• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMASARAN GETAH KARET HASIL AGROFORESTI DI KELURAHAN SUMBER AGUNG KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMASARAN GETAH KARET HASIL AGROFORESTI DI KELURAHAN SUMBER AGUNG KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PEMASARAN GETAH KARET HASIL AGROFORESTRI DI KELURAHAN SUMBER AGUNG KECAMATAN KEMILING

KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

Tri Restu Indriani

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PEMASARAN GETAH KARET HASIL AGROFORESTRI DI KELURAHAN SUMBER AGUNG KECAMATAN KEMILING

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh :

Tri Restu Indriani

Bagi petani di Kelurahan Sumber Agung, karet yang diusahakan di lahan hutan merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, namun petani karet masih mengalami kendala terutama dalam aspek pemasaran. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai pemasaran getah karet hasil agroforestri di Kelurahan Sumber Agung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari struktur pasar, perilaku pasar, keterpaduan pasar melalui margin pemasaran, korelasi harga, elastisitas transmisi harga dan efisiensi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 2 (dua) saluran pemasaran karet di Kelurahan Sumber Agung, yaitu saluran 1 ( petani, pedagang pengumpul, PTPN VII) dan saluran 2 (petani, pedagang pengumpul, pedagang di Palembang). Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa sistem pemasaran karet di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling tidak efisien, hal ini ditunjukkan oleh penyebaran margin keuntungan dan Rasio Profit Margin (RPM) pada tingkat lembaga pemasaran di masing-masing saluran pemasaran yang tidak merata. Nilai margin keuntungan berkisar antara Rp 4.884,00-Rp 9.683,00 dan nilai RPM 2,85 - 30,85. Nilai koefisien regresi untuk pemasaran karet sebesar 0,109 dan elastisitas

transmisi sebesar 1,67. Hal ini menunjukkan bahwa struktur pasar yang terbentuk adalah pasar bersaing tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan oligopsoni dan sistem pemasaran berlangsung tidak efisien. Oleh karena itu perlu ada pengaturan atau intervensi pemerintah untuk merubah pasar oligopsoni ke arah pasar bersaing sempurna.

(3)

ABSTRACT

THE MARKETING OF RUBBER LATEX

FROM AGROFORESTRY LAND IN SUMBER AGUNG VILLAGE, SUB DISTRICT OF KEMILING, CITY OF BANDAR LAMPUNG

By:

Tri Restu Indriani

For farmers of Sumber Agung rubber trees planted in forest area has a high economic value. However farmers are still having problems, especially in the aspect of marketing. Hence research on the marketing of rubber latex harvested from agroforestry land in Sumber Agung Village is significantly needed to be conducted. The objective of this research was to study the marketing channels, market integration, and marketing efficiency of rubber latex in Sumber Agung Village, Sub District of Kemiling, Bandar Lampung.

The result of this research indicated that the marketing channels of rubber latex in Sumber Agung village had 2 (two) patterns, namely channel 1 (farmers,

collectors, Goverment Plantation Company/PTPN), and channel 2 (farmers, collector. Palembang). Data system was considered inefficient because the distribution of Profit margin and Profit Margin Rasio (RPM) at marketing

agencies level in each marketing channels were not evenly distributed. The values of profit margin were ranging between Rp 4.844,00 – Rp 9.683,00 and RPM values were between 2,85 – 30,55. The value of regression coefficients was 0,109, with the transmission elasticity of 1,67. These values indicated the presence of imperfectly competitive market structure, where there is oligopsoni strength and inefficient marketing system.

(4)

PEMASARAN GETAH KARET HASIL AGROFORESTI DI KELURAHAN SUMBER AGUNG KECAMATAN KEMILING

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Tri Restu Indriani

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : PEMASARAN GETAH KARET HASIL AGROFORESTRI DI KELURAHAN SUMBER AGUNG KECAMATAN

KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG Nama Mahasiswa : Tri Restu Indriani

Nomor Pokok Mahasiswa : 0714081019

Jurusan : Kehutanan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Rommy Qurniati, S.P.,M.Si. Wahyu Hidayat, S.Hut.,M.Sc. NIP 197909122002122001 NIP 197911148009121001

2. Ketua Jurusan

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Rommy Qurniati, S.P.,M.Si.

Sekretaris : Wahyu Hidayat, S.Hut., M.Sc. Penguji

Bukan Pembimbing : Dr.Ir.Hj Christine Wulandari,M.P.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 6 Juli 1989, merupakan anak ke tiga dari enam bersaudara, putri dari buah cinta pasangan Hi. Chairul Anwar dan Hj. Juairiah.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada tahun 2001 di SD Al-Kautsar Bandar lampung, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 9 Bandar Lampung, Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2007 di SMA YP Unila Bandar Lampung. Pada tahun 2007, Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui Seleksi PKAB.

(8)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT dan shalawat serta salam disampaikan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pemasaran Getah Karet di Kelurahan

Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Madya Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada beberapa pihak, sebagai berikut : 1. Ibu Rommy Qurniati, S.P.,M.Si. selaku dosen pembimbing kesatu atas

bimbingan, dan arahan yang telah diberikan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

2. Wahyu Hidayat, S.Hut.,M.Sc. selaku dosen pembimbing kedua atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan sampai selesainya skripsi ini. 3. Ibu Dr.Ir.Hj Christine Wulandari,M.P. selaku dosen penguji atas saran, kritik,

dan nasehat yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini. 4. Bapak Dr.Ir.Agus Setiawan.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

(9)

6. Keluarga penulis ayu Nita, ayu Nina, eti, abang arif, shofa atas segala doa, motivasi, kesabaran hati, serta dukungan moril dan materil yang sudah diberikan kepada penulis selama ini.

