• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Medan Johor"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Proposal Penelitian

Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan

(PKH)

Di Kecamatan Medan Johor

Disusun Oleh :

(060903015)

SUJI NOVANDA SARI

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Suji Novanda Sari NIM : 060903015

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Johor

Medan, Maret 2011

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara

Dra. Asima Yanty Siahaan, MA. PhD Drs. M. Husni Thamrin Nst, MSI NIP : 196401261988032002 NIP : 196401081991021001

Dekan FISIP USU

(3)

DAFTAR ISI

1.4Manfaat Penelitian……….. 10

1.5Kerangka Teori………. 11

1.5.1 Kebijakan Publik……… 12

1.5.2 Efektifitas………... 18

1.5.3 Kemiskinan………... 32

1.5.4 Program Keluarga Harapan (PKH)………….. 34

1.6Defenisi Konsep………... 44

BAB II METODOLOGI PENELITIAN……… 46

2.1 Bentuk Penelitian……… 46

2.2 Lokasi Penelitian………..……….. 46

2.3 Informan Penelitian………..……….. 47

2.4 Teknik Pengumpulan Data………. 48

2.5 Teknik Analisa Data………...………… 49

2.6 Penerapan Metode Penelitian di Lapangan……… 50

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN………... 52

3.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Medan Johor….. 52

3.1.1 Sejarah Terbentuknya kecamatan Medan Johor…. 52 3.1.2 Batas-batas dan Luas Wilayah………. 53

3.2 Kependudukan………. 54

3.3 Sarana dan Prasarana………. 58

(4)

BAB IV PENYAJIAN DATA……….. 69

4.1 Identitas Responden……….. 70

4.2 Data Kuesioner……..……… 74

BAB V ANALISA DATA……….... 97

5.1. Kebijakan Publik………..…… 97

5.2. Efektifitas………..……… 97

5.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas di Dalam Pelaksanaan PKH……… 101

BAB VI PENUTUP……… 107

6.1 Kesimpulan………. 107

6.2 Saran ………. 110

(5)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 : Data Kelurahan Yang Ada di Kecamatan Medan Johor……….. . 54

Tabel 2 : Jumlah Penerimaan Bantuan PKH di Kecamatan Medan Johor… 55 Tabel 3 : Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Suku… 56 Tabel 4: Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Mata Pencarian………..………. 57

Tabel 5: Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Fasilitas Umum Sosial……….…… 58

Tabel 6: Jumlah Data Permukiman di Kecamatan Medan Johor……….. 61

Tabel 7: Jumlah Sekolah di Kecamatan Medan Johor……….……….. 62

Tabel 8: Jumlah Kependudukan di Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Sarana Rumah Ibadah……….. 64

Tabel 9 : Jumlah Kependudukan Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Status Kewarganegaraan………. 65

Tabel 10 : Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 66

Tabel 11 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 70

Tabel 12 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia……… 70

Tabel 13 : Karakteristik Responden Berdasarkan Suku………..………. 71

Tabel 14 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan………. 71

Tabel 15 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan………. 72

Tabel 16 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga….. . 73

Tabel 17 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tujuan PKH……….. . 74

Tabel 18 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Darimana Mengetahui PKH.……….. 75

Tabel 19 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Tahapan Pelaksanaan PKH... 76

(6)

Peserta PKH……… 78 Tabel 22 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketepatan Waktu

Penyaluran Dana PKH………. 79 Tabel 23 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Penyaluran Dana PKH

Sesuai dengan Prosedur……… 80 Tabel 24 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian Penerimaan

PKH Bantuan……… 81 Tabel 25 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Pemotongan Dalam

Penyaluran Dana PKH……… 82 Tabel 26 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Terkait Manfaat PKH..…….… 84 Tabel 27 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Jumlah Dana PKH

Yang Diterima……….. 85 Tabel 28 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Dana PKH Ditunjukan

Bagi Kesehatan Balita, kesehatan ibu hamil, dan Pendidikan…………. 85 Tabel 29 : Distribusi Jawaban Responden Apakah Sudah Melaksanakan

Kewajiban Sebagai Perserta PKH……… 86 Tabel 31 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Penerimaan Sanksi

atau Hukuman Peserta PKH……… 88 Tabel 31 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Keluhan-Keluhan Dalam

Pelaksanaan PKH di Kecamatan Medan Johor……… 88 Tabel 32 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelaksana PKH sudah

Menjalankan Tugas dengan Baik……… 90 Tabel 33 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sosialisasi yang

Dilakukan Terkait PKH Di Kecamatan Medan Johor……… 90 Tabel 34 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kinerja Koordinator

(7)

Tanggung Jawabnya……… 93 Tabel 35 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Pada Saat

(8)

DAFTAR GAMBAR

HAL GAMBAR 1: Organisasi Pelaksanaan PKH………... 40 GAMBAR 2: Mekanisme PKH………. 43 GAMBAR 3: Pertemuan Sosialisasi PKH, dikelurahan Kwala Bekala

(9)

ABSTRAKSI

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN

Nama : Suji Novanda Sari NIM : 060903015

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Dra. Asima Yanty Siahaan, MA. PhD

Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial bagi keluarga rumah tangga sangat miskin (RTSM), pemerintah mengeluarkan sebuah Program Keluarga Harapan yaitu sebuah bantuan bersyarat sebagai jaminan sosial untuk mengakses kesehatan dan pendidikan yang mencakup kesehatan balita dan ibu hamil serta pendidikan bagi anak usia pendidikan dasar.

PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan di Indonesia diharapkan akan membantu penduduk termiskin, bagian masyarakat yang paling membutuhkan uluran tangan dari siapapun juga.

Efektifitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Medan Johor adalah suatu keadaan yang menunjukkan kinerja kegiatan pelaksanaan bantuan dana Program PKH untuk pencapaian tujuan ke masyarakat Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Medan Johor yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dengan kata lain kata efektifitas yang merupakan sejauh mana Panitia PKH melaksanakan tugas pokoknya atau sudah mencapai semua sasarannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Johor, untuk mengetahui tanggapan peserta penerima bantuan PKH, dan untuk mengetahui manfaat bagi penerima bantuan PKH .

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif .Teknik pengumpulan data melalui , wawancara kepada 3 orang informan kunci, penyebaran kuesioner kepada 20 orang informan utama dan studi kepustakaan.

Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dan kuesioner menunjukkan bahwa secara umum efektifitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Johor ini sudah berjalan dengan cukup baik. Ini dapat dilihat dari setiap tahapan proses

pelaksanaannya yang berjalan lancar.

Apabila diihat dari keadaan penerima bantuan PKH tersebut mereka menggunakannya untuk membantu kondisi sosial dan pendidikan anak-anak Rumah Tangga Sangat Miskin, membantu biaya kesehatan & gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6 tahun dari Rumah Tangga Sangat Miskin, serta menyadarkan peserta PKH akan pentingnya layanan pendidikan dan Posyandu.

(10)

ABSTRAKSI

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN

Nama : Suji Novanda Sari NIM : 060903015

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Dra. Asima Yanty Siahaan, MA. PhD

Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial bagi keluarga rumah tangga sangat miskin (RTSM), pemerintah mengeluarkan sebuah Program Keluarga Harapan yaitu sebuah bantuan bersyarat sebagai jaminan sosial untuk mengakses kesehatan dan pendidikan yang mencakup kesehatan balita dan ibu hamil serta pendidikan bagi anak usia pendidikan dasar.

PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan di Indonesia diharapkan akan membantu penduduk termiskin, bagian masyarakat yang paling membutuhkan uluran tangan dari siapapun juga.

Efektifitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Medan Johor adalah suatu keadaan yang menunjukkan kinerja kegiatan pelaksanaan bantuan dana Program PKH untuk pencapaian tujuan ke masyarakat Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Medan Johor yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dengan kata lain kata efektifitas yang merupakan sejauh mana Panitia PKH melaksanakan tugas pokoknya atau sudah mencapai semua sasarannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Johor, untuk mengetahui tanggapan peserta penerima bantuan PKH, dan untuk mengetahui manfaat bagi penerima bantuan PKH .

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif .Teknik pengumpulan data melalui , wawancara kepada 3 orang informan kunci, penyebaran kuesioner kepada 20 orang informan utama dan studi kepustakaan.

Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dan kuesioner menunjukkan bahwa secara umum efektifitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Johor ini sudah berjalan dengan cukup baik. Ini dapat dilihat dari setiap tahapan proses

pelaksanaannya yang berjalan lancar.

Apabila diihat dari keadaan penerima bantuan PKH tersebut mereka menggunakannya untuk membantu kondisi sosial dan pendidikan anak-anak Rumah Tangga Sangat Miskin, membantu biaya kesehatan & gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6 tahun dari Rumah Tangga Sangat Miskin, serta menyadarkan peserta PKH akan pentingnya layanan pendidikan dan Posyandu.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah utama pembangunan di Indonesia saat ini adalah masih besarnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran. Dalam sidang Kabinet Paripurna 13 Januari 2009, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat memaparkan Isu Strategis Kesejahteraan Rakyat. Salah satu isu yang memerlukan perhatian di tahun 2009 adalah Isu Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran. Isu penanggulangan kemiskinan dan pengurangan pengangguran menjadi isu yang utama dan sangat penting karena pada tahun 2008 jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup banyak, yakni 34,96 juta jiwa (15,4%), sementara itu jumlah pengangguran pada tahun 2008 sebanyak 9,43

jiwa (8,46%).

Meskipun penanggulangan kemiskinan senantiasa diprioritaskan dalam pembangunan, namun target penurunan angka kemiskinan maupun pengangguran sebagaimana tercantum dalam RPJM 2004-2009 masih sulit dicapai. Kenaikan harga minyak dunia selama tahun 2005 yang mengharuskan pemerintah menerapkan kebijakan pengurangan subsidi BBM memicu tingginya inflasi yang kemudian menyebabkan bertambahnya penduduk miskin.

(12)

yang rumit, kemiskinan menjadi suatu problema sosial karena sikap yang membenci kemiskinan.

Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara memang perlu dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan, membuat banyak masyarakat Indonesia mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Persoalan kemiskinan ini lebih dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja. Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Sunyoto (2004:128) pada tingkat masyarakat, kemiskinan terutama ditujukan oleh tidak terintegrasinya kaum miskin dengan institusi-institusi masyarakat secara efektif. Mereka seringkali memperoleh perlakuan sebagai objek yang perlu digarap daripada sebagai subjek yang perlu diberi peluang untuk berkembang.

Menurut Chambers dalam Soetomo (2006:285) menyatakan bahwa kondisi kemiskinan yang dialami suatu masyarakat seringkali telah berkembang dan bertali-temali dengan berbagai faktor lain yang membentuk jaringan kemiskinan yang dalam proses berikutnya dapat memperteguh kondisi kemiskinan itu sendiri. Faktor-faktor yang diidentifikasi membentuk jaringan atau perangkap kemiskinan tersebut adalah: kelemahan fisik, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan.

(13)

tingkat kemampuan yang rendah dalam menghadapi kebutuhan dan persoalan mendadak. Faktor ketidakberdayaan terkait dengan akses dalam pengambilan keputusan, akses terhadap penguasaan sumber daya dan posisi tawar (bargaining position).

Belum lagi ketika meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri sejalan naiknya harga minyak dunia, yang berlanjut pada krisis pangan dan gejolak ekonomi global telah memberi andil terhadap tingginya angka penduduk miskin di Indonesia. Tingginya angka penduduk miskin akan menyebabkan terjadinya penurunan sumber daya manusia dan menjadikan semakin lemahnya daya saing bangsa.

Kemiskinan pada dasarnya bukan hanya permasalahan ekonomi tetapi lebih bersifat multidimensional dengan akar permasalahan terletak pada sistem ekonomi dan politik bangsa. Dimana kebijakan yang ditetapkan pemerintah terkadang malah membuat hidup masyarakat makin terasa sulit dari segi ekonomi khususnya, sehingga mereka tidak memiliki akses yang memadai dalam kehidupan sehari-hari. Yang sering terjadi ketika kelompok masyarakat hidup dalam bayang-bayang kemiskinan, mereka menjadi terpinggirkan, bahkan terabaikan.

(14)

sekolah karena harus bekerja membantu mencari nafkah. Tidak adanya intervensi kebijakan untuk perbaikan pendidikan, kesehatan dan nutrisi keluarga miskin akan mengakibatkan kualitas generasi penerus keluarga miskin selalu rendah dan akhirnya senantiasa terjerat pada lingkaran setan kemiskinan.

Upaya penanggulangan kemiskinan harus senantiasa didasarkan pada penentuan garis kemiskinan yang tepat, dan pada pemahaman yang jelas mengenai sebab-sebab timbulnya persoalan tersebut. Setiap upaya penanggulangan kemiskinan yang mengabaikan kedua hal tersebut tidak hanya cenderung tidak efektif, tetapi pada tempatnya dicurigai sebagai retorika belaka (Baswir, 1999:18).

Menyikapi fenomena tersebut, pemerintah Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa terdapat kebutuhan untuk membangun Program Jaringan Pengaman sosial untuk menutupi penurunan daya beli mayoritas penduduk masyarakat yang tergolong miskin dan membantu secara langsung masyarakat yang membutuhkan. Misalnya saja program pendidikan perlindungan sosial adalah untuk memelihara jasa pelayanan kepada keluarga miskin dengan pembebasan terhadap pembayaran uang sekolah. Dalam sektor kesehatan, program jaringan pengaman sosial mencakup empat aktifitas utama, yaitu: memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin, memberikan bantuan pelayanan kehamilan, kelahiran, dan pengasuhan anak. Juga memberikan makanan tambahan bagi bayi serta bagi anak sekolah dari keluarga miskin (Soemitro, 2002:31).

(15)

telah dilaksanakan program Jaringan Pengaman Sosial (JPS) yang dirancang khusus untuk membantu masyarakat miskin. Dalam upaya mengurangi kemiskinan perlu dilakukan pendekatan kemanusiaan yang menekankan pemenuhan kebutuhan dasar, pendekatan kesejahteraan melalui peningkatan pendekatan usaha ekonomi produktif, serta penyediaan jaminan sosial dan perlindungan. Pengentasan kemiskinan perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu yang melibatkan semua pihak baik Pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, maupun masyarakat miskin sendiri agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi perbaikan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin.

Dalam buku pedoman Umum PKH 2008 menyebutkan bahwa tingkat kemiskinan suatu rumah tangga secara umum terkait dengan tingkat pendidikan dan kesehatan. Rendahnya penghasilan keluarga sangat miskin menyebabkan keluarga tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, untuk tingkat minimal sekalipun. Pemeliharaan kesehatan ibu sedang mengandung pada keluarga sangat miskin sering tidak memadahi sehingga sehingga menyebabkan buruknya kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan atau bahkan kematian bayi. Angka kematian bayi pada kelompok penduduk berpendapatan terendah pada tahun 2003 adalah 61 persen. Angka kematian ibu di Indonesia juga tinggi, yaitu sekitar 310 wanita per 100 ribu kelahiran hidup, atau tertinggi di Asia Tenggara.

