• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan kekuatan karakter (character strengths) narapidana pada tindak pidana kriminal dan narkoba di Lapas kelas IIA pemuda Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan kekuatan karakter (character strengths) narapidana pada tindak pidana kriminal dan narkoba di Lapas kelas IIA pemuda Tangerang"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEKUATAN KARAKTER

(

CHARACTER STRENGTHS

) NARAPIDANA

PADA TINDAK PIDANA KRIMINAL DAN NARKOTIKA

DI LAPAS KELAS II A PEMUDA TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh : DINI MARLINA NIM : 105070002276

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing I Pembimbing II

Bambang Suryadi, Ph.D S. Evangeline I. Suaidy, M.Si, Psi NIP. 19700529 200312 1 002 NIP. 150411217

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul“PERBEDAAN KEKUATAN KARAKTER

(CHARACTER STRENGTHS) NARAPIDANA PADA TINDAK PIDANA KRIMINAL DAN NARKOTIKA DI LAPAS KELAS II A PEMUDA TANGERANG”telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi.

Jakarta, 14 Maret 2011

Sidang Munaqasyah

Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekretaris

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si

NIP.130 885 522 NIP.19561223 198303 2001

Anggota

Ikhwan Lutfi, M. Psi S. Evangeline I. Suaidy, M.Si, Psi NIP. 19730710 200501 1 006 NIP. 150411217

(3)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Dini Marlina

NIM : 105070002276

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perbedaan Kekuatan Karakter (Character Strengths) Narapidana Pada Tindak Pidana Kriminal Dan Narkotika Di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang” adalah benar merupakan karya saya dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan karya ini telah dicantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain

Demikian pernyataan ini diperbuat untuk dipergunakan seperlunya

Jakarta, 4 Maret 2011 Yang Menyatakan

(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Hidup mu indah bila kau tahu jalan mana yang benar, dan harapan

ada bila kau percaya.

PERSEMBAHAN :

Persembahan dari hati ini ku persembahkan kepada

Ayah dan Mama

yang tak pernah lelah memberikan doa dalam kasih.

Abang dan Kakak

yang menghiasi semangat dalam perjuangan

dengan canda dan tawa.

Serta orang-orang yang selalu menyayangiku

dan menemaniku dikala suka dan duka.

(5)

A) Fakultas Psikologi B) Maret 2011 C) Dini Marlina

D) Perbedaan Kekuatan Karakter Narapidana pada Tindak Pidana Kriminal dan Tindak Pidana Narkotika di Lapas Kelas II A Pemuda Tangerang E) xvi + 107 halaman + lampiran

F) Tingginya angka kemiskinan mengakibatkan meningkatnya angka kriminalitas di Indonesia. BPS mencatat bahwa dalam kurun waktu lima tahun, angka kriminalitas di Indonesia meningkat dari 196.931 kasus hingga 344.942 kasus. Maka dengan angka tersebut, Lapas sebagai tempat yang memegang peran dan fungsi untuk mengayomi dan membina tahanan dan narapidana semakin sulit terwujud sesuai dengan UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Lapas yang seharusnya sebagai tempat pembinaan moral para narapidana kini semakin sulit karena harus menampung narapidana yang terus bertambah dengan keterbatasan fasilitas dan sumber daya manusia. Maka narapidana yang seharusnya ditempatkan secara terpisah berdasarkan jenis kelamin, usia, hukuman dan jenis tindak pidana, kini sulit terealisasikan. Dalam kondisi Lapas yang penuh tekanan karakter positif sangat diperlukan untuk bertahan demi keberlangsungan hidup.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kekuatan karakter narapidana pada tindak pidana kriminal dan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 451 orang narapidana kriminal dan 406 orang narapidana narkotika. Sampel penelitian ini berjumlah 80 orang yang terdiri dari 40 orang narapidana kriminal dan 40 orang narapidana narkotika diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.Instrumen yang digunakan adalah model skala

likertyang terdiri dari 88 item berbentuk skala kekuatan karakter. Jawaban terhadap skala kekuatan karakter diukur, kemudian dibagi ke dalam tiga kategori yakni kekuatan karakter tinggi, sedang, dan rendah. Dari hasil uji validitas diperoleh validitas item dari 0,265-0,549 dengan reliabilitas 0,941.

(6)

Hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian selanjutnya adalah pengadministrasi alat ukur, dan penambahan variasi sampel narapidana di Lapas yang berbeda.

G) Bahan Bacaan : 31 (1975 - 2010), 24 Buku, 1 Jurnal, 2 Skripsi, 4 Website. H) Kata kunci : Kekuatan karakter, narapidana kriminal, narapidana

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan peneliti akal untuk berpikir dan hati untuk merasa, serta semangat untuk belajar dan terus belajar sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam tercurah kepada figur abadi bagi manusia, Baginda Rasulullah SAW yang telah menginspirasi peneliti untuk terus membuat suatu perubahan yang lebih baik.

Penelitian ini merupakan prasyarat kelulusan pendidikan Sarjana Strata 1 pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti sangat berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak baik yang terkait dalam pembuatan penelitian ini juga serta kepada para pembaca.

Peneliti menyadari apa yang dibahas dalam skripsi ini hanyalah awal penulusuran dan pemahaman peneliti tentang karakter-karaker individu. Peneliti percaya bahwa setiap manusia pada hakikatnya pasti memiliki potensi karakter positif. Namun, pembahasan penelitian ini masih banyak memiliki kekurangan, dan tentu saja kesalahan dan kekhilafan, yang sepenuhnya merupakan tanggung jawab peneliti.

Peneliti juga sangat menyadari bahwa tanpa kontribusi pemikiran, gagasan, serta dorongan berbagai pihak, sulit dibayangkan karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Berkat dukungan dan bantuannya, maka sebagai ungkapan rasa hormat yang dalam, peneliti mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada:

1. Orang tua peneliti, Ayah Mustafa Harun dan Mama Fauziah Idris yang tak hentinya memberikan doa dan kasih sayang kepada peneliti, serta dukungan baik moril, spiritual, maupun materil. Kedua saudaraku, Abang Miftah dan Kakak Nada, yang tak hentinya memberikan semangat, serta canda dan tawa kepada peneliti. Untuk Abang yang selalu bersedia mengantar peneliti ke Lapas. Dan kakak yang menemani peneliti selama proses penulisan serta menghibur peneliti di kala penat.

2. Dekan Fakultas Psikologi bapak Jahja Umar, Ph.D beserta jajarannya, dan seluruh dosen, pegawai serta karyawan, atas semua ilmu dan bantuannya yang telah diberikan kepada peneliti selama kuliah di fakultas ini.

(8)

peneliti. Terima kasih atas waktu, pelajaran, serta pengertian yang diberikan kepada peneliti.

4. Ibu Sitti Evangeline I. Suaidy, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing II yang tak hanya memberikan informasi dan membuka wawasan serta doa kepada peneliti, namun semangat serta perhatian untuk peneliti, sehingga peneliti dapat terus berkarya. Terima kasih atas semua waktu untuk berdiskusi ataupun mendengarkan curahan hati peneliti.

5. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Banten, yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

6. Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang atas ijin, waktu, dan bantuannya kepada peneliti. Terima kasih kepada Pak Tetra, Pak Arie, Pak Asep, Mas Taufik, dan Mas Miki atas bantuan dan waktunya kepada peneliti selama peneliti melakukan penelitian ini. Terima kasih pak, semoga silaturahmi ini tetap terjalin dengan baik.

7. Para narapidana di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang, yang telah meyediakan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Anda semua telah memberikan peneliti pemikiran baru bahwa narapidana adalah sama seperti anggota masyarakat lainnya yang berhak mendapatkan perlakuan yang sama.

8. Kak Adi Prayitno, yang selalu memberi inspirasi dan tak hentinya memberikan motivasi, perhatian, pengertian, keceriaan, serta kebersamaan kepada peneliti sehingga peneliti tetap semangat dalam melakukan penelitian ini. Terima kasih juga atas waktu yang selalu diberikan untuk menemani peneliti di saat suka dan duka. Terus semangat ya ka untuk melanjutkan studi S2nya dan meraih cita-cita. Semoga Tuhan selalu menjaga dan menemani kebersamaan ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik, almarhumah Tiara Mustika (Nonon) dan Nurhayatunnisa, terima kasih atas kebersamaan yang pernah terjalin, semoga Tuhan selalu menjaga kita walaupun dunia kita telah berbeda. The Marz Company (Ndut, Pipi, Item, Nini, Bulet), atas keceriaan dan persaudaraan ini, semoga Tuhan tetap menjaga kebersamaan kita di kala suka dan duka. Tak lupa kepada sahabat-sahabat kelas peneliti, Dewi dan Vanny, tetap semangat ya kawan, semoga kita sukses bersama.