7. Pak daud dan Ibu beserta Keluarga atas keramahan waktu serta bantuan yang telah diberikan kepada penulis serta para petani agroforestri Kelurahan Sumber Agung atas bantuan yang telah diberikan penulis

8. Teman-teman Penulis yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terimakasih atas bantuan dan motivasinya dalam membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada Penulis. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Mudah–mudahan skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, Agustus 2012

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran ... 6

2. Diskusi proses penyebaran kuisioner dengan petani karet Kelurahan Sumber Agung ... 57

3. Bentuk cetakan karet di Kelurahan Sumber Agung ... 57

4. Proses produksi di Pabrik PTPN VII. ... 58

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...

vii

DAFTAR GAMBAR ...

viii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 3

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Agroforestri ... 7

B.Karet ... 10

C.Lateks... 11

D.Produksi Karet... 12

E. Pemasaran ... 15

F. Analisis Pemasaran ... 16

III. METODE PENELITIAN

. A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

B. Alat dan Obyek Penelitian ... 20

(12)

E. Metode Pengumpulan Data ... 22

F. Tehnik Pengumpulan Data ... 22

G. Metode Analisi Data ... 23

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kondisi Fisik Wilayah ... 29

1.Letak dan Luas ... 29

2.Topografi ... 29

3.Tanah dan Batuan Induk ... 29

4.Iklim ... 30

B. Keadaan Sosial Ekonomi dan Tingkat pendidikan Penduduk ... 30

C.Keadaan Umum Petani Responden ... 31

D.Sarana dan Prasarana ... 34

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Agroforestri Karet di Kelurahan Sumber Agung ... 35

B.Pemanenan Karet Di Kelurahan Sumber Agung ... 37

C.Pasca Panen Di Kelurahan Sumber Agung ... 37

D.Pemasaran Karet Di Kelurahan Sumber Agung ... 38

E. Struktur, Perilaku dan Saluran Pemasaran ... 39

1.Struktur Pasar ... 39

2.Perilaku Pasar ... 41

3.Saluran Pemasaran ... 42

F. Analisis Keragaan Pasar ... 44

1.Analisis Margin Pemasaran ... 44

2.Analisis Keterpaduan Pasar ... 48

A. Analisis Korelasi Harga ... 48

(13)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...

52

A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ...

54

LAMPIRAN ...

58

Tabel ... 55--56

(14)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agroforestri sangat berperan dalam menanggulangi masalah kerusakan hutan baik upaya pencegahan maupun rehabilitasi. Peran agroforestri yang utama pada fungsinya memproduksi barang dan jasa untuk kesejahteraan petani atau masyarakat dan kelestarian hutan dan lahan serta ekosistemnya. Agroforestri dapat memberikan manfaat multiguna bagi petani/masyarakat dan lahan, karena agroforestri dapat menghasilkan produk atau barang berupa kayu, pangan, makanan ternak, obat-obatan, dan lain-lain, dan jasa lingkungan berupa menyuburkan tanah dan pengendalian erosi, perbaikan lingkungan, menambah estetika dan lain-lain (Huxley, 1999). Salah satu produk hasil agroforestri yaitu karet. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan Provinsi Lampung yang tersebar hampir diseluruh Kabupaten di Provinsi Lampung.

(15)

2 Provinsi Lampung, 2010). Salah satu kelurahan penghasil karet di Bandar Lampung yaitu Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling.

Petani Karet di kelurahan Sumber Agung mengusahakan karet di lahan hutan dengan sistem penanaman agroforestri. Berdasarkan data dari Kelompok Pengelola Pelestari Hutan (KPPH) Sumber Agung, salah satu tanaman yang ditanam adalah tanaman karet (Hevea braziliensis) yang dikombinasikan dengan tanaman lain seperti durian (Durio zibethinus), tangkil (Gnetum gnemon), alpukat (Persea americana), nangka (Arthocarpus heterophylla), cempaka (Michelia champaca), petai (Parkia speciosa), dan tanaman perkebunan yaitu kopi (Coffea robusta), vanili (Vanilli planifolia), lada (Piper nigrum) dan coklat (Theobroma cacao) (Kelompok Pengelola Pelestari Hutan Sumber Agung, 2010).

Petani di Sumber Agung menjadikan tanaman karet sebagai usaha sampingan untuk meningkatkan pendapatan. Secara umum masyarakat kurang

(16)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui struktur, perilaku pasar dan saluran pemasaran karet hasil agroforestri di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung.

2. Mengetahui keragaan pasar karet hasil agroforestri di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung.

3. Menganalisis efisiensi pemasaran karet hasil agroforestri di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai sumber informasi bagi petani karet di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung.

2. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian terhadap aspek yang sama.

D. Kerangka Pemikiran

(17)

4 masyarakat sekaligus menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan (Siahaan, 2004).

Masyarakat memanfaatkan hasil hutan non kayu berupa karet dengan

memanen getah karet yang kemudian akan dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari–hari. Masyarakat menanam karet dengan cara tradisional dengan menggunakan pola campuran (agroforestri) atau kombinasi

penanaman antara tanaman karet dengan tanaman semusim. Karet dengan pencampuran atau kombinasi tanaman menurut de Foresta dan Michon (1992) merupakan suatu bentuk agroforestri karet yang biasa terdapat pada dataran-dataran rendah di Sumatera dan Kalimantan yang mempunyai hutan sekunder dengan tegakan-tegakan lebat, pohon-pohon rendah dan pergantian spesies yang sangat cepat.

