i
PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
AFIFAH
NIM : 207070000127
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh : AFIFAH NIM : 207070000127
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing 1 Pembimbing II
Drs.Rachmat Mulyono, M.Si, Psi. Gazi, M.Si
NIP: 196502201999031003 NIP: 197112142007011014
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iii
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 November 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 23 November 2011 Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130885522 NIP.195612231983032001
Anggota :
Miftahuddin, M.Si Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi
NIP. 197303172006041001 NIP.196502201999031003
Gazi, M.Si
iv
Nama : Afifah
NIM : 207070000127
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh dukungan orang tua terhadap Orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada Remaja” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 2 Oktober 2011
Afifah
NIM : 207070000127
v
!
!
!
!
!!!!
!!
!
!
!
!!
vi (B) 2011
(C) Afifah
(D) Pengaruh dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada Remaja.
(E) 75 halaman
(F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat. jumlah sampel sebanyak 140 sisiwa yang diambil dengan cluster sampling. Teknik pengolaan dan analisa data yang diambil dengan analisa statistic dengan menggunakan software SPSS 17. Dan menggunakan multiple regression untuk pengujian hipotesis penelitian.
Jumlah item valid dalam skala orientasi masa depan sebanyak 30 item, sedangkan jumlah item valid dalam skala dukungan orang tua sebanyak 32 item. Dalam pengujian hipotesis didapat nilai R square (R2) sebesar 0,239. Hal ini berarti bahwa 23,9% variabel orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja dapat dijelaskan oleh variasi dari ke 8 variabel yaitu, dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan jaringan, jenis kelamin, sosioekonomi, dan usia. Berdasarkan proporsi varian masing-masing independent variabel, hanya variabel dukungan jaringan yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi para orang tua agar mengambil peran yang besar dalam memberikan dukungan kepada remaja, dan juga diharapkan orang tua bisa memposisikan diri sebagai teman dan rekan diskusi yang baik bagi remaja. Untuk remaja agar lebih menggali dan mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai pekerjaan yang diinginkan oleh remaja dimasa depan, terutama kepada orang yang lebih berpengalaman.
vii
Alhamdulillahirobbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada Remaja”. Salawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Jahja Umar, Ph.D. Berkat bimbingan, arahan, nasihat dan cerita-cerita beliau mengenai hal-hal yang baru bagi penulis, membuat penulis termotivasi untuk terus belajar dan berjuang. 2. Pembimbing Skripsi Bapak, Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi, serta Gazi,
M.Si, atas segala bimbingan, saran, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Para dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan ilmu kepada penulis.
4. Para staf akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kerelaan dan kesabaran mau berbagi informasi akademik.
5. Kepala Sekolah SMA dan SMK DUA MEI Yayat Ruhiyat, S.Pd, beserta Drs.E.Kosasih, yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam melakukan penelitian di Yayasan Pendidikan Dua Mei.
6. Seluruh Siswa-siswi SMK dan SMA di Yayasan Pendidikan Dua Mei, yang telah memberikan bantuan serta kemudahan kepada penulis dalam melakukan penelitian di Yayasan Pendidkan dua Mei.
7. Yang paling penulis hormati dan kasihi setelah Allah dan Rasul-Nya, Ayahku, H. Abdullatif, Ibuku tercinta Hj. Nasiyah, kakaku tersayang nida, naïf, anti, aan, wasih, dan nurul, serta seluruh keluarga besarku yang tak pernah putus memberikan dorongan, doa, cinta dan kasih sayang yang tulus kepada penulis. 8. Sahabat-sahabat terbaiku dikosan pintu kuning yang berubah menjadi PKW
viii skripsi penulis.
10. Semua teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.
Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang di berikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait.
ix
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN... iv
PERSEMBAHAN... v
ABSTRAKSI ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 8
1.2.1 Pembatasan Masalah ... 8
1.2.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10
1.3.2.1 Manfaat Teoritis ... 10
1.3.2.2 Manfaat Praktis ... 10
x
2.1.7 Faktor-faktor yang orientasi masa depan ... 25
2.2 Dukungan orang tua ... 29
2.2.1 Pengertian dukungan orang tua ... 29
2.2.2 Bentuk-bentuk dukungan orang tua ... 30
2.2.3 Sumber-sumber dukungan orang tua ... 32
2.3 Kerangka Berfikir ... 34
3.2.1 Definisi Operasional varaibel ... 40
3.3 Teknik pengumpulan data ... 41
3.3.1 Instrument penelitian ... 42
3.4 Teknik Uji instrumen ... 45
3.4.1 Uji instrumen... 45
3.4.2 Instrumen Penelitian... 45
3.5 Uji Validitas ... 46
xi
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 52
4.2. Hasil uji hipotesis penelitian ... 54
4.2.1 Analisa regresi variabel penelitian ... 54
4.2.2 Pengujian varians masing-masing independen variabel ... 59
4.3 Uji T ... 62
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66
5.2 Diskusi ... 67
5.3 Saran ... 72
5.3.1 Saran Teoritis ... 72
5.3.2 Saran Praktis ... 72
xii
Tabel 3.2 Blue Print Skala Orientasi Masa Depan ………... 48
Tabel 3.3 Blue Print Skala Optimisme kesembuhan ………. 49
Tabel 3.4 Klasifikasi koefesiensi Reabilitas ... 53
Tabel 3.5 Blue Print Setelah Try Out Skala Orientasi Masa Depan ... 54
Tabel 3.6 Blue Print Setelah Try Out Skala Optimisme Kesembuhan ... 56
Tabel 3.8 Gambaran Umum Subyek Penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan sosoioekonomi ... 59
Tabel 4.4 Tabel Model summary ... 62
Tabel 4.5 Anova ... 63
Tabel 4.6 Coefesien... 64
Table 4.7 Tabel Varians variabel ... 64
Tabel 4.8 Group statistic ... 64
Tabel 4.9 Independent sampel test ... 68
Tabel 4.10 Uji Anova... 69
xiii
Lampiran 2 Hasil Try Out Orientasi Masa Depan Lampiran 3 Field Test Orientasi Masa Depan Lampiran 4 Field Test Orientasi Masa Depan Lampiran 5 Kuisioner Penelitian
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejarah telah banyak mencatat bahwa orang-orang yang sukses adalah mereka yang
mempunyai tujuan hidup dimasa depan, dan membuat langkah-langkah perencanaan
untuk dapat mencapai tujuan hidupnya tersebut. Mereka yang tidak mempunyai
mimpi atau tujuan hidup beserta perencanaanya akan merasa bingung dan hanya
mengikuti arus kehidupan. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Nurmi
(1991) bahwa secara umum, pikiran dan tingkah laku manusia mengarah pada
kejadian dan hasil yang nanti akan didapatkanya. Apa yang akan terjadi dimasa
depan, memotivasi seseorang untuk melakukan tingkah laku tertentu.