(9)

11. Teman-teman seperjuanganku di HMI, untuk Riki dan Oji yang selalu mau mendengarkan curhat dan mau direpotkan oleh peneliti. Untuk Eko, Nida, Sella, Fajar, Sugih, Jhoni, Pingky, Binu, Kak Arif, Kak Erik, Mba Iya, Kak Arab dan Budi, terima kasih atas keceriaan dan kebersamaan yang terjalin. Tak lupa terima kasih kepada teman-teman kepengurusan di KOHATI, Angra, Winny, Dida, Ochi, Nia, Dije, Mila, Ay, Emil, Tika, Mega, Nina, Viana, Dita dan Arini, atas bantuan, perhatian dan pengertiannya kepada peneliti, semoga kita tetap semangat untuk memperjuangkan perempuan-perempuan yang ada di sekitar kita.

12. Para pria yang pernah mewarnai hari-hari peneliti. Untuk Rigo, Kak Adhan, dan Kak Aan terima kasih atas perhatian, support serta pengertiannya. Semoga Tuhan tetap menjaga silaturahmi kita.

13. Teman-teman di PSM UIN Jakarta, khususnya untuk Nanda dan Pedal saudaraku yang telah menyediakan waktu untuk membantu peneliti selama proses penelitian. Teman-teman di Fakultas Psikologi UIN Jakarta angkatan 2005 khususnya kelas B, Iqbal, Eka, Widaad, Hana, Syifa, Qiqi, Icha, Utik, Angga, Lela, Maul, Nala, Indah, Nola, Rizki, juga teman-teman seangkatan Wahyu, Adi, Agung, Budi, dan lainnya. Kepada Adiyo, Fira, dan Rika, terima kasih ya atas bantuan juga motivasi kepada peneliti selama peneiti mengerjakan skripsi.

14. Abang-abang dan Kakak-kakak di HMI dan JPTS, Mohalli, Bang Ray Rangkuti, Kak Fauni, Kang Jaka, Bang TB Ace, Bang Ali Irfan, Bang Anang, Bang Andi Syafrani, Bang Nanang, Bang Muawwam dan yang lainnya. Terima kasih telah memberikan wawasan serta pengalaman yang luar biasa kepada peneliti.

Penelitian ini tidak akan berarti tanpa kehadiran dan kontribusi dari semua pihak yang telah disebutkan sebelumnya. Semoga Tuhan membalas segala kebaikan dengan Rahman dan Rahmah-Nya. Akhir kata peneliti berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi baik bagi penulis maupun pihak lainnya. Amin.

Jakarta, 4 Maret 2011

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-14 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 11

1.2.1 Pembatasan Masalah ... 11

1.2.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 13

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 14

1.4 Sistematika Penulisan ... 14

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 16-43 2.1 Kekuatan karakter ... 16

2.1.1 Pengertian Kekuatan Karakter ... 16

2.1.2 Perbedaan antaraVirtues,Character Strengthsdan Situational Themes... 18

2.1.3 Kriteria Kekuatan Karakter ... 20

2.1.4 Klasifikasi Kekuatan Karakter ... 21

(11)

2.2.1 Klasifikasi Narapidana ... 33

2.2.1.1 Narapidana Kriminal ... 36

2.2.1.1 Narapidana Narkotika ... 36

2.3 Lapas Kelas II A Pemuda Tangerang... 37

2.4 Kerangka Berpikir ... 39

2.5 Hipotesis ... 43

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 46-57 3.1 Jenis Penelitian ... 46

3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 46

3.2 Variabel Penelitian ... 46

3.2.1 Definisi Konseptual ... 47

3.2.2 Definisi Operasional ... 47

3.3 Populasi dan Sampel ... 49

3.3.1 Populasi Penelitian ... 49

3.3.2 Sampel Penelitian ... 49

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 50

3.3.4. Karakterisrik Subjek ... 50

3.4 Pengumpulan Data ... 51

3.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 51

3.4.2 Instrumen Penelitian ... 52

3.5 Uji Instrumen Penelitian ... 54

3.5.1 Uji Validitas ... 54

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 55

3.6 Metode Analisis Data ... 56

3.7 Prosedur Penelitian ... 57

BAB 4 ANALISA DATA ... 58-71 4.1 Gambaran Umum Responden ... 58

(12)

Suku Bangsa ... 59

4.1.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Agama .... 60

4.1.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 61

4.1.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 62

4.2 Analisis Deskriptif ... 62

4.2.1 Kategorisasi Skor Kekuatan Karakter Narapidana Kriminal ... 62

4.2.2 Kategorisasi Skor Kekuatan Karakter Narapidana Narkotika ... 66

4.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 71

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 94-102 5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Diskusi ... 96

5.3 Saran ... 101

5.3.1 Saran Teoritis ... 101

5.3.2 Saran Praktis ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Narapidana di Lapas Kelas II A Pemuda Tangerang Tabel 3.1 Nilai Skor Jawaban

Tabel 3.2 Blue PrintSkala Kekuatan Karakter Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Suku Bangsa Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Agama

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Status Pernikahan Tabel 4.6 Descriptive Statistics

Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Kekuatan Karakter Narapidana Kriminal Tabel 4.8 Descriptive Statistic

Tabel 4.9 Distribusi Skor Tiap Aspek Kekuatan Karakter Tabel 4.10 Hasil Z Score

Tabel 4.11 Distribusi Skor Klasifikasi Kekuatan Karakter Tabel 4.12 Descriptive Statistic

Tabel 4.13 Kategorisasi Skor Kekuatan Karakter Narapidana Narkotika Tabel 4.14 Descriptive Statistic

Tabel 4.15 Distribusi Skor Tiap Aspek Kekuatan Karakter Tabel 4.16 Hasil Z score

(14)

Tabel 4.18 Group Statistic

Tabel 4.19 Independent Sample T-Test

Tabel 4.20 Group Statistic

Tabel 4.21 Independent Sample T-Test

Tabel 4.22 Group Statistic

Tabel 4.23 Independent Sample T-Test

Tabel 4.24 Group Statistic

Tabel 4.25 Independent Sample T-Test

Tabel 4.26 Group Statistic

Tabel 4.27 Independent Sample T-Test

Tabel 4.28 Group Statistic

Tabel 4.29 Independent Sample T-Test

Tabel 4.30 Group Statistic

Tabel 4.31 Independent Sample T-Test

Tabel 4.32 ANOVA

Tabel 4.33 Multiple Comparisons

Tabel 4.34 ANOVA

Tabel 4.35 Multiple Comparisons

Tabel 4.36 ANOVA

Tabel 4.37 ANOVA

(15)

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Kanwil Departemen Hukum dan HAM Banten

Lampiran 3 Surat Keterangan dari Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang Lampiran 4 Angket Penelitian

Lampiran 5 Output Uji Validitas Kekuatan Karakter

Lampiran 6 OutputDescriptive StatisticsTiap Klasifikasi Kekuatan Karakter Lampiran 7 Output Hasil Z Score Narapidana Kriminal dan Narapidana

Narkotika

Lampiran 8 Data Mentah Kekuatan Karakter

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang dilakukan penelitian ini, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era global saat ini, ketika beberapa aspek kehidupan semakin meningkat, seperti teknologi, pendidikan, serta gaya hidup masyarakat, mengakibatkan meningkat pula kebutuhan individu untuk tetap bertahan hidup. Kemajuan yang ditampilkan ternyata tidak sebanding dengan kemajuan pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Kita ketahui bahwa pada akhir tahun 2010 dalam berbagai media, memberitakan tingkat kemiskinan rakyat Indonesia berdasarkan hasil penelitian dari Badan Pusat Statistik (BPS). BPS menyebutkan angka kemiskinan Indonesia hingga tahun 2010 berada dalam angka yang memprihatinkan yakni 13,33 persen atau 31,02 juta orang dalam taraf kemiskinan (Berita Resmi Statistik No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010).