(16)

tahun. Pada tahun 2003, angka kematian balita pada kelompok penduduk berpendapatan terendah adalah 77 persen per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2002-2005, terdapat kecenderungan bertambahnya kasus gizi kurang yang meningkat dari 24,5 persen pada tahun 2000 menjadi 29 persen pada tahun 2005.

Gizi kurang berdampak buruk pada produktivitas dan daya tahan tubuh seseorang sehingga menyebabkan terperangkap dalam siklus kesehatan yang buruk. Seringnya tidak masuk sekolah karena sakit dapat menyebabkan anak putus sekolah atau setidaknya kurang berprestasi di sekolah. Ada juga sebagian dari anak-anak keluarga sangat miskin sama sekali tidak pernah mengenyam bangku sekolah karena harus membantu mencari nafkah. Meskipun angka partisipasi sekolah dasar tinggi, namun masih banyak anak keluarga miskin yang putus sekolah atau tidak melanjutkan ke SMP/MTs.

Masih banyaknya keluarga miskin yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar pendidikan dan kesehatan disebabkan oleh akar permasalahan yang terjadi baik pada sisi demand maupun sisi pelayanan (supply). Pada sisi demand, alasan terbesar untuk tidak

melanjutkan sekolah ialah karena tidak adanya biaya, bekerja untuk mencari nafkah, dan alasan lainnya. Demikian halnya untuk kesehatan, keluarga miskin tidak mampu membiayai pemeliharaan atau perawatan kesehatan bagi angggota keluarganya akibat rendahnya tingkat pendapatan.

(17)

Dengan memperhatikan kondisi yang seperti di atas, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan program yang merupakan penegembangan sistem perlindungan sosial yang dapat meringankan dan membantu rumah tangga sangat miskin dalam hal mendapatkan akses pelayanan kesehatan dan Pendidikan Dasar dengan harapan program ini akan dapat mengurangi kemiskinan di negara kita. Dengan demikian, dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengembangan sistem jaminan sosial, pemerintah meluncurkan Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan utama pembangunan yaitu masih besarnya jumlah penduduk miskin serta rendahnya kualitas SDM.

PKH adalah asistensi sosial kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memenuhi kualifikasi tertentu (RTM kronis, rentan terhadap goncangan) dengan memberlakukan persyaratan tertentu yang dapat mengubah prilaku individu maupun masyarakat. PKH sebagai perlindungan sosial merupakan upaya dalam mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat yang tidak memiliki kekuatan, sehingga diperlukan penguatan atau pemberdayaan agar warga tersebut memiliki daya untuk keluar dari lingkaran kemiskinannya. ).

(18)

mengakses pendidikan dan kesehatan secara layak. (http//www.pkh.depsos.go.id. di akses tanggal 20-09-2010)

Dan khusus untuk Kota Medan, ada 11 Kecamatan yang telah memberlakukan Program Keluarga Harapan ini. Salah satunya adalah Kecamatan Medan Johor. Dengan adanya kucuran bantuan Program Keluarga Harapan ini diharapkan sedikit banyak dapat mengurangi beban rumah tangga sangat miskin yang menjadi penerima PKH di Kecamatan Medan Johor dalam mengakses pelayanan dasar tersebut.

Dan berdasarkan dari paparan di atas, penulis merasa tertarik untuk melihat efektifitas pelaksanaan PKH secara langsung di lapangan yang meliputi proses tahapan, permasalahan hingga hasil dan manfaat yang dapat dirasakan masyarakat miskin tersebut. Oleh karena itu penulis mengangkatnya dalam sebuah penelitian yang berjudul “Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Johor.”

I.2 Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Johor”

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

(19)

2. Untuk mengetahui komitmen peserta PKH sebagai penerima bantuan PKH di Kecamatan Medan Johor.

3. Untuk mengetahui manfaat bagi penerima bantuan PKH.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara subyektif. Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun berbagai kajian literature untuk menjadikan suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah kepustakaan pendidikan.

2. Secara praktis. Dalam hal ini memberikan data dan informasi yang berguna bagi semua kalangan terutama bagi mereka yang secara serius mengamati jalannya pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) serta dapat dijadikan sebagai kontribusi terhadap pemecahan permasalahan yang terkait dengan program tersebut. 3. Secara akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara

langsung maupun tidak bagi kepustakaan departemen Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk mengeksplorasi kembali kajian tentang program Keluarga Harapan ini.

I.5 Kerangka Teori

(20)

penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error) landasan teoritis (Sugiyono, 2006:55).

Menurut Hoy dan Miskel dalam Sugiyono (2006:55) teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam organisasi. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut

mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya.

1.5.1. Kebijakan Publik

Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan (2003:1) berpendapat bahwa kebijakan publik adalah adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Dalam kenyataannya kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalah-masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa Kebijakan Publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.

(21)

Menurut Charles O. Jones dalam Winarno (2007:16) istilah kebijakan (policy term) digunakan dalam praktek sehari-hari namun digunakan untuk menggantikan kegiatan atau putusan yang sangat berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan dengan tujuan (goals), program, keputusan (decisions), standard, proposal, dan grand design. Namun demikian, meskipun kebijakan publik mungkin kelihatannya sedikit abstrak atau mungkin dapat dipandang sebagai sesuatu yang terjadi terhadap seseorang.

Sedangkan menurut Woll dalam Tangkilisan (2003:2) kebijakan publik adalah sejumlah aktifitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah yaitu:

a. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat.

b. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat.

(22)

pertama, ialah pendapat para ahli yang mengidentikkan kebijakan publik dengan tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah. Beranggapan bahwa semua tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah pada dasarnya disebut sebagai kebijakan publik.

R.S Parker dalam Wahab (2008:51), menyatakan bahwa kebijakan publik adalah suatu tujuan tertentu, atau serangkaian asas tertentu, atau tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya dengan suatu subjek atau sebagai respon terhadap keadaan yang kritis. Sedangkan Thomas R. dye merumuskan kebijakan publik sebagai semua pilihan atau tindakan yang dilakukan pemerintah. Dalam hal ini Dye beranggapan bahwa kebijakan publik itu menyangkut pilihan-pilihan apapun yang dilakukan oleh pemerintah, baik untuk melakukan sesuatu ataupun untuk tidak berbuat sesuatu.

Pandangan yang kedua, ialah pendapat para ahli melihat kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan yang mempunyai tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran tertentu dan mempunyai dampak dan akibat- akibat yang diramalkan (predictable), atau dapat diantisipasikan sebelumnya. Seperti apa yang dikemukakan Nakamura dan Smal Wood dalam Wahab (2008:52), bahwa kebijakan publik adalah serentetan instruksi/perintah dari para pembuat kebijakan yang ditujukan kepada para pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan-tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Namun pada hakekatnya, bahwa pendefinisian kebijakan tetap harus mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan daripada apa yang diusulkan dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu.

(23)

seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan. Konsep kebijakan publik ini kemudian mempunyai beberapa implikasi, yakni:

a. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

b. Kebijakan publik itu berisi tindakan-tindakan pemerintah.

c. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan.

d. Kebijakan pemerintah tersebut didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

Dalam memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapi kebijakan publik, Dunn dalam Tangkilisan (2003:6) mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus dilakukan, yaitu:

1. Agenda Setting (agenda kebijakan)

Tahap penetapan agenda kebijakan ini adalah penentuan masalah publik yang akan dipecahkan, dengan memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah. Dalam hal ini isu kebijakan dapat berkembang menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi syarat, seperti: memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat, dan tersedianya teknologi dan dana untuk menyelesaikan masalah publik tersebut.

