekali memiliki pemimpin yang pasti yang biasanya di

pilih dari hasil polling anggota kelompok tersebut. Semua anggota kelompok

memiliki kedudukan yang sama dan seimbang, dan dapat berkomunikasi secara

langsung dan bebas dengan anggota kelompok lainnya.

Pola komunikasi yang terdapat dalam kelompok yang terbentuk di kalangan

mahasiswa ini adalah cenderung lebih ke pola bintang, dimana semua anggota adalah

sama, dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi

anggota lainnya. Baik mahasiswa sesama etnik maupun antaretnik yang tergabung

dalam satu kelompok dapat berkomunikasi secara bebas dan menyampaikan

pendapatnya kepada anggota kelompok lainnya. Meskipun terkadang dalam suatu

kelompok di kalangan mahasiswa juga mempunyai seorang pemimpin, namun itu

hanyalah formalitas, keberadaan seorang pemimpin dalam kelompok ini tidak terlalu

berpengaruh terhadap aktifitas dan pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok

tersebut.

Meskipun mempunyai perbedaan yang sangat signifikan, yakni perbedaan

(43)

27

persamaan lokasi studi, kepentingan yang berhubungan dengan studi, kegemaran

(hobi), dan tujuan-tujuan lain menyebabkan komunikasi antaretnik di kalangan

mahasiswa tetap dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa adanya hambatan yang

mencolok di karenakan perbedaan etnik.

1. 5. 5 Pola-pola Jaringan Komunikasi

a) Definisi Pola Komunikasi

Dalam sebuah peristiwa komunikasi, komunikasi kelompok khususnya

akan terjadi komunikasi yang saling berkesinambungan antara anggota kelompok

satu dengan anggota kelompok lainnya. Peristiwa ini disebut juga dengan jaringan

komunikasi. Jaringan disini adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan

pesan dari satu orang ke orang lainnya. Kemudian jaringan komunikasi akan

membentuk sebuah struktur/ pola yang dikenal dengan sebutan pola komunikasi

(Mulyana. 2005: 89-90).

Pola atau jaringan komunikasi terbentuk dengan sendirinya (tidak

disengaja) dalam suatu kelompok. Biasanya pola yang terbentuk berdasarkan

jenis dan siapa saja anggota kelompok tersebut. Dalam sebuah kelompok

(44)

28

kecilnya kelompok tersebut dan berapa jumlah anggota kelompok serta

bagaimana latar belakang anggota kelompok.

b) Jenis-jenis Pola Komunikasi

Terdapat lima macam pola/ struktur komunikasi yang sering dijumpai

dalam masyarakat, antara lain (Devito.1997: 344-345):

Gambar I. 3Struktur/ Pola Jaringan Komunikasi

Sumber: Devito (1997: 345)

a. Pola Lingkaran, pada pola ini tidak ada pemimpin. Semua anggota posisinya

sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk

mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua

anggota lain di sisinya.

(45)

29

b. Pola roda, memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinyadi pusat. Orang

ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari

semua anggota. Oleh karena itu, jika seseorang ingin berkomunikasi dengan

anggota lain, maka pesannya harus di sampaikan melalui pemimpinnya.

c. Pola Y, struktur ini relatif kurang tersentralisasi dengan struktur roda, tetapi

lebih tersentralisasi debanding dengan pola lainnya. Pada struktur Y juga

terdapat pemimpin yang jelas (orang ketiga dari bawah). Tetapi satu anggota

lain berperan sebagai pemimpin kedua (orang kedua dari bawah). Anggota ini

dapat mengirimkan Dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga

anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya.

d. Pola Rantai, struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para

anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi hanya dengan satu orang

saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. Orang yang berada di posisi tengah

lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain.

e. Pola Bintang, struktur ini disebut juga dengan pola bintang dan hampir sama

dengan struktur lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya

juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan

tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan

setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota

(46)

30

Dalam fenomena sosial yang dapat kita saksikan, komunikasi yang terjadi

pada suatu kelompok yang anggotanya terdiri dari masyarakat yang berasal dari satu

etnik/ ras komunikasi yang terjadi cenderung lancar dan tidak mengalami suatu

hambatan yang berarti, namun apabila anggota dalam suatu kelompok tersebut terdiri

dari beberapa etnik maka komunikasi yang terjadi cenderung sering mengalami

banyak hambatan.

