• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transesterifikasi Minyak Sawit dengan Metanol dan Katalis Heterogen Berbasis Silika Sekam Padi (TiO2/SiO2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Transesterifikasi Minyak Sawit dengan Metanol dan Katalis Heterogen Berbasis Silika Sekam Padi (TiO2/SiO2)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

TRANSESTERIFICATION PALM OIL WITH METHANOL AND HETEROGENEOUS CATALYSTS RICE HUSK SILICA-BASED

(TiO2/SiO2)

by

Wanti Simanjuntak

This research studied the transesterification of palm oil with methanol and heterogeneous catalysts based on rice husk silica, ie TiO2/SiO2. Preparation of the

catalyst was conduted by sol-gel method combined with ultasonification method using silica sol produced from rice husk and TiCl3 solution, to produce a catalyst

with 5% dopant levels. Furthermore, the catalyst was calcined at a temperature of 700 oC with a temperature rise of 3oC/minute and held for 3 h at peak temperature.

The catalysts was tested for transesterification of palm oil to study the influence of kinetic variables including catalyst ratio, mole ratio of palm oil to methanol, and reaction time. The results revealed that the optimum condition is the use of 10% catalyst, mole ratio of palm oil and methanol 1:4, at a temperature of 60 ° C for 30 minutes with the percent conversion rate of 90.91%. The biodiesel produced meet, the SNI 04-7182-2006 in terms of viscosity (4.49 mm2 / s), cetana

number (98.5), and density (0.87 g / mL). Analysis using GC-MS can indicated that the main component in the biodiesel is methyl palmitate, which amounted to 97.70%.

(2)

ABSTRAK

TRANSESTERIFIKASI MINYAK SAWIT DENGAN METANOL DAN KATALIS HETEROGEN BERBASIS SILIKA SEKAM PADI (TiO2/SiO2)

Oleh

Wanti Simanjuntak

Penelitian ini mempelajari reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit dengan metanol dan katalis heterogen berbasis silika sekam padi, yakni TiO2/SiO2.

Preparasi katalis dilakukan dengan metode sol-gel yang dipadukan dengan metode ultasonifikasi menggunakan sol silika yang dihasilkan dari sekam padi dan larutan TiCl3, untuk menghasilkan katalis dengan kadar dopan 5% terhadap berat silika

sekam padi. Selanjutnya katalis dikalsinasi pada suhu 700°C dengan kenaikan suhu 3oC/menit dan ditahan selama 3 jam pada suhu puncak. Uji katalis dalam

reaksi transesterifikasi minyak sawit dilakukan untuk mempelajari pengaruh variabel kinetis yakni nisbah katalis 5 dan 10%, perbandingan mol minyak sawit terhadap metanol 1:4, 1:6, dan 1:8, dan waktu reaksi 15, 30, dan 45 menit. Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimum adalah penggunaan katalis Ti sebesar 10% terhadap berat minyak sawit, dengan perbandingan mol minyak kelapa sawit dan metanol 1:4, pada suhu 60oC selama 30 menit dengan persen konversi sebesar

90,91%. Berdasarkan analisis parameter biodiesel diperoleh produk transesterifikasi yang memenuhi standar SNI 04-7182-2006 yakni viskositas 4,49 mm2/s, cetane number 98,5, dan massa jenis 0,87 g/mL. Berdasarkan analisis

menggunakan GC-MS dapat dipastikan bahwa produk yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit adalah metil ester asam lemak (biodiesel). Komposisi terbesar dalam biodiesel yang dihasilkan adalah metil palmitat, yakni sebesar 97,70% sebagai kandungan utama minyak sawit. Hasil ini menunjukkan belum semua asam lemak mampu diubah menjadi metil esternya sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi terbesar untuk saat ini di seluruh dunia jika dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Berkaitan dengan sumber energi fosil ini, salah satu masalah serius adalah harga minyak mentah dunia yang cenderung terus meningkat karena

peningkatan kebutuhan dan cadangan minyak bumi yang semakin menipis. Banyak negara, termasuk Indonesia, sudah mengalami masalah kekurangan bahan bakar minyak yang cukup serius. Meskipun Indonesia termasuk produsen minyak, namun dalam kenyataannya produksi dalam negeri tidak mencukupi sehingga terpaksa mengimpor dari negara lain, yang

mengakibatkan harga BBM terus meningkat setiap tahun dan berdampak luas pada perekonomian maupun sosial.

(4)

alternatif ini, Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar, karena didukung dengan bahan baku yang melimpah. Industri biodiesel sangat berpeluang menjadi andalan Indonesia karena Indonesia memiliki berbagai jenis minyak nabati yang menjadi bahan baku produksi biodiesel, antara lain terutama minyak dari kelapa sawit,jarak pagar,kedelai,bunga matahari, dan kelapa.

Terkait dengan produksi biodiesel, penelitian sebelumnya telah berhasil melakukan transesterifikasi minyak kelapa dengan katalis Ti-silika (Seftaria, 2011) dan Ni-silika (Sascori, 2011). Terkait dengan penelitian tersebut disimpulkan bahwa katalis Ti-silika dan Ni-silika efektif digunakan dalam reaksi transesterifikasi minyak kelapa dengan pencapaian persen konversi sebesar 70,22% untuk katalis Ti-silika dan 94,44% untuk katalis Ni-silika. Dalam penelitian ini dipelajari pengolahan minyak kelapa sawit menjadi biodiesel dengan cara transesterfikasi. Transesterifikasi pada prinsipnya adalah pengubahan suatu ester menjadi ester lain. Dalam penerapannya pada minyak nabati, reaksi transesterifikasi sudah dimanfaatkan untuk mengubah molekul trigliserida menjadi alkil ester yang lebih kecil dan mempunyai rantai lurus. Hingga dewasa ini reaksi transesterifikasi umumnya

(5)

Katalis yang digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis homogen seperti KOH dan NaOH (Darmoko, 2000) dan katalis heterogen seperti MgO dan TiO2. Katalis homogen memiliki beberapa kelemahan diantaranya katalis

susah dipisahkan dari produk dan tidak dapat digunakan kembali (Widyastuti, 2007). Pada penelitian ini digunakan katalis heterogen karena diketahui memiliki keunggulan yaitu mudah dipisahkan dari produk saat pencucian, dan dapat digunakan kembali (Bangun, 2007), sehingga penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi.