Dalam kenyataanya, tidak sedikit individu yang seolah membiarkan
kehidupanya berjalan seperti air mengalir. Mereka berprinsip bahwa hidup harus
dijalani sebagaimana adanya. Memikirkan masa depan dan membuat perencanaan
pencapaian bukan menjadi suatu hal yang diprioritaskan. Di sisi lain, era globalisasi
menuntut individu untuk bisa menjadi individu yang berprestasi, kompeten, dan
Salah satu fenomena yang menunjukan kondisi ini adalah penelitian di
Amerika Serikat mengenai mahasiswa strata I di Amerika Serikat. Hasil penelitian
menunjukan hampir setengah dari calon siswa perguran tinggi mengatakan bahwa
pilihan perguruan tinggi adalah hal yang membingungkan karena tidak ada dasar
yang jelas untuk membuat keputusan, banyak siswa senior SLTA Memilih perguraun
tinggi dengan menutup mata. Ketika mereka masuk kuliah, mereka tidak menjadi
puas dengan pilihanya sehingga memutuskan untuk pindah tempat kuliah yang
terkadang dengan alas an yang salah. Pada akhirnya, kondisi ini berpengaruh pada
poduktivitas mereka dibangku kuliah dan lebih jauh, menambah angka pengangguran.
(Santrock, 2003).
Ibrahim (2003), mengungkapkan bahwa salah satu penyebab dari tingginya
tingkat pengangguran adalah karena kalangan terdidik tidak memiliki rencana hidup.
Sejak kecil, mereka belum terlatih untuk merencanakan masa depan sehingga tidak
mampu melihat hubungan antara apa yang dipelajari di bangku pendidikan dengan
masa depan yang di impikan.
Hal ini serupa yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan data statistik BPS April
2011 jumlah pengangguran terbuka (open unemployment) di Indonesia sebanyak
9.132.104 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 41% (3.763.971 jiwa) adalah tamatan
SMA, Diploma, Akademi dan Universitas atau pengangguran terpelajar . Diantara
mendapatkan pekerjaan), 436.164 diantaranya adalah tamatan SLTA, Diploma,
Akademi dan Universitas (Sadarojen, 2008).
Data faktual diatas menggambarkan tingginya tingkat pengangguran di
Indonesia di antaranya ialah kaum pelajar. Oleh karena itu, untuk menaggulangi
masalah tersebut perlu adanya perencanaan dan orientasi masa depan yang jelas
dalam hal pekerjaan. Dengan memikirkan gambaran masa depan dengan membuat
pilihan pekerjaan ini adalah wujud antisipasi atas ketidakpastian dunia orang dewasa
serta bagaimana persiapan untuk memasukinya. Serta perencanaan terhadap jenis
pekerjaan yang akan ditekuni oleh remaja menjadi sesuatu yang penting, agar
pekerjaan yang akan ditekuninya sesuai dengan minat, kemampuan, dan peluang
yang mereka miliki. Sehingga masa depan mereka terutama dalam bidang pekerjaan,
akan lebih terarah.
Menurut Nurmi (1991) orientasi masa depan dapat dijelaskan melalui tiga
proses didalamnya yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Ketiga proses ini
merupakan satu kesatuan, bersifat hirarki dan terjadi secara bertahap. Proses motivasi
meliputi pemilihan individu terhadap hal-hal yang diminati dimasa depan. Proses
perencanaan terkait dengan bagaimana individu membuat langkah-langkah
pencapaian dan merealisasikanya sedangkan proses evaluasi menyangkut tingkat
Orientasi masa depan memiliki manfaat lain. Locke dan Lathman (dalam
Strathman, 2005) melaporkan banyak hasil penelitian yang menyimpulkan
bahwa perilaku yang diarahkan oleh tujuan (goal directed behavior) lebih
efektif dibandingkan perilaku yang tidak diarahkan oleh tujuan. Seseorang
yang memiliki tujuan yang jelas, akan lebih memfokuskan dirinya untuk
melakukan hal-hal yang hanya berhubungan dengan apa yang ingin
dicapainya.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, masa remaja merupakan
masa mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Proses mempersiapkan diri
memasuki dunia kerja bukanlah suatu hal yang terjadi dengan sendirinya.
Selain dituntut untuk berprestasi, ternyata banyak faktor yang turut
mempengaruhi kejelasan orientasi masa depan khusunya dalam bidang
pekerjaan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kendawati, dkk (2001) tentang
model pembinaan remaja dalam rangka mempersiapkan diri memasuki dunia
kerja, disebutkan bahwa dalam penelitian tersebut dihasilkan 7 dimensi
orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir, yaitu: evaluasi diri,
pencarian informasi, perencanaan, kondisi emosi, dukungan keluarga
,optimism/pesimisme serta kejelasan/ketidakjelasan pekerjaan dan karir
Dukungan keluarga merupakan salah satu dari 7 dimensi orientasi
masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir, keluarga merupakan sarana
sosialisasi yang utama. Untuk itu, remaja sangat membutuhkan bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, terutama orang tua. Mengingat banyaknya
remaja di Indonesia yang masih hidup bersama orangtuanya, masih belum
mempunyai nafkah sendiri dan masih berada dibawah otoritas orangtuanya
dalam membuat keputusan yang bersifat jangka panjang, yang penting tetapi
sulit untuk dilaksanakan. Terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
mereka miliki mengenai dunia pekerjaan mengakibatkan mereka masih
membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orangtuanya.
Hal ini dikarenakan orang tua dapat dijadikan sebagai role modelbagi
individu tersebut untuk menentukan minatnya dan pengetahuan tentang
strategi penyelesaian hambatan yang dihadapinya saat mewujudkan minatnya,
dukungan orang tua juga berhubungan dengan optimism dan internalitas
individu tersebut dalam menghadapi masa depanya (Pulkinen et,al, dalam
Nurmi, 1989).
Dengan adanya dukungan orang tua atas keputusan dan rencana yang
disusun oleh individu dapat tercermin dari berbagai perlakuan yang diberikan
orang tua kepada individu tersebut. Misalnya saja, memberikan
masukan-masukan mengenai pilihan mana yang terbaik, serta mengawasi segala usaha
depan. Untuk menunjukan penghargaan kepada anak, orang tua memberikan
kepercayaan kepada anak untuk memilih bidang studi yang disukainya setelah
lulus SMA/SMK dan pada giliranya anak diberi kebebasan untuk menentukan
pilihan pekerjaan sesuai dengan basic studinya ketika lulus dari perguruan
tinggi.
Dengan demikian Individu yang merasakan adanya dukungan dari
orangtuanya akan mendorong untuk mentapkan tujuan mengani pekerjaan
dimasa depanya sehingga pemikiran dan persiapannya pun terarah pada tujuan
tersebut. Namun berbeda halnya dengan individu yang tidak merasakan
adanya dukungan dari orangtuanya, ia akan merasa tidak percaya diri akan
kemampuanya dalam menghadapi kehidupan dimasa depan sehingga ia pun
menjadi kurang termotivasi untuk memikirkan dan mempersiapkan berbagai
hal yang menyangkut masa depanya, termasuk mengenai pekerjaan yang
akan ditekuninya dimasa depan. (Trommsdroff dalam desmita, 2005).
