PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN PENGUASAAN KONSEP TATA NAMA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA
(PTK pada Siswa Kelas X6 SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2011-2012)
(Skripsi)
Oleh
CHARDIANA EKAWATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN PENGUASAAN KONSEP TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA
(PTK pada Siswa Kelas X6 SMA Negeri 2 Pringsewu)
Oleh
Chardiana Ekawati
Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 2 pringsewu diperoleh nilai rata-rata
ulangan harian kelas X pada materi pokok Tata Nama Senyawa dan Persamaan
Reaksi Sederhana tahun pelajaran 2010-2011 masih rendah yaitu 62,4. Siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 55%, hal ini belum memenuhi KKM yang
ditetapkan sekolah yaitu 100% siswa memperoleh nilai ≥ 65. Masih banyak siswa
yang mengganggap pelajaran kimia sulit dan tidak dilibatkannya siswa dalam
proses pembelajaran mengakibatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa
terhadap pembelajaran kimia masih rendah. Untuk mengatasi hal ini diperlukan
pembelajaran yang sesuai yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif
teknik NHT.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan (1) rata-rata
siswa, dan (3) persentase ketuntasan belajar siswa melalui pembelajaran
kooperatif teknik NHT dari siklus ke siklus.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus. Data dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif berupa data aktivitas
siswa dan data kuantitatif berupa data penguasaan konsep siswa.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan (1) persentase rata-rata
aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II untuk tiap jenis aktivitas, yaitu aktivitas
bertanya pada guru meningkat 7,09%, aktivitas menanggapi jawaban dari
kelompok lain meningkat 6,58%, aktivitas aktif dalam diskusi kelompok
meningkat 16,85% dan aktivitas mengerjakan LKS atau latihan soal meningkat
6,61%; (2) rata-rata penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II meningkat
3,29%;(3) persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari siklus I ke
siklus II meningkat sebesar 12,5%.
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN PENGUASAAN KONSEP TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA
(PTK pada Siswa Kelas X6 SMA Negeri 2 Pringsewu)
Oleh
CHARDIANA EKAWATI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MOTTO
“Don’t give up before you get what you want.”
“Do all the goods you can, all the best you can, in all times you can, in all places
you can, for all the creatures you can.”
“Kemenangan kita yang paling besar bukanlah
karena kita tidak pernah jatuh,melainkan karena kita bangkit setiap kali jatuh.”
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirrohim………
Teriring puji syukur kehadirat sang Maha Segalanya ALLAH S.W.T Puncak "Pengembaraan" di Kampus Hijau tercinta ini
Ku Persembahkan untuk:
‘’ Bapak
dan Mama
k’’
Yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya, mudah-mudahan kelak ananda dapat membahagiakan dan dapat membuat kalian bangga telah
melahirkanku
‘’ Suami dan putriku tercinta’’
Yang selalu menanti keberhasilan penulis dengan kesabaran dan keikhlasannya
‘’
Adik-
adikku’’
Ninink dan gifary, terimakasih atas dukungan yang kalian berikan, semoga aku menjadi orang yang sukses dan mampu menjaga kalian
dengan baik
i
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Teknik Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Pengasaan Konsep Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi
Sederhana (PTK pada Siswa Kelas X6 SMAN2 Pringsewu Tahun Pelajaran
2011-2012).
Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Drs. Arwin Achmad M.Si., selaku Ketua Jurusan P MIPA FKIP Unila.
3. Ibu Dr. Caswita, M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan Kimia, dan
dosen Pembimbing Akademik atas segala kasih sayang tulus, nasehat serta
bimbingannya untuk membantu penulis dalam mengatasi setiap masalah
perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dr, Ratu Betta R,M.Si., selaku Pembimbing I atas keikhlasan dan
kesabarannya untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.Si, selaku Pembimbing II atas keikhlasan dan
kesabarannya untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.
6. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si., selaku Pembahas atas segala kritik, saran
ii
7. Seluruh dosen dan staf di Jurusan PMIPA FKIP Unila.
8. Bapak Muhamad Faozan, M.Pd., selaku kepala SMAN 2 Pringsewu yang
telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian dan Ibu
Dra.Risnawati selaku guru mitra atas kerjasamanya.
9. Teristimewa untuk Bapak & mamak, Suamiku & Putriku serta adik-adikku
Suryaningsih dan Gifary atas kasih sayang, doa, nasehat serta dukungan yang
telah diberikan.