Pada penelitian ini dipelajari penggunaan katalis heterogen berbasis silika sekam padi dengan menggunakan metode sol-gel yang dipadukan dengan metode ultrasonifikasi. Pada penelitian ini digunakan dopan Ti pada

pembuatan katalis karena berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa dopan Ti memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan katalis Fe dan Ni pada uji aktivitas katalis untuk reaksi transesterifikasi asam oleat dan asam palmitat (Anggraini, 2010) yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persen konversi esterifikasi asam oleat dan asam palmitat dengan bantuan katalis logam-silika pada suhu 70oC dan waktu 120 menit

(6)

Telah diketahui secara umum bahwa proses transesterifikasi dalam

pembuatan biodiesel sangat dipengaruhi oleh sejumlah variabel kinetis. Atas dasar ini, dalam penelitian ini dipelajari pengaruh sejumlah variabel kinetis sebagai dasar untuk mendapatkan informasi tentang signifikansi pengaruh berbagai variabel terhadap unjuk kerja reaksi transesterifikasi. Di samping itu, kajian ini juga akan memberi gambaran tentang kondisi optimum dan kelayakan metode yang digagas sebagai alternatif untuk mengolah minyak nabati menjadi biodiesel. Produk yang dihasilkan dari kondisi optimum selanjutnya dianilisis menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa (KG-MS) untuk mengidentifikasi komponen yang terdapat dalam produk. Analisis akhir dilakukan untuk mengevaluasi produk berdasarkan parameter kinetis sesuai yang dipersyaratkan dalam SNI 04-7182-2006 yang meliputi massa jenis, cetane number, dan viskositas.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan informasi tentang efektifitas katalisTi-silika dalam reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit.

2. Mendapatkan informasi tentang pengaruh variabel kinetis yang dipelajari terhadap unjuk kerja reaksi transesterifikasi minyak sawit. Variabel kinetis tersebut meliputi nisbah reaktan, suhu reaksi, waktu reaksi, dan jumlah katalis yang digunakan sebagai dasar untuk merancang kondisi optimum reaksi.

(7)

C. Manfaat Penelitian

1. Diharapkan metode transesterifikasi dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi metode yang lebih baik dibanding dengan metode konvensional yang digunakan dewasa ini untuk produksi biodiesel.

(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biodiesel

1. Pengertian Biodiesel

Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari

pengolahan tumbuhan) di samping Bioetanol. Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang diproduksi melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida yang bersumber dari minyak nabati maupun minyak hewani dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol dan etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air.

Saat ini biodiesel dikembangkan secara luas karena dunia mengalami krisis bahan bakar minyak seiring meningkatnya jumlah kendaraan dan aktifitas industrial. Penggunaan biodiesel sangat menguntungkan karena:

1. Berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui

2. Merupakan bahan bakar yang tidak beracun atau ramah lingkungan 3. Merupakan bahan bakar yang mudah terbiodegradasi

4. Mempunyai bilangan setana yang tinggi

(9)

Biodiesel terdiri dari metil ester minyak nabati, di mana rantai hidrokarbon trigliserida dari minyak nabati mentah diubah secara kimia menjadi ester asam lemak. Ester asam lemak dihasilkan dari reaksi transesterifikasi, yaitu reaksi antara alkohol dengan minyak untuk melepaskan tiga rantai ester dan gliserin dari tiap trigliserida (Von Wedel, 1999).

Biodiesel berbentuk cairan berwarna kuning cerah sampai kuning kecoklatan, tidak dapat campur dengan air, mempunyai titik didih tinggi dan tekanan uap yang rendah. Biodiesel memiliki flash point 150°C (300°F), dan densitas 0,88 g/cm³.

Rantai hidrokarbon biodiesel pada umumnya terdiri dari 16-20 atom karbon. Beberapa sifat kimia biodiesel membuatnya dapat terbakar dengan sempurna, dan meningkatkan pembakaran pada campurannya dengan bahan bakar diesel dari minyak bumi. Selain itu, biodiesel juga renewable, nontoxic, dan

biodegradable.

(10)

2. Bahan baku Biodiesel

Biodiesel dapat dibuat dari minyak hewani dan minyak nabati yang baru (Dermibas, 2002), dan minyak yang telah terpakai, misalnya minyak goreng bekas (waste cooking oils) (Baharta, 2006). Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Produk biodiesel tergantung pada minyak yang digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut.

(11)

Tabel 2 : Beragam Tanaman Yang Sangat Potensil Untuk Dimanfaatkan Sebagai Bahan Baku Pendukung Industri Biodiesel

(Sumber : Pusat Penelitian Energi ITB)

Bahan baku biodiesel yang berpotensi besar di Indonesia untuk saat ini adalah minyak mentah kelapa sawit (Crude Palm Oil atau CPO), dimana produksi kelapa sawit sangat tinggi di Indonesia. Di Provinsi Lampung terdapat 150.990 Ha kebun sawit, 147.831 Ha kebun kelapa dan 5.000 Ha jarak pagar.

B. Pembuatan Biodiesel 1. Esterifikasi

Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester, mengikuti persamaan umum seperti yang disajikan dalam Gambar 1, dan dikatalisis dengan suatu asam (Fessenden, 1986).

R C

Gambar 1. Laju pembentukan ester

Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat, dimana R dan

R’ dapat berupa alkil maupun aril. Laju esterifikasi asam karboksilat

tergantung pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilat, oleh Nama Latin Nama Indonesia Nama lain (daerah) Cocos nucifera L Kelapa Kelapa

Elaeis guineensis Kelapa sawit Sawit, kelapa sawit Ricinus communis Jarak (kastroli) aliki, jarak (Lampung)

Jatropha curcas Jarak pagar -

Ceiba pentandra Kapok Randu (Sunda, Jawa)

Chalopyllum inophyllum Nyamplung Nyamplung

(12)

karenanya laju pembentukan ester dipengaruhi oleh jenis asam dan alkohol yang digunakan. Untuk asam, reaktifitas pembentukan ester diketahui mengikuti urutan sebagai berikut;

HCO2H > CH3CO2H > RCH2CO2H > R2CHCO2H > R3CCO2H, dan untuk

alkohol mengikuti urutan, CH3OH > primer > sekunder > tersier

Reaksi esterifikasi sebenarnya bukan merupakan reaksi satu tahap, tetapi tetapi terdiri dari tiga tahap seperti dijelaskan di bawah ini.

1. Protonasi oksigen dalam gugus karbonil oleh H+ dalam katalis asam

R C

2. Reaksi nukleofilik antara karbon positif dalam asam karboksilat dengan gugus OH dari alkohol.

3. Eliminasi molekul H2O diikuti dengan pelepasan H+

R C

Reaksi di atas dapat disingkat sebagai berikut :

R C

(13)

Selain reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol, ester juga dapat dihasilkan dari reaksi lain, yakni:

1. Reaksi antara halida asam dengan alkohol RCOCl + R’OH RCOOR’ + HCl

2. Reaksi antara anhidrida dengan alkohol (RCO)2O + R’OH RCOOR’ + RCOOH

3. Reaksi antara karboksilat dengan alkil halida reaktif RCOOH + R’X RCOOR’ + HX

Meskipun dapat dilangsungkan menggunakan beberapa jenis reaktan seperti dijelaskan di atas, dalam konteks pengembangan biodiesel reaksi esterifikasi yang paling penting adalah reaksi antara asam karboksilat dan alkohol. Hal ini didasarkan pada keberadaan gugus karboksilat dalam minyak nabati yang menjadi bahan baku utama pembuatan biodiesel.