Selain itu menurut penelitian Trommsdroff (dalam McCabe & Bernet,
2000) melihat adanya keterlibatan orang tua dan menemukan bahwa remaja
yang memandang adanya dukungan dan keterbukaan dari orang tua mereka
akan mendapatkan orientasi masa depan yang lebih positif dari pada remaja
Dengan demikian Remaja yang mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari orang tua nya, akan mengembangkan rasa percaya dan sikap
yang positif terhadap masa depan, percaya akan keberhasilan yang akan
dicapainya, serta lebih termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan dimasa depan. Sebaliknya, remaja yang kurang mendapat
dukungan dari orang tua, akan tumbuh menjadi individu yang kurang optimis,
kurang memiliki harapan tentang masa depan, kurang percaya atas
kemampuannya merencanakan masa depan, dan pemikiranya pun menjadi
kurang sistematis dan kurang terarah.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk mempersiapkan masa
depan bagi remaja dibidang pekerjaan ataupun karir dibutuhkan adanya
dukungan dari berbagai pihak, orang tua sebagai institusi awal tempat
individu belajar untuk tumbuh dan berkembang dari sejak masa kanak-kanak
hingga mencapai masa dewasa. Oleh karena itu, sebagai sosok yang masih
berpengaruh dalam kehidupan manusia, keberadaan orang tua masih dirasa
penting dalam menciptakan suatu situasi yang mendukung bagi remaja untuk
dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sedang menghadapi secara
mandiri, dimana salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhinya
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis
menganggap perlu adanya penelitian mengenai hal tersebut agar nantinya
hasil dari penelitian tersebut dapat menjadi acuan bagi semua orang,
khusunya orangtua dalam mendampingi remaja dalam menjalani tugas-tugas
perkembanganya. Maka dari itu, untuk merealisasi hal tersebut peneliti
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh dukungan orang tua terhadap
orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja
1.2 Pembatasan masalah dan rumusan masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Agar pembahasan dalam permasalahan ini tidak meluas, maka diperlukan pembatasan
masalah mengenai dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area
pekerjaan pada remaja.
1. Dukungan orang tua yang dimaksud dalam penelitian disini merupakan
pemberian perhatian, dorongan, kasih sayang, barang, informasi dan jasa dari
orang tua sehingga penerima dukungan merasa disayangi dan dihargai.
Dukungan orang tua tersebut meliputi dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan
jaringan. (Sarafino, 2002).
2. Orientasi masa depan dalam area pekerjaan adalah gambaran tentang masa
pengalaman masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi dari lingkungan
untuk membentuk harapan mengenai pekerjaan dimasa depan, membentuk
tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada pekerjaan dimasa
depan. Dalam hal ini orientasi masa depan tersebut meliputi 3 proses, yaitu
motivasi, perencanaan dan evaluasi.
3. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang berusai 15-18 tahun. Hal ini
dikarenakan remaja yang sedang bersekolah di SMA (sekolah menengah
atas).
1.2.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, perumusan masalah yang muncul
dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh dukungan orang tua terhadap
orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja ?.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana dukungan orang tua (dukungan
emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional,
dukungan jaringan), jenis kelamin, sosioekonomi, dan usia, dari variabel dukungan
orang tua terhadap terhadap variabel orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada
1.3.1 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wacana
keilmuan psikologi, khusunya mengenai dukungan orang tua kaitanya dengan
orientasi masa depan pada remaja
2. Manfaat Praktis, berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan:
Remaja lebih memahami dan memfokuskan diri pada orientasi dan
perencanaan pekerjaan yang tepat dimasa depan, serta menjadi landasan bagi
keluarga khusunya orang tua agar lebih memberikan perhatian yang lebih
1.4. Sistematika Penulisan
Penelitian ini menggunakan tekhnik penulisan American Psychological Association
(APA)Style. Dan secara garis besar sistematika penulisan ini adalah:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan isi skripsi
sebagai dasar pemikiran untuk membahas permasalahan dalam penelitian
skripsi, yaitu: teori tentang orientasi masa depan, teori tentang dukungan
orang tua, perkembangan orientasi masa depan, factor-faktor orientasi
masa depan, kerangka berfikir, dan Hipotesis penelitian.
BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang metode penelitian ini yaitu:
jenis penelitian, pendekatan penelitian dan metode penelitian, identifikasi
variabel penelitian, definisi operasional, teknik sampling, alat pengumpul
data, prosedur penelitian, serta metode analisis data.
BAB 4: HASIL PENELITIAN
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Orientasi Masa Depan
2.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan
Menurut Ginanjar (2001), orientasi masa depan adalah bagaimana seseorang
merumuskan dan menyusun visi kedepan dengan membagi orientasi jangka
pendek, menengah dan jangka panjang. Sedangkan menurut Trommsdoroff
(2005), mengemukakan bahwa pengertian orientasi masa depan merupakan
fenomena kognitif motivasional yang kompleks, yakni antisipasi dan evaluasi
tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan.
Seginer (2002), menyatakan bahwa orientasi masa depan adalah
representasi mental tentang masa depan, yang dibangun oleh individu pada
titik-titik tertentu dalam kehidupan mereka dan mencerminkan pengaruh
kontekstual pribadi dan sosial.
Sedangkan Nurmi (dalam McCabe & Bernett, 2000) mengemukakan
bahwa orientasi masa depan merupakan gambaran mengenai masa depan yang
terbentuk dari sekumpulan skemata, atau sikap dan asumsi dari pengalaman
masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi dari lingkungan untuk
membentuk harapan mengenai masa depan, membentuk tujuan dan aspirasi
Dari empat definisi diatas, peneliti memilih definisi dari Nurmi
(1989), sebagai definisi paling komprehensif dan sesuai untuk penelitian ini.
yang mengemukakan bahwa orientasi masa depan merupakan gambaran
mengenai masa depan yang terbentuk dari sekumpulan skemata, atau sikap
dan asumsi dari pengalaman masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi
dari lingkungan untuk membentuk harapan mengenai masa depan,
membentuk tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada
kejadian di masa depan. Ekspektansi, tujuan, inspirasi, dan makna pribadi itu
kemudian akan membentuk tingkah laku berorientasi kedepan seperti
menunda kepuasan, merencanakan tingkah laku berorientasi perstasi(
Trommsdroff, Lam & Schmidt dalam McCabe & Bernett, 2000). Oleh karena
itu, remaja membutuhkan orientasi masa depan karena akan membantu remaja
untuk mengarahkan perilakunya dalam mencapai tujuan masa depan yang
diharapkan.
Ada lima bidang yang seringkali diteliti dalam penelitian-penelitian
orientasi masa depan pada remaja (Metha et, al dalam Nurmi, 1986). Bidang
tersebut adalah pekerjaan, pendidikan, pernikahan, kegaitan waktu luang dan
aktualisasi diri. Dalam penelitian ini, hanya satu bidang yang ditelitia ialah
Oleh karena itu, definisi orientasi masa depan dalam area pekerjaan,
dalam penelitian ini adalah sekumpulan skemata, sikap, asumsi mengenai
pekerjaan yang terbentuk dari pengalaman masa lalu. Skemata, sikap, dan
asumsi tersebut berinteraksi dengan informasi yang berasal dari lingkungan
untuk membentuk ekspektansi tujuan dan aspirasi serta memberikan makna
pribadi pada pekerjaan dimasa mendatang.
2.1.2 Remaja dan Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pekerjaan
Orientasi masa depan atau gagasan seseorang mengenai perencanaan,
motivasi dan perasaan tentang masa depanya merupakan persoalan yang
terjadi dimasa remaja. Greene (dalam McCabe & Bernett,2000) mengatakan
bahwa masa remaja awal merupakan waktu dimana orientasi masa depan
dapat tumbuh dengan cepat serta dapat membedakan dan mengembangkanya.
Dengan kata lain orientasi masa depan sangat erat kaitanya dengan masa
remaja.
Dalam penelitian ini dominan orientasi masa depan yang akan diteliti
adalah dominan pekerjaan. Dominan ini merupakan bagian dari proses
perkembangan remaja. Havighurust (dalam Monks & Knoers, 2002)
menyebutkan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah persiapan
diri secara ekonomis atau persiapan memasuki dunia pekerjaan serta
2.1.3 Perkembangan Orientasi Masa Depan
Orientasi masa depan merupakan proses yang kompleks dan bersifat terus
menerus. Ada tiga aspek penting yang perlu diperhatikan (Nurmi, 1991)
1. Orientasi masa depan berkembang dalam konteks budaya dan institusional.
Harapan normatif dan pengetahuan mengenai masa depan menjadi dasar
untuk membentuk minat dan rencana masa depan, dan hubungan antara
atribusi kausal dan afek.
2. Minat, rencana dan keyakinan yang berkaitan dengan masa depan dipelajari
melalui interaksi sosial dengan orang lain.
3. Orientasi masa depan bisa dipengaruhi faktor psikologis seperti
Perkembangan orientasi masa depan, dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini :
Konteks sosial skema Orientasi Masa Depan
Gambar 2.1 Perkembangan Orientasi Masa Depan dan Proses yang Terdapat di
Dalamnya (Nurmi,1991).
Dari bagan diatas dapat dilihat bahwa lingkungan konteks sosial yang meliputi
persitiwa normatif, kesempatan, standar dan batas waktu untuk evaluasi
mempengaruhi pembentukan skemata mengenai perkembangan kehidupan yang
Hal ini akan mempengaruhi orientasi masa depan seseorang baik dalam tahapan
motivasi, perencanaan maupun evaluasi. Lebih lanjut, dijelaskan sebagai berikut.
(Nurmi, 1991)
1. Peristiwa normatif berkaitan dengan tugas perkembangan beserta jadwal
pencapaian tugas perkembangan menjadi dasar pembentukan tujuan dan minat
yang berorientasi masa depan.
2. Kesempatan dalam rentang kehidupan seperti usia tertentu untuk
menyelesaika tugas perkembangan, menjadi dasar perkembangan orientasi
masa depan dalam hal rencana dan strategi.
3. Standar dan tenggang waktu dan solusi evaluasi dari tugas perkembangan
dinilai sukses menjadi dasar pembentukan tahap evaluasi dalam orientasi
masa depan.
Lingkungan atau konteks sosial (keluarga, sekolah dan lainnya) ini
berinteraksi dengan skemata yang ada dalam diri individu (internal) sebagai
wujud antisipasi terhadap perkembangan rentang kehidupan, perkembangan
kontekstual dan konsep diri. Skemata yang terbentuk akan berinteraksi dengan
ketiga tahapan orientasi masa depan yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi
2.1.4 Proses pembentukan orientasi masa depan
Orientasi masa depan dilihat sebagai tiga proses psikologis yaitu motivasi,
perencanaan, dan evaluasi. Proses itu berlangsung secara bertahap dan saling
berinteraksi satu sama lainya. Individu menentukan tujuan mereka dengan
mempertimbangkan minat, nilai, dan harapan dimasa depan. Selanjutnya
mereka akan melakukan upaya untuk merealisasikan tujuan tersebut dengan
melakukan berbagai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya (Nurmi,
1991). Ketiga proses ini akand dijelaskan lebih detail sebagai berikut:
1. Motivasi
Tahap motivasional merupakan dimensi awal dari hasil proses pembentukan
orientasi masa depan. Tahap ini mencakup motif, minat dan tujuan yang
berkaitan dengan orientasi masa depan. Pada mulanya individu menetapkan
tujuan berdasarkan perbandingan antara motif umum dan penilaian, serta
pengetahuan yang telah dimiliki tentang perkembangan sepanjang rentang
hidup yang dapat di antisipasi. Ketika keadaan masa depan beserta faktor
pendukungnya telah menjadi sesuatu yang diharapkan dapat terwujud, maka
pengetahuan yang menunjang terwujudnya harapan tersebut menjadi dasar
penting bagi perkembangan motivasi dalam orientasi masa depan (Nurmi
Minat, motif, pencapaian dan tujuan individu merupakan sistem
motivasional yang memiliki hierarki yang kompleks. Hierarki motivasi ini
dibedakan berdasarkan derajat generality dan abstractness dari tujuan yang
dibuat (Emmons; Lazarus dan Folkman dalam Nurmi, 1989).
Dengan kata lain semakin tinggi tingkatan tujuan maka semakin
umum dan abstrak, begitu juga sebaliknya. Prinsip utama dari tingkatan kerja
ini adalah tingkatan motif, nilai atau pencapaian yang semakin tinggi
membutuhkan tingkatan tujuan yang lebih rendah, yang bekerja melalui
beberapa tujuan kecil. Dengan kata lain, untuk mencapai satu tujuan besar
diperlukan tujuan-tujuan kecil (tujuan perantara). Sebelum mencapai tujuan
besar individu terlebih dahulu harus mencapai tujuan perantara dan ini
merupakan strategi merealisasikan tujuan yang lebih besar.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Nurmi (dalam
Desmita 2005), bahwa perkembangan motivasi dari orientasi masa depan
merupakan suatu proses yang kompleks, yang melibatkan beberapa subtahap,
yaitu:
1) Pertama,munculnya pengetahuan baru yang relevan dengan motif umum atau
penilaian individu yang menimbulkan minat yang lebih spesifik
2) Kedua, individu mulai mengeksplorasi pengetahuannya yang berkaitan
3) Ketiga, menentukan tujuan spesifik, kemudian memutuskan kesiapannya
untuk membuat komitmen yang berisikan tujuan tersebut.
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan kedua dari hasil proses pembentukan orientasi
masa depan individu. yaitu bagaimana individu membuat perencanaan tentang
perwujudan minat dan tujuan mereka. Tahap perencanaan menekankan
bagaimana individu merencanakan realisasi dari tujuan dan minat mereka
dalam konteks masa depan (Nurmi, 1989).
Nurmi (1989) menjelaskan bahwa perencanaan dicirikan sebagai suatu proses
yang terdiri dari tiga subtahap, yaitu :
1) Penentuan subtujuan. Individu akan membentuk suatu representasi dari
tujuan-tujuannya dan konteks masa depan di mana tujuan tersebut dapat
terwujud. Kedua hal ini didasari oleh pengetahuan individu tentang konteks
dari aktifitas di masa depan, dan sekaligus menjadi dasar dari subtahap
berikutnya.
2) Penyusunan rencana. Individu membuat rencana dan menetapkan strategi
untuk mencapai tujuan dalam konteks yang dipilih. Dalam menyusun suatu
rencana, individu dituntut menemukan cara-cara yang dapat mengarahkannya
Pengetahuan tentang konteks yang diharapkan dari suatu aktivitas di masa
depan menjadi dasar bagi perencanaan ini.
3) Melaksanakan rencana dan strategi yang telah disusun. Individu dituntut
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Pengawasan
dapat dilakukan dengan membandingkan tujuan yang telah ditetapkan dengan
konteks yang sesungguhnya di masa depan.
Untuk menilai sebuah perencanaan yang dibuat oleh individu, dapat dilihat
dari tiga komponen yang tercakup di dalamnya, yaitu pengetahuan
(knowledge), perencanaan (Plans), dan realisasi (realization) (Nurmi, 1989).
Pengetahuan disini berkaitan dengan proses pembentukan subtujuan dalam
proses perencanaan. Perencanaan ini berkaitan dengan hal-hal yang telah ada
dan akan dilakukan individu dalam usaha untuk merealisasikan tujuan.
3. Evaluasi
Evaluasi merupakan dimensi akhir dari hasil proses pembentukan
orientasi masa depan. Tahap evaluasi ini adalah derajat dimana minat dan
tujuan diharapkan dapat terealisir. Nurmi (1989), memandang evaluasi
sebagai proses yang melibatkan pengamatan dan melakukan penilaian
terhadap tingkah laku yang ditampilkan, serta memberikan penguat bagi diri
sendiri. Jadi, meskipun tujuan dan perencanaan orientasi masa depan belum
terhadap kemungkinan-kemungkinan terwujudnya tujuan dan rencana
tersebut.
Dalam mewujudkan tujuan dan rencana dari orientasi masa depan, proses
evaluasi melibatkan causal attributions; yang didasari oleh evaluasi kognitif
individu mengenai kesempatan yang dimiliki dalam mengendalikan masa
depannya, dan affects;berkaitan dengan kondisi-kondisi yang muncul
sewaktu-waktu dan tanpa disadari (Nurmi, 1989). Menurut Weiner (dalam Nurmi, 1989)
atribusi terhadap kegagalan dan kesuksesan dengan penyebab tertentu akan
diikuti oleh emosi tertentu.
Model Weiner ini pada dasarnya digunakan untuk mengevaluasi hasil dari
kejadian dimasa lalu. Namun pada kenyataannya model ini juga dapat
dimanfatkan untuk mengevaluasi tujuan dan rencana yang dibuat individu akan
2.1.5 Orientasi Masa Depan Sebagai Sistem
Orientasi masa depan merupakan sebuah kesatuan yang terkait dalam satu
sistem dimana tahapan-tahapan orientasi masa depan saling berkaitan. Bandura
(dalam Nurmi, 1991) menjelaskan bahwa suatu pencapaian tujuan dalam
membangun konsep diri yang positif dapat meningkatkan kepercayaan diri,
sehingga berhasil memunculkan sebuah gagasan yang dapat mempengaruhi
pandangannya terhadap orientasi masa depan.
Bandura (dalam Nurmi, 1991) selanjutnya menjelaskan dengan
teorinya bahwa tujuan dan standar pribadi menjadi dasar bagi individu dalam
mengevaluasi kinerja mereka dalam pencapaian tujuan membangun konsep diri
yang positif dan atribusi internal. Selain itu, efektivitas dari rencana yang dibuat
mempengaruhi hasil pencapaian rencana dan pada akhirnya akan mempengaruhi
evaluasi diri. Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
orientasi masa depan sebagai sistem adalah bentuk dasar pemikiran manusia
2.1.6 Cara Mengukur Orientasi Masa Depan
Adapun cara pengukuran orientasi masa depan (dalam Nurmi, 1989) yaitu;
1. Motivasi (motivasional) yaitu suatu dorongan yang terdapat dalam diri
individu untuk mencapai tujuanya. Berkaitan dengan apa yang menjadi
tujuan yang ingin dicapai, waktu pencapaian, dan dorongan/motif
mencapai tujuan dimasa depan.
2. Perencanaan (planning) yaitu strategi yang disusun untuk
merealisasikan tujuan. Perencanaan yang diukur dengan cara melihat :
1. Pengetahuan mengenai bidang yang dicita-citakan
2. Perencanaan yang dibuat
3. Tingkat realisasi atas pelaksanaan rencana
3. Evaluasi (evaluation) yaitu penilaian individu tentang sejauh mana
tujuan ditetapkan dapat direalisasikan. Evaluasi dapat tergambarkan
melalui kontrol yang dimiliki oleh individu, evaluasi emosi (Nurmi,
1989) dan kemungkinan pencapaian tujuan pekerjaan.(optimisme).
1. Keyakinan diri untuk dapat mengontrol realisasi dari harapan
dan tujuan
3. Kondisi emosi yang mengikuti individu ketika mengevaluasi
apa yang dilakukanya untuk masa depan.
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi Orientasi Masa Depan.
Secara garis besar, ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan orientasi masa
depan, kedua faktor itu adalah faktor individu (person related factor) dan faktor
konteks sosial (social contex-related factor).
1. Faktor internal individu
Beberapa faktor ini adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
(internal). Faktor-faktor tersebut adalah
Konsep diri
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1989), menemukan
bahwa konsep diri memberikan pengaruh terhadap orientasi masa depan.
Individu dengan konsep diri yang positif dan percaya dengan kemampuan
mereka cenderung untuk lebih internal dalam pemikiran mereka mengenai
masa depan dibandingkan individu dengan konsep diri yang rendah. Konsep
diri juga dapat mempengaruhi penetapan tujuan. Salah satu bentuk dari
konsep diri yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan adalah diri ideal.
berhubungan dengan lingkungannya dapat berfungsi sebagai motivator untuk
dapat mencapai tujuan jangka panjang.
Perkembangan kognitif
Penelitian mengenai hubungan kematangan kognitif dan orientasi masa
depan memberikan hasil yang berbeda-beda. Beberapa ahli menjelaskan
perkembangan kognitif dapat mempengaruhi rencana masa depan remaja.Hal
ini karena masa remaja berada dalam tahap formal operation. dalam tahap ini
remaja mampu mengenali berbagai kemungkinan. Selain itu, dalam tahap ini
kemampuan metakognisi remaja berkembang dan kemampuan ini sangat
memungkinkan remaja untuk memikirkan kemungkinan yang terjadi dimasa
depan dalam pencapaian tujuan dan memberikan solusinya. Kematangan
kognitif sangat erat kaitanya dengan kemampuan intelektual menjadi salah
satu faktor individu yang mempengaruhi orientasi masa depan. Keating
(dalam Nurmi, 1991)
2. Faktor Kontekstual
Berikut ini adalah faktor-faktor kontekstual yang dapat mempengaruhi
orientasi masa depan :
Jenis kelamin, berdasarkan tinjauan literatur ditemukan adanya perbedaan
jenis kelamin yang signifikan antara domain-domain pada orientasi masa
berjalannya waktu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1991),
ditemukan bahwa perempuan lebih berorientasi ke arah masa depan
keluarga sedangkan laki-laki lebih berorientasi ke arah masa depan karir.
Status sosial ekonomi. Kemiskinan dan status sosial ekonomi yang rendah
berkaitan dengan perkembangan orientasi masa depan yang
menyebabkannya menjadi terbatas. ( Seginer, 2000)
Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (dalam
McCabe & Barnet, 2000), menunjukkan bahwa individu yang memiliki
latar belakang status sosial ekonomi yang tinggi cenderung untuk
memiliki pemikiran mengenai masa depan karir yang lebih jauh
dibandingkan individu dengan latar belakang sosial ekonomi rendah.
Usia. Penelitian yang dilakukan oleh Seginer (2000). Pada remaja wanita
yang duduk dibangku sekolah menegah pertama, menengah keatas dan
kuliah menemukan terdapat perbedaan orientasi masa depan beradasrkan
kelompok usia pada semua dominan kehidupan prospektif (karir, keluarga
dan pendidikan).