10.Teman-temanku di P.kimia : Ega, Lika, Meiti, Yulia, Miswanti, Devi, Een atas
persahabatannya.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta
berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, Mei 2012
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Mengajar ... 7
B. Aktivitas Belajar ... 9
C. Hasil Belajar ... 10
D. Pembelajaran Kooperarif Tipe NHT ... 13
E. Lembar Kerja Siswa ... 19
III. METODE PENELITIAN A. Subjek dan tempat Penelitian ... 21
B. Data Penelitian ... 21
C. Teknik Pengumpulan Data ... 21
1. Observasi ... 21
D. Indikator Kinerja ... 22
LAMPIRAN
1. Silabus ... 51
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 54
3. Lembar Kerja Siswa ... 69
4. Kisi-kisi soal ... 91
5. Tes Formatif ... 93
6. Kunci jawaban tes formatif ... 95
7. Daftar hasil tes formatif siswa... 100
8. Data nilai hasil belajar, poin peningkatan individu, nilai kelompok dan penghargaan kelompok ... 102
9. Data observasi aktivitas siswa ... 108
10.Data hubungan aktivitas dengan penguasaan konsep siswa ... 116
11.Data kinerja guru ... 120
12.Perhitungan data hasil penelitian ... 124 13.Surat bukti penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Cara perhitungan skor peningkatan individu ... 32
2. Kriteria penghargaan kelompok ... 33
3. Data hasil tes formatif siklus I dan siklus II ... 100
4. Data nilai hasil belajar, poin peningkatan individu, nilai kelompok dan penghargaan kelompok pada siklus I ... 102
5. Data nilai hasil belajar, poin peningkatan individu, nilai kelompok dan penghargaan kelompok pada siklus II ... 105
6. Data observasi aktivitas siswa siklus I dan II... 108
7. Data hubungan aktivitas dan penguasaan konsep siswa siklus I dan II ... 116
8. Data observasi kinerja guru ... 120
9. Data aktivitas siswa tiap pertemuan... 124
10.Data peningkatan persentase untuk setiap jenis aktivitas... 125
11.Data peningkatan rata-rata penguasaan konsep ... 126
12.Data rata-rata nilai penguasaan konsep siklus I dan II... 126
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan pelaksanaan penelitian tidakan kelas ... 29
2. Grafik rata-rata penguasaan konsep siswa untuk siklus I dan siklus II ... 36
3. Grafik persentase kriteria minat siswa terhadap pembelajaran kimia ... 36
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di
SMAN 2 Pringsewu , diperoleh bahwa nilai rata-rata nilai ulangan harian siswa
kelas X pada materi Tata nama senyawa dan Persamaan reaksi sederhana tahun
pelajaran 2010-2011 masih rendah yaitu 62,4. Siswa yang memperoleh
nilai ≥ 6,5 hanya mencapai 55%, sedangkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal
(SKBM) yang ditetapkan di SMAN 2 Pringsewu yaitu sebesar ≥ 6,5 dan suatu
kelas dikatakan tuntas apabila di kelas tersebut terdapat 100% siswa yang telah
mencapai nilai ≥ 6,5. Dengan demikian belum mencapai belajar tuntas.
Rendahnya prestasi belajar siswa dalam pelajaran kimia disebabkan karena usaha
yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa belum berjalan
seperti yang diharapkan. Berdasarkan wawancara, guru memulai pembelajaran
dengan mengingatkan kembali materi sebelumnya kemudian dilanjutkan dengan
menjelaskan materi berikutnya. Dalam kegiatan ini siwa mendengarkan dan
men-catat penjelasan materi yang disampaikan oleh guru. Pada proses pembelajaran,
kemampuan siswa untuk bertanya atau meminta bantuan dengan guru masih
kura-ng pada saat diberi kesempatan untuk bertanya sebagian besar siswa malas dan
2
saja. Bila diberikan pertanyaan oleh guru siswa kurang berani untuk menjawab.
Siswa mengeluarkan pendapat jika diminta oleh guru. Hal ini menunjukkan siswa
kurang aktif dalam pembelajaran sehingga pada saat mengerjakan latihan secara
individu, siswa banyak mengalami kesulitan akibatnya proses pembelajaran
cen-derung berpusat pada guru. Hal ini tidak sesuai dengan penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu siswa sebagai subyek dalam proses
pembelajaran, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, dan motivator.
Me-lihat kondisi tersebut maka kualitas pembelajaran kimia di SMAN 2 Pringsewu
perlu di tingkatkan.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, pembelajaran konstuktivisme diharapkan
dapat mengatasi masalah-masalah tersebut. Berdasarkan prinsip konstruktivisme
pengetahuan dibangun oleh siswa. Siswa menemukan sendiri konsep tata nama
senyawa dan persamaan reaksi sederhana, guru hanya berperan sebagai fasilitator
dan motivator yang menyediakan berbagai macam pengalaman belajar dan
men-dorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga penguasaan konsep
siswa makin baik. Selain hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif berupa minat
akan meningkat.
Tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana adalah salah satu pelajaran
kimia yang bertujuan agar siswa dapat menuliskan nama-nama senyawa biner,
poliatom, senyawa organik sederhana dan dapat menyetarakan reaksi sederhana.
Berdasarkan hal ini, pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah tidak
tepat digunakan dalam pembelajaran pada materi ini dimana dibutuhkan
3
secara teoritis tetapi siswa dituntut untuk dapat menuliskan nama-nama senyawa
nya dan menyetarakan reaksi kimia.