I. 5. 6 Pelaku-pelaku Dalam Jaringan Komunikasi

a) Opinion Leader (Pemuka Pendapat)

Opinion Leader adalah pemimpin dalam kelompok, seorang opinion leader

atau pemuka pendapat tidaklah selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal

dalam kelompok, tetapi membimbing tingkah laku anggota dan mempengaruhi

keputusan para anggotanya. Seorang opinion leader dalam jaringan komunikasi ini

terbentuk karena keaktifannya dalam suatu lembaga internal mahasiswa dan

pengetahuan cukup luas yang dimiliki.

b. Gate Keepers (Penjaga Gawang/ Pengamat Arus Informasi)

Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara

anggota-anggota kelompok. Mereka berada di tengah dari suatu jaringan dan

menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan

informasi apapun. Gate Keepers dapat menolong anggota penting dalam kelompok

(47)

31

memberikan informasi yang penting. Oleh karena itu peran gate keepers sangatlah

penting dalam jaringan komunikasi.

c. Cosmopolities

Cosmopolities adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan

lingkungan, mereka mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang ada dalam

lingkungan dan orang-orang tertentu pada lingkungannya. Dalam jaringan

komunikasi ini tidak terlihat adanya seorang cosmopolities.

d) Bridge (Jembatan)

Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam suatu kelompok yang

menghubungkan kelompok dengan anggota kelompok lainnya. Individu ini saling

membantu memberikan informasi diantara kelompok dan mengkoordinasikan

kelompok.

e) Liason

Sama perannya dengan bridge, tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota

dari suatu kelompok, tetapi dia merupakan penghubung diantara satu kelompok

dengan kelompok lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi informasi

yang relevan diantara kelompok dalam organisasi.

(48)

32

Isolate adalah anggota kelompok yang memiliki kontak minimal dengan

individu lain dalam kelompok dan paling sedikit menerima informasi dalam suatu

kelompok. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam kelompok atau diasingkan

dan bahkan terkadang mereka dengan sengaja mengasingkan diri karena merasa tidak

nyaman dengan anggota kelompok lainnya.

I. 5. 7 Teori Cybernetic

Penelitian ini menggunakan metode analisis jaringan komunikasi, yakni suatu

metode yang bertitik tolak dari model komunikasi konvergensi yang berlandaskan

pada teori cybernetic. Teori cybernetic memandang tingkah laku manusia dari

perspektif sistem-sistem (Rogers dan Kincaid), 1981), yaitu: suatu cara atau usaha

untuk melihat dan memahami hubungan-hubungan secara keseluruhan (Setiawan,

1989: 27).

Teori ini memandang komunikasi sebagai suatu sistem dimana berbagai

elemen yang terdapat di dalamnya saling beribteraksi dan saling mempengaruhi.

Komunikasi dipahami sebagai sistem yang terdiri dari bagian-bagian atau

variabel-variabel yang saling mempengaruhi satu sama lain. Teori cybernetic digunakan dalam

topik-topik tentang diri individu, percakapan, hubungan interpersonal, kelompok,

organisasi, media, budaya dan masyarakat.

Teori-teori yang termasuk dalam tradisi cybernatic, yakni:

(49)

33

Teori ini mengindikasikan bahwa jaringan adalah struktur yang dibentuk dari

adanya komunikasi antar individu dan antar kelompok. Ide dasar dari teori jaringan

ini adalah connectedness, yaitu merupakan gagasan dimana terdapat komunikasi

diantara individu yang relatif stabil.

b. The Processs of Organizing

Teori ini didasarkan pada bidang komunikasi dimana dengan komunikasi

seseorang dapat memahami suatu organisasi dan mengetahui bagaimana orang

berorganisasi. Dalam teori ini menjelaskan bahwa organisasi bukan merupakan

sebuah struktur yang didalamnya terdapat posisi dan peraturan, tetapi lebih kepada

aktifitas komunikasi.

Metode analisis jaringan dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini karena

dengan jelas mendeskripsikan jaringan komunikasi dengan sosiogram, selain itu juga

dapat diketahui bahwa perilaku seseorang akan lebih ditentukan oleh relasi-relasi

sosialnya daripada ciri-ciri individunya (Setiawan, 1989: 27).

I. 6. Definisi Konseptual

Konsep-konsep yang berperan dalam penelitian ini antara lain:

a. Pola Komunnikasi adalah jaringan atau saluran yang digunakan untuk

(50)

34

komunikasi akan membentuk sebuah struktur/ pola yang dikenal dengan

sebutan pola komunikasi (Mulyana. 2005: 89-90).

b. Pola Komunikasi Antaretnik adalah jaringan atau saluran yang digunakan

untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lainnya, dimana dalam

suatu jaringan komunikasi tersebut terdiri dari anggota yang berbeda etnik

atau berasal dari etnik yang berbeda.

I. 7. Metode Penelitian

a) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Ma Chung, yang terletak di Villa

Puncak Tidar No. 1 Malang. Alasan penelitian ini dilakukan di Universitas

Ma Chung karena di kampus tersebut di dominasi oleh mahasiswa etnik

Tionghwa dan etnik Jawa.

b) Pendekatan Penelitian

Untuk pendekatan penelitian, peneliti memilih pendekatan deskriptif

kualitatif, dimana pendekatan deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau

peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak

(51)

35

menggambarkan atau memaparkan terjadinya pola komunikasi yang terjalin

antara mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa di Universitas Ma Chung.

c) Subyek Penelitian

Subyek penelitian di tetapkan dengan kriteria sebagai berikut:

a. 2 orang mahasiswa etnik Tionghoa (laki-laki atau perempuan) keturunan

asli Tionghwa, dimana kedua orang tua mereka juga merupakan etnik

Tionghwa.

b. 2 orang mahasiswa etnik Jawa (laki-laki atau perempuan) keturunan asli

Jawa, dimana kedua orang tua mereka juga merupakan etnik Jawa (berasal

dari kota Malang lebih di utamakan.