(17)

Memang, banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kriminalitas saat ini. Tekanan ekonomi yang sulit merupakan salah satu faktor yang menyebabkannya, yakni tingginya kebutuhan hidup yang tidak seimbang dengan tingkat kesejahteraan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, segala cara pun dilakukan termasuk mencuri, merampok, mengedarkan narkoba, bahkan membunuh.

Jencks dan Mayer (1990 dalam Khamdan, 2010) menjelaskan bahwa terdapat korelasi sangat erat antara tindak kriminalitas dengan lingkungan fisik yang buruk atau kumuh karena menyangkut penurunan tingkat kesehatan mental bahwa tidak ada kebermaknaan hidup yang dirasakan. Keterbatasan berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang kiranya memiliki peran menjadikan adanya perubahan potensi seseorang menjadi buruk.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh BPS yang menyatakan tingginya angka kemiskinan dibarengi pula dengan tingginya angka tindak pidana di Indonesia. Kondisi ini cukup memprihatinkan, sehingga pemerintah dan masyarakat harus bergerak cepat untuk meminimalisir permasalahan tingginya angka tindak pidana di Indonesia. Karena ketika meningkatnya jumlah kriminalitas, maka akan berimbas pula pada daya tampung lembaga pemasyarakatan atau Lapas, dimana Lapas memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembinaan para narapidana sehingga mereka tidak melakukan kesalahannya dan dapat diterima kembali dimasyarakat.

(18)

tindak pidana lagi, dan melindungi masyarakat dari tindak kejahatan, serta dapat diterima kembali oleh masyarakat.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 ayat (1), menerangkan pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pembinaan dalam tata cara peradilan pidana. Sistem Pemasyarakatan dinyatakan sebagai suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Fungsi dan peran Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas, dalam mengayomi serta memasyarakatkan warga binaan cukup penting karena sebelumnya warga binaan dianggap sebagai sampah masyarakat, oleh lembaga ini diupayakan kembali menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa serta dapat diharapkan berperan aktif dan produktif dalam pembangunan dan bagi dirinya ia dapat berbahagia di dunia dan akhirat.

(19)

yang terganggu, sehingga untuk memulihkan kembali mental seseorang seperti sebelum melakukan tindak pidana, maka pembinaan mental harus benar-benar diberikan sesuai dengan porsinya, misalnya dengan pembinaan keagamaan dan konseling.

Kedua, pembinaan sosial, pembinaan sosial ini diberikan kepada narapidana dalam kaitannya warga binaan yang sudah sempat disingkirkan dari kelompoknya sehingga diupayakan bagaimana memulihkan kembali kesatuan hubungan antara narapidana dengan masyarakat sekitarnya. Ketiga, pembinaan keterampilan, dalam pembinaan ini diupayakan untuk memberikan berbagai bentuk pengetahuan mengenai keterampilan misalnya bentuk pengetahuan mengenai keterampilan berupa pendidikan menjahit, pertukangan, bercocok tanam dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2010 dengan salah satu petugas Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang, program pembinaan di Lapas tersebut juga mengacu pada tiga bentuk pola pembinaan tersebut. Pembinaan dapat diaplikasikan dalam berbagai kegiatan seperti halnya yang dilakukan oleh Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang, misalnya (1) pembinaan narkoba dan HIV/AIDS dengan melakukan konseling dan terapi kepada warga binaan kasus narkoba, (2) pembinaan kemandirian seperti diajarkan berbagai ketrampilan, pengerjaan tegel kayu, pertanian sayur, penjahitan, bengkel elektronik, dan bengkel las, (3) pembinaan kepribadian, seperti pembinaan keagamaan, pesantren, dan berbagai macam olahraga.

(20)

kekuatan tidak hanya kelemahan individu agar dapat mencapai hidup berarti dan tegar menghadapi stressor. Konsep ini tumbuh dari ketidakpuasan terhadap kriteria-kriteria The Diagnostics and Statistical Manual of Mental Disorder atau DSM yang lebih banyak menyoroti kelemahan-kelemahan individu dibandingkan kekuatan yang dapat dimanfaatkan.

Untuk dapat menenemukan kekuatan tersebut, konsep ini memfokuskan pada tiga topik utama, yaitu studi mengenai emosi positif (seperti kegembiraan saat ini dan harapan-harapan di masa yang akan datang), studi mengenai sifat-sifat positif dari individu, dan studi mengenai institusi yang memungkinkan berkembangnya emosi dan sifat positif, seperti lingkungan yang menghadirkan pola asuh, kerjasama kelompok, demokrasi, dan toleransi (Seligman dan Csikszentmihalyi dalam Seligman & Peterson, 2004).

Oleh karena itu, beberapa peneliti mencoba menemukan cara untuk mengembangkan dan mengukur karakter-karaker positif individu sehingga dapat menjadi kekuatannya. Manuel D dan Rhoda Mayerson Foundation (dalam Peterson & Seligman, 2004) telah melakukan sebuah studi mengenai karakter-karakter positif dari individu. Mereka telah mengembangkan suatu alat ukur yang mampu melihat profil kekuatan karakter individu. Alat ukur tersebut diberi nama

Values in Action Inventory of Strengths (VIA-IS). Pengembangan alat ukur ini didasari oleh pemikiran bahwa masalah dalam kehidupan selalu terjadi dan membutuhkan solusi psikologis yang tepat dengan menitikberatkan pada potensi-potensi individu, salah satunya adalah kekuatan karakter.

(21)

orang lain. Untuk itu, penggolongan baik dan buruk selalu digunakan dalam menilai karakter seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa karakter adalah konsep etis dan didefinisikan sebagai kepribadian yang dievaluasi “We prefer to define character as personality evaluated and personality devaluated” (Suryabrata, 2005).

Berdasarkan penilaian baik dan buruk yang melekat pada karakter, maka penelitian ini akan membahas lebih lanjut mengenai karakter yang dinilai baik atau positif. Peterson dan Seligman (2004) berpendapat bahwa karakteristik positif dibagi ke dalam tiga level, yakni virtues (keutamaan yang bersifat universal pada berbagai budaya dan agama serta merupakan aspek yang penting bagi makhluk hidup untuk dapat bertahan dalam proses evolusi), character strengths (unsur, proses, dan mekanisme psikologi yang mengarahkan pada pencapianvirtues), dan situational themes(kebiasaan spesifik yang mengarahkan individu untuk menampilkancharacter strengths).

Untuk dapat dikatakan kekuatan karakter, sifat-sifat tersebut harus memenuhi sepuluh kriteria, maka ditemukanlah enam virtues dan 24 karakter yang termasuk dalam character strengths (Peterson & Seligman, 2004), yaitu

Wisdom and Knowledge (Creativity, Curiosity, Open-mindedness, Love of learning, Perspective). Courage (Bravery, Persistence, Integrity, Vitality).

(22)

Selanjutnya, karakter dan lingkungan merupakan dua hal yang saling timbal balik (Peterson & Seligman, 2004). Dengan kata lain individu dan karakter-karakter yang dimiliki harus dipandang sebagai sebuah pusat jika ingin memahami good life. Skinner (1974 dalam Koswara,1991) juga mengemukakan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dibawa ke dalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan. Ia juga menjelaskan bahwa faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan tingkah laku yang khas pula pada individu tersebut.

Sebagian individu menilai dan percaya bahwa karakter adalah kualitas yang penting dalam kehidupan. Seringkali pelaku dari pelanggar hukum dinilai memiliki karakter yang buruk. Di dalam keseharian tak jarang seseorang memberi penilaian kepada orang lain apakah orang tersebut memiliki karakter yang baik atau tidak. Individu yang memiliki karakter yang kuat biasanya dinilai lebih mampu dibandingkan dengan individu dengan karakter yang lemah. Dengan kata lain kekuatan karakter adalah ujung tombak dari kondisi individu yang dapat mengarahkan individu pada kehidupan yang lebih baik.