Adanya masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran tersebut, menuntut
guru untuk berupaya memperbaiki pembelajaran kimia pada materi pokok Tata
nama senyawa dan persamaan reaksi, yaitu dengan memilih model pembelajaran
yang membuat siswa lebih aktif dalam menemukan konsep dari materi yang
se-dang dipelajari.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa dibimbing untuk dapat menemukan konsep
dari materi yang ada secara mandiri melalui sarana pembelajaran yang telah
dise-diakan oleh guru. Penerapan pembelajaran kooperatif pada peserta didik akan
membuat mereka aktif terlibat dalam pembelajaran melalui interaksi dengan
teman sebaya dan guru. (Ismail, 2003:18), Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Aktivitas dan hasil belajar siswa diharapkan dapat ditingkatkan dengan diterapkan
suatu model pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together (NHT)
yang sesuai dengan pandangan konstruktifis. NHT merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yang sedang dikembangkan untuk meningkatkan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran ini,
siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang akan saling
be-kerjasama untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas untuk
mencapai tujuan bersama. Selain itu model pembelajaran ini dapat membantu
4
tugas yang berbeda dalam satu kelompoknya sehingga siswa diharapkan dapat
lebih memahami konsep serta menerapkannya dalam menyelesaikan soal-soal
materi Tata nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Sederhana.
B. Rumusan Masalah .
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah yakni
bagaimanakah peningkatan:
1. Rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada pembelajaran kimia materi
pokok tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik NHT.
2. Rata-rata persentase penguasaan konsep kimia siswa pada materi tata nama
senyawa dan persamaan reaksi sederhana dengan menggunakan model
pembelajaran koopertif teknik NHT.
3. Persentase Ketuntasan belajar siswa pada materi pokok tata nama senyawa
dan persamaan reaksi sederhana dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif teknik NHT.
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan:
1. Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II
pada materi pokok Tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana
5
2. Rata-rata persentase penguasaan konsep siswa pada materi pokok Tata nama
senyawa dan persamaan reaksi sederhana dari siklus I ke siklus II melalui
pembelajaran kooperatif teknik NHT.
3. Persentase ketuntasan belajar siswa pada materi pokok Tata nama senyawa
dan persamaan reaksi sederhana dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif teknik NHT.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat berguna:
1. Bagi Siswa
Melalui pembelajaran dengan menggunkan teknik NHT siswa lebih mudah
memahami konsep pembelajaran Tata nama senyawa dan persamaan reaksi
sederhana, sehingga pengetahuan yang didapat lebih lama diingat.
2. Bagi guru
Sebagai salah satu bentuk alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan oleh
guru dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia pada materi
pokok Tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Materi pokok yang dipilih adalah tata nama senyawa dan persamaan reaksi
6
2. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas X6 Semester 1
SMAN 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012, sebanyak 32 siswa yang
terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
3. Aktivitas siswa adalah kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran
koope-ratif teknik NHT yang meliputi aspek perilaku siswa yang relevan dengan
kegiatan belajar yang meliputi mendengarkan atau memperhatikan penjelasan
dari guru, mengerjakan LKS, bertanya kepada guru, bertanya kepada teman
dalam kelompok, mengemukakan pendapat dalam kelompok, dan bertanya
atau menanggapi jawaban dari kelompok lain.
4. Hasil belajar siswa meliputi nilai kognitif dan afektif. Nilai kognitif diperoleh
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar Mengajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar dan mengajar
merupakan kegiatan yang paling pokok yang saling mempengaruhi dan
menun-jang satu sama lain. Belajar menunjukkan pada apa yang dilakukan seorang
seba-gai subyek yang menerima pelajaran (siswa) dan mengajar menunjukkan pada apa
yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar.
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh suatu
perubah-an tingkah laku. Proses belajar terjadi bila siswa benar-benar aktif mengadakperubah-an
interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan ini, Slameto (2003:2)
mengemu-kakan bahwa: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Juga belajar itu akan lebih baik jika si subjek belajar itu mengalami atau
melaku-kannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Dalam pengertian luas, belajar dapat
di-artikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.
8
materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya. (Sardiman, 2003:20)
Belajar merupakan merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat
da-lam proses pembelajaran internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi
ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar yang
mengaktuali-sasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu. Kegiatan belajar
mengajar merupakan tindak pembelajaran guru di kelas. Tindak pembelajaran
tersebut menggunakan bahan belajar. Wujud bahan belajar tersebut adalah
ber-bagai bidang studi di sekolah. (Dimyati dan Mudjiono, 2002:18)
Dalam belajar ada proses mental yang aktif, menurut Mustaqim dan Wahid
(dalam Fera, 2007:7), pada tingkat permulaan belajar aktivitas itu masih belum
teratur dan masih banyak kesalahan yang diperbuat. Tetapi usaha dan latihan
terus-menerus, adanya kondisi belajar yang baik, adanya dorongan yang
mem-bantu, maka kesalahan-kesalahan itu makin lama makin berkurang, proses makin
teratur, keraguan makin hilang dan timbul ketepatan.