2. Transesterifikasi

Tranesterfikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan

(14)

Gambar 3 : Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi ester

Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya katalis, konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat (Mittlebatch, 2004). Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa, karena katalis ini dapat menpercepat reaksi.

Reaksi transesterifikasi sebenarnya berlangsung dalam 3 tahap, yaitu:

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, transesterifikasi juga dapat dikatalisis oleh katalis basa. Dalam penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa reaksi tansesterifikasi yang menggunakan katalis basa berjalan lebih cepat

(15)

C. Katalis

Untuk memisahkan minyak nabati dari gliserol dalam reaksi transesterifikasi perlu ditambahkan katalis. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut terkonsumsi oleh keseluruhan reaksi atau merupakan suatu zat antara yang aktif, tanpa katalis proses pembuatan biodiesel dengan reaksi transesterifikasi dapat berlangsung pada temperatur 250 0C (Widyastuti,

2007). Katalis yang dapat digunakan dapat berupa katalis homogen atau heterogen.

a. Katalis homogen merupakan katalis yang mempunyai fasa sama dengan reaktan dan produk. Katalis homogen yang banyak digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa/alkali seperti Kalium Hidroksida (KOH) dan Natrium Hidroksida (NaOH) (Darnoko. 2000). Penggunaan katalis homogen ini mempunyai kelemahan yaitu: bersifat korosif, berbahaya karena dapat merusak kulit, mata, paru-paru bila tertelan, sulit dipisahkan dari produk sehingga terbuang pada saat pencucian, mencemari lingkungan, tidak dapat digunakan kembali (Widyastuti, 2007).

Keuntungan dari katalis homogen adalah tidak dibutuhkannya suhu dan tekanan yang tinggi dalam reaksi.

b. Katalis heterogen merupakan katalis yang mempunyai fasa yang tidak sama dengan reaktan dan produksi. Keuntungan menggunakan katalis ini adalah: mempunyai aktivitas yang tinggi, kondisi reaksi yang ringan, masa hidup katalis yang panjang biaya katalis yang rendah, tidak korosif, ramah lingkungan dan menghasilkan sedikit masalah pembuangan, dapat

(16)

(Bangun, 2007). Dalam reaksi transesterifikasi katalis akan memecahkan rantai kimia minyak nabati sehingga rantai ester minyak nabati akan terlepas, begitu ester terlepas alkohol akan segera bereaksi dengannya dan membentuk biodiesel, sedangkan gliserin dan katalis yang tersisa akan mengendap setelah reaksi selesai. Penggunaan katalis tidak boleh terlampau banyak ataupun terlampau sedikit, penggunaan katalis yang terlampau banyak reaksi transesterifikasi akan menghasilkan emulsi, dan jika sedikit mengakibatkan pemisahan gliserol dan metil ester tidak sempurna. Umumnya katalis heterogen berupa zat padat yang terdiri dari logam atau oksida logam sebagai situs aktif yang ditopangkan pada zat padat lain. Beberapa logam yang umum digunakan sebagai situs aktif adalah Fe, Ni dan Pt, Ti, Al, Co, Cu, Zn dan lain-lain.

D. Katalis Heterogen Berbasis Silika Sekam Padi

Sumber silika yang umumnya dipakai sebagai penyangga dalam pembuatan katalis heterogen dengan menggunakan metode sol-gel adalah senyawa alkoksida logam transisi dan silikon alkoksida (Si(OR)4), seperti tetra etil orto

silikat (TEOS) dan tetra metil orto silikat (TMOS) (Frenzer and Maier, 2006). Alkoksida logam banyak dimanfaatkan karena adanya gugus OR yang

bersifat sangat elektronegatif, sehingga mampu menstabilkan logam pada tingkat oksida yang paling tinggi.

(17)

yang potensil untuk dimanfaatkan adalah sekam padi. Pemanfaatan sekam padi sebagai sumber silika yang digunakan sebagai penyangga katalis digagas karena didukung oleh beberapa fakta yang relevan. Padi merupakan

komoditas utama di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Provinsi Lampung menurut data yang diperoleh Biro Pusat Statistik (2012) mampu menghasilkan padi sebesar 2.623.873 ton per tahun. Hasil pengilingan padi, selain beras sebagai produk utama dihasilkan juga sekam padi sebagai residu utamanya. Sekitar 20% dari berat padi merupakan sekam padi (Daifullah et al., 2002), yang berarti Provinsi Lampung dapat menghasilkan sekam sekitar 524.774 ton per tahun (BPS, 2012).

Selain didasari oleh fakta-fakta di atas, pemanfaatan sekam padi sebagai sumber silika juga didasari oleh kemudahan memperoleh silika sekam padi yaitu dengan cara ekstraksi alkalis (Kalapathy et al., 2000; Daifullah et al., 2002; Pandiangan dkk., 2008). Silika yang diperoleh dari sekam padi juga diketahui mempunyai fasa amorf (Yalçin et al., 2000) dan diketahui

mempunyai struktur ortho silikat (Kalapathy et al., 2000; Pandiangan dkk., 2008), yang berarti memiliki kesamaan dengan silikat yang terdapat dalam senyawa alkoksida logam transisi dan silikon alkoksida, seperti tetra etil orto silikat (TEOS) dan tetra metil orto silikat (TMOS) sehingga bahan berbasis silika sekam padi diharapkan memiliki karakteristik yang sama dengan bahan yang dibuat dengan kedua jenis bahan baku tersebut.

(18)

memiliki kelemahan yaitu meskipun homogenitas dopan yang tinggi namun integrasi dopan masih rendah sedangkan pada metode impregnasi

homogenitas dopanlah yang menjadi kelemahan metode tersebut. Metode yang diketahui memiliki homogenitas dan integritas dopan yang tinggi adalah metode sol-gel.

E. Minyak sawit

1. Komposisi Minyak Sawit

Minyak kelapa sawit mengandung oleat dan palmitat sebagai komponen utamanya disamping ada linoleat, stearat dan arakhidat dalam jumlah kecil. Komposisi asam lemak minyak sawit dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3: Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

Asam Lemak Jumlah (%)

(19)

dilakukan beberapa proses sampai dihasilkan minyak kelapa sawit kasar (crude palm oil /CPO). Selanjutnya dilakukan proses penyulingan untuk penjernihan dan penghilangan bau menghasilkan Refined Bleached

Deodorized Palm Oil (RBDPO). RBDPO kemudian diuraikan lagi menjadi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan minyak sawit cair (RBD Stearin). Secara keseluruhan proses penyulingan CPO ini akan menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% destilat asam lemak minyak sawit (Palm Fatty Acid Destilate / PFAD) dan 0,5% buangan.