c. Mahasiswa semua jurusan angkatan 2010-2011.

d. Untuk mahasiswa etnik Tionghwa pada waktu SMU tidak bersekolah di

sekolah yang mayoritas siswanya adalah etnik Jawa, dan begitupula

sebaliknya untuk mahasiswa etnik Jawa pada waktu SMU tidak

bersekolah di sekolah yang mayoritas siswanya adalah etnik Tionghwa.

e. Antara mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa yang menjadi subyek

dalam penelitian ini sama sekali tidak mempunyai hubungan khusus

(berpacaran) ataupun hubungan keluarga. Hubungan antar subyek

(52)

36

Selain itu, dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan tekhnik

snowball sampling, dalam tekhnik snowball sampling peneliti tidak hanya

memfokuskan penelitian terhadap satu subjek penelitian saja, namun peneliti

juga harus meneliti dan melibatkan orang-orang yang juga dekat (memiliki

hubungan pertemanan) dengan subjek penelitian tersebut, sehingga nantinya

akan terdapat banyak subjek penelitian baru, seperti digambarkan di bawah

ini:

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain:

a)Wawancara

Dengan menggunakan tehnik wawancara terhadap subyek penelitian,

(53)

37

memperoleh informasi serta dat-data yang valid mengenai pola komunikasi

antaretnik yang dilakukan oleh subyek penelitian.

b) Observasi

Tehnik pengumpulan data menggunakan observasi bertujuan untuk

menjelaskan, memeriksa, dan merinci gejala yang terjadi (Rakmat, 2007: 84).

Dengan terjun langsung ke lokasi penelitian, yakni Universitas Ma Chung,

peneliti berharap dapat menangkap fakta-fakta yang terjadi pada subyek

penelitian. Selain itu peneliti juga harus memperoleh informasi mengenai

peristiwa-peristiwa komunikasi antaretnik yang terjadi pada subyek penelitian

(mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa).

c) Dokumentasi

Selain melakukan wawancara dan observasi, peneliti juga akan

melakukan dokumentasi (mengabadikan momen/ peristiwa) pada saat

penelitian berlangsung. Dokumentasi ini berupa foto-foto yang di ambil pada

saat peneliti melakukan survey dan wawancara terhadap responden di

Universitas Ma Chung.

(54)

38

Dalam penelitian kualitatif, teknis analisis data dilakukan pada saat

pengumpulan data sedang berlangsung. Teknis analisis data kualitatif yang

digunakan peneliti disini adalah teknis analisis jaringan yaitu data jaringan

komunikasi yang terdiri atas sosiogram yang mengandung indikasi jenis

jaringan, arus informasi, anggota jaringan, pemencil (pemisah), orang yang

berposisi sebagai pemuka pendapat, orang yang berposisi sebagai pengikut

pemuka pendapat, jaringan utama dan sub-sub nya jaringan.

Metode analisis jaringan dipilih untuk penelitian ini karena bertujuan

untuk menghindari penggunaan model analisis linear yang memberikan

konsekuensi (secara metodologis) penggunaan metode survey. Metode survey

ini lebih menekankan pada individu sebagai unit analisis dengan penggunaan

teknik sampling yang memutuskan individu dalam ikatan hubungan sosialnya

yang nyata ada. Sedangkan di sisi lain di ketahui bahwa perilaku seseorang

akan lebih di tentukan oleh relasi-relasi daripada ciri-ciri individunya.

I. 8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menguji kebenaran (keabsahan) data dan informasi yang telah

diperoleh selama selama penelitian berlangsung, maka perlu dilakukan uji

keabsahan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi

(55)

39

berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. (Hamidi,

Gambar

Gambar I. 4 Teknik Snow Ball Sampling

Referensi

Dokumen terkait

Query adalah suatu objek database yang dapat digunakan untuk menampilkan, menyunting atau menganalisa suatu data dengan memberikan baris-baris perintah tertentu. Pada

Daun paliasa diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelaru n-heksan kemudian ampas dari maserasi dengan n-heksan dimaserasi lagi dengan etanol 96%.. Ekstrak

Tamburaka Rustam E, Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah Sejarah Filsafat dan Iptek, Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Tjahjadi Simon Petrus L, Petualangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi matematis dengan kemampuan akademik mahasiswa pada mata kuliah Statistika

Berbeda dengan Pasal 6 dan Pasal 7 yang merupakan tindak pidana baru, beberapa tindak pidana lain dalam undang-undang pemberantasan tindak pidana terorisme hanya memindahkan

Menyedari kepentingan pembelajaran secara Online Learning perlu diterapkan kepada pelajar-pelajar di dalam sistem pendidikan kita sekarang ini maka penyelidik berpendapat

Oleh sebab itu penulis ingin menggunakan sarana media televisi untuk menyajikan informasi lunak seputar otomotif yang tentunya disajikan secara menarik dalam

Penelitian ini merupakan penelitian penelitian observasional dengan rancangan cross sectional untuk mengetahui perubahan pemilihan jenis dan tempat persalinan pada