• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyerapan merkuri dalam limbah simulasi menggunakan zeolit klinoptilolit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyerapan merkuri dalam limbah simulasi menggunakan zeolit klinoptilolit"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PENYERAPAN MERKURI DALAM LIMBAH SIMULASI

MENGGUNAKAN ZEOLIT KLINOPTILOLIT

AMSIRI

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENYERAPAN MERKURI DALAM LIMBAH SIMULASI MENGGUNAKAN ZEOLIT KLINOPTILOLIT

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

AMSIRI

102096026529

PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

PENYERAPAN MERKURI DALAM LIMBAH SIMULASI MENGGUNAKAN ZEOLIT KLINOPTILOLIT

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

AMSIRI

NIM. 102096026529

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Thamzil Las Hendrawati, M.Si NIP. 19490516 197703 1 001 NIP. 19720815 200312 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kimia

(4)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Penyerapan Merkuri dalam Limbah Simulasi Menggunakan Zeolit Klinoptilolit” yang ditulis oleh Amsiri NIM 102096026529 telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Senin tanggal 21 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Kimia.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Dr. Mirzan T. Razzak, M.Eng, APU Nurhasni, M.Si NIP. 330 001 086 NIP. 19740618 200501 2 005

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Thamzil Las Hendrawati, M.Si NIP. 19490516 197703 1 001 NIP. 19720815 200312 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Kimia

(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juni 2010

(6)

ABSTRACT

Amsiri. MERCURY ABSORPTION IN WASTE SIMULATOR BY ZEOLITE

CLINOPTILOLITE. Under Tuition of Dr. Thamzil Las and Hendrawati, M.Si.

Mercury is pollutant that can decrease environment quality. Research on Zeolite

Clinoptilolite as ion exchange resin and filter has been carried out at Environmental

Analysis Department Center for Integrated Laboratory UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

The goal of the research was to investigate the ability of Zeolite Clinoptilolite on

mercury absorption. The zeolite used on this research were natural zeolite, Na-Zeolite

with 1 N NaCl, and Ca-Zeolite with 0.02 N CaCl

2

. Effects of particle size, treatment, and

zeolite-mercury contact duration were observed based on 3 different particle sizes thet

were 500 µm - >355 µm, 355 µm - >212 µm and

212 µm; 3 different treatments:

natural zeolite, Na-zeolite dan Ca-zeolite; and 6 different contact duration thet were ½, 1,

2, 4, 6 dan 8 hours. Percentage of Mercury absorption and kation excange capacity was

determined by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). The AAS measuring

showed the best mercury absorption was reached by

212 µm Na-Zeolite at 8 hours

contact. The kation exchange capacity of zeolite that was range by 0.32 meq/g to 0.81

meq/g was affected by treatment process and particle size.

(7)

ABSTRAK

Amsiri. PENYERAPAN MERKURI DALAM LIMBAH SIMULASI MENGGUNAKAN ZEOLIT KLINOPTILOLIT. Dibawah Bimbingan Dr. Thamzil Las dan Hendrawati, M.Si.

Merkuri adalah sumber polutan yang dapat menurunkan kualitas lingkungan. Penelitian terhadap zeolit Klinoptilolit yang digunakan sebagai bahan penukar ion dan penyaring merkuri dalam limbah simulasi telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadu Bidang Analisa Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan zeolit Klinoptilolit dalam menyerap merkuri. Zeolit Klinoptilolit ada yang dibiarkan natural dan ada yang terlebih dahulu diperlakukan menjadi Na-zeolit dengan menggunakan NaCl 1 N dan Ca-zeolit menggunakan CaCl2 0,02 M.

Pengaruh ukuran partikel zeolit, perlakuan zeolit dan waktu kontak zeolit terhadap penyerapan diamati dengan menggunakan 3 perbedaan ukuran partikel zeolit yaitu 500 µm - >355 µm, 355 µm - >212 µm dan ≤212 µm: 3 perbedaan perlakuan zeolit yaitu natural zeolit, Na-zeolit dan Ca-zeolit dan 6 perbedaan waktu kontak yaitu ½, 1, 2, 4, 6 dan 8 jam. Persen penyerapan merkuri dan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Pengukuran SSA menunjukkan bahwa persen penyerapan merkuri terbaik didapat pada ukuran partikel ≤212 dengan zeolit yang diperlakukan dengan NaCl dan waktu kontak 8 jam, yaitu sebesar 87,24 %. Nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) zeolit Klinoptilolit dipengaruhi oleh proses perlakuan dan ukuran partikel zeolit yaitu berkisar antara 0,32 meq/g sampai 0,81 meq/g.

(8)

Bacalah dengan Menyebut Nama Tuhanmu

“Tunjukilah kami jalan yang lurus”

“Di atas segalanya adalah nilai kemanusiaan” (Almarhum Gus Dur)

“kepada seluruh saudara saudara bangsa Indonesia adilkan pikiran untuk melihat cahaya

yang terbit dari hati sesama saudara kita sebangsa” (Emha Ainun Nadjib)

“Tetap semangat dan teguhkan hati disetiap hari sampai nanti, sampai mati” (Letto).

Dengan cinta kupersembahkan karya ini kepada:

1. Bapakku (Suja’i bin Master) dan Mamaku (Asmida binti Biralih) tercinta

2. Paman dan Bibiku: Om Ammar, Muhawwin, Agus Salim, Pa’i, Almarhumah

Jamilah

3. Saudara-saudara sepupuku:Mba Surayah, Mas Da’i, Mas Mulyono,

Jamaludin, Sofi, Adon, Hindun, Wardah, Rahman.

4. Keluarga Suwandi, Keluarga Mukminin, Keluarga Darsono, Keluarga Holes,

Keluarga Rejjeh Kuncoro, Keluarga Mustaqim

5. Adik-adikku: Kamelia, Ariel, Angga, Ubay, Nafila, Flora, Nayla, Aan,

Fania, Zainal, Hakam, Syafi’i, Lukman, Iim, Ari, Rohmah, Hamid, Hairul,

Yani, Moekep.

6. Murid-Muridku Rahma, Lia, Dhea, Sholeha, Yani, Elvira, Fauza, Deni,

Kristo, Eri, Rubi.

(9)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Assalaamu’alaikum WR.WB.

Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan langit dan bumi lengkap dengan segala misterinya. Sholawat dan salam juga disampaikan kepada penggenggam kebenaran, pendobrak kebatilan, pengobat dikala luka dan penghibur dikala duka yaitu nabi besar Nabi Muhammad SAW yang telah memimpin umat manusia menjadi ciptaan Allah SWT yang paling mulia di bumi ini.

Perubahan dan pembaruan di segala bidang sangat penting untuk dilakukan. Untuk itu saat inilah waktu yang tepat untuk merubah wajah bumi menjadi lebih bersih.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan Akademik Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada bidang kimia.

Skripsi dengan judul Penyerapan Merkuri dalam Limbah Simulasi Menggunakan Zeolit Klinoptilolit disusun berdasarkan hasil penelitian di Pusat

(10)

1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

2. Ibu Sri Yadial Chalid, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia yang bersedia membantu dan memberi nasehat untuk penulis.

3. Bapak Dr. Thamzil Las selaku pembimbing I yang bersedia menerima dan membimbing penulis untuk meneliti di laboratorium Bidang Analisa Lingkungan.

4. Ibu Hendrawati, M.Si selaku pembimbing II yang bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi masukan kepada penulis. 5. Seluruh staf Laboratorium Bidang Analisa Lingkungan khususnya Bapak

Maryoto, Ibu Etyn, Nita Rosita, dan Fitriah Hatiningsih.

6. Seluruh dosen program studi kimia yang telah memberikan masukan serta dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Gus Adi yang telah banyak membantu dan ikut bersama merasakan lika-liku di dalam maupun di luar kelas kimia.

(11)

9. Adik-adik kelasku Banu, Ali M Akbar, Garry yang telah menemani penulis ke acara Kenduri Cinta, Janzuar Ramadhani yang telah mengajarkan keyboard, Aji, Ridho dan Subhan yang telah memberikan tumpangan kostannya, Dendi, Laits, Febri, Surya, Andri, Aulia Faturohman dan Heru yang telah memberikan bantuan kepada penulis Jujul, Ayi, Evi dan Susi yang telah tertawa apabila penulis bercerita.

10.Teman-teman Kimia 2003-2009 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terimakasih ku ucapkan.

11.Bapak Polisi Surahmadi selaku RW 09 Bantargebang yang perhatian kepada penulis. “Memang apa kendalanya dalam menyusun skripsi Amsiri?”

12.Teman-teman di Jl H. Ibong Ustadz Ahmad, Mba Russ, Setiawan, Aswadi, Irpan Tigor, Opick, Darman, Hasan, Dede dan Yuni.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk sempurnanya skripsi ini. Semoga Allah SWT bersama orang-orang yang berusaha. Amiin.

Wassalaamu’alaikum.WR.WB..