Tabel 4. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Sawit

Sifat fisika dan kimia Kasar Murni Minyak kelapa sawit

Minyak kelapa sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14 20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan

komposisi trigliserida tersebut. Kelapa sawit yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah kelapa sawit dari Afrika yang dikenal sebagai Elaeis

(20)

palmitat dan oleat sedangkan minyak inti sawit kaya akan laurat. Komposisi asam lemak minyak inti sawit mirip dengan minyak kelapa dimana kedua jenis minyak ini disamping mengandung laurat juga mengandung kaprilat, kaprat, miristat, palmitat dan oleat. Perbedaan komposisi kedua minyak ini terletak pada kandungan oleatnya, dimana minyak inti sawit mengandung oleat 13 - 18% sedangkan minyak kelapa 5 - 10% (Brahmana, 1998).

F. Karakteristik Umum Biodiesel 1. Uji Kelayakan Biodiesel

Karakteristik umum yang perlu diketahui untuk menilai kinerja bahan bakar diesel antara lain viskositas, cetane index, berat jenis, titik tuang, nilai kalor pembakaran, volatilitas, kadar residu karbon, kadar air dan sediment, indeks diesel, titik embun, kadar sulfur dan titik nyala.

a. Viskositas

Viskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa kapiler terhadap gaya gravitasi, biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk mengalir pada jarak tertentu. Jika viskositas semakin tinggi, maka tahanan untuk mengalir akan semakin tinggi. Karakteristik ini sangat penting karena mempengaruhi kinerja injektor pada mesin diesel. Atomisasi bahan bakar sangat bergantung pada viskositas, tekanan injeksi serta ukuran lubang injektor (Shreve, 1956). Pada umumnya, bahan bakar harus

(21)

diperlukan sifat pelumasan yang cukup baik untuk mencegah terjadinya keausan akibat gerakan piston yang cepat (Shreve, 1956).

Pada dasarnya pengukuran kekentalan kinematis produk minyak adalah mengukur waktu alir produk minyak yang mempunyai volume tertentu melalui pipa kapiler viskometer pada suhu tertentu. Selanjutnya kekentalan kinematis sampel dapat dihitung dengan persamaan :

v = C t

Dimana v adalah kekentalan kinematis dan centistoke, t adalah waktu alir dalam detik dan C adalah tetapan viskometer. Apabila tetapan viskometer belum diketahui, maka perlu dilakukan kalibrasi dengan menggunakan cairan baku.

b. Angka Setana

Angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala sendiri (aut ignition). Skala untuk angka setana biasanya menggunakan referensi berupa campuran antara normal setana (C16H34) dengan alpha methyl

naphthalene (C10H7CH3) atau dengan heptamethylnonane (C16H34). Normal

(22)

berkorelasi dengan tingkat kemudahan penyalaan pada temperatur rendah (cold start) dan rendahnya kebisingan pada kondisi idle (Prakash, 1998). Angka angka setana yang tinggi juga diketahui berhubungan dengan rendahnya polutan NOx (Knothe, 2005).

Secara umum, biodiesel memiliki angka setana yang lebih tinggi

dibandingkan dengan solar. Biodiesel pada umumnya memiliki rentang angka cetane dari 46-70, sedangkan (bahan bakar) diesel No. 2 memiliki angka setana 47 - 55 (Bozbas, 2005). Panjangnya rantai hidrokarbon yang terdapat pada ester (fatty acid alkyl ester, misalnya) menyebabkan tingginya angka setana biodiesel dibandingkan dengan solar (Knothe, 2005).

2. Analisis Produk Biodiesel a. Parameter Kualitas Biodiesel

Suatu teknik pembuatan biodiesel hanya akan berguna apabila produk yang dihasilkannya sesuai dengan spesifikasi (syarat mutu) yang telah ditetapkan dan berlaku di daerah pemasaran biodiesel tersebut. Persyaratan mutu

(23)

Tabel 5. Beberapa standar parameter fisik biodiesel Pada penelitian ini dilakukan 4 uji parameter fisik terhadap biodiesel yang dihasilkan, yakni berat jenis, viskositas, dan cetane number.

b. Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG-MS)

Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan senyawa untuk

mendapatkan senyawa murni dari senyawa campuran. Pemisahan didasarkan pada perbedaan distribusi (migrasi) zat dalam dua fasa yang berbeda yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam biasanya berupa padatan atau cairan yang tertapis (percolated) pada padatan pendukung (solid support), sedangkan fasa gerak dapat berupa zat cair atau gas. Perbedaan interaksi senyawa terhadap senyawa lain (zat pada fasa gerak maupun pada fasa diam) menyebabkan senyawa tersebut berbeda dalam hal distribusinya dalam fasa gerak maupun dalam fasa diam. Distribusi senyawa campuran yang terserap dalam fasa diam dan fasa gerak merupakan proses kesetimbangan.

(24)

menganalisis struktur molekul senyawa analit. Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang menggunakan prinsip pemisahan

campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas. Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik seragam.

Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi massa. Paduan keduanya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dalam

pengidentifikasian senyawa yang dilengakapi dengan struktur molekulnya. Kromatografi gas ini juga mirip dengan distilasi fraksional, karena kedua proses memisahkan komponen dari campuran terutama berdasarkan pada perbedaan titik didih (atau tekanan uap). Namun, distilasi fraksional biasanya digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dari campuran pada skala besar, sedangkan GC dapat digunakan pada skala yang lebih kecil (yaitu mikro) (Pavia, 2006).

Prinsip dari instrumen ini adalah menguapkan senyawa organik dan

(25)

yang mengandung satu elektron tidak berpasangan. Ion-ion radikal ini akan dipisahkan dalam medan magnet akan menimbulkan arus ion pada kolektor yang sebanding dengan limpahan relatifnya. Spektra massa merupakan gambar antara limpahan relatif dengan perbandingan massa/muatan (m/z) (McLafferty, 1988). Spektra massa biasanya dibuat dari massa rendah ke massa tinggi. Cara penyajian yang jelas dari puncak-puncak utama dapat diperoleh dengan membuat harga massa/muatan (m/z) terhadap kelimpahan relatif. Kelimpahan tersebut disebut puncak dasar (base peak) dari spektra dan dinyatakan sebagai 100%. Puncak-puncak lain mempunyai harga relatif terhadap puncak dasar. Dengan data tersebut dapat diperkirakan bagaimana struktur molekul awal dari senyawa yang dianalisis (Cresswell, 1982).

Kromatografi gas-spektroskopi massa ini biasa digunakan untuk analisis kualitatif senyawa organik yang pada umumnya bersifat dapat diuapkan. Campuran metil ester hasil transesterifikasi minyak nabati memenuhi kriteria ini sehingga dapat dianalisis dengan kromatografi gas-spektroskopi massa. Pemisahan yang dihasilkan dari setiap jenis senyawa yang dianalisis bersifat khas untuk tiap senyawa. Demikian juga untuk senyawa-senyawa metil ester. Ion-ion pecahan dari metil ester diakibatkan penataan ulang hidrogen dan pecahan satu ikatan yang dipisahkan dari gugus C=O.

