• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETISI LIMA JENIS DAN EMPAT POPULASI GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merr) VARIETAS WILIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMPETISI LIMA JENIS DAN EMPAT POPULASI GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merr) VARIETAS WILIS"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KOMPETISI LIMA JENIS DAN EMPAT POPULASI GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI

(Glycine max [L.] Merr) VARIETAS WILIS

Oleh

Yunita

Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Cara untuk meningkatkan produktivitas tanaman kedelai adalah dengan cara teknik budidaya yang baik dan benar. Adanya gulma di lahan pertanaman akan menyebabkan penurunan

produksi kedelai. Besarnya penurunan ini dipengaruhi oleh jenis gulma dan populasi gulma. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh populasi gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Wilis; (2) Mengetahui daya tekan masing-masing gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Wilis; (3) Mengetahui pengaruh kombinasi jenis dan populasi gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Wilis.

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Bataranila Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma Universitas Lampung mulai Bulan November 2010 sampai Bulan Maret 2011. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Petak Berjalur dengan 3 ulangan.

Perlakuan disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah lima jenis gulma yaitu Cyperus rotundus, Asystasia gangetica, Borreria alata, Paspalum conjugatum, dan Setaria plicata. Faktor kedua adalah satuan populasi gulma yaitu 0, 20, 40, dan 60 tanaman/ m2. Homogenitas diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.

(2)

Setiap jenis gulma memiliki daya tekan yang berbeda-beda dalam menekan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai, namun gulma Setaria plicata

(3)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Biji kedelai digunakan sebagai bahan baku industri, makanan manusia, pakan ternak, dan sebagai bahan baku obat-obatan. Di Indonesia kedelai juga dapat digunakan untuk pembuatan minuman dan makanan tradisional, antara lain tempe, tahu, kecap, susu kedelai, dan tauco (Wikipedia, 2010).

Produksi kedelai tahun 2010 diperkirakan sebesar 962,54 ribu ton biji kering. Dibandingkan produksi tahun 2009 (ASEM), terjadi penurunan sebesar 10,41 ribu ton (1,07persen). Penurunan produksi tahun 2010 diperkirakan terjadi karena turunnya luas panen seluas 12,43 ribu hektar (1,72 persen), sedangkan produktivitas mengalami peningkatan sebesar 0,08 kuintal/hektar (0,59 persen) (Berita Resmi Statistik, 2010).

(4)

permodalan petani untuk pengadaan saprodi. Benih kedelai unggul masih terbatas (Tjitrosoedirdjo, Utomo, dan Wiroadmodjo, 1984).

Tekanan kedelai impor sangat kuat dengan harga yang lebih murah. Kedelai impor membanjiri pasar kedelai nasional sehingga menekan harga kedelai nasional, kedelai impor dapat membanjiri pasar kedelai dalam negeri disebabkan hal-hal sebagai berikut: Adanya pasar yang besar hingga tingkat desa, aturan yang ada memperbolehkan hal tersebut, Adanya pihak atau institusi/organisasi yang menangani dengan baik karena mendapat insentif yang besar (Tjitrosoedirdjo Utomo, dan Wiroadmodjo, 1984). Kedelai petani dari lapangan hingga ke

pasar/konsumen belum tertangani dengan baik tetapi berjalan sendiri secara alami, sehingga konsumen sulit mencarinya dan harganya menjadi tinggi. Teknologi yang sudah tersedia untuk diterapkan petani dalam mendukung peningkatan produksi kedelai.

(5)

3 Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing (Soerjandono, 2005).

Setiap jenis gulma memiliki pola pertumbuhan atau habitus (tinggi, perakaran, jumlah cabang, luas kanopi, dan sebagainya), serta laju pertumbuhan yang berbeda. Pada kondisi yang memungkinkan gulma akan tumbuh cepat, lebih tinggi, dan kanopi yang lebih luas, maka gulma akan memperoleh keuntungan kompetitif dibandingkan dengan gulma lain atau tanaman yang lambat

pertumbuhannya, lebih rendah, dan kanopinya yang lebih sempit (Sembodo, 2010).

Perbedaan kerapatan gulma akan menentukan seberapa besar gangguan yang disebabkan oleh gulma tersebut. Pada tingkat populasi gulma yang rendah persaingan antara tanaman dengan gulma belum terjadi sehingga kehilangan hasil belum terlihat. Sedangkan saat gulma melebihi batas ambang kerusakan tanaman maka pada tingkat populasi itulah hasil tanaman menurun (Sembodo, 2010).

Percobaan ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan berikut:

(6)

2) Bagaimana pengaruh masing-masing gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Wilis?

3) Bagaimana pengaruh kombinasi jenis dan populasi gulma terhadap pertubuhan dan produksi kedelai varietas Wilis?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1) Mengetahui pengaruh populasi gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Wilis.

2) Mengetahui pengaruh masing-masing gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Wilis.