Jakarta, Juni 2010

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

ABSTRAK... xiv

ABSTRACT... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Hipotesis... 4

1.6. Kerangka Berpikir... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Lingkungan………... 6

2.2. Zeolit ... 7

2.2.1. Struktur Zeolit ... 8

2.2.2. Sifat-Sifat Zeolit... 9

2.2.3. Jenis Zeolit ... 14

(13)

2.2.5. Klinoptilolit ... 18

2.3. Merkuri... 19

2.3.1. Sifat Fisik dan Kimia Merkuri ... 21

2.3.2. Sumber Keberadaan Merkuri di Alam ... 24

2.3.3. Pajanan dan Distribusi Merkuri ... 27

2.3.4. Pemanfaatan Merkuri ... 28

2.3.5. Efek Merkuri Terhadap Lingkungan ... 30

2.3.6. Efek Merkuri Terhadap Kesehatan Manusia ... 32

2.3.7. Perlindungan dan Pencegahan ... 37

2.4. Spektrometer Serapan Atom ... 38

2.4.1. Atomisasi dengan Nyala ... 39

2.4.2. Prinsip Spektrometer Serapan Atom... 40

2.4.3. Instrumentasi Spektrometer Serapan Atom ... 40

2.5. Metode Batch ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian... ... 45

3.2. Alat dan Bahan... 45

3.2.1. Alat... 45

3.2.2. Bahan ... 45

3.3. Prosedur Kerja... 46

3.3.1. Persiapan bahan... 46

3.3.2. Persiapan Natural Zeolit... 47

(14)

3.3.4. Pembuatan Ca-zeolit ... 47

3.3.5. Pembuatan Limbah Simulasi ... 48

3.3.6. Mengaplikasikan Zeolit pada Limbah Simulasi... 48

3.3.7. Pembuatan Deret Larutan Baku Merkuri ... 50

3.4. Pengukuran SSA ... 50

3.4.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 50

3.4.2. Pengukuran Sampel... 51

3.5. Penentuan Persen Efisiensi Penyerapan (% EP) ... 52

3.6. Penentuan KTK (Kapasitas Tukar Kation)... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persen Penyerapan ... 54

4.1.1. Penyerapan Merkuri oleh Zeolit I ... 54

4.1.2. Penyerapan Merkuri oleh Zeolit II... 55

4.1.3. Penyerapan Merkuri oleh Zeolit III... 56

4.1.4. Penyerapan Zeolit... ... 57

4.1.5. Pengaruh Ukuran Zeolit... 59

4.2. Nilai Kapasitas Tukar Kation ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA... 64

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berpikir... 5

Gambar 2. Kerangka Dasar Aluminasilika pada Zeolit... 9

Gambar 3. Strutur Stereotip Klinoptilolit... 19

Gambar 4. Hubungan antara Senyawa Merkuri yang bersifat Racun... 36

Gambar 5. Diagram Kerja SSA... 40

Gambar 6. Bagan Alir Kerja... 53

Gambar 7. Penyerapan Merkuri oleh Zeolit I (500 µm - >355 µm)... 54

Gambar 8. Penyerapan Merkuri oleh Zeolit II (355 µm - >212 µm)... 55

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar Diagram Alir Persiapan Zeolit... 67

Lampiran 2. Gambar Diagram Alir Modifikasi Zeolit... 68

Lampiran 3. Gambar Diagram Alir Mengaplikasikan Zeolit pada Limbah Simulasi (Persen Penyerapan)... 69

Lampiran 4. Gambar Diagram Alir Mengaplikasikan Zeolit pada Limbah Simulasi (KTK)... 70

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Persen Penyerapan... 71

Lampiran 6. Data % Penyerapan Merkuri oleh Zeolit I (500 µm - >355 µm)... 73

Lampiran 7. Data % Penyerapan Merkuri oleh Zeolit II (355 µm – >212 µm)... 74

Lampiran 8. Data % Penyerapan Merkuri oleh Zeolit III (≤212 µm)... 75

Lampiran 9. Data KTK (Kapasitas Tukar Kation) Zeolit Klinoptilolit Terhadap Merkuri... 76

Lampiran 10. Gambar Alat... 77

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbedaan Zeolit dengan Resin Lain... 12

Tabel 2. Beberapa Contoh Tipe Zeolit Alam dan Rumus Kimianya, Rasio Si/Al serta Ion Penukar dalam Zeolit... 15

Tabel 3. Keracunan Merkuri Terbesar Tahun 1953-1968... 35

Tabel 4. Nilai Kapasitas Tukar Kation Zeolit I... 60

Tabel 5. Nilai Kapasitas Tukar Kation Zeolit II... 60

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan selama tiga dasawarsa terakhir ini telah menyebabkan industri semakin meningkat yang secara nyata telah mengangkat perekonomian masyarakat untuk jangka pendek. Namun karena industri yang dikembangkan adalah industri yang kurang memperhatikan lingkungan, sehingga memperburuk penurunan kualitas lingkungan hidup yang mempengaruhi kehidupan manusia di muka bumi. Kondisi ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia yang tidak seimbang dengan ketersediaan sumber daya alam bagi pemenuhan kebutuhan akan pangan dan energi di berbagai negara termasuk di Indonesia (Witoelar, R. 2009).

Sebagai konsekuensinya aktivitas pembangunan terutama dalam rangka mengatasi krisis pangan dan energi kerapkali melupakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, sehingga terjadi pengalihan fungsi pemanfaatan ruang yang merusak hutan dan lahan, eksploitasi sumber daya alam yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan serta pelepasan emisi gas rumah kaca yang secara nyata menurunkan kualitas lingkungan hidup.

(19)

pencemaran lingkungan. Begitu juga berbagai jenis industri yang menghasilkan limbah berbahaya.

Salah satu limbah yang sangat berbahaya adalah limbah merkuri. Merkuri sekarang ini banyak terdapat dimana-mana di dalam ikan, air, lumpur, kosmetik hingga lampu.

Limbah merkuri dihasilkan dari berbagai-macam kegiatan industri, seperti dari industri peralatan-peralatan elektris (electroplating), baterai, bahan kimia, penambangan emas dan sebagainya. Demikian luasnya pemakaian merkuri, mengakibatkan semakin mudah pula organisme mengalami keracunan merkuri (Palar, H. 1994).

Pengolahan air limbah mengandung merkuri dapat dilakukan dengan proses penyerapan (sorpsi) bahan pencemar dengan menggunakan resin-organik yang berfungsi sebagai penukar ion baik berupa anion atau kation (Michael dan Pierre, 1994 dan Jianlong et al, 2000), karbon aktif (Giequel et al., 1997), dan silika gel (Leéis et al., 1996), tetapi harganya relatif mahal. Hal tersebut telah mendorong beberapa peneliti untuk mencari penyerap alternatif yang lebih murah.

(20)

Di Indonesia zeolit pertama kali ditemukan pada tahun 1985 oleh Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM) Bandung dalam jumlah yang besar, diantaranya tersebar di beberapa daerah di pulau Sumatera dan Jawa. Namun dari 46 lokasi penemuan zeolit, baru beberapa daerah yang ditambang secara intensif yaitu: Bayah, Cikalong, Tasikmalaya, Sukabumi dan Lampung. Jenis mineral zeolit yang sering ditemukan adalah Klinoptilotit dan Modernit (Las, T. 1998).

Zeolit adalah senyawa alumino silikat dengan struktur rangka (frameworks) dan mempunyai pori (rongga) dan saluran yang diisi oleh kation dan molekul air yang dapat mudah dipertukarkan (exchangeable) sehingga dapat mengadsorpsi ion (Sand, L. 1978).

Berdasarkan sifat tersebut penggunaan zeolit semakin luas, bukan saja sebagai penukar ion tetapi juga sebagai bahan penyerap, seperti yang telah digunakan dalam industri, misalnya pada pemurnian minyak bumi. Zeolit merupakan mineral alam yang ditemukan dalam keadaan campur dengan mineral-mineral lain, seperti kalsit, batuan lempung (clay) dan feldspar (Day, D.H. 1985).

(21)

1.2. Perumusan Masalah

Secara sederhana pengolahan limbah dapat dilakukan dengan mencampurkan bahan penukar ion dengan cairan limbah, sehingga terjadi pemekatan kontaminan dalam penukar ion. Dengan cara ini limbah dapat diserap oleh penukar ion. Penggunaan penukar ion lebih efisien dapat dicapai dengan merendam cairan limbah dalam botol berisi zeolit.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penyerapan dan kapasitas tukar kation (KTK) limbah merkuri dengan zeolit menggunakan teknik batch.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan zeolit sebagai salah satu bahan penyerap limbah industri yang mengandung merkuri.

