• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI KELURAHAN TITI KUNING KECAMATAN MEDAN JOHOR

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

DISUSUN OLEH

YOHANNA FLORIDA PURBA 100902039

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Yohanna Florida Purba

NIM : 100902039

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI KELURAHAN TITI KUNING KECAMATAN MEDAN JOHOR

Salah satu permasalahan yang selalu dialami oleh negara Indonesia bahkan negara-negara di belahan dunia adalah masalah kemiskinan. Tingkat kemiskinan suatu rumah tangga secara umum terkait dengan tingkat pendidikan dan kesehatan. Rendahnya penghasilan keluarga sangat miskin menyebabkan keluarga miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, untuk tingkat minimal sekalipun. Banyak program pemberdayaan masyarakat yang telah dibentuk namun belum memberikan hasil yang baik. Dalam menanggapi hal ini, saat ini pemerintah telah merancang sebuah program yang bernama Program Keluarga Harapan. Program ini bertujuan mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin.

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keefektifitasan pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 120 orang dan jumlah sampel sebanyak 24 orang. Instrument analisis data yang digunakan kuesioner, wawancara dan observasi yang kemudian di analisis melalui tabulasi data yang tertuang dalam tabel data tunggal.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisis dapat disimpulkan Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor adalah efektif. Hal ini dapat dilihat dari jawaban hampir seluruh responden terhadap alat ukur penelitian yaitu ketepatan sasaran program, kepuasan terhadap program, keberhasilan pelaksanaan program, tujuan dan manfaat, menghasilkan jawaban efektif

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTEMEN OF SOCIAL WELFARE

Name : Yohanna Florida Purba NIM : 100902039

ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF PROGRAM KELUARGA HARAPAN AT TITI KUNING VILLAGE SUBDISTRICT MEDAN JOHOR

One of the problem which always faced by the Indonesian Sate even countries in the world is the poverty problem. The poverty rate of a family generaly related with rate education and healthy. Low income poor families caused they not be able fulfillment education and healthy needs eventhought for a minimal level. Many development programs of society which has been formed but not yet give good results. To response this case current government has been designed a program which called Program Keluarga Harapan. This program is purpose to reduce poverty and increase quality of human resource especially for poor communities.

This research classified to descriptive research type which purpose to describe efectivity Program Keluarga Harapan implementation at Titin Kuning Village Subdistrict Medan Johor. The population in this research is 120 people and the sample is 24 people. The instrument of analysis data which used is questionnaire, interview and observation, and then the analysis by tabulation of data which contained in a single data table.

Based on data has been collected and has been analysis it can be conclude that Effectiveness of Program Keluarga Harapan at Titi Kuning Village Subdistrict Medan Hohor is effective. It can be seen from almost all respondents answers to the measuring instrument is precision targeted research programs, satisfaction of the program, the successful implementation of the program, the purpose and benefits, resulting in an effective.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas

kuasa, berkat dan kasihnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

semestinya. Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah

satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dari Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara, dengan judul: Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga

Harapan di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor.

Skripsi ini secara khusus penulis persembahkan kepada orang tua yang paling

penulis sayangi dan hormati ayahanda J. Purba (Alm) dan ibunda M.

Tampubolon, atas semua doa, pengorbanan dan dukungan yang telah

diberikan kepada penulis sampai saat ini. Terkhusus buat mama yang sangat

berjuang keras dengan penuh semangat buat kami anak-anaknya ini semoga

mama semakin diberikan hikmat dan kebijaksanaan serta tetap bersukacita di

dalam Tuhan. Penulis juga tidak lupa berterima kasih kepada saudara-saudara

penulis, kepada abang dan adik-adik penulis yang selalu memberikan doa dan

semangat serta dukungan moril kepada penulis. Bang Kivram Arlen Perdana

Purba, SE; Andre Manusun Purba; Frismayanti Purba; Josua Purba. Terima

kasih buat semua cinta dan kasih yang telah kalian berikan kepada penulis,

semoga kita semua tetap kompak dan dapat menjadi anak yang

membanggakan orang tua, negara, dan terlebih membanggakan Tuhan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak yang ikut

(5)

sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan

yang berbahagia ini, penulis menyampaikan terimakasih banyak kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P, selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si,selaku dosen pembimbing penulis.

4. Kepada seluruh dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan staf pengajar di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terkhususyang telah memberikan

materi kuliah selama penulis mengikuti perkuliahan.

5. Seluruh staf administrasi Kak Zuraida, Kak Deby, Bang Ria yang telah

setia ada di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam memberikan

informasi dan mempersiapkan segala kebutuhan penulis.

6. Seluruh pendamping PKH kecamatan Medan Johor (Bang Hidayat

Nasution, Bang Freddy, Kak Amah, kak Ratih, kak Rina) terima kasih atas

kesediaanya dalam membimbing penulis selama praktikum dan

penyusunan skripsi.

7. Buat ‘Genk runduts’ (Priskila Theodora Simanjuntak, Jenny Novia

Hutapea, Ramona Hutagaol), terimakasih buat kebersamaan yang telah

kita rajut bersama. Terima kasih buat kenangan yang telah kalian berikan.

Persahabatan kita begitu indah.

(6)

Ferdinan Simanjuntak, Yohanna Florida Purba). Terima kasih buat

persahabatan dan kebersamaan kita selama empat tahun ini dan semoga

tetap berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Suka dan duka telah kita lewati

bersama dan semoga kita bisa menjadi Laskar-laskar Kristus. Sukses untuk

kita. Amin.

9. Buat teman-teman seperjuangan, Halason (si doping kessos), Dui, Desi

Hutajulu, Ester (tempat curhat), Erwin, Prima, Denti, Grace, Mega, Helen,

Riada, Desi Ginting, Iin, Silva, Agus, Bg Haris, Bg ardy, Feri, Leo,

Nopen, Pram, Kristin, Jonatan, Yan Vetansyah (partner drama natal kessos

2010 pemeran Tuhan Yesus), Anton.

10.Buat seluruh Kessos 2010, yang tidak bisa kusebutkan namanya satu

persatu, terima kasih buat waktu pertemanannya selama kurang lebih 4

tahun ini, semoga pertemanan kita tetap untuk selamanya.

11.Buat Socievers (Social Forevers) SMA N 1 Tarutung, terima kasih buat

kebersamaan yang telah kita rajut bersama, semoga kelak kita bisa

berkumpul lagi dan menceritakan kenangan nostalgia kita yang penuh

dengan lika-liku. Smile.

12.Buat Sahabat Doaku, Bang Widodo KM Siregar, terima kasih buat semua

dukungan yang telah diberikan. Terima kasih juga buat ‘hati’ yang

bersedia mengerti, ‘kuping’ yang bersedia mendengar segala luapan

emosiku. Terima kasih atas ‘waktu dan tenaga’ yang diberikan untuk

melewati 4 kabupaten hanya untuk mengunjungiku. Semoga stok

(7)

13.Buat semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih buat bantuan

dan kerjasamanya.