2. Policy Formulation (formulasi kebijakan)

(24)

pada posisi tidak menentu dengan informasi yang serba terbatas. Pada tahap ini diidentifikasi kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan melalui prosedur forecasting untuk memecahkan masalah yang didalamnya terkandung konsekuensi

dari setiap pilihan kebijakan yang akan dipilih. 3. Policy Adoption (adopsi kebijakan)

Merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan yang akan dilakukan. Terdapat di dalamnya beberapa hal yaitu identifikasi alternative kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang diinginkan dan juga mengidentifikasi alternative-alternative dengan menggunakan kriteria-kriteria yang relevan agar efek positif alternative kebijakan lebih besar daripada efek negative yang akan terjadi.

4. Policy Assesment (evaluasi kebijakan)

(25)

Menurut Robert Eyestone dalam Winarno (2007:17), kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya.

1.5.2 Efektifitas

1.5.2.1 Pengertian Efektifitas

Dalam setiap organisasi, efektifitas merupakan hal yang sangat penting dalam pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain, suatu akktifitas yang dikatakan efektif apa bila sudah tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditentukan secara sederhana dapat dikatakan efektifitas kerja berarti penyelesaian suatu pekerjaan tetap pada waktunya yang telah ditetapkan, atau bisa dikatakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

The Liang Gie (1981:108) mengatakan efektifitas itu adalah suatu kegiatan yang mengandung pengertian tentang terjadinya sesuatu akibat yang dikehendaki. Bila sasaran dan tujuan telah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya maka hal itu disebut efektif. Begitu juga sebaliknya jika tujuan dan sasaran itu tidak tercapai atau tidak sesuai dengan yang direncanakan maka pekerjaan itu tidak efektif.

Menurut Emerson dalam Strees (1995:48) efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan sebelumnya. Jelaslah sasaran dan tujuan hal tercapai sesuai dengan sasaran yang direncanakan, hal ini dikatakan efektif jadi apabila tujuan dan sasaran tidak sesuai dengan yang telah ditentukan maka pekerjaan itu dikatakan efektif.

(26)

ditentukan secara sederhana dapat dikatakan efektifitas kerja berarti penyelesaian suatu pekerjaan tetap pada waktunya yang telah ditetapkan, atau bisa dikatakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

The Liang Gie (1981:108) mengatakan efektifitas itu adalah suatu kegiatan yang mengandung pengertian tentang terjadinya sesuatu akibat yang dikehendaki. Bila sasaran dan tujuan telah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya maka hal itu disebut efektif. Begitu juga sebaliknya jika tujuan dan sasaran itu tidak tercapai atau tidak sesuai dengan yang direncanakan maka pekerjaan itu tidak efektif.

Menurut Emerson dalam Strees (1995:48) efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan sebelumnya. Jelaslah sasaran dan tujuan hal tercapai sesuai dengan sasaran yang direncanakan, hal ini dikatakan efektif jadi apabila tujuan dan sasaran tidak sesuai dengan yang telah ditentukan maka pekerjaan itu dikatakan efektif.

Menurut Stoner dalam Tangkilisan (2000:138) yang menekankan pentingnya efektifitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi, dan efektifitas adalah kunci dari suatu kesuksesan suatu hasil dari suatu pekerjaan agar dapat diperoleh hasil pekerjaan secara maksimal.

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, ada empat hal yang merupakan unsur-unsur efektifitas yaitu sebagai berikut:

1. Pencapaian tujuan, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

(27)

3. Manfaat, sesuatu yang dikatakan efektif apabila tujuan itu memberikan manfaat bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.

4. Hasil, sesuatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu memberikan hasil.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan efektifitas adalah tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Adanya ketentuan waktu dalam memberikan pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan padanya.

Dalam setiap organisasi, efektifitas merupakan unsur yang sangat penting dalam pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya agar dapat meringankan beban masyarakat yang tergolong Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Dalam bidang Pendidikan dan kesehatan. Dengan kata lain, suatu aktifitas dikatakan efektif apabila tercapai tujuan atau sarana yang telah di tetapkan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa efektifitas kerja berarti penyelesaian suatu pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan, atau juga bisa dikatakan sesuai dengan rencana yang telah di susun. Dalam hal ini dituntut juga ketepatan waktu dalam pencairan dana yang telah ditetapkan atau yang sudah dijadwalkan. Dikatakan efektif suatu program apabila memberikan hasil kepada masyarakat

(28)

dukung oleh pendapat Steers (1985:46) yang mengatakan bahwa efektifitas adalah sejauh mana organisasi melaksanakan tugas pokoknya atau mencapai semi sasarannya.

Lain halnya dengan pendapat Sondang P. Siagian yang menyatakan bahwa efektifitas tidak hanya di pandang dari segi pencapaian tujuan tetapi juga dari segi ketepatan waktu dalam mencapai tujuan tersebut. Lebih rinci Sondang P. Siagian (2000:171) mengatakan bahwa efektifitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah di tetapkan sebelumnya tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan kegiatan. Secara rinci dapat dikatakan bahwa aktifitas seseorang atau organisasi dapat dikatakan efektif apabila aktifitas atau perbuatan tersebut menimbulkan akibat sebagaimana yang dihendaki atau direncanakan.

1.5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas

Steers (1985:209) mengidentifikasi ada empat rangkaian variabel yang berhubungan dengan efektifitas, yaitu:

1. Ciri Organisasi

Struktur dan teknologi organisasi dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektifitas, dengan berbagai cara. Mengenai struktur, ditemukan bahwa meningkatnya produktivitas dan efisiensi sering merupakan hasil dari meningkatnya spesialisasi fungsi, ukuran organisasi, sentralisasi pengmbilan keputusan, dan formalisasi.

(29)

dipelancar bila susunan sruktur sumber daya organisasi sedemikian rupa, sehingga paling cocok untuk menangani teknologi yang dipakai.

2. Ciri lingkungan

Di samping kiri organisasi lingkunan luar dan dalam juga telah dinyatakan berpengaruh atas efektifitas. Keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat bergantung pada tiga variabel kunci:

a. Tingkat keterdugaan lingkungan,

b. Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan, c. Tingkat rasionalisasi organisasi.

Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan semakin tepat tanggapannya, makin berhasil adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.

3. Ciri kerja

Faktor pengaruh penting yang ketiga atas efektifitas adalah para pekerja itu sendiri. Pada kenyataan, para anggota organisasi mungkin merupakan faktor pengaruh yang paling penting atas efektifitas karena prilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memeperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi.

(30)

manapun prestasi kerja akan meningkat. Di pihak lain, jika para pegawai dihadapkan pada situasi dimana tujuan pribadi mereka bertentangan dengan sarana organisasi, usaha para pekerja akan diboroskan dengan mudah dengan akibat jumlah energi yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan efektifitas berkurang.

4.Kebijakan dan Praktek Manajemen

Terdapat beberapa mekanisme khusus untuk meningkatkan efektifitas organisasi yaitu meliputi penetapan tujuan strategi, pemanfaatan sumberdaya secara efisien, struktur birokrasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambil keputusan, serta penyuluhan dan inovasi pembangunan.

Berdasarkan sifatnya, organisasi cenderung dalam kesatuan yang komplit, yang berusaha mengalokasikan sumber dayanya secara rasional demi tercapainya tujuan. Makin rasional suatu organisasi, makin besar kemajuan yang diperoleh kearah tujuan, maka organisasi makin efektif pula. Dengan demikian efektifitas dipandang sebagai tujuan akhir oleh sebagian besar organisasi, setidaknya secara teoritis (Steers, 1985:2). Sebagai tujuan efektiftas sangat perlu dicapai oleh setiap organisasi.

a. Tujuan Strategi

(31)

Dari perspektif yang pertama, strategi adalah “program yang luas untuk mendefenisikan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya”. Kata “program” dalam defenisi ini menyiratkan adanya peranan peran yang aktif, yang didasari, dan yang rasional, yang dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasi/perusahaan.

Dari perspektif yang ke dua, strategi adalah “pola tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkunganya sepanjang waktu.” Dalam definisi ini, setiap organisasi mempunyai suatu strategi, walaupun tidak harus selalu efektif, sekalipun strategi itu tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Artinya setiap organisasi mempunyai hubungan dengan lingkungannya yang dapat diamati dan dijelaskan. Pandangan seperti ini mencakup organisasi di mana perilaku para manajernya adalah reaktif, artinya para manajer menanggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan hanya jika mereka merasa perlu untuk melakukannya.

b. Pemanfaatan sumberdaya secara efisien,

(32)

Sistem atau teknik dalam bidang sumberdaya manusia yang diyakini akan mendorong tenaga tenaga kerja untuk meningkatkan prestasi kerjanya yang tiada lain adalah “Sistem Manajemen Kinerja”

Definisi manajemen Kinerja menurut Achmad (2001:6) Manajemen Kinerja adalah memanajemeni prestasi kerja karyawan, berkaitan dengan usaha, kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi (perusahaan) untuk “merencanakan,

mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan.”

Menurut Stephen (2001:319), system manajemen kinerja yaitu proses penetapan standar kinerja dan penilaian kinerja karyawan untuk menghasilkan keputusan sumber daya manusia yang obyektif dan juga memberikan dokumentasi untuk mendukung keputusan itu. Penilaian kinerja tersebut merupakan bagian penting dari system manajemen kinerja.

Sedangkan menurut Van Meter dan van Horn dalam Subarsono (2005:99) menyatakan bahwa ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan yakni:

1) Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standardan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen pelaksana.

2) Sumber Daya

Pelaksanaan kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.

(33)

Dalam pelaksanaan program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4) Karakteristik agen pelaksanaan

Agar pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi pelaksanaan suatu program.

5) Kondisi sosial, ekonomi dan politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi pelaksanaan kebijakan, karakteristik para partisipan yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung pelaksanaan kebijakan.

6) Disposisi Pelaksana

Disposisi pelaksana ini mencakup tiga hal, yakni (a) respon pelaksana terhadap kebijakan, yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi pelaksana, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh pelaksana.

c. Struktur Birokrasi

(34)

procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi pelaksana dalam bertindak. Selain itu

struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Dan pada akhirnya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

d. Proses Komunikasi

Persyaratan pertama bagi pelaksanaan kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan dan perintah-perintah tersebut dapat diikuti. Tentu saja, komunikasi harus akurat dan harus dimengeti dengan cermat. Secara umum Edwards membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan yakni transmisi, konsistensi dan kejelasan. Transmisi artinya sebelum pejabat dapat melaksanakan suatu keputusan ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. Kejelasan; jika kebijakan sebagaimana yang dinginkan, maka petunjuk pelaksana tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana, tetapi juga komunikasi kebijakan harus jelas. Ketidakjelasan pesan komunikasi yang disampaikan berkenaan dengan pelaksana kebijakan akan mendorong terjadinya interpretasi yang salah bahkan mungkin bertentangan dengan makna pesan awal. Konsistensi, artinya bahwa jika pelaksanaan kebijakan ingin berlangsung efektif, maka

(35)

e. Kepemimpinan dan Pengambil Keputusan,

Pengertian kepemimpinan menurut Robbins (2000:131), “Leadership is the ability to influence a group toward the achievement of goals.” Kepemimpinan merupakan kemampuan

untuk memepengaruhi sebuah kelompok agar melalui kelompok tersebut dapat tercapai tujuan yang diinginkan. Mengacu pada pengertian tersebut, maka kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan seseorang yang dalam hal ini adalah pemimpin, untuk dapat mempengaruhi orang-orang atau individu-individu dalam sebuah kelompok agar bersedia berbuat atau bekerja untuk tercapainya tujuan.

f. Penyuluhan dan inovasi pembangunan

Ahli informasi pembangunan melalui penyuluhan menghasilkan perubahan tatanan sosial yang memerlukan kesesuaian antara perubahan dan inovasi penyebab perubahan dalam subsistem teknologi dan subsistem struktur dan tata nilai. Masyarakat atau kelompok masyarakat memegang peran kunci dalam proses ahli informasi tersebut.

Menurut Slamet (1994:184) bahwa kriteria keberhasilan penyuluhan pembangunan dari sudut khalayak sasaran penyuluhan dicirikan oleh hal-hal berikut:

- Adanya unsur pemahaman, kepedulian, dan kemampuan masyarakat dalam menyeleksi dan menerapkan beragam inovasi pembangunan,

- Komitmen dan kesepakatan aktif untuk meningkatkan kesuksesan beragam dimensi program pembangunan

(36)

Keberhasilan gerak para pelaku penyuluhan pembangunan dicirikan oleh hal-hal berikut:

- Citra positif pelaku penyuluhan pembangunan di mata masyarakat dengan cara memberikan kemudahan pelayanan penyuluhan

- Penyampaian informasi pembangunan yang lengkap dan benar dan benar berkenaan dengan prioritas utama pada kepentingan khalayak sasaran penyuluhan - Perluasan jangkauan informasi, dan pemantapan kelembagaan masyarakat dengan

memperhatikan aspek kebudayaan setempat.

1.5.3 Kemiskinan

Menurut Nurwidiastuti dalam Daulay (2009:10) mengatakan bahwa miskin adalah seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu.

Menurut Sajogyo (2000:43) Dalam penggolongan kemiskinan ada tiga tipe yang berdasarkan pendapatan yang diperoleh setiap orang dalam setiap bulan, yaitu:

1. Miskin

Orang miskin adalah orang yang berpenghasilan kalau diwujudkan dalam bentuk beras yakni 320-480 Kg/orang/tahun. Jumlah ini dianggap cukup untuk memenui kebutuhan makan minum (1900 kalori/orang/hari dan 40 gram protein/orang/hari).

(37)

Orang yang dikatakan sangat miskin adalah orang berpenghasilan kalau diwujudkan dalam bentuk beras yakni 240-320 kg/orang/tahun.

3. Termiskin

Orang termiskin adalah orang berpenghasilan kalau diwujudkan dalam bentuk beras antara 180-240 kg/orang/tahun.

Pada masyarakat sangat miskin terkait dengan tingkat pendidikan, kesehatan, dan nutrisi. Apabila bila ia bekerja dengan upah yang sangat minim, dibawah UMR (upah minimum rakyat), yang mengakibatkan jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah tindakan kekerasan dan kejahatan. Yang mengakibatkan masalah menjadi kompleks yang tidak mudah diatasi, namun dengan pendekatan yang tepat kemiskinan akan lebih mudah ditangani.

Menurut Ginanjar (1996:240) ada 4 faktor penyebab kemiskinan, faktor-faktor tersebut antara lain ialah:

a. Rendahnya taraf pendidikan, b. Rendahnya taraf kesehatan, c. Terbatasnya lapangan pekerjaan, d. Kondisi keterisolasian.

(38)

meningkatkan produktivitas. Mereka tidak memiliki aset produksi karena mereka miskin, akibatnya mereka terjerat dalam lingkungan kemiskinan tanpa ujung dan pangkal.

1.5.4 Program Keluarga Harapan (PKH) 1.5.3.1 Pengertian Program Keluarga Harapan

Program keluarga harapan adalah merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan yang memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga sangat miskin (RTSM), yaitu program pemerintah yang tertuang dalam RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) Tahun 2005 s/d 2025 (Undang Undang N0. 17 tahun 2007). Sebagai imbalannya RTSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.

Program Keluarga Harapan (PKH) diluncurkan Presiden SBY di Gorontalo Juli 2007. Pada tahap awal dilaksanakan di tujuh provinsi melibatkan 500.000 kepada rumah tangga yang sangat miskin (RTSM). Tujuh provinsi yaitu: Gorontalo, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Tahun 2007 merupakan tahap awal pengembangan program atau tahap uji coba. Tujuan uji coba adalah untuk menguji berbagai instrumen yang diperiukan dalam pelaksanaan PKH, seperti antara lain metode penentuan sasaran, verifikasi persyaratan, mekanisme pembayaran, dan pengaduan masyarakat.

Apabila tahap uji coba ini berhasil, maka PKH akan dilaksanakan setidaknya sampai dengan tahun 2015. Hal ini sejalan dengan komitmen pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), mengingat sebagian indikatornya juga diupayakan melalui PKH. Selama

(39)

Pada tahun 2008, ditambah lagi menjadi 13 provinsi. Enam tambahan itu adalah: Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Selatan. PKH sudah dilaksanakan di 72 kabupaten di 13 provinsi, dengan penerima 700 ribu RTSM pada tahun 2008.

Anggarannya berasal dari APBN dimana kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah. Oleh sebab itu akan segera dibentuk Tim Pengendali PKH dalam TKPK agar terjadi koordinasi dan sinergi yang baik.

1.5.3.2 Tujuan Program Keluarga Harapan

Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target MDGs. Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas:

(1) Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM;

(2) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM;

(3) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6 tahun dari RTSM;

(40)

1.5.3.3 Sasaran Penerima Program Keluarga Harapan

Sasaran atau Penerima bantuan PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas dan berada pada lokasi terpilih. Penerima bantuan adalah lbu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (jika tidak ada lbu maka: nenek, tante/bibi, atau kakak perempuan dapat menjadi penerima bantuan). Jadi, pada kartu kepesertaan PKH pun akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Untuk itu, orang yang harus dan berhak mengambil pembayaran adalah orang yang namanya tercantum di Kartu PKH.

Calon Penerima terpilih harus menandatangani persetujuan bahwa selama mereka menerima bantuan, mereka akan:

1) Menyekolahkan anak 7-15 tahun serta anak usia 16-18 tahun namun belum selesai pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar;

2) Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi anak;

3) Untuk ibu hamil, harus memeriksakan kesehatan diri dan janinnya ke fasilitas

kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi lbu Hamil.

(41)

preventif (pencegahan, dan bukan pengobatan). Meliputi misalnya anak usia 0-11 bulan harus mendapat imunisasi lengkap dan di timbang berat badannya secara rutin setiap bulan, anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun. Sedangkan bagi ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak empat kali dan ketika melahirkan harus di tolong oleh tenaga kesehatan dan beberapa ketentuan lainnya.

Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin. Anak penerima PKH Pendidikan yang berusia 7-18 tahun dan belum menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun harus mendaftarkan diri di sekolah formal atau non formal serta hadir sekurang-kurangnya 85% waktu tatap muka dalam sebulan.

Setiap anak peserta PKH berhak menerima bantuan selain PKH, baik itu program nasional maupun lokal. Bantuan PKH bukanlah pengganti program-program lainnya karenanya tidak cukup membantu pengeluaran lainnya seperti seragam, buku dan sebagainya. PKH merupakan bantuan agar orang tua dapat mengirim anak-anak ke sekolah.

1.5.3.4 Besar Bantuan PKH

(42)

Skenario Bantuan Bantuan per RTSM per tahun

Bantuan tetap Rp. 200.000

Bantuan bagi RTSM yang memiliki:

a. Anak usia di bawah 6 tahun Rp. 800.000

b. Ibu hamil/menyusui

c. Anak usia SD/MI

d. Anak usia SMP/MTs

Rata-rata bantuan per RTSM

Bantuan minimum per RTSM

Bantuan maksimum per RTSM

Rp. 800.000

Rp. 400.000

Rp. 800.000

Rp. 1.390.000

Rp. 600.000

Rp. 2.200.000

(43)

1.5.3.5 Pengorganisasian Gambar 1

1. Organisasi Pelaksana PKH

PKH dilaksanakan oleh UPPKH Pusat, UPPKH Kabupaten/Kota dan Pendamping PKH. Masing-masing pelaksana memegang peran penting dalam menjamin keberhasilan PKH. Mereka adalah:

UPPKH Pusat (Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Pusat) merupakan badan yang merancang dan mengelola persiapan dan pelaksanaan program. UPPKH Pusat juga melakukan pengawasan perkembangan yang terjadi di tingkat daerah serta menyediakan bantuan yang dibutuhkan.

UPPKH Kab/Kota (Unit Pelaksana Program Keluaraga Harapan Kab/Kota)- Pelaksanakan program dan memastikan bahwa alur informasi yang diterima dari kecamatan

UPPKH PUSAT

- MERANCANG

(44)

ke pusat dapat berjalan dengan baik dan lancar. UPPKH Kab/Kota juga berperan dalam mengelola dan mengawasi kinerja pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan.

Pendamping - merupakan pihak kunci yang menjembatani penerima manfaat dengan pihakpihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan maupun dengan program di tingkat kabupaten/kota. Tugas Pendamping termasuk didalamnya melakukan sosialisasi, pengawasan dan mendampingi para penerima manfaat dalam memenuhi komitmennya. Jumlah pendamping disesuaikan dengan jumlah peserta PKH yang terdaftar di setiap kecamatan. Sebagai acuan, setiap pendamping mendampingi kurang lebih 375 RTSM peserta PKH. Selanjutnya tiap-tiap 3-4 pendamping akan dikelola oleh satu koordinator pendamping. Pendamping menghabiskan sebagian besar waktunya dengan melakuka n kegiatan di lapangan, yaitu mengadakan pertemuan dengan Ketua Kelompok, berkunjung dan berdiskusi dengan petugas pemberi pelayanan kesehatan, pendidikan, pemuka daerah maupun dengan peserta itu sendiri.

(45)

Mekanisme Pelaksanaan PKH

Gambar 2

PKH Meraih Keluarga Sejahtera

BPS SURVEY Anak Usia 0-6 thn

3 thn

Sumber: Buku Pedoman Umum PKH

Kunjungan sesuai

CALON PESERTA PESERTA

BPS SURVEY

- Hadir di pertemuan awal dan atau

- Menandatangani surat

perjanjian patuh pada

2. Perbaikan data RTSM.

3. Persetujuan memenuhi ketentuan PKH.

4. Undangan untuk memenuhi pertemuan awal oleh PT. POS.

(46)

Dari gambar di atas, BPS mendata masyarakat Kecamatan Medan Johor yang berhak memperoleh mendapatkan PKH untuk menjadi peserta penerima bantuan PKH dengan kriteria sangat miskin dan terdapat ibu hamil, balita dan pendidikan 9 tahun. Kemudian diadakan pertemuan awal oleh PT. POS di kordinasikan oleh UPPKH Kecamatan Medan Johor dengan mengundang petugas puskesmas dan sekolah di Kecamatan tersebut. Peserta menandatangai surat perjanjian patuh pada komitmen. Tujuan pertemuan awal adalah menginformasikan dan menjelaskan tujuan, ketentuan, mekanisme, sangsi, serta hak dan kewajiban peserta PKH.

Kemudian dilakukan pembayaran pertama sebagai kunjungan awal yaitu pertama dengan mencatat status, kedua info tentang jadwal kunjungan berikut. Apabila kunjungan sesuai jadwal yang telah ditentukan maka pembayaran berikutnya tiap tiga bulan penuh, dan apabila kunjungan tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan maka dikurangi. Apabila peserta tersebut selama menjadi penerima bantuan PKH tidak pernah melanggar komitmen yang telah disetujui, maka jaminan sebagai peserta PKH diberikan selama 3 tahun.

I.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:37). Agar memperoleh batasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep sebaga berikut:

(47)

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah sebuah program jaminan sosial berupa bantuan tunai bersyarat dari pemerintah. Program tersebut memiliki ketentuan serta hak dan kewajiban bagi penerima bantuan program tersebut. Program Keluarga Harapan sebagai upaya pemerintah untuk membantu rumah tangga sangat miskin dalam memperoleh akses pelayanan dasar yaitu pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan.

(48)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:64) bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat.

Berdasarkan pemahaman di atas, penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian untuk mencoba menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.

II.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Medan Johor Kota Medan.

II.3 Informan penelitian

(49)

ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seorang yang benar-benar mengetahui sesuatu persoalan atau permasalahan tertentu yang dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pertanyaan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan atau permasalahan.

Dalam (Moleong, 2006:132), informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi tentang latar penelitian.

Menurut Suyanto (2005: 172) informan dapat dikatakan sebagai berikut: 1) Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian; 2) Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti; 3) Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 3 (tiga) orang informan kunci dan 20 (dua puluh) orang informan utama, yaitu sebagai berikut:

1. Informan Kunci (Key Informan) meliputi:

a. Pendamping PKH Kecamatan Medan Johor 1 orang b. Kepala seksi kesejahteraan sosial Kecamatan Medan Johor c. Ketua Kelompok Ibu Penerima PKH sebanyak 1 orang

(50)

II.4 Teknik pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara, antara lain:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan cara:

a. Metode Wawancara, yaitu dengan cara wawancara mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari informan kunci. Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

b. Kuesioner (angket) digunakan sebagai pendamping dalam mengumpulkan data. Daftar pertanyaan dibuat secara semi terbuka kepada informan utama atau responden yang memberikan pilihan jawaban dan memberikan penjelasan-penjelasan yang diperlukan oleh peneliti.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara tidak langsung yang diperoleh untuk melengkapi data primer yaitu dengan cara:

(51)

b. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian seperti petunjuk pelaksana, petunjuk teknis serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

II.5 Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik kualitatif. Menurut Farid (1997:152) bahwa analisa kualitatif adalah analisa terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubung-hubungkan fakta dan informasi, data dan informasi. Jadi teknik analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan hasil wawancara, hasil kuesioner, observasi serta studi kepustakaan dan dokumentasi dengan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan. Sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan menarik kesimpulan.

II.6. Penerapan Metode Penelitian di Lapangan

(52)

Penulis melakukan penelitian di Kecamatan Medan Johor selama lebih kurang 3 minggu, pada awalnya peneliti mohon kesediaan para informan agar berkenan untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner, dengan harapan informan memberikan jawaban serta isian kuesioner yang tepat, dan peneliti menjamin kerahasian identitas informan, dengan cara menghapus data identitas informan tersebut.

Pemberian kuesioner dan wawancara kepada informan utama dilakukan bertepatan waktu dengan pembayaran bantuan PKH tersebut di kantor Pos Kecamatan Medan Johor, sehingga sejumlah informan utama lebih banyak meluangkan waktu mereka untuk mengisi kuesioner dan wawancara serta mempermudah peneliti pada saat wawancara dan proses pengisian kuesioner. Pada saat melakukan wawancara dengan informan kunci dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang disepakati bersama.

Selama penyabaran kuesioner peneliti membimbing informan utama dalam pengisian data, terutama dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dianggap membingungkan bagi informan utama, agar data yang diperoleh lebih akurat dan jelas.

(53)
(54)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN MEDAN

JOHOR.

3.1.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Johor.

Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari 21 Kecamatan yang berada di Wilayah Kota Medan berada pada ketinggian 12 M dari permukaan laut, yang sebelumnya termasuk Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Patumbak dan Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Masuknya Kecamatan Medan Johor ke Wilayah Kotamadya Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun

1973 tanggal 10 Mei 1973 yang luas arealnya ± 3.228 Ha dan terdiri dari 10 Kelurahan.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara, tanggal 19 Oktober 1987 Nomor : 140 / 4078 / K / 1978 tentang Pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota Medan, yang salah satu diantaranya terdapat di Kecamatan Medan Johor. Dengan demikian jumlah Kelurahan yang tadinya hanya 10 maka setelah keluarnya SK tersebut jumlah Kelurahan di Kecamatan Medan Johor menjadi 11 Kelurahan.

(55)

Durian, Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kelurahan Gedung Johor dan Kelurahan Kwala Bekala.

3.1.2 Batas-batas dan Luas Wilayah.

Kecamatan Medan Johor merupakan daerah pemukiman penduduk, daerah pengembangan wisata dan berada di kawasan pinggiran bahagian Selatan Kota Medan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas areal keseluruhan ±1.696 Ha, yang terdiri dari 6 Kelurahan, memiliki 81 Lingkungan dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimoon dan Medan Polonia, Medan Kota, Medan Baru dan Medan Selayang.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe dan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang dan Medan Tuntungan.

(56)

3.2 Kependudukan

Tabel 1: Data Kelurahan Yang Ada di Kecamatan Medan Johor

NO KELURAHAN Sumber: data penduduk kecamatan Medan Johor 2010

(57)

Tabel 2: Jumlah Penerima Bantuan PKH di Kecamatan Medan Johor

NO KELURAHAN

JLH

PENDUDUK

JUMLAH PENERIMA

%

1. SUKAMAJU 15.598 96 8,87

2. TITI KUNING 25.020 161 14,88

3. KEDAI DURIAN 7.015 26 2,4

4. PKL. MASYHUR 34.934 164 15,16

5. GEDUNG JOHOR 26.117 62 5,73

6. KWALA BEKALA 34.746 573 52,96

J U M L A H 143.430 1082 100

Sumber: data Kecamatan Medan Johor Tahun 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat penerima bantuan PKH yang diberikan yang terbesar persentasenya dari setiap kelurahan adalah daerah Kwala Bekala sebanyak 52,96%, dengan jumlah penduduk 34.746. Sedangkan yang paling sedikit jumlahnya di kelurahan Kedai Durian sebanyak 2,4% dengan jumlah penduduk yang paling kecil diantara kelurahan yang lain sebanyak 7.015.

Untuk kelurahan Pangkalan Masyhur memperoleh bantuan dana sebanyak 16,72% dengan jumlah penduduk sebanyak 34.934.

(58)

Tabel 3 : Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Suku.

Tabel berikut menunjukkan data kependudukan di Kecamatan Medan Johor berdasarkan suku:

NO SUKU JUMLAH %

1. Jawa 50.201 35,00%

2. Melayu 31.555 22,00%

3. Mandailing 20.080 14,00%

4. Batak 11.474 8,00%

5. Minang 5.594 3,90%

6. Aceh 3.873 2,70%

7. Nias 2.869 2,00%

8. India 430 0,30%

9. Cina 12.765 8,90%

10. dan lain-lain 4.590 3,20%

TOTAL 143.430 100,00%

Sumber: Data Penduduk Kecamatan Medan Johor 2010

(59)

Tabel 4: Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Mata Pencaharian.

Tabel berikut menunjukkan data kependudukan di Kecamatan Medan Johor berdasarkan Mata Pencaharia, yaitu:

NO PEKERJAAN JUMLAH %

Sumber : Data Penduduk Kecamatan Medan Johor 2010

(60)

3.3 Sarana dan Prasarana

Tabel 5 : Fasilitas Umum dan Sosial di Kecamatan Medan Johor.

Data Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial di Kecamatan Medan Johor yang tersedia dan sangat bermanfaat dalam menunjang kebutuhan sekunder masyarakat dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No Jenis Fasilitas/Sarana Jumlah Keterangan 1. Telepon Umum 11 unit

2. Wartel 51 unit

3. Jasa PLN 20.161

4. PDAM 14.123

5. Pasar 2 unit.

Kel. Titi Kuning dan Kel. Kwala Bekala

6. Kantor Pos dan Giro 2 unit.

Kel. Pkl. Masyhur

Dan Kel. Sukamaju

7. Perbankan 6 unit

8. Anjungan Tunai Mandiri 8 unit

9. Sarana Kesehatan :

a. Puskesmas 2 unit

Medan Johor & Kedai Durian

(61)

Kuning (Titi Kuning belum berfungsi)

c. BKIA 4 unit

d. Poliklinik 9 unit

e. Praktek Dokter 89 unit

f. Praktek Bidan 25 unit

g. Posyandu 72 unit

h. Apotik 15 unit

10. Pariwisata :

a. Perkemahan Pramuka 1 unit

Cadika Pramuka

Pkl. Masyhur

b. Restoran / Buffet 65 unit

c. Warung 323 unit

11. Sarana Olah Raga :

a. Lapangan Bola Kaki 3 unit

Pkl. Masyhur, Kwala Bekala & Sukamaju

(62)

c. Lapangan Badminton 16 unit

d. Lapangan Kasti 3 unit

e. Lapangan Tennis 3 unit

f. Gelanggang Bela Diri 8 unit

h. Kolam Renang 1 unit

Comp. Citra Wisata – Pkl. Masyhur

Sumber : Data Penduduk Kecamatan Medan Johor 2010

Dari tabel di atas terlihat bahwa fasilitas umum dan sosial di kecamatan Medan Johor bermacam-macam. Dalam hal ini, yang banyak melakukan fasilitas yaitu pedagang warung di Kecamatan Medan Johor yaitu sekitar 323 unit.

Table 6: Jumlah Data Pemukiman di Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor merupakan daerah pemukiman penduduk dan daerah pengembangan wisata yang dalam hal ini telah terbangun berbagai jenis hunian dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No Jenis Pemukiman Jumlah Keterangan 1. Perumahan/Kompleks 40 kompleks

2. Asrama ABRI 1 kompleks

Arhanudse-11 Pangkalan Masyhur

(63)

4. Rumah Sederhana 7.072 unit

Sumber Data Kecamatan Medan Johor 2010

Dari tabel di atas terlihat bahwa jenis Permukiman di Kecamatan Medan Johor yaitu Perumahan / Kompleks, Asrama ABRI, Rumah Sehat, Rumah Sederhana. Dalam hal ini, mayoritas masyarakat di kecamatan Medan Johor jenis Pemukiman yang berdominan yaitu Perumahan/ kompleks sekitar 40 kompleks.

Table 7 : Banyaknya Jumlah Sekolah di Kecamatan Medan Johor

Dalam meningkatkan mutu dan kwalitas sumber daya manusia di Kecamatan Medan Johor agar tercipta tenaga trampil dan handal yang berwawasan Imtaq dan Iptek yang berdaya guna dan berhasil guna, Pemerintah Kota Medan dan Yayasan Pendidikan Swasta berupaya menyediakan sarana pendidikan untuk kebutuhan masyarakat, antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah :

No Jenis Sekolah Jumlah Keterangan

1. TK 19 unit

2. Sekolah Dasar :

a. SD Negeri 23 unit

b. SD Swasta 14 unit

(64)
(65)

Pkl. Masyhur

7. Panti Asuhan 2 unit

Alwasliyah - Gedung Johor Karya Murni – Gedung Johor

Sumber: Data Kecamatan Medan Johor 2010

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah sekolah yang paling terdapat di Kecamatan Medan Johor adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 23.

Table 8: Jumlah Kependudukan di Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Sarana Rumah Ibadah

Mengingat Kecamatan Medan Johor penduduknya mayoritas beragama Islam maka jenis rumah ibadah yang sangat menonjol adalah Mesjid / Musholla dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No Jenis Rumah Ibadah Jumlah Keterangan

1. Mesjid 51 unit

2. Langgar/ Musholla 28 unit

3. Gereja 11 unit

4. Klenteng / Vihara 9 unit

Sumber : Data Penduduk Kecamatan Medan Johor 2010

(66)

Tabel 9: Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Status Kewarganegaraan

Tabel berikut menunjukkan data kependudukan di Kecamatan Medan Johor berdasarkan Status Kewarganegaraan.

NO Kewarganegaraan Laki-laki Wanita Jumlah

1. W N I 72.343 71.075 138.033

2. W N A 6 6 12

J u m l a h 72.349 71.081 143.430

Sumber : Data Penduduk Kecamatan Medan Johor 2010

Dari tabel di atas terlihat bahwa kewarganegaraan di Kecamatan Medan Johor yaitu Warga Negara Indonesia, dan Warga Negara Asing. Dalam hal ini, mayoritas masyarakat di kecamatan Medan Johor kewarganegaraan yang berdominan yaitu WNI sekitar 138.033, Warga Negara Asing yang menetap di Kecamatan Medan Johor, pekerjaannya 70% pedagang dan 30% sebagai karyawan swasta (pegawai kontrak).

Tabel 10: Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Jenis kelamin

Tabel berikut menunjukkan data kependudukan di Kecamatan Medan Johor berdasarkan Jenis Kelamin yaitu:

NO JENIS KELAMIN JUMLAH JIWA %

1. Laki – laki 72.349 50,44

2. Wanita 71.081 49,55

J u m l a h 143.430 100,00

Gambar

Tabel 1: Data Kelurahan Yang Ada di Kecamatan Medan Johor
Tabel 2: Jumlah Penerima Bantuan PKH di Kecamatan Medan Johor
Tabel berikut menunjukkan data kependudukan di Kecamatan Medan Johor
Tabel berikut menunjukkan data kependudukan di Kecamatan Medan Johor
+7

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan bahwa skripsi saya ” UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR PASSING ATAS BOLA VOLI MINI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam meningkatkan loyalitas nasabah maka upaya yang dilakukan adalah membangun faktor psikologi yang lebih baik yang diikuti

Dari nilai probabilitas yang diperoleh, Tabel 6 disimpulkan dari data yang diuji sesuai kasus diketahui probabilitas Penyakit Halitosis adalah yang tertinggi dari penyakit

Lebar efektif (We) dapat dihitung untuk pendekat dengan pulau lalulintas, seperti pada Gambar 3.1 dan untuk pendekat tanpa pulau lalulintas bagian kanan dari Gambar 3.1.... dalam

Dari 12 progeni yang mempunyai jumlah cabang banyak, 11 progeni menunjukkan jumlah cabang lebih besar dari pada rata-rata kedua tetuanya dengan nilai heterobeltiosis antara

Griya Batik Tjokro untuk mebedakan produknya juga memiliki keunikan atau karakteristik pada produk batiknya agar menjadi daya tarik para konsumen dan pembeda dengan produk

Program layanan ini merupakan bentuk perhatian Baznas Kota Bogor kepada masyarakat yang memerlukan sentuhan dan uluran tangan kita semua untuk pemenuhan tempat

Hal tersebut terjadi karena Mayoritas pola belanja responden adalah berbelanja harian (41%) atau mingguan (38%), karena kegiatan tersebut merupakan rutinas yang biasa