Pada narapidana, virtues dan kekuatan karakter memiliki peranan yang cukup penting dalam proses bertahannya narapidana di dalam Lapas. Dimana

virtuessangat mempengaruhi potensi karakter positif disaat seseorang mengalami tekanan. Virtues dibentuk dari kekuatan karakter pada individu tersebut. Virtues

(23)

masyarakat ekonomi menengah dan ke atas, sedangkan narapidana kriminal berasal dari ekonomi ke bawah, dimana membuat narapidana kriminal memiliki potensi keberanian (bravery) yang lebih tinggi untuk melakukan tindak pidana seperti mencuri, merampok atau membunuh. Kemudian tingkat pendidikan narapidana narkotika yang biasanya lebih tinggi dari narapidana kriminal, membuat narapidana narkotika memiliki potensi rasa ingin tahu (curiosity) yang lebih tinggi untuk mencoba hal-baru seperti mencoba memakai narkotika. Latar belakang tersebut memungkinkan adanya potensi bahwa antara narapidana kriminal dan narkotika memiliki perbedaanvirtuesdan kekuatan karakter.

Namun kenyataan menunjukkan bahwa Lapas belum sepenuhnya mampu menunjukkan fungsi yang ideal. Sehingga potensi perbedaan tersebut kurang tergali dengan benar pada hal yang positif. Suaeb (2007) mengemukakan berbagai aspek dan kondisi dalam Lapas sangat potensial menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia antara lain over kapasitas, kualitas penghuni yang berubah dari kejahatan konvensional menjadi kejahatan transnasional, terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya.

(24)

Sehingga dengan kondisi Lapas yang kurang mendukung ini membuat peranan dan fungsi lapas dalam membina para narapidana menjadi kurang tepat sasaran. Dan dalam beberapa penelitian sebelumnya lebih memfokuskan pada kondisi negatif pada narapidana saja, seperti ditemukannya lima jenis gangguan kepribadian dengan klasifikasi tinggi pada narapidana, yaitu somatisasi, kecemasan, depresi, skizofrenia dan paranoia (Indiyah, 2005). Namun, sangat jarang penelitian yang memfokuskan pada potensi positif yang dimiliki oleh narapidana.

Narapidana tetap merupakan insan dan sumber daya manusia yang harus diperlakukan dengan baik dan manusiawi dalam satu sistem pembinaan yang terpadu. Dan pola pembinaan narapidana tetap berusaha dan mengacu untuk membentuk narapidana yang sehat secara fisik dan psikis, serta diharapkan pula pembinaan tersebut dapat membentuk karakter-karakter positif pada narapidana, yang dimulai dengan menumbuhkan kebiasan-kebiasaan spesifik yang positif (situational themes) di Lapas. Dengan kompleksnya kondisi dan tekanan serta sisi lain dalam Lapas, maka dengan pola pembinaan dan pengayoman yang diterapkan di Lapas, seorang narapidana diharapkan memiliki inner resources atau kualitas-kualitas dalam diri yang positif agar dapat berfungsi secara efektif.

(25)

tindak pidana yang dilakukannya. Hal inilah salah satu penyebab heterogenitas narapidana yang terjadi di dalam Lapas.

Selanjutnya, terkait dengan kekuatan karakter yang merupakan salah satu bagian dalam program pembinaan untuk narapidana, dalam Undang-undang No.12 Tahun 1995 pasal 12 ayat (1), menerangkan bahwa suatu pembinaan di Lapas digolongkan berdasarkan usia, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan, dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan di Lapas. Dengan demikian, pembinaan serta perlakuan untuk para narapidana selayaknya dibedakan. Misalnya pada narapidana narkotika yang merupakan pemakai, seharusnya mendapatkan pembinaan dantreatmentyang berbeda pula.

Namun dengan fakta di lapangan, secara umum, heterogenitas pada narapidana tidak terlalu terlihat secara kasat mata. Mungkin salah satu penyebabnya karena narapidana kriminal dan narapidana narkotika tidak dipisah dan tidak dibedakan perlakuannya. Oleh karena itu, pola pembinaan akan berjalan maksimal jika para petugas Lapas mengetahui secara jeli tentang potensi karakter positif yang dimiliki oleh masing-masing jenis narapidana. Maka peneliti merasa perlu untuk mencoba mengakaji lebih dalam tentang gambaran karakter-karakter yang muncul secara dominan pada narapidana narkotika dan kriminal yang merupakan penghuni mayoritas di Lapas ini.

(26)

Tangerang? Bagaimana profil narapidana yang baik yang dapat diterima kembali kepada masyarakat? Apakah perbedaan tindak pidana dapat mempengaruhi perbedaan karakter narapidana? Apa karakter yang paling menonjol yang dimiliki oleh narapidana kriminal di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? Apa karakter yang paling dominan pada narapidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? Apakah ada perbedaan kekuatan karakter pada narapidana di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang?

Dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang perbedaan kekuatan karakter antara para narapidana. Maka, peneliti mengambil judul penelitian yakni “Perbedaan Kekuatan Karakter (Character Strengths) Narapidana pada Tindak Pidana Kriminal dan Narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.”

1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakter-karakter positif yang membawa individu kepada perasaan positif, bersifat universal dan mampu membuat individu bertahan dalam keberlangsungan hidupnya, yakni enam virtues dan 24 kekuatan karakter: Wisdom and Knowledge (Creativity, Curiosity, Open-mindedness, Love of learning, Perspective). Courage (Bravery, Persistence, Integrity, Vitality). Humanity

(27)

Prudence, Self-regulation). Transcendence (Appreciation of beauty and excellence, Gratitude, Hope, Humor, Spirituality).

b. Narapidana Kriminal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah narapidana yang terkena tindak pidana penyuapan, kejahatan ketertiban, pembunuhan, kejahatan susila, perjudian, penculikan, pencurian, perampokan, penggelapan, penipuan dan pemerasan.

c. Narapidana Narkotika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah narapidana yang yang terkena tindak pidana karena memakai narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.

d. Narapidana yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah narapidana pria di dalam Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitan ini yakni:

1. Apakah ada perbedaan kekuatan karakter narapidana pada tindak pidana kriminal dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang?

2. Apakah ada perbedaan Wisdom and Knowledge narapidana pada tindak pidana kriminal dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang? 3. Apakah ada perbedaan Courage narapidana pada tindak pidana kriminal

dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang?

4. Apakah ada perbedaanHumanity narapidana pada tindak pidana kriminal dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang?

(28)

dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang?

6. Apakah ada perbedaan Temperance narapidana pada tindak pidana kriminal dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang?

7. Apakah ada perbedaan Transcendence narapidana pada tindak pidana kriminal dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang?

8. Apakah ada perbedaan antara kekuatan karakter dengan usia, suku bangsa, tingkat pendidikan dan status pernikahan pada narapidana tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang?

9. Apakah ada perbedaan antar aspek-aspek kekuatan karakter pada narapidana tindak pidana kriminal dengan narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

(29)

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah bagi penelitian dan pengembangan keilmuan dalam bidang psikologi. Selain itu, diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan sumbangan informasi dan menambah pengetahuan tentang virtues dan kekuatan karakter pada narapidana, khususnya narapidana kriminal dan narkotika.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

1. Bagi pihak di Lapas, diharapkan penelitian ini dapat memberi kontribusi positif tentang virtues dan kekuatan karakter sehingga diketahui usaha-usaha apa yang harus ditempuh demi berhasilnya pembinaan dan pengayoman bagi warga binaan khususnya narapidana.

2. Bagi tim medis dan tim psikolog di Lapas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan dukungan dan sikap yang positif kepada narapidana sehingga mendapatkantreatmentyang tepat dan dapat diperlakukan dengan baik seperti anggota masyarakat lainnya.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang isi dan materi yang dibahas dalam penulisan ini, maka penulis mengemukakan dalam bab sebagai berikut :

Bab I PENDAHULUAN

(30)

Bab II KAJIAN TEORI

Dalam bab ini menjelaskan pengertian kekuatan karakter, kriteria kekuatan karakter, klasifikasi kekuatan karakter, dan pengertian serta jenis-jenis narapidana.

Bab III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini memuat jenis penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi konseptual dan operasional, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data meliputi : metode dan instrumen serta teknik analisa data. Bab IV HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum subyek penelitian, presentasi dan analisis data, uji persyaratan, uji hipotesis, dan deskripsi hasil penelitian.

Bab V PENUTUP

(31)

BAB 2

KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori dan hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan karakter, kiriteria kekuatan karakter, klasifikasi kekuatan karakter. Selain itu, dijelaskan pula mengenai definisi narapidana, klasifikasi narapidana, serta definisi dan gambaran tentang Lapas Klas II A Pemuda Tangerang.