Teman Sebaya dalam konteks ini, teman sebaya dapat mempengaruhi
orientasi masa depan dengan cara yang bervariasi. Teman sebaya berarti
teman sepermainan dengan jenjang usia yang sama dan berada pada
bertukar informasi pada pemikiran mengenai tugas perkembangannya.
Kelompok teman sebaya (peer group) juga memberikan individu
kesempatan untuk membandingkan tingkah lakunya dengan temannya
yang lain (Nurmi, 1991).
Hubungan dengan orang tua. Semakin positif hubungan orang tua dengan
remaja maka akan semakin mendorong remaja memikirkan masa depan.
Keluarga merupakan model bagi remaja dan merupakan wadah yang tepat
dalam menyelesaikan tugas perkembangan yang sedang dihadapi ataupun
akan dihadapi. Asumsi umum dalam teori pembelajaran sosial
menyatakan bahwa orang tua yang memberikan penghargaan positif
terhadap anak-anaknya dan konsisten dalam praktek sosialisasi
mengarahkan anaknya memiliki harapan yang positif mengenai dunia luar,
mempercayai orang lain, yakin akan kemampuanya sendiri dan optimis.
Kondisi keluarga dan interaksi antara orang tua dengan anak
mempengaruhi orientasi masa depan setidak-tidaknya dalam tiga hal
pertama orang tua menetapkan standar normatif, sekaligus mempengaruhi
perkembangan minat, nilai, dan tujuan hidup anaknya. Ketiga, dukungan
orang tua membantu anak untuk mengembangkan sikap optimis dan
2.2 Dukungan Orang tua
2.2.1 Pengertian dukungan orang tua
Keluarga sebagai tempat yang pertama kali dikenal oleh individu, keluarga
mempunyai peran yang cukup penting bagi individu dalam bersosialisasi
didalam masyarakat. Oleh karena itu, dukungan orang tua sangat penting bagi
individu dalam menjalani kehidupanya. Dukungan orang tua itu sendiri
merupakan bagian dari dukungan sosial. Penulis mendefinisikan dukungan
orangtua berdasarkan definisi dukungan sosial. Menurut Cobb (dalam Sarafino,
2002) dukungan sosial diartikan sebagai suatu kenyamanan, perhatian,
penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang atau
kelompok lain.
Hal senada juga disampaikan oleh Taylor (2009), bahwa dukungan
sosial merupakan bentuk pemberian informasi serta merasa dirinya dicintai dan
diperhatikan, terhormat, dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan
komunikasi dan kewajiban timbal balik bagi orang tua, kekasih, kerabat, teman,
jaringan lingkungan sosial serta dalam lingkungan masyarakat. Sedangkan
Gottlieb (1983), mendefinisikan dukungan sosial sebagai berikut: Dukungan
sosial terdiri dari informasi verbal maupun nonverbal atau nasehat, bantuan
yang nyata atau terlihat, atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial
secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan
yang menyenangkan pada dirinya.
Menurut Saranson (dalam Metha, 1994) menyatakan bahwa fungsi dukungan
orang tua adalah dengan memberikan penguatan moral bagi remaja. Persepsi
adanya dukungan menimbulkan rasa aman dalam melakukan partisipasi aktif,
eksplorasi dan eksperimentasi dalam kehidupan, yang akhirnya akan
meningkatkan percaya diri, keterampilan-keterampilan dan strategi-strategi
koping. Dalam hal ini remaja mempersepsi adanya dukungan dari orang tua
akan merasa aman dan lebih percaya diri untuk menghadapi situasi-situasi atau
tantangan baru.
2.2.2 Bentuk-bentuk dukungan menurut Sarafino (2002) adalah:
Bentuk-bentuk dukungan sosial merupakan suatu cara yang diwujudkan bisa
dalam bentuk ekspresi, ungkapan atau perwujudan bantuan dari individu yang
satu ke individu yang membutuhkan. Sarafino (2002) membagi dukungan sosial
kedalam lima bentuk, yaitu :
a) Dukungan Emosi (Emotional support)
Dukungan emosi adalah suatu bentuk dukungan yang diekspresikan melalui
individu yang lain. Bentuk dukungan ini dapat menimbulkan perasaan
nyaman, perasaan dilibatkan, dan dicintai oleh individu yang bersangkutan.
b) Dukungan Penghargaan (Esteem support)
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan, penghargaan atau penilaian
yang positif untuk ndividu, dorongan untuk maju dan pemberian semangat,
dan juga perbandingan positif individu dengan orang lain. Dukungan ini
menitik beratkan pada adanya ungkapan penilaian yang positif atas individu
dan penerimaan individu apa adanya. Bentuk dukungan ini membentuk
perasaan dalam diri individu bahwa ia berharga, mampu dan berarti.
c) Dukungan instrumental (Tangible or instrumental support)
Merupakan suatu bentuk dukungan yang dapat diwujudkan dalam bentuk
bantuan langsung misalnya pemberian dana atau pemberian bantuan berupa
tindakan nyata atau benda.
d) Dukungan informasi (Informational support)
Dukungan ini dapat diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat atau saran,
pengarahan, pemberian umpan balik mengenai apa yang dilakukan individu.
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa sebagai anggota dari
suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial
dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.
Dari definisi tentang jenis-jenis dukungan sosial, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dukungan yang diperlukan dan diterima individu
tergantung pada keadaan dan siatusi stres yang dialami.
2.2.3 Sumber dukungan Sosial
Sumber-sumber dukungan soial menurut Gotllieb (1983) berasal dari :
1. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional.
Seperti: keluarga, teman, dekat, atau rekan. Hubungan dengan kalangan
non professional merupakan hubungan yang menempati bagian terbesar
dari kehidupan seorang individu dan menjadi sumber dukungan sosial
yang sangat potensial.
2. Professional, seperti psikolog, atau dokter.
3. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support group). Sumber
dukungan lain yang juga bermanfaat bagi individu adalah
kelompok-kelompok dukungan sosial. Kelompok pendukung (support group)
merupakan suatu kelompok kecil yang melibatkan interaksi langsung dari
sukarela yang bertujuan untuk secara bersama-sama mendapatkan
pemecahan masalah dalam menolong anggota-anggota kelompok dalam
menghadapi masalahnya dalam menolong serta menyediakan dukungan
emosi kepada para anggotanya.
Dari banyak jenis-jenis dukungan sosial yang dijelaskan diatas,
ternyata dukungan yang berasal dari keluaarga yang dapat memberikan
2.3 Kerangka Berfikir
Setiap individu memiliki keinginan untuk dapat hidup lebih baik dari pada
kehidupanya saat ini. Hal ini memang merupakan manifestasi dari sifat manusia yang
tidak pernah putus asa dengan apa yang sudah dimilikinya. Keinginan-keinginan
inilah yang nantinya berubah menjadi minat, harapan, cita-cita dan tujuan hidup.
Untuk dapat mencapai hal tersebut, dibutuhkan suatu perencanaan untuk masa yang
akan datang. Bagi remaja, perencanaan masa depan ini tidak hanya suatu cara untuk
bisa mencapai hal-hal yang lebih baik, tetapi juga merupakan suatu hasil dari adanya
harapan-harapan ataupun tugas-tugas yang mereka terima dari lingkungan.
Perencanaan merupakan salah satu tahapan dari proses pembentukan orientasi masa
depan.
Salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi remaja adalah memiliki
orientasi masa depan dalam area pekerjaan. Pembentukan orientasi masa depan dalam
area pekerjaan adalah penting karena merupakan persiapan remaja sebelum
memasuki masa dewasa. Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa
pengalaman dan pengetahuan remaja tentang kehidupan dimasa mendatang sangat
terbatas. Untuk itu, remaja sangat membutuhkan bimbingan dan dukungan dari
Dalam hal ini (Nurmi, 1991), menjelaskan bahwa meskipun teman sebaya dan
lingkungan sekolah memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan
remaja, namun sesungguhnya orang tua tetap menjadi bagian yang penting bagi
kehidupan mereka. Orang tua masih sangat dibutuhkan remaja dalam memberikan
saran dan nasehat ketika hendak membuat suatu keputusan yang bersifat jangka
panjang, yang penting tetapi sulit dilakukan, seperti keputusan tentang jenis pekerjaan
yang hendak ditekuninya dimasa depan. Singkatnya, dukungan orang tua masih
sangat dibutuhkan oleh remaja dalam memutuskan rencana masa depanya.
Mengacu pada Pendapat Gottlieb (dalam Desmita, 2005), dukungan orang tua
terhadap pembentukan orientasi masa depan remaja dapat dilakukan melalui
pemberian informasi atau nasehat verbal dan non-verbal, bantuan nyata atau tindakan
yang mempunyai manfaat emosional bagi remaja. Sementara itu, sesuai dengan
pendapat Sarafino (2002), dukungan orang tua dapat diwujudkan dalam lima bentuk,
yaitu: pertama, dukungan emosional; mencakup ungkapan empati, kepedulain dan
perhatian orang tua terhadap remaja; kedua, dukungan penghargaan; terjadi lewat
ungkapan penghargaan positif terhadap remaja, dorongan untuk maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan, dan membangkitkan harga diri remaja;
ketiga, dukungan instrumental; mencakup bantuan langsung secara materi atau
pemberian fasilitas dan pelayanan pada remaja, (seperti: pemberian dana, pemenuhan
buku-buku sarana pendidikan lainya, serta kesediaan orang tua meluangkan wakttu
untuk berdialog atau senantiasa siap memberikan pertolongan ketika dibutuhkan oleh
dan keempat, dukungan informative; mencakup pemberian nasehat,
petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik mengenai bagaimana remaja seharusnya
bertindak, mengenali dan menyelesaikan masalah secara lebih mudah, sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh orang tua. Kelima dukungan
jaringan seperti membantu memperluas jaringan relasi dengan orang-orang yang
memiliki minat yang sama.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Trommsdroff (dalam Desmita, 2005) telah
menunjukan betapa dukungan dan interaksi sosial yang terbina dalam keluarga akan
memberikan pengaruh yang sangat penting bagi pembentukan orientasi remaja,
terutama dalam pembentukan sikap optimis dalam memandang masa depanya.
Remaja yang mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari orang tua nya, akan
mengembangkan rasa percaya dan sikap yang positif terhadap masa depan, percaya
akan keberhasilan yang akan dicapainya, serta lebih termotivasi untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan dimasa depan.
Sebaliknya, remaja yang kurang mendapat dukungan dari orang tua, akan tumbuh
menjadi individu yang kurang optimis, kurang memiliki harapan tentang masa depan,
kurang percaya atas kemampuannya merencanakan masa depan, dan pemikiranya pun
menjadi kurang sistematis dan kurang terarah. Berdasarkan pemahaman diatas, dapat
dilihat bahwa ada kecendrungan pengaruh antara dukungan orang tua terhadap
Hal ini dikarenakan orang tua merupakan lembaga pertama dalam kehidupan remaja
sehingga dukungan orang tua dapat menumbuhkan sikap optimis dalam memandang
masa depanya.
Berdasarkan penjelasan di atas, di bawah ini adalah skema dari kerangka berpikir
pada penelitian ini:
D. Orang tua
Demografis
D. Emosi
D.Penghargaan D. Instrument D. Informasi D. Jaringan
Usia Jenis kelamin sosioekonomi
2.4 HIPOTESIS PENELITIAN
Karena penelitian ini diuji dengan analisis statistik, maka hipotesis yang akan diuji
adalah hipotesis nihil yang terdiri dari hipotesis mayor dan minor, yaitu:
Hipotesis Mayor: Tidak ada pengaruh dukungan orang tua terhadap orientasi masa
depan dalam area pekerjaan pada remaja.
Hipotesis Minor:
H01: Tidak pengaruh dukungan emosi terhadap orientasi masa depan dalam area
pekerjaan pada remaja.
H02: Tidak ada pengaruh dukungan penghargaan terhadap orientasi masa depan
dalam area pekerjaan pada remaja.
H03: Tidak ada pengaruh dukungan instrumental terhadap orientasi masa depan
dalam area pekerjaan pada remaja.
H04: Tidak ada pengaruh dukungan insformasional terhadap orientasi masa depan
dalam area pekerjaan pada remaja.
H05: Tidak ada pengaruh dukungan jaringan terhadap orientasi masa depan dalam
area pekerjaan pada remaja.
H06: Tidak ada pengaruh variabel usia terhadap orientasi masa depan dalam area
pekerjaan pada remaja.
H07: Tidak ada pengaruh variabel jenis kelamin terhadap orientasi masa depan dalam
area pekerjaan pada remaja.
H08: Tidak ada pengaruh variabel sosioekonomi terhadap orientasi masa depan dalam
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA & SMK di Yayasan
Pendidikan Dua Mei yang berjumlah 400 orang yang berusia sekitar
15-18 tahun. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 35%
dari jumlah populasi siswa-siswi SMA & SMK Dua Mei yaitu berjumlah 140
orang.
3.3.1 Teknik Pengambilan sampel
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
probability sampling yaitu semua anggota atau subjek penelitian memiliki
peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Sevilla, 1993).Teknik yang
digunakan adalah cluster sampling. Dimana cluster sampling digunakan
untuk pemilihan wilayah dan random sampling digunakan dalam dua tahap,
yaitu tahap memilih sekolah, dan tahap memilih kelas.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah orientasi masa depan dalam area pekerjaan
pada remaja, dukungan orang tua (terdiri dari 5 aspek), usia, jenis kelamin, dan
Orientasi masa depan dijadikan sebagai dependent variabel, sedangkan
dukungan orang tua dijadikan sebagai independent variabel, yang merupakan
sehimpunan variabel yang digunakan untuk memprediksi atau menjelaskan
mengapa orientasi masa depan itu bervariasi
3.2.1 Definisi Operasional Variabel
a. Definisi Operasional orientasi masa depan adalah skor yang
diperoleh dari pengukuran skala orientasi masa depan dalam area
pekerjaan yang menjadi dasar untuk menetapkan tujuan, rencana, dan
membuat pilihan, yang dijelaskan dengan tiga proses yaitu motivasi,
perencanaan, dan evaluasi (Nurmi, 1989).
b. Definisi Operasional dukungan orang tua merupakan skor akhir yang
didapatkan dari pengisian skala dukungan orang tua dengan aspek
yang diadaptasi dari bentuk-bentuk dukungan orang tua. (Sarafino,
2002) meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan,
3.3. Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan skala. Penggunaan skala pada pengumpulan data
didasarkan bahwa untuk mengungkap data seperti mengenai sikap terhadap
sesuatu. Adapun skala yang digunakan adalah skala model Likert dengan
empat alternatif jawaban. Selain itu pernyataannya dibuat dengan kategori
positif atau kesetujuan (favorable) dan item yang disebut negatif atau
ketidaksetujuan (unfavorable) Sevilla, (1993).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala Likert dengan menggunakan 4
pilihan jawaban yakni sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Adapun perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang
dipilih sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable atau unfavorable.