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Akan tetapi penulis telah berusaha semaksimal mungkin

memberikan yang terbaik. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan semua

pihak yang membutuhkannya. Atas perhatian dan kemaklumannya, penulis

mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2014

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.4 Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas ... 14

2.1.1 Pengertian Efektivitas ... 14

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas ... 16

2.2 Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial ... 17

2.2.1 Kebijakan Publik ... 17

2.2.2 Kebijakan Sosial ... 19

2.3 Kemiskinan ... 21

2.4 Pemberdayaan Masyarakat ... 23

(9)

2.6 Program Keluarga Harapan ... 27

2.6.1 Pengertian Program Keluarga Harapan ... 27

2.6.2 Tujuan Program Keluarga Harapan ... 28

2.6.3 Ketentuan Peserta Program Keluarga Harapan ... 28

2.6.4 Proses Program Keluarga Harapan ... 29

2.6.5 Hak dan Kewajiban Peserta Program Keluarga Harapan ... 31

2.6.6 Hak dan Kewajiban Pemberi Program Keluarga Harapan Dalam Bidang Kesehatan ... 40

2.6.7 Jaringan Pemberi Layanan Kesehatan ... 43

2.6.8 Pemberi Layanan Pendidikan ... 44

2.6.9 Sasaran Penerima Program Keluarga Harapan ... 46

2.6.10 Besaran Bantuan ... 47

2.6.11 Keikutsertaan Daerah dalam Program Keluarga Harapan... 49

2.6.12 Pemilihan Peserta Program Keluarga Harapan ... 50

2.6.13 Pembayaran ... 51

2.6.14 Pengorganisasian ... 52

2.7 Kerangka Pemikiran ... 53

2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 56

2.8.1 Defenisi Konsep ... 56

2.8.2 Defenisi Operasional ... 57

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 60

(10)

3.3.1 Populasi ... 60

3.3.2 Sampel ... 61

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.5 Teknik Analisi Data ... 62

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil wilayah Kelurahan Titi Kuning ... 64

4.2 Batas Wilayah ... 64

4.3 Kependudukan ... 65

4.4 Sarana dan Prasarana ... 67

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar ... 70

5.2 Analisis Kharakteristik Responden ... 71

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 71

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 72

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

5.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 73

5.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 74

5.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 75

5.2.7 karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pasangan ... 76

5.3 Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor ... 77

(11)

5.3.2 Ketepatan Sasaran ... 83

5.3.3 Tepat Waktu ... 90

5.3.4 Tercapainya Tujuan ... 92

5.3.5 Perubahan Nyata ... 97

5.4 Hasil Analisis Data ... 101

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 107

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Protokol Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PKH ... 34

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 71

Diagram 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 72

Diagram 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 73

Diagram 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 74

Diagram 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 75

Diagram 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pasangan (suami) ... 76

Diagram 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Mengenai Tujuan Program ... 79

Diagram 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pertemuan Kelompok ... 80

Diagram 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Terhadap Peran Pendamping ... 82

Diagram 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Anak dalam Usia SD, SMP dan Anak Usia 15-18 Tahun yang Belum Menyelesaikan Wajib Belajar 9 Tahun ... 85

Diagram 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Ada tidaknya Peserta yang tidak Layak Mendapatkan Bantuan PKH ... 87

Diagram 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan ketepatan PKH dalam Menjawab kebutuhan ... 88

(15)

Diagram 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Kenyamanan Mengakses

Layanan Kesehatan Dasar ... 95

Diagram 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan dalam

Mengakses Layanan Pendidikan ... 96

Diagram 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Nyata yang

Dirasakan dalam Bidang Ekonomi ... 99

Diagram 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan

(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai kemiskinan memang tak pernah ada habisnya. Salah

satu permasalahan yang selalu dialami oleh negara Indonesia bahkan

negara-negara di belahan dunia adalah masalah kemiskinan. Bagaimana tidak, bermula

dari kemiskinan kemudian akan memunculkan masalah-masalah yang baru.

Dengan kata lain kemiskinan merupakan gulma yang akan tumbuh subur menjadi

masalah-masalah lainnya apabila tidak mendapatkan penanganan yang serius.

Kemiskinan mempunyai berbagai wujud, termasuk kurangnya pendapatan

dan sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup;

kelaparan, dan kekurangan gizi; kesehatan yang buruk; keterbatasan akses

pendidikan dan pelayanan dasar lainnya; peningkatan kematian akibat penyakit;

tunawisma dan perumahan yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman; dan

diskriminasi sosial dan pengucilan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

menambahkan kemiskinan dicirikan oleh kurangnya partisipasi dalam

pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial, dan budaya seperti

pengangguran, tindakan kriminalitas, kelaparan, kematian, dan lain-lain

(Barrientos, 2010. www.bappenas.go.id).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di

Indonesia pada September 2013 mencapai 28,55 juta orang (11,47 persen) atau

meningkat 0,48 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret

(17)

2013, prosentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2013 sebesar

8,39 persen atau naik menjadi 8,52 persen pada September 2013. Sementara,

prosentase penduduk miskin di daerah perdesaan meningkat dari 14,32 persen

pada Maret 2013 menjadi 14,42 persen pada September 2013

Sebagaimana kita ketahui bahwa cara untuk melawan kemiskinan adalah

dengan jalur pendidikan. Karena melalui pendidikan akan membuat seseorang

memiliki pengetahuan dan mampu berpikir secara luas serta memberikan peluang

besar untuk diterima berkerja di sektor formal. Tapi pada kenyataannya masih

banyak warga masyarakat yang mendapat kesulitan dalam mendapatkan akses

pendidikan. Kepala Bagian Perencanaan dan Penganggaran Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar Kemendiknas Nono Adya Supriatno mengungkapkan, saat ini

jumlah siswa miskin di Indonesia hampir mencapai 50 juta. Jumlah tersebut terdiri

dari 27,7 juta siswa di bangku tingkat SD, 10 juta siswa tingkat SMP, dan 7 juta

siswa setingkat SMA. Dari jumlah itu, sedikitnya ada sekitar 2,7 juta siswa tingkat

SD dan 2 juta siswa setingkat SMP yang terancam putus sekolah.

(www.edukasi.kompas.com).

Banyaknya jumlah siswa yang putus sekolah di Indonesia Penyebab

pertama adalah masalah ekonomi. Karena hampir 80% anak-anak yang putus

sekolah menyatakan kesulitan ekonomi baik yang tidak punya dana untuk beli

pakaian seragam, buku, transport atau kesulitan ekonomi yang mengharuskan

mereka harus bekerja sehingga tidak mungkin bersekolah. Kondisi ekonomi

(18)

anak-anak mereka untuk turut ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari.

Kemudian penyebab kedua adalah di daerah pedalaman banyak sekolah

yang jarak sekolah dengan rumah jauh. Hal itu dikarenakan Indonesia merupakan

negara kepulauan, bergunung-gunung dan populasinya tersebar dari Sabang

sampai Merauke. Sehingga pemerintahpun mengakui belum bisa menjamin

pendidikan layaknya seperti di perkotaan di mana tiga kilometer pasti sudah ada

fasilitas pendidikan.

Dan yang terakhir adalah banyaknya di daerah pedalaman atau pedesaan

yang sebenarnya masih dalam usia sekolah, akan tetapi sudah kawin muda

sehingga keterbatasan waktu untuk bersekolah makin tinggi. Karena jika kita

melihat pasal 17 ayat (1) UU RI No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan

menyatakan bahwa: Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur

19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas)

tahun. Sehingga banyak juga yang menikah pada batas usia minimal tersebut.

Dengan demikian memberikan pendidikan yang terjangkau dan

tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai hingga pelosok

negeri, merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan derajat pendidikan

masyarakat, meningkatkan kecerdasan masyarakat dan pada akhirnya dapat

memutus mata rantai kemiskinan. Pendidikan harus diutamakan dan menjadi

prioritas yang harus dikedepankan mengingat kedepan sumber daya manusia yang

cerdas dan terampil merupakan salah satu modal utama suatu bangsa untuk dapat

(19)

Kesulitan mendapatkan akses pendidikan bukanlah satu-satunya masalah

yang diakibatkan karena kondisi kemiskinan. Tetapi ada masalah lain, yaitu

masalah kesehatan yang buruk. Masyarakat miskin merupakan masyarakat yang

rentan terserang penyakit. Masalah ini terutama disebabkan oleh faktor makanan.

Penyediaan makanan yang bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit,

sehingga perubahan status gizi dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan kata lain,

orang dengan status ekonomi kurang biasanya kesulitan dalam penyediaan

makanan bergizi. Sebaliknya, orang dengan status ekonomi cukup lebih mudah

untuk menyediakan makanan yang bergizi. Jika tubuh kekurangan gizi maka akan

akan sangat mudah untuk terserang berbagai virus penyakit. Dan ketika penyakit

ini menyerang masyarakat miskin dan mereka tidak mendapatkan tindakan lebih

lanjut dari pelayanan kesehatan maka akan menimbulkan akibat yang buruk.