2.1. Kekuatan Karakter(Character Strengths)

2.1.1. Pengertian Kekuatan Karakter(Character Strengths)

Kekuatan Karakter terdiri dari dua kata yaitu kekuatan dan karakter. Kata karakter diadopsi dari bahasa Inggris yaitu character. Dalam An English – Indonesia Dictionary (1975) kata character diartikan sebagai watak, karakter, atau sifat. Sedangkan kata kekuatan berasal dari kata kuat yang diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu tenaga, daya, atau energi.

Dalam Chaplin (2005), karakter (character) adalah watak, karakter, atau sifat. Karakter merupakan satu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, atau kejadian. Karakter bersinonim dengan trait (karakteristik atau sifat yang khas) yaitu integrasi dari sifat-sifat individual dalam bentuk satu unitas atau kesatuan.

(32)

berpendapat bahwa karakter adalah sekumpulan kode dari tingkah laku yang ditampilkan pada saat individu atau perilakunya dinilai oleh orang lain. Untuk itu, penggolongan baik dan buruk selalu digunakan dalam menilai karakter seseorang. Dengan kata lain Allport memandang karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi.

Selanjutnya, penelitian ini akan memfokuskan pada kekuatan karakter (character strengths) yang menurut Peterson dan Seligman (2004) adalah good characteryang mengarahkan individu pada pencapaian keutamaan (virtues).

Berbicara mengenai kekuatan karakter, tidak bisa terlepas dari konsep keutamaan (virtue). Peterson dan Seligman (2004), mendefinisikanvirtuesebagai:

“the core characteristic valued by moral philosophers and religious thinkers…”

(Peterson & Seligman, 2004, hal. 13)

Jadi, keutamaan adalah karakteristik inti yang dihargai oleh para filsuf dan para agamawan. Keutamaan yang ada pada diri manusia dibagi menjadi enam kategori yaitu wisdom, courage, humanity, justice, temperance dan transcendence

(Peterson & Seligman, 2004). Keutamaan-keutamaan tersebut besifat universal dan terpilih melalui proses evolusi karena penting untuk keberlangsungan hidup. Menurut Peteson & Seligman (2004), seseorang dikatakan memiliki karakter baik apabila ia memiliki seluruh keutamaan tersebut.

(33)

“the psychological ingredients-processes or mechanisms that defines the virtue”

(Peterson & Seligman, 2004, hal. 13)

Jadi kekuatan karakter adalah unsur atau mekanisme psikologis yang membentuk keutamaan. Kekuatan karakter untuk menunjukkan suatu keutamaan bisa dijadikan bisa dibedakan dengan kekuatan karakter yang menunjukkan keutamaan lainnya. Misalnya, keutamaan wisdom dapat dicapai melalui kekuatan-kekuatan seperti kreativitas, rasa ingin tahu,open-mindednessdan sebagainya (Peterson dan Seligman, 2004). Jadi, setiap keutamaan terdiri dari beberapa kekuatan karakter. Secara keseluruhan, terdapat enam keutamaan yang terdiri atas 24 kekuatan karakter.

2.1.2. Perbedaan antaraVirtues,Character StrengthsdanSituational Themes Klasifikasi dari karakteristik positif pada dasarnya menyerupai klasifikasi makhluk hidup yang bersifat hierarki, dari konkret spesifik (organisme individu) menuju kepada klasifikasi yang lebih abstrak dan general. Karakteristik positif dibagi menjadi tiga level (Peterson & Seligman, 2004, hal. 12-14) yaitu:

(34)

2. Character Strengths, adalah unsur, proses, dan mekanisme psikologis yang memperjelas konsep virtues. Dengan kata lain, character strengths adalah rute-rute yang berbeda dalam mencapai suatu virtue atau virtue lainnya. Contohnya, wisdom dapat dicapai melalui beberapa character strengths

seperti creativity, curiosity, love of learning, open mindedness dan

perspective. Character strengths tersebut di atas, memiliki kesamaan dalam hal meraih dan menggunakan ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki perbedaan. Sekali lagi, strengths dianggap sebagai sesuatu yang disadari dan dinilai dimana-mana, walaupun individu jarang memunculkannya. Walaupun demikian, dapat disimpulkan bahwa individu dapat dikatakan memiliki karakter yang baik jika individu mampu menampilkan satu atau duastrengths

(kekuatan) dalam kelompokvirtuetertentu.

3. Situational Themes, adalah kebiasaan-kebiasaan spesifik yang mengarahkan individu untuk menampilkan character strengths (kekuatan karakter) tertentu pada situasi tertentu.Themes harus spesifik antara satu setting dengan setting lainnya dan awalnya terbatas hanya untuk dunia kerja. The Gallup Organization telah mengidentifikasikan ratusan themes yang relevan bagi dunia kerja. Diantaranya emphaty (memahami kebutuhan orang lain),

(35)

disamping love dan social intelligence termasuk di dalam satu virtue, yaitu

humanity.

2.1.3. Kriteria Kekuatan Karakter (Character Strengths)

Pada penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada character strengths (kekuatan karakter) karena pada posisi yang seimbang antarathemesyang konkret dan virtue yang bersifat abstrak. Untuk dapat dikatakan sebagai character strengths, karakteristik positif harus memenuhi sebagian besar dari sepuluh kriteria yang ditetapkan (Peterson & Seligman, 2004, hal. 17-27), yaitu:

1. Strengths, memberikan sumbangan pada berbagai pemenuhan kebutuhan yang mengarahkan kepada good life untuk diri sendiri dan orang lain. Meskipun

strengths dan virtues menentukan bagaimana individu berhadapan dengan ketahanan, fokus utama adalah pada bagaimanastrengths dan virtues mampu memenuhi kebutuhan individu.

2. Meskipun strengths mampu dan dapat memberikan hasil yang memuaskan, setiap strengths bernilai moral, walaupun hasil yang didapat tidak menguntungkan secara ekonomi.

3. Pemunculan strengths oleh individu tidak mengurangi kesempatan orang-orang di sekitarnya untuk memunculkan strengths yang sama. Sebaliknya, pemunculan strengths biasanya akan membuat orang-orang di sekitarnya terinspirasi dan berkeinginan untuk menampilkan strength. Menampilkan

strength akan memunculkan emosi positif seperti kebanggaan, kepuasan, kegembiraan dan harmoni.

(36)

5. Strengthsharus melampaui tingkah laku, pikiran, perasaan, dan aksi, sehingga dapat diukur. Strengths seperti layaknya sifat yang memiliki tingkatan dalam generalisasi antar situasi dan stabilitas dari waktu ke waktu.

6. Strengths berbeda dari trait positif lainnya dalam hal klasifikasi dan tidak dapat dipisahkan dari klasifikasinya.

7. Strengthssebelumnya sudah diwujudkan dalam penokohan yang tauladan baik dalam kebudayaan atau cerita-cerita tertentu.

8. Seperti halnya inteligensi, beberapa strengths juga memiliki kategori jenius atau luar biasa.

9. Strengths memperhatikan eksistensi dari individu yang tidak menampilkan

strengthssama sekali dalam hidupnya.

10. Lingkungan masyarakat menyediakan institusi dan kegiatan yang mengasahkan dan mereproduksistrengthssecara berkelanjutan.