G. Karakterisasi Katalis

(26)

morfologi permukaan. Tujuan karakterisasi ini adalah untuk mengetahui hubungan antara unjuk kerja (aktivitas) katalis dan karakteristiknya.

1. Difraktometer Sinar-X (XRD)

Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) dimaksudkan untuk mengidentifikasi fasa bulk suatu katalis dan untuk menentukan sifat kristal atau kristalinitas dari suatu katalis. Kebanyakan dari katalis adalah berbentuk padatan kristal seperti oksida logam, zeolit, dan logam yang berpenyangga. XRD menjadi teknik yang cukup handal dan mendasar untuk mengevaluasi sifat-sifat fasa kristal and ukuran kristal (Leofanti et al., 1997). Namun demikian, metode ini tidak cocok atau tidak mampu menampilkan sifat-sifat diperlukan untuk katalis-katalis yang bersifat bukan kristal.

Di dalam analisis XRD, kristal katalis memantulkan sinar X yang dikirimkan dari sumber dan diterima oleh detektor. Dengan melalukan sudut kedatangan sinar X maka spektrum pantulan adalah spesifik yang berhubungan langsung dengan lattice spacing dari kristal yang dianalisis. Pola difraksi di-plotkan berdasarkan intensitas peak yang menyatakan peta parameter kisi kristal atau

indeks Miller (hkl) sebagai fungsi 2 θ, dimana θ menyatakan sudut difraksi

berdasarkan persamaan Bragg (Richardson, 1989) pada Persamaan

Interpretasi Hukum Bragg dilakukan berdasarkan asumsi bahwa permukaan dari mana sinar X dipantulkan adalah datar.

(27)

dimana d menyatakan jarak antar lapisan atom atau ion yang berdekatan, λ yang menyatakan panjang gelombang radiasi sinar X, dan n adalah urut-urutan pantulan.

Kristalinitas dapat juga ditentukan dengan XRD melalui pembandingan intensitas atau luasan peak sampel dengan intensitas atau luasan peak standar yang ditunjukkan pada persamaan berikut:

Kristalinitas = � � � � � ℎ � �

� � � � � ℎ � � x 100 %

Analisis menggunakan alat difraktometer sinar-X didasarkan pada pola difraksi dari paduan atau senyawa yang dihasilkan oleh proses difraksi, ukuran panjang gelombang sinar-X harus tidak berbeda jauh dengan jarak antar atom di dalam kristal, sehingga pola berulang dari kisi kristal akan berfungsi seolah-olah seperti kisi difraksi untuk panjang gelombang sinar-X.

Gambar 4. Skema alat difraksi sinar-X

(28)

Gambar 5. Difraksi dari bidang kristal

Selanjutnya, suatu kristal mineral dapat ditentukan strukturnya dengan cara membandingkan pola difraksi yang dihasilkan dengan pola difraksi mineral acuan atau baku. Gambar berikut menunjukkan difraktogram silika sekam padi yang dikalsinasi pada suhu 550oC fasa yang terbentuk adalah amorf,

dengan puncak intensitas tertinggi pada 2θ = 21,36o; 21,94o; 22,36o.

Gambar 6. Pola difraksi sinar-X pada sampel silika sekam padi setelah kalsinasi 550oC (Anggraini, 2009).

Dalam penelitian ini kalsinasi katalis dilakukan pada suhu 700 0C, dengan

alasan untuk menjamin SiO2 masih bersifat amorf, sesuai dengan hasil

penelitian sebelumnya (Anggraini, 2010) yang mendapatkan bahwa SiO2

(29)

2. SEM-EDX ( Scanning Electron Microscope Energy Difraction X-ray)

Untuk melakukan karakterisasi bahan yang heterogen pada permukaan bahan pada skala mikrometer atau submikrometer dapat dilakukan dengan

menggunakan alat SEM (Scanning Electron Microscope). Dengan SEM (Scanning Electron Microscope) dapat diamati karakteristik bentuk, struktur, serta distribusi pori pada permukaan sampel (Sartono, 2007).

Karakterisasi menggunakan SEM dilakukan melalui adsorpsi isotermis gas oleh padatan sampel. Jumlah molekul gas yang diadsorpsi pada permukaan luar sampel sangat sedikit dibandingkan dengan yang diadsoprsi oleh porinya. Alat ini dilengkapi sumber cahaya yang berupa suatu filamen dan biasanya suatu kawat tungsten.

Gambar 7. Skema alat Scanning Electron Microscope

(30)

elektron mengenai target, informasi dikumpulkan melalui tabung sinar katoda (CRT) yang mengatur intensitasnya. Setiap jumlah sinar yang dihasilkan dari CRT dihubungkan dengan jumlah target, jika terkena berkas elektron

berenergi tinggi dan menembus permukaaan target, elektron kehilangan energi, karena terjadi ionisasi atom dari cuplikan padatan. Elektron bebas ini tersebar keluar dari aliran sinar utama, sehingga tercipta lebih banyak

(31)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu pada bulan Juni hingga

Nopember 2012, bertempat di Laboratorium Fungsionalisasi Polimer Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung. Analisis produk

transesterifikasi dan karakterisasi SEM/EDS dilakukan di Laboratorium Biomassa Universitas Lampung, analisis GC-MS di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan

Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, Gas

Chromathography-Mass Spectroscopy (GC-MS) model GC-MS QP2010S SHIMADZHU, Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray Spectrometer (SEM-EDS) JEOL tipe JSM-6360 LA, X-Ray Difraktometer (XRD), viscometer, furnace, desikator, hotplate stirrer, water bath,

ultrasonikator, termometer, oven, pH meter, alat vakum, dan peralatan gelas.

2. Bahan-bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain minyak kelapa sawit, minyak jarak, metanol teknis, sekam padi, KOH teknis, NaOCl, HNO3

(32)

C. Prosedur penelitian 1. Preparasi Sekam Padi

Langkah awal dalam penelitian ini adalah preparasi sampel sekam padi. Sebanyak 100 gram sekam padi direndam dalam air panas selama 2 jam untuk mengekstrak bahan organik larut air yang merupakan bahan pengotor dalam proses ekstraksi silika. Sekam padi kemudian disaring dan dicuci lagi secara berulang dengan cara disiram dengan air panas untuk menghilangkan pengotor bahan organik larut air yang masih diperkirakan menempel pada permukaan sekam padi. Kemudian, sekam padi yang telah bebas dari

pengotor dikeringanginkan dan selanjutnya sekam padi siap digunakan untuk ekstraksi silika.

2. Ekstraksi Silika dengan Metode Presipitasi

Metode ekstraksi silika dalam penelitian ini mengadopsi metode ekstraksi yang telah digunakan sebelumnya oleh Daifullah et al., (2004) dan

Pandiangan dkk., (2008). Sebanyak 50 gram sekam padi yang telah bebas dari pengotor bahan organik larut air direndam dalam 500 mL larutan KOH dengan konsentrasi 1,5% kemudian dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit. Selanjutnya, sampel disaring dan filtrat yang mengandung silika terlarut ditampung. Untuk mengendapkan silika, filtrat kemudian ditambahkan larutan asam HNO3 10% secara bertahap hingga terbentuk

(33)

kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 110°C selama 24 jam dan dihaluskan.