"Di Indonesia, 1 dari setiap 3 anak di bawah usia lima tahun masih

menderita kekurangan gizi," kata Perwakilan UNICEF di Indonesia Angela

Kearney. "Malnutrisi adalah penyebab dari separuh kematian anak Indonesia, dan

bagi mereka yang bertahan hidup, kekurangan gizi masih menyebabkan masalah

jangka panjang seperti terhambatnya perkembangan otak yang mempengaruhi

kecerdasan dan potensi belajar, pertumbuhan fisik berkurang yang pada gilirannya

dapat menyebabkan kekebalan terhadap penyakit melemah dan rendah

produktivitas, dan peningkatan risiko berbagai penyakit degeneratif seperti

diabetes, penyakit obesitas, jantung dan stroke.” Selain dampak pada perorangan,

studi terakhir membeberkan bahwa kekurangan gizi juga menyebabkan Indonesia

(20)

standar pendidikan yang buruk dan kemampuan fisik berkurang.

Rendahnya status gizi seseorang sudah pasti akan mempengaruhi

kesehatan orang tersebut. Sementara dengan kondisi ekonomi mereka yang miskin

telah memposisikan mereka sebagai orang yang akan kesulitan mendapatkan

berbagai pelayanan salah satunya pelayanan kesehatan. Padahal kesehatan

merupakan modal untuk dapat melakukan sesuatu kegiatan atau pekerjaan yang

dapat menunjang perekonomian orang tersebut. Karena pepatah juga mengatakan

Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.

Mengingat begitu banyaknya persoalan yang melanda negeri kita ini,

pemerintah pun tidak hanya tinggal diam. Berbagai program pemberdayaan

masyarakat pun telah diupayakan dengan tujuan untuk mengurangi kemiskinan

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berbagai program itu antara lain

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM mandiri), Bantuan

Langsung Tunai (BLT), Program Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos),

Kelompok Usaha Bersama (KUBE), dan masih banyak program pemberdayaan

yang lainnya.

Program Bantuan Langsung Tunai dilatarbelakangi upaya

mempertahankan tingkat konsumsi rumah tangga sangat miskin sebagai akibat

adanya kebijakan kenaikan harga BBM. Program pemberdayaan masyarakat

seperti Bantuan Langsung tunai memiliki kelemahan antara lain banyak warga

miskin yang belum menerima BLT, karena belum terdata sebagai penerima BLT,

distribusi kartu BLT yang belum merata, kurangnya koordinasi antara pemerintah

(21)

efektif untuk memecahkan kesulitan warga miskin, program BLT berpotensi

menimbulkan konflik sosial di masyarakat. Pembagian BLT selalu menyisakan

gejolak di masyarakat karena pasti ada warga miskin yang tidak masuk daftar

akibatnya melakukan protes ke kepala desa (okezone.com).

Dalam mengatasi permasalahan kesehatan pemerintah memberikan

bantuan yaitu Jaminan Kesehatan Masyarakat. Program ini bertujuan untuk

memberikan bantuan bagi masyarakat miskin dengan cara menjamin mereka

untuk mendapatkan pengobatan dikala sakit apabila mereka sudah terdaftar

sebagai anggota pemegang kartu yang telah memenuhi syarat. Program jaminan

kesehatan masyarakat ini memiliki tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat miskin di Indonesia.

Namun, kenyataan yang ada dilapangan masih memberikan hasil yang

tidak sesuai dengan harapan dan menimbulkan kekecewaan. Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) menemukan sejumlah kelemahan atas pengelolaan dan

pertanggungjawaban program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan

Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di 33 provinsi seluruh Indonesia. Hasil

pemeriksaan BPK tersebut kemudian didiskusikan dengan para pemangku

kepentingan dan pihak-pihak yang terkait di dalamnya pada 19 Maret 2013, di

Crowne Plaza Hotel, Jakarta. BPK menyimpulkan adanya kelemahan yang

signifikan. kelemahan tersebut antara lain belum adanya database kepesertaan

yang akurat, pemuktakhiran data masyarakat miskin tidak dilakukan dengan baik

serta adanya perbedaan data masyarakat miskin antar instansi. Kemudian, terdapat

(22)

penyaluran, pencairan, penggunaan dan pertanggungjawaban dana Jamkesmas

yang belum sesuai dengan pedoman pelaksanaan Jamkesmas pada 2010 dan 2011

(Jakarta, ANTARA News).

Banyak program-program pemberdayaan masyarakat yang sudah

terlaksana namun belum memberikan hasil yang memuaskan. Banyak kendala dan

permasalahan-permasalahan yang di temukan di lapangan terkait penyaluran

bantuan yang tidak tepat sasaran, adanya tindak kecurangan aparat seperti

mengorupsikan dana bantuan yang seharusnya diberikan kepada masyarakat tetapi

malah masuk ke rekening pribadi, masyarakat yang menjadi ketergantungan

terhadap bantuan dari pemerintah sehingga menurunkan tingkat kemandirian

masyarakat itu sendiri untuk menolong dirinya keluar dari jerat kemiskinan.

Dalam menanggapi hal ini, saat ini pemerintah telah merancang sebuah

program baru yang bernama Program Keluarga Harapan. Program ini bertujuan

Mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia

terutama pada kelompok masyarakat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai

upaya mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).

Terdapat beberapa poin dari delapan poin tujuan dari MDGs yang tercantum

dalam tujuan PKH yaitu menghapuskan kemiskinan dan kelaparan, pencapaian

sekolah dasar secara umum, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan

kesehatan ibu.

Program Keluarga Harapan ini khususnya diprioritaskan bagi ibu-ibu yang

tengah hamil, ibu yang memiliki balita, dan ibu-ibu yang memiliki anak usia

sekolah yang tercakup ke dalam Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Kenapa

(23)

keuangan keluarga dengan baik, tidak seperti pihak laki-laki yang kemungkinan

tidak akan memanfaatkan dana untuk pendidikan maupun kesehatan. Oleh sebab

itu yang menjadi penanggung jawab dana tersebut adalah ibu, nenek, kakak

perempuan/pengasuh wanita.

Program Keluarga Harapan sebagai bantuan tunai bersyarat akan

membantu ibu-ibu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada anak

dalam hal kesehatan dan pendidikan, utamanya bagi balita, anak prasekolah, dan

anak sekolah, anak usia SD dan SMP. Sebagai penerima PKH ibu-ibu, khususnya

ibu hamil dan menyusui, diharapkan dapat lebih intensif mengunjungi

lembaga-lembaga pelayanan kesehatan dasar seperti posyandu, polindes, puskesmas.

Anak-anak SD usia 7 sampai 15 tahun diwajibkan bersekolah, termasuk mereka yang

berusia 16-18 tahun tetapi belum menyelesaikan pendidikan dasar dapat

menerima manfaat PKH dengan kewajiban mendapat pendidikan kelompok

belajar paket A atau B. Seluruh anak penerima PKH harus hadir di sekolah

sedikitnya 85% setiap bulan. Dengan persyaratan-persyaratan tersebut PKH

diharapkan akan membantu bagi terciptanya generasi penerus yang lebih baik.

Dalam buku Pedoman Umum PKH 2008 menyebutkan bahwa tingkat

kemiskinan suatu rumah tangga secara umum terkait dengan tingkat pendidikan

dan kesehatan. Rendahnya penghasilan keluarga sangat miskin menyebabkan

keluarga tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan,

untuk tingkat minimal sekalipun. Pemeliharaan kesehatan ibu sedang

mengandung pada keluarga sangat miskin sering tidak memadai sehingga

(24)

Dengan memperhatikan kondisi ini, maka pemerintah mengeluarkan

kebijakan program yang merupakan pengembangan system perlindungan sosial

yang dapat meringankan dan membantu rumah tangga sangat miskin dalam hal

mendapatkan akses pelayanan kesehatan dan Pendidikan Dasar dengan harapan

program ini akan dapat mengurangi kemiskinan di Negara kita. Dengan demikian,

dalam kerangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengembangan

sistem jaminan sosial, pemerintah meluncurkan Program Keluarga Harapan

(PKH). Program ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan utama

pembangunan yaitu masih besarnya jumlah penduduk miskin serta rendahnya

kualitas SDM.