3) Mengetahui pengaruh kombinasi jenis dan populasi gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Wilis.

1.3 Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pernyataan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut:

(7)

5 dalam hal kebutuhan pertumbuhan (ruang, cahaya, nutrisi, dan air atau

kelembaban) atau karena persamaan morfologi (misal bentuk daun). Jenis tumbuhan yang tidak mempunyai kesamaan tersebut akan mengalami suatu perubahan diantaranya perubahan fenotip, penurunan laju pertumbuhan atau akhirnya mati.

Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki yang tumbuh bersama tanaman kedelai yang sedang diusahakan. Tumbuhan tersebut merupakan kompetitor atau pesaing dalam pemanfaatan air, zat hara tanah, sinar matahari, dan ruang di sekitar tanaman kedelai, bahkan berperan sebagai inang hama serta penyakit tertentu. Akumulasi dari tingkat persaingan oleh gulma tersebut tampak nyata di lahan. Pada tempat-tempat yang telah ditumbuhi gulma, tanaman kedelai tidak dapat tumbuh dengan baik. Penurunan hasil akibat kompetisi gulma pada pertanaman kedelai dapat mencapai 10-50% (Ardjasa dan Bangun, 1985).

Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman dalam hal menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis.

(8)

kesuburan tanah, air tanah, dan suhu menguntungkan bagi pertumbuhan kedelai, kompetisi dari spesies gulma yang beradaptasi meningkat.

Petakan-petakan tanah yang dipupuk, pertumbuhan gulma dan penurunan hasil kedelai lebih besar daripada di petakan-petakan tanah yang tidak dipupuk dan penurunan hasil juga lebih besar jika populasi kedelai rendah.

Gulma mempunyai kemampuan menimbun hara dengan menurunkan hasil kedelai. Jika air terbatas, biji gulma berkecambah dan tumbuh lebih cepat

daripada kedelai. Pada suhu berkisar 180--300 C, seperti halnya dengan kecepatan pertumbuhan kedelai, kecepatan pertumbuhan sebagian besar gulma meningkat dengan meningkatnya suhu. Dalam dua minggu pertama setelah emergence, kedelai biasanya tumbuh lebih cepat daripada sebagian besar gulma. Namun setelah ketinggian kedelai mencapai 15 cm, biasanya gulma tumbuh lebih cepat. Naungan tanaman kedelai oleh gulma selama periode reproduktif awal dapat menurunkan pembentukan polong. Penurunan hasil terutama disebabkan oleh penurunan jumlah polong. Kompetisi gulma hanya sedikit atau tidak berpengaruh terhadap ukuran biji atau jumlah biji per polong (Mimbar, 1994).

(9)

7 Sardjono (1990), melaporkan bahwa adanya persaingan dengan gulma pada

tanaman kedelai menyebabkan terlambatnya pembungaan. Kallman et al. (1974) dalam Basir (1988), mengemukakan bahwa pembungaan yang terlambat dapat mengakibatkan jumlah polong dan biji sedikit dibandingkan sifat-sifat yang dimiliki varietas tersebut.

Menurut Nugroho (1998), akibat perbedaan tingkat kadar air tanah dan perbedaan tingkat populasi gulma menyebabkan perbedaan pada pencapaian berat kering biji kedelai varietas Wilis, berturut-turut 21%, 26%,31%, dan 28% dibandingkan tanpa gulma. Teki yang masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati. Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa beberapa jenis gulma menahun sangat agresif termasuk Agropyron repens, Cirsium arvense, Sorgum halepense, Cyperus rotundus, dan Imperata cylindrica mempunyai pengaruh allelopati, khususnya melalui senyawa beracun yang dikeluarkan dari bagian-bagian yang organnya telah mati. Maka dilakukan percobaan ini untuk mengetahui pengaruh kompetisi gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Wilis.

1.4 Kerangka Pemikiran

(10)

penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai juga salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung, juga sebagai bahan pangan sumber protein nabati utama bagi masyarakat.

Upaya peningkatan produksi kedelai salah satunya dengan memperbaiki

pengelolaan tanaman dan lingkungan yaitu dengan memperbaiki teknik budidaya tanaman. Perbaikan budidaya tanaman juga bertujuan untuk mengendalikan gulma. Persyaratan tumbuh yang sama atau hampir sama bagi gulma dan tanaman dapat mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya.

Pengendalian gulma sangat penting untuk dilakukan karena gulma dapat secara langsung menurunkan produksi tanaman akibat kompetisi. Kompetisi tersebut di antaranya dalam memperebutkan sarana tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman yang jumlahnya terbatas. Sarana tumbuh tersebut adalah cahaya matahari, nutrisi, air, karbondioksida, ruang, dan sebagainya.

Kompetisi bisa terjadi karena tanaman budidaya maupun gulma adalah tumbuhan yang keduanya memiliki sarana tumbuh yang sama (Ashton dan Craft, 1980).