1.5. Hipotesis

a. Ukuran partikel zeolit berpengaruh terhadap penyerapan.

b. Waktu kontak antara zeolit dan limbah berpengaruh terhadap penyerapan. c. Zeolit alam berpengaruh terhadap penyerapan

(22)

1.6. Kerangka Berpikir

Dari uraian diatas peneliti menyusun kerangka berpikir dalam penelitian terhadap penyerapan merkuri ini sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berpikir. Aktivitas manusia

dan proses alam

Sumber pencemar Merkuri Hg

Limbah mengandung

merkuri

Lingkungan hidup yang lebih bersih Zeolit

Penukar ion

¾ Ukuran Zeolit

¾ Waktu sentuh antara merkuri dan limbah

¾ Zeolit alam

¾ Ca-Zeolit

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari

bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari

kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari

bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya

mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas

atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya

pencemaran.

Lingkungan dapat diartikan sebagai media atau suatu areal, tempat atau

wilayah yang didalamnya terdapat bermacam-macam bentuk aktivitas yang

berasal dari ornamen-ornamen penyusunnya. Suatu lingkungan hidup dikatakan

tercemar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan itu

sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat dari masuk atau

dimasukannya suatu zat atau benda asing ke dalam tatanan lingkungan itu. Jadi

pencemaran lingkungan adalah terjadinya perubahan dalam suatu tatanan

lingkungan asli menjadi suatu tatanan baru yang lebih buruk dari tatanan aslinya.

Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak

disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak

(24)

2.2. Zeolit

Istilah zeolit berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu Zein yang

berarti membuih dan Lithos yang berarti batu. Nama ini sesuai dengan sifat zeolit

yang akan membuih bila dipanaskan pada suhu 100oC

Zeolit pertama kali ditemukan pada tahun 1756 oleh Axel Cronstedt

seorang ahli mineral dari Swedia. Jenis mineral yang ditemukan adalah stilbit.

Menurut penelitian yang dilakukan Cronstedt, mineral ini akan mendidih apabila

dipanaskan, hal ini disebabkan oleh proses dehidrasi dari mineral tersebut. Pada

tahun 1954 zeolit diklasifikasikan sebagai golongan mineral tersendiri yang saat

itu dikenal sebagai molecular sieve materials.

Pada tahun 1984 profesor Joseph V. Smith ahli kristalografi Amerika

Serikat mendefinisikan zeolit sebagai mineral yang terdiri dari kristal

aluminosilikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam

kerangka tiga dimensi. Ion-ion logam tersebut dapat diganti oleh kation lain tanpa

merusak struktur zeolit dan dapat menyerap air secara reversibel

Pada saat ini dikenal sekitar 40 jenis zeolit alam yang dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan seperti suhu, tekanan uap air dan komposisi tanah tempat

zeolit ditemukan, sehingga komposisi dari suatu zeolit tidak sama. Dari 40 jenis

zeolit alam yang mempunyai nilai komersial hanya 12 jenis, diantaranya

klinoptilotit, modernit, kabasit dan eriotit (Mumpton, 1978). Di Indonesia zeolit

ditemukan pada tahun 1985 oleh Pusat Pengembangan Teknologi Mineral

(PPTM) Bandung dalam jumlah besar. Penyebaran zeolit tersebut pada beberapa

(25)

ditambang secara intensif antara lain di Bayah, Banten, Cikalong, Tasikmalaya,

Nanggung dan Lampung (Suryartono, 1986).

2.2.1. Struktur Zeolit

Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal aluminosilikat terhidrasi

yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi.

Zeolit disusun oleh tatrahedral silika dan alumina yang saling berikatan melalui

atom oksigen, struktur ruang yang berisi kation-kation dan molekul air yang

berfungsi sebagai kerangka zeolit memiliki muatan negatif. Secara umum rumus

zeolit adalah :

Mx/n[(AlO2)x (SiO2)y] wH2O

M : Kation

n : Valensi kation M

w : Jumlah molekul air per unit sel

X dan Y : Jumlah tetrahedral persatuan sel

Kerangka dasar struktur zeolit terdiri dari unit-unit tetrahedral AlO4-dan

SiO4 yang saling berhubungan melalui atom O. Zeolit terdiri dari tiga komponen

yaitu: kation yang dipertukarkan, kerangka aluminosilikat dan fase air (Army,

2006). Ikatan ion Al-Si-O membentuk struktur kristal, sedangkan logam alkali

merupakan sumber kation yang mudah dipertukarkan. Zeolit mempunyai struktur

berongga dan biasanya struktur rongga ini diisi oleh air dan kation yang bisa

dipertukarkan dan memiliki pori dengan ukuran tertentu. Struktur tersebut

membuat zeolit banyak dimanfaatkan sebagai: penyaring molekuler (molekuler

(26)

berupa kristal yang berwarna putih, kehijaun dan sedikit agak kecoklatan.

Stabilitas zeolit terhadap panas dan radiasi sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh

susunan kimianya terdiri dari kristal hidrat dan alumina silikat.

Atom Si dan Al adalah pusat dari tiga dimensi tetrahedral. Seluruh sudut

dikelilingi oleh empat atom oksigen. Secara rumus kimia ikatan antara atom Si

dan Al adalah tetrahedral. Senyawa AlO4- tetrahedral dikelilingi oleh SiO4

tetrahedral dan keduanya saling berikatan dengan oksigen secara kerangka

struktur. Atom Al yang bermuatan negatif akan berikatan dengan empat oksigen

dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. Kerangka dasar aluminasilika pada zeolit

2.2.2. Sifat-Sifat Zeolit a. Dehidrasi

Merupakan pelepasan molekul air dari rongga permukaan zeolit. Sifat

dehidrasi ini sangat penting, karena tanpa melakukan dehidrasi zeolit sulit

digunakan sebagai penyerap (hilangnya molekul air dapat mempermudah interaksi

antara molekul yang diserap dengan sisi aktif zeolit). (Winarko, 1997).

(27)

Sifat dehidrasi dari zeolit akan berpengaruh terhadap sifat adsorpsi. Zeolit

dapat melepaskan molekul air dari dalam rongga permukaan yang menyebabkan

medan listrik meluas ke dalam rongga utama dan akan efektif terinteraksi dengan

molekul yang akan di adsorpsi. Jumlah molekul air sesuai dengan pori-pori ruang

hampa yang akan terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut dipanaskan.

b. Adsorpsi

Adsorpsi merupakan peristiwa terakumulasinya atom atau molekul suatu

zat pada permukaan zat lain, karena ketidakseimbangan antara gaya kohesi

partikel sefase dengan gaya adhesi partikel antar fase pada bidang batas suatu fase

dengan fase lainnya. Ketidakseimbangan ini berakibat senyawa tersebut

teradsorpsi pada permukaan adsorben. Fase pengadsorpsi disebut adsorben,

sedangkan fase teradsorpsi disebut adsorbat. Secara umum jenis adsorpsi dibagi

menjadi dua yaitu:

i. Fisisorpsi (adsorpsi secara fisika)

Adsorpsi ini terjadi karena adanya gaya Van Der Waals antara adsorben

dengan adsorbat membentuk ikatan yang lemah dan lapisan dipermukaan

adsorben.

ii. Kemisorpsi (adsorpsi secara kimia)

Adsorpsi ini merupakan interaksi antara molekul dengan valensi-valensi bebas

dan membentuk ikatan kimia antara molekul adsorbat dan permukaan

adsorben. Kemisorpsi mempunyai selektifitas yang tinggi, yaitu

molekul-molekul tertentu yang dapat diserap oleh partikel zat padat. Adsorpsi secara

(28)

Menurut Sharma, (1986) dalam banyak kasus adsorpsi tidak hanya terjadi

secara fisika atau kimia saja. Tetapi peristiwa ini umumnya merupakan gabungan

kedua jenis adsorpsi tersebut. Zat yang dapat digunakan sebagai adsorben harus

mempunyai struktur yang berpori atau berongga, atau struktural kimia senyawa

padatan tersebut memiliki sisi aktif yang dapat berinteraksi dengan adsorbat

(Yateman, 1994). Proses adsorpsi pada adsorben yang berongga terjadi karena

terjebaknya molekul adsorbat dalam rongga mengalami penyaringan sedangkan

pada sisi aktifnya terjadi interaksi dengan molekul adsorbat.

Zeolit dapat bertindak sebagai adsorben penukar kation, karena adanya

kation alkali dan alkali tanah yang dapat bergerak secara bebas dalam rongga

yang dapat dipertukarkan dengan kation lain dengan jumlah yang sama. Dalam

keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air bebas

yang berada di sekitar kation. Bila kristal zeolit dipanaskan pada suhu 300-4000 C,

maka air tersebut akan keluar sehingga zeolit berfungsi sebagai penyerap gas atau

cairan. Selain mampu menyerap gas atau zat, zeolit juga mampu memisahkan

molekul berdasarkan ukuran kepolarannya.

c. Penukar Ion

Rongga-rongga zeolit diisi oleh logam alkali dan alkali tanah yang

merupakan sumber dari kation. Al sebagai pusat dari kerangka tiga dimensi akan

berkoordinasi dengan empat atom oksigen sehingga bermuatan negatif dan akan

dinetralkan oleh kation-kation dalam kerangka zeolit. Kation-kation ini mampu

(29)

dipengaruhi oleh; jenis kation, ukuran kation dan muatan kation mempengaruhi

proses pertukaran kation.