PKH adalah asistensi sosial kepada Rumah Tangga Sangat Miskin

(RTSM) yang memenuhi kualifikasi tertentu (RTM kronis, rentan terhadap

goncangan) dengan memberlakukan persyaratan tertentu yang dapat mengubah

prilaku individu maupun masyarakat. PKH sebagai perlindungan sosial

merupakan upaya dalam mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat yang tidak

memiliki kekuatan, sehingga diperlukan penguatan atau pemberdayaan agar

warga tersebut memiliki daya untuk keluar dari lingkaran kemiskinannya.

Yang menjadi keunikan dari PKH ini adalah dalam memberikan

bantuannya kepada masyarakat, peserta PKH tidak harus melalui sistem

administrasi yang panjang, bantuan diterima langsung oleh penerima PKH di PT

Pos atau melalui BRI, tidak lagi menggunakan kepanjangan tangan birokrasi

pemerintah (Desa/Kecamatan/Kabupaten/Provinsi). Jadi, sangat kecil

kemungkinan birokrasi dapat mengkorupsi dana PKH. Adanya Pendamping,

(25)

bantuan tunai dari pusat ke penerima program, tugas pokok pelaksana PKH hanya

sebatas pertanggung jawaban administrasi dan hal-hal operasionalisasi lain di

lapangan, bukan masalah keuangan.

Kelebihan lainnya dari sistem pelaksanaan PKH yaitu terdapatnya tim

pendamping lapangan yang menyebar di setiap daerah dimana masyarakat

mendapatkan bantuan PKH. Para pendamping akan secara intens mengawasi

masyarakat agar masyarakat memenuhi kewajiban mereka sesuai dengan

kesepakatan dan agar tujuan mulia dari PKH dapat terlaksana dengan baik dan

memberikan dampak yang positif bagi masyarakat Indonesia.

Program Keluarga Harapan ini mulai diberlakukan di Provinsi Sumatera

Utara pada tahun 2008 yang meliputi tiga Kabupaten/Kota yakni Medan, Nias dan

Tapanuli Tengah sebagai daerah percontohan dengan total 33 kecamatan.

Sumatera Utara dijadikan salah satu daerah sasaran Program Keluarga Harapan

mengingat kondisi kemiskinan di daerah ini masih cukup tinggi, dimana menurut

data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut per Juni 2009 terdapat sekitar 11,5 %

atau setara 1,5 juta jiwa dari total 13,248 juta jiwa penduduk dalam garis

kemiskinan. Kondisi kemiskinan ini menyebabkan banyak keluarga miskin yang

tidak dapat mengakses pendidikan dan kesehatan secara layak.

Khusus untuk Kota Medan, ada 11 Kecamatan yang telah memberlakukan

Program Keluarga Harapan ini. Salah satunya adalah Kecamatan Medan Johor. Di

kecamatan ini masih terdapat tingkat kemiskinan yang relatif tinggi. Fenomena

yang tampak di kecamatan Medan Johor ada begitu banyak anak usia sekolah

(26)

yang baik dan memadai. Dengan adanya kucuran bantuan Program Keluarga

Harapan ini diharapkan sedikit banyak dapat mengurangi beban rumah tangga

sangat miskin yang menjadi penerima PKH di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan

Medan Johor dalam mengakses pelayanan dasar tersebut.

Dengan terlaksananya Program Keluarga Harapan maka penulis tertarik

untuk meneliti dan menyusunnya ke dalam bentuk skripsi yang berjudul

“Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kelurahan Titi Kuning

Kecamatan Medan Johor”.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diutarakan maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan

Program Keluarga Harapan di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor?”

I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui

efektivitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kelurahan Titi Kuning

(27)

I.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

referensi dalam rangka pengembangan konsep-konsep, teori-teori

penulisan dan ilmu pengetahuan pada umumnya khususnya Ilmu

Kesejahteraan Sosial.

2. Manfaat Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan serta memberikan kontribusi bagi instansi terkait.

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam tiga bab, dengan sistematika sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan

masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi

konsep, dan defenisi operasional.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

(28)

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan analisisnya..

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Pada kamus besar Bahasa Indonesia, efektivitas diartikan sebagai sesuatu

yang ada efeknya (akibatnya,pengaruhnya) dapat diartikan dapat membawa hasil,

berhasil guna serta dapat pula berarti mulai berlaku. Selanjutnya Bahasa Inggris,

kata efektif yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan itu

berhasil dengan baik. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan

atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi.

Menurut Cambel J.P pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling

menonjol adalah:

1. Keberhasilan program

2. Keberhasilan sasaran

3. Kepuasan terhadap program

4. Tingkat ouput dan input

5. Pencapaian tujuan menyeluruh

Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan. Dalam artian

efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan

prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian

(30)

ahli berbeda-beda tentang pengertian dan konsep efektivitas dipengaruhi oleh latar

belakang dari keahlian yang berbeda pula.

Hidayat menyatakan efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan

seberapa jauh target kuantitas, kualitas dan waktu telh tercapai. Semakin besar

persentase target yang dicapai, maka semakin tinggi efektivitasnya. Gibson juga

berpendapat efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atas

usaha bersama (Ibnu, 2009).

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, ada empat hal yang merupakan

unsur-unsur efektifitas yaitu sebagai berikut:

1. Pencapaian tujuan, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai

tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Ketepatan waktu, sesuatu yang dikatakan efektif apabila penyelesaian atau

tercapainya tujuan sesuai atau bertepatan dengan waktu yang telah ditentukan.

3. Manfaat, sesuatu yang dikatakan efektif apabila tujuan itu memberikan manfaat

bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.

4. Hasil, sesuatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu memberikan hasil.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan

efektifitas adalah tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Adanya ketentuan

waktu dalam memberikan pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan oleh

(31)

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas itu

efektiv. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:

a. Pendekatan sasaran

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan ini dalam pengukuran

efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan

keberhasilan organisasi dalam mencapai saasaran tersebut.

Selain tercapainya tujuan, efektivitas juga selalu memperhatikan faktor

waktu pelaksanaan. Oleh karena itu dalam efektivitas selalu terkandung unsur

waktu pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan waktu yang tepat maka program

tersebut efektif.

b. Pendekatan sumber

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu

lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu

lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara

keadaan dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori

mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena

lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari

lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan imput lembaga tersebut

dan output yang dihasilkan juga berujung pada lingkungannya. Sementara itu

sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan

(32)

c. Pendekatan proses

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan

dari suatu lembaga internal. Pada lembaga efektif, proses internal berjalan dengan

lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi.

Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan

perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang

dimiliki lembga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

2.2Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial 2.2.1 Kebijakan Publik

Kebijakan adalah sebuah instrumen pemerintah bukan saja dalam artian

goverment yang hanya menyangkut aparatur negara, malainkan pula govermance

yang menyentuh pengelolahan sumber daya publik (Suharto,2007:3).

Banyak defenisi mengenai kebijakan publik, sebagaian ahli memberikan

pengertian kebijakan publik dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan

pemerintah untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap akan membawa

dampak bagi kehidupan warganya. Kebijakan publik pada umumnya mengandung

pengertian mengenai Whatever goverment choose to do not to do yang artinya

kebijakan publik adalah apa saja yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau

tidak dilakukan (Bridgman dan Davis dalam Suharto, 2007:3).

Sebuah kebijakan yang diambil oleh pemerintah awalnya tidak serta merta

berlangsung diagendakan menjadi sebuah kebijakan publik. Ada tahap-tahap

sebuah masalah pada akhirnya diagendakan oleh pemerintah untuk diambil

(33)

dimasyarakat, bahkan sampai membuat masyarakat bingung sehingga pemerintah

perlu mengambil tindakan berupa kebijakan mengenai masalah tersebut agar tidak

terjadi kekacauan dimasyarakat.