(11)

9 Tanaman dan gulma juga memerlukan nutrisi untuk kebutuhan hidupnya. Nutrisi yang terdapat di dalam tanah yang jumlahnya terbatas akan menimbulkan

kompetisi tanaman dan gulma untuk saling memperebutkannnya. Apabila lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman diberikan pupuk tambahan dan tidak adanya pengendalian gulma yang dilakukan maka akan menimbulkan kerugian materi akibat pupuk tambahan tersebut tidak hanya dikonsumsi oleh tanaman tapi juga oleh gulma, sehingga dikhawatirkan tanaman budidaya akan kalah

berkompetisi dengan gulma (Ashton dan Craft, 1980).

Besar kecilnya persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini: kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, lama keberadaan gulma, kecepatan tumbuh gulma, habitus gulma, jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4), dan allelopati.

Kehadiran gulma dalam kegiatan budidaya mengakibatkan adanya interaksi antara gulma dan tanaman pokok yang dibudidayakan yaitu terjadinya kompetisi.

Tingkat kompetisi antara gulma dan tanaman tergantung pada bebrapa faktor,

(12)

Kompetisi ini juga berhubungan dengan jenis gulma, yaitu gulma berdaun lebar, gulma rumput, dan gulma teki. Untuk mengetahui seberapa besarkah pengaruh jenis gulma tersebut maka diambil beberapa spesies gulma untuk mewakili setiap jenis gulma yang ada, yaitu Paspalum conjugatum, Setaria plicata, Boreria alata, Asystasia gangetica, dan Cyperus rotundus.

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1. Semakin besar populasi gulma maka semakin besar terjadinya kompetisi gulma dengan tanaman kedelai varietas Wilis sehingga pertumbuhannya terhambat dan produksi akan menurun.

2. Masing-masing gulma berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Wilis.

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai

Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera

berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga (lowa State University of Science dan Technology, 1989). Tanaman kedelai terdiri atas bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif yaitu akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian generatif yaitu organ perkembangbiakan seperti biji dan bunga (Wikipedia, 2010).

2.1.1 Akar

(14)

cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat

bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15–20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3) (Wikipedia, 2010).

2.1.2 Batang

Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan

(15)

13 2.1.3 Bunga

Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong (Wikipedia, 2010).

2.1.4 Daun

Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang (Wikipedia, 2010).

2.1.5 Biji

(16)

atau bulat agak pipih. Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila

memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah

dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih (Wikipedia, 2010).

2.1.6 Buah

Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100–250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman (Wikipedia, 2010).

2.2 Varietas Kedelai

Kedelai varietas Wilis ini lebih tinggi dibanding jenis lainnya, sehingga memiliki polong lebih lebat. Sedangkan biji kedelai tersebut lebih besar dibanding

sejenisnya. Sistem penanaman yang paling cocok adalah dengan menggunakan sistem budidaya jajar legowo (Rosmalasari, 2009).

(17)

15 tanaman 40–50 cm, umur matang kurang lebih 88hari, bentuk biji oval agak gepeng, tahan kerebahan, memiliki kandungan lemak kurang lebih 18%, kandungan protein kurang lebih 37%, dan agak tahan lama terhadap penyakit karat dan virus. Varietas Wilis dilepas pemerintah pada tahun 1983.

2.3 Kompetisi Gulma dengan Tanaman

Produksi tanaman pertanian ditentukan oleh beberapa faktor antara lain oleh gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, praktek pertanian. Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas.

(18)

Sukman dan Yakup (1991), mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang peranan dan hakikat kehadirannya belum sepenuhnya diketahui. Gulma

merupakan pesaing alami yang kuat bagi tanaman budidaya dikarenakan mampu memproduksi biji dalam jumlah banyak sehingga kerapatannya tinggi,

perkecambahannya cepat, pertumbuhan awal cepat, dan daur hidup lama. Sifat gulma umumnya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang berubah

dibandingkan dengan tanaman budidaya. Daya adaptasi dan daya saing yang kuat merupakan sifat umum gulma (Tjirtosoedirdjo, Utomo, dan Wiroadmodjo, 1984).

Kehadiran gulma sepanjang siklus hidup tanaman tidak selalu berpengaruh negatif terhadap tanaman budidaya. Ada suatu periode dimana tanaman budidaya peka terhadap kehadiran gulma di lingkungan tumbuh tanaman. Periode tersebut dikatakan sebagai periode kritis. Pada periode tersebut, tanaman berada pada kondisi yang peka terhadap lingkungan, terutama ruang tumbuh, unsur hara, air dan cahaya matahari. Apabila pada periode kritis tersebut gulma tumbuh

mengganggu tanaman, maka tanaman akan kalah bersaing dalam memanfaatkan faktor-faktor lingkungan tersebut.