Getah karet yang sudah dipanen memerlukan pemasaran, hal ini dikarenakan karet yang telah dipanen dan dilakukan suatu proses produksi akan

menghasilkan suatu nilai ekonomi. Pemasaran karet seperti halnya

pemasaran komoditas lainnya harus melewati berbagai lembaga pemasaran dalam suatu sistem pemasaran. Sistem pemasaran yang produktif dan efisien tergantung pada efisiensi penggunaan sumberdaya yang ada (Efendi, 2005). Efisiensi pemasaran ditujukan untuk mencapai suatu keuntungan kompetitif dengan biaya yang lebih rendah dan jasa lebih baik (Qurniati, 2006). Dalam penelitian ini sistem pemasaran akan dilihat dari bagaimana saluran

(18)

Dalam penelitian ini sistem pemasaran akan dilihat dari bagaimana struktur, perilaku pasar dan saluran pemasaran, keragaan pasar yang terdiri dari analisis margin pemasaran dan keterpaduan pasar. Untuk menganalisis efisiensi yang dilakukan produsen digunakan analisis marjin pemasaran. Dengan analisis marjin pemasaran akan diketahui tingkat efisiensi

operasional serta efisiensi harga dari pemasaran.

(19)

6 Berdasarkan uraian di atas maka bagan kerangka pemikirannya adalah

sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran

Pemungutan Hasil Hutan Non Kayu

Getah Karet

Pemasaran

Pemanfaatan Hasil Hutan Non-Kayu

Struktur dan Prilaku Pasar

a. Analisis Struktur Pasar b. Analisis Perilaku Pasar c. Analisis Saluran Pemasaran d.

Analisis Keragaan Pasar

a. Analisis Margin Pemasaran b. Analisis Keterpaduan Pasar Efisiensi Pemasaran

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Agroforestri

Kehadiran agroforestri sekarang ini semakin dibutuhkan karena mempunyai manfaat yang bersifat ekonomis, sosial dan ekologis. Agroforestri

merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan kehutanan yang mencoba mengenali dan mengembangkan sistem-sistem agroforestri yang telah dipraktekkan oleh petani sejak berabad-abad yang lalu (Hairiah, dkk, 2003).

Lundgren dan Raintree mengatakan bahwa agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palm, bambu, dan sebagainya) ditanam bersamaan dengan tanaman pertaian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan.

Beberapa ciri khas yang dimiliki oleh sistem agroforestri (Widianto, dkk, 2003) adalah:

(21)

8 agroforestri, yaitu pepohonan atau tanaman tahunan dan tanaman

semusim,

2. Ada interaksi antara pepohonan dan tanaman semusim, terhadap penangkapan cahaya, penyerapan air dan unsur hara,

3. Transfer silang antara pohon dengan tanaman, 4. Perbedaan perkembangan tanah,

5. Banyak macam keluaran.

Banyak spesies agroforestri telah dikenal sebagai tanaman pertanian atau tanaman kehutanan atau sebagai tanaman dengan keuntungan ekonomi lainnya. Kebanyakan spesies yang diolah dengan perhatian manajerial dan dipanen pada interval frekuensi tertentu untuk produksi ekonomi, salah satunya melalui regenerasi spesies berdurasi pendek secara berulang dan pemanenan pohon yang sama berulangkali diklasifikasikan.

Menurut Budiman dkk., (1994) pola campuran atau kombinasi karet dengan tanaman lainnya disebut sebagai suatu Sistem Agroforestri Karet atau Rubber Agroforestry System (RAS) yaitu suatu pola agroforestri pada karet yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas hasil panen, termasuk karet itu sendiri sebagai hasil utama dan juga hasil sampingan seperti buah-buahan, kayu, rotan, dan lain-lain dengan suatu sistem intensifikasi dan untuk

kepentingan kelestarian karet tersebut sebagai tanaman pertanian. Sedangkan tanaman yang ditanam dan dikelola kurang intensif, kemudian dipanen

setelah siklus produksi yang panjang dan biasanya produk berupa kayu, tanaman ini termasuk kelompok kehutanan (Nair, 2002).

(22)

Keunggulan agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya yaitu sistem agroforestri menghasilkan diversitas (keragaman) yang tinggi, baik menyangkut produk (kayu, nonkayu dan tanaman semusim) maupun jasa (sumber air dan menjaga ekologi hutan). Selain itu agroforestri mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan sehingga dapat menjamin stabilitas dan kesinambungan pendapatan petani dengan tetap menjaga kelestarian hutan (Rianse dan Abdi, 2009).

Teknologi agroforestri mestinya sudah dipraktekkan secara modern tanpa meninggalkan fungsinya sebagai pendukung ketahanan masyarakat miskin. Pengembangan agroforestri, menurut (Mustofa, 2010) meliputi tiga aspek, yaitu :

1. Meningkatkan produktivitassistem agroforestri,

2. Mengusahakan keberlanjutan sistem agroforestri yang sudah ada, dan 3. Penyebarluasan sistem agroforestri sebagai alternatif atau pilihan dalam

penggunaan lahan yang memberikan tawaran lebih baik dalam berbagai aspek (adoptability).

Sistem agroforestri memiliki pola-pola tertentu dalam mengkombinasikan komponen-komponen tanaman penyusunnya. Karakteristik pola tanam agroforestrisangat tergantung pada pemilik lahan serta karakteristik lainnya. Tujuan akhir yang ingin dicapai yaitu prioritas produksi sehingga membuat pola tanam berbeda antara satu lahan dengan lahan lainnya.

(23)

10 perubahan ekonomi dan moneter (pasar, harga, dan lain-lain). Keluwesan berbagai praktek agroforestri memungkinkan menjadi penyangga (buffer) terhadap berbagai gejolak, paling tidak untuk sementara waktu atau jangka pendek. Oleh karena itu sistem agroforestri merupakan salah satu alternatif penggunaan lahan yang diharapkan mampu bersaing dengan sistem-sistem lainnya (Sundawati, dkk, 2008).

B. Karet

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang hasil panennya berupa getah (lateks). Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam

perekonomian Indonesia, banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditi getah ini, karet tidak hanya diusahakan oleh

perkebunan-perkebunan besar milik negara tapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat (Penebar Swadaya, 2008).

Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia yaitu 3,4 juta hektar. Akan tetapi, tingkat produktivitas tanaman karet di Indonesia pada tahun 2007 baru mencapai 996 kg/ha/tahun, tingkat produktivitas tanaman karet Indonesia ini lebih rendah dari pada tingkat produktivitas tanaman karet Thailand yang mencapai 1.675 kg/ha/tahun (Bastari, 2008).

Klasifikasi tanaman karet menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

(24)

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesis : Hevea braziliensis Muell. Arg.

Tanaman menghasilkan (TM) adalah masa disaat tanaman karet sudah dapat berproduksi atau disadap untuk diambil lateksnya. Pemeliharaan tanaman menghasilkan harus optimal dan diperhatikan agar produksi dari tanaman karet tersebut maksimal. Tanaman karet siap sadap (masa panen) bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan ganggguan terhadap pertumbuhan dan

kesehatan tanaman (Dalimunte, 2004).

C. Lateks

Lateks merupakan cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet berwarna putih seperti susu kental dan belum mengalami penggumpalan. Menurut Harahap (2008), lateks diperoleh dengan cara menyadap antara kambium dan kulit pohon batang tanaman karet. Getah karet atau lateks terdiri dari molekul metil.

(25)

12 Pada dasarnya penyadapan adalah kegiatan pemutusan atau pulukaan

pembuluh lateks. Pembuluh lateks yang terluka atau terputus tersebut akan pulih kembali seiring dengan berjalannya waktu, sehingga jika dilakukan penyadapan kedua kalinya, kulit akan tetap mengeluarkan lateks (Heru dan Handoko, 2008).

Penanganan panen (penyadapan lateks) sangat berpengaruh terhadap mutu akhir lateks. Waktu penyadapan yang baik adalah jam 05.00 - 07.30 pagi. Penyadapan lateks yang tidak tepat waktunya dan penanganan setelah penyadapan yang tidak benar menyebabkan lateks yang diperoleh bermutu rendah, walaupun teknis budidaya dilakukan dengan baik. Sehingga jika lateks tersebut diolah menjadi produk lain akan menghasilkan produk yang berkualitas rendah pula (Cahyano, 2010).

Kadar karet kering (KKK) atau sering disebut Dry Rubber Content

(26)

D. Produksi Karet

Perkembangan produksi karet di Indonesia selama tahun 2008 sampai tahun 2010 berfluktuasi (BPS, 2011). Pada tahun 2008 produksi karet mencapai 2,74 juta ton atau 0,43 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 mengalami penurunan 11,05 persen menjadi sebesar 2,44 juta ton. Pada tahun 2010 produksi karet mengalami peningkatan sekitar 12,08 persen atau menjadi 2,7 juta ton.

Pada tahun 2010 produksi karet terbesar dari Propinsi Sumatera Selatan yaitu sebesar 534,93 ribu ton yang berarti sekitar 19,56 persen dari total produksi karet Indonesia. Persentase produksi karet yang diusahakan oleh perkebunan rakyat selama periode tahun 2008-2010 yakni sekitar 78,32 - 78,6 persen, perkebunan besar negara 9,51 - 10,06 persen dan untuk perkebunan swasta berkisar 11,34 -12,17 persen (BPS 2010).

Menurut sumber dari Statistik Perkebunan 2009-2011 Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal Perkebunan menyebutkan, tahun 2006 produksi

perkebunan rakyat 289.633 ton, produksi perkebunan swasta 3.020 ton, tahun

2009 produksi perkebunan rakyat 270.248 ton, produksi perkebunan swasta

2.925 ton, tahun 2010 produksi perkebunan rakyat 287.345 ton, produksi

(27)

14

E. Pemasaran

Pemasaran dapat diartikan dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit pengertian pemasaran adalah sebagai proses penyampaian barang atau jasa dari produsen atau penjual kepada konsumen atau pembeli sedangkan dalam arti luas pemasaran berarti suatu proses, sistem seni ilmu dalam rangka memberikan kepuasan kepada konsumen atau pembeli sekaligus merealisir volume penjualan dan tercapainya tujuan perusahaan (Mustafid, 2002).

Menurut Soekartawi (2002) pemasaran pada prinsipnya merupakan aliran barang dari produsen ke konsumen, dan aliran pemasaran ini terjadi karena adanya lembaga pemasaran. Peranan lembaga pemasaran ini sangat

tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran barang yang dipasarkan. Oleh karena itu, dikenal istilah saluran pemasaran atau

marketing channel. Lembaga pemasaran memegang peranan penting dan juga menentukan dalam saluran pemasaran.

Pemasaran atau marketing merupakan semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan pemintaan efektif. Definisi tersebut menunjukan bahwa kegiatan pemasaran bukanlah semata–mata kegiatan untuk menjual barang atau jasa, sebab kegiatan sebelum dan

(28)

Fungsi pemasaran (Qurniati, 2006) adalah berbagai kegiatan atau tindakan-tindakan yang dapat memperlancar dalam proses penyampaian barang atau jasa yang bersangkutan dari tingkat konsumen.

Fungsi-fungsi tersebut dapat dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu :

1. Fungsi pertukaran, adalah kegiatan memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri dari dua fungsi yaitu: (1) fungsi pembelian, dan (2) fungsi penjualan.

2. Fungsi fisik, adalah semua tindakan yang berlangsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk, dan waktu. Fungsi fisik meliputi: (1) fungsi penyimpanan, (2) fungsi pengolahan, dan (3) fungsi pengangkutan.

3. Fungsi fasilitas, adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari: (1) fungsi standarisasi dan

grading, (2) fungsi penanggungan resiko, (3) fungsi pembiayaan, (4) fungsi informasi.

F. Analisis Pemasaran

(29)

16

1. Struktur Pasar, Perilaku Pasar dan Saluran Pemasaran

Menurut Hasyim (1994) organisasi pasar adalah suatu istilah umum yang mencangkup seluruh aspek suatu sistem tataniaga tertentu. Pada dasarnya organisasi pasar secara umum dapat dikelompokkan dalam tiga komponen sebagai berikut :

1. Struktur pasar (Market Structure) adalah karakteristik organisasi dari suatu pasar, yang untuk praktiknya, adalah karakteristik yang

menentukan hubungan antara para pembeli dan para penjual, antara penjual satu dengan penjual yang lain, dan hubungan antara penjual dipasar dengan para penjual potensial yang akan masuk ke dalam pasar. Unsur-unsurnya adalah ukuran jumlah pembeli dan penjual yang dapat menjamin suatu intensitas persaingan yang memadai dalam harga dan kualitas, diferensiasi produk, dan rintangan masuk pasar. 2. Perilaku pasar (Market Conduct) adalah pola tingkah laku dari

lembaga pemasaran dalam hubungannya dengan sistem pembentukan harga dan praktik transaksi melalui pembelian dan penjualan secara horizontal dan vertikal atau dengan kata lain tingkah laku perusahaan dalam struktur pasar tertentu, terutama bentuk-bentuk keputusan apa yang dibuat oleh manager dalam struktur pasar yang berbeda. 3. Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling

(30)

banyaknya pedagang perantara yang dilalui oleh barang niaga tersebut sejak dari produsen hingga ke konsumen akhir (Qurniati, 2006). Saluran distribusi (saluran pemasaran) merupakan suatu perangkat organisasi yang saling tergantung dalam menyediakan satu produk atau untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis (Kotler dan Armstrong, 1998).

Pendistribusian produk ke konsumen memerlukan saluran untuk memperlancar penyampaian dan untuk memastikan bahwa produk berada di tempat yang sesuai. Saluran untuk menyampaikan produk ke konsumen dikenal dengan istilah saluran distribusi atau saluran pemasaran (Yulianti, 2000)

2. Analisis Margin Pemasaran

(31)

18 maka sistem pemasaran tersebut dikatakan belum efisien (Kotler dan Amstrong, 1998).

Menurut Budiarto (2007), parameter efisiensi pemasaran dapat dilihat dari margin keuntungan, dan margin pemasaran serta tingkat efesiensi

operasional nilai margin pemasaran dan margin keuntungan pada masing-masing pola saluran pemasaran karet di wilayah penelitian.

Menurut Soejono (2005) besarnya margin keuntungan yang ada pada masing-masing lembaga pemasaran dapat dijadikan salah satu indikator dari efisiensi suatu pemasaran yang ada. Syarat suatu tataniaga

(pemasaran) dikatakan efisien apabila :

a. Margin keuntungan pada setiap saluran kecil,

b. Rasio margin keuntungan (RPM) tiap saluran menyebar merata.

Margin pemasaran adalah perbedaan harga di tingkat petani (Pf) dan harga di tingkat pengecer (Pr). Produsen dan konsumen sangat berkepentingan terhadap margin pemasaran, karena perubahan marjin pemasaran akan mempengaruhi keuntungan maupun harga di tingkat konsumen. Melalui analisis margin pemasaran akan diketahui (1) Bagaimana perbandingan bagian keuntungan dari masing-masing lembaga yang terlibat dalam proses tataniaga, apakah cukup atau tidak, (2) Bagaimana perbandingan bagian keuntungan dan biaya tataniaga dari berbagai lembaga yang terlibat, apakah cukup logis atau tidak. Margin tataniaga akan

(32)

3. Analisis Keterpaduan Pasar

1. Analisis Korelasi Harga

Analisis korelasi harga merupakan pengukuran statistik tingkat hubungan antara dua variabel yang berguna untuk mengetahui tingkat kebebasannya. Korelasi harga diukur melalui analisis statistik regresi sederhana dengan menggunakan data berkala (time series) berupa data harga bulanan di tingkat petani (Pf) dan di tingkat konsumen (Pr).

2. Analisis Transmisi Harga

Analisis elastisitas transmisi harga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat pedagang pengecer. Melalui hubungan tersebut secara tidak langsung dapat diperkirakan bagaimana keefektifan suatu informasi pasar dan dapat dipergunakan untuk melihat bagaimana bentuk struktur pasar komoditas karet, apakah bersaing sempurna atau tidak, serta

(33)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung pada bulan Maret 2012

B. Objek dan Alat Penelitian

Objek penelitian adalah petani di Sumber Agung Kecamatan Kemiling dan pedagang karet di Kota Bandar Lampung. Alat-alat yang digunakan adalah alat tulis, lembar kuesioner, komputer, kamera, kalkulator, komputer.

C. Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah :

1. Petani karet adalah masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi penelitian yang menanam karet.

2. Lembaga pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan

kegiatan atau fungsi pemasaran dimana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen.

(34)

4. Pedagang besar adalah orang yang membeli karet dari pedagang pengumpul dalam jumlah besar.

5. Struktur pasar adalah suatu hubungan yang terjadi di dalam pasar antara penjual dengan penjual, pembeli dengan pembeli, dan antara penjual dengan pembeli serta kemungkinan keluar masuknya penjual dalam pasar. 6. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan baik oleh petani maupun

oleh pedagang untuk memasarkan karet ke pedagang pengumpul, meliputi biaya transportasi, biaya tenaga kerja yang dinyatakan dalam Rp/kg. 7. Batasan wilayah penelitian adalah kecamatan sampai wilayah Kota Bandar

Lampung.

D. Jenis data yang dikumpulkan

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data pokok yang digunakan untuk mengetahui sistem pemasaran karet di Kelurahan Sumber Agung meliputi data umum responden, kegiatan usaha tani, kegiatan pemasaran, kegiatan peneresan, tatacara pembelian, kaitan mutu dengan harga.

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi data mengenai letak, lingkungan fisik, sosial ekonomi masyarakat, keadaan lahan dan lembaga pemasaran.

E. Metode Pengumpulan data

(35)

22 menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dan data pendukung lainnya.

F. Teknik Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan dua kelompok responden yaitu petani dan pedagang. Penentuan sampel petani dilakukan secara purposive. Sampel petani yang diambil merupakan petani yang memiliki tanaman karet dan yang sebagian besar produksinya sudah dijual. Populasi petani dalam penelitian ini adalah anggota Kelompok Pengelola Pelestari Hutan (KPPH) Kelurahan Sumber Agung yang berjumlah 350 orang.

Jumlah petani yang dijadikan sampel yaitu sebanyak 35 orang, sedangkan penentuan sampel pedagang di Kelurahan Sumber Agung menggunakan metode survei melalui pengamatan langsung dan wawancara bebas berstruktur,diperoleh sebanyak 2 orang, sedangkan untuk di luar Sumber Agung didapat berdasarkan penelusuran rantai pemasaran sampai dengan batasan wilayah Kotamadya Bandar Lampung.

Pada penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 35 KK.

Menurut Arikunto, S. (2002), jika jumlah populasi ≥ 100 orang, maka sampel

yang diambil 10-25 % dari total populasi agar hasilnya lebih baik dan akurat. Rumus tersebut dijabarkan sebagai berikut :

n

= N x i

Keterangan :

n = Ukuran sampel

(36)

i % (100%) = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi).

Perhitungan jumlah sampel pada Kelurahan Sumber Agung adalah sebagai berikut :

Sedangkan untuk pengambilan sampel dalam masing-masing sub populasi menggunakan rumus cluster sampling (Walpole, 1995) sebagai berikut :

n

Nh = Banyaknya sampel yang dari setiap kelompok Ni = Banyaknya anggota dari setiap kelompok n = Jumlah keseluruhan sampel

N = Jumlah keseluruhan populasi

Adapun jumlah responden yang diambil setiap kelompok ditentukan berdasarkan populasi anggota KPPH masing-masing sebesar 10%, jumlah responden per kelompok tergambar pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah responden anggota KPPH Sumber Agung No. Nama Kelompok Jumlah anggota

(orang KK)

Sumber : Data KPPH Sumber Agung, 2012.

(37)

24 Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini untuk menggambarkan kegiatan lembaga pemasaran, pola hubungan antara

produsen dan struktur pasar getah serta untuk mengetahui efisiensi sistem pemasaran yang ada di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling, yaitu dengan perhitungan margin pemasaran, analisis korelasi harga dan elastisitas transmisi harga.

1. Analisis Struktur Pasar, Perilaku Pasar, dan Saluran Pemasaran

A. Struktur Pasar

Parameter yang digunakan untuk analisis pasar, yaitu : (1) jumlah lembaga pemasaran dalam suatu pasar, (2) distribusi lembaga pemasaran dalam berbagai ukuran dan konsentrasi, (3) jenis produk yang dipasarkan, (4) kebebasan lembaga pemasaran lain untuk keluar masuk pasar.

B. Perilaku Pasar

Perilaku pasar dapat di analisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, kerjasama antara lembaga pemasaran serta praktek-praktek lainnya.

C. Saluran Pemasaran

(38)

2. Analisis Keragaan Pasar

1. Margin Pemasaran

Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga pada tingkat petani dan harga ditingkat konsumen akhir. Untuk menghitung berapa besar marjin pemasaran dan marjin keuntungan, secara matematis dapat dihitung dengan rumus (Hasyim, 1994)

Mji = Psi– Pbi , atau Mji = Bti–Πi , atau Πi = Mji– Bti

Untuk total marjin pemasaran adalah : ∑ atau Mj = Pr– Pf

Keterangan :

Mji = Marjin pada lembaga pemasaran tingkat pemasaran ke-i Psi = Harga jual pada lembaga pemasaran tingkat ke-i

Pbi = Harga beli lembaga pemasaran tingkat ke-i Bti = Biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i

Πi = Keutungan lembaga pemasaran tingkat ke-i Mj = Total marjin pemasaran

Pr = Harga ditingkat konsumen Pf = Harga ditingkat petani

2. Analisis Korelasi Harga

(39)

26 kebebasannya. Korelasi harga diukur melalui analisis statistik regresi sederhana dengan menggunakan data berkala (time series) berupa data harga bulanan di tingkat petani (Pf) dan di tingkat konsumen (Pr). Koefisien korelasi harga, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

[ ∑ ∑ ) ∑

√ ∑

Keterangan :

r = koefisien korelasi harga n = jumlah pengamatan

Jika dari hasil perhitungan diperoleh angka koefisien harga (r)

mendekati satu, maka ini menunjukkan keeratan hubungan harga pada kedua tingkat pasar tersebut dan begitu sebaliknya.

3. Analisis Elastisitas Transmisi Harga

Analisis elastisitas transmisi harga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat pedagang pengecer. Melaui hubungan tersebut secara tidak langsung dapat diperkirakan bagaimana keefektifan suatu informasi pasar dan dapat dipergunakan untuk melihat bagaimana bentuk struktur pasar komoditas karet, apakah bersaing sempurna atau tidak, serta

(40)

Rumus analisis elastisitas transmisi harga untuk mengetahui

perubahan harga di tingkat petani terhadap perubahan harga di tingkat pedagang adalah sebagai berikut:

Karena harga ditingkat petani (Pf) linear terhadap harga di tingkat konsumen (Pr) atau secara matematis:

; sehingga

Jadi :

Keterangan :

ET = Elastisitas transmisi harga

δ = Diferensial

β = Koefisien regresi atau slope Pr = Harga pada tingkat pengecer Pf = Harga pada tingkat petani

Kriteria pengukuran pada analisis elastisitas transmisi harga adalah sebagai berikut (Hasyim, 1994) :

1. Jika ET = 1, berarti Edf (elastisitas transmisi harga di tingkat petani) = Edr (elastisitas permintaan atas harga di tingkat pengecer) hal ini menunjukan laju perubahan harga di tingkat petani adalah sama besarnya dengan laju perubahan di tingkat pengecer.

(41)

28 akhir. Hal ini menunjukkan pasar dalam kondisi tidak bersaing sempurna.

(42)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kondisi Fisik Wilayah 1. Letak dan Luas

Wilayah Tahura Wan Abdul Rachman (Tahura WAR) mencakup

kawasan hutan Register 19 Gunung Betung. Secara administratif Tahura WAR termasuk dalam wilayah Kecamatan Tanjung Karang Barat,

Kemiling, kecamatan Teluk Betung Barat (Kota Bandar Lampung), serta kecamatan Gedong Tataan, Kecamatan Kedondong, Kecamatan Way Lima, dan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).

Secara geografis batas-batas Tahura WAR berada pada 050.18’ sampai 050.29’ LS dan antara 1050,02’ sampai 1050,14’ BT dengan luas

22.249,31 ha (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006). Penelitian ini dilakukan di blok pendidikan dan penelitian yang menghampar di daerah Sumber Agung, Batu Putu dan Beringin Raya sampai ke lereng Gunung Betung dengan luas 540,43 ha (2,43%).

2. Topografi

(43)

29 bervariasi dari berombak sampai dengan bergunung. Wilayah berombak sampai dengan bergelombang berada pada bagian pinggir kawasan, memanjang dari Teluk Betung Barat, Tanjung Karang Barat, Gedung Tataan sampai Kedondong. Perlembahan berada diantara Gunung Betung dan Gunung Tangkit Ulu. Wilayah berbukit sampai dengan bergunung berada di sekitar Gunung Betung dengan puncak 1.240 m dpl, Gunung Tangkit dangan puncak 1.600 m dpl, Gunung Ratai 1.681m dpl, dan Gunung Pesawaran dengan puncak 1.681 m dpl (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).

Tabel 2. Distribusi kemiringan lahan di Tahura Wan Abdul Rachman No Kelas

Lereng

Kemiringan Bentuk Wilayah Luas

Ha %

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Lampung (2006)

3. Tanah dan Batuan Induk

(44)

kejenuhan basa yang rendah, dan relatif miskin unsur hara. Sedangkan

Distrandept relatif seperti bahan organik dan unsur hara.

4. Iklim

Berdasarkan klasifikasi Koppen, daerah dengan curah hujan tahunan rata-rata sebesar 1.627,5 mm dan temperatur lebih dari 180C secara umum diklasifikasikan ke dalam tipe iklim A. Dengan rata-rata hujan pada bulan kering lebih besar dari 60 mm (yakni bulan Juni, Juli, dan Agustus) maka wilayah Tahura WAR termasuk pada zona iklim A. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, wilayah Tahura WAR termasuk zona iklim B yakni daerah basah (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).

B. Keadaan Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Penduduk

Salah satu desa yang terdapat di daerah penelitian (Blok pendidikan dan penelitian) terbesar adalah Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Jumlah Penduduk Kelurahan Sumber Agung sampai tahun 2006 adalah 2.800 jiwa (1.500 jiwa berjenis kelamin perempuan dan 1.300 jiwa berjenis kelamin laki-laki), dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 761 KK. Dari jumlah penduduk tersebut, 2.783 jiwa beragama Islam dan 17 jiwa beragama Kristen.

(45)

31 oleh pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 812 jiwa atau 29,24%,

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 549 jiwa atau 21,39%, kemudian sebanyak 469 jiwa atau 16,88% dengan tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA), dan yang lainnya yang berusia 7-45 tahun akan tetapi tidak pernah sekolah (10,80%), tidak tamat SD (2,44%), Diploma 3 (0,14%), Diploma 2 (0,10%), Diploma 1 (0,10%), Sarjana (0,10%),

sedangkan 18,76% sisanya belum bersekolah.

C. Keadaan Umum Petani Responden

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling, umur responden petani berkisar antara 25 tahun sampai 60 tahun. Secara rinci jumlah responden petani berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sebaran responden berdasarkan kelompok umur.

No Interval umur

(46)

dapat berpotensi dalam mengembangkan usaha agroforestrinya, meningkatkan hasil produksi dan pendapatannya.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden petani telah menempuh pendidikan formal, walaupun hanya pada tingkat SD. Namun ada pula yang sampai pada tingkat SMA. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden dinilai masih terlalu rendah. Rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat inovasi teknologi yang akan diterapkan oleh responden petani, selain itu rendahnya pendidikan petani juga akan mempengaruhi pola pikir penjualan dan pemasaran karet yang dilakukan petani.

Tabel 4. Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa)

Sumber : Data Primer (diolah)

Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal di Kelurahan Sumber Agung yang terbanyak adalah Sekolah Dasar (SD), yaitu sebanyak 27

(47)

33

Sumber : Data Primer (diolah)

Jumlah tanggungan keluarga responden merupakan salah satu faktor yang turut menentukan besarnya produksi dan pendapatan agroforestri karet. Data pada Tabel 5, menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga di Kelurahan Sumber Agung yang terbanyak adalah 4 jiwa sebanyak 14 responden atau sekitar 40%.

D. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung cukup memadai untuk memenuhi

kebutuhan penduduknya. Sarana dan prasarana umum yang ada yaitu 1 buah kantor kelurahan, 2 buah lapangan sepak bola, 1 buah lapangan voli, 1 unit Puskesmas Pembantu, dan 3 unit posyandu. Untuk sarana peribadatan, terdapat 4 unit mesjid dan 4 musolla.

(48)
(49)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Struktur dan perilaku pasar menunjukkan bahwa pasar dalam bentuk pasar oligopsoni. Saluran pemasaran karet di Kelurahan Sumber Agung

memiliki 2 pola saluran yaitu saluran 1 (petani, pedagang, PTPN), saluran 2 (petani, pedagang pengumpul, pedagang di Palembang).

2. Berdasarkan hasil analisis penyebaran margin menunjukkan bahwa sistem pemasaran karet yang ada di Kelurahan Sumber Agung belum mampu melakukan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan pemasaran. Hal tersebut dapat dilihat pada penyebaran RPM yang bervariasi antara 2,85 sampai 26,32.

(50)

B. Saran

1. Perlu adanya pengaturan atau intervesi pemerintah untuk menggeser pasar oligopsoni ke arah bersaing sempurna.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tarmizi. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Pemasaran Karet di Jambi. Diakses pada tanggal 13 Januari. http:// jurnal.pdii. lipi.go.id/admin/jurnal/5307412417.pdf.

Anwar, C. 2006. Makalah management agribisnis(komoditi karet). Mr- virus89.blogspot.com/2011/12/makalah-management-agribisnis-komoditi_1194.html

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Budiarto. 2007. Efiensi Pemasaran Karet di Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

http://agriculture.upnyk.ac.id/index.php?option=com-content&view. Budiman, AFS, E. Penot, H de Forestra and T. Tomich. 1994. Integrated Rubber

Agroforestry for teh Future of Smallholder Rubber in Indonesia. Paper presented to the Rubber National Conference, IRRI, Medan, Indonesia, November 2000.

Bambang,D.A. 2000. Sistem Pemasaran Karet di Bogor. Bogor.

Cahyano, B. 2010. Cara Sukses Berkebun Karet. Pustaka Mina. Jakarta. Daryanto. 2011. Seri Kuliah Manajemen Pemasaran. PT. Sarana Tutorial

Nurani Sejahtera. Bandung.

De Forestra, H. Michon, G.2000. Agroforest. “Menciptakan Hutan Serbaguna Yang Menguntungkan dan Lestari pada Lahan-Lahan di Daerah Tropis

Basah”. ICRAF Southeast Asia. Bogor.

Efendi, Yessi Artanti. 2005. Analisis Efisiensi Pemasaran Kayu Rakyat di Desa Gunung Rejo Kecamatan Way Lima Kabupaten Lampung Selatan. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung. Tidak

Dipublikasikan.

(52)

Harahap, R.T. 2008. Penentuan Bilangan Volatile Fatty Acid (VFA) Dalam Lateks Kebun Pada Pembuatan Karet Remah. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan. 24 hal.

Hasyim, A.I. 1994. Tataniaga pertanian. Diklat Kuliah Universitas Lampung. Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung.

Huxley, P., 1999. Tropical Agroforestry. Blackwell Science Ltd. UK. ISBN 0-632-04047-5.

Kotler, dan Amstrong. 1998. Dasar – Dasar Pemasaran Princples of Marketing

7e. Prenhallindo. Jakarta.

Kelompok Pengelola Pelestari Hutan. 2010. Data Perkembangan Anggota Dan Taman Kelompok Pengelola Pelestari Hutan (KPPH) Tahun 1998–2010. Bandar Lampung.

Mustafid. 2007. Buku Ajar Studi Pemasaran Manajemen Pemasaran. Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Penebar swadaya, 2008. Seri Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta. Qurniati. R. 2006. Buku Ajar Pemasaran Hasil Hutan. Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

Qurniati. R. 2002. Pemasaran Buah-buahan Hasil Agroforestri di Propinsi Lampung.Tesis.Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

Rianse, U dan Abdi. 2010. Solusi Sosial dan Ekonomi Pengelolaan Sumber Daya Hutan. Alfabeta. Bandung.

Septiadi, B. 2012. Evaluasi Produksi Lateks di PT. Perkebunan Mitra Ogan Selama Lima Tahun.

Setyamidjaja. 1993. Karet Budidaya dan Pengelolaan. Kanisius. Yogyakarta. Siahaan. NHT. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Edisi 2.

Jakarta: Erlangga..

Soejono. 2005. Analisis Pemasaran karet di Jawa barat. http.pemasaran-karet-multiply.com.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Rajagrafindo Persada. Jakarta

(53)

56 Sundawati, L., Dodik, RN., Luluk S ., Herien P., Soni T.,. 2008. Pemasaran

Produk-produk Agroforestry. Fakultas Pertanian Unila

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Karet. Nuansa Aulia. Bandung

Gambar

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran
Tabel 1.  Jumlah responden anggota KPPH Sumber Agung
Tabel 2. Distribusi kemiringan lahan di Tahura Wan Abdul Rachman
Tabel 3. Sebaran responden berdasarkan kelompok umur.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu: لا. Namun, dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang

Model kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang digunakan dalam penelitian ini adalah langkah model kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang dipaparkan oleh Huda, yaitu:

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas V MIN Alue Rindang Aceh Besar yang berjumlah 14 siswa dengan KKM

Sejauh ini pemberian pakan bebas pilih (free choice feeding) pada burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) belum banyak dikaji, oleh sebab itu perlu dilakukan

Kabar Harian Lokal. Berita yang disampaikan adalah jenis berita news atau.. informasi terkini dan disampaikan dengan sistem straight news atau apa

Dari uraian di atas, terlihat bahwa pemahaman dan visual thinking merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa untuk dapat menyelesaikan masalah

Pelatihan yang dikembangkan dan diterapkan ini diharapkan akan memberikan wawasan dalam penggunaan GeoGebra sebagai alternative media visualisasi objek- objek abstrak

Hipotesis penelitian ialah (1) pelengkungan cabang dan taraf dosis pupuk kandang yang memberikan pengaruh pada transisi pertumbuhan vegetatif ke generatif tanaman jeruk keprok