Kegiatan belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses
perubahan-perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Belajar itu
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.
9
Berdasarkan ungkapan tersebut, maka belajar merupakan proses interaksi antara
diri manusia dengan lingkungan yang dapat berupa fakta, konsep atau teori
dengan tujuan untuk mencapai perkembangan pribadi seutuhnya.
Proses pembelajaran memiliki tujuan, salah satu tujuan adalah pemahaman materi
dan keterampilan (peran aktif siswa). Proses belajar mempunyai tujuan agar
sis-wa memperoleh hasil belajar di dalam proses belajar itu. Hasil belajar sissis-wa
di-peroleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. (Sardiman, 2003:26)
B. Aktivitas Belajar
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku,
jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah
sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam
interaksi belajar mengajar. Nasution (2003:85) mengatakan : “Aktivitas adalah
segala sesuatu tingkah laku atau usaha manusia atau apa saja yang dikerjakan,
diamati oleh seseorang mencakup kerja pikiran dan badan”.
Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar kegiatan belajar mengajar
menjadi efektif. Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (2004:171) : “Penga
-jaran yang efektif adalah penga-jaran yang menyediakan kesempatan belajar
sen-diri atau melakukan aktivitas sensen-diri”.
Kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran
akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh
10
banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh
anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik”.
Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat seperti
yang lazim dilaksanakan selama ini. Akan tetapi perlu adanya aktivitas-aktivitas
positif lain yang dilakukan oleh siswa. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2003:
101) membuat suatu data yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain
dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
mem-perhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan per-cobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat,
me-mecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Jadi belajar pada dasarnya merupakan aktivitas seseorang yang dapat
menyebab-kan perubahan pada dirinya sendiri.
C. Hasil Belajar
Menurut pandangan Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:10) belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas.
11
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diartikan bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan secara sadar, bersifat kontinu dan positif baik dalam hal tingkah
laku, ataupun pengetahuan sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.
Belajar akan membawa perubahan dan akan menghasilkan hasil belajar pada
individu yang belajar. Pernyataan lain disebutkan pula oleh Gagne (dalam
Slameto, 2003:13) yang menyatakan bahwa
1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaaan dan tingkah laku; 2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari instruksi.
(Dimyati dan Mudjiono, 2002:3) mengungkapkan bahwa
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tin-dak mengajar. Dari sisi guru, tintin-dak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan
kemam-puan internal akibat belajar yaitu:
1. Ranah kognitif
Menurut Bloom dkk. (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:26) Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya
kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis,
mensin-tesis dan kemampuan mengevaluasi. Kemampuan yang penting pada ranah
kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk
memecah-kan masalah yang ada di tengah masyarakat. Kemampuan ini sering disebut
kemampuan mentransfer pengetahuan ke berbagai situasi sesuai dengan
12
kognitif, karena di dalamnya diperlukan kemampuan berfikir untuk
memahaminya. Ranah kognitif merupakan salah satu aspek yang akan
dinilai setelah proses pembelajaran berlangsung.
2. Ranah afektif
Menurut Popham 1995 (dalam Anonim, 2004:3):
“Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara optimal, sedangkan seseorang yang berminat terhadap suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal”.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, atau nilai.
3. Ranah psikomotor
Menurut Singer (dalam Anonim, 2004) “Pelajaran yang termasuk psiko
-motor adalah mata pelajaran yang lebih berorientasi pada gerakan dan
menekankan pada reaksi-reaksi fisik”. Mata pelajaran yang banyak
berhubungan dengan ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, seni
serta pelajaran lain yang memerlukan praktik. Ranah psikomotor yang
dinilai adalah tes keterampilan siswa menggunakan alat-alat dalam
praktikum.
Hasil belajar ranah kognitif yaitu hasil penguasaan konsep siswa setelah proses
pembelajaran. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian
konsep-konsep yang lebih kompleks. Penguasaan konsep-konsep merupakan dasar dari
pengu-asaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus
dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang
13
Salah satu upaya mengukur keberhasilan pembelajaran yang diperoleh oleh siswa
dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam
kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang bisa diukur melalui
tes. Sardiman (2003:51) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa
selalu memunculkan pemahaman atau menimbulkan reaksi yang dapat diterima
oleh akal serta tidak terikat pada situasi di tempat mencapai, tetapi dapat pula
di-gunakan dalam situasi lain.
Secara mendasar hasil belajar sangat dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan
awal anak. Banyak faktor untuk mengukur suatu pembelajaran dikatakan
berha-sil, bukan saja dari hasil belajar siswa tetapi bisa dilihat dari perubahan yang
ter-jadi pada diri siswa, yang tentunya menter-jadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan
berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh hasil belajar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemam-puan yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar yang didalamnya terjadi
interaksi edukatif sehingga berdampak positif bagi diri siswa itu sendiri. Hasil
belajar dapat berupa skor atau nilai tertentu dan merupakan bukti dari usaha yang
dilakukan siswa dalam kegiatan belajar.
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan
belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian
14
learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan
adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembela-jaran (Ismail, 2003:18). Selain itu, Ismail mengungkapkan pula bahwa
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah : 1. belajar dengan teman
2. tatap muka antar teman
3. mendengarkan diantara anggota
4. belajar dari teman sendiri didalam kelompok 5. belajar dalam kelompok kecil
6. produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat 7. siswa membuat keputusan
8. siswa aktif
Dari hal-hal tersebut, dapat dilihat bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah
semata-mata siswa berdiskusi bersama saja, karena dalam pembelajaran
koope-ratif ini dalam berdiskusi bersama siswa diharapkan saling belajar dan
membela-jarkan untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2002:30-34) mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok biasa dianggap cooperative learning. Untuk
menda-patkan hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus
diterapkan, yaitu :
1. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya
15
Dengan demikian setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk
mem-berikan sumbangan.
2. Tanggung jawab perorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika
pembela-jaran dibuat menurut prosedur pembelapembela-jaran kooperatif, setiap siswa akan
me-rasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Dalam model
pem-belajaran ini tugas harus dipersiapkan sedemikian rupa, masing-masing
ang-gota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas
selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan, sehingga anggota kelompok
yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.
3. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
ber-diskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan kesempatan siswa untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Para anggota
ke-lompok diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama
lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
4. Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar siswa mempunyai bekal keterampilan
ber-komunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu
mengajarkan cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian
mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada
kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk
mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam
16
langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun,
proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh
untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental
dan emosional para siswa.
5. Evaluasi proses kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka dengan istilah efektif.
Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok,
melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa
terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.
Mencermati unsur-unsur yang semestinya ada dalam pembelajaran kooperatif,
di-harapkan antar siswa yang terlibat dalam pembelajaran tersebut terjalin interaksi
sosial dan interaksi kognitif, dengan terjalinnya interaksi ini diharapkan siswa
yang terlibat dalam pembelajaran selain dapat memahami materi pembelajaran
yang dipelajari juga akan mempunyai kemampuan berinteraksi dan
mengem-bangkan sikap sosialnya.
Model belajar cooperative learning ini mendorong peningkatan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah yang ditemui selama proses pembelajaran. Pola
interaksi yang bersifat terbuka dan langsung diantara anggota kelompok sangat
penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya. Hal ini
dikarenakan setiap saat mereka akan melakukan diskusi, saling membagi
penge-tahuan, pengalaman, pemahaman dan kemampuan serta saling mengoreksi antar
17
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat memberikan dampak positif kepada siswa antara lain :
a. Membangun sikap belajar kelompok / bersosialisasi. b. Membangun kemampuan bekerjasama.
c. Melatih kecakapan berkomunikasi. d. Melatih keterlibatan emosi siswa.
e. Mengembangkan rasa percaya diri dalam belajar.
f. Meningkatkan prestasi akademiknya secara individu dan kelompok. g. Meningkatkan motivasi belajar.
h. Memperoleh kepuasan belajar.
Salah satu dari teknik instruksional pembelajaran kooperatif adalah learning
together, yang dikembangkan oleh Johnson dan Johnson. Dalam belajar bersama,
kelompok yang terdiri dari empat sampai enam siswa diberi satu pelajaran atau
worksheet dimana mereka harus belajar atau melengkapinya bersama-sama.
Setiap anggota dari setiap kelompok juga membantu kelompok lain setiap kali
mereka telah melengkapi tugas mereka. Penghargaan diberikan untuk bekerja
sama dan menyelesaikan tugas. Dalam pendekatan ini, tidak ada kompetisi antar
kelompok.
Learning together menekankan empat hal. Pada hakekatnya, karakteristik umum
dari semua teknik belajar kooperatif yaitu:
(1) Interaksi face to face (para siswa dalam kelompok empat sampai enam
orang);
(2) Saling ketergantungan positif (para siswa bekerja sama untuk mencapai
satu tujuan umum);
(3) Tanggung jawab individual ( para siswa harus menunjukkan bahwa
mereka sudah menguasai dan memahami materi);
(4) Keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok kecil (para siswa
18
Teori dan riset dengan jelas menekankan bahwa dua hal penting bagi
pembelaja-ran kooperatif yaitu :
1) Merangsang untuk bekerja sama dan
2) Tanggung jawab individu. Kebanyakan aplikasi belajar kooperatif,
penge-nalan kelompok dan kompetisi antar kelompok menjadi perangsang. Dan
tanggungjawab individu meluas yang mana pencapaian kelompok
bergan-tung pada pencapaian individual di dalam kelompok tersebut.
Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik
pembe-lajaran, salah satunya adalah NHT. Teknik ini dikembangkan oleh Spencer
Kagan (dalam Lie, 2002:58). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat
kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia anak didik.
Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Teknik ini
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Menurut Triyanto (2007:62-63) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh
19
Struktur empat fase tersebut adalah sebagai berikut :
a. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.
b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
c. Fase 3 : Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
E. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Media adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang
diguna-kan oleh guru dalam proses pembelajaran Sadiman (1996:7). Penggunaan media
dalam proses pembelajaran akan memudahkan guru menyampaikan materi
pela-jaran dan mengefektifkan waktu serta akan menimbulkan interaksi antara guru
dengan murid. Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam membantu siswa
agar dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar dan berani mengemukakan
pendapat adalah dengan menggunakan LKS sebagai media pembelajaran.
Menurut Sriyono (1992:48), lembar kerja siswa (LKS) adalah salah satu bentuk
program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi
sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu
mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk
sub-20
materi pokok mata pelajaran kimia yang disajikan. Melalui LKS siswa harus
mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini
LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain: 1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.
3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.
4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.
5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar.
III. METODE PENELITIAN
A. Subyek dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Pringsewu pada kelas X6 semes-ter
ganjil tahun 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang yang terdiri dari
12 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
B. Data Penelitian
Data penelitian terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif
berupa data aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran.
Data kuantitatif merupakan penguasaan konsep siswa yaitu berupa hasil tes
penguasaan konsep yang dilaksanakan setelah akhir siklus.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Teknik observasi dilakukan untuk mengambil data aktivitas belajar siswa dan
kinerja guru selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa diamati
meng-gunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa oleh guru dan satu orang
22
menggunakan lembar observasi kinerja guru. Dalam hal ini sebagai observer
adalah guru mitra.
2. Tes
Teknik tes dilakukan untuk mendapatkan data kuantitatif yaitu penguasaan konsep
siswa terhadap materi Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Sederhana
yang berupa nilai kognitif. Tes penguasaan konsep tersebut dilakukan sebanyak
dua kali, yaitu disetiap akhir siklus.
D. Indikator Kerja
Indikator kinerja penelitian tindakan kelas ini adalah terjadi peningkatan:
1. Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas belajar siswa dari siklus ke siklus sebesar ≥ 5%.
2. Rata-rata persentase penguasaan konsep tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana dari siklus ke siklus sebesar ≥ 5%.
23
E. Pengembangan Siklus Tindakan
Siklus I
1. Perencanaan
Persiapan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah :
a) Melakukan observasi ke sekolah tentang masalah-masalah yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia.
b) Menetapkan subyek penelitian.
c) Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
d) Menyusun lembar observasi aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran yang
memuat langkah-langkah pembelajaran kooperatif.
e) Menyusun lembar angket untuk mengukur minat siswa dalam pembelajaran.
f) Membuat lembar kerja siswa (LKS)
g) Menyusun soal-soal tes formatif untuk mengukur penguasaan konsep siswa.
2. Pelaksanaan
a) Sebelum pelaksanaan dilakukan peneliti membentuk kelompok kooperatif
sebanyak 8 kelompok berdasarkan tes pada materi ikatan kimia. Setiap
kelompok terdiri atas 4 siswa yang memiliki kemampuan akademik yang
heterogen, satu orang berkemampuan akademik tinggi, dua orang
berkemampuan akademik sedang dan satu orang lagi berkemampuan
akademik rendah selanjutnya guru menjelaskan kepada siswa tentang
pembelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan, mengenai tugas dan
24
keberhasilan kelompok. Langkah ini dilakasanakan sebelum pelaksanaan
tindakan diberikan.
b) Melakukan pengambilan data minat untuk mengetahui minat awal siswa
terha-dap pembelajaran kimia.
c) Melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe NHT
yang dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (4 x 45 menit)
d) Menyampaikan indikator pembelajaran dan mengaitkan pembelajaran dengan
pengetahuan awal siswa. Pada pertemuan pertama, guru menanyakan
nama-nama senyawa yang mereka ketahui dan pada pertemuan kedua, guru
mena-nyakan kembali cara penamaan tata nama senyawa biner yang telah dipelajari
sebelumnya.
e) Membagikan LKS tata nama senyawa dan kartu bernomor kepada
masing-masing kelompok sehingga setiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki
nomor yang berbeda.
f) Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan LKS dengan
bimbi-ngan guru. Pada saat siswa melakukan diskusi, guru membimbing siswa
mengerjakan LKS tata nama senyawa .
g) Guru memanggil satu nomor tertentu secara acak dan setiap siswa dari
masing-masing kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangannya
lalu menyampaikan jawabannya untuk seluruh kelas secara bergiliran dengan
bimbingan guru. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk membuat
kesim-pulan dan memberikan penguatan konsep tentang materi yang sedang
25
3. Observasi
Observasi dilakukan berdasarkan:
a) Observasi aktivitas belajar siswa dengan mengisi lembar aktivitas belajar
siswa yang dilakukan oleh satu orang observer.
b) Observasi kinerja guru dengan mengisi lembar aktivitas kinerja guru yang
dilakukan oleh guru mitra.
c) Melakukan tes akhir siklus I.
d) Memberikan penghargaan kelompok terbaik bagi kelompok yang berhasil
mencapai kriteria dalam bentuk tertulis berupa pengumuman yang ditempel.
4. Refleksi
Setelah pelaksanaan siklus I, bersama guru mitra melakukan refleksi. Refleksi ini
bertujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I.
Kekurangan-kekurangan itu akan diperbaiki pada siklus II. Adapun
kekurangan-kekurangan pada siklus I dan perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada
pelaksanaan siklus II yaitu :
a) Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hal ini
terlihat dari siswa yang belum siap dalam menjawab pertanyaan ketika
ditunjuk oleh guru, masih rendahnya aktivitas siswa bertanya pada guru,
menanggapi jawaban dari kelompok lain dan aktivitas aktif dalam diskusi
kelompok dan siswa masih mengandalkan siswa yang pintar untuk
mengerjakan LKS dan masih ada siswa yang tidak mengerjakan LKS. Ini
terlihat berdasarkan hasil pengamatan observer dalam lembar observasi
26
b) Nilai rata-rata penguasaan konsep kimia siswa belum memenuhi SKBM yang
ditetapkan sekolah yaitu 100% siswa memperoleh nilai ≥ 65. Hal ini terlihat
dari hasil tes formatif yang telah dilakukan, dimana diperoleh 20 orang siswa
yang tuntas belajar dan 12 orang siswa belum tuntas
c) Guru kurang memotivasi, memberi kesempatan untuk bertanya, membimbing
siswa dalam menemukan konsep dan memberi penguatan kosep materi
pembelajaran yang terlihat berdasarkan lembar observasi kinerja guru.
Siklus II
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, peneliti membuat perencanaan
perbaikan-perbaikan. Perbaikan-perbaikan tersebut adalah:
a) Lebih membimbing siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep dengan
memberikan perhatian secara merata, terutama kepada siswa yang nilainya
masih dibawah Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditetapkan
sekolah dan kepada siswa yang minatnya terhadap pembelajaran kimia masih
rendah.
b) Meningkatkan motivasi kepada siswa dengan memberikan penghargaan
berupa hadiah untuk kelompok tim sangat baik pada pembelajaran berikutnya
dan sering memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan meminta siswa
27
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan ini dilakukan dalam 2 kali pertemuan (4 x 45 menit)
a) Menyampaikan indikator pembelajaran, mengaitkan pembelajaran dengan
pengetahuan awal siswa. Pada pertemuan pertama, guru menanyakan kepada
siswa tentang reaksi-reaksi yang terjadi dilingkungan sekitar dan pada
pertemuan kedua guru menanyakan kembali cara menyetarakan reaksi dengan
cara langsung.
b) Membagikan LKS persamaan reaksi sederhana dan kartu bernomor kepada
masing-masing kelompok sehingga setiap siswa dalam kelompok tersebut
memiliki nomor yang berbeda.
c) Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan LKS dengan
bim-bingan guru. Pada saat siswa melakukan diskusi, guru membimbing siswa
mengerjakan LKS.
d) Guru memanggil satu nomor tertentu secara acak dan setiap siswa dari
masing-masing kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangannya
lalu menyampaikan jawabannnya untuk seluruh kelas secara bergiliran dengan
bimbingan guru. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk membuat
kesim-pulan dan memberikan penguatan konsep tentang materi yang sedang
28
3. Observasi
Observasi dilakukan berdasarkan:
a) Observasi aktivitas belajar siswa dengan mengisi lembar aktivitas belajar
siswa yang dilakukan oleh satu orang observer.
b) Observasi kinerja guru dengan mengisi lembar aktivitas kinerja guru yang
dilakukan oleh guru mitra.
c) Melakukan tes akhir siklus II.
d) Memberikan penghargaan kelompok terbaik bagi kelompok yang berhasil
mencapai kriteria dalam bentuk tertulis berupa pengumuman yang ditempel.
e) Mengumpulkan dan mengolah data penelitian.
f) Menganalisis data dan membuat kesimpulan.
4. Refleksi
Pada akhir siklus ini kembali diadakan refleksi untuk mengetahui
kekurangan-kekurangan yang terjadi yaitu: Guru masih kurang memperhatikan karakteristik
tiap-tiap individu siswa terutama pada siswa-siswa yang belum tuntas dalam
belajar dan waktu pelaksanaan tes formatif kurang disesuaikan dengan kesiapan
29
Secara garis besar langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :
Arah Siklus I
Arah Siklus II
Gambar 1. Bagan pelaksanaan penelitian tindakan kelas
Dimodifikasi dari Kemmis dan Taggart dalam Hopkins (1993:48)
F. Analisis Data
1. Data kualitatif
Persentase aktivitas belajar siswa jenis i tiap pertemuan
100%
%Ai = persentase siswa yang termasuk dalam aktivitas jenis i
Ai = jumlah siswa yang termasuk ke dalam aktivitas jenis i
30
N = jumlah siswa yang hadir
Rumusan persentase rata-rata aktivitas siswa jenis i tiap siklus
P %Ai %Ai
Keterangan :
%Ai = persentase rata-rata aktivitas siswa jenis i pada tiap siklus
%Ai = jumlah persentase aktivitas siswa jenis i pada tiap pertemuan
P = jumlah pertemuan tiap siklus
Perhitungan persentase peningkatan untuk setiap jenis aktivitas dari siklus ke siklus
%A = %A - %Ai
Keterangan :
%A = persentase peningkatan aktivitas siswa jenis i dari siklus ke siklus
%A = persentase rata-rata tiap aktivitas siswa jenis i silkus I
%Ai = persentase rata-rata tiap aktivitas siswa jenis i siklus II
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data penguasaan konsep siswa yaitu berupa hasil tes
31
Rata-rata penguasaan konsep siswa tiap siklus
N
Persentasi peningkatan penguasaan konsep siswa
100%
%Y : persentase kenaikan hasil belajar siswa
Y : rata-rata hasil belajar siswa siklus II
Y i : rata-rata hasil belajar siswa siklus I
Persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 tiap siklus
32
Persentase ketuntasan belajar siswa
% X100%
% = Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 siklus ke-n
Sk = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 siklus ke-n
N = Jumlah siswa keseluruhan.
Penghargaan Team
Kriteria poin peningkatan individu dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 2. Cara Perhitungan Skor Peningkatan individu
Skor Tes Skor Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10 poin hingga 1 poin dibawah skor awal 10 Skor awal hingga 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal 30 Slavin (2008: 159)
Untuk menentukan poin kelompok digunakan rumus :
Nk = Jumlah poin setiap anggota kelompok Jumlah anggota
Nk = poin peningkatan kelompok
Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
33
Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria Predikat kelompok
Nk < 15 Cukup
15 ≤ Nk ≤ 25 Baik
Nk > 25 Sangat Baik
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan:
1. Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II, yaitu
aktivitas bertanya pada guru meningkat sebesar 7,09%, aktivitas menanggapi
jawaban dari kelompok lain meningkat sebesar 6,58%, aktivitas aktif dalam
diskusi kelompok (mengemukakan pendapat dan bertanya dalam kelompok)
meningkat sebesar 16,85% dan aktivitas mengerjakan LKS atau latihan soal
meningkat sebesar 6,61%. Indikator kinerja terjadinya peningkatan tiap
aktivitas siswa sebesar ≥ 5% tercapai dari siklus I ke siklus II.
2. Rata-rata persentase penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II sebesar
3,29%. Namun indikator kinerja terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa
dari siklus I ke siklus II sebesar ≥ 5% tidak tercapai.
3. Persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II
meningkat sebesar 12,5%. Indikator terjadinya peningkatan ketuntasan belajar
47
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran
bahwa :
1. Model pembelajaran kooperatif teknik NHT dapat digunakan oleh guru
sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan
penguasaan konsep kimia siswa khususnya pada materi Tata Nama Senyawa
dan Persamaan Reaksi Sederhana.
2. Bagi guru atau calon peneliti yang tertarik dengan model pembelajaran
kooperatif teknik NHT, sebaiknya sebelum mengisi LKS siswa dijelaskan
petunjuk penggunaan LKS terlebih dahulu agar siswa lebih mudah dalam
mengkonstruksi suatu konsep dan lebih memperhatikan karakteristik tiap-tiap
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Pengembangan Instrumen Dan Pengembangan Ranah Afektif. Depdiknas. Jakarta.
. 2004. Pengembangan Instrumen Dan Pengembangan Ranah Psikomotor. Depdiknas. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, S.B dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Feni, F. 2007. Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor Bersama Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Hukum Dasar Kimia. (Studi pada Siswa Kelas X.2 SMA N 1 Pulau Panggung
Tanggamus). Skripsi. Unila. Bandar Lampung.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Hopkins, D. 1993. A Teacher Guide to Classroom Research. Philadelpia. Open University Press. Surabaya.
Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Lie, A. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Martini, I. 2006. Pendekatan kontruktivisme Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Menigkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA 2 Semester Ganjil SMAN 1 Bandar Lampung T.P 2005-2006. Skripsi. Unila. Bandar Lampung.
Nasution, M.A. 2003. Mengajar dengan Sukses. Bumi Aksara. Jakarta.
49
Sadiman, 1996. Media Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sardiman, A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo. Jakarta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Slavin, R.E. (terjemahan). 2008. Cooperatif Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Bandung.
Solihatin, E. 2007. Cooperatif Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.
Sriyono. 1992. Proses Belajar Mengajar dan Strategi. Rineka Cipta. Jakarta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Alfabeta. Bandung.
Suprayekti. Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif. www.geogle.co.id. Jurnal. Desember 2006. 27 Juni 2008. http://www.jurnal pendidikan penabur - No.07/Th.V/Desember 2006. FIP- Universitas Negeri Jakarta.