Untuk jawaban favorable skornya bergerak dari kanan ke kiri
(SSSTSSTS) dengan nilai (4321). Sedangkan untuk unfavorable
cara skornya bergerak sebaliknya dari kiri ke kanan, (STSTSSSS)
dengan nilai (1234). Jika digambarkan dalam bentuk tabel, maka
Tabel 3.1 Bobot Nilai
Kategori Respon SS S TS STS
Favorabel 4 3 2 1
Unfavorabel 1 2 3 4
3.3.1 Instrumen penelitian
Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu:
1. Skala Orientasi masa depan.
Peneliti akan membuat pertanyaan-pertanyaan mengenai orientasi masa depan
beradasrkan teori Orientasi masa depan yang dikemukakan oleh Jari-Erik
Nurmi (1989). Penelitian ini akan difokuskan pada salah satu prosepective life
dominan dari orientasi masa depan, yaitu dominan pekerjaan.
Table 3.4
Blue Print Try Out Skala Orientasi masa depan
No Aspek Indikator No item Total
F (+) UF (-) 1 Motivasi Adanya dorongan dari
2 Perencanaan Pengetahuan mengenai
3 Evaluasi Keyakinan diri untuk mengontrol realisasi dari
Skala orientasi yang akan di uji terdiri dari 48, terdiri dari 24 item favorabel
dan 24 item unfavorabel. Selanjutnya untuk menginterpretasi skor responden, penulis
menentukan 4 kategori jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
3.3.2 Skala dukungan orang tua
Dalam skala dukungan orang tua, peneliti akan membuat pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan dukungan orang tua. Skala ini berdasarkan teori Sarafino (2002)
Tabel 3.3
Blue Print Try Out Skala dukungan orangtua
Skala dukungan orang tua yang akan di uji terdiri dari, 60 item terdiri dari 33
item favorabel dan 27 item unfavorabel. Selanjutnya untuk menginterpretasi skor
responden, penulis menentukan 4 kategori jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju
(S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
3.4 Teknik Uji Instrumen
3.4.1 Uji Instrumen
Sebelum dilakukan penelitian sebenarnya, peneliti melakukan pengujian validitas dan
reliabilitas alat (try out) terhadap 40 Remaja di SMK YMJ yang berusia 15-18 tahun.
1. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan responden dalam menyelesaikan
pengisian instrumen.
2. Mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan/item yang diberikan.
3. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor setiap item dikorelasikan dengan
skor total.
4. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengetahui
3.5 Uji Validitas
Validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu dapat
mengukur (Anastasi dan Urbina, 2007). Untuk mengetahui apakah skala yang telah
dibuat mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, maka
diperlukan pengukuran validitas. Oleh karena itu, untuk menguji validitas dari skala
yang telah dibuat dengan menggunakan teknik korelasional Product Moment
Pearson, dalam perhitungannya dilakukan dengan analisa statistik melalui
perhitungan SPSS versi 17.
3.6 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan suatu alat ukur tentang
pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Menurut Sevilla (1993) reliabilitas
merupakan derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan oleh
instrumen penelitian. Tes dikatakan sebagai reliabilitas tinggi apabila skor tampak tes
itu dikatakan konsisten dan dapat diandalkan. Adapun uji reliabilitas alat tes atau
skala dengan rumusAlpha Cronbachdan perhitungan menggunakan SPSS versi 17.
Table 3.4
Klasifikasi Koefesien Reliabilitas
Kriteria Koefesien
Sangat reliable >0,9
Reliable 0,7-0,9
Cukup reliable 0,4-0,7
Kuarng reliable 0,2-0,4
Table 3.4
Hasil Uji Validitas Skala Orientasi masa depan
No Aspek Indikator No item Total
F (+) UF (-)
1 Motivasi Adanya dorongan dari
individu untuk mencapai
3 Evaluasi Keyakinan diri untuk
mengontrol realisasi dari
Keterangan : * item yang valid
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 48 item skala orientasi masa depan ,
ada 30 item yang valid, yaitu item nomor 1, 2, 3, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 23, 24,
itulah yang dijadikan alat ukur untuk penelitian dari uji reliabilitas. item yang valid
pada skala orientasi masa depan diperoleh koefisien alpha cronbach sebesar .799
Angka tersebut dapat dikatakan reliabel karena menurut Azwar (2004), suatu
kuesioner diaktakan realibel jika nilaiAlpha Cronbch>0,60.
Sedangkan pada skala dukungan orang tua , dari 60 item yang di uji cobakan,
terdapat 36 item yang valid sedangkan 24 item lainnya tidak valid. No item yang
valid dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Blue Print Try Out Skala dukungan orangtua
3 Dukungan
Keterangan : * item yang valid
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 60 item skala dukungan orang tua ,
ada 36 item yang valid yaitu item nomor 1, 3,4,5,6,7,15,16, 18, 19, 22, 23, 24, 25,
26, 27, 28, 29, 3, 31, 33, 34, 37, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 49, 50, 52, 53, 54, 56, 57, 58,
59, 60, Item-item yang valid itulah yang dijadikan alat ukur untuk penelitian.
Selanjutnya item yang valid pada skala dukungan orang tua , diperoleh
koefisien alpha cronbach sebesar, 844. Hasil tersebut menunjukan bahwa skala
dukungan orang tua dapat dikatakan reliabel karena menurut Azwar (2000), suatu
3.5 Metode Analisa
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh dari
dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja,
penulis menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang
merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Dalam hal ini berdasarkan hipotesis
yang akan diukur peneliti menggunakan teknik multiple regression atau analisis
regresi berganda. Adapun persamaan umum analisa berganda ini adalah:
Y= a+b1X1+b2X2+ .+bpXp+e
Dimana :
Y : Dependen variabel (DV) yang dalam hal ini adalah orientasi
Depan dalam area pekerjaan
X1,X2, .Xp : Independen variabel (IV)yang jumlahnya p
p : Jumlah independen variabel (IV)
a : Intercept/konstan
b1,b2, .bp : Koefesien regresi untuk masing-masing IV
Dalam analisa multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi yaitu:
R2Yang menunjukan proporsi varian (persentase varian) dari dependen
variabel (DV) yang bisa diterangkan oleh independen variabel
Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya ,asing-masing koefesien
regresi. Koefesien yang signifikan menunjukan dampak yang signifikan dari
independen variabel (IV) yang bersangkutan.
Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
Dalam bab ini akan dibahas hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan
tersebut mencakup gambaran umum responden, serta hasil pengujian hipotesis.
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27-30 September 2011 di SMA&SMK Yayasan
Pendidikan Dua Mei. Berikut ini diuraikan gambaran umum subyek dalam penelitian
ini berdasarkan jenis kelamin, usia, dan sosioekonomi, dengan melibatkan 140 siswa.
4.1.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Frekuensi Presentasi
1 Laki-laki 60 42,9%
2 Perempuan 80 57,1%
140 100%
Dari 140 responden yang diteliti berdasarkan jenis kelmain pada penelitian ini
diketahui terdapat 80 responden perempuan dengan presentase 57,1% dan jumlah