Kebijakan dibuat berdasarkan teori, modal atau hipotesis mengenai sebab

dan akibat. Kebijakan-kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi mengenai

perilaku kebijakan selalu mengandung insentif yang mendorong orang untuk

melakukan sesuatu. Kebijakn harus mampu memperkirakan keberhasilan yang

dicapai dan dinaikkan maka akan banyak pula perusahaan yang menaikkan harga

produksinya yang berakibat pada naiknya barang-barang yang mengakibatkan

masyarakat kelas menengah kebawah semakin sulit memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Kebijakan biasanya diciptakan dalam situasi ketidakpastian dan diujui di

lingkungan dimana kebijakan itu diterapkan. Para pembuat kebijakan belajar

dengan menemukan dan memperbaiki keselahan dalam membuat asumsi yang

mungkin terjadi dengan model-model kebijakan. Sebuah proses kebijakan yang

baik biasanya merumuskan asumsi-asumsinya secara jelas, sehingga para

pelaksana kebijakan memahami teori dan model kebijakan yang mendukung

keputusan dan rekomendasi didalamnya. Banyaknya kepentingan dalam

perumusan sebuah kebijakan, perbaikan dalam kebijakan berikutna tidak selalu

mudah dilakukan. Temuan dilapangan mengenai konsekuensi kebijakan perlu

dicatat dan didokumentasikan secara baik dalam sebuah naskah kebijakan,

(34)

2.2.2 Kebijakan Sosial

Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan

sosial merupakan ketetapan Pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang

bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan

masyarakat banyak. Menurut Watts, Dalton dan Smith secara singkat kebijakan

sosial menunjukan pada apa yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya

meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pemberian beragam tunjangan

pendapatan, pelayanan kemasyarakatan dan program-program tunjangan sosial

lainnya (Suharto,2007:10).

Dalam garis besar, kebijakan sosial diwujudkan dalam tiga kategori yakni:

1. Peraturan perundang-undangan yakni Pemerintah memiliki kewenangan

dalam membuat kebijakan publik yang mengatur pengusaha, lembaga

pendidikan, perusahaan swasta agar mengadopsi ketetapan-ketetapan yang

berdampak langsung pada kesejahteraan.

2. Program pelayanan sosial yakni sebagaian besar kebijakan diwujudkan

dan diaplikasikan dalam bentuk pelayanan sosial yang berupa bantuan

barang, tunjangan uang, perluasan kesempatan, perlindungan sosial.

3. Sistem perpajakan yakni dikenal sebagai kebijakan fiskal, selain sebagai

sumber utama pendanaan kebijakan sosial, pajak juga sekaligus

merupakan instrumen kebijakan yang bertujuan langsung mencapai

distribusi pendapatan yang adil. Dinegara-negara maju bantuan publik dan

asuransi sosial adalah dua bentuk jaminan sosial yang dananya sebagaian

(35)

Kebijakan sosial dan kebijakan publik yang penting dinegara-negara maju

atau modern dan demokratis, semakin maju dan demokratis suatu negara maka

semakin tinggi perhatian negara tersebut terhadap pentingnya kebijakan sosial.

Sebaliknya di negara-negara miskin dan otoriter kebijakan sosial kurang

mendapat perhatian. Kebijakan sosial pada hakekatnya merupakan kebijakan

publik dalam bidang kesejahteraan sosial. Dengan demikian makna dari kebijakan

sosial adalah kebijakan publik, sedangkan pada makna sosial adalah menunjuk

pada bidang-bidang atau sektor yang menjadi garapannya yaitu bidang

kesejahteraan sosial.

Ada dua pendekatan dalam mendefenisikan kebijakan sosial sebagai

sebuah kebijakan publik yaitu pendekatan pertama mendefenisikan kebijakan

sosial sebagai seperangkat kebijakan negara yang dikembangkan untuk mengatasi

masalah sosial melalui pemberian pelayanan sosial dan jaminan sosial.

Pendekatan kedua mendefenisikan kebijakan sosial sebagai disiplin studi yang

mempelajari kebijakan-kebijakan kesejahteraan, perumusan dan konsekuensinya.

Meskipun kedua pendekatan ini memiliki orientasi yang berbeda baik sebagai

ketetapan pemerintah maupun sebagai bidang studi keduanya memiliki atau

menekankan bahwa kebijakan sosial adalah salah satu kebijakan publik yang

menyangkut pembangunan kesejahteraan sosial (Spicker, Bergman dan Davis

(36)

2.3Kemiskinan

Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas

masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah

pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia. PBB sendiri memiliki agenda

khusus sehubungan dengan penanggulangan masalah kemiskinan. Dalam

Millenium Development Goals, institusi sejagat tersebut memilik target tertentu

sehubungan dengan upaya penyelesaian masalah kemiskinan dimuka bumi ini.

Secara umum istilah miskin atau kemiskinan dapat dengan mudah

diartikan sebagai suatu kondisi yang kurang atau minim. Dalam hal ini konsep

kurang maupun minim dilihat secara komparatif antara kondisi nyata kehidupan

pribadi atau sekelompok orang disatu pihak dengan kebutuhan pribadi atau

sekelompok orang dilain pihak. Pengertian minim disini besifat relatif,dapat

berbeda dengan rentang waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan

lingkungan yang berbeda (Siagian, 2012:1-5).

Kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau

sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup

seseorang atau sekelompok oarang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara

nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak (Mencher,dalam

Siagian, 2012:5). Salah satu konsekwensi logis dari upaya mengidentifikasikan

kemiskinan adalah bahwa kita akan menemukan dan membahas tentang

jenis-jenis kemiskinan. Tidak mudah membahas dan mengemukakan jenis-jenis-jenis-jenis

kemiskinan. Ada beberapa jenis-jenis kemiskinan yang akan diuraikan yaitu;

1. Kemiskinan absolut yaitu suatu kondisi, dimana seseorang atau

(37)

orang tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak

atau tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia.

2. Kemiskinan relatif yaitu kemiskinan yang didasari pada komparasi kondisi

kehidupan antara seseorang dengan orang lain. Analisis komparatif

tentang kondisi hidup manusia dilakukan karena kondisi taraf hidup

disuatu lingkungan berbeda dengan lingkungan yang lainnya.

3. Kemiskinan massa yaitu kemiskinan yang dialami secara massal penduduk

dalam suatu lingkungan wilayah.

4. Kemiskinan non massa yaitu kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir

orang dalam suatu wilayah.

5. Kemiskinan alamiah yaitu kemiskinan yang terjadi sebagai konsekwensi

dari kondisi alam yang tidak memenuhi dimana seseorang atau

sekelompok orang tersebut bermukim.

6. Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang disebabkan karena budaya

dimana masyarakat banyak yang tidak menyadari bahwa mereka miskin.

7. Kemiskinan terinvolusi yaitu seseorang yang mengetahui bahwa dia

miskin, namun sekelompok orang tersebut menganggap kemiskinan itu

merupakan hal yang wajar dan bukanlah masalah yang esensial.

8. Kemiskinan struktural yaitu mendeskripsikan bahwa struktur sosial

masyarakat itu berbeda, sehingga menghambat masyarakat untuk

mengembangkan kemampuan hidupnya.

9. Kemiskinan situasional yaitu kondisi kehidupan yang tidak layak yang

(38)

adalah bahwa kondisi situasi itu tidak kondusif bagi masyarakat untuk

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

10.Kemiskianan buatan yaitu terjadi karena kelembagaan yang ada

mengakibatkan anggota dalam kelompok tidak menguasai sarana ekonomi

yang ada secara merata.

Dapat disimpulkan bahwa kemiskinan itu bukan hanya harus dipandang

dari kurangnya pemenuhan kebutuhan pokok semata sebagai akibat kerentanan

dan ketidakberdayaan seperti yang selama ini banyak dibicarakan dalam

kebijakan-kebijakan pengentasan kemiskinan. Kemiskinan juga harus dipandang

dari pengertian kemiskinan relatif sehingga kebijakan yang akan diambil dapat

memberikan solusi yang merata pada akar permasalahan kemiskinan yang

sebenarnya.

2.4Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya untuk meningkatkan

kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam

memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam upaya peningkatan kualitas

hidup, kemandirian dan kesejahteraan. Pemberdayaan masyarakat memerlukan

keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak

untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang

dicapai (Siagian, 2012:165).

Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment,

yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri

(39)

penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem

yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat

yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan saja

sebagai objek tetapi justru sebagai subjek pelaku pembangunan yang ikut

menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum (Setiana,

2005:56).

Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang kader pemberdayaan

masyarakat dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi

yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk

mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara (pasal 1 ayat 8). Inti pengertian pemberdayaan

masyarakat merupakan startegi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian

masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak elemen, mulai

dari Pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai

politik, masyarakat sipil atau organisasi masyarakat lokal sendiri.

2.5Kesejahteraan Sosial

Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru, baik dalam wacana global

maupun nasional. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) misalnya telah mengatur

masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakat internasional.

Di Indonesia, konsep kesejahteraan sosial juga telah lama dikenal. Ia telah ada

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia (Suharto, 2009:1).

(40)

atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan

meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat.

Defenisi ini menekankan bahwa, kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau

bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas yang terorganisir yang diselenggarakan

baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk

mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah

sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.

Kesejahteraan sosial dalam artian luas mencakup berbagai tindakan yang

dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf kehidupan

yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi, dan fisik belaka, tetapi

juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spiritual (Adi,

2003:40).

Kesejahteraan sosial dapat dilihat dalam empat sudut pandang yaitu:

1. Kesejahteraan sosial sebagai suatu keadilan (kondisi)

Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi, kesejahteraan sosial dapat

dilihat dari rumusan Undang-Undang No 11 tahun 2009 tentang

ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 2 ayat 1:

Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,

dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan

diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

2. Kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu

Sebagai suatu ilmu, pada dasarnya suatu ilmu yang mencoba

mengembangkan pemikiran, strategi dan teknik untuk meningkatkan

(41)

3. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan

Sebagai suatu kegiatan, pengertian kesejahteraan sosial dapat dilihat antara

lain dari defenisi yang dikembangkan oleh Friedlander (dalam Adi, 2005):

“Kesejahteraan sosial merupakan sisitem yang terorganisir dari berbagai institusi

dan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang dirancang guna membantu individu

ataupun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih

memuaskan.”

Pengertian ini sekurang-kurangnya menggambarkan kesejahteraan sosial

sebagai suatu sistem pelayanan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup

masyarakat. Meskipun dalam pengertian yang dikemukakan Friedlender secara

eksplisif menyatakan bahwa target dari kegiatan tersebut adalah individu dan

kelompok, tetapi dalam arti luas pengertian Friedlender juga melihat masyarakat

sebagai suatu totalitas.

4. Kesejahteraan sosial sebagai suatu gerakan

Sebagai suatu gerakan, isu kesejahteraan sosial sudah menyebar luas

hampir ke seluruh penjuru dunia sehingga menjadi gerakan tersendiri yang

bertujuan memberitahukan kepada dunia bahwa masalah kesejahteraan sosial

merupakan hal yang perlu diperhatikan secara seksama oleh masyarakat dunai,

baik secara global maupun parsial. Oleh karena itu, muncullah berbagai macam

gerakan dalam wujud organisasi lokal, regional maupun internasional yang

(42)

2.6 Program Keluarga Harapan

2.6.1 Pengertian Program Keluarga Harapan

- Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan

bantuan tunai bersyarat kepada rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)

yang telah ditetapkan sebagai peserta PKH. Agar memperoleh bantuan,

peserta PKH diwajibkan memenhi persyaratan dan komitmen yang terkait

dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu

pendidikan dan kesehatan..

- UPPKH adalah unit pengelola PKH yang dibentuk baik di pusat dan

daerah. I pusat adalah UPPKH Pusat dan didaerah adalah UPPKH

Kabupaten/Kota.

- Peserta PKH adalah RTSM yang memenuhi satu atau beberapa kriteria

yaitu memiliki ibu hamil/nifas, anak balita atau usia 5-7 tahun yang belum

masuk pendidikan SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum

menyelesaikan pendidikan dasar.

- Pendamping PKH adalah pekerja sosial yang direkrut oleh UPPKH Pusat

melalui proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas

pendampingan RTSM penerima program dan membantu kelancaran

pelaksanaan PKH

- Penyelenggaraan PKH bersifat multisektoral baik dipusat maupun

didaerah yang melibatkan instansi pemerintah pusat, pemerintah provinsi,

(43)

2.6.2 Tujuan Program Keluarga Harapan

Tujuan umum PKH adalah untuk mengurangi angka kemiskinan dan memutus

rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada

kelompok masyarakat miskin, serta merubah perilaku RTSM yang relatif

kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus

sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals

(MDGs).

Sedangkan tujuan khusus dari Program Keluarga Harapan yaitu:

• Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM;

• Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM;

• Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di

bawah 6 tahun dari RTSM;

• Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,

khususnya bagi RTSM.

2.6.3 Ketentuan Peserta PKH

Peserta PKH adalah rumah tangga sangat miskin yang sesuai dengan kriteria

BPS dan memenuhi satu atau beberapa kriteria program, yaitu:

- Memiliki ibu hamil/nifas, dan atau

- Memiliki anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk

pendidikan SD, dan atau

- Memiliki anak usia SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum

(44)

Setiap peserta PKH diberikan kartu peserta PKH sebagai bukti kepesertaan

atas nama perempuan dewasa (ibu, nenek, bibi) yang mengurus RTSM. Kartu

tersebut digunakan untuk menerima bantuan PKH. Sesuai pedoman

pelaksanaan Jamkesmas tahun 2009, kartu PKH dapat berfungsi sebagai kartu

jamkesmas untuk seluruh keluarga penerima PKH.

Kepesertaan PKH tidak menutup keikutsertaannya pada program-program

pemerintah lainnya yang termasuk pada klaster I, seperti: Jamkesmas, BOS,

Raskin dan BLT.

2.6.4 Proses PKH

Proses Pelaksanaan Program Keluarga Harapan dapat dilihat dalam gambar

[image:44.595.115.512.413.722.2]

berikut, yaitu:

Gambar 2.1 Proses PKH

Targeting Validasi Penerimaan

Peserta

Pembayaran

- Sosialisasi

- Recuitment Pendampingan

1 3

Pemutakhiran

Data Verifikasi

4 5

2 7 6

Pengaduan Peserta

(45)

Keterangan:

1) Target Program Keluarga Harapan adalah Rumah Tangga Sangat Miskin

(RTSM).

2) Rekuitmen Pendampingan dan Operator. Pendamping kemudian

melakukan sosialisasi kepada calon peserta PKH.

3) Pendamping melakukan validasi data yang diperoleh dari UPPKH pusat

dan kemudian mengembalikan data itu lagi kepada UPPKH.

4) Penerimaan PKH yang sesuai dengan kriteria PKH. Kemudian peserta

PKH mendapatkan kartu peserta.

5) Penerimaan dana PKH. Peserta yang dapat mengambil adalah ibu yang

menjadi anggota dalam PKH dengan menunjukan kartu PKH dan tidak

dapat diwakilkan untuk pengambilan langsung ke kantor pos terdekat.

6) Verifikasi data dilakukan pendamping setiap 3bulan sekali untuk

mengecek perubahan data peserta PKH.

7) Pemuktahiran data dilakukan oleh operator dengan mengirimkan data

peserta PKH yang telah diverifikasi kepada UPPKH pusat. Data tersebut

dijadikan sebagai acuan untuk menentukan besarnya dana PKH tahap

selanjutnya.

8) Bagi peserta dan non peserta yang memiliki pertayaan atau pengaduan

terkait pelaksanaan PKH baik disampaikan langsung kepada koordinator

peserta, pendamping kantor UPPKH Kabupaten maupun secara tulisan.

9) Pelaksanaan PKH dilapangan dimonitoring dan permasalahan yang terjadi

(46)

2.6.5 Hak dan Kewajiban Penerima PKH

A. Hak dan Kewajiban Penerima PKH dalam Bidang Kesehatan 1. Hak Penerima PKH dalam Bidang Kesehatan

Calon peserta PKH adalah Keluarga Sangat Miskin (KSM) yang

ditetapkan sebagai calon peserta PKH dan akan menerima bantuan bidang

kesehatan, jika pada saat pendataan ditemukan anggota keluarganya terdiri dari:

(i) Ibu hamil; (ii) Ibu nifas dan/atau (iii) anak usia 0-6 tahun.