3. Pembuatan katalis Ti-Silika dengan Metode Ultrasoun yang Dipadukan dengan Metode Sol – Gel

Preparasi katalis Ti-silika dilakukan dengan mengadopsi metode sintesis katalis Ti yang telah dilakukan sebelumnya oleh Chai (2005). Sebanyak 11,86 mL (5 % berat silika) larutan dopan TiCl3 ditambahkan ke dalam 600 mL sol

silika. Larutan diaduk dengan ultrasonikator sampai larutan hampir membentuk gel. Kemudian larutan sol silika ditambahkan HNO3 10%

sambil diaduk dengan menggunakan magnetik stirer selama 3 jam supaya distribusi logam dapat merata di dalam sol hingga gel terbentuk. Gel kemudian dituakan (didiamkan) dalam suhu kamar selama 1 hari, kemudian gel disaring dengan bantuan pompa vakum, sambil dicuci dengan akuades panas hingga air cucian bersifat netral (dipantau dengan pH meter). Gel dikeringkan dalam oven pada suhu 110oC selama 24 jam untuk

menghilangkan air. Prekursor Ti-silika kering kemudian dihaluskan dan selanjutnya dikalsinasi pada suhu 700oC.

4. Kalsinasi Katalis

Proses kalsinasi dilakukan dengan menggunakan furnace Lento 3508 yang diprogram sesuai dengan perlakuan yang diinginkan. Kalsinasi dilakukan pada katalis logam-silika (Ti-SiO2) yang berbentuk serbuk dengan suhu

700oC dibiarkan selama 3 jam, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Sampel disiapkan.

(34)

3. Alat tungku dihubungkan dengan sumber tegangan, kemudian setting alat dalam keadaan hidup atau "ON".

4. Tungku diatur (setting) sesuai dengan perlakuan pada sampel. 5. Tungku pemanas dimatikan ketika proses telah selesai.

6. Sampel dikeluarkan dari tungku pemanas.

Pertama-tama sampel dipanaskan dari suhu 30oC hingga mencapai suhu

700oC dengan kenaikan suhu 3oC/menit. Setelah mencapai suhu target

(700oC) suhu ditahan selama 3 jam (180 menit). Selanjutnya alat furnace

akan menghentikan pemicu kenaikan dan penahanan suhu, dan secara otomatis suhu di dalam furnace akan turun kembali secara perlahan hingga mencapai suhu kamar (30oC).

Gambar 8. Grafik proses pemanasan untuk sampel yang dikalsinasi dengan suhu 700 0C

5. Karakterisasi Katalis

a. Karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD)

(35)

apakah sampel bersifat amorf atau kristalin. Sumber sinar radiasi

menggunakan Kα dari Cu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis

menggunakan XRD adalah sebagai berikut:

1. Sampel yang akan dianalisis disiapkan dan direkatkan pada kaca,

kemudian dipasang pada tempatnya yang berupa lempeng tipis berbentuk persegi panjang (sampel holder) dengan bantuan malam (lilin perekat). 2. Sampel yang disimpan dipasang pada sampel holder kemudian

dilekatkan pada sampel stand di bagian goniometer.

3. Parameter pengukuran dimasukkan pada softwere pengukuran melalui komputer pengontrol, yaitu meliputi penentuan scan mode, penentuan rentang sudut, kecepatan scan cuplikan, memberi nama cuplikan dan memberi nomor urut file data.

4. Alat difraktometer dioperasikan dengan perintah “Start” pada menu komputer, dimana sinar-X akan meradiasi sampel yang terpancar dari target Cu dengan panjang gelombang 1,5406 Å.

5. Hasil difraksi dapat dilihat pada komputer dan intensitas difraksi pada sudut 2 tertentu dapat dicetak oleh mesin printer.

6. Sampel dari sampel holder diambil setelah pengukuran cuplikan selesai.

b. Karakterisasi dengan SEM/EDS

Analisis menggunakan SEM dilakukan untuk mengetahui morfologi permukaan sampel dan ukuran partikel. Analisis menggunakan SEM ini dilakukan pada sampel katalis Ti-silika yang dikalsinasi pada suhu 900oC.

(36)

1. Sampel yang akan dianalisis disiapkan dan direkatkan pada spesimen holder (Dolite, double sticy tape).

2. Sampel yang telah dipasang pada holder kemudian dibersihkan dengan Hand Blower.

3. Sampel dimasukkan dalam mesin couting untuk diberi lapisan tipis yang berupa gold-poladium selama 4 menit sehingga menghasilkan lapisan dengan ketebalan 200-400 Å.

4. Sampel dimasukkan ke dalam Specimen Chamber.

5. Pengamatan dan pengambilan gambar pada layer SEM dengan mengatur pembesaran yang diinginkan.

6. Penentuan spot untuk analisis pada layer SEM. 7. Pemotretan gambar SEM.

7. Uji reaksi transesterifikasi

Untuk mengevaluasi unjuk kerja katalis yang telah dibuat, serangkaian percobaan transesterifikasi dilakukan mengikuti metode yang digunakan sebelumnya (Darnoko et al., 2000; Ogawa et al., 2004; Abreua et al., 2004; Kusmiyati, 1999).

a. Pengaruh nisbah katalis terhadap minyak kelapa sawit

Percobaan dilakukan dengan memvariasikan jumlah katalis yaitu 5 dan 10 % yang ditambahkan ke dalam minyak sawit dan metanol dengan perbandingan mol 1:8, kemudian direfluks dan dilakukan pengadukan pada suhu 60oC

(37)

b. Pengaruh nisbah minyak nabati terhadap metanol

Percobaan dilakukan dengan menvariasikan mol minyak nabati terhadap metanol yaitu 1:4; 1:6; dan 1:8. Ke dalam campuran kemudian ditambahkan katalis dengan jumlah katalis terbaik berdasarkan percobaan sebelumnya. Percobaan selanjutnya dilakukan seperti pada percobaan sebelumnya. Dari serangkaian percobaan ini diperoleh nisbah minyak nabati terbaik terhadap jumlah metanol.

c. Pengaruh waktu

Untuk percobaan ini dilakukan menggunakan kondisi optimum yang telah diperoleh dari percobaan a, dan b. Percobaan dilakukan dengan waktu yang berbeda, yakni 15, 30, dan 45 menit, untuk mendapatkan waktu terbaik.

8. Analisis produk reaksi transesterifikasi

Produk yang dihasilkan dari kondisi optimum reaksi transesterifikasi minyak kelapa dianalisis dengan menggunakan Gas Chromathography-Mass

Spectroscopy (GC-MS). Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi komponen dalam produk, dan secara khusus untuk melihat apakah semua trigliserida yang terdapat dalam minyak nabati mampu diubah menjadi mono ester. Adapun langkah-langkah penggunaan GC-MS sebagai berikut:

1. Transformator/power supply dinyalakan, kemudian tombol “on” ditekan pada alat GC-MS, berturut-turut untuk power pada Ion Gauge (I.G.), MS, dan GC. Gas He dialirkan, dan dihidupkan pula komputer, monitor, dan printer.

(38)

3. GC-MS monitor diaktifkan, set temperatur injector, kolom, dan detector. Kemudian ditunggu hingga tekanan vakum di bawah 5 kPa

4. Tuning diaktifkan, diklik auto tune, load method yang akan digunakan, kemudian diklik start dan ditunggu beberapa saat sampai hasilnya diprint-out, setelah selesai diklik close tuning

5. Method development diaktifkan, set GC parameter, set MS parameter, save method yang telah dideskripsikan, kemudian diklik exit.

6. Real Time Analysis diaktifkan, dipilih single sample parameter, kemudian diisi dengan deskripsi yang diinginkan

7. Dilakukan Send Parameter, ditunggu sampai GC dan MS ready, kemudian dilakukan injeksi sampel.

8. Ditunggu sampai analisis selesai

9. Post Run Analysis diaktifkan, kemudian dipilih Browser untuk analisis sampel secara kualitatif.

10.Dilakukan pengaturan peak top comment (peak label), dan reintegrasi Load file yang dianalisis. Kemudian dipilih display spectrum search pada peak tertentu dan dilakukan report pada bagian yang diinginkan.

11.Untuk mengakhiri, temperatur injektor, kolom, dan detektor pada GC-MS monitor didinginkan sampai temperatur ruangan (30 oC). Bila sudah

(39)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa:

1. Katalis menunjukkan aktivitas katalitik untuk transesterifikasi minyak kelapa sawit yang dipelajari dengan tingkat konversi yang bervariasi. 2. Kondisi optimum dalam reaksi transesterifikasi dengan pencapaian persen

konversi optimum diperoleh pada suhu 60oC, waktu 30 menit, katalis 10%,

dan perbandingan molar reaktan 1:4.

3. Hasil penelitian menunjukkan biodiesel yang diperoleh mempunyai kandungan senyawa metil palmitat dengan komposisi tertinggi yang

merupakan komponen utama minyak kelapa serta memiliki viskositas, cetana number dan massa jenis yang memenuhi standar SNI.

(40)

B. Saran

Pada penelitian lebih lanjut disarankan melakukan preparasi katalis TiO2/SiO2

menggunakan metode ultrasonikator dengan waktu yang lebih lama agar diperoleh katalis TiO2/SiO2 dalam skala nanokatalis dan perlu diteliti pengaruh

(41)

Judul : Transesterifikasi Minyak Sawit dengan Metanol dan Katalis Heterogen Berbasis Silika Sekam Padi (TiO2/SiO2)

Nama Mahasiswa : Wanti Simanjuntak No. Pokok Mahasiswa : 0817011013

Jurusan : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Kamisah D. Pandiangan, M.Si. Wasinton Simanjuntak, Ph.D. NIP. 197212051997032001 NIP. 195907061088111001

2. Ketua Jurusan

(42)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Kamisah D. Pandiangan, M.Si ...

Sekretaris : Wasinton Simanjuntak, Ph.D ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Rudy T.M. Situmeang, M.Sc ...

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Suharso, Ph.D NIP 196905301995121001

(43)

Hasil orang benar adalah pohon kehidupan

Dan siapa bijak, mengambil hati orang

“Amsal 11: 30”

Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan,

tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.

“Amsal 1: 7”

Bisikkanlah terus doamu di pagi dan petang

Dimalam pun jangan ragu, hatimu kan

tenang karena Allah akan selalu menjawab

doamu .

Lakukanlah yang terbaik setiap hari dalam hidupmu, karena kita

tidak tahu apa yang terjadi hari esok. Dan selalu andalkan Tuhan

dalam menjalani hari-harimu

“Wanti Simanjuntak”

Mengucap syukur untuk segala hal akan membuat kita mengerti

betapa indahnya karya dan rencana Tuhan dalam hidup kita.

(44)

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan,

dan bertekunlah dalam doa “Roma 12:12”

Terimakasih Tuhan atas pengharapan, kesabaran dan ketekunan

yang Tuhan anugrahkan kepadaku. Karena semua itu aku mampu

mengalahkan tantangan untuk mencapai impianku untuk memulai

impian yang baru.

Karya ini kupersembahkan buat keluargaku

tersayang

Papaku Barani Simanjuntak

Mamaku Rosti Tampubolon

Abangku Nandang Hallason Simanjuntak, Edaku L. Br.Manurung dan

ponakanku Nikodemus Simanjuntak

Kakakku Novita Rosmauli Simanjuntak

Abangku Nehru Bos Rapot Simanjuntak

Adik-adikku

Melva Olania Simanjuntak, Limhot Siswantoro Simanjuntak, Sandi Junior

Simanjuntak, dan Anugrah Hasonangan Simanjuntak

Keluarga besar Op. Gonggom Simanjuntak/br.Silitonga

Keluarga besar Op. Pangihutan Tampubolon/br. Simanjuntak

(45)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Uratnihuta, Tapanuli Utara pada tanggal 01 Nopember 1990 putri ke empat dari delapan bersaudara dari buah cinta pasangan Bapak Barani Simanjuntak dan Ibu Rosti Tampubolon.

Penulis menamatkan pendidikan Sekolah dasar di SDN 2 Onanrunggu pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 2 Sipahutar pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas ( SMA) di SMAN 1 Siborong-borong pada tahun 2008. Penulis diterima di Universitas Lampung melalui jalur PKAB (Penelusuran Akademik dan Bakat) pada tahun 2008.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Perkantas Lampung sebagai anggota sie Kelompok Kecil (KK) dan koordinator bidang Pembinaan. Selama menjadi mahasiswa kimia Universitas Lampung, penulis pernah aktif sebagai asisten Praktikum Kimia Dasar untuk mahasiswa Agribisnis, Agroekoteknologi, Teknik Hasil Pertanian dan Teknik Geofisika. dan menjadi asisten praktikum Kimia Fisik untuk mahasiswa S1 Teknik Kimia tahun ajaran 2011-2012.

Pada tahun 2009 penulis juga pernah menjadi pemenang Hibah Program

(46)
(47)

SANWACANA

Syalom..

Segala Puji dan hormat penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena hikmat, Kasih dan Karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul "Transesterifikasi Minyak Sawit dengan Metanol dan Katalis Heterogen Berbasis Silika Sekam Padi (TiO2/SiO2)" adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan rintangan, namun itu semua dapat penulis lalui karena Kasih Setia Tuhan Yesus Kristus serta bantuan dan dorongan semangat dari orang-orang yang hadir

dikehidupan penulis. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada :

(48)

2. Bapak Wasinton Simanjuntak, Ph.D., selaku pembimbing II penelitian yang telah memberikan bimbingan, kritik, saran, motivasi dan kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. 3. Bapak Dr. Rudy T.M. Situmeang, M. Sc., selaku penguji penelitian yang

telah memberikan semangat, kritik, saran, dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Y. M.T, selaku Pembimbing Akademik atas kesediaannya utuk memberikan bimbingan, bantuan, nasehat, dan informasi yang bermanfaat kepada penulis.

5. Bapak Andi Setiawan, Ph.D., selaku ketua Jurusan Kimia FMIPA Unila. 6. Bapak Prof. Suharso, Ph.D selaku Dekan FMIPA Unila.

7. Dirjen DIKTI yang telah mendanai penelitian ini melalui program Hibah Strategis Nasional Tahun Anggaran 2011.

8. Seluruh dosen FMIPA Unila yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis selama kuliah.

(49)

pengorbanan papa dan mama. Sekali lagi terima kasih mama dan papa. Tuhan selalu menyertai papa dan mama.

10. Abang, Kakak dan adik-adikku yang amat sangat saya sayangi dan banggakan Abang, Eda dan ponakanku (Nikodemus), Novita Rosmauli Simanjuntak (terima ksaih kak untuk kesabaran kakak dalam membimbing saya dan kerendahan hati serta pengorbananmu untukku), Nehru Bos Rapot

Simanjuntak, Melva Olania Simanjuntak, Limhot Siswantoro Simanjuntak, Sandi Junior Siamnjuntak, dan Anugrah Hasonangan Simanjuntak, terima kasih ya atas doa, kasih sayang, kerendahan hati, semangat, pengorbanan dan dukungan kalian. Aku mengasihi kalian. Tuhan memberkati kalian. Amin. 11. Evi Rawati Sijabat rekan se-Tim ku yang amat sangat membantu, mendukung

serta menyemangatiku disaat aku merasa jenuh dalam penelitian kita. Dengan kerendahan hati, ku ucapkan ”Terima Kasih” untuk kerjasama dan semangat yang sudah diberikan.

12. Teman2 di Laboratorium Polimer, kak Riri, Vinin, Reza, terimaksih atas semua bantuan dan kebersamaan kita, serta Juju, Meta, Nunk dan Gege (semangat terus ya dek.. n kapan kita metis lagi? )

13. Kak Vera Seftaria, S.Si dan kak Sony Sascori, S.Si untuk bimbingannya. Kakak adalah pembimbing ketigaku. “makasih ya kak”.

14. Mbak Ipung, terima kasih telah membantu dalam analisis GC-MS. 15. Sahabat-sahabat terbaikku yang tidak bosan-bosannya mendengar segala

(50)

Dendiko, M.Amin, M Ramdan, Ani Sulistriani, Elianasari, Putri Febriani, Rudi, Vivi, Rudi, Robbi, Qiqi, Rafel, Rikki, Subari, Dewi, dan yang lainnya. Terima kasih teman atas dukungan, kebersamaan selama ini, keceriaan kalian disetiap hari-hariku, aku sangat bersyukur mengenal kalian, semoga Yang Maha Kuasa selalu memberikan Anugerah-Nya untuk keberhasilan kita. Sukses untuk kita semua ya sahabat-sahabatku . SEMANGATT ! GBU all 

16. Kakak-kakak Kimia 2006, 2007, dan adik-adik kimia 2009, 2010, 2011 dan 2012 FMIPA Unila terima kasih atas segala dukungannya.

17. Keluarga keduaku komponen Perkantas Lampung khususnya teman2 PMK (Mas Adi, B’Roy, B’Ricchan, B’Crismes, B’Tommy, B’Benny, Mas Atif, B’Cucun, B’Haposan, B’Frank, Mb’Yulia, Mb’Dani, Kak Ester (Kak

Chelsen), Kak Rismars, Kak Tina, Kak Eby, Kak Nella, Guntur, Lenny, Lena, Melani, Juni, Apri, Netty, Lena. Makasih ya teman2 untuk dukungan doa, kasih sayang, motivasi kalian serta kesabaran mendengarkan curhatku. Terima kasih telah menjadi berkat bagiku.

18. Teman2 POMMIPA untuk perhatian, doa dan kasih persaudaraan yang kalian berikan untukku, serta keluarga kecilku KK 3G (kak Dya (semangat ya kakak co assnya), Adel, Santi, Lenny, Eny, Evi) terima kasih atas doa dan

(51)

19. Keluarga besar Op. Gonggom Simanjuntak/br. Silitonga dan keluarga besar Op. Pangihutan Tampubolon/br. Simanjuntak, untuk doa, motivasi, dan materiil yang sudah diberikan kepada penulis. Tuhan Yesus yang selalu menyertai kalian. Amin.

20. Teman-teman kost wisma Dewi: Tori, Neka, Irke, Ratih, Ana, Aan, adik-adikku Thata, Meta dan Iya. Terima kasih untuk dukungan, doa, dan semangat yang diberikan serta kebersamaan kita.

21. Abang Liat Sihombing, terima kasih ya bang atas dukungan doa, semangat, motivasi dan kasih sayang yang selama ini diberikan kepada saya. Terima kasih telah mengingatkan saya untuk terus belajar. Tuhan memberkati abang. 22. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

penyusunan skripsi ini. Terima kasih.

Kiranya Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus selalu memberkati kita dimana pun kita berada. Amin. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis

Gambar

Tabel 1.  Persen konversi esterifikasi asam oleat dan asam palmitat dengan bantuan katalis logam-silika pada suhu 70oC dan waktu 120 menit
Gambar 1, dan  dikatalisis dengan suatu  asam (Fessenden, 1986).
Gambar 2. Tahap-tahap reaksi esterifikasi
Gambar 3  : Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi ester
+7

Referensi

Dokumen terkait

Evaluation of the results of plasma cefepime levels against time indicated that the Evaluation of the results of plasma cefepime levels against time indicated that the

Setelah mendeteksi ritme jantung yang dapat diberi shock, AED akan menyarankan operator untuk menekan tombol SHOCK (hanya 9300E) untuk memberikan shock defibrilasi diikuti

Sistem tanpa pembobotan kalimat menghasilkan peta pikiran dengan rata-rata jumlah kata kunci penting cabang utama sebesar 75% dan rata-rata jumlah cabang anak

namun, turbin angin vertikal memiliki keunggulan yaitu Turbin angin sumbu vertikal tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah, tidak seperti turbin

Impak kemukjizatan al-Quran yang dibahas melalui disiplin linguistik khususnya disiplin nahu Arab yang berinstrumenkan elemen al-Maf c ul al-Mutlaq ini, telah menemukan

Terima Kasih untuk rekan-rekan Mahasiswa kelas malam Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta, yang telah membantu serta kekompakan dan

Penilitian ini akan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Propinsi Jawa Tengah dengan menggunakan model regresi probit

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa asupan energi yang cukup cenderung memiliki kebugaran jasmani baik sebanyak 50%, asupan protein yang cukup cenderung memiliki kebugaran