Persaingan akan terjadi bila timbul interaksi antara lebih dari satu tumbuhan. Interaksi adalah peristiwa saling tindak antara tumbuhan tersebut. Menurut Soerjani (1976) tipe interaksi sebagai berikut:

a.) Neutralisme, ke dua tumbuhan saling tidak terpengaruh oleh interaksi. b.) Kompetisi, ke dua tumbuhan terpengaruh secara negatif oleh interaksi dalam

(19)

17 c.) Amensalisme, satu tumbuhan tidak dipengaruhi oleh interaksi sementara

kegiatan pertumbuhan lainnya dipengaruhi secara negatif.

d.) Dominasi, satu tumbuhan mendominansi tumbuhan lainnya (termasuk parasitisme dan predasi).

e.) Komensalisme, suatu interaksi yang positif. Satu tumbuhan tidak dipengaruhi, sedangkan tumbuhan lain memperoleh keuntungan dari interaksi.

f.) Proto-kooperasi, interaksi kooperatif antara dua tumbuhan. Untuk kompetisi antar tanaman dan gulma yang menjadi pengujian

Kompetisi adalah salah satu bentuk interaksi antartumbuhan yang saling

memperebutkan sumber daya alam yang persediaannya terbatas pada lahan dan dalam waktu sama yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap

pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut misalnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Moenandir, 1993).

Faktor-faktor kompetisi adalah (1) jenis gulma. Setiap jenis gulma memiliki daya kompetisi dan potensi gangguan yang berbeda, (2) kerapatan gulma. Populasi gulma pada musim hujan lebih banyak daripada pada musim kemarau karena tersedia cukup air, dan (3) distribusi. Gulma mampu menyebar dengan biji (dormansi sangat baik) atau organ vegetatif yang responsif terhadap kondisi lingkungan dan berdaya tumbuh tinggi.

(20)

saat populasi gulma melebihi ambang kerusakan tanaman maka populasi tanaman akan menurun. Kerapatan gulma yang tumbuh pada suatu areal pertanian

bervariasi menurut musim. Pada musim hujan persediaan air cukup sehingga populasi gulma banyak, dan sebaliknya pada saat musim kemarau (Sembodo, 2010).

2.4 Jenis Gulma

2.4.1 Paspalum conjugatum

Paspalum conjugatum merupakan anggota tumbuhan Poaceae, tumbuhan kuat, merayap, dengan stolons panjang. batang tegak 40-80 (100) cm, bercabang, padat, dan agak pipih. Daun berselubung biasanya 30-50 mm. Perbungaan dua atau kadang-kadang tiga tandan divergen dengan rambut panjang di pinggiran berwarna coklat tua.

Persentase perkecambahan biji Paspalum conjugatum biasanya rendah.

Pembungaan dimulai 4-5 minggu setelah kecambah muncul dan terus berbunga sepanjang tahun. Tunas baru tumbuh disetiap ruas (Anonimous, 2011).

2.4.2 Setaria plicata

Setaria plicata merupakan anggota tumbuhan Poaceae dan termasuk gulma

(21)

19 Timur). Asia-tropical (India, Malesia, and Papuasia). Tropis Asia (India, Malesia, dan Papuasia) (Clayton, Harman, dan Williamson, 2008).

2.4.3 Asystasia gangetika

Asystasia gangetica termasuk anggota famili Acanthaceae. Asystasia gangetica dikenal sebagai Violet Cina, Coromandel atau Creeping foxglove. Di Afrika Selatan gulma ini hanya dapat disebut Asystasia. Gulma tumbuh menyebar (Groundcover), dengan tinggi mencapai 600 mm atau sampai dengan 1 m jika kondisi mendukung. Daun berbentuk sederhana dan dengan susunan berlawanan. Buah Asystasia gangetica merupakan kapsul yang dapat meletus dengan dalam warna hijau, dan pada saat kering bewarna coklat. Subspesies Asystasia

gangetica, telah lebih besar (30-40 mm) bunga biru atau ungu muda (Gorham dan Hosking, 2007 dalam Palasta, 2007).

2.4.4 Borreria alata

(22)

2.4.5 Cyperus rotundus

Cyperus rotundus termasuk dalam famili Cyperaceae. Cyperus rotundus adalah tumbuhan abadi, yang dapat mencapai ketinggian hingga 40 cm. Nama rumput mur dan alang mur (bersama dengan spesies yang terkait Cyperus esculentus) berasal dari umbi-nya, yang agak menyerupai kacang, meskipun secara botanis mereka tidak ada hubungannya dengan kacang. Seperti di Cyperaceae lain, daun tumbuh dalam jajaran tiga dari pangkal tanaman. Tangkai bunga berbentuk segitiga Bunga adalah biseksual dan memiliki tiga stamen dan stigma. Buah adalah achene bersiku tiga.