Mekanisme pertukaran ion dapat digunakan untuk penyisihan anion dan

kation. Sebagai media pertukaran ion pada dasarnya digunakan resin. Pertukaran

ion pada dasarnya terjadi dalam suatu larutan yang mengandung anion, kation dan

molekul air yang mana salah satu atau sebagian ion akan terikat pada resin

penukar ion. Molekul air dapat berada dalam mikropori bersama ion (Anion dan

kation) dengan muatan yang berlawanan dari resin sehingga terjadi keseimbangan

muatan untuk mencapai keadaan netral. Salah satu resin penukar ion yang

digunakan adalah zeolit. Hal ini disebabkan karena zeolit mempunyai komposisi

kimia dan struktur yang unik. Perbedaan zeolit dengan tanah lempung dapat

ditunjukkan oleh tabel berikut (Las, T. 1989).

Tabel 1. Perbedaan Zeolit dengan Resin lain

No Sifat Lempung Zeolit

1 Struktur Layer 2 dms Kristal

2 Swelling Besar Kecil

3 Sorpsi Tinggi Tinggi

4 Penyaring Rendah Tinggi

5 Kestabilan terhadap panas Rendah Tinggi

6 Kestabilan terhadap kimia Tinggi Rendah

7 Kestabilan terhadap radiasi Rendah Tinggi

(30)

Kation-kation yang dipertukarkan tidak terikat secara kuat pada kerangka

alumina silikat sehingga mudah untuk dipisahkan. Kemampuan pertukaran ion

zeolit merupakan parameter utama dalam menentukkan kualitas zeolit yang akan

digunakan. Kapasitas Tukar Kation (KTK) adalah jumlah ion logam yang dapat

diserap maksimum oleh 1 gram zeolit dalam kondisi kesetimbangan. KTK dari

zeolit bervariasi dari 1,5 sampai 2 meq/gram. Nilai KTK zeolit ini banyak

bergantung pada jumlah atom Al dalam struktur kerangka (Las, T. 1994). Makin

besar pergantian semakin besar kekurangan muatan positif, sehingga makin

banyak pula jumlah kation alkali atau alkali tanah yang dibutuhkan dari unsur

zeolit.

d. Penyaring atau Pemisah (Molekuler Sievies)

Selain mampu menyerap gas, zeolit juga mampu memisahkan molekul

berdasarkan ukuran kepolarannya. Molekul-molekul akan masuk ke dalam rongga

zeolit dan akan diserap berdasarkan kepolarannya. untuk molekul- molekul yang

polar, berukuran kecil dan tidak jenuh akan diadsorpsi oleh zeolit secara efektif

karena zeolit juga bersifat polar. Sifat zeolit sebagai penyaring atau pemisah

didasarkan pada volume dan ukuran garis tengah ruang hampa dalam kisi-kisi

kristal. Diameter pori-pori zeolit bervariasi sesuai dengan jenis zeolit, sedangkan

volume rongga kosong dapat mencapai 30% sampai 50% dari volume total zeolit

(31)

e. Katalis

Zeolit juga digunakan sebagai katalis yang dapat mempercepat reaksi,

karena pori yang terdapat dalam zeolit uniform. Zeolit yang digunakan sebagai

katalis dengan pori yang besar, luas permukaan maksimum dan volume kosong

yang tersedia dalam jumlah yang banyak. Semakin besar ukuran pori zeolit maka

proses katalisasi akan semakin cepat.

2.2.3. Jenis Zeolit

Zeolit terbentuk karena proses perubahan alam (zeolitisasi) dari batuan

vulkanik dan sengaja disintesis oleh manusia melalui proses kimia. Berdasarkan

proses pembentukkannya zeolit digolongkan menjadi dua kelompok yaitu: zeolit

alam dan zeolit buatan (sintesis). (Dyer, A. 1988)

a. Zeolit alam

Mineral zeolit ditemukan pertama kali oleh ahli mineralogi Swedia yang

bernama F.A.F. Cronstendt. Zeolit banyak dijumpai dalam lubang-lubang batuan

lava dan batuan sedimen piroklastik berbutir halus. Telah diketahui terdapat 40

jenis zeolit dalam tetapi hanya 20 jenis saja yang terdapat pada batuan sedimen,

(32)

Tabel 2. Beberapa Contoh Tipe Zeolit Alam dan Rumus Kimianya Rasio Si/Al serta Ion Penukar dalam Zeolit

Tipe Zeolit Rumus kimia Si/Al Kation

b. Zeolit buatan (sintetis)

Zeolit memiliki sifat yang unik, yaitu susunan atom maupun komponennya

dapat dimodifikasikan, maka para peneliti berupaya untuk membuat zeolit sintetis

yang mempunyai sifat khusus sesuai keperluannya. Dari usaha ini dapat

direkayasa bermacam-macam zeolit. Sifat zeolit sangat tergantung dari jumlah

(33)

2.2.4. Pemanfaatan Zeolit

a. Pengolahan Limbah Industri dan Nuklir

Klinoptilolit dapat memisahkan 99 % ammoniak / ammonium dari limbah

industri. Klinoptilolit juga dapat memisahkan logam berat baik dalam limbah

industri atau pada tanah pertanian. (Tsitsisvii, 1980) (Blanchard, 1984).

Menurut Ames (1962) klinoptilolit dapat juga digunakan untuk pemisahan

zat radioaktif. Pada tahun 1979 klinoptilolit juga dipakai untuk dekontaminasi air

pendingin reaktor pada kecelakaan reaktor Three Mile Island di Amerika.

Zeolit juga digunakan untuk dekontaminasi air pendingin reaktor Three

Mile Island Unit II dan pada tahun 1987 untuk penyerapan gas radioaktif reaktor

Chernobiel yang terbakar. (Las, T. 2005).

b. Proses Industri

Berdasarkan sifat sorpsinya terhadap gas dan hidrasi molekul air, zeolit

digunakan untuk pengeringan pada berbagai produk industri.

Pada bidang proses industri zeolit digunakan antara lain:

• Pada proses pemurnian metil khlorida dalam industri karet.

• Pemurnian fraksi alkohol, metanol, benzen, xylene, LPG dan LNG pada

industri petro- kimia.

• Untuk hidrokarbon propellents-fillers aerosol untuk pengganti freons.

• Penyerap klorin, bromin dan fluorin.

(34)

Zeolit digunakan dalam proses penyerapan gas seperti :

• Gas mulia antara lain Ar, Kr dan gas He.

• Gas rumah kaca ( NH3, CO2, SO2, SO3 dan NOx ).

• Gas organik CS2, CH4, CH3CN, CH3OH, termasuk pirogas dan fraksi

etana/etilen.

• Pemurnian udara bersih mengandung O2.

• Penyerapan gas N2 dari udara sehingga meningkatkan kemurnian O2

diudara.

• Campuran filter pada rokok.

• Penyerapan gas dan penghilangan warna dari cairan gula pada pabrik gula.

Zeolit juga digunakan dalam industri petrokimia pada proses isomerisasi,

hidro sulforisasi, hidrocracking, hidrogenasi, reforming, dehidrasi, dehidrogenasi

dan de-alkilasi, cracking parafin, disportion toluen/benzen dan xylen. (Las. T,

2005).

Di Jepang klinoptilolit digunakan untuk filter kertas, karet dan polimer. Di

Amerika Serikat, zeolit alam juga digunakan untuk campuran semen dan

Tchernev telah mendemontrasikan penggunaan zeolit yang sama untuk “solar

heating/cooling” pada panel energi cahaya matahari berdasarkan adsorpsi/desorpsi

(35)

c. Bidang Pertanian dan Lingkungan

Zeolit digunakan sebagai “soil conditioning” yang dapat mengontrol dan

menaikan pH dan kelembaban tanah. Petani di Jepang menambahakan zeolit pada

pupuk tanaman bervariasi dari 15 % sampai 63 % terutama untuk tanaman apel

dan gandum. Penambahan zeolit pada pupuk kandang ternyata juga meningkatkan

proses nitrifikasi. Pada saat ini bidang pertanian merupakan pemakai zeolit

terbesar di Indonesia.

Dalam bidang peternakan, zeolit juga digunakan sebagai “food suplement”

pada ternak ruminansia dan non-ruminansia masing-masing dengan dosis 2.5 – 5

% dari rasio pakan perhari, hal ini dapat meningkatkan produktivitas susu, daging

dan telur, laju pertumbuhan serta memperbaiki kondisi lingkungan kandang dari

bau yang tidak sedap.

Zeolit juga pernah ditaburkan dari pesawat terbang di atas reaktor

Chernobiel untuk maksud menyerap hasil fisi yang terdapat dalam jatuhan debu

radioaktif (fall out) akibat kebakaran reaktor sovyet tahun 1985. (Las, T. 2005).

2.2.5. Klinoptilolit

Penelitian ini menggunakan sampel zeolit yang berasal dari Lampung.

Zeolit ini diperoleh dari lokasi penambangan PT. Winatama Mineral Perdana di

Desa Kalianda Lampung, melalui salah satu agennya di Cempaka Putih. Zeolit ini

berwarna putih dan diperoleh pada kedalaman lebih kurang 13 m di bawah

(36)

densitas antara 1,9942 g/ml - 2,1781 g/ml, volume pori total zeolit adalah 86,26 x

10 -3, dengan luas permukaan 38,93 m2 (Las, T. 1989).

Gambar 3. Strutur Stereotip Klinoptilolit

2.3. Merkuri

Merkuri atau raksa adalah unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol

Hg dan nomor atom 80. unsur golongan logam transisi ini berwarna keperakan

dan merupakan satu dari lima unsur yang berbentuk cair dalam suhu kamar.

Merkuri banyak digunakan sebagai bahan amalgam gigi, termometer, barometer,

dan peralatan ilmiah lain.

Merkuri juga dikenal sebagai salah satu logam berat yang paling kuat

racunnya (Connell and Miller, 1984). Logam berat dikelompokan sebagai zat

pencemar karena tidak dapat terurai melalui biodegradasi. Selain itu logam berat

(37)

berikatan dengan senyawa-senyawa organik dan anorganik melalui pembentukan

senyawa kompleks dan absorpsi (Connell and Miller, 1984).

Menurut Bryan (1976), daya racun logam berat ditentukan oleh

faktor-faktor sebagai berikut, bentuk senyawa logam berat yang terdapat di dalam air,

adanya unsur logam berat lain dan faktor lingkungan yang mempengaruhi

fisiologis organisme, misalnya suhu, oksigen terlarut (DO), cahaya dan salinitas,

perubahan siklus hidup, umur, seks, makanan dan adaptasi terhadap logam berat

merkuri.

Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam

dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya

dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam

jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini

adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah

logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh

masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg,

Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi

manusia tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh.

Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga

proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan

bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi

manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan pencernaan.

Merkuri dapat terkumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap berada

(38)

tersebut, maka limbah yang mengandung merkuri tergolong sebagai limbah B3

(bahan berbahaya dan beracun) yang memerlukan penanganan khusus pada proses

pembuangannya. Merkuri logam cair yang berwarna putih-perak adalah suatu

neurotoksin yang kuat mampu menyebabkan kerusakan otak pada perkembangan

janin, gangguan tremor, dan keseimbangan emosi pada orang dewasa.

Makanan laut merupakan sumber terbesar pajanan terhadap merkuri saat

ini, merkuri terakumulasi dalam hewan di perairan dan mencapai kadar yang

berarti dalam rantai makanan paling tinggi baik di air tawar maupun air laut yang

sudah tercemar merkuri.

2.3.1. Sifat Fisik dan Kimia Merkuri

Merkuri adalah unsur kimia yang mempunyai nomor atom 80, berat atom

200,61 gram/mol, merupakan satu-satunya unsur logam yang berbentuk cair pada

suhu kamar (25oC) yang sangat mudah menguap. Uap merkuri lebih berbahaya

dari merkuri cair karena dapat terhirup dan dengan mudah terserap ke dalam

darah, merkuri membeku pada suhu -38,87oC dan mendidih pada suhu 356,9oC

warna merkuri tergantung pada bentuk fasanya, fasa cair berwarna putih perak

sedangkan fasa padat berwarna keabu-abuan. Densitas merkuri yaitu 13,534 g ml-1

merupakan densitas tertinggi dari semua benda cair (Hutagalung, 1985).

Berdasarkan daya hantar panas dan listriknya merkuri dimasukkan dalam

golongan logam. Sedangkan berdasarkan densitasnya, dimasukkan ke dalam

(39)

Disamping merkuri murni (uap dan cair), senyawa-senyawa merkuri dapat

juga berbahaya. Senyawa anorganik yang digunakan dalam cat sebagai anti jamur

dan di dalam batere tidak terlalu toksik secara sendiri, namun dengan mudah

diubah oleh bakteri menjadi bentuk organik yang jauh lebih berbahaya salah

satunya adalah metil merkuri.

Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum diubah

oleh aktifitas mikro-organisme menjadi komponen metil-merkuri (Me-Hg) yang

memiliki sifat racun (toksik) dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang

tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri

terakumulasi baik melalui proses bioakumulasi maupun biomagnifikasi yaitu

melalui rantai makanan (food chain) dalam jaringan tubuh hewan-hewan air,

sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan

hewan air maupun kesehatan manusia yang makan hasil tangkap hewan-hewan air

tersebut. Terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, karena

kecepatan pengambilan merkuri (up take rate) oleh organisme air lebih cepat

dibandingkan dengan proses ekresi, yaitu karena metil-merkuri memiliki paruh

waktu sampai beberapa ratus hari di tubuh hewan air, sehingga zat ini menjadi

terakumulasi dan konsentrasinya beribu kali lipat lebih besar dibanding air

disekitarnya. (Arifin, 2008).

Metil merkuri dengan cepat terakumulasi di dalam ikan dan terkonsentrasi

dalam mata rantai akuatik yang panjang mencapai konsentrasi yang tinggi pada

predator dengan cara proses biomagnifikasi. Merkuri juga dengan mudah diserap

(40)

hamil menyebabkan gangguan perkembangan janin, serta melalui barier

otak-darah (blod-brain barrier) masuk ke dalam otak.

Merkuri memiliki sifat-sifat :

i. Kelarutan rendah

ii. Satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu kamar (25oC), titik

bekunya paling rendah dari semua logam (–39oC).

iii. Masih berwujud cair pada suhu 396oC. Pada temperatur 396oC ini telah

terjadi pemuaian secara menyeluruh.

iv. Sifat kimia yang stabil terutama di lingkungan sedimen.

v. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan

logam-logam yang lain.

vi. Uap merkuri di atmosfir dapat bertahan selama 3 (tiga) bulan sampai 3 (tiga)

tahun sedangkan bentuk yang melarut dalam air hanya bertahan beberapa

minggu.

vii. Tahanan listrik merkuri sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri

sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik.

viii. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang

disebut juga sebagai amalgam.

ix. Pada fase padat berwarna abu-abu dan pada fase cair berwarna putih perak

x. Mempunyai sifat yang mengikat protein, sehingga mudah terjadi

biokonsentrasi pada tubuh organisme air melalui rantai makanan

xi. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik

(41)

Hampir semua merkuri di produksi dengan cara pembakaran merkuri

sulfida (HgS) di udara dengan reaksi sebagai berikut:

HgS + O2→ Hg + SO2

Merkuri dilepaskan sebagai uap yang kemudian mengalami kondensasi,

sedangkan gas-gas lainnya mungkin terlepas di atmosfir untuk dikumpulkan.

Merkuri di alam terdapat dalam berbagai bentuk sebagai berikut:

a. Merkuri anorganik, termasuk logam merkuri (Hg2+) dan garam-garamnya,

seperti merkuri khlorida (HgCl2) dan merkuri oksida (HgO).

b. Komponen merkuri organik atau organomerkuri, terdiri dari:

Aril merkuri, mengandung hidrokarbon aromatik seperti fenil merkuri asetat.

Alkil merkuri, mengandung hidrokarbon alifatik dan merupakan merkuri yang

paling beracun, misalnya metil merkuri, etil merkuri, dan sebagainya.

Alkosialkil merkuri (R-O-RHg).

2.3.2. Sumber Keberadaan Merkuri di Alam

Sumber utama dari merkuri yang ada di alam adalah proses pelepasan gas

(degassing) dari lapisan kulit bumi, yang menghasilkan 25.000 sampai 125.000

ton merkuri per tahun. Sedangkan merkuri yang dihasilkan dari proses

penambangan dan peleburan kurang lebih sebesar 10.000 ton/tahun (1973) dan

diperkirakan meningkat 2 % tiap tahun. (Kusnoputranto, 1996).

Merkuri terdapat sebagai komponen renik dari banyak mineral, dengan

bantuan kontinental rata-rata sekitar 80 ppb atau lebih kecil lagi. Sinabar (HgS),

(42)

(Manahan, 1994). Unsur ini di alam terdapat dalam bentuk gabungan dengan

elemen lainnya, dan jarang ditemukan dalam bentuk elemen terpisah. Komponen

merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah, udara, air dan organisme hidup

melalui proses-proses fisik, kimia dan biologi yang kompleks (Fardiaz, 1992).

Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri dan logam-logam lain ke

lingkungan umumnya berasal dari kegiatan-kegiatan gunung api,

rembesan-rembesan air tanah yang melewati daerah deposit merkuri dan lain-lainya. Namun

demikian, meski sangat banyak sumber keberadaan merkuri di alam, dan masuk

ke dalam suatu tatanan lingkungan tertentu secara alamiah, tidaklah menimbulkan

efek-efek merugikan bagi lingkungan karena masih dapat ditolerir oleh alam itu

sendiri.

Seperti unsur-unsur logam berat lainnya, merkuri juga terdapat diseluruh

alam, namun distribusinya tidak merata. Dalam air tanah (ground water) kadar

merkuri berkisar antara 0,01-0,07 ppb, dalam danau dan sungai 0,08-0,12 ppb

(Hutagalung, 1985). Kadar merkuri dalam udara umumnya sangat rendah.

Kadarnya dalam air di daerah yang tidak tercemar sekitar 0,1 µg/l, tetapi angka ini

dapat setinggi 80 µg/l ditempat yang dekat dengan endapan bijih merkuri. Dalam

makanan, kecuali ikan, kadarnya sangat rendah, biasanya dalam rentang 5-20

µg/kg. Sebagian besar ikan mengandung kadar yang lebih tinggi, pada ikan tuna

dan ikan cucut biasanya kadarnya berkisar antara 200 sampai 1000 µg/kg.

Telah lama diketahui bahwa merkuri dan turunannya sangat beracun,

sehingga kehadirannya di lingkungan perairan dapat mengakibatkan kerugian

(43)

organisme air. Selain itu, pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh

terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam

sedimen, kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap dan

terkumpul dalam jaringan tubuh organisme air, baik melalui proses bioakumulasi

maupun biomagnifikasi yaitu melalui rantai makanan.

Metil merkuri yang terdapat dalam perairan umumnya bersifat sangat

toksik yang bersifat akut maupun kronis terhadap kehidupan air. Hal ini antara

lain disebabkan oleh sifat senyawa tersebut yang relatif stabil dan memiliki umur

paruh biologis yang relatif lama dalam tubuh organisme air (Halimah, 2003).

Karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S Food and Administration

(FDA) menentukan pembakuan atau Nilai Ambang Batas (NAB) kadar merkuri

yang ada dalam jaringan tubuh badan air yaitu sebesar 0,005 ppm. Dimana Nilai

Ambang Batas yaitu suatu keadaan dimana suatu larutan kimia, dalam hal ini

merkuri dianggap belum membahayakan bagi kesehatan manusia. Bila dalam air

atau makanan, kadar merkuri sudah melampaui NAB, maka air maupun makanan

yang diperoleh dari tempat tertentu harus dinyatakan berbahaya.

Proses metilasi terpengaruh dengan adanya dominasi unsur sulfur (S),

yaitu pada keadaan anaerob dan redokpotensial yang rendah. Faktor-faktor yang

sangat berpengaruh di dalam pembentukan metil merkuri antara lain : suhu, kadar

ion Cl-, kandungan organik, derajat keasaman (pH), dan kadar merkuri.

Beberapa kemungkinan bentuk merkuri yang masuk ke dalam lingkungan

(44)

1. Sebagai merkuri anorganik, melalui hujan, run-off ataupun aliran

sungai dan unsur ini mempunyai sifat stabil pada keadaan pH rendah.

2. Dalam bentuk merkuri organik, yaitu phenyl merkuri (C6H5-Hg), metil

merkuri (CH3-Hg) dan alkoxyalkyl merkuri atau methoxy-ethyl

merkuri (CH3-CH2-CH2-Hg+).

Dalam bentuk suspended solid sebagai Hg2+2 (ion merkuro), mempunyai

sifat reduksi yang baik.

2.3.3. Pajanan dan Distribusi Merkuri

Pajanan atau asupan merkuri tergantung dari bentuknya, dimana uap dan

metil merkuri merupakan bentuk yang sering dijumpai karena hampir seluruhnya

di absorpsi ke dalam tubuh. Metil merkuri di dalam ikan dan hasil-hasil perikanan

sejauh ini merupakan sumber utama pajanan merkuri (94%), diikuti oleh

menghirup uap merkuri dari udara (6%), air minum dapat dikatakan sangat kecil

kontribusinya.

Karena sifat fisik dan penggunaannya yang luas merkuri dapat masuk ke

dalam tubuh manusia melalui beberapa cara yakni; inhalasi, oral, dan melalui

kulit, merkuri dalam bentuk uap akan terhirup melalui saluran pernafasan dan

dengan cara difusi menembus dinding alveoli, masuk ke dalam peredaran darah

dan sampai ke otak. Absorpsi melalui saluran pencernaan dari merkuri anorganik

hanya berkisar antara 7-15% sedangkan pada merkuri organik absorpdinya bisa

(45)

Distribusi dari merkuri organik dan anorganik pada sel darah merah,

plasma, rambut dan organ-organ lain juga berbeda. Merkuri dalam bentuk uap dan

garam anorganik mempunyai afinitas yang besar pada ginjal, sedangkan merkuri

organik afinitasnya terutama pada otak (korteks posterior). Di dalam sel-sel

jaringan tubuh (ginjal, hati, dan lain-lain), merkuri berikatan dengan enzim-enzim

dan menyebabkan kerusakan dari sel-sel tersebut.

Ekskresi merkuri dari dalam tubuh adalah melalui rambut, kuku, urin dan

tinja, tergantung pada bentuk senyawa merkuri, dosis pamajanan, dan lamanya

waktu setelah pamajanan. Absorpsi merkuri organik di ginjal terjadi pada tubulus

proksimal, dan hal ini akan menghambat transpor sodium.

Semua bentuk senyawa merkuri bisa menembus barier plasenta, dan dari

percobaan pada hewan didapatkan hasil, bahwa konsentrasi merkuri di dalam

tubuh janin setelah terpajan oleh senyawa alkil merkuri dua kali lebih besar

dibanding konsentrasi di dalam tubuh induknya.

Di lingkungan merkuri dapat menyebabkan pencemaran pada badan-badan

air atau terakumulasi pada organisme hidup, seperti pada manusia,

tumbuh-tumbuhan dan hewan.

2.3.4. Pemanfaatan Merkuri

Menurut Goodman and Gillman’s, 1985 yang dikutip oleh Leo Saputra,

merkuri digunakan dalam berbagai bentuk dan untuk berbagai keperluan,

misalnya indutri khlor-alkali, alat-alat listrik, cat, instrumen, sebagai katalis,

(46)

amalgam dan sebagainya. Tanda keracunan merkuri dari obat-obatan jarang

terjadi, namun keracunan merkuri dari lingkungan semakin meningkat.

Penggunaan merkuri yang terbesar adalah industri khlor-alkali, dimana

diproduksi khlorin (Cl2) dan soda kaustik (NaOH) dengan cara elektrolisis larutan

garam NaCl. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai katoda dari sel

elektrolisis. Penggunaan kedua yang terbesar adalah dalam produksi alat-alat

listrik, misalnya lampu uap merkuri dan batere. Penggunaan merkuri sebagai

fungisida merupakan penggunaan ketiga terbesar dari merkuri, dalam hal ini

merkuri digunakan untuk membunuh jamur di dalam cat, kertas, dan

industri-industri pertanian. Cat yang digunakan untuk kapal-kapal sering ditambahkan

merkuri oksida (HgO) sebagai anti jamur atau fenil merkuri sebagai anti lapuk.

Industri-indutri pertanian menggunakan komponen organomerkuri sebagai pelapis

benih untuk mencegah pertumbuhan kapang, penggunaan merkuri dalam kegiatan

di bidang pertanian ini amat potensial sebagai sumber pencemaran merkuri dalam

makanan.

Logam merkuri digunakan sebagai katalis dalam proses di industri-indutri

kimia, terutama pada industri vinil khlorida yang merupakan bahan dasar dari

berbagai plastik. Logam merkuri juga digunakan di dalam termometer dan

alat-alat pencatat suhu karena bentuknya yang cair pada kisaran suhu yang lebar,

sifatnya seragam, koefisien pengembangan panasnya besar, dan konduktivitas

(47)

Beberapa aktifitas manusia yang secara tidak langsung juga melepaskan

merkuri ke dalam lingkungan, antara lain pembakaran bahan bakar fosil, industri

baja, semen, dan fosfat, serta peleburan logam.

2.3.5. Efek Merkuri Terhadap Lingkungan

Penggunaan merkuri dalam industri sering menyebabkan pencemaran

lingkungan, baik melalui air buangan maupun melalui sistem ventilasi udara.

Merkuri yang terbuang ke sungai pantai atau badan air di sekitar industri tersebut

kemudian dapat mengkontaminasi ikan-ikan dan makhluk air lainnya, termasuk

ganggang dan tanaman air, ikan-ikan kecil dan makhluk air lainnya tersebut

kemudian dimakan oleh ikan-ikan atau hewan lainnya yang lebih besar. Ikan-ikan

dan hewan tersebut kemudian dikonsumsi oleh manusia, dan menyebabkan

merkuri terakumulasi di dalam tubuh.

Ada dua proses yang terjadi di lingkungan yang menghasilkan pejanan

terhadap manusia. Merkuri anorganik yang terkandung dalam limbah cair industri

diubah oleh bakteria di dalam air tawar, air laut dan sedimen menjadi metil

merkuri, metil merkuri dimakan ikan dan dengan cepat dapat masuk kedalam

tubuh serta disimpan di otot ikan. Melalui biomagnifikasi, ikan kecil dalam rantai

makanan akuatik dimakan oleh ikan yang lebih besar, menyebabkan konsentrasi

metil merkuri meningkat dalam jaringan ikan, bila manusia makan ikan yang

terakumulasi metil merkuri, maka akan didapatkan metil merkuri dengan

konsentrasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi metil merkuri

(48)

merkuri terhadap sebagian besar manusia. Proses kedua berkaitan dengan hujan

asam dan peningkatan keasaman dari air permukaan yang diakibatkannya. Makin

asam kondisi suatu perairan akan meningkatkan pembentukan merkuri menjadi

metil merkuri yang mudah di absorpsi oleh ikan (di-metil menjadi mono metil

merkuri), yang akan meningkatkan konsentrasi merkuri di dalam tubuh ikan yang

menyebabkan manusia terpajan.

Merkuri yang berada di lingkungan biasanya berupa merkuri anorganik,

yang kemudian mengalami perubahan menjadi metil merkuri (merkuri organik) di

dalam tubuh ikan atau organisme lain (proses metilasi) yang disebabkan oleh

mikroba (Rita, 2000).

Elimanasi dari metil merkuri di dalam tubuh ikan maupun organisme air

yang lain berjalan sangat lambat. Beberapa penelitian menunjukan, bahwa semua

ikan yang tidak terkontaminasi secara langsung dengan merkuri selama

pertumbuhan masih mangandung merkuri di dalam tubuhnya pada konsentrasi

yang rendah, yaitu 0,005-0,075 ppm.

Pada organisme air merkuri organik biasanya mempunyai efek toksik yang

lebih kuat dibanding merkurianorganik. Sedangkan toksisitas itu sendiri

dipengaruhi oleh suhu, pH, oksigen terlarut (dissolved oxygen), dan kesadahan air.

Beberapa hewan yang berada di darat, misalnya burung laut, juga bisa

terkontaminasi oleh merkuri. Residu yang terdeteksi di dalam telur burung

tersebut ternyata berhubungan dengan kematian embrio yangberada didalamnya.

Bentuk merkuri yang terakumulasi bervariasi, tergantung spesies, organ, dan letak

(49)

Penggunaan merkuri di bidang pertanian sebagai pelapis benih dapat

mencemari tanah-tanah pertanian, yang berakibat pencemaran terhadap hasil-hasil

pertanian terutama sayur-sayuran. Food and Drug Administration (FDA) Amerika

serikat menetapkan batasan kandungan merkuri maksimum adalah 0,005 ppm

untuk air dan 0,5 ppm untuk mmakanan; sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) menetapkan batasan maksimum yang lebih rendah, yaitu 0,001 ppm untuk

air (Kusnoputranto, 1996).

2.3.6. Efek Merkuri Terhadap Kesehatan Manusia

Efek toksik dari merkuri tergantung pada bentuk kimianya, uap merkuri

yang terhirup, sangat berbahaya terhadap pekerja yang terpajan di lingkungan

kerja, yang menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, kehilangan memori,

tremor, ketidak-stabilan emosi (gelisah dan mudah marah), insomnia, dan

kehilangan nafsu makan merupakan gejala-gejala khas pajanan ringan. Pajanan

sedang lebih diwarnai dengan kerusakan mental yang signifikan dan gangguan

gerak, disamping terdapat kerusakan ginjal. Pajanan singkat dengan konsentrasi

tinggi uap merkuri dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan kematian. Efek

ringan dari uap dapat menghilang setelah pajanan berhenti, dengan gangguan otot

lebih cepat pulih dibandingkan dengan gangguan mental, uap merkuri dapat

menembus plasenta mencapai janin, namun informasi yang dilaporkan mengenai

efek pranatal terhadap manita hamil yang terpajan sedikit sekali, kejadian yang

dilaporkan adalah terjadinya tingkat absorpsi spontan yang cukup tinggi dari

(50)

Kasus kercunan yang paling ringan menunjukan gejala yang tidak spesifik,

seperti mata lelah, mata kabur, dan kesemutan. Gejala biasanya tampak setelah

periode laten selama beberapa minggu sampai beberapa bulan selama pajanan

kronik konsentrasi rendah atau setelah pajanan akut konsentrasi tingggi. Kasus

yang lebih berat menunjukan gangguan penglihatan, kehilangan pendengaran,

gangguan pembicaraan, dan pergerakan yang lemah dan tidak stabil. Kasus yang

paling berat menunjukan gangguan mental dan koma, kadang-kadang dapat

disertai kematian.

Masa prenatal dan usia anak-anak merupakan tahapan paling sensitif

terhadap keracunan metil merkuri karena pada periode waktu tersebut otak

berkembang dengan pesat. Jika pajanan ringan dari merkuri terhadap wanita hamil

mungkin akan menyebabkan tingkat perkembangan yang sedikit lambat dan

gangguan neurologi yang ringan pada bayi. Pajanan yang lebih berat dapat

menghasilkan efek dramatik pada perkembangan, termasuk letak struktur otak

yang abnormal dan gangguan umum dari perkembangan mental dan motorik

(kebutaan, dan gangguan perkembangan bicara).

Dua kejadian utama dari keracunan metil merkuri terjadi di Jepang di

daerah Teluk Minamata dan Sungai Nigata, serta di daerah pedesaan Irak. Di

Jepang, terjjadi karena ikan terkontaminasi limbah cair industri yang kemudian

dimakan oleh manusia, sedangkan di Irak, gandum yang terkontaminasi kemudian

digunakan untuk membuat roti untuk dimakan.

Pemajanan sementara dari uap merkuri bisa menyebabkan beberapa

(51)

pneumonitis. Sedangkan pamajanan yang terus menerus akan mengakibatkan

gangguan terutama di sususnan saraf pusat (otak). Beberapa tanda dan gejala yang

timbul, antara lain adalah: tremor, sulit berkonsentrasi, gugup, depresi, psikosis,

paralisis, kesulitan bernafas karena kelumpuhan otot-otot pernafasan, denyut

jantung cepat (takhikardi), ginggivitis,dan sebagainya.

Pamajanan melalui oral akan memberikan gejala seperti perasaan mual,

muntah-muntah, kejang pada perut, tinja bercampur darah, dan hambatan terhadap

produksi urin. Kontak merkuri dengan kulit akan merangsang timbulnya reaksi

alergi, berupa vesodilatasi (eritema), hiperkeratosis, dan hipersekresi kelenjar

keringat.

Senyawa merkuri anorganik tidak terlalu toksik karena zat tersebut tidak

dapat diabsorpsi tubuh dengan baik dan tidak mudah menembus barier otak-darah

atau plasenta. Konsumsi dari beberapa gram senyawa merkuri dapat menyebabkan

kematian karena kegagalan ginjal, dan dosis lebih kecil untuk jangka panjang

dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan saraf. Sejauh ini hasil studi laboratorium

atau pada manusia tidak mengkaitkan merkuri dengan kanker, studi laboratorium

menunjukan bahwa emtil merkuri merupakan suatu mutagen yang lemah.

Keracunan merkuri telah sering terjadi dan merupakan keracunan yang

cukup serius karena dapat mengakibatkan kematian dan cacat seumur hidup.

Berikut menunjukan lima keracunan merkuri yang menelan korban cukup

(52)

Tabel 3. Keracunan Merkuri Terbesar Tahun 1953-1968

Lokasi Tahun Korban (Orang)

Teluk Minamata, Jepang

Dari uraian tersebut di atas, secara umum dapat dijelaskan beberpa hal

mengenai daya racun merkuri sebagai berikut:

a. Semua komponen merkuri dalam jumlah cukup dapat beracun terhadap

tubuh.

b. Masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik

dalam daya racunnya, distribusi, akumulasi atau pengumpulan, dan waktu

retensinya di dalam tubuh.

c. Transformasi biologi dapat terjadi di lingkungan atau dalam tubuh dimana

komponen merkuri diubah dari satu bentuk menjadi bentuk lainnya.

d. Pengaruh merkuri di dalam tubuh diduga dapat menghambat kerja enzim

dan menyebabkan kerusakan sel, disebabkan kemampuan merkuri untuk

(53)

terdapat di dalam enzimdan dinding sel. Keadaan ini mengakibatkan

penghabatan aktivitas enzim dan reaksi kimia yang dikatalis oleh enzim

tersebut di dalam tubuh. Sifat-sifat membran dari dinding sel akan rusak

karena berikatan dengan merkuri sehingga aktivitas sel yang normal dan

terganggu.

e. Kerusakan tubuh yang disebabkan oleh merkuri biasanya bersifat

permanen, dan sampai saat ini belum dapat disembuhkan.

Gambar 3, berikut menunjukan hubungan antara berbagai bentuk merkuri

dan sifat-sifatnya di dalam tubuh.

Merusak ginjal; hati

(54)

Masyarakat yang mempunyai resiko terpajanan merkuri diantaranya

adalah pekerja terutama wanita dalam usia reproduksi, yang terpajan terhadap uap

merkuri dalam pekerjaan.