Calon peserta PKH selanjutnya ditetapkan sebagai peserta PKH apabila calon

peserta tersebut telah menghadiri pertemuan awal dan/atau menandatangani surat

perjanjian untuk mematuhi komitmen yang ditetapkan dalam program.

Hak Peserta PKH Bidang Kesehatan :

KSM yang terpilih sebagai peserta PKH berhak memperoleh bantuan uang

tunai. Bantuan tunai akan dibayarkan kepada peserta PKH setiap tiga bulan satu

kali melalui kantor pos terdekat.

- Bantuan tunai tahap pertama akan diberikan jika peserta PKH telah

menghadiri acara pertemuan awal yang dikoordinir oleh UPPKH

Kecamatan dan telah mengunjungi puskesmas atau posyandu,

- Bantuan tunai tahap berikutnya akan diberikan jika anggota keluarga

peserta PKH memenuhi komitmen yang telah ditetapkan dalam program.

Bukti bahwa anggota keluarga peserta PKH telah memenuhi komitmen

harus diverifikasi dalam form verifikasi kesehatan oleh petugas kesehatan

(47)

2. Kewajiban Penerima PKH dalam Bidang Kesehatan

Untuk bisa menerima hak (menerima bantuan tunai), peserta PKH harus

memenuhi kewajiban atau komitmen yang ditetapkan. Kewajibanyang dimaksud

adalah:

a. Menghadiri pertemuan awal

Pertemuan awal yang dikoordinasi oleh UPPKH Kecamatan

diselenggarakan ditingkat kecamatan. Tempat pertemuan diupayakan dilokasi

terdekat dengan tempat tinggal calon peserta. Tujuan pertemuan ini adalah untuk:

1. Sosialisasi PKH sebagai berikut:

- Menginformasikan tujuan, besaran bantuan, mekanisme dan hal

terkait lain dengan PKH;

- Menjelaskan komitmen (kewajiban) yang harus dilakukajn oleh

calon peserta PKH untuk dapat menerima bantuan;

- Menjelaskan hak dan kewajiban ibu dan atau wanita dewasa yang

mengurus anak pada rumahtangga yang bersangkutan;

- Menjelaskan sanksi dan konsekuensinya apabila peserta PKH tidak

memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program;

2. Memeriksa dan memperbaiki data pribadi peserta PKH yang ada

dalam formulir Validasi;

3. Mengumpulkan semua formulir validasi yang sudah ditandatangani

oleh peserta PKH sebagai bukti kesiapan mereka mengikuti semua

(48)

4. Menjelaskan tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan serta

tempat pelayanan kesehatan terdekat yang bisa dimanfaatkan oleh

peserta PKH;

5. Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas

pelaksanaan PKH;

6. Memfasilitasi pembentukan kelompok peserta PKH dan

memfasilitasi pemilihan Ketua Kelompok;

7. Menjelaskan kewajiban ketua kelompok dalam PKH.

Calon penerima bantuan PKH (dalam hal ini ibu atau wanita dewasa yang

memiliki/mengurus anak pada KSM) diwajibkan menghadiri acara pertemuan

awal tersebut. Jika berhalangan maka pendamping PKH akan mengatur

sedemikian rupa agar tujuan kegiatan pertemuan tetap dapat terlaksana (misalnya,

pendamping mengunjungi calon peserta PKH atau menyelenggarakan pertemuan

susulan jika jumlah calon peserta PKH banyak yang berhalangan). Petugas

UPPKH kecamatan (pendampingh) juga mengundang petugas puskesmas

kecamatan untuk menghadiri pertemuan tersebut.

b. Melakukan Kunjungan Awal ke Posyandu

Segera setelah pertemuan awal, seluruh peserta PKH Kesehatan wajib

melakukan kunjungan awal ke posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya,

tujuannya untuk:

- Dicatat data kesehatan anggota keluarganya pada awal program

- Mendapat informasi awal kunjungan berikutnya bagi setiap anggota

keluarga peserta PKH yang ditentukan oleh kader posyandu atau petugas

(49)

c. Mematuhi Komitmen untuk Mengunjungi Pemberi Pelayanan Kesehatan

Sesuai Dengan Jadwal yang Telah Disepakati

Sebagai penerima bantuan kesehatan PKH, tiap peserta harus melakukan

[image:49.595.109.511.229.753.2]

kewajiban-kewajiban sebagai berikut:

Tabel 2.1 Protokol Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PKH

Sasaran Persyaratan (kewajiban peserta)

Ibu Hamil Melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care)

sebanyak minimal 4 kali (K1 di trimester 1, K2 di

trimester 2, K3 dan K4 di trimester 3) selama masa

kehamilan.

Ibu Melahirkan Proses kelahiran bayi harus ditolong oleh tenaga kesehatan

terlatih

Ibu Nifas Ibu yang telah melahirkan harus melakukan pemeriksaan

atau diperiksa kesehatannya setidaknya 2 kali sebelum

bayi mencapai usia 28 hari

Bayi Usia 0-11

Bulan

Anak berusia di bawah 1 tahun harus diimunisasi lengkap

dan ditimbang secara rutin setiap bulan.

Bayi Usia 6-11

Bulan

Mendapat suplemen tablet vitamin A

Anak Usia 1-5

Tahun

Dimonitor tumbuh kembang dengan melakukan

penimbangan secara rutin setiap 1 bulan;

(50)

Anak Usia 5-6

Tahun

Melakukan penimbangan secara rutin setiap 3 bulan sekali

dan/atau mengikuti program pendidikan anak usia dini.

B. Hak dan Kewajiban Penerima PKH dalam Bidang Pendidikan 1. Hak Penerima PKH dalam Bidang Pendidikan

Rumah Tangga Sangat Miskin yang terpilih sebagai peserta PKH berhak

memperoleh bantuan tunai jika telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Besaran uang tunai untuk komponen pendidikan tergantung dari jumlah anak dan

jenjang pendidikan yang diduduki oleh anak.

Bantuan tunai akan dibayarkan kepada peserta setiap tiga bulan melalui

kantor pos terdekat. Bantuan tunai langsung diterima oleh ibu RTSM atau

perempuan yang mengasuh anak usia 0-15 tahun, atau anak yang usia 15-18 tahun

yang belum menyelesaikan pendidikan dasar.

1. Untuk tahap pertama, bantuan tunai PKH komponen pendidikan akan

diberikan jika peserta PKH (ibu/perempuan desawa) telah menghadiri acara

pertemuan awal yang dikoordinir UPPKH Kecamatan dan anak-anak dari

keluarga peserta PKH sudah terdaftar disatuan pendidikan yang telah

ditetapkan.