2.1.4. Klasifikasi Kekuatan Karakter(Character Strengths)

Berikut ini akan dijelaskan kalsifikasi enam virtue serta 24 character strengths yang dimiliki individu (Peterson & Seligman, 2004; Seligman, 2005) : 1. WisdomdanKnowledge

(37)

dalam mencapai kehidupan yang berkualitas. Kekutan dari wisdom dan

knowledgemerupakan aspek kognitif yang meliputi: a. Creativity (originality, ingenuity)

Individu yang kreatif harus memiliki ide atau tingkah laku yang orisinil, unik, baru, mengejutkan dan tidak biasa (Peterson & Seligman, 2004). Namun, ide dan perilaku yang orisinil saja tidak cukup untuk individu dikatakan kreatif, tetapi ide dan perilaku tersebut juga harus sesuai dan adaptif (Peterson & Seligman, 2004). Selain itu, kreativitas individu harus memberikan kontribusi positif terhadap kehidupannya dan juga kehidupan orang lain (Peterson & Seligman, 2004).

b. Curiosity (interest, novelty-seeking, openness to experiences)

Curiosity merupakan ketertarikan dalam diri individu terhadap pengalaman (Peterson & Seligman, 2004). Individu yang memiliki rasa ingin tahu menyukai pengalaman-pengalaman baru yang unik, bervariasi, dan menantang (Peterson & Seligman, 2004). Seligman (2005) menambahkan, individu yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi biasanya terbuka terhadap seluruh pengalaman, dan fleksibilitas terhadap segala sesuatu yang tidak sesuai dengan konsepsi awal.

c. Open mindedness (judgment, critical thinking)

Open-mindedness merupakan keinginan untuk mencari secara aktif bukti untuk mengkritisi kepercayaan, rencana, atau tujuan orang lain dan untuk mempertimbangkan bukti yang ada secara adil jika terdapat bukti-bukti yang diperlukan (Peterson & Seligman, 2004). Seseorang yangopen

(38)

mengambil keputusan dan selalu terbuka akan bukti-bukti baru yang bisa jadi mengubah keyakinan yang dimilkinya selama ini.

d. Love of Learning

Love of learningsering dikaitkan pada konsep-konsep besar seperti kompetensi, nilai-nilai, dan pengembangan minat. Love of learning

digambarkan sebagai cara dimana individu memperoleh informasi dan ketrampilan baru secara umum atau spesifik yang mengarah pada perkembangan pengetahuan individu mengenai minat mereka. Jika individu memiliki kekuatan (strengths) love of learning, maka individu tersebut akan menyatu secara kognitif. Individu akan mengalami perasaan positif berkenaan dengan proses perolehan ketrampilan, pemuasan rasa ingin tahu, atau pada saat mempelajari pengetahuan yang baru. Kekuatan ini membantu individu untuk bangkit dari kritikan dan tantangan (Peterson & Seligman, 2004).

e. Perspective (wisdom)

Perspective (wisdom) mengacu kepada kemampuan untuk mempersiapkan bekal hidup dalam waktu yang panjang, yang dapat dimengerti bagi dirinya dan orang lain (Peterson & Seligman, 2004). Kekuatan (strengths) ini merupakan kemampuan untuk memberikan saran yang bijaksana kepada orang lain, memiliki cara pandang terhadap dunia yang dapat diterima oleh orang lain. Perspective berbeda dengan inteligensi, dimanaperspectiveadalah taraf superior dari penguasaan ilmu,

judgment, dan kapasitas untuk memberikan saran kepada orang lain.

(39)

kompleks dari kehidupan dan digunakan untuk mencapai kesejahteraan individu dan orang lain.

2. Courage

Couragemerupakan kekuatan emosional yang melibatkan keinginan untuk mencapai tujuan pribadi walaupun terdapat halangan baik yang bersifat internal maupun eksternal dalam pencapaiannya (Peterson & Seligman, 2004). Kekuatan ataustrengthsdaricouragemeliputi:

a. Bravery (valor)

Tidak takut terhadap ancaman, tantangan, kesulitan, atau rasa sakit, berani mengutarakan kebenaran walaupun bertentangan dengan orang lain, berani tampil berbeda walaupun tidak popular, termasuk keberanian fisik namun tidak hanya terbatas pada hal tersebut (Seligman, 2005). Beberapa elemen yang terkandung pada bravery adalah tindakan harus bersifat sukarela, terkandungjudgement yaitu mengetahui dengan pasti resiko dan menerima konsekuensi dari setiap tindakan.

b. Persistence (perseverance, industriousness)

(40)

ekonomi, tidak memerlukan daya tahan dan perhatian dari individu (Peterson & Seligman, 2004).

c. Integrity (authenticity, honesty)

Integrity berasal dari bahasa Latin “intergritas” yang berarti sesuatu yang menyeluruh, keseluruhan (Peterson & Seligman, 2004). Mengatakan yang sebenarnya, menampilkan diri apa adanya atau autentik, tanpa berpura-pura, bertanggung jawab atas perasaan dan tingkah laku (Seligman, 2005). Honesty mengacu pada fakta yang sebenarnya dan ketulusan hati dalam berhubungan dengan orang lain. Authenticity

merupakan emosi yang sebenarnya keadaan psikologis yang mendalam.

Integrity mengacu kepada kejujuran moral dan self-unity (Peterson & Seligman, 2004).

d. Vitality (zest, enthuasiasm, vigor, energy)

Individu yang memiliki kekuatan (strengths) ini menjalani hidup dengan penuh semangat dan dapat menjalani fungsinya dengan baik. Menjalani kehidupan dengan kegembiraan dan berenergi, tidak melakukan sesuatu setengah-setengah, menjalani hidup sebagai seorang petualang, merasakan hidup bahagia dan aktif (Peterson & Seligman, 2004).

3. Humanity

Humanity merupakan kekuatan yang berkaitan dengan interpersonal termasuk kemurahan hati, berbuat kebaikan walaupun tidak akan mendapatkan balasan (Peterson & Seligman, 2004). Kekuatan dari humanity

(41)

a. Love

Menghargai penting hubungan dekat dengan orang lain, terutama saling berbagi dan saling peduli, menjalin hubungan dekat dengan orang lain (Seligman, 2004). Love (cinta) yang dimaksud disini terbatas pada hubungan cinta yang bersifat timbal balik, sehingga cinta yang tidak terbalas dan hubungan parasosial tidak termasuk ke dalamnya. Hubungan romantis, rasa cinta antara orang tua dan anak, keterikatan antara anggota tim atau kelompok termasuk kategori dalam kekuatan ini. Love biasanya mencakup perasaan positif yang kuat, komitmen, bahkan pengorbanan yang termanifestasi dalam perilaku membantu, menerangkan dan menerima orang lain.

b. Kindness (generosity, nurturance, care, compassion, altruistic love, niceness)

Melakukan kebaikan kepada orang lain, membantu orang lain, dan menjaganya (Seligman, 2005). Empati dan simpati merupakan komponen yang penting dalam kindness. Individu yang menampilkan kekuatan ini tidak hanya membantu orang memiliki kedekatan, namun juga akan membantu dan berbuat baik kepada orang yang tidak dikenalnya.

c. Social Intelligence (emotional intelligence, personal intelligence)

(42)

kemampuan untuk dapat memproses informasi yang teraktual seperti sinyal yang berhubungan dengan kesejahteraan individu. Selain social intelligence, kekuatan ini juga mencakup emotional intelligence dan

personal intelligence yang saling melengkapi satu sama lain. Emotional intelligence adalah kemampuan untuk mengolah informasi emosi secara baik di dalam penalaran. Personal intelligence mencakup ketepatan self

-understandingdanself-assesment, termasuk kemampuan untuk memahami motivasi, emosi, dan dinamika internal. Social intelligence berhubungan dengan hubungan individu dengan orang lain, yaitu keintiman dan kepercayaan, kemampuan persuasi atau keanggotaan dalam suatu kelompok.

4. Justice

Justice merupakan kekuatan pada masyarakat yang melandasi timbulnya kehidupan masyarakat yang sehat. Kekuatan (strengths) padajusticemeliputi: a. Citizenship (social responsibility, loyalty, teamwork)

(43)

b. Fairness

Memperlakukan setiap orang secara adil, memberikan kesempatan yang sama pada setiap orang, dan tidak membiarkan perasaan subyektif mempengaruhi keputusan yang menyangkut orang lain. Fairness

merupakan hasil dari moral judgement, yiatu proses dimana individu menilai hal-hal yang dianggap baik ataupun buruk secara moral dan apa yang dilarang secara moral.

c. Leadership

Mendorong anggota kelompok untuk bekerja, menjaga hubungan baik dengan anggota kelompok, menyiapkan aktivitas kelompok dan mengevaluasinya. Leadership sebagai kualitas kepribadian harus dibedakan dengan leadership sebagai suatu proses yang bersifat praktis. Sebagai sebuah kualitas kepribadian, leadership adalah motivasi dan kapasitas untuk mengambil peran pemimpin dalam sistem sosial, kemampuan mempengaruhi orang lain, mampu mengatur aktivitas pribadi dan orang lain dalam suatu sistem ynag terintegrasi. Leadership sebagai sebuah proses praktis berisikan kemampuan untuk menetapkan tujuan dan mendorong bawahan untuk bekerja sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Peterson & Seligman, 2004).