2.3.7. Perlindungan dan Pencegahan

Sumber pencemaran merkuri di lingkungan mudah di detekasi dari

industri-industri yang menggunakan merkuri di dalam prosesnya. Masalah yang

dihadapi adalah bagaimana mencegah terjadinya pencemaran merkuri tersebut.

Kesulitan dalam mencegah terjadinya pencemaran merkuri mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut:

a. merkuri bersifat volatil sehingga dapat mencemari udara.

b. Merkuri berbentuk cair sehingga mudah menyebar di permukaan air dan

sulit untuk dikumpulkan.

c. Merkuri mengalami translokasi di dalam tanaman dan hewan.

d. Merkuri atau komponen merkuri dapat diubah oleh mikroorganisme yang

terdapat di dalam laut, sungai atau danau menjadi komponen metil merkuri

yang sangat beracun, dimana dengan adanya rantai makanan

memungkinkan terkumpul di dalam tubuh hewan dan manusia.

Suatu laporan yang dibuat oleh U.S. Environmental Protection Agency (US-EPA)

yang dikutip oleh Kusnoputranto memuat beberapa rekomendasi untuk mencegah

terjadinya polusi merkuri di lingkungan. Beberapa rekomendasi tersebut adalah

(55)

a. pestisida alkil merkuri seharusnya tidak boleh digunakan lagi.

b. Penggunaan pestisida yang mengandung komponen merkuri lainnya di

batasi untuk daerah-daerah tertentu:

c. Semua industri yang menggunakan merkuri harus membuang limbah

industrinya dengan terlebih dahulu mengurangi jumlah merkuri sampai

batas normal.

Pelaksanaan rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan

masalah polusi merkuri di lingkungan. Pencemaran merkuri tetap terjadi pada

lumpur di dasar sungai atau danau, dan mengahsilkan CH3Hg+ yang dilepaskan ke

dalam badan air di sekelilingnya. Beberapa cara dekontaminasi merkuri telah

dicoba dilakukan di Swedia, dintaranya adalah sebagai berikut:

a. Sedimen pada dasar sungai atau danau ditutupi dengan bahan-bahan

mempunyai kemampuan absorpsi tinggi.

b. Sedimen pada dasar sungai atau danau ditutupi dengan bahan organik yang

tidak bereaksi.

c. Sedimen yang mengandung merkuri dihilangkan dengan cara dikeruk atau

dipompa.

2.4. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Spektrofotometer serapan atom ditemukan pertama kali oleh Alan Walsh

pada tahun 1953, dan penggunaan pertama kali pada tahun 1958. SSA merupakan

metode analisis untuk logam yang berdasarkan pada pengukuran penyerapan sinar

(56)

yang mengandung unsur logam diaspirasikan ke dalam nyala. Spektrofotometer

serapan atom merupakan suatu metode analisis kimia secara instrumental

berdasarkan pengukuran berkurangnya intensitas spektrum sinar karena diserap

oleh suatu medium yang terdiri atas atom-atom yang berbeda pada tingkat tenaga

dasar dari unsur yang dianalisis (PUSARPEDAL-BAPEDAL, 1998).

2.4.1. Atomisasi dengan Nyala

Atomisai dengan nyala api merupakan salah satu cara pengatoman dalam

SSA. Pengubahan unsur ke dalam larutan menjadi atom-atomnya. Dilakukan

dengan memasukkan larutan ke dalam nyala. Mula-mula larutan dikabutkan

(dalam sistem pengabut) kemudian diatomisasikan dalam nyala (dalam sistem

pembakar / burner).

SSA dengan menggunakan cara elektrotermal dalam pengatoman

mempunyai kepekaan yang jauh lebih tinggi daripada yang menggunakan panas

nyala. Pada SSA nyala, proses atomisasi dari molekul-molekul terjadi dalam

bagian burner. Pertama-tama larutan contoh diuapkan dalam bagian

nebulizer.Tetesan dari larutan contoh akan dibuang melalui bagian drain dan

hanya larutan berkabut halus yang akan memasuki bagian nyala bercampur

dengan gas pembawa dan pembakar. Dalam nyala terjadi penyerapan pelarut yang

meninggalkan partikel-partikel garam tersuspensi. Partikel-partikel ini akan

menyerap sebagian atau semuanya, uap yang dihasilkan terurai membentuk

(57)

2.4.2. Prinsip Spektrofotometer Serapan Atom

Spektrofotometer serapan atom adalah suatu metode analisis yang

berdasarkan pada penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berbeda-beda

pada tingkat tenaga dasar. Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasimya atom

ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan mengukur intensitas radiasi yang diteruskan

atau mengukur intensitas yang diserap maka konsentrasi unsur dalam larutan

contoh dapat ditetapkan (Cantle, 1982).

2.4.3. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

Susunan alat spektrofotometer serapan atom terdiri dari beberpa bagian yang

penting (seperti yang tercantum pada Gambar 5) diantaranya :

Gambar 5. Diagram Kerja SSA.

a. Sistem Emisi (Emission System)

Pada proses eksitasi atom menerima energi pengeksitasi dalam bentuk energi

panas, misalnya dari nyala, sebagian dari energi tersebut digunakan untuk

(58)

pelepasan energi yang berbentuk gelombang elektromagnetik (hv), yang dikenal

sebagai sinar emisi. Besarnya energi yang diemisikan sesuai perbedaan kedua

tingkat energi. Emisi gelombang energi magnetik dipancarkan ke segala arah,

sehingga intensitas sinar yang sampai pada detektor hanya sebagian kecil saja.

b. Sistem Absorpsi (Absorption System)

Sistem absorpsi menentukan sensitivitas dan ketelitian dari spektrofotometer

serapan atom secara keseluruhan. Bagian yang penting dari sistem absorpsi ini

adalah nyala (burner) dan sistem pengabutan (nebulizer), sehingga sistem

atomizer dalam SSA biasa disebut Sistem Pengabut Pembakar (Burner Nebulizer

System).

¾ Nebulizer (Pengabut)

Sistem ini berfungsi mengubah larutan menjadi butir-butir dengan cara

menarik larutan melalui kapiler dengan pengisapan pancaran gas bahan

bakar dan gas-gas oksigen yang kemudian disemprotkan ke ruang

pengabut.

Partikel-partikel kabut halus kemudian bersama-sama aliran gas bakar

masuk ke dalam nyala sedangkan titik kabut yang besar dialirkan

(59)

¾ Burner (Pembakar)

Pada sistem ini terjadi atomisasi yaitu pengubahan kabut uap garam

suatu unsur yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal atau bebas

di dalam nyala.

c. Sistem Seleksi (Selection System)

Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda rongga melalui populasi atom

dalam media, energi radiasi ini sebagian lagi diteruskan. Fraksi radiasi yang

diteruskan dipisahkan dari radisi lainnya. Pemilihan atau pemisahan radiasi

tersebut dilakukan oleh monokromatik yang terdiri dari sistem optik, celah,

cermin, dan grating, sehingga hanya dilewatkan cahaya yang mempunyai satu

panjang gelombang dengan frekuensi tertentu melaui celah (slit).

d. Sistem Fotometrik (Photometric System)

Adalah alat yang digunakan untuk mengukaur intensitas cahaya yang

diteruskan oleh populasi atom dalam media. Intensitas radiasi yang diteruskan ini

akan diubah menjadi energi listrik oleh ”Photomultifier” selanjutnya diukur

dengan detektor dan dicatat oleh pencatat yang biasa berupa printer, pengamatan

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir..................................................................
Tabel 1. Perbedaan Zeolit dengan Resin Lain..............................................
Gambar 1. Kerangka Berpikir.
Gambar 2. Kerangka dasar aluminasilika pada zeolit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan Zeolit Alam Sarulla dalam menyerap amoniak dari limbah pabrik karet dan untuk mengetahui apakah amoniak yang telah diserap

Telah dilakukan studi penyerapan amoniak dari limbah pabrik karet dengan menggunakan zeolit alam serta perolehan kembali (recovery) amoniak yang diserap oleh zeolit.. Sampel

judul “Studi Penyerapan Amoniak dari Limbah Pabrik Karet dengan Menggunakan Zeolit Alam Serta Perolehan Kembali (Recovery) Amoniak yang Telah Diserap Zeolit”, karena sampai

Struktur kristal zeolit yang unik menyebabkan zeolit mempunyai sifat sorpsi, penukar ion, “molecular sieving” dan katalis, yang dapat ditingkatkan dengan melakukan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan bahwa zeolit yang disintesis dari bahan abu dasar batu bara bisa digunakan sebagai adsorben logam

Telah dilakukan penelitian adsorpsi limbah ion logam Cd(II) terkompetisi Mg(II) dan Cu(II) secara simultan dengan menggunakan Zeolit Alam Aktif dan Zeolit Alam Aktif

Berdasarkan pengalaman beberapa Negara, adsorben yang sering digunakan untuk mengolah limbah radioaktif cair adalah zeolit dan resin penukar ion yang mempunyai kapasitas

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah zeolit terkalsinasi efektif bila dimanfaatkan sebagai adsorben limbah fenol, mengetahui pengaruh