(23)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu pada bulan November 2010 hingga Maret 2011.

3.2 Bahan dan alat

Bahan yang digunakan adalah benih pokok kedelai varietas Wilis, gulma

Asystasia gangetica, Borreria alata, Paspalum conjugatum, Setaria plicata, dan Cyperus rotundus, pupuk Urea dan pupuk Ponska masing-masing 300 kg/ha dan 100 kg/ha.

Sedangkan alat yang digunakan adalah timbangan, plastik berukuran 7x12cm, kertas label, kantong plastik, selotip, cutter, alat pengukur panjang, tali rafia, patok bambu, oven, dan alat tulis, alat tugal.

3.3 Metode Penelitian

(24)

pertama adalah lima jenis gulma yaitu Paspalum conjugatum, Setaria plicata, Boreria alata, Asystacia gangetica, dan Cyperus rotundus. Faktor kedua adalah satuan populasi gulma yaitu 0, 20, 40, dan 60 tanaman/ m2 .

Homogenitas diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 % untuk menidentifikasi pengaruh satuan populasi gulma dari yang tidak berpengaruh sampai yang terburuk.

3.4 Pelaksanaan penelitian

3.4.1 Penyiapan Lahan dan Pembuatan Petak Percobaan

Lahan yang digunakan seluas 462 m2. Setiap satuan percobaan terdiri dari lahan dengan panjang 2 m dan lebar 1,5 m. Lahan penelitian disiapkan dengan

(25)

23

(26)

3.4.2 Penanaman kedelai

Penanaman dilakukan satu hari setelah penyiraman pada lahan, hal ini bertujuan agar lahan lembab dan dapat memacu perkecambahan. Penanaman dilakukan dengan cara menugal hingga terbentuk lubang tanam dan membenamkan dua benih kedelai pada tiap lubang dengan jarak tanam 20 cm x 30 cm. Setelah penanaman, dilakukan kegiatan penyiraman pada areal dengan menggunakan pompa.

3.4.3 Penanaman gulma

Penanaman gulma dilakukan setelah umur tanaman kedelai 2 minggu, hal ini bertujuan agar umur tanaman dan gulma seragam. Penanaman gulma Asystasia gangetica, Borreria alata, dan Cyperus rotundus dilakukan pembibitan terlebih dahulu. Sedangkan gulma jenis Paspalum conjugatum dan Setaria plicata dilakukan dengan penanaman langsung.

3.4.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan membersihkan gulma selain yang ditanam dengan menggunakan koret. Penyiraman dilakukan pada sore hari.

(27)

25 3.4.5 Pengambilan sampel gulma

Pengambilan sampel gulma dilakukan dengan menggunakan kuadran berukuran 0,5 m x 0,5 m dua petak/plot dan memotong batang gulma yang ada di dalam kuadran dengan cutter hingga rata dengan permukaan tanah, lalu memasukan ke dalam kantong plastik yang telah dilabeli sesuai dengan nomor petak dan ulangan.

Pengambilan sampel dilakukan pada minggu ke 10. Setelah dikumpulkan, gulma segera diidentifikasi, dimasukkan ke dalam kantong kertas, lalu dimasukkan ke dalam oven pada suhu 70-800 selama 1 atau 2 hari hingga bobot konstan (seluruh airnya menguap).

3.5 Variabel Pengamatan

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan pengamatan terhadap variabel pengamatan sebagai berikut:

3.5.1 Pertumbuhan gulma

1. Persentase Penutupan Gulma. Persentase penutupan gulma diamati secara visual pada setiap gulma yang ada di petak perlakuan pada 3, 6, dan 9 MST. 2. Bobot Kering Gulma. Gulma yang telah diambil lalu dikeringkan dengan

(28)

3.5.2 Pertumbuhan Tanaman

1. Tinggi Tanaman diukur dengan menggunakan meteran dari permukaan tanah hingga daun terpanjang pada 10 tanaman contoh perpetak perlakuan dalam satuan sentimeter, pada tanaman yang berumur 3, 6, dan 9 MST. 2. Bobot Basah Tanaman. 10 contoh tanaman kedelai yang baru dipanen

langsung ditimbang bobotnya. Pengukuran dilakukan dengan satuan gram. 3. Bobot Kering Tanaman. 10 contoh tanaman kedelai segera dikeringkan

seusai panen. Brangkasan dikeringkan hingga bobotnya konstan dengan menggunakan oven. Setelah kering, brangkasan ditimbang dengan menggunakan timbangan Ohaus. Pengukuran dilakukan dengan satuan gram.

3.5.3 Komponen Hasil

1. Kadar Air Kedelai

2. Bobot Pipilan Kedelai. Diukur dengan menimbang bobot pipilan 10 sampel kedelai yang dipanen. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.

3. Bobot 100 Butir Kedelai. Pengamatan dilakukan dengan menghitung benih hingga 100 butir dengan menggunakan alat penghitung benih. Kemudian diukur bobotnya dalam satuan gram.