5. Temperance

(44)

tidak berlebihan akan sesuatu yang dinginkan. Kekuatan pada temperance

adalah sebagai berikut: a. ForgivenessdanMercy

Memaafkan orang lain yang telah melakukan kesalahan, memberikan orang lain kesempatan kedua, dan tidak mendendam. Ketika seseorang mau memaafkan, maka kecendrungan bersikap kepada orang yang berbuat salah akan semakin membaik (Peterson & Seligman, 2004). Enright (1998 dalam Mc.Cullough, 2000) mengemukakan fogiveness

adalah kesediaan atau kerelaan individu untuk melepaskan dendam, perilaku tidak adil, dan perilaku yang pernah menyakitinya. Individu yang memiliki kekuatan karakter ini tidak membalas perlakuan yang tidak adil, yang diikuti dengan sikap memaafkan, dan membiasakan emosi untuk menerimanya (Affinito, 1999).

b. Humility/Modesty

Tidak menganggap diri lebih spesial dari orang lain, dan tidak mencari perhatian, dan menyadari kesalahan serta kekurangan diri (Peterson & Seligman, 2004). Modesty lebih bersifat eksternal yang artinya bersifat sederhana secara perilaku dan penampilan. Humility

bersifat internal yang artinya memiliki kecendrungan untuk merasa bahwa dirinya bukanlah pusat dunia. Tangney (dalam Peterson & Seligman, 2004) mengemukakan beberapa hal penting yang terkandung di dalam

(45)

pengetahuan, terbuka pada ide-ide baru, informasi yang kontradiktif, dan nasehat, menghargai kemampuan orang lain, rendah hati terhadap kemampuan diri, dan mengapresiasi segala hal sebagai sesuatu yang memberikan beragam kontribusi bagi kehidupan.

c. Prudence

Berhati-hati dengan keputusan yang dibuat, tidak mengambil resiko, tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab. Dalam kehidupan sehari-hari, individu akan meninjau secara hati-hati masa depan mereka, berpikir dan memiliki perhati-hatian yang penuh terhadap masa depan, membuat rencana yang matang, dan menetapkan tujuan serta aspirasi jangka panjang. Individu terlatih untuk menghindari dorongan-dorongan dan keinginan yang mampu merusak diri (Peterson & Seligman, 2004).

d. Self-regulation (self-control)

(46)

6. Transcendence

Trancendence merupakan kekuatan yang dapat menciptakan hubungan yang dekat antara individu dengan alam semesta dan memberi makna bagi individu tersebut. Kekuatantranscendenceterdiri dari:

a. Appreciation of beauty and excellence (awe, wonder, elevation)

Mampu menyadari dan mengapresiasi keindahan, spesial, memiliki keterampilan dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari seni hingga matematika, dari ilmu alam hingga pengalaman hidup sehari-hari. Individu yang memiliki kekuatan ini akan seringkali merasakan terpana atau bergairah saat melakukan kegiatan-kegiatan sederhana seperti berkeliling kota, membaca novel atau surat kabar, menyelami kehidupan orang lain atau saat menonton pertandingan olah raga dan film. Diasumsikan bahwa individu yang pikiran dan hatinya terbuka untuk sesuatu yang indah dan menawan biasanya akan lebih menikmati kehidupan sehari-hari, menemukan makna hidup, dan dapat berhubungan dengan orang lain lebih mendalam (Peterson & Seligman, 2004).

b. Gratitude

Menyadari dan mensyukuri atas anugerah Tuhan dan menyediakan waktu untuk mengekspresikan rasa syukur (Peterson & Seligman, 2004).

Gratitudeberarti bersyukur atas sesuatu hal yang baik, dermawan, hadiah, keindahan dalam memberi dan menerima, mendapatkan atau memberi sesuatu tanpa pamrih. Gratitude terbagi dalam dua macam yaitu personal

(47)

adalah rasa terima kasih kepada Tuhan. Fitzgerald (dalam Peterson & Seligman, 2004) mengemukakan bahwa gratitude terdiri dari tiga komponen, yakni apresiasi terhadap seseorang dan sesuatu, niat yang baik kepada seseorang atau sesuatu, dan kecendrungan untuk bertingkah laku yang berasal dari apresiasi dan niat yang baik.

c. Hope (optimism, future-mindedness, future-orientation)

Mengharapkan yang terbaik bagi masa depan dan berusaha keras untuk mewujudkannya, percaya bahwa nasib dapat diubah (Peterson & Seligman, 2004). Berpikir mengenai masa depan, mengharapkan hasil yang terbaik di masa yang akan datang dan merasa percaya diri terhadap hasil dan tujuan.

d. Humor (playfulness)

Senang tertawa dan bergurau, memberikan senyum kepada orang lain, dan membuat gurauan (Peterson & Seligman, 2004). Secara keseluruhan, humor berarti pikiran yang menyenangkan, pandangan yang membahagiakan yang memungkinkan individu untuk melihat sisi positif dari sesuatu hal, dan kemampuan untuk membuat orang lain tersenyum atau tertawa (Peterson & Seligman, 2004).

e. Spirituality (religiousness, faith, purpose)

Memiliki kepercayaan mengenai kekuatan yang besar yang menguasai alam semesta, memiliki kepercayaan terhadap makna hidup.

(48)

2.2. Narapidana

Warga Binaan Pemasyarakatan dalam keputusan Menteri Kehakiman RI No. M. 02 – PK. 04. 10 Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan meliputi:

1. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana yang kemerdekaannya dan ditempatkannya di Lembaga Pemasyarakatan.

2. Anak Negara ialah anak yang sedang menjalani putusan pengadilan dan ditempatkan di Lapas Anak.

3. Klien Pemasyarakatan ialah orang yang sedang dibina oleh Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (Balai Bispa) yang berada di luar Lapas.

4. Tahanan Rutan untuk selanjutnya disebut Tahanan, ialah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan di dalam Rutan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.

Sesuai Undang-undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 1 ayat (7), narapidana diartikan sebagai Terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas. Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Narapidana merupakan salah satu bagian dari warga binaan Lapas selain Anak Didik Pemasyarakatan dan Klien Pemasyarakatan.

(49)

tercantum dalam Undang-undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 14 ayat (1), yakni:

a. melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya. b. mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani. c. mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

d. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. e. menyampaikan keluhan.

f. mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang.

g. mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan.

h. menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya. i. mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).

j. mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga. k. mendapatkan pembebasan bersyarat.

l. mendapatkan cuti menjelang bebas.

m. mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2.1. Klasifikasi Narapidana

(50)

dalam undang-undang tertentu, misalnya narkotika, korupsi, illegal loging, perdagangan anak, perlindungan, pornografi, dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Dalam Undang-undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, sebagaimana yang dituangkan dalam Pasal 12 ayat 1 menerangkan bahwa dalam pembinaan narapidana dilakukan penggolongan atas dasar umur, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan dan kriteria lain sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan. Jenis kejahatan juga merupakan salah satu karakteristik ide individualisasi pemidanaan dalam pembinaan narapidana. Untuk itu di dalam melakukan pembinaan terhadap narapidana haruslah dipisah-pisahkan berdasarkan jenis kejahatannya.

(51)

berdasarkan jenis pidana atau kejahatannya yakni narapidana kriminal dan narapidana narkotika.

2.2.1.1 Narapidana Kriminal

Kejahatan merupakan kenyataan sosial, sebagaimana yang dikemukakan oleh Arif Gosita (2004 dalam Suwarto, 2009) bahwa masalah kriminilitas merupakan suatu kenyataan sosial yang tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik, dan budaya, sebagai fenomena yang ada dalam masyarakat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, bentuk-bentuk perilaku kriminal pun bervariasi. Dalam hal ini, narapidana kriminal merupakan terpidana dengan kasus pidana umum, yang terdiri dari kejahatan politik, kejahatan terhadap ketertiban, penyuapan, pemalsuan materai/surat, kejahatan susila, perjudian, penculikan, pembunuhan, penganiyaan, pencurian, perampokan, pemerasan/pengancaman, penggelapan, penipuan, penadahan, dan lain-lain kejahatan.

2.2.1.2. Narapidana Narkotika

(52)

sebagaiman terlampir dalam UU ini atau yang kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.