2. Untuk tahap triwulan berikutnya, bantuan tunai PKH komponen pendidikan

akan diberikan jika anak-anak dari keluarga peserta PKH sudah

memenuhi komponen pendidikan yang telah ditetapkan (yakni kehadiran

minimal 85% di kelas atau kelompok belajar). Sebagai bukti anak-anak telah

memenuhi komitmen pendidikan, diperoleh dari hasil verifikasi yang

dilakukan oleh tenaga pendidik (guru/tutor) dan diketahui oleh kepala sekolah

(51)

2. Kewajiban Peserta PKH dalam Bidang Pendidikan

Untuk bisa menerima hak (menerima bantuan tunai), peserta PKH

diharuskan memenuhi kewajiban atau komitmen yang ditetapkan. Kewajiban

yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Menghadiri Pertemuan awal

Sebelum bantuan tahap pertama dibayarkan, pertemuan awal yang

dikoordinasikan oleh UPPKH Kecamatan akandiselenggarakan di tingkat

Kecamatan. Seluruh calon peserta PKH yang terpilih (dalam hal ini Ibu)

diwajibkan menghadiri acara pertemuan tersebut. Kantor UPPKH Kecamatan juga

akan mengundang perwakilan para tenaga pendidik untuk menghadiri acara

pertemuan tersebut. Tujuan pertemuan ini adalah untuk:

1. Menginformasikan tujuan, tingkat bantuan, mekanisme dan lainnya

mengenai PKH serta membagikan bahan-bahan program (buku saku

peserta PKH)

2. Menjelaskan komitmen (kewajiban) yang harus dilakukan calon peserta

PKH untuk dapat menerima bantuan

3. Menjelaskan hak dan kewajiban Ibu peserta PKH

4. Menjelaskan sanksi dan konsekuensinya apabila peserta PKH tidak

memenuhi komitmen yang telah ditetapkan dalam program

5. Menjelaskan perlunya melakukan pendaftaran ke sekolah/satuan

pendidikan bagi anak-anak yang belum terdaftar di sekolah/satuan

(52)

6. Menjelaskan perlunya melakukan kunjunagn awal ke Puskesmas untuk

menetapkan jadwal kunjungan bagi setiap anggota keluarga peserta PKH

Kesehatan

7. Membantu peserta PKH mengisi Formulir Klarifikasi data (perbaikan data

pribadi peserta)

8. Mengumpulkan semua Formulir Klarifikasi yang sudah diisi dan Formulir

Perjanjian Kesediaan peserta PKH mengikuti komitmen PKH yang sudah

ditandatangani

9. Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas

pelaksanaan PKH

10.Memfasilitsi pembentukan kelompok peserta PKH dan memfasilitasi

pemilihan Ketua Kelompok

11.Menjelaskan kewajiban Ketua Kelompok dalam PKH

b. Mendaftarkan Anak ke Satuan Pendidikan

Apabila hasil klarifikasi/perbaikan data anggota rumahtangga, yang

dilakukan ketika pertemuan awal, ditemukan adanya:

1. Anak usia sekolah (6-15 tahun) belum terdaftar disekolah, maka Ibu dari

RTSM peserta PKH harus segera mendaftarkan anak tersebut ke sekolah

SD/MI atau SMP/MTs atau satuan pendidikan setara SD atauSMP

2. Anak usia 15-18 tahuun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar dan

atau buta aksara, maka ibu dari RTSM peserta PKH harus mendaftarkan

anak tersebut ke sekolah terdekat atau satuan pendidikan non formal

(seperti: keaksaraan fungsional, Paket A setara SD atau Paket B setara

(53)

3. Anak usia 6-15 tahun dan usia 15-18 tahun namun belum

menyelesaikanpendidikan dasar dan diketahui bahwa mereka bekerja, baik

di sektor formal maupun informal, maka Ibu dari RTSM peserta PKH

harus mengikutkan anak tersebut ke dalam program persiapan pendidikan

(seperti: rumah singgah, rumah perlindungan sosial anak, panti sosial

asuhan anak, dll) dan selanjutnya mendaftarkan anak tersebut ke satuan

pendidikan formal dan non-formal (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

[PKBM], Sanggar Kegiatan Belajar [SKB], dan Pendidikan Luar Sekolah

[PLS] lainnya).

Ketika melakukan pendaftaran anak ke satuan pendidikan tersebut, Ibu

RTSM akan didampingi oleh pendamping PKH dari kantor UPPKH Kecamatan.

Informasi nama sekolah dan/atau nama penyelenggara pendidikan non formal

selanjutnya harus dilaporkan ke pendamping PKH untuk keperluan pelaksanaan

program lebih lanjut.

c. Mematuhi Komitmen

Kewajiban peserta PKH selanjutnya adalah mematuhi komitmen atau

persyaratan yang ditetapkan dalam program, yaitu:

1. Bagi peserta PKH dengan anak usia 6-15 tahun

- Peserta PKH yang memiliki anak usia 6-15 tahun harus mendaftarkan

anak tersebut di sekolah SD/MI atau SMP/MTs atau pendidikan

kesetaraan. Jika sudah terdaftar disatuan pendidikan, anak tersebut

harus mengikuti kehadiran minimal 85% dari hari efektif tatap muka

(54)

- Untuk keperluan pembuktian tingkat kehadiran (verifikasi), apabila

jumlah hari sekolah dalam satu bulan adalh 22-20 hari, jumlah

maksimal ketidakhadiran anak di sekolah yang diperbolehkan adalah 3

hari.

- Pengecualian dilakukan bagi peserta didik yang absen karena sakit

atau terjadinya bencana alam di daerah tersebut. Jika absen karena

sakit lebih dari 3 hari secara berturut-turut, peserta didik tersebut

diwajibkan memberikan surat keterangan sakit yang dikeluarkan oleh

dokter atau petugas kesehatan yang diakui. Selain itu pengecualian

juga diberlakukan pada saat masa libur sekolah, masa transisi dari

SD/MI ke SMP/MTs.

Untuk keperluan pembuktian tingkat kehadiran (verifikasi) bagi

pendidikan kesetaraan, jumlah hari tatap muka dalam satu bulan harus memenuhi

85% tatao muka. Sebagai contoh, apabila tatap muka berjumlah 3 kali per minggu

atau 12 kali per bulan, maka kehadiran harus memenuhi 10,2 hari atau dibulatkan

menjadi 10 kali pertemuan. Hal ini juga berlaku pada kegiatan yang ada dipanti

sosial dan isntitusi serupamyang menangani pekerja anak atau mereka yang

membutuhkan program penyesuaian kembali ke bangku sekolah.

2. Bagi pserta PKH yang memiliki anak dengan kemampuan terbatas

Peserta PKH yang memiliki anak dengan kemampuan terbatas (tuna daksa,

keterbelakangan mental, keterbatasan penyerapan dan sejenisnya) memiliki

pengecualian dalam hal usia. Semua anak dari kelompok ini yang masih

mengikuti pendidikan dasar tidak dibatasi rentang usianya (6-15 tahun) jika

(55)

SDLB/SMPLB) maupun sekolah umum yang menyediakan program khusus.

Komimen yang harus dipenuhi tetap berbasi tingkat kehadiran 85%.

2.6.6 Hak dan Kewajiban Pemberi PKH Dalam Bidang Kesehatan 1. Hak Pemberi Pelayanan Kesehatan

Program ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program

JPKMM. Maka kegiatan PKH kesehatan sepenuhnya dibiayai Jamkesmas dari

sumber JPKMM/Jamkesmas di puskesmas. Oleh karena itu, hak-hak yang

diterima PPK sesuai dengan apa yang diatur dalam petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis program JPKMM/Jamkesmas.

2. Kewajiban Pemberi Pelayanan Kesehatan

a. Menetapkan jadwal kunjungan

Pada tahap awal pelaksanaan, puskesmas dan posyandu memiliki peran

penting dalam menetapkan jadwal kunjungan bagi setiap anggota keluarga

peserta PKH ke berbagai fasilit

Gambar

Gambar 2.1 Proses PKH
Tabel 2.1 Protokol Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PKH
Tabel 2.2 Skenario Bantuan per RTSM per Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Skala Likert berdasarkan tanggapan responden tentang adanya informasi sosialisasi Program keluarga harapan di Desa Landuh kecamatan rantau Kabupaten Aceh Tamiang adalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang.Penelitian ini menggunakan

Dalam hal ini, keseluruhan masyarakat penerima Program Keluarga Harapan di Kecamatan Medan Baru menggunakan dana PKH yang mereka terima untuk tujuan sebenarnya yaitu sebagai

Masyarakat peserta Program Keluarga Harapan di Kecamatan Medan Selayang diharapkan agar selalu aktif mengikuti kegiatan pertemuan bulanan yang diadakan dan benar

Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) Di Desa Landuh.. Kecamatan Rantau Kabupaten

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu kebijakan dari pemerintah yang dapat membantu mengurangi angka kemiskina yang ada di Indonesia, dimana dalam

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu kebijakan dari pemerintah yang dapat membantu mengurangi angka kemiskina yang ada di Indonesia, dimana dalam

Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH) menurut Kementerian Sosial (Kemsos) yaitu “untuk menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian KPM dalam mengakses layanan