4. Bobot Polong Hampa Kedelai. Diukur dengan menimbang bobot polong dari 10 tanaman sampel polong kedelai yang hampa. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.

(29)

27 6. Bobot Polong Basah Kedelai. Diukur dengan menimbang bobot polong 10

sampel kedelai yang dipanen. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram. 7. Produksi Petak Panen. Produksi diukur dengan menimbang bobot pipilan

14% kedelai yang dipanen. Pengukuran dilakukan dalam satuan kilogram dengan ukuran petak panen pada kadar air 14%.

Bobot produksi perpetak panen KA 14% = 100 - KA terukur x Bobot panen

(30)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada populasi 20 gulma/ m2 mempengaruhi persentase penutupan gulma pda 3 dan 6 MST, bobot kering gulma, bobot (basah dan kering) tanaman, bobot polong (isi dan basah) kedelai, dan produksi petak panen (KA 14%), sedangkan populasi 40 gulma/m2 sudah mampu menurunkan kadar air kedelai, bobot pipilan kedelai varietas Wilis.

2. Setiap jenis gulma memiliki daya saing yang berbeda-beda dalam menekan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai, namun gulma Setaria plicata memiliki tingkat daya tekan yang tertinggi terhadap tinggi tanaman kedelai, bobot 100 butir kedelai, dan bobot polong hampa kedelai.

(31)

55 5.2 Saran

(32)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merr) VARIETAS WILIS

(Skripsi)

Oleh YUNITA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(33)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak percobaan. ... 23 2. Grafik pengaruh jenis gulma terhadap persen penurunann tinggi

tanaman kedelai 9 MST. ... 37 3. Grafik pengaruh populasi gulma terhadap persen penurunan tinggi

tanaman kedelai 9 MST. ... 37 4. Grafik pengaruh jenis gulma terhadap persen penurunan bobot

basah dan kering tanaman. ... 39 5. Grafik pengaruh populasi gulma terhadap persen penurunan bobot

basah dan kering tanaman. ... 40 6. Grafik pengaruh jenis gulma terhadap persen penurunan kadar air

kedelai saat panen. ... 42 7. Grafik pengaruh populasi gulma terhadap persen penurunan kadar air

kedelai saat panen. ... 42 8. Grafik pengaruh jenis gulma terhadap persen penurunan bobot pipilan

Kedelai. ... 45 9. Grafik pengaruh populasi gulma terhadap persen penurunan bobot pipilan

Kedelai. ... 45 10. Grafik pengaruh jenis gulma terhadap persen penurunan bobot polong

isi kedelai. ... 49 11. Grafik pengaruh populasi gulma terhadap persen penurunan bobot polong

isi kedelai. ... 49 12. Grafik pengaruh jenis gulma terhadap persen penurunan bobot polong

basah kedelai. ... 50 13. Grafik pengaruh populasi gulma terhadap persen penurunan bobot polong

(34)

x 14. Grafik pengaruh jenis gulma terhadap persen penurunan bobot

produksi petak panen. ... 53 15. Grafik pengaruh populasi gulma terhadap persen penurunan

(35)
(36)

iv

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Bahan dan Alat ... 21

3.3 Metode Penelitian ... 21

3.4 Pelaksanaan Penelitian... 22

3.4.1 Penyiapan Lahan dan Pembuatan Petak Percobaan ... 22

3.4.2 Penanaman Kedelai ... 24

3.4.3 Penanaman Gulma ... 24

3.4.4 Pemeliharaan ... 24

3.4.5 Pengambilan Sampel Gulma ... 25

3.5 Pengamatan ... 25

4.2.2 Bobot (Basah dan Kering)Tanaman Kedelai ... 38

4.3 Komponen Hasil ... 40

4.3.1 Kadar Air Kedelai saat Panen ... 40

4.3.2 Bobot Pipilan Kedelai ... 43

4.3.3 Bobot 100 Butir kedelai ... 46

4.3.4 Bobot Polong (Hampa, Isi, dan Basah) Kedelai ... 47

4.3.5 Produksi Petak Panen (KA 14%) Tanaman Kedelai ... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 55

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2011. Paspalum conjugatum.

http://www.fao.org/ag/AGP/AGPC/doc/Gbase/data/pf000492.htm. Diakses 10 Januari 2011.

---. 2012. Sifat dari Kompetisi Gulma.

http://wahanapertanian.blogspot.com/2011/05/sifat-dari-kompetisi-gulma.html. Diakses 13 Januari 2012.

Ardjasa, W. S. dan P. Bangun. 1985. Pengendalian Gulma pada Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. P.357-367.

Arnon, I. 1975. Mineral nutrition of maize int. Potash. Ints. Worbloufen, Bern Switzerland. pp. 314.

Ashton, F.M. dan A.S. dan Craft. 1980. Made of Action of Herbicides. 2nd Edition. Willey. New York.

Baharsjah, J.S., Didi, S., Irsal, L., 1998. Hubungan Iklim dengan Pertumbuhan Kedelai. Balitbang Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor : 87-102.

Basir. 1988. Persaingan Gulma Teki pada Kedelai.

http://breederlife.blogspot.com/2010/02/persaingan-gulma-teki-dengan-tanaman.html 20.55. 31 oktober 2010

Berita Resmi Statistik. 2010. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai.

http://setjen.deptan.go.id/berita/detail.php?id=202. Diakses 4 April 2011. Budiansyah, R. B. 2007. Pewarisan sifat tanaman kedelai filial kedua hasil

persilangan varietas orba dan galur b3570 terhadap soybean stunt virus. Skripsi Sarjana. Universitas lampung. Bandar Lampung. 75hlm.

(38)

Clayton, W.D, Harman, dan Williamson. 2008. Setaria plicata.

http://apps.kew.org/wcsp/namedetail.do;jsessionid=073D81160AFB0FE0 E2F5CD8E79D85219?name_id=442629. Diakses 10 September 2011. Egli, D.B., dan S.J.B. Crafts. 2004. Soybean.In E. Zamsky and AA Schaffer (ed)

Photo Assimilate Distribution in Plant and Crops : Source-Sink Relationship. Marcel Dekker Inc., New York : 595-623.

Egli, D.B., R.D.Guffy, and J.E. Leggett. 1985. Partitioning of assimilate between vegetative and reproductive growth in soybean. Agron. J. 77:917-922. Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Penerbit Kanisius. Jakarta.

118 Hal

Hasanuddin. 2012. Identifikasi Gulma-Gulma Dominan pada Pertanaman Padi Sawah dan Usaha Pengendaliannya Di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. http://cetlanget.wordpress.com/2009/07/12/identifikasi-

gulma-gulma-dominan-pada-pertanaman-padi-sawah-dan-usaha-pengendaliannya-di-kecamatan-samatiga-kabupaten-aceh-barat/. Diakses 12 Januari 2012.

Iowa State University of Science and Technology. 1989. How A Soybean Plant Develops. Cooperative Extension Service, Iowa state University of Science and technology and the United States Departemen of Agriculture Cooperating.

Inawati, L. 2000. Pengaruh jenis gulma terhadap pertumbuhan, pembentukan bintil akar dan produksi varietas kedelai. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. 40 hal.

Klana. 2010. Ancaman Kematian di Ladang Pertanian. http://www.blogspot.co.id. Diakses 13 April 2011.

Mercado, B.L. 1979. Introduction to Weed Science. SEARCA. Los Banos, Laguna. Phillippines.

Mimbar. 1994. Persaingan Gulma Teki pada Kedelai. http:/blogspot.com. Diakses tanggal 31 Oktober 2010.

Moenandir, J. 1990. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

---. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(39)

58 Mubqhi, G. 2012. Kompetisi Gulma dengan Tanaman Budidaya.

http://dr- plant.blogspot.com/2011/11/kompetisi-gulma-dengan-tanaman-budidaya.html.dokter tanaman. Diakses tanggal 18 Januari 2012. Nugroho. 1997. Persaingan Gulma Teki pada Kedelai. http:/blogspot.com.

Diakses tanggal 31 Oktober 2010.

---. 1998. Persaingan Gulma Teki pada Kedelai.

http://breederlife.blogspot.com/2010/02/persaingan-gulma-teki-dengan-tanaman.html 20.55. 31 oktober 2010

Palasta, R. 2007. Efisikasi Beberapa Formulasi Herbisida Glifosat terhadap Beberapa Spesies Rumput, Teki, dan Daun Lebar. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 93 hlm.

Polosakan, R., 1990. Pengaruh beberapa spesies gulma terhadap pertumbuhan dan produks tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L) varietas grompol. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 132 dalam Prosiding I. Konferensi X. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Malang 13 – 15 Maret : 8-9.

Rosmalasari, I. 2009. Efikasi Herbisida Parakuat dan Kombinasi Herbisida Parakuat + Diuron terhadap Gulma pada Tanaman Kedelai (Glycine max [L.] Merr. Skripsi Sarjana. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 97 hlm.

Sardjono. 1990. Persaingan Gulma Teki pada Kedelai.

http://breederlife.blogspot.com/2010/02/persaingan-gulma-teki-dengan-tanaman.html 20.55. 31 oktober 2010

Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta. Soerjani. 1976. Persaingan Gulma dan Tanaman Budidaya.

http://4m3one.wordpress.com/2010/12/21/persaingan-gulma-dan-tanaman-budidaya/. Diakses 1 Maret 2011.

Soerjandono, B.N. 2005. Teknik Pengendalian Gulma dengan Herbisida Persistensi Rendah pada Tanaman Padi.

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt101052.pdf. Diakses 10 September 2011.

Sukman, Y. dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali. Jakarta.

(40)

Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroadmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 207 hlm. Wikipedia. 2010. Kedelai. http://id.detik.com/wiki/kedelai. Diakses 8 Januari

(41)

Kejujuran adalah batu penjuru dari segala kesuksesan. Pengakuan adalah motivasi terkuat. Bahkan kritik dapat membangun rasa percaya diri saat “disisipkan” diantara pujian (May

Kay Ash)

Barang siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia tidak pernah mencoba sesuatu yang baru (Albert Einstein)

(42)

Alhamdulillahi rabil’alamin

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada papa, mama, dan adikku, orang-orang yang

(43)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 17 Juni 1989 sebagai anak pertama dari dua bersaudara keluarga Bapak Imron Sahasim S. E, dan Ibu Suhartuti. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Cendrawasih tahun 1995, Sekolah Dasar Negri 1 Kampung Sawah Bandar

Lampung yang diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama Kartika II-2 Bandar Lampung 2004, dan Sekolah Menengah Atas Perintis Bandar

Lampung tahun 2007. Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa di Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2007 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2008 terintegrasi menjadi program studi Agroteknologi.

Penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan pada tahun ajaran 2008-2009, dan Teknologi Benih pada tahun 2011-2012. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan kemahasiswaa seperti Materi Ruang dan Materi Lapang Agronomi Pecinta Alam (MRML) dan Latihan Dasar Agronomi Pecinta Alam (Landas Agropala) pada tahun 2007. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan Traning Organisasi Profesi Budidaya Pertanian (TOPBDP) pada tahun 2008 sebagai peserta dan Kemah Bhakti Sosial Perhimpuna Mahasiswa

(44)
(45)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas izin, rahmat, dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Dad R. J. Sembodo, M. S, selaku ketua tim penguji dan pembimbing pertama yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, arahan, pengetahuan, kesabaran, dan saran selama penulis menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

2. Ibu Ir. Darmaisam Mawardi, M. S, selaku sekertaris tim penguji dan pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, pengetahuan bimbingan, kesabaran, dan saran selama menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani M. Sc, selaku penguji bukan pembimbing

yang telah memberikan saran, bantuan, dan arahan untuk perbaikan skripsi ini.

(46)

ii 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S. selaku dekan Fakultas

Pertanian dan Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku ketua Program Studi Agroteknologi.

6. Kedua orang tua dan seluruh keluarga besarku yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, semangat, bantuan moril, dan materil serta doa yang tiada henti sampai penulis berhasil menyelesaikan pnelitian dan skripsi ini.

7. Seluruh Anggota Agropala, khususnya angkatan XI (Adit, Yayah, Mey, Pipit, Wendi, Adhe, Isma, Krisna, Shela, Adi, dan Sigit) yang telah

memberikan doa, bantuan, pengetahuan, dukungan, dan semangatnya serta atas persahabatan dan persaudaraan kita.

8. Yolanda, Elsa, mba Uwa, mba Tika, Rosita, bang Ardy, bang Valim, bang Diong, bang Ari, bang Guper, mas Idiw, mba Vida, mas Heri, dan Rani atas kesediaannya membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabat-sahabat Agronomi 2007

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini akan selalu diterima dengan terbuka. Semoga bantuan dari saudara-saudara semua dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan pula.

Bandar Lampung,

Gambar

Gambar 1. Tata letak percobaan.

Referensi

Dokumen terkait

Halaman X-Presi Riau Pos telah mendapat perhatian dari siswa MAN 1 Pekanbaru, maka proses selanjutnya adalah mengerti terhadap halaman X- Presi Riau Pos, berdasarkan

Untuk menjadi penulis yang baik poin- poin ini dapat menjadi pertimbangan, mulailah setiap paragraf dengan fakta yang signifikan atau menarik, jika mungkin hindari

ABSTRAK PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA DENG AN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SISWA Ria Widiarty riawidiarty85@grnail.com

Kemampuan motorik kasar anak usia dini dalam kegiatan tari dapat diberikan dengan peniruan gerakan melalui inovasi atau kreasi baru yang merupakan kreativitas

Analisis yang dilakukan terhadap data perusahaan menggunakan matriks BCG dengan membandingkan tingkat pertumbuhan pasar dan pangsa pasar relative, maka posisi Rubby Hijab

[r]

H0 = Tidak terdapat aktivitas hepatoprotektif dari pemberian ekstrak kurma ruthab ( Phoenix dactylifera ) terhadap sayatan histologi hepar mencit ( Mus musculus )

Berdasarkan hasil analisis peneliti dilapangan, dari penelitian yang berjudul (Strategi da’i dalam mengajarkan Al-Qur’an di desa Doda Kec. Lore tengah Kab. Pelaksanaan nya