Bahan/zat/obat yang disalahgunakan juga dapat diklasifikasi (Pramono, 2003) yakni; pertama, sama sekali dilarang, yakni narkotika golongan I (heroin, ganja, kokain) dan psikotropika golongan I (MDMA/ekstasi, LSD, shabu-shabu).

Kedua, penggunaanya harus dengan resep dokter (amfetamin, sedative, dan hipnotika). Ketiga, diperjualbelikan secara bebas (glue, thinner). Keempat, ada batas umur dalam penggunaanya (alkohol dan rokok).

2.3. Lapas Kelas II A Pemuda Tangerang

Dalam UU No.12 Tahun 1995, menerangkan pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pembinaan dalam tata peradilan pidana.

(53)

Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, tanggal 16 Desember 1983 Nomor: M.03.UM.01.06 Tahun 1983 Tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan tertentu sebagai Rumah Tahanan Negara. Dalam Lampiran II dari Surat Keputusan tersebut Lapas Kelas IIA Tangerang ditetapkan sebagai Lapas, juga sebagian ruangannya ditetapkan sebagai Rumah Tahanan Negara (Rutan).

Bangunan Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang dibangun pada tahun 1924. Bangunan ini didirikan di areal tanah seluas 385.420 m², dengan luas tanah bangunan sebesar 28.610 m² dan luas bangunan sebesar 10.312 m². Bentuk bangunannya bermodel Kipas, yang terdiri dari enam blok yaitu blok A, blok B, blok C, blok D, blok E, dan blok F sebanyak 120 kamar yang sudah direnovasi dengan kapasitas 1356 orang.

Fasilitas atau sarana yang terdapat di Lapas Kelas IIA Tangerang terdiri dari sarana pendidikan terdapat dua lokal kelas, perpustakaan satu lokal, ruang kantor satu lokal, tiga ruangan untuk Kamar Hunian Warga Binaan, satu ruangan Wihara, serta sarana ibadah Masjid yang terletak di blok A dengan kapasitas ±450 orang yang juga dilengkapi dengan perpustakaan Agama Islam.

(54)

Table 2.1

Klasifikasi Narapidana di Lapas Kelas II A Pemuda Tangerang

Narapidana Tahanan

B.I 753 orang A.I 77 orang

B.IIa 107 orang A.II 55 orang

B.IIb - A.III 633 orang

B.IIIs 7 orang A.IV 23 orang

SH/Mati - A.V 9 orang

Titipan

-Jumlah 867 orang Jumlah 797 orang

2.4. Kerangka Berpikir

Lembaga Pemasyarakatan yang biasa kita sebut dengan Lapas, adalah sebuah lembaga yang berfungsi untuk menampung dan membina para warga binaan, seperti narapidana, anak didik pemasyarakatan serta klien pemasyarakatan.

Dalam Undang-undang No.12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, menerangkan bahwa lembaga pemasayarakatan mengacu pada sistem pemasyarakatan yakni suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

(55)

pidananya, narapidana dibagi menjadi dua bagian yakni pidana umum dan pidana khusus. Pidana umum seperti pencurian, perampokan, penipuan, pembunuhan, kejahatan seksual, perjudian, penculikan, dan sebagainya yang diatur dalam Kitab Undang-undang hukum Pidana (KUHP). Sedangkan yang termasuk pidana khusus adalah narkotika, korupsi, illegal loging, perdagangan anak dan sebagainya yang diatur oleh Undang-undang tertentu.

Setiap narapidana akan mendapatkan pembinaan dan pengayoman yang telah ditetapkan oleh Lapas. Pembinaan tersebut bertujuan untuk membina para narapidana agar menjadi manusia yang lebih baik. Pembinaaan tersebut juga mencakup pembinaan moral, pembinaan mental, pembinaan kemadirian, dan pembinaan keterampilan. Konsep pembinaan ini sejalan dengan konsep psikologi positif yang ingin menciptakan karakter-karakter positif individu yang sering dikenalcharacter strengths.

Menurut Peterson dan Seligman (2004),character strengthsatau kekuatan karakter adalah unsur, proses, dan mekanisme psikologis yang memperjelas konsep virtues. Kekuatan karakter merupakan karakter positif yang membawa individu kepada perasaan yang positif. Peterson dan Seligman (2004) menetapkan ada 24 character strengths yang membentuk enam virtues (keutamaan) yakni

wisdom and knowledge, courage, humanity, justice, temperancedan temperance.

Karakter-karakter yang dominan yang muncul pada narapidana akan mengerucut pada keutamaan tersebut.

(56)
(57)

Narapidana Narkotika

Narapidana Kriminal

Pengayoman dan Pembinaan di Lapas

Karakter spesifik

(Situational Themes)

24 Kekuatan Karakter (Character Strengths)

Kekuatan Karakter yang muncul dan

dominan

Enam Keutamaan (Virtue):

Wisdom and Knowledge,

Courage, Humanity, Justice,

(58)

2.5. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka peneliti mengajukan hipotesis mayor dan minor, sebagai berikut:

Hipotesis mayor dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan kekuatan karakter narapidana pada tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kekuatan karakter narapidana pada tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

Dan hipotesis minor pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ha: Terdapat perbedaan signifikan keutamaan Wisdom and Knowledge

narapidana pada tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan keutamaan Wisdom and Knowledge narapidana pada tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

(59)

Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan keutamaan Courage

narapidana pada tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

3. Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan keutamaan Humanity narapidana pada tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan keutamaan Humanity

narapidana pada tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

4. Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan keutamaan Justice narapidana pada tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan keutamaan Justice narapidana pada tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

5. Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan keutamaan Temperance narapidana pada tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan keutamaan Temperance

narapidana pada tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

(60)

Pemuda Tangerang.

Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan keutamaan Transcendence

narapidana pada tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

7. Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kekuatan karakter dengan usia, suku bangsa, tingkat pendidikan, dan status pernikahan pada narapidana tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kekuatan karakter dengan usia, suku bangsa, tingkat pendidikan, dan status pernikahan pada narapidana tindak pidana kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang.

8. Ha. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara aspek-aspek kekuatan karakter pada narapidana tindak kriminal dengan tindak pidana narkotika di Lapas Kelas II A Pemuda Tangerang.

(61)

BAB 3

METODE PENELTIAN

Bab ini terdiri dari tujuh subbab. Subbab pertama membahas jenis penelitian. Subbab kedua membahas tentang variabel peneltian dan definisi operasional. Subbab ketiga menjelaskan tentang populasi dan sampel penelitian. Subbab keempat membahas tentang instrumen penelitian. Subbab kelima berisi uji coba penelitian. Subbab keenam menjelaskan tentang metode analisa data. Dan pada subbab ketujuh membahas tentang prosedur penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian

Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yakni penelitian yang menggunakan data berupa angka-angka, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008).

(62)

3.2. Variabel Penelitian

Kerlinger (1973 dalam Sugiyono, 2008) menyatakan bahwa variabel adalah kontruk atau sifat yang akan dipelajari, dan diambil dari suatu nilai yang berbeda. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah kekuatan karakter (character strengths).

1.2.1 Definisi Konseptual

Kekuatan karakter adalah unsur atau mekanisme psikologis yang membentuk keutamaan (virtue). Keutamaan (virtue) yang ada pada diri manusia dibagi menjadi enam kategori yaitu wisdom and knowledge, courage, humanity,

justice, temperance dan transcendence (Peterson & Seligman, 2004). Setiap Keutamaan (virtue) terdiri dari beberapa kekuatan karakter (character strengths). Secara keseluruhan, terdapat 24 kekuatan karakter yang mewakili 6 keutamaan yang ada, yaitu Creativity, Curiosity, Open-mindedness, Love of learning, Perspective, Bravery, Persistence, Integrity, Vitality, Love, Kindness, Social Intelligence, Citizenship, Fairness, Leadership, Forgiveness and mercy,

Humiliyt/Modesty, Prudence, Self-regulation, Appreciation of beauty and

excellence, Gratitude, Hope, Humor, Spirituality.

3.2.2 Definisi Operasional

Gambar

Table 2.1Klasifikasi Narapidana di Lapas Kelas II A Pemuda Tangerang
Tabel 3.1Nilai Skor Jawaban
Tabel 3.3Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Tabel 4